laporan pembuatan aspirin( na'ima)
TRANSCRIPT
LEMBAR ASISTENSI
Nama : Nizar
Stambuk : A 251 11 004
Kelompok : 3 (Tiga) A
Percobaan : Pembuatan Aspirin
Asisten : Nai’ma Tuljannah
No Hari/Tanggal Keterangan Paraf
PERCOBAAN 1
Pembuatan Aspirin
I. Tujuan
Adapun tujuan dari percobaan ini ialah mempelajari cara pembuatan aspirin
dengan metode asetilasi
II. Dasar Teori
Aspirin atau asam asetil salisilat merupakan salah satu analgesik (pereda rasa
nyeri) yang telah dikenal di dunia dan digunakan masyarakat luas. Aspirin dapat
digunakan untuk meredakan rasa nyeri seperti nyeri kepala, nyeri gigi, nyeri otot,
dan juga dapat menurunkan demam. Aspirin ditemukan oleh Felix Hoffmann
pada tahun 1897.
.aspirin.
Suatu ketika, ayah Felix Hoffmann menderita nyeri rematik (rheumatoid
artritis). Karena itu Hoffmann berusaha melakukan penelitian terhadap obat yang
dapat meringankan penderitaan ayahnya. Di musim panas 1987, Hoffmann
melakukan proses asetilasi (CH3CO) pada beberapa molekul, dengan harapan
dapat meningkatkan kekuatan obat atau menurunkan toksisitas dari zat aktif suatu
obat. Dan ia melakukan asetilasi asam salisilat dari sediaan salep yang berasal
dari kulit kayu pohon willow. Pada masa dahulu kulit kayu pohon willow telah
dikenal dapat menurunkan demam dan meredakan rasa nyeri. Ternyata zat aktif
yang terdapat pada kulit kayu tersebut adalah asam salisilat. Pada tahun 1859
Herman Kolbe berhasil menentukan struktur kimia dan menyintesisnya. Asam
salisilat memang dapat meredakan rasa nyeri, tetapi juga memiliki efek samping
yaitu mengiritasi lambung karena sifatnya yang terlalu asam.
Karena alasan itu pula, Hoffmann berusaha mencari turunan asam salisilat
yang memiliki efek samping yang lebih ringan. Ia melakukan asetilasi gugus
hidroksil (OH) pada asam salisilat pada posisi 1 cincin benzene dan ia berhasil
menemukan asam asetil salisilat. Sebelumnya hal ini pernah dilakukan Charles
Gerhardt pada tahun 1853. Hanya, Hoffmann menggunakan cara yang lebih baik
dalam menghasilkan asam asetil salisilat, yaitu menggunakan asetat anhidrat
sebagai agen asetilasi, dibandingkan dengan asetil klorida yang digunakan
Gerhardt.
Aspirin merupakan akronim dari:
A : Gugus asetil
spir : nama bunga tersebut dalam bahasa Latin
spiraea : suku kata tambahan yang sering kali digunakan
in : untuk zat pada masa tersebut.
Pada tanggal 23 Januari 1899, Bayer mendaftarkan aspirin sebagai nama
dagang, dan kemudian diperdagangkan dalam bentuk serbuk. Aspirin dalam
bentuk larutan diperkenalkan pada tahun 1900. Dan pada tahun 1915, aspirin
diproduksi dalam bentuk tablet. Dan Aspirin telah menjadi trade mark industri
farmasi Bayer.
Aspirin dibuat dengan mereaksikan asam salisilat dengan anhidrida asam
asetat menggunakan katalis H2SO4 pekat sebagai zat penghidrasi. Asam salisilat
adalah asam bifungsional yang mengandung dua gugus –OH dan –COOH.
Karenanya asam salisilat ini dapat mengalami dua jenis reaksi yang berbeda.
Dengan anhidrida asam asetat akan menghasilkan aspirin, sedangkan dengan
metanol ekses akan menghasilkan metil salisilat.
Ketika Anda terluka, tubuh Anda menghasilkan prostaglandin yang asam
lemak yang kompleks yang bertindak seperti hormon dalam jaringan tubuh.
