laporan lengkap fisiologi
TRANSCRIPT
LAPORAN LENGKAP
PRAKTIKUM FISIOLOGI
Oleh :
AULIA RAHMA70300111012
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN
MAKASSAR
2012
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT, atas berkat dan rahmatnya
yang senantiasa dicurahkan kepada kita semua sehingga penulis mampu menyelesaikan
“Laporan Lengkap Praktikum Fisiologi” ini. Teriring pula salam dan syalawat kepada
junjungan Nabi besar Muhammad SAW, beserta keluarga dan para sahabatnya.
Banyak hal yang penulis peroleh atas penyusunan “Laporan Lengkap Praktikum
Fisiologi” ini. Meskipun demikian, penulis akan terus mencari dan menambah
pengetahuannya tentang hal ini. Dan penulis juga mengharapkan saran ataupun kritikan
yang sifatnya membangun agar laporan ini senantiasa mendekati kesempurnaan.
Dan tak lupa saya ucapkan terima kasih kepada orang tua, pembimbing, asisten,
dan teman-teman yang telah mendukung sehingga saya dapat menyelesaikan laporan ini
tepat pada waktunya.
HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN LENGKAPPRAKTIKUM FISIOLOGI
Disusun dan diajukan oleh:AULIA RAHMA70 300 111 012
Sebagai Salah Satu Syarat Kelulusan Pada Praktikum Mata Kuliah Fisiologi
Koordinator Praktikum Dosen Penanggung Jawab
Eny Sutria, S.Kep, Ns, M.Kes. dr . Rosdiana, S.Ked
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
HALAMAN PENGESAHAN
DAFTAR ISI
LAPORAN PEMERIKSAAN TEKANAN DARAH
LAPORAN PEROBAAN HARVARD (HARVARD STEP TEST)
LAPORAN PEMERIKSAAN REFLEKS FISIOLOGIS
LAPORAN BERAT JENIS URINE
LAPORAN PEMERIKSAAN PERNAFASAN
LAPORAN ELEKTROKARDIOGRAF PADA MANUSIA
BIOGRAFI PENULIS
Samata, 13 Juli 2012
Aulia Rahma
LABORATORIUM PRAKTIKUM FISIOLOGI FAKULTAS ILMU KESEHATAN UIN ALAUDDIN MAKASSAR
Samata, 18 juni 2012
PEMERIKSAAN TEKANAN DARAH
Di Susun Oleh :
Nama : Aulia Rahma
Nim/kelas : 70300111012/Kep-A1
Pembimbing : Anwar Hafid,S.Kep.,Ns.,M.Kes.
Asisten : A.Budiyanto,s.Kep.,Ns.
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UIN ALAUDDIN MAKASSAR
2012
DAFTAR ISI
Halaman Sampul……………………………………………………………..……i
Daftar isi………………………………………………………………………..….ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang………………………………………………………………1
B. Tujuan…………………………………………………………………........ 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Defenisi Tekanan Darah…………………………………………………….3
B. Faktor-faktor yang mempengaruhi tekanan darah…………………………..3
C. Pengukuran tekanan darah dan arteri sistolik dan diastolic…………………4
D. Metode pengukuran tekanan darah………………………………………….5
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Nama Percobaan…………………………………………………………….8
B. Alat dan bahan………………………………………………………………8
C. Prosedur kerja……………………………………………………………….8
D. Hasil percobaan…………………………………...………………………..11
E. Analisis hasil percobaan…………………………………..….…………….11
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan…………………………………..………………..…………....13
B. Saran…………………………………..……………………..……….…….13
Daftar pustaka…………………………………………………………………….14
Lampiran
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tekanan darah sangat penting dalam sistem sirkulasi darah dan selalu di
perlukan untuk daya dorong yang mengalirkan darah dalam arteri, arteriola, kapiler,
dan siste vena sehingga terbentuk aliran darah yang menetap.
Jantung sebagai pemompa darah dari pembuluh vena ke arteri pembuluh arteri.
Pada sistem sirkulasi tertutup, aktivitas rongga jantung berlangsung dengan cara
mengadakan kontraksi dan relaksasi sehingga menimbulkan perubahan tekanan
darah dalam sistem sirkulasi. Pada arteri sampai puncaknya sekitar 120mmHg,
tekanan ini disebut tekanan sistol. Tekanan ini menyebabkan aorta mengalami
distensi sehingga tekanannya turun sedikit. Pada saat diastol ventrikel , tekanan aorta
cenderung menurun sampai dengan 80 mmHg. Tekanan ini dalam pemeriksaan
disebut tekanan diastolic. Dengan adanya perubahan siklus jantung inilah yang
menyebabkan terjadinya aliran darah dalam sistem sirkulasi tertutup pada manusia.
Pada pemeriksaan takanan darah akan didapat dua angka. Angka yang lebih
tinggi diperoleh pada saat jantung berkontraksi (sistolik), angka yang lebih rendah di
peroleh pada saat jantung bereaksi (dastolik). Tekanan darah kurang dari 120/80
mmHg didefenisikan sebagai “normal”. Pada saat tekanan darah tinggi, biasanya
terjadi pada tekanan darah 140/90 mmHg atau ke atas, diukur di kedua lengan tiga
kaIi dalam jangka beberapa minggu.
Tekanan darah dipengaruhi oleh faktor beberapa yang mengoda yang adalah
output jantung. Tekanan dinding arteri lebih besar sebagai volume aliran darah
meningkat. Faktor kedua yang mempengaruhi tekanan darah resistensi perifer, atau
resistensi terhadap aliran darah arteri kecil dari tubuh (anterior). Resistensi perifer
dipengaruhi oleh viskositas dari darah khusus, jumlah sel darah merah dan jumlah
plasma berisi darah. Sangat darah menghasilkan tekanan darah tinggi. Selain itu,
tekanan darah dipengaruhi oleh struktur dinding arteri. Tekanan darah akan lebih
tinngi. Kronis tekanan darah tinggi disebut hipertensi merupakan konsekuensi dari
terlalu tinggi output jantung atau terlalu tinggi perifer.
B. Tujuan
1. Mempelajari cara-cara pengukuran tekanan darah arteri.
2. Memepelajari beberapa faktor yang dapat mempengaruhi tekanan darah
secara fisiologis.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi Tekanan Darah
Tekanan darah adalah daya dorong ke semua arah pada seluruh permukaan yang
tertutup pada dinding bagian dalam jantung dan pembuluh darah. Aksi pemompaan
jantung memberikan tekanan yang mendorong darah melewati pembuluh-
pembuluh. Darah mengalir melalui sistem pembuluh tertutup karena perbedaan
tekanan atau gradien tekanan antara ventrikel kiri dan atrium kanan.
a. Tekanan ventrikular kiri berubah dari setinggi 120 mmHg saat sistole samapi
serendah 0 mmHg saat diastole.
b. Tekanan aorta berubah dari setinggi 120 mmHg saat sistole sampai serendah 80
mmHg saat diastole. Tekanan diastolik tetap dipertahankan dalam arteri karena
efek lontar balik dari dinding elastis aorta. Rata-rata tekanan aorta adalah
100mmHg.
Perubahan tekanan sirkulasi sistemik. Darah mengalir dari aorta (dengan
tekanan 100 mmHg) menuju arteri ( dengan perubahan tekanan dari 100 ke 40
mmhg) ke arteriol (dengan tekanan 25 mmHg di ujung arteri sampai 10 mmHg
ke 5 mmHg di ujung vena) menuju vena cava superior dan inferior (dengan
tekanan 2 mmHg) dan sampai ke atrium kanan (dengan tekanan 0 mmHg).
2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tekanan Darah
Faktor-faktor yang mempengaruhi tekanan darah yaitu:
a. Curah jantung
Curah jantung adalah jumlah darah yang dipompa kedalam aorta oleh jantung
setiao menit dan jumlah darah yang mengalir melalui sirkulasi. Curah jantung
mungkin merupakan faktor terpenting yang harus kita fikirkan dalam
hubungannya dengan sirkulasi. Aliran balik vena adalah jumlah darah yang
mengalir dari berbagai vena kedalam atrium kanan setiap menit.
b. Tekanan perifer terhadap tekanan darah
Tekanan darah berbanding terbaik dengan tahanan dalam pembuluh.
Tahanan perifer memiliki beberapa faktor penentu :
(1) Viskositas darah
Semakin vanyak kendungan protein dan sel dalam plasma, semakin besar
tahanana selama aliran darah, peningkatan hemotokrit menyebabkan
peningkatan viskositas : pada anemia kandungan hemotolrot dan viskositas
berkurang.
(2) Panjang pembuluh
Semakin panjang pembuluh semakin, semakin besar tekanan terhadap aliran
darah.
(3) Radius pembuluh
Tahanan perifer berbandiung terbalik dengan radius pembuluh sampai
pangkat keempatnya.
a. Jika radius pembuluh digantikan seperti yang terjadi pada fase dilatase,
maka aliran darah akan meningkat em belas kali lipat. Tekanan darah akan
turun.
b. Jika radius pembuluh dibagi dua, seperti yang terjadi pada vasokontraksi,
maka tahanan terhadap aliran akan meningkatenambelas kalip lipat dan
tekanan darah akan naik.
(4) Karena panjang pembuluh dan viskositas darah secara normal konstan, maka
perubahan dalam tekanan darah dapat didapat adri perubahan radius
pembuluh darah.
3. Pengukuran Tekanan Darah Arteri Sistolik Dan Diasrtolik
Peraturan tekanan darah arteri tekanan darah arteri dipertahankan dalam rentang
normal oleh perubahan curah jantung dan resistensi perifer. Tekanan reseptor
berlokasi di dinding arteri besar di dada dan leher dan dalam bentangan aorta.
Reseptor ini merespon ketika dinding yang mebujur oleh peningkatan mendadak
tekanan. Tindakan potensi dari reseptor ditransminasikan ke jantung dan pusat-
pusat motorik dalam medula oblongata. Pusat di medula merespon dengan
mengikat sinyal bahwa penurunan denyut jantung dan menyebabkan resistensi
vasodilationdecrease perifer. kembali tindakan ini tekanan darah menuju normal.
Penurunan tekanan darah mengurangi frekuensi potensi aksi dari reseptor, yang
meningkatkan denyut jantung dan menyebabkan contriction vaso. Baroreseptors ar
penting untuk saat ke saat pendek jangka pendek tekanan peraturan.
Pengukuran tekanan darah arteri sistolik dan diastolik yaitu:
a. Ventrikel sistolik
Terjadinya konsetrasi vebrikular bertepatan dengan puncak gelombang R di
EKG dan dengan getaran awal suara jantung pertama. Hal ini menunjukkan kurva
tekanan ventrikel sebagai peningkatan tekanan ventrikel paling awal setelah
kontraksi aktrial. Waktu antara awal sistol ventrikel dan pembukaan velves
semilunar (ketika tekanan ventrikel muncul tiba-tiba) disebut kontraksi isometrik.
b. Ventrikel diastol
Isovolumik relaksasi. Penutup klep yang aorta menghasilkan karakteristik pada
otot yang turun dari kurva- tekanan aortik dan juga menghasilkan bunyi yang ke dua
(dengan beberapa getaran yang jelas pada atrial kurva-tekanan). Incicura menandai
akhir ventrikel sistole. Periode antar penutup dari semilunar klep dan pembukaan
AV klep dimasukkan relaksasi isovolumik.
4. Metode Pengukuran Tekanan Darah
Bila kanula dimasukkan kedalam arteri, tekanan arteri dapat diukur secara
langsung dengan manometer air raksa atau ukuran dasar ketergantungan yang
sesuai dan suatu osiloskop diatur untuk menulis secara langsung pada potongan
kertas yang bergerak. Bila arteri diikat di atas titik tempat memasukkan kanula,
suatu tekanan ujung terekam. Alirandarah arteri terganggu, dan semua energy
kinetik dari aliran dikonversi menjadi energi tekanan.
Tekanan darah dapat diukur secara langsung atau tidak langsung:
a. Pada metode langsung, kateter arteri dimasukkan kedalam arteri.
b. Pengukuran tidak langsung dengan sfigmamometer dan stetoskop.
1. Cara palpasi (metode riva rocci)
Metode palpasi harus dilakukan sebelum melakukan auskultasi untuk
menetukan tinggi tekanan yang diharapkan. Palpasi juga dilakukan bila
tekanan darah sulit didengar. Tetapi, dengan palpasi tekanan diastolik
tidak dapat ditentukan dengan akurat.
Cara auskultasi
Metode ini pertama kali diperkenalkan oleh seorang dokter rusia yaitu
korotkoff pada tahun 1905.kedua tekanan sistolik dan diastolik dapat
diukur dengan metode ini, dengan cara mendengar (auskultasi) bunyi yang
timbul pada arteri brachialis yang disebut bunyi korotkoff. Bunyi ini
timbul akibat aliran turbelun dalam arteri yang disebabkan oleh penekanan
manset pada arteri tersebut. Dalam cara auskultasi ini harus diperhatikan
bahwa terdapat suatu jarak yang paling sedikit 5cm, antara manset dan
tempat meletakkan stetostop. Bunyi yang terdengar disebut korotkoff dan
dapat di bagi dalam empat fase yang berbeda:
Fase 1 : timbulnya dengan tiba-tiba suatu bunyi mengetuk yang jelas dan
makin lama makin keras sewaktu tekanan menurun 10-14mmHg
berikutnya. Ini disebut pula nada letupan.
Fase ll : bunyi berubah kualitasnya menjadi bising selama penurunan
tekanan 15mm-20 Hg.
Fase lll : bunyi sedikit berubah dalam kualitas tetapi menjadi lebih jelas
dank eras selama penurunan tekanan 5-7 mmHg berikutnya.
Fase lV : bunyi meredam (melemah) salaam penurunan 5-6 mmHg
berikutnya. Setelah itu menghilang.
Fase V : titik dimana bunyi menghilang.
a. Permulaan dari fase 1 yaitu dimana bunyi mula-mula terdengar
merupakan tekanan sistolis.
b. Permulaan fase lV atau fase V merupakan tekanan diastolis, dengan
perbedaan sebagai berikut : fase lV terjadi pada tekanan 7-10 mmHg
lebih tinggi dari pada tekanan diastolis intra arterial yang diukur
secara langsung.
c. Fase V terjadi pada tekanan yang sangat mendekati tekanan diastolis
intra arterial pada keadaan istirahat. Pada keadaan latihan otot atau
keadaan yang meningkatkan aliran darah maka fase V jauh lebih
rendahdari tekanan diastolis yang sebenarnya. Pada anak-anak fase
lV lebih tepat digunakan sebagai indeks tekanan diastolis.
2. Cara osilasi
Yaitu dengan melihat osilasi pada manometer. Saat timbulnya osilasi
pasa manometer menunjukkan tekanan sistolis. Tekanan manset terus
diturunkan sampai osolasi menghilang yang menunjukkan tekanan
diastolis.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Nama percobaan
Pemeriksaan tekanan darah.
B. Alat yang dibutuhkan
1. Manometer air raksa atau aneroid
2. Stetoskop
C. Prosedur kerja
Dalam mencatat tekanan darah secara fisiologis, orang coba harus berada
dalam keadaan yang menyenagkan dan lepas dari pengaruh-pengaruh yang dapat
mempenaruhi hasil pencatatan. Pencacatan tekanan darah ini dengan metode tak
langsung.
1. Cara palpasi (metode riva rocci)
Segala bentuk pakaian harus dilepas dari lengan atas dan manset di
pasang ketat dan sempurna pada lengan. Bila manset tidak terpasang dengan
ketat maka dapat diperoleh pembacaan yang abnormal tinngi. Saluran ketat dari
manset kemudian dihubungkan dengan manometer. Sekarang rabalah arteri
radialis pada pergelangan tangan orang coba dan tekanan dalam manset
dinaikkan dengan memompa sampai denyut nadi (denyut arteri radialis )
menghilang. Tekanan dalam manset kemudian diturunkan dengan memutar
tombol pada pompa perlahan-lahan yaitu dengan kecepatan kira-kira 3mm/dt.
Saat dimana denyut nadi arteri radialis teraba kembali menunjukkan tekanan
darah sistolik. Metode palpasi harus dilakukan sebelum melakukan auskultasi
untuk menetukan tinggi tekanan yang diharapkan.
2. Cara auskultasi
Metode pertama kali diperkrnalkan oleh seorang dokter rusia yaitu
korotkoff pada tahun 1905. Kedua tekanan sistolik dan diastolik dapat diukur
denganmetode ini dengancara mendengar (auskultasi ) bunyi yang timbul pada
arteri brachialis yang disebut bunyi korotkoff. Bunyi ini timbul akibat aliran
turbelun dalam arteri yang disebabkan oleh penekanan manset pada arteri
tersebut. Dalam cara auskultasi ini harus diperhatikan bahwa terdapat suatu jarak
yang paling sedikit 5cm, antara manset dan tempat meletakkan stetostop.mula-
mula rabalah arteri brachialis untuk menetukan temapt meletakkan stetostop.
Kemudian pompalah manset sehingga tekananya melebihi tekanan diastolis
(yang diketahui dari palpasi). Tutunkan tekanan manset perlahan lahan sambil
melekatkan stetoskop di atas arteri brachialis pada siku. Mula mula tidak
terdengar suatu bunyi kemudian akan terdengar bunyi mengetuk yaitu ketika
darah mulai melewati arteri yang tertekan oleh manset sehingga terkadilah
turbulensi.
3. Cara osilasi
Yaitu dengan melihat osilasi pads manometer. Manset dipompa sampai
tekanan 10-20 mmHg melebihi tekanan sistolis yang di tentukan dengan metode
riva rocci. Tekanan manset diturunkan perlahan-lahan sambil memperhatikan air
raksa manometer. Saat timbulnya osilasi pada msnometer menujukkan tekanan
sistolis. Tekanan manset terus diturunkan sampai osilasi menghilang yang
menunjukkan tekanan diastolis.
Protokol
1. Tekanan darah istirahat
Ukurlah tekanan darah orang ocba setelah berbaring 5 menit, setelah duduk 5
menit dan setelah berdiri 5 menit. Orang ocba harus benar-benar dalam keadaan
santai ! bandingkanlah hasil ketiga pencatatan ini. Dalam mencatat tekanan darah,
gunakan kombinasi ketiga cara tadi.
2. Pengaruh perubahan sikap
Orang coba berbaring 5 menit. Ukurlah tekanan darah, kemudian orang coba
diminta segera berdiri dan ukurlah segera tekanan darah dengan lengan lurus
kebawah. Tekanan diukur 0,1,2,3,4, dan 5 menit sesudah berdiri.
3. Pengaruh kerja otot
Orang coba minta untuk melakukan kegiatan misalnya berlari ditempat selama
kurang lebih 3-5 menit kemudian catatlahtekanan darah control (sebelum
kegiatan).
4. Pengaruh berfikir
Catatlah tekanan darah kontrol. Kemudian coba diminta berfikir dengan kuat
yaitu memecahkan soal matemmatika yang sudah. Catatlah tekanan darahnya
secepat mungkin, kalau perlu selagi berfikir. Bandingkanlah dengan tekanan darah
kontrol.
5. Percobaan valsava (valsava manuver)
Butlah pencatatan kontrol. Orang cobas minta untuk melakukan ekspresi kuat dan
glottis tertutup (mengedam). Catatlah tekanan darah pada saat ini dan
bandingkanlah dengan tekanan darah kontrol.
6. Percobaan muller
Orang coba minta untuk kuat dengan glottis tertutu. Ukurlah tekanan darah dan
bandingkanlah dengan tekanan kontrol.
D. Hasil Percobaan
Dalam keadaan normal, tanpa dipengaruhi faktor-faktor pengukuran tekanan
darah, misalnya pengaruh perubahan sikap, pengaruh kerja otot dan lain lain
dengan metode :
1. Cara palpasi
2. Cara auskultasi
3. Cara osilasi
E. Analisis Percobaan
Dalam keadaan normal, tanpa dipengaruhi faktor faktor pengukuran
tekanan darah, misalnya pengaruh perubahan sikap, pengaruh kerja otot dan lain-
lain.
1. Cara palpasi
Pada saat mengukur tekanan darah dengan cara palpasi diperoleh hasil normal.
Namun, dengan menggunakan cara palpasi ini diperoleh hasil yang kurang akurat
karena hanya mengetahui tekanan sistolnya saja.
2. Cara auskultasi
Pada saat mengukur tekanan darah dalam cara auskultasi diperoleh hasil pengukuran
110/60 dan 110/70 mmHg. Ini disebabkan karena orang coba dalam keadaan normal
dan rileks. Sehingga diperoleh hasil pengukuran tekanan darah normal.
3. Pada saat pengukuran tekanan darah dengan cara osilasi diperoleh hasil pengukuran
110/70 mmHg. Ini disebabakan karena orang coba masih dalam keadaan normal dan
rileks. Sehingga di peroleh hasil pengukuran tekanan darah normal.
Dala ketiga cara di atas di peroleh hasil yang sama yaitu 110/70 mmHg , ini
disebabkan karena orang coba dalam keadaan normal, rileks, dan belum beraktivitas
keras.
a. Pada saat pengukuran tekanan darah waktu istirahat di peroleh hasil yang
normal dimana pada saat duduk hasilnya 110/70 dan pada saat berdiri
hasilnya 120/80, ini disebabkan karena pada saat berdri kekuatan jantung
memompa darah lebih cepat.
b. Pada saat mengukur tekanan darahdengan pengaruh perubahan sikap
diperoleh hasil pada saat berbaring 5 menit 110/70 dan pada saat berdiri
tekanan darah 1 menit 135/70 ini diisebabkan karena posisi berdiri akan
memperkuat gaya gravitasi yang tidak tertahankan sehingga tekanan-tekanan
darah turun dan kadangk-kadang sampai tak terukur.
c. Pada saat pengukur tekanan darah dengan pengaruh kerja otot hasilnya
sebelum berlari 160/80 dan menerun menjadi 110/70 hal ini disebabkan
karena ke elastisitas dinding aliran darah di pengaruhi oleh otot yang
membungkus arteri dan vena.
d. Pada saat mengukur tekanan darah dengan pengaruh berfikir diperoleh hasil
tekanan darah control 110/80 mengikat setelah berfikir menjadi 120/80 hal
ini di sebabkan karena fikiran sangat berpengaruh pada saat pengukuran
tekanan darah di maan jika orang memiliki banyak pikiran maka tekanan
darahnya juga akan meningkat karena otak sangat bekerja pada saat berfikir.
e. Pada saat mengukur tekanan darah kontrol diperoleh pengukuran tekanan
darah 110/70 mmHg. Hal ini disebabkan pada saat melakukan ekspirasi
memerlukan usaha sehingga kontraksi otot meningkat.
f. Sewaktu mengkukur tekanan darahtanap inspirasi dalam diperoleh hasil
pengukuran tekanan darah yaitu 110/70 mmHg.pada waktu pengukuran
tekanan darah dengan ispirasi dalam, tekanan darah meningkat menjadi
120/80 mmhg. Hal ini di sebabkan karena pada saat inspirasi dalam rongga
toraks aik sehingga tekanan CO2 dalam paru-paru meningkat dan terjadi
vosodilitasi pada pembuluh darah.
