laporan odontektomi ridwan
DESCRIPTION
laporan odontektomi ridwanTRANSCRIPT
LAPORAN POST - OPERATIF
UJIAN BEDAH MINOR I
ODONTEKTOMI GIGI VITAL PADA GIGI 38 DISERTAI IMPAKSI
KELAS I POSISI B MESIOANGULAR
Nama: drg.Irvan lubis
Pendahuluan
1. Pengertian Odontektomi
Istilah odontektomi digunakan dalam tindakan operasi untuk mengeluarkan gigi impaksi
(terpendam). Gigi impaksi adalah gigi yang jalan erupsi normalnya terhalang. Odontektomi atau
surgical extraction adalah metode pengambilan gigi dari soketnya setelah pembuatan flap dan
mengurangi sebagian tulang yang mengelilingi gigi tersebut (Fragiskos , 2007).
Evolusi dengan terjadinya pengurangan pada ukuran rahang pada manusia modern
direfleksikan dengan diet makanan yang relatif lunak. Dengan terjadinya pengurangan dimensi
1
rahang menyebabkan kurangnya ruangan pada lengkung rahang untuk molar 3 mandibula yang
merupakan gigi yang paling sering mengalami impaksi pada seluruh gigi yang ada pada rahang
manusia. Waktu erupsi molar 3 mandibula sering tidak dapat diprediksi dan sering berubah-ubah.
(Dimitroulis, 1997)
Gigi impaksi dapat didefinisikan juga sebagai suatu keadaan dimana gigi yang dalam
pertumbuhannya terhalang oleh gigi atau tulang sekitarnya baik secara keseluruhan atau
sebagian. Impaksi diperkirakan secara klinis apabila gigi antagonisnya sudah erupsi dan hampir
bisa dipastikan apabila gigi yang terletak pada sisi yang lain sudah erupsi. (Pedersen, 1996)
Jika gigi molar tiga tidak erupsi seluruhnya dan terletak di bawah gingiva, molar tiga
tersebut biasanya dibiarkan saja, tetapi bila sebagian melewati permukaan dapat menyebabkan
infeksi yang dapat masuk ke gingiva (pericoronitis) dan juga molar tiga tersebut dapat rusak atau
menyebabkan kerusakan pada gigi molar dua. Hal ini adalah salah satu alasan untuk mengambil
gigi impaksi tersebut. Komplikasi yang lebih parah dapat berupa flegmon dasar mulut.
2. Etiologi
Terdapat beberapa faktor etiologi dari gigi impaksi yaitu:
1. Faktor Lokal
a. Kurangnya ruangan untuk erupsi normal pada lingkungan gigi
b. Trauma pada benih gigi sehingga benih gigi terdorong lebih dalam lagi
c. Posisi ektopik dari gigi
d. Jarak benih gigi ke tempat erupsi jauh
e. Infeksi pada benih gigi
f. Adanya gigi berlebih yang erupsi lebih dulu
g. Ankylosis gigi pada tulang rahang
2
h. Persistensi gigi sulung yang menyebabkan impaksi gigi tetap di bawahnya
i. Mukosa gingiva yang tebal sehingga sulit di tembus oleh gigi
j. Pergerakan erupsi tertahan karena posisi yang salah dan tekanan dari gigi samping
k. Neoplasma / tumor yang menggeser kedudukan benih gigi
l. Kista dentigerous yang berkembang pada benih gigi yang masih dalam tahap
pembentukan sering kali mencegah gigi erupsi
2. Faktor Sistemik
Menurut Bergee, faktor sistemik yang menyebabkan gigi impaksi dapat terbagi
dalam 2 sebab :
a. Sebab prenatal (herediter)
Faktor keturunan memegang peranan penting. Faktor keturunan ini tidak dapat
diketahui dengan pasti apakah tulang rahang terlalu kecil, gigi teralu besar atau benih
gigi-gigi yang letaknya abnormal.
b. Sebab postnatal
1. Kelainan kelenjar endokrin
a. Hipopituitari mengakibatkan kelambatan erupsi
b. Hipotiroid mengakibatkan kelambatan erupsi
2. Malnutrisi
Faktor ini sangat penting dalam pertumbuhan tubuh. Bila terjadi defisiensi maka
pertumbuhan akan terganggu.
Disamping faktor-faktor yang disebutkan diatas, stimulasi otot-otot pengunyahan yang
kurang juga dapat menyebabkan impaksi. Erupsi gigi yang normal harus disertai dengan
pertumbuhan rahang yang normal. Untuk itu perlu adanya stimulasi otot-otot pengunyahan.
