laporan kinerja (lkj) badan ketahanan pangan … · laporan kinerja badan ketahanan pangan daerah...
TRANSCRIPT
LAPORAN KINERJA (LKJ) BADAN KETAHANAN PANGAN DAERAH
TAHUN ANGGARAN 2016
BADAN KETAHANAN PANGAN DAERAH PEMERINTAH PROVINSI LAMPUNG
TAHUN 2016
iii
KATA PENGANTAR
Laporan Kinerja Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung ini merupakan
perwujudan pertanggungjawaban atas kinerja pencapaian tujuan dan sasaran
strategis. Laporan Kinerja tahun 2016 merupakan laporan tahun kedua pelaksanaan
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) tahun 2015 – 2019.
Penyusunan Laporan Kinerja Badan Ketahanan Pangan Daerah mengacu pada
Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja
Instansi Pemerintah, Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 53
tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata
Reviu atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah.
Laporan Kinerja ini merupakan bentuk akuntabilitas dari pelaksanaan tugas yang
berfungsi, antara lain sebagai alat penilai kinerja secara kuantitatif, merupakan wujud
akuntabilitas pelaksanaan tugas dan fungsi Badan Ketahanan Pangan Daerah provinsi
Lampung menuju terwujudnya Good Govermance dan sebagai wujud transparansi
serta pertanggungjawaban kepada masyarakat disatu sisi dan di sisi lain merupakan
alat kendali dan alat pemacu peningkatan kinerja di setiap bidang lingkup Badan
Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung.
Kinerja Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung diukur atas dasar
penilaian indikator kinerja utama (IKU) yang merupakan indikator keberhasilan
pencapaian tujuan dan sasaran strategis sebagaimana telah ditetapkan dalam
Penetapan Kinerja Perubahan Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung
Tahun 2016. Secara umum capaian kinerja sasaran telah sesuai dengan rencana yang
telah ditetapkan, meskipun beberapa sasaran belum menunjukkan capaian sesuai
target. Berdasarkan analisis dan evaluasi obyektif yang disampaikan melalui Laporan
Kinerja Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung Tahun 2016 ini,
diharapkan dapat terjadi optimalisasi dari peningkatan efisiensi, efektivitas dan
produktivitas kinerja seluruh pejabat dan pelaksana di Badan Ketahanan Pangan
Daerah pada tahun-tahun selanjutnya, sehingga dapat mendukung Kinerja Badan
Ketahanan Pangan Daerah dalam mewujudkan Good Govermance dan Clean
Government.
Bandar Lampung, Februari 2017
Kepala Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Lampung,
Ir. KUSNARDI, M.Agr.Ec Pembina Utama Madya 19631123 198803 1 005
iv
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ..................................................................................... ii
IKHTISAR EKSEKUTIF ................................................................................ iii
DAFTAR ISI ................................................................................................. iv
DAFTAR TABEL ........................................................................................... v
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... viii
BAB I. PENDAHULUAN .......................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ......................................................................... 1
1.2 Maksud dan Tujuan .................................................................. 2
1.3 Tugas Pokok dan Fungsi BKPD ................................................ 2
1.4 Struktur Organisasi BKPD ........................................................ 4
1.5 Isu Strategis/Permasalahan SKPD .............................................. 4
BAB II. PERENCANAAN KINERJA ........................................................... 5
2.1 Rencana Strategis BKPD 2015-2019 ......................................... 5
2.2 Perjanjian Kinerja Perubahan Tahun 2016 ................................. 11
BAB III. AKUNTABILITAS KINERJA ......................................................... 15
3.1 Capaian Indikator Kinerja Utama Tahun 2016 ............................ 16
3.2 Evaluasi dan Analisis Capaian Kinerja ....................................... 19
3.3 Realisasi Anggaran Kinerja Tahun 2016 .................................... 64
3.4 Analisis Efisiensi ..................................................................... 65
BAB IV. PENUTUP ...................................................................................... 66
LAMPIRAN-LAMPIRAN
v
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Hubungan antara Misi, Tujuan dan Indikator Tujuan .................. 7
Tabel 2. Sasaran Strategis, Indikator Kinerja dan Target Kinerja .............. 8
Tabel 3. Program Tahun 2016 untuk Mendukung Pencapaian Sasaran
Strategis ................................................................................... 10
Tabel 4. Sasaran Pembangunan Bidang Ketahanan Pangan di Provinsi
Lampung Taun 2016.................................................................. 11
Tabel 5. Perjanjian Kinerja Perubahan Badan Ketahanan Pangan Daerah
Provinsi Lampung Tahun Anggaran 2016................................... 11
Tabel 6. Rencana Belanja Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi
Lampung Tahun Anggaran 2016 ................................................ 12
Tabel 7. Alokasi Anggaran Rutin Badan Ketahanan Pangan Daerah
Provinsi Lampung ..................................................................... 13
Tabel 8. Alokasi per Sasaran Pembangunan Tahun Anggaran 2016 .......... 13
Tabel 9. Perbandingan Antara Target dan Realisasi Capaian Kinerja Badan
Ketahanan Pangan Daerah Provins Lampung Tahun 2015 ........... 16
Tabel 10. Realisasi dan Capaian Kinerja IKU Badan Ketahanan Pangan
Daerah Provinsi Lampung Tahun 2015 per Triwulan .................. 17
Tabel 11. Pencapaian Kinerja Tahun 2015 di Bandingkan dengan Target
Kinerjanya, Target RPJMD dan Perjanjian Kinerja Tahun 2016 .. 18
Tabel 12. Rencana dan Realisasi Capaian Sasaran Terpenuhinya Kebutuhan
Konsumsi Pangan per Kapita Masyarakat untuk Memenuhi
Kecukupan Energi dan Keamanan Pangan .................................. 19
Tabel 13. Rencana dan Realisasi Indikator Skor Pola Pangan Harapan (PPH)
Ketersediaan ............................................................................. 21
Tabel 14. PPH Ketersediaan di Provins Lampung 2012 - 2016 ................... 22
Tabel 15. Surplus/Minus Bahan Makanan Prov. Lampung Thn.2012-2016 . 23
Tabel 16. Ketersediaan Energi dan Protein Berdasarkan NBM Provinsi
Lampung Tahun 2012 – 2016 .................................................... 23
Tabel 17. Ketersediaan Energi dan Protein Menurut Sumbernya................. 26
Tabel 18. Skor PPH Ketersediaan Provinsi Lampung Berdasarkan NBM
Tahun 2016 ............................................................................... 27
Tabel 19. Ketersediaan dan Konsumsi Bahan Pangan di Provinsi Lampung
Tahun 2016 (Atap Tahun 2015) ................................................. 30
Tabel 20. Target dan Realisasi Pencapaian Sasaran Menurunnya Jumlah
Penduduk Rawan Pangan ........................................................... 32
vi
Tabel 21. Perkembangan Jumlah Penduduk Miskin di Provinsi Lampung
Tahun 2012 - 2016 .................................................................... 32
Tabel 22. Target Nasional, Target Renstra dan Capaian Kinerja dalam
Penurunan Penduduk Miskin di Provinsi Lampung Tahun
2012 – 2016 .............................................................................. 33
Tabel 23. Target dan Realisasi Capaian Indikator Harga Pangan Pokok
Di Tingkat Produsen dan Konsumen .......................................... 39
Tabel 24. Data harga Tingkat Produsen, Grosir dan Eceran di Provinsi
Lampung Tahun 2016 ................................................................ 40
Tabel 25. Kondisi Kestabilan Harga Pangan Tingkat Eceran Tahun
2016 di Provinsi Lampung ......................................................... 41
Tabel 26. Pencapaian Kinerja Harga GKP di Tingkat Produsen di
Bandingkan dengan Target Nasional dan Target Renstra
Tahun 2012 – 2016 .................................................................... 41
Tabel 27. Pencapaian Kinerja Harga GKP di Tingkat Produsen di
Bandingkan dengan Target Nasional dan Target Renstra
Tahun 2012 – 2016 .................................................................... 42
Tabel 28. Target dan Realisasi Capaian Indikator Skor Pola Pangan
Harapan, Konsumsi Energi dan Konsumsi Protein pada
Tahun 2016 ............................................................................... 47
Tabel 29. Skor PPH Konsumsi di Provinsi Lampung Tahun 2016 .............. 48
Tabel 30. Perbandingan Target Nasional, Terget Renstra dan Realisasi
Kinerja Skor Pola Pangan Harapan (PPH) Konsumsi .................. 49
Tabel 31. Target dan Realisasi Capaian Indikator Konsumsi Energi
Di Provinsi Lampung Tahun 2016.............................................. 50
Tabel 32. Perbandingan Antara Target Nasional, Target Renstra
Dan Capaian Kinerja di Provinsi Lampung Tahun 2016 .............. 51
Tabel 33. Perkembangan PPH Konsumsi Provinsi Lampung Tahun
2012 – 2016 .............................................................................. 52
Tabel 34. Target dan Realisasi Capaian Indikator Peningkatan Produk
Pangan Segar yang Tersertifikasi ............................................... 56
Tabel 35. Pelaku Usaha dan Kebun yang sudah Teregister dan Sudah
Tersertiifikasi ............................................................................ 56
Tabel 36. Target dan Realisasi Capaian Indikator Tingkat Keamanan
Pangan Segar yang di Uji ........................................................... 59
Tabel 37. Rekap Hasil Uji Cepat (Formalin, Boraks, Methyl Yellow,
Pestisida dan Rhodamin B dan Uji Laboratorium Provinsi
Lampung Tahun 2016 ................................................................ 61
vii
Tabel 38. Pencapaian Kinerja dan Anggaran .............................................. 64
Tabel 39. Efisiensi Penggunaan Sumber Daya ........................................... 66
viii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Persentase Pencapaian IKU BKPD Provinsi Lampung Tahun 2016 17
Gambar 2. Skor PPH Ketersediaan Prov. Lampung Th. 2012–2016.............. 22
Gambar 3. Ketersediaan Energi di Lihat dari Sumbernya Tahun
2012 – 2016 .............................................................................. 24
Gambar 4. Ketersediaan Protein Berdasarkan Sumbernya tahun 2012-
2016.......................................................................................... 24
Gambar 5. Persentase Ketersediaan Energi, Tahun 2016 .............................. 26
Gambar 6. Persentase Ketersediaan Protein, Tahun 2016 ............................. 26
Gambar 7. Persentase Kontribusi Kelompok Pangan Tahun 2016................. 27
Gambar 8. Perbandingan Skor Maksimum dan Skor PPH Menurut
Kelompok Pangan ..................................................................... 28
Gambar 9. Persentase Penduduk Miskin di Provinsi Lampung Tahun
2012 – 2016 .............................................................................. 33
Gambar 10. Perbandingan antara Target Nasional, Target Renstra
Dan Realisasi Kinerja dalam Penurunan Penduduk Rawan
Pangan ...................................................................................... 34
Gambar 11. Perbandingan antara Target Nasional, Target Renstra
Dan Capaian Kinerja Skor Pola Pangan Harapan (PPH)
Konsumsi Tahun 2012 – 2016 .................................................... 50
Gambar 12. Perbandingan antara Target Nasional, Target Renstra dan
Realisasi Kegiatan untuk Skor PPH, Konsumsi Energi dan
Konsumsi Protein Tahun 2016 ................................................... 51
Gambar 13. Skor PPH Konsumsi Provinsi Lampung Tahun 2012-2016.......... 52
Gambar 14. Perkembangan Konsumsi Energi di Provinsi Lampung Tahun
2012 – 2016 .............................................................................. 52
Gambar 15. Perkembangan Konsumsi Protein di Provinsi Lampung
Tahun 2012 – 2016 .................................................................... 53
iii
RINGKASAN EKSEKUTIF
Sesuai dengan Rencana Kinerja Tahun 2016 Badan Ketahanan Pangan Daerah
Provinsi Lampung menetapkan 6 sasaran strategis dengan 9 indikator. Selanjutnya
sasaran strategis tersebut diwujudkan dalam 5 (lima) program dan 44 (Empat Puluh
Empat) kegiatan yang dibiayai dengan dana APBD Tahun 2016. Secara keseluruhan
dapat diinformasikan bahwa capaian kinerja sasaran strategis yang ditetapkan rata-
rata mencapai 88,89%. Dengan demikian tugas yang diamanatkan di dalam Rencana
Strategis dapat dilaksanakan dengan baik.Sehingga secara ke seluruhan tercapainya
target-target pembangunan tadi menggambarkan adanya komitmen yang kuat dari
unsur pimpinan maupun staf Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung
dalam melaksan akan tugas pokok dan fungsinya.
Capaian kinerja Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung Tahun 2016,
pada penurunan persentase jumlah penduduk miskin mencapai 0,43% hal ini berarti
kinerja Badan Ketahanan Pangan Daerah tahun 2016 tidak mencapai target (1%),
Skor Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan 75,08 belum mencapai target 85,60,
Harga Gabah Kering Panen (GKP) di Tingkat Produsen sudah melebihi target yaitu
Rp. 3.776 dari target Harga Pembelian Pemerintah (HPP) sebesar Rp. 3.700,-,
Koefisien Variasi Pangan (beras) di tingkat konsumen telah mencapai target,
Coefisien Variabel (CV) dari hasil pemantauan telah mencapai 2% dari target CV <
10%, Skor Pola Pangan Harapan (PPH) Konsumsi belum mencapai target yaitu 78,0
dari target 85,0, konsumsi energi 1.856,7 kkal/kapita/hari belum mencapai target
2.019 kkal/kapita/hari dan konsumsi protein belum mencapai target 56,3
gr/kapita/hari terealisasi 50,30 gr/kapita/hari, untuk PPH konsumsi, konsumsi energi
dan konsumsi protein menggunakan angka sementara, karena angka tetap baru akan
diketahui nanti sekitar bulan Juni 2017, untuk Peningkatan Produk Pangan Segar
yang Tersertifikasi mencapai 7,33% dari target 10%, dan Tingkat Keamanan Pangan
Segar yang di Uji telah melebihi target 80% (dibawah ambang batas) terealisasi
83,78. Secara ringkas seluruh capaian kinerja tersebut diatas telah memberikan
pelajaran yang sangat berharga bagi Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi
Lampung untuk meningkatkan kinerja dimasa-masa yang akan datang. Capaian
kinerja tersebut merupakan hasil dari upaya–upaya dan langkah-langkah yang
dirumuskan sebagai strategi pemecahan masalah yang selama ini ditemui. Tentunya
upaya-upaya tersebut akan dimodifikasi sesuai dengan perkembangan situasi dan
kondisi serta kemampuan sumber daya yang dimiliki guna pencapaian kinerja yang
lebih tinggi ditahun berikutnya guna mewujudkan visi Gubernur Lampung
“Lampung Maju Sejahtera 2019”.
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj) Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ketahanan pangan mempunyai peranan yang sangat penting dalam pembangunan bangsa
karena pemenuhan pangan merupakan hak azasi setiap manusia.Selain itu, ketahanan
pangan juga merupakan salah satu pilar ketahanan nasional suatu bangsa, dan
menunjukkan eksistensi kedaulatan bangsa. Terkaitdengan hal tersebut, ketahanan
pangan tidak akan dapat terwujud dengan hanya melibatkan satu komponen bangsa, tapi
harus melibatkan seluruh komponen bangsa,baik pemerintah maupun masyarakat, harus
bersama-sama membangun ketahanan pangan secara sinergi. Hal inilah yang kemudian
dijabarkan dalam Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan, yang
merumuskan ketahanan pangan sebagai “kondisi terpenuhinya pangan bagi rumah
tangga yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun
mutunya, aman, halal, merata,dan terjangkau” dan ketahanan pangan merupakan
tanggung jawab bersama antara pemerintah dan masyarakat. Undang-undang tentang
Pangan tersebut kemudian dijabarkan dalam berbagai Peraturan Pemerintah untuk
diimplementasikan dalam keputusan Pimpinan Pemerintah. Dalam rangka mencapai
ketahanan pangan yang mantap dan berkesinambungan, ada 3 (tiga) komponen pokok
yang harus diperhatikan:
1. Ketersediaan pangan yang cukup dan merata;
2. Keterjangkauan pangan yangefektif dan efisien; serta
3. Konsumsi pangan yang beragam, bergizi seimbang, amandan halal.
Ketiga komponen tersebut perlu diwujudkan sampai tingkat rumah tangga,dengan:
1. Memanfaatkan potensi sumberdaya lokal yang beragam untuk peningkatan
ketersediaan pangan dengan teknologi spesifik lokasi dan ramah lingkungan;
2. Mendorong masyarakat untuk mau dan mampu mengkonsumsi pangan yang
beragam, bergizi seimbang, dan aman untuk kesehatan;
3. Mengembangkan perdagangan pangan regional dan antar daerah, sehingga menjamin
pasokan pangan ke seluruh wilayah dan terjangkau oleh masyarakat dalam kerangka
Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI);
4. Memanfaatkan pasar pangan internasional secara bijaksana bagi pemenuhan
konsumen yang beragam;serta
5. Memberikan jaminan bagi masyarakat miskin di perkotaan dan perdesaan dalam
mengakses pangan yang bersifat pokok.
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj) Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 2
Upaya untuk mewujudkan pemantapan ketahanan pangan tersebut, kemudian dijabarkan
dalam berbagai kegiatan pembangunan ketahanan pangan yang dilaksanakan oleh Badan
Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung (BKPD). Guna mengetahui kinerja
pelaksanaan program dan kegiatan pembangunan ketahanan pangan tersebut selama
tahun 2016, disusunlah Laporan Kinerja Instansi Pemerintah
1.2 Maksud dan Tujuan
Laporan Kinerja (LKj) tahun 2016 disusun sebagai bentuk pertanggungjawaban kinerja
Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung Kepada Gubernur Lampung selaku
Pimpinan Daerah tertinggi di Provinsi Lampung.
Tujuan penyusunan laporan ini adalah untuk :
1. Mengetahui sejauhmana kinerja Badan Ketahanan Pangan tahun 2016;
2. Memenuhi kewajiban Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung dalam
melaksanakan tugas dan fungsinya selama tahun 2016.
1.3. Tugas Pokok dan Fungsi SKPD
Tugas Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung yaitu : “Melaksanakan
penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah di bidang ketahanan pangan, tugas
dekonsentrasi dan tugas pembantuan yang diberikan pemerintah kepada Gubernur serta
tugas lain sesuai dengan kebijakan yang ditetapkan oleh Gubernur berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku”.
Dalam melaksanakan tugas tersebut Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi
Lampung mempunyai funngsi, sebagai berikut :
1. Perumusan kebijakan teknis pengelolaan ketahanan pangan;
2. Pemberian dukungan atas penyelenggaraan pemerintahan daerah di bidang
ketahanan pangan;
3. Pembinaan dan pelaksanaan tugas di bidang ketahanan pangan
4. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Gubernur di bidang Ketahanan Pangan;
5. Pengelolaan administrative.
Pembangunan ketahanan pangan, sangat diperlukan kerjasama yang sinergis dan terarah
antar institusi dan komponen masyarakat serta koordinasi program dankegiatan berbagai
subsektor dan sektor. Guna mewujudkan sinergi dan harmonisasi kebijakan dan
program, serta memperkuat koordinasi peningkatan ketahanan pangan antar sektor, antar
wilayah, dan antar waktu, dibentuk Dewan Ketahanan Pangan(DKP) yang bertugas
merumuskan kebijakan serta melaksanakan evaluasi dan pengendalian dalam
mewujudkan ketahanan pangan nasional melalui Peraturan Gubernur Lampung Nomor 9
tanggal 2 April tahun 2008 yang disempurnakan dengan Peraturan Gubernur Lampung
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj) Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 3
Nomor 25 tahun 2013 tentang Dewan Ketahanan Pangan (DKP), dalam peraturan ini
Gubernur berkedudukan sebagai ketua dan Wakil Gubernur sebagai ketua harian.
BKP selaku Sekretariat DKP memfasilitasi pelaksanaan tugas Wakil Gubernur selaku
Ketua Harian DKP dalam membantu Gubernur untuk :
1. Merumuskan kebijakan dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan di Provinsi
Lampung dengan memperhatikan kebijakan yang ditetapkan Dewan Ketahanan
Pangan Nasional; dan
2. Merumuskan kebijakan dalam rangka mendorong keikutsertaan masyarakat dalam
penyelenggaraan ketahanan pangan
3. Melaksanakan evaluasi dan pengendalian perwujudan ketahanan pangan.
Tugas Badan Ketahanan Pangan Daerah meliputi kegiatan di bidang: penyediaan
pangan, distribusi pangan, cadangan pangan, penganekaragaman pangan, serta mutu dan
keamanan pangan. Dalam melaksanakan tugas sehari-hari, Badan Ketahanan Pangan
Daerah Provinsi Lampung didukung oleh 6 Eselon III dengan struktur organisasi, yaitu:
1. Sekretariat Badan,
mempunyai tugas memberikan pelayanan teknis dan administratif kepada seluruh
unit organisasi di lingkungan Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung.
2. Bidang Ketersediaan dan Kerawanan Pangan,
mempunyai tugas melaksanakan pengkajian, penyiapan perumusan kebijakan,
pengembangan, pemantauan, pemantapan ketersediaan dan akses pangan serta
pencegahan dan penanggulangan kerawanan pangan
3. Bidang Distribusi dan Harga Pangan,
mempunyai tugas melaksanakan koordinasi, identifikasi, pembinaan,
pengembangan dan pemantauan distribusi dan harga pangan serta cadangan pangan.
4. Bidang Konsumsi dan Penganekaragaman Pangan
mempunyai tugas melaksanakan pengkajian, penyiapan perumusan kebijakan,
pengembangan, pemantauan, dan pemantapan konsumsi dan keamanan pangan.
5. Bidang Mutu dan Keamannan Pangan
Mempunyai tugas melaksanakan koordinasi, identifikasi, pembinaan,
pengembangan dan pemantauan serta pengendalian mutu dan keamanan pangan
6. UPT
Mempunyai tugas melaksanakan koordinasi dan penyelenggaranan pelayanan
administrasi di bidang sertifikasi mutu dan keamanan pangan produk hasil pertanian
secara terpadu dengan prinsip koordinasi, integrasi, sinkronisasi, simplifikasi,
keamanan pangan dan kepastian.
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj) Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 4
1.4 Struktur Organisasi Badan Ketahanan Pangan Daerah
1.5 Isu Strategis/Permasalahan Badan Ketahanan Pangan Daerah
1. Penanganan kerawanan pangan
2. Peningkatan stabilitas pasokan, harga dan distribusi pangan
3. Peningkatan penganekaragaman konsumsi pangan masyarakat
4. Pengawasan dan pembinaan keamanan pangan segar
KEPALA BADAN
SUB BAGIAN UMUM DAN KEPEGAWAIAN
SUB BIDANG DISTRIBUSI
PANGAN
SEKRETARIS
BIDANG KETERSEDIAAN
DAN KERAWANAN PANGAN
BIDANG KONSUMSI DAN
PENGANEKA-RAGAMAN PANGAN
BIDANG MUTU DAN
KEAMANAN PANGAN
BIDANG DISTRIBUSI DAN HARGA PANGAN
SUB BAGIAN KEUANGAN
SUB BAGIAN PERENCANAAN DAN
EVALUASI
SUB BIDANG KETERSEDIAAN DAN
AKSES PANGAN
SUB BIDANG KERAWANAN
PANGAN
SUB BIDANG HARGA DAN CADANGAN PANGAN
SUB BIDANG KONSUMSI PANGAN
SUB BIDANG PENGANEKA-RAGAMAN PANGAN
UPT
SUB BIDANG MUTU PANGAN
DAN GIZI
SUB BIDANG KEAMANAN PANGAN
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj) Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 5
BAB II.