BAB lV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Metode pengukuran tekanan darah:
1. Cara palpasi
2. Cara auskultasi
3. Cara osilasi
a. Faktor yang mempengaruhi tekanan darah :
a.Kekuatan memompa jantung
b. Banyaknya darah yang beredar
c.Kecepatan aliran darah
d. Getaran yang dihasilkan pernafasan.
b. Inspirasi dalam merupakan salah satu faktor yang menyebabkan penurunan
tekanan darah. Selain itu faktor-faktor yang mempengaruhi penurunan tekanan
darah yaitu :
1. Nutrisi
2. Kelelahan
3. Istirahat yang cukup
B. Saran
Untuk praktikum selanjutnya sebaiknya pembimbing dihadiran supaya kami lebih
dapat mengerti akan percobaan yang kami lakukan.
DAFTAR PUSTAKA
Applegate.2004.Anatomy And Phisiology Kedokteran.
Berne,Robert M.Leux.Mattew N.Koerpen.Brue M.Staton Bouce
A.2004.Physiology.Fifth Edition.Mosby.
Ganong,William F.2003.Buku Ajar Fisiologi Kedokteran.Edisi 20.jakarta.Kedokteran
EGC.
Shelley.2003. Health Physikology.Fifth Edition.Mc Graw.Los Angeles.
Smitzer,Bere.2001.Keperawatan Medikal Bedah. Kedokteran EGC.
Yuki’s,wolfman.2010.Tekanan Darah. Http://yuki24.wordpress.com.
LABORATORIUM PRAKTIKUM FISIOLOGI
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UIN ALAUDDIN MAKASSAR
Samata, 18 juni 2012
PERCOBAAN HARVARD (HARVARD STEP TEST)
Disusun Oleh :
Nama : Aulia Rahma
Nim/kelompok : 70300111012/8
Pembimbing : Nur Hidayah,S.Kep.,Ns.,M.Kes
Asisten : A.Adriana Amal,S.Kep.,Ns
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UIN ALAUDDIN MAKASSAR
2012
DAFTAR PUSTAKA
HALAMAN JUDUL
DAFTAR PUSTAKA
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang……………………………………………………………1
B. Tujuan……………………………………………………………………..2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Anatomi dan Fisiologi Ginjal, Ureter, Bladder, dan Uretra…………...…3
B. Proses pembentukan urine……………………………………………......6
C. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kerja Urine..………………….…....10
D. Ciri-ciri Yang Normal Dan Komposisi Urine Normal…………………...12
E. Pengaruh Gangguan Fungsi Ginjal ……………………………...……....13
F. Mekanisme Pemekatan Dan Pengenceran Urin.…………………………14
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Nama Pembahasan……………………………………………………..….17
B. Alat Dan Bahan………………………………………………………...….17
C. Prosedur Kerja………………………………………………………....…..17
D. Hasil Percobaan……………………………………………………...…….18
E. Analisis Hasil Percobaan…………………………………………...……...19
BAB IV PENUTUP
C. Kesimpulan………………………………………………………....……...21
D. Saran…………………………………………………………….....……….22
DAFTAR PUSTAKA
Lampiran
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan tubuh kita tidak hanya tergantung dari jenis makanan yang kita
konsumsi, tetapi juga dari kegiatan olahraga atau latihan fisik yang kita lakukan.
Dengan berolahraga secara teratur dapat memilihara jantung, peredaran darah, dan
frekwensi nadi. Umumnya semua orang mengetahui bahwa olahraga adalah baik
untuk kita, tetapi hanya sedikit orang yang mengetahui bahwa olahraga adalah
mutlak perlu untuk kesehatan kita, oang yang selalu berolahraga mempeoleh tenaga
yang lebih besar karena olahraga menghasilkan lebih banyak tenaga dari pada tenaga
yang dipakainya pada saat berolahraga. Dibandingkan dengan orang yang tidak
pernah berolahraga.
Kadang-kadang dalam kehidupan sehari-hari kita membandingkan bagaimana
kesanggupan kita melakukan aktivitas dengan orang lain. Misalnya ketika menaiki
gedung dengan tangga bersama teman, ada yang merasa sangat lelah dan adapula
yang terlihat biasa saja. Hal ini dipengaruhi oleh kebugaran jasmani setiap orang.
Orang yang sering berolahraga, tubuhnya akan terbiasa atau beradaptasi sehingga
ketika melakukan aktivitas yang berat cadangan kekuatannya lebih banyak
dibandingkan dengan yang jarang berolah raga. Selain itu, orang yang rajin berolah
raga juga memiliki kerja jantung yang baik dan berujung pada lebih rendahnya
tekanan darah dibanding yang jarang berolah raga.
Oleh karena itu, mengetahui proses peningkatan maupun penurunan denyut nadi
dan tekanan darah menjadi penting karena kita bisa mengetahui sejauh mana
kesanggupan kita dalam melakukan aktivitas kerja. Untuk itu melakukan percobaan
Harvard adalah salah satu cara untuk mengetahui sejauh mana kesanggupan kita
dalam melakukan aktivitas kerja. Tes Harvard adalah salah satu jenis tes stress
jantung untuk mendeteksi atau mendiagnosa penyakit kardiovaskuler. Tes ini juga
baik digunakan dalam penilaian kebugaran, dan kemampuan untuk pulih dari kerja
berat. Semakin cepat jantung berdaptasi (kembali normal), semakin baik kebugaran
tubuh.
B. Tujuan
Adapun tujuan dari percobaan ini adalah untuk menentukan kesanggupan badan
untuk melakukan suatu kerja (menentukan kapasitas kerja).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Harvard
Harvard Step Test adalah salah satu jenis tes stress jantung untuk mendeteksi dan
atau mendiagnosa kelainan kardiovaskuler. Tes ini juga salah satu ukuran yang
bagus bagi kebugaran dan kemampuan untuk pulih dari olahraga berat. Semakin
cepat jantung kembali normal maka semakin bugar tubuhnya (Healt, 2009)
Tes ini bermanfaat bagi penilaian kemampuan fisik seseorang.
1. Kelebihan tes Harvard
a. sederhana
b. Mudah untuk dilakukan Peralatannya
c. Dapat dikelolah sendiri
2. Kekurangan tes Harvard
a. Tingkat stres tinggi
b. Tidak dapat dilakukan untuk anak-anak
c. Dipengaruhi oleh variasi maksimum detak jantung.
Gambar :2.1 Percobaan Harvard (Harvard Step Test)
B. Otot
1. Defenisi otot
Otot ialah jaringan yang mempunyai kemampuan khusus yaitu berkontraksi.
Dan dengan jalan demikian maka gerakan terlaksana. Otot terdiri atas serabut
silindris yang mempunyai sifat yang sama dengan sel dari jaringan lain. semua
ini diikat menjadi berkas-berkas serabut kecil oleh sejenis jaringan ikat yang
mengandung unsur kontraktil (Andrian, 2008).
2. Jenis - Jenis Otot
Menurut smith (2005),
Otot secara umum dibagi atas tiga jenis yaitu, otot rangka, otot jantung, dan
otot polos.
a. Otot rangka
Gambar:2.2 otot rangka
Otot rangka adalah salah satu organ dari sistem otot. Penyusun utama dari
otot rangka adalah jaringan otot, jaringan saraf, darah dan jaringan penghubung.
Otot rangka seseorang adalah tersendiri dari otot dan mengadakan posisi oleh
lapisan dari jaringan saraf tebal yaitu fascia.
Otot rangka merupakan massa yang besar yang menyusun yang menyusun
jaringan otot somatik. Gambaran garis – lintang sangat jelas, tidak berkontraksi
tanpa adanya rangsangan dari saraf, tidak ada hubungan anatomik dan fungsional
antara sel – selnya. Otot rangka tersusun dari serat – serat yang merupakan unit
penyusun (“building blocks”) sistem otot dalam arti yang sama dengan neuron
yang merupakan unit penyusun sistem saraf. Hampir setiap otot rangka berawal
dan berakhir di tendo, dan serat – serat otot rangka tersusun sejajar di antara
ujung – ujung tendo, sehingga daya kontraksi setiap unit akan saling menguatkan
b. Otot polos
Gambar :2.3 otot polos
Meskipun otot polos bukan satu kategori tunggal homogen. Otot pols
dibedakan secara secara anatomis dari otot rangka dan otot jantung, karena otot
polos tidak memperlihatkan adanya gambaran garis lintang. Memiliki aktin dan
miosin – II yang menggeser satu pada yang lainnya untuk menghasilkan
kontraksi. Akan tetapi fiamen – filamen itu tidak tertata dalam susunan yang
teratur, seperti pada ototrangka dan otot jantung, sehingga tidak memperlihatkan
garis lintang. Otot polos juga mengandung tropomiosin, tetapi tampaknya tidak
memiliki troponin. Bentuk isoform aktin dan miosin berbeda dengan yang
terdapat pada otot rangka. Terdapat retikulum sarkoplasmi tetapi tidak
berkembang dengan baik. Secara umum otot polos memiliki sedikit mitokondria,
dan sangat bergantung kepada proses glikolisis untuk memenuhi kebutuhan
metabolismenya.
c. Otot jantung
Gambar :2.4 otot jantung
Otot jantung merupakan jaringan istimewa karena jika dilihat dari bentuk dan
susunannya sama dengan otot serat lintang, tetapi cara kerjanya menyerupai otot
polos yaitu diluar kemauan/ bekerja secara tak sadar (dipengaruhi oleh susunan
syaraf otonom (Syiham, 2010)
3. Kontraksi Otot
Menurut syaifuddin (2009)
Mekanisme Umum dalam Kontraksi Otot :
a. Potensial aksi berjalan sepanjang saraf motorik sampi ke ujung serat saraf
b.Setiap ujung saraf menyekresi substansi neurotransmitter yaitu asetilkolin,
dalam jumlah sedikit.
c. Asetilkolin bekerja untuk area setempat pada membran serat otot untuk
membuka saluran asetikolin banyak kanal melalui molekul-molekul protein
yang terapung dalam membrane serat otot.
d.Terbukanya saluran kanal menimbulkan sejumlah besar ion natrium mengalir
ke bagian dalam membran serabut otot pada titik terminal saraf. Peristiwa ini
akan menimbulkan suatu potensial aksi serat saraf.
e. Potensial aksi akan berjalan sepanjang membran saraf otot dengan cara yang
sama seperti potensial aksi berjalan sepanjang membran saraf.
f. Potensial aksi akan menimbulkan depolarisasi membrane serat otot, berjalan
dalam serabut otot dimana potnsial aksi menyebabkan retikulum sarkolema
melepaskan sejumlah ion kalsium, yang disimpan dalam retikulum ke dalam
miofibril.
g. Ion kalsium menimbulkan kekuatan menarik antara filamen aktin dan miosin
sehingga menyebabkan gerakan bersama-sama dan menghasilkan kontraksi.
h.Setelah kurang lebih satu detik, kalsium di pompa kembali ke dalam retikulum
sarkolema tempat ion-ion disimpan sampai potensial aksi otot yang baru lagi.
C. Gangguan Pada Otot Manusia
Menurut Godam (2007),
Pada manusia terdapat beberapa masalah atau gangguan kesehatan pada otot
yang terdapat pada tubuh yaitu :
1. Kelelahan Otot
Kelelahan otot adalah suatu keadaan di mana otot tidak mampu lagi
melakukan kontraksi sehingga mengakibatkan terjadinya kram otot atau kejang-
kejang otot.
2. Astrofi Otot
Astrofi otot adalah penuruunan fungsi otot akibat dari otot yang menjadi
kecil dan kehilangan fungsi kontraksi.
3. Distrofi Otot
Disrtofi otot adalah suatu kelainan otot yang biasanya terjadi pada anak-anak
karena adanya penyakit kronis atau cacat bawaan sejak lahir.
4. Kaku Leher/stiff
Kaku leher adalah suatu kelainan yang terjadi karena otot yang radang/
peradangan otot trapesius leher karena salah satu gerakan atau adanya bentakan
pada leher serta menyebabkan rasa nyeri dan kaku pada leher.
5. Hipotrofi Otot
Hipotrofo otot adalah suatu jenis kelainan pada otot yang menyebabkan otot
menjadi lebih besar dan tampak kuat disebabkan karena aktivitas otot yang
berlebihan yang umumnya karena kerja dan olahraga berlebih.
6. Hernis Abdomonal
Hernis abdominal adalah kelainan pada dinding otot perut yang mengakibatkan
penyakit hernia.
D. Pengaruh Aktivitas Terhadap kardiovaskuler
1. Frekuensi Denyut Jantung
Frekuensi denyut jantung merupakan parameter sederhana dan mudah diukur
dan cukup informatif untuk faal kardiovaskuler. Pada keadaan istirahat frekuensi
denyut jantung berkisar antara 60-80 per menit. Hal ini mudah dideteksi dengan
cara palpasi maupun dengan menggunakan alat seperti pulsemeter, cardiac
monitoring dan sebagainya. Tempat pengukuran dapat di a. radialis, a. carotis,
dan pada apex jantung sendiri. Frekuensi denyut jantung terendah diperoleh pada
keadaan istirahat berbaring. Pada posisi duduk sedikit meniungkat dan posisi
berdiri meningkat lebih tinggi dari posisi duduk. Hal ini disebabkan oleh efek
gravitasi yang mengurangi jumlah isi sekuncup. Frekuensi maksimal denyut
jantung = 220 – usia dengan standar deviasi ± 10 denyut.
2. Curah Jantung/ Cardiac Output (CO)
Curah jantung adalah volume darah yang dipompa oleh jantung, khususnya
oleh ventrikel selama satu menit. Satuannya dalam dm3 min-1 (1 dm3 sebanding
dengan 1000 cm3 atau 1 liter).
Variasi produksi curah jantung dapat disebabkan oleh perubahan dari denyut
jantung dan volume sekuncup. Denyut jantung terutama dikontrol oleh
persarafan jantung, rangsangan simpatis, meningkatkan denyut jantung dan
perangsangan parasimpatis menurunkannya. Ketika kekuatan kontraksi naik
tanpa peningkatan serabut yang lama, maka darah banyak yang tertinggal dalam
ventrikel dan peningkatan fase ejeksi dan akhir dari fase sisitol yaitu volume
darah dalam ventrikel berkurang (Guyton, 2007)
3. Volume Sekuncup (Stroke Volume)
Volume sekuncup adalah jumlah darah yang dipompa setiap kontraksi dari
ventrikel kiri dan diukur dalam ml/ kontraksi. Volume sekuncup meningkat
sebanding dengan aktivitas fisik. Pada keadaan normal (tidak dalam aktivitas
lebih) setiap orang memilki volume sekuncup rata- rata 50-70 ml/kontraksi dan
dapat meningkat menjadi 110-130 ml/kontraksi secara intensif, ketika
melakukan aktivitas fisik. Pada atlet dalam keadaaan istirahat memilki stroke
volume rata- rata 90-110 ml/ kontraksi dan meningkat setara dengan 150-220
ml/ kontraksi.
4. Arus darah
Sistem pembuluh darah bisa membawa darah kembali ke jaringan yang
membutuhkan dengan cepat dan berjalan pada daerah yang hanya membutuhkan
oksigen. Pada keadaan istirahat 15-20% suplai darah di sirkulasi pada otot seklet.
Selama melakukan aktivitas fisik, ini bisa meningkat menjadi 80-85 % dari curah
jantung. Darah akan dialirkan dari organ besar seperti ginjal, hati, perut, dan
usus. Ini akan meneruskan aliran ke kulit untuk memproduksi panas. Bila suatu
otot berkontraksi, kompresi pembuluh darah akan terjadi di dalamnya. Jika
tegangan yang terjadi lebih besar daripada 70% tegangan maksimum, aliran
darah akan terhenti sama sekali. Namun, diantara kontraksi aliran darah akan
sangat meningkat sehingga aliran darah persatuan waktu di suatu ototr yang
berkontraksi secara ritmik meningkat sampai 30 kali lipat.
Sistem sirkulasi secara fungsional menyediakan aliran darah ke seluruh
jaringan tubuh. Kemudian membawa oksigen dan nutrisi ke sel dan mengambil
karbon dioksida. Sistem sirkulasi darah membawa oksigen dari ventrikel kiri melalui arteri, ke
kapiler, kembalinya darah beroksigen melalui sistem vena ke atrium kanan
jantung. Bagian lateral jantung dibatasi oleh paru-paru, posterior, dan kolom
tulang belakang, dan anterior oleh dasar tulang dada, yang melekat pada
beberapa pembuluh darah besar.
Darah dari sisi kiri jantung mengalir melalui aorta dan masuk ke arteri.
Cabang arteri ke atriol kecil dan cabang lebih lanjut kedalam pembuluh terkecil,
kapiler, di mana pertukaran hara terhambat sehingga terjadi persisitesi darah dan
jaringan terjadi.
Arus darah dari jantung ke jaringan tubuh bervariasi sesuai dengan
kebutuuhan masing-masing jariangan baik dalam kedadaan istirahat maupun
pada kerja fisik. Jumlah absolut darah yang ke otak selalu tetap/ konstan, ke otot
dan jantung jumlah darah akan meningkat sesuai dengan bertambahnya beban
kerja sedangkan yang ke ginjal, lambung dan usus akan berkurang pada beban
kerja yang meningkat
5. Tekanan Darah
Dalam keadaaan istirahat, sistole tipikal individu (normal) adalah 110-140
mmHg dan 60-90 mmHg untuk tekanan darah diastol. Selama aktivitas fisik
tekanan sistol, tekanan selama kontraksi jantung (disebut sistol) bisa meningkat
sampai 2000 mmHg dan maksimum pada 250 mmHg yang bisa terjadi pada
atlet. Tekanan diastole relatif tidak berubah secara signifikan ketika melakukan
latihan intensif. Faktanya kenaikan lebih dari 15 mmHg sehingga latihan intensif
bisa mengidentifikasi penyakit jantung koroner dan digunakan sebagai penilaian
untuk tes toleransi latihan.
Tekanan darah selama kerja fisik memperlihatkan hubungan antara
keseimbangan peningkatan curah jantung dan penurunan tekanan perifer dengan
adanya vasodilatasi pada pembuluh darah otot yang bekerja. Terlihat bahwa
tekanan sistolik akan meningkat secara progresiv sedangkan pada tekanan
diastolik tetap atau sedikit menurun.
Kedua, dan mungkin yang sama pentingnya orang sehat secara atletik memilki
cadangan kebugaran jaasmaniyang lebih banyak bila ia sedang sakit (Moeloek,
2009).
BAB III
PEMBAHASAN
A. Judul Percobaan
“ Percobaan Harvard (Harvard Step Test) “
B. Alat Yang Dibutuhkan
1. Bangku Harvard
2. Metronom
3. Stopwatch
4. Sphygnomanometer
5. Stetoskop
C. Cara Kerja
1. Sebelum percobaan di mulai metronome dengan kecepatan 30 kalipermenit yaitu
sesuai dengn kecepatan naik turun bangku yang akan dilakukan.
2. Ukurlah tekanan darah dan kecepatan denyut nadi orang coba dalam keadaan
istirahat (duduk)
3. Bila tekanan darah melebihi 160 mmHg (sistole), sebaiknya percobaan ini tidak
dilakukan pada orang tersebut.
4. Sekarang meminta orang tersebut melakukan kerja naik turun bangku Harvard
dengan kecepatan tetap 30 kali naik turun dalam satu menit sesuai dengan bunyi
metronom.
5. Kerja dilakukan sesanggup mungkin tetapi tidak melebihi 5 menit.
6. Setelah selesai dengan kerja ini orang segera diminta duduk dan ukurlah tekanan
darah dan denyut nadi orang coba.
7. Kemudian lakukan pencataant denyut nadi pada 1 menit, 2 menit, 3 menit.
Setelah percobaan (denyut nadi dihitung selama 30 detik)
Pencatatan denyut nadi:
F1 = denyut nadi/30 detik yang dihitung 1 menit sampai 1 menit 30 detik
kemudian.
F2 = denyut nadi/30 detik yang dihitung 2 menit sampai 2 menit 30 detik
kemudian.
F3 = denyut nadi/30 detik yang dihitung 3 menit sampai 3 menit 30 detik
kemudian.
8. Menghitung Indeks Kesanggupan Badan (IKB) dengan memakai rumus berikut:
RUMUS INDEKS KESANGGUPAN BADAN
Cara Cepat:
IKB = T X 100
5,5 F1
Cara Lambat:
IKB = T X 100
2 (F1 + F2 + F3)
Ket : T = lamanya orang turun naik (dalam detik)
PENILAIAN
Cara cepat < 50 : kesanggupan kurang
50 – 80 : kesanggupan sedang
>80 : kesanggupan baik
Cara lambat < 55: kesanggupan kurang
55 – 64 : kesanggupan sedang
>64 kesaanggupan baik
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Percobaan
Nama : Tuan A
Umur : 19 tahun
Pekerjaan : Mahasiswa
Jenis kelamin : Laki-laki
1. Sebelum beraktifitas
Tekanan darah : 120/90 mmHg
Denyut nadi : 68/i
2. Saat beraktifitas
T = 125/100
3. Sesudah beraktifitas
Tekanan darah :
F1 = 46
F2 = 38
F3 = 36
Indeks Kesanggupan Badan (IKB) orang coba adalah
a. Cara cepat
IKB = T X 100
5,5 F1
IKB = 300 X 100
5,5 X 46
= 118,57 (kesanggupan baik)
b. Cara lambat
IKB = 300 X 100
2(F1+F2+F3)
IKB = 300 X 100
2(46+38+36)
= 125 (kesanggupan baik)
B. Analisis Hasil Percobaan
Pada percobaan diatas di dapatkan hasil yaitu, tekanan darah orang coba pada
saat istirahat adalah 120/90 mmHg dan denyut nadinya yaitu 68 kali permenit,
adalah normal karena orang coba belum melakukan aktifitas fisik apapun. Kemudian
tekanan darah orang coba sesudah melakukan kegiatan naik turun bangku harvard
yaitu 130/100 mmHg dan denyut nadi pada F1 adalah 46 kali per 30 detik, F2
sebanyak 38 kali per 30 detik dan F3 sebanyak 36 kali per 30 detik Pada orang coba
dapat dilihat bahwa terjadi peningkatan tekanan darah (diastole). Hal ini disebakan
karena kardiak output jantung yang keaktivitasannya meningkat, organ tubuh lain
juga akan memerlukan suplai O2 dan nutrisi yang di dapatkan dari jantung. Oleh
karena itu, kardiak output juga perlu ditingkatkan agar kebutuhan tersebut terpenuhi.
Karena peningkatan kardiak output inilah dimana darah akan lebih banyak dipompa
melalui aorta sehingga berpengaruh dalam peningkatan tekanan darah dimana
peningkatan ini mengakibatkan gelombang tekanan yang berjalan di sepanjang arteri
semakin cepat dan selanjutnya akan mengakibatkan denyut nadi meningkat.
Dalam pengaliran darah ke seluruh tubuh ketika beraktivitas, pembuluh darah
disekitar otot akan mengalami vasodilatasi (lebih besar) agar darah lebih banyak
dialirkan. Vasodilatasi ini akan berlanjut pada penurunan tahanan perifer. Hal ini
dapat diandaikan dengan dua buah pipa yaitu pipa kecil dan pipa besar. Tentunya
pipa kecil akan memilki tahanan yang lebih besar dibandingkan dengan pipa besar.
