laporan mankep aster a 2015
DESCRIPTION
Laporan Mankep Aster a 2015TRANSCRIPT
LAPORAN HASIL PENGKAJIAN SITUASI DI RUANG RAWAT INAP ASTER A INSTALASI BEDAH E RSUP Dr. MOHAMMAD HOESIN
PALEMBANG TAHUN 2014
PROGRAM PROFESI NERSMANAJEMEN KEPERAWATAN
OLEH :KELOMPOK II
1. Atika Dewi harisma, S.Kep.2. Diah Ayu Aguspa Dita, S. Kep.3. Dian Putra Asendo, S.Kep.4. Eka Fitriyanie, S. Kep.5. Eka Oktarina, S. Kep.6. Erpina, S. Kep.7. Evi Eliyanti, S. Kep.8. Evi Nurhayati, S.Kep9. Herlinda Octavera, S.Kep10. Julia Avlianti, S. Kep
PROGRAM STUDI KEPERAWATANFAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS SRIWIJAYA
2014
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji dan syukur kepada Allah SWT atas karunia dan kasih
sayang-Nya sehingga Laporan Hasil Pengkajian Situasi Di Ruang Rawat Inap
Aster A Instalasi Bedah RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang Tahun 2014
dapat selesai tepat waktunya. Laporan ini disusun untuk memenuhi tugas program
profesi ners manajemen keperawatan.
Penyusun mengucapkan terima kasih kepada
1. Ns. Eka Yulia Fitri, S.Kep., M.Kep. selaku telah penanggungjawab
Program Profesi Stase Manajemen Keperawata
2. Ns. Dhona Andini, S. Kep., M. Kep selaku pembimbing akademik
Program Profesi Stase Manajemen Keperawatan
3. Hj. Nurlela, S.KM, MM selaku Kepala Instalasi Rawat Inap E
4. Ns. Fitri Rachmawati, S.Kep sebagai kepala Ruang Rawat Inap E
Aster A
5. Seluruh perawat di Ruang Rawat Inap E Aster A RSUP Dr.
Mohammad Hoesin Palembang atas kesediaannya menerima dan
memberikan bimbingan klinik selama penyusunan dan melaksanakan
praktek Manajemen Keperawatan
Penyusun menyadari dalam penyusunan laporan ini masih jauh dari
kesempurnaan.Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat
penyusun harapkan demi kesempurnaan laporan ini. Semoga laporan ini dapat
memberikan manfaat bagi semua pihak.
Palembang, September 2014
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL..........................................................................................i
KATA PENGANTAR...................................................................................... ii
DAFTAR ISI.................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang.............................................................................................. 1
1.2 Tujuan Penelitian.......................................................................................... 3
1.3 Manfaat penelitian........................................................................................ 3
BAB II KAJIAN SITUASI
A. Kajian Rumah Sakit
1. Visi Rumah Sakit........................................................................................
2. Misi Rumah Sakit........................................................................................
3. Moto Rumah Sakit.......................................................................................
4. Sifat, maksud, dan tujuan rumah sakit........................................................
B. Kajian Situasi di Ruang Rawat Inap E Aster A
1. Karakteristik Unit.......................................................................................
a. Visi Ruangan...........................................................................................
b. Misi Ruangan..........................................................................................
c, Sifat Kekaryaan ruang.............................................................................
1) Fokus Telaah......................................................................................
2) Lingkup Garapan................................................................................
3) Basis Intervensi..................................................................................
d. Model Layanan.......................................................................................
e. Letak Ruang............................................................................................
f. Kapasitas Unit Ruang..............................................................................
2. Analisis terhadap klien
a. Karakteristik............................................................................................
b. Tingkat Ketergantungan..........................................................................
3. Analisa unit layanan keperawatan
a. Flow of Care............................................................................................
1) Penerimaan Pasien .............................................................................
2) Pengelolaan Pasien..............................................................................
3) Pasien Keluar......................................................................................
b. Management Unit ....................................................................................
4. Sumber Daya Atau Kekuatan Kerja
a. Manusia...................................................................................................
b. Non manusia (methode, material, money, marketing)............................
5. Lingkungan kerja
a. Lingkungan fisik.....................................................................................
b. Lingkungan non fisik..............................................................................
6. Kajian Indikator Mutu Ruang (BOR, ALOS, TOI, dan BTO)...................
7. Pendidikan...................................................................................................
8. Pelatihan.....................................................................................................
BAB III Analisa Data dan Perencanaan
A. Analisa Data …………………………………………………………….
B. Planing of Action ......................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
1. 1 Latar Belakang
Mahasiswa program profesi ners melaksanakan praktik manajemen
keperawatan selama 3 minggu, yaitu dari tanggal 15 September 2014 s/d
tanggal 4 Oktober 2014 di ruang rawat inap Aster A Rumah Sakit Dr.
Mohammad Hoesin Palembang. Praktik Manajemen Keperawatan ini
bertujuan untuk menerapkan asuhan keperawatan pada pasien secara optimal.
Hal ini sesuai dengan pernyataan Grant dan Massey; Gillies; dalam Nursalam
2002 yang menyatakan bahwa manajemen keperawatan adalah suatu proses
bekerja melalui anggota staf keperawatan untuk memberikan asuhan
keperawatan secara profesional.
Praktik manajemen keperawatan yang dilaksanakan oleh mahasiswa
PSIK UNSRI ini diharapkan dapat memberikan perubahan yang berarti di
ruangan agar tercipta asuhan keperawatan yang profesional, sesuai dengan
fungsi mahasiswa yaitu sebagai change agent. Menurut Kurt Lewin, 1951
ada beberapa hal yang harus dilaksanakan oleh seorang manajer dalam
merencanakan suatu perubahan, yaitu: perubahan hanya boleh dilaksanakan
untuk alasan yang baik, perubahan harus secara bertahap, semua perubahan
harus direncanakan dan tidak secara drastis atau mendadak, semua individu
yang terkena perubahan harus dilibatkan dalam perencanaan perubahan.
Alasan perubahan Lewin tersebut diperkuat oleh pendapat Sullivan & Decker
(1988) hanya ada alasan yang dapat diterapkan pada setiap situasi, yaitu:
perubahan ditujukan untuk menyelesaikan masalah, perubahan ditujukan
untuk membuat prosedur kerja lebih efisien, perubahan ditujukan untuk
mengurangi pekerjaan yang tidak penting. Adapun strategi yang digunakan
Bechard dan Harris sebagai change agents yang dikutip Dicroce (1997) yaitu
sebagai berikut : menentukan berapa banyak pilihan yang akan dirubah,
memberikan penjelasan akan pentingnya perubahan, mengembangkan suatu
sistem aliran kontrol dan informasi, menstabilkan mekanisme pengawasan,
dan merencanakan perubahan jangka panjang.
Langkah-langkah dalam manajemen keperawatan terdiri dari
pengkajian, perencanaan, implementasi dan evaluasi. Langkah awal yang
dilakukan oleh mahasiswa untuk melakukan perubahan adalah
mengidentifikasi masalah yang ada di ruangan. Proses pengidentifikasian
dilakukan dengan cara observasi, wawancara dan pendataan perawat dan juga
pasien. Mahasiswa mengidentifikasi masalah-masalah yang terdapat di
ruangan, yang meliputi: tindakan, pendokumentasian, instrumen, pengelolaan
obat-obatan, sumber daya manuasia, material, serta metode.
Masalah-masalah yang teridentifikasi di ruangan Aster A setelah
dilakukan analisa antara lain masalah-masalah yang berhubungan dengan
tindakan, pendokumentasian, instrumen, pengelolaan obat-obatan, sumber
daya manusia, material, serta metode.
Berdasarkan hasil temuan masalah yang didapatkan mahasiswa
melalui observasi pelaksanaan kegiatan di ruangan dan wawancara, maka
selanjutnya mahasiswa menyusun rencana kegiatan yang akan dilakukan
sebagai dasar untuk melakukan berbagai tindakan di ruang rawat inap Aster
A.
Setelah kegiatan itu dilakukan, selanjutnya mahasiswa bersama
perawat ruangan melakukan evaluasi pelaksanaan kegiatan. Evaluasi ini
bertujuan untuk mengetahui sejauh mana perubahan yang terjadi setelah
dilakukan tindakan.
1.2 Tujuan
a. Tujuan Umum
Melaksanakan praktik keperawatan dengan melakukan dasar pengelolaan
unit pelayanan keperawatan di ruang rawat inap Aster A RSUP Dr.
Mohammad Hoesin Palembang sesuai dengan langkah-langkah dalam
manajemen keperawatan
b. Tujuan Khusus
1. Kajian situasi
2. Menyusun rencana strategis dan operasional
3. Mengorganisasikan pelayanan keperawatan
4. Pengelolaan
5. Penyusunan operasional
6. Fungsi kontrol dan evaluasi
1. 3 Manfaat
1. Bagi Mahasiswa
Kegiatan ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi mahasiswa
dalam menerapkan praktik manajeman keperawatan di Ruang Rawat Inap
Aster A Rumah Sakit Dr. Mohammad Hoesin Palembang.
2. Bagi Ruang Rawat Inap Aster A Rumah Sakit Dr. Mohammad Hoesin
Palembang
Diharapkan program kerja manajemen keperawatan yang direncanakan
dapat memberi manfaat bagi perawat di ruangan dan rumah sakit agar
asuhan keperawatan dapat dilakukan secara optimal yang pada akhirnya
dapat meningkatkan mutu pelayanan dan kepuasan pasien
BAB II
KAJIAN SITUASI MANAJEMEN KEPERAWATAN RUANGAN
A. Kajian Rumah Sakit RSUP Dr. Mohammad Hoesin
1. Visi rumah sakit
Menjadi rumah sakit pusat pelayanan kesehatan, pendidikan dan
penelitian terbaik dan bermutu se-sumatera.
2. Misi rumah sakit
1) Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang komprehensif dan
berkualitas tinggi.
2) Menyelenggarakan jasa pendidikan dan penelitian dalam bidang
kedokteran dan kesehatan.
3) Menjadi pusat promosi kesehatan
3. Motto rumah sakit
“Kesembuhan dan kepuasan anda merupakan kebahagiaan kami”.
4. Sifat, maksud dan tujuan rumah sakit
Tahun 2005 berdasarkan PP 23/2005 tanggal 13 Juni 2005 tentang
Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum dengan SK Menkes RI No:
1243/Menkes/SK/VIII/2005, tanggal 11 Agustus 2005 tentang Penetapan
13 eks Rumah Sakit Perjan statusnya menjadi Unit Pelaksana Teknis
Depkes RI dengan menerapkan Pola Pengelolaan Keuangan Badan
Layanan Umum. Implementasinya RSUP Dr. Mohammad Hoesin
Palembang sebagai Badan Layanan Umum dilaksanakan pada Januari
2006.
