laporan kelompok trigger 1 phc

Upload: risyda-marifatul

Post on 13-Mar-2016

20 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

primary health care

TRANSCRIPT

LAPORAN KELOMPOK

Problem Based LearningBedside TeachingBlok Primary Health Care

Oleh:

Kelompok 1PSIK RegulerKetua : Ni Putu Jeny M

105070201111013

Sekertaris 1: Nico Rostdiana Dewi105070200111025

Sekertaris 2: Firdani Sam Lubis

105070207111002

Anggota Kelompok:

1. Afrida Diyan F

1050702001110412. Alif Yanuar Abidin

1050702001110213. Aliyah Adek Rahman

1050702001110244. Fetreo Negeo Putra

1050702001110045. Fitri Ayuning U

1050702001110396. Galuh Prasetyanita W

1050702071110167. Ni Made Putri P

1050702001110278. Nuning Khurotul Afida

105070201111011PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2012TRIGGER 1Seorang perawat menemukan 20 pasien DM berusia 40-50 tahun di bangsal mawar melakukan kesalahan dalam menyuntik insulin secara mandiri. Perawat berencana melakukan pembelajaran klinik melalui bedisde teaching. Tujuan instruksional pembelajaran adalah pasien mampu melakukan penyuntikan insulin dengan tepat. Perawat menyiapkan leaflet, alat suntik, dan insulin. Fokus pengajaran dititikberatkan pada domain kognitif, afektif dan psikomotor. Pasca pengajaran meminta seluruh pasien mendemonstrasikan cara yang telah diajarkan secara mandiri untuk menilai pencapaian tujuan.SLO ( Study Learning Objektif)

1. Bedside teaching

a) Pengertian Bedside teaching

b) Tujuan Bedside teaching

c) Kelebihan dan kekurangan Bedside teaching 2. Metode Pembelajaran Klinik3. Karakteristik pasien Bedside teaching

4. Komponen isi Bedside teaching

5. Media Bedside teaching

6. Prosedur Bedside teaching

7. Evaluasi Bedside teaching

1. BEDSIDE TEACHINGa) Pengertian Bedside teaching

Bedside teaching merupakan metode pengajaran peserta didik yang dilakukan disamping tempat tidur klien, meliputi kegiatan mempelajari kondisi klien dan asuhan keperawatan yang dibutuhkan oleh klien (Nursalam, Pendidikan dalam keperawatan) Para pakar pendidikan klinik memberikan sebuah panduan dalam pengajaran dan pembelajaran dalam pendidikan klinik yang dikenal BEDSIDE. BEDSIDE merupakan singkatan dari Briefing, Expectation, Demonstrations, Spesific Feedback, Inclution microskill, Debriefing and Education. BEDSIDE ini dikembangkan dari teori experience and explanation cycles yang dikemukakankan oleh Cox, 1993. Briefing meliputi kegiatan menyiapkan mahasiswa Koas tentang syarat pengetahuan yang harus dimiliki sebelum BST dan juga mempersiapkan pasien untuk BST. Expectation adalah menentukan tujuan belajar yang ingin dicapai oleh mahasiswa. Demonstrations tergantung tujuan yang ingin dicapai yaitu bila dosen ingin mengamati dan memberi feedback atas kegiatan mahasiswa maka dosen harus meminimalkan interupsi dan bila tujuannya sebagai model maka mahasiswa diberi kesempatan mengamati dosen dalam memeriksa pasien. Spesific Feedback diawali dengan positif aspek sehingga akan memotivasi mahasiswa untuk belajar. Inclution microskill merupakan kemampuan yang harus dimiliki oleh dosen klinik sehingga BST menjadi efektif dan efisien. Debriefing meliputi menanyakan masukan dari mahasiswa dan pasien. Education meliputi memberitahu sumber belajar yang digunakan mahasiswa belajar lebih lanjut dan dalam.b) Tujuan Bedside teaching

Membantu klien dalam mengatasi masalah kesehatannya melalui kegiatan pembelajaran, yang didalamnya perawat berperan sebagai perawat pendidik Meningkatkan kemampuan klien untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan, baik fisik, mental, dan sosialnya sehingga produktif secara ekonomi maupun sosial

Menumbuhakn sikap profesionalisme perawat Melakukan komunikasi dengan pasien melalui observasi/pengamatan langsung

c) Kelebihan dan kekurangan Bedside teaching

Kelebihan : Perawatan humanizes dengan melibatkan pasien

Mendorong penggunaan bahasa yang dapat dimengerti dan tidak menghakimi

Menggunakan proses pembelajaran aktif, dimana orang usia dewasa dapat menyerap pengetahuan paling baik dengan metode ini

Pasien merasa diaktifkan dan merupakan bagian dari pembelajaran

Meningkatkan pemahaman pasien tentang penyakit mereka dan work up

Kesempatan untuk membentuk keterampilan klinik mahasiswa

Kekurangan : Adanya ketidak nyamanan pasien

Pasien salah pengertian dalam diskusi

Kurangnya privaci, kerahasiaan

Pasien sering sulit untuk di temukan ( ruang operasi)

Peserta didik tidak ingin pergi ketempat tidur

Membutuhkan waktu yang lebih lama

Guru/pembimbing merasa tidak nyaman (dapat menyebabkan diskusi tidak akrab)

(Janicik, regina W dan Kathyn E Fletcher. 2003)

2. METODE PEMBELAJARAN KLINIK

Jenis metode pembelajaran klinik diantaranya eksperensial, konferensi, observasi, ronde keperawatan, dan bedside teaching (Nursalam & Efendi, 2007)

Bedside teaching merupakan metode mengajar peserta didik yang dilakukan disamping tempat tidur klien, meliputi kegiatan mempelajari kondisi klien dan asuhan keperawatan yang dibutuhan oleh klien