(Dym, 2001)
3
3. Diagnosa
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam membuat diagnosa yang tepat pada impaksi adalah:
1. Pembuatan dental foto yang baik
Hal ini sangat membantu kita dlam menentukan diagnosa yang tepat. Dari rontgen
dapat terlihat :
a. Posisi gigi impaksi
b. Jarak dari gigi impaksi ke tempat erupsi
c. Relasi gigi impaksi dengan gigi tetangga
d. Ciri-ciri kepadatan tulang yang mengelilinginya
e. Adanya kista atau akar yang bengkok
2. Pemeriksaan klinis secara periodik
Dengan pemeriksaan ini kita dapat menduga lokasi dari gigi impaksi dalam tulang
rahang. Misalnya dengan palpasi. Perhatikan pula kondisi lokal maupun umum yang
mengganggu erupsi gigi tersebut.
4. Klasifikasi
Klasifikasi gigi impaksi sangat penting untuk setiap operator yang akan melakukan
operasi pengambilan gigi impaksi (odontektomi). Dengan demikian dapat ditentukan rencana
teknik operasi, kesulitan-kesulitan apa yang akan dihadapi dan alat yang dipergunakan.
Fragiskos, 2007)
Klasifikasi menurut Pell Gregory
1. Relasi M3 rahang bawah terhadap ramus mandibula dan rahang bawah
4
Kelas I : Ada cukup ruangan antara ramus dan batas distal molar dua untuk lebar mesio
distal molar tiga.
Kelas II : Ruangan antara distal molar dua dan ramus lebih kecil dari pada lebar mesio
distal molar tiga.
Kelas III : Sebagian besar atau seluruh molar tiga terletak di dalam ramus.
Gambar 1. Relasi M3 rahang bawah terhadap ramus mandibula dan rahang bawah
2. Posisi M3 rahang bawah di dalam tulang rahang
Posisi A: Bagian tertinggi dari pada gigi terpendam terletak setinggi atau lebih tinggi dari
pada dataran oklusal gigi yang normal.
Posisi B: Bagian tertinggi dari pada gigi berada di bawah dataran oklusal tapi lebih tinggi
dari pada serviks molar dua (gigi tetangga).
Posisi C: Bagian tertinggi dari pada gigi terpendam, berada di bawah garis serviks gigi molar dua.
5
Gambar 2. Posisi M3 rahang bawah di dalam tulang rahang
Klasifikasi menurut Archer dan Kruger
Relasi dari sumbu panjang gigi M3 rahang bawah dalam hubungan dengan poros panjang M2
rahang bawah
Kelas 1 : Mesioangular
Kelas 2 : Distoangular
Kelas 3 : Vertikal
Kelas 4 : Horizontal
Kelas 5 : Bukoangular
Kelas 6 : Linguoangular
Kelas 7 : Inverted
6
Gambar 3. Relasi dari sumbu panjang gigi M3 rahang bawah dalam hubungan
dengan poros panjang M2 rahang bawah
5. Indikasi dan Kontraindikasi
Sebelum melakukan pembedahan terlebih dahulu harus mengetahui indikasi dan kontra
indikasi dari pengambilan molar tiga impaksi rahang bawah.
Indikasinya adalah:
1. Infeksi karena erupsi yang terlambat dan abnormal (perikoronitis)
2. Berkembangnya folikel menjadi keadaan patologis (kista odontogenik dan neoplasma)
3. Usia muda, sesudah akar gigi terbentuk sepertiga sampai dua pertiga bagian dan sebelum
pasien mencapai usia 18 tahun
4. Adanya infeksi
5. Penyimpangan panjang lengkung rahang dan untuk membantu mempertahankan stabilitas
hasil perawatan ortodonsi
6. Prostetik atau restoratif (diperlukan untuk mencapai jalan masuk ke tepi gingiva distal
dari molar dua didekatnya)
7. Apabila molar kedua didekatnya dicabut dan kemungkinan erupsi normal atau
berfungsinya molar ketiga impaksi sangat kecil
8. Sebelum tulang sangat termineralisasi dan padat yaitu sebelum usia 26 tahun
7
Kontraindikasinya adalah:
1. Pasien tidak menghendaki giginya dicabut
2. Sebelum panjang akar mencapai sepertiga atau dua pertiga dan apabila tulang yang
menutupinya terlalu banyak (pencabutan prematur)
3. Jika kemungkinan besar akan terjadi kerusakan pada struktur penting disekitarnya atau
kerusakan tulang pendukung yang luas
4. Apabila kemampuan pasien untuk menghadapi tindakan pembedahan terganggu oleh
kondisi fisik atau mental tertentu (Pedersen, 1996)
6. Prosedur Pembedahan
Secara garis besar meliputi : pembukaan flap, membuang jaringan tulang, pengeluaran
gigi, penaganan luka beserta penjahitan penjahitan dan pemberian instruksi dan obat-obatan.
