laporan magang yuni ristiani
TRANSCRIPT
GAMBARAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD) BERDASARKAN HASIL
IDENTIFIKASI BAHAYA DI BAGIAN PEST CONTROL DIVISI BOGASARI
FLOUR MILLS PT.INDOFOOD SUKSES MAKMUR, TBK TAHUN 2011
LAPORAN MAGANG
OLEH :
Yuni Ristiani
NIM : 107101001473
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1431 H/2011 M
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
Magang, April 2011
Yuni Ristiani, NIM : 107101001473
GAMBARAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD) BERDASARKAN HASIL
IDENTIFIKASI BAHAYA DI BAGIAN PEST CONTROL DIVISI BOGASARI
FLOUR MILLS PT.INDOFOOD SUKSES MAKMUR, TBK TAHUN 2011
xii + 126 halaman, 7 tabel, 9 gambar, 3 bagan, 5 lampiran
ABSTRAK
PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk Divisi Bogasari Flour Mills merupakan
perusahaan produksi tepung terigu, pasta, dan hasil produksi lainnya seperti bran
pollard dan makanan ternak. Pest control merupakan suatu subdepartemen dari
production facility yang bertugas dalam pengendalian dan pemberantasan hama.
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan antara lain adalah pengasapan (fogging),
penyemprotan (spraying), dan penggasan (fumigasi).
Kegiatan magang ini dilakukan di department security dan safety PT.
Indofood Sukses Makmur, Tbk Divisi Bogasari Flour Mills dan dilakukan selama 26
hari kerja dimulai pada tanggal 1 Februari–28 Februari 2011. Penulis melakukan
pengamatan di bagian pest control dengan cara pengumpulan data sekunder,
wawancara, dan observasi lapangan.
Kegiatan yang dilakukan adalah pelaksanaan fogging dan spraying serta
fumigasi. Potensi bahaya yang ada adalah bahaya kebakaran atau ledakan, terpapar
bahan kimia, menghirup bahan kimia saat pencampuran, terpapar asap fogging dan
cairan spraying, kebisingan, terjatuh di lantai yang sama, terjatuh dari tempat tinggi,
tertimpa benda jatuh, terpapar gas fumigan, terjebak, mata terkena cairan spraying,
badan terpapar asap fogging dan cairan spraying dan terhirup debu dengan
pengendalian secara engineering yaitu pelaksanaan sistem Log Out-Tag Out, sistem
izin kerja ruang terbatas, pembersihan area, dan pemasangan pagar pembatas. Secara
administratif dengan penerapan shift kerja, rotasi kerja, training dan safety induction.
Dan pengendalian dengan pemakaian APD. Jenis APD yang disediakan antara lain
half-face respirator, full-face respirator, baju pelindung, sarung tangan karet,
earplug, safety shoes, safety belt/body harness,dan topi pelindung dimana jenis APD
tersebut sudah sesuai dengan potensi bahaya yang ada kecuali untuk topi pelindung
dan earplug. Penyimpanan dan pemeliharaan APD dibagi menjadi dua, yaitu oleh
pekerja (kacamata keselamatan (goggles), safety shoes, baju pelindung, earplug,
sarung tangan karet, dan topi pelindung) dan oleh perusahaan (half-face respirator
dan full-face respirator dan safety belt/body harness). Pelatihan pemakaian APD
telah dilakukan tetapi belum secara rutin. Pengawasan pemakaian APD dilakukan
dengan cara observasi.
Adapun saran yang diberikan adalah pengawasan terhadap pemakaian APD
terus dilakukan, melakukan pengawasan terhadap kelengkapan APD,
mempertimbangkan kualitas APD dalam penyediaannya, memberikan sanksi dan
reward bagi pekerja, melakukan pembinaan dan pelatihan secara berkala, dan
melakukan pengawasan terhadap proses pekerjaan dan pekerja.
Daftar bacaan : 20 (1970-2010)
PERNYATAAN PERSETUJUAN
Judul Magang
GAMBARAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD) BERDASARKAN HASIL
IDENTIFIKASI BAHAYA DI BAGIAN PEST CONTROL DIVISI BOGASARI
FLOUR MILLS PT.INDOFOOD SUKSES MAKMUR, TBK TAHUN 2011
Telah disetujui, diperiksa, dan dipertahankan dihadapan Tim Penguji Magang
Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Jakarta, 10 Mei 2011
Mengetahui
Iting Shofwati, ST, MKKK Diharto, SH
Pembimbing Fakultas Manager
Security & Safety Dept.
PANITIA SIDANG UJIAN MAGANG
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Jakarta, Mei 2011
Penguji I,
Raihana Nadra Alkaff, M, MA
Penguji II,
Teten Abdullah, SE
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
DATA DIRI
Nama : Yuni Ristiani
Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 09 Juni 1989
Alamat : Jl. Sukarela Rt. 002 Rw. 03 No. 28
Peninggilan Ciledug Tangerang
Agama : Islam
Status : Belum Menikah
Telepon/Handphone : 08561967787
Email : [email protected]
RIWAYAT PENDIDIKAN
1995 – 1998 SD Negeri 01 Kebon Jeruk
1998 – 2001 SD Negeri 04 Peninggilan
2001 – 2004 MTs. Jam‘iyyah Islamiyyah
2004 – 2007 SMA Yadika 5 Joglo
2007 – sekarang S1 – Kesehatan Masyarakat Peminatan Keselamatan dan
Kesehatan Kerja Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
KATA PENGANTAR
بسن ا هلل ا لرحمن ا لر حين
ا لسال م عليكن ورحمة ا هلل و بر كا ته
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang,
puji dan syukur saya ucapkan kepada Illahi Rabbi yang selalu memberikan
kenikmatan yang tak terhingga kepada kita semua. Dengan memanjat rasa syukur
atas segala nikmat dan rahmat-Nya hingga laporan magang yang berjudul
―Gambaran Alat Pelindung Diri (APD) Berdasarkan Hasil Identifikasi Bahaya di
Bagian Pest Control Divisi Bogasari Flour Mills PT.Indofood Sukses Makmur, Tbk
Tahun 2011‖ ini dapat tersusun dengan baik. Sholawat dan salam selalu tercurah
kepada baginda besar Nabi Muhammad SAW yang telah menuntun umatnya dari
zaman kegelapan ke zaman terang benderang seperti saat ini.
Penulis laporan magang ini semata-mata bukanlah hasil usaha penulis
melainkan banyak pihak yang telah memberikan bantuan berupa doa, semangat,
motivasi, bimbingan, dan petunjuk yang akhirnya penulis dapat menyelesaikan
laporan magan ini. Dan penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Terima Kasih kepada My Lovely Family, kedua orang tua yang telah
meberikan perhatian dan kasih sayangnya serta doa yang sangat luar biasa
kepada saya, dan adik-adikku tersayang.
2. dr. Yuli Prapanca Satar, MARS selaku kepala program studi kesehatan
masyarakat yang mana senantasa berusaha agar prodi kesmasselalu menjadi
yang terbaik.
3. Iting Shofwati, ST,MKKK selaku dosen pembimbing yang senantiasa
membimbing meskipun disaat cuti melahirkan. Terima kasih atas kesabaran
dan waktu yang telah diberikan.
4. Bapak Ghozali yang selalu bersedia mengantar hasil revisi laporan ke rumah
Bu Iting.
5. Bapak Diharto, SH selaku manager security and safety department yang
selalu membimbing pada saat melakukan magang selama satu bulan.
6. Bapak Muslich Riza, SKM yang juga membimbing penulis selama sebulan di
Bogasari.
7. Untuk Pak Wasiran, Pak Tonny, Pak Pemilianto, Pak Agus, Pak Nurrahmat,
Pak Eko yang bersedia didampingi oleh penulis setiap hari saat melakukan
inspeksi.
8. Pak Teten Abdullah, SE an Ibu Raihana Nadra Alkaff M, MA yang telah
bersedia datang menguji saat ujian magang.
9. Pak Joko dan seluruh pekerja di bagian Pest Control yang tidak dapat
disebutkan satu persatu.
10. Siska Yuniati dan Septi Harvita yang selama satu bulan tinggal bersama di
kos bersama penulis.
11. Sahabat saya M. Arbi Ramadhan, Tamalia Rahmi F, Siska Yuniati, Pipit
Bhayangkari, dan Septi Harvita atas dukungannya dan mudah-mudahankita
lulus bareng-bareng dan sukses ya teman-teman, Amin.
12. Untuk Muhammad Iqbal yang selalu memberi dukungan setiap saat.
13. Untuk teman-teman K3 2007 semoga kita bisa wisuda tahun ini ya teman-
teman.
Dengan memanjatkan doa kepada Allah SWT, penulis berharap
semua kebaikan yang telah diberikan mendapat balasan dari Allah SWT.
Amin. Semoga laporan magang ini bermanfaat bagi penulis dan pembaca
pada umumnya.
و ا لسال م عليكن ورحمة ا هلل و بر كا ته
Jakarta, Mei 2011
Penulis
DAFTAR ISI
ABSTRAK............................................................................…………………...…...........i
PERNYATAAN PERSETUJUAN.................................................................................iii
PERNYATAAN PENGUJI............................................................................………....iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP.........................................................................................v
KATA PENGANTAR. ............................................................................……….……..vi
DAFTAR ISI............................................................................………………......…....viii
DAFTAR TABEL............................................................................………..................xiii
DAFTAR GAMBAR. ............................................................................……...............xiv
DAFTAR BAGAN............................................................................………..................xv
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................…….............xvi
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................………1
1.1 Latar Belakang................................................................……………..........1
1.2 Tujuan ....................................................……………….............................5
1.2.1 Tujuan Umum.................................................................................5
1.2.2 Tujuan Khusus............................................... …………….............5
1.3 Manfaat Magang......................................................………………..............6
1.4 Ruang Lingkup Magang................................................................................7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ..........................................................…….................8
2.1 Kesehatan dan Keselamatan Kerja kerja..........................................…......8
2.1.1 Definisi……………………………...............................................8
2.1.2 Kecelakaan Kerja....................................................…….............8
2.1.3 Klasifikasi Kecelakaan Kerja....................................………...........9
2.2 Pestisida................................................................................…………....10
2.2.1 Definisi ………...................................................…………….....10
2.3 Pest control........................................................................……………...11
2.3.1 Definisi Pest control......................................……………….......11
2.3.2 Kegiatan-kegiatan yang dilakukan Pest control ..........................12
2.4 Bahaya...........................................................…………………………...12
2.4.1 Definisi Bahaya.............................................…………...............12
2.4.2 Jenis-jenis Bahaya............................................…………............13
2.4.3 Sumber Bahaya................................................…………….........15
2.4.4 Pengendalian Bahaya.................................. ……………….........16
2.5 Risiko..........................................................................……….…….........17
2.5.1 Definisi Risiko..................................... ……................................17
2.5.2 Metode Identifikasi Risiko...........................................................18
2.6 Alat Pelindung Diri (APD) ......................................……………………20
2.6.1 Definisi APD.....................................................…………………20
2.6.2 Dasar Hukum Tentang APD........................................……….... 21
2.6.3 Pertimbangan Pemilihan APD........................... …………..…....23
2.6.4 Penggolongan APD berdasarkan bagian tubuh yang dilindungi. 23
2.6.5 Jenis-jenis APD..........................................................…………..24
2.6.6 Alat-Alat Pelindung Diri Menurut Keperluannya……………….33
2.7 Pemeliharaan APD..............................................……………………….38
2.8 Penyimpanan APD......................................................…………….……38
2.9 Pengawasan APD..................................................……………………...38
2.10 Training atau pelatihan APD............................................................…...39
BAB III ALUR DAN JADWAL KEGIATAN MAGANG................................…....36
3.1 Alur Kegiatan Magang..................................................………………...41
3.2 Jadwal Kegiatan Magang........................................................……….....43
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.............................................………...............42
4.1 Gambaran PT. ISM Tbk Divisi Bogasari Flour Mills..................……......47
4.1.1 Sejarah PT. ISM Tbk Divisi Bogasari Flour Mills................………47
4.1.2 Visi dan Misi Perusahaan..................................................................50
4.1.3 Fasilitas Pabrik.....................................................………………….51
4.1.4 Kepegawaian dan Sistem Shift...................................................…..52
4.1.5 Gambaran Unit Security and Safety Department....……… ……….53
4.1.6 Sistem Manajemen K3 PT. ISM Tbk Divisi Bogasari Flour Mills...56
4.1.7 Gambaran Subdepartment Pest control …………………………....57
4.1.8 Kegiatan-kegiatan yang dilakukan Subdepartment Pest control .…58
4.1.9 Bahan-Bahan Pestisida Yang Digunakan Pest control.....................65
4.2 Pelaksanaan Identifikasi Bahaya di Pest control........................................67
4.3 Gambaran penerapan pengendalian yang dilakukan pada bagian pest control
……………………………………………………………...…............…67
4.4 Potensi Bahaya pada Bagian Pest control ........................ ………………69
4.4.1 Fogging dan spraying.....................................................................69
4.4.2 Fumigasi.........................................................……………….……81
4.5 Jenis-Jenis APD Yang Digunakan di Bagian Pest Control……………..…..91
4.5.1 Topi Pelindung.................................................................…….…..91
4.5.2 Kacamata (Safety Goggles) ...........………………........................93
4.5.3 Pelindung Telinga (earplug) ................................................ ….…95
4.5.4 Pelindung Tangan..................................................…………….....96
4.5.5 Pelindung Pernapasan............................................……………….98
4.5.6 Sepatu Safety........................................................…………….....100
4.5.7 Pelindung Tubuh..............................................……………..…...102
4.5.8 Sabuk Keselamatan (Safety Belt)……… ……………………......103
4.6 Kesesuaian Jenis APD Berdasarkan Hasil Identifikasi Bahaya………....104
4.7 Pemeliharaan APD di subdepartment pest control……………………...110
4.8 Penyimpanan APD di subdepartment pest control ……………………....115
4.9 Pengawasan APD di subdepartment pest control ...……………….….....118
4.10 Pelatihan pemakaian APD di subdepartment pest control……………......119
BAB V SIMPULAN DAN SARAN……………………………………………….......121
5.1 Simpulan ……………………………………………………………….....121
5.2 Saran ……………………………………….……………….....................125
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Nomor Tabel Halaman
2.1 Alat-Alat Pelindung Diri Menurut Keperluannya 34
3.1 Jadwal Kegiatan Magang di PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk
Divisi Bogasari Flour Mills
43
4.1 Jumlah Karyawan Berdasarkan Jenis Kelamin 52
4.2 Shift Kerja 53
4.3 Bahan-bahan pestisidayang digunakan pada pekerjaan Pest
Control
66
4.4 Potensi Bahaya Pada Pekerjaan Fogging dan Spraying PT.
Indofood Sukses Makmur, Tbk Divisi Bogasari Flour Mills
Tahun 2011
70
4.5 Potensi Bahaya Pada Pekerjaan Fumigasi PT. Indofood Sukses
Makmur Tbk Divisi Bogasari Flour Mills Tahun 2011
83
DAFTAR GAMBAR
No. Gambar Halaman
4.1 Topi Pelindung 93
4.2 Goggles 94
4.3 Earplug 96
4.4 Sarung Tangan Berbahan Karet 98
4.5 Half-face respirator, Full-face Respirator, dan catridge 100
4.6 Safety Shoes 102
4.7 Baju dan Celana 103
4.8 Safety Belt 104
4.9 Safety helmet 106
DAFTAR BAGAN
3.1 Alur Kegiatan Magang 41
4.1 Struktur Organisasi Safety & Security Department PT. Indofood
Sukses Makmur Tbk Divisi Bogasari Flour Mills
56
4.2 Struktur Organisasi Subdepartment Pest Control PT. Indofood
Sukses Makmur Tbk Divisi Bogasari Flour Mills
58
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Permohonan Praktek Kerja Lapangan
Lampiran 2 Surat Pernyataan Penerimaan Magang
Lampiran 3 Sertifikat Hasil Magang
Lampiran 4 Material Safety Data Sheet
Lampiran 5 Daftar Pertanyaan Mengenai APD
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Keselamatan dan Kesehatan Kerja sebagai suatu disiplin ilmu yang luas
dengan banyak spesialisasi yang diterapkan, sebagai upaya pemeliharaan dan
peningkatan derajat fisik, mental, dan sosial pekerja pada setiap jenis pekerjaan,
mencegah munculnya dampak buruk terhadap kesehatan pekerja yang
disebabkan kondisi kerja terhadap pekerja (ILO, 1996).
Indonesia hingga saat ini masih memiliki tingkat keselamatan kerja yang
rendah jika dibandingkan dengan negara-negara maju yang telah sadar betapa
penting regulasi dan peraturan tentang keselamatan dan kesehatan kerja ini
untuk diterapkan. Kesadaran akan hal ini masih sangat rendah baik itu mulai dari
pekerja hingga perusahaan atau pemilik usaha. Regulasi ini sangat penting untuk
dilaksanakan dan dipatuhi dalam dunia kerja karena dapat mendatangkan
manfaat yang positif untuk meningkatkan produktivitas pekerja dan mampu
meningkatkan probabilitas usia kerja karyawan dari suatu perusahaan menjadi
lebih panjang.
Menurut Estimasi International Labour Organization (ILO), sebanyak 2
juta pekerja meninggal akibat kecelakaan kerja tiap tahunnya. Dari jumlah ini,
354.000 orang mengalami kecelakaan fatal. Disamping itu, setiap tahunnya ada
270 juta pekerja yang mengalami kecelakaan akibat kerja dan 160 juta terkena
penyakit akibat kerja (PAK). Biaya yang harus dikeluarkan untuk bahaya-
bahaya akibat kecelakaan kerja ini amat besar. ILO memperkirakan kerugian
yang dialami sebagai akibat kecelakaan-keselakaan kerja setiap tahunnya
mencapai lebih dari US$ 1.25 triliun atau sama dengan 4% dari Produk
Domestik Bruto.
Dengan makin meningkatnya perkembangan industri dan perubahan secara
global dibidang pembangunan secara umum di dunia, Indonesia juga melakukan
perubahan-perubahan dalam pembangunan baik dalam bidang teknologi maupun
industri. Dengan adanya perubahan tersebut maka konsekuensinya terjadi
perubahan pola penyakit/kasus-kasus penyakit karena hubungan dengan
pekerjaan. Seperti faktor mekanik (proses kerja, peralatan), faktor fisik (panas,
bising, radiasi) dan faktor kimia. Masalah gizi pekerja juga merupakan hal yang
sangat penting yang perlu diperhatikan, stress, penyakit jantung, tekanan darah
tinggi dan lain-lainnya. Perubahan ini banyak tidak disadari oleh pengelola
tempat kerja atau diremehkan. Atau walaupun mengetahui pendekatan
pemecahan masalahnya hanya dari segi kuratif dan rehabilitatif saja tanpa
memperhatikan akan pentingnya promosi dan pencegahan.
Penggunaan pestisida dalam pembangunan di berbagai sektor seperti
pertanian, kesehatan masyarakat, perdagangan dan industri semakin meningkat.
Pestisida terbukti mempunyai peranan yang penting dalam peningkatan
kesejahteraan rakyat. Pada bidang pertanian termasuk pertanian rakyat maupun
perkebunan yang dikelola secara profesional dalam skala besar menggunakan
pestisida yang sebagian besar adalah golongan organofosfat. Demikian pula
pada bidang kesehatan masyarakat pestisida yang digunakan sebagian besar
adalah golongan organofosfat. Karena golongan ini lebih mudah terurai di alam.
Penggunaan pestisida di bidang pertanian saat ini memegang peranan penting.
Sebagian besar masih menggunakan pestisida karena kemampuannya untuk
memberantas hama sangat efektif. Pestisida adalah bahan yang beracun dan
berbahaya, yang bila tidak dikelola dengan baik dapat menimbulkan dampak
negatif yang tidak diinginkan. Dampak negatif tesebut akan menimbulkan
berbagai masalah baik secara langsung ataupun tidak, akan berpengaruh
terhadap kesehatan dan kesejahteraan manusia seperti keracunan. Dampak
negatif yang terjadi dari penggunaan pestisida pada pengendalian hama adalah
keracunan, khususnya para pekerja yang sering/intensif menggunakan pestisida
yang selama pekerjaannya terpapar dengan bahan pestisida.
Untuk mencegah maupun mengurangi terjadinya Penyakit Akibat Kerja
(PAK) pada sektor pest control, maka perlu diutamakan adanya perlindungan
tenaga kerja melalui usaha-usaha teknis pengamanan tempat, peralatan dan
lingkungan kerja. Namun kadang-kadang keadaan bahaya masih belum dapat
dikendalikan sepenuhnya, sehingga digunakan Alat Pelindung Diri (APD).
Menurut OSHA atau Occupational Safety and Health Administration,
Personal Protective Equipment atau Alat Pelindung Diri (APD) didefinisikan
sebagai alat yang digunakan untuk melindungi pekerja dari luka atau penyakit
yang diakibatkan oleh adanya kontak dengan bahaya (hazards) di tempat kerja,
baik yang bersifat kimia, biologis, radiasi, fisik, elektrik, mekanik dan lainnya.