Prostaglandin bertindak dengan merangsang dilatasi (semakin besar) pembuluh
darah dan kontraksi otot, mereka juga awal Anda merasa sakit. Aspirin muncul
untuk menghentikan produksi prostaglandin dengan melampirkan untuk enzim,
dan dengan demikian berhenti pesan nyeri ke otak anda. Dengan mengurangi
produksi yang disebut prostaglandin tromboksan, aspirin juga dapat mencegah
penggumpalan darah dan bertindak sebagai sebuah antikoagulan. Ini adalah
penggunaan klinis yang penting pada pasien jantung. Seperti aspirin diserap ke
dalam aliran darah, dapat melakukan perjalanan ke seluruh bagian tubuh,
produksi prostaglandin tinggi hanya di daerah terluka sehingga aspirin hanya
efektif di daerah-daerah dan dengan demikian mengurangi rasa sakit di mana pun
dirasakan.
Dengan mencegah produksi prostaglandin, aspirin juga mengurangi beberapa
fungsi tubuh yang diperlukan. Sebuah tablet tunggal sering sekali tidak akan
memiliki banyak dampak pada fungsi-fungsi ini, tetapi harus diperhatikan pada
pengguna biasa. Mengambil aspirin untuk menghilangkan rasa sakit untuk luka
benar-benar dapat memperlambat penyembuhan trombosit tidak bisa menggumpal
untuk membentuk scabs. Obat berdasarkan aspirin, seperti ibuprofen, naproxen
dan acetaminophen (Tylenol,) telah dikembangkan untuk menghindari beberapa
efek samping.
Rekristalisasi adalah pemurnian suatu zat padat dari campuran/pengotornya
dengan cara mengkristalkan kembali zat tersebut setelah dilarutkan dalam pelarut
yang cocok. Prinsip rekristalisasi adalah perbedaan kelarutan antara zat yang akan
dimurnikan dengan kelarutan zat pencampur/pencemarnya. Larutan yang terjadi
dipisahkan satu sama lain, kemudian larutan zat yang diinginkan dikristalkan
dengan cara menjenuhkannya.
Zat campuran dari hasil reaksi pembuatan preparat yang akan dimurnikan
dilarutkan dalam pelarut yang cocok yang telah dipilih, biasanya dengan cara
coba-coba atau dapat dilihat dalam handbook kimia. Sebaiknya dilarutkan pada
temperatur dekat titik didihnya, saring untuk memisahkan dari zat pencampurnya
yang tidak larut dalam pelarut yang digunakan itu, kemudian larutan (zat cair
hasil saringan) diuapkan sampai jenuh, dan diamkan zat tersebut mengkristal.
Apabila zat tersebut larut dalam keadaan panas maka larutan akan mengkristal
bila larutan tersebut didinginkan. Selanjutnya saring kristal yang terbentuk,
keringkan dan uji sifat fisiknya.
Cara memilih pelarut yang cocok:
1. Dipilih zat pelarut yang hanya dapat melarutkan zat yang akan
dimurnikan dalam keadaan panas, sedangkan zat pencampurnya tidak
larut dalam pelarut tersebut.
2. Dipilih pelarut yang titik didihnya rendah untuk dapat mempermudah
proses pengeringan kristal yang terbentuk.
3. Titik didih pelarut hendaknya lebih rendah dari pada titik leleh zat padat
yang dilarutkan supaya zat yang akan dilarutkan tidak terurai.
4. Pelarut tidak bereaksi dengan zat yang akan dilarutkan.
Cara melakukan rekristalisasi yaitu Panaskan pelarut tersebut kemudian
masukan pelarut yang sudah panas pada labu erlenmeyer yang berisi zat sampel
sambil diaduk sampai tepat semua zat melarut. Untuk menjaga agar larutan tetap
panas pada waktu melarutkan dapat menggunakan bantuan penangas listrik.
Saring cepat dalam keadaan panas, bisa menggunakan corong tembaga, corong
buchner, atau corong biasa, dan tampung filtratnya. Bilas zat yang menempel
pada corong dengan pelarutnya dalam keadaan panas. Dinginkan sampai
terbentuk kristal kembali. Caranya bisa di udara, dalam air dingin, atau dalam es.
Jika kristal tidak terbentuk jenuhkan larutan dengan menggunakan bantuan
penangas sampai terbentuk lapisan tipis di atas permukaan larutan, kemudian
dinginkan kembali. Saring kristal yang terbentuk. Untuk memeriksa apakah masih
terdapat zat terlarut lakukan penjenuhan kembali dan seterusnya seperti langkah
di atas.
(Anonim, 2011)
Sifat fisika dan kimia aspirin
Sifat fisika
1. Bentuk kristal seperti jarum
2. Berwarna putih mengkilat
3. Dalam alkohol panas larut
4. Titik leleh 135-136 o C
5. Bilangan molekul: 180 g/mol
Sifat Kimia
1. Dengan NaOH 10% terhidrolisa menjadi asam salisilat bebas
2. Dengan air terhidrolisis menjadi asam salisilat bebas dan asam asetat
3. Tidak terhidrolisis dalam asam lemak, karena dalam lambung tidak
diserap dahulu. Setelah dalam usus halus, dalam suasana basa dapat
terhidrolisis menghasilkan asam salisilat bebas.