Ronde keperawatan merupakan suatu metode pembelajaran klinik yang memungkinkan peserta didik mentransfer dan mengaplikasikan pengetahuan teoritis ke dalam praktik keperawatan secara langsung

Konferensi merupakan suatu metode pembelajaran yang dirancang melalui diskusi kelompok

Eksperensial merupakan suatu metode yang dipergunakan pembimbing akademik dalam membantu peserta didik dalam menyelesaikan masalah dan mengambil keputusan terhadap kasus yang terjadi dengan pasien atau keluarga pasien

Model pendidikan kesehatan (Bartable, 2002)

Health Belief Model

Penders Health Promotion Model

Precede-Proceed Model

Gambar 1. Health Belief Model

Model ini didasarkan pada perkiraan bahwa prediksi terhadap perilaku kesehatan dapat dilakukan jiak ada tiga komponen utama yang berinteraksi: persepsi individu, faktor pemodifikasi, dan kemungkinan tindakan. Semua komponen diarahkan pada kemungkinan melakukan tindakan kesehatan preventif yang dianjurkan sebagai tahap akhir dari model itu.

Gambar 2. Penders Health Promotion Model

Health Promotion Model dikembangkan oleh Pender (1987) dan telah digunakan khususnya dalam disiplin keperawatan. Model ini menggambarkan komponen dan mekanisme yang menjadi faktor penentu pada gaya hidup yang mempromosikan kesehatan.

Gambar 3. Precede-Proceed Model

Model ini berasal dari suatu perspektif epidemiologis tentang promosi kesehatan dengan harapan memberantas penyebab utama kematian. Pendidikan kesehatan merupakan inti dari model ini. Singkatan model PRECEDE merupakan kepanjangan dari Predisposing, Reinforcement, and Enabling Constucts in Educational Diagnosis and Evaluation. Komponen kedua yang disebut sebagai PROCEED yang berarti Policy, Regulatory, and Organizational Constructs in Educatioal and Environment Development3. Karakteristik pasien Bedside teaching

a. Motivasi internal

Salah satu karakteristik peserta didik adalah motivasi internal untuk mencari pengalaman pendidikan. Sebagaicontoh harga diri atau menginginkan kualitas hidup yang lebih baik. Sama halnya dengan perawat, perawat mungkin akan merasakan kebutuhan akan belajar bila mereka menghadapi situasi yang mereka tidak dapat hadapi dalam praktik profesional mereka. Kesiapan orang tua untuk belajar dipengaruhi oleh perubahan sosial mereka misalnya kehilangan pekerjaan, kematian pasangan, bertambah tua.b. Pengarahan diri

Biasanya orang dewasa mengarahkan diri sendiri dan ingin diterima sesuai tanggung jawab untuk pembelajaran mereka sendiri.c. Pengalaman hidup

Karakteristik lain dari orang dewasa adalah bahwa mereka masuk pada aktivitas pendidikan dengan volume pendidikan yang lebih besar. Sebagai hasil dari pengalaman mereka, orang dewasa memiliki set pikiran pasti dan cenderung untuk lebih dekat pada konsep baru. Pendidik harus memaparkan peserta didik untuk mengalaminya, yang akan membuka pikiran mereka terhadap ide yang baru.d. Orientasi berpusat pada masalah untuk pembelajaran

Peserta didik mempunyai orientasi berpusat pada masalah untukpembelajaran. Mereka ingin pendidikan yang dapat diterapkan dengan segera.Karakteristik peserta didik dapat dilihat dari faktor-faktor berikut (Nursalam & Efendi, 2007)

a. Faktor Akademik: jumlah peserta didik, latar belakang pendidikan, tingkat intelegensi, motivasi, dan kebiasaan belajar

b. Faktor sosial: usia, maturitas, tempramen, hubungan diantara peserta didik, dan situasi sosial ekonomi

c. Kondisi belajar: lingkungan emosional, sosial, dan fisiologi peserta didik

d. Gaya belajar: pembelajaran individu dan pembelajaran kelompokKarakteristik peserta didik berdasarkan tahapan perkembangan dalam kehidupan (Bastable, 2002)

a. Masa Bayi-Masa Todler

Usia: Lahir-3 tahun.

Ciri Umum: bergantung pada lingkungan; butuh rasa aman; eksplorasi diri dan lingkungan; keingintahuan alamiah

b. Masa Prasekolah

Usia: 3-6 tahun

Ciri Umum: egosentris; berfikir prakausal, konkret, dan harfiah; kepekaan akan waktu terbatas ; tidak dapat menyimpukan; centration (berfokus pada satu ciri dari sebuah obyek); cemas akan perpisahan; dimotivasi oleh keingintauan; imajinasi aktif; kerjanya hanya bermain

c. Masa Anak Sekolah

Usia: 7-11 tahun

Ciri umum: lebih realistik dan obyektif, mengerti sebab dan akibat; penalaran deduktif/induktif; menuntut informasi konkret; mampu membandingkan obyek dan peristiwa; memahami keseriusan dan konsekuensi suatu tindakan

d. Masa Remaja

Usia: 12-18 tahun

Ciri Umum: Berpikir abstrak; hipotesis; dapat mengambil pelajaran dari pembelajaran terdahulu; alasan logis dan dapat memahami prinsip-prinsip ilmiah; orientasi masa depan; dimotivasi oleh hasrat untuk penerimaan sosial; teman sebaya penting baginya; semakin sering merenung; penampilan sangat penting

e. Masa Dewasa Muda

Usia: 18-40 tahun

Ciri Umum: otonomi, self directed, menggunakan pengalaman pribadi untuk meningkatkan/mencampuri pembelajaran; motivasi intrinsik; mampu menganalisis secara kritis; membuat keputusan tentang diri sendiri, pekerjaan, dan peran sosial; berdasarkan kompetensi

f. Masa Dewasa Tengah

Usia: 40-65 tahun

Ciri Umum: Keyakinan diri berkembang dengan baik; risau dengan perubahan fisik; mencari gaya hidup alternatif; memikirkan kontribusinya pada keluarga dan masyarakat; mempertanyakan prestasi dan keberhasilan; yakin pada kemampuannya; berhasrat untuk mengurangi aspek kehidupan yang tidak memuaskan

g. Masa Dewasa Tua

Usia: 65 tahun keatas

Ciri Umum:

Perubahan Kognitif

Menurunnya kemampuan untuk berpikir secara abstrak dan pengolahan informasi; menurunnya memori jangka pendek; memanjangnya waktu reaksi; meningkatnya ansietas; berfokus pada pengalaman hidup masa lalu

Perubahan Daya Sensorik dan Motorik

Perubahan pendengaran: kehilangan pendengaran terutama nada bertekanan tinggi, konsonan (S,Z,T,F,dan G), dan intonasi yang cepat

Perubahan penglihatan: rabun jauh (perlu kacamata untuk membaca), lensa mata menjadi buram (masalah cahaya yang tajam), ukuran pupil mengecil (mengurangi adaptasi penglihatan pada kegelapan), lensa menguning (distorsi warna), keletihan/berkurangnya tingkat energi

Perubahan Psikososial

Berkurangnya pengambilan risiko, pembelajaran yang selektif, diintimidasi oleh pembelajaran formal

4. KOMPONEN ISIa. Lokasi

Area penyuntikan insulin dalah pada daerah subkutan, paling sering adalah pada lengan, perut, paha, dan pantat bagian atas. Penyuntikan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan bisa pada ke empat bagian tersebut, tetapi apabila dilakukan sendiri (tanpa bantuan tenaga medis) biasanya dilakukan di daerah perut untuk mempermudah tindakan.

Abdomen (absorbsi cepat)

Lengan (absorbsi sedang)

Paha atas (absorbsi lambat)

Bokong (absorbsi lambat)

Bahu, siku, pinggul dan lututAdapun tempat lain meliputi daerah scapula di punggung atas dan daerah dorsogluteal. Tempat yang dipilih injeksi harus bebas dari infeksi, lesi kulit, jaringan parut, tonjolan tulang dan otot atau saraf besar dibawahnya

Abdomen > arm > thighs > buttocks

b. Rotasi

c. WaktuJenis KerjaNama ObatPemberian/24 jam

Kerja Cepat Regular insulin/RI

Actrapid MC

Actrapid HM3-24 X

Kerja sedang NPH

Monotard MC

Monotard HM1-2 X

Kerja panjangP2I (jarang digunakan)1 X

d. Cara PenyuntikanProsedur penyuntikan insulin dengan menggunakan pena insulin ( insulin pen ) :

1. Lepaskan penutup pena atau topi

Jika menggunakan intermediate-acting insulin dengan lembut putar pena diantara telapak tangan 15 detik untuk campuran

2. Lepaskan kertas dan pasang jarum

a. Tarik penutup kertas dari pena jarum

b. Pasang jarum ke ujung pena insulin

c. Lepaskan penutup jarum luar

d. Lepaskan penutup jarum dalam

3. Pastikan pena siap

a. Putar tombol pemilih dosis di ujung pena untuk 1 atau 2 unit ( dosis monoton perubahan tanda dengan berubahnya tombol )

b. Pegang pena dengan jarum menunjuk ke atas. Tekan tombol dosis sampai benar-benar sampai menetes. Ulangi jika perlu, sampai insulin terlihat di ujung jarum. Dial akan kembali ke nol setelah menyelesaikan langkah dasar

4. Mengatur dosis

Putar dosis tombol untuk mengatur dosis insulin ( anda dapat memutar mundur juga ). Pena akan memugkinkan untuk menerima hanya jumlah yang telah ditetapkan. Periksa jendela dosis untuk memastikan dosis yang akan disuntikkan sudah tepat.

5. Pilih tempat injeksi

Pilih tempat injeksi. Perut adalah tempat yang disukai untuk banyak jenis insulin-antara bagian bawah rusuk dan kemaluan baris, menghindar sekitar 3-4 inci pusar. Bagian atas paha dan belakang lengan atas ( jika anda pleksibel ) dapat juga digunakan

6. Menyuntikkan insulin

a. Posisikan ibu jari di ujung atas tombol pena dengan tenang untuk terus aman

b. Dengan lembut mencubit kulit dengan tangan bebas

c. Cepat masukkan jarum pada sudut 90 derajat. Melepaskan cubitan

d. Gunakan ibu jari untuk menekan tombol dosis sampai berhanti ( jendela dosis akan kembali pada nol ). Biarkan jarum di tempat selama 5-10 detik untuk membantu mencegah insulin dari bocor keluar dari tempat injeksi

e. Tarik jarum langsung keluar dari kulit. Kadang-kadang akan keluar sedikit darah atau terjadi memar adalah normal. Lap dengan tisu atau bola kapas beralkohol, tapi jangan ditekan

7. Tutup kembali insulin pen

Tutup kembai insulin. Buang jarum pergi dalam wadah keras ( pil kosong atau deterjen wadah kendi aman contoh: letakkan penutup jarum luar kembali pada pena

e. Komplikasi dan penangananya

Efek samping terapi insulin yang paling sering terjadi adalah hipoglikemia. Keadaan ini dapat terjadi akibat :

Dosis insulin yang berlebihan

Waktu pemberian insulin yang tidak tepat

Penggunaan insulin yang berlebihan, misalnya: olahraga berat

Fakto faktor lain yang dapat meningkatkan kepekaan individu terhadap insulin

Oleh karena itu, ajari klien untuk mengetahui tanda tanda hipoglikemia seperti:

Pusing

Lemas

Gemetar

Pandangan kunang-kunang

Keringat dingin

RR meningkat

Jika terdapat tanda hipoglikemia seperti diatas, segera minum/ makan gula (permen, jus jeruk,dll) Jika setelah makan gula tanda tanda tersebut belum hilang segera hubungi dokter. Selalu bawa makanan /minuman yang mengandung gula jika bepergian. Segera makan gula jika serangan hipoglikemia datang