Dalam hirarki hazard control atau pengendalian bahaya, penggunaan alat
pelindung diri merupakan metode pengendali bahaya paling akhir. Artinya,
sebelum memutuskan untuk menggunakan APD, metode-metode lain harus
dilalui terlebih dahulu, dengan melakukan upaya optimal agar bahaya atau
hazard bisa dihilangkan atau paling tidak dikurangi. Sehingga angka kecelakaan
kerja di tempat kerja berkurang.
PT. Indofood Sukses Makmur Tbk Divisi Bogasari Flour Mills merupakan
perusahaan industri yang bergerak di bidang produksi gandum (wheat). Ada tiga
jenis gandum yang diproduksi di Bogasari, yaitu Hard Wheat, Soft Wheat, dan
Durum Wheat yang mana kemudian gandum-gandum tersebut diproduksi
menjadi tepung terigu, pasta, dan bahan pakan terneak (pellet).
Untuk menjaga kualitas hasil produksi yang baik dan layak untuk dijual ke
pasaran, maka Bogasari juga memiliki bagian pest control yang bekerja untuk
mencegah serta membasmi hama-hama yang dapat merusak hasil-hasil produksi
tersebut. Pekerjaan yang dilakukan pada subdepartment tersebut antara lain yaitu
pengasapan (fogging), penyemprotan (spraying), dan fumigasi yang mana dalam
proses pekerjaannya menggunakan bahan kimia sebagai bahan dasarnya yang
dapat menimbulkan bahaya bagi para pekerjanya. Dalam proses pelaksanaan
pest control terdapat pekerjaan yang memiliki beberapa risiko untuk terjadinya
kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja, diantaranya bahaya terpapar bahan
kimia, bahaya kejatuhan benda, bahaya terjatuh dari tempat tinggi, kebakaran
atau ledakan, area berdebu, dan kebisingan. Oleh karena itu, penulis ingin
mengetahui bagaimana gambaran Alat Pelindung Diri (APD) berdasarkan hasil
identifikasi risiko bagian pest control divisi bogasari flour mills PT.Indofood
Sukses Makmur, Tbk tahun 2011.
1.2 Tujuan
1.1 Tujuan Umum
Tujuan umum dari kegiatan magang ini adalah untuk mengetahui
gambaran Alat Pelindung Diri (APD) berdasarkan hasil identifikasi bahaya
bagian pest control divisi bogasari flour mills PT. Indofood Sukses
Makmur, Tbk Tahun 2011.
1.2 Tujuan Khusus
1. Diketahuinya Gambaran Umum Perusahaan, Unit K3, pest control, dan
kegiatannya pada Divisi Bogasari Flour Mills PT. Indofood Sukses
Makmur, Tbk Tahun 2011.
2. Diketahuinya potensi bahaya serta pengendaliannya pada bagian pest
control Divisi Bogasari Flour Mills PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk
Tahun 2011.
3. Diketahuinya jenis-jenis alat pelindung diri yang digunakan pada
bagian pest control Divisi Bogasari Flour Mills PT. Indofood Sukses
Makmur, Tbk Tahun 2011.
4. Diketahuinya kesesuaian jenis alat pelindung diri berdasarkan hasil
identifikasi bahaya bagian pest control Divisi Bogasari Flour Mills PT.
Indofood Sukses Makmur, Tbk Tahun 2011.
5. Diketahuinya pemeliharaan alat pelindung diri pada pekerja bagian pest
control Divisi Bogasari Flour Mills PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk
Tahun 2011.
6. Diketahuinya penyimpanan alat pelindung diri pada pekerja bagian pest
control Divisi Bogasari Flour Mills PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk
Tahun 2011.
7. Diketahuinya pengawasan alat pelindung diri pada pekerja bagian pest
control Divisi Bogasari Flour Mills PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk
Tahun 2011.
8. Diketahuinya pelatihan alat pelindung diri pada pekerja bagian pest
control Divisi Bogasari Flour Mills PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk
Tahun 2011.
1.3 Manfaat Magang
1.3.1 Bagi Mahasiswa
Dapat memperoleh pengetahuan tentang bagaimana gambaran alat
pelindung diri di suatu perusahaan
1.3.2 Bagi Fakultas
Dapat memberikan masukan untuk perkembangan ilmu pengetahuan
terutama dalam bidang Kesehatan dan Keselamatan Kerja dengan
mengetahui bagaimana gambaran alat pelindung diri di suatu
perusahaan
1.3.3 Bagi Institusi Magang
Dapat menjadi bahan masukan dan informasi dalam hal pemakaian
APD demi meningkatkan kualitas dan kinerja serta mengurangi risiko
terjadinya bahaya.
1.4 Ruang Lingkup Magang
Kegiatan magang dilaksanakan oleh mahasiswa semester VIII Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Program Studi Kesehatan Masyarakat
Peminatan Kesehatan dan Keselamatan Kerja Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta. Kegiatan ini dilakukan di PT. Indofood Sukses Makmur
Tbk Divisi Bogasari Flour Mills Cilincing, Tanjung Priuk yang dilaksanakan
pada tanggal 1-28 Februari 2011. Kegiatan magang ini sebagai salah satu mata
kuliah wajib Program Studi Kesehatan Masyarakat dengan bobot 3 (tiga) SKS
tujuannya agar mahasiswa dapat belajar secara langsung dengan mempelajari
dan mengamati bagaimana gambaran pemakaian alat pelindung diri (APD)
pada pekerja dengan cara pengumpulan data secara primer dan sekunder.
Pengumpulan data secara primer dilakukan dengan metode wawancara, dan
observasi lapangan. Penulis melakukan pengamatan di subdepartment pest
control untuk melihat bagaimana gambaran pemakaian APD pada pekerja.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kesehatan dan Keselamatan Kerja
2.1.1 Definisi
Kesehatan dan Keselamatan Kerja adalah sarana utama untuk
mencegah kecelakaan kerja, baik kecelakaan yang mengakibatkan
kerugian yang bersifat langsung ataupun tidak langsung. Adapun
kecelakaan yang bersifat langsung dapat berupa luka ringan (memar,
lecet, pendarahan ringan dan lain-lain) ataupun luka berat (luka
tebuka, putus jari, pendarahan berat dan lain-lain) dan kematian
sedangkan kerugian yang bersifat tidak langsung dapat berupa
kerusakan mesin, proses produksi terhenti, kerusakan pada lingkungan
dan biaya yang cukup besar yang harus dikeluarkan perusahaan akibat
dari kecelakaan kerja. (Suma‘mur,1981).
2.1.2 Kecelakaan Kerja
Kecelakaan adalah kejadian yang tak terduga dan tidak
diharapkan. Tak terduga, oleh karena dibelakang peristiwa itu tidak
terdapat unsur kesengajaan, lebih-lebih dalam bentuk perencanaan.
Tidak diharapkan oleh karena peristiwa kecelakaan disertai kerugian
material ataupun penderitaan yang paling ringan sampai kepada yang
paling berat. Sedangkan kecelakaan akibat kerja adalah kecelakaan
yang terjadi dalam hubungan kerja atau sedang melakukan pekerjaan
di suatu tempat kerja. Kadang-kadang kecelakan akibat kerja
diperluas ruang lingkupnya, sehingga meliputi juga kecelakaan-
kecelakaan tenaga kerja yang terjadi pada saat perjalanan atau
transport ke dan dari tempat kerja. (Suma‘mur, 1994)
2.1.3 Klasifikasi Kecelakaan kerja
Klasifikasi kecelakaan akibat kerja menurut jenis kecelakaan
adalah sebagai berikut:
a. Terjatuh
b. Tertimpa benda jatuh
c. Tertumbuk atau terkena benda-benda, terkecuali benda
jatuh
d. Terjepit oleh benda
e. Gerakan-gerakan melebihi kemampuan
f. Pengaruh suhu tinggi
g. Terkena arus listrik
h. Kontak dengan bahan-bahan berbahaya atau radiasi
i. Jenis-jenis lain, termasuk kecelakaan-kecelakaan yang
data-datanya tidak cukup atau kecelakaan-kecelakaan lain
yang belum masuk klasifikasi tersebut (Organisasi
Perburuhan Internasional, 1962).
2.2 Pestisida
2.2.1 Definisi
Sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 7 tahun 1973 yang
dimaksud dengan Pestisida adalah semua zat kimia dan bahan lain
serta jasad renik dan virus yang dipergunakan untuk:
a. Memberantas atau mencegah hama-hama dan penyakit
yang merusak tanaman, bagian-bagian tanaman atau hasil-
hasil pertanian
b. Memberantas hama air
c. Memberantas atau mencegah binatang-binatang atau jasad
renik dalam rumah , bangunan dan alat-alat pengangkutan.
d. Memberantas atau mencegah binatang-binatang yang
dapat menyebabkan penyakit pada manusia dan binatang
yang perlu dilindungi dengan menggunakan pada tanah,
air dan tanaman.
Menurut The United States Environmental Pesticide Control
Act, pestisida adalah:
a. Semua zat atau campuran zat yang khusus digunakan
untuk mengendalikan, mencegah, atau menangkis
gangguan serangga, binatang mengerat, nematoda, gulma,
virus, bakteri, jasad renik yang dianggap hama, kecuali
virus, bakteri atau jasad renik lainnya yang terdapat pada
manusia dan binatang.
b. Semua zat atau campuran zat yang khusus digunakan
untuk mengatur pertumbuhan tanaman atau pengering
tanaman.
2.3 Pest Control
2.3.1 Definisi Pest Control
Pest control merupakan suatu pekerjaan jasa dalam
pengendalian serangga yang keberadaannya tidak kita kehendaki.
Adapun serangga yang dikendalikan terdiri dari 2 macam yaitu:
a. Serangga bersayap (flying insect) seperti nyamuk, lalat
kecoa, ngengat dan lain-lain.
b. Serangga merayap (crawling insect) seperti semut, kutu,
laba-laba, kelabang dan lain-lain.
Serangga-serangga di atas selain dapat mengganggu
kenyamanan juga dapat menjadi penular penyakit dan membuat hasil
pertanian menjadi rusak. Oleh karena itu perlu dilakukan pekerjaan
pest control untuk memberantas dan menanggulangi gangguan
hama/serangga tersebut.
Dalam pest control serangga dikendalikan sejak di tempat
pembiakan (perindukan), tempat transit atau istirahat, dan di tempat
mencari makanannya. Kebersihan dan sanitasi yang yang baik,
diperlukan untuk menekan perkembangbiakan. Sedangkan
pengendaliannya dilakukan dengan menggunakan insektisida untuk
mematikan serangga sasaran. Dosis yang tepat dan rotasi penggunaan
insektisida menjamin keberhasilan yang baik dan mencegah terjadinya
resistensi atau kekebalan pada serangga
2.3.2 Kegiatan-kegiatan yang dilakukan Pest Control
Tindakan pengendalian yang biasanya dilakukan oleh pest
control adalah penyemprotan (spraying), pengembunan (misting),
pengasapan (fogging), pengumpanan (baiting), pemberian bubuk
(dusting), serta penggasan (fumigation). Tindakan pengendalian juga
melibatkan penggunaan bahan kimia beracun (pestisida) sehingga hal
ini menyebabkan tidak sembarang orang dapat melakukan kegiatan
pest control . Hanya orang terlatih dan terdaftar yang dapat
mengaplikasikan pestisida dengan cara dan dosis yang benar pada
waktu yang tepat.
2.4 Bahaya
2.4.1 Definisi Bahaya
Menurut Suma‘mur (1981) bahaya adalah jenis sumber atau
situasi yang mempunyai daya potensial yang dapat menyebabkan
untuk mengakibatkan cidera atau gangguan kesehatan, kerusakan alat,
kerusakan lingkungan ditempat kerja atau kontribusi dari hal-hal
tersebut.
2.4.2 Jenis-jenis bahaya
Menurut Supriyadi (2005), berdasarkan kelompoknya, bahaya
dibagi menjadi dua, yaitu:
1. Health Hazard (Bahaya Kesehatan)
Health hazard merupakan suatu bahaya yang terdapat di
lingkungan kerja yang mempunyai potensi untuk menimbulkan
terjadinya gangguan kesehatan, kesakitan, dan penyakit akibat
kerja. Ciri-ciri health hazard antara lain:
a. Mempunyai potensi untuk menimbulkan kesakitan,
gangguan kesehatan, dan penyakit akibat kerja.
b. Berada di lingkungan kerja dan memajan pekerja
selama bekerja.
c. Umumnya dalam konsentrasi rendah.
d. Bersifat kronik.
e. Mempertimbangkan aspek besaran, konsentrasi, dan
dosis.
Kelompok health hazard antara lain:
a. Physical hazard, yaitu bahaya yang berupa energi
seperti kebisingan, radiasi, temperatur ekstrim,
pencahayaan, getaran, tekanan udara, dan sebagainya.
b. Chemical hazard, yaitu bahaya yang berupa bahan
kimia baik dalam bentuk gas, cair, maupun padat yang
mempunyai sifat toksik, beracun iritan, asphxian, dan
patologik.
c. Biological hazard, yaitu bahaya yang berasal dari
mikroorganisme khususnya yang patogen (dapat
menimbulkan kesehatan).
d. Ergonomi, yaitu bahaya yaang dapat menimbulkan
gangguan kesehatan sebagai akibat dari ketidaksesuaian
antara desain kerja dengan pekerja.
2. Safety Hazard ( Bahaya Keselamatan)
Bahaya keselamatan atau safety hazard merupakan bahaya
yang terdapat di tempat kerja yang berpotensi menimbulkan
insiden, injury, baik pada manusia maupun pada proses kerja.
Ciri-ciri safety hazard antara lain:
a. Berpotensi untuk menimbulkan injury, cacat, gangguan
pada proses, dan kerusakan alat.
b. Memajan bahaya hanya pada saat terjadinya kontak.
c. Dampak yang ditimbulkan langsung terlihat.
Kelompok safety hazard antara lain:
a. Mechanical hazard, yaitu bahaya yang terdapat pada benda-
benda atau proses yang bergerak yang dapat menimbulkan
dampak seperti tertusuk, tergores, tersayat, dan terbentur.
b. Chemical hazard, yaitu bahaya dari bahan kimia dalam
bentuk gas, cair, maupun padat yang mempunyai sifat
mudah terbakar, mudah meledak, dan korosif.
c. Electrical hazard, yaitu bahaya yang berasal dari arus
listrik.
2.4.3 Sumber Bahaya
Sumber bahaya khususnya terhadap keselamatan dan kesehatan
kerja di perusahaan akan selalu dijumpai, antara lain berupa (Supriyadi,
2005):
1. Bahaya fisik: bising, cahaya, suhu, getaran, dan debu.
2. Bahaya kimia: pelarut, asam, basa, logam berat, dan gas.
3. Bahaya biologi: hewan, tumbuhan, bakteri, jamur, dan virus.
4. Bahaya ergonomi: desain, sikap, cara, dan sistem kerja.
5. Stessor: kejemuan, monoton, dan beban kerja.
6. Peralatan dan mesin produksi.
7. Listrik, kebakaran, dan peledakan.
8. House keeping.
9. Sistem manajemen perusahaan.
10. Manusia: interaksi, perilaku, dan kondisi fisik.
2.4.4 Pengendalian Bahaya
Pengendalian bahaya kecelakaan dan penyakit akibat kerja dilakukan
dengan berbagai macam metode, yaitu salah satunya dikendalikan dengan
hirarki pengendalian:
1. Eliminasi
Menghilangkan bahaya dari tempat kerja seperti mengilangkan
peralatan kerja atau prasarana yang dapat menimbulkan bahaya
2. Substitusi
Bila bahaya tidak dapat dihilangkan sama sekali, maka dapat
dilakukan metode pengendalian bahaya yang lainnya yaitu
substitusi, yaitu mengganti sumber yang berbahaya dengan
sumber lain yang bahayanya lebih rendah.
3. Engineering control
Melakukan isolasi terhadap sumber yang berbahaya tidak kontak
dengan pekerja
4. Adminstratif control
Pengendalian bahaya dengan melakukan modifikasi pada
interaksi pekerja dengan lingkungan kerja, seperti rotasi kerja,
pelatihan, pengembangan standar kerja (SOP), shift kerja, dan
housekeeping.
5. Alat Pelindung Diri
Merupakan alat atau sarana yang digunakan oleh pekerja yang
melekat pada tubuh pekerja dengan tujuan untuk melindungi
sebagian atau seluruh tubuh pekerja pada saat melaksanakan
pekerjaan dari kemungkinan terpajan oleh bahaya yang melebihi
batas yang diperbolehkan. Penggunaan APD ini merupakan tahap
akhir pengendalian untuk mengurangi bahaya atau risiko pada
pekerja.
2.5 Risiko
2.5.1 Definisi Risiko
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, risiko adalah
kemungkinan terjadinya peristiwa yang dapat merugikan perusahaan.
Sedangkan menurut Budiono,dkk (2003) risiko didefinisikan sebagai
manifestasi atau perwujudan potensi bahaya (hazard event) yang
mengakibatkan kemungkinan kerugian menjadi lebih besar.
Menurut Australian Standard/New Zealand Standard atau
AS/ANZ (1999) risiko adalah kemungkinan/peluang terjadinya
sesuatu yang dapat menimbulkan suatu dampak pada suatu sasaran,
risiko diukur berdasarkan adanya kemungkinan terjadinya suatu kasus
dan konsekuensi yang dapat ditimbulkan.
2.5.2 Metode Identifikasi Risiko
a. Preliminary Hazard Analaysis (PHA)
Preliminary hazard analysis (PHA) adalah suatu metode
yang dilakukan dalam mengetahui bahaya-bahaya awal pada
suatu sistem baru. PHA dilakukan jika tidak ada suatu informasi
mengenai sistem tersebut. (Cooling, 1990)
b. Hazard and Operability Analysis ( HAZOP)
Hazard and Operability Analysis atau yang dikenal
sebagai HAZOP adalah standar teknik analisis bahaya yang
digunakan dalam persiapan penetapan keamanan dalam sistem
baru atau modifikasi untuk suatu keberadaan potensi bahaya atau
masalah operabilitasnya khususnya pada industri kimia. Tujuan
penggunaan HAZOP adalah untuk meninjau suatu proses atau
operasi pada suatu sistem secara sistematis, untuk menentukan
apakah proses penyimpangan dapat mendorong ke arah kejadian
atau kecelakaan yang tidak diinginkan.
c. Failure Modes and Effect Analysis (FMEA)
Menurut Cooling (1990) FMEA adalah suatu metode yang
digunakan untuk menganalisis sistem yang berhubungan dengan
engineering yang mungkin mengalami kegagalan dan efek yang
ditimbulkan dari kegagalan. FMEA secara sistematis menilai
komponen dari suatu sistem tentang bagaimana sistem dapat
gagal, lalu mengevaluasi efek dari kegagalan tersebut, tingkat
bahaya yang dihasilkan dari kegagalan, dan bagaimana kegagalan
tersebut dicegah atau dikurangi.
d. Fault Tree Analysis (FTA)
Fault Tree Analysis merupakan metode deduktif untuk
mengidentifikasi penyebab terjadinya bahaya dengan pendekatan
bersifat top-down, dengan memulai analisis dari kejadian yang
tidak diinginkan atau kerugian yang terjadi kemudian
menganalisa penyebab dari kejadian tersebut yang dideskripsikan
dalam bentuk sebuah pohon kesalahan (fault tree).
e. Check List
Check list merupakan metode paling dasar dan sederhana
yang berisikan daftar pertanyaan atau hal-hal yang berkaitan
dengan kondisi tertentu di tempat kerja. Check list dapat
digunakan sejak tahap preliminary design, hasilnya bersifat
kualitatif dan dapat digunakan sebagai acuan dasar dalam
melaksanakan identifikasi risiko yang lebih dalam dan spesifik.
f. Job Safety Analysis
Job Safety Analysis merupakan metode identifikasi yang
sederhana dan relatif mudah dilakukan untuk menidentifikasi
risiko, khususnya risiko keselamatan kerja yang dihubungkan
dengan pekerjaan individual (individual job tasks) serta
menentukan tindakan pengendalian yang sesuai untuk
meminimalisasi risiko tersebut. JSA biasanya digunakan untuk
pekerjaan yang telah terdeskripsikan dengan jelas atau untuk
pekerjaan yang telah memiliki prosedur kerja namun
membutuhkan pengkajian ulang atau annual update dengan hasil
yang bersifat kualitatif, yaitu daftar tahapan pekerjaan beserta
risiko dan tindakan pengendalian yang dibutuhkan.
2.6 Alat Pelindung Diri (APD)
2.6.1 Definisi APD
Alat Pelindung Diri (APD) adalah seperangkat alat yang
mempunyai kemampuan untuk melindungi seseorang dalam
pekerjaannya yang mengisolasi tenaga kerja dari bahaya tempat kerja.
APD dipakai setelah usaha rekayasa dan cara kerja yang aman APD
yang dipakai memenuhi syarat enak dipakai,tidak mengganggu kerja
memberikan perlindungan efektif terhadap bahaya (Sartika,2005).