Mekanisme Pembuatan Aspirin
Pembuatan aspirin dengan mereaksikan asam salisilat dan asam asetat
anhidrat dengan bantuan katalisator H2SO4 pekat. H2SO4 dalam larutan akan
terurai menjadi H+ dan SO4-. Proton H2SO4 akan diikat oleh asam salisilat
pada gugus –OH nya. Sehingga asam salisilat bermuatan positif dalam
keadaan ini ikatan H+ lebih kuat dibanding ikatan H pada OH sehingga
dengan adanya gugus asetil dari asam asetat anhidrat akan tersubtitusi.. Bila
dihidrolisis dapat menghasilkan lebih
(Fuadshifu, 2012)
III. Alat Dan Bahan
Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah sebagai
berikut :
Alat.
1. Gelas kimia
2. Labu erlenmeyer
3. Gelas ukur
4. Corong
5. Termometer
6. Penangas listrik
7. Pipet tetes
8. Batang pengaduk
9. Spatula
10. Neraca digital
11. Oven
12. Es batu
13. Tissue
14. Kertas saring
Bahan.
1. Asam salisilat
2. Asam asetat
3. Asam sulfat pekat
4. Aquades
IV. Prosedur Kerja
Adapun prosedur kerja yang kami lakukan pada percobaan ini adalah
sebagai berikut:
1. Memasukkan 10 gram asam salisilat ke dalam labu erlenmeyer. Kemudian
menambahkan larutan asam asetat glacial sebanyak 14 mL, ditambah
dengan larutan asam sulfat pekat sebanyak 2 mL.
2. Mengaduk ampuran yang telah dibuat kemudian sambil dipanaskan di atas
penangas listrik pada suhu 60oC. kemudian angkat campuran tersebut dari
atas penangas listrik hingga suhunya turun 50oC lalu diletakkan kembali di
atas penangas listrik sehingga dilakukan pemanasan kembali selama 15
menit.
3. Menambahkan kristal yang terbentuk dengan air 150 mL pada perlakuan
selanjutnya
4. Menyaring larutan dengan menggunakan corong biasa yang dilapisi dengan
kertas saring, kemudian
5. Memindahkan Kristal yang diperoleh ke dalam erlenmeyer untuk
direkristalisasikan dengan menambahkan larutan asam asetat 1:1. Lalu
campuran tersebut dipanaskan hingga semua Kristal telah larut. Kemudian
menyaringnya dalam keadaan panas.
6. Mendinginkan larutan tersebut dengan dimasukkan ke dalam bongkahan es
batu agar terbentuk kembali endapan aspirin.
7. Menyaring kristal yang terbentuk dengan kertas saring dan
mendinginkannya dalam oven.
8. Mengeringkan Kristal yang diperoleh dengan menggunakan oven, lalu
menimbang berat dan memeriksa % rendamen.
V. Hasil Pengamatan
Adapun hasil pengamatan yang diperoleh dalam percobaan ini adalah sebagai
berikut :
No Perlakuan Hasil Pengamatan
1.
2.
3.
4.
5.
10 gram asam salisilat +
asam asetat 14 ml + asam
sulfat pekat 2 ml
Memanaskan campuran
sampai suhu 60oC 10 gram
asam salisilat + asam
asetat 14 ml + asam sulfat
pekat 2 ml
Menambahkan aquades
sebanyak 150 ml pada
perlakuan 2
Menyaring kristal yang
terbentuk pada larutan
tersebut
Membilas kristal dengan
campuran asam asetat +
aquades 1: 1 + campuran
dipanaskan
Bercampur membentuk
campuran berwarna putih
Campuran berwarna
bening dan melarut
sempurna
Terbentuk kristal putih
Menghasilkan residu
(Kristal dan Filtrat)
Kristal melarut
6.
7.
8.
9.
Menyaring larutan dalam
keadaan panas dan
memasukan erlenmeyer
yang berisi larutan
kedalam bongkahan es
Endapan kristal disaring
menggunakan kertas
saring, dan
mengeringkannya
kedalam oven
Menimbang kristal yang
diperoleh
Menghitung % rendemen.