Tujuan RSUP Dr. Mohammad Hoesin :
a. Meningkatkan derajat kesehatan dan senantiasa berorientasi kepada
kepentingan masyarakat.
b. Meningkatkan citra pelayanan pemerintah kepada masyarakat di bidang
kesehatan.
c. Menghasilkan tenaga Dokter Umum, Spesialis dan Sub Spesialis serta
Keperawatan yang berkualitas dan bermoral tinggi.
B. Kajian Situasi di Ruangan Rawat Inap Aster A
1. Karakteristik Unit
a. Visi Ruangan
Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala ruangan Aster A,
saat ini belum memiliki visi ruangan. Hal ini didukung dengan hasil
observasi tidak ditemukan banner atau lembar balik visi ruangan.
b. Misi Ruangan
Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala ruangan Aster A,
saat ini belum memiliki misi ruangan. Hal ini didukung dengan hasil
observasi tidak ditemukan banner atau lembar balik misi ruangan.
c. Sifat kekaryaan ruang
1) Fokus Telaah
Ruang rawat inap Aster A Irna Bedah E merupakan ruang rawat
inap yang menerima dan melayani pasien dengan penyakit mata dan
penyakit bedah lainnya seperti bedah digestive, bedah urologi, bedah
orthopedi, neurologi dan bedah onkologi. Ruang rawat inap Aster A
juga menerima pasien mulai dari usia lebih dari 1 bulan, jenis kelamin
laki-laki maupun perempuan. Ruang Aster A terdiri dari 2 kamar
kelas II laki-laki dan perempuan, 4 kamar kelas III laki-laki dan
perempuan yang dibagi berdasarkan jenis penyakit infeksi dan non
infeksi.
2) Lingkup garapan
Lingkup garapan di ruang Aster A dalam pelayanan meliputi
pemenuhan kebutuhan dasar pasien dan keluarga, penyimpangan dan
pemberian intervensi untuk mengatasi masalah yang muncul baik
aktual maupun potensial.
Elemen – elemen dalam lingkup garapan ruang rawat inap Aster
A :
1. Pemeliharaan pola – pola normal dari fungsi – fungsi dasar/
kebutuhan dasa manusia
2. Pengelolaan rasa nyeri dan ketidaknyamanan
3. Penanganan masalah psikis (emosional) berkaitan dengan penyakit
dan pengobatan
4. Peningkatan pengetahuan klien dan keluarga tentang pemeliharaan
kesehatan
5. Memfasilitasi selfcare (perawatan diri) pasien secara mandiri oleh
klien maupun keluarga
6. Membantu pasien menghadapi kematian beserta prosesnya agar
dapat meninggal dengan damai
3) Basis intervensi
Basis intervensi ruang rawat inap Aster A dalam bidang
pelayanan berupa ketidakmampuan dalam pemenuhan kebutuhan
dasar manusia. Dalam bidang pendidikan berupa ketidaktahuan,
ketidakmampuan, dan ketidakmauan peserta didik dalam mencapai
tingkat pengetahuan dan pengalaman tertentu yang berhubungan
dengan pemenuhan kebutuhan dasar manusia. Dalam bidang
penelitian basic intervensinya adalah berupa menjadi lahan penelitian
bagi individu atau kelompok yang ingin meneliti permasalahan pada
berbagai unsur di ruang rawat inap Aster A.
d. Model layanan
Model layanan yang diterapkan di ruang rawat inap Aster A ini adalah
Model Sistem Pemberian Pelayanan Keperawatan Profesional (SP2KP).
SP2KP adalah sistem pemberian pelayanan keperawatan profesional
yang merupakan pengembangan dari MPKP (Model Praktek
Keperawatan Profesional) dimana dalam SP2KP ini terjadi kerjasama
profesional antara perawat primer (PP) dan perawat asosiet (PA) serta
tenaga kesehatan lainnya (Potter & Perry, 2009).
Model praktik keperawatan profesional (MPKP) adalah suatu
sistem (struktur, proses dan nilai-nilai profesional) yang memfasilitasi
perawat profesional, mengatur pemberian asuhan keperawatan, termasuk
lingkungan tempat asuhan tersebut diberikan. Aspek struktur ditetapkan
jumlah tenaga keperawatan berdasarkan jumlah klien sesuai dengan
derajat ketergantungan klien. Penetapan jumlah perawat sesuai
kebutuhan klien menjadi hal penting, karena bila jumlah perawat tidak
sesuai dengan jumlah tenaga yang dibutuhkan, tidak ada waktu bagi
perawat untuk melakukan tindakan keperawatan.
Berdasarkan hasil kajian studi pendahuluan terkait mutu pelayanan
kepuasan pasien di ruang rawat inap Aster A dengan 5 responden
menghasilkan derajat kepuasan sebanyak 60% dengan kategori puas.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan terkait kepedulian
perawat untuk mengkaji jumlah asupan gizi pasien, kepedulian perawat
untuk memperhatikan personal hyegene pasien yang bedrest atau sulit
untuk mobilisasi ke kamar mandi, dan menjelaskan tentang pentingnya
bergerak atau resiko berbaring terlalu lama.
e. Letak Ruangan
Dilihat dari letak ruang rawat inap Aster A sudah memenuhi
standar dimana letak nurse station berada di tengah ruang perawatan.
Kamar di ruang rawat inap Aster dibagi berdasarkan pengelompokkan
penyakit yaitu penyakit infeksi dan non infeksi serta pengelompokkan
jenis kelamin yaitu laki-laki dan perempuan. Ruang rawat inap memiliki
dapur khusus untuk tenaga kesehatan, gudang penyimpanan barang seperti
alat tenun, brangkar, rest tool, dan alat-alat invasif lainnya. Kamar mandi
dibedakan antara pasien dan perawat namun letaknya berdampingan.
f. Kapasitas Unit Ruang
Ruang rawat inap Aster A adalah ruang rawat inap penyakit mata
dan bedah yang terdiri atas 7 ruangan rawat inap dengan kapasitas tempat
tidur 35 pasien, dengan rincian tempat tidur sebagai berikut:
1) Kamar kelas II wanita : 4 tempat tidur
2) Kamar kelas II Laki-laki : 4 tempat tidur
3) Kamar kelas III Wanita ada 2 kamar yang terdiri dari masing – masing
6 tempat tidur
4) Kamar kelas III Laki-laki Infeksi : 6 tempat tidur
5) Kamar kelas III Laki-laki Non Infeksi : 6 tempat tidur
6) Kamar isolasi: 3 tempat tidur
2. Analisa terhadap klien
a. Karakteristik
1) Penyakit Mata Bulan Agustus 2014
Tabel 2.1
Daftar Penyakit Mata Ruang Rawat Inap Aster A
No Penyakit Mata Jumlah Kejadian1 Katarak 102 PDR 73 Ruptur Cornea 44 BCC 35 Prolaps Iris 36 Trauma terbuka bola mata 37 Ablation retina 38 Endoptalmitis 29 CIN 210 Ektreptop Sirkartik 211 Ulkus cornea 212 Tumor region bulber 213 Hifema 114 Glukoma 115 Rupture palpebra 1
TOTAL 46
2) Penyakit Bedah
Tabel 2.2
Daftar Penyakit Bedah Ruang Rawat Inap Aster A
No Penyakit Bedah Jumlah Kejadian Total1 Bedah Onkologi
a. Ca mamaeb. Ca colonc. Ca laringd. Adeno Ca rectiee. Tumor mamae
51112
10
2 Bedah Digestivea. Trauma Tumpul Abomenb. Obstruksi ususc. Peritonitisd. Cholelithiasis
1111
4
3 Bedah Urologia. Batu ginjalb. Retensio Urine
31
4
4 Bedah Orthopedia. Fraktur mandibulab. Fraktur tibia
11
2
5 Bedah NeurologiTrauma Capitis 5
5
6 LainnyaLuka Tembak 3
3
TOTAL 28
b. Tingkat Ketergantungan
Klasifikasi Pasien Berdasarkan Tingkat Ketergantungan Dengan
Metode Douglas (1984)
Tabel 2.3
Klasifikasi dan Kriteria Tingkat Ketergantungan Pasien
No. KLASIFIKASI DAN KRITERIA
1 Minimal Care (1-2 jam)
1. Dapat melakukan kebersihan diri sendiri, mandi, ganti
pakaian dan minum.
2. Pengawasan dalam ambulasi atau gerakan.
3. Observasi Tanda vital setiap shift.
4. Pengobatan minimal, status psikologi stabil.
5. Persiapan prosedur pengobatan
2 Intermediet Care (3-4 jam)
1. Dibantu dalam kebersihan diri, makan dan minum,
ambulasi.
2. Observasi tanda vital tiap 4 jam.
3. Pengobatan lebih dari 1 kali.
4. Pakai foley kateter.
5. Pasang infuse, intake out-put dicatat.
6. Pengobatan perlu prosedur.
3 Total Care (5-6 jam)
1. Dibantu segala sesuatunya.
2. Posisi diatur.
3. Observasi tanda vital tiap 2 jam.
4. Pakai NG tube.
5. Terapi intravena, pakai suction.
6. Kondisi gelisah / disorientasi / tidak sadar.
Pada suatu pelayanan profesional, jumlah tenaga yang dibutuhkan
tergantung pada jumlah pasien dan tingkat ketergantungan pasien.
Menurut Douglas (1984), Loverige dan cummings (1996)
diklasifikasikan tingkat ketergantungan pasien dibagi menjadi 3
kategori yaitu :
a. Minimal Care : 1-2 jam / 24 jam
b. Intermediet/Partial Care : 3-4 jam / 24 jam
c. Total Care : 5-6 jam / 24 jam
Tabel 2.4
Perhitungan Tingkat Ketergantungan Pasien Tanggal 18 -20 September 2014
HariTingkat
KetergantunganJumlah Pasien
Jumlah Kebutuhan TenagaPagi Sore Malam
Kamis MCPCTC
Total
14 Orang10 Orang 2 Orang
14 x 2,38 = 33,3210 x 2,7 = 272 x 0,72 = 1,44
61,76
14x1,96= 27,4410 x 1,5= 152x0,6 = 1,2
43,64
14x0,98= 13,7210x1 = 102x0,4 = 0,8
24,52
Jum’at MCPCTC
Total
15 orang10 orang1 orang
15 x 2,55 =38,2510 x 2,7 = 271 x 0,36 = 0,36
65,61
15 x 2,55= 38,2510x1,5 = 151 x 0,3 = 0,3
53,55
15 x1,05= 15,7510x1 = 101x0,2 = 0,2
25,95
Sabtu MCPCTC
Total
20 orang10 orang1 orang
20 x 3,4 = 6810 x 2,7 = 271 x 0,36 = 0,36
95,36
20 x 2,8 = 5610 x 1,5 = 151 x 0,3 = 0,3
71,3
20 x 1,4 = 2810 x 1 = 101 x 0,2 = 0,2
38,2
/ 22 hari222,73
10,12
168,49
7,65
88,67
4,03
Jumlah kebutuhan perawat setiap hari = 10,12 + 7,65 + 4,03 = 21,8
Libur cuti = 2 orang+1 orang KARU+2 orang KATIM
= 21,8 + 5 = 26,8
= 27 orang
3. Analisa Unit Layanan Keperawatan
a. Flow of Care
1) Penerimaan pasien
Tabel 2.5
Perbandingan Penerimaan Pasien Berdasarkan Ideal dan Aktual
Ideal Aktual1. Menerima informasi pasien
baru (pastikan nama pasien, alamat, kelas yang diinginkan)
2. Penandatangan informed consent, cek status dan masukan data ke buku register pasien baru.
3. Menyiapkan tempat tidur dan peralatan/ sarana pendukung sesuai kebutuhan pasien yang bersangkutan dengan teliti.
4. Cek kembali persiapan ruangan dan beritahukan pada unit awal pasien masuk bahwa ruangan telah siap menerima pasien.
5. Memberi salam, memperkenalkan diri nama perawat yang bertanggungjawab.
6. Mengobservasi kondisi dan respon pasien untuk mengantisipasi kegawatdaruratan pada pasien.
7. Mengantar pasien dan keluarga ke tempat tidurnya.
8. Perawat mengkaji tanda-tanda vital dan head to toe.
9. Mengkaji masalah pasien dan mengorientasikan pasien dan
1. Pasien yang dirawat di ruang Aster A berasal dari poliklinik dan UGD RSMH. Ruang Aster A berkoordinasi dengan bagian informasi ketika menerima pasien untuk di rawat inap.