Menurut OSHA atau Occupational Safety and Health
Administration, personal protective equipment atau alat pelindung diri
(APD) didefinisikan sebagai alat yang digunakan untuk melindungi
pekerja dari luka atau penyakit yang diakibatkan oleh adanya kontak
dengan bahaya (hazards) di tempat kerja, baik yang bersifat kimia,
biologis, radiasi, fisik, elektrik, mekanik dan lainnya.
2.6.2 Dasar Hukum tentang APD
1. Undang-undang No.1 tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja.
a. Pasal 3 ayat (1) butir f: Dengan peraturan perundangan
ditetapkan syarat-syarat untuk memberikan APD
b. Pasal 9 ayat (1) butir c: Pengurus diwajibkan menunjukkan dan
menjelaskan pada tiap tenaga kerja baru tentang APD.
c. Pasal 12 butir b: Dengan peraturan perundangan diatur
kewajiban dan atau hak tenaga kerja untuk memakai APD.
d. Pasal 14 butir c: Pengurus diwajibkan menyediakan APD
secara cuma-cuma.
2. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi
No.Per.01/MEN/1981 Tentang Kewajiban Melapor Penyakit
Akibat Kerja
Pasal 4 ayat (3) menyebutkan kewajiban pengurus
menyediakan alat pelindung diri dan wajib bagi tenaga kerja
untuk menggunakannya untuk pencegahan penyakit akibat kerja
3. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi
No.Per.03/MEN/1982 Tentang Pelayanan Kesehatan Tenaga
Kerja
Pasal 2 butir I menyebutkan memberikan nasehat
mengenai perencanaan dan pembuatan tempat kerja, pemilihan
alat pelindung diri yang diperlukan dan gizi serta
penyelenggaraan makanan ditempat kerja
4. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi
No.Per.03/Men/1986 tentang Keselamatan Dan Kesehatan Kerja
Di Tempat Kerja Yang Mengelola Pestisida
Pasal 2 ayat (2) menyebutkan tenaga kerja yang mengelola
Pestisida harus memakai alat-alat pelindung diri yang berupa
pakaian kerja, sepatu lars tinggi, sarung tangan, kacamata
pelindung atau pelindung muka dan pelindung pernafasan
APD yang disediakan oleh pengusaha dan dipakai oleh tenaga
kerja harus memenuhi syarat pembuatan, pengujian dan sertifikat.
Tenaga kerja berhak menolak untuk memakainya jika APD yang
disediakan tidak memenuhi syarat.
2.6.3 Pertimbangan pemilihan APD
Faktor-faktor pertimbangan pemakaian APD:
1. Enak dan nyaman dipakai
2. Tidak mengganggu ketenangan kerja dan tidak membatasi
ruang gerak pekerja
3. Memberikan perlindungan yang efektif terhadap segala jenis
bahaya/potensi bahaya
4. Memenuhi syarat estetika
5. Memperhatikan efek samping penggunaan APD.
6. Mudah dalam pemeliharaan, tepat ukuran, tepat penyediaan,
dan harga terjangkau. (Anizar, 2009).
2.6.4 Penggolongan APD berdasarkan bagian tubuh yang dilindungi
Alat-alat proteksi diri beraneka ragam macamnya. Jika
digolong-golongkan menurut bagian-bagian tubuh yang
dilindunginya, maka jenis alat-alat proteksi diri dapat dilihat pada
daftar sebagai berikut (Suma‘mur, 1976):
1. Kepala : pengikat rambut, penutup
rambut,
topi dari berbagai bahan.
2. Mata : kaca-mata dari berbagai gelas.
3. Muka : perisai muka.
4. Tangan dan jari-jari : sarung tangan.
5. Kaki : sepatu.
6. Alat pernapasan : respirator/masker khusus.
7. Telinga : sumbat telinga, tutup telinga.
8. Tubuh : pakaian kerja dan berbagai
bahan.
2.6.5 Jenis-jenis APD
1. Alat pelindung kepala
Alat pelindung kepala adalah alat pelindung yang berfungsi
untuk melindungi kepala dari benturan, terantuk, kejatuhan atau
terpukul benda tajam atau benda keras yang melayang atau
meluncur di udara, terpapar oleh radiasi panas, api, percikan bahan-
bahan kimia, jasad renik (mikro organisme) dan suhu yang ekstrim.
Jenis alat pelindung kepala terdiri dari helm pengaman (safety
helmet), topi atau tudung kepala, penutup atau pengaman rambut,
dan lain-lain (Peraturan Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi
Republik Indonesia Nomor PER.08/MEN/VII/2010 Tentang Alat
Pelindung Diri). Macam-macam alat pelindung kepala diantaranya
adalah:
a. Topi Pelindung/Pengaman (Safety Helmet)
Melindungi kepala dari benda keras, pukulan dan benturan,
terjatuh dan terkena arus listrik.
b. Tutup Kepala
Melindungi kepala dari kebakaran, korosif, uap-uap,
panas/dingin
c. Hats/cap
Melindungi kepala dari kotoran debu atau tangkapan mesin-
mesin berputar
d. Topi Pengaman
Untuk penggunaan yang bersifat umum dan pengaman dari
tegangan listrik yang terbatas. Tahan terhadap tegangan
listrik tinggi. Tanpa perlindungan terhadap tenaga
listrik,biasanya terbuat dari logam
2. Alat pelindung pernapasan
Berfungsi untuk melindungi organ pernapasan dengan cara
menyalurkan udara bersih dan sehat dan/atau menyaring cemaran
bahan kimia, mikro-organisme, partikel yang berupa debu, kabut
(aerosol), uap, asap, gas/fume, dan sebagainya. Untuk mencegah
masuknya kotoran-kotoran dapat menggunakan masker. Hal yang
perlu diperhatikan dalam menggunakan masker yaitu:
a. Bagaimana menggunakan masker secara benar.
b. Macam dari kotoran debu yang perlu dihindari.
c. Lamanya menggunakan alat tersebut.
Alat Pelindung Pernafasan terdiri dari 2 (dua) jenis, yaitu:
1. Masker untuk melindungi debu atau partikel-partikel yang lebih besar
yang masuk kedalam pernafasan, dapat terbuat dari kain dengan
ukuran pori-pori tertentu.
2. Respirator berguna untuk melindungi pernafasan dari debu, kabut, uap
logam, asap, dan gas.Alat ini dapat dibedakan atas. alat ini dapat
dibedakan atas:
a. Respirator pemurni udara
Membersihkan udara dengan cara menyaring atau menyerap
kontaminan dengan toksinitas rendah sebelum memasuki sistem
pernafasan, alat ini pembersihnya terdiri dari filter untuk
menangkap debu diudara atau tabung kimia yang dapat menyerap
gas, uap, dan kabut.
b. Respirator penyalur udara
Membersihkan aliran udara yang tidak terkontaminasi secara terus
menerus udara dapat dipompkana dari sumber yang jauh
(dihubungkan dengan selang tahan tekanantau dari persediaan yang
potabel (seperti tabung yang berisi udara bersih atau oksigen). Jenis
ini biasa dikenal SCBA (Self contained breating appatus) atau alat
pernafasan mandiri digunakan untuk tempat kerja yang terdapat gas
beracun.
3. Alat pelindung telinga
a. Sumbat telinga (ear plug)
Ukuran, bentuk, dan posisi saluran telinga untuk tiap-tiap
individu berbeda-beda dan bahkan antar kedua telinga dari
individu yang sama berlainan. Oleh karena itu, sumbat telinga
harus dipilih sesuai dengan ukuran, bentuk, posisi saluran
telinga pemakainya. Diameter saluran telinga berkisar antara 3-
14 mm, tetapi paling banyak 5-11 mm. Umumnya bentuk
saluran telinga manusia tidak lurus, walaupun sebagian kecil ada
yang lurus. Sumbat telinga dapat mengurangi bising sampai
dengan 30 dB.
Sumbat telinga dapat terbuat dari kapas, plastik karet
alami dan sintetik, menurut cara penggunannya, dibedakan
menjadi earplug sekali pakai (disposable earplug) yaitu sumbat
telinga yang digunkan untuk sekali pakai saja kemudian
dibuang, misalnya sumbat telinga dari kapas, kemudian cara
penggunan yang lain yaitu earplug yang dapat digunakan
kembali (non disposable earplug) yang digunakan waktu yang
lama terbuat dari karet atau plastik cetak. Dalam pemakaiannya
sumbat telinga mempunyai kelebihan dan kekurangan.
Kelebihan:
1. Mudah dibawa karena ukurannya yang kecil.
2. Relatif lebih nyaman dipakai ditempat kerja yang
panas.
3. Tidak membatasi gerak kepala.
4. Harga relative murah daripada tutup telinga (earmuff).
5. Dapat dipakai dengan efektif tanpa dipengaruhi oleh
pemakaian kacamata, tutup kelapa, anting-anting dan
rambut.
Kekurangan:
1. Memerlukan waktu yang lebih lama dari tutup telingan
untuk pemasangan yang tepat.
2. Tingkat proteksinya lebih kecil dari tutup telinga.
3. Sulit untuk memonitor tenaga kerja apakah memakai
APT karena sukar dilihat oleh pengawas.
4. Hanya dapat dipakai oleh saluran telingan yang sehat.
5. Bila tangan yang digunakan untuk memasang sumbat
telinga kotor, maka saluran telinga akan mudah terkena
infeksi karena iritasi.
b. Tutup telinga (ear muff)
Tutup telinga terdiri dari dua buah tudung untuk tutup
telinga, dapat berupa cairan atau busa yang berfungsi untuk
menyerap suara frekuensi tinggi. Pada pemakaian yang lama,
sering ditemukan efektifitas telinga menurun yang disebabkan
oleh bantalan mengeras dan mengerut akibat reaksi bahan
bantalan dengan minyak kulit dan keringat. Tutup telinga
digunakan untuk mengurangi bising sampai dengan 40-50 dB
dengan frekuensi 100-8000Hz. Kelebihan dan kekurangan dari
tutup telinga (earmuff) adalah:
Kelebihan:
1. Satu ukuran tutup telinga dapat digunakan oleh beberapa
orang dengan ukuran telinga yang berbeda.
2. Mudah dimonitor pemakaiannya oleh pengawas.
3. Dapat dipakai yang terkena infeksi (ringan).
4. Tidak mudah hilang.
Kekurangan:
1. Tidak nyaman dipakai ditempat kerja yang panas
2. Efektifitas dan kenyamanan pemakaiannya, dipengaruhi
oleh pemakaian kacamata, tutup kepala, anting-anting,
rambut yang menutupi telinga
3. Tidak mudah dibawa atau disimpan
4. Dapat membatasi gerakan kepala pada ruang kerja yang
agak sempit.
5. Harganya relatif lebih mahal dari sumbat telinga
4. Alat pelindung mata dan muka
Fungsi dari pelindung mata dan muka adalah melindungi
mata dan muka dari paparan bahan kimia berbahaya, paparan
partikelpartikel yang melayang di udara dan di badan air, percikan
benda- benda kecil, panas, atau uap panas, radiasi gelombang
elektromagnetik yang mengion maupun yang tidak mengion,
pancaran cahaya, benturan atau pukulan benda keras atau benda
tajam. Diantaranya adalah:
a. Goggles
Goggles memberikan perlindungan lebih baik
dari pada safety glasses karena goggles terpasang dekat
wajah. Karena goggles mengitari area mata, maka
goggles melindungi lebih baik pada situasi yang
mungkin terjadi percikan cairan, uap logam, uap,
serbuk, debu, dan kabut.
b. Face shield
Face shield memberikan perlindungan wajah
menyeluruh dan sering digunakan pada operasi
peleburan logam, percikan bahan kimia, atau partikel
yang melayang. Banyak face shield yang dapat
digunakan bersamaan dengan pemakaian hard hat.
Walaupun face shield melindungi wajah, tetapi face
shield bukan pelindung mata yang memadai, sehingga
pemakaian safety glasses harus dilakukan dengan
pemakaian face shield.
c. Masker wajah
Masker berfungsi untuk melindungi hidung dari
zat-zat berbau menyengat dan dari debu yang
merugikan.
5. Alat pelindung kaki
Menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi
Republik Indonesia Nomor PER.08/MEN/VII/2010 Tentang Alat
Pelindung Diri, alat pelindung kaki berfungsi untuk melindungi
kaki dari tertimpa atau berbenturan dengan benda-benda berat,
tertusuk benda tajam, terkena cairan panas atau dingin, uap panas,
terpajan suhu yang ekstrim, terkena bahan kimia berbahaya dan
jasad renik, dan tergelincir.
Jenis pelindung kaki berupa sepatu keselamatan pada
pekerjaan peleburan, pengecoran logam, industri, kontruksi
bangunan, pekerjaan yang berpotensi bahaya peledakan, bahaya
listrik, tempat kerja yang basah atau licin, bahan kimia dan jasad
renik, dan/atau bahaya binatang dan lain-lain.
6. Alat pelindung tangan
Kontak dengan bahan kimia kaustik atau beracun, bahan-
bahan biologis, sumber listrik, atau benda dengan suhu yang sangat
dingin atau sangat panas dapat menyebabkan iritasi atau membakar
tangan. Bahan beracun dapat terabsorbsi melalui kulit dan masuk
ke badan.
Pelindung tangan (sarung tangan) adalah alat pelindung
yang berfungsi untuk melindungi tangan dan jari-jari tangan dari
pajanan api, suhu panas, suhu dingin, radiasi elektromagnetik,
radiasi mengion, arus listrik, bahan kimia, benturan, pukulan dan
tergores, terinfeksi zat patogen (virus, bakteri) dan jasad renik.
7. Alat pelindung tubuh
Pakaian kerja harus dianggap suatu alat perlindungan
terhadap bahaya-bahaya kecelakaan. Pakaian tenaga kerja pria yang
bekerja melayani mesin seharusnya berlengan pendek, pas (tidak
longgar) pada dada atau punggung, tidak berdasi dan tidak ada
lipatan-lipatan yang mungkin mendatangkan bahaya. Wanita
sebaiknya memakai celana panjang, jala rambut, baju yang pas dan
tidak memakai perhiasan-perhiasan. Pakaian kerja sintetis hanya
baik terhadap bahan-bahan kimia korosif, tetapi justru berbahaya
pada lingkungan kerja dengan bahan-bahan dapat meledak oleh
aliran statik listrik (Suma‘mur, 1986).
Pakaian pelindung berfungsi untuk melindungi badan
sebagian atau seluruh bagian badan dari bahaya temperatur panas
atau dingin yang ekstrim, pajanan api dan benda-benda panas,
percikan bahan-bahan kimia, cairan dan logam panas, uap panas,
benturan (impact) dengan mesin, peralatan dan bahan, tergores,
radiasi, binatang, mikroorganisme patogen dari manusia, binatang,
tumbuhan dan lingkungan seperti virus, bakteri dan jamur.
Jenis pakaian pelindung terdiri dari rompi (vests), celemek
(Apron/Coveralls), jacket, dan pakaian pelindung yang menutupi
sebagian atau seluruh bagian badan.
2.6.6 Alat-Alat Pelindung Diri Menurut Keperluannya
Untuk melihat alat-alat plindung diri menurut keperluannya
(Suma‘mur, 1996) dapat dilihat pada table 2.1
Tabel 2.1
Alat-Alat Pelindung Diri Menurut Keperluannya
Faktor Bahaya Bagian Tubuh yang Perlu Dilindungi APD
Benda berat atau kekerasan
Kepala, betis, tungkai Topi logam atau plastik, lapisan pelindung
(deckker) dari kain, kulit, logam, dan
sebagainya.
Benda sedang tidak terlalu
berat
Kepala Topi aluminium atau plastik
Benda-benda besar
berterbangan
Kepala Topi plastik atau logam
Mata Goggles (kacamata yang menutupi seluruh
samping mata), kacamata yang
sampingnya tertutup
Muka Tameng plastik
Jari, tangan, lengan, Sarung tangan kulit berlengan panjang
Tubuh Jaket atau jas kulit
Betis, tungkai, mata kaki Pelindung dari kulit, berlapis logam, dan
tahan api
Benda-benda kecil
berterbangan
Kepala Topi, kap khusus
Mata Kacamat
Tubuh Jaket kulit atau zeildoek
Lengan, tangan, jari Sarung tangan, pakaian berlengan panjang
Tungkai, kaki Pelindung-pelindung betis, tungkai, dan
mata-kaki
Debu Mata Goggles, kacamata isis kanan kiri tertutup
Muka Penutup muka dari plastik
Alat pernapasan Respirator/maker khusus
Percikan api atau logam Kepala Topi plastik berlapis asbes
Mata Goggles, kacamata
Muka Penutup muka dari plastik
Jari, tangan, lengan Sarung tangan asbes berlengan panjang
Betis, tungkai Pelindung dari asbes
Mata kaki, kaki Sepatu kulit
tubuh Jaket asbes/kulit
Gas, asap, fumes Mata Goggles
Muka Penutup muka khusus
Alat pernapasan Membahayakan jiwa secara langsung: gas
masker khusus dengan filter
Tidak membahayakan jiwa secara
langsung: gas masker bermacam-macam
Tubuh Pakaian karet, plastik atau bahan lain yang
tahan kimiawi
Jari, tangan, lengan Sarung plastik, karet berlengan panjang,
dan anggota-anggota badan itu diolesi
barier cream
Betis, tungkai Pelindung dari plastik atau akret
Mata-kaki, kaki Sepatu yang londuktif (yang menyalurkan
aliran listrik) karena mungkin sekali gas
dan sebagainya itu eksplosif
Cairan da bahan-bahan
kimiawi
Kepala Topi plastik/karet
Mata Goggles
Muka Penutup dari plastik
Alat pernapasan Respirator kusus tahan bahan kimiawi
Jari, tangan, lengan Sarung plastik/keret
Tubuh Pakaian plastik/karet
Betis, tungkai Pelindung khusus dari plastik/karet
Mata-kaki, kaki Sepatu karet, plastik atau kayu
Panas Kepala Topi asbes
Lain-lain logam Sarung, pakaian, pelindung dari asbes atau
bahan lain yang tahan panas/api
Kaki Sepatu dengan zool kayu atau bahan lain
tahan panas
Mata Goggles dengan lensa tahan sinar infrared
Faktor Bahaya Bagian Tubuh yang Perlu Dilindungi APD
Basah dan air Kepala Topi plastik
Tangan, lengan, jari Sarung tangan plastik, karet berlengan
panjang
Tubuh Pakaian khusus
Tungkai, kaki Sepatu bot karet
Terpeleset, jatuh Kaki Sepatu antislip, kayu (gabus)
Terpotong, tergosok Kepala Topi plastik, logam
Jari, tangan, lengan Sarung tangan kulit, dilapisi logm,
berlengan panjang
Tubuh Jaket kulit
Betis, tungkai Celana kulit dengan knie atau engkel-
dekker
Mata-kaki, kaki Sepatu dilapisi baja zool kayu
Dermatitis atau ardang kulit Kepala Topi plastik , karet, pici (kap) kapas atau
wol
Muka Barrier cream, pelindung plastik
Jari, tangan, lengan Barrier cream, sarung tangan karet, plastik
Tubuh Penutup karet, plastik
Betis, tungkai, mata-kaki, kaki
Sepatu karet, zool kayu, sandal kayu
(bakiak)
Kepala Topi plastik, karet
Listrik Jari, tangan, lengan Sarung tangan karet tahan sampai 10.000
volt selama 3 menit
Tubuh, betis, tungkai, mata-kaki, kaki Pelindung yang bahannya dari karet
Bahan peledak Kaki Sepatu kayu, percikan api
Mesin-mesin Kepala Pici, terutama wanita berambut panjang
Jari, tangan, lengan Sarung tangan tahan api
Tubuh Jaket dari karet, plastik, zeildoek
Sinar silau Mata
Goggles, kacamata dengan filter khusus
atau lensa Polaroid
Percikan api dan sinar silau
pada pengelasan
Mata Goggles, penutup muka, kacamata dengan
filter khusus
Muka Penutup muka dengan kacamata filter
khusus
Tubuh Jaket tahan api (asbes) atau kulit
Kaki Sepatu dilapisi baja
Penyinaran sedang Kepala Topi khusus
Mata Goggles, kacamata dengan filter lensa
Muka Pelindung muka khusus
Penyinaran kuat Kepala Topi khusus
Mata, muka Goggles dengan filter khusus, dari logam
atau plastik
Penyinaram radioaktif Jari, tangan, lengan Sarung tangan karet, dilapisis timah hitam
Tubuh Jaket karet atau kulit dilapisi timah hitam
Gas atau aerosol radioaktif Alat pernapasan Respirator khusus
Seluruh badan Pakaian khusus
Gaduh suara telinga Pelindung khusus dimasukkan ke lobang
telinga atau penutup lobang telinga
47
2.7 Pemeliharaan APD
Menurut Budiono, dkk (2003) secara umum pemeliharaan APD dapat
dilakukan antara lain dengan:
a. Mencuci dengan air sabun, kemudian dibilas dengan air
secukupnya. Terutama untuk helm, kacamat, earplug, dan sarung
tangan kain/kulit/karet.
b. Menjemur dipanas matahari untuk menghilangkan bau, terutama
pada helm.
c. Mengganti filter atau catridge-nya untuk respirator.