Selain itu, tekanan pada pipa besar lebih rendah dibandingkan pipa kecil demikian
halnya dengan pembuluh darah. Selain itu peningkatan kardiak output juga
dipengaruhi oleh peningkatan aliran balik vena akibat dari meningkatnya tonus otot
karena pergerakan fisik dan penurunan tekanan intratorak. Penurunan tekanan
intratorak merupakan akibat dari reaksi tubuh yaitu inspirasi yang dalam pemenuhan
kebutuhan O2 untuk menghasilkan energi. Udara mengalir dari atmosfir ke paru-paru
juga karena tekanan di atmosfir lebih tinggi dibandingkan tekanan intratorak. Karena
penurunan tekanan ini maka tekanan pada vena pada bagian ekstremitas bawah akan
lebih tinggi sehingga akan meningkatkan aliran darah ke jantung. Peningkatan
kardiak output juga dipengaruhi oleh saraf otonom yang akan merangsang saraf
simpatis sehingga denyut nadi meningkat.
Perlu diketahui bahwa perangsangan saraf simpatis akan menyebabkan
vasokontriksi pembuluh darah pada bagian tubuh yang lain kecuali pada pembuluh
di disekitar otot yang telah diuraikan sebelumnya, berhubungan dengan kardiak
output, dapat dijelaskan pula bahwa semua orang memilki kardiak output yang
sama. Akan tetapi, yang membedakan adalah pada kualitas volume sekuncup
(jumlah darah yang dikeluarkan jantung setiap kontraksi). Setiap kali jantung
berkontraksi akan menghasilkan darah yang lebih banyak dibandingkan orang biasa.
Sehingga untuk menghasilkan kardiak output yang sama dengan orang beraktifitas
berat, jantung orang biasa akan lebih banyak berkontraksi. Seperti yang kita ketahui
kardiak output didapatkan dari pengalian denyut jantung dengan volume
sekuncup.Dari sini, kita dapat menyimpulkan bahwa kontraksi jantung pada orang
yang terbiasa beraktifitas berat lebih sedikit tetapi karena volume sekuncup lebih
banyak sehingga bisa menyamai kardiak output dari orang biasa yang jantungnya
lebih banyak berkontraksi, tetapi volume sekuncupnya lebih sedikit. Kemudian
Indeks Kesanggupan badan pada orang coba berdasarkan penilaian dari data yang
ada termasuk pada tingkat kesanggupan kurang. Keadaan tersebut mungkin belum
tentu menunjukan bahwa kesanggupan menunjukan kesanggupan badan orang coba
kurang. Karena mungkin terdapat beberapa faktor misalnya beban kerja yang
diberikan tidak terlalu berat, frekuensi naik turun bangku Harvard kurang
maksimum, atau standar yang dipakai pada rumus ini merupakan standar dari lur
negeri, dimana orang barat dominan memiliki kapasitas kerja lebih dibandingkan
orang indonesia. Misalnya karena faktor pemenuhan gizi dan aktifitas kerja sehari –
hari.
BAB IVPENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil percobaan di atas maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Kapasitas kerja adalah kesanggupan seseorang untuk melakukan kerja, sefisien
mungkin hingga batas kemampuan kerja.
2. Perubahan – perubahan kardiovaskuler yang terjadi akibat kerja adalah:
a. Frekuensi jantung
b. Curah jantung
c. Volume sekuncup
d. Arus darah
e. Tekanan darah
3. Berdasarkan hasil percobaan bahwa orang coba memiliki kapasitas kerja dengan
kesanggupan baik (>80)
B. Saran
Adapun saran yang bisa saya berikan adalah:
1. Agar kita selalu melakukan aktivitas sehari-hari agar terjadi homoestasis
2. otot harus sering tetap terlatih untuk aktivitas fisik atau gerak agar tidak terjadi
penurunan tonus.
DAFTAR PUSTAKA
Applegate.2004.Anatomy And Physiology. Third Edtion.Usa.Evollve.
David.2004.Hole’s Human Anatomy And Physiology. Tenth Edition: New York.
Irga. 2009. Mekanisme Pembentukan Urine. http://www.irwanashari.com.
David.2004. Hole’s Human Anatomy And Physiology.Tenth Edition: New York.
Irga. 2009. Mekanisme Pembentukan Urine. http://www.irwanashari.com.
Guyton dan Hall. 2006. Text Book Of Medical Physiology. Edisi 11.
Elsevier saunders: Pennsylvania.
Anshul. 2010 .Pengaruh Kelainan Fungsi Ginjal. In http://
Blogger Template .Last update 22 Juni 2011.
Laboratorium Ilmu Fisiologi Fakultas Ilmu KesehatanUIN Alauddin Makassar
Samata, 19 Juni 2011
PEMERIKSAAN REFLEKS FISIOLOGI
Disusun Oleh :
Nama : Aulia Rahma
NIM/kelompok : 70300111012
Pembimbing : Eny Sutria, S.Kep., Ns., M.Kes
Asisten : Khumaidi Arief, S.Kep., Ns.
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
2012
DAFTAR ISI
Halaman Sampul............................................................................................. i
Daftar Isi.......................................................................................................... ii
BAB I Pendahuluan........................................................................................ 1
A. Latar Belakang ............................................................................... 1
B. Tujuan............................................................................................... 3
BAB II Tinjauan Pustaka............................................................................... 4
A. Sel Saraf........................................................................................... 4
B. Pengertian Refleks............................................................................ 7
C. Mekanisme Gerak Refleks............................................................... 8
D. Lengkung Refleks............................................................................ 9
E. Waktu dan Kekuatan Refleks........................................................... 11
F. Sifat Umum Refleks......................................................................... 12
G. Derajat Refleks................................................................................. 13
H. Macam-macam Gerak Refleks......................................................... 14
BAB III Hasil dan Pembahasan.................................................................... 17
A. Tujuan Pecobaan.................................................................................... 17
B. Alat yang dibutuhkan ............................................................................ 17
C. Cara Kerja.............................................................................................. 17
D. Hasil Percobaan...................................................................................... 20
E. Analisa Hasil Percobaan........................................................................ 20
BAB IV Penutup............................................................................................. 24
A. Kesimpulan ........................................................................................... 24
B. Saran ...................................................................................................... 24
Daftar Pustaka ............................................................................................... iii
Lampiran
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Baik disadari maupun tidak, tubuh kita selalu melakukan gerak.
Bahkanseseorang yang tidak memiliki kesempurnaan pun akan tetap melakukan
gerak. Saat kita tersenyum,mengedipkan mata atau bernapas sesungguhnya telah
terjadi gerak yang disebabkanoleh kontrasi otot. Gerak terjadi begitu saja. Gerak
terjadi melalui mekanisme rumit dan melibatkan banyak bagian tubuh.Terdapat
banyak komponen – komponen tubuh yang terlibat dalam grak iniBaik itu
disadari maupun tidak disadari. Gerak adalah suatu tanggapan tehadap
rangsangan baik itu dari dalam tubuh maupun dari luar tubuh. Gerak merupakan
pola koordinasi yang sangat sederhana untuk menjelaskan penghantaran impuls
oleh saraf
(http://thetom022.brids.com/2008/01/15/gerak-reflek-pada-manusia).
Dan dalam melakukan gerak tubuh kita melakukan banyak koordinasi dengan
perangkat tubuh yang lain.Hal ini menunjukkan suatu kerja sama yang
siergis.Kita dapat bayangkan diri kita berada dalam sebuah lorong yang gelap
Semua indera kita pun akan siap siaga.Telinga pasti akan mendengar segala
sesuatu sehalus apa pun. Kemudian kita menabrak sesuatu. Dalam keadaan
seperti itu diri kita pasti refleks melompat bahkan akan menjerit. Denyut jantung
akan cepat dan secara refeks kita pun berlari. Begitulah salah satu contoh gerak
refleks yang terjadi pada diri kita
(http://thetom022.brids.com/2008/01/15/gerak-reflek-pada-manusia).
Seluruh mekanisme gerak yang terjadi di tubuh kita tak lepas dari peranan
system saraf. Sistem saraf ini tersusun atas jaringan saraf yang di dalamnya
terdapat sel-sel saraf atau neuron. Meskipun system saraf tersusun dengan sangat
kompleks,tetapi sebenarnya hanya tersusun atas 2 jenis sel,yaitu sel saraf dan sel
neuroglia
(http://thetom022.brids.com/2008/01/15/gerak-reflek-pada-manusia).
Sistem saraf adalah salah satu organ yang berfungsi untuk menyelenggarakan
kerja sama yang rapi dalam organisasi dan kordinasi kegiatan tubuh. Dengan
pertolongan saraf kita dapat mengisap suatu rangsangan dari luar pengendalian
pekerja otot(Setiadi, 2007).
Gerak pada umumnya terjadi secara sadar, namun, ada pula gerak yang terjadi
tanpa disadari yaitu gerak refleks. Impuls pada gerakan sadar melalui jalan panjang,
yaitu dari reseptor, ke saraf sensori, dibawa ke otak untuk selanjutnya diolah oleh
otak, kemudian hasil olahan oleh otak, berupa tanggapan, dibawa oleh saraf motor
sebagai perintah yang harus dilaksanakan oleh
efektor(http://thetom022.brids.com/2008/1/15/gerak-refleks-pada-manusia/).
Gerak refleks berjalan sangat cepat dan tanggapan terjadi secara otomatis
terhadap rangsangan, tanpa memerlukan kontrol dari otak. Jadi dapat dikatakan
gerakan terjadi tanpa dipengaruhi kehendak atau tanpa disadari terlebih dahulu.
Contoh gerak refleks misalnya berkedip, bersin, atau batuk. Dimana gerak refleks
ini merupakan gerak yang dihasilkan oleh jalur saraf yang paling sederhana. Jalur
saraf ini dibentuk oleh sekuen dari neuron sensorik ,interneuron, dan neuron
motorik, yang mengalirkan impuls saraf untuk tipe refleks tertentu. Gerak refleks
yang paling sederhanahanya memerlukandua tipe sel saraf, yaitu neuron sensorik
dan neuron motorik. Gerak refleks bekerja bukanlah dibawah kesadaran dan
kemauan seseorang(http://thetom022.brids.com/2008/1/15/gerak-refleks-pada-
manusia/).
Pada gerak refleks, impuls melalui jalan pendek atau jalan pintas, yaitu dimulai
dari reseptor penerima rangsang, kemudian diteruskan oleh saraf sensori ke pusat
saraf, diterima oleh set saraf penghubung (asosiasi) tanpa diolah di dalam otak
langsung dikirim tanggapan ke saraf motor untuk disampaikan ke efektor, yaitu otot
atau kelenjar. Jalan pintas ini disebut lengkung refleks. Gerak refleks dapat
dibedakan atas refleks otak bila saraf penghubung (asosiasi) berada di dalam otak,
misalnya, gerak mengedip atau mempersempit pupil bila ada sinar dan refleks
sumsum tulang belakang bila set saraf penghubung berada di dalam sumsum tulang
belakang misalnya refleks pada lutut(http://thetom022.brids.com/2008/1/15/gerak-
refleks-pada-manusia/).
B. Tujuan Percobaan
1. Mempelajari cara-cara pemeriksaan reflex fisiologis pada manusia.
2. Melihat ada tidaknya gangguan konduksi impuls pada sistem saraf
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Sel Saraf
Sistem saraf ialah serangkaian organ yang kompleks dan bersambungan serta
terdiri terutama dari jaringan saraf. Dalam mekanisme sistem saraf, lingkungan
internal dan stimulus eksternal dipantau dan diatur. Kemampuan khusus seperti
iritabilitas, atau sensitivitas terhadap stimulus, dan konduktivitas, atau kemampuan
untuk mentransmisi suatu respons terhadap srimulasi. Diatur oleh sistem saraf
dalam tiga cara utama(Ethel Sloane, 2004).
1. Input sensorik. Sistem saraf menerima sensasi atau stimulus melalui
reseptor yang terletak di tubuh baik eksternal ( reseptor somatik) maupun
internal (reseptor viseral).
2. Aktivitas integratif. Reseptor mengubah stimulus menjadi impuls listrik
yang menjalar disepanjang saraf sampai ke otak dan medulla spinalis, yang
kemudian akan menginterpretasi dan mengintegrasi stimulus. Sehingga
respons terhadap informasi bisa terjadi.
3. Output motorik. Impuls dari otak dan medulla spinalis memperoleh respons
yang sesuai dari otot dan kelenjar tubuh. Yang disebut sebagai
efektor(Ethel Sloane, 2004).
Sistem saraf terdiri dari jutaan sel saraf (neuron). Fungsi sel saraf adalah
mengirimkan pesan (impuls) yang berupa rangsang atau tanggapan. Sel neuron
adalah sel saraf yang merupakan suatu unit dasar dari sistem saraf. Sel ini bertugas
melanjutkan informasi dari organ penerima rangsangan kepusat susunan saraf dan
sebaliknya(http://kambing.ui.ac.id. 13 juli 2009.15.45 wita)
Setiap neuron terdiri dari satu badan sel yang di
dalamnya terdapat sitoplasma dan inti sel. Dari
badan sel keluar dua macam serabut saraf, yaitu
dendrit dan akson (neurit)
(http://kambing.ui.ac.id. 13 juli 2009.15.45
wita).
Dendrit berfungsi mengirimkan impuls ke
badan sel saraf, sedangkan akson berfungsi
mengirimkan impuls dari badan sel ke jaringan
lain. Akson biasanya sangat panjang.
Sebaliknya, dendrit
pendek(http://kambing.ui.ac.id. 13 juli
2009.15.45 wita).
Akson yang diperbesar Gambar Struktur Sel Saraf
G
amb
ar
Stru
ktur
Sel
Sara
f
Neuron mempunyai fungsi yang sangat besar untuk menerima
mengintegrasikan dan menyebarkan informasi pada sel lain. Neuron terdiri atas tiga
bagian: dendrit, yang mana mempunyai proses yang panjang dari lingkungan atau
dari neuron lain, sel tubuh, dimana berisikan nukleus, dan akson yang panjangnya
kira – kira 1 meter yang mengkonduksikan impuls ke kelenjar atau neuron
lain(William F. Ganong, Access Medicine).
Ada tiga tipe dari struktur neuron, multipolar neuron, bipolar neuron, dan
unipolar neuron. Multipolar neuron mempunyai banyak dendrit dan satu akson
utama. Bipolar neuron mempunyai hanya satu akson dan satu dendrit, unipolar
neuron terdiri dari sel tubuh dan satu proses dimana umumnya pada bagian
akson(Robert Bauman, 2008).
Meskipun system saraf tersusun dengan sangat kompleks,tetapi sebenarnya
hanya tersusun atas 2 jenis sel,yaitu sel saraf dan sel
neuroglia(http://thetom022.brids.com/2008/1/15/gerak-refleks-pada-manusia/).
1. Sel saraf sensorik
Sel saraf sensorik adalah sel yang membawa impuls berup rangsangan
dari reseptor (penerima rangsangan), ke system saraf pusat (otak dan
sumsum tulang belakang).SEl saraf sensorik disebut juga dengan sel saraf
indera,karena berhubungan dengan alat indra.
2. Sel saraf Motorik
Sel saraf motorik berfungsi membawa impuls berupa tanggapan dari
susunan saraf pusat (otak atau sumsum tulang belakang) menuju to atau
kelenjar tubuh. Sel saraf motorik disebut juga dengan sel saraf
penggerak,karena berhubungan erat dengan otot sebagai alat gerak.
3. Sel saraf penguhubung
Sel saraf penguhubung disebut juga dengan sel saraf konektor,hal ini
disebabkan karena fungsinya meneruskan rangsangan dari sel saraf sensorik ke
sel saraf motorik
(http://thetom022.brids.com/2008/1/15/gerak-refleks-pada-manusia/).
Pembagian susunan saraf
Bagian-bagian sistem saraf ialah :
1. Sistem saraf pusat (central Nervous System, CNS)
Komponen :
a. Modula spinalis (sumsum tulang belakang)
b. Otak (otak besar, kecil, batang otak)
2. Sistem saraf tepi (Peripheal Nervous System)(Setiadi, 2007)
Komponen :
a) Sumsum saraf somatik
b) Susunan saraf otonom :
1. Susunan saraf simpatis
2. Susunan saraf para simpatis
B. Pengertian Refleks
Gerak refleks berjalan sangat cepat dan tanggapan terjadi secara otomatis
terhadap rangsangan, tanpa memerlukan kontrol dari otak. Jadi dapat dikatakan
gerakan terjadi tanpa dipengaruhi kehendak atau tanpa disadari terlebih dahulu.
Contoh gerak refleks misalnya berkedip, bersin, atau batuk.Pada gerak refleks,
impuls melalui jalan pendek atau jalan pintas, yaitu dimulai dari reseptor penerima
rangsang, kemudian diteruskan oleh saraf sensori ke pusat saraf, diterima oleh set
saraf penghubung (asosiasi) tanpa diolah di dalam otak langsung dikirim tanggapan
ke saraf motor untuk disampaikan ke efektor, yaitu otot atau kelenjar. Jalan pintas
ini disebut lengkung refleks. Gerak refleks dapat dibedakan atas refleks otak bila
saraf penghubung (asosiasi) berada di dalam otak, misalnya, gerak mengedip atau
mempersempit pupil bila ada sinar dan refleks sumsum tulang belakang bila set
saraf penghubung berada di dalam sumsum tulang belakang misalnya refleks pada
lutut(Mekanisme Pengantar Impuls in www.kambing.ui.ac.id)
Gambar Lengkung refleks yang menggambarkan mekanismejalannya impuls pada lutut yang dipukul
Dalam tubuh manusia terdapat otot dalam daging yang perlu diperhatikan.
Banyak atau tidak itu tidak dibatasi karena ada dalam daging(Guyton & Hall,
2008)
C. Mekanisme Gerak Refleks
Gerak refleks adalah gerak yang dihasilkan oleh jalur saraf yang paling
sederhana. Jalur saraf ini dibentuk oleh sekuen neuron sensor, interneuron,dan
neuron motor, yang mngalirkan impuls saraf untuk tipe reflek tertentu. Gerak
refleks yang paling sederhana hanya memerlukan dua tipe sel sraf yaitu neuron
sensor dan neuron motor
(http://thetom022.brids.com/2008/1/15/gerak-refleks-pada-manusia/).
Gerak refleks disebabkan oleh rangsangan tertentu yang biasanya mengejutkan
dan menyakitkan. Misalnya bila kaki menginjak paku,secara otomatis kita akan
menarik kaki dan akan berteriak. Refleks juga terjadi ketika kita membaui makanan
enak , dengan keluarnya air liur tanpa disadari. Brikut skema gerak refleks
(http://thetom022.brids.com/2008/1/15/gerak-refleks-pada-manusia/):
Gerak refleks terjadi apabila rangsangan yang diterima oleh saraf sensoris
langsung disampaikan oleh neuron perantara (neuron penghubung). Hal ini berbeda
sekali dengan mekanisme gerak biasa.
(http://thetom022.brids.com/2008/1/15/gerak-refleks-pada-manusia/).
Gerak biasa rangsangan akan diterima oleh saraf sensorik dan kemudian
disampaikan langsung ke otak. Dari otak kemudian dikeluarkan perintah ke saraf
motori sehingga terjadilah gerakan. Artinya pada gerak biasa gerakan itu diketahui
atu dikontrol oleh otak. Sehingga oleh sebab itu gerak biasa adalah gerak yang
disadari. (http://thetom022.brids.com/2008/1/15/gerak-refleks-pada-manusia/).
Regangan atrium juga menyebabkan dilatasi refleks pada arteriol aferen dalam
ginjal. Sinyal-sinyal lain juga dijalankan serentak dari atrium ke hipotalamus untuk
mengurangi sekresi hormon antideuretik. Penurunan tahanan arteriol aferen dalam
ginjal menyebabkan tekanan kapiler glomerolus meningkat, dengan demikian
menghasilkan peningkatan filtrasi cairan dalam tubulus ginjal. Pengurangan
hormone antideuretik akan mengurangi reabsorpsi air dari tubulus. Kombinasi
kedua efek ini-peningkatan filtrasi glomerulus dan penurunan reabsorbsi cairan,
meningkatkan pengeluaran cairan oleh ginjal dan mengurangi peningkatan volume
darah agar kembali menuju normal(Guyton & Hall,2008).
Peningkatan tekanan atrium juga menyebabkan peningkatan frekwensi jantung,
kadang-kadang frekuensi tersebut dapat mencapai 75 %. Sebagian kecil
peningkatan ini disebakan oleh feek langsung peningkatan volume atrium untuk
meregangkan nodus sinus. Regangan langsng semacam ini dapat meningkatkan
frekuensi sebanyak 15 persen. Tambahan kenaikan frekuensi jantung sebesar 40
sampai 60 persen disebakan oleh refleks saraf yang disebut refleks Bainbridge.
Reseptor regang pada atriumyang menyebakan refleks Bainbridge menjalanka
sinyal-sinyal aferennya melalui nervus vagus yang menuju ke medula otak.
Kemudian, sinyal-sinyal aferennya dijalarkan kembali melalui nervus vagus dan
saraf simpatis untuk meningkatka frekuensi jantung dan memperkuat kontraksi
jantung. Jadi, refleks ini membantu mencegah pembendunga darah dalam vena,
atrium dan sirkulasi pulmonal(Guyton & Hall,2008).
D. Lengkung Refleks
Proses yang terjadi pada refleks melalui jalan tertentu disebut lengkung refleks.
Komponen-komponen yang dilalui refleks(Syaifuddin, 2006) :
1. Reseptor rangsangan sensoris yang peka terhadap suatu rangsangan misalanya
kulit
2. Neuron aferen (sensoris) yang dapat menghantarkan impuls menuju ke
susunan saraf pusat (medulla spinalis-batang otak)
3. Pusat saraf (pusat sinapas) tempat integrasi masuknya sensoris dan dianalisis
kembali ke neuron eferen.
4. Neuron eferen (motorik) menghantarkan impuls ke perifer.
5. Alat efektor merupakan tempat terjadinya reaksi yang di wakili oleh
sermonosInt otot atau kelenjar.
Reseptor adalah suatu struktur khusus yang peka terhadap suatu bentuk energy
tertentu, dan dapat mengubah bentuk energi menjadi aksi-aksi potensial listrik atau
impuls-impuls saraf . Efektor, percabangan akhir serat-serat eferen (motorik) di
dalam otot serat lintang, ototo polos, dan kelenjar (alat efektor)(Syaifuddin,2006).
Refleks dapat dikelompokkan dalam berbagai tujuan, refleks dikelompokkan
berdasarkan(Syaifuddin,2006) :
a. Letak reseptor yang menerima rangsangan :
1. Refleks ekstroseptif, timbul karena rangsangan pada reseptor permukaan
tubuh.
2. Refleks interoreseptif (viseroreseptif), timbul karena rangsangan pada alat-
alat dalam atau pembuluh darah misalnya dinding kandung kemih dan
lambung
3. Refleks proreseptif, timbul karena rangsangan pada reseptor otot rangka.
Tendon, dan sendi untuk keseimbangan sikap.
b. Bangian Saraf pusat yang terlibat
1. Refleks spinal, melibatkan neuron di medulla spinalis
2. Refleks Bulbar, melibatkan neuron di medulla oblongata
3. Refleks kortikal, melibatkan neuron korteks serbri. Sering terjadi refleks
yang melibatkan berbagai bagian pada saraf pusat. Dengan demikian
pembagian di atas tidak dapat diginakan.
c. Jenis atau ciri jawaban
1. Refleks motorik, efektornya berupa otot dengan jawaban relaksasi atau
kontraksi otot
2. Refleks sekretorik, efektornya berupa kelenjar dengan jawaban berupa
peningkatan / penururnan sekresi kelenjar,
3. Refleks vasomotor , efektornya berupa pembulu darah dengan jawaban
berupa vasodilatasi/ vasokonstriksi
d. Timbulnya Refleks.