2. Bagian informasi akan menghubungi ruang Aster A apakah tersedia tempat untuk pasien dengan masalah kesehatan mata/bedah dengan usia tertentu berjenis kelamin laki-laki/perempuan dan status kelas rawat inap (kelas II/III).
3. Jika tersedia tempat untuk pasien yang akan dirawat sesuai dengan kriteria pasien rawat inap Aster A, maka maka petugas kesehatan ruang Aster A akan mempersiapkan bed yang akan ditempati pasien tersebut, seperti merapikan tempat tidur dan melengkapi peralatan bantal dan selimut.
4. Berdasarkan observasi saat penerimaan pasien baru, ketika pasien tiba di ruangan, perawat mengecek kelengkapan status dan kim serta kelengkapan administrasi lainnya.
keluarga terhadap lingkungan kamar, sarana yang tersedia serta paraturannya.
10. Menyusun rencana keperawatan, memberikan laporan kepada dokter jaga yang kemudian bertanggung jawab untuk mengecek hasil pemeriksaan dan mengevaluasi kelengkapan catatan
(Sumber swanburg :2002)
5. Kemudian, perawat mengantarkan pasien ke bed yang akan ditempati. Perawat mengorientasikan ruangan dan memasang identitas klien.
6. Pada saat penerimaan pasien baru, perawat juga melakukan timbang terima pasien dengan petugas unit asal pasien dan mendokumentasikannya
Skema 2.1
Skema Penerimaan pasien baru di ruang rawat Aster A
Sumber : SOP Penerimaan Pasien Rawat Inap RSUP Mohammad
Hoesin Palembang.
ACC untuk rawat inap
Penerimaan oleh perawat
ruangan
Pemeriksaan status, kim dan kelengkapan
administrasi
Penjelasan tentang tata tertib pasien, fungsi gelang, dan
pasien safety
Pasien datang dari :
IGD/Poli/Graha
Perawat orientasi ruangan dengan pasien
Pasien dirawat inap
2) Pengelolaan Pasien
Tabel 2.6
Perbandingan Pengelolaan Pasien Berdasarkan Ideal dan Aktual
Ideal Aktual
1. Pendekatan proses Keperawatan :Asuhan keperawatan adalah metode ilmiah yang digunakan secara sistematis untuk mengkaji dan mendiagnosa status kesehatan klien, merumuskan tujuan yang hendak dicapai, menentukan intervensi, mengevaluasi mutu asuhan yang dilakukan terhadap klien (Potter & Perry: 2005)
1. Assesment pengkajian pasien di ruang rawat inap E Aster A dilakukan pada saat pasien masuk ruangan, menentukan diagnosa, intervensi dilakukan dan dievaluasi secara berkala sampai pasien keluar ruangan. Semua tindakan di dokumentasikan ke dalam status pasien.
2. Standar PengkajianKomponen pengkajian keperawatan meleiputi yang pertama adalah pengumpulan data dengan kriteria : menggunakan format yang baku, sistematis, diisi sesuai kolom yang tersedia, aktual dan absah. Yang kedua adalah pengelompokkan data : data biologis, psikologis, sosial, spiritual. Kemudian merumuskan masalah yang kriterianya : kesenjangan status kesehatan dengan norma dan pola fungsi (Potter & Perry : 2005).
3. Standar Diagnosa KeperawatanDiagnosa keperawatan dirumuskan berdasarkan data subjektif dan objektif yang merupakan respon individu terhadap masalah yang aktual dan potensial, dianalisa dan dibandingkan dengan norma fungsi kehidupan. Diagnosa dihubungkan dengan etiologi, kesenjangan dan pemenuhan kebutuhan dasar klien yang dapat diintervensi sesuai dengan kewenangan perawat. Komponen terdiri dari masalah, etiologi, dan tanda dan gejala (PES)
Format pengkajian Asuhan Keperawatan di ruang rawat inap E Aster A disediakan oleh pihak rumah sakit, di dalam format pengkajian tersebut terdapat: identitas klien, antropometri, keluhan, alergi, nyeri, tingkat ketergantungan, resiko jatuh, resiko dekubitus, pola eliminasi, pola istirahat dan tidur, status gizi dan nutrisi, riwayat penyakit dan tindakan yang telah dilakukan, riwayat pskiatri. pengkajian khusus lansia.
Perawat di ruang rawat inap E Aster A dirumuskan dengan pola P+E, berdasarkan keluhan pasien dan observasi perawat pertama.
atau terdiri dari masalah dan penyebab (PE).Diagnosa keperawatan bersifat aktual apabila ada masalah kesehatan klien yang sudah nyata terjadi dan bersifat potensial apabila masalah kesehatan klien kemungkinan besar akan terjadi.
(Sumber : Potter & Perry : 2005 )
4. Standar Implementasi KeperawatanImplementasi keperawatan adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan oleh perawat dan klien yang meliputi tindakan yang telah direncanakan oleh perawat maupun klien dan kolaborasi dengan tim kesehatan lainnya. Implementasi dilaksanakan sesuai dengan rencana keperawatan, menyangkut bidang bio, psiko,social dan spiritual klien. Menjelaskan setiap tindakan keperawatan yang akan dilkukan pada klien atau keluarga sesuai waktu yang telah ditentukan dan menggunakan sumber daya yang ada. Melaksanakan perbaikan tindakan berdasarkan respon klien, menerapkan prinsip septik dan antiseptik serta memperhatikan rasa aman dan nyaman, privasi, dan mengutamakan keselamatan klien. Setelah melakukan tindakan, tindakan tersebut dicatat, klien dan alat dirapikan dan dalam melaksanakan tindakan keperawatan berpedoman kepada prosedur teknis yang telah ditentukan serta intervensi pemenuhan KDM klien.(Sumber :Potter & Perry : 2005 )
5. Standar EvaluasiEvaluasi keperawatan adalah perbandingan yang sistematis dan
Berdasarkan hasil observasi, diagnosa keperawatan rata-rata ditulis sebanyak 1-2 diangnosa per pasien selama perawatan, dan diagnosa yang ditemukan adalah nyeri, ansietas dan resiko infeksi.
Perawat di ruang inap Aster A melakukan tindakan sesuai dengan rencana perawatan, melakukan order dokter, melakukan edukasi PPI, mengurus administrasi, dan tindakan sesuai keluhan pasien berdasarkan alur pelapor
Evaluasi dilakukan oleh perawat pelaksana di ruang rawat inap Aster A
terencana tentang kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan, melakukan secara berkesinambungan dengan melibatkan klien dan tenaga kesehatan lainnya.Setiap tindakan keperawatan dilakukan evaluasi. Evaluasi hasil menggunakan indikator yang ada pada perumusan tujuan. Evaluasi segara dicatat dan dikomunikasikan, evaluasi juga melibatkan klien, keluarga dan tim kesehatan yang dilakukan sesuai standar.
(Sumber :Potter & Perry : 2005 )
6. Dokumentasi Keperawatan. Dokumentasi keperawatan
merupakan bukti dari pelaksanaan keperawatan yang menggambarkan pendekatan proses keperawatan dan catatan tentang respon klien terhadap tindakan medis, tindakan keperawatan dan reaksi pasien terhadap penyakit (Depkes, 1994). Pencatatan askep dilakukan secara individu yang dilakukan selama klien dirawat inap dan rawat jalan. Dokumentasi dapat digunakan sebagai bahan informasi, komunikasi dan laporan yang dilakukan setelah tindakan selesai dilaksanakan. Penulisan ddokumentasi harus jelas dan ringkas serta menggunakan istilah yang baku dan sesuai dengan pelaksanaan proses keperawatan. Setiap pencatatan harus mencantumkan inisial/paraf /nama perawat yang melakukan tindakan dan waktunya. Dokumentasi menggunakan formulir yang baku dan disimpan sesua peraturan yang berlaku.
(Sumber: Potter & Perry:2005 )
dilakukan dengan menggunakan format penulisan SOAP. Evaluasi dicatat di status pasien yang dilakukan per shift jaga. Evaluasi dilakukan namun tidak berkesinambungan dibuktikan dengan tidak ada kemajuan hasil tindakan. Evaluasi tindakan tidak dicatat segera setelah tindakan di lakukan. Hasil evaluasi keperawatan tidak dikomunikasikan dengan klien, keluarga klien.
Semua tindakan keperawatan ditulis di format catatan perkembangan terintegrasi, assement nyeri dan penilaian resiko jatuh, kardeks, dan rencana perawatan.Format baku penulisan disediakan oleh rumah sakit. Dokumentasi aktual tidak sesuai berdasarkan format penulisan yang dianjurkan pihak rumah sakit.
3) Pasien Keluar
Tabel 2.7
Perbandingan Pasien Keluar Berdasarkan Ideal dan Aktual
Ideal AktualTujuan dilakukan discharge planning adalah menyiapkan pasien untuk menyesuiakan diri di rumah dan di masyarakat setelah pulang dari rumah sakit untuk menyiapkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap pasien maupun keluarga mengenai penyakit pasien, pemberian obat, aktivitas dan perawatan seharí-hari dan pemberian nutrisi yang benar. Kegiatan yang dilakukan meliputi : 1. Melakukan pengkajian awal
sebagai cara pangumpulan data untuk menentukan perkiraan lama rawat inap pasien, kebutuhan pasien pasca pemulangan mempersiapkan pasien dan keluarga dalam perawatan pasca pemulangan.
2. Melakukan pengkajian kesiapan pasien untuk pulang meliputi keadaan umum, tingkat pengetahuan keluarga dan kemampuan klien dan keluarga untuk beradaptasi. Kolaborasi dengan dokter dan tim kesehatan lainnya dalam menentukan kepulangan pasien.