2.8 Penyimpanan APD
Menurut Budiono, dkk (2003) untuk menjaga daya guna dari APD,
hendaknya disimpan ditempat khusus sehingga terbebas dari debu, kotoran,
gas beracun, dan gigitan serangga/binatang. Hendaknya tempat tersebut
kering dan mudah dalam pengambilannya.
2.9 Pengawasan APD
Menurut Notoadmojo (1993) pengawasan adalah salah satu faktor
pemantauan yang dilakukan oleh pengawas terhadap pelaksanaan kerja seluruh
pekerja bawahannya. Pengawasan dibutuhkan untuk meningkatkan disiplin kerja
pekerja meskipun nampaknya adalah memantau bawahannya didalam menyelesaikan
tugas-tugas secara bertanggung jawab.
48
Dan menurut Budiono, dkk (2003) untuk menerapkan kedisiplinan pekerja
dalam penggunaan APD hendaknya didorong oleh berbagai pihak, misalnya dengan
memberikan sangsi bagi yang tidak mematuhi dan memberikan pula penilaian yang
baik atau penghargaan bagi tenaga kerja yang disiplin dalam menggunakan APD.
2.10 Training atau pelatihan APD
Kesadaran akan manfaat penggunaan APD perlu ditanamkan pada setiap
tenaga kerja. Pembinaan yang terus menerus dapat meningkatkan kesadaran dan
wawasan tenaga kerja. Salah satu cara yang efektif adalah melalui pelatihan.
Peningkatan wawasan dan pengetahuan akan menyadarkan tentang pentingnya
penggunaan APD, sehingga efektif dan benar dalam penggunaan, serta tepat dalam
pemeliharaan dan penyimpanannya. Memakai APD yang rusak akan memberikan
pengaruh buruk seperti halnya tidak menggunakan APD atau bahkan lebih
berbahaya. Tenaga kerja akan berpikir telah terlindungi, padahal sesungguhnya tidak.
Kebiasaan memakai dengan benar harus senantiasa ditanamkan agar menjadi suatu
kegiatan otomatis atau tanpa paksaan (Budiono, dkk, 2003)
Training atau pelatihan meliputi bentuk dan ditujukan pada siapa (Santoso,
2004), yaitu:
1. Masalah personil dengan APD, pengenalan APD, penggunaan yang
benar dan batasan seleksi bentuk: IN-HOUSE TRAINING.
2. Tanggung jawab pemeliharaan APD, pemakaian, pemeliharaan,
kebersihan.
49
3. Pekerja yang melaksanakan pekerjaan khusus dan harus selalu
memakai APD.
4. Anggota safety comitte (P2K3), supervisor.
Operator-operator yang menggunakan APD harus memperoleh (Ridley, 2008):
1. Informasi tentang bahaya yang dihadapi.
2. Instruksi tentang tindakan pencegahan yang perlu diambil.
3. Pelatihan tentang penggunaan peralatan yang benar.
4. Konsultasi dan diizinkan memilih APD yang tergantung pada
kecocokan.
50
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4. 1 Gambaran PT. Indofood Sukses Makmur (ISM) Tbk Divisi Bogasari
Flour Mills
4.1.1 Sejarah PT. ISM Tbk Divisi Bogasari Flour Mills
Bogasari adalah produsen tepung terigu di Indonesia dengan
kapasitas produksi sebesar 3,6 juta ton per tahun, terbesar di dunia
dalam satu lokasi. Sejarah awal Bogasari bermula pada tanggal 19
Mei 1969, saat ‖Empat Sekawan‖ yaitu Soedono Salim, Djuhar
Sutanto, Sudwikatmono, dan Ibrahim Rasjid, mendirikan Bogasari di
tengah kesulitan perekonomian Indonesia saat itu. Keempat
pengusaha tersebut terpanggil untuk menjawab permasalahan pangan
yang muncul di Indonesia.
Secara noktarial, PT. Bogasari Flour Mills dibentuk pada 7
Agustus 1970. Sejarah Bogasari dimulai pada tanggal 29 November
1971 dengan peresmian pabrik yang pertama di Tanjung Priok, Jakarta
Utara. Setahun kemudian, seiring meningkatnya permintaan tepung
terigu dalam negeri, PT. Bogasari Flour Mills mendirikan pabrik
tepung terigu kedua di kawasan Tanjung Perak, Surabaya pada tgl 10
Juli 1972.
51
Selama hampir tiga dekade, Bogasari telah melayani
kebutuhan pangan masyarakat Indonesia dengan tiga merek tepung
terigunya yang sudah dikenal luas yaitu Cakra Kembar, Kunci Biru
dan Segitiga Biru. Ketiga jenis produk ini digunakan secara luas oleh
industri mie, roti, biskuit, baik yang berskala besar dan kecil serta
rumah tangga. Di samping itu, Bogasari juga menghasilkan produk
sampingan (by product) berupa bran, pollard untuk koperasi dan
industri makanan ternak, dan tepung industri untuk industri kayu lapis.
Selain dua pabrik tepung terigu, Bogasari juga memiliki tiga
divisi lain: divisi Pasta, dan dua divisi penunjang, yaitu kemasan
(dahulu disebut Divisi Tekstil) dan Maritime. Pabrik Pasta didirikan
pada Desember 1991 dengan kapasitas produksi 60.000 mt per tahun.
Produk yang dihasilkan adalah ―Long Pasta‖ dan ―Short Pasta‖, dan
hampir 80% ditujukan untuk pasaran ekspor.
Divisi Kemasan Bogasari didirikan pada tanggal 10 Januari
tahun 1977 di Citeureup, Jawa Barat yang memproduksi kebutuhan
kantong terigu untuk kedua pabrik tepung terigu tersebut. Sedangkan
untuk menjamin kelangsungan persediaan gandum, dibuatlah Divisi
Maritim. Divisi Maritim berdiri pada tanggal 12 September 1977.
Divisi Maritim Bogasari mengoperasikan tiga kapal angkut gandum
dan tiga buah kapal tongkang untuk pelayaran antar pulau. Kapal-
kapal ini telah memperoleh penghargaan internasional AMVER
(Automated Mutual Assistance Vessel Rescue).
52
Selain divisi-divisi tersebut, PT. Indofood Sukses Makmur,
Tbk divisi Bogasari Flour Mills juga mendirikan Milling Training
Center dan Bogasari Baking Training Center. Milling Training Center
merupakan pusat pelatihan bagi calon ―miller‖ baik untuk internal
maupun eksternal. Sedangkan Bogasari Baking Training Center
didedikasikan untuk seluruh lapisan masyarakat yang ingin
mempelajari cara pengolahan tepung terigu, seperti cara pembuatan
roti, kue, biskuit dan mie. Selain di Jakarta (sejak tahun 1981), Baking
Training Center juga didirikan di Surabaya pada tahun 1996 dan
Bandung pada tahun 1999.
Dalam kurun waktu 1992-1995, Bogasari telah dua kali
berpindah kepemilikan, pada Juli 1992 diakuisisi oleh PT. Indocement
Tunggal Prakarsa, dan sejak tahun 1995 diakuisisi oleh PT. Indofood
Sukses Makmur. Pada tahun 1993 pemerintah melakukan deregulasi
investasi di bidang industri tepung terigu. Kebijakan ini membuat
terbukanya peluang untuk mendirikan penggilingan-penggilingan baru
di Indonesia. Sejak saat ini, Bogasari mulai bersaing dengan produsen
tepung terigu domestik. Persaingan bebas dalam pemasaran tepung
terigu dimulai pada tahun 1998 ketika pemerintah melakukan
deregulasi tata niaga tepung terigu. Impor tepung terigu dibuka lebar
dengan bea masuk 0%. Dengan demikian produk Bogasari mulai
bersaing ketat tidak hanya dengan produsen di dalam negeri, tetapi
juga di luar negeri.
53
Untuk pertama kalinya, pada tanggal 19 September 1999
Bogasari mengekspor tepung terigu sebanyak 860 karung tepung
terigu pilihan (21,5 metrik ton) ke Singapura. Sejak ekspor perdana
itu, Bogasari mulai aktif mengembangkan jaringan pemasaran
ekspornya ke berbagai negara di kawasan Asia Tenggara.
4.1.2 Visi dan Misi Perusahaan
Visi:
Menjadi industri pangan berbasis produk pertanian dan jasa terkait
yang bertaraf dunia
Misi:
1. Memproduksi, mendistribusi dan menjual pangan, bahan pangan
serta pakan yang bermutu dan bernilai tambah berbasis produk
pertanian guna meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran
pelanggan, mitra usaha, masyarakat, karyawan dan para
pemegang saham.
2. Menyediakan atau menjual produk dan jasa terkait, antara lain
kemasan, angkutan curah, serta penyimpanan dan pengemasan
biji-bijian (grain terminal).
3. Memperkuat daya saing dengan cara menerapkan teknologi yang
tepat, diversifikasi produk dan jasa, serta mengembangkan
sumber daya manusia seutuhnya.
54
4.1.3 Fasilitas Pabrik
Fasilitas pabrik yang dimiliki oleh PT. Indofood Sukses
Makmur, Tbk divisi Bogasari Flour Mills sangat lengkap. Fasilitas-
fasilitas ini berguna untuk menunjang kegiatan proses produksi di
perusahaan ini, mulai dari tahap awal hingga tahap akhir. Fasilitas-
fasilitas pabrik yang dimiliki yaitu:
1. Dua Dermaga
a. Dermaga A (Jetty A)
b. Dermaga B (Jetty B)
2. Dua Wheat Silo
a. Wheat Silo A
b. Wheat Silo B
3. Milling
Milling merupakan tempat penggilingan biji-biji gandum dengan
menggunakan mesin-mesin canggih dan memiliki sistem
komputerisasi yang kemudian akan diproses menjadi tepung
maupun produk dan produk sampingan lainnya. Total kapasitas
penggilingan adalah 10.000 ton/hari. Milling terbagi menjadi 4
wilayah, yaitu:
a. Mill wilayah I : Mill MTC, AB, C
b. Mill wilayah II : Mill DE, KL
c. Mill wilayah III : Mill FG, HIJ
55
d. Mill wilayah IV : Mill MNO
4. Pellet Silo
a. Pellet Silo A
b. Pellet Silo B
5. Pelletizing
Pelletizing merupakan tempat pengepresan produk sampingan
dari gandum untuk menjadi pellet. Pellet berasal dari hasil proses
penggilingan gandum yang tidak terpakai.
6. Pengemasan Tepung
a. Pengemasan 25 Kg
b. Pengemasan 1 Kg
c. Pengemasan by product
7. Gudang Penyimpanan Produk
8. Listrik 30MVA
9. Generator Cadangan.
4.1.4 Kepegawaian dan Sistem Shift
PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk Divisi Bogasari Flour
Mills sebagai produsen tepung terigu terbesar di Indonesia memiliki
jumlah karyawan sebanyak:
Tabel 4.1
Jumlah Karyawan berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin Jumlah
Laki-laki 1.767
Perempuan 141
56
Total 1908 Sumber: HR Intranet Bogasari, Januari Tahun 2009
Tabel 4.2
Shift Kerja
Shift Jam Kerja Waktu Istirahat
I Pukul 08.00-16.00 WIB Pukul 12.00-13.00 WIB
II Pukul 16.00-24.00 WIB Pukul 18.00-19.00 WIB
III Pukul 24.00-08.00 WIB Pukul 04.00-05.00 WIB
Sumber: PKB PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk Divisi Bogasari Flour Mills Tahun 2005-2006.
4.1.5 Gambaran Unit Security and Safety Department PT. Indofood
Sukses Makmur Tbk Divisi Bogasari Flour Mills
PT. Indofood Sukses Makmur Tbk Divisi Bogasari Flour Mills
memandang bahwa keselamatan dan kesehatan kerja merupakan
masalah dan tanggung jawab bersama dari karyawan terendah sampai
pimpinan tertinggi yang harus ditangani atas dasar semangat kerja
kooperatif.
SHE adalah singkatan dari Safety, Health and Environment
merupakan istilah yang dipakai oleh PT. Indofood Sukses Makmur,
Tbk Divisi Bogasari Flour Mills dalam Sistem Manajemen K3 dan
Lingkungan. Dalam melaksanakan K3, PT. Indofood Sukses Makmur,
Tbk Divisi Bogasari Flour Mills membentuk Security and Safety
Department yang mempunyai sebuah struktur organisasi.
Security and Safety Department adalah departemen yang
menangani tentang keselamatan dan kesehatan kerja di PT. Indofood
Sukses Makmur, Tbk Divisi Bogasari Flour Mills. Departemen ini
57
bertugas untuk menjaga dan memelihara agar risiko bahaya
kecelakaan dan penyakit akibat kerja dapat dicegah atau dihindari
sehingga keselamatan dan kesehatan kerja dapat terwujud. Untuk
mewujudkan tujuan tersebut, maka Security and Safety Department
membuat suatu program-program. Dalam melaksanakan program-
programnya, Security and Safety Department mengacu pada
PerMenaker No. 05 tahun 1996, OHSAS 18001: 2007, dan ISO
14001:2004. Program-programnya dibagi menjadi tiga bagian, yaitu
Safety, Health dan Environment. Program-program tersebut, yaitu:
1. Safety
a. Pelatihan Safety
b. Promosi Safety
c. Tanda-tanda dan Rambu-rambu Safety
d. Sertifikat Peralatan dan Instansi
e. Safety Guide Book
f. Revisi Panduan SHE
g. Manajemen Bahaya
h. Analisis Kecelakaan
i. Peralatan Keselamatan
j. Safety Audit
k. Safety Committee
l. Inspeksi Safety Rutin
2. Health
a. Health Training
58
b. Buku Saku K3
c. Monitoring Alat Pelindung Diri
d. Pengukuran Pajanan Pekerja
3. Environment
a. Pelatihan Lingkungan
b. Promosi Lingkungan
c. Routine Inspection
d. Buku Saku K3
e. Pollution Measurement
f. Water Quality Monitoring
g. Audit Kantin
h. House Keeping
i. Environmental Management System (ISO 14001)
Implementation
59
Bagan 4.1
Struktur Organisasi Safety & Security Departement PT. Indofood Sukses
Makmur Tbk Divisi Bogasari Flour Mills Tahun 2011
4.1.6 Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3)
Untuk standar Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan
Kerja, PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk Divisi Bogasari Flour Mills
mendapatkan penghargaan OHSAS 18001: 2007 dari SGS pada
November 2004, atas penerapan Manajemen Keselamatan Kerja.
Standar mutu manajemen inilah yang menjadi acuan prosedur dalam
pelaksanaan proses produksi di PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk
DIHARTO
Manager security & safety
Departement
Umar Fauzi
Asst. Manager (security
& Fire Brigade)
Muslich Riza
Asst. Manager (Safety)
Wasiran
Section Head
Inspector
Section Head
Security & Fire Brigade
Foreman
60
Divisi Bogasari Flour Mills terhadap semua jenis kegiatan pekerjaan
yang dilaksanakan.
Dalam pengaturan dan wewenangnya, Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja ini diserahkan ke bagian Security
and Safety Department, yang selanjutnya bagian safety inilah yang
mengeluarkan kebijakan-kebijakan tentang keselamatan prosedur
kerja, yang sebelumnya telah disetujui dan disahkan isi dokumennya
oleh pihak manajemen PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk Divisi
Bogasari Flour Mills, terutama yang terkait masalah K3 pada lini
proses produksi.
4.1.7 Gambaran Sub Department Pest control PT. Indofood Sukses
Makmur Tbk Divisi Bogasari Flour Mills
Pest control merupakan suatu subdepartemen dari production
facility yang bertugas dalam pengendalian dan pemberantasan hama.
Sebelum adanya Pest control, pengendalian dan pemberantasan hama
dilakukan oleh masing-masing departemen. Namun cara ini kurang
efektif dan efisien ,untuk itu pada tanggal 1 juli 1993 dibentuk suatu
subdepartemen yang secara khusus menangani masalah hama yang
terdapat dalam pabrik bogasari yang saat ini dikenal dengan nama
Pest control. Kegiatan utama atau yang sering dilakukan oleh pest
control adalah spraying, fogging dan fumigasi. Untuk memberantas
hama tikus, lalat, kucing dan burung pest control dibantu dengan
perusahaan RENTOKIL. Bahan kimia yang digunakan oleh pest
61
control semua berdasarkan food grade, dengan batas yang aman untuk
makanan.
Bagan 4.2
Struktur Organisasi Subdepartment Pest control PT. Indofood Sukses
Makmur Tbk Divisi Bogasari Flour Mills
4.1.8 Kegiatan-kegiatan yang dilakukan di subdepartment Pest control
A. Spraying
Spraying adalah teknik pengendalian hama yang
dilakukan di tempat terbuka, dengan mencampur bahan
pestisida/insektisida tertentu dengan air sesuai komposisi yang
ditentukan. Pelaksanaan spraying dilakukan sesuai jadwal
Bintang Tobing
Production Supportman
Arief Zakaria
Pest control Sub Departemen
Head
Yuli Ananto
Section Head
Joko Suseno
Section Head
Suroto
Foreman
Saefudin
Foreman
Burwantoro
Foreman
Operator
62
spraying atau sesuai dengan work order (WO) dari seksi terkait
paling lambat diinformasikan 1 hari sebelum pelaksanaan
spraying. Alat yang digunakan untuk kegiatan spraying antara
lain:
a) Hand spray
Alat ini terdiri dari tabung pencampur obat, pompa
tekanan udara yang digerakkan oleh tangan manusia.
b) Power spray
Alat ini terdiri dari tabung pencampur obat, pompa
tekanan udara, motor penggerak pompa,selang
penghantar cairan, dan stick pengatur cairan yang
digerakkan oleh mesin.
Sedangkan cara pencampuran untuk bahan spraying adalah:
1. Masukkan air bersih ke dalam tabung pencampur
sesuai dengan kebutuhan.
2. Masukkan cairan racun ke dalam tabung pencampur
sesuai dengan perbandingan dan kebutuhan.
3. Aduklah antara air dengan racun sampai rata sehingga
siap untuk disemprotkan.
4. Hidupkan motor penggerak pompa dan atur kecepatan
jalannya cairan dengan menyetel valve sirkulasi dan
63
sepuyer stick sehingga mendapatkan hasil yang
diinginkan.
5. Spraying siap dioperasikan.
Prosedur pelaksanaan spraying:
1. Menyiapkan peralatan dan pelindung diri yang sesuai.
Pastikan hal tersebut melalui pengecekan pra operasi
yang dilakukan oleh petugas pest control.
2. Melakukan pencampuran dengan aturan sebagai
berikut:
a. Mencampur dengan perbandingan yang telah
ditentukan oleh komisi pestisida/MSDS yang
tersedia.
b. 2,5 – 5 L campuran disemprotkan pada areal dengan
luas ± 100 m2.
3. Untuk mesin – mesin dan hopper termasuk pipa
menggunakan bahan pestisida mil spot (dikoloro dan
trikloroetana) sebanyak ± 100ml untuk areal dengan
luas ± 1 m2.
4. Memastikan areal bersih dari kotoran dan tertutup.
5. Melakukan spraying dengan tepat dan benar sesuai
dengan standar pengoperasian peralatan semprot.
64
6. Setelah diadakan spraying selama kurang lebih 1-2
jam, karyawan boleh bekerja kembali
B. Fogging
Fogging adalah teknik pengendalian hama yang
dilakukan pada tempat tertutup/kedap udara dengan mencanpur
bahan pestisida/insektisida tertentu dengan minyak (solar,
minyak tanah, white oil). Pelaksanaan fogging dilakukan sesuai
jadwal fogging atau sesuai dengan work order (WO) dari seksi
terkait paling lambat diinformasikan 1 hari sebelum pelaksanaan
fogging. Alat yang dipakai untuk fogging terdiri dari:
a. Tangki pencampur
b. Tangki bahan bakar
c. Battery penggerak tekanan
d. Membran pengatur tekanan
e. Pompa penggerak
f. Knalpot pembakaran
g. Kran pembuka cairan
Sedangkan cara pencampuran bahan untuk fogging adalah:
1. Menuangkan minyak solar atau white oil ke dalam
tangki, sesuai dengan kebutuhan.
2. Memasukkan cairan obat ke dalamnya sesuai dengan
aturannya dan aduk hingga rata.
65
3. Memasukkan campuran obat dengan minyak ke dalam
tabung, tutup dengan rapat.
4. Kemudian menghidupan,dan fogging siap untuk
dioperasikan.
Prosedur pelaksanaan fogging:
1. Menyiapkan peralatan dan pelindung diri yang sesuai.
Pastikan hal tersebut melalui pengecekan pra operasi
yang dilakukan oleh petugas pest control.
2. Melakukan pencampuran dengan aturan sebagai
berikut:
a. Campur dengan perbandingan yang telah
ditentukan oleh komisi pestisida/MSDS yang
tersedia.
b. 5-10 mnl untuk disemprotkan 1 m3 .