Refleks telah timbul sejak lahir, ada juga muncul setelah memenuhi
persarafan yang dibutuhkan, dan refleks terakhir di dapat selama makhluk
berkembang berupa pengalaman hidup . Berdasarkan hal tersebut di atas refleks
di bagi dalam :
1. Refleks tidak bersyarat, refleks yang di bawah sejak lahir , bersifat mantap
tidak pernah berubah, dan dapat ditimbulkan bila ada rangsangan yang
cocok, misalnya mengisap jari pada bayi
2. Refleks bersyarat di dapat selama pertumbuhan berdasarkan pengalaman
hidup, memerlukan proses belajar . Mempunyai ciri-ciri bersifat individual
(seseorang memiliki tapi orang lain belum tentu), tidak mantap ( dapat
diperkuat dan bias hilang), dapat timbul oleh berbagai jenis rangsangan
pada beberapa jenis reseptor asal disusuli oleh rangsangan bersyarat.
e. Jumlah neuron yang terlibat (Syaifuddin, 2006):
1. Refleks monosinaps melalui satu sinaps dan dua neuron (satu neuron
aferen, satu neuron eferen) yang langsung berhubungan pada saraf
pusat.Contohnya refleks regang.
2. Refleks polisinaps melalui beberapa sinaps, terdapat beberapa interneuron
yang menghubungkan neuron eferen dengan neuron aferen, semua refleks
lebih dari satu sinaps kecuali refleks regang otot.
E. Waktu Refleks dan Kekuatan Refleks
Penghantaran kegiatan sejak pemberian rangsangan pada reseptor sampai
timbul jawaban di efektor , atau masa pemberian rangsangan hingga timbul
jawaban. Waktu refleks ini ditentukan oleh perlambatan rangsangan pusat yang
dialami terutama bila melalui sinaps, gangguan pada masing-masing bagian
lengkung refleks dapat mempengaruhi waktu refleks(Syaifuddi, 2006).
Sering terjadi jawaban refleks terus berlangsung meskipun rangsangan sudah
lama dihentikan. Hal ini disebut lama refleks atau aksi ikutan refleks. Hal ini karena
adanya susuanan hubungan neuron berupa rantai tertutup atau rantai terbuka impuls
yang berputar-putar anatar neuron tersebut, meskipun rangsangan sudah dihentikan
serat eferen terus mendapat rangsangan dari interneuron sehingga menyebabkan
jawan refleks akan tetap terjadi (Syaifuddin, 2006).
Kekuatan refleks ditentukan oleh kekuatan rangsangan serta lama pemberian
rangsangan. Bila diberikan dengan kekuatan yang lebih besar maka lebih banyak
reseptor yang terlihat .Bila lebih banyak serat eferen yang menerusakan ke saraf
pusat akan lebih banyak serat eferen terlihat menenruskan kegiatan ke efektor yang
akan mengakibatkan peningkatan jawaban efektor(Syaifuddin, 2006).
F. Sifat Umum Refleks
Sifat – sifat refleks monosinaptik dan polisinaptik tampak bahwa aktifitas
refleks bersifat stereotipik dan khas baik dalam hal rangsangan maupun responnya;
rangsangan tertentu akan mencetuskan respon tertentu(Ganong, 2008).
1. Rangsangan Adekuat
Rangsangan yang memicu terjadinya refleksumumnya sangat tepat (presisi).
Rangsangan ini dinamakan rangsangan adekuat untuk refeks tersebut. Suatu
contoh yang jelas adalah refleks menggaruk pada anjing.
2. Jalur Bersama Akhir
Neuron motorik yang mempersarafi serabut ekstrafusal otot rangka merupakan
bagian eferen dari berbagai lengkung refleks. Seluruh pengaruh persarafan yang
memengaruhi kontraksi otot pada akhirnya akan tersalur melalui lengkung
refleks ke otot tersebut, dan karena itu dinamakan jalur bersama akhir.
3. Berbagai Keadaan Eksitasi Dan Inhibisi Sentral
Penyebaran ke atas dan ke bawah di sepanjang medula spinalis karena pengaruh
penggabungan daerah bawah ambang yang ditimbulkan oleh rangsangan
eksitasi. Efek inhibitoriklangsung dan prasinaps juga dapat menyebar. Efek ini
pada umumnya bersifa sementara. Namun, medula spinalis juga menunjukkan
perubahan eksitabilitas yang berkepanjangan, yang mungkin disebabkan oleh
aktifitas pada sirkuit bergema atau pengaruh mediator sinaps yang
berkepanjangan. Istilah ini digunakan untuk menggambarkan keadaan
berkepanjangan yang memperlihatkan pengaruh eksitasi mengalahkan pengaruh
inhibisi atau sebaliknya.
4. Habituasi dan Sensitisasi Respons Refleks
Refleks bersifat stereotipik tidak menghilangkan kemungkinan bahwa respon
tersebut dapat berubah melalui pengalaman(Ganong, 2008).
G. Derajat Refleks
Hilangnya refleks adalah sangat berarti,walaupun sentakan pergelangan kaki
(reflex Achilles) yang tidak ada, terutama pada lansia. Respon refleks sering
dikelaskan antara 0 samapai 4+,yaitu(Brunner & Suddarth, 2002):
4+ :hiperaktif dengan klonus terus-menerus
3+ : hiperaktif
2+ : normal
1+ : hipoaktif
0 : tidak ada refleks(Brunner & Suddarth, 2002).
Seperti diuraikan sebelumnya, peringkat skala sangat subjektif. Bila
menggunakan tersebut temuan dituliskan dengan pecahan, yang menunjukkan
rentang skala(mis 2/4). Beberapa orang penguji lebih suka menggunakan dalam
bentuk ada, tidak ada dan berkurang ketika menggambarkan refleks(Brunner &
Suddarth, 2002).
H. Macam – Macam Gerak Refleks.
1. Refleks Biseps
Gambar Refleks Biseps
Refleks bisep didapat melalui peregangan tendon biseps pada siku dalam
keadaan fleksi. Orang yang menguji menyokong lengan bawah dengan satu
tangan sambil menempatkan jari telunjuk dengan menggunakan palu refleks.
Respon normal dalam fleksi pada siku dan kontraksi biseps(Brunner &
Suddarth, 2002).
2. Refleks Triseps
Gambar Refleks Triseps
Untuk menimbulkan refleks triseps, lengan pasien difleksikan pada siku
dan diposisikan di depajn dada. Pemeriksaan menyokong lengan pasien dan
mengidentifikasi tendon triseps dengan mempalpasi 2,5- 5 cm di atas siku.
Pemukulan langsung pada tendon normalnya menyebabkann kontraksi otot
triseps dan ekstensi siku(Brunner & Suddarth, 2002).
3. Refleks Brakhioradialis
Pada saat pengkajian refleks brakhioradialis, pennguji meletakkan lengan
pasien di atas meja laboratorium atau disilangkan di atas perut, ketukkan palu
dengan lembut 2,5 sampai 5 cm di atas siku. Pengkajian ini dilakukan dengan
lengan dalam keadaan fleksi supinasi(Brunner & Suddarth, 2002).
4. Refleks Patella
Gambar Refleks Patella
Refleks patella ditimbulakan dengan cara mengetok tendon patella tepat
dibawah patella. Pasien dalam keadaan duduk atau tidur telentang. Jika pasien
telentang, pengkaji menyokong kaki untuk memudalikan relaksasi otot.
Kontraksi Quadriseps dan ekstensi lutut adalah respons normal(Brunner &
Suddarth, 2002).
5. Refleks Ankle
Buat pergelangan kaki dalam keadaan rileks, kaki dalam keadaan dorso
fleksi pada pergelangan kaki dan palu diketok pada bagian tendon Achilles.
Refleks normal yang muncul adalah fleksi pada bagian plantar . jika penguji
tidak dapat menimbulkan refleks pergelangan kaki dan kemungkinan tidak
dapat rileks, pasien di instruksikan untuk berlutut pada sebuah kursi atau
tingginya sama dengan penguji. Tempatkan pada pergelangan kaki dengan
posisi dorso fleksi dan kurangi tegangan otot gastroknemeus. Tendon Achilles
di gores menurun dan terjadi fleksi plantar(Brunner & Suddarth, 2002).
6. Klonus
Bila terjadi refleks yang hiperaktif, maka keadaan ini di sebut klonus. Jika
di buat dorso fleksi dengan tiba – tiba, dapat mengakibatkan dua atau tiga kali
“gerakan ” sebelum selesai pada posisi istirahat. Kadang – kadang pada
penyakit SSP terdapat aktivitas ini dengan kaki tidak mampu istirahat di mana
tendon menjadi longgar tetapi aktifitas berulang – ulang. Tidak terus menerus
klonus dihubungkan dengan keadaan normal tetapi rileks hiperaktif tidak
dipertimbangkan sebagai keadaan patologis. Klonus yang terus menerus
indikasi adanya penyakit SSP dana membutuhkan evaluasi dokter(Brunner &
Suddarth, 2002).
7. Refleks Kontraksi Abdominal
Refleks superfisial yang ada di timbulkan oleh goresan pada kulit dinding
abdomen atau pada sisi paha untuk pria. Hasil yang di dapat adalah kontraksi yang
tidak disadari otot abdomen, dan selanjutya menyebabkan skrotum tertarik
(Brunner & Suddarth, 2002).
SINDROMA “THORACIC OUTLET”
Sindroma “Thoracic Outlet” merupakan gejala dan tanda yang terjadi akibat penekanan
arteri subklavia dan pleksus brakhialis pada pintu atas rongga dada antara koste pertama
dengan klavikula. Sindroma ini terjadi dari rasa nyeri dan parestesia pada leher, bahu,
lengan, dan tangan (C8 – T1), kelemahan tangan, perubahan warna kulit tangan yaitu
jari-jari menjadi pucat, dan pada penggunaan anggota gerak atas gejala-gejala tersebut
makin jelas. Gejala lain tergantung pada titik berat penekanan, pembuluh darah atau
saraf, dapat dijumpai adanya “bruit” pada daerah supraklavikularis, pulpasi nadi radialis
yang melemah atau hilang, kelemahan tangan disertai gangguan sensorik, dan nyeri
yang dapat ditimbulkan dengan penekanan pada fosa supraklavikularis atau dengan
mengangkat lengan. Kadang didapatkan kelainan transversus C7(Howard & Lawrence,
2008).
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Tujuan percobaan
1. Memperoleh cara-cara pemeriksaan refleks yang fisiologis pada manusia
2. Melihat ada tidaknya gangguan konduksi impuls pada sistem saraf
B. Alat Dan Bahan
Alat yang dibutuhakan adalah :
1. Palu perkusi
2. Lampu senter
3. Kapas
4. Jarum
5. Baki alat
C. Prosedur Kerja
1. Refleks Kulit Perut
Orang coba berbaring terlentang dengan kedua tangan terletak lurus disamping
badan. Goreslah kulit daerah abdomen dari lateral ke arah umbilicus. Respon
yang terjasi berupa kontraksi otot dinding perut.
2. Reflex Perioust Radialis
Lengan bawah orang coba setengah \difleksikan pada sendi siku dan tangan
sedikit dipronasikan. Ketuklah periosteum pada ujung distal os radii. Respon
berupa fleksi lengan bawah pada siku dan supinasi tangan .
3. Refleks Perioust Ulnaris
Lengan bawah orang coba setengah difleksikan pada sendi siku dan tangan
antara pronasi dan supinasi. Ketuklah pada perioust prosessus stilodeus. Respon
berupa pronasi tangan.
4. Knee Pess Reflex (KPR)
Orang coba duduk pada tempat yang agak tinggi sehingga kedua tungkai akan
tergantung bebas atau orang coba berbaring terlentang dengan fleksi tungkai
pada sendi lutut. Ketuklah tendo patella dengan hammer sehingga terjadi
ekstensi tungkai disertai kontraksi otot kuadriseps.
5. Achilles Pess Peflex (APR)
Tungkai difleksikan pada sendi lutut dan kaki didorsofleksikan. Ketukalah tendo
Achilles, sehingga terjadi plantar fleksi dari kaki dan kontraksi otot
gastocnemius.
6. Reflex Biseps
Lengan orang coba setengah difleksikan pada sendi siku. Ketuklah pada tendo
biseps akan menyababkan flesi lengan siku dan tampak kontraksi otot biseps.
7. Reflex Triseps
Leangan bawah difleksikan pada sendi siku sedikit dipronasikan. Ketuklah pada
tendo triseps 5 cm diatas siku akan menyebabkan ekstensi tangan dan kontraksi
otot triseps.
8. Wtihdrawl Reflex
Lengan orang coba diletakkan diatas meja dalam keadaan ekstensi. Tunggulah
sampai orang coba tidak melihat saudara,tusuklah dengan hati-hati dan cepat
kulit tangan dengan jarum suntik steril,sehalus mungkin agar tidak melukai
orang coba. Respon berupa flaksi lengan tersebut menjauhi stimulus.
D. Hasil Percobaan
Hasil percobaan yang telah dipraktekkan adalah sebagai berikut:
Identitas orang coba :
Nama : Tn.A
Umur : 19 tahun
BB : 55 kg
Jenis percobaan:
1. Refleks Kulit Perut : normal (berkontraksinya otot perut ketika
diberi impuls)
2. Refleks Periost Radialis : normal (berkontraksinya otot perioust
radialis)
3. Refleks Periost Ullnaris : normal (berkontraksinya otot perioust
ulnaris)
4. Knee Pess Reflex (KPR) : normal (berkontraksinya otot perioust tibia)
5. Achilles Pess Reflex (APR) : normal (bergeraknya tungkai)
6. Reflex Biseps : tidak normal (otot biseps tidak
berkontraksi)
7. Reflex Triseps : normal (otot triseps berkontraksi)
E. Analisa Hasil Percobaan
1. Reflex Kulit Perut
Pada percobaan refleks kulit perut yang dilakukan pada orang coba, orang coba
tersebut diminta untuk berbaring dan melepaskan baju agar kita bias melihat
respon apa yang terjadi pada otot perut ketika kulit perut digores pada daerah
abdomen dari lateral ke arah umbilicus. Hasil yang diperoleh dari percobaan ini
adalah terjadi kontraksi otot dinding perut (normal).
Penghantaran impus dari eferen ke efektor yaitu :
Rangsangan (goresan kulit abdomen) Impuls reseptor s.sensorik/afferent
medulla spinalis ( perut bagian bawah: T11-T12&L, perut bagian tengah: T9-
T11, perut bagian atas: T7-T9 ) n.asosiasi/perantara s.motorik efektor
(kontraksi otot dinding perut).
2. Refleks Periost Radialis
Pada refleks perios radialis orang coba dianjurkan berbaring dengan rileks agar
dalam pemeriksaan tidak ada kesalahan kemudian ketuk pada bagian periosteum
pada ujung distal os radii dengan menggunakan hammer refleks. Hasil yang
diperoleh dari percobaan ini adalah respon berupa fleksi pada lengan bawah
kemudian terjadi supinasi pada pergelangan tangan. Bersifat normal
Rangsangan (ketukan periousteum os. radialis) Impuls reseptor
s.sensorik/afferent (n.Radialis) medulla spinalis/C5-T1 (pusat)
n.asosiasi/perantara s.motorik (n. Radialis) efektor (otot-otot supinator dan
flexor).
3. Refleks Periost Ullnaris
Pada percobaan refleks periost Ulnaris orang coba dianjurkan untuk berbaring
selanjutnya ketuk bagian periost processus stilodeus dengan mengguankan
hammer refleks. Respon yang nampak adalah respon berupa pronasi pada
pergelangan tangan. Respon bersifat normal
Rangsangan (ketukan pada perious prosessus stilodeus) Impuls reseptor
s.sensorik/afferent (n.Ulnaris) medulla spinalis/C7&T1 (pusat)
n.asosiasi/perantara s.motorik (n. Ulnaris) efektor (otot-otot pronasi).
4. Knee Pess Reflex (KPR)
Pada knee pess refleks orang coba diminta untuk duduk diatas tempat tidur
dengan posisi kaki melayang dan tungkai pada sendi lutut difleksikan.
Selanjutnya ketuk tendo patella dengan hammer refleks. Setelah itu diperoleh
hasil berupa kontraksi otot pada kuadriceps dan terjadi ekstensi pada kaki.
Respon bersifat normal
Rangsangan (ketukan pada patellae) Impuls reseptor s.sensorik/afferent (n.
Femoris) medulla spinalis/L3-L4 (pusat) n.asosiasi/perantara s.motorik
(n. Femoris) efektor (n. Quadratus femoris) (ekstensi tungkai & kontraksi otot
kuadrisep)
5. Achilles Pess Reflex (APR)
Pada percobaan Achilles pess refleks (APR) orang coba diminta untuk berbaring
kemudian kaki agak dibengkokkan sedikit selanjutnya pergelangan kaki
difleksikan. Kemudian ketuk tendo acilles dengan hammer refleks. Hasil yang
diperoleh berupa kontraksi pada otot gastrocnemius dan terjadi fleksi pada kaki.
Bersifat normal
Rangsangan (ketukan tendo acilles) Impuls reseptor s.sensorik/afferent (n.
Tibialis) medulla spinalis/L5&S2 (pusat) n.asosiasi/perantara s.motorik
(n. Tibialis) efektor (m. gastocnemius).
6. Reflex Biseps
Pada lengan orang coba setengah difleksikan pada sendi siku. Ketuklah pada
tendo biseps dengan hammer refleks yang akan menyababkan fleksi lengan siku
dan tampak kontraksi otot biseps tapi yang terjadi kelainan karena pada saat
pengetukan/pemukulan dengan hammer refleks orang yang memukulkannya
terlalu keras sehingga data yang di dapatkan tidak valid
Rangsangan (ketukan tendo otot biseps) Impuls reseptor
s.sensorik/afferent (n. Musculocutaneus) medulla spinalis/C5-C6 (pusat)
n.asosiasi/perantara s.motorik (n. Musculocutaneus) efektor (m. Biceps
Brachii).
7. Reflex Triseps
Pada percobaan ini orang coba diminta untuk berbaring kemudian lengan
difleksikan setengah. Pada bagian otot triseps kemudian diketuk dengan hammer
dan diperoleh hasil berupa ekstensi pada lengan tangan dan terjadi kontraksi
pada otot triseps (.Bersifat normal)
Rangsangan (ketukan tendo otot triseps) Impuls reseptor
s.sensorik/afferent (n.Radialis) medulla spinalis/C5-C7 (pusat)
n.asosiasi/perantara s.motorik (n. Radialis) efektor (m. Triceps Brachii).
8. Wtihdrawl Reflex
Berdasarkan hasil percobaan kami hasil yang di dapatkan adalah Respon berupa
fleksi lengan dengan cara menjauhi stimulus .ini di akibatkan karena Pada saat
kulit tanga ditusuk (rangsangan), ujung – ujung saraf (reseptor) meneruskan
pesan melalui neuron sensoris ke medulla spinalis. Dari sini impuls di teruskan
melalui interneuron/n.asosiasi menuju neuron motorik. Neuron motorik pada
selanjutnya meneruskan impuls ke sepanjang akson lalu ke otot triseps (efektor).
Sehingga terjadi Respon yang berupa fleksi lengan dengan cara menjauhi
stimulus. Karena tidak diolah dalam otak maka berlangsung dengan cepat
Perjalanan impuls yaitu rangsangan (tusukan kulit tangan) Impuls reseptor
s.sensorik/afferent medulla spinalis n.asosiasi/perantara s.motorik
efektor (fleksi lengan dengan cara menjauhi stimulus).
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Dalam pemeriksaan gerak refleks, terdapat beberapa bentuk atau macam cara
yaitu :
a. Refleks kulit perut
b. Refleks perioust radialis
c. Refleks perioust ulnaris
d. Knee pess refleks
e. Achilles pess refleks
f. Refleks biseps
g. Refleks triseps
2. Tidak terdapat gangguan konduksi impuls pada sistem saraf.
B. Saran
Sebaiknya dalam pelaksanaan praktikum, asisten dan pembimbing harus benar-
benar mengontrol dan terus mengarahkan para praktikan selama praktikum
berlangsung.
DAFTAR PUSTAKA
Anonymous. 2008. Mekanisme Pengantar impuls. In www.kambing.ui.ac.id. Last
update 21 Juni 2010, pukul 15.05.
Bauman, Robert. 2008. Human Anatimy and Physiology, Laboratory TeksBook.
Wp whitter publications ino.
Brunner dan Suddarth. 2001. Keperawatan ,Medikal Bedah, Edisi 8, volume 3.
Kedokteran EGC: Jakarta
Fihtranta. B. Johny. 2009. Gerak Refleks. In http://www.scribds.com. Last update
21 Juli.
Guyton & Hall. 2006. Textbook Of Medical Physiology. Elevent Edition. Elsevier
Saunders: China.
Guyton & Hall. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 11. EGC: Jakarta.
Jhonson.2010.Refleks.In http:// johnson .unjabisnis.com.2009/07/17/refleks/ . Last
update 21 juli 2011, pukul 16.07.
Pratama Tomi. 2009. Gerak Refleks Pada Manusia.
In http://thetom022.brids.com/2008/01/15/gerak-refleks-pada-manusia/. Last
update 21 Juni 2011, pukul 14.30
Setiadi. 2007. Anatomi dan Fisiologi Manusia. Penerbit Graha Ilmu: Yogyakarta
Sloane Ethel, 2004. Anatomi dan Fisiologi Untuk Pemula. Penerbit Buku
Kedokteran EGC: Jakarta
Syaifuddin. 2006. Anatomi Fisiologi Untuk Siswa Perawat Edisi 3. Buku
Kedokteran EGC: Jakarta
WF. Ganong. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 22. EGC: Jakarta
William F. Ganong. Access Medicine. Mc Graw-Hill’s: California.
Weiner L. Howard. 2008. Neurologi. Edisi 5. EGC: Jakarta.
LABORATORIUM PRAKTIKUM FISIOLOGI
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UIN ALAUDDIN MAKASSAR
Samata, 18 juni 2012
PEMERIKSAAN BERAT JENIS URINE
Disusun Oleh :
Nama : Aulia Rahma
Nim/kelompok : 70300111012/8
Pembimbing : dr. Tihardimanto,S.Ked.S.Ked.,
Asisten : Syaputra Artama,S.Kep.,Ns.
