laporan kel 3 fluida
TRANSCRIPT
FDM – 04
FENOMENA ALIRAN FLUIDA INKOMPRESIBEL PADA SISTEM
PEMIPAAN
I. TUJUAN PRAKTIKUM
Untuk memahami sifat-sifat fluida inkompresibel dalam pipa
Memahami pengaruh bentuk-bentuk fisik pipa terhadap aliran fluida
inkompresibel ddi dalam pipa
II. TEORI DASAR
II.1 Teori Dasar
Aplikasi penggunaan sistem pemipaan banyak digunakan untuk
industri, pengambilan sumber daya alam (minyak dan gas) dan lain-lain.
Untuk dapat memahami penggunaan aplikasi sistem pemipaan maka harus
dilakukan pemahaman dasar perancangan sistem pemipaan, faktor-faktor
yang harus diperhatikan adalah :
1. Jenis fluida kerja yang dipakai
2. Kondisi operasi fluida kerja (Temperatur kerja, tekanan kerja)
3. Sifat-sifat fluida kerja bila dikenakan kondisi operasi kerja
4. Kondisi lapangan (kondisi daerah yang akan dipasang instalasi)
5. Meterial pipa-pipa yang dipakai
6. Jenis instalasi yang dipakai
7. Kerugian energi yang terjadi dari pemasangan instalasi
8. Ekonomi
Pada pengujian ini, jenis fluida yang dipakai adalah fluida
inkompresibel. Pada pengujian ini diharapkan para praktikan memahami
fenomena aliran fluida jenis inkompresibel yang terjadi dalam sistem
pemipaan sederhana. Dengan pemahaman terhadap sistem pemipaan
sederhana ini, para praktikan diharapkan mampu mengembangkan ilmu
pengetahuan yang telah didapat untuk aplikasi sebenarnya didunia kerja
kelak.
Jenis aliran fluida, terdapat 3 jenis, yaitu :
1. Aliran Laminer adalah dimana kondisi pergerakan partikel dari fluida
seragam dan beraturan (Re < 2300)
2. Aliran Transisi adalah dimana kondisi partikel fluida berada pada
peralihan dari kondisi seragam menuju kondisi acak (Re = 2300)
3. Aliran Turbulen adalah dimana kondisi pergerakan partikel fluida
adalah acak dan tidak beraturan ( Re > 2300)
Untuk mencari bilangan Reynold digunakan persamaan :
Keterangan ( Satuan dalam SI ) :
Re = Belangan Reynold
= Massa Jenis Fluida (kg/m3)
D = Diameter dalam pipa (m)
V = Kecepatan aliran fluida (m/s)
μ = Viskosotas dinamik fluida (kg/m.s)
Pada aliran fluida inkompresibel didalam pipa terdapat dua buah
kerugian utama, yaitu:
1. Kerugian Mayor (Head Losses Meyor)
Kerugian mayor diakibatkan oleg gesekan yang terjadi antara fluida
yang mengalir dengan permukaan pipa bagian dalam. Kerugian ini tidak
dapat dihindari pada suatu sistem pemipaan, tetapi kerugian ini dapat
dianalisa dan diketahui besarnya dengan menggunakan persamaan :
Dimana :
Hl = Head Losses Mayor (m)
f = Faktor gesekan (dicari dari diagram moody)
V = kecepatan aliran fluida (m/s)
Re = ρ.V.Dμ
Hl mayor = f .LD
. V 2
2.g
L = panjang pipa (m)
D = Diameter dalam pipa (m)
g = Gravitasi bumi (9,81) (m/s2)
2. Kerugian minor (Head Losses Minor)
Kerugian minor diakibatkan oleh perubahan dimensi dan bentuk
pipa. Karena akibat perubahan bentuk dan dimensi pipa selain mengalami
kerugian gesekan, fluida akan menumbuk permukaan dan berubah
dimensinya yang menyebabkan kerugian energi pada aliran. Kerugian ini
dapat dianalisis dan diketahui besarnya dengan menggunakan persamaan :
Dimana :
Hl minor= Head losses minor (m)
k = kostanta kerugian minor (dari tabel kerugian minor)
V = kecepatan aliran fluida (m/s)
g = Gravitasi bumi (9,81) (m/s2)
II.2 Definisi Fluida
Fluida adalah suatu zat yang akan berubah bentuk secara kontinu
apabila menerima beban geser, dengan kata lain fluida adalah suatu zat
yang tidak mampu menahan beban geser sekecil apapun.