Pembukaan flap
Berbagai macam desain flap untuk molar rahang bawah adalah seperti yang terlihat pada gambar
di bawah ini:
Gambar 4. Desain flap untuk molar tiga rahang bawah
8
a. Insisi dengan pembebasan ke distal; b. Pembukaan terbatas diperoleh dengan
pembebasan insisi ke distal; c. Envelope flap; d. Pembukaan dengan envelope flap
masih memberikan pembukaan yang terbatas; e. Perluasan flap ke bukal; f.
Pembukaan yang lebih besar diperoleh dengan perluasan flap ke bukal; g.
Triangular flap; h. pembukaan yang lebih baik diperoleh dari triangular flap tanpa
harus melibatkan margin gingiva dari gigi yang bersebelahan
Syarat-syarat flep:
1. Harus membuka daerah operasi yang jelas.
2. Insisi terletak pada jaringan yang sehat.
3. Mempunyai dasar atau basis cukup lebar sehingga pengaliran darah ke flep
cukup baik.
Membuang jaringan tulang
Apabila diperlukan dapat dilakukan pengambilan jaringan tulang yang menghalangi pengambilan
M3. Pengambilan dapat dilakukan dengan menggunakan bor. Banyaknya tulang yang diambil
disesuaikan dengan kebutuhan
Gambar 5. A. Tulang yang menutupi permukaan oklusal dibuka dengan
menggunakan bor fisur; B. Tulang pada bukodistal dari gigi impaksi
dibuka dengan bor
Mengeluarkan gigi impaksi
9
a. Intoto: gigi di keluarkan secara utuh
Setelah tulang mengelilingi gigi tersebut kita ambil secukupnya maka kita harus
mempunyai cukup ruangan untuk dapat meletakkan elevator di bawah korona. Dengan
meletakkan elevator dibawah korona, kita membuat gerakan yang mengungkit gigi tersebut.
Kalau gigi ini tidak bergerak dengan tekanan yang sedikit, maka kita harus mencari bagian
tulang mana yang masih menghalangi. Kita tidak boleh mencongkel gigi dengan tenaga
besar tetapi berusaha mengerakkan dengan tekanan minimal. Jika tulang yang diambil telah
cukup tetapi gigi belum mau keluar, maka mungkin masih ada tulang atau akar gigi yang
menghalagi.
Bila mahkota gigi yang terpendam masih belum bisa digerakkan dan terletak di bawah
mahkota molar dua sedang gigi tersebut akan kita ambil dengan cara intoto, maka tulang
distal molar tiga kita ambil lebih banyak sehingga molar tiga dapat kita congkel ke arah
distal. Cara atau teknik kerja tergantung pada posisi gigi, keadaan gigi dan jaringan sekitar
Posisi gigi molar 3
10
Insisi dan refleksi flep
Pembuangan tulang dibagian distal molar 3
Gambar 6. Pengambilan gigi secara intoto (Dunitz, 1999)
b. Separasi: gigi dibelah dulu baru di keluar kan.
Pada metode ini kita sedikit membuang tulang tetapi gigi yang impaksi diambil dengan
cara membelah-belahnya (diambil sebagian-sebagian).
Dalam keadaan ini kita tidak perlu banyak membuang tulang bagiam distal molar tiga
tersebut dan gigi diambil sepotong-sepotong dengan elevator kemudian dikeluarkan dengan
tang sisa akar. Perlu diingat, jangan memaksa karena dapat menyebabkan fraktur tulang
rahang atau fraktur molar dua.