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UIN ALAUDDIN MAKASSAR
2012
DAFTAR PUSTAKA
HALAMAN JUDUL
DAFTAR PUSTAKA
BAB I PENDAHULUAN
E. Latar Belakang……………………………………………………………1
F. Tujuan……………………………………………………………………..2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
G. Anatomi dan Fisiologi Ginjal, Ureter, Bladder, dan Uretra…………...…3
H. Proses pembentukan urine……………………………………………......6
I. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kerja Urine..………………….…....10
J. Ciri-ciri Yang Normal Dan Komposisi Urine Normal…………………..12
K. Pengaruh Gangguan Fungsi Ginjal ……………………………...……....13
L. Mekanisme Pemekatan Dan Pengenceran Urin.…………………………14
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN
F. Nama Pembahasan……………………………………………………….17
G. Alat Dan Bahan………………………………………………………….17
H. Prosedur Kerja……………………………………………………….…..17
I. Hasil Percobaan………………………………………………………….18
J. Analisis Hasil Percobaan………………………………………………...19
BAB IV PENUTUP
G. Kesimpulan……………………………………………………………...21
H. Saran…………………………………………………………………….22
DAFTAR PUSTAKA
Lampiran
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pemeriksaan urin merupakan pemeriksaan yang sering diminati dalam
membantu menegakkan diagnosa berbagai macam penyakit. Ada kementakan
(probality) bahwa urinalis adalah pemeriksaan labolatorium yang paling tua. Pakar-
pakar dahulu kalau mencari korelasi antara penyakit tertentu dengan penampilan
urin yang sangat tepat.
Urin normal jumlahnya rata- rata 1-2 liter sehari tetapi, berbeda-beda sesuai
dengan jumlah cairan yang dimasukkan. Kekurangan vitramin menyebabbkan
kepekatan urin meningkat (konsentrasi semua subtansi dalam urin meningkat),
sehingga mempermudah pembentukkan batu. Sehingga air minum jenuh mineral,
berpengaruh besar terhadap pembentukkan batu. Menurunnya absorbsi kalsium
mengakibatkan kalsium dari aliran darah larut dalam urin dan dapat mempengaruhi
berat jenis urin.
Berat jenis urin tergantung dari jumlah zat yang larut di dalam urin atau terbawa
didalam urin. Berat jenis plasma (tanpa protein) adalah 1010. Bila ginjal
mengencerkan urin (misalnya sesudah meminum air) maka jenisnya kurang dari
1010. Bila ginjalmemekatkan urin (sebagaimana fungsinya) maka berat jenis urin
naik diatas 1010. Daya pemekatan ginjal diukur menurut berat jenis tertinggi yang
dapat dihasilkan, yang seharusnya dapat lebih dari 1025.
Pengukuran berat jenis dipengaruhi oleh adanya zat- zat bermolekul besar yang
terlarut dalm urin. Zat –zat tersebut dapat berasala (endogenous) misalnya glukosa,
protein dan kalsium atau yang sengaja dimasukkan dari luar (exogenous0 yang
nantinya akan keluar bersama urin. Banyaknya kalsium yang dikeluarkan melalui
urin menyebabkan urin tersebut menjadi pekat. [pekatnya urin memberikan kesan
bahwa berat jenis urin tersebut juga tinggi.
B. Tujuan
1. Mengukur berat jenis urin
2. Melihat fungsi ginjal dalam pemekatan dan pengenceran urin.
BAB II
TINJAUN PUSTAKA
Sistem urinaria adalah suatu sistem tempat terjadinya proses penyaringan darah
sehingga darah bebas dari zat-zat yang tidak dipergunakan oleh tubuh dan menyerap
zat-zat yang masih dipergunakan oleh tubuh. Zat-zat yang tidak dipergunakan oleh
tubuh larut dalam air dan dikeluarkan berupa urine (air kemih).
fungsi dari urin yaitu mengeluarkan sisa metabolism, mengendalikan volume
darah dengan peraturan volume dari urin yang diproduksi, mengatur konsentrasi dan
ion yang mengalir di tubuh, mengatur pH pada cairan tubuh, mengatur konsentrasi pada
sel darah merah, mengambil bagian dengan hati dan kulit di vitamin D. (buku bhs.ing)
Sistem urinary terdiri atas :
1. Ginjal, yang mengeluarkan secret urin/ memproduksi urine
2. Ureter, yang menyalurkan urin dari ginjal ke kandung kencing
3. Kandung kencing, yang bekerja sebagai penampung
4. Uretra, yang mengeluarkan urin dari kandung kencing. (paramedic)
A. Anatomi dan Fisiologi Ginjal, Ureter, Bladder, dan Uretra
1. Ginjal
Ginjal merupakan suatu kelenjar yang terletak di bagian belakang dari kavum
abdominalis di belakang peritonium pada kedua sisi columna vertebralis, melekat
langsung pada dinding belakang abdomen. Ginjal kiri biasanya berada 1 cm
superior ginjal kanan. Tepi atas ginjal kiri berada setinggi interspace columna
vertebrae thorakal 11-12. Tepi bawah ginjal kanan berada setinggi tepi atas
columna vertebrae lumbal 3. Ginjal berbentuk seperti biji kacang, jumlahnya ada 2
disebelah kanan dan kiri, ginjal kiri lebih besar dari ginjal kanan dan pada
umumnya ginjal laki-laki lebih panjang dari ginjal perempuan. Berat ginjal pada
orang dewasa sangat ringan, ± 150 gram.
Adapun ukuran ginjal :
a. panjang : 4-5 inchi (10-12 cm)
b. lebar : 2-3 inchi (5-7 cm)
c. tebal : 1 inchi (5 cm)
Struktur Ginjal
Permukaan lateral masing-masing ginjal cembung. Tapi slide medial
adalah sangat convace. Depresi medial yang dihasilkan mengarah ke ruang
kosong yang disebut sinus ginjal. Melalui pintu masuk ini sinus, disebut hilus,
melewati pembuluh darah, saraf, pembuluh limfatik, dan ureter.
Ginjal terdiri dari dua daerah disitnct; sebuah medula dalam dan korteks
luar. Medula ginjal terdiri dari massa kerucut jaringan disebut piramida ginjal,
basis yang diarahkan pada permukaan cembung ginjal, dan apexes yang
membentuk papila ginjal. Jaringan dari medula muncul lurik karena terdiri dari
tubulus mikroskopis yang mengarah dari korteks ke papila ginjal.
Walaupun kecil, ginjal memiliki fungsi yang sangat penting. Tidak
berfungsinya ginjal dapat menyebabkan kematian.
Fungsi ginjal :
a. Pengeluaran zat toksin.
b. Mempertahankan suasana keseimbangan cairan.
c. Mempertahankan keseimbangan kadar asam dan basa cairan tubuh.
d. Mempertahankan keseimbangan garam-garam dan zat lain dalam tubuh.
e. Mengeluarkan sisa-sisa metabolisme hasil akhir dari protein ureum,
kreatinin, dan amoniak.
2. Ureter
Adalah saluran fibromuscular yang mengalirkan urin dari ginjal ke kandung
kemih. Sebagian ureter terletak dalam rongga abdomen dan sebagian terletak
dalam rongga pelvis. Terdiri atas 2 saluran pipa, masing-masing bersambung
dari ginjal ke kandung kemih (vesica urinaria).
Lapisan dinding ureter terdiri atas :
a. Dinding luar jaringan ikat (jaringan fibrous).
b. Lapisan tengah lapisan otot polos.
c. Lapisan sebelah dalam lapisan mukosa.
3. Bladder / Vesica Urinaria
Terletak di belakang simfisis pubis, di dalam rongga panggul. Berbentuk
seperti kerucut. Dapat mengembang dan mengkerut seperti balon karet.
Bagian-bagian vesica urinaria :
a. Fundus : bagian yang menghadap ke belakang dan bawah
b. Korpus : bagian antara vertex dan fundus
c. Vertexs : bagian yang berhubungan dengan ligamentum vesika umbilikalis.
4. Uretra
Uretra merupakan saluran membranosa sempit berpangkal pada kandung
kemih yang berfungsi menyalurkan air kemih, dari kandung kemih menuju
keluar tubuh. Uretra pada pria berjalan berkelok-kelok melalui tengah-tengah
prostat kemudian menembus lapisan fibrosa yang menembus tulang pubis ke
bagian penis. Merupakan tempat pengaliran urine dan sistem reproduksi.
Uretra pada laki-laki terdiri atas :
a. Uretra prostatika.
b. Uretra membranosa.
c. Uretra kavernosa.
Uretra pada wanita terletak dibelakang simfisis pubis, berjalan miring
sedikit ke arah atas. Hanya berfungsi sebagai tempat menyalurkan urine ke
bagian luar tubuh.
Uretra pada wanita terdiri atas lapisan :
a. Tunika muskularis (bagian luar).
b. Lapisan spongeosa.
c. Lapisan mukosa (lapisan sebelah dalam).
B. Proses Pembentukan Urine
Proses Pembentukan Urin
Urin dibentuk di nefron yaitu dengan menyaring darah dan kemudian
mengambil kembali ke dalam darah bahan-bahan yang bermanfaat. Dengan
demikian akan tersisa bahan tak berguna, yang nantinya akan keluar dari nefron
dalam bentuk suatu larutan, yang disebut urin. Sebelum menjadi urin, di dalam
ginjal akan terjadi tiga macam proses, yaitu: Filtrasi, Reabsorpsi, dan
Augmentasi.
.
1. Filtrasi
Filtrasi terjadi di glomerulus. Untuk mengetahui lebih lanjut tentang
filtrasi, terlebih dahulu akan dibahas tentang pengertian filtrasi. Filtrasi adalah
proses penyaringan darah yang mengandung zat-zat sisa metabolisme yang
dapat menjadi racun bagi tubuh.
Proses filtrasi ini terjadi di glomerulus dan kapsula Bowman yang
menghasilkan filtrat gromerulus atau urin primer. Pembentukan urine dimulai
ketika air dan molekul-molekul terlarut dan ion-ion disaring keluar dari
glomerulus plasma kapiler dan masuk ke dalam kapsul glomerulus melalui
proses filtrasi di glomerulus. Molekul-molekul besar, seperti protein terbatas
masuk ke dalam glomerulus karena ukurannya.
a. Tekanan yang menyebabkan filtrasi:
Merupakan hasil kerja jantung. Tekanan hidrostatik kapiler
glomerulus kurang lebih ±50 mmHg, tekanan ini cenderung mendorong air
dan garam-garam melalui glomerulus. Kapiler glumerulus secara relatif
bersifat permeabel terhadap protein plasma yang lebih besar dan cukup
permeabel terhadap air dan larutan yang lebih kecil. Tekanan darah terhadap
dinding pembuluh disebut tekanan hidrostatik.
Tiga faktor lain yang ikut serta dalam filtrasi adalah sebagai berikut.
1) Tekanan osmotic (TO)
Dari filtrasi kapsula bowman: tekanan yang dikeluarkan oleh air
atau pelarut lainnya pada membran semipermeabel sebagai usaha untuk
menembus membran ke dalam area yang mengandung lebih banyak
molekul yang tidak dapat melewati membran.
2) Tekanan hidrostatik (TH)
Tekanan yang dihasilkan dengan adanya filtrasi dalam kapsula
Bowman bersama-sama mempercepat gerakan air dalam molekul
permeable dari kapsula bowman kembali ke dalam kapiler.
3) Laju filtrasi glomerulus (LFG)
Laju dimana filtrasi dibentuk, jumlah pembentukan filtrasi per
menit adalah 125 ml. factor klinis utama yang mempengaruhi LFG
adalah tekanan hidrostatik dan tekanan osmotic.
b. Tekanan yang melawan filtrasi
Tekanan hidrostatik cairan di dalam kapsul bowman adalah sebesar
kurang lebih 5 mmHg, sedangkan tekanan osmotic koloid protein kurang
lebih 30 mmHg yang cenderung menarik air dan garam ke dalam pembuluh
kapiler.
c. Tekanan akhir
Menyebabkan filtrasi dikurangi tekanan yang melawan filtrasi sama
dengan filtrasi aktif (50 – 30 + 5 mmHg = 25 mm Hg). Kira-kira 120 ml
plasma difiltrasi setiap menit. Pada glomerulus membran filtrasi hanya dapat
dilalui oleh plasma, garam-garam, glikosa, dan molekul-molekul kecil
lainnya. Sel dan plasma terlalu besar untuk difiltrasi dengan cara ini, oleh
karena itu dibentuk pengenceran oleh glomerulus 100-150 ml setiap hari.
Susunan cairan filtrasi ini sama seperti susunan plasma darah, tetapi tidak
ada proteinnya. Membran glomerulus darah bekerja sebagai suatu saringan
biasa dan untuk proses ini tidak diperlukan energi.
2. Reabsorpsi
Reabsorpsi terjadi di tubulus kontortus proksimal yang nantinya akan
menghasilkan urin sekunder. Urin primer yang berkumpul dalam kapsula
Bowman masuk ke dalam tubulus kontortus proksimal dan terjadi proses
reabsorpsi.
Pada proses ini terjadi penyerapan kembali zat yang berguna oleh dinding
tubulus, lalu masuk ke pembuluh darah yang mengelilingi tubulus.Zat-zat yang
diserap kembali oleh darah antara lain: glukosa, asam amino dan ion-ion
anorganik (Na+,K+, Ca++, Cl-, HCO3-, HPO4-3, SO4-3). Proses ini terjadi
karena transpor aktif. Hasil dari reabsorpsi urin primer adalah urin sekunder
yang mengandung sisa limbah nitrogen dan urea. Dengan demikian urin
sekunder adalah hasil saringan dari urin primer yang mengandung limbah
nitrogen dan urea. Urine sekunder akan masuk ke lengkung Henle menuju
tubulus kontortus distal. Pada saat melewati lengkung Henle desenden, air
berosmosis keluar sehingga volume urin sekunder menurun dan menjadi pekat.
Saat melewati lengkung Henle asenden, garam (Na+) dipompa keluar, sehingga
kepekatan urin berkurang tetapi volume urin tetap. Dengan demikian
konsentrasi garam di luar tubulus meningkat.
3. Augmentasi
Dari lengkung Henle asenden, urin sekunder akan masuk ke tubulus
distal. Di dalam tubulus distal urin sekunder mengalami augmentasi yaitu
proses penambahan zat –zat yang tidak diperlukan oleh tubuh ke dalam tubulus
kontortus distal.
Zat sisa yang dikeluarkan dari pembuluh darah kapiler adalah ion
hidrogen (H+), ion kalium (K+), NH3dan kreatinin. Pengeluaran (H+) ini
membantu menjaga pH yang tetap dalam darah.
Selama melewati tubulus distal dan tubulus kolektifus, urin kehilangan
banyak air (H2O) sehingga konsentrasi urin semakin pekat. Setelah itu urin
memasuki pelvis renalis dan menuju ureter, kemudian dialirkan ke vesica
urinaria untuk ditampung sementara waktu. Pengeluaran urin diatur oleh otot-
otot sfingter. Kandung kemih hanya mampu menampung kurang lebih 300 ml.
Kadung kemih di kendalikan oleh saraf pelvis dan serabut saraf simpatis dari
plexus hipogastrik.
C. Faktor-faktor yang mempengaruhi kerja urine
Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Urine adalah :
1. Hormon ADH
Hormon ini memiliki peran dalam meningkatkan reabsorpsi air sehingga
dapat mengendalikan keseimbangan air dalam tubuh. Hormon ini dibentuk oleh
hipotalamus yang ada di hipofisis posterior yang mensekresi ADH dengan
meningkatkan osmolaritas dan menurunkan cairan ekstrasel.
2. Aldosteron
Hormon ini berfungsi pada absorbsi natrium yang disekresi oleh kelenjar
adrenal di tubulus ginjal. Proses pengeluaran aldosteron ini diatur oleh adanya
perubahan konsentrasi kalium, natrium, dan sistem angiotensin rennin.
3. Prostaglandin
Prostagladin merupakan asam lemak yang ada pada jaringan yang
berlungsi merespons radang, pengendalian tekanan darah, kontraksi uterus, dan
pengaturan pergerakan gastrointestinal. Pada ginjal, asam lemak ini berperan
dalam mengatur sirkulasi ginjal.
4. Gukokortikoid
Hormon ini berfungsi mengatur peningkatan reabsorpsi natrium dan air
yang menyebabkan volume darah meningkat sehingga terjadi retensi natrium
5. Renin
Selain itu ginjal menghasilkan renin yang dihasilkan oleh sel-sel apparatus
jukstaglomerularis pada :
a. Konstriksi arteria renalis (iskhemia ginjal)
b. Terdapat perdarahan (iskhemia ginjal)
c. Uncapsulated ren (ginjal dibungkus dengan karet atau sutra)
d. Innervasi ginjal dihilangkan
e. Transplantasi ginjal ( iskhemia ginjal )
Sel aparatus juxtaglomerularis merupakan regangan yang apabila
regangannya turun akan mengeluarkan renin. Renin mengakibatkan hipertensi
ginjal, sebab renin mengakibatkan aktifnya angiotensinogen menjadi angiotensin
I, yang oleh enzim lain diubah menjadi angiotensin II, dan ini efeknya
menaikkan tekanan darah.
a. Zat - zat diuretik, banyak terdapat pada kopi, teh, alkohol. Akibatnya jika
banyak mengkonsumsi zat diuretik ini maka akan menghambat proses
reabsorpsi, sehingga volume urine bertambah.
b. Suhu internal atau eksternal, jika suhu naik di atas normal, maka kecepatan
respirasi meningkat dan mengurangi volume urine.
c. Konsentrasi Darah, jika kita tidak minum air seharian, maka konsentrasi air
dalam darah rendah.Reabsorpsi air di ginjal mengingkat, volume urine
menurun.
d. Emosi, emosi tertentu dapat merangsang peningkatan dan penurunan volume
urine.
D. Ciri-Ciri Urine Yang Normal Dan Komposisi Urine Normal
Adapun ciri-ciri urine yang normal yaitu:)
1. Jumlahnya rata-rata 1-2 liter sehari, tetapi berbeda-beda sesuai jumlah cairan
yang dimasukkan. Banyaknya bertambah pula bila terlampau banyak protein
yang dimakan, sehingga tersedia cukup cairan yang diperlukan untuk melarutkan
ureanya.
2. Warnanya bening orange pucat tanpa endapan, tetapi ada kalanya jonjot lender
tipis tampak terapung di dalamnya.
3. Baunya tajam.
4. Reaksinya sedikit asam terhadap lakmus dengan pH rata-rata 6
5. Berat jenis berkisar dari 1010 sampai 1025.
Urine terutama terdiri atas, air, urea, dan natrium klorida. Pada seseorang yang
menggunakan diet yang rata-rata berisi 80 sampai 100 gram protein dalam 24 jam,
jumlah persen air danbenda padat dalam urine adalah sebagai berikut:
a. Air 96%
b. Benda padat 4% (terdiri atas urea 2 % dan produk metabolit lain 2%)
c. Ureum adalah hasil akhir metabolisme protein. Berasal dari asam amino yang
telah dipindah amonianya di dalam hati dan mencapai ginjal, dan
diekskresikan rata-rata 30 gram sehari. Kadar ureum darah yang normal
adalah 30 mg setiap 100 ccm darah,
d. tetapi hal ini tergantung dari jumlah normal protein yang dimakan dan fungsi
hati dalam pembentukan ureum.
e. Asam urat. Kadar normal asam urat di dalam darah adalah 2 sampai 3 mg
setiap 100 ccm, sedangkan 1,5 sampai 2 mg setiap hari diekskresikan ke
dalam urine.
f.Keratin adalah hasil buangan keratin dalam otot. Produk metabolism lain
mencakup benda-benda purine, oksalat, fosfat, sulfat, dan urat.
Elektrolit atau garam, seperti natrium dan kalium klorida, diekskresikan
untuk mengimbangi jumlah ytang masuk ke dalam mulut.
E. Pengaruh gangguan fungsi ginjal
Ada beberapa kelainan yang umum terjadi pada beberapa penyakit ginjal.
Sering kali pada beberapa jenis penyakit ginjal ditemukan adanya protein dalam
urine, leukosit, sel darah merah dan silinder, yaitu potongan-potongan protein
yang mengendap di tubulus dan di dorong oleh urine ke dalam vesika urinariaa.
Akbat penyakit ginjal lainnya yang juga penting adalah hilangnya kemampuan
pemekatan atau pengenceran urine, uremia, asidosis dan retensi Na+ abnormal.
1. Proteinuria
Pada beberapa penyakit ginjal dan pada kelainan ginjal yang tidak
berbahaya, permeabilitas kapiler glomerulus meningkat, dan protein dapat
ditemukan di urine dalam jumlah yang lebih besar dari pada normal
(proteinuria). Sebagian besar protein ini berupa albumin, dan kelainan ini
biasanya disebut albuminuria.
2. Hilangnya kemampuan pemekatan dan pengenceran:
Pada penyakit ginjal, urine yang terbentuk mungkinkurang pekat dan
volumenya seiring bertambah, yang menimbulkan gejala-gejala poliuria dan
nopturia (bangun malam untuk berkemih). Kemampuan untuk membentuk
urine yang encer seringkali tetap ada, tetapi pada penyakit ginjal yang lanjut,
osmolalitas urine menetap kira-kira sama dengan plasma yang menunjukkan
bahwa fungsi pengenceran dan pemekatan ginjal sudah tidak ada lagi.
Kehilangan ini sebagian disebabkan oleh kerusakan pada mekanisme
countercurrent tetapi penyebab yang lebih penting adalah rusaknya nefron-
nefron yang berfungsi.
3. Uremia
Bila hasil metabolism protein menumpuk di dalam darah akan
menimbulkan gejala yang disebut uremia. Gejala uremia antara lain, letargia,
anoreksia, mual dan muntah, deteriorasi mental dan kebingungan, kedutan
otot, kejang-kejang dan akhirnya koma. Kadar BUN dan kreatinin tinggi, dan
kadar zat-zat ini dalam darah dapat digunakan sebagai indeks beratnya
uremia. Kemungkinan bukan penumpukan ureum dan kreatinin saja yang
menimbulkan gejala-gejala ini, melainkan penumpukan zat-zat toksik lain-
seperti asam-asam organic atau fenol dan menimbulkan gejala-gejala uremia.
4. Asidosis
Asidosis sering ditemukan pada penyakit ginjal menahun akibat
penurunan kemampuan ginjal untuk mengekskresikan asam-asam hasil
pencernaan dan metabolisme.
5. Gangguan Metabolisme Na+
Sering kali pada penyakit ginjal ditemukan adanya retensi Na+ yang
berlebihan disertai edema. Sedikitnya ada tiga penyebab retensi Na+ pada
penyakit ginjal. Pada glomerulonefritis akut, suatu penyakit yang terutama
mengenai glomerulus terdapat penurunan nyata jumlah Na+ yang difiltrasi.
F. Mekanisme Pemekatan dan Pengenceran Urine
1. Hormone ADH Mengatur Konsentrasi Urine
Bila osmolalitas cairan tubuh meningkat di atas normal (yaitu, zat
terlarut dalam cairan tubuh menjadi terlalu pekat), kelenjar hipofisis posterior
akan menyekresi lebih banyak ADH, yang meningkatkan permeabilitas
tubulus distal dan duktus kolingentes terhadap air. Keadaan ini
memungkinkan terjadinya reabsorpsi air dalam jumlah besar dan penurunan
volume urine, tetapi tidak mengubah kecepatan ekskresi zat terlarut oleh
ginjal secara nyata.
Bila terdapat kelebihan air di dalam tubuh dan osmolaritas cairan
eksternal menurun, sekresi ADH oleh hipofisis posterior akan menurun. Oleh
sebab itu, permeabilitas tubulus distal dan duktus koligentes terhadap air
akan menurun, yang menghasilkan sejumlah besar urine encer. Jadi,
kecepatan sekresi ADH sangat menentukan encer atau pekatnya urine yang
akan dikeluarkan oleh ginjal.