3. Menjelaskan kepada keluarga mengenai kemungkinan adanya gejala sisa yang muncul, tanda-tanda yang menunjukkan keadaaan yang berbahaya yang harus segera diperiksakan ke dokter atau rumah sakit untuk penanganan pertama pada kondisi sakit.
4. Menjelaskan tentang pemberian obat, pengaturan nutrisi dan
Persiapan berkas administrasi sebagai data yang harus dilengkapi dilakukan oleh perawat. Berkas tersebut terdiri dari KIM, status pasien, resep obat, resume medis, surat kontrol.
Keputusan pasien bisa pulang atau tidak ditentukan oleh tim medis dengan melihat perkembangan medis pasien.
Perawat ruangan Aster A terkait kasus tertentu melakukan edukasi kepada pasien terkait perawatan di rumah. Mis; pembuatan kantong stoma, perawatan luka.
Perawat ruang Aster A memberikan surat kontrol dan memberikan obat
ativitas serta tentang waktu control klien setelah pulang dan memberikan surat kontrol dan memeriksakan kelengkapan status pasien. Perawat juga menjelaskan dan mengikuti prosedur administrasi kepulangan yang harus yang harus diselesaikan oleh pasien pulang mutlak, pulang paksa atau meninggal. (Sumber swanburg :2002 )
pulang.
b. Manajemen Unit
Pendelegasian tugas di ruang Aster A dilakukan secara
koordinasi antar petugas kesehatan. Kepala ruangan sebagai konsultan
dan pengendalian mutu perawatan primer memberikan penugasan pada
ketua tim dan perawat pelaksana. Ketua tim memberi
informasi/masukan yang diperlukan kepada perawat pelaksana tentang
klien untuk keperluan asuhan keperawatan, kemudian bersama dengan
perawat pelaksana memberikan implementasi keperawatan kepada
pasien dan mencatat tindakan keperawatan yang telah dilakukan dalam
catatan tindakan keperawatan.
Di ruangan rawat inap Aster A tidak pernah dilakukan ronde
keperawatan selama kajian situasi. Pre-post conference dilakukan
masih kurang optimal, karena post conference shift sore dan pre
conference shift malam sering tidak dilakukan. Pre-post conference di
ruang rawat inap Aster A tidak dimpimping oleh ketua tim namun oleh
kepala ruangan. Pembagian tugas berdasarkan tim yang terdiri dari 2
tim. Tim 1 bertanggung jawab terhadap kamar berjenis kelamin wanita
sedangkan tim 2 bertanggung jawab terhadap kamar berjenis kelamin
laki-laki. Dalam pelaksanaan di lapangan metode yang diterapkan
adalah metode tim yang dikombinasikan dengan metode fungsional
dikarenakan kurangnya SDM perawat dan prasarana, seperti troli
tindakan hanya tersedia 1 buah, tidak adanya troli ganti verban,
sehingga dalam pelaksanaan implementasi keperawatan perawat
bekerja tidak sesuai dengan pembagian tim yang telah ditentukan.
Perawat dalam pelaksanaan tugasnya dibagi menjadi 3 shift, pada shift
pagi mulai pukul 07.30 – 14.00 WIB berjumlah 6 orang, shift sore
mulai pukul 14.00 – 21.00 WIB berjumlah 2 orang, dan shift malam
mulai pukul 21.00 – 07.30 WIB berjumlah 2 orang.
Di ruang rawat inap Aster A terdapat pembagian kelas, yakni
kelas II dan kelas III. Kelas II terbagi menjadi ruang laki-laki dan
perempuan. Kelas III terbagi menjadi kamar infeksi laki-laki, kamar
infeksi perempuan, non infeksi laki-laki, non infeksi perempuan dan
isolasi.
Standar operasional prosedur yang diterapkan di ruang Aster
A telah sesuai dengan standar operasional prosedur yang telah
ditetapkan oleh Rumah Sakit Muhammad Hoesin Palembang karena
untuk setiap tindakan yang akan dilakukan kepada pasien, seperti
pemasangan infus, pemberiaan terapi oksigen, RSMH membuat
standar operasional prosedur.
4. Sumber daya/ kekuatan kerja
a. Manusia
Jumlah tenaga keperawatan di Ruang Aster A yaitu sebanyak 14
orang dan tenaga non medis sebanyak 3 orang. Pemberian asuhan
keperawatan di ruang Aster A dilakukan sepenuhnya oleh perawat
pelaksana yang dikoordinir oleh kepala ruangan yang bertanggung jawab
atas pemberian pelayanan keperawatan secara menyeluruh oleh semua
petugas yang ada diruangan tersebut. Berikut ini klasifikasi sumber daya
di ruang rawat inap Aster A :
1) Tenaga perawat
Tabel 2.8
Daftar Ketenagakerjaan Perawat Ruang Rawat Inap Aster A
No.
Pendidikan Jumlah Masa Kerja Jenis PeranPelatihan
Terakhir yang diikuti
1 S1 Ners 2 orang 16 tahun : 1 orang
PNS Kepala ruangan
Chlinical Pathway
3 Tahun : 1 orang
PNS CI Pelatihan Preseptor
2 S1 Keperawatan
1 orang 11 tahun PNS Perawat Pelaksana
Pembinaan etika keperawatan dan komunikasi efektif
3 Akper 10 orang >20 tahun: 1 orang
PNS + Honorer
Katim 1 dan 2+Perawat Pelaksana
PPGD, Orientasi dan Service Excellent keperawatan5 – 10 tahun :
5 orang< 5 tahun : 4 tahun
4 SPK 1 orang 28 Tahun PNS PerawatPelaksana
Total 14 orang
2) Tenaga non perawat
Tabel 2.9
Daftar Tenaga Kerja Non Perawat
No Tenaga Jumlah1 Administrasi 1 orang2 Pekarya 3 orang
TOTAL 4 orang
3) Tenaga mahasiswa praktek
Tabel 2.10
Daftar Tenaga Mahasiswa Praktek
Tenaga Asal Institusi JumlahMahasiswa Co-Ners UNSRI 10 orang
TOTAL 10 orang
b. Non manusia
1) Metode
a) Pre dan Post Conference
Tabel 2.11
Perbandingan Pre-Post Conference Berdasarkan Ideal dan Aktual
Ideal Aktual
Konferensi merupakan pertemuan tim yang dilakukan setiap hari. Konferensi dilakukan sebelum atau setelah melakukan operan dinas, sore atau malam sesuai dengan jadwal dinas perawatan pelaksanaan. Conference sebaiknya dilakukan di tempat tersendiri sehingga dapat mengurangi gangguan dari luar. Konferensi terdiri dari pre conference dan post conference yaitu :
Berdasarkan observasi yag dilakukan oleh mahasiswa pratik co-ners selama melakukan dinas stase manajemen di ruang Aster A, conference dilakukan setiap hari namun tidak dilakukan pada setiap operan dinas.Adapun hasil observasi pelaksanaan pre dan post conference yaitu sebagai berikut:
Pre ConferencePre conference adalah komunikasi katim dan perawat pelaksana setelah selesai operan untuk rencana kegiatan pada shift tersebut yang dipimpin oleh ketua tim atau penanggung jawab tim. Jika yang dinas pada tim tersebut hanya satu orang, maka pre conference ditiadakan. Isi pre conference adalah rencana tiap perawat (rencana harian), dan tambahan rencana dari katim dan PJ tim (Modul MPKP, 2006)Waktu : setelah operanTempat : Meja masing – masing timPenanggung jawab : Ketua tim atau PJ timKegiatan:1) Ketua tim atau PJ tim membuka acara2) Ketua tim atau PJ tim menanjakan
rencana harian masing – masing perawat pelaksana
3) Ketua tim atau PJ tim memberikan masukan dan tindakan lanjut terkait dengan asuhan yang diberikan saat itu.
4) Ketua tim atau PJ tim memberikan reinforcement
5) Ketua tim atau PJ tim menutup acara
Post ConferencePost conference adalah komunikasi katim dan perawat pelaksana tentang hasil kegiatan sepanjang shift dan sebelum operan kepada shift berikut. Isi post conference adalah hasil askep tiap perawatan dan hal penting untuk operan (tindak lanjut). Post conference dipimpin oleh katim atau PJ tim (Modul MPKP, 2006)Waktu :Sebelum operan ke dinas berikutnya.Tempat : Meja masing – masing tim.Penanggung jawab : Ketua tim atau PJ timKegiatan :1) Ketua tim atau PJ tim membuka acara.2) Ketua tim atau PJ tim menanyakan
kendala3) Dalam asuhan yang telah diberikan.
Pre ConfrenceDilakukan oleh katim dan perawat pelaksana namun pelaksanaannya tidak sesuai dengan prossedur Pre Confrence yang seharusnya karena di ruang Aster A waktu pelaksanaan Pre Conference dilakukan bersamaan dengan operan. Pre Conference dipimpin oleh ketua tim dan dilakukan di nurse station. Pre Conference tidak dapat dilakukan di ruang Aster A pada saat shift sore dan malam karena perawat pelaksana yang bertugas hanya 1 orang untuk setiap tim. Isi pre conference adalah rencana tindakana yang akan dilakukan tiap perawat.
Post ConferenceBerdasarkan observasi, post conference sudah dilakukan namun tidak sesuai dengan prosedur pelaksanaan post conference yang seharusnya. Di ruang Aster A post conference dilakukan sepanjang shift dinas (setelah melakukan tindakan perawat pelaksana langsung melaporkan ke ketua tim), tidak dilakukan saat sebelum operan (waktu pelaksanaan post conference seharusnya). post conference tidak dilakukan di meja masing-masing tim namun dilakukan di ruang perawat. Isi post conference adalah adalah hasil askep tiap perawatan dan hal penting untuk operan (tindak lanjut).
Ketua tim atau PJ tim yang menanyakan tindakan lanjut asuhan klien yang harus dioperkan kepada perawat shift berikutnya.
4) Ketua tim atau PJ menutup acara.2. Tujuan Pre-Post ConferenceSecara umum tujuan konferensi adalah untuk menganalisa masalah-masalah secara kritis dan menjabarkan alternatif penyelesaian masalah, mendapatkan gambaran berbagai situasi lapangan yang dapat menjadi masukan untuk menyusun rencana antisipasi sehingga dapat meningkatkan kesiapan diri dalam pemberian asuhan keperawatan dan merupakan cara yang efektif untuk menghasilkan perubahan non kognitif (McKeachie, 1962). Juga membantu koordinasi dalam rencana pemberian asuhan keperawatan sehingga tidak terjadi pengulangan asuhan, kebingungan dan frustasi bagi pemberi asuhan (T.M.Marelli, et.al, 1997).a. Tujuan pre conference adalah:1) Membantu untuk mengidentifikasi
masalah-masalah pasien, merencanakan asuhan dan merencanakan evaluasi hasil
2) Mempersiapkan hal-hal yang akan ditemui di lapangan
3) Memberikan kesempatan untuk berdiskusi tentang keadaan pasien
b. Tujuan post conference adalah:Untuk memberikan kesempatan mendiskusikan penyelesaian masalah dan membandingkan masalah yang dijumpai.