II.3 Jenis-Jenis Fluida
Fluida dibedakan menjadi dua, yaitu Fluida Newtonian dan fluida
Non Newtonian.
Fluida Newtonian adalah (istilah yang diperoleh dari nama Isaac
Newton) dimana fluida Newtonian adalah suatu fluida yang memiliki
kurva tegangan/regangan yang linier. Contoh umum dari fluida yang
memiliki karakteristik ini adalah air. Keunikan dari fluida newtonian
adalah fluida ini akan terus mengalir sekalipun terdapat gaya yang bekerja
pada fluida. Hal ini disebabkan karena viskositas dari suatu fluida
Hl minor = k . V2
2.g
newtonian tidak berubah ketika terdapat gaya yang bekerja pada fluida.
Viskositas dari suatu fluida newtonian hanya bergantung pada temperatur
dan tekanan.
Perbedaan karakteristik akan dijumpai pada fluida non newtonian.
Pada fluida jenis ini, viskositas fluida akan berubah bila terdapat gaya
yang bekerja pada fluida (seperti pengadukan). bila fluida non-Newton
diaduk, akan tersisa suatu "lubang". Lubang ini akan terisi seiring dengan
berjalannya waktu. Sifat seperti ini dapat teramati pada material-material
seperti puding. Peristiwa lain yang terjadi saat fluida non-Newtonian
diaduk adalah penurunan viskositas yang menyebabkan fluida tampak
"lebih tipis" (dapat dilihat pada cat). Ada banyak tipe fluida non-
Newtonian yang kesemuanya memiliki properti tertentu yang berubah
pada keadaan tertentu.
Berdasarkan sifatnya Fluida dibagi menjadi dua jenis, yaitu :
Fluida kompresibel
Fluida Kompresibel adalah suatu zat yang akan berubah bentuk
secara kontinu apabila menerima beban geser, atau tidak mampu menahan
beban geser sekecil apapun. Selalu menempati ruangnya betapapun
besarnya, volumenya dapat berubah sesuai dengan tekanan dan
temperaturnya. Fluida kompresibel berupa zat gas.
Fluida inkompresibel
Fluida Inkompresibel adalah suatu zat yang akan berubah bentuk
secara kontinu apabila menerima beban geser, atau tidak mampu menahan
beban geser sekecil apapun. yang memiliku volume tertentu dan dapat
berubah bentuk mengikuti bentuk ruang yang ditempatkan. Fluida
inkompresibel berupa zat cair.
II.4 Jenis-Jenis Aliran
Secara mendasar aliran fluida itu dapat di bagi menjadi 3 jenis:
1. Aliran Laminar
yaitu aliran dengan fluida yang bergerak didalam suatu lapisan-
lapisan dimana satu lapisan meluncur secara lancar. Dalam aliran laminar
ini viskositas berfungsi untuk meredam kecendrungan terjadinya gerakan
relatif antara lapisan. Aliran laminar dapat diketahui dari bilangan
Reynolds dimana berada dibawah 2300.
Sehingga aliran laminar memenuhi hukum viskositas Newton yaitu
: τ = μ du/dy
2. Aliran Transisi
Aliran Transisi yaitu aliran ini merupakan aliran peralihan dari
aliran laminar ke aliran turbulen., ciri aliran ini adalah berada diantara
bilangan Reynolds adalah 2300.
Persamaan umum pada aliran fluida berhubungan dengan hukum
dasar fisika, yaitu:
Hukum konservasi massa
keseimbangan massa elemen fluida :
peningkatan massa pada elemen fluida = jumlah massa yang mengalir
pada elemen fluida.