Gambar 7. Pengambilan separasi (Fragiskos, 2007)
11
Gigi molar 3 dielevasi dengan menggunakan bein
Soket bersih dari debris
Penjahitan
12
Posisi klinis dari gigi impaksi
Insisi dan refleksi flep
Pembuangan tulang dibagian distal molar 3
Mahkota gigi dibur
13
Gigi diseparasi dengan bein
Gigi diungkit dengan bein. Segmen distal diambil terlebih dulu, dilanjutkan dengan segmen mesial
Soket dibersihkan
Penjahitan
Penanganan luka
Setelah gigi dikeluarkan dilakukan penghalusan tulang alveolar dan pencucian luka dengan
menggunakan larutan normal saline. Setelah itu luka ditutup dengan penjahitan.
Pemberian instruksi, analgetik dan antibiotik.
Komplikasi
Pada saat pengambilan M3 dapat terjadi komplikasi berupa:
1. Perdarahan karena pembuluh darah terbuka
2. Kerusakan pada gigi M2 karena trauma alat
3. Rasa sakit
4. Parestesi pada lidah dan bibir
Dalam literatur dikatakan bahwa 96 % pasien dengan trauma pada n. alveolaris inferior
dan 87 % pasien dengan trauma pada n. ligualis akan sembuh secara spontan ( Dym &
Ogle, 2001)
Gambar 8. Nervus alveolaris inferior dan nervus lingualis
5. Trismus karena iritasi syaraf
6. Infeksi/peradangan
7. Biasanya disertai dengan pembengkakan, dapat ditanggulangi dengan membuka jahitan,
irigasi dengan larutan antiseptik dan diberi antibiotik
8. Fraktur mandibula
9. Dry socket
10. Emfisema : pembengkakan yang timbul karena terjebaknya udara di dalam jaringan lunak
akibat penggunaan bor high speed.
14
Daftar Pustaka
1. Fragiskos D. Fragiskos. Oral Surgery. Greece: Springer-Verlag Berlin Heidelberg. 2007.
2. Dimitroulis.. A Synopsis of Minor Oral Surgery. British: Reed Educational and
Professional Publishing Ltd. 1997
3. Pedersen, G.W. Buku Ajar Praktis Bedah Mulut. Edisi 1. Philadelphia: W.B. Saunders
Co. 1996
4. Dunitz, M. Atlas of Minor Oral Surgery. 2nd Edition. United Kingdom: Thieme. 1999
5. Dym, H. and Ogle, O.E. Minor Oral Surgery. W. B. Saunders Company. 2001
15
LAPORAN P OST OPERATIF ODONTEKTOMI ( PASIEN UJIAN BM I )
No.rekam medis : 55948
Nama : Ifan Setia Fauzi
Jenis kelamin : Laki-laki
Umur : 22 tahun 4 bulan (
Tanggal Lahir : 22 Februari 1990
Golongan darah : B
Pekerjaan : Pelajar / Mahasiswa
Alamat Pasien
Alamat domisili : Perum Pesona Merapi Kav B7
Kecamatan : Depok
Kabupaten : Sleman
Propinsi : D.I Yogyakarta
No. Hp : 081918191180
Alamat asal : Jl.Koda Perung Rt 002 / 010 Motong Utan
I. Pemeriksaan Subjektif:
Anamnesis
16
a. Keluhan Utama:
Pasien datang dengan keluhan gigi paling belakang kiri tumbuh miring dan sebagian
terpendam. Setiap kali makan gusi yang tumbuh menutup gigi selalu tergigit
menyebabkan pembengkakan dan terasa sakit.
b. Riwayat Perjalanan Penyakit:
Pasien sudah beberapa kali mengalami peradangan dan pembengkakan akibat tergigitnya
gusi yang menutupi gigi terpendam tersebut.
c. Riwayat Kesehatan Oral:
Terlihat pembengkakan daerag gusi yang menutup gigi yang meluas ke pipi sebelah
dalam. Lidah, gusi, langit-langit, jaringan keras, dan oklusi tampak normal.
d. Riwayat Kesehatan Keluarga:
- Ayah : sehat, t.a.k
- Ibu : sehat, t.a.k
- Saudara : sehat, t.a.k
e. Riwayat Kehidupan Pribadi/Sosial : Pasien seorang mahasiswa.
f. Riwayat Kesehatan umum:
Pasien tidak pernah dirawat di rumah sakit dan menjalani rawat jalan karena sesuatu
penyakit, serta menyangkal riwayat penyakit sistemik dan juga tidak ada riwayat alergi
obat.