2. Mekanisme ginjal untuk mengeluarkan urine encer
Bila terdapat kelebihan air di dalam tubuh, ginjal dapat
mengeluarkan urine encer sebanyak 20 liter perhari, dengan konsentrasi
sebesar 50 mOsm/l. ginjal melakukan tugas yang hebat ini dengan
mereabsorpsi zat terlarut terus menerus, dan pada saat yang sama, tidak
mereabsorpsi sejumlah besar air di nefron bagian distal, yang meliputi
tubulus distal akhir dan duktus koligentes.air yang tak tergantung p Pada
awal pembentukan filtrat glomerulus, osmolaritas filtrat kira-kira sama
dengan osmolaritas plasma (300 mOsm/L). Untuk mengeluarkan kelebihan
air, penting untuk mengencerkan filtrat ini sewaktu filtrat melewati tubulus.
Hal ini dicapai dengan mereabsorbsi lebih banyak terlarut daripada air.
3. Kebutuhan untuk Mengekskresi Urine Pekat kadar ADH yang Tinggi
Kebutuhan dasar untuk membentuk urine pekat adalah kadar ADH yang
tinggi, yang meningkatkan permeabilitas tubulus distal dan duktus koligentes
terhadap air, sehingga membuat segmen-segmen tubulus ini mereabsorbsi air
cukup banyak, dan osmolaritas yang tinggi dari cairan interstisial medula
ginjal, yang membentuk gradien osmotik yang diperlukan untuk terjadinya
reabsorbsi air dengan kadar ADH yang tinggi.
Interstisium medula ginjal yang mengelilingi duktus koligentes
normalnya bersifat sangat hiperosmotik, sehinga bila kadar ADH tinggi, air
bergerak melewati membran tubulus secara osmosis ke dalam interstisium
ginjal, dari sana air akan dibawa oleh vasa rekta kembali ke dalam darah.
Jadi, kemampuan pemekatan urine dibatasi oleh kadar oleh ADH dan oleh
derajat hiperosmolitas medula ginjal.
Ginjal mengeluarkan kelebihan air dengan membentuk urine yang
encer. Ginjal normal memiliki kemampuan yang besar untuk membentuk
berbagai perubahan. Bila terdapat kelebihan air dalam tubuh dan osmolaritas
cairan tubuh menurun, ginjal akan menegleuarkan urine dengan osmolaritas
sebesar 50 mOsm/L, yaitu suatu konsentrasi yang hanya sekitar seperenam
dari osmolaritas cairan ekstrasel normal. Sebaliknya bila terjadi kekurangan
air dan osmolaritas cairan ekstrasel tinggi, ginjal dapat mengeluarkan urine
dengan konsentrasi 1200 sampai 1400 mOsm/L. Yang juga penting, ginjal
juga dapatmengeluarkan sejumlah besar urine encer atau sejumlah kecil
urine pekat tanpa perubahan besar dalam kecepatan ekskresi zat terlarut
seperti.natrium dan kalium. Kemampuan unutk mengatur pengelua ada
pengeluaran zat terlarut ini, penting untuk pertahanan hidup, terutama bila
asupan terbatas.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Nama percobaan
“pemeriksaan berat jenis urine”
B. Alat dan bahan
Gelas penampung
Timbangan
Strip untuk urinalis (combistik)
Handscone
Spuit 10 cc
C. Prosedur kerja
Penentuan berat jenis urine dapat dilakukan dengan 2 cara :
a. Membandingkan berat urine dan H2O pada volume sama
Tampunglah urine orang coba dalam gelas penampung. Biarkan beberapa saat
sampai suhu sample urine sama dengan suhu ruangan. Kemudian ambillah 10
ml urine dengan spuit dan masukkan dalam gelas 50 ml yang sudah tersedia dan
beratnya diketahui. Timbanglah gelas tersebut untuk mengetahui berat dari 10
ml urine tadi. Bandingkanlah berat urine tadi dengan berat dari 10 ml aquades
yang di timbung dengan cara yang sama.
BJ urine ₌ berat dari 10 ml urine
Berat dari 10 ml aquades
b. Menggunakan reagent strip
Tampunglah urine orang coba dalam gelas. Kemudian celupkan reagrn strip ke
dalam urine tersebut sambil menghilangkan urine yang berlebihan pada pinggir
gelas penampung. Biarkan strip selama 45-60 detik. Bandingkanlah perubahan
warna pada ujung strip dengan kartu yang tersedia.
D. Hasil percobaan
Dari hasil percobaan didapatkan hasil sebagai berikut :
1. Orang coba I :
Nama : Nn. NA
Umur : 19 tahun
Untuk percobaan pertama.
Warna (menit) 0
Volume 68
Warna Kuning
Berat jenis 1,012 gr/cm3
Osmolalitas -
2. Orang coba II :
Nama : Nn. SA
Umur : 19 tahun
Untuk percobaan kedua.
Waktu (menit) 0 40 80 120
Volume 79 ml 122 ml 260 ml 41 ml
Warna Kuning pekat Kuning Bening Kuning
Berat jenis 1,005 1,002 1,001 1,004
Osmolalitas Pekat normal encer Normal
3. Orang coba III.
Nama : Nn. MA
Umur : 19 tahun
Untuk percobaan ketiga.
Waktu
(menit)0 60 120
Volume 32 ml 9 ml 8 ml
Warna Kuning Kuning agak pekat kuning agak pekat
Berat Jenis 1.004 gr/cm3 - -
Osmolalitas Normal Agak pekat Pekat
E. Analisis hasil percobaan
Pada coba pertama yang hanya menentukan berat jenis urine, dengan
melakukan miksi sekali dan didapatkan volume urinnya 68 ml dan warna yang
didapatkan adalah warna kuning. Dan kemudian didapatkan hasil berat jenisnya
1,012 gr/cm3. Pada coba pertama ini alat kita hanya menggunakan satu alat
sehingga kita tidak dapat membandingkan hasil dengan alat yang lain
Pada coba kedua yang di beri minum sebanyak 15 ml/Kg berat badannya,
Dari segi volume mengalami peningkatan setiap 40 menit yang dimulai pada 40
menit pertama, dan warna urinnya pun ikut berubah menjadi lebih encer yaitu
dari warna kuning sampai bening, tetapi berat jenis urinnya mengalami
penurunan pada 40 menit pertama dari 1,005 gr/cm3 menjadi 1,002 gr/cm3.
Kemudian pada saat 40 menit kedua dan mengalami penurunan dari 1,005
gr/cm3 menjadi 1,0001 gr/cm3. Pada saat 40 menit ketiga tampak hasilnya yaitu
1,0004 gr/cm3 Kemudian pada 40 menit kami tidak melakukan percobaan
dikarenakan waktu yang tidak mencukupi serta orang coba sudah tidak dapat
mengeluarkan urine. Dari segi volume yang selalu meningkat itu sudah sesuai
dengan teori, di mana jika terdapat kelebihan di dalam urin, misalnya karena
telah minum air yang banyak maka ginjal akan mengeluarkan urin yang encer.
Bila terdapat kelebihan air dalam tubuh dan osmolaritas cairan ekstrasel
menurun, sekresi ADH oleh hipofisis posterior akan menurun. Oleh sebab itu,
permeabilitas tubulus distal dan duktus koligentes terhadap air akan menurun,
yang menghasilkan sejumlah besar urin encer
Pada percobaan orang ketiga yang disuruh melakukan aktifitas yaitu
berolahraga selama 15 menit dan tidak diberi minum, urinnya juga mengalami
perubahan warna dari kuning jernih menjadi kuning pekat. Berat jenis urin
sebelum beraktivitas yaitu 1,004 g/cm3. Setelah beraktivitas berat jenisnya tidak
diukur lagi karena volume urinnya tidak mencukupi, volume urin setelah
beraktivitas pada menit ke-60 hanya 9 mL dan pada menit ke-120 volume
urinnya hanya 180 mL. . Hal ini menunjukkan tingkat kenormalan karena
banyaknya cairaan yang keluar melalui keringat. Bila terdapat kekurangan air
dalam tubuh, ginjal membentuk urin pekat dengan terus-menerus
mengekskresikan zat terlarut dan pada saat bersamaan, juga meningkatkan
reabsorbsi air dan menurunkan volume urin yang terbentuk. Kemudian untuk
memulihkan volume normal maka ADH sangat berperan. Stimulus yang terdiri
atas perubahan dalam volume CES. Reseptor peregang dalam porsi tekanan
rendah dari sistem kardiovaskuler (seperti vena kava, jantung sebelah kanan, dan
pembuluh pulmonal) memantau volume darah. Stimuli dari reseptor ini
dihantarkan oleh serabut-serabut afferen ke hipotalamus (melalui batang otak)
penurunan volume darah tanpa menstimuli sekresi ADH. Akibat dari
peningkatan retensi air meningkatkan volume darah tanpa mempengaruhi
tekanan darah arteri. Kenaikan volume darah menghentikan sekresi ADH.
Keadaan ini menghambat retensi air, dengan demikian memulihkan volume
normal kompartemen CES. Mekanisme ini untuk mengubah sekresi ADH dalam
berespon terhadap perubahan-perubahan posisi tubuh. Ginjal manusia dapat
memproduksi urin pekat dengan konsentrasi maksimal sebesar 1200 sampai
1400 mOsm/L. Kemampuan pemekatan maksimal ginjal menunujukkan
banyaknya volume urin yang harus disekresikan setiap hari untuk membuang
sisa-sisa produk metabolisme dan ion yang dicerna dalam tubuh. Nilai normal
berat jenis urin adalah 1,003-1,030.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Pengukuran berat jenis urin dapat dilakukan dengan 3 cara :
a. Membandingkan berat urine dan H2O padav olume sama dengan urinprober
b. Menggunakan reagen strip
c. Menggunakan BJ meter
2. Fungsi ginjal dalam pemekatan dan pengenceran urine yaitu pada pemekatan
urine terdapat kekurangan air dalam tubuh, ginjal membentuk urin pekat dengan
terus menerus mengekskresikan zat terlarut dan pada saat yang bersamaan, juga
meningkatkan reabsorbsi air dan menurunkan volume urin yang terbentuk.
Sedangkan pada pengenceran urin, bila terdapat kelebihan air dalam tubuh,
ginjal dapat mengelurkan urin encer sebanyak 20 L/hari, dengan konsetrasi
sebesar 50 mOsm/L. ginjal melakukan tugas yang hebat ini dengan merabsorbsi
zat terlarut terus-manerus. Dan pada saat yang sama, tidak mereabsorbsi
sejumlah besar air di nefron bagian distal, yang meliputi tubulus distal akhir dan
duktus koligentes.
B. Saran
Sabaiknya penambahan alat-alat untuk praktikum supaya lebih mempermudah
melakukan praktikum.
DAFTAR PUSTAKA
Applegate.2004.Anatomy And Physiology. Third Edtion.Usa.Evollve.
David.2004.Hole’s Human Anatomy And Physiology. Tenth Edition: New York.
Irga. 2009. Mekanisme Pembentukan Urine. http://www.irwanashari.com.
David.2004. Hole’s Human Anatomy And Physiology.Tenth Edition: New York.
Irga. 2009. Mekanisme Pembentukan Urine. http://www.irwanashari.com.
Guyton dan Hall. 2006. Text Book Of Medical Physiology. Edisi 11.
Elsevier saunders: Pennsylvania.
Anshul. 2010 .Pengaruh Kelainan Fungsi Ginjal. In http://
Blogger Template .Last update 22 Juni 2011.
Laboratorium Ilmu Fisiologi Fakultas Ilmu KesehatanUIN Alauddin Makassar
Samata, 19 Juni 2012
PEMERIKSAAN PERNAFASAN
Disusun oleh :
Nama : Aulia Rahma
NIM/Kelompok : 70300111012
Pembimbing : Ns. Risnah, SKM, S.Kep., M.Kes
Asisten : Nurul Fadhilah Gani, S.Kep., Ns.
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
ALAUDDIN MAKASSAR
2012
DAFTAR ISI
Halaman sampul……………………...………………………………………….. 1
Daftar Isi……………………………...………………………………………….. 2
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang…………………………………………………………..3
B. Tujuan……………………...………………………………………….. 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Pernapasan……..………………………………………….. 5
B. Fungsi dan Tujuan Pernapasan……………………………………….. 5
C. Organ-Organ Pernapasan…. ………………………………………….. 7
D. Proses Pernapasan dan Jenis Pernapasan. ...........................................7
E. Frekuensi Pernapasan…...………………………………………………8
F. Faktor- faktor yang Mempengaruhi Pernapasan………...................... 8
G. Gangguan Pola Respirasi………………………………...................... 9
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Judul Percobaan……………………………………………………….. 11
B. Alat dan Bahan …………....………………………………………….. 11
C. Cara Kerja………………….………………………………………….. 11
D. Hasil Percobaan …………..………………………………………….. 11
E. Analisis Percobaan………...………………………………………….. 12
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan………………...………………………………………….. 14
B. Saran………………………………………………………………….. 14
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………...........15
Lampiran
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bumi tempat kita hidup diselubungi oleh suatu lapisan udara yang terdiri dari
senyawa gas, antara lain nitrogen (N2), oksigen (O2), karbon dioksida (CO2), dan gas
mulai. Walaupun tidak menjadi gas yang paling banyak di udara, oksigen sangat
penting bagi makhluk hidup. Sel-sel tubuh kita memerlukan oksigen untuk
melakukan ‘pembakaran’. Makanan ‘dibakar’ agar menghasilkan energi. Energi
tersebut diperlukan sel untuk menjalankan fungsinya. Karbon dioksida yang
dihasilkan pada proses pembakaran ini bila terakumulasi dapat membahayakan
tubuh, karenanya harus segera dikeluarkan dari tubuh. Proses dalam uraian di atas
disebut respirasi sel.
Sistem pernapasan bertugas mengambil oksigen dari udara. Setelah sampai di
paru-paru, oksigen dipindahkan ke darah dan diedarkan ke seluruh tubuh. Di dalam
pembuluh darah, oksigen ditukar dengan karbondioksida. Karbondioksida sebagai
hasil oksidasi respirasi sel ini kemudian dibawa ke paru-paru untuk dikeluarkan dari
tubuh. Pertukaran O2 dan CO2 antara udara dengan tubuh makhluk hidup disebut
respirasi.
Manusia membutuhkan suplai oksigen secara terus-menerus untuk proses
respirasi sel, dan membuang kelebihan karbondioksida sebagai limbah beracun
produk dari proses tersebut. Pertukatan gas antara oksigen dengan karbondioksida
dilakukan agar proses respirasi sel terus berlangsung. Oksigen yang dibutuhkan
untuk proses respirasi sel ini berasal dari atmosfer, yang menyediakan kandungan
gas oksigen sebanyak 21% dari seluruh gas yang ada. Oksigen masuk kedalam tubuh
melalui perantaraan alat pernapasan yang berada di luar. Pada manusia, alveolus
yang terdapat di paru-paru berfungsi sebagai permukaan untuk tempat pertukaran
gas.
Energi gerak manusia diperoleh dari metabolisme energi dalam sel otot, yang
dalam prosesnya sangat membutuhkan oksigen (O2) yang didapatkan dari
pernapasan. Pernapasan merupakan konsekuensi sistem kerja organ tubuh manusia
ketika hidup dan beraktivitas untuk saling mendukung dan berkoordinasi dengan
organ fisiologis yang lainnya.
B. Tujuan
1. Mengetahui jenis pernapasan pada manusia.
2. Mengetahui frekuensi dan jenis pernapasan pada manusia.
3. Mengetahui cara pemeriksaan nafas.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Pernapasan
Pernapasan atau respirasi adalah pertukaran O2 dan CO2 antara sel-sel tubuh
serta lingkungan. Pernapasan juga merupakan peristiwa menghirup udara dan dari
udara yang mengandung O2 dan mengeluarkan CO2 sebagai sisa dari oksidasi dari
tubuh. Penghisapan udara ke dalam tubuh disebut proses inspirasi dan
menghembuskan udara ke luar disebut proses ekspirasi.(Setiadi,2007)
Secara fungsional, system pernafasan terdiri dari serangkaian proses yang
terintegrasi yang mencakup sebagai berikut : (Applegate,2004)
1. Ventilasi pulmeonar (pernapasan) adalah jalan masuk dan keluar udara dan
saluran pernapasan dan paru-paru.
2. Respirasi eksternal adalah difusi oksigen dan karbon dioksida antara udara
dalam paru-paru dan kapiler pulmonal.
3. Respirasi internal, difusi oksigen dan karbon dioksida antara sel darah dan sel
jaringan.
4. Respirasi seluler adalah penggunaan oksigen oleh sel-sel tubuh untuk produksi
energi dan pelepasan produk oksidasi CO2 dan air oleh sel-sel tubuh.
B. Fungsi dan Tujuan Pernapasan
Tujuan dari pernapasan adalah untuk menyediakan oksigen bagi jaringan dan
membuang karbondioksida. Untuk mencapai tujuan ini, pernapasan dapat dibagi
menjadi empat fungsi utama :
1. Ventilasi paru yang berarti masuk dan keluarnya udara atmosfir paru.
2. Difusi oksigen dan karbondioksida antara alveoli dan darah.
3. Pengangkutan oksigen dan karbondioksida dalam darah dan cairan tubuh ke dan
dari sel jaringan tubuh.
4. Pengaturan ventilasi dan hal-hal lain dari pernapasan.(Guyton, 2007)
C. Organ-Organ Pernapasan
1. Rongga Hidung
Rongga hidung dilapisi selaput lendir yang sangat kaya akan pembuluh
darah, bersambung dengan lapisan faring dan selaput lendir semua sinus yang
mempunyai lubang masuk ke dalam rongga hidung. Sewaktu udara melewati
hidung, udara disaring oleh bulu-bulu yang terdapat di dalam vestibulum .
karena kontak dengan permukaan lendir yang dilaluinya, udara menjadi hangat
dan karena penguapan air dari permukaan selaput lendir, udara menjadi lembap.
2. Sinus Prasanal
Sinus-sinus prasanal termasuk empat pasang rongga bertulang yang
dilapisi oleh mukosa hidung dan epitel kolumnar bertingkat semu yang bersilia.
Rongga-rongga ini dihubungkan oleh serangkaian duktus yang mengalir ke
dalam rongga. Sinus-sinus disebut berdasarkan letaknya, sinus frontalis,
etmoidalis, sfenoidalis, dan maksilaris.
3. Tulang Turbinasi (konka)
Tulang turbinasi atau konka (nama yang ditunjukkan oleh penampilannya
yang seperti siput). Arus udara yang memasuki lubang hidung diarahkan ke atas
depan langit-langit hidung dan mengikuti rute sirkuit sebelum udara mencapai
nasofaring.
4. Faring, Tonsil, dan Anedoid
Faring (tekak) adalah pipa berotot yang berjalan dari dasar tengkorak
sampai persambungannya dengan esophagus pada ketinggian tulang rawan
krikoid. Maka letaknya di belakang hidung (nasofaring), di belakang mulut
(orofaring) dan di belakang laring (faring-laringeal).
5. Laring
Laring (tenggorok) terletak di depan bagian terendah faring yang
memisahkannya dengan columna vertebra, berjalan dari faring sampai
ketinggian vertebra servikalis dan masuk ke dalam trakea di bawahnya.
6. Trakea
Trakea atau batang tenggorok kira-kira Sembilan centimeter panjangnya.
Trakea berjalan dari laring sampai kira-kira ketinggian vertebra torakalis kelima
dan di tempat ini bercabang menjadi dua bronkus (bronki).
7. Bronkus
Kedua bronkus yang terbentuk dari belahan dua trakea pada ketinggian
kira-kira vertebra torakalis kelima mempunyai struktur serupa dengan trakea dan
dilapisi oleh jenis sel yang sama. Bronkus-bronkus itu berjalan ke bawah dan ke
samping ke arah tampak paru-paru. Bronkus kanan lebih pendek dan lebih lebar
daripada arteri pulmonalis dan mengeluarkan sebuah cabang yang disebut
bronkus lobus atas; cabang kedua timbul setelah cabang utama lewat di bawah
arteri, disebut bronkus lobus bawah. Bronkus lobus tengah keluar dari bronkus
lobus bawah.
8. Paru-paru
Paru-paru merupakan tempat terjadinya penyerapan oksigen dan pengeluaran
karbondioksida yang terletak dirongga dada di atas diafragma. Paru-paru terdiri
dari dari dua bagian, bagian kanan yang terdiridari 3 gelambir dan bagian kiri 2
gelambir. Paru-paru dibungkus oleh salaput tipis yang disebut pleura. Di dalam
paru-paru tepatnya di ujung bronkiolus terdapat alveoli yang merupakan tempat
pengisapan oksigen dan pengeluaran karbon dioksida.(Smitzer,2001)
D. Proses Pernapasan dan Jenis Pernapasan
Respirasi dapat dibedakan atas dua jenis, yaitu: (Godam,2008.http://taxonomy)
1. Respirasi luar yang merupakan pertukaran antara O2 da CO2 antara darah dan
udara.
2. Respirasi dalam yang merupakan pertukaran O2 dan CO2 dari aliran darah ke
sel-sel tubuh.
Dalam mengambil nafas ke dalam tubuh dan membuang nafas ke udara
dilakukan dengan dua cara pernapasan, yaitu ;
1. Respires/Pernapasan Dada.
1. Otot antar tulang rusuk luar berkontraksi atau mengerut
2. Tulang rusuk terangkat ke atas
3. Rongga dada membesar yang mengakibatkan tekanan udara dalam dada kecil
sehingga udara masuk ke dalam badan.
2. Respirasi/Pernapasan Perut
1. Otot diafragma pada perut mengalami kontraksi
2. Diafragma datar
3. Volume rongga dada menjadi besar yang mengakibatkan tekanan udara pada
dada mengecil sehingga udara masuk ke paru paru.
E. Frekuensi Pernapasan
Frekuensi pernapasan normal setiap menit adalah : (Evilyn, 2009)
1. Bayi baru lahir : 30-40 x/menit
2. Dua belas bualan : 30 x/menit
3. Dari dua sampai lima tahun : 24 x/menit
4. Orang dewasa : 10-20x/menit.
F. Faktor – faktor Yang Mempengaruhi Pernapasan
Faktor – faktor Yang Mempengaruhi Pernapasan :
(Tutor,2009.http://tutorjunior.blogspot.com)
1. Usia
Anak – anak lebih banyak frekuensi pernafasannya daripada orang dewasa.
Hal ini disebabkan anak-anak masih dalam usia pertumbuhan sehingga banyak
memerlukan energi. Oleh sebab itu, kebutuhannya akan oksigen juga lebih
banyak dibandingkan orang tua.
2. Suhu Tubuh
Jika dihubungkan dengan kebutuhan energi, ada hubungan antara pernapasan
dengan suhu tubuh, yaitu bahwa antara kebutuhan energi dengan suhu tubuh
berbanding lurus. Artinya semakin tinggi suhu tubuh, maka kebutuhan energi
semakin banyak pula sehingga kebutuhan O2 juga semakin banyak.
3. Gaya Hidup
Aktivitas dan latihan fisik meningkatkan laju dan kedalaman pernapasan
denyut jantung, demikian juga suplai oksigen dalam tubuh. Merokok dan
pekerjaan tertentu pada tempat yang berdebu dapat menjadi predesposisi
penyakit paru.