PERENCANAAN KINERJA
2.1 Rencana Strategis (RENSTRA) Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung Tahun 2015 – 2019
Terdapat beberapa dokumen perencanaan nasional dan daerah yang menjadi dasar bagi
perencanaan kinerja. Beberapa dokumen tersebut adalah Rencana Pembangunan
Nasional dan Daerah berupa Dokumen Rencana Pembangunan Jangka Panjang
Nasional (RPJPN), Rencana Jangka Panjang Daerah (RPJPD), Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Nasional (RPJMN), Rencana Pembangunan Jangka Menegah Daerah
(RPJMD). Pada lingkup Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dokumen perencanaan
lima tahunan berupa dokumen Rencana Strategis (Renstra) SKPD yang merupakan
penjabaran dari RPJMD.
Berdasarkan RPJMD Provinsi Lampung maka disusunlah Rencana Strategik Badan
Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung tahun 2015 – 2019 yang merupakan
dokumen perencanaan yang bersifat indikatif yang memuat arah, kebijakan dan strategi
serta program – program pembangunan ketahanan pangan yang akan dilaksanakan
langsung oleh Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung maupun mendorong
Badan Ketahanan Pangan Daerah Kabupaten/Kota serta peran aktif masyarakat.
Renstra Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung merupakan dokumen
perencanaan yang bersifat indikatif yang memuat program pembangunan ketahanan
pangan yang akan dilaksanakan selama kurun waktu 2015 – 2019 dengan penekanan
pada pencapaian sasaran prioritas Nasional, Daerah dan Standar Pelayanan Minimal
(SPM).Renstra Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung ini memuat visi,
misi, tujuan, sasaran, kebijakan, program, indikator yang akan dicapai sampai tahun
2019.
2.1.1 Visi dan Misi
Pada periode Renstra 2015 – 2019 tidak ada lagi visi dan misi SKPD namun mengikuti
Visi Gubernur yaitu :
“ Lampung Maju dan Sejahtera 2019”
Visi tersebut dimaksudkan untuk menjadikan Provinsi Lampung merupakan daerah yang
maju dan berdaya saing. Menjadi wilayah maju mempunyai pengertian Provinsi
Lampung menjadi daerah dengan kinerja ekonomi tinggi dimana untuk menjadi daerah
yang maju harus di dukung dengan kualitas sumber daya manusia. Kualitas sumber
daya yang tinggi akan didapatkan bila status kesehatan masyarakat Provinsi Lampung
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj) Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 6
juga tinggi. Menjadi wilayah sejahtera mempunyai pengertian bahwa masyarakat
Provinsi Lampung yang sejahtera dalam arti sejahtera secara ekonomi, makmur dengan
pembagian yang lebih adil dan merata, jumlah penduduk terkendali, derajat kesehatan
tinggi, angka harapan hidup tinggi, kualitas pelayanan sosial lebih baik. Masyarakat
sejahtera juga harus terjamin hak-haknya dan memiliki kesempatan yang sama untuk
meningkatkan hidup, memperoleh pekerjaan, pendidikan, kesehatan dan pelayanan
sosial serta kebutuhan dasar yang layak
Pada periode Renstra 2015 – 2019 tidak ada lagi misi SKPD namun mengikuti Misi
Gubernur. Untuk mewujudkan Visi Gubernur Lampung maka telah dirumuskan menjadi
5 (lima) misi yaitu:
1. Meningkatkan pembangunan ekonomi dan memperkuat kemandirian daerah
2. Meningkatkan infrastruktur untuk pengembangan ekonomi dan pelayanan sosial
3. Meningkatkan kualitas pendidikan, kesehatan, IPTEK dan inovasi, budaya
masyarakat dan Toleransi kehidupan beragama
4. Meningkatkan pelestarian SDA dan kualitas lingkungan hidup yang berkelanjutan
5. Menegakkan supremasi hukum, mengembangkan demokrasi berbasis kearifan lokal,
dan memantapkan kepemerintahan yang baik dan antisipatif
Sektor Ketahanan Pangan masuk dalam Misi Pertama dalam RPJMD (Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah) 2015-2019 Provinsi Lampung yaitu
:“Meningkatkan Pembangunan Ekonomi dan Memperkuat Kemandirian
Daerah”.
2.1.2 Tujuan
Mengacu kepada misi yang telah ditetapkan, maka tujuan yang hendak dicapai atau
dihasilkan dalam kurun waktu 5 tahun adalah sebagai berikut :
Misi Pertama : Meningkatkan pembangunan ekonomi dan memperkuat kemandirian
pangan
Tujuan : 1. Memperkuat penyediaan pangan yang beragam berbasis sumber
daya lokal
2. Menurunkan jumlah penduduk rawan pangan
3. Memperkuat sistem distribusi dan stabilisasi harga pangan pokok
4. Meningkatkan konsumsi pangan yang beragam, bergizi,
seimbang dan aman melalui penguatan pengetahuan dan
kesadaran masyarakat
5. Meningkatkan konsumsi pangan masyarakat untuk memenuhi
kecukupan gizi yang bersumber dari pangan lokal
6. Meningkatkan keamanan pangan segar
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj) Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 7
Indikator Tujuan : 1. Skor Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan
2. Persentase penurunan jumlah penduduk rawan pangan (%)
3. Harga gabah kering panen ( GKP) di tingkat produsen (Rp.)
4. Koefisien variasi pangan (beras) di tingkat konsumen (%)
5. Skor Pola Pangan Harapan (PPH) Konsumsi
6. Jumlah Konsumsi Energi (kkal/kap/hr)
7. Jumlah Konsumsi Protein (gram/kap/hr)
8. Persentase Peningkatan Produk Pangan Segar yang Tersertifikasi
9. Persentase Tingkat Keamanan Pangan Segar yang diuji (%)
Tabel 1. Hubungan antara Misi, Tujuan dan Indikator Tujuan
No. Tujuan Indikator Tujuan Satuan Kondisi Akhir 2019
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Memperkuat penyediaan pangan yang beragam berbasis sumber daya lokal
Menurunkan jumlah penduduk rawan pangan
Memperkuat sistem distribusi dan stabilisasi harga pangan pokok
Meningkatkan konsumsi pangan yang beragam, bergizi, seimbang dan aman melalui penguatan pengetahuan dan kesadaran masyarakat
Meningkatkan konsumsi pangan masyarakat untuk memenuhi kecukupan gizi yang bersumber dari pangan lokal
Meningkatkan keamanan pangan segar
1. Skor PPH ketersediaan
2. Persentase penurunan jumlah penduduk rawan pangan
3. Harga Gabah Kering Panen (GKP) di Tingkat produsen
4. Koefisien Variasi Pangan (beras) di tingkat konsumen
5. Skor Pola Pangan Harapan (PPH) Konsumsi
6. Jumlah Konsumsi energi
7. Jumlah Konsumsi Protein
8. Persentase Peningkatan Produk Pangan Segar yang Tersertifikasi
9. Persentase Tingkat Keamanan Pangan Segar yang diuji
-
%
Rp.
%
-
Kkal/kap/hr
Gram/kap/hr
%
%
88,7
1
≥ HPP
CV<10%
87,7
2.064
57,0
10
80% (dibawah ambang batas)
2.1.3 Sasaran Strategis
Mengacu pada misi yang telah ditetapkan, maka sasaran yang hendak dicapai atau
dihasilkan dalam kurun waktu 5 tahun adalah sebagai berikut :
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj) Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 8
Misi Pertama : Meningkatkan pembangunan ekonomi dan memperkuat kemandirian
pangan
sasaran : 1. Peningkatan ketersediaan pangan yang beragam
2. Penurunan jumlah penduduk rawan pangan
3. Stabilnya harga pangan pokok di tingkat produsen dan konsumen
4. Peningkatan keragaman konsumsi pangan yang sehat dan aman
5. Peningkatan konsumsi pangan yang sesuai angka kecukupan gizi
(AKG)
6. Tercapainya keamanan pangan segar
Tabel 2. Sasaran Strategis, Indikator Kinerja dan Target Kinerja
NO Sasaran Strategis Indikator Kinerja Satuan Kondisi
Awal (2015)
Kondisi Akhir
RPJMD
1.
2.
3. 4. 5. 6.
Peningkatan ketersediaan pangan yang beragam
Penurunan jumlah penduduk rawan pangan Stabilnya harga pangan pokok di tingkat produsen dan konsumen Peningkatan keragaman konsumsi pangan yang sehat dan aman Peningkatan konsumsi pangan yang sesuai angka kecukupan gizi (AKG) Tercapainya keamanan pangan segar
1. Skor Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan
2. Persentase Penurunan Jumlah Penduduk Rawan Pangan
3. Harga Gabah Kering Panen
(GKP) di Tingkat produsen
4. Koefisien Variasi Pangan (beras) di tingkat konsumen
5. Skor Pola Pangan Harapan (PPH) Konsumsi
6. Jumlah Konsumsi Energi 7. Jumlah Konsumsi Protein 8. Persentase Peningkatan
Produk Pangan Segar yang Tersertifikasi
9. Persentase Tingkat Keamanan Pangan Segar yang diuji
-
%
Rp/Kg
%
-
Kkal/kap/hr Gram/kap/hr
%
%
87,52
1 ≥ HPP
CV<10%
84,1 2.004 56,1 10 80% (dibawah ambang batas)
88,70
1 ≥ HPP
CV<10%
87,70 2.064 57 10 80% (dibawah ambang batas)
2.1.4 Strategi, Arah Kebijakan Daerah, Program dan Indikator Kinerja Dalam Renstra 2015 – 2019
Berdasarkan visi, misi serta tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan, maka upaya
pencapaiannya selanjutnya dijabarkan secara sistematis melalui perumusan strategis,
arah kebijakan dan program. Selain itu untuk mengukur capaian kinerjanya maka
dirumuskan pula indikator sebagai tolok ukur kinerjanya.
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj) Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 9
2.1.4.1 Strategi
Strategi untuk mencapai misi pertama : Meningkatkan pembangunan ekonomi dan
memperkuat kemandirian daerah, adalah terpenuhinya kebutuhan konsumsi pangan
yang beragam, bergizi, seimbang dan aman untuk memenuhi kecukupan energi per
kapitadengan cara :
1. Memprioritaskan pembagunan ekonomi berbasis pertanian dan perdesaan untuk
meningkatkan pendapatan masyarakat
2. Pemenuhan pangan bagi kelompok masyarakat terutama masyarakat miskin transien
dan kronis akibat bencana alam melalui pendistribusian bantuan pangan
3. Pemberdayaan masyarakat agar mampu memanfaatkan pangan beragam, bergizi dan
aman (B2SA) berbasis sumberdaya lokal
4. Promosi dan edukasi kepada masyarakat untuk memanfaatkan pangan B2SA
berbasis sumberdaya lokal
5. Pengawasan dan pemantauan keamanan pangan segar
2.1.4.2 Arah Kebijakan Daerah
Arah kebijakan daerah untuk mencapai Misi pertama Meningkatkan pembangunan
ekonomi dan memperkuat kemandirian daerah, adalah untuk pemantapan ketahanan
pangan, yang meliputi aspek :
1. Aspek ketersediaan pangan
Dalam aspek ketersediaan pangan difokuskan pada peningkatan ketersediaan pangan
yang beranekaragam berbasis potensi sumberdaya lokal dan memantapkan
penanganan kerawanan pangan untuk mengurangi jumlah penduduk miskin dan
kelaparan
2. Keterjangkauan pangan
Difokuskan pada stabilisasi harga dan pasokan pangan serta pengelolaan cadangan
pangan
3. Pemanfaatan pangan.
Difokuskan pada pemantapan penganekaragaman konsumsi pangan melalui
pemberdayaan pekarangan pangan dan percepatan penganekaragaman konsumsi
pangan berbasis sumber daya dan kearifan lokal ditunjang dengan pengawasan
keamanan pangan segar.
2.1.4.3 Program untuk mencapai sasaran
Berdasarkan visi, misi, tujuan, sasaran strategis dan arah kebijakan yang telah ditetapkan
dalam Renstra Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung, maka upaya yang
dilakukan untuk pencapaiannya dijabarkan secara sistematis melalui perumusan program
prioritas daerah. Adapun Program Prioritas untuk mendukung masing-masing sasaran
tahun 2016 adalah sebagai berikut :
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj) Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 10
Tabel 3. Program Tahun 2016 untuk Mendukung Pencapaian Sasaran Strategis
No Sasaran Strategis Indikator Jumlah Program
1.
2.
3.
4.
5.
6.
.
Peningkatan ketersediaan pangan yang beragam Penurunan jumlah penduduk rawan pangan Stabilnya harga pangan pokok di tingkat produsen dan konsumen Peningkatan keragaman konsumsi pangan yang sehat dan aman Peningkatan konsumsi pangan yang sesuai angka kecukupan gizi (AKG) Tercapainya keamanan pangan segar
1. Skor Pola Pangan Harapan Ketersediaan
2. Persentase Penurunan Jumlah Penduduk Rawan Pangan (%/tahun)
3. Harga gabah kering panen (GKP) di tingkat produsen (Rp./Kg)
4. Koefisien variasi pangan (beras) di tingkat konsumen (CV)
5. Skor Pola Pangan Harapan (PPH) Konsumsi
6. Jumlah Konsumsi Energi (kkal/kap/hari)
7. Jumlah Konsumsi Protein (gr/kap/hari)
8. Persentase Peningkatan Produk Pangan Segar yang Tersertifikasi (%)
9. Persentase Tingkat Keamanan Pangan Segar yang Diuji (%)
1 Program
2.1.5 Tema, Prioritas dan Sasaran Pembangunan Daerah
2.1.5.1 Tema Pembangunan Daerah
Peraturan Gubernur Lampung nomor 36 tahun 2015 tentang Rencana Kerja Pemerintah
Daerah (RKPD), tema dan prioritas pembangunan Provinsi Lampung tahun 2016 adalah
Memperkuat sinergi pembangunan infrastruktur, pelayanan publik dan ekonomi untuk
mengurangi kesenjangan antar wilayah menuju Lampung maju dan sejahtera.
2.1.5.2 Prioritas Pembangunan Daerah
Berdasarkan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) tahun 2016, priortas
pembangunan Daerah Lampung adalah sebagai berikut :
1. Memperkuat daya dukung infrastruktur dan konektivitas wilayah
2. Revitalisasi pertanian dalam rangka pemantapan ekonomi daerah untuk peningkatan
rakyat yang berkeadilan
3. Memperluas kesempatan kerja dan akses pelayanan pendidikan dan kesehatan
4. Penguatan inovasi teknologi, pematapan IPTEK, industri dan perdagangan serta
energi terbarukan
5. Peningkatan pariwisata dan kebudayaan daerah melalui snergi antar pemangku
kepentingan
6. Pemantapan pengelolaan sumber daya alam, lingkungan dan penanggulangan
bencana
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj) Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 11
7. Reformasi birokrasi melalui peningkatan kerjasama dan tatakelola pemerintahan
yang baik
Bidang ketahanan pangan masuk dalam prioritas kedua, yaitu revitalisasi pertanian
dalam rangka pemantapan ekonomi daerah untuk peningkatan rakyat yang berkeadilan.
2.1.5.3 Sasaran Pembangunan Daerah
Untuk mendukung pelaksanaan tema pembangunan tersebut diatas, maka ditetapkan
prioritas pembangunan Provinsi Lampung tahun 2016 bersama dengan sasarannya
sebagai berikut :
Tabel 4. Sasaran Pembangunan Bidang Ketahanan Pangan di Provinsi Lampung tahun 2016
NO PRIORITAS SASARAN 1 Bidang Ketahanan Pangan :
“Revitalisasi pertanian dalam rangka pemantapan ekonomi daerah untuk peningkatan rakyat yang berkeadilan ”
1. Peningkatan ketersediaan pangan yang beragam 2. Penurunan jumlah penduduk rawan pangan 3. Stabilnya harga pangan pokok di tingkat
produsen dan konsumen 4. Peningkatan keragaman konsumsi pangan yang
sehat dan aman 5. Peningkatan konsumsi pangan yang sesuai angka
kecukupan gizi (AKG) 6. Tercapainya keamanan pangan segar
2.2 Perjanjian Kinerja (PK) Perubahan Tahun 2016
Dokumen Perjanjian Kinerja (PK) merupakan dokumen pernyataan atau kesepakatan
atau perjanjian antara atasan dan bawahan untuk mencapai target kinerja yang ditetapkan
suatu instansi. Dokumen ini memuat sasaran strategis, indikator kinerja utama beserta
target kinerja dan anggaran. Penyusunan PK 2015 dilakukan dengan mengacu kepada
RPJMD, RKPD 2015, IKU dan APBD.
Tabel 5. Perjanjian Kinerja Perubahan Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung Tahun Anggaran 2016
No. Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target
1. 2.
3.
4.
Peningkatan ketersediaan pangan yang beragam Penurunan jumlah penduduk rawan pangan
Stabilnya harga pangan pokok di tingkat produsen dan konsumen
Peningkatan keragaman konsumsi pangan yang
1. Skor Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan
2. Persentase Penurunan Jumlah Penduduk Rawan Pangan (%/thn)
3. Harga Gabah Kering Panen (GKP) di Tingkat produsen (Rp./Kg)
4. Koefisien Variasi Pangan (beras) di tingkat konsumen (CV)
5. Skor Pola Pangan Harapan (PPH) Konsumsi
85,6 1
≥ HPP CV < 10% 85,0
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj) Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 12
5.
6.
sehat dan aman
Peningkatan konsumsi pangan yang sesuai angka kecukupan gizi (AKG) Tercapainya keamanan pangan segar
6. Jumlah Konsumsi Energi
(kkal/kap/hr)
7. Jumlah Konsumsi Protein (gr/kap/hari)
8. Persentase Peningkatan Produk Pangan Segar yang Tersertifikasi (%)
9. Persentase Tingkat Keamanan Pangan Segar yang di Uji (%)
2.019 56,3 10% 80% (dibawah ambang batas)
Program :
1. Pelayanan Administrasi Perkantoran
2. Peningkatan Sarana dan Prasarana
Aparatur
3. Peningkatan Disiplin Aparatur
4. Peningkatan Pengembangan Sistem
Pelaporan Capaian Kinerja dan
Keuangan
5. Peningkatan Diversifikasi dan
Peningkatan Ketahanan Pangan
Anggaran
Rp. 607.831.250,-
Rp. 119.000.000,-
Rp. 3.600.000,-
Rp. 77.007.000,-
Rp. 4.375.466.750,-
Keterangan
APBD
APBD
APBD
APBD
APBD
J u m l a h APBD Rp. 5.182.905.000,-
6. Peningkatan Diversifikasi dan
Ketahanan Pangan Masyarakat
Rp. 16.433.042.000,- APBN
J u m l a h APBN Rp. 16.433.042.000,-
T O T A L Rp. 21.615.947.000,-
2.2.1 Rencana Anggaran Tahun 2016 Jumlah Anggaran untuk Badan Ketahanan Pangan Provinsi Lampung tahun 2016
sebesar Rp. 11.099.541.790,- yang digunakan untuk membiayai Belanja Tidak Langsung
dan Belanja Langsung, secara rinci rencana anggaran Belanja Tidak Langsung dan
Belanja Langsung dapat dillihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 6. Rencana Belanja Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung Tahun Anggaran 2016
No. Uraian Rencana % 1.
2.
Belanja Tidak Langsung
Belanja Langsung
5.916.636.790
5.182.905.000
53,30
46,70
J u m l a h 11.099.541.790 100 Sumber : DPA Perubahan BKPD TA. 2016
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj) Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 13
Alokasi anggaran Belanja Langsung Tahun Anggaran 2016 yang dialokasikan untuk
membiayai program pendukung kelancaran kegiatan yang langsung mendukung
pencapaian sasaran BKPD Provinsi Lampung, sebagai berikut:
Tabel 7. Alokasi Anggaran Rutin Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung
No. Program Anggaran (Rp.) % Program Pendukung (Rutin) 1. 2. 3. 4.
Program Pelayanan Administrasi Perkantoran Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur Program Peningkatan Disiplin Aparatur Program Peningkatan Pengembangan Sistem Pelaporan capaian Kinerja dan Keuangan
607.831.250
119.000.000
3.600.000
77.007.000
11,73
2,30
0,07
1,48
Program Pencapaian Sasaran 1. Program Peningkatan Diversifikasi
dan Peningkatan Ketahanan Pangan 4.375.466.750 84,42
J u m l a h 5.182.905.000 100
Alokasi anggaran Belanja Langsung Tahun Anggaran 2016 yang dialokasikan untuk
membiayai kegiatan-kegiatan prioritas yang langsung mendukung pencapaian sasaran
pembangunan adalah sebagai berikut :
Tabel 8. Alokasi per Sasaran Pembangunan Tahun Anggaran 2016
No. Sasaran Strategis Indikator Kinerja Anggaran % 1. 2.
3.
4.
5.
6.
Peningkatan ketersediaan pangan yang beragam Peningkatan keragaman konsumsi pangan yang sehat dan aman
Peningkatan konsumsi pangan yang sesuai angka kecukupan gizi (AKG)
Penurunan jumlah penduduk rawan pangan
Stabilnya harga pangan pokok di tingkat produsen dan konsumen
Tercapainya keamanan pangan segar
1. Skor Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan
2. Skor Pola Pangan Harapan (PPH) Konsumsi
3. Jumlah Konsumsi Energi (kkal/kap/hr)
4. Jumlah Konsumsi Protein (gr/kap/hari)
5. Persentase Penurunan Jumlah Penduduk Rawan Pangan (%/thn)
6. Harga Gabah Kering Panen (GKP) di Tingkat produsen (Rp./Kg)
7. Koefisien Variasi Pangan (beras) di tingkat konsumen (CV)
8. Persentase Peningkatan Produk Pangan Segar yang Tersertifikasi (%)
9. Persentase Tingkat Keamanan Pangan Segar yang di Uji (%)
637.165.750
397.000.000
196.312.000
2.813.839.000
331.150.000
14,56
9,07
4,49
64,31
7,57
J U M L A H 4.375.466.750 100
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj) Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 14
Pada tabel di atas, jumlah anggaran untuk program/kegiatan sebesar Rp. 4.375.466.750,
untuk pencapaian indikator Skor Pola Pangan Harapan (PPH) ketersediaan, Skor Pola
Pangan Harapan (PPH) konsumsi, jumlah konsumsi energi, jumlah konsumsi protein
dibiayai dengan anggaran sebesar 14,56%, untuk pencapaian indikator persentase
penurunan jumlah penduduk rawan pangan dibiayai dengan anggaran sebesar 9,07%,
untuk pencapaian indikator Harga Gabah Di Tingkat Produsen dan Harga Beras di
Tingkat Konsumen di biayai dengan anggaran 4,09%, untuk pencapaian indikator
Peningkatan Produk Pangan Segar yang Tersertifikasi sebesar 64,31 karena didalamnya
termasuk dana DAK untuk pembangunan gedung Laboratorium dan gedung UPT Balai
Sertifikasi Mutu dan Keamanan Pangan. Sementara untuk pencapaian target indikator
Tingkat Keamanan Pangan Segar yang di Uji dibiayai dengan anggaran 7,57% dari
anggaran kegiatan untuk pencapaian indikator (Program Peningkatan Diversifikasi dan
Peningkatan Ketahanan Pangan).