II. Pemeriksaan objektif
a. Vital sign : - Tekanan darah : 120/80 mmHg
- Nadi : 74x/menit
- Respirasi : 20x/menit
- Suhu tubuh : afebris
17
b. Esktra oral:
- Wajah : Simetris
- Pembengkakan : (-)
- Perubahan warna kulit : (-)
- Conjuntiva : normal
- Kelenjar ludah : normal
- Kelenjar limfatika submandibula : tidak teraba, tidak sakit
Submentale : tidak teraba, tidak sakit
Cervicale : tidak teraba, tidak sakit
18
Intra oral : - Mukosa pipi : t.a.k
- Palatum : t.a.k
- Lidah : t.a.k
- Dasar mulut : t.a.k
- Gingiva : t.a.k
- Rahang atas : t.a.k
- Karang gigi : (-)
- Gigi 38 : - Inspeksi : Tampak mahkota gigi bagian distal
tumbuh sebagian
- Palpasi : (-)
- Perkusi : (-)
- Gigi 36 : - Inspeksi : edentulous
- Palpasi (-)
- Perkusi (+)
- Oral hygiene : sedang
c. Kesan Umum Kesehatan Penderita : Baik dan Kooperatif
d. Pemeriksaan penunjang:
Radiologi: Interpretasi Ro periapikal
Terdapat elemen gigi 38 dengan keadaan terpendam ( impaksi ) yang tumbuh miring
ke mesial (mesioangular), puncak tertinggi 38 berada diantara dataran oklusal dan
permukaan service-enamel junction elemen gigi 37.
III. Diagnosis : 38 : Impaksi kelas I posisi B mesioangular
19
20
IV. Plan
- Odontektomi gigi 38
V. Persetujuan Tindakan Medis
Sebelum di lakukan tindakan medis, pasien diberikan penjelasan tentang kelaian
giginya dan tindakan perlakuan yang akan dilakukan yaitu pengambilan gigi 38 dengan tehnik
odontektomi. Apabila pasien setuju akan tindakan medis yang akan dilakukan maka pasien
menandatangani lembar persetujuan tindakan medis.
VI. Tindakan
a. Pemeriksaan Vital Sign : Tensi : 120/80 mmHg
Respirasi : 20x/menit
Nadi : 74x/menit
Temperatur : Afebris
a. Durante : Jalannya Operasi Odontektomi gigi 38
Tekhnik Operasi: - Persiapan ruangan operasi
- Persiapan alat dan operator
- Persiapan pasien
- Anestesi
- Insisi untuk pembuatan flap
- Pembuangan tulang
- Pengambilan gigi
- Pembersihan Luka
- Penutupan luka (suturing)
- Instruksi pasca operasi
- Perawatan pasca operasi
(1) Persiapan Ruangan Operasi
Ruangan operasi dipersiapkan dan dipastikan semua alat dapat berfungsi dengan
baik dan steril.
21
2) Persiapan Alat dan Operator
Menggunakan alat-alat yang telah disterilkan yaitu : kaca mulut, pinset, sonde,
ekskavator, mata bur, scalpel, blade (no.15 atau 11), needle holder, surgical
forceps, bone file, suture scissors (gunting benang), retractor pipi, elevator dan
tang cabut molar atau radik bawah.
Operator harus melakukan prosedur desinfektan yaitu mencuci dan membrush
tangan dengan sabun antiseptik, setelah itu memakai sarung tangan dan baju
operasi dan cup kepala juga masker untuk menghindari infeksi silang (Gambar
1, 2 dan 3)
Gambar 1 & 2. Alat, baju dan perlengkapan yang steril sebelum operasi.
Gambar 2. Cara Mencuci dan memakai sarung tangan sebelum operasi.
22
Gambar 3. Instrumen untuk pencabutan gigi dengan pembedahan minor
3) Persiapan pasien
Pasien dipersiapkan dengan menenangkan pasien, memasang celemek dan
menghapus rongga mulut pasien dengan antiseptik berupa povidon iodine
sebelum dilakukan tindakan anestesi dan pembedahan.
(4) Anestesi
Pertama dilakukan infiltrasi anestesi untuk melihat apakah pasien alergi dengan
bahan anestesi yang disuntikkan berupa Lidocaine Comp (Lidocaine HCL
20mg/ml, Adrenalin 0,0125mg/ml), jika tidak ada reaksi alergi dilakukan anestesi
lokal yaitu Anestesi Blok untuk rahang bawah bagian kiri berupa Mandibular
anestesi.