3. Melakukan fogging dengan tepat dan benar sesuai
dengan standar pengoperasian peralatan semprot.
4. Setelah diadakan fogging selama kurang lebih 1-2 jam,
karyawan boleh bekerja kembali.
5. Operator harus membersihkan peralatan sebelum dan
sesudah kegiatan spraying/fogging dilaksanakan.
C. Fumigasi
Tujuan dilakukannya fumigasi adalah untuk membunuh
hama dengan cara memberikan gas fumigan pada bahan bahan
hasil pertanian yang disimpaan dalam gudang, silo, kapal yang
66
akan diekspor, kapal kontainer, dengan syarat dalam
pengoperasiannya ruangan harus tertutup dan tidak terdapat
kebocoran.
Prosedur pelaksanaan fumigasi:
1. Melaksanakan pest control sesuai dengan jadwal
fumigasi yang sudah ditetapkan atau sesuai dengan
work order dari seksi terkait (paling lambat
diinformasikan 1 hari sebelum pelaksanaan fumigasi).
2. Menyiapkan peralatan dan pelindung diri yang sesuai.
Pastikan hal tersebut dipenuhi melalui pengecekan pra-
operasi yang dilakukan oleh petugas pest control.
3. Melaksanakan fumigasi di lokasi/area yang telah
ditentukan dengan cara:
a. Gudang
1. Mengelompokkan produk yang akan difumigasi
pada area yang sama dan produk disusun di atas
pellet dengan ketinggian yang sama jika
memungkinkan.
2. Kemudian menutup dengan menggunakan
plastik fumigasi. Pastikan tidak ada kebocoran
dengan menggunakan PFM (Posphine Fumigan
Monitor).
67
3. Melakukan fumigasi sesuai dengan standar
pemberian bahan kimia (PH3).
4. Memberi tanda khusus bahwa daerah tersebut
sedang di fumigasi.
5. Area dapat dibuka hanya oleh petugas pest
control dalam waktu 3-7 hari setelah ditutup.
b. Silo
1. Menutup silo yang akan difumigasi pada
lubang-lubang yang ada sehingga tidak terjadi
kebocoran.
2. Menyiapkan alat dispenser di atas silo dan
masukkan obat ke dalam tabung penuang dan
tutuplah rapat-rapat.
3. Setelah alat di setting sesuai dengan ketentuan
yang di tetapkan oleh kepala seksi, maka alat
siap dioperasikan. Kemudian melakukan
kegiatan no 2-5 pada fumigasi gudang.
c. Container
1. Memeriksa kondisi container, pastikan tidak ada
yang bocor.
68
2. Memasukkan barang yang akan difumigasi ke
dalamnya.
3. Memasukkan PH3 ke dalam container sesuai
dengan ketentuan dengan terlebih dahulu
dimasukkan ke dalam kantong khusus dari
bahan kain agar residu yang tertinggal mudah
dibersihkan.
4. Menutup dengan rapat, kemudian sambungkan
selang tersebut pada tabung fumigasi, dan buka
kran sesuai dengan kebutuhannya.
5. Memberi tanda khusus yang menyatakan sedang
dilakukan fumigasi di area tersebut
6. Operator harus membersihkan peralatan
sebelum dan sesudah kegiatan fumigasi
dilaksanakan.
4.1.9 Bahan-Bahan Pestisida Yang Digunakan Pada Pekerjaan Pest
Control
Untuk penggunaan pestisida pada pekerjaan pest control,
bahan-bahan yang dipakai dapat dilihat pada tabel 4.3
69
Tabel 4.3
Bahan-Bahan Pestisida Yang Digunakan Pada Pekerjaan Pest control
Brand name Active
Ingridient
Group Dosage used Area
Biocholoromethyl 500
EC ( Emulsifabel
concentrate)
Chlorpyrotos
– methyl 500
gr/L
Organophospate 20 ml/L air
60 ml/L white oil
Spraying
Fogging
Outside area, Ship palka, Finish product
storage, belt conveyor, PT. Hogindo feed mill,
pasta
Bestacid 500 EC (
Emulsifiable concentrate
)
Diklorvos 500
g/L
Orghanophospate 25 ml/L air
60 ml/L white oil
Spraying
Fogging
Outside area, Ship palka, Finish product
storage, belt conveyor, PT. Hogindo feed mill,
pasta
Pesguard α 50 SC Esfenvalerat
50 gr/L
Pyrethroid 10 ml/L air Spraying Outside area, Ship palka, Finish product
storage, belt conveyor, PT. Hogindo feed mill,
pasta
STEALTH ™ 240 SC Chlorofenapyr Pyrazole 5-10 ml/L Spraying Outside area, Ship palka, Finish product
storage, belt conveyor, PT. Hogindo feed mill,
pasta
Nevweb IGR 200 ( insect
growth regulator )
Methoprene Growth regulator 5 ml/L Spraying Pelletizing Machine
Absorba- CIDE (
Sorptive Dust
Insecticide)
Amorphous
Silica
Inorganik 2 gr/m 2 Dusting Silo , Ship ( pellet)
Shenpos Aluminium
Phospide 56%
Fumigan 2-5 tablet/ m3 Fumigation Silo, container stacking, machine, ship
Delicia gastoxin Aluminium
Phospide 56%
Fumigan 1-4 tablet/ m3 Fumigation Silo, container stacking, machine, ship
Degesch plate Magnesium
Phospide 56%
Fumigan 1-3 tablet/ m3 Fumigation Silo, container stacking, machine, ship
Sumber:Data Subdepartment Pest Control Tahun 2010
70
4.2 Pelaksanaan Identifikasi Bahaya di Pest Control
Pelaksanaan identifikasi bahaya di PT. Indofood Sukses Makmur Tbk
Divisi Bogasari Flour Mills merupakan program dalam department Safety and
Security. Pelaksanaan identifikasi dilakukan sebelum memulai pekerjaan
dilakukan. Langkah awal yaitu menentukan pekerjaan yang akan dianalisis,
kemudian membagi pekerjaan ke dalam beberapa urutan langkah kerja.
Kemudian langkah kerja dianalisis agar dapat diketahui potensi bahaya-
bahaya yang akan timbul serta pengendalian yang dilakukan untuk mencegah
bahaya tersebut.
Identifikasi bahaya yang dilakukan berisi mengenai jenis kegiatan, potensi
bahaya, penilaian bahaya, pengendalian yang dilakukan, penilaian akhir setelah
dilakukan pengendalian, dan referensi peraturan pemerintah. Akan tetapi,
berdasarkan JSA yang telah dibuat oleh perusahaan, identifikasi bahaya belum
mencantumkan risiko-risiko dari suatu bahaya yang mungkin terjadi. Sebaiknya
penilaian dan identifikasi bahaya selalu diperbarui agar lebih baik dalam
pengendaliannya.
4.3 Gambaran penerapan pengendalian yang dilakukan pada Bagian Pest
Control PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk Divisi Bogasari Flour Mills
Setelah identifikasi bahaya dilakukan, maka perlu dilaksanakannya
pengendalian untuk mencegah terjadinya bahaya atau paling tidak untuk
mengurangi tingkat risiko terjadinya bahaya tersebut. Pengendalian yang
dilakukan oleh perusahaan untuk pekerjaan pest control yaitu:
71
a. Pengendalian Teknis (Engineering Control)
1. Pemasangan fire protection system.
2. Menyediakan ventilasi pada ruang penyimpanan dan memastikan
tempat tidak bocor.
3. Penggunaan alat bantu saat bekerja.
b. Pengendalian administratif (administrative control)
1. Pemasangan tanda peringatan
2. Pelaksanaan pekerjaan sesuai prosedur
3. Pelaksanaan permit (izin) kerja dan LO-TO (Log Out-Tag Out)
4. Pemeriksaan cholinesterase untuk mengecek kadar cholinesterase
dalam tubuh pekerja yang terpapar bahan kimia 3 bulan sekali.
c. APD
Pengendalian terakhir yang dilakukan adalah penggunaan
APD. APD yang digunakan antara lain yaitu respirator, baju
pelindung, sarung tangan, kacamata, earplug, safety shoes, safety
belt/body harness, dan topi pelindung.
72
4.4 Potensi Bahaya Pada Bagian Pest Control PT. Indofood Sukses Makmur
Tbk Divisi Bogasari Flour Mills
Pada setiap kegiatan terdapat potensi bahaya dan upaya pengendalian
yang telah dilakukan. Potensi bahaya yang ada pada subdepartment pest
control dilihat dari langkah urutan pekerjaan berdasarkan hasil Job Safety
Analysis yang dibuat yang merupakan hasil analisis penulis dengan pekerja
pest control. Penulis melakukan identifikasi pekerjaan yang dilakukan di pest
control
4.4.1 Fogging dan spraying
Tujuan dilakukannya fogging adalah untuk memberantas
hama-hama yang dapat merusak hasil produksi maupun mengganggu
proses produksi dengan metode pengasapan. Sedangkan tujuan
dilakukannya spraying adalah untuk memberantas hama-hama yang
dapat merusak hasil produksi maupun mengganggu proses produksi
dengan metode penyemprotan. Pada pekerjaan fogging dan spraying
telah dilakukan identifikasi bahaya, risiko, dan pengendalian yang
telah dilakukan untuk mengendalikan bahaya yang mungkin terjadi.
Urutan langkah kerja pada pekerjaan ini meliputi pengukuran dosis
dan pelaksanaan fogging dan spraying. Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada tabel 4.4
73
Tabel 4.4
Potensi Bahaya Pada Pekerjaan Fogging dan Spraying di Subdepartement Pest Control PT. Indofood Sukses Makmur Tbk Divisi
Bogasari Flour Mills Tahun 2011
Urutan Langkah Kerja Bahaya Risiko
Pengendalian
Perusahaan Saran
Persiapan pekerjaan Kebakaran/ledakan Luka bakar pada tubuh
pekerja, Terbakarnya
mesin
Fire Protection System
Pelaksanaan pekerjaan
sesuai SOP
Membersihkan knalpot
dari kerak, menyalakan
dan mematikan mesin di
lokasi yang aman
Memastikan tutup lubang
bahan bakar dan mesin
sudah dalam kondisi baik
Safety induction
Tidak disediakan APD
Peningkatan maintanance
pada alat
Training para operator
mesin
Peningkatan pengawasan
dan kewaspadaan saat
bekerja
Penggunaan APD: baju
pelindung tahan panas
74
Urutan Langkah Kerja Bahaya Risiko Pengendalian
Perusahaan Saran
Terpapar bahan kimia
Keracunan akibat
paparan bahan kimia
Shift kerja/rotasi jenis
pekerjaan
Safety induction
Pemeriksaan
cholinesterase
Sarung tangan
Peningkatan pengawasan
dan kewaspadaan saat
bekerja
Pencampuran bahan Menghirup bahan kimia
saat pencampuran
Gangguan pernapasan
akibat bahan kimia
Shift kerja/ rotasi jenis
pekerjaan
Safety induction
Half-face respirator
Peningkatan pengawasan
dan kewaspadaan saat
bekerja
Tangan terpapar bahan
kimia
Iritasi kulit tangan Shift kerja/ rotasi jenis
pekerjaan
Safety induction
Sarung tangan
Peningkatan pengawasan
dan kewaspadaan saat
bekerja
75
Urutan Langkah Kerja Bahaya Risiko Pengendalian
Perusahaan Saran
Pelaksanaan pekerjaan Terpapar asap fogging
dan cairan spraying
Gangguan pernapasan
karena asap fogging dan
cairan mist spraying
Shift kerja/rotasi jenis
pekerjaan
Safety induction
Training
Half-face respirator
Peningkatan pengawasan
dan kewaspadaan saat
bekerja
Mata terkena cairan
spraying
Iritasi mata Shift kerja/rotasi jenis
pekerjaan
Safety induction
Kacamata
Peningkatan pengawasan
dan kewaspadaan saat
bekerja
Badan terpapar asap
fogging dan cairan
spraying
Bagian tubuh terpapar Shift kerja/rotasi jenis
pekerjaan
Safety induction
Mandi setelah bekerja
Baju Pelindung
Sarung tangan
Peningkatan pengawasan
dan kewaspadaan saat
bekerja
76
Urutan Langkah Kerja Bahaya Risiko Pengendalian
Perusahaan Saran
Kebisingan Gangguan pendengaran
dan tinnitus
Shift kerja/rotasi jenis
pekerjaan
Safety induction
Earplug
Modifikasi mesin saat
pelaksanaan fogging
Terjatuh di lantai yang
sama
Kaki keseleo, patah
tulang kaki atau anggota
tubuh lainnya
Pembersihan area
Safety induction
Safety shoes
Peningkatan pengawasan
dan kewaspadaan saat
bekerja
Terjatuh dari tempat
tinggi
Patah tulang pada kaki
atau anggota tubuh
lainnya, luka pada
bagian tubuh
Pemasangan pagar
pembatas
Safety induction
Izin kerja tempat
ketinggian
Safety belt/body harness
Peningkatan pengawasan
dan kewaspadaan pada
saat bekerja
77
Tertimpa benda jatuh Gegar pada kepala
Memar dan luka dalam
pada kepala dan kaki
Safety induction
Topi pelindung
Safety shoes
Peningkatan pengawasan
dan kewaspadaan pada
saat bekerja
Penggunaan safety helmet
yang sesuai standar
Terhirup debu Gangguan pernapasan
akibat debu
Shift kerja
Safety induction
Half-face respirator
Peningkatan pengawasan
dan kewaspadaan pada
saat bekerja
Sumber: Modifikasi Hasil Identifikasi Bahaya Subdepartment Pest Control Tahun 2010
78
a. Identifikasi bahaya pada langkah kerja persiapan pekerjaan fogging dan
spraying bahaya yang mungkin timbul adalah kebakaran/ledakan dan
tepapar bahan kimia
1. Bahaya kebakaran/ledakan
Bahaya terbakarnya mesin fogging saat proses persiapan kegiatan
tersebut sangat mungkin terjadi. Akibat yang akan timbul dari bahaya
tersebut adalah luka bakar yang dapat berakibat fatal pada pekerja dan
terbakarnya mesin peralatan fogging dan spraying. Untuk itu pihak
perusahaan telah melakukan pengendalian, diantaranya adalah
pemasangan fire protection system termasuk APAR dan smoke detector,
safety induction yaitu sosialisasi kepada pekerja saat pertama kali
menjadi pekerja dibagian pest control dengan menjelaskan bagaimana
proses kerja yang akan dilakukan, kemungkinan bahaya yang akan
terjadi, serta bagaimana cara pengendalian dan penanggulangannya.
Pengendalian yang lainnya adalah pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan
SOP yang ditetapkan. Serta melakukan pembersihan knalpot dari kerak
secara rutin dan penyalaan dan mematikan mesin pada lokasi yang aman.
Pengendalian dengan pemakaian APD tidak diterapkan pada potensi
bahaya kebakaran ini.
Sebaiknya perusahaan melakukan pelaksanaan maintanance
mesin secara rutin dan training secara rutin juga diperlukan untuk
mencegah bahaya tersebut terjadi. Serta pengendalian administratif untuk
79
para pekerja meningkatkan kewaspadaan atau kehati-hatian pada saat
melakukan pekerjaan. Dan untuk pengendalian yang terakhir sebaiknya
perusahaan menyediakan baju pelindung tahan panas untuk mengurangi
risiko bahaya kebakaran tersebut.
2. Bahaya terpapar bahan kimia
Bahaya terpapar bahan kimia mungkin terjadi pada saat persiapan
yaitu pengambilan bahan-bahan di tempat penyimpanan yang akan
dicampur untuk pelaksanaan fogging dan spraying. Risiko yang dapat
ditimbulkan akibat bahaya ini adalah keracunan yang diakibatkan
paparan bahan kimia. Pengendalian yang sudah dilakukan adalah shift
kerja atau rotasi jenis pekerjaan, safety induction, dan penggunaan APD
berupa sarung tangan. Akan tetapi, sebaiknya perusahaan memberikan
pengawasan yang lebih pada pekerja dan proses pekerjaan. Dengan
demikian bahaya dapat diminimalisir.
b. Identifikasi bahaya pada langkah kerja pencampuran bahan fogging dan
spraying bahaya yang mungkin timbul adalah
1. Bahaya menghirup bahan kimia saat pencampuran
Bahaya terpapar atau menghirup bahan kimia pada saat
pencampuran bahan akan mungkin terjadi karena pada saat proses
pencampuran bahan kimia pekerja secara langsung berhadapan dengan
bahan kimia. Bahaya tersebut dapat mengakibatkan gangguan
pernapasan, keracunan, serta iritasi pada kulit tangan. Gangguan
80
pernapasan dapat diakibatkan oleh paparan bahan kimia untuk
pencampuran bahan yang akan digunakan pada saat proses pekerjaan.
Pengendalian yang telah dilakukan perusahaan adalah pelaksanaan sistem
shift kerja atau rotasi jenis pekerjaan, safety induction, dan penyediaan
APD. APD yang disediakan adalah half-face respirator. Sebaiknya
perusahaan melakukan pengwasan yang lebih pada proses pekerjaan dan
para pekerja juga sebaiknya meningkatkan kewaspadaan atau kehati-
hatian pada saat melakukan pekerjaan agar bahaya dapat diminimalisir.
2. Bahaya tangan terpapar bahan kimia
Bahaya jika tangan terpapar bahan kimia akan menimbulkan
risiko iritasi pada kulit tangan yang dapat terjadi pada saat proses
pencampuran dengan menggunakan tangan. Pengendalian yang telah
dilakukan adalah pelaksanaan sistem shift kerja atau rotasi jenis
pekerjaan, safety induction, dan penyediaan APD. APD yang disediakan
adalah sarung tangan berbahan karet. Akan tetapi, sebaiknya perusahaan
juga melakukan pengawasan yang lebih terhadap pekerja dan proses
pekerjaan.
c. Identifikasi bahaya pada langkah kerja pelaksanaan pekerjaan fogging
bahaya yang mungkin timbul adalah:
1. Bahaya terpapar asap fogging dan cairan spraying
81
Bahaya terpapar asap fogging mungkin terjadi pada saat melakuan
pekerjaan tersebut. Bahaya tersebut dapat menimbulkan risiko terjadinya
gangguan pernapasan yang diakibatkan oleh paparan asap fogging dan
cairan mist spraying. Pihak perusahaan telah melakukan pengendalian
yaitu sistem shift kerja atau rotasi jenis pekerjaan, safety induction,
pelaksanaan training untuk para pekerja. Pengendalian yang terakhir
yaitu memberikan APD kepada pekerja. APD yang diberikan adalah half-
face respirator. Akan tetapi, sebaiknya perusahaan melakukan
pengendalian secara administratif yaitu pengawasan kepada pekerja.
Serta para pekerja juga sebaiknya meningkatkan kewaspadaan atau
kehati-hatian pada saat melakukan pekerjaan.
2. Bahaya mata terkena cairan mist spraying
Risiko yang dapat ditimbulkan akibat bahay mata terken cairan
mist spraying yaitu iritasi mata yang dapat menyebabkan mata perih dan
kemerahan. Pengendalian yang telah dilakukan pihak perusahaan adalah
menerapkan sistem shift kerja atau rotasi jenis pekerjaan, safety
induction, dan penyediaan APD. APD yang disediakan adalah kacamata
safety (goggles). Pengawasan yang lebih terhadap proses pekerjaan dan
para pekerja juga sebaiknya dilakukan untuk meminimalisir terjadinya
bahaya tersebut.
3. Bahaya badan terpapar asap fogging dan cairan mist spraying
82
Bahaya badan terpapar asap fogging dan cairan mist spraying
dapat terjadi pada saat proses pelaksanaan pekerjaan. Untuk
mengendalikan bahaya tersebut, pihak perusahaan telah melakukan
beberapa pengendalian. Diantaranya adalah menerapkan sistem shift kerja
atau rotasi jenis pekerjaan, safety induction, dan mewajibkan pekerja
mandi setelah melakukan seluruh pekerjaan atau sebelum mereka pulang
ke rumah masing-masing. Pengendalian yang terakhir yaitu penyediaan
APD berupa baju pelindung dan sarung tangan.
4. Bahaya kebisingan
Bahaya kebisingan mungkin terjadi pada saat pekerja
mengoperasikan alat fogging yang mana dapat menimbulkan kebisingan
yang berbahaya bagi para pekerja jika terpapar dalam waktu yang lama.
Risiko yang dapat ditimbulkan dari bahaya kebisingan ini adalah
gangguan pendengaran yang disebabkan paparan kebisingan yang
melebihi Nilai Ambang Batas (NAB) dan juga tinnitus. Pengendalian
yang telah dilakukan perusahaan adalah sistem shift kerja atau rotasi kerja
dan safety induction. Pengendalian yang terakhir adalah memberikan
APD berupa earplug yang mempunyai nilai NRR 29 dB.
Pengendalian secara teknis dapat dilakukan yaitu dengan cara
modifikasi mesin-mesin produksi dimana pekerjaan fogging dilakukan
yaitu seperti pemasangan barrier pada mesin agar intensitas suara yang
masuk ke dalam telinga pekerja dapat berkurang.