Terbentuk kristal
kembali
Terbentuk kristal aspirin
11,28 g
89, 52 %
VI. Persamaan Reaksi
Adapun persaman reaksi yag kemungkinan terjadi pada perobaan ini ialah
sebagai berikut :
VII. Perhitungan
Dik : massa C6H7O3 = 10 gram
Massa C9H8O4 yang diperoleh = 10,81 gram
C7H6O3 + C4H6O3 C6H8O4 + C2H4O2
n C7H6O3 =massa C7 H 6 C3
Mr C7 H 6 O3
=10 gram
138 gram /m 0 l
= 0,07 mol
Berdasarkan persamaan reaksi koefisien asam salisilat = koefisien aspirin.
Sehingga:
n aspirin = asam salisilat = 0,07 mol
massa teoritis = n x Mr
= 0,07 mol x 180 gram/mol
= 12,6 gram
% Rendamen = massa percobaan
massa teoritis x 100%
= 11,28 gram12,6 gram x 100%
= 89,52 %
VIII. Pembahasan
Banyak turunan dari asam salisilat yang digunakan sebagai obat seperti
asetil salisilat atau aspirin. Aspirin atau asam asetil salisilat merupakan
senyawa derivatif dari asam salisilat. Aspirin berupa kristal putih dan
berbentuk seperti jarum. Dalam pembuatan aspirin tidak akan dihasilkan
produk yang baik jika suasananya berair, karena asam salisilat yang terbentuk
akan terhidrolisa menjadi asam salisilat berair. Aspirin diperoleh dengan
proses asetilasi terhadap asam salisilat dengan katalisator H2SO4 pekat.
Asetilasi adalah terjadinya pergantian atom H pada gugus –OH dan asam
salisilat dengan gugus asetil (asetat) dari asam asetil anhidrat. Karena asam
salisilat adalah desalat phenol, maka reaksinya adalah asetilasi destilat fenol.
Asetilasi ini tidak melibatkan ikatan C-O yang kuat dari fenol, tetapi
tergantung pada pemakaian, pemisahan ikatan –OH. Jika dipakai asam
karboksilat untuk asetilasi biasanya rendemen rendah. Hasil yang diperoleh
akan lebih baik. Jika digunakan suatu derivat yang lebih reaktif menghasilkan
ester asetat. Nama lain aspirin adalah metil ester asetanol (karena doperoleh
dari esterifikasi asam salisilat sehingga merupakan asam asetat dan
fenilsalisilat. Dimana hasil samping dari reaksi asam salisilat dan anhidrida
asam asetat yakni asam asetat akan terhidrasi membentuk anhidrida asam
asetat. Anhidrida asam asetat ini akan kembali bereaksi dengan asam salisilat
membentuk aspirin dengan hasil samping berupa asam asetat. Sehingga
reaksi akan berhenti setelah asam salisilat habis bereaksi dengan asam sulfat
pekat ini. Oleh sebab itu, setelah pencampuran dilakukan kemudian dilakukan
pemanaskan untuk memastikan bahwa asam salisilat benar-benar telah habis
bereaksi. Reaksi baru akan berlangsung dengan baik pada suhu 50-60°C yakni
setelah pemanasan 1 jam.
(Anna, 2013).
Pada percobaan ini bertujuan untuk mempelajari cara pembuatan aspirin
dengan menggunakan metode asetilasi. Secara ringkas, pembahasan pada
percobaan ini dapat diuraikan sebagai berikut (Staf Pengajar Kimia Organik
II, 2013).
Pada percobaan ini dilakukan pertama-tama yaitu mereaksikan 10 gram
asam salisilat dan 14 mL asam asetat glacial. Pada percobaan ini terjadi reaksi
esterifikasi yang merupakan prinsip dari pembuatan aspirin, Reaksi
esterifikasi adalah reaksi pembentukan ester dari suatu senyawa yang
mengandung ester dengan suatu alcohol. Dalam hal ini asam salisilat
berperan sebagai alcohol karena mempunyai gugus –OH sedangkan asam
asetat sebagai anhidrida asam. Kemudian memasukkan larutan asam sulfat
pekat yang berfungsi sebagai katalis atau sebagai zat penghidrasi,protonansi
yang kuat untuk menguraikan atau membentuk suatu senyawa dengan prinsip
menaikkan energi minimum hingga melewati energi aktivasi sehinnga reaksi
dapat berlangsung dengan cepat, selain itu asam sulfat pekat juga merupakan
senyawa asam dengan kekuatan hasilnya terhidrasi baik yang akan
membentuk anhidrida asam asetat, kemudian anhidrida asam asetat akan
bereaksi dengan asam salisilat membentuk aspirin.