3. Syarat Pre-Post Conference :1) Pre conference dilaksanakan sebelum
pemberian asuhan keperawatan dan post conference dilakukan sesudah pemberian asuhan keperawatan
2) Waktu efektif yang diperlukan 10 atau 15 menit. Topik yang dibicarakan harus dibatasi, umumnya tentang keadaan pasien, perencanaan
tindakan rencana dan data-data yang perlu ditambahkan, yang terlibat dalam conference adalah kepala ruangan, ketua tim dan anggota tim
4. Panduan perawat pelaksanaan dalam melaksanakan konferensiAdapun panduan bagi PP dalam melakukan konferensi adalah sebagai berikut: (Ratna Sitorus, 2006).1) Konferensi dilakukan setiap hari
segera setelah dilakukan pergantian dinas pagi atau sore sesuai dengan jadwal perawatan pelaksana.
2) Konferensi dihadiri oleh perawat pelaksana dan PA dalam timnya masing – masing.
3) Penyampaian perkembangan dan masalah klien berdasarkan hasil evaluasi kemarin dan kondisi klien yang dilaporkan oleh dinas malam.
Hal-hal yang disampaikan oleh perawat pelaksana meliputi :a. Utama klienb. Keluhan klienc. TTV dan kesadarand. Hasil pemeriksaan laboraturium
atau diagnostic terbaru.e. Masalah keperawatanf. Rencana keperawatan hari ini.g. Perubahan keadaan terapi medis.h. Rencana medis.
4. Perawat pelaksana mendikusikan dan mengarahkan perawat asosiet tentang masalah yang terkait dengan perawatan klien yang meliputi :a) Klien yang terkait dengan
pelayanan seperti : keterlambatan, kesalahan pemberian makan, kebisikan pengunjung lain, kehadiran dokter yang dikonsulkan.Ketepatan pemberian infuse.
Hal-hal yang disampaikan pada pre-post conference berdasarkan observasi yang telah dilakukan meliputi, jumlah pasien dan jenis penyakit, rencana keperawatan, rencana medis dan juga membahas mngenai klien yang terkait dengan pelayanan seperti : pembatasan pengunjung, kehadiran dokter yang dikonsulkan, mengingatkan kembali pentingnya ketepatan pemberian obat. Pada saat pre-post conference tidak pernah disampaikan terkait TTV pasien dan hasil pemeriksaan laboratorium dan diagnostik terbaru.
Masalah:Informasi hasil pemeriksaan laboratorium dilampirkan di dalam status pasien.
b) Ketepatan pemantauan asupan dan pengeluaran cairan.
c) Ketepatan pemberian obat / injeksi.
d) Ketepatan pelaksanaan tindakan lain,
e) Ketepatan dokumentasi.5. Mengiatkan kembali standar prosedur
yang ditetapkan.6. Mengiatkan kembali tentang
kedisiplinan, ketelitian, kejujuran dan kemajuan masing – masing perawatan asosiet.
7. Membantu perawatan asosiet menyelesaikan masalaah yang tidak dapat diselesaikan.Tahap – tahap inilah yang akan dilakukan oleh perawat – perawat ruangan ketika melakukan pre conference
b) Timbang Terima (Operan)
Tabel 2.12
Perbandingan Timbang Terima (Operan) Berdasarkan Ideal dan Aktual
Ideal Aktual
Timbang terima pasien (operan) merupakan teknik atau cara untuk menyampaikan dan menerima sesuatu (laporan) yang berkaitan dengan keadaan pasien. Timbang terima pasien harus dilakukan secara seefektif mungkin dengan menjelaskan secara singkat, jelas dan lengkap tentang tindakan mandiri perawat, tindakan kolaboratif yang telah dilakukan/ belum dan perkembangan pasien saat itu. Informasi yang disampaikan harus akurat sehingga kesinambungan asuhan keperawatan dapat berjalan dengan sempurna. Timbang terima dilakukan oleh perawat primer
Berdasarkan hasil observasi tanggal 15 - 16 September 2014, timbang terima di ruang Aster A tidak dilakukan setiap pergantian shift yang diikuti oleh semua perawat yang bertugas di khususnya perawat dinas sore ke perawat dinas malam. Hal itu juga diperkuat dengan hasil observasi data menggunkan instrument timbang terima, didapatkan hasil 60% perawat melaksanakan timbang terima dengan kategori cukup. Beberapa kelemahan pelaksanaan timbang terima di ruang Aster A adalah kadang-kadang timbang terima dilaksanakan di ruang
(penanggungjawab) mulai dari perawat dinas pagi ke perawat dinas sore, kemudian perawat dinas sore ke perawat dinas malam selanjutnya perawat dinas malam ke perawat dinas pagi hari berikutnya secara tertulis atau lisan (Nursalam, 2007).Hal-hal yang perlu diperhatikan :1. Dilaksanakan tepat pada pergantian
shift2. Dipimpin oleh penanggung jawab
pasien3. Diikuti oleh semua perawat yang telah
dan akan dinas4. Informasi yang disampaikan harus
akurat, singkat, sistematis dan menggambarkan kondisi pasien saat ini serta menjaga kerahasiaan pasien
5. Timbang terima harus berorientasi pada permasalahan pasien
6. Pada saat timbang terima di kamar pasien, menggunakan volume suara yang cukup sehingga pasien disebelahnya tidak mendengar sesuatu yang rahasi bagi pasien. Sesuatu yang dianggap rahasia sebaiknya tidak dibicarakan secara langsung didekat pasien
7. Sesuatu yang mungkin membuat pasien terkejut dan syok sebaiknya dibicarakan di nurse station
nurse station saja tanpa kunjungan ke pasien khususnya pada pergantian shift sore ke malam. Isi timbang terima meliputi nama dan ruangan pasien, kondisi pasien, tindakan medis yang telah dan belum dilakukan, terapi yang diberikan, dan semua dicatat dalam buku timbang terima, namun masalah dan intervensi keperawatan belum dijelaskan di timbang terima. Saat ini, kebijakan RS tidak memperkenankan perawat melakukan operan dengan menggunakan buku khusus. Setiap perawat yang melakukan operan harus menggunakan buku status pasien.
Pada saat kegiatan timbang terima, perawat memperkenalkan tim yang akan bertukar dinas. Kegiatan timbang terima yang dilakukan di ruang Aster A dipimpin oleh perawat pelaksana yang akan bertukar dinas terutama pada pergatian shift malam ke pagi, dan pagi ke sore. Proses timbang terima yang efektif dan terstruktur akan memperkuat status profesional perawat dalam pelayanan kesehatan era modern (Davies and Priestly, 2006).
Skema 2.2
Skema Timbang Terima
c) Ronde Keperawatan
PASIEN
RENCANA
PERKEMBANGAN / KEADAAN PASIEN
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
DIAGNOSA MEDIS
MASALAH KOLABORATIF
BELUM
DILAKUKAN
TELAH
DILAKUKAN
MASALAH :
TULISKAN DAFTAR DIAGNOSA YANG BELUM TERSELESAIKAN
Tabel 2.13
Perbandingan Ronde Keperawatan Berdasarkan Ideal dan Aktual
Ideal AktualRonde keperawatan adalah kegiatan yang bertujuan untuk mengatasi masalah keperawatan pasien yang dilaksanakan oleh perawat disamping melibatkan pasien untuk membahas dan melaksanakan asuhan keperawatan. Pada kasus tertentu, harus dilakukan oleh perawat primer dan/atau konselor, kepala ruangan, perawat associate yang perlu juga melibatkan seluruh anggota tim kesehatan (Nursalam, 2002).Karakteristik :1) Pasien dilibatkan secara langsung2) Pasien merupakan fokus kegiatan3) PA, PP dak konselor melakukan
diskusi bersama4) Konselor memfasilitasi kreativitas5) Konselor membantu
mengembangkan kemampuan PA dan PP dalam meningkatkan kemampuan mengatasi masalah
Kriteria pasien yang dipilih untuk dilakukan ronde keperawatan adalah :1) Mempunyai masalah keperawatan
yang belum teratasi meskipun sudah dilakukan tindakan keperawatan
2) Pasien dengan kasus baru atau langka
Berdasarkan hasil observasi di ruang Aster A, selama dilakukan pengkajian situasi tidak pernah dilakukan ronde keperawatan. Hasil wawancara juga didapatkan kesimpulan bahwa ronde keperawatan tidak bisa dilakukan dikarenakan tidak adanya konselor keperawatan sehingga tidak ada yang memfasilitasi dalam pelaksanaan ronde keperawatan.
d) Penerapan Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP)
Tabel 2. 14
Perbandingan Penerapan MAKP Berdasarkan Ideal dan Aktual
Ideal AktualSistem MAKP adalah suatu
kerangka kerja yang mendefinisikan empat unsur, yakni standar, proses keperawatan, pendidikan keperawatan, dan sistem MAKP. Definisi tersebut berdasarkan prinsip – prinsip nilai yang diyakini, dan akan menentukan kualitas produksi atau jasa layanan keperawatan. Jika perawat tidak memiliki nilai-nilai tersebut sebagai sesuatu pengambilan keputusan yang independen maka tujuan pelayanan kesehatan atau keperawatan dalam memenuhi kepuasan klien tidak akan dapat terwujud (Nursalam, 2007).
Unsur-unsur dalam praktek keperawatan dapat dibedakan menjadi empat, yaitu standar, proses keperawatan, pendidikan keperawatan dan sistem Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP). Ruangan atau bangsal sebagai salah satu unit terkecil dari pelayanan kesehatan di rumah sakit merupakan tempat yang memungkinkan bagi perawat untuk menerapkan ilmu dan skillnya secara optimal.
Dalam aplikasinya, RSUP Mohammad Hoesin memiliki visi, misi dan motto sebagai pedoman dalam pelaksanaan pelayanan kesehatan yang jelas dalam mencapai tujuan organisasi yang telah ditentukan karena jika tidak, bisa terjadi ketimpangan yang justru akan menanbah ketidakjelasan arah pemgembangan manajemen keperawatan di masa depan.
Di ruang Aster A memiliki berbagai administrasi penunjang yang mendukung pemberian MAKP yaitu berupa Standar Asuhan Keperawatan (SAK), Standar Operasional Prosedur (SOP) dan Standar Pelayanan Minimal (SPM).
Bedasarkan hasil observasi tanggal 16 – 20 September 2014 didapatkan bahwa model asuhan keperawatan profesional yang di gunakan di ruang Aster A adalah kombinasi model Tim dan fungsional yang telah terdapat tugas, peran dan wewenang yang jelas pada setiap anggota tim, namun pada pelaksanaannya tidak sesuai dengan uraian tugas masing-masing anggota tim, misalnya ketua tim juga melakukan tugas sebagai perawat pelaksana dan tidak menutup kemungkinan masing-masing perawat juga merangkap sebagai tenaga administrasi pada shift sore dan malam.
Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala ruangan, tim terbagi menjadi 2 berdasarkan jenis kelamin. Tim 1 bertanggung jawab terhadap pasien perempuan dan tim 2 bertanggung jawab pada pasien laki-laki. Kombinasi metode tim dan metode fungsional dipilih dikarenakan keterbatasan tenaga keperawatan. Apabila perawat pelaksana dari salah satu tim berhalangan untuk melaksanakan tugasnya pada hari itu maka perawat pelaksana dari timnya sendiri atau tim lain dapat secara fleksibel menggantikan tugasnya saat itu. Gabungan penggunaan metode penugasan Tim dan fungsional ini mengakibatkan perawat tidak mengetahui kondisi klien yang menjadi tanggung jawabnya secara komprehensif sehingga proses pemberian asuhan keperawatan menjadi kurang optimal.
Penerapan model pelaksanaan manajemen MAKP juga dapat dipengaruhi oleh latar belakang pendidikan perawat ruangan, di ruang Aster A terdapat 2 perawat lulusan S1 Keperawatan + ners, 1 perawat lulusan S1 Keperawatan, 10 perawat lulusan D3 keperawatan dan 1 perawat lulusan SPK. Berdasarkan penyebaran angket yang telah dilakukan, diketahui bahwa penerapan MAKP di ruang Aster A termasuk kategori baik.
Gambar 2.1
Hubungan Antara Keempat Unsur Dalam Penerapan Sistem MAKP
(Rownland, 1997 dalam Nursalam 2007)
Standar kebijakan institusi / nasional
Pendidikan klien:
Pencegahan penyakit
Mempertahankan kesehatan
Informed consent
Rencana pulang/ komunitas
Sistem MPK
Fungsional
Tim
Primer
modifikasi
Proses Keperawatan
Pengkajian
Perencanaan
Intervensi
evaluasi
e) Dokumentasi Keperawatan
Tabel 2. 15
Perbandingan Dokumentasi Keperawatan Berdasarkan Ideal dan Aktual
Ideal AktualDokumentasi merupakan
catatan authentic dalam penerapan manajemen asuhan keperawatan professional. Perawat professional diharapkan dapat menghadapi tuntutan tanggung jawab dan tanggung gugat terhadap segala tindakan yang dilaksanakan. Kesadaran masyarakat terhadap hukum semakin meningkat sehingga dokumentasi yang lengkap dan jelas sangat dibutuhkan.
Kegiatan pendokumentasian meliputi keterampilan berkomunikasi dan keterampilan mendokumentasikan proses keperawatan sesuai dengan standar asuhan keperawatan meliputi pengkajian, diagnosis, perencanaan, implementasi dan evaluasi keperawatan. Selain itu, pendokumentasian juga meliputi pengelolaan obat, pendidikan kesehatan, timbang terima (operan jaga), kegiatan supervise dan dokumentasi penyelesaian kasus ronde keperawatan.
Berdasarkan hasil istrumen studi dokumentasi penerapan standar asuhan keperawatan pada 14 status pasien didapatkan hasil bahwa:
Dokumentasi pengkajian yang dilakukan di ruang Aster A 100% sudah baik yaitu data dikaji sesuai dengan pedoman pengkajian, data sudah dikelompokkan (bio-psiko-sosial-spiritual), data dikaji sejak pasieen masuk sampai pulang dan masalah sudah dirumuskan berdasarkan kesenjangan antara status kesehatan dengan norma dan pola fungsi kehidupan.
Dokumentasi diagnosa keperawatan yang dibuat 97% sudah baik, hanya terdapat 1 status pasien (3%) yang tidak merumuskan diagnosa berdasarkan masalah.
Dokumentasi Intervensi keperawatan yang dibuat 87% sudah baik, hanya 13% yang masih kurang baik (intervensi tidak disusun
berdasarkan urutan prioritas) Dokumentasi Implementasi
keperawatan yang dilakukan 89% sudah baik, hanya 11 % tindakan yang dilaksanakan tidak mengacu pada rencana keperawatan.
Dokumentasi evaluasi keperawatan yang dilakukan 80% sudah baik, hanya 20% evaluasi keperawatan yang dilakukan tidak mengacu pada tujuan.
f) Discharge Planning
Tabel 2.16
Perbandingan Discharge Planning Berdasarkan Ideal dan Aktual
Ideal AktualPerencanaan pulang
merupakan bagian penting dari program keperawatan klien yang dimulai segera setelah klien masuk rumah sakit. Hal ini merupakan suatu proses yang menggambarkan usaha kerjasama antar tim kesehatan, klien dan keluarga klien.
Menurut Neylor (2003), beberapa tindakan keperawatan yang diberikan pada pasien sebelum pasien diperbolehkan pulang antara lain :1. Pendidikan kesehatan tentang
Berdasarkan hasil tabulasi data didapatkan 100% perawat termasuk kategori cukup baik dalam pelaksanaan discharge planning. Perawat di ruang Aster A selalu melakukan discharge planning setiap pasien akan pulang, namun isi dari discharge planning belum dilakukan secara optimal karena hanya meliputi pemberian informasi tentang waktu kontrol dan obat yang harus diminum (keteraturan minum obat) dan tidak tersedianya leaflet yang
penyakit dan perawatan di rumah. Pendidikan kesehatan terkait kontrol, lanjutan perawatan, diet atau nutrisi yang dikonsumsi dan perawatan diri
2. Program pulang bertahap bertujuan untuk melatih pasien untuk kembali ke lingkungan keluarga dan masyarakat antara lain apa yang harus dilakukan pasien dan dilakukan oleh keluarga
3. Rujukan untuk mengetahui perkembangan setelah pulang dari rumah sakit
berguna bagi pasien sebelum pasien pulang sehingga nanti saat di rumah pasien bisa melihat kembali leaflet jika pasien lupa dengan informasi yang diberikan perawat.
Skema 2. 3
Skema Discharge Planning
Dokter dan Tim Kesehatan
Program HE
1. Control dan obat/perawatan
2. Gizi3. Aktivitas dan istirahat4. Perawatan diri
Persiapan Pulang
Penyelesaian Administrasi
Monitor (sebagai program service safety) oleh keluarga dan petugas
PP dibantu PA
Lain-lain
Keadaan pasien:
1. Klien dan pemeriksaan penunjang lainnya
2. Tingkat ketergantungan pasien
Keterangan :
Tugas Perawat Primer :
1. Membuat rencana discharge planning
2. Membuat leaflet
3. Memberikan konseling
4. Memberikan pendidikan kesehatan
5. Menyediakan format dan mendokumentasikan discharge planning
Tugas Perawat Associate :
Melaksanakan agenda discharge planning (pada saat perawatan dan
perawatan diakhiri)
2) Material
a. Lokasi Ruangan
Lokasi penerapan proses managerial keperawatan yang
digunakan dalam kegiatan pembelajaran manajemen
keperawatan mahasiswa Program Studi Keperawatan FK UNSRI
di Ruang Aster A IRNA E RSUP Mohammad Hoesin Palembang
dengan uraian sebagai berikut:
1) Timur : Ruang Aster B
2) Barat : Ruang Hemodialisa
3) Selatan : Ruang Aster D
4) Utara : Kantor Direksi
b. Peralatan dan Fasilitas
Tabel 2.17
Daftar Inventaris Alat Kesehatan
NO NAMA ALAT STANDAR JUMLAH (Bh) KET ANALISA1 Tensi Air Raksa 4/ruangan 2 Baik Kurang 2
2 Stetoscope 4/ruangan 1 Baik Kurang 3
3 Alat GVNierbeken Gunting verbanGunting biasaPinset anatomiPinset chirurgisKorentang
4/ruangan4/ruangan4/ruangan10/ruangan10/ruangan4/ruangan
Peralatan GV ataupun alat steril lainnya disediakan oleh pihak CSSD,
sehingga kebutuhan ruangan
selalu terpenuhi
Baik
4 Sterilisator 2/ruangan
5 Bak Injeksi 4/ruangan 10 Baik Lebih 6
6 Termometer 10/ruangan - - -
7 Tabung O2 12/ruangan Di ruangan menggunakan
oksigen
Baik
8 Regulator O2 12/ruangan
9 Nasal O2 12/ruangan
10 Standard Infus 1/pasien 35 Baik Cukup
11 Kursi Roda 4 – 6/ruangan 3 Baik Kurang 1
12 Troli Injeksi 2/ruangan 1 Baik Kurang 1
13 Troli Balut 2/ruangan - - -
14 Pispot 1 / 2 pasien 18 Baik Lebih 1
15 Timbangan berat
4/ruangan 1 Baik Kurang 3
16 Tinggi badan 2/ruangan 1 Baik Kurang 1
Tabel 2.18
Daftar Inventaris Alat Tenun
NO NAMA BARANG
STANDARD JUMLAH (Bh)
KET ANALISA
123
LakenSelimutSarung bantal
5/pasien5/pasien6/pasien
565356
BaikBaikBaik
Kurang 119Kurang 122Kurang 154
Tabel 2.19
Daftar Inventaris Alat Rumah Tangga
NO
NAMA BARANG
STANDARD JUMLAH (Bh)
KET ANALISA
12345
Tempat tidur KasurNarcaseWascomTempat sampah (non medis, medis, rumah tangga)
1/pasien1/pasien1/pasien16 - 24/ ruangan8/ruangan
353535-5
BaikBaikBaikBaikBaik
CukupCukupCukup
Kurang 16Kurang 3
Ruang rawat inap aster A memiliki 7 kamar mandi/WC, 3
kamar mandi/WC terletak di sebelah ruang isolasi, 2 kamar mandi
perawat, dan kamar mandi di ruangan kelas II Wanita dan Laki-laki
masing-masing 1 dengan kondisi baik. Akan tetapi pasien
mengeluhkan susahnya air di kamar mandi karena ramainya antrian
pasien dan keluarga yang ingin menggunakannya. Sehingga pasien
dan keluarga pasien sering menggunakan kamar mandi diluar
ruangan rawat inap Aster A.
Berdasarkan hasil observasi, kebersihan ruang rawat inap
Aster A tampak cukup bersih pada pagi dan sore hari, sedangkan
pada malam hari, ruangan sedikit kurang bersih karena pada malam
hari tidak ada cleaning service. Dilihat dari jumlah pengunjung dan
keluarga yang menunggu pasien terlalu banyak dan tidak sesuai
dengan jam kunjungan membuat ruangan tersebut penuh sesak, hal
ini akan berdampak pada jam istirahat pasien berkurang.
3) Money
Berdasarkan hasil studi dokumentasi pada bulan Agustus
2014 didapatkan data pasien dalam ruang rawat inap Aster A
menggunakan jaminan BPJS 19 orang, jamsoskes 7 orang, dan
umum atau jaminan perusahaan 11 orang.