5. MEDIASyarat-syarat media pembelajaran yang baik (Simamora, 2009)

Media pembelajaran harus meningkatkan motivasi peserta didik

Menstimulus peserta didik mengingat apa yang sudah dipelajari selain memberikan stimulus belajar baru

Menstimulus peserta didik dalam memberikan tanggapan, umpan balik, dan juga mendorong mereka untuk melakukan praktik dengan benar

Macam-macam alat bantu pendidikan1. Alat bantu lihat(visual aids)- alat yang diproyeksikan : slide, film, film strip dan sebagainya.- alat yang tidak diproyeksikan ; untuk dua dimensi misalnya gambar, peta, bagan ; untuk tiga dimensi misalnya bola dunia, boneka, dsb.2. Alat bantu dengar(audio aids); piringan hitam, radio, pita suara, dsb.3. Alat bantu lihat dengar(audio visual aids); televisi dan VCD.Media pendidikan kesehatan pada hakikatnya adalah alat bantu pendidikan(audio visual aids/AVA).Disebut media pendidikan karena alat-alat tersebut merupakanalat saluran (channel)untuk menyampaikan kesehatan karena alat-alat tersebut digunakan untukmempermudahpenerimaan pesan-pesan kesehatan bagi masyarakat atau klien. Berdasarkan fungsinya sebagai penyaluran pesan-pesan kesehatan (media), media ini dibagi menjadi 3 (tiga) : Cetak, elektronik, media papan (bill board)a. Media cetak Booklet: untuk menyampaikan pesan dalam bentuk buku, baik tulisan maupun gambar. Leaflet: melalui lembar yang dilipat, isi pesan bisa gambar/tulisan atau keduanya. Flyer (selebaran); seperti leaflet tetapi tidak dalam bentuk lipatan. Flip chart (lembar Balik); pesan/informasi kesehatan dalam bentuk lembar balik. Biasanya dalam bentuk buku, dimana tiap lembar (halaman) berisi gambar peragaan dan di baliknya berisi kalimat sebagai pesan/informasi berkaitan dengan gambar tersebut. Rubrik/tulisan-tulisanpada surat kabar atau majalah, mengenai bahasan suatu masalah kesehatan, atau hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan. Posterialah bentuk media cetak berisi pesan-pesan/informasi kesehatan, yangbiasanya ditempel di tembok-tembok, di tempat-tempat umum, atau di kendaraan umum. Foto, yang mengungkapkan informasi-informasi kesehatan.b. Media elektronik Televisi ; dapat dalam bentuk sinetron, sandiwara, forum diskusi/tanya jawab, pidato/ceramah, TV, Spot, quiz, atau cerdas cermat, dll. Radio ; bisa dalam bentuk obrolan/tanya jawab, sandiwara radio, ceramah, radio spot, dll. Video Compact Disc(VCD) Slide : slide juga dapat digunakan untuk menyampaikan pesan/informasi kesehatan. Film strip juga dapat digunakan untuk menyampaikan pesan kesehatan.c. Media papan(bill board)Papan/bill board yang dipasang di tempat-tempat umum dapat dipakai diisi dengan pesan-pesan atau informasi informasi kesehatan. Media papan di sini juga mencakup pesan-pesan yang ditulis pada lembaran seng yang ditempel pada kendaraan umum (bus/taksi). Model demonstrator : memperagakan

Model tutor : memanggil ahli dalam bidangnya

Model observoir : selalu dimonitoring setiap harinya

6. PROSEDUR

Salah satu langkah praktis melakukan Bedside Teaching adalah 5 langkah yg disarankan oleh Faculity of Medical University of Calgory, yaitu

a. Persiapan:

Menentukan focus pembelajaran, menentukan pasien, minta izin dan menyiapkan dokumen yang diperlukan

b. Penjelasan

Mengumpulkan peserta didik sebelum bertemu pasien. Menyampaikan tujuan, apa yang diharapkan, apa yang dapat dipelajari dan apa yang tidak boleh terlupakan. Mengecek pemahaman peserta didik tentang kasus yang dihadapi.

c. Pengajaran

Memperkenalkan seluruh Tim kepada pasien. Menghindari kata-kata yang tidak dimengerti dan dapat menimbulkan kekhawatiran pasie. Mempergunakan waktu yang efisien. Menyesuaikan pengajaran dengan tingkat pemahaman pserta didik

d. Refleksi

Membantu peserta didik untuk mencerna pengetahuan yang baru didapat dapat menghubungkan dengan pengetahuan yang sudah dimiliki. Membantu pserta didik untuk menggunakan pengetahuan yang baru didapat untuk konteks yang berbeda

e. Pekerjaan Rumah

Membantu pesrta didik untuk mengembangkan ketrampilan belajar mandiri dengan meminta mereka mengidentifikasi apa yang harus mereka pelajari lagi dan berikan pekerjaan rumah. Dan Melakukan follow up pekerjaan rumah yang diberikan

Keterampilan bedside teaching dapat kita laksanakan namun sulit mencapai kesempurnaan oleh karena itu perlu perencanaan yang matang agar berhasil dan efektif.Persiapan sebelum pelaksanaan bedsite teaching :

1. Persiapan

a. Tentukan tujuan dari setiap sesi pembelajaran

b. Baca teori sebelum pelaksanaan

2. Ingatkan mahasiswa akan tujuan pembeljaaran :

a. Mendemonstrasikan pemeriksaan klinik

b. Komunikasi dengan pasien

c Tingkah laku yang professional

3.Persiapan Pasien

a. Keadaan umum pasien baikb. Jelaskan pada pasien apa yang akan dilakukan

4. Lingkungan/Keadaan

Pastikan keadaan ruangan nyaman untuk belajar

a. Tarik gordenb. Tutup pintuc. Mintalah pasien untuk mematikan televisinya.