4. Status Kesehatan
Pada orang yang sehat system kardiovaskular dan pernapasan dapat
menyediakan oksigen yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh.
5. Jenis Kelamin
Laki – laki lebih tinggi frekuensi pernafasannya dari pada perempuan.
Semakin banyak energi yang dibutuhkan, berarti semakin banyak pula O2 yang
diambil dari udara. Hal ini terjadi karena laki-laki umumnya beraktivitas lebih
banyak daripada perempuan.
6. Posisi Tubuh
Posisi tubuh seseorang akan berpengaruh terhadap kebutuhan energinya.
Orang yang berdiri lebih banyak frekuensi pengambilan O2 karena otot yang
berkontraksi lebih banyak sehingga memerlukan energi yang lebih banyak pula.
G. Gangguan Pada Pola Respirasi
Gangguan Pada Pola Respirasi, antara lain :(Setiadi,2007)
1. Hipoksia (anoksia) adalah devesiensi oksigen yaitu kondisi berkurangnya kadar
oksigen dibandingkan kadar normalnya secara fisiologis dalam jaringan dan
organ.
2. Hiperkapnia adalah peningkatan kadar CO2 dalam cairan tubuh dan sering
disertai hipoksia.
3. Hipokapnia adalah penurunan kadar CO2 dalam darah.
4. Asfisia atau sufokasi, suatu kondisi hipoksia dan hiperkapnia akibat ketidak
cukupan ventilasi pulmonal.
5. Penyakit vulmonar obstruksi menahun (PPOM).
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Judul Percobaan
“Pemeriksaan Pernapasan”
B. Alat dan Bahan
1. Stopwatch
2. Stetoskop
C. Cara Kerja
1. Menyiapkan orang coba, menempatkan lengan orang coba rileks menyilang
abdomen atau dada bawah
2. Observasi satu siklus respirasi lengkap (satu inspirasi satu ekspirasi)
3. Menghitung siklus pernapasan dalam waktu satu menit penuh. Bila respirasi
tidak teratur hitung dalam satu menit penuh
4. Saat menghitung, mencatat kedalaman dan frekuensi, kedalaman dan irama
pernapasan.
5. Meminta orang coba untuk melakukan lari – lari kecil.
6. Melakukan pemeriksaan seperti langkah di atas.
7. Meminta orang coba melakukan gerakan lari kecil selama 5 menit.
8. Melakukan pemeriksaan pernapasan seperti di atas.
9. Mencatat seluruh hasilnya.
D. Hasil Pemeriksaan
Nama : Ny. AR
Usia : 19
Berat badan : 43
Jenis Kelamin : Perempuan
Waktu Istirahat
Lari
kecil 2
menit
Lari
kecil 5
menit
Keterangan
Frekuensi 16 28 46 Normal
Kedalama Dangkal Dalam Lebih Normal
n dalam
Irama TeraturTidak
teratur
Tidak
teraturNormal
E. Analisis hasil percobaan
Pada percobaan di atas dapat lihat bahwa frekuensi pernapasan terus
meningkat,hal ini dikarenakan oleh aktivitas yang tinggi dilakukan oleh orang coba.
Pada saat melakukan aktivitas fisik orang coba memerlukan energi yang banyak
dimana energy sangat dibutuhkan dalam sistem metebolisme tubuh. Sel-sel sangat
membutuhkan tubuh O2 melalui sistem inspirasi secara berkelanjutan atau kontinu
dimana berfungsi untuk menunjang reaksi-reaksi tersebut dilakukan eliminasi pada
CO2 melalui ekspirasi. Leh karena itu orang coba bernafas dengan frekuensi yang
cepat untuk memenuhi kebutuhan energi.
Kedalaman dalam menarik nafas berbeda pada saat fase istirahat dan fase lari-
lati selama 2 dan 5 menit, ini dipengaruhi karena pada saat fase istirahat orang coba
tidak melakukan aktivitas sehingga inspirasi yang dilakukan bersifat dalam.
Sedangkan fase lari-lari kecil selama 2 dan 5 menit inspirasi yang dilakukan oleh
orang coba bersifat dangkal, ini dikarenakan aktivitas yang meningkat sehingga
inspirasi yang dilakukan cepat untuk mendapatkan oksigen yang banyak untuk
memenuhi kebutuhan tubuh akibat dari aktivitas yang meningkat, begitu pula pda
kesepakatan pernafasan.
Perbedaan kecepatan respirasi pada perempuan dan laki-laki berbeda karena
laki-laki lebih banyak membutuhkan energi yaitu O2 kebutuhan metabolismepria
lebih banyak dari pada perempuan. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi
pernafasan yaitu aktivitas,usia,lingkungan,tingkat stress. Frekuensi pernafasan yang
normal pada tiap tahapan usia yaitu, pada bayi dari balita memiliki frekuensi
bernafas lebih banyak dibanding orang dewasa oleh volume paru paru relatif kecil
dan sel-sel tubuh sedang berkembang sehingga membutuhkan banyak. Karena
kontraksi otot-otot dada dan diafragma tidak sebaik saat masih mudah sehingga
udara pernafasan lebih sedikit.
Adapun frekuensi pernafasan ada bayi/balita dan dewasa adalah :
1. Bayi dan balita :30-40 X/menit
2. Dewasa :16-24 X/menit
BAB IVPENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil percobaan di atas dapat disimpulkan bahwa:
1. Macam-macam pernapasan adalah pernapasan dada dan pernapasan perut
2. Alat pernapasan pada manusia meliputi, hidung, saluran pernapasan (faring,
laring, trakea, bronkus,bronkiolus, alveolus), dan paru – paru.
3. Faktor – faktor yang mempengaruhi pernapasan yaitu umur, jenis kelamin, suhu
tubuh, aktifitas tubuh dan posisi tubuh.
4. Fungsi utama sistem pernapasan adalah sebagai pertukaran atra udara di sekitar
dalam darah yang terdiri dari tiga tahap yaitu ventilasi, difusi dan perfusi.
5. Frekuensi pernapasan normal pada manusia adalah:
1. Pada bayi: 20 – 24 kali/menit
2. Anak – anak: 16 – 20 kali/menit
3. Remaja: 12 – 16 kali/menit
4. Dewasa 10– 20 kali/menit
B. Saran
1. Untuk menjaga kesehatan organ pernapasan hendaknya dari sekarang kita
memelihara dan menjaga dengan cara berolah raga, tidak merokok dan makan
makanan yang bergizi.
2. Alat untuk praktikum sebaiknya ada yang jaga dan memelihara sebab alat yang
sudah ada sebagai bahan praktikum akan semakin rusak karena tidak adanya
penjaga laboratorium untuk menjaga alat.
DAFTAR PUSTAKA
Applegate.2004.Anatomy And Physiologi.Third Edition.Usa.Evolve.
Godam.2008.Proses Sistem Pernapasan Pada
Manusia.http//:organisasi.org/taxonomy.com
Guyton, Arthur C.2007.Buku Ajar Fisiologi Kedokteran.Edisi 2.Jakarta.EGC
Junior,Tutor.2009.Faktor Yang Mempengaruhi Kecepatan Respirasi Makhluk
Hidup.http//:tutotjunior.blogspot.com
Pearce,Evilyn.2009.Anatomi Fisiologi untuk Paramedis.Jakarta.EGC.
Setiadi.2007.Anatomi & Fisiologi Manusia.Edisi 1.Yogyakarta.Graha Ilmu.
Smitzer,Bare.2001.Keperawatan Medikal Bedah.Edisi 8 volume 2.Jakarta.Kedokteran
EGC.
Laporan Ilmu FisiologiFakultas Ilmu KesehatanUIN Alauddin Makassar
Samata, 20 Juni 2012
ELEKTROKARDIOGRAF
Nama : Aulia Rahma
NIM/Kelompok : 70300111012/8
Pembimbing : dr. Rosdiana, S.Ked., M.Kes
Asisten : Ita Sulistiani, S.Kep., Ns.
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
ALAUDDIN MAKASSAR
2012
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.......................................................................................i
DAFTAR ISI ………………………………………………………..………ii
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1
A. Latar Belakang……………………………….……………..……....1
B. Tujuan……………………………………………………..………..1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA....................................................................2
A. natomi dan Fisiologis Jantung……………………......………….2
B. Katup-Katup Jantung.........................................................................3
C. Siklus Jantung....................................................................................4
D. Periode Kerja Jantung........................................................................4
E. Curah Jantun......................................................................................5
F. Penyakit-Penyakit Jantung.................................................................5
G. Pemeriksaan Fisis Jantung.................................................................8
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN.......................................................14
A. Nama Percobaan................................................................................14
B. Alat Dan Bahan..................................................................................14
C. Prosedur Kerja...................................................................................14
D. Hasil Percobaan.................................................................................16
E. Analisis Hasil Percobaan...................................................................16
BAB IV PENUTUP.........................................................................................20
A. Kesimpulan........................................................................................20
B. Saran..................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................iii
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUANA. Latar Belakang
Elektrokardiogram (EKG) adalah grafik yang dibuat oleh sebuah
elektrokardiograf, yang merekam aktivitas kelistrikan jantung dalam waktu
tertentu. Namanya terdiri atas sejumlah bagian yang berbeda: “elektro”, karena
berkaitan dengan elektronika, “kardio”, kata Yunani untuk jantung, “gram”,
sebuah akar Yunani yang berarti “menulis”. Analisis sejumlah gelombang dan
vektor normal depolarisasi dan repolarisasi menghasilkan informasi diagnostik yang
penting.
Elektro kardiogaram adalah ilmu yang mempelajari aktivitas listrik jantung yaitu
perubahan-prubahan potensial atau perubahan voltage yang erdapat dalam jantung.
Elektrokardiogram EKG adalah grapik yang merekm perubahan potensial listrik
jantung yang dihubungkan dengan waktu. Kegiatan listirk jantung dalam tubuh
dapat dicatat dan direkam melalului elektroda-elektroda yang dipasan pada
permukaan tubuh, kelainan tatalistrik jantung akan menimbulkan kelainan pada
gambr EKG.
EKG hanyalah salah satu pemeriksaan diagnostik yang merupakan alat bantu
dalam menegakkan diagnostic penyakit jantung. Gamabaran listrik penderita tetap
merupakan pegangan yang penting dalam menentukan diagnosis, karena pasien
dengan penyakit jantung munkin mempunyai gambaran EKG yang normal atau
sebaliknya, individu normal munkin mempunyai gambaran EKG yang abnormal.
B. Tujuan
Tujuan dari percobaan ini yaitu mencatat kejadian-kejadian elektriks yang terjadi
pada jantung manusia dari permukaan tubuh.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Anatomi dan Fisiologis Jantung
Jantung merupakan organ utama dalam system kardiovaskuler. Jantung dibentuk
oleh organ-organ muscular, apex, dan basis cordis, atrium kanan dan kiri serta
ventrikel kanan dan kiri. Ukuran jantung kira-kira panjang 12 cm, lebar 8-9 cm dan
tebal kira-kira 6 cm. Berat jantung sekitar 7-15 ons atau 200 sampai 425 gram dan
sedikit lebih besar dari kepalan tangan. Setiap harinya jantung berdetak 100.000 kali
dan dalam masa periode itu jantung memompa 200 galon darah atau setara dengan
7.571 liter darah. Posisi jantung terletak di antara kedua paru dan berada di tengah-
tengah dada, bertumpu pada diafragma thoracis dan berada kira-kira 5 cm di atas
processus xiphoideus. Pada tepi kanan cranial berada berada pada tepi cranialis pars
cartilanginis costa III dextra, 1 cm dari tepi laternal sternum. Pada tepi kanan caudal
berada pada tepi cranialis pars cartilanginis costa VI dextra, 1 cm dari tepi laternal
sternum. Tepi kiri jantung berada pada tepi caudal pars cartilanginis costa II sinistra
di tepi lateral sternum, tepi kiri caudal berada pada ruang intercostalis 5, kira-kira 9
cm di kiri linea medioclaviculari.(Admin, 2008)
Jantung terdiri atas empat ruang yang berfundi sebagai pompa yaitu dua ruang
yag berdinding disebut dinding atrium, dan dua yang berdinding tebal disebut
ventrikel. Atrium kanan menerima menampung darah dari seluruh tubuh lalu
disalurkan keventrikel kanan melalui katup trikuspidalis, kemudian darah
dipomakan keseluruh paru-paru melalui arteri pulmonal. Darah diparu-pru enerim
oksigen (02) dan melepaskan karbon dioksida (co2) melalui pernapasan . atriu kiri
menerima darah dari seluruh paru-paru melalui vena pulmonal lal disalurkan ke
ventrikel kiri melaui katu p mitralis, kemudian darah dipompakan keseluruh tubuh
melalui aorta. Hubungan fungsional antara atrium dan venrikel diselengarakan oleh
jaringan susunan hanrar khusus yag menhantarkan impuls listrik dari atrium ke
venntrikel yang disebut system konduksi ( saraf otonom di jantung). System tersebut
terdiri dari nodus sinoatrial (SA-nodes), nodus Antrioventrikuler (AV-Node), berkas
his dan serabut-serabut purkinje.(Asry, 2007)
Katup-Katup Jantung
Di dalam jantung terdapat katup-katup yang sangat penting artinya dalam
susunan peredaran darah dan pergerakan jantung manusia, terdiri atas:(Syaifuddin,
2006)
1. Valvula bikuspidalis, terdapat antara atrium dekstra dengan ventrikel dekstra
yang terdiri dari tiga katup.
2. Valvula bikuspidalis, terietak antara atrium sinstra dengan ventrikel sinistra
terdiri dari dua katup.
3. Valvula semilunaris arteri pulmonalis, terletak antara ventrikel dekstra dengan
erteri pulmonalis, tempat darah mengalir menuju ke paru-paru.
4. Valvula semilunaris aorta, terletak antara ventrikel sinistra dengan aorta tempat
darah mengalir menuju ke seluruh tubuh.
Siklus Jantung
Jantung adalah sebuah pompa dan kejadian-kejadian yang terjadi di dalam
jantung selam peredaran darah disebut siklus jantung. Gerakan jantung berasal dari
nodus sinus-atrial, kemudian kedua atrium berkontraksi. Gelombang kontrksi ini
bergerak melalui His kemudian ventrikel berkontraksi. Gerkan jantung terdiri atas
dua jenis, yaitu kontraksi atau sistol, dan pengenduran atau diastole. Kontraksi dari
kedua atrium terjadi serentak dan disebut sistol atrial, pengendurannya disebut
diastole atrial. Serupa dengan itu kontraksi dan pengenduran ventrikel disebut juga
systole dan diastole ventrikuler. Lama kontraksi ventrikel adalah 0,3 detik dan tahap
pengendurannya selama 0,5 detik. Dengan cara ini jantung berdenyut terus
menerus, siang-malam, selama hidupnya. Dan otot jantung mendapat istirahat
sewaktu diastole ventrikuler.
Kontraksi kedua atrium pendek, sedangkan kontraksi ventrikel lebih lama dan
lebih kuat. Dan yang dari ventrikel kiri adalah yang terkuat karena harus mendorong
darah ke seluruh tubuh untuk mempertahankan tekanan darah arteri sistemik.
Meskipun ventrikel kanan juga memompa volume darah yang sama, tetapi tugasnya
hanya mengirimkannya ke sekitar paru-paru di mana tekanannya lebih rendah.
(Evelyn, 2009)
Periode Kerja Jantung
Periode kerja jantung, terdiri atas: (Syaifuddin, 2009)
1. Periode sistole: Jantung bagian ventrikel menguncup, katup bikus dan
trikuspidalis dalam keadaan tertutup, valvula semilunaris
aorta dan semilunaris arteri pulmonalis terbuka sehingga
darah dari ventrikel dekstra mengalir ke arteri pulmonalis,
masuk ke dalam paru-paru. Darah dari ventrikel sinistra
mengalir ke aorta dan ke seluruh tubuh.
2. Periode diastole: Jantung mengembang, katup bikus dan trikuspidalis dalam
keadaan terbuka, darah dari atrium sinistra masuk ke ventrikel
sinistra dan darah dari atrium dekstra masuk ke ventrikel
dekstra. Selanjutnya darah yang dating dari paru-paru melalui
vena pulmonalis masuk ke atrium sinistra. Darah dari seluruh
tubuh melalui vena cava superior dan inferior masuk ke
atrium dekstra.
3. Periode istirahat: Waktu antara periode diastole dan periode sistole dimana
jantung berhenti sekitar 1/10 detik.
Curah Jantung
Curah kerja sekuncup jantung adalah jumlah energy yang diubah oleh jantung
menjadi kerja selama setiap denyut jantung sewaktu memompa darah ke dalam
arteri. Curah kerja jantung semenit adalah jumlah total energy yang diubah menjadi
kerja dalam 1 menit, jumlah ini sebanding dengan curah kerja sekuncup dikalikan
dengan denyut jantung permenit.
Curah kerja jantung terbagi dalam dua bentuk. Pertama, sejauh ini bagian yang
utama digunakan untuk memindahkan darah dari vena-vena bertekanan rendah ke
arteri bertekanan tinggi. Kedua, bagian yang kecil dari energy tersebut digunakan
untuk memacu kecepatan ejeksi darah melalui katup aorta dan pulmonalis. Bagian
ini disebut komponen energy kinetic aliran darah dari curah kerja,
Curah kerja luar ventrikel kanan biasanya sekitar seperenam curah kerja
ventrikel kiri karena adanya perbedaan dengan tekanan sistolik sebesar enam kali
lipat akibat pemommpaan kedua ventrikel. Curah kerja tambahan dari tiap ventrikel
yang dibutuhkan untuk menghasilkan energy kinetic aliran darah adalah sebanding
dengan massa darah yang diejeksikan dikali dengan kuadrat kecepatan ejeksi.
(Guyton, 2007)
Penyakit-Penyakit Jantung
Penyakit jantung banyak sekali macamnya. Para penderitanya juga seringkali
terkena lebih dari satu gangguan (komplikasi). Berikut adalah beberapa jenis
penyakit jantung yang perlu Anda diketahui. Daftar ini hanyalah sebagian dari
belasan jenis gangguan jantung lain yang dapat mengancam kita.
1. Aterosklerosis.
Aterosklerosis adalah penebalan dinding arteri sebelah dalam karena endapan
plak (lemak, kolesterol dan buangan sel lainnya) sehingga menghambat dan
menyumbat pasokan darah ke sel-sel otot. Aterosklerosis dapat terjadi di seluruh
bagian tubuh. Bila terjadi pada dinding arteri jantung, maka disebut penyakit
jantung koroner (coronary artery disease) atau penyakit jantung iskemik.
Aterosklerosis berlangsung menahun dan menimbulkan banyak gangguan
penyakit. Aterosklerosis dimulai dari adanya lesi dan retakan pada dinding
pembuluh darah, terutama karena adanya tekanan kuat pada pembuluh jantung.
Pada tahap berikutnya, tubuh berusaha memulihkan diri dengan menempatkan
zat-zat lemak ke dalam pembuluh darah untuk menutup keretakan. Lambat laun,
karena proses peretakan dan penutupan yang berulang, zat-zat lemak itu bisa
menutup pembuluh jantung.
Salah satu gejala aterosklerosis jantung adalah Angina pektoris, yaitu rasa
nyeri/tidak enak di daerah jantung dan dada karena berkurangnya pasokan darah
ke otot jantung. Angina bisa terjadi baik saat beraktivitas fisik maupun
beristirahat. Bila berlanjut, angina bisa berkembang menjadi infark miokard
akut yang berbahaya.
2. Infark Miokard Akut
Infark miokard adalah kematian otot jantung karena penyumbatan pada arteri
koroner. Otot-otot jantung yang tidak tersuplai darah akan mengalami kerusakan
atau kematian mendadak.
3. Kardiomiopati
Kardiomiopati adalah kerusakan/gangguan otot jantung sehingga
menyebabkan dinding-dinding jantung tidak bergerak sempurna dalam menyedot
dan memompa darah. Penderita kardiomiopati seringkali berisiko terkena
arritmia dan gagal jantung mendadak. Kardiomiopati masih dibagi lagi
jenisnya menjadi kardiomipati kongestif, hipertrofik, restriktif dan
peripartum.
4. Gagal Jantung Kongestif.
Gagal jantung adalah ketidakmampuan jantung untuk memompa darah
secara efektif ke seluruh tubuh. Jantung dikatakan gagal bukan karena berhenti
bekerja, namun karena tidak memompa sekuat yang seharusnya. Sebagai
dampaknya, darah bisa berbalik ke paru-paru dan bagian tubuh lainnya.
5. Fibrilasi Atrial
Fibrilasi atrial adalah gangguan ritme listik jantung yang mengganggu atrial.
Gangguan impuls listrik ini menyebabkan kontraksi otot jantung tidak beraturan
dan memompa darah secara tidak efisien. Akibatnya, atrium jantung tidak
sepenuhnya mengosongkan darah menuju ke serambi (ventrikel). Fibrilasi atrial
biasanya terkait dengan banyak gangguan jantung lainnya, termasuk
kardiomiopati, koroner, hipertropi ventrikel, dll. Hipertiroid dan keracunan
alkohol juga bisa menyebabkan fibrilasi atrial.
6. Inflamasi Jantung
Inflamasi jantung dapat terjadi pada dinding jantung (miokarditis), selaput
yang menyelimuti jantung (perikarditis), atau bagian dalam (endokarditis).
Inflamasi jantung dapat disebabkan oleh racun maupun infeksi.
7. Penyakit Jantung Rematik
Penyakit jantung rematik adalah kerusakan pada katup jantung karena
demam rematik, yang disebabkan oleh bakteri streptokokus.
8. Kelainan Katup Jantung
Katup jantung berfungsi mengendalikan arah aliran darah dalam jantung.
Kelainan katup jantung yang dapat mengganggu aliran tersebut, antara lain
karena pengecilan (stenosis), kebocoran (regurgiasi), atau tidak menutup
sempurna (prolapsis). Kelainan katup dapat terjadi sebagai bawaan lahir maupun
karena infeksi dan efek samping pengobatan. (Majalah kesehatan, 2007)
Pemeriksaan Fisis Jantung
1. Inspeksi
Dilakukan inspeksi pada prekordial penderita yang berbaring terlentang atau
dalam posisi sedikit dekubitus lateral kiri karena apek kadang sulit ditemukan
misalnya pada stenosis mitral. dan pemeriksa berdiri disebelah kanan penderita.
Memperhatikan bentuk prekordial apakah normal, mengalami depresi atau ada
penonjolan asimetris yang disebabkan pembesaran jantung sejak kecil.
Hipertropi dan dilatasi ventrikel kiri dan kanan dapat terjadi akibat kelainan
kongenital.
Garis anatomis pada permukaan badan yang penting dalam melakukan
pemeriksaan dada adalah:
1) Garis tengah sternal (mid sternal line/MSL)
2) Garis tengah klavikula (mid clavicular line/MCL)
3) Garis anterior aksilar (anterior axillary line/AAL)
4) Garis parasternal kiri dan kanan (para sternal line/PSL)
Mencari pungtum maksimum, Inspirasi dalam dapat mengakibatkan paru-
paru menutupi jantung, sehingga pungtum maksimimnya menghilang, suatu
variasi yang khususnya ditemukan pada penderita emfisema paru. Oleh kerena
itu menghilangnya pungtum maksimum pada inspirasi tidak berarti bahwa
jantung tidak bergerak bebas. Pembesaran ventrikel kiri akan menggeser
pungtum maksimum kearah kiri, sehingga akan berada diluar garis midklavikula
dan kebawah. Efusi pleura kanan akan memindahkan pungtum maksimum ke
aksila kiri sedangkan efusi pleura kiri akan menggeser kekanan. Perlekatan
pleura, tumor mediastinum, atelektasis dan pneumotoraks akan menyebabkan
terjadi pemindahan yang sama. Kecepatan denyut jantung juga diperhatikan,
meningkat pada berbagai keadaan seperti hipertiroidisme, anemia, demam.