Pada perlakuan kedua yaitu mengaduk campuran sambil memanaskannya
diatas penangas listrik dengan mengusahakan suhu campuran 60oC, setelah
mencapai suhu kurang lebih 60oC larutan diangkat, tujuan dari pemanasan
yang dilakukan kurang lebih 60oC adalah pada suhu tersebut sudah terjadi
atau sudah berlangsung reaksi esterifikasi pada suhu kisaran 50-60oC. sambil
mengaduknya, campuran ditambahkan air sebanyak 150 mL untuk
membentuk kristal yang tadi telah diuapkan dan mengaduknya hingga
terbentuk kristal berwarna putih. Selanjutnya yaitu menyaring larutan dengan
menggunakan corong dan kertas saring. Adapun tujuan dari penyaringan yaitu
untuk memishkan aspirin dari zat pengotornya.
Pada perlakuan ketiga yaitu memindahkan kembali Kristal yang diperoleh
tadi ke dalam Erlenmeyer dan menambahkan larutan asam asetat dan aquades
sebanyak 1:1 sebanyak 50 mL pada masing-masing zat. Kemudian
memanskan campuran diatas penangas listrik hingga semua Kristal larut. pada
perlakuan ini digunakan asam asetat dan aquades sebai pelarut karena asam
asetat dan air merupakan pelarut yang baik untuk zat organik. Adapun tujuan
dari penambahan asam asetat sebagi pelarut adalah agar asam salisilat yang
tidak bereaksi tidak dapat larut dalam larutan tersebut dan asam sulfat yang
belum larut semua tadi akan larut sempurna dengan ketentuan tak akan
bereaksi dengan aspirin.
Pada Perlakuan selanjutnya setelah semua Kristal larut, kemudian
menyaring panas-panas larutan tersebut untuk memisahkan kembali zat
pengotor dengan filtrat aspirin yang mungkin terdapat dari campuran larutan
dengan kerapatan yang sangat besar. Fungsi dari menyaring larutan dalam
kondisi panas itu sendiri untuk menghindari terbentuk kembalinya endapan
kristal aspirin pada kondisi suhu kamar. (Anonim, 2011)
Pada perlakuan empat mendinginkan filttratnya agar endapan aspirin
dapat terbentuk kembali, Tujuan dari pendinginan adalah untuk membentuk
dan membekukan campuran menjadi kristal aspirin karena pada suhu yang
dingin, molekul-molekul aspirin dalam campuran akan bergerak lambat dan
akan berkumpul membentuk endapan melalui proses pertumbuhan partikel
pendinginan dilakukan pada bongkahan es batu, dimana tujuan dari
pendingunan pada bongkahan es batu adalah agar larutan cepat membentuk
Kristal aspirin, setelah terjadi proses pengkrisatlan kembali menyaring
endapan dengan menggunakan corong dan kertas saring. Kristal aspirin dalam
bentuk murni yang diperoleh dikeringkan dalam oven untuk menghilangkan
kadar airnya. Setelah Kristal kering, langkah selanjutnya yaitu menimbang
berat keristal dengan menggunakan neraca digital dan diperoleh berat
kristalnya 11,28 gram dan kemudian menghitung % rendemennya dan
diperoleh % rendemennya yaitu 85,8%, yang berarti berat Kristal murni yang
diperoleh dari percobaan melakukan metode rekristalisasi yaitu sebesar
89,52%.
IX. Kesimpulan
Berdasarkan tujuan dan hasil pengamatan maka diperoleh kesimpulan yaitu
pembuatan aspirin dapat dilakukan dengan menggunakan metode asetilasi atau
rekristalisasi atau proses pengkristalan ulang untuk mengetahui kemurniannya
secara kuantitatif dengan menambahkan asam salisilat serta asam asetat glacial
dan menambahkan asam sulfat pekat sebagai katalis dengan % rendamen yang
diperoleh sebesar 89,58 %
Daftar Pustaka
Anna. 2013. http://www. annandaanna11.blogspot.com/pembuatan-aspirin/ (diakses pada tanggal 7 mei 2013)
Anonim. 2011. http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/aspirin/ (diakses pada tanggal 7 mei 2013)
Fuadshifu. 2012. http://www.fuadshifugroup.org/sintesis-aspirin/ (diakses pada tanggal 7 mei 2013)
Staf Pengajar Kimia Organik II. 2013. Penuntun Praktikum Kimia Organik II. Untad Press. Palu.
Lampiran