83
5. Bahaya terjatuh pada lantai yang sama
Bahaya terjatuh pada lantai yang sama pada pekerja fogging dan
spraying dapat terjadi, dikarenakan pada saat pekerjaan dilakukan
mungkin terdapat permukaan yang basah dan licin dan memungkinkan
pekerja terpeleset. Risiko yang dapat ditimbulkan adalah kaki keseleo dan
patah tulang kaki atau anggota tubuh lainnya. Pengendalian yang
dilakukanperusahaan adalah safety induction, serta pembersihan area
tempat pelaksanaan fogging yang dilakukan oleh petugas kebersihan. Dan
juga penyediaan APD yaitu safety shoes. Akan tetapi, perusahaan juga
sebaiknya memastikan bahwa tempat pelaksanaan fogging telah bersih
dan tidak ada bahan-bahan produksi yang tercecer di lantai. Serta para
pekerja juga sebaiknya meningkatkan kewaspadaan atau kehati-hatian
pada saat melakukan pekerjaan.
6. Bahaya terjatuh dari tempat tinggi
Bahaya terjatuh dari ketinggian dapat terjadi pada pelaksanaan
proses pekerjaan. Bahaya ini dapat mengakibatkan patah tulang, luka,
serta memar pada bagian tubuh pekerja. Pengendalian yang telah
dilakukan adalah pemasangan pagar pembatas, safety induction kepada
para pekerja, penerapan izin kerja ketinggian dan pengendalian yang
terakhir adalah penyediaan APD seperti safety belt/body harness. Akan
tetapi, sebaiknya perusahaan melakukan pengawasan yang lebih kepada
84
pekerja dan pada proses pekerjaan agar kemungkinan bahaya tersebut
dapat diminimalisir.
7. Bahaya tertimpa benda jatuh
Bahaya tertimpa benda jatuh mungkin terjadi pada pelaksanaan
fogging dan spraying. Bahaya tersebut dapat menyebabkan gegar pada
kepala, memar, dan luka dalam pada bagian anggota tubuh seperti kaki
dan kepala maupun anggota tubuh lainnya. Pengendalian yang telah
dilakukan adalah pelaksanaan safety induction, dan penyediaan APD.
APD yang disediakan adalah safety shoes dan topi pelindung berbahan
kain. Akan tetapi sebaiknya perusahaan juga melakukan pengawasan
pada proses pekerjaan. Pengawasan lebih yang dilakukan diharapkan
dapat mencegah terjadinya bahaya tersebut. Perusahaan juga sebaiknya
menyediakan pelindung kepala yang lebih sesuai dengan bahaya yang
ada yaitu safety helmet.
8. Terhirup Debu
Bahaya terhirup debu mungkin dapat terjadi dalaam pelaksanaan
fogging dan spraying di lokasi-lokasi yang terdapat debu-debu di proses
produksi tepung. Pengendalian yang telah dilakukan adalah shift kerja,
safety induction, dan penyediaan APD. APD yang disediakan adalah half-
face respirator. Sebaiknya perusahaan melakukan peningkatan
pengawasan dan kewaspadaan yang lebih pada saat bekerja.
4.4.2 Fumigasi
85
Tujuan dilakukannya fumigasi adalah untuk memberantas hama-
hama yang dapat merusak hasil produksi maupun mengganggu proses
produksi dengan menggunakan bahan fumigan berupa tablet yang dapat
menghasilkan gas (menguap). Pada pekerjaan fumigasi bahaya telah
dilakukan identifikasi bahaya, risiko, dan pengendalian yang telah
dilakukan untuk mengendalikan bahaya yang mungkin terjadi.urutan
langkah kerja pada pekerjaan ini meliputi pengukuran dosis dan
pelaksanaan fumigasi. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.5
86
Tabel 4.5
Potensi Bahaya Pada Pekerjaan Fumigasi di Subdepartement Pest control PT. Indofood Sukses Makmur Tbk Divisi
Bogasari Flour Mills Tahun 2011
Urutan Langkah Kerja Bahaya Risiko Pengendalian
Perusahaan Saran
Pengukuran dosis Menghirup bahan
fumigan saat
pengukuran jumlah
bahan fumigan
Gangguan pernapasan
Shift kerja/rotasi jenis
pekerjaan
Safety induction
Half-face respirator
Peningkatan pengawasan
dan kewaspadaan saat
bekerja
Terpapar bau bahan
fumigan
Keracunan bahan
kimia
Shift kerja/rotasi jenis
pekerjaan
Safety induction
Pemeriksaan cholinesterase
Half-face respirator
Peningkatan pengawasan
dan kewaspadaan saat
bekerja
Pelatihan cara kerja yang
aman
Tangan terkena bahan
fumigan
Iritasi kulit tangan Shift kerja/rotasi jenis
pekerjaan
Safety induction
Peningkatan pengawasan
dan kewaspadaan saat
bekerja
87
Urutan Langkah Kerja Bahaya Risiko Pengendalian
Perusahaan Saran
Sarung tangan Pelatihan cara kerja yang
aman
Pelaksanaan pekerjaan
fumigasi
Terpapar gas fumigan Gangguan pernapasan Shift kerja/rotasi jenis
pekerjaan
Safety induction
Training
half-face respirator
Peningkatan pengawasan
dan kewaspadaan saat
bekerja
Kebisingan Gangguan
pendengaran dan
tinnitus
Shift kerja/ rotasi jenis
pekerjaan
Safety induction
Earplug
Modifikasi mesin
produksi saat
pelaksanaan fumigasi
Terjatuh pada lantai
yang sama
Keseleo, patah tulang
Pembersihan area
Safety induction
Safety shoes
Peningkatan pengawasan
dan kewaspadaan saat
bekerja
88
Urutan Langkah Kerja Bahaya Risiko Pengendalian
Perusahaan Saran
Terjatuh dari
ketinggian
Patah tulang, memar,
dan luka pada bagian
tubuh
Pemasangan pagar pembatas
Safety induction
Safety belt/body harness
Peningkatan pengawasan
dan kewaspadaan saat
bekerja
Terjebak Terjebak di dalam silo
sehingga sulit untuk
keluar, kehabisan
napas
Pelaksanaan sistem
LO-TO
Sistem izin kerja ruang
terbatas
Safety induction
Full-face respirator
Peningkatan pengawasan
dan kewaspadaan saat
bekerja
Penyediaan Self
Containing Breathing
Aparatus(SCBA
Tertimpa benda jatuh Gegar, memar dan
luka dalam pada
kepala dan kaki
Safety induction
Topi pelindung
Safety shoes
Peningkatan pengawasan
dan kewaspadaan pada
saat bekerja
Penggunaan safety
helmet yang sesuai
standar
89
Urutan Langkah Kerja Bahaya Risiko Pengendalian
Perusahaan Saran
Terhirup debu Gangguan
pernapasan
Shift kerja
Safety induction
Half-face respirator
Peningkatan pengawasan
dan kewaspadaan pada
saat bekerja
Sumber: Modifikasi Hasil Identifikasi Bahaya Subdepartment Pest Control Tahun 2010
90
a. Identifikasi pekerja pada tahap pengukuran bahan fumigasi bahaya yaang
mungkin terjadi adalah:
1. Bahaya terhirup bahan fumigan
Jika gas fumigan terhirup maka akan gangguan pernapasan pada
sistem pernapasan pekerja. Pihak perusahaan telah melakukan
pengendalian yaitu menerapkan sistem shift kerja, safety induction, serta
pengendalian yang terakhir adalah memberikan APD kepada pekerja. APD
yang diberikan adalah half-face respirator. Akan tetapi, sebaiknya pihak
perusahaan lebih meningkatkan pengendalian secara adminstratif yaitu
pengawasan kepada pekerja. Serta para pekerja juga sebaiknya
meningkatkan kewaspadaan atau kehati-hatian pada saat melakukan
pekerjaan.
2. Bahaya terpapar bau bahan fumigan
Bahaya ini dapat mengakibatkan risiko yaitu terjadinya keracunan.
Pengendalian yang telah dilakukan perusahaan adalah penerapan shift
kerja/rotasi jenis pekerjaan, safety induction, pemeriksaan kadar
cholinesterase setiap tiga bulan sekali dan penyediaan APD berupa half-
face respirator. Akan tetapi, sebaiknya perusahaan melakukan
peningkatan pengawasan dan kewaspadaan saat bekerja dan pelatihan cara
kerja yang aman pada pekerja.
3. Bahaya tangan terkena bahan fumigan
Risiko yang dapat ditimbulkan akibat bahaya tangan terkena bahan
fumigan yaitu terjadinya iritasi pada tangan. Pengendalian yang dilakukan
adalah penerapan shift kerja/rotasi jenis pekerjaan, safety induction, dan
91
penyediaan APD. APD yang disediakan perusahaan untuk mencegah
timbulnya risiko ini adalah sarung tangan karet. Sebaiknya perusahaan
melakukan peningkatan pengawasan dan kewaspadaan saat bekerja dan
pelatihan cara kerja yang aman pada pekerja.
b. Identifikasi pekerja pada tahap pelaksanaan bahan fumigasi bahaya yaang
mungkin terjadi adalah:
1. Bahaya terpapar gas fumigan
Untuk mengendalikan adanya gangguan pernapasan karena
terpajan bahan fumigan maka pihak perusahaan telah melakukan
pengendalian sistem shift kerja atau rotasi jenis pekerjaan, safety
induction, training pada pekerja dan pengendalian terakhir yang dilakukan
adalah penyediaan APD yaitu half-face respirator. Akan tetapi, sebaiknya
perusahaan melakukan pengendalian secara administratif yaitu
pengawasan kepada proses pekerjaan. Serta para pekerja juga sebaiknya
meningkatkan kewaspadaan atau kehati-hatian pada saat melakukan
pekerjaan sehingga kemungkinan bahaya tersebut dapat diminimalisir.
2. Bahaya kebisingan
Bahaya kebisingan mungkin akan terjadi pada pelaksanaan
fumigasi yang dilakukan di lokasi produksi yang mana terdapat mesin-
mesin produksi yang menghasilkan kebisingan. Adanya bahaya kebisingan
dapat mengakibatkan gangguan pendengaran serta tinnitus pada telinga
pekerja. Untuk itu, perusahaan telah melakukan pengendalian yaitu berupa
penerapan sistem shift kerja atau rotasi jenis pekerjaan, safety induction,
92
dan penyediaan APD. APD yang disediakan adalah earplug yang memiliki
NRR sebesar 29 dB.
Akan tetapi sebaiknya pengendalian secara teknis juga dilakukan
yaitu dengan cara modifikasi mesin-mesin produksi dimana pekerjaan
fumigasi dilakukan yaitu seperti pemasangan barrier pada mesin agar
intensitas suara yang masuk ke dalam telinga pekerja dapat berkurang.
3. Bahaya terjatuh pada lantai yang sama
Bahaya terjatuh pada lantai yang sama mungkin dapat terjadi pada
saat fumigasi ditempat yang lembab dan licin. Risiko yang dapat
ditimbulkan antara lain kaki keseleo bahkan dapat menyebabkan patah
tulang kaki. Untuk itu perusahaan melakukan pengendalian berupa
penerapan safety induction, pembersihan area juga telah dilakukan, dan
juga menyediakan APD yaitu safety shoes. Akan tetapi, sebaiknya
perusahaan melakukan pengendalian secara administratif yaitu
pengawasan kepada proses pekerjaan. Memastikan bahwa tempat
pelaksanaan fumigasi telah bersih dan tidak ada bahan-bahan produksi
yang tercecer di lantai.
4. Bahaya terjatuh dari ketinggian
Bahaya ini dapat terjadi bila pekerja bekerja pada tempat
ketinggian. Untuk itu, perusahaan telah melakukan pengendalian yaitu
memberi pagar pembatas pada lokasi pengerjaan fumigasi, pelaksanaan
safety induction Pengendalian yang terakhir adalah penyediaan APD
seperti safety belt/body harness. Sebaiknya perusahaan juga melakukan
pengawasan kepada proses pekerjaan. Para pekerja juga sebaiknya
93
meningkatkan kewaspadaan atau kehati-hatian pada saat melakukan
pekerjaan
5. Bahaya terjebak
Bahaya terjebak dapat terjadi pada saat pekerja melakukan
pekerjaan didalam tempat terbatas atau confined space seperti SILO.
Pengendalian yang dilakukan oleh peusahaan adalah melakukan safety
induction. Selain itu pelaksanaan sistem Log Out Tag Out atau LO-TO dan
penerapan sistem izin kerja pada ruang terbatas jika ingin melakukan
pekerjaan. Pengendalian yang terakhir adalah penyediaan full-face
respirator. Akan tetapi, sebaiknya perusahaan melakukan pengawasan
kepada proses pekerjaan. Selain itu perlu disediakan Self Containing
Breathing Aparatus (SCBA) untuk mengantisispasi terjadinya perubahan
kadar oksigen dan gas-gas lainnya di dalam ruangan tertutup saat
melakukan pekerjaan. Serta para pekerja juga sebaiknya meningkatkan
kewaspadaan atau kehati-hatian pada saat melakukan pekerjaan sehingga
bahaya tersebut tidak terjadi.
6. Bahaya tertimpa benda jatuh
Bahaya tertimpa benda jatuh mungkin terjadi pada pelaksanaan
fumigasi. Bahaya tersebut dapat menyebabkan gegar, memar, dan luka
dalam pada kepala dan kaki. Pengendalian yang telah dilakukan adalah
pelaksanaan safety induction, dan penyediaan APD. APD yang disediakan
adalah safety shoes dan topi pelindung berbahan kain. Akan tetapi
sebaiknya perusahaan juga melakukan pengawasan pada proses pekerjaan.
Pengawasan lebih yang dilakukan diharapkan dapat mencegah terjadinya
94
bahaya tersebut. Dan juga perlu pemakaian pelindung kepala yang sesuai
standar seperti safety helmet.
7. Bahaya terhirup debu
Bahaya terhirup debu mungkin dapat terjadi dalaam pelaksanaan
fumigasi di lokasi-lokasi yang terdapat debu-debu di proses produksi
tepung. Pengendalian yang telah dilakukan adalah shift kerja, safety
induction, dan penyediaan APD. APD yang disediakan adalah half-face
respirator. Sebaiknya perusahaan melakukan peningkatan pengawasan dan
kewaspadaan yang lebih pada saat bekerja.
4.5 Jenis-jenis Alat Pelindung Diri Yang Digunakan di bagian Pest control
PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk Divisi Bogasari Flour Mills
Alat pelindung diri sangat banyak jenisnyadan kegunaannya. APD
yang dipakai tergantung pada jenis pekerjaan dan jenis bahaya yang telah
diidentifikasi sebelumnya. Selain itu, penentuan jumlah APD yang dipakai
tergantung kebutuhan pekerja dan ketersediaan APD yang ada di perusahaan.
APD yang digunakan di subdepartement pest control adalah:
4.5.1 Topi pelindung
Topi pelindung digunakan untuk melindungi bagian kepala dari
benda-benda keras yang terjatuh, pukulan, benturan kepala, dan
terkena arus listrik (Budiono, dkk , 2003)
95
Pada bagian subdepartement pest control, alat pelindung
kepala yang digunakan adalah topi berbahan kain yang kurang dapat
melindungi bagian kepala pekerja apabila terkena bahaya pekerjaan.
Alat pelindung kepala seharusnya berguna untuk melindungi kepala
dari benda-benda keras yang terjatuh,pukulan,benturan kepala,dan
terkena arus listrik (Habsari, 2002). Topi pelindung digunakan setiap
melakukan pekerjaan baik itu spraying, fogging, atau fumigasi. Selain
berfungsi untuk melindungi kepala dari benda jatuh, topi juga
berfungsi sebagai penutup rambut agar tidak terpajan oleh asap
fogging ataupun mist spraying.
Setiap tahunnya PT. ISM Bogasari memberikan satu topi
kepada 19 pekerja pelaksana pest control secara cuma-cuma. Jika
sebelum satu tahun topi telah rusak, maka pekerja dapat membuat
surat permohonan permintaan topi kepada perusahaan.Pihak
perusahaan tidak bertanggung jawab atas kehilangan. Hal tersebut
dilakukan untuk membuat agar pekerja dapat bertanggung jawab atas
segala alat pelindung diri yang diberikan oleh perusahaan.
Alat pelindung diri yang digunakan pekerja pest control PT.
ISM Bogasari tidak sesuai dengan teori di atas. Karena topi berbahan
kain tidak dapat melindungi pekerja dari pukulan dan benturan kepala.
Oleh karena itu, perlu adanya pergantian jenis pelindung kepala yang
dipakai untuk para pekerja yaitu pelindung kepala (safety helmet).
96
(a) (b)
Gambar 4.1
(a). Topi yang dipakai diperusahaan; (b). Pelindung kepala yang disarankan.
Sumber: a. Penulis, b. indonetwork.co.id
4.5.2 Kacamata (Safety Goggles)
Fungsi dari safety goggles menurut Hiperkes (2002) adalah
untuk melindungi dari potensi bahaya percikan bahan-bahan
korosif,kemasukan debu-debu atau partikel-partikel yang melayang di
udara,lemparan benda-benda kecil panas, kacamata salah satu masalah
tersulit dalam pencegahan kecelakaan. Sedangkan menurut Budiono,
dkk (2003) adalah untuk melindungi mata dari gas, uap, debu dan
percikan larutan kimia. Kaca mata safety dirancang dengan pelindung
samping yang melindungi dari bahaya yang datangnya tidak langsung
dari depan anda.
Kacamata safety yang diberikan oleh perusahaan adalah jenis
safety goggles yang dapat memberikan perlindungan yang lebih baik
dibandingkan safety glass sebab lebih menempel pada wajah. Goggles
juga lebih menutup area sekitar mata yang lebih melindungi anda
apabila memasuki area yang terdapat percikan cairan, asap, serbuk
97
atau debu. Setiap pekerja masing-masing diberikan satu buah goggles
tanpa dipungut biaya. Penggantian kacamata hanya jika kacamata
tersebut mengalami kerusakan maka pekerja berhak mengajukan
permohonan permintaan alat pelindung dri kepada perusahaan.
Jumlah pekerja pada bagian pest control berjumlah 19 orang, maka
penyediaan kacamata bagi pekerja tersebut adalah 19 buah kacamata
tiap tahunnya.
Ketentuan penyediaan APD sudah sesuai dengan teori menurut
Budiono,dkk (2003) yaitu salah satunya untuk melindungi pekerja
dari percikan larutan kimia. Dan juga sesuai dengan teori Ridley
(2008) yang mana APD harus diberikan masing-masing pekerja satu
buah tanpa dipungut biaya dan diganti jika mengalami kerusakan.
Penggantian APD sebaiknya hanya dilakukan jika APD rusak
saja. Jika hilang, maka pekerja mungkin diharuskan mengganti APD
yang dihilangkannya dengan tujuan agar pekerja dapat bertanggung
jawab atas segala alat pelindung diri yang diberikan oleh perusahaan.
Gambar 4.2.
Goggles
Sumber: Penulis
98
4.5.3 Pelindung telinga (Earplug)
Alat pelindung telinga adalah alat untuk menyumbat telinga
atau penutup telinga yang digunakan atau dipakai dengan tujuan
melindungi, mengurangi paparan kebisingan masuk ke dalam telinga.
Fungsinya adalah menurunkan intensitas kebisingan yang mencapai
alat pendengaran. Menurut Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor
51 Tahun 1999, alat pelindung telinga wajib dipakai para pekerja yang
bekerja pada lokasi yang tingkat kebisingannya lebih dari 85 dB. Jenis
pelindung telinga deibedakan menjadi dua yaitu earplug dan earmuff.
Earplug dapat terbuat dari kapas (wax), plastik karet alami dan
sintetik, menurut cara penggunannya, di bedakan menjadi ‗disposable
earplug‖, yaitu sumbat telinga yang digunakan untuk sekali pakai saja
kemudian dibuang, misalnya sumbat telinga dari kapas, kemudian
cara pengguanan yang lain yaitu, ―non dispossable earplug‖ yang
digunakan waktu yang lama terbuat dari karet atau plastik cetak.
Sedangkan earmuff terdiri dari dua buah tudung untuk tutup telinga,
dapat berupa cairan atau busa yang berfungsi untuk menyerap suara
frekuensi tinggi.
Pihak perusahaan hanya menyediakan pelindung telinga yaitu
earplug. Earplug yang disediakan aadalah jenis yang terbuat dari busa
yang dapat dipakai dalam beberapa periode tertentu. Jenis earplug
yang digunakan memiliki Noise Reduction Rating (NRR) sebesar 29
dB. Standar yang digunakan adalah ANSI 19—1974 dengan merk
99
3M. Pekerja diberikan earplug masing-masing dua pasang yang mana
jika sudah tidak layak pakai dapat meminta kembali ke perusahaan.