Pelaksanaan bedside teaching :a. Membuat peraturan dasar Pastikan setiap orang tahu apa yang diharapkan dari mereka Mencakup etika Batasi interupsi jika mungkin Batasi penggunaan istilah kedokteran saat didepan pasien

b. Perkenalan

Perkenalkan seluruh anggota tim

Jelaskan maksud kunjungan

Biarkan pasien menolak dengan sopan

Anggota keluarga, diperkenalkan, boleh berada dalam ruangan jika dalam pasien mengizinkan

Jelaskan pada pasien atau keluaraga bahwa banyak yang akan didiskusikan mungkin tidak diterapkan langsung pada pasien.

Undang partisipasi pasien dan keluarga

Posisikan pasien sewajarnya posisi tim disekitar tempat tidur.

c. Anamnesa

Hindari pertanyaan tentang jenis kelamin atau ras

Hindari duduk diatas tempat tidur pasien

Izinkan interupsi oleh pasien dan pelajar untuk menyoroti hal penting atau untuk memperjelas

Jangan mempermalukan dokter yang merawat pasien

d. Pemeriksaan fisik

Minta pelajar untuk memeriksa pasien

Izinkan pasien untuk berpartisipasi(mendengarkan bising meraba hepar, dll)

Minta tim untuk mendemonstrasikan teknik yang tepat

Berikan beberapa waktu agar pelajar dapat menilai hasil pemeriksaan yang baru pertama kali ditemukan

e. Pemeriksaan Penunjang

Jika mungkin tetap berada disamping tempat tidur

Rongent, E C G bila mungkin

Izinkan pasien untuk meninjau ulang dan berpartisipasi

f. Diskusi

Ingatkan pasien bahwa tidak semua yang didiskusikan akan dilaksanakan, biarkan pasien tahu kapan itu bias dilaksanakan.

Hati-hati memberikan pertanyaan yang tidak bias dijawab kepada mahasiswa yang merawat pasien

Berikan pertanyaan pertama kali pada tim yan paling junior

Saya tidak tahu adalah jawaban yang tepat, setelah itu gunakan kesempatan untuk mencari jawaban

Hindari bicara yang tak perlu

Izinkna pasien untuk bertanya sebelum meninggalkan tempat tidur.

Minta pasien untuk menanggapi bedsite teachingyang telah dilakukan

Ucapkan terima kasih pada pasienSATUAN ACARA PENYULUHAN

Pokok Bahasan : Penyuntikan insulin mandiri dengan benar pada pasien DM

Sasaran : Pasien DM yang berusia 40-50 tahun

Tempat : Di ruang Bangsal Mawar

Hari / Tanggal : Kamis, 6 Novemebr 2012

Alokasi Waktu : Pukul 07.30- 08.00 WIB ( 30 menit)

Metode : Ceramah dan Tanya Jawab

Media : Leaflet, alat peraga (alat suntik, insulin), kartu lokasi dan rotasi penyuntikan insulin (bisa ditambahkan)

Pertemuan

: 1 (pertama)Pengajar

: Ns. Mawar Merah, S.KepA. Tujuan Intruksional

1. Umum

Setelah mengikuti ceramah, tanya-jawab dan demonstrasi selama 30 menit diharapkan peserta mampu melakukan penyuntikan insulin mandiri dengan benar

2. Khusus

Setelah mengikuti ceramah, tanya-jawab dan demonstrasi selama 30 menit diharapkan peserta mampu :

Menjelaskan Tujuan penyuntikan insulin Menjelaskan Lokasi penyuntikan insulin Menjelaskan Cara dan pentingnya rotasi penyuntikan insulin Menjelaskan Prosedur penyuntikan insulin (dengan demonstrasi) Menjelaskan Komplikasi penyuntikan insulin dan penanganannya B. Sub Pokok Bahasan

1. Tujuan penyuntikan insulin 2. Lokasi penyuntikan insulin3. Cara dan pentingnya rotasi penyuntikan insulin4. Prosedur penyuntikan insulin (dengan demonstrasi)5. Komplikasi penyuntikan insulin dan penanganannya Kegiatan Belajar Mengajar

TahapKegiatan PenyuluhKegiatan Peserta Metode & Media

Pembukaan

07.30-07.35

(5 menit)

Penyajian

07.35-07.50(15 menit)

Penutup

07.50-08.00

(10 menit) Mengucapkan salam dan memperkenalkan diri

Menyampaikan maksud dan tujuan dilaksanakan- nya penyuluhan (bedside teaching) dan alokasi waktu yang dibutuhkan.

Menggali pengetahuan peserta mengenai penggunaan insulin serta mengkaji kesalahan apa yang dilakukan klien dalam penyuntikan insulin Menyiapkan alat yang diperlukan untuk bedisde teaching

Menjelaskan Tujuan penyuntikan insulin Menjelaskan Lokasi penyuntikan insulin Menjelaskan Cara dan pentingnya rotasi penyuntikan insulin Menjelaskan Prosedur penyuntikan insulin (dengan demonstrasi) Menjelaskan Komplikasi penyuntikan insulin dan penanganannya

Menjelaskan lebih lanjut tentang kesalahan penyuntikan insulin yang dilakukan pasien sebleumnya

Membuka sesi Tanya- Jawab

Memberi Pertanyaan seputar materi.

Meminta klien untuk redemonstrasi cara penyuntikan insulin

Memberi kesimpulan materi

Menyampaikan hasil evaluasi dan umpan balik

Menutup pertemuan

Memberikan salam penutup Menjawab salam

Memperhatikan dan menjawab pertanyaan

Menyimak penjelasan

Mengajukan pertanyaan seputar materi.

Menjawab pertanyaan seputar materi.