5. Lingkungan Kerja
a. Lingkungan Fisik
Tabel 2.20
Perbandingan Lingkungan Fisik Berdasarkan Ideal dan Aktual
Ideal Aktual1. Ruang bangunan adalah semua
ruang/unit yang ada dalam batas /pagar rumah sakit yang diperlukan untuk barbagai kegiatan rumah sakit. Desain dan konstruksi bangunan harus mudah dibersihkan dan dilakukan perawatan. Semua ruang kerja dan ruang pasien harus mempunyai ventilasi dan penerangannya yang adekuat dan juga harus dapat menjamin masuknya aliran udara segar, temperatur ruangan dan kelembaban udara dalam batas yang nyaman.
2. Jika menggunakan pendingin ruangan tersebut harus dilakukan perawatan yang memadai, perawatan dilakukan secara berkala agar tidak menjadi sumber infeksi.
(sumber : hasil penelitian mahasiswa UNPAD PSIK )
1. Ruang kerja di rawat inap E Ruang Aster A mempunyai ventilasi cukup baik. Di tiap ruangan rawat inap pasien terdapat jendela yang selalu dibuka setiap pagi. Tiap-tiap kamar juga dilengkapi dengan kipas angin yang membantu mempertahankan kenyamanan pasien. Penerangan di tiap-tiap ruangan juga sudah cukup baik. Setiap pagi dan sore hari, lantai di ruangan Aster A selalu dibersihkan oleh Pekarya yang bertugas disana. Setiap pagi linen-linen, laken, dan selimut kotor selalu diganti oleh petugas jaga malam.
2. Di ruangan rawat inap E Aster A, perawatan terhadap barang-barang pendingin ruangan jarang dilakukan. Contohnya kipas angin yang berada di tiap-tiap ruangan pasien tampak berdebu. Hal ini dikarenakan kurangnya jumlah tenaga pekarya yang ada, selain itu kurangnya kesadaran dari masing-masing anggota pekarya akan tanggung jawabnya dan perawat sebagai pihak yang mengingatkan. Berdasarkan hasil
observasi dalam 1 minggu terakhir, tidak pernah dilakukan pembersihan terhadap kipas angin yang berada di tiap-tiap ruangan pasien.
b. Lingkungan Non Fisik
Tabel 2.21
Perbandingan Lingkungan Non Fisik Berdasarkan Ideal dan Aktual
Ideal Aktual1. Lingkungan kerja non fisik pada
tempat kerja juga dapat dari mendukung kegiatan kerja karyawan. Lingkungan non fisik seperti hubungan karyawan dengan atasan dapat menciptakan komunikasi yang baik dan sistem kerja sama yang solid pada saat menyelesaikan tugas dan tanggung jawab dari rumah sakit. (sumber : hasil penelitian mahasiswa UNPAD PSIK )
Di ruang rawat inap E Aster A hubungan antara perawat dengan perawat sudah cukup baik. Apabila ada informasi mengenai pasien, segera disampaikan dan didiskusikan bersama. Semua implementasi kepada pasien dilakukan dan dikomunikasikan dengan baik antar perawat pelaksana.
Hubungan perawat dengan dokter juga juga cukup baik. Apabila terdapat keluhan pada pasien, perawat segera menyampaikan kepada dokter jaga di ruangan Aster A untuk kemudian di tindaklanjuti.Kepada tim medis lain, seperti contohnya ahli gizi, juga dilakukan hal yang sama. Apabila terdapat permintaan atau order dokter mengenai kebutuhan nutrisi pasien, perawat akan menyampaikannya kepada tim gizi untuk segera ditindaklanjuti.
6. Kajian Indikator Mutu Ruangan
1) BOR (Bed Occupancy Ratio = Angka penggunaan tempat tidur)
BOR menurut Huffman (1994) adalah “the ratio of patient
service days to inpatient bed count days in a period under
consideration”. Menurut Depkes RI (2005), BOR adalah presentase
pemakaian tempat tidur pada satuan waktu tertentu. Indikator ini
memberikan gambaran tinggi rendahnya tingkat pemanfaatan tempat
tidur rumah sakit. Nilai parameter BOR yang ideal adalah antara 60-
85% (Depkes RI, 2005).
Rumus :
BOR = (Jumlah hari perawatan rumah sakit / (Jumlah tempat tidur X
Jumlah hari dalam satu periode)) X 100%
BOR = (540/ 35x 30) x 100% = 51,4 %
Berdasarkan hasil perhitungan didapatkan bahwa pemanfaatan
tempat tidur diruang rawat inap Aster A pada bulan agustus 2014
adalah 51,4% yang artinya dibawah ideal (<60%).
2) ALOS (Average Length of Stay = Rata-rata lamanya pasien dirawat)
ALOS menurut Huffman (1994) adalah “The average
hospitalization stay of inpatient discharged during the period under
consideration”. AVLOS menurut Depkes RI (2005) adalah rata-rata
lama rawat seorang pasien. Indikator ini disamping memberikan
gambaran tingkat efisiensi, juga dapat memberikan gambaran mutu
pelayanan, apabila diterapkan pada diagnosis tertentu dapat dijadikan
hal yang perlu pengamatan yang lebih lanjut. Secara umum nilai
AVLOS yang ideal antara 6-9 hari (Depkes, 2005).
Rumus :
ALOS = Jumlah lama dirawat / Jumlah pasien keluar (hidup + mati)
ALOS = 540/117 = 4,6 = 5 hari
Berdasarkan hasil analisa yang telah dilakukan, lama rawat di
ruang rawat inap Aster A pada bulan agustus 2014 adalah 5 hari (6 – 9
hari) yang artinya efisien.
3) TOI (Turn Over Interval = Tenggang perputaran)
TOI menurut Depkes RI (2005) adalah rata-rata hari dimana
tempat tidur tidak ditempati dari telah diisi ke saat terisi
berikutnya.Indikator ini memberikan gambaran tingkat efisiensi
penggunaan tempat tidur. Idealnya tempat tidur kosong tidak terisi
pada kisaran 1 - 3 hari.
Rumus:
TOI = ((Jumlah tempat tidur X Periode) – Hari perawatan) / Jumlah
pasien keluar (hidup +mati)
TOI = ((35x30)- 540)/ 117 = 4,3 = 4 hari
Berdasarkan hasil analisia, waktu tenggang penggunaan
tempat tidur pada bulan Agustus 2014 adalah 4 hari (1 – 3 hari) artinya
terlalu lama sehingga menyebabkan kurang efektifnya penggunaan
tempat tidur pada saat itu.
4) BTO (Bed Turn Over = Angka perputaran tempat tidur)
BTO menurut Huffman (1994) adalah “...the net effect of
changed in occupancy rate and length of stay”. BTO menurut Depkes
RI (2005) adalah frekuensi pemakaian tempat tidur pada satu periode,
berapa kali tempat tidur dipakai dalam satu satuan waktu
tertentu.Idealnya dalam satu tahun, satu tempat tidur rata-rata dipakai
40-50 kali.
Rumus :
BTO = Jumlah pasien keluar (hidup + mati) / Jumlah tempat tidur
BTO = (117x 12)/ 35= 40,11
Berdasarkan analisa yang telah dilakukan tentang
penggunaan tempat tidur dengan sampel pasien pada bulan agustus
2014 adalah 40,11 artinya ideal (40 – 50 kali).
7. Pendidikan
Tabel 2.22
Perbandingan Pendidikan Berdasarkan Ideal dan Aktual
Ideal Actual
Pendidikan keperawatan dikembangkan sebagai suatu sistem yang humanistik. Pendidikan humanistik yang berpusat pada individu, dimana individu dibantu untuk mengenali dan mengembangkan potensi-
1. Ruang rawat inap E Aster A memiliki 14 tenaga perawat dan 3 tenaga pekarya. Perawat terdiri lulusan sarjana keperawatan + profesi ners,
potensi unik yang dimiliki. Kemudian difasilitasi perubahan perilaku yang positif., melealui partisipasi aktif dalam kegiatan belajar. Hal tersebut memberiakan imflikasi dalam pendidikan keperawatan, untuk memfasilitasi pengembangan perawat yang humanistik ( King & Gerwig, 1981 )
Pengalaman belajar klinikPengalaman belajar klinik pada program pendidikan keperawatan merupakan kegiatan pengalaman belajar utama pada tahap program keprofesian yang diarahkan untuk menumbuhkan sikap, tingkah laku, dan keterampilan profesional. Bimbingan pada pengalaman belajar klinik melalui praktik diarahkan untuk memfasilitasi praktikan agar dapat :a.Mengintegrasikan pengetahuan,
keterampilan, sikap ke dalam situasi nyata
b. Menanamkan konsep, prinsip dalam keperawatan dalam kompetensi keperawatan
c. Meningkatkan kemampuan dalam penyelesaian masalah
d. Mengarahkan peserta didik pada tugas-tugas keperawatan
( sumber : King & Gerwig, 1981 )
akademi keperawatan, dan sekolah kejuruan keperawatan, sedangkan pekarya lulusan dari sekolah dasar dan sekolah menengah atas.
2. Di ruang rawat inap Aster A ini sering menjadi lahan praktik mahasiswa profesi maupun akademi keperawatan yang berasal dari Universitas Sriwijaya dan Politeknik Kesehatan Depertement Kesehatan.
3. Berdasarkan informasi yang didapat bahwa ruangan ini juga pernah menjadi lahan penelitian mahasiswa keperawatan, akan tetapi pendokumentasiaannya tidak didapatkan diruangan karena semua terpusat di Bagian Pendidikan dan Pelatihan Rumah Sakit Muhammad Hoesin
8. Pelatihan
Tabel 2.23
Perbandingan Pelatihan Berdasarkan Ideal dan Aktual
Ideal AktualSebagai peneliti, perawat melakukan penelitian keperawatan untuk mengembangkan ilmu keperawatan dan meningkatkan praktik profesional keperawatan, khususnya pelayanan keperawatan, pendidikan dan administrasi keperawatan.
1. Perawat diruangan rawat inap Aster A pernah mengikuti berbagai pelatihan antara lain pelatihan Basic Cardiac Life Support, Praktek Klinik Keperawatan Jiwa, Orientasi dan Service Excellent, dan Pertolongan Pertama Gawat
Perawat menunjang pengembangan di bidang kesehatan dengan cara berperan serta dalam kegiatan penelitian kesehatan.
Darurat. 2. Berdasarkan hasil wawancara dan
studi dokumentasi didapatkan bahwa perawat di ruang rawat inap Aster A belum pernah mengikuti pelatihan yang berhubungan dengan penyakit khusus mata seperti pelatihan penanggulangan kebutaan.
BAB III
ANALISA DATA DAN PERENCANAAN
ANALISA DATA
Analisis SWOT yaitu identifikasi berbagai faktor secara sistematis
untuk merumuskan strategi suatu perusahaan atau orgainisasi. Analisis ini
didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (strength) dan
peluang (opportunity), namun secara bersamaan dapat meminimalkan
kelemahan (weaknesses) dan ancaman (threat) (Rangkuti, 2002).