2. Palpasi
Pada palpasi jantung, telapak tangan diletakkan diatas prekordium dan
dilakukan perabaan diatas iktus kordis (apical impulse). Lokasi point of
masksimal impulse, normal terletak pada ruang sela iga (RSI) V kira-kira 1 jari
medial dari garis midklavikular (medial dari apeks anatomis). Pada bentuk dada
yang panjang dan gepeng, iktus kordis terdapat pada RSI VI medial dari garis
midklavikular, sedang pada bentuk dada yang lebih pendek lebar, letak iktus
kordis agak ke lateral. Pada keadaan normal lebar iktus kordis yang teraba
adalah 1-2 cm2.
Pulsasi ventrikel kiri
Pulsasi apeks dapat direkam dengan apikokardiograf. Pulsasi apeks yang
melebar teraba seperti menggelombang (apical heaving). Apical heaving tanpa
perubahan tempat ke lateral, terjadi misalnya pada beban sistolik ventrikel kiri
yang meningkat akibat stenosis aorta. Apical heaving yang disertai peranjakan
tempat ke lateral bawah, terjadi misalnya pada beban diastolik ventrikel kiri yang
meningkat akibat insufisiensi katub aorta. Pembesaran ventrikel kiri dapat
menyebabkan iktus kordis beranjak ke lateral bawah. Pulsasi apeks kembar
terdapat pada aneurisme apikal atau pada kardiomiopati hipertrofi obstruktif.
Pulsasi ventrikel kanan
Area dibawah iga ke III/IV medial dari impuls apikal dekat garis sternal kiri,
normal tidak ada pulsasi. Bila ada pulsasi pada area ini, kemungkinan
disebabkan oleh kelebihan beban sistolik ventrikel kanan, misalnya pada stenosis
pulmonal atau hipertensi pulmonal. Pulsasi yang kuat di daerah epigastrium
dibawah prosesus sifoideus menunjukkan kemungkinan adanya hipertropi dan
dilatasi ventrikel kanan. Pulsasi abnormal diatas iga ke III kanan menunjukkan
kemungkinan adanya aneurisma aorta asendens. Pulsasi sistolik pada interkostal
II sebelah kiri pada batas sternum menunjukkan adanya dilatasi arteri pulmonal.
Getar jantung ( Cardiac Trill)
Getar jantung ialah terabanya getaran yang diakibatkan oleh desir aliran
darah. Bising jantung adalah desiaran yang terdengar karena aliran darah. Getar
jantung di daerah prekordial adalah getaran atau vibrasi yang teraba di daerah
prekordial. Getar sistolik (systolic thrill) timbul pada fase sistolik dan teraba
bertepatan dengan terabanya impuls apikal. Getar diastolic (diastolic thrill)
timbul pada fase diastolik dan teraba sesudah impuls apikal.
Getar sistolik yang panjang pada area mitral yang melebar ke lateral
menunjukkan insufisiensi katup mitral. Getar sistolik yang pendek dengan lokasi
di daerh mitral dan bersambung kearah aorta menunjukkan adanya stenosis katup
aorta. Getar diastolik yang pendek di daerah apeks menunjukkan adanya stenosis
mitral. Getar sistolik yang panjang pada area trikuspid menunjukkan adanya
insufisiensi tricuspid. Getar sistolik pada area aorta pada lokasi didaerah
cekungan suprasternal dan daerah karotis menunjukkan adanya stenosis katup
aorta, sedangkan getar diastolik di daerah tersebut menunjukkan adanya
insufisiensi aorta yang berat, biasanya getar tersebut lebih keras teraba pada
waktu ekspirasi. Getar sistolik pada area pulmonal menunjukkan adanya stenosis
katup pulmonal. Pada gagal jantung kanan getar sistolik pada spatium interkostal
ke 3 atau ke 4 linea para sternalis kiri.
3. Perkusi
Cara perkusi
Batas atau tepi kiri pekak jantung yang normal terletak pada ruang
interkostal III/IV pada garis parasternal kiri pekak jantung relatif dan pekak
jantung absolut perlu dicari untuk menentukan gambaran besarnya jantung.
Pada kardiomegali, batas pekak jantung melebar kekiri dan ke kanan. Dilatasi
ventrikel kiri menyebabkan apeks kordis bergeser ke lateral-bawah. Pinggang
jantung merupakan batas pekak jantung pada RSI III pada garis parasternal kiri.
4. Auskultasi
Auskultasi ialah merupakan cara pemeriksaan dengan mendengar bunyi
akibat vibrasi (getaran suara) yang ditimbulkan karena kejadian dan kegiatan
jantung dan kejadian hemodemanik darah dalam jantung. Alat yang digunakan
ialah stetoskop yang terdiri atas earpiece, tubing dan chespiece. Macam-macam
ches piece yaitu bowel type dengan membran, digunakan terutama untuk
mendengar bunyi dengan frekuensi nada yang tinggi; bel type, digunakan untuk
mendengar bunyi-bunyi dengan frekuensi yang lebih rendah.
Bunyi jantung
Bunyi jantung utama: BJ, BJ II, BJ III, BJ IV Bunyi jantung tambahan, dapat
berupa bunyi detik ejeksi (ejection click) yaitu bunyi yang terdengar bila ejeksi
ventrikel terjadi dengan kekuatan yang lebih besar misalnya pada beban sistolik
ventrikel kiri yang meninggi. Bunyi detak pembukaan katub (opening snap)
terdengar bila pembukaan katup mitral terjadi dengan kekuatan yang lebih besar
dari normal dan terbukanya sedikit melambat dari biasa, misalnya pada stenosis
mitral.
Bunyi jantung utama
Bunyi jantung I ditimbulkan karena kontraksi yang mendadak terjadi pada
awal sistolik, meregangnya daun-daun katup mitral dan trikuspid yang mendadak
akibat tekanan dalam ventrikel yang meningkat dengan cepat, meregangnya
dengan tiba-tiba chordae tendinea yang memfiksasi daun-daun katup yang telah
menutup dengan sempurna, dan getaran kolom darah dalam outflow track (jalur
keluar) ventrikel kiri dan di dinding pangkal aorta dengan sejumlah darah yang
ada didalamnya. Bunyi jantung I terdiri dari komponen mitral dan trikuspidal
Faktor-faktor yang mempengaruhi intensitas BJ I yaitu:
Kekuatan dan kecepatan kontraksi otot ventrikel, Makin kuat dan cepat
makin keras bunyinya. Posisi daun katup atrio-ventrikular pada saat sebelum
kontraksi ventrikel. Makin dekat terhadap posisi tertutup makin kecil
kesempatan akselerasi darah yang keluar dari ventrikel, dan makin pelan
terdengarnya BJ I dan sebaliknya makin lebar terbukanya katup atrioventrikuler
sebelum kontraksi, makin keras BJ I, karena akselerasi darah dan gerakan katup
lebih cepat. Jarak jantung terhadap dinding dada. Pada pasien dengan dada kurus
BJ lebih keras terdengar dibandingkan pasien gemuk dengan BJ yang terdengar
lebih lemah. Demikian juga pada pasien emfisema pulmonum BJ terdengar lebih
lemah. Bunyi jantung I yang mengeras dapat terjadi pada stenosisis mitral.
BJ II ditimbulkan karena vibrasi akibat penutupan katup aorta (komponen
aorta), penutupan katup pulmonal (komponen pulmonal), perlambatan aliran
yang mendadak dari darah pada akhir ejaksi sistolik, dan benturan balik dari
kolom darah pada pangkal aorta yang baru tertutup rapat. Bunyi jantung II dapat
dijumpai pada Duktus Arteriosus Persisten besar, Tetralogi Fallot, stenosis
pulmonalis, Pada gagal jantung kanan suara jantung II pecah dengan lemahnya
komponen pulmonal. Pada infark miokard akut bunyi jantung II pecah
paradoksal, pada atrial septal depect bunyi jantung II terbelah.
BJ III terdengar karena pengisian ventrikel yang cepat (fase rapid filling).
Vibrasi yang ditimbulkan adalah akibat percepatan aliran yang mendadak pada
pengisisan ventrikel karena relaksasi aktif ventrikel kiri dan kanan dan segera
disusul oleh perlambatan aliran pengisian. Bunyi jantung III dapat dijumpai pada
syok kardiogenik, kardiomiopati, gagal jantung, hipertensi.
Bunyi jantung IV dapat terdengar bila kontraksi atrium terjadi dengan
kekuatan yang lebih besar, misalnya pada keadaan tekanan akhir diastole
ventrikel yang meninggi sehingga memerlukan dorongan pengisian yang lebih
keras dengan bantuan kontraksi atrium yang lebih kuat. Bunyi jantung IV dapat
dijumpai pada penyakit jantung hipertensif, hipertropi ventrikel kanan,
kardiomiopati, angina pectoris, gagal jantung, hipertensi, Irama derap dapat
dijumpai pada penyakit jantung koroner, infark miokard akut, miokarditis, kor
pulmonal, kardiomiopati dalatasi, gagal jantung, hipertensi, regurgitasi aorta.
(undefined, 2010)
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Nama Percobaan
“Elektrokardiograf pada Manusia”
B. Alat dan Bahan
1. Elektrokardiografi (EKG)
2. Kabel sedapan yang terdiri dari:
1) 4 buah sedapan ekstremitas:
a) Tangan kiri (LA)
b) Tangan kanan (RA)
c) Kaki kiri (LL)
d) Kaki kanan (RL)
2) 6 Buah sedapan dada: V1, V2, V3, V4, V5, V6
3. 10 elektroda yang terdiri dari:
1) 4 buah elektroda ekstremitas
2) 6 buah elektroda dada
4. Kertas EKG
C. Cara Kerja
Orang coba (pria) berbaring terlentang dengan badan atas bebas dari
pakaian. Bahan-bahan logam yang dipakai seperti ikat pinggang, cincin, arloji
dan sebagainya, sebaiknya dibuka agar tidak menggangu rekaman. Oleskan EKG
cream atau jelly pada tempat-tempat dimana akan dipasang elektroda untuk
mengurangi resisten. Pasanglah keempat elektroda ekstremitas pada kedua
pergelangan tangan dan kedua pergelangan kaki pada bagian volar aatu medial.
Pasanglah elektroda tersebut dengan ketat. Hubungkan kabel sedapan pada EKG
dan ujung-ujungnya dihubungkan pada elektroda yang sesuai.
Pasanglah elektroda pada dada sebagai berikut:
V1: pada ruang intercostalis 4, linea parasternalis dextra
V2: Pada ruang intercostalis 4, linea parasternalis sinistra
V3: Pada pertengahan antara V2 dan V4
V4: pada ruang intercostalis 5 pada linea mid klavikularis
V5: pada level 4, pada linea aksilaris anterior
V6; pada level 4 pada linea mid aksilaris
Hubungkan pada ujung-ujung kabel sadapan pada elektroda dada yang sesuai.
Pasanglah kabel (arde) dan hubungkan EKG pada sumber listrik. Sekaarang
mulailah dengan pencatatan.
Pencatatan
1. Sadapan ekstremitas bipolar
Adalah sadapan asli yang terpilih oleh Einthoven untuk mencatat potensial
elektris dalam bidang frontal. Ini diperoleh denagn memutar selector pada
EKG pada 1, 2, dan 3. Catatlah mula-mula Lead I, Lead II, dan akhirnya
Lead III. Lakukan pencatatn 6 siklus gelombang EKG untuk tiap lead dan 12
siklus untuk lead II.
2. Sadapan unipolar (unipolar lead)
Pertama-tama ditemukan oleh Wilson tahun 1932
Pencatatan dilakukan dengan 2 elektroda yaitu :
a. Elektroda Indiferen: ketiga sadapan LA, RA, dan LL dihubungkan
menjadi terminal sentral dan dihubungkan dengan sadapan RA.
b. Elektroda Eksplorasi: adalah sadapan LA
Sadapan Ekstremitas Uniplorasi (Augmented = diperkuat)
Sadapan aVR : Elektroda eksplorasi (lead LA) pada RA
Sadapan aVL : Elektroda eksplorasi (lead LA) pada LA
Sadapan aVF : Elektroda eksplorasi (lead LA) pada LL
Putarlah selektor pada EKG ke naVR, aVL, aVF untuk mencatat sadapan
tersebut. Buatlah 6 siklus untuk tiap sadapan.
Sadapan prekordial
Elektroda eksplorasi masing-masing pada V1, V2, V3, V4, V5, dan V6.
Putarlah selektor EKG pada V1 kemudian catatlah siklus pada kertas EKG.
Lanjutkan dengan V2 sampai V6.
Denagn demikian saudara telah mencatat 12 sadapan dengan EKG. Hitunglah
frekuensi jantung dengan menggunakan Lead II. Perhatikan kemungkinan
adanya kelainan pada gambaran EKG, irama jantung dan besarnya amplitudo
gelombang EKG.
Sumber Kesalahan
1. Orang coba tidak relaks (pengaruh tonus otot)
2. Letak elektroda
3. Resistensi antara elektroda dan kulit (poor skin contact)
4. Interferensi elektris
D. Hasil Percobaan
Dari hasil percobaan diperoleh hasil sebagai berikut
1. Frekuensi : 1500/18=x/menit
2. Rhythm : sinus ritme
3. P ware : 0,08 detik/0,15
4. PR interval : 0,14 detik
5. QRS komleks : lebar : 0,08 detik
Axis : 80 Y
Konfigurasi : normal
6. ST sement : iseolektris (normal)
7. T Wave : normal
KESAN: normal
E. Analisis Hasil Percobaan
1. Frekuensi jantung (HR), dihitgng pada lead ke II.
Didentifikasi letak PQRS dan menentukan HR yaitu engan dua cara
1) Regular, apabila R nya pas berada di kotak sedang, maka rumus yang dipkai
adalah HR= 300/jumlah kotak sedang
Kalau R nya tidak pas, maka rumusnya
HR= 1500/jumlah kotak kecil
2) Irregular , kalu tidak teratur, hitung selama enam detik kemudian hitung
jumlah R lau dikalikan dengan jumlah 10.
Dari hasil pemeriksaan terjadi prekuensi yang regular, namun R nya tidak
pas, maka rumus yang digunakan adalah HR= 1500/jumlah kotak kecil.
Diperoleh hasil 83. Berada pada frekuensi jantung normal yaitu 60-
100x/menit.
2. Rhythm (irama)
Dalam menentukan irama ada 3 hal yang perlu diperhatikan
1) HR 60-100x/menit
2) Jarak antara R-R sama atau teratur
3) Gelombang P selalu didikuti gelombang PQRS
Apabila memenuhi ketiga cara ini, maka;
1) Irama yang teratur disebut irama sinus
2) Apabila frekuensinya < 60x/menit disebut sinus bradikardi
3) Apabila frekuensinya >100x/menit disebut sinus takikardi
Irama yang diperoleh dari hasil pemeriksan EKG pada orang coba adalah sinus
ritme karena frekuensinya berada antara 60-100x/menit.
3. P wave (gelombang P) dihitung pada lead II.
Untuk mengukur gelombang P, maka kita ukur mulai awal sampai akhir
gelombang P.
1) Lebar = 2 kotak kecil x 0,04 detik= 0,08 detik, normalnya < 0,11 detik, jadi
kesannya normal.
2) Tinggi = 2 kotak kecil x 0,1= 0,2 mv, normalnya < 0,25 mv, jadi kesannya
normal.
4. P-R interval, dihitung pada lead ke II.
Diukur dari awal gelombang P sampai dengan awal gelombang PQRS.
Diperoleh hasil engan yaitu 4 kotak kecil x 0.04 detik= 0, 16 detik, normalnya
adalah 0,12-0,20 detik, sedangkan hasil yang didapatkan dalah 0,16 maka
kesanya adalah normal. Apabila tidak normal maka penyakitnya adlah AV blok.
5. QRS kompleks, dihitung pada lead ke III.
1) Lebar QRS, dihitung dari awal gelombang QRS sampai akhir gelombang
QRS. Lebarnya = 2 x 0,04 detik = 0,08 detik, normalnya adalah 0,04- 0,10
detik. Jadi kesannya adalah normal. Apabila tidak normal maka penyakitnya
dsebut ventrikel ekstrasistol.
2) Axis, dihitung pada lead I, gelombang R pada lead satu adalah R=3 dan Q=1
jadi R =3-1 =2. Sedankan gelombang R pada aVF adalah 12.
3) Nilai Q normalnya yaitu tidak boleh lebih dari 1/3 dari R dimana R =12 dan
Q = 1, jadi R = 1/3 x 11= 3,67, dimana disini nilai Q < 3,67. Jadi keannya
adalah normal. Jika Q lebih dari 1/3 R maka maka penyakitnya disebut
sebagai OMI (old miokard infard)
4) Jika -30o sampai 90o adalah LAD (left axis deviation). Jantung bergeser
kekanan.
5) + 110o -180o adalah RAD (right axis deviation). Jantung bergeser ke kiri.
6) Untuk menentukan konfigurasinya kita lihat R nilai normal:
+ di lead I, II, aVF, V5, V6.
- Di lead aVR, V1, V2
Bifasik di lead III, aVL, V3, V4.
Konfigurasi pada data yang diperoleh yaitu:
Lead I, II, aVF, V5, V6. Positif, Lead aVR, V1, V2 negatif dan lead III
dan V4 positif, lead aVL, V3 negatif. Jadi kesannya adalah normal, tetapi
jika terbalik disebut sebagai penyakit aterosklerosis.
6. ST sement, dihitung pada lead ke III.
Diukur mulai akhir gelombang QRS sampai awal gelombang T, nilai normal
isoelektris (-0,5 mm sampai +2,5mm). diukur untuk mengetahui adanya kelainan
pada otot jantung (iskemia dan infrd). Data yang diperoleh dari hasil pemeriksaan
pas digaris isoeleskris. Jadi kesannnya adalah nomal. Jika ST delevasi maka nama
penyakitnya adalah infark miokard, sedangkan bila ST depresi maka nama
penyakitnya adalah iskemik.
7. T wave (gelombang T)
Diukur tingginy mulai dari garis isoelektrik sampai puncak gelombang T.
nilai normal amplitude ( tinggi) < 10 mm di lead precordial dan <5mm di lead
ekstremitas minimum 1 mm.
a. Konfigurasi gelobang T:
1) Positif dilead I, II, aVF, V2-V6
2) Negative di lead aVR
3) Bispatik di lead III, aVL, V1.
Lead ekstremitas Lead I : 2 mm, Lead II :3 mm, Lead III: 1,5 mm,
lead aVR 2 mm, lead aVL 1 mm dan lead aVF 2 mm ( < 5 mm).
Lead precordial, lead V1: 2 mm, lead V2: 3 mm, lead V4: 8 mm,
lead V5: 4 mm, lead V6: 3 mm. (< 10 mm).
Konfigurasi gelombang T pada lead I, II, III aVF, V2, V3, V4, V5,
V6, bernilai positif. Sedankan pada lead aVR, aVL dan V1 berilai
negative.
Dari hasil diatas menunjukkan pada keadaan normal. Tetapi apabila
gelombang T terbalik menunjukkan adanya arteri coroner.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil pemeriksaan EKG yang dilakukan ada beberapa kejadian-kejadian
elektriks yang terjadi pada jantung yang dapat diukur melalui EKG antara lain yaitu;
frekuensi, rhythm (irama), P ware, PR interval, QRS kompleks (lebar, axis, dan
konfigurasi), ST sement, dan T ware. Dari beberapa kejadian elektris yang
disebutkan memiliki ketentuan atau nilai normal tertentu, apabila nilai perhitungan
EKG seseorang berada pada angka normal tersebut maka dikatakan seabagai normal,
tetapi apabila kurang atau melebihi nilai normal maka itu menandakan adanya
kelainan pada jantung seseorang, seperti sinus bradikardi, sinus takikardi, AV blok,
ventrikel ekstrasistol, pergeseran jantung, iskemia, OMI, asterosklerosis, infard
miokard, dan arteri coroner, semuanya dapat diagnosis dengan melakukan
pemeriksaan EKG, namun bukan berarti bahwa pemeriksaan EKG ini merupakan
alat untuk mendiagnosa suatu penyakit secara pasti atau menyeluruh, masih perlu
dilakukan penkajian secara klinis lebih lanjut. Hal ini disebabkan dalam pengukuran
EKG terkadan sseorang yang memiliki fisik yang normal biasa menunjukkan hasil
EKG yang abnormal begitu pula sebaliknya. Tapi EKG merupakan alat yang baik
sekali untuk digunakan mendiagnosa karena disamping mudah dalam
penggunanaanya juga memiliki data yang cukup akurat.
B. Saran
Adapun saran yang bisa diberikan:
1. Sebaiknya dalam melakukan percobaan, orang coba dan pemeriksa terjadi
kesepakatan awal.
2. Sebaiknya dalam melakukan percobaan harus tepat waktu.
3. Sebaiknya sebelum dilakukan pemeriksaan EKG dilakukan penkajian teori yang
lebih mendalam. Supaya praktikan dapat memahami leih jauh masalah EKG.
DAFTAR PUSTAKA
Admin.2008.http//:www.anatomi fisiologi jantung.com.March 4th.
Asri, mahmuddin.2007. EKG praktis sehari-hari. Makassar: Universitas
Hasanuddin.
Guyton & Hall.2008.Buku Ajar Fisiologi Kedokteran.Edisi 11.EGC. Jakarta
Majalah kesehatan.2007.gangguan jantung.in http//:majalahkesehatan.com.june
27th
Pearce, Evelyn C.2009. Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis. Gramedia
Pustaka: Jakarta
Syaifuddin. 2009. Fisiologi Tubuh Manusia untuk mahasiswa keperawatan.
Edisi 2. Salemba Medika: Jakarta
Syaifuddin.2006. Anatomi fisiologi untuk mahasiswa keperawatam.Edisi
3.EGC.Jakarta
Undefined.2010.pemeriksaan fisis jantung.in http//:
www . Undefined.com.february 14th
BIOGRAFI PENULIS
Aulia rahma lahir dipangkep, Sulawesi Selatan, 24 juli 1993. Anak keenam dari enam
bersaudara dan merupakan anak dari pasangan H. Masmuman dan Hj.Murni.
Penulis memulai memasuki jenjang pendidikan pada tahun 1999 di SDN 27 balombong
dan berhasil menyelesaikan pendidikan pada tahun 2005. Pada tahun yang sama penulis
melanjutkan pendidikan di SMPN Negri 1 ma’rang dan berhasil melanjutkan
pendidikan pada tahun 2008.. Kemudian melanjutkan pendidikan di SMA Negri 1 segeri
dan tamat pada tahun 2011. Penulis melanjutkan program (S1) Ilmu Keperawatan di
Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar pada tahun 2011 dan penulis
berhasil menjadi mahasiswa jurusan Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan UIN
Alauddin Makassar.