Gambar 4.3
Earplug
Sumber: Penulis
4.5.4 Pelindung Tangan
Fungsi alat pelindung tangan atau sarung tangan menurut
Habsari (2003) untuk melindungi tangan dan jari-jari tangan dari
pajanan api, panas, dingin ,radiasi elektromagnetik,radiasi mengion,
bahan kimia,benturan dan pukulan, dan tergores. Sarung tangan harus
diberikan kepada tenaga kerja dengan pertimbangan akan bahaya-
bahaya dan persayaratan yang diperlukan. Berdasarkan National
Safety Council (1985) sarung tangan asbestos melindungi dari bahaya
terbakar dan ketidaknyamanan ketika tangan terpapar panas, sarung
tangan mata logam untuk pekerja yang berhubungan dengan pekerja
menggunakan pisau untuk melindungi dari bahaya terpotong oleh
objek yang tajam, sarung tangan karet digunakan oleh teknisi listrik,
sarung tangan karet dan vinyl untuk melindungi dari bahaya kimia dan
korosif, sarung tangan kulit tahan terhadap panas tingkat menengah
100
dan objek yang kasar, sarung tangan katun cocok untuk perlindungan
terhadap kotor, irisan, dan goresan, dan sarung tangan panas didesain
unruk penggunaan di lingkungan dingin. Menurut Ridley (2008),
APD harus diberikan masing-masing pekerja satu buah tanpa
dipungut biaya dan diganti jika mengalami kerusakan.
Perusahaan memberikan satu pasang sarung tangan kepada
para pekerjanya. Sarung tangan yang desediakan oleh perusahaan
berupa sarung tangan berbahan karet yang berfungsi untuk
melindungi dari bahaya bahan kimia dan korosif karena pekerjaan di
bagian pest control menggunakan bahan kimia yang merupakan
pestisida yang dapat berbahaya bagi pekerja. Jumlah pekerja dibagian
pest control sebanyak 19 orang, sehingga setiap tahunnya perusahaan
menyediakan 19 pasang sarung tangan karet untuk pekerja.
Penyediaan APD di bagian pest control sudah sesuai dengan
teori yang dipaparkan di atas yang mana sarung tangan yang harus
dipakai untuk paparan berbahan kimia aadalah sarung tangan yang
berbahan karet dan vinyl (National Safety Council, 1985). Jika APD
rusak, maka pekerja berhak meminta penggantian ke pihak
perusahaan.
101
Gambar 4.4
Sarung tangan berbahan karet
Sumber: Penulis
4.5.5 Pelindung Pernapasan
Menurut Habsari (2003) Alat perlindung pernafasan berfungsi
untuk memberikan perlindungan organ pernafasan akibat pencemaran
udara oleh faktor kimia seperti debu, uap, gas, fume, mist kabut, dan
sebagainya. Alat ini dapat dibedakan menjadi:
a. Respirator pemurni udara
Membersihkan udara dengan cara menyaring atau menyerap
kontaminan dengan toksinitas rendah sebelum memasuki sistem
pernafasan.Alat pembersihnya terdiri dari filter untuk menangkap
debu dari udara atau tabung kimia yang dapat menyerap
gas,uap,dan kabut.
b. Respirator penyalur udara
Memberikan aliran udara yang tidak terkontaminasi secara
terus menerus.Udara dapat dipompakan dari sumber yang jauh
102
(dihubungkan dengan selang tahan tekanan). Atau dari persediaan
yang portabel (seperti tabung yang berisi udara bersih atau
oksigen) jenis ini biasa dikenal dengan self contained Breathing
Apparatus (SCBA) atau alat pernafasan mandiri.Alat ini
digunakan untuk tempat kerja yang terdapat gas beracun atau
kekurangan oksigen.
Jenis alat pelindung pernapasan yang digunakan oleh bagian pest
control adalah masker half-face respirator dan full-face respirator.
a. Half-Face Respirator
Respirator jenis digunakan oleh pekerja untuk pekerjaan di
semua tempat kecuali pada tempat tertutup seperti silo.
Perusahaan menyediakan masing-masing satu buah untuk pekerja.
Jumlah pekerja dibagian pest control sebanyak 19 orang,
sehingga perusahaan menyediakan 19 buah half-face respirator
untuk pekerja.
b. Masker Full-face
Respirator jenis ini digunakan untuk kegiatan pest control
di dalam SILO yang mana dilakukan ditempat tertutup sehingga
paparan bahan kimia bisa mengenai mata karena udara didalam
SILO tidak bergerak sehingga digunakan respirator berbentuk
full-face. Untuk respirator jenis ini, perusahaan tidak
103
menyediakan untuk masing-masing pekerja. Hanya menyediakan
beberapa buah saja.
Pelindung pernapasan yang digunakan pekerja sudah sesuai
dengan teori yang dikemukakan Habsari (2003) bahwa alat
perlindung pernafasan berfungsi untuk memberikan perlindungan
organ pernafasan akibat pencemaran udara oleh faktor kimia seperti
debu, uap, gas, fume, mist, kabut, dan sebagainya.
( 1 ) ( 2 )
( 3 )
Gambar 4.5.
(1) half-face respirator, (2) full-face respirator,dan (3) catridge
Sumber: penulis
4.5.6 Sepatu Safety
Menurut Budiono, dkk (2003) sepatu keselamatan dapat
terbuat dari kulit yang dilapisi asbes (bagi pekerja pengecoran
104
logam/baja) dan sepatu keselamatan harus dilengkapi dengan baja
pada ujungnya dan sepatu karet anti hantaran listrik. Pelindung kaki
berfungsi untuk menghindari kejatuhan benda berat pada kaki pekerja,
permukaan yang lembab dan basah dan permukaan yang licin.
Safety shoes yang disediakan perusahaan terbuat dari kulit,
ujung sepatu dilapisi baja, bagian bawah yang bermotif timbul agar
melindungi pekerja dari bahaya terpeleset saat sedang bekerja
dibagian yang basah dan licin. Untuk pelindung kaki, perusahaan
menggunakan standar ANSI Z41.1-1991. Safety shoes digunakan
pekerja setiap saat melakukan pekerjaan diseluruh area kerja pabrik.
Setiap tahunnya pekerja diberikan dua pasang sepatu yang mana
terdiri dari sepatu bertali dan tidak bertali. Penggunaan sepatu bertali
maupun tidak bertali tergantung dengan pekerja itu sendiri. Apabila
salah sepatu sudah dianggap kotor dan perlu untuk dicuci, maka
pekerja dapat menggunakan sepatu lainnya. Jumlah pekerja dibagian
pest control sebanyak 19 orang, sehingga setiap tahunnya perusahaan
menyediakan 38 buah safety shoes untuk pekerja. Penggantian safety
shoes dilakukan tiap satu tahun sekali.
Safety shoes yang digunakan sudah sesuai denga teori yang
dikemukan oleh Budiono, dkk (2003) bahwa sepatu keselamatan
dapat terbuat dari kulit yang dilapisi asbes atau CR (bagi pekerja
pengecoran logam/baja) dan sepatu keselamatan harus dilengkapi
dengan baja pada ujungnya dan sepatu karet anti hantaran listrik.
105
( 1 ) ( 2 )
Gambar 4.6
(1) dan (2) safety shoes
Sumber: Penulis
4.5.7 Pelindung Tubuh
Menurut Anizar (2009) pakaian kerja sintetis baik terhadap
bahan-bahan kimia korosif tetapi berbahaya pada lingkungan kerja
dengan bahan-bahan dapat meledak oleh aliran listrik statis. Baju
pelindung dapat berfungsi utnuk melindungi tubuh dari bahaya panas,
percikan bahan kimia dan percikan logam panas dan cairan lainnya.
Baju pelindung yang diberikan perusahaan kepada pekerja
setiap tahunnya sebanyak tiga pasang. Baju pelindung wajib dipakai
pekerja setiap melakukan pekerjaan. Pakaian pelindung yang
digunakan terdiri dari baju berlangan panjang dan celana panjang
yang berfungsi untuk melindungi tubuh pekerja dari paparan bahan
kimia. Jumlah pekerja dibagian pest control sebanyak 19 orang,
sehingga setiap tahunnya perusahaan menyediakan 57 buah pakaian
pelindung untuk pekerja.
Ketentuan penyediaan APD dari segi bahan sudah sesuai
dengan teori menurut Anizar (2009) bahwa pakaian kerja berbahan
106
sintetis baik digunakan terhadapa pekerjaan dengan paparan bahan
kimia.
( 1 ) ( 2 )
Gambar 4.7
(1) baju, dan (2) celana
Sumber: Penulis
4.5.8 Sabuk Keselamatan (safety belt)
Menurut Budiono, dkk (2003) fungsi dari sabuk pengaman
atau safety belt adalah untuk melindungi tubuh dari kemungkinan
terjatuh, biasanya digunakan pada pekerjaan konstruksi dan
memanjat. Perusahaan menyediakan sabuk pengaman untuk
melindungi tubuh dari kemungkinan terjatuh dari tempat tinggi.
Perusahaan memberikan jenis APD sudah sesuai dengan kebutuhan
dan jenis bahaya yang diidentifikasi.
Ketentuan penyediaan APD di perusahaan sudah sesuai
dengan teori yang dikemukakan oleh Budiono, dkk (2003) yaitu
bahwa untuk melindungi pekerja dari bahay terjatuh dari tempat tinggi
107
yaitu dengan menyediakan APD berupa sabuk pengaman atau safety
belt.
Gambar 4.8
Safety Belt
Sumber: www.asiaru.com
4. 6 Kesesuaian Jenis APD Berdasarkan Identifikasi Bahaya di
Subdepartment Pest control
Penjelasan secara rinci mengenai identifikasi bahaya di bagain pest control
dapat dilihat pada tabel 4.4, dan 4.5. Hasil identifikasi bahaya tersebut meliputi
pekerjaan fogging, pekerjaan spraying, dan pekerjaan fumigasi. Secara umum,
potensi bahaya yang ada adalah terpeleset/terjatuh pada lantai yang sama, tertimpa
benda jatuh, kebisingan, terpajan bahan kimia, , terpapar asap fogging, cairan mist
spraying dan gas fumigan, terjatuh dari tempat tinggi, dan terhirup debu.
1. Terpeleset/terjatuh pada lantai yang sama
Menurut Budiono, dkk (2003), untuk mencegah tergelincir
sebaiknya menggunakan sol anti slip dari karet alam atau sintetik
dengan motif timbul untuk mengurangi dan mencegah risiko
terpeleset pada lantai yang licin atau basah.
108
Alat pelindung diri yang disediakan oleh pihak perusahaan
untuk mengendalikan bahaya ini adalah safety shoes yang terbuat
dari bahan kulit, berwarna hitam, mempunyai ujung baja, dan
bagian bawah terbuat dari bahan karet dengan motif timbul untuk
mencegah terjadinya bahaya terpeleset atau tergelincir.
Jenis Alat pelindung diri yang disediakan oleh perusahaan
sudah sesuai dengan potensi bahaya yang ada. Dan juga sudah
sesuai dengan teori yang dikemukakan di atas bahwa, untuk
mencegah tergelincir sebaiknya menggunakan safety shoes dengan
sol anti slip dari karet alam atau sintetik dengan motif timbul untuk
mengurangi dan mencegah risiko terpeleset.
2. Tertimpa benda jatuh
Menurut Habsari (2003), APD yang cocok untuk
melindungi kepala dari benda-benda keras yang terjatuh, pukulan,
benturan kepala, dan terkena arus listrik adalah topi pelindung atau
helm. Sedangkan tutup kepala berguna untuk melindungi kepala
dari kebakaran, korosi, panas/dingin, dapat terbuat dari dari
asbestos kain khusus tahan api dan korosi terbuat dari kulit atau
kain tahan air. Selain helm atau topi pelindung, sepatu pelindung
juga berfungsi untuk melindungi kaki dan bagian-bagiannya dari
benda terjatuh,benda-benda tajam potongan kaca,larutan
kimia,benda dan kontak listrik.
109
APD yang disediakan oleh perusahaan untuk
mengendalikan bahaya tertimpa benda jatuh adalah topi pelindung
dan safety shoes. Topi pelindung yang disediakan adalah topi yang
terbuat dari bahan kain. Sedangkan safety shoes terbuat dari karet,
berwarna hitam, mempunyai ujung baja, sehingga dapat
melindungi kaki dari benda-benda keras yang terjatuh.
Jenis APD yang disediakan kurang sesuai dengan potensi
bahaya yang ada di tempat kerja. Topi pelindung berbahan kain
tidak dapat melindungi kepala pekerja dari kejatuhan benda-benda
keras. Hal ini tidak sesuai dengan teori yang dikemukakan Habsari
(2003), bahwa helm merupakan APD yang cocok untuk melindungi
kepala dari benda-benda keras yang terjatuh, pukulan, benturan
kepala, dan terkena arus listrik.
Gambar 4.9
Safety Helmet
Sumber: indonetwork.co.id
3. Kebisingan
Menurut Hiperkes (2002) alat pelindung telinga mengurangi
itensitas suara yang masuk kedalam telinga. Menurut Budiono, dkk
110
(2003) APD yang sesuai untuk bahaya kebisingan adalah dengan
penggunaan earplug dan earmuff. Earplug dapat terbuat dari kapas
(wax), plastik karet alami dan sintetik, menurut cara penggunannya,
di bedakan menjadi ‗disposible earplug‖, yaitu sumbat telinga yang
digunkan untuk sekali pakai saja kemudian dibuang, misalnya
sumbat telinga dari kapas, kemudian cara penggunaan yang lain
yaitu, ―non dispossible earplug‖ yang digunakan waktu yang lama
terbuat dari karet atau plastik cetak.
APD yang disediakan oleh perusahaan untuk
mengendalikan bahaya kebisingan adalah earplug. Earplug yang
diberikan perusahaan berbahan kapas yang harus dibentuk terlebih
dahulu sebelum digunakan. Earplug yang disediakan memiliki
NRR sebesar 29 dB. Yang artinya, dengan menggunakan earplug,
pekerja dapat mengurangi intensitas suara yang didapat sebesar 29
dB.
Jenis APD yang disediakan sudah sesuai dengan potensi
bahaya yang ada. Namun sebaiknya earplug yang digunakan
adalah earplug berbahan karet yang dapat dipakai dalam jangka
waktu yang lama. Sebaiknya untuk pekerjaan pada area berdebu,
earplug sebaiknya dicuci setelah melakukan pekerjaan.
111
4. Terpajan bahan kimia (terpapar asap fogging, cairan mist spraying
dan gas fumigan)
APD yang cocok digunakan untuk bahaya terpapar cairan
dan bahan-bahan kimia adalah dengan menggunakan topi
plastik/karet, goggles, penutup muka dari plastik, respirator khusus
untuk bahan kimia, sarung tangan plastik atau karet, untuk betis
dan tungkai menggunakan pelindung khusus dari plastik/karet dan
sepatu karet, plastik atau kayu (Suma‘mur, 1986).
Alat pelindung diri yang disediakan oleh perusahaan untuk
mengendalikan bahaya terpajan bahan kimia adalah goggles,
masker, sarung tangan karet, dan baju pelindung. Jenis APD yang
disediakan sudah sesuai dengan potensi bahaya yang mungkin
terjadi. Hal tersebut juga sudah sesuai dengan teori di atas bahwa
APD yang cocok untuk bahaya paparan bahan kimia adalah
goggles, respirator khusus, dan sarung tangan karet.
5. Terjatuh dari tempat tinggi
Menurut Budiono, dkk (2003) APD yang cocok digunakan
untuk bahaya terjatuh dari tempat tinggi adalah sabuk pengaman
(safety belt/body harness). Alat ini berguna untuk melindungi
tubuh dari kemungkinan bahaya terjatuh, biasanya digunakan pada
pekerjaan konstruksi, dan pekerjaan-pekerjaan lainnya yang
dilakukan pada tempat ketinggian.
APD yang telah disediakan oleh perusahaan untuk
mengendalikan bahaya terjatuh dari tempat tinggi adalah safety
112
belt/body harness. Jenis APD yang disediakan sudah sesuai dengan
potensi bahaya yang mungkin terjadi. Hal tersebut juga sudah
sesuai dengan teori di atas bahwa sabuk pengaman cocok untuk
digunakan pada pekerjaan dengan bahaya terjatuh dari ketinggian.
6. Terhirup debu
APD yang cocok digunakan untuk mengendalikan bahaya
debu yaitu respirator, sehingga mengurangi paparan bahaya debu
yang masuk ke dalam tubuh yang dapat mengganggu sistem
pernapasan (Suma‘mur, 1996). APD yang telah disediakan oleh
perusahaan untuk mengendalikan bahaya terhirup debu adalah
respirator berupa half-face respirator. Jenis APD yang disediakan
sudah sesuai dengan potensi bahaya yang mungkin terjadi. Hal
tersebut juga sudah sesuai dengan teori di atas bahwa respirator
cocok untuk digunakan pada pekerjaan dengan bahaya terhirup
debu.
7. Mata terkena cairan mist spraying
Menurut Suma‘mur (1986) APD yang cocok digunakan
untuk bahaya terpapar cairan dan bahan-bahan kimiawi adalah
dengan menggunakan topi plastik/karet, goggles, penutup muka
dari plastik, respirator khusus tahan kimiawi, sarung tangan plastik
atau karet, pakaian plastik/karet, untuk betis dan tungkai
menggunakan pelindung khusus dari plastik/karet dan sepatu karet,
plastik atau kayu.
113
APD yang disediakan oleh perusahaan untuk
mengendalikan bahay mata terkena cairan mist spraying pada
pekerja adalah safety goggles. jenis APD yang disediakan sudah
sesuai dengan teori di atas yang mana untuk mengendalikan bahaya
mata terpapar cairan bahan kimia adalah dengan menggunakan
goggles.
4. 7 Pemeliharaan APD di Subdepartment Pest Control
Pemeliharaan APD di bagian sub departement pest control dibagi
menjadi dua bagian pemeliharaan, yaitu pemeliharaan oleh pekerja dan
pemeliharaan oleh perusahaan. APD yang dipelihara oleh pekerja yaitu
kacamata keselamatan (goggles), safety shoes, baju pelindung, earplug,
sarung tangan karet, dan topi pelindung. Sedangkan pemeliharaan yang
dilakukan perusahaan adalah masker half-face respirator dan full-face
respirator serta safety belt/body harness.
4.7.1 Pemeliharaan oleh pekerja
a. Kacamata keselamatan (goggles)
Menurut Budiono, dkk (2003) secara umum pemeliharaan
APD dapat dilakukan antara lain dengan mencuci dengan air
sabun, kemudian dibilas dengan air secukupnya terutama untuk
helm, kacamata, earplug, sarung tangan, kain/karet, kulit.
Pemeliharaan goggles oleh pekerja bagian pest control yang
didapatkan melalui wawancara dengan pekerja, pekerja mencuci
114
goggles apabila sudah terlihat kotor dan mengganggu pandangan
penglihatan pekerja pada saat melakukan pekerjaan. Pemeliharaan
ini sudah sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Budiono, dkk
(2003) bahwa sebaiknya pemeliharaan goggles dilakukan dengan
mencucinya dengan air sabun kemudian dibilas dengan air.
b. Safety shoes
Pemeliharaan APD dapat dilakukan untuk menghilangkan
bau pada safety shoes (sepatu keselamatan) adalah dengan
menjemur di panas matahari (Budiono, dkk, 2003). Pemeliharaan
safety shoes yang dilakukan oleh pekerja yaitu dengan mencucinya
apabila sudah kotor lalu mengeringkannya dengan cara menjemur
di panas matahari atau dengan mengipaskan dengan angin agar
cepat kering.
Pemeliharaan yang dilakukan sudah sesuai dengan teori di
atas, bahwa sepatu keselamatan harus dijemur di panas matahari
untuk menghilangkan bau.
c. Baju pelindung
Menurut Budiono, dkk (2003) secara umum pemeliharaan
APD dapat dilakukan antara lain dengan mencuci dengan air
sabun, kemudian dibilas dengan air secukupnya terutama untuk
helm, kacamata, earplug, sarung tangan, kain/karet, kulit.
115
Pemeliharaan baju pelindung dilakukan agar baju selalu dalam
keadaan bersih dan nyaman dipakai.
Pemeliharaan baju pelindung yang dilakukan oleh pekerja
yaitu dengan mencucinya menggunakan air sabun dan
membilasnya dengan air bersih apabila sudah terlihat kotor dan
tidak nyaman dipakai. Seteleh dicuci, kemudian baju dan celana
dijemur hingga kering.
Pemeliharaan yang dilakukan sudah sesuai dengan teori
yang ada, bahwa pemeliharaan baju pelindung dilakukan dengan
mencuci dengan air sabun dan membilasnya dengan air.
d. Earplug dan earmuff
Menurut Budiono, dkk (2003) secara umum pemeliharaan
APD terutama untuk helm, kacamata, earplug, sarung tangan,
kain/karet, kulit dapat dilakukan antara lain dengan mencuci
dengan air sabun, kemudian dibilas dengan air secukupnya.
Pemeliharaan earplug dilakukan dengan mencucinya
dengan air sabun apabila sudah terlihat kotor. Sedangkan untuk
pemeliharaan earmuff jarang dilakukan karena pekerja jarang
memakai earmuff dalam melakukan pekerjaannya.
Pemeliharaan yang dilakukan sudah sesuai dengan teori
yang dikemukakan Budiono, dkk (2003) bahwa APD harus dicuci
dengan air sabun kemudian dibilas dengan air secukupnya.