Hukum Newton II
Hukum newton II menjelaskan tentang hubungan tingkat
perubahan momentum pada partikel fluida dan jumlah gaya pada partikel
tingkat perubahan momentum pada partikel fluida = jumlah gaya yang
bekerja pada partikel fluida.
terdapat dua tipe gaya pada partikel fluida :
1.gaya pada permukaan : gaya tekan dan gaya viskositas
2. gaya pada body : gaya gravitasi, gaya sentrifugal, gaya coriolis
dan gaya elektromagnetik
Hukum termodinamika 1
Sebelum memasuki pembahasan persamaan dasar fluida, maka baiknya
kita sedikit mengetahui tentang karakteristik fluida, yang berarti propertis
dasar fluida. Karakteristik dasar fluida bisanya dilihat dari masa jenis,
specific gravity (SG), volume spesifik,viskositas, tegangan permukaan,dan
kompresibilitas. karakteristik fluida dengan aliran fluida berkitan erat,
misal fluida dengan masa jenis lebih besar akan memilki Re yang lebih
besar pada kecepatan yang sama, yang berarti lebih mudah terjadi
turbulensi.
Seperti yang telah dijelaskan oleh Dalah bahwa pada dasarnya aliran
dibagi kedalam 3 keadaan yaitu aliran laminar,aliran transisi, dan aliran
turbulensi. untuk mengetahui jenis aliran ini digunakan metode visualisasi,
biasanya dilakukan dengan high speed camera untuk merekam suatu zat
warna yang dialirkan bersama-sama fluida.
Untuk mengamati aliran ada 2 jenis yang digunakan,metode laggrangian
dan metode eulerian. Untuk metod lagrangian aliran diamati dengan
mengikuti suatu partikel acak pada interval jarak tertentu,sedangkan
metode eulerian aliran diamati pada suatu posisi yang fix.
Re: Fenomena dan persamaan dasar aliran fluida
Jika terdapat suatu aliran yang memiliki kecepatan dan menumbuk
bagian depan suatu bola ideal dengan fluida invicid maka akan terjadi
penurunan tekanan pada permukaannya (bernoulli). Hal yang berkebalikan
terjadi di bagian belakang dari bola, yaitu penurunan kecepatan dan terjadi
peningkatan tekanan (adverse pressure)
terbentuk dan bentuk aliran mengikuti pola dari bola dengan jarak yang
dekat dengan permukaan bola, namun pada saat memasuki daerah
belakang bola yang terdapat adverse pressure gradient akan membuat
terjadinya separasi. Pada aliran bola dapat dibagi menjadi empat kondisi;
subcritical, critical, supercritical dan transcritical sesuai dengan Re dan CD
(drag) dari bola tersebut seperti gambar di bawah ini.
Gambar 2.1 Reynold vs Drag Coeficient
Gambar 2.2 Smooth ball keadaan laminar
Gambar aliran bola golf ada dimple Pada aliran laminar, saat aliran
melewati bola maka akan cepat terjadi separasi sedangkan pada aliran
turbulen, separasi dapat ditunda. Dapat kita lihat dari gambar 3 bahwa
daerah separasi di belakang bola pada aliran turbulen lebih kecil dari pada
aliran laminar, daerah separasi yang besar akan menyebabkan nilai
pressure drag yang besar pula. Permukaan yang kasar (roughness) akan
menyebabkan aliran bertransisi dari laminar menjadi turbulen. Pada aliran
turbulen memiliki energi yang lebih besar dari aliran laminar, oleh karena
itu aliran pada turbulen dapat attached lebih jauh.Pada bola dimple juga
diperhatikan nilai dari Recr (Critical Reynold Number). Dengan adanya
dimple maka akan dapat diperoleh nilai critical reynold number yang
rendah dan drag cenderung konstan untuk reynold number yang lebih
besar dari nilai kritikal reynoldnya (liat gambar awal).
3.Aliran Turbulen
yaitu Aliran dimana pergerakan dari partikel – partikel fluida sangat tidak
menentu karena mengalami percampuran serta putaran partikel antar
lapisan, yang mengakibatkan saling tukar momentum dari satu bagian
fluida kebagian fluida yang lain dalam skala yang besar.
Dalam keadaan aliran turbulen maka turbulensi yang terjadi
membangkitkan tegangan geser yang merata diseluruh
fluida sehingga menghasilkan kerugian – kerugian aliran.
Aliran turbulen merupakan salah satu fenomena aliran fluida yang banyak
ditemukan dalam aplikasi praktek dunia keteknikan. Misalnya pada analisa
aliran jet dua dimensi, aliran dalam pipa, aliran pada plat sejajar, dan
banyak analisa aliran lain yang lebih kompleks.
Gambar 2.3 Aliran laminar dan turbulen
II.5 Istilah – Istilah Tentang Fluida
1. Head yaitu energi yang dibutuhkan untuk mengalirkan fluida
dalam pipa.
2. Head Losses yaitu kerugian energi akibat adanya gesekan atau
tumbukan fluida dalam pipa.
3. Head Losses Minor yaitu kerugian energi akibat tumbukan
fluida dengan pipa yang disebabkan oleh perubahan dimensi
pipa seperti: belokan, pembesaran diameter, pengecilan
diameter, venturi, sambungan T.
4. Head Losses Mayor yaitu kerugian energi akibat gesekan fluida
dengan permukaan pipa lurus panjang vertical maupun
horizontal.
5. Fluida yaitu suatu zat yang akan berubah bentuk secara
kontinu apabila menerima beban geser, dengan kata lain fluida
adalah suatu zat yang tidak mampu menahan beban geser sekecil
apapun.
6. Fluida kompresibel, yaitu suatu zat yang akan berubah bentuk
secara kontinu apabila menerima beban geser, atau tidak mampu
menahan beban geser sekecil apapun. Selalu menempati ruangnya
betapapun besarnya, volumenya dapat berubah sesuai dengan
tekanan dan temperaturnya. Fluida kompresibel berupa zat gas.
7. Fluida inkompresibel: yaitu suatu zat yang akan berubah
bentuk secara kontinu apabila menerima beban geser, atau tidak
mampu menahan beban geser sekecil apapun. yang memiliku
volume tertentu dan dapat berubah bentuk mengikuti bentuk
ruang yang ditempatkan. Fluida inkompresibel berupa zat cair.
8. Massa jenis Massa per satuan volum (kg/m3)
9. Tekanan Stagnasi Tekanan yang terjadi akibat adanya
penurunan kecepatan aliran fluida hingga kecepatan sama
dengan nol dengan tidak adanya proses gesekan.
10. Bilangan Reynolds Yaitu perbandingan antara gaya inersia
terhadap gaya viskos. Yang juga menentukan apakah aliran
fluida termasuk aliran laminar, aliran transisi, atau aliran
turbulen.
11. Kavitasi adalah perubahan fasa uap akibat penurunan tekanan
sehingga mencapai tekanan uap jenuh fluida tersebut, sehingga
menimbulkan gelembung.
Dampak kavitasi antara lain:
1. Terjadinya suara bising dan getaran
2. Dapat mengakibatkan lubang pada pipa akibat adanya
gelembung
3. Efisiensi pompa menurun
4. Kapasitas pompa berkurang
5. Pompa tidak membangkitkan head
6. Dapat menyebabkan kerusakan pada impeller.
Cara mengatasi kavitasi:
1. Menambah kekuatan hisap dengan cara:
Menambah level fluida
Meninggikan posisi tangki
Member tekanan pada tangki
Menurunkan posisi pompa
Mengurangi head losses.
2. Mengurangi temperature fluida, dengan cara:
Mendinginkan suction dengan fluida pendingin
Mengisolasi pompa.
3. Mengurangi NPSH dengan cara:
Menggunakan double suction
Guanakan pompa yang lebih kecil dan banyak, susun secara seri
maupun parallel.
II.6 Bilangan Reynold
Bilangan Reynold dilambangkan dengan angka Re, bilangan
reynold adalah suatu bilangan yang digunakan untuk mengetahui aliran
yang terjadi pada aliran suatu fluida.
Rumus bilngan reynold :
Keterangan ( Satuan dalam SI ) :
Re = Belangan Reynold
= Massa Jenis Fluida (kg/m3)
D = Diameter dalam pipa (m)
V = Kecepatan aliran fluida (m/s)
μ = Viskosotas dinamik fluida (kg.m/s)
II.7 Bentuk – Bentuk Pipa
beberapa bentuk - bentuk yang banyak digunakan pada sistim
pemipaan, yaitu:
Elbow: adalah jenis fitting yang dipasangkan pada pipa pada saat pipa
akan berobah arah perjalanannya. Misalnya pipa yang sedang menuju
kearah barat, selanjutnya akan berbelok menuju arah selatan, maka
diantara kedua pipa tersebut, yang sedang menuju arah barat dan pipa
yang akan menuju ke selatan, dipasangkan “Elbow” sebagai
penyambungnya. Perubahan arah tersebut bisa dalam bentuk sudut
45o atau 90o. Elbows tersedia dalam dua tipe yaitu tipe Short Radius,
yaitu tipe dimana jarak dari pusat elbow ke ujungnya (B) sama dengan
NPS nya, dan tipe Long Radius, dimana jaraknya (A) adalah 1.5 kali
NPS. Umumnya diameter pipa pada sisi masuk akan sama dengan sisi
keluar. Namun pada kasus tertentu, bisa saja terjadi perbedaan
diameter tersebut, dan untuk itu komponen ini dinamakan dengan
“Reducing Elbow”.
Re = ρ . V . Dμ
Gambar 2.4.Elbow 90o
Gambar 2.5. Elbow 45o
Tee
Tee adalah sebuah komponen yang mempunyai tujuan untuk
membagi aliran fluida dalam pipa menjadi dua arah atau sebaliknya
menggabungkan dua aliran fluida menjadi satu didalam pipa selanjutnya.
Tipe tee yang paling umum adalah tee yang mempunyai ukuran diameter
yang sama antara masuk (inlet) dan keluar (outlet), dengan demikian
dimensi C pun akan sama untuk semua arah.
Gambar 2.6. Equal Tee
Cap
Cap adalah tipe komponen dari pipa yang berfungsi sebagai
penutup akhir sebuah sistim pemipaan. Fungsinya kurang lebih sama
dengan plug.
Gambar 2.7. Cap
Reducer
Reducer adalah komponen pipa yang mengalami pengurangan atau
penambahan diameter dari diameter kecil ke yang lebih besar atau
sebaliknya, sesuai dengan persyaratann dari process engineering.
Ada dua jenis Reducer yang umum dikenal, yaitu tipe yang mempunyai
perbedaan garis tengah (center line) antara pipa dengan reducer. Tipe ini
disebut dengan Eccentric Reducer. Pola peletakanya bisa dua cara, yaitu
Flat-Bottom, yaitu bagian ratanya berada dibawah, atau sebaliknya, bagian
ratanya diatas yang disebut juga dengan Flat-Top. Cara mana yang akan
digunakan tergantung dari dimana Eccentric Reducer ini akan
ditempatkan. Secara umum, Flat-Bottom Reducer biasanya ditempatkan di
Piperack, sedangkan yang Flat-Top banyak diaplikasikan didekat nozzle
pompa.
Gambar 2.8. Centrik Reducer
Adapun jeniss Reducer yang ke dua adalah Concentric Reducer.
Jenis ini adalah reducer yang mempunyai garis tengah (center line)
yang sama baik antara garis tengah pipa maupun garis tengah reducer.
Jenis ini bisa dipakai dimana saja, sesuai dengan keinginan Piping
Designer, yang tentu saja sudah memperhitungkan aspek konstruksi dan
persyaratan prosesnya.
Gambar 2.9. Concentric
Flanges
Flanges adalah jenis komponen pipa yang banyak digunakan untuk
menyambung antara satu pipa dengan pipa lain yang tidak menginginkan
adanya proses pengelasan karena perbedaan material misalnya, atau
menyambungkan antara pipa dengan komponen lain, seperti Valve,
Orifice, Spectacle Blind dan lain-lainnya, Jika Elbow, Tee, Reducer, Cap
adalah komponen yang terbuat dari bahan yang sama dengan material pipa
tempat dia akan tersambung, maka flanges mempunyai perbedaan karena
umumnya Flange terbuat dari bahan logam melalui proses forging yaitu
proses pembentukan logam dengan cara pemberian tekanan. Disamping itu
Flange juga mengalami proses apa yang disebut dengan “machined
surface”. Ada beberapa jenis “muka” flange seperti:
Flat face: biasanya sering mengunakan material besi tuang (cast
iron) dengan class 125 dan 250. Salahs atu alsanya adalah untuk
mendistribusikan compressive stress ke are yang lebih luas dan
menghindari terjadinya momen lentur yang bisa meretakkan besi
tuang tersebut.
Raised Face: ini adalah tipe flange yang umum dan biasa
digunakan. Permukaan flange akan naik 0.06 inchi untuk class 150
dan 300, sedangkan untuk class400 naik 0.25 inchi. Karena ada
permukaan yang naik, maka gasket nya pun lebih kecil dari
lingkaran baut.
Lap Joint: mempunyai muka seperti “raised face” tapi didapat
dengan menggunakan pipa.
Ring Face: cincin metal akan diselipkan dimuka flange dnegan
tujuan menghindari terjadinya kebocoran. Disainnya pun bisa
bermacam-macam seperti welding neckj, slip-on, lap joint, socket
weld, threaded dan satu lagi blind flange, seperti gambar disebelah
ini.
Gambar 2.10. Weldneck Flanges
Gambar 2.11. Slip-on Flanges
Gambar 2.12. Socket Weld Flangs
Gambar 2.13. Threaded Weld Flanges
III. INSTALASI PENGUJIAN
Alat yang dipergunakan pada percobaan ini adalah sebagai berikut:
1 set pompa motor
Katup-katup
Tap manometer
Venturi meter
Instalasi pengujian aliran fluida inkompresibel pada sistem pemipaan dapat
dilihat pada gambar dibawah ini.
Gambar 2.14. Sistem Pemipaan Percobaan
IV. PROSEDUR PRAKTIKUM
IV.1. Prosedur sebelum pengujian
1. Mencatat data ruangan beserta tempretur ruangannya.
2. Katup manometer yang menuju manometer berada pada posisi
tertutup dan katup pembuangan udara pada posisi terbuka.
3. Tap – tap manometer berada pada posisi tertutup 100 %
IV.2. Prosedur Mengoperasikan Instalasi Pengujian
1. Memasang kabel untuk hubungan listrik PLN dan
mengoprasikan pompa set dengan saklar yang tersedia pada
manometer board.
2. Mendiamkan pompa beroprasi secara stabil dan perhatikan
apakah ada udara yang terjebak di dalam selang manometer.
Jika terdapat udara yang terjebak pada selang manometer
segera lakukan pembuangan udara tersebut. ( ikuti intruksi
asisten ).
3. Pada saat pengukuran berlangsung katup-katup yang berada
pada instalasi semuanya dalam keadaan terbuka, ( kecuali katup
pada manometer ).
4. Lakukan pengujian ( ikuti intruksi asisten ).
V. DATA PENGAMATAN
Data Pengamatan Fluida
No
Pipa LurusVenturimeter
Pengecilan pembesaran Elbow T Branch
Tap Tap Tap Tap Tap Tap
01__02 05__06 09__10 11__12 13__14 4 08__09 14__15 10__11 12__13 04__05 06__07
1 8 2 4 2 12 4 5 6 4 2 3 2
2 4 4 3 5 8 7 7 2 4 5 7 5
3 2 4 3 6 9 6 2 4 2 3 5 3
4 4 4 3 6 5 4 4 5 2 6 5 4
Data Pengamatan Pompa
n = 2530 Rpm Fauzan
KatupQ (Lt/Menit) P1 (Bar) P2 (Bar)
Q=m3/s Cari harga Elrougnes
s tiap bahan
1 (Pvc) 50 0,24 0,282 (Almunium) 50 0,2 0,223(Akrilik) 50 0,26 0,24(Pvc) 50 0,18 0,2Terbuka semua 50 0,12 0,2
n = 2430 Rpm Nendi M. E
KatupQ (Lt/Menit) P1 (Bar) P2 (Bar)
1 (Pvc) 20 0,12 0,182 (Almunium) 20 0,14 0,183(Akrilik) 20 0,16 0,164(Pvc) 20 0,12 0,16Terbuka semua 20 0,12 0,22
n = 2330 Rpm Hadi
KatupQ (Lt/Menit) P1 (Bar) P2 (Bar)
1 (Pvc) 18 0,08 0,162 (Almunium) 18 0,1 0,143(Akrilik) 18 0,2 0,164(Pvc) 18 0,1 0,14Terbuka semua 18 0,08 0,16
n = 2530 Rpm Fauzan
KatupQ (Lt/Menit) P1 (Bar) P2 (Bar)
1 (Pvc) 15 0,08 0,142 (Almunium) 15 0,1 0,123(Akrilik) 18 0,12 0,124(Pvc) 18 0,1 0,16Terbuka semua 50 0,06 0,16
VIII. GRAFIK
Pipa Lurus
10.0890305938714
4.79075970180385
5.99028543591827
6.91882692431947
7.2437815531285102468
1012
HL teori vs V
Tap 1-2
Tap 5-6
Tap 9-10
Tap 11-12
Tap 13-14
V (m/s)
HL T
eori
(m)
10.08903059...
4.952374076...
5.990285435...
6.918826924...
7.243781553...0
0.05
0.1
0.15
0.2
0.25
0.3
HL Praktek vs V
Tap 1-2Tap 5-6Tap 9-10Tap 11-12Tap 13-14
V (m/s)
HL P
rakt
ek (
m)
0.0404061017820884
0.0606091526731326
0.0808122035641769
0.101015254455221
0.1616244071283540
4
8
12
HL Teori vs HL Praktek
Tap 1-2Tap 5-6Tap 9-10Tap 11-12Tap 13-14
HL Praktek (m)
HL T
eori
(m)
3.0385501011125
4.86972294339868
5.6760257912196
6.5433148471988496.5
97
97.5
98
98.5
Error Vs HL teori
Tap 1-2Tap 5-6Tap 9-10Tap 11-12Tap 13-14
HL teori (m)
Erro
r (%
)
0.0606 0.1212 0.2020 0.3637 0.404198
98.1
98.2
98.3
98.4
98.5
98.6
98.7
Error vs HL Praktek
Tap 1-2Tap 5-6Tap 9-10Tap 11-12Tap 13-14
HL Praktek (m)
Erro
r (%
)
Venturi Meter
0
0.05
0.1
0.15
0.2
0.25
HL Praktek vs V
Tap 17-18
V (m/s)
HL
Prak
tek
(m)
0
0.05
0.1
0.15
0.2
0.25
HL Praktek vs V
Tap 17-18
V (m/s)
HL P
rakt
ek (
m)
7.30523100...
9.66391225...
8.94704420...
7.30523100...0
5000
10000
15000
20000
25000
30000
∆P Vs V
Tap 17-18
V (m/s)
∆P
Pengecilan
1 2 3 40
2
4
6
8
10
12
14
16
HL Teori vs V
Tap 8-9Tap 14-15
V (m/s)
HL T
eori
(m)
1 2 3 40
0.02
0.04
0.06
0.08
0.1
0.12
0.14
0.16
HL Praktek vs V
Tap 8-9Tap 14-15
V (m/s)
HL P
rakt
ek (
m)
0.0404061017820884
0.0808122035641769
0.101015254455221
0.1414213562373102468
101214
HL Teori vs HL Praktek
Tap 8-9Tap 14-15
HL Praktek (m)
HL T
eori
(m)
0.0373147329275529
0.102818868919359
0.682155680033409
0.102818868919359
0.682155680033409
0.682155680033409
0.915293439268681
11.56171757915250
20406080
100120140
Error vs HL Teori
Tap 8-9Tap 14-15
HL Teori (m)
Erro
r (%
)
0.0404061017820884
0.0808122035641769
0.101015254455221
0.141421356237310
20406080
100120140
Error vs HL Praktek
Tap 8-9Tap 14-15
HL Praktek (m)
Erro
r (%
)
Pembesaran