Berdasarkan hasil kegiatan pengumpulan data di Ruang Aster A RSUP
Mohammad Hoesin Palembang, maka analisis SWOT nya dapat disampaikan
sebagai berikut :
Tabel 2.24
Analisa SWOT
NO ANALISA SWOT BOBOT RATING B X R KET
1 MEN (SDM)a. Internal Factor (IFAS)STRENGTH1. Tenaga pelaksana keperawatan
di Ruang Aster A terdiri dari S1 Ners (15,38%), S1 keperawatan (7,69%), Diploma III keperawatan (76,92%), dan SPK (7,69%).
2. Adanya pembagian jam kerja/shift dan penanggung jawab shift
3. Tenaga keperawatan di Ruang Aster A memiliki pengalaman kerja > 5 tahun (69,23%).
4. Adanya tenaga non keperawatan; ada 3 orang pekarya
TOTAL
WEAKNESS1. Visi dan Misi Ruangan tidak
ada2. Jumlah perawat : 14 orang,
jumlah pasien maksimal 35 orang
3. Perawat lulusan S1 dan profesi berjumlah 2 orang.
TOTAL
b. Eksternal Faktor (EFAS)OPPORTUNITY1. Adanya Visi dan Misi Rumah
Sakit.2. Adanya dukungan kepala
ruangan dan kepala instalasi untuk melaksanakan MAKP (tim)
3. Adanya kerja sama yang baik antara institusi pendidikan kesehatan dan rumah sakit dalam kegiatan praktek klinik mahasiswa.
4. Adanya kebijakan rumah sakit memberikan kesempatan bagi perawat untuk meningkatkan
0.3
0.2
0.4
0.1
1
0.4
0.3
0.3
1
0.4
0.2
0.2
0.1
3
3
3
3
3
4
3
4
3
3
3
0.9
0.6
1.2
0.3
3.0
1.2
1.2
0.9
3.3
1.6
0.6
0.6
0.3
S-W3.0-3.3=-0.3
O-T=3.4-2.7=1.7
pendidikan.5. Adanya kebijakan pemerintah
tentang profesionalisasi perawat.
TOTAL
THREATENED1. Adanya tuntutan tinggi dari
masyarakat untuk pelayanan yang lebih profesional.
2. Makin tingginya kesadaran masyarakat tentang hukum
3. Makin tingginya kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan
4. Rendahnya kesejahteraan perawat
TOTAL
0.1
1
0.3
0.1
0.2
0.4
1
3
2
3
3
3
0.3
3.4
0.6
0.3
0.6
1.2
2.7
2 MATERIALa. Internal Factor (IFAS)STRENGTH
1. Kapasitas tempat tidur yaitu 35 bed
2. Terdapat ners station dengan letak yang strategis
3. Ventilasi pada setiap ruangan baik dan lancar
4. Sirkulasi udara pada setiap ruangan cukup baik.
5. Terdapat oksigen center per bed di setiap kamar pasien.
TOTAL
WEAKNESS1. Papan struktur organisasi
belum diperbarui2. Tidak emergency trooley3. Peletakkan tempat kotak
sampah yang tidak sesuai.4. Kotak sampah yang tidak
memiliki informasi pembuangan jenis sampah.
5. Tidak ada plang di samping tempat tidur kelas II
0.3
0.2
0.1
0.1
0.3
1
0.3
0.3
0.2
0.2
4
4
3
3
3
3
4
2
3
1.2
0.8
0.3
0.3
0.9
3.5
0.9
1.2
0.4
0.6
S-W=3.5-3.1=0.4
TOTAL
b. External Factor (EFAS)OPPORTUNITY
1. Adanya pengajuan proposal pengadaan sarana dan prasarana secara berkala setiap tahunnya kepada pihak RSUP M. HOESIN
2. Adanya bantuan pengadaan alat dari pemerintah pusat, misalnya dari kementerian kesehatan.
3. Adanya sarana dan prasarana yang dapat digunakan kembali
4. Adanya CSSD untuk mempermudah sterilisasi alat-alat kesehatan
TOTAL
THREATENED1. Birokrasi yang panjang dalam
tindak lanjut proposal pengadaan sarana dan prasarana.
2. Perawatan sarana dan prasarana yang tidak baik.
3. Keinginan pasien untuk mendapatkan fasilitas yang baik dan bermutu
TOTAL
1
0.3
0.3
0.2
0.2
1
0.4
0.3
0.3
1
3
3
3
2
3
2
2
3.1
0.9
0.9
0.6
0.4
2.8
1.2
0.6
0.6
2.4
O-T=2.8-2.4=0.4
3 METODEa. Internal Factor (IFAS)STRENGTH
1. Ruang Aster A menerapkan MPKP metode tim.
2. Memiliki standar asuhan keperawatan (SAK), standar operasional prosedur (SOP) keperawatan dasar dan keperawatan lanjutan, standar pelayanan minimal (SPM).
3. Berdasarkan kuesioner kepuasan pasien yang disebar
0.2
0.2
0.1
3
4
2
0.6
0.8
0.2
S-W =2.9-3.1 = -0.2
tanggal 16 september 2014, didapatkan 60%puas, 40% cukup puas dan 0% tidak puas.
4. Terdapatnya format pendokumentasian asuhan keperawatan dalam status pasien
5. Pelaksanaan operan dilakukan oleh PP ke PP dan memiliki dokumentasi
6. Pelaksanaan pre post conference dilakukan oleh KARU, KATIM dan PP dan memiliki dokumentasi.
7. Terdapat pelaksanaan Inhouse training.
8. Dilakukan edukasi pasien tentang PPI
TOTAL
WEAKNESS1. Metode penugasan tim yang
digunakan tidak murni masih di kombinasikan dengan metode fungsional.
2. Tidak ada pensosialisasian SAK, SOP, SPM dan penambahan pengetahuan selama pre post conference
3. Tidak dilakukan ronde dalam ruangan
4. Tidak ada jadwal penyuluhan perawat ke pasien
5. Kurangnya dilakukan pendidikan kesehatan di rumah oleh perawat ke pasien selama discharge planning.
6. Perawat lalai dalam mengisi catatan perkembangan, 80% dari 5 sampel.
7. Tidak ada poster tentang kesehatan di ruangan pasien
8. Perawat tidak memiliki pasien kelolaan sendiri
TOTAL
0.1
0.1
0.1
0.1
0.1
1
0.2
0.2
0.2
0.1
0.1
0.1
0.1
1
3
2
2
3
3
4
3
3
3
3
3
2
0.3
0.2
0.2
0.3
0.3
2.9
0.8
0.6
0.6
0.3
0.3
0.3
0.2
3.1
c. External Factor (EFAS)OPPORTUNITY
1. Adanya 10 orang mahasiswa s1 keperawatan UNSRI yang praktek profesi manajemen keperawatan di ruang Aster A.
2. Adanya dukungan dari kepala instalasi Bedah dalam rencana penerapan metode SP2KP.
3. Adanya kebijakan dari rumah sakit yang memberikan kesempatan pada kepala ruangan untuk mengelola ruangan.
4. Adanya dukungan dari pihak rumah sakit untuk peningkatan mutu pelayanan yang lebih baik.
TOTAL
THREATENED1. Pembagian tugas, peran dan
wewenang sudah jelas pada setiap anggota tim, namun pada pelaksanaannya tidak sesuai karena terbatasnya tenaga perawat sehingga mempengaruhi MPKP.
2. Makin tingginya kesadaran masyarakat akan hukum.
3. Adanya tuntutan masyarakat yang menginginkan pelayanan keperawatan yang berkualitas.
4. Konflik antar tenaga kesehatan
TOTAL
0.2
0.3
0.2
0.3
1
0.4
0.2
0.2
0.2
1
3
3
3
3
3
2
2
3
0.6
0.9
0.6
0.9
3.0
1.2
0.4
0.4
0.6
2.6
O-T = 3.0-2.6 =0.4
PRIORITAS MASALAH
SCORING
MASALAHSKOR ANALISIS SWOT
JUMLAHIFAS EFAS
MAN -0.3 1.7 1.4
MATERIAL 0.4 0.4 0.8
METODE -0.2 0.4 0.2
Dari diagram diatas dapat disimpulkan :
1. Men (SDM) dan Metode
Berada pada kuadran 3 (negatif, positif) artinya menandakan sebuah kondisi yang
lemah namun sangat berpeluang. Rekomendasi strategi yang dapat diberikan
adalah ”ubah strategy”. Ruang Aster A disarankan untuk mengubah strategi
sebelumnya sebab strategy yang lama dikhawatirkan sulit untuk menangkap
peluang yang ada sekaligus memperbaiki kinerja SDM. STRATEGYNYA APA?
2. Material
Berada pada kuadran 1 (positif, positif), artinya posisi ini menandakan sebuah
kondisi yang kuat dan berpeluang. Rekomendasi strategi yang diberikan adalah
”progresif”. Ruangan Aster A dalam kondisi prima dan mantab, sehingga sangat
dimungkinkan untuk terus melakukan ekspansi, meraih kemampuan secara
maksima
DAFTAR PUSTAKA
Nursalam. 2007. Manajemen keperawatan aplikasi dalam praktik keperawatanprofesional edisi 2. Jakarta : Salemba Medika
Tim departemen kesehatan RI. 2000. Instrumen evaluasi penerapan standar asuhan keperawatan di rumah sakit cetakan ke tiga
Prasetya, Ajeng.(2009).Analisis Tingkat Kepuasan Pasien Rawat Jalan terhadap Kualitas Pelayanan Informasi Obat Apotek Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Moewardi Surakarta. Surakarta: Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta
Utama, F. (2004). Analisis Pelayana Bedah Sehari DItinjau dari SIsi Harapan dan Kepuasan Pasien di Rumah Sakit Mardi Rahayu Kudus. http://berita-kedokteran-masyarakat.org/index.php/bkm/article/view/108, diperoleh 19 September 2014
Santoso, B. (2004). Analisi Faktor-Faktor Kompetensi Interpersonal Perawat yang Berpengaruh Terhadap Keluhan Pasien tentang Pelayanan Perawat Unit Rawat Jalan Mata Rumah Sakit Wilian Booth Semarang. http://eprints.undip.ac.id/14501/1/2004MIKM3185.pdf, diperoleh 18 September 2014
Hufron, A,.& Supratman. (2008).Analisis Persepsi Pasien Tentang Mutu pelayanan Kesehatan dengan Tingkat Kepuasan Pasien di Puskesmas Penumping Kota Surakarta. http://publikasiilmiah.ums.ac.id/bitstream/handle/123456789/496/3d.pdf?sequence=1 diperoleh 20 September 2014
Restiani, A. (2009). Pengaruh Kualitas Pelayanan Terhadap Kepuasan Pasien diRumah Sakit Syaiful Anwar (RSSA) Malang. http://lib.uin-malang.ac.id/thesis/fullchapter/04610118-ana-restiana.pdf, diperoleh 6 Juli 2013
Soeroso, S. (2003). Management Sumber Daya Manusia Dirumah Sakit Suatu Pendekatan Sistem. Jakarta: EGC