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj) Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 15
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA
Pendekatan manajemen pembangunan berbasis kinerja, yang utama adalah bahwa
pembangunan diorientasikan pada pencapaian menuju perubahan yang lebih baik. Hal
ini mengandaikan bahwa fokus dari pembangunan bukan hanya sekedar melaksanakan
program/kegiatan yang sudah direncanakan. Esensi dari manajemen pembangunan
berbasis kinerja adalah orientasi untuk mendorong perbaikan, dimana program/kegiatan
dan sumber daya anggaran adalah alat yang dipakai untuk mencapai rumusan perubahan,
baik pada level keluaran, hasil maupun dampak. Pendekatan ini juga sejalan dengan
prinsip Good Govermance dimana salah satu pilarnya, yaitu akuntabilitas, akan
menunjukkan sejauh mana sebuah instansi pemerintahan telah memenuhi tugas dan
mandatnya dalam penyediaan layanan public yang langsung bisa dirasakan hasilnya oleh
masyarakat, sehingga pengendalian dan pertanggungjawaban program/kegiatan menjadi
bagian penting dalam memastikan akuntabilitas kinerja pemerintah daerah kepada public
telah dicapai.
Dalam hal ini, Laporan Kinerja pemerintah merupakan bentuk realisasi kinerja dari
pelaksanaan tugas dan fungsi yang dipercakan kepada setiap instansi pemerintah atas
penggunaan anggaran. Hal terpenting yang diperlukan dalam pemyusunan laporan
kinerja adalah pegukuran kinerja dan evaluasi serta pengungkapan secara memadai hasil
analisis terhadap pengukuran kinerja (Permenpan Nomor 53 tahun 2014 tentang
petunjuk teknis perjanjian kinerja, pelaporan kinerja dan tata cara reviu atas laporan
kinerja instansi pemerintah).
Sedangkan untuk skala penilaian terhadap kinerja pemerintah, menggunakan pijakan
Permendagri No. 54 tahun 2010, sebagai berikut :
No. Interval Nilai Realisasi Kinerja
Kriteria Penilaian Realisasi Kinerja Kode
1. 91 ≤ Sangat Tinggi
2. 76 ≤ 90 Tinggi
3. 66 ≤ 75 Sedang
4. 51 ≤ 65 Rendah
5. ≤ 50 Sangat Rendah
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj) Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 16
3.1 Capaian Indikator Kinerja Utama Tahun 2016
Pengukuran tingkat capaian kinerja Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung
Tahun 2016 dilakukan dengan cara membandingkan antara target indikator kinerja
sasaran dengan realisasinya. Rincian tingkat capaian kinerja masing-masing indikator
sasaran tersebut dapat diilustrasikan dalam tabel dibawah ini:
Tabel 9. Perbandingan Antara Target dan Realisasi Capaian Kinerja Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung Tahun 2016
No Indikator Kinerja Capaian 2015
Tahun 2016 Target Akhir
Renstra
Capaian s/d 2016
terhadap 2019 (%)
Target Capaian %
1.
Skor Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan
70,31 85,6 75,08 87,71 96,32 77,95
2. Persentase Penurunan Jumlah Penduduk Rawan Pangan (%/th)
0,68 1 0,43 43 1% 43
3. Harga Gabah Kering Panen (GKP) di Tingkat produsen (Rp/Kg)
≥ HPP Rp. 4.100
≥ HPP Rp. 3.700
≥ HPP Rp. 3.776
100 ≥ HPP
HPP tahun 2019 belum
diketahui
4. Coefisien Variasi
pangan beras di tingkat konsumen
CV : 6% CV<10% CV : 2% 100 CV <10% 100
5. Skor Pola Pangan Harapan (PPH) Konsumsi
79,3 85,0 78,0
91,76 92,5 84,32
6.
Jumlah Konsumsi energi(kkal/kap/hr)
1.841,5 2.019 1.856,7 91,96 2.150 86,36
7. Jumlah Konsumsi Protein(gr/kap/hr)
49,6 56,3 50,3 89,34 57 88,25
8. Persentase Peningkatan Produk Pangan Segar yang Tersertifikasi (%)
3,16 10 7,33 73,3 10 73,3
9. Persentase Tingkat Keamanan Pangan Segar yang di Uji (%)
91,39
80% 83,78 104,73 80% 104,73
Dari 9 indikator kinerja sasaran yang merupakan indikator kinerja utama (IKU) Badan
Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung Tahun 2016, 5 indikator menunjukkan
capaian lebih dari 91, 2 indikator kinerja memiliki capaian 76 ≤ 90, 1 indikator kinerja
memiliki capaian 66 ≤ 75 dan 1 indikator menunjukkan capaian kinerja antara ≤ 50.
berdasarkan skala nilai peringkat kinerja pada Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor
54 tahun 2010 terdapat 5 indikator menunjukkan capaian sangat tinggi, 2 indikator
menunjukkan capaian tinggi, 1 indikator menunjukkan capaian sedang dan 1 indikator
menunjukkan capaian sangat rendah.
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj) Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 17
Gambar 1. Persentase Pencapaian IKU BKPD Provinsi Lampung Tahun 2016
Sementara bila dilihat dalam kerangka triwulan, perbandingan antara rencana dan
realisasi kinerja untuk seluruh sasaran adalah sebagai berikut :
Tabel 10. Realisasi dan Capaian Kinerja IKU Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung Tahun 2016 per Triwulan
No Sasaran Strategi Indikator Kinerja Satuan Target Tahun
an Triwulan Target Realisasi %
1. Peningkatan ketersediaan pangan yang beragam
Skor pola pangan harapan (PPH) ketersediaan
- 85,6 Triwulan I 85,6 79,3 92,64 Triwulan II 85,6 79,3 92,64 Triwulan III 85,6 79,3 92,64 Triwulan IV 85,6 75,08 87,71
2. Penurunan jumlah penduduk rawan pangan
Pesentase Penurunan jumlah penduduk rawan pangan
% 1 Triwulan I 1 0,68 68 Triwulan II 1 0,68 68 Triwulan III 1 0,68 68 Triwulan IV 1 0,43 43
3. Stabilnya harga pangan pokok di tingkat produsen dan konsumen
Harga Gabah Kering Panen (GKP) di Tingkat produsen
Rp/kg 3.700≤ Triwulan I 3.700 ≤ 3.915 100 Triwulan II 3.700 ≤ 3.577 99 Triwulan III 3.700 ≤ 3.822 100 Triwulan IV 3.700 ≤ 3.776 100
Coefisien Variasi pangan beras di tingkat konsumen
% 10% > Triwulan I 10% > 6 100 Triwulan II 10% > 6 100 Triwulan III 10% > 6 100 Triwulan IV 10% > 2 100
4. Peningkatan keragaman konsumsi pangan yang sehat dan aman
Skor Pola Pangan Harapan (PPH) Konsumsi
- 85,0 Triwulan I 85,0 79,3 93,29 Triwulan II 85,0 79,3 93,29 Triwulan III 85,0 79,3 93,29 Triwulan IV 85,0 78,0*) 91,76
5. Peningkatan konsumsi pangan yan sesuai angka kecukupan gizi (AKG)
Jumlah Konsumsi Energi
Kkal/kap/hr 2.019 Triwulan I 2.019 1.841,5 91,21 Triwulan II 2.019 1.841,5 91,21 Triwulan III 2.019 1.841,5 91,21 Triwulan IV 2.019 1.856,7*) 91,96
Jumlah Konsumsi Protein
Gram/kap/hr 56,3 Triwulan I 56,3 49,6 88,10 Triwulan II 56,3 49,6 88,10 Triwulan III 56,3 49,6 88,10 Triwulan IV 56,3 50,3*) 89,34
6. Tercapainya keamanan pangan segar
Persentase Peningkatan Produk Pangan Segar yang Tersertifikasi
-% 10 Triwulan I 10 7,4 74 Triwulan II 10 7,4 74 Triwulan III 10 7,4 74 Triwulan IV 10 7,33 73,3
Persentase Tingkat Keamanan Pangan Segar yang di Uji
% 80 Triwulan I 80 91,39 114,24 Triwulan II 80 91,39 114,24 Triwulan III 80 91,39 114,24 Triwulan IV 80 83,78 104,73
Catatan *) menggunakan angka sementara karena hasil realisasi baru diketahui pada bulan Juni 2016
Sangat Tinggi 55,56% Tinggi
22,22%
Sangat Rendah 11,11%
Sedang 11,11%
Tingkat Capaian IKU Tahun 2016
Sangat Tinggi 55,56%
Tinggi 22,22%
Sedang 11,11%
Sangat Rendah 11,11%
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj) Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 18
Beberapa IKU yang diuraikan diatas, penetapan target dan pengukuran realisasi triwulan
dilakukan dengan menggunakan proxy indikator karena karakter indikator yang spesifik,
termasuk tentang metode pengukuran indikator. Indikator yang dimaksud dan penjelasan
mengapa dipergunakan proxy indikator adalah sebagai berikut :
1. Sebagian indikator merupakan indikator pada level outcome, dimana pelaksanaan
kegiatan pada tahun berjalan, belum tentu akan berkontribusi pada pencapaian target
kinerja IKU secara langsung, seperti indikator penurunan jumlah penduduk rawan
pangan.
2. Sebagian indikator mempergunakan data yang dihasilkan oleh pengukuran secara
periodik oleh lembaga diluar Badan Ketahanna pangan Daerah, yang biasanya
dilakukan sekali dalam setahun, indikator yang masuk dalam kategori ini adalah
PPH Ketersediaan, Skor pola pangan harapan (PPH) konsumsi, Konsumsi energi
dan Konsumsi Protein.
Tabel 11. Pencapaian Kinerja Tahun 2016 Dibandingkan dengan Target Kinerjanya, Target RPJMD dan Perjanjian Kinerja Tahun 2017
No Sasaran Strategi
Indikator Kinerja Satuan
Tahun 2016 Tahun 2017
Target Capaian Realisasi Target RPJMD PK
1. Peningkatan ketersediaan pangan yang beragam
Skor Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan - 85,6 75,08 87,71 88,0 88,0
2. Penurunan jumlah penduduk rawan pangan
Persentase Penurunan Jumlah Penduduk Rawan Pangan
%/Tahun 1 0,43 43 1 1
3. Stabilnya harga pangan pokok d tingkat produsen dan konsumen
Harga Gabah Kering Panen (GKP) di Tingkat produsen
Rp/Kg HPP≤
3.700≤ 3.776 100 3.700 3.700
Coefisien Variasi pangan beras di tingkat konsumen
% <10% 2% 100 < 10% < 10%
4. Peningkatan keragaman konsumsi pangan yang sehat dan aman
Skor Pola Pangan Harapan (PPH) Konsumsi - 85,0 78,0 91,76 85,9 85,9
5. Peningkatan konsumsi pangan yan sesuai angka kecukupan gizi (AKG)
Jumlah Konsumsi Energi Kkal/kap/hr 2.019 1.856,7 91,96 2.034 2.034
Jumlah Konsumsi Protein Gram/kap/hr 56,3 50,3 89,34 56,5 56,5
6. Tercapainya keamanan pangan segar
Persentase Peningkatan Produk Pangan Segar yang Tersertifikasi
% 10 7,33 73,3 10 10
Persentase Tingkat Keamanan Pangan Segar yang di Uji
%
80% (dibawah ambang batas)
83,78 104,73 80 % 80 %
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj) Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 19
3.2 Evaluasi dan Analisis Capaian Kinerja
Bagian ini akan menguraikan evaluasi dan analisis capaian kinerja yang menjelaskan
laporan kinerja secara umum sebagaimana telah diuraikan dalam sub bab sebelumnya.
Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung memiliki 6 sasaran, yaitu :
1. Peningkatan ketersediaan pangan yang beragam
2. Penurunan jumlah penduduk rawan pangan
3. Stabilnya harga pangan pokok di tingkat produsen dan konsumen
4. Peningkatan keragaman konsumsi pangan yang sehat dan aman
5. Peningkatan konsumsi pangan yang sesuai angka kecukupan gizi (AKG)
6. Tercapainya keamanan pangan segar
yang diukur dengan 9 indikator, yaitu :
1. Skor pola pangan harapan (PPH) ketersediaan
2. Persentase penurunan jumlah penduduk rawan pangan
3. Harga gabah kering panen (GKP) di tingkat produsen
4. Coefisien variasi pangan beras di tingkat konsumen
5. Skor pola pangan harapan (PPH) konsumsi
6. Jumlah konsumsi energi
7. Jumlah konsumsi protein
8. Persentase peningkatan produk pangan segar yang tersertifikasi
9. Persentase tingkat keamanan pangan segar yang di uji
Penyajian untuk sub bab ini akan disajikan per indikator. Beberapa indikator yang
terkait digabungkan menjadi satu dalam analisis ini.
Capaian kinerja tahun 2016 merupakan capaian kinerja tahun kedua dari periode 5
(lima) tahun RPJMD dan Renstra Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung.
Adapun gambaran pencapaian indikator kinerja pada tahun 2016 adalah sebagai berikut:
Tabel 12. Rencana dan Realisasi Capaian Indikator Kinerja BKPD TA. 2016
NO Sasaran Srategis Indikatir Kinerja Satuan
2016 2019
Target Realisasi % Target RPJMD %
1. Peningkatan ketersediaan pangan yang beragam
1. Skor Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan
- 85,6 75,08 87,71 96,32 77,95
2. Penurunan jumlah penduduk rawan pangan
2. Persentase Penurunan Jumlah Penduduk Rawan Pangan
%/Tahun 1 0,43 43 1 43
3.
Stabilnya harga pangan pokok di tingkat produsen dan konsumen
3. Harga Gabah Kering Panen (GKP) di Tingkat produsen
Rp/Kg HPP≤
3.700
3.776 100 HPP≤ Belum diketahui HPP nya
4. Coefisien Variasi pangan beras di
% <10% 2% 100 <10% 100
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj) Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 20
NO Sasaran Srategis Indikatir Kinerja Satuan
2016 2019
Target Realisasi % Target RPJMD %
tingkat konsumen
4. Peningkatan keragaman konsumsi pangan yang sehat dan aman
5. Skor Pola Pangan Harapan (PPH) Konsumsi
- 85,0 78,0*) 91,76 92,5 84,32
5. Peningkatan konsumsi pangan yan sesuai angka kecukupan gizi (AKG)
6. Jumlah Konsumsi Energi
Kkal/kap/hr 2.019 1.856,7*) 91,96 2.150 86,36
7. Jumlah Konsumsi Protein
Gram/kap/hr 56,3 50,30*) 89,34 57 88,25
6. Tercapainya keamanan pangan segar
8. Persentase Peningkatan Produk Pangan Segar yang Tersertifikasi
% 10 7,33 73,3 10 73,3
9. Persentase Tingkat Keamanan Pangan Segar yang di Uji
% 80% (dibawah ambang batas)
83,78 104,73 80 104,73
Catatan *) Angka sementara
Keberhasilan Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung dalam menjalankan
Program Peningkatan Diversifikasi dan Ketahanan Pangan Masyarakat diukur
berdasarkan pencapaian outcome. Pengukuran tersebut dilakukan mengingat outcome
merupakan hasil dari berfungsinya output yang telah dilaksanakan bidang yaitu Bidang
Ketersediaan dan Kerawanan Pangan, Bidang Distribusi dan Harga Pangan, Bidang
Penganekaragaman dan Konsumsi Pangan, Bidang Mutu dan Keamanan Pangan, UPT
serta Sekretariat Badan Ketahanan Pangan Daerah. Pengukuran capaian kinerja Badan
Ketahanan Pangan Daerah tersebut dilaksanakan secara tahunan, sedangkan pengukuran
realisasi keuangan dan fisik output kegiatan dipantau secara bulanan dan tri wulanan
melalui Laporan realisasi kinerja dan realisasi keuangan.
Pengukuran kinerja didasarkan pada indikator kinerja yang terstandarisasi agar mampu
menghasilkan hasil evaluasi kinerja yang relevan dan reliable sebagai bahan
pertimbangan perencanaan selanjutnya. Hasil pengukuran menjadi dasar untuk
menyimpulkan kemajuan kinerja, mengambil tindakan dalam rangka mencapai target
kinerja yang ditetapkan dan menyesuaikan strategi untuk mencapai tujuan dan sasaran.
Analisis dan evaluasi capaian kinerja diperoleh dari hasil pengukuran kinerja kegiatan
yang mendukung tercapainya sasaran. Beberapa indikator kinerja dapat dilaksanakan
melalui beberapa kegiatan yang saling terkait digabung menjadi satu dalam analisis ini.
Hasil analisis dan evaluasi capaian kinerja tahun 2016 Badan Ketahanan Pangan Daerah
Provinsi Lampung per indikator dapat dijelaskan sebagai berikut :
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj) Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 21
SKOR POLA PANGAN HARAPAN (PPH) KETERSEDIAAN
Ketahanan pangan nasional masih merupakan isu yang strategis bagi Indonesia
mengingat kecukupan produksi, distribusi dan konsumsi pangan memiliki dimensi yang
terkait dengan dimensi sosial, ekonomi dan politik.Ketahanan pangan merupakan suatu
sistem yang terintegrasi yang terdiri atas berbagai subsistem, subsistem utamanya adalah
ketersediaan pangan, keterjangkauan dan pemenuhan konsumsi pangan. Terwujudnya
ketahanan pangan merupakan sinergi dari interaksi ketiga subsistem tersebut. Subsistem
ketersediaan pangan mencakup aspek produksi dan cadangan pangan.
Ketersediaan pangan harus dikelola sedemikian rupa sehingga walaupun produksi
pangan bersifat musiman, terbatas dan tersebar antar wilayah, tetapi volume pangan
yang tersedia bagi masyarakat harus cukup jumlah dan jenisnya serta stabil
penyediaannya dari waktu ke waktu. Untuk itu aspek cadangan pangan merupakan salah
satu komponen penting dalam ketersediaan pangan yang dapat berfungsi menjaga
kesenjangan antara produksi dengan kebutuhan, disamping itu juga dapat digunakan
untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya kekurangan pangan yang bersifat
sementara disebabkan gangguan atau terhentinya pasokan bahan pangan, misalnya
karena putusnya prasarana dan sarana transportasi akibat bencana alam.
Realisasi pencapaian indikator skor pola pangan harapan (PPH) ketersediaan, dapat
dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 13. Rencana dan Realisiasi Indikator Skor Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan
No Indikator Kinerja Capaian 2015
Tahun 2016 Target Akhir
Renstra
Capaian s/d 2016
terhadap 2019 (%)
Target Capaian %
1.
Skor Pola Pangan Harapan Ketersediaan
70,31 85,60
75,08
87,71
88,70
84,64
Pada indikator skor pola pangan harapan (PPH) Ketersediaan pada tahun 2016 ini
ditargetkan 85,6 dan terealisasi 75,08 atau 87,71%, meskipun pencapaian kinerjanya
belum mencapai 100% tetapi pencapaian kinerjanya sudah tergolong tinggi yaitu
mencapai 87,71%.
Untuk mengetahui perkembangan skor pola pangan harapan (PPH) ketersediaan selama
lima tahun terakhir di Provinsi Lampung dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj) Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 22
Tabel 14. Pola Pangan Harapan (PPH Ketersediaan) di Provinsi Lampung 2012 – 2016
Kelompok Pangan Skor Maks
Skor Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan 2012 2013 2014 2015 2016
Padi-Padian Umbi-Umbian Pangan Hewani Minyak dan Lemak Buah/Biji Berminyak Kacang-Kacangan Gula Sayur dan Buah Lain-Lain
25 2,5 24 5 1
10 2,5 30
-
25 2,5
7,08 5,0
0
1,55 2,5
30,0 -
25 1,97
10,06 2,36
-
1,97 2,5 30
-
25 2,00 9,87 2,82
-
1,72 2,50
30,00 -
25 1,65 9,40 1,03
-
0,73 2,50
30.00 -
25 1,0
10,7 3,2 1,0
1,6 2,5
30,0 -
T O T A L 100 73,63 73,86 73,92 70,31 75,08 Sumber : Badan Ketahanan Pangan Daerah Prov. Lampung
Sumber Data : Badan Ketahanan Pangan Daerah prov. Lampung
Gambar2. Skor PPH Ketersediaan Provinsi Lampung Tahun 2012 – 2016
Jika dilihat dari tabel diatas menunjukkkan bahwa PPH ketersediaan di Provinsi
Lampung sejak tahun 2012 sampai dengan tahun 2014 mengalami peningkatan, hanya
saja pada Tahun 2015 mengalami penurunan hal ini dikarenakan ada beberapa
komoditas yang mengalami penurunan ketersediaannya sehingga masih dibawah skor
maksimal, untuk komoditi padi-padian, gula, sayur dan buah ketersediaannnya sudah
melebihi dari skor maksimal, sementara untuk kelompok pangan umbi-umbian, hewani,
minyak dan lemak, buah/biji berminyak, dan kacang-kacangan ketersediaannya masih di
bawah skor maksimal yang menyebabkan skor PPH ketersediaan di Provinsi Lampung
belum ideal yang menunjukkan bahwa ketersediaan bahan pangan di Provinsi Lampung
belum beragam/berimbang. Dan pada tahun 2016 skor pola pangan harapan (PPH)
ketersediaan mengalami peningkatan yaitu 75,08, meskipun mengalami peningkatan di
73,63 73,86 73,92
70,31
75,08
67
68
69
70
71
72
73
74
75
76
Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2014 Tahun 2015 Tahun 2016
SKOR PPH KETERSEDIAAN
Series 1
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj) Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 23
tahun 2016 ini, tapi PPH ketersediaan menunjukkan bahwa ketersediaan pangan di
Provinsi Lampung belum beragam/seimbang karena belum mencapai 100.
Sementara jika dilihat dari surplus atau minus ketersediaan bahan pangan selama lima
tahun terakhir di provinsi Lampung dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 15. Surplus/Minus Bahan Makanan Provinsi Lampung Th. 2012 – 2016
No. Komoditas Surplus (+)/Minus (-) (ton)
2012 2013 2014 2015 2016 I 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11.
Pangan Nabati Beras Jagung Kedelai Kacang Tanah Kacang Hijau Ubi Kayu Ubi Jalar Sayur Buah Minyak Goreng Gula Pasir
889.523
1.508.442 -87.733
1.671 -2.796
6.810.249 11.125
-340.047 1.230.602
49.240 650.819
952.622
1.506.991 -91.857
1.442 -3.469
6.752.862 8.367
-360.415 1.609.894
-48.954 722.018
780.725
1.557.589 -85.814
274 -77
8.122.537 19.889
-444.243 1.481.576
-63.528 628.267
873.967
1.509.246 -80.588
7.257 -9
6.657.508 14.042
- 20.764.046
- -
1.020.287 1.315.733
- 87.702 2.440
- 1 6.101.486
1.337 - -
16.613 531.241
II. 1. 2. 3. 4.
Pangan Hewani Daging Telur Susu Ikan
-4.528 87.443
-341.961 248.798
19.134 98.106
-350.308 491.323
5.927 3.176
-362.463 367.435
-
-15.943 -
7.913
6.897 2.231
- 362.707 -
Sumber Data : Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung
Data Neraca Bahan Makanan (NBM) menunjukkan bahwa ketersediaan bahan pangan di
Provinsi Lampung telah cukup, dicerminkan dengan tersedianya energi dan protein yang
telah melebihi standar yang ditetapkan melalui Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi
(WNPG). Sebagai gambaran ketersediaan bahan pangan Provinsi Lampung dapat dilihat
pada Tabel dibawah ini.
Tabel 16. Ketersediaan Energi dan Protein Berdasarkan NBM Provinsi Lampung Tahun 2012 – 2016.
No. Uraian Standar WNPG
Tahun 2012 (ATAP 2011)
Tahun 2013 (ATAP 2012)
Tahun 2014 (ATAP 2013)
Tahun 2015 (ATAP 2014)
Tahun 2016 (ATAP 2015
1
Energi (kal/kap/hr) 2.200 2.870,04 2.911,84 2.987,84 2.735,29 2.819
a. Nabati 2.791,68 2.800,13 2.877,91 2.630,63 2.686
b. Hewani 78,36 111,71 109,93 104,66 133
2
Protein (gram/kap/hr) 57 58,31 68,23 55,90 67,93 68,67
a. Nabati 49,36 55,47 43,57 55,65 51,82
b. Hewani 8,95 12,76 12,33 12,28 16,85 Sumber : Badan Ketahanan Pangan daerah Prov. Lampung
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj) Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 24
Gambar 3. Ketersediaan Energi dilihat dari Sumbernya tahun 2012 - 2016
Gambar 4. Ketersediaan Protein Berdasarkan Sumbernya Tahun 2012 – 2016
Dalam upaya pencapaian indikator skor pola pangan harapan (PPH) ketersediaan, Badan
Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung telah melakukan penyusunan Neraca
Bahan Makanan (NBM).Tabel Neraca Bahan Makanan ini menyajikan gambaran
menyeluruh tentang pola penyediaan pangan di suatu wilayah dalam periode tertentu.
Neraca Bahan Makanan (NBM) digunakan sebagai salah satu bahan dalam menyusun
kebijakan ketersediaan pangan, maka NBM harus disusun secara lengkap, tepat waktu
dan berkelanjutan dari suatu periode ke periode berikutnya. Tabel NBM ini dapat
digunakan untuk mengevaluasi pengadaan, penggunaan pangan, komposisi atau pola
ketersediaan energi atau zat gizi lainnya. Selain itu juga digunakan sebagai acuan dalam
-
500,00
1.000,00
1.500,00
2.000,00
2.500,00
3.000,00
Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2014 Tahun 2015 Tahun 2016
78,36 111,71 109,93 104,66 133,00
2.791,68 2.800,13 2.877,91
2.630,63 2.686,00
2.870,04 2.911,84 2.987,84
2.735,29 2.819,00
Sumber Hewani
Sumber Nabati
Total Energi
0
10
20
30
40
50
60
70
Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2014 Tahun 2015 Tahun 2016
8,95 12,76 12,33 12,28
16,85
51,19 49,36
55,47
43,57
51,82
66,41
58,31
68,23
55,9
68,67
Sumber Hewani
Sumber Nabati
Total Protein
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj) Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 25
perencanaan produksi/pegadaan pangan serta sebagai bahan dalam penetapan kebijakan
pangan dan gizi.
Pada tahun 2016 ini ditargetkan skor Pola Pangan Harapan (PPH) ketersediaan sebesar
85,6 tetapi dari hasil penyusunan NBM ternyata PPH ketersediaan di Provinsi Lampung
baru mencapai 75,08, masih lebih rendah dari yang di inginkan. Hal ini menunjukkan
bahwa ketersediaan pangan di Provinsi Lampung belum beragam/seimbang karena
belum mencapai 100. Dari hasil penghitungan ketersediaan atau hasil dari Neraca
Bahan Makanan (NBM) menunjukan bahwa ketersediaan pangan di provinsi Lampung
masih di dominasi oleh kelompok pangan padi-padian (66,54%), kelompok gula
(7,96%), kelompok sayur/buahan (10,97%), pangan hewani (4,55%), minyak dan lemak
(5,51%), kelompok umbi-umbian (1,73%), serta diikuti kelompok kacang-kacangan
dengan kontribusi energi sebesar 0,69%.
Penyebab belum idealnya ketersediaan pangan tersebut disebabkan karena Komposisi
skor PPH untuk masing-masing kelompok bahan pangan tersebut belum seluruhnya
mencapai skor maksimum,. Sedangkan kelompok pangan yang memiliki skor dibawah
skor maksimal PPH yaitu kelompok umbi-umbian sebesar 1,0 (skor maksimal 2,5),
kelompok pangan hewani sebesar 10,7 (skor maksimal 24) kelompok kacang-kacangan
sebesar 1,6 (skor maksimal 10) dan kelompok minyak dan lemak sebesar 3,2 (skor
maksimal 5). Hal ini mengakibatkan tidak seimbangnya ketersediaan kecukupan gizi
yang dipersyaratkan. Sedangkan kelompok bahan pangan yang melebihi skor maksimal
akan memberikan kelebihan kontribusi ideal pangan dalam komposisi gizi seimbang.
Untuk pemenuhan ketersediaan energi, protein dan lemak yang berimbang, maka untuk
komoditas yang produksinya masih rendah (kelompok umbi-umbian, kacang-
kacangan,kelompok pangan hewani, kelompok minyak dan lemak) agar dilakukan
peningkatan produksi dengan memanfaatkan potensi lahan yang tersedia, sementara
kelebihan ketersediaan untuk beberapa komoditas pangan di Provinsi Lampung seperti
beras dan ubi kayu dapat dimanfaatkan sebagai aset provinsi untuk di eksport guna
meningkatkan pendapatan daerah.
Salah satu cara untuk mengetahui tingkat ketahanan pangan adalah dengan mengukur
rasio ketersediaan dengan konsumsi pangan. Rasio pangan ini berguna sebagai masukan
bagi pemangku kepentingan untuk memperbaiki dan meningkatkan penyediaan pangan
dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan Provinsi Lampung. Untuk melihat kecukupan
ketersediaan dan konsumsi, dilakukan perbandingan antara ketersediaan dan konsumsi
aktual dengan angka kecukupan ketersediaan dan konsumsi dalam bentuk energi dan
protein. Ketersediaan pangan per kapita mengindikasikan rata-rata individu memperoleh
bahan pangan. Pada tahun 2016 ini angka kecukupan energi tingkat ketersediaan di
targetkan 2.400 Kkal/kapita/hari, dari hasil penyusunan neraca bahan makanan Provinsi
Lampung tahun 2016 angka kecukupan energi tingkat ketersediaan mencapai 2.819
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj) Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 26
Kkal/kapita/hari (117,45% dari target angka kecukupan energi di tingkat ketersediaan
sebesar 2.400 Kkal/kapita/hari). Dari total ketersediaan energi, sumbangan terbesar
berasal dari pangan nabati yaitu sebesar 2.686 kkal/kapita/hari atau 95,28% dan sisanya
4,72% yang berasal dari pangan hewani. Secara rinci sumber energi dari kelompok
pangan tersebut sebagai berikut :
Tabel17. Ketersediaan Energi dan Protein Menurut Sumbernya
Sumber Pangan Ketersediaan energi Ketersediaan Protein
Kkal/kapita/hari % Gram/kap/hari %
Nabati 2.686 95,28 51,82 75,46
Hewani 133 4,72 16,85 24,54
Total 2.819 100 68,67 100 Sumber : Data NBM Badan Ketahanan Pangan Provinsi Lampung Tahun 2016
Gambar 5. Persentase Ketersediaan Energi, Tahun 2016
Gambar 6. Persentase Ketersediaan Protein, Tahun 2016
NABATI; 95,28%
HEWANI; 4,72%
KETERSEDIAAN ENERGI
75,46%
24,54%
Ketersediaan Protein Nabati Hewani
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj) Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 27
Total ketersediaan protein adalah sebesar 68,67 gram/kapita/hari atau lebih besar 9 %
dari angka yang dianjurkan yakni 63 gram/kapita/hari. Jika dilihat sumbangannya
menurut masing-masing kelompok pangan, ketersediaan energi, protein dan lemak
masih di dominasi kelompok padi-padian yaitu sebesar 1.876 kkal/kapita/hari atau
66,55%, kemudian diikuti kelompok buah-buahan 10,03%, gula 7,95%, makanan berpati
1,74%, daging 1,06%, minyak dan lemak 5,36%, ikan 2,66%, sayuran 0,99%, telur
0,92%, dan buah/biji berminyak 2,69%. Sedangkan yang memberi sumbangan yang
paling kecil adalah kelompok susu dengan ketersediaan energi yang hanya mencapai 1%
per 1000 kkal/kapita/hari. Selengkapnya dapat dilihat pada gambar dibawah ini :
Gambar 7. Persentase Kontribusi Kelompok Pangan Tahun 2016
Berdasarkan penghitungan ketersediaan pangan atau hasil dari Neraca Bahan Makanan
tahun 2016 didapatkan Pola Pangan Harapan (PPH) Provinsi Lampung menurut
kelompok pangan sebagai berikut :
Tabel 18. Skor PPH Ketersediaan Provinsi Lampung berdasarkan NBM Th. 2016
Kelompok Pangan
Perhitungan Skor Pola Pangan Harapan (PPH)
Kalori % % AKE*) Bobot Skor
Aktual Skor AKE
Skor Maks
Skor PPH
Padi-padian 1.876 66,54 78,2 0,50 33,27 39,09 25,00 25,00 Umbi-umbian 49 1,73 2,0 0,50 0,87 1,02 2,50 1,0 Pangan Hewani 128 4,55 5,4 2,00 9,11 10,70 24,00 10,7 Minyak &Lemak 155 5,51 6,5 0,50 2,75 3,23 5,00 3,2 Buah/Biji Berminyak 58 2,04 2,4 0,50 1,02 1,20 1,00 1,0
Kacang-kacangan 20 0,69 0,8 2,00 1,39 1,63 10,00 1,6 Gula 224 7,96 9,3 0,50 3,98 4,67 2,50 2,50 Sayur dan Buah 309 10,97 12,9 5,00 54,85 64,44 30,00 30,00 Lain-lain - - - - - - - - Total 2.819 100 117,5 107,24 125,98 100 75,08
Padi-Padian ; 66,55%
Buah-Buahan ; 10,03%
Gula 7,95%
Minyak dan Lemak 5,36%
Ikan 2,66%
Makanan Berpati 1,74%
Daging 1,06%
Sayuran 0,99%
Telur 0,92%
% KONTRIBUSI KELOMPOK PANGAN
Padi-Padian 66,55%
Buah-Buahan 10,03%
Gula 7,95%
Minyak dan Lemak 5,36%
Buah/Biji Beminyak 2,69%
Ikan 2,66%
Makanan Berpati 1,74%
Daging 1,06%
Sayuran 0,99%
Telur 0,92%
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj) Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 28
Gambar 8. Perbandingan Skor Maksimum dan Skor PPH menurut Kelompok Pangan
Bila dilihat dari persentase AKE bahwa situasi ketersediaan pangan berdasarkan pola
pangan harapan (Kualitas) di Provinsi Lampung pada tahun 2016 memiliki ketersediaan
energi sebesar 2.819 kkal/kapita/hari atau lebih 17,45% dari angka kecukupan gizi
(2.400 kkal/kapita/hari) dengan skor PPH 75,08 yang menyatakan bahwa ketersediaan
pangan di Provinsi Lampung belum beragam/seimbang karena belum mencapai 100.
Meskipun ketersediaan energi berdasarkan Neraca Bahan Makanan (Kuantitas) telah
mencapai 2.819 kkal/kapita/hari atau surplus sebesar 17,45% dari angka kecukupan gizi
(2.400 kkal/kapita/hari) namun secara kualitas (skor PPH 75,08) belum ideal. Penyebab
belum idealnya ketersediaan pangan tersebut disebabkan karena :
1. Komposisi skor PPH untuk masing-masing kelompok bahan pangan tersebut belum
seluruhnya mencapai skor maksimal hal ini berakibat tidak seimbangnya
ketersediaan kecukupan gizi yang dipersyaratkan
2. Kelompok pangan yang terlalu melebihi skor maksimal akan memberikan kelebihan
kontribusi ideal pangan dalam komposisi gizi seimbang
3. Penyebab belum idealnya kualitas ketersediaan pangan ini juga disebabkan pada
beberapa kelompok pangan masih dibawah skor maksimal, yaitu pangan hewani
(4,55%), minyak dan lemak (5,51%), kelompok umbi-umbian (1,73%), serta diikuti
kelompok kacang-kacangan dengan kontribusi energi sebesar 0,69%. Kondisi ini
dikarenakan produksi untuk masing-masing kelompok pangan tersebut relatif masih
rendah.
Ketersediaan Bahan Pangan di Provinsi Lampung Tahun 2016 (Atap 2015)
menunjukkan bahwa ketersediaan yang mengalami surplus antara lain : beras surplus
1.020.287 ton, Jagung surplus 1.315.733 ton, Kacang Tanah surplus 2.440 ton, Ubi
Skor Maksimum
0,00
10,00
20,00
30,00 25,00
2,50
24,00
5,00 1,00
10,00
2,50
30,00
0,00
25,00
1,00
10,70
3,20 1,00 1,60 2,50
30,00
0,00 Skor Maksimum
Skor PPH
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj) Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 29
Kayu surplus 6.101.486 ton, Ubi Jalar surplus 1.337 ton, cabe merah 4.122, daging sapi
6.897 ton, daging ayam ras dan buras 7.157 ton, telur 2.231 ton, gula pasir 531.241 ton,
dan minyak goreng 16.613 ton, sedangkan untuk komoditas kedelai, kacang hijau,
bawang merah, dan susu ketersediaannya mengalami kekurangan/minus. Untuk kedelai
minus 87.702 ton, kacang hijau minus 1 ton, bawang merah minus 315. 220 ton, dan
susu minus 362.707 ton. Data lengkap ketersediaan bahan pangan di Provinsi Lampung
tahun 2016 (atap 2015) dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj) Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 30
Tabel 19. Ketersediaan dan Konsumsi Bahan Pangan di Provinsi Lampung Tahun 2016 (Atap Tahun 2015)
No. Komoditas Produksi (Ton) Benih/Pakan/Tercecer Ketersediaan
(Ton)
Jumlah Penduduk
(Jiwa)
Konsumsi/kapita (Kg/Kap/Th)
Total Konsumsi (Ton) Surplus/Minus
Ketersediaan/Konsumsi
(%) Skor % (Ton)
Padi 3.641.895 7,3 265.858 3.376.037
1. Beras 2.133.655 3,3 70.411 2.063.245 9.890.538 105,45 1.042.957 1.020.287 197,83 1
2. Jagung 1.502.800 11 165.308 1.337.492 9.890.538 2,20 21.759 1.315.733 6.146,79 1
3. Kedelai 9.815 5 491 9.324 9.890.538 9,81 97.026 - 87.702 9,61 4
4. Kacang Tanah 4.963 5 248 4.715 9.890.538 0,23 2.275 2.440 207,26 1
5. Kacang Hijau 2.445 7 171 2.274 9.890.538 0,23 2.275 - 1 99,96 3
6. Ubi Kayu 7.387.084 15 1.108.063 6.279.021 9.890.538 17,95 177.535 6.101.486 3.537 1
7. Ubi Jalar 28.494 12 3.419 25.075 9.890.538 2,40 23.737 1.337 105,63 1
8. Bawang Merah 1.987 1.987 9.890.538 33,18 317.207 - 315.220 0,63 4
Cabe Merah 31.273 31.273 9.890.538 2,84 27.151 4.122 115,18 1
9. Daging Sapi 12.337 12.337 9.890.538 0,55 5.440 6.897 226,79 1
10. Daging ayam ras
dan buras
57.203 57.203 9.890.538 5,06 50.046 7.157 114,30 1
Susu 78,19 78 9.890.538 36,68 362.785 - 362.707 0,02 4
11. Telur (ayam,itik) 79.377 79.377 9.890.538 7,80 77.146 2.231 102,89 1
Gula Pasir 723.711 723.711 9.890.538 19,46 192.470 531.241 376,01 1
12. Minyak Goreng 129.167 129.167 9.890.538 11,38 112.554 16.613 114,76 1
Keterangan : Skor 1 : Surplus (rasio > 114%) Skor 2 : Swasembada ( rasio 100 – 114%) Skor 3 : Cukup (rasio 95 – 100%) Skor 4 : Defisit (rasio < 95%)
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj) Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 31
Jika dibandingkan dengan tahun 2015, pencapaian skor pola pangan harapan (PPH)
ketersediaan pada tahun 2016 mengalami peningkatan, pada tahun 2015 skor pola
pangan harapan (PPH) ketersediaan mencapai 70,31 dan pada tahun 2016 naik menjadi
75,08. Hal ini dikarenakan persentase kontribusi kelompok pangan ada yang mengalami
peningkatan seperti kelompok pangan umbi-umbian, kelompok pangan hewani, minyak
dan lemak, dan kelompok kacang-kacangan.
Pencapaian indikator skor pola pangan harapan (PPH) ketersediaan juga di bandingkan
dengan target di renstra dan target nasional jauh lebih rendah target renstra dan nasional
pada tahun 2016 sebesar 85,6, sedangkan pencapaian di tahun 2016 baru 75,08 atau baru
mencapai 87,71% dari target renstra dan nasional
Ada beberapa masalah dalam pencapaian indikator skor pola pangan harapan (PPH)
ketersediaan, antara lain :
1. Ketersediaan pangan sangat fluktuatif dari tahun ketahun sehingga untuk
mempertahankan dan meningkatkan ketersediaan pangan perlu adanya program dan
kegiatan yang mendukung tercapainya ketersediaan pangan suatu wilayah.
Solusi
1. Untuk menghadapi ketersediaan pangan yang sangat fluktuatif kiranya perlu
dilakukan penekanan laju pertumbuhan penduduk, penekanan laju alih fungsi lahan,
serta penekanan tingkat konsumsi yang melebihi standar
2. Ketersediaan pangan di Lampung yang masih rendah perlu ditingkatkan melalui
peningkatan produksi dan produktivitas dengan memanfaatkan potensi wilayah
3. Penguatan distribusi pangan karena pergerakan komoditas sangat mobile dan di
Provinsi Lampung masih terdapat beberapa komoditas yang sangat tergantung
pasokan dari luar
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj) Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 32
PERSENTASE PENURUNAN JUMLAH PENDUDUK RAWAN PANGAN (%)
Realisasi pencapaian indikator persentase penurunan jumlah penduduk rawan pangan,
sebagai berikut :
Tabel 20. Target dan Realisasi Pencapaian Sasaran Persentase Menurunnya Jumlah Penduduk Rawan Pangan
No Indikator Kinerja Capaian 2015
Tahun 2016 Target Akhir
Renstra
Capaian s/d 2016
terhadap 2019 (%)
Target Capaian %
1.
Persentase Penurunan Jumlah Penduduk Rawan Pangan (%)
0,68 1
0,43
43 1%
43
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa target indikator persentase penurunan jumlah
penduduk rawan pangan pada tahun 2016 sebesar 1% hanya bisa dicapai 0,43% atau
terealisasi 43%. Hal ini menunjukkan bahwa sasaran menurunnya jumlah penduduk
rawan pangan pada tahun 2016 sebesar 1% tidak tercapai. Berdasarkan skala nilai
peringkat kinerja pada Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 tahun 2010, indikator
persentase penurunan jumlah penduduk rawan pangan menunjukkan capaian sangat
rendah,
Dalam pencapaian target penurunan jumlah penduduk rawan pangan 1% ini sulit untuk
tercapai karena kemiskinan terdiri dari banyak faktor yang mempengaruhi dan harus
diselesaikan secara lintas sektoral. kemiskinan berhubungan erat dengan kerawanan
pangan yang ditinjau dalam dua dimensi:
a. Kedalaman dengan kategori ringan, sedang, dan berat
b. Jangka waktu/periode kejadian dengan kategori kronis untuk jangka panjang dan
transien untuk jangka pendek/fluktuasi
Selain itu kemiskinan juga berhubungan erat dengan tingkat pengangguran, karena
terkait dengan pendapatan penduduk (faktor ekonomi) dan daya beli masyarakat.
Berdasarkan tabel dibawah ini dapat dilihat bahwa perkembangan jumlah penduduk dan
jumlah penduduk miskin sejak tahun 2011 – 2016 cenderung turun :
Tabel 21. Perkembangan Jumlah Penduduk Miskin di Provinsi Lampung Tahun 2012 – 2016
Tahun Jumlah Penduduk Miskin (Ribu Jiwa) Persentase Penduduk Miskin
Kota Desa Jumlah Kota Desa Jumlah 2012 (Maret)
2012 (Sept)
2013 (Maret)
2013 (Sept)
241,10
240,11
235,47
224,81
1.023,39
990,05
939,88
919,95
1.264,48
1.230,16
1.175,35
1.144,76
12,00
11,88
11,59
10,89
17,63
16,96
15,99
15,62
16,18
15,65
14,86
14,39
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj) Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 33
2014 (Maret)
2014 (Sept)
2015 (Maret)
2015 (Sept)
2016 (Maret)
2016 (Sept)
230,63
224,21
233,27
197,94
233,39
227,44
912,28
919,73
930,22
902,74
936.21
912,34
1.142,92
1.143,93
1.163,49
1.100,68
1.169,60
1.139,78
11,08
10,68
10,94
9,25
10,53
10,15
15,41
15,46
15,56
15,05
15,69
15,24
14,28
14,21
14,35
13,53
14,29
13,86
Sumber Data : BPS Provinsi Lampung
Gambar 9. Persentase Penduduk Miskin di Provinsi Lampung Th. 2012 - 2016
Berdasarkan penyebaran penduduk miskin tahun 2012 - 2016, bahwa jumlah penduduk
miskin di perdesaan lebih tinggi dari perkotaan. Pada tahun 2016 penurunan penduduk
miskin sebesar 0,43% sementara target nasional dan target Rencana Strategis
(RENSTRA) Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung Pada tahun 2016
dalam penurunan penduduk rawan pangan yaitu 1%, hal ini berarti bahwa kinerja Badan
Ketahanan Pangan Provinsi Lampung tahun 2016 dalam menurunkan jumlah penduduk
rawan pangan sebesar 1% per tahun tidak mencapai target, sementara kalau dilihat dari
rata-rata penurunan penduduk rawan pangan selama lima tahun yaitu 1,08%
menunjukkan bahwa kinerja Badan ketahanan Pangan Provinsi Lampung selama lima
tahun telah melebihi target dalam upaya penurunan penduduk rawan pangan.
Tabel 22. Target Nasional, Target Renstra dan Capaian Kinerja dalam Penurunan Penduduk Miskin di Provinsi Lampung Tahun 2012 - 2016
Tahun 2012
Tahun 2013
Tahun 2014
Tahun 2015
Tahun 2016
Target Nasional 1% 1% 1% 1% 1%
Target Renstra 1% 1% 1% 1% 1%
Realisasi Capaian Kinerja 0,92% 1,26% 0,18% 0,68% 0,43%
0
2
4
6
8
10
12
14
16
18
Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2014 Tahun 2015 Tahun 2016
11,88 10,89 10,68
9,25 10,15
16,96 15,62 15,46 15,05 15,24 15,65
14,39 14,21 13,53 13,86
Kota
Desa
Jumlah
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj) Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 34
Gambar 10. Perbandingan antara Target Nasional, Target Renstra dan Realisasi Kinerja dalam Penurunan Penduduk Rawan Pangan
Kegiatan yang di kelola oleh Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung dalam
rangka mewujudkan penurunan penduduk rawan pangan yaitu :
a. Pengembangan desa mandiri pangan
b. Analisa dan pemantauan SKPG dan PDRP
c. Pengembangan cadangan pangan pemerintah
d. Pengembangan lumbung pangan masyarakat
e. Analisa dan penyusunan peta ketahanan dan kerentanan pangan.
f. Akses Pangan
g. Konsolidasi Dewan Ketahanan Pangan
Pada tahun 2016 ini pengembangan desa mandiri pangan selain dilakukan pemantauan
dan pembinaan di 97 desa mandiri pangan juga dilakukan pembinaan dan pemantauan di
6 kawasan mandiri pangan.evaluasi dari hasil pemantaun dan pembinaan, dampak dari
kegiatan pengembangan desa mandiri pangan, antara lain :
· meningkatkan kelembagaan khususnya Kelompok Afinitas dan Lembaga Keuangan
Desa (LKD) namun masih kurang untuk Tim Pendamping Desa (TPD)
· Menurunkan tingkat kemiskinan
· Menurunkan kerawanan pangan
· Meningkatkan tahan pangan
· Meningkatkan pola pikir
Pada tahun 2016 ini ada 6 kawasan desa mandiri pangan tahap pengembangan yang
tersebar di 6 kabupaten, yaitu Kabupaten Lampung Selatan, Way Kanan, Tanggamus,
Lampung Utara, Tulang Bawang, dan Lampung Barat. Dari Hasil pembinaan dan
pemantauan untuk kegiatan kawasan mandiri pangan ini dampaknya belum terlihat
0,92%
1,26%
0,18%
0,68%
0,43%
1% 1% 1% 1% 1%
0,00%
0,20%
0,40%
0,60%
0,80%
1,00%
1,20%
1,40%
Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2014 Tahun 2015 Tahun 2016
Realisasi Kinerja
Target Renstra
Target Nasional
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj) Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 35
karena rata-rata pemberian bantuan modal dari anggaran APBN ke kawasan desa
mandiri pangan untuk usaha kelompok belum menunjukkan perubahan yang signifikan,
pada umumnya dana tersebut untuk usaha pertanian, seperti menanam bawang merah,
jahe, memelihara ikan dsb.
Berdasarkan analisa Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi (SKPG) situasi pangan dan
Gizi di Provinsi Lampung dalam kondisi rawan, dengan faktor penyebab dominan yaitu
indikator ketersediaan, dari 15 Kabupaten tidak ada satupun dalam kondisi aman, untuk
faktor ketersediaan pangan dalam kondisi waspada yaitu Kabupaten Lampung Barat,
Tanggamus, Lampung Timur, Lampung Tengah, Pesawaran, Pringsewu, Mesuji, dan
Tulang Bawang Barat, sementara Kabupaten yang dalam kondisi rawan yaitu Kabupaten
Lampung Selatan, Lampung Utara, Way Kanan, Tulang Bawang, Bandar Lampung dan
Metro. Dari hasil analisa SKPG rasio ketersediaan terhadap konsumsi mormatif serealia
dan umbi umbian di provinsi Lampung memiliki rasio ketersediaan pangan yang baik,
hanya di Kota Metro dan Kota Bandar Lampung. Sedangkan akses terhadap pangan,
Provinsi Lampung masih dikategorikan aman, dari 15 Kabupaten tiadak ada yang posisi
rawan, untuk akses pangan di Provinsi Lampung dalam kondisi aman dan waspada.
Sementara untuk indikator pemanfaatan pangan di Provinsi Lampung masih relatif
aman, hanya Kabupaten Tanggamus dan Bandar Lampung yang kondisi rawan untuk
pemanfaatan pangannya. Jika dilihat secara keseluruhan dari ketiga indikator
(Komposit) yang dalam kondisi aman hanyalah Kabupaten Pringsewu, kondisi waspada
yaitu Kabupaten Lampung Barat, Lampung Timur, Lampung Tengah, Pesawaran,
Mesuji dan Tulang Bawang Barat, sementara Kabupaten yang rawan jika dilihat dari ke
tiga indikator tersebut yaitu Tanggamus, Lampung Selatan, Lampung Utara, Way
Kanan, Tulang Bawang, Bandar Lampung dan Metro.
Dari hasil penyusunan peta kerentanan dan ketahanan pangan (FSVA) di 2.632 desa di
bagi dalam 4 kelompok prioritas, yaitu : 130 desa/pekon pada prioritas 1, 358
desa/pekon pada prioritas 2, 719 desa/pekon prioritas 3, 1.425 desa/pekon prioritas 4.
Faktor yang menyebabkan desa/pekon tersebut menjadi rawan terhadap kerentanan
pangan disebabkan oleh :
a. Tingginya rasio rumah tangga dengan tingkat kesejahteraan terendah rata-rata
0,2004. Hal ini diasumsikan bahwa terdapat 2 – 4 rumah tangga dari 10 rumah
tangga dengan tingkat kesejahteraan terendah.
b. Tingginya rumah tangga yang tidak memiliki fasilitas buang air besar dengan rata-
rata data rasio sebesar 0,0831 hal ini diasumsikan bahwa terdapat 7 – 8 rumah
tangga dari 10 rumah tangga yang tidak memiliki sanitasi yang baik.
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj) Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 36
c. Tingginya Rumah Tangga yang tidak memiliki akses terhadap listrik dengan rata-
rata 0,0369. Hal ini diasumsikan bahwa terdapat 3 – 4 rumah tangga dari 10 rumah
tangga yang tidak memiliki akses ke air bersih.
d. Tingginya rumah tangga yang tidak memiliki akses terhadap air bersih dengan rata-
rata 0,2450. Hal ini diasumsikan bahwa terdapat 3 – 4 rumah tangga dari 10 rumah
tangga dengan tingkat kesejahteraan terendah.
Pada tahun 2016 kegiatan cadangan pangan tidak direalisasikan karena adanya surat
dari bulog Nomor 384/08010/08/2015 tanggal 28 Agustus 2015 tentang perjanjian
pengelolaan cadangan pangan yang didalamnya antara lain berisi adanya kenaikan harga
berdasarkan keputusan direksi perum bulog no. KD-199/DK000/07/2015 ditetapkan
sebesar Rp. 8.790/kg, dan kita diharuskan melakukan penyesuaian harga terhadap stock
milik Badan Ketahanan Pangan Provinsi Lampung yang di titipkan di gudang Bulog
sebagai kompensasi terhadap biaya penitipan dan perawatan barang. Pada tahun 2016 ini
kegiatan cadangan pangan pemerintah daerah tidak direalisasikan karena adanya surat
dari bulog nomor : 384/08010/08/2015 tanggal 28 Agustus 2015 tentang perjanjian
pengelolaan cadangan pangan yang didalamnya antara lain berisi adanya kenaikan harga
berdasarkan keputusan direksi perum bulog No. KD-199/DK000/07/2015 ditetapkan
sebesar Rp. 8.790/kg, dan kita diharuskan melakukan penyesuaian harga terhadap stok
milik Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung yang dititipkan di gudang
bulog sebagai kompensasi terhadap biaya penitipan dan perawatan barang. Dengan
adanya surat tersebut Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung tidak
merealisasikan pengadaan cadangan pangan pemerintah yang akan dititipkan ke bulog,
karena belum ditemukan jalan keluar untuk menyelesaikan masalah yang berhubungan
dengan surat penyesuaian harga tersebut terhadap stok cadangan pangan pemerintah
yang sudah dititipkan di bulog. Sehingga pada APBD-P tahun 2016 kegiatan cadangan
pangan anggarannya diubah.
Dalam rangka pengembangan cadangan pangan, selain melalui cadangan pangan
pemerintah diupayakan juga dari cadangan pangan yang ada di masyarakat yaitu
lumbung pangan masyarakat. Berdasarkan Undang-undang No. 18 tahun 2012 tentang
Pangan menyatakan bahwa ketahanan pangan sebagai kondisi terpenuhinya pangan bagi
rumah tangga yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun
mutunya, aman, merata dan terjangkau. Peranan lumbung pangan di masa lalu lebih
bersifat sosial dan sebagai tempat untuk menyimpan hasil panen yang dapat
dimanfaatkan oleh masyarakat di musim paceklik.
Peranan lumbung ini pernah diupayakan untuk digantikan oleh kelembagaan alternatif
dengan mengintegrasikan seluruh lembaga sosial pedesaan dalam suatu organisasi
modern. Namun kelembagaan alternatif tersebut ternyata mengalami kegagalan dan
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj) Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 37
menyebabkan petani selalu berada dalam posisi lemah. Berdasarkan hasil penelitian
PSP-LP IPB tahun 2001, menunjukkan bahwa lumbung pangan pedesaan di beberapa
daerah terbukti memiliki daya adaptasi yang lebih tinggi dari jenis-jenis lembaga
alternatif yang diintervensi dari luar. Lumbung pangan tersebut tidak hanya efektif
dalam melayani kebutuhan pangan anggotanya pada saat krisis tetapi juga melayani
kebutuhan finansial anggotanya dari hasil pengelolaan lumbung.
Revitalisasi kelembagaan perlu dilakukan melalui proses pemberdayaan secara
sistematis, utuh terpadu dan berkesinambungan sehingga mampu menjadi salah satu
lembaga penggerak ekonomi pedesaan. Lumbung pangan adalah salah satu kelembagaan
yang ada di masyarakat yang telah lama berperan dalam pengadaan pangan terutama
dalam musim paceklik. Upaya revitalisasi perlu dilakukan, mengingat (1) keberadaan
lumbung pangan pada akhir-akhir ini sudah semakin memudar seiring dengan kemajuan
sistem perdagangan dan berkembangnya lembaga logistik formal pemerintah; (2)
terjadinya reformasi peran BULOG pada tahun 1998, lumbung pangan dipandang
sebagai salah satu solusi dalam menindaklanjuti berbagai logistik (cadangan pangan) di
pedesaan dan perkotaan; dan (3) terbatasnya anggaran pemerintah untuk membiayai
program stabilisasi harga, sehingga lumbung pangan dipandang sebagai salah satu
alternatif untuk membantu mengatasi kekurangan pangan/defisit pangan di musim
paceklik, serta merosotnya harga pangan (padi) pada saat panen raya di wilayah sentra
produksi. Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung sejak tahun 2011
melaksanakan kegiatan pengembangan cadangan pangan masyarakat, dan pada tahun
2016 pengembangan lumbung pangan masyarakat untuk pengisian lumbung
dianggarkan dari dana APBN, masing-masing lumbung mendapat anggaran Rp.
20.000.000,- untuk pengisian lumbung.Pada tahun 2016 di targetkan untuk 38 lumbung
dan terealisasi 38 lumbung yang berada di Kabupaten Tulang Bawang Barat, yaitu :
No. Nama Kelompok Alamat Lumbung
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
Bangun Karya I
Jaya Lestari
Karya Maju
Margo Seto
Mekar Jaya
Rejosari II
Subur Makmur
Suka Maju
Sumber Rejeki
Harapan Tani II
Baru Muncul
Kp. Daya Sakti, Tumijajar, Tulang Bawang Barat
Kp. Sumber Rejo, Tumijajar, Tulang Bawang Barat
Kp. Makarti, Tumijajar, Tulang Bawang Barat
Kp. Gunung Timbul, Tumijajar, Tulang Bawang Barat
Kp. Daya Murni, Tumijajar, Tulang Bawang Barat
Kp. Karta Sari, Tulang Bawang Udik, Tuba Barat
Kp. Mulya Asri, Tulang Bawang Tengah, Tuba Barat
Kp. Mekar Yekti Jaya, Lambu Kibang, Tuba Barat
Kp. Margo Dadi, Tumijajar, Tuba Barat
Kp. Gunung Menanti, Tumijajar, Tuba Barat
Kp. Marga Kencana, Tulang Bawang Udik, Tuba Barat
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj) Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 38
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
30.
31.
32.
33.
34.
35.
36.
37.
38.
Mugi lestari
Rukun
Sentosa
Sido Dadi
Sido Makmur
Sido Dadi
Trimo Maju
Tunas Baru I
Tunas Remaja
Untung Jaya
Ngudi Makmur
Tani Maju
Setia Bakti
Tirta Waru
Flamboyan
Harapan Jaya
Sederhana
Sumber Nabati
Tri Kencana
Tani Maju
Muda Karya
Sumber Makmur
Ngudi Agung
Ngudi Santoso
Ngudi Luhur
Mekar Sari
Margo Mukti II
Kp. Mekar Sari Jaya, Lambu Kibang, Tuba Barat
Kp. Panca Marga, Batu Putih, Tulang Bawang Barat
Kp. Marga Sari, Gunung Terang, Tuba Barat
Kp. Marga Kencana, Tulang Bawang Udik, Tuba Barat
Kp. Marga Kencana, Tulang Bawang Udik, Tuba Barat
Kp. Murni Jaya, Tumijajar, Tulang Bawang Barat
Kp. Mulya Pulung Kencana, Tuba Tengah, Tuba Barat
Kp. Karta Sari, Tuba Udik, Tulang Bawang Tengah
Kp. Pulung Kencana, Tuba Tengah, Tuba Barat
Kp. Toto Katon, Gunung Terang, Tulang Bawang Barat
Kp. Daya Murni, Tumijajar Tulang Bawang Barat
Kp. Daya Asri, Tumijajar, Tulang Bawang Barat
Kp. Daya Murni, Tumijajar, Tulang Bawang Barat
Kp. Daya Murni, Tumijajar, Tulang Bawang Barat
Kp. Daya Murni, Tumijajar, Tulang Bawang Barat
Kp. Daya Asri, Tumijajar, Tulang Bawang Barat
Kp. Tiyuh Tunas Asri, Tuba Tengah, Tuba Barat
Kp. Mulya Jaya Kencana, Tuba Tengah, Tuba Barat
Kp. Panaragan, Tuba Tengah, Tulang Bawang Barat
Kp. Candra Kencana, Tuba Tengah, Tuba Barat
Kp. Pulung Kencana, Tuba Tengah, Tuba Barat
Kp. Kata Raharja, TB. Udik, Tulang Bawang Barat
Kp. Bujung Sari Marga, Lambu Kibang, Tuba Barat
Kp. Bujung Sari Marga, Lambu Kibang, Tuba Barat
Kp. Bujung Sari Marga, Lambu Kibang, Tuba Barat
Kp. Marga Sari, Gunung Terang, Tulang Bawang Barat
Kp. Penumangan Baru, TB. Tengah, Tuba Barat
Sementara untuk pembinaan dan pemantauan lumbung melalui dana APBD tahun 2016,
didapatkan hasil dana bansos cair pada saat petani tidak ada panen, maka rata-rata
kelompk lumbung membeli gabah cukup tinggi yaitu antara Rp. 4.500 – Rp. 5.000, tapi
masih sesuai dengan RUK. Dari hasil pembinaan dan pemantauan diharapkan kelompok
lumbung meningkatkan pertemuan rutin untuk membahas kegiatan kelompok agar
dalam pengelolaan lumbung ini bisa berhasil dan bermanfaat.
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj) Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 39
HARGA GABAH KERING PANEN (GKP) DI TINGKAT PRODUSEN DAN KOEFISIEN VARIASI PANGAN (BERAS) DI TINGKAT KONSUMEN
Harga pangan merupakan salah satu indikator yang dapat menjelaskan
kondisi ketahanan pangan suatu wilayah. Pengamatan terhadap kondisi harga
bahan pangan dapat berguna untuk berbagai hal seperti ketersediaan pasokan,
permintaan, kelancaran distribusi pangan, kondisi perdagangan di pasar
internasional, dampak implementasi kebijakan pemerintah, daya beli
masyarakat, kesejahteraan petani/produsen, dsb. Dengan menganalisis
informasi harga pangan, akan dapat dirumuskan kebijakan-kebijakan yang
diperlukan untuk mengatasi berbagai masalah yang terkait dengan harga dan
ketahanan pangan.
Realisasi pencapaian target sasaran stabilnya harga bahan pangan pokok di tingkat
produsen dan konsumen, dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 23. Target dan Realisasi Capaian Indikator Harga Bahan Pangan Pokok di Tingkat Produsen dan Konsumen
No Indikator Kinerja Capaian 2015
Tahun 2016 Target Akhir
Renstra
Capaian s/d 2016
terhadap 2019 (%)
Target Capaian %
1.
2.
Harga Gabah Kering Panen (GKP)) di Tingkat produsen
Koefisien Variasi Pangan (beras) di tingkat konsumen
4.000 (HPP : 3.700)
CV : 6%
≥ HPP (3.700)
CV<10%
≥ HPP (3.776)
CV = 2%
100
100
≥ HPP
CV<10%
HPP tahun 2019 belum
diketahui
100
Harga Gabah Kering Panen (GKP) di Tingkat Produsen
Agar kebijakan dapat dirumuskan dengan tepat dan sesuai dengan
kondisi yang sebenarnya, diperlukan adanya data dan informasi harga pangan
yang akurat, tepat waktu, objektif dan konsisten, melalui rangkaian kegiatan
pemantauan, pengumpulan, kompilasi, pengolahan dan analisis data.
Mengingat besarnya implikasi ketersediaan informasi harga pangan terhadap
kebijakan pemerintah baik pusat maupun daerah, diperlukan upaya agar data
harga pangan dapat tersedia dan dapat digunakan sebagai acuan dalam
perumusan kebijakan. Oleh karena itu diperlukan pedoman sebagai acuan
pelaksanaan pengumpulan dan analis data harga pangan terutama bagi instansi
yang terkait dengan ketahanan pangan di daerah.
Stabilitas pasokan dan harga merupakan indikator penting yang menunjukkan kinerja
subsistem distribusi pangan. Stabilnya harga pangan sangat dipengaruhi beberapa aspek
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj) Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 40
antara lain kemampuan memproduksi bahan pangan, kelancaran arus distribusi pangan
dan pengaturan impor pangan, misalnya beras dan kedelai.
Ketidakstabilan harga pangan dapat memicu tingginya harga pangan di dalam negeri
sehingga aksesibilitas masyarakat terhadap pangan secara ekonomi akan menurun yang
pada akhirnya dapat meningkatkan angka kerawanan pangan.
Situasi harga tahun 2016 pada tingkat produsen, grosir dan eceran di Provinsi Lampung
sebagai berikut :
Tabel 24. Data Harga Tingkat Produsen, Grosir dan Eceran di Provinsi Lampung Tahun 2016
Nama Bahan Pangan Harga Rata-Rata per Kg Produsen Grosir Eceran
Padi.Gabah - GKP - GKPG - GKG
3.776 4.049 4.603
- - -
- - -
Beras - Premium - Medium - Asalan
8.719 8.034
-
9.937 8.797 7.982
10.558 9.374 8.505
Kacang kedelai - Kering 6.268 8.648 9.962 Jagung pipilan kering - Kering 3.052 4.371 5.363 Cabe - Merah Keriting 26.081 34.750 39.415 Bawang Merah - Bawang Merah 28.520 31.604 36.110 Daging - Sapi di tingkat pemotong
- Sapi hidup tingkat peternak - Daging sapi murni - Ayam broiler/potong
- - - -
103.661 45.440
- 27.194
- -
116.755 30.808
Telur - Ayam ras - 19.153 21.183 Gula Pasir - Dalam Negeri/Lokal - 12.889 14.201 Minyak Goreng - - 12.279 Tepung Terigu - - 7.451
Untuk indikator Harga Gabah Kering Panen (GKP) di Tingkat Produsen dilihat dari
tabel diatas menunjukkan telah mencapai target, yaitu lebih tinggi dari harga pembelian
pemerintah (HPP). Berdasarkan Inpres No. 5 Tahun 2015, Harga HPP Tahun 2016 untuk
Gabah kering Panen yaitu Rp. 3.700/kg. Berdasarkan Panel harga yang dilakukan
dihasilkan harga gabah kering panen di produsen pada tahun 2016 di Provinsi Lampung
mencapai Rp. 3.776/kg atau lebih tinggi 2,05% dari harga pembelian pemerintah (HPP).
Koefisien Variasi Pangan (Beras) di Tingkat Konsumen
Koefisien variasi (CV) merupakan suatu ukuran variasi yang dapat digunakan untuk
membandingkan suatu distribusi data yang mempunyai satuan yang berbeda atau
perbandingan antara simpangan baku dengan nilai rata-rata yang dinyatakan dengan
persentase. Dalam analisis harga koefisien variasi digunakan untuk mengetahui tingkat
kestabilan harga, jika koefisien variasi semakin kecil, maka harga tersebut semakin
stabil, bila CV tersebut lebih besar dari target CV, maka harga komoditas tersebut tidak
stabil. Kondisi kestabilan harga pangan tingkat eceran di Provinsi Lampung Tahun 2016
dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj) Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 41
Tabel 25. Kondisi Kestabilan Harga Pangan Tingkat Eceran tahun 2016 di Provinsi Lampung
No. Komoditas Tahun 2016
Target CV Realisasi CV Ket.
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13.
Jagung Pipilan Kering Biji Kedelai Kering Beras Premium Beras Medium Beras Termurah Bawang merah Cabai Merah Keriting Gula Pasir Lokal Daging Ayam Ras Telur Ayam Ras Daging Sapi Murni Tepung Terigu Minyak goreng
5 5 5 5 5 25 25 10 10 10 10 10 10
2 3 2 2 2 7 35 6 4 5 2 2 4
S S S S S S
TS S S S S S S
Keterangan :CV : Koefisien Variasi S : Stabil TS : Tidak Stabil
Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa indikator Koefisien Variasi Pangan
(Beras) di tingkat konsumen mencapai target yaitu CV < 10%. Dari Tabel diatas dapat
diketahui bahwa pada tahun 2016 harga beras baik yang kualitas premium, medium
ataupun beras termurah dalam kondisi stabil, yang ditunjukkan dengan nilai CV < 10%.
Tabel 26. Pencapaian Kinerja Harga GKP di Tingkat Produsen dibandingkan dengan Target Nasional dan Target Renstra Tahun 2012 – 2016
Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2014 Tahun 2015 Tahun 2016
Target Nasional (>HPP) Rp. 3.300 Rp. 3.300 Rp. 3.300 Rp. 3.700 Rp. 3.700
Target Renstra (>HPP) Rp. 3.300 Rp.3.300 Rp. 3.300 Rp. 3.700 Rp. 3.700
Capaian Kinerja Rp. 3.453 Rp. 3.350 Rp. 3.557 Rp. 4.067 Rp. 3.776
Dari tabel diatas menunjukkan bahwa harga gabah kering panen (GKP) di tingkat
produsen dari tahun 2012 – 2016 sudah diatas harga pembelian pemerintah (HPP). Dan
pencapaian koefisien variasi pangan (beras) di tingkat konsumen jika dibandingkan
dengan target nasional dan target renstra dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 27. Pencapaian Kinerja Harga GKP di Tingkat Produsen dibandingkan dengan Target Nasional dan Target Renstra Tahun 2012 - 2016
Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2014 Tahun 2015 Tahun 2016
Target Nasional CV < 10% CV < 10% CV < 10% CV < 10% CV < 10%
Target Renstra CV < 10% CV < 10% CV < 10% CV < 10% CV < 10%
Capaian Kinerja CV : 2% CV : 2% CV : 6% CV : 6% CV : 2%
Sumber Data : BKPD Provinsi Lampung
Di wilayah sentra produksi pertanian khususnya padi dan jagung memiliki topografi
yang beragam, ketersediaan sarana dan prasarana yang mendukung sektor tersebut
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj) Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 42
(produksi, pengolahan, dan penyimpanan) bervariasi dari satu wilayah dengan wilayah
lain, waktu panen yang tidak bersamaan di beberapa wilayah, dan iklim yang kurang
mendukung pada saat tanam maupun panen raya sehingga petani, kelompok tani
maupun gabungan kelompok tani selalu dihadapkan pada berbagai masalah :
- Keterbatasan modal usaha untuk melakukan kegiatan pengolahan, penyimpanan,
pendistribusian/pemasaran
- Posisi tawar petani yanng rendah pada saat panen raya yang bersamaan dengan
datangnya hujan, sehingga petani terpaksa menjual produknya dengan harga rendah
kepada para pelepas uang (pedagang perantara)
- Keterbatasan akses pangan (beras) saat paceklik yang disebabkan karena tidak
memiliki cadangan pangan yang cukup.
Dampak dari ketidakberdayaan petani, poktan dan gapoktan dalam mengolah,
menyimpan dan mendistribusikan/memasarkan hasil produksinya dapat menyebabkan :
- Ketidakstabilan harga di wilayah sentra produksi pertanian pada saat terjadi panen
raya
- Kekurangnya pangan pada saat musim paceklik
Guna mengatasi permasalahan yang dihadapi oleh petani, kelompok tani, gapoktan di
daerah sentra produksi padi dan jagung, pemerintah melalui Kementerian pertanian cq
Badan Ketahanan Pangan, sejak tahun 2009 telah mengalokasikan dana APBN untuk
memperkuat modal dan kemampuan gapoktan sehingga mempunyai akses terhadap
pangan melalui kegiatan penguatan lembaga distribusi pangan masyarakat (Penguatan-
PLDPM). Dan melalui Dana APBD di lakukan pembinaan, monitoring dan evaluasi
terhadap gapoktan PLDPM yang telah mendapat bantuan modal melalui dana APBN.
Upaya yang dilakukan dalam mencapai target indikator harga gabah kering panen (GKP)
di tingkat produsen dan koefiisien variasi pangan (beras) di tingkat konsumen yaitu
melalui kegiatan
a. Pemberdayaan gapoktan dalam rangka stabilisasi harga pangan
b. Pemantauan dan pengendalian mobilitas pangan
Dalam rangka untuk mewujudkan sasaran stabilnya harga pangan pokok di tingkat
produsen dan konsumen dengan indikator kinerja harga gabah kering panen (GKP) di
tingkat produsen dan indikator coefisien variasi pangan beras di tingkat konsumen, salah
satunya melalui kegiatan pemberdayaan gapoktan dalam rangka stabilisasi harga
pangan. Masalah yang sering di hadapi oleh Gapoktan ataupun poktan antara lain :
1. Keterbatasan modal usaha untuk melakukan kegiatan pengolahan, penyimpanan,
pendistribusian/pemasaran;
2. Posisi tawar petani yang rendah pada saat panen raya yang bersamaan dengan
datangnya hujan, sehingga petani terpaksa menjual produknya dengan harga rendah;
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj) Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 43
3. Keterbatasan akses pangan (beras) saat paceklik yang disebabkan karena tidak
memiliki cadangan pangan yang cukup.
Dampak dari ketidak berdayaan petani dalam mengolah, menyimpan dan
pendistribusikan/memasarkan hasil produksinya dapat menyebabkan :
1. Ketidakstabilan harga di wilayah sentra produksi pertanian pada saat panen raya
2. Kekurangan pangan pada saat musim paceklik.
Untuk mengatasi masalah yang dihadapi oleh petani/Gapoktan di daerah sentra produksi
padi dan jagung, maka pemerintah melalui kementerian pertanian Cq. Badan Ketahanan
Pangan, sejak tahun 2009 telah mengalokasikan dana APBN untuk memperkuat modal
dan kemampuan Gapoktan sehingga mempunyai akses terhadap pangan melalui
Program Penguatan Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat ( Penguatan LDPM).
Provinsi Lampung dari tahun 2009 sampai tahun 2016 telah mengalokasikan anggaran
APBN untuk PLDPM kepada 113 gapoktan yang tersebar di 9 Kabupaten/Kota yaitu
Kabupaten Lampung Tengah, Lampung Selatan, Lampung Barat, Tulang Bawang,
Tanggamus, Lampung Timur, Way Kanan dan Kota Bandar Lampung. Gapoktan yang
sudah masuk ke tahap mandiri, untuk pembinaannya dilanjutkan dengan dana yang
dialokasikan dari APBD Provinsi Lampung. Pembinaan, monitoring dan evaluasi
PLDPM tahap mandiri (PLDPM tahun 2009 - 2012) pada tahun 2016 dilaksanakan di 83
Gapoktan di 5 Kabupaten/Kota yaitu Kabupaten Lampung Tengah, Lampung Timur,
Tulang Bawang, Lampung Selatan dan Tanggamus.
Dalam pembinaan, monitoring dan evaluasi didapatkan hasil sebagai berikut :
1. Perkembangan Unit Distribusi/Pemasaran
Tahun 2009 gapoktan yang mendapat dana P- LDPM sebanyak 25 gapoktan,
tahun 2010 sebanyak 20 Gapoktan, Tahun 2011 sebanyak 17 Gapoktan, dan
tahun 2012 sebanyak 21 Gapoktan, total Gapoktan yang mendapat dana P-LDPM
dari tahun 2009 – 2012 sebanyak 83 Gapoktan. Dana pada unit distribusi
mengalami kenaikan sebesar 10,8% untuk Gapoktan Tahun 2009, untuk
Gapoktan tahun 2010 naik 11%, Gapoktan Tahun 2011 naik sebesar 10,7% dan
perkembangan dana bansos gapoktan tahun 2012 sebesar 9,5%.
2. Perkembangan Unit Cadangan Pangan
Perkembangan pada unit cadangan pangan sangat kecil hal ini dikarenakan unit
ini diasumsikan oleh anggota sebagai unit sosial, stok cadangan pangan di
butuhkan padaa saat paceklik dan dikembalikan pada saat panen dengan
penambahan sebanyak 5 – 10%.
Dari hasil evaluasi di ketahui beberapa permasalahan-permasalahan yang dihadapi,
antara lain :
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj) Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 44
1. Jaringan pemasaran gapoktan belum/kurang luas, masih sebatas antar
desa/kecamatan
2. Persaingan dengan tengkulak, dimana tengkulak dapat meminjamkan modal
untuk saprodi
3. SDM gapoktan yang belum memadai
4. Masih rendahnya mutu/kualitas gabah/jagung anggota gapoktan/petani
5. Sarana transportasi yang kurang mendukung (jalan rusak, jarak jauh, dll)
sehingga biaya angkut jadi tinggi
6. Pembukuan dan pelaporan yang dibuat oleh gapoktan masih banyak yang tidak
sesuai dengan yang telah ditentukan.
7. Pengurus Gapoktan kurang tertib dalam mengisi pembukuan
8. Masih banyak pendamping yang kurang dalam melakukan pembinaan terhadap
gapoktan yang menjadi tanggungjawabnya dengan alasan kesibukan diluar tugas
sebagai PPL.
Dengan adanya kegiatan pemberdayaann gapoktan ini, daya beli kelompok tani
terhadap hasil produksi kelompoknya semakin meningkat karena adanya bantuan modal
dari pemerintah, Dengan semakin meningkatnya daya beli kelompok terhadap hasil
produksi kelompoknya sehingga diharapkan harga tetap stabil baik pada saat panen raya
ataupun pada saat musim paceklik dan harga bisa diatas harga pembelian pemerintah
(HPP), harga tidak lagi dipermainkan oleh tengkulak, yang biasanya pada musim panen
raya harga jual turun dan pada saat paceklik harga naik, hal ini sangat merugikan petani.
Dan diharapkan melalui kegiatan pemberdayaan gapoktan ini gabungan kelompok
tani/kelompok tani sudah mulai berorientasi ke bisnis.
Dilema yang belum teratasi dalam berproduksi bahan pangan adalah ketergantungan
pada alam (musim) dan antisipasi pemasaran . Dengan ketergantungan yang tinggi pada
ketersediaan air hujan dan pemasaran menghadapi hari-hari besar, makan sebagian
besar sentra produksi pangan mengikuti pola tanam serempak yang berarti juga
mengalami pola panen serempak. Jika panen serempak berlangsung di wilayah yang
luas, maka disebut dengan musim panen raya. Pada saat dilema panen raya, volume hasil
panen yang dijual ditingkat petani jauh melebihi permintaan , akibatnya para petani
mengahadapi harga jual yang rendah . Pada usaha tani padi, harga gabah ditingkat petani
umumnya berada di bawah Harga Pembeli Pemerintah (HPP) dan harga panen asal
temak/ikan di tingkat petani kadang-kadang berada di bawah harga biaya produksi.
Sebaliknya, pada musim paceklik ketersediam pangan di tingkat produsen (petani)
sengat rendah sehingga tingkat harga cukup tinggi. Dampak ketajaman fluktuasi tersebut
sangat berpengaruh terhadap pendapatan petani, yang pada giliranya juga berdampak
pada tingginya resiko ketahanan pangan di tingkat rumah tangga petani. Lemahnya daya
"Tawar" petani sangat dipengaruhi oleh tersedianya modal usaha, tingkat penerapan
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj) Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 45
teknologi pasca panen, ketersediaan sarana dan prasarana pasca panen, serta kondisi
prasarana angkutan. Oleh sebab itu, karena alasan, "Cash Flow", petani pada umumnya
segera menjual basil produksinya setelah panen, tanpa melalui proses pengolahan dan
penyimpanan terlebih dahulu.
Salah satu upaya untuk mengurangi fluktuasi harga dan over suplay hasil pertanian pada
saat panen raya adalah dengan mengembangkan modal sistem "tunda jual " yang sesuai
dengan kondisi lokal spesifik . pengembangan modal sistem tunda jual di daerah sentra
produksi pangan bertujuan untuk memperkuat permodalan kelompok tani yang selama
ini masih menjadi kendala besar di Provinsi Lampung diharapkan melalui kegiatan ini
maka posisi tawar dan nilai jual produk pertanian akan meningkat. Dengan demikian,
sasaran untuk meningkatkan pendapatan petani dan ketahanan pangan daerah/rumah
tangga dapat terealisasi.
Distribusi pangan merupakan suatu proses yang diperlukan untuk menyalurkan produk
komoditas pangan dari produsen agar dapat sampai ke konsumen secara tepat waktu dan
jumlah yang cukup serta terjangkau oleh daya beli masyarakat. Aspek distribusi dalam
hal ini sangat berperan dalam rangka stabilisasi harga pangan, sehingga ketersediaan
data dan informasi distribusi pangan yang terkini serta mudah di akses merupakan salah
satu upaya untuk mengantisipasi permasalahan distribusi. Pada tahun 2016 kegiatan
mobilitas pangan dilaksanakan di Kabupaten Lampung Selatan, Lampung Timur, Way
Kanan, Mesuji, dan Kota Bandar Lampung, komditas yang di pantau yaitu gabah/beras,
cabai merah, bawang merah, daging sapi, daging ayam ras, telur ayam ras dan pangan
pokok lainnya. Pelaksanaan pengamatan mobilitas dan pasokan komoditas pangan di
Kabupaten/Kota yang berupa jembatan timbang gayam dan way urang Kabupaten
Lampung Selatan, Way Umpu Kabupaten Way Kanan dan Simpang Pematang
Kabupaten Mesuji. Pelabuhan laut dan pelabuhan sungai : pelabuhan Panjang Kota
Bandar Lampung, pelabuhan Labuhan Marunggai, Lampung Timur, pelabuhan Kota
Agung Kabupaten Tanggamus, Pasar Induk : Pasir Gintung Kta Bandar Lampung.
Pencapaian indikator harga gabah kering panen (GKP) di tingkat produsen dan koefisien
variasi harga pangan (beras) di tingkat konsumen pada tahun 2016 ini telah memenuhi
target, baik itu target di perjanjian kinerja, target di Renstra maupun target nasional.
Dalam pencapaian target indikator Harga gabah kering panen (GKP) di tingkat Produsen
dan indikator koefisien variasi harga pangan (beras) di tingkat konsumen menemui
beberapa masalah di antaranya :
1. Ketidakstabilan harga dan rendahnya efisiensi system pemasaran hasil-hasil pangan
merupakan kondisi yang kurang kondusif bagi produsen dan konsumen pangan
khususnya pada saat panen raya, pada musim paceklik dan hari-hari besar
disebabkan karena lemahnya disiplin dan penegakan peraturan untuk menjamin siste
pemasaran yang adil dan bertanggungjawab, terbatasnya fasilitas perangkat keras
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj) Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 46
dan lunak untuk mendukung transparansi informasi pangan dan terbatasnya
kemampuan teknis petugas dan pelaku pemasaran.
2. Distribusi pangan yang tidak merata, sarana dan prasarana kurang memadai serta
terjadinya bencana alam
3. Modal yang dimiliki oleh gapoktan masih kecil sehingga sering kalah bersaing
dengan para tengkulak
4. Gapoktan belum memiliki wawasan dan keahlian dalam menjalin kemitraan, baik
dengan pihak perbankan maupun pihak swasta
5. Pola pikir anggota gapoktan belum ke arah bisnis dalam menjalankan usahanya
6. Kualitas SDM yang masih kurang
7. Gapoktan belum menguasai pembukuan sehingga rata-rata administrasi masih
berantakan
Solusi
1. Peningkatan peran pelaku usaha dalam perdagangan dan jasa pemasaran serta
pemerintah pusat maupun daerah dalam memfasilitasi prasarana umum distribusi
serta pengaturan agar proses distribusi pangan terselenggara secara teratur, adil dan
bertanggung jawab. Begitu juga peran masyarakat baik bersifat individu skala kecil,
usaha kelompok/koperasi hingga perusahaan besar dalam pengembangan usaha
distribusi di bidang jasa, pemasaran, pengangkutan, pengolahan dan penyimpanan
perlu terus di tinngkatkan
2. Koordinasi dalam perumusan kebijakan distribusi pangan, penyempurnaan program
dan kegiatan dalam pengembangan sistem distribusi melalui peningkatan
pemantauan dan analisa harga pangan serta pengembangan kelembagaan distribusi
pangan masyarakat serta peningkatan akses pangan.
3. Pendampingan ke Gapoktan dalam menyusun pembukuan dan menjalin kemitraan
agar usahanya lebih berkembang
4. Merubah pola pikir anggota gapoktan agar berorientasi kea rah bisnis melalui
pelatihan dan pendampingan
5. Meningkatkan kualitas SDM melalui pelatihan dan bimtek
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj) Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 47
SKOR POLA PANGAN HARAPAN (PPH) KONSUMSI, JUMLAH KONSUMSI ENERGI DAN JUMLAH KONSUMSI PROTEIN
Pembahasan Indikator Skor Pola Pangan Harapan (PPH) konsumsi, Indikator Jumlah
Konsumsi Energi dan Jumlah Konsumsi Protein digabung menjadi satu, karena kegiatan
yang mendukung untuk pencapaian ke 3 indikator tersebut sama.
Bidang konsumsi dan penganekaragaman pangan sebagai salah satu bidang di Badan
Ketahanan Pangan memiliki tugas pokok melaksanakan koordinasi, identifikasi,
pembinaan, pengembangan dan pemantauan konsumsi dan penganekaragaman pangan.
Meningngkatkan kualitas konsumsi pangan beragam bergizi seimbang dan aman
berbasis pada pangan pokok lokal merupakan salah satu tugas badan ketahanan pangan
daerah khususnya bidang konsumsi dan penganekaragaman pangan. untuk
meningkatkan kualitas konsumsi dilaksanakan melalui beberapa kegiatan, antara lain :
Analis situasi konsumsi pangan, Bimtek analisis konsumsi pangan (pelatihan bagi
petugas/aparat Kabupaten/Kota), Lomba cipta menu tingkat Provinsi dan Nasional,
Pemantauan, monitoring dan evaluasi percepatan penganekaragaman konsumsi pangan
(P2KP), Promosi P2KP, Pengembangan usaha pangan lokal.
Realisasi pencapaian indikator skor pola pangan harapan (PPH) Konsumsi, Jumlah
Konsumsi Energi dan Jumlah Konsumsi Protein pada tahun 2016 dapat dilihat pada
tabel dibawah ini :
Tabel 28. Target dan Realisasi Capaian Indikator Skor Pola Pangan Harapan, Jumlah Konsumsi Energi dan Jumlah Konsumsi Protein pada Tahun 2016
No Indikator Kinerja Capaian 2015
Tahun 2016 Target Akhir Renstra
Capaian s/d 2016 terhadap 2019 (%) Target Capaian %
1.
2.
3.
Skor Pola Pangan Harapan (PPH) Konsumsi
Jumlah Konsumsi Energi(kkal/kap/hr)
Jumlah Konsumsi Protein (Gr/kap/hr)
79,3
1.841,5
49,6
85,0
2.019
56,3
78,0*)
1.856,7*)
50,3*)
91,76
91,96
89,34
87,7
2.064
57
88,94
89,96
88,25
Sumber data : BKPD Prov. Lampung Keterangan *) Angka Sementara Pencapaian indikator skor pola pangan harapan (PPH) konsumsi, dapat dijelaskan
sebagai berikut :
Skor Pola Pangan Harapan (PPH) Konsumsi
Pengertian Pola Pangan Harapan (PPH) atau Desirable Dietary Pattern adalah susunan
keberadaan pangan yang didasarkan pada sumbangan energi dari kelompok pangan
utama (baik secara absolut maupun relative) dari suatu pola ketersediaan dan atau
konsumsi pangan. FAO –RAPA (1989) mendefinisikan PPH sebagai komposisi
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj) Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 48
kelomok pangan utama yang bila dikonsumsi dapat memenuhi kebutuhan energi dan zat
gizi lainnya.Dengan demikian PPH merupakan susunan beragam pangan yang
didasarkan atas proporsi keseimbangan energi dari berbagai kelompok pangan untuk
memenuhi kebutuhan gizi baik dalam jumlah, maupun mutu dengan pertimbangan segi
daya terima, ketersediaan pangan, ekonomi budaya dan agama.Mutu konsumsi pangan
penduduk dapat dilihat dari skor pangan (dietary score) dan dikenalnya sebagai skor
PPH. Semakin tinggi skor PPH, konsumsi pangan semakin berimbang dan seimbang.
Pangan yang dikonsumsi secara beragam dalam jumlah cukup dan seimbang akan
mampu memenuhi kebutuhan zat gizi. Keanekaragaman pangan tersebut mencakup
kelompok : padi padian, umbi umbian, pangan hewani, minyak dan lemak, buah/biji
berminyak, kacang kacangan, gula, sayur dan buah, dll. Skor PPH di nilai dengan angka
100.Kegunaan PPH merupakan instrummen sederhana untuk menilai situasi konsumsi
pangan penduduk, baik jumlah maupun komposisi pangan menurut jenis pangan yang
dinyatakan dalam skor PPH. Skor PPH merupakan indikator mutu gizi dan keragaman
konsumsi pangan sehingga dapat digunakan untuk merencanakan kebutuhan konsumsi
pangan pada tahun tahun mendatang.PPH dapat digunakan sebagai pedoman dalam
evaluasi dan perencanaan penyediaan, produksi dan konsumsi pangan penduduk, baik
secara kuantitas, kualitas maupun keragamannya dengan mempertimbangkan aspek
sosial, ekonomi.Budaya, agama dan cita rasa. Pada tahun 2016 ini, skor PPH di Provinsi
Lampung ditargetkan 85,0 dan ternyata dari hasil analisis target PPH tahun 2016
tercapai yaitu 78,0 (Angka Sementara), seperti terlihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 29. Skor PPH Konsumsi di Provinsi Lampung Tahun 2016
Kelompok Pangan
Perhitungan Skor Pola Pangan Harapan (PPH)
Kalori % % AKE*) Bobot Skor
Aktual Skor AKE
Skor Maks
Skor PPH
Padi-padian 1.038,4 55,9 51,9 0,5 28,0 26,0 25,0 25,0 Umbi-umbian 25,9 1,4 1,3 0,5 0,7 0,6 2,5 0,6 Pangan Hewani 160,5 8,6 8,0 2,0 17,3 16,0 24,0 16,0 Minyak &Lemak 284,4 15,3 14,2 0,5 7,7 7,1 5,0 5,0 Buah/Biji Berminyak 59,8 3,2 3,0 0,5 1,6 1,5 1,0 1,0
Kacang-kacangan 75,5 4,1 3,8 2,0 8,1 7,6 10,0 7,6 Gula 100,7 5,4 5,0 0,5 2,7 2,5 2,5 2,5 Sayur dan Buah 81,1 4,4 4,1 5,0 21,8 20,3 30,0 20,3 Lain-lain 30,5 1,6 1,5 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 Total 1.856,7 100 92,8 87,9 81,6 100 78,0
Sumber Data : BKPD Provinsi Lampung Keterangan : Penghitungan menggunakan data sementara
Untuk skor pola pangan harapan (PPH) konsumsi tahun 2016 yang ditampilkan pada
tabel diatas merupakan angka sementara (ASEM) karena angka tetapnya baru akan
keluar sekitar bulan Juni 2017.
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj) Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 49
Pola Pangan masyarakat Provinsi Lampung masih di dominasi oleh beras/padi-padian,
sementara konsumsi umbi-umbian masih dibawah standar, untuk itu perlu ditingkatkan
kampanye peningkatan pengolahan makanan yang berbahan pangan dari umbi-
umbian.Konsumsi pangan yang berasal dari hewani juga masih kurang, masih bisa
ditingkatkan mengingat Provinsi Lampung merupakan penghasil ikan dan daging yang
cukup besar. Untuk itu gerakan makan ikan atau daging dan telur perlu ditingkatkan,
namun yang lebih penting lagi adalah peningkatan kesejahteraan masyarakat, karena
harga produk hewani cukup mahal. Maka perlu dipertimbangan di kegiatan kawasan
rumah pangan lestari (KRPL) di kembangkan ternak ayam atau ternak ikan.
Sumber daya manusia yang berkualitas sangat diperlukan untuk membangun bangsa
Indonesia dalam menghadapi persaingan era global. Untuk itu, tubuh memerlukan
makanan yang mengandung zat gizi lengkap sesuai dengan kebutuhan untuk dapat
menjalankan aktivitas secara aktif dan produktif.
Makanan yang di konsumsi sehari-hari harus mengandunng lima kelompok zat gizi,
yaitu karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral dalam jumlah yang cukup dan
tidak berlebihan namun juga tidak kekurangan. Disamping itu manusia juga memerlukan
air dan serat untuk memperlancar berbagai proses dalam tubuh. Zat-zat gizi tersebut
akan terpenuhi bila pangan yang kita konsumsi beragam, karena secara alami komposisi
setiap jenis bahan pangan memiliki kelebihan dan kekurangan akan zat gizi tertentu,
sehingga dengan mengkonsumsi jenis pangan yang beragam, pangan satu dengan yang
lainnya akan saling melengkapi. Pangan yang bergizi seimbang ini tidak harus berharga
mahal bahkan dapat diperoleh dengan harga yang sangat murah, dengan memanfaatkan
apa yang ada di sekitar kita, misalnya pekarangan.
Sehubungan dengan itu, pemerintah melalui kegiatan penganekaragaman konsumsi
pangan mengupayakan agar pola konsumsi pangan penduduk lebih beranekaragam,
seimbang serta aman dalam jumlah dan komposisi yang cukup (Beragam, Bergizi
Seimbang dan Aman) yang dimulai dari masing-masing rumah tangga.
Tabel 30. Perbandingan Target Nasional, Target Renstra dan Realisasi Kinerja Skor Pola Pangan Harapan (PPH) Konsumsi
2012 2013 2014 2015 2016
Target Nasional 89,8 91,5 93,3 84,10 86,2
Target Renstra 89,8 91,5 93,3 84,10 85,0
Realisasi Kinerja 86,5 84,3 83,4 79,3 78,0
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj) Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 50
Gambar 11. Perbandingan antara Target Nasional, Target Renstra dan Capaian Kinerja Skor Pola Pangan Harapan (PPH) Konsumsi Tahun 2012 - 2016
Jumlah Konsumsi Energi (kkal/kapita/hari); Jumlah Konsumsi Protein (gr/kapita/hari)
Pada tahun 2016 untuk indikator jumlah konsumsi energi terealisasi 1.856,7 kkal/
kapita/hari dari target 2.019 kkal/kapita/hari atau 91,96%, sedangkan untuk jumlah
konsumsi protein terealisasi 50,3 gram/kapita/hari dari yang ditargetkan sebesar 56,3
atau 89,34%. Untuk kedua indikator yaitu jumlah konsumsi energi dan jumlah konsumsi
protein capaian kinerjanya termasuk tinggi karena pencapainnya antara dari 76 ≤ 90%.
Secara rinci pencapaian jumlah konsumsi energi dan jumlah konsumsi protein dapat
dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 31. Target dan Realisasi Capaian Indikator Jumlah Konsumsi Energi di Provinsi Lampung Tahun 2016
No Indikator Kinerja Capaian 2015
Tahun 2016 Target Akhir Renstra
Capaian s/d 2016 terhadap
2019 (%) Target Capaian %
1.
2.
Jumlah Konsumsi Energi(kkal/kap/hr)
Jumlah Konsumsi Protein (gr/kap/hr)
1.841,5
49,6
2.016
56,3
1.856,7*)
50,3*)
92,10
89,34
2.064
57
89,96
88,25
Sumber Data BKPD Prov. Lampung
Keterangan *) Angka Sementara
Aspek kuantitas konsumsi pangan adalah jumlah pangan yang dikonsumsi dalam satuan
Kkal/Kap/Hari atau Gram/Kap/Hari. Penilaian aspek ini ditinjau dari volume pangan
yang dikonsumsi dan konsumsi zat gizi yang dikandung bahan pangan. Kedua hal
tersebut digunakan untuk melihat apakah konsumsi pangan sudah dapat memenuhi
kebutuhan yang layak untuk hidup sehat yang dikenal dengan angka kecukupan gizi
(AKG) yang direkomendasikan Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi ( WNPG). Untuk
Target Nasional Target Renstra
Realisasi Kinerja 70
75
80
85
90
95
2012 2013 2014 2015 2016
89,8 91,5
93,3
84,1 86,2
89,8 91,5
93,3
84,1 85
86,5 84,3
83,4
79,3 78
Target Nasional
Target Renstra
Realisasi Kinerja
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj) Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 51
menilai kuantitas konsumsi pangan masyarakat digunakan parameter Tingkat Konsumsi
Energi (TKE) dan Tingkat Konsumsi Protein (TKP). Beberapa kajian menunjukkan
bahwa bila jumlah konsumsi energi dan protein terpenuhi sesuai dengan norma atau
angka kecukupan gizi dan konsumsi pangan beragam, maka zat-zat lain juga akan
terpenuhi dari konsumsi pangan.
Pangan dalam aspek penilaian situasi konsumsi wilayah lebih ditekankan pada aspek
gizi yang didasarkan pada penganekaragaman pangannya, bukah hanya beranekaragam
makanan pokoknya saja tetapi juga beranekaragam konsumsi bahan pangan lainnya.
Perbandingan antara target nasional, target Renstra dan capaian kinerja akan disajikan
pada tabel di bawah ini :
Tabel 32. Perbandingan antara Target Nasional, Target Renstra dan Capaian Kinerja di Provinsi Lampung Tahun 2016
PPH Jumlah
Konsumsi Energi
Jumlah Konsumsi
Protein
Target Nasional
Target Renstra
Capaian Kinerja
86,2
85,0
78,0*)
2.040
2.019
1.856,7*)
56,4
56,3
50,30*)
Keterangan *) Data Sementara
Gambar 12. Perbandingan antara Target Nasional, Target Renstra dan Realisasi Kegiatan untuk Skor PPH, Konsumsi Energi dan Konsumsi Protein Tahun 2016
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa capaian kinerja tahun 2016 untuk indikator skor
pola pangan harapan (PPH) konsumsi, jumlah konsumsi protein dan jumlah konsumsi
energi masih dibawah target nasional dan target di renstra. .
86,2 56,4
2.040
85,0 56,3
2.019
78,0 50,3
1.856,7
0
500
1000
1500
2000
2500
PPH Konsumsi Protein Konsumsi Energi
Target Nasional
Target Renstra
Realisasi Kinerja
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj) Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 52
Perkembangan skor pola pangan harapan (PPH) konsumsi, konsumsi energi dan
konsumsi protein di Provinsi Lampung dari tahun 2012 – 2016 dapat dilihat pada tabel
dibawah ini :
Tabel 33. Perkembangan PPH Konsumsi Provinsi Lampung Tahun 2012 - 2016
Uraian Th. 2012 Th. 2013 Th. 2014 Th. 2015 Th. 2016
Skor PPH Konsumsi 86,5 84,3 83,4 79,3 78,0*) Jumlah Konsumsi Energi
2.228 2.156 2.067 1.841,5 1.856,7*)
Jumlah Konsumsi Protein
59,5 57,2 54,8 49,6 50,3*)
Sumber Data : BKPD Provinsi Lampung Keterangan : *) Angka Sementara
Grafik 13. Skor PPH Konsumsi Provinsi Lampung Tahun 2012 – 2016
Grafik 14. Perkembangan Konsumsi Energi di Provinsi Lampung Tahun 2012-2016
86,5
84,3 83,4
79,3 78,0
72
74
76
78
80
82
84
86
88
Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2014 Tahun 2015 Tahun 2016
SKOR PPH KONSUMSI
PPH
2.228,0 2.156,0 2.067,0 1.841,5 1.856,7
0,0
500,0
1.000,0
1.500,0
2.000,0
2.500,0
Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2014 Tahun 2015 Tahun 2016
Konsumsi Energi
Konsumsi Energi
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj) Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 53
Grafik 15. Perkembangan Konsumsi Protein di Provinsi Lampung Tahun 2012-2016
Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa skor pola pangan harapan (PPH) konsumsi
masyarakat Provinsi Lampung sudah mulai mengarah kepada beragam, bergizi,
Seimbang dan Aman (B2SA), PPH konsumsi dari tahun 2012 – 2016 terjadi penurunan,
hal ini dikarenakan terjadi revisi hasil justifikasi data BPS dan BKP Pusat. Dan pada
tahun 2015 terjadi perubahan cara penghitungan dalam pengelompokan jenis pangan.
Upaya yang dilakukan oleh pemerintah dalam meningkatkan skor PPH konsumsi ini
yaitu melalui beberapa kegiatan diantaranya terus mensosialisasikan dan
mengkampanyekan keseimbangan pangan melalui lomba cipta menu dan makanan
sehat, pameran dan penyuluhan-penyuluhan melalui PPL dan PKK.
upaya upaya yang dilakukan dalam meningkatkan angka PPH antara lain :
a. Gerakan percepatan penganekaragaman konsumsi pangan
b. Lomba cipta menu tingkat Provinsi dan Nasional
c. Pengembangan usaha pangan lokal
Penilaian situasi konsumsi pangan dapat dilakukan dengan menganalisa dua aspek
penilaian yaitu : aspek kuantitas konsumsi (% AKE) dan aspek kualitas konsumsi (mutu
Konsumsi : Skor PPH). Mutu pangan atau kualitas pangan dalam hal ini dapat mencakup
aspek fisik pangan, kualitas kimiawi pangan dan mikrobiologi/aspek keamanan pangan,
aspek organoleptic dan aspek gizi. Pangan dalam aspek penilaian situasi konsumsi
wilayah lebih ditekankan pada aspek gizi yang didasarkan pada penganekaragaman
pangannya, bukan hanya beranekaragaman untuk makanan pokok saja tetapi juga
anekaragaman konsumsi bahan pangan lainnya. Semakin beragam dan seimbang pangan
yang dikonsumsi akan semakin baik kualitas gizinya, karena pada hakekatnya tidak ada
satu jenis pangan yang mempunyai kandungan gizi yang lengkap dan cukup jumlah
jenisnya. Untuk menilai keanekaragaman pangan digunakan pendekatan Pola Pangan
Harapan (PPH). Semakin tinggi skor mutu pangan yang dihitung menggunakan
pendekatan PPH menunjukkan konsumsi pangan semakin beragam dan komposisinya
59,5
57,2
54,8
49,6 50,3
44 46 48 50 52 54 56 58 60 62
Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2014 Tahun 2015 Tahun 2016
Konsumsi Protein
Konsumsi Protein
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj) Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 54
semakin baik dan seimbang.Apabila keragaman konsumsi pangan berada di bawah
anjuran, maka tingkat konsumsi masyarakat perlu ditingkatkan melalui peningkatan
pendapatan dan pengetahuan pangan dan gizi.
Pada tahun 2016 untuk meningkatkan PPH di Provinsi Lampung, Badan Ketahanan
Pangan Daerah telah melakukan beberapa upaya diantaranya melalui kegiatan gerakan
penganekaragaman konsumsi pangan dengan sasaran anak SD/usia dini, petugas
Kabupaten/Kota, Kepala sekolah, Dewan guru, dan kelompok wanita tani di 3
Kabupaten/Kota yaitu Kabupaten Lampung Utara, Way Kanan dan Bandar Lampung.
Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan dan wawasan bagi
kelompok tani dan anak-anak SD dalam mewujudkan pola konsumsi pangan yang
beragam, bergizi, seimbang dan aman (B2SA).Serta mengurangi ketergantungan
terhadap bahan pokok beras.
Selain kegiatan gerakan penganekaragaman konsumsi pangan juga di lakukan sosialisasi
gerakan penganekaragaman konsumsi pangan dan konsumsi pangan beragam, bergizi,
seimbang dan aman (B2SA) kepada tim penggerak PKK, karena tim penggerak PKK
merupakan organisasi wanita yang mempunyai anggota sampai pada tingkat desa, oleh
karena itu TP_PKK merupakan mitra yang sangat cocok dan tepat dalam
mensosialisasikan dan menyebarluaskan gerakan Percepatan Penganekaragaman
Konsumsi Pangan (P2KP) dan konsumsi pangan B2SA. TP-PKK bisa dijadikan ujung
tombak dalam menyukseskan program P2KP dan pangan B2SA kepada masyarakat.
Guna memotivasi masyarakat agar mau mengkonsumsi makanan yang beragam, bergizi,
seimbang dan aman (B2SA), maka Badan Ketahanan Pangan Daerah harus melakukan
sosialisasi secara terus menerus untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan
masyarakat serta mengubah pola konsumsi pangan masyarakat menuju beragam, bergizi,
seimbang dan aman. Dalam rangka mempercepat pemahaman masyarakat tentang
konsumsi pangan yang beragam, bergizi, seimbang dan aman, Badan Ketahanan Pangan
daerah melaksanakan lomba cipta menu beragam, bergizi, seimbang dan aman yang
diikuti oleh perwakilan dari Kabupaten/Kota se Provinsi Lampung. Pada tahun 2016 ini
lomba dilaksanakan di halaman kantor Gubernur pada tanggal 10 Oktober 2016 yang
diikuti oleh 13 tim penggerak PKK Kabupaten/Kota. Adapun 2 Kabupaten tidak ikut
yaitu Lampung Timur dikarenakan tidak dianggarakan oleh APBD setempat dan
Kab. Tulang Bawang karena harus menyiapkan diri mengikuti LCM tingkat nasional
tahun 2016 sebagai wakil Provinsi Lampung, karena pada tahun 2015 Kabupaten
Tulang Bawang menjadi pemenang di LCM tingkat Provinsi.
Lomba cipta menu beragam, bergizi, seimbang dan aman (B2SA) ini merupakan salah
satu upaya untuk mendorong kemandirian masyarakat khususnya ibu-ibu rumah tangga
dalam pengembangan pangan lokal guna mendukung percepatan diversifikasi
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj) Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 55
penganekaragaman pangan, dan diharapkan dapat diterapkan di tingkat rumah tangga
untuk mewujudkan ketahanan pangan keluarga menuju ketahanan pangan nasional.
Dan untuk lebih memacu upaya penganekaragaman pangan berbasis sumber daya lokal
dilakukan dengan cara pengembangan usaha pangan lokal. Usaha pengolahan pangan
lokal berbasis sumber daya lokal, pada saat ini semakin sulit berkembang dan makin
terpinggirkan oleh produk-produk makanan produk industri yang umumya berbahan
baku terigu. Pada tahun 2016, Badan Ketahanan Pangan daerah provinsi Lampung
memberikan bantuan alat penepung kepada kelompok wanita di 7 Kabupaten, yaitu
No Nama Kelompok Ketua Kelompok Kecamatan Kabupaten
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
TLAWUNG SARI
TRESNO MAJU
DEWI SRI
KUNTUM BERSERI
SERUNAI
KARYA SEJAHTERA
PERMATA BUNDA
Samitri
Hindun Muasoma
Dewi Novita Sari
Suparni
Titik Sadarsih
Darsilah
Tri Handayani
Gunung Sugih
Way Kenanga
Tanjung Raya
Sumberejo
Gading Rejo
Tanjung Sari
Bengkunat
Lampung Tengah
Tlg. Bawang Barat
Mesuji
Tanggamus
Pringsewu
Lampung Selatan
Pesisir Barat
Masalah dan solusi dalam pencapaian indikator skor pola pangan harapan (PPH)
konsumsi, jumlah konsumsi energi dan jumlah konsumsi protein, sebagai berikut :
Masalah
1. Pendapatan masyarakat masih rendah dibandingkan harga kebutuhan pangan secara
umum, sehingga menurunya daya beli masyarakat disebabkan oleh kenaikan harga
pangan daripada masalah ketersediaan sehingga kualitas konsumsi pangan masih
rendah, kurang beragam dan masih di dominasi pangan sumber karbohidrat serta
masih rendahnya konsumsi protein hewani, umbi-umbian, aneka kacang serta sayur
dan buah
2. Keterbatasan dalam memberikan dukukngan program bagi dunia usaha dan asosiasi
yang mengembangkan aneka produk olahan pangan lokal
3. Konsumsi beras per kapita masih tinggi hai ini dikarenakan harga pangan pokok
bersumberdaya lokal sebagai pengganti beras harganya masih relative lebih tinggi
daripada harga beras, selain itu juga adanya anggapan yang salah dimasyarakat yaitu
belum makan kalau belum makan nasi serta masih terbatasnya dukungan sosialisasi,
promosi dalam penganekaragaman konsumsi pangan melalui berbagai media.
Solusi
1. Peningkatan pengetahuan kelompok wanita tentang pentingnya pemanfaatan
pekarangan untuk tambahan gizi keluarga dan untuk meningkatkan pendapatan
keluarga.
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj) Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 56
2. Peningkatan koordinasi dalam perumusan kebijakan konsumsi dan keamanan
pangan melalui peningkatan pemantauan dan analisis pola konsumsi pangan serta
pengembangan kelembagaan pedesaan dalam diversifikasi konsumsi pangan.
3. Fasilitasi kepada kelompok pengembangan bisnis pangan lokal dan makanan
tradisional serta mendorong peran aktif swasta dan dunia usaha dalam
pengembangan industri dan bisnis pangan lokal (MP3L)
PENINGKATAN PRODUK PANGAN SEGAR YANG TERSERTIFIKASI (%)
Target indikator peningkatan produk pangan segar yang bersertifikasi pada tahun 2016
sebesar 10% dan terealisasi 7,33% atau 73,3%. Secara rinci di sajikan pada tabel di
bawah ini :
Tabel 34.Target dan Realisasi Capaian Indikator Peningkatan Produk Pangan Segar yang Tersertifikasi
No Indikator Kinerja Tahun 2016 Target Akhir Renstra
Capaian s/d 2016 terhadap
2019 (%) Target Capaian %
1..
Persentase Peningkatan Produk Pangan Segar yang Tersertifikasi
10% 7,33%
73,3%
10% 73,3%
Realisasi pencapaian kinerja indikator peningkatan produk pangan segar yang
tersertifikasi baru mencapai 7,33% dari yang ditargetkan. Target renstra dan target
nasional untuk indikator peningkatan produk pangan segar yang tersertifikasi adalah
10%, pada tahun 2014 peningkatan produk pangan segar yang tersertifikasi belum
dijadikan indikator kinerja, baru tahun 2015 dijadikan indikator. Peningkatan produk
pangan segar yang tersertifikasi dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 35. Pelaku Usaha dan Kebun yang sudah Teregister & sudah Tersertiifikasi
Tahun Jumlah Kebun dan lahan usaha yang sudah Teregister
Jumlah kebun dan lahan usaha yang sudah tersertifikasi Presentase
Tahun 2014 Tahun 2015 Tahun 2016
360 430 468
42 76 117
11,67 17,67 25,00
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa peningkatan produk pangan segar yang
tersertifikasi dari tahun 2015 sampai tahun 2016 baru mencapai 7,33% atau 73,30% dari
yang ditargetkan yaitu 10%.
Upaya yang dilakukan dalam peningkatan produk pangan segar yang tersertifikasi yaitu
dengan cara merubah pola pikir petani dengan cara sosiallisasi atau pelatihan pelatihan
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj) Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 57
dan bimbingan teknis tentang cara untuk menghasilkan produk yang aman. Dalam
upaya meningkatkan daya saing produk agribisnis dalam perdagangan domestik dan
internasional, penerapan sistem jaminan/manajemen mutu dan keamanan pangan produk
(food safety) agribisnis terutama untuk produk segar adalah sanngat penting dan menjadi
satu keharusan, sehingga Petani/pelaku usaha dituntut menjalankan proses produksi
yang baik, yang berujung pada penerapan Hazard analysis critical control point
(HACCP), selain hal tersebut, untuk dapat melakukan penanganan keamanan pangan
segar dengan benar diperlukan pengenalan teknologi penanganan keamanan pangan
segar sesuai dengan ketentuan yang berlaku, pengawasan dan pembinaan. Bentuk
jaminan mutu produk hasil pertanian adalah sertifikasi jaminan mutu dan atau label yang
menyatakan kesesuaian produk terhadap standar nasional Indonesia (SNI) atau standar
lain yang diacu. Untuk mendapatkan sertifkat jaminan mutu dan keamanan pangan,
petani/pelaku usaha harus menerapkan system jaminan mutu dan mengajukan
permohonan sertifikat ke lembaga sertifikasi terkait seperti Otoritas Kompeten
Keamanan Pangan Daerah (OKKP-D) yang ada di Badan Ketahanan Pangan Daerah
Provinsi Lampung.
Dalam pencapaian target indikator peningkatan produk pangan segar yang tersertifikasi
sebesar 10% ini agak mengalami kesulitan dikarenakan beberapa faktor, yaitu :
1. Dari segi pelaku usaha
Dari pelaku usaha ini masih banyak pelaku usaha yang belum memahami tentang
tata cara pengajuan sertifikasi baik sertifikasi prima 3 maupun prima 2 dan belum
memahami nilai tambah yang akan diperoleh atas produk yang sudah
bersertifikat/teregistrasi sehingga perlu kerja keras dari OKKP-D untuk
mensosialisasikan tata cara pengajuan sertifikat/registrasi dan merubah pola pikir
petani/pelaku usaha untuk menghasilkan produk yang aman yang mungkin selam ini
kurang dipahami dan kurang diperhatikan
2. Dari segi konsumen
Belum adanya tuntutan dari konsumen agar produk memilliki sertifikasi sehingga
pelaku usaha belum begitu memperhatikan dan menganggap penting sertifikat
untuk produk pangan segar asal tumbuhan yang dihasilkannya.
3. Dari segi pasar
Pasar belum menghargai sertifikat/registrasi yang dimiliki oleh petani/pelaku usaha,
dipasaran harga produk pertanian baik yang bersertifikat maupun yang tidak
memiliki sertifikat tidak ada bedanya, hal ini menjadi salah satu sebab petani
enggan untuk mengajukan sertifikasi atas produk pangan segar yang dihasilkannya.
Menghadapi kendala – kendala dilapangan seperti ini maka UPT melakukan beberapa
upaya, diantaranya yaitu melakukan bimbingan teknis tentang penerapan mutu dan
keamanan pangan, melakukan surveilen terhadap produk yang sudah memiliki sertifikat
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj) Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 58
agar tetap konsisten menerapkan mutu dan keamanan pangan dalam budidaya produk
pangan segarnya, melakukan sosialisasi tentang manfaat sertifikasi dan registrasi
produknya, dan juga melakukan pameran untuk produk produk yang sudah disertifikasi
dan registrasi agar lebih dikenal di masyarakat sehingga akan menaikkan nilai jualnya.
Masalah yang dihadapi dalam pencapaian indikator peningkatan produk pangan segar
yang tersertifikasi, antara lain :
1. Konsumen belum menuntut produk yang bersertifikat maupun yang teregister
2. Petani/pelaku usaha belum memahami nilai tambah yang dapat diperoleh atas
produk yang telah bersertifikat/teregister
3. Sistem pemasaran belum menghargai mutu (sertifikasiregistrasi yang dimiliki oleh
petani/pelaku usaha)
4. Pasar modern belum menuntut produk segar yang bersertifikat/teregistrasi
Solusi pemecahan masalah sebagai berikut :
1. Melakukan edukasi konsumen (retailer, supplier, dan konsumen akhir) untuk lebih
menghargai mutu dan keamanan pangan melalui berbagai media massa secara
intensif
2. Melakukan rintisan kerjasama dengan supplier, pasar modern, eksportir dalam hal
pemasaran produk segar bersertifikat/teregistrasi
3. Memperkuat infrastruktur penerapan dan sertifikasi/registrasi
4. Meningkatkan kepedulian stakeholder tentang pentingnya sertifikasi/registrasi
dalam rangka peningkatan keamanan, mutu dan daya saing produk hortikultura
PERSENTASE MENINGKATNYA KEAMANAN PANGAN SEGAR
Untuk mendukung kebijaksanaan pusat, Pemerintah Provinsi Lampung telah
menerbitkan Peraturan Gubernur Lampung No. 36 Tahun 2013 tentang Sistem
Keamanan Terpadu Provinsi Lampung dan adanya Surat Keputusan Gubernur Lampung
No. G/564/II.06/HK/2015, tanggal 2 Desember 2015 tentang Pembentukan Tim
Koordinasi Jejaring Keamanan Pangan Daerah Provinsi Lampung merupakan revisi dari
Surat Keputusan Gubernur Lampung Nomor G/744/II.05/HK/2013 tanggal 30
September 2013 tentang Pembentukan Tim Koordinasi Jejaring Keamanan Pangan
Daerah Provinsi Lampung dengan menambahkan tim pelaksana pengawasan terhadap
bahan berbahaya yang disalahgunakan dalam pangan. Penanganan Keamanan Pangan
Segar dilakukan melalui Pemantauan dan Pengawasan oleh Petugas Badan Ketahanan
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj) Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 59
Pangan Daerah Provinsi Lampung bersama sama dengan Tim Jejaring Keamanan
Pangan Daerah Provinsi Lampung.
Realisasi pencapaian sasaran meningkatnya pengawasan mutu dan keamanan pangan
segar, dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 36.Target dan Realisasi Capaian Indikator Persentase Tingkat Keamanan Pangan Segar yang Diuji (%)
No Indikator Kinerja Capaian 2015
Tahun 2016 Target Akhir
Renstra
Capaian s/d 2016 terhadap 2019 (%)
Target Capaian %
1.
Persentase Tingkat Keamanan Pangan Segar (Uji Lab)
91,39% (114,24%)
80% (dibawah ambang batas)
83,78% 104,73
80% (dibawah ambang batas)
104,73
Dalam rangka pengawasan keamanan pangan segar di Provinsi Lampung, pada tahun
2016 tim koordinasi jejaring keamanan pangan daerah Provinsi Lampung melakukan
inspeksi mendadak (SIDAK) ke pasar tradisional dan pasar modern. Sidak dilaksanakan
dalam rangka hari besar keagamaan yaitu pada saat menyambut bulan suci ramadhan
1437 H dan hari raya idul fitri 1437 H serta menjelang hari raya natal tahun 2016.
Dari hasil pengawasan keamanan pangan segar di Provinsi Lampung, di dapatkan hasil
tingkat keamanan pangan segar di Provinsi lampung mencapai 83,78% dari target 80%.
Meskipun dari uji cepat dan uji laboratorium menunjukkan ada beberapa sampel yang
mengandung bahan berbahaya seperti Formalin, borak, residu pestisida dan lain lain tapi
kadarnya masih di bawah ambang batas, sehingga masih aman untuk di konsumsi.
Indikator keamanan pangan segar (uji lab) pada tahun 2016 Badan Ketahanan Pangan
Daerah menargetkan 80% dan terealisasi 83,78%. Upaya Badan Ketahanan Pangan
Daerah Provinsi Lampung dalam mewujudkan keamanan pangan segar antara lain
melalui kegiatan
a. Peningkatan, penerapan standar mutu BMR (Batas Maksimum Residu)
b. Pengembangan jejaring keamanan pangan dan promosi keamanan pangan segar
c. Pengembangan produk pangan segar yang bermutu dan bersertifikat
d. Sosialisasi dan promosi peningkatan gizi pangan keluarga
Masalah keamanan pangan tidak dapat diselesaikan oleh satu institusi saja, tetapi
merupakan tugas bersama antara institusi dan stake holder dengan membentuk jejaring
kerja (Networking) yang berjalan secara efektif dan efisien. Keamanan pangan menjadi
sangat penting mengingat bahwa pada saat ini tuntutan akan mutu dan keamanan pangan
oleh masyarakat dan dunia semakin tinggi.
Permasalahan dalam penanganan keamanan pangan segar di Provinsi Lampung pada
tahun 2016 ini adalah terbatasnya SDM dalam penanganan keamanan pangan, masih
rendahnya kesadaran masyarakat (produsen/petani/pedagang/konsumen) tentang
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj) Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 60
keamanan pangan, kurangnya monitoring yang terintegrasi antara instansi yang
berwenang. Dari permasalahan tersebut tindak lanjut yang diharapkan berupa pengadaan
pelatihan atau bimtek untuk peningkatan kapasitas dan kapabilitas petugas pengawas
serta meningkatkan sarana dan prasarana penunjang pengawas keamanan pangan,
koordinasi dan sinkronisasi dalam wadah jejaring keamanan pangan serta menggiatkan
sosialisasi dan promosi keamanan pangan secara berkesinambungan. Jejaring keamanan
pangan daerah menjadi kunci kesuksesan program keamanan pangan di daerah, oleh
karena itu memerlukan upaya penguatan berupa penguatan aspek legalitas, mengaktivasi
fungsi-fungsi jejaring keamanan pangan daerah (JKPD) dan mengintegrasikan program
yang ada di daerah.
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj) Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 61
TABEL 37. REKAP HASIL UJI CEPAT ( FORMALIN, BORAKS, METHYL YELLOW, PESTISIDADAN RHODAMIN B DAN UJI LABORATORIUM PROV. LAMPUNG TH. 2016
No. Kabupaten Jenis uji
Jumlah Sampel yang
Diuji
Hasil Uji Jumlah Komoditi
Asal Komoditi
Negatif Positif
Terdeteksi Aman
dikonsumsi 1 Lampung Barat Formalin 6 4 2 4 Buah dan Sayur Pasar Liwa dan Pasar Ham tebiu Pestisida**) 4 4 0 4 Sayur Pasar Liwa dan Pasar Ham tebiu 2 Pringsewu Formalin 1 1 0 1 Buah (jeruk madu) Pasar Sukoharjo, Gading Rejo
Rhodamin B 3 0 3 0
Kolkan dadu, cendol aci pink,
merah Pasar Sukoharjo, Gading Rejo
Pestisida**) 18 15 3 15 Buah dan Sayur Pagelaran, Pasar Pringsewu dan Pasar Gading Rejo 3 Tanggamus Formalin 6 4 2 4 Buah Pasar Talang Padang, Pasar Gisting Pestisida**) 15 11 4 11 Buah dan Sayur Pasar Talang Padang, Pasar Gisting
Rhodamin B 1 0 1 0 Cendol merah Pasar Talang Padang, Pasar Gisting
4 Pesawaran Formalin 3 3 0 3 Buah Pasar Sukaraja, Gedong Tataan Pestisida**) 19 18 1 18 Buah dan Sayur Pasar Wiyono dan Pasar Sukaraja Gedong Tataan 5 Tulang Bawang Formalin 5 5 0 5 Buah Pasar Unit II Pestisida**) 5 5 0 5 Sayur Pasar Unit II 6 Metro Formalin 9 7 2 7 Buah dan Sayur Pasar Margorejo, cendrawasih Pestisida**) 12 11 1 11 Buah dan Sayur Pasar Margorejo, cendrawasih 7 Bandar Lampung Formalin*) 17 10 7 10 Buah dan Sayur Pasar tradisional dan pasar modern Bandar Lampung Pestisida**) 0 0 0 0 Buah dan sayur Pasar Tradisional dan Modern Bandar Lampung 8 Lampung Timur Formalin 7 7 0 7 Buah dan Sayur Pasar Pekalongan Pestisida**) 14 12 2 12 Buah dan Sayur Pasar Pekalongan 9 Lampung Selatan Formalin*) 10 10 0 10 Buah dan Sayur Pasar Natar Pestisida**) 19 17 2 17 Buah dan Sayur Pasar Natar
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj) Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 62
10 Lampung Tengah Formalin 7 4 3 4 Buah Pasar Wates Pestisida**) 13 10 3 10 Sayuran dan Buah Pasar Wates
11 Lampung Utara Pestisida**) 15 15 0 15 Buah dan Sayur Pasar Impres Formalin 8 7 1 7 Buah Pasar Impres
12 Way Kanan Formalin 5 4 1 4 Buah Pasar Baradatu Pestisida**) 5 5 0 5 Sayur Pasar Baradatu
13 Tulang Bawang Barat Pestisida**) 4 4 0 4 Buah dan Sayur Pasar Mulya Asri Formalin 6 4 2 4 Buah Pasar Mulya Asri
14 Mesuji Pestisida**) 5 5 0 5 Sayur Pasar Brabasan dan Gedung Ram Formalin 7 6 1 6 Buah Pasar Brabasan dan Gedung Ram
15 Pesisir Barat Pestisida**) 5 5 0 5 Sayuran dan Buah Pasar Pesisir Barat Formalin 5 4 1 4 Sayuran dan Buah Pasar Pesisir Barat
Jumlah 259 217 42 217 Persentase (%) 100 83,78 16,22 83,78
Ket; *) Telah dilakukan Uji Lab.terhadap anggur, hasil positif formalin
**) Telah dilakukan uji Laboraturium pestisida, hasilnya beberapa komoditi positif terdeteksi pestisida, namum masih dibawah batas maksimum residu (BMR) (Masih aman untuk dikonsumsi)
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj) Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 63
Permasalahan :
1. Terbatasnya SDM dalam penanganan keamanan pangan
2. Masih rendahnya kesadaran masyarakat (produsen/petani/pedagang/konsumen)
tentang keamanan pangan
3. Kurangnya monitoring yang terintegrasi antara instansi yang berwenang.
4. Belum tersedianya laboratorium pengujian mutu dan keamanan pangan
Solusi :
Beberapa solusi dalam menangani permasalahan keamanan pangan segar di Provinsi
Lampung, Badan Ketahanan pangan Daerah, antara lain :
1. Penguatan kelembagaan keamanan pangan segar termasuk penguatan SDM
2. Pengawasan keamanan pangan segar, termasuk pengambilan sampel keamanan
pangan segar
3. Promosi dan sosialisasi keamanan pangan segar
4. Penguatan koordinasi lintas sektor, baik instansi pemerintah daerah maupun vertical
yang terkait dengan penanganan keamanan pangan dengan membentuk tim
koordinasi jejaring keamanan pangan daerah
5. Dukungan pemerintah pusat dan daerah dalam rangka penanganan mutu dan
keamanan pangan baik dari segi aturan maupun sarana pendukung seperti
pembangunan sarana dan prasarana untuk laboratorium.
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj) Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 64
3.3 Realisasi Anggaran Kinerja Tahun 2016
Penyerapan anggaran belanja langsung pada tahun 2016 sebesar 98,83% dari total yang
dianggaran yang di alokasikan. Jika dilihat dari realisasi anggaran per sasaran
penyerapan anggaran terbesar pada kegiatan untuk indikator Skor pola pangan harapan
(PPH) ketersediaan, Skor PPH konsumsi, Jumlah konsumsi energi, dan Jumlah
konsumsi protein (99,47%). Sedangkan penyerapan terkecil pada
kegiatan untuk indikator Persentase penurunan jumlah penduduk rawan pangan
(97,24%).
Efisiensi anggaran menunjukkan bagaimana sasaran dengan indikator yang dirumuskan
telah berhasil dicapai dengan memanfaatkan sumber daya/input tertentu. Semakin tinggi
jumlah sumber daya yang dikeluarkan untuk mencapai keluaran tertentu, maka
efisiensinya akan semakin rendah, begitu juga sebaliknya semakin rendah sumber daya
yang dihabiskan untuk mencapai sasaran, maka efisiensi anggarannya akan semakin
tinggi.
Pencapaian kinerja dan anggaran pada tahun 2016 secara umum tidak menunjukkan
tingkat efisiensi anggaran. Hal ini bisa dilihat bahwa mayoritas dari seluruh indikator
menunjukkan realisasi anggarannya hampir sama dengan realisasi kinerjanya. Ini bisa
bermakna bahwa secara umum, pencapaian kinerja sesuai dengan anggaran yang
dianggarkan.
Memang terdapat indikator yang realisasinya lebih rendah daripada realisasi
anggarannya, seperti indikator penurunan jumlah penduduk rawan pangan, yang realisasi
anggarannya mencapai 97,24% namun realisasi kinerjanya baru mencapai 43%, untuk
indikator semacam ini, perlu mengkaji lebih jauh factor apa sajakah yang menyumbang
kepada situasi diatas, seperti menguji seberapa baik koordinasi dan sinergi dengan
stakeholder telah terbangun untuk menjawab persoalan kerawanan pangan karena faktor
kemiskinan, karena masalah kemiskinan tidak bisa diatasi oleh satu instansi saja tapi
harus melibatkan lintas sektor. Selain itu juga perlu mengidentifikasi, bagaimana
membuat efisiensi anggaran bisa ditingkatkan menjadi lebih baik.
Anggaran dan realisasi belanja langsung tahun 2016 yang dialokasikan untuk membiayai
kegiatan dalam pencapaian indikator pembangunan di sajikan dalam tabel berikut :
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj) Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 65
Tabel 38. Pencapaian Kinerja dan anggaran
Sasaran Indikator Kinerja Anggaran
Target Realisasi % Realisasi Target Realisasi % Realisasi
1. Peningkatan ketersediaam pangan yang beragam
2. Peningkatan keragaman konsumsi pangan yanng sehat dan aman
3. Peningkatan konsumsi pangan yang sesuai angka kecukupan gizi (AKG)
1. Skor Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan
2. Skor Pola Pangan Harapan (PPH) Konsumsi
3. Jumlah Konsumsi Energi 4. Jumlah Konsumsi Protein
85,6
85,0
2.019
56,3
75,08
78,0*)
1.856,7*)
50,30*)
87,71
91,76
91,96
89,34
637.165.750
633.781.000
99,47
4. Penurunan jumlah penduduk rawan pangan
5. Persentase Penurunan Jumlah Penduduk Rawan Pangan
1 0,43 43 397.000.000 386.025.000 97,24
5. Stabilnya hasil pangan pokok di tingkat produsen dan konsumen
6. Harga Gabah Kering Panen (GKP) di Tingkat Produsen
7. Coefisien Variasi Pangan (beras) di Tingkat Konsumen
HPP ≤ (HPP : 3.700)
CV<10%
3.776
2 %
100
100
196.312.000
192.648.800
98,13
6. Tercapainya keamanan pangan segar
8. Persentase Peningkatan Produk Pangan Segar yang Tersertifikasi
10 % 7,33 % 73,3 % 2.813.839.000.
2.789.545.300
99,14
9. Persentase Tingkat Keamanan Pangan Segar yang di Uji
80%
83,78 104,73 331.150.000
328.028.000
99,06
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj) Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 66
3.4 Analisis Efisiensi
Bagian yang disajikan dalam tabel ini terkait dengan efisiensi anggaran untuk indikator
yang pencapaian kinerjanya mencapai atau lebih dari 100%, terlihat bahwa dari 9
indikator menunjukkan pencapaian yang sama atau lebih dari 100%, yaitu sebanyak 3
indikator, sebagaimana ditunjukkan dalam tabel dibawah ini, sebagai contoh indikator
harga gabah kering panen (GKP) di tingkat produsen dengan realisasi anggaran sebesar
98,13 dari total anggaran telah mencapai kinerja 100%, Indikator persentase tingkat
keamanan pangan segar yang diuji dengan realisasi anggaran 99,06% telah mencapai
kinerja 104,73%.
Tabel 39. Efisiensi Penggunaan Sumber Daya
Sasaran Strategis Indikator %
Capaian Kinerja
% Penyerapan Anggaran
Tingkat Efisiensi
1. Stabilnya harga pangan pokok di tingkat produsen dan konsumen
2. Tercapainya keamanan
pangan segar
1. Harga Gabah Kering Panen (GKP) di Tingkat
2. Coefisien Variasi Pangan (beras) di Tingkat Konsumen
3. Persentase Tingkat Keamanan Pangan Segar yang di Uji
100
100
104,73
98,13
98,13
99,06
1,87
1,87
0,94
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj) Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung Page 67
BAB IV PENUTUP
Laporan Kinerja (LKj) Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung telah
memaparkan sasaran dan indikator yang ada pada perencanaan strategis untuk
mengetahui keberhasilan dalam pelaksanaan tugas pokok dan fungsinya. Selama ini
keberhasilan suatu instansi pemerintah lebih ditekankan kepada kemampuan instansi
dalam menyerap sumber daya keuangan. Melalui pengukuran kinerja yang terdapat
dalam LKj, maka keberhasilan suatu instansi pemerintah akan lebih dilihat dari
kemampuan instansi tersebut berdasarkan sumberdaya yang dikelolanya untuk mencapai
hasil sesuai dengan rencana yang telah dituangkan dalam perencanaan strategis.
Berdasarkan hasil pengukuran dan evaluasi kinerja yang dilakukan terhadap kinerja
Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung dalam merealisasikan visi, misi,
tujuan dan sasaran yang tertuang dalam Rencana Strategis, dengan cara
mempertimbangkan nilai indikator kinerja masukan (input), keluaran (output), hasil
(outcome), manfaat (Benefit) dan dampak (impact), maka nilai capaian kinerja Badan
ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung pada tahun anggaran 2016 sebesar 88,89%.
Menurut skala pengukuran ordinal, maka nilai capaian kinerja tersebut dapat
dikategorikan Baik dan Berhasil.
Demikian Laporan Kinerja Instansi (LKj) Badan Ketahanan Pangan daerah Provinsi
Lampung ini disusun, dengan harapan dapat memberikan umpan balik bagi seluruh
aparat yang ada pada Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung agar dapat
lebih meningkatkan kinerjanya di masa yang akan datang.
TARGET REALISASI % REALISASI TARGET REALISASI % REALISASI
3 4 5 6 7 8
1. Peningkatan ketersediaan 1. Skor Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan 85,6 75,08 87,71pangan yang beragam
2. Peningkatan keragaman 2. Skor Pola Pangan Harapan (PPH) Konsumsi 85,0 78,0 91,76konsumsi pangan yang
sehat dan aman
3. Peningkatan konsumsi 3. Jumlah Konsumsi Energi 2.019 1.856,7 91,96pangan yang sesuai angka
kecukupan gizi (AKG) 4. Jumlah Konsumsi Protein 56,3 50,3 89,34a. Gerakan Percepatan Penganekaragaman Konsumsi 180 anak SD 180 anak SD 100 65.080.000 62.465.000 95,98
Pangan 15 Kab/Kota 15 Kab/Kota
b. Lomba Cipta Menu Tingkat Provinsi dan Nasional 2 kali 2 kali 100 85.555.000 85.555.000 100,00
c. Promosi Pangan Segar dan Olahan 0 0 0 - - -
d. Hari Pangan Sedunia TK. Provinsi dan TK. Nasional 2 kali 2 kali 100 283.965.750 283.905.000 99,98
e. Pengembangan Usaha Pangan Lokal 7 Unit 7 Unit 100 131.655.000 131.305.000 99,73
f. Penyusunan Pola Pangan Harapan 1 Laporan 1 Laporan 100 33.400.000 33.319.000 99,76
g. Pembinaan dan Pemantauan Kawasan Rumah Pangan 15 Kab/Kota 15 Kab/Kota 100 37.510.000 37.232.000 99,26
Lestari (KRPL)
4. Penurunan jumlah penduduk
rawan pangan
a. Pengembangan Desa Mandiri Pangan 6 Kawasan 6 Kawasan 100 88.600.000 88.499.200 99,89
b. Analisa dan Pemantauan SKPG dan PDRP 1 Dokumen 1 Dokumen 100 55.500.000 45.389.000 81,78
SASARAN
1
TABEL PENCAPAIAN KINERJA DAN ANGGARAN TAHUN 2016
386.025.000 97,24 397.000.000
INDIKATOR/KEGIATANKINERJA ANGGARAN
2
637.165.750 633.781.000 99,47
5. Persentase Penurunan Jumlah Penduduk Rawan Pangan 1 0,43 43,0
TARGET REALISASI % REALISASI TARGET REALISASI % REALISASI
3 4 5 6 7 8
SASARAN
1
INDIKATOR/KEGIATANKINERJA ANGGARAN
2
637.165.750 633.781.000 99,47
c. Pengembangan Cadangan Pangan Pemerintah 0 0 1.000.000 1.000.000 100,00
Daerah
d. Pengembangan Lumbung Pangan Masyarakat 18 Lumbung 18 lumbung 100 25.000.000 24.920.000 99,68
e. Analisa dan Penyusunan Peta Ketahanan Pangan 1 Dokumen 1 Dokumen 100 68.850.000 68.796.800 99,92
dan Kerentanan Pangan
f. Konsolidasi Dewan Ketahanan Pangan 4 Kegiatan 4 Kegiatan 100 158.050.000 157.420.000 99,60
5. Stabilnya harga pangan 6. Harga Gabah Kering Panen (GKP) di Tingkat Produsen HPP ≤ 3.776 100pokok di tingkat produsen HPP = Rp. 3.700dan konsumen
7. Coefisien Variasi Pangan (beras) Tingkat Konsumen CV < 10% CV = 2% 100
a. Pemberdayaan Gapoktan dalam rangka Stabilisasi 83 Gapoktan 83 Gapoktan 100 100.000.000 97.558.000 97,56
Harga Pangan
b. Pemantauan dan Pengendalian Mobilitas Pangan 1 Komoditi 1 Komoditi 100 50.000.000 49.476.000 98,95
c. Kegiatan Akses Pangan 15 Kab/Kota 15 Kab/Kota 100 46.312.000 45.614.800 98,49
6. Tercapainya keamanan
pangan segar
a. Operasional Pengawasan Mutu dan Keamanan 12 Bulan 12 Bulan 100 50.000.000 49.877.400 99,75
Pangan OKKPD
b. Surveilen dan Pengawasan Produk Hasil Pertanian 15 Pelaku Usaha 15 Pelaku Usaha 100 60.092.000 60.081.800 99,98
yang sudah Sertifikasi/Regristrasi/Produk yang
Beredar
196.312.000 192.648.800 98,13
99,14 8. Persentase Peningkatan Produk Pangan Segar yang Tersertifikasi 10% 7,33% 73,3% 2.813.839.000 2.789.545.300
TARGET REALISASI % REALISASI TARGET REALISASI % REALISASI
3 4 5 6 7 8
SASARAN
1
INDIKATOR/KEGIATANKINERJA ANGGARAN
2
637.165.750 633.781.000 99,47
c. Penyempurnaan Dokumen Sistem Mutu Mengacu 4 Dokumen 4 Dokumen 100 14.000.000 12.433.000 88,81
pada ISO/IEC 17065
d. Sertifikasi, Regristrasi Produk Labelisasi Prima 3 35 Pelaku Usaha 34 Pelaku Usaha 97,14 146.588.000 146.262.200 99,78
Mendukung Terminal Agrobisnis
e. Audit Internal 3 Bidang (adm, 100 8.170.000 8.170.000 100,00
Mutu, Teknis)
f. Promosi Produk Unggulan Lampung yang sudah 1 Kali 1 Kali 100 25.000.000 24.957.000 99,83
Sertifikas/Regristrasi
g. Pembangunan Gedung Kantor dan Laboratorium 1 Unit 1 Unit 100 2.509.989.000 2.487.763.900 99,11
Pengujian Mutu dan Sarana Prasarana OKKPD
Provinsi Lampung
a. Peningkatan Penerapan Standar BMR (Batas 15 Kab/Kota 15 KabKota 100 96.250.000 96.055.000 99,80
Maksimum Residu)
b. Pengembangan Jejaring Keamanan Pangan dan 15 Kab/Kota 15 Kab/Kota 100 128.900.000 128.162.000 99,43
Promosi Keamanan Pangan Segar
c. Pengembangan Produk Pangan Segar yang Bermutu dan 1 Dokumen 1 Dokumen 100 80.000.000 79.088.000 98,86
Bersertifikat
d. Sosialisasi dan Promosi Peningkatan Gizi Pangan Keluarga 15 Kab/Kota 15 Kab/Kota 100 26.000.000 24.723.000 95,09
328.028.000 99,06 9. Persentase Tingkat Keamanan Pangan yang di Uji 80% 83,78 104,73 331.150.000
3 Bidang (Adm,
Mutu, Teknis)
MENGENALKAN MAKANAN B2SA KEPADA ANAK –ANAK SD
INSPEKSI LAPANG DAN PENGAMBILAN CONTOH UNTUK PENERBITAN SERTIFIKASI PRIMA 3 KOMODITAS JERUK DI LAMPUNG SELATAN
INSPEKSI LAPANG DAN PENGAMBILAN CONTOH UNTUK PENERBITAN SERTIFIKASI HEALTH CERTIFICATE ( HC ) PALA
KAWASAN MANDIRI PANGAN
KELOMPOK BUDIDAYA IKAN TAWAR DI KAWASAN MANDIRI PANGAN
Pengambilan sampel buah anggur di pasar tradisional
Pemusnahan buah yang positif formalin oleh managemen swalayan
PENYERAHAN PENGHARGAAN ADHIKARYA PANGAN NUSANTARA (APN) TK. PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2016 PADA SAAT PERINGATAN HPS KE 36
PENYERAHAN HADIAH PEMENANG LOMBA KUDAPAN BERBAHAN SINGKONG
PENYERAHAN HADIAH PEMENANG LCM B2SA TK. PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2016