Memperhatikan penjelasan

Menjawab pertanyaan yang diberikan

Menjawab SalamMetode : Ceramah dan tanya jawab

Metode :

- Ceramah

- Tanya jawab

Media :

- Leaflet

-alat suntik

-insulin

-kertas rotasi dan lokasi penyuntikan insulin

Metode :

Ceramah dan tanya jawab

Media :

- Leaflet

-alat suntik

-insulin

-kertas rotasi dan lokasi penyuntikan insulin

C. Evaluasi1. Evaluasi Proses Klien terbuka/kooperatif mengenai kesalahannya dalam penyuntikan insulin Klien aktif/antusias dalam tanya jawab

Klien memperhatikan materi yang disampaikan perawat

Klien tidak jenuh/bosan/meminta perawat pergi sebelum materi yang disampaikan selesai

Klien mau melkaukan redemonstrasi cara penyuntikan insulin2. Evaluasi Hasil

a) Klien mengetahui tujuan penyuntikan insulinb) Klien dapat / mampu 75% menjawab pertanyaan dari perawat

Apa tujuan penyuntikan insulin ?

Dimana letak penyuntikan insulin ?

Bagaimana caranya rotasi penyuntikan insulin ?

Apa komplikasi penyuntikan insulin dan bagimana penangananya ?7. EVALUASI Menilai kemampuan intelektual, teknikal dan interpersonal peserta didik. Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menilai cara dan metode yang dilaksanakan pembimbing. Mencari cara yang lebih efektif yang digunakan untuk meningkatkan metode pembelajaran.

Beberapa Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Bedside Teaching

A. Faktor Internal Peserta Didik

1) Faktor fisiologis

Kematangan fisik: fisik peserta didik yang sudah matang atau siap untuk belajar akan memudahkan dan memperlancar proses bedside teaching. Keadaan indra: keadaan indra peserta didik yang sehat dan normal, terutama penglihatan dan pendengaran akan memperlancar dan mendukung proses bedside teaching. Keadaan kesehatan: kondisi badan peserta didik yang sehat dan tidak cacat akan memperlancar dan mendukung proses bedside teaching.2) Faktor psikologis

Motivasi dan kesiapan: motivasi adalah keinginan untuk belajar, sedangkan kesiapan mencerminkan keinginan dan kemampuan peserta didik untuk belajar. Belajar yang dilandasi motivasi yang kuat dan berasal dari dalam diri individu serta peserta didik merasa siap, akan memperlancar proses bedside teaching. Emosi: emosi yang stabil, terkendali dan tidak emosional akan mendukung proses bedside teaching. Sikap: sikap peserta didik yang positif terhadap materi, fasilitator, kondisi fisik dan dalam menerima pengajaran akan memperlancar proses bedside teaching. Minat: materi pembelajaran yang menarik akan mempermudah peserta didik mempelajari materi pembelajaran dengan sebaik-baiknya. Bakat: peserta didik yang berbakat pada bidang tertentu, bila mengikuti materi pembelajaran yang sesuai dengan bakatnya akan mempermudah proses pembelajaran. Intelegensi: di antara berbagai faktor yang dapat mempengaruhi bedside teaching, faktor intelegensi sangat besar pengaruhnya dalam proses dan kemajuan pembelajaran peserta didik. Apabila peserta didik memiliki intelegensi tinggi akan mudah untuk memperoleh hasil pembelajaran yang baik. Kreativitas: peserta didik yang mempunyai kreativitas, memiliki usaha untuk memperbaiki kegagalan, sehingga akan merasa aman bila menghadapi bedside teaching.Faktor Eksternal/di Luar Peserta Didik

1) Faktor sosial:

Pembimbing/pendidik: pembimbing yang mampu mendidik dengan baik, mampu berkomunikasi dengan baik, penuh perhatian terhadap peserta didik, tahu kebutuhan dan kesulitan yang dihadapi peserta didik, dan mampu menciptakan hubungan baik dengan peserta didik, akan berpengaruh besar terhadap keberhasilan bedside teaching. Manusia yang hadir: manusia yang hadir pada saat peserta didik sedang belajar dapat mengganggu proses bedside teaching, misalnya: suasana menjadi gaduh dan berisik. Selain itu dukungan klien terhadap interaksi selama bedside teaching akan mempengaruhi keberhasilan pembelajaran.

2) Faktor non sosial:

Alat bantu serta sarana dan prasarana yang memadai akan membantu proses bedside teaching. Lingkungan belajar yang optimal memfasilitasi pembelajaran dengan mengurangi distraksi dan memberikan kenyamanan fisik dan psikologis. Materi atau bahan pelajaran serta metode pembelajaran: dengan keterlibatan aktif, pemberian umpan balik, pengulangan dan pembelajaran dari sederhana ke kompleks. Keterlibatan aktif dan pengulangan membuat pembelajaran lebih cepat dan retensi materi akan lebih baik. Umpan balik membantu orang mempelajari keterampilan psikomotor dengan mengaitkan dengan tujuan yang diinginkan. Sedangkan pembelajaran dari sederhana ke kompleks mempermudah pemahaman informasi baru, mengasimilasikannya dengan pembelajaran sebelumnya dan membentuk pemahaman baru, karena materi terorganisasi sedara logis dan berurutan.1. Domain Kognitif

Adapun tingkatan pengetahuan di dalam domain kognitif, mencakup 6 tingkatan, yaitu

a. Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengenal dan mengingat kembali (recall) terhadap sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Tahu merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah tetapi paling mendasar. Dilihat dari objek yang diketahui, isi pengetahuan dapat digolongkan sebagai berikut (Sudrajat, 2008):

Mengetahui sesuatu secara khusus: Mengetahui terminologi, yaitu berhubungan dengan mengenal atau mengingat kembali istilah atau konsep tertentu yang dinyatakan dalam bentuk simbol, baik berbentuk verbal maupun non verbal. Mengetahui fakta tertentu, yaitu mengenal atau mengingat kembali tanggal, peristiwa, orang, tempat, sumber informasi, kejadian masa lalu dan sebagainya. Mengetahui tentang cara untuk memproses atau melakukan sesuatu Mengetahui kebiasaan atau cara mengetengahkan ide atau pengalaman. Mengetahui urutan dan kecenderungan, yaitu proses, arah dan gerakan suatu gejala atau fenomena pada waktu yang berkaitan. Mengetahui penggolongan atau pengkategorisasian. Mengetahui kelas, kelompok, perangkat atau susunan yang digunakan dalam bidang tertentu atau memproses sesuatu. Mengetahui kriteria yang digunakan untuk mengidentifikasi fakta, prinsip, pendapat atau perlakuan. Mengetahui metodologi, yaitu seperangkat cara yang digunakan untuk mencari, menemukan atau menyelesaikan masalah. Mengetahui prinsip dan generalisasi. Mengetahui teori dan struktur. Mengetahui hal-hal yang universal dan abstrak dalam bidang tertentu, yaitu ide, bagan dan pola yang digunakan untuk mengorganisasi suatu fenomena atau pikiran.

b. Memahami (Comprehension)

Memahami atau disebut juga mengerti diartikan sebagai suatu kemampuan untuk mengorganisasikan materi yang diketahui, dengan menjelaskan dan mengintepretasikan dengan benar tentang materi tersebut. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya terhadap objek yang dipelajarinya. Adapun tingkatan dalam pemahaman meliputi (Sudrajat, 2008):

Translasi, yaitu mengubah simbol tertentu menjadi simbol lain tanpa perubahan makna.

Interpretasi, yaitu menjelaskan makna yang terdapat dalam simbol, baik dalam bentuk simbol verbal maupun nonverbal. Individu yang dikatakan dapat menginterpretasikan tentang konsep atau prinsip tertentu, jika dapatmembedakan, memperbandingkan atau mempertentangkan konsep satu dengan konsep yang lain.

Ekstrapolasi, yaitu melihat kecenderungan, arah atau kelanjutan dari suatu temuan tertentu.c. Aplikasi (Application)Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi di sini diartikan sebagai penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya ke dalam konteks atau situasi lain, untuk memecahkan masalah.

d. Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen/bagian lebih kecil, tetapi masih di dalam satu struktur organisasi yang masih terkait satu dengan yang lain. Ukuran kemampuan analisis adalah dapat menggambarkan, membuat bagan, membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya. Menurut Bloom, yang dikutip Sudrajat (2008), kemampuan analisis terdiri atas:

(1)Menganalisis unsur:

Kemampuan melihat asumsi-asumsi yang dinyatakan secara eksplisit pada suatu pernyataan.

Kemampuan untuk membedakan fakta dan hipotesa.

Kemampuan untuk membedakan pernyataan faktual dengan pernyataan normatif.

Kemampuan untuk mengidentifikasi berbagai motif dan membedakan mekanisme perilaku antara individu dan kelompok.

Kemampuan untuk memisahkan kesimpulan dari berbagai pernyataan yang mendukungnya.

(2) Menganalisis hubungan:

Kemampuan melihat secara komprehensif interrelasi antar ide-ide.

Kemampuan untuk mengenal berbagai unsur khusus yang membenarkan suatu pernyataan.

Kemampuan untuk mengenal fakta atau asumsi yang esensial yang mendasari suatu pendapat atau tesis atau argumen yang mendukungnya.

Kemampuan untuk memastikan konsistensinya hipotesis dengan informasi atau asumsi yang ada.

Kemampuan untuk menganalisis hubungan di antara pernyataan dan argumen guna membedakan mana pernyataan yang relevan dan mana yang tidak.

Kemampuan untuk mendeteksi hal-hal yang tidak logis di dalam suatu argumen.

Kemampuan untuk mengenal hubungan kausal dan unsur-unsur yang penting dan yang tidak penting di dalam perhitungan historis.

(3) Menganalisis prinsip-prinsip organisasi:

Kemampuan untuk menguraikan antara alat dan bahan.

Kemampuan untuk mengenal bentuk dan pola dalam rangka memahami maknanya.

Kemampuan untuk mengetahui maksud, sudut pandang atau cara berpikir pengarang materi dan perasaan yang dapat diperoleh dalam materi tersebut.

Kemampuan untuk melihat teknik yang digunakan dalam menyusun suatu materi yang bersifat persuatif.

e. Sintesis (Synthesis)

Sintesis yaitu suatu kemampuan untuk menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru, atau kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang telah ada. Kemampuan berfikir induktif dan konvergen merupakan ciri kemampuan ini. Ukuran kemampuan sintesis adalah dapat menyusun, meringkas, merencanakan, dan menyesuaikan suatu teori atau rumusan yang telah ada.

f. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada, baik yang kualitatif maupun kuantitatif.

2. Domain Afektif

Sikap merupakan reaksi atau respons yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap merupakan kesiapan/kecenderungan untuk bereaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek sikap mempunyai 3 komponen pokok, yang pertama kepercayaan/keyakinan, ide dan konsep terhadap objek, yang kedua, kehidupan emosional atau evaluasi terhada objek, dan yang terakhir kecenderungan untuk bertindak/tend to behave ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh (total attitude). Penentuan sikap yang utuh ini sangat dipengaruhi oleh pengetahuan, pikiran, keyakinan dan emosi (Notoatmodjo, 2003). Menurut Soekidjo Notoatmodjo (2003), sikap memiliki berbagai tingkatan, yaitu:

a. Menerima (Receiving)

Menerima diartikan bahwa orang ingin dan mau serta memperhatikan materi (stimulus) yang diberikan. Tahapan penerimaan adalah (Sudrajat, 2008):

Kesiapan untuk menerima (awareness), yaitu adanya kesiapan untuk berinteraksi dengan stimulus (fenomena atau objek yang dipelajari), yang ditandai dengan kehadiran dan usaha untuk memberi perhatian pada stimulus yang bersangkutan.

Kemauan untuk menerima (willingness to receive), yaitu usaha untuk mengalokasikan perhatian pada stimulus yang yang bersangkutan. Mengkhususkan perhatian (controlled or selected attention). Mungkin perhatian itu hanya tertuju pada warna, suara atau kata-kata tertentu saja.b. Merespons (Responding)

Pada tingkat ini, individu mengadakan aksi terhadap stimulus, individu dapat memberikan jawaban bila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan. Adanya usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan berarti bahwa orang tersebut menerima ide tersebut. Adapun proses merespon meliputi (Sudrajat, 2008):

Kesiapan menanggapi (acquiescene of responding), misalnya mengajukan pertanyaan, mentaati peraturan dan lain-lain. Kemauan menanggapi (willingness to respond), yaitu usaha untuk melihat hal-hal khusus di dalam bagian yang diperhatikan. Keputusan menanggapi (satisfaction in response), yaitu adanya aksi atau kegiatan yang berhubungan dengan usaha untuk memuaskan keinginan mengetahui.c. Menghargai (Valuing)Pada tingkat ini sudah timbul proses internalisasi untuk memiliki dan menghayati nilai dari stimulus yang dihadapi, sikap individu mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah. Adanya tindakan untuk mengerjakan atau mendiskusikan masalah tersebut, berarti individu mempunyai sikap yang positif. Menghargai terbagi atas empat tahap, sebagai berikut(Sudrajat, 2008):

Menerima nilai (acceptance of value), yaitu kelanjutan dari usaha memuaskan diri untuk menanggapi secara lebih intensif.

Menyeleksi nilai yang lebih disenangi (preference for a value) yang dinyatakan dalam usaha untuk mencari contoh yang dapat memuaskan perilaku menikmati. Komitmen yaitu kesetujuan terhadap suatu nilai dengan berbagai alasan tertentu yang muncul dari rangkaian pengalaman. Komitmen ini dinyatakan dengan rasa senang, kagum, terpesona. Kagum atas keberanian seseorang, menunjukkan komitmen terhadap nilai keberanian yang dihargainya.

d. Bertanggung jawab (Responsible)

Hal ini berarti individu bertanggung jawab dan siap menanggung segala risiko atas segala sesuatu yang telah dipilihnya. Pada tahap ini, individu tidak hanya menginternalisasi satu nilai tertentu seperti pada tahap komitmen, tetapi mulai melihat beberapa nilai yang relevan untuk disusun menjadi satu sistem nilai, selain itu individu memiliki kemampuan untuk menghayati atau mempribadikan sistem nilai, sehingga sistem ini selalu konsisten (Sudrajat, 2008)e. Domain Psikomotor/Practice/Tindakan

Tindakan atau praktik adalah sesuatu yang dilakukan/dilaksanakan secara nyata sesuai dengan teori (Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, 1990). Domain ini berkaitan dengan berbagai aspek keterampilan yang melibatkan fungsi sistem syaraf dan otot (neuromuscular system) serta fungsi psikis (Sudrajat, 2008). Faktor pendukung atau kondisi yang memungkinkan terlaksananya tindakan, antara lain fasilitas, dan dukungan dari pihak lain (support). Tindakan ini mempunyai beberapa tingkatan, yaitu (Notoatmodjo, 2003; Sudrajat, 2008; Sunaryo, 2004):

1) Persepsi (Perception)

Persepsi yaitu mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil/dilakukan, hal ini berhubungan dengan kesediaan diri melatih keterampilan tertentu.

2) Respons Terpimpin (Guided Response)

Respons terpimpin yaitu individu dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai dengan contoh yang diamatinya walaupun belum mengerti hakekat atau makna dari keterampilan itu.

3) Mekanisme (Mechanism)

Mekanisme, individu dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis tanpa harus melihat contoh, dengan kata lain keterampilan tersebut sudah menjadi kebiasaan individu tersebut.

4) Adaptasi (Adaptation)

Adaptasi adalah suatu praktik atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik dan tindakan tersebut sudah dimodifikasi tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut untuk disesuaikan dengan kebutuhan atau situasi tempat di mana keterampilan itu dilaksanakan.

5) Menciptakan (Origination)

Menciptakan, di mana individu sudah mampu menciptakan sendiri suatu karya. Menciptakan merupakan aktivitas motorik yang paling kompleks yang mencakup penciptaan pola gerakan baru.DAFTAR PUSTAKAJanicik, Regina W dan Kathlyn E Fletcher. 2003. Teaching at The Bedside : a New Model. USA: Taylor & Francis

PPNI. 2012. Petunjuk Teknis Pelaksanaan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1796 Tahun 2011 Tentang Registrasi Tenaga Kesehatan Untuk Perawat Di Wilayah Provinsi Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta. Jakarta: PPNI Jakarta

Ramani, Subha. 2003. Twelve Tips To Improve Bedside Teaching. Boston : Taylor & Francis Healthsciences

Bastable, Susan B. 2002. Perawat Sebagai Pendidik: Prinsip-Prinsip Pengajaran dan Pembelajaan. Jakarta: EGC

Nursalam dan Ferry Efendi. 2007. Pendidikan Dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika

Simamora, Roymond H. 2009. Buku Ajar Pendidikan Dalam Keperawatan. Jakarta: EGCIrby, D. (1999). Five Microskills for Clinical Teaching. [Internet]. Available from: [Accessed 30 March 2007].

Amin Z, Eng KH. Basics in Medical Education. Singapore: World Scientific Publishing, 2003.

Dent JA, Harden RM, Editors. A Practical Guide For Medical Teachers. Elsevier Churchill Livingstone, 2006.

Rumus menciptakan area suntikan= Jumlah suntikan perhari X 7 hari