(5) Membuat insisi untuk pembuatan flap
a. Tipe flap yang akan dibuat adalah flap triangular dimana insisi dibuat dari 1/3
mesial Molar dua kiri (gigi 37) sampai ke ramus, insisi horizontal mengikuti
tepi marginal .
b. Dari 1/3 mesial Molar dua kiri tersebut kemudian dibuat insisi semi vertikal
sebelah bukal Molar dua kiri sampai ke forniks
23
Setelah kedua insisi dibuat dengan baik sampai ke tulang maka muko-perios
flap dibuka dengan raspatorium dan kemudian ditahan dengan penarik pipi.
Setelah flap dibuka maka kelihatan tulang dan telah terlihat giginya sebagian,
maka dilakukan pengambilan tulang yang menghalangi gigi tersebut.
Gambar 4. Tipe Flap Triangular
(6) Pengambilan tulang
Gigi 38 yang terpendam sebagian permukaannya dilapisi tulang, maka dilakukan
pembuangan tulang dengan menggunakan bor low speed dengan mata bur dan
fisure yang tajam. Ketika membuang tulang dengan bur low speed harus kita
irigasi untuk mengurangi panas yang timbul supaya tidak terjadi nekrose tulang
dan membersihkan serpihan tulang bekas pemboran. Pengambilan tulang
dilakukan pada permukaan tulang sebelah bukal yang menutupi gigi mengarah
kedistal sampai gigi bebas dari tulang dan akses untuk pengambilan gigi cukup.
Setelah pengambilan tulang cukup dilakukan, maka kita coba untuk
menggerakkan gigi dengan elevator.
24
(7) Pengambilan gigi dilakukan dengan cara separasi ( split ) gigi 38 tersebut menjadi
2 bagian pada bifurkasi. Bur dimulai dari bifurkasi yang diarahkan ke oklusal dan
diperkirakan tidak sampai ke sebelah lingual.
Gambar 5. Prosedur pengambilan gigi dan elemen gigi 38
(8) Pembersihan luka
Setelah gigi dikeluarkan maka soket atau ruangan bekas pencabutan dibersihkan dari
sisa – sisa tulang bekas pemboran , folikel harus diambil karena dapat menyebabkan
kista residual. Tepi tulang yang tajam harus dihaluskan dengan bor atau bone file.
Setelah itu rongga tersebut harus kita bersihkan dengan semprotan atau irigasi dengan
25
povidone iodine supaya pecahan partikel –partikel tulang dapat keluar dan ini dihisap
dengan suction.
(9) Lalu dilakukan penutupan luka dengan suturing, rongga bekas pencabutan dan bekas
insisi bukal harus ditutup rapat agar sisa-sisa makanan tidak masuk dan proses
penyembuhan lukanya baik. Dilakukan suturing dari bagian jaringan yang bergerak ke
jaringan yang tidak bergerak dengan simple interrupted lalu ditahan dengan tampon
yang kecil.
(10) Instruksi pasca operasi
Pasien diberi nasehat membiarkan tampon 15 menit sampai ½ jam, jangan makan dan
minum yang panas, kumur-kumur yang kuat atau sering meludah, harus istirahat yang
cukup, tampon harus dibuang setelah 15 menit atau ½ jam, bila masih terjadi
perdarahan, tampon harus diganti dengan tangan yang bersih dan bila berdarah terus
menerus harus segera kembali kerumah sakit. Setelah 24 jam pasien dapat berkumur-
kumur dengan obat kumur atau air garam hangat. Makan yang lunak dan bergizi. Harus
kembali kontrol 5-7 hari untuk dilakukan pembukaan jahitan.
(11) Perawatan Pasca Operasi
Pasien diberikan resep obat berupa Antibiotik, Analgetik, Anti inflamasi, dan obat
kumur dalam hal ini saya beri Amoxicillin 500mg 3x1 dan kalium diklofenak 50 mg 3x1.
Kontak person bila terjadi sesuatu yang mengkhawatirkan.
VII. Kontrol 1 hari ke 7
S : Pasien tidak ada keluhan dari operasi kemarin, obat analgesik masih ada, obat antibiotik
habis. 2 hari setelah operasi terdapat pembengkakan sedikit, tapi saat ini sudah sembuh.
Luka bekas operasi belum menutup sempurna. Jahitan terlepas 1 jahitan yang di sebeelah
distal.
O : EO : d.b.n
IO : inspeksi : terdapat jahitan 4 simpul, Ginggiva : normal, Debris : (+)
Palpasi : sakit (-), pembengkakan (-)
A : Proses penyembuhan luka
P : Irigasi NaCl dan angkat jahitan
26
27