116
e. Sarung tangan karet
Menurut Budiono, dkk (2003) secara umum pemeliharaan
APD dapat dilakukan antara lain dengan mencuci dengan air
sabun, kemudian dibilas dengan air secukupnya terutama untuk
helm, kacamata, earplug, sarung tangan, kain/karet, kulit.
Sarung tangan dicuci pekerja apabila sudah terlihat kotor,
terasa lengket dan tidak nyaman dipakai. pekerja mencucinya
dengan menggunakan air sabun dan membilasnya dengan air
secukupnya dan mengelapnya hingga kering dengan kain lap
kering.
Pemeliharaan tersebut sudah sesuai dengan teori di atas
bahwa APD dicuci dengan air sabun dan dibilas dengan air
secukupnya.
f. Topi pelindung
Menurut Budiono, dkk (2003) secara umum pemeliharaan
APD dapat dilakukan antara lain dengan mencuci dengan air
sabun, kemudian dibilas dengan air secukupnya terutama untuk
helm, kacamata, earplug, sarung tangan, kain/karet, kulit.
Pemeliharaan topi pelindung dilakukan agar topi tetap bersih dan
nyaman dipakai.
Pekerja mencuci topi yang mereka pakai apabila topi
tersebut telah terlihat kotor dan tidak nyaman untuk dipakai. Untuk
117
memelihara topi, pekerja mencuci dengan air sabun dan
membilasnya dengan air secukupnya.
Pemeliharaan yang dilakukan sudah sesuai dengan teori di
atas, bahwa secara umum pemeliharaan APD dapat dilakukan
antara lain dengan mencuci dengan air sabun, kemudian dibilas
dengan air secukupnya (Budiono, dkk, 2003).
4.7.2 Pemeliharaan oleh perusahaan
a. Masker (respirator)
Menurut Budiono, dkk (2003) pemeliharaan APD jenis
respirator adalah dengan cara mengganti cartridge/filter.
Penggantian cartridge sesuai dengan jenis gas berbahaya yang
terdapat di tempat kerja.
Untuk masker half-face respirator maupun full-face
repirator dilakukan dengan cara mengganti filter/cartridge apabila
pekerja merasa sulit bernapas pada saat menggunakannya.
Pemeliharaan yang dilakukan sudah sesuai dengan teori
yang dikemukakan Budiono, dkk (2003) bahwa pemeliharaan
respirator adalah dengan cara mengganti cartridge/filter.
b. Safety belt/body harness
Menurut Budiono, dkk (2003) pemeliharaan safety belt dan
safety harness dilakukan dengan melakukan pengecekan tali
118
pengaman dan juga pada ring penahan dari sabuk keselamatan
karena alat ini terdiri dari tali pengaman dan dapat menahan beban
sebesar 80 kg.
Tidak ada pemeliharaan khusus untuk APD jenis ini. Hanya
saja apabila akan menggunakan dan setelah menggunakan safety
belt/body harness ini pekerja mengecek tali-tali pengaman pada
APD ini.
Pemeliharaan tersebut sudah sesuai dengan teori di atas,
bahwa tali pengaman safety belt/body harness harus dilakukan
untuk memastikan bahwa APD dalam keadaan baik dan aman
untuk digunakan.
4. 8 Penyimpanan APD di Subdepartment Pest Control
Seperti halnya pemeliharaan APD, penyimpanan APD juga dilakukan
dengan dibagi menjadi dua bagian penyimpanan, yaitu penyimpanan oleh
pekerja dan penyimpanan oleh perusahaan. APD yang disimpan oleh pekerja
yaitu kacamata keselamatan (goggles), safety shoes, baju pelindung, earplug,
sarung tangan karet, dan topi pelindung. Sedangkan penyimpanan yang
dilakukan perusahaan adalah masker half-face respirator dan full-face
respirator dan safety belt/body harness.
4.8.1 Penyimpanan oleh Pekerja
Menurut Budiono, dkk (2003) untuk menjaga daya guna dari
APD, hendaknya disimpan ditempat khusus sehingga terbebas dari
119
debu, kotoran, gas beracun, dan gigitan serangga/binatang.
Hendaknya tempat tersebut kering dan mudah dalam pengambilannya.
APD yang disimpan oleh pekerja adalah:
a. Goggles yang tidak dipakai disimpan di tempat
penyimpanan di loker masing-masing pekerja.
b. Earplug yang hanya dapat beberapa kali dipakai disimpan
pada kantung plastik kemudian disimpan di dalam loker
masing-masing pekerja.
c. Safety shoes dibawa pekerja pulang ke rumah dan disimpan
di rumah masing-masing pekerja
d. Sarung tangan karet disimpan setelah dipakai didalam loker
masing-masing pekerja
e. Topi pelindung, setelah dipakai, topi pelindung disimpan di
loker atau sering juga dibawa pulang oleh pekerja pulang ke
rumah.
Penyimpanan oleh pekerja sudah sesuai dengan teori yang
dikemukakan di atas bahwa untuk menjaga daya guna dari APD,
hendaknya disimpan ditempat khusus sehingga terbebas dari debu,
kotoran, gas beracun, dan gigitan serangga/binatang. Hendaknya
tempat tersebut kering dan mudah dalam pengambilannya.
4.8.2 Penyimpanan oleh Perusahaan
120
Untuk menjaga daya guna dari APD, hendaknya disimpan
ditempat khusus sehingga terbebas dari debu, kotoran, gas beracun,
dan gigitan serangga/binatang. Hendaknya tempat tersebut kering dan
mudah dalam pengambilannya (Budiono, dkk, 2003).
APD yang disimpan oleh perusahaan adalah:
a. Half-face respirator dan full-face respirator
Untuk penyimpanan Half-face respirator dan full-
face respirator dilakukan dengan cara disimpan di dalam
kardus atau kotak yang kemudian dimasukkan ke dalam
loker tempat penyimpanan APD di ruangan kerja.
b. Safety belt/body harness
Untuk penyimpanan safety belt/body harness
dilakukan dengan cara dimasukkan terlebih dahulu ke
dalam kotak kardus kemudian disimpan di kantor
department security & safety yang dapat diambil kembali
apabila hendak digunakan.
Penyimpanan APD yang telah dilakukan oleh perusahaan telah
sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Budiono, dkk (2003)
bahwa untuk menjaga daya guna dari APD, hendaknya disimpan
ditempat khusus sehingga terbebas dari debu, kotoran, gas beracun,
dan gigitan serangga/binatang. Hendaknya tempat tersebut kering dan
mudah dalam pengambilannya.
121
4. 9 Pengawasan APD di Subdepartment Pest Control
Pengawasan terhadap APD yang digunakan oleh pekerja dilakukan
oleh para inspector di bagian department safety & security setiap hari saat
melakukan inspeksi ke berbagai tempat atau lokasi pekerjaan. Tetapi,
pengawasan tersebut hanya dilakukan apabila para inspector secara tidak
sengaja yang sedang melakukan inspeksi melihat adanya pekerjaan pest
control.
Menurut Notoadmojo (1993) pengawasan adalah salah satu faktor
pemantauan yang dilakukan oleh pengawas terhadap pelaksanaan kerja
seluruh pekerja bawahannya. Pengawasan dibutuhkan untuk meningkatkan
disiplin kerja pekerja meskipun nampaknya adalah memantau bawahannya
didalam menyelesaikan tugas-tugas secara bertanggung jawab (Riswanto,
2008). Dan menurut Budiono, dkk (2003) untuk menerapkan kedisiplinan
pekerja dalam penggunaan APD hendaknya disorong oleh berbagai pihak,
misalnya dengan memberikan sanksi bagi yang tidak mematuhi dan
memberikan pula penilaian yang baik atau penghargaan bagi tenaga kerja
yang disiplin dalam menggunakan APD.
Pengawasan terhadap APD di PT. ISM Tbk Bogasari Flour Mills
dilakukan setiap hari oleh para inspector pada saat melakukan inspeksi
sehingga dapat memantau kelengkapan penggunaan APD dan meningkatkan
kedisiplinan pekerja dalam bekerja. Apabila dalam pengawasan ditemukan
pekerja yang tidak lengkap dalam pemakaian APD-nya, maka pekerja
tersebut hanya ditegur di tempat saja. Sebaiknya pekerja tersebut tidak hanya
ditegur saja tetapi diberikan sanksi untuk membuat pekerja jera dan patuh
122
terhadap pemakaian APD. Sebaliknya, perusahaan hendaknya memberikan
reward kepada para pekerja yang patuh memakai APD saat melakukan
pekerjaan. Dengan demikian penggunaan APD dapat dilaksanakan dengan
baik oleh pekerja demi keamanan bekerja di PT. ISM Tbk Bogasari Flour
Mills.
Oleh karena itu, sebaiknya pengawasan terhadap APD tidak hanya
dilakukan oleh manajemen saja, tetapi pekerja juga berwenang untuk
menindak ketidakdisiplinan terhadap penggunaan APD secara langsung
apabila ada pekerja yang tidak disiplin dalam penggunaan APD.
4. 10 Pelatihan pemakaian APD di Subdepartment Pest Control
PT. ISM Tbk Bogasari Flour Mills sudah melakukan pelatihan secara
khusus tentang pemakaian APD yang benar dan sesuai. Pelatihan dilakuka
oleh phak perusahaan dan pihak luar sebagai trainer. Pelatihan yang
dilakukan pada saat pekerja pertama kali bekerja dan melakukan pekerjaan.
Hal-hal yang dijelaskan kepada pekerja baru adalah jenis pekerjaan, bahaya
pekerjaan serta risikonya, dan APD apa yang harus dipakai dan cara
pemakaiannya.
Menurut Budiono, dkk (2003) perlunya pembinaan terus menerus
dapat meningkatkan kesadaran dan wawasan pekerja. Salah satu cara yang
efektif adalah melalui pelatihan. Peningkatan wawasan dan pengetahuan akan
menyadarkan tentang pentingnya penggunaan APD, sehingga efektif dan
benar dalam penggunaan, serta tepat dalam pemeliharaan dan
penyimpanannya.
123
Dengan diadakannya pelatihan dapat menambah pengetahuan pekerja
tentang APD, mengetahui bagaimana cara menggunakan APD yang baik dan
benar, cara pemeliharaan dan penyimpanannya. Dengan demikian program
penggunaan APD dapat dilaksanakan dengan baik oleh pekerja dan pekerja
merasa aman serta nyaman dalam bekerja serta tidak merasa terganggu
dengan memakai kelengkapan APD, serta dapat meningkatkan kedisiplinan
dan dapat mengurangi risiko untuk terjadinya penyakit akibat kerja.
124
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
1. PT. Indofood Sukses Makmur Tbk Divisi Bogasari Flour Mills
merupakan perusahaan produsen tepung terigu yang melayani kebutuhan
pangan masyarakat Indonesia Security and Safety Department adalah
departemen yang menangani tentang keselamatan dan kesehatan kerja
perusahaan.. Pest control merupakan suatu subdepartemen dari
production facility yang bertugas dalam pengendalian dan pemberantasan
hama yang melakukan kegiatan spraying, fogging dan fumigasi.
2. Potensi bahaya pada tiap pekerjaan dan pengendalian yang telah
diterapkan, yaitu:
a. Bahaya pada pekerjaan fogging dan spraying
Bahaya yang mungkin terjadi adalah bahaya kebakaran atau
ledakan, terpapar bahan kimia, menghirup bahan kimia saat
pencampuran, terpapar asap fogging dan cairan spraying,
kebisingan, terjatuh di lantai yang sama, terjatuh dari tempat tinggi,
tertimpa benda jatuh, mata terkena cairan spraying, badan terpapar
asap fogging dan cairan spraying dan terhirup debu. Pengendalian
yang telah dilakukan adalah secara engineering dengan
pelaksanaan pekerjaan sesuai SOP, membersihkan knalpot dari
kerak, menyalakan dan mematikan mesin di lokasi yang aman,
memastikan tutup lubang bahan bakar dan mesin sudah dalam
125
kondisi baik, pembersihan area, dan pemasangan pagar pembatas.
Secara administratif dengan penerapan shift kerja, training dan
safety induction. Dan pengendalian dengan pemakaian APD yaitu
masker, sarung tangan, kacamata, safety belt/body harness, safety
shoes, topi pelindung, baju pelindung, dan earplug.
b. Bahaya pada pekerjaan fumigasi
Bahaya yang mungkin terjadi adalah terpapar/menghirup bahan
kimia saat pengukuran jumlah bahan fumigan, terpapar gas
fumigan, kebisingan, terpleset/terjatuh pada lantai yang sama,
terjatuh dari ketinggian, terjebak, tertimpa benda jatuh, dan
terhirup debu. Pengendalian yang telah dilakukan adalah secara
engineering dengan pelaksanaan sistem Log Out-Tag Out, sistem
izin kerja ruang terbatas, pembersihan area, dan pemasangan pagar
pembatas. Secara administratif dengan penerapan shift kerja,
training dan safety induction. Dan pengendalian dengan pemakaian
APD yaitu masker, sarung tangan, kacamata, safety belt/body
harness, safety shoes, topi pelindung, baju pelindung, dan earplug.
3. Jenis-jenis APD yang digunakan terdiri atas:
a. Topi pelindung terbuat dari topi berbahan kain. Masing-masing
pekerja diberikan satu buah topi tiap setahun sekali.
b. Kacamata keselamatan (goggles) terbuat dari plastik transparan
menutup area sekitar mata yang lebih melindungi pekerja apabila
126
memasuki area yang terdapat percikan cairan, asap, serbuk atau debu.
Masing-masing pekerja diberikan satu buah kacamata setiap satu
tahun sekali.
c. Earplug (pelindung telinga) terbuat dari busa yang hanya dapat
dipakai beberapa kali. Earplug ini memiliki Noise Reduction Rating
(NRR) sebesar 29 dB. Standar yang digunakan adalah ANSI 19—
1974 dengan merk 3M. Pekerja diberikan earplug masing-masing dua
pasang yang mana jika sudah tidak layak pakai dapat meminta
kembali ke perusahaan.
d. Pelindung tangan yang tersedia yaitu sarung tangan berbahan karet.
Pekerja diberikan sarung tangan masing-masing satu pasang yang
mana jika sudah tidak layak pakai dapat meminta kembali ke
perusahaan.
e. Pelindung pernapasan yang disediakan adalah masker half-face
respirator dan full-face respirator. Masing-masing pekerja
mempunyai satu buah half-face respirator. Sedangkan untuk full-face
respirator hanya disediakan beberapa buah saja.
f. Pelindung kaki terbuat dari kulit, ujung sepatu dilapisi baja, bagian
bawah yang bermotif timbul agar melindungi pekerja dari bahaya
terpleset saat sedang bekerja dibagian yang basah dan licin. Standar
yang digunakan adalah ANSI Z41.1-1991. Setiap tahunnya pekerja
diberikan 2 pasang sepatu yang mana terdiri dari sepatu bertali dan
tidak bertali.
127
g. Pelindung tubuh berupa baju lengan panjang dan celana panjang yang
disediakan perusahaan kepada pekerja setiap tahunnya sebanyak tiga
pasang. Terbuat dari bahan sintesis yang tahan terhadap bahan kimia.
h. Pelindung dari ketinggian yang disediakan adalah safety belt/body
harness.
4. Jenis APD yang disediakan oleh perusahaan sudah sesuai dengan hasil
identifikasi bahaya kecuali untuk pelindung kepala berupa topi
pelindung.
5. Pemeliharaan APD terbagi dua, yaitu:
a. Pemeliharaan oleh pekerja diserahkan sepenuhnya kepada pekerja
seperti kacamata keselamatan (goggles), safety shoes, baju pelindung,
earplug, sarung tangan karet, dan topi pelindung.
b. Pemeliharaan oleh perusahaan dilakukan oleh pihak perusahaan,
seperti masker half-face respirator dan full-face respirator serta
safety belt/body harness.
6. Penyimpanan APD terbagi dua, yaitu:
a. Penyimpanan oleh pekerja diserahkan sepenuhnya kepada pekerja,
seperti kacamata keselamatan (goggles), safety shoes, baju pelindung,
earplug, sarung tangan karet, dan topi pelindung.
128
b. Penyimpanan oleh perusahaan dilakukan oleh perusahaan, seperti
half-face respirator dan full-face respirator dan safety belt/body
harness.
7. Pengawasan terhadap APD yang digunakan oleh pekerja dilakukan oleh
para inspector di bagian department security and safety setiap hari saat
melakukan inspeksi ke berbagai tempat atau lokasi pekerjaan.
8. Pelatihan dilakukan pada saat pekerja pertama kali bekerja dan
melakukan pekerjaan yang dilakukan oleh perusahaan dan pihak luar
sebagai trainer. Hal-hal yang dijelaskan kepada pekerja baru adalah jenis
pekerjaan, bahaya pekerjaan serta risikonya, dan APD apa yang harus
dipakai dan cara pemakaiannya.
5.2 Saran
1. Sebaiknya pengawasan terhadap pemakaian APD terus dilakukan untuk
memantau kepatuhan dan kedisiplinan para pekerja dalam memakai
APD.
2. Sebaiknya pengawasan terhadap kelengkapan APD yang dipakai sebelum
bekerja dilakukan untuk mengurangi kemungkinan bahaya yang terjadi.
3. Sebaiknya disediakan Self Containing Breathing Aparatus (SCBA) untuk
mengantisispasi terjadinya perubahan kadar oksigen dan gas-gas lainnya
di dalam ruangan tertutup saat melakukan pekerjaan.
129
4. Sebaiknya perusahaan dalam menyediakan alat pelindung diri perlu
mempertimbangkan kualitas dari APD tersebut dari segi bahan dan
kemampuannya dalam mengurangi paparan bahaya.
5. Sebaiknya perusahaan menyediakan safety helmet untuk pekerja pest
control sebagai pengganti topi pelindung berbahan kain.
6. Sebaiknya perusahaan memberikan sanksi terhadap pekerja yang tidak
patuh dalam menggunakan APD sehingga dapat membuat jera bagi
pekerja yang tidak patuh menggunakan APD dan menyediakan reward
bagi pekerja yang patuh.
7. Sebaiknya pelatihan dan pembinaan dilakukan secara berkala untuk me-
refresh pekerja agar pekerja mengetahui cara pemakaian, pemeliharaan,
penyimpanan suatu APD.
130
DAFTAR PUSTAKA
Anizar. Teknik Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Industri. Yogyakarta : Graha
Ilmu; 2009.
Australian Standard / New Zealand Standard 4360. Risk Management Guidelines. Sydney;
1999.
Budiono, Sugeng A. M (dkk). Bunga Rampai Hiperkes dan Keselamatan Kerja Edisi
ke 2. Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro; 2003
Cooling, David A. Industrial Safety Management and Technology. Pentice Hall.Inc;
1990
Departemen Tenaga kerja, Modul Pelatihan Hiperkes dan Keselamatan Kerja
Dengan Materi Alat Pelindung Diri. Badan Litbang Depnakertrans pusat
pengembangan keselamatan kerja dan Hiperkes Tahun 2002.
Habsari Niken Diana. Bunga Rampai Hiperkes & KK Higiene Perusahaan
Ergonomi, Kesehatan Kerja, Keselamatan Kerja, Badan Penerbit
Universitas Diponogoro Semarang; 2003.
ILO. Dasar-dasar Keselamatan Kerja Bidang Kimia dan Pengendalian Bahaya
Besar. Geneva : Internasional Labour; 1996
Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia No. 01 Tahun
1981 Tentang Kewajiban Melapor Penyakit Akibat Kerja.
Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia No. 03 Tahun
1982 Tentang Pelayanan Kesehatan Tenaga Kerja.
Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. 03 Tahun 1986 tentang
Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Di Tempat Kerja Yang Mengelola
Pestisida.
Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. 08 Tahun 2010 tentang Alat
Pelindung Diri.
131
Peraturan Pemerintah No, 07 Tahun 1973 Tentang Pengawasan Atas Peredaran,
Penyimpanan, dan Penggunaan Pestisida.
Ridley and Channing, John. Risk Management Safety at Work. Butterworth-
Heinemann: ElsivierScience Ltd; 1998.
Santoso, Gempur. Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Jakarta : Gunung
Agung; 1997
Sartika. Gambaran Penggunaan Pelaksanaan Program Penggunaan Alat Pelindung
Diri di Bagian Produksi Non Penecilin di PT. Alphafarma. Laporan
magang Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia:
2005.
Sumamur. Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Jakarta: PT.Gunung Agung;
1996.
Suma‘mur. Keselamatan Kerja dan Pencegahan Kecelakaan. Jakarta: PT.Gunung
Agung; 1981.
Suma‘mur. Keselamatan Kerja dan Pencegahan Kecelakaan. Jakarta: PT.Gunung
Agung; 1986.
Supriyadi, Gemilar Sapta Pratama. Penilaian Risiko Kecelakaan Pada Kegiatan di
Bagian Pengantongan PT. Semen Cibinong Tbk Bogor. Skripsi. Depok :
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia; 2005
Undang-undang No.1 tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja.