laporan kasus rifa imaroh ksb
DESCRIPTION
laporan kasus karsinoma sel basalTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
Penyakit kanker kulit dewasa ini cenderung mengalami
peningkatan jumlahnya terutama di kawasan Amerika, Australia dan Inggris.
Berdasarkan beberapa penelitian, orang-orang kulit putih yang lebih banyak
menderita jenis kanker kulit ini. Hal tersebut diprediksikan sebagai akibat
seringnya mereka terkena (banyak terpajan) cahaya matahari. Di Indonesia
penderita kanker kulit terbilang sangat sedikit dibandingkan ke-3 negara tersebut,
namun demikian kanker kulit perlu dipahami karena selain menyebabkan
kecacatan (merusak penampilan) juga pada stadium lanjut dapat berakibat fatal
bagi penderita.
Kanker ini dapat dilihat secara visual langsung dan dengan
mengadakan pemeriksaan biopsi, diagnosis dapat ditegakkan dengan cepat. Oleh
karena itu sebelumnya kanker kulit dapat dideteksi secara dini. Tetapi
kenyataannya masih banyak pasien datang berobat untuk kanker kulit berada
dalam stadium lanjut, disertai kerusakan-kerusakan setempat yang sulit diobati
atau dengan anak sebar. Hal ini sangat disayangkan oleh karena kalau dideteksi
sedini mungkin dapat segera dilakukan tindakan pengobatan, maka hasilnya akan
sangat memuaskan. Oleh karena itu pengetahuan mengenai tanda-tanda dini dari
kanker kulit sangat penting, baik untuk pasien, maupun untuk para praktisi dokter
dan petugas kesehatan.
Jenis tumor ganas kulit yang banyak ditemukan diseluruh dunia ialah
karsinoma sel basal (basalioma), karsinoma sel skuamosa, yang tergolong
nonmelanoma dan melanoma maligna. Karsinoma sel basal adalah paling umum.
Di Amerika, sekitar 800.000 orang mengidap kanker ini setiap tahun, 75% kanker
kulit adalah kanker sel basal. Karsinoma sel skuamosa juga didapati pada 200.000
orang Amerika setiap tahun. Di Australia jumlah kasus baru KSB 652 per tahun
/100 ribu penduduk, sedangkan di AS 480 per tahun/100 ribu penduduk. Di
Indonesia menurut data Badan Registrasi Ikatan Ahli Patologi Indonesia tahun
1989, dari 1530 kasus kanker kulit, yang terbanyak adalah kasus karsinoma sel
basal yaitu 39,93% (Tambunan G,W.1995).
1
BAB II
LAPORAN KASUS
1.1 Status Pasien
1.1.1 Identitas
Nama : Ny. M
Umur : 48 tahun
Pendidikan : SD
Pekerjaan : IRT dan petani
Agama : Islam
Alamat : RT 02 RW 11 Sindangjaya, Bangbayang, Gekbrong,
Kabupaten Cianjur
1.1.2 Anamnesis
Pasien datang ke Poli RSUD Cianjur pada tanggal 27 Januari 2015 pukul
10.00 WIB
1. Keluhan Utama:
Borok pada sela lipat hidung bagian kanan
2. Riwayat Penyakit Sekarang:
Pasien mengeluh ada borok pada sela lipat hidung bagian kanan yang tidak
sembuh-sembuh, awalnya hanya tai lalat lalu dalam jangka waktu kurang
lebih dua tahun tai lalat melebar disertai dengan rasa perih, nyeri, dan
gatal. Os mengaku kadang menggaruk tai lalatnya, kemudian tai lalat yang
melebar menjadi menimbul lama-lama menjadi seperti borok, warnanya
berubah menjadi seperti kulit biasa. Borok semakin membesar disertai
dengan rasa gatal yang hilang timbul. Kemudian borok berubah warna
menjadi kemerahan, kadang digaruk dengan tangan lama-lama timbul
seperti luka kemudian mengering dibagian tengahnya. saat ini os
merasakan borok semakin keras dan masih gatal yang dirasakan hilang
timbul. Os mengaku tidak mengalami penurunan berat badan selama 2
tahun ini. Os bekerja sebagai ibu rumah tangga dan petani, namun
2
kesehariannya sering dihabiskan di sawah. Os mengakui sering terpapar
sinar matahari karena pekerjaannya sebagai petani.
3. Riwayat pengobatan:
Belum pernah diobati sebelumnya
4. Riwayat Penyakit Dahulu:
Keluhan dirasakan sudah dua tahun tidak sembuh-sembuh dan tidak
memiliki riwayat penyakit lain.
5. Riwayat penyakit keluarga:
Tidak ada keluhan yang sama di keluarga
6. Riwayat Alergi
Tidak ada
7. Riwayat Psikososial:
OS mengaku sering mengonsumsi semua jenis makanan serta bekerja
sebagai ibu rumah tangga dan petani. kesehariannya sering dihabiskan di
sawah. Os mengakui sering terpapar sinar matahari karena pekerjaannya
sebagai petani.
1.1.3 Pemeriksaan Fisik (27 Januari 2015)
1. Status Generalisata
Keadaan umum : baik
Kesadaran : CM
BB : 47 kg
TB : 148 cm
2. Tanda Vital
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Nadi : 86 x/menit
Temperatur : 36,8oC
RR : 20 x/menit
3. Kepala
Normocephal, rambut hitam, lurus, tidak rontok
4. Mata
Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik
3
5. Hidung
Tidak ada deformitas dan epistaksis, terdapat tumor pada sela lipat hidung
bagian kanan.
Status lokalis at regio nasolabialis dexstra
Inspeksi:
Terdapat tumor ukuran diameter 3 cm, menimbul, berwarna kemerahan
disertai squama dan krusta yang tipis, dan kering.
Palpasi:
Benjolan keras, permukaan tidak rata, berbatas tegas, terfiksir, tidak
terdapat nyeri tekan
Status dermatologi
Distribusi : regional
At regio : nasolabialis dextra
Lesi : soliter, konfluens, bentuk tidak teratur, berbatas tegas, ukuran
diameter 3 cm, menimbul dengan tepi yang meninggi keras, dan
kering.
Efloresensi: makula eritema, makula hiperpigmentasi, nodul, ulkus,
ekskoriasi, krusta tipis.
Gambar 1.
Pasien kasus dengan karsinoma sel basal.
4
6. Mulut
Mukosa bibir basah, lidah bersih
7. Leher
Tidak teraba massa, tidak ada pembesaran KGB dan tiroid
8. Thorax
Jantung:
I : Ictus kordis tidak terlihat
P : Ictus cordis teraba di ICS V linea midclavicularis sinistra
P : Batas kanan jantung ICS IV, linea parasternalis dekstra
Batas kiri jantung ICS IV, linea midclavikularis sinistra
A : Bunyi jantung I dan II reguler , murmur (-),gallop (-)
Pulmo :
I : Simetris dalam keadaan statis dan dinamis
P : Vocal fremitus kanan = kiri
P : Sonor pada kedua lapang paru
A : Vesikuler pada kedua lapang paru, tidak ada ronkhi dan wheezing
pada kedua lapang paru
9. Abdomen
I : Perut tampak datar, tidak distensi
A : Bising usus (+) pada 4 kuadran
P : timpani pada 4 kuadran
P : lembut, tidak ada nyeri tekan pada seluruh abdomen dan Deffanse
Muskular, tidak ada hepatomegali dan splenomegali, terdapat
pekak hepar
10. Ektremitas atas dan bawah
CRT<2 detik, akral hangat
1.1.4 Resume
Pasien mengeluh ada borok pada sela lipat hidung bagian kanan yang tidak
sembuh-sembuh, awalnya hanya tai lalat lalu dalam jangka waktu kurang
lebih dua tahun tai lalat melebar disertai dengan rasa perih, nyeri, dan
5
gatal. Os mengaku kadang menggaruk tai lalatnya, kemudian tai lalat yang
melebar menjadi menimbul lama-lama menjadi seperti borok, warnanya
berubah menjadi seperti kulit biasa. Borok semakin membesar disertai
dengan rasa gatal yang hilang timbul. Kemudian borok berubah warna
menjadi kemerahan, kadang digaruk dengan tangan lama-lama timbul
seperti luka kemudian mengering dibagian tengahnya. saat ini os
merasakan borok semakin keras dan masih gatal yang dirasakan hilang
timbul. Os mengaku tidak mengalami penurunan berat badan selama 2
tahun ini. Os bekerja sebagai ibu rumah tangga dan petani, namun
kesehariannya sering dihabiskan di sawah. Os mengakui sering terpapar
sinar matahari karena pekerjaannya sebagi petani.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan benjolan pada sela lipat hidung bagian
kanan, Status lokalis ad regio nasolabialis dexstra, inspeksi: terdapat tumor
ukuran diameter 3 cm, menimbul, berwarna kemerahan disertai squama
dan krusta yang tipis, dan kering. Pada palpasi: Benjolan keras, permukaan
tidak rata, berbatas tegas, terfiksir, tidak terdapat nyeri tekan.
Status dermatologi: Distribusi: regional, Ad regio : nasolabialis dextra,
Lesi: soliter, konfluens, bentuk tidak teratur, berbatas tegas, ukuran
diameter 3 cm, menimbul dengan tepi yang meninggi keras, dan kering.
Efloresensi: makula eritema, makula hiperpigmentasi, nodul, ulkus,
ekskoriasi, krusta tipis.
1.1.5 Differensial Diagnosis
Karsinoma sel basal
Karsinoma sel squamosa
Melanoma maligna
1.1.6 Pemeriksaan Penunjang
Usulan pemeriksaan:
1. Foto polos di daerah lesi
2. Pemeriksaan histopatologi
1.1.7 Penatalaksanaan
6
Rencana operasi dengan eksisi luas
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Anatomi kulit
Kulit merupakan pembungkus yang elastisk yang melindungi tubuh dari
pengaruh lingkungan. Kulit juga merupakan alat tubuh yang terberat dan terluas
ukurannya, yaitu 15% dari berat tubuh dan luasnya 1,50 – 1,75 m2. Rata- rata
tebal kulit 1-2 mm. Paling tebal (6 mm) terdapat di telapak tangan dan kaki dan
paling tipis (0,5 mm) terdapat di penis.
Kulit terbagi atas tiga lapisan pokok, yaitu epidermis, dermis atau korium,
dan jaringan subkutan atau subkutis.
Gambar 2 Lapisan-lapisan Kulit
7
Epidermis
Epidermis terbagi atas empat lapisan yaitu :
1. Lapisan Basal atau Stratum Germinativum
2. Lapisan Malpighi atau Stratum Spinosum
3. Lapisan Granular atau Sratum Granulosum
4. Lapisan Tanduk atau Stratum Korneum
Pada telapak tangan dan kaki terdapat lapisan tambahan di atas lapisan
granular yaitu Stratum Lusidium atau lapisan-lapisan jernih. Stratum Lusidium,
selnya pipih, bedanya dengan stratum granulosum ialah sel-selnya sudah banyak
yang kehilangan inti dan butir-butir sel telah menjadi jernih sekali dan tembus
sinar. Dalam lapisan terlihat seperti suatu pita yang bening, batas- batas sel sudah
tidak begitu terlihat, disebut stratum lusidium.
Lapisan basal atau germinativum, disebut stratum basal karena sel-selnya
terletak di bagian basal. Stratum germinativum menggantikan sel-sel yang di
atasnya dan merupakan sel-sel induk. Bentuknya silindris (tabung) dengan inti
yang lonjong. Di dalamnya terdapat butir-butir yang halus disebut butir melanin
warna. Sel tersebut disusun seperti pagar (palisade) di bagian bawah sel tersebut
terdapat suatu membran yang disebut membran basalis. Sel-sel basalis dengan
membran basalis merupakan batas terbawah dari epidermis dengan dermis.
Ternyata batas ini tidak datar tetapi bergelombang. Pada waktu kerium menonjol
pada epidermis tonjolan ini disebut papila kori (papila kulit), dan epidermis
menonjol ke arah korium. Tonjolan ini disebut Rete Ridges atau Rete Pegg
(prosessus interpapilaris).
Lapisan Malpighi atau lapisan spinosum/akantosum, lapisan ini merupakan
lapisan yang paling tebal dan dapat mencapai 0,2 mm terdiri dari 5-8 lapisan. Sel–
selnya disebut spinosum karena jika kita lihat di bawah mikroskop sel–selnya
terdiri dari sel yang bentuknya poligonal (banyak sudut) dan mempunyai tanduk
(spina). Disebut akantosum karena sel–selnya berduri. Ternyata spina atau tanduk
tersebut adalah hubungan antara sel yang lain disebut Interceluler Bridges atau
jembatan interseluler.
8
Lapisan granular atau stratum granulosum, stratum ini terdiri dari sel–sel
pipih seperti kumparan. Sel–sel tersebut terdapat hanya 2-3 lapis yang sejajar
dengan permukaan kulit. Dalam sitoplasma terdapat butir–butir yang disebut
keratohiolin yang merupakan fase dalam pembentukan keratin oleh karena
banyaknya butir–butir stratum granulosum.
Stratum korneum, selnya sudah mati, tidak mempunyai inti sel (inti selnya
sudah mati) dan mengandung zat keratin. Epidermis juga mengandung kelenjar
ekrin, kelenjar apokrin, kelenjar sebaseus, rambut dan kuku. Kelenjar keringat ada
dua jenis, ekrin dan apokrin. Fungsinya mengatur suhu tubuh, menyebabkan
panas dilepaskan dengan cara penguapan. Kelenjar ekrin terdapat di semua daerah
di kulit, tetapi tidak terdapat pada selaput lendir. Seluruhnya berjumlah antara 2
sampai 5 juta, yang terbanyak di telapak tangan. Sekretnya cairan jernih, kira–kira
99% mengandung klorida, asam laktat, nitrogen, dan zat lain. Kelenjar apokrin
adalah kelenjar keringat besar yang bermuara ke folikel rambut. Tardapat di
ketiak, daerah anogenital, puting susu, dan areola. Kelenjar sebaseus terdapat di
seluruh tubuh, kecuali di tapak tangan, tapak kaki, dan punggung kaki. Terdapat
banyak kulit kepala, muka, kening, dan dagu. Sekretnya berupa sebum dan
mengandung asam lemak, kolesterol, dan zat lain.
Rambut terdapat diseluruh tubuh, rambut tumbuh dari folikel rambut di
dalamnya epidermis. Folikel rambut dibatasi oleh epidermis sebelah atas, dasrnya
terdapat papil tempat rambut tumbuh. Akar berada di dalam folikel pada ujung
paling dalam dan bagian sebelah luar disebut batang rambut. Pada folikel rambut
terdapat otot polos kecil sebagai penegak rambut. Rambut terdiri dari rambut
panjang di kepala, pubis dan jenggot, rambut pendek dilubang hidung, liang
telinga dan alis, rambut bulu lanugo diseluruh tubuh, dan rambut seksual di pubis
dan aksila (ketiak).
Kuku merupakan lempeng yang terbuat dari sel tanduk yang menutuoi
permukan dorsal ujung jari tangan dan kaki. Lempeng kuku terdiri dari 3 bagian
yaitu pinggir bebas, badan, dan akar yang melekat pada kulit dan dikelilingi oleh
lipatan kulit lateral dan proksimal. Fungsi kuku menjadi penting waktu mengutip
benda–benda kecil.
9
Dermis
Dermis merupakan lapisan kedua dari kulit. Batas dengan epidermis dilapisi
oleh membran basalis dan di sebelah bawah berbatasan dengan subkutis tetapi
batas ini tidak jelas hanya kita ambil sebagai patokan ialah mulainya terdapat sel
lemak. Dermis terdiri dari dua lapisan yaitu bagian atas, pars papilaris (stratum
papilar) dan bagian bawah, retikularis (stratum retikularis). Batas antara pars
papilaris dan pars retikularis adalah bagian bawahnya sampai ke subkutis . baik
pars papilaris maupun pars retikularis terdiri dari jaringan ikat longgar yang
tersusun dari serabut–serabut yaitu serabut kolagen, serabut elastis dan serabut
retikulus. Serabut ini saling beranyaman dan masing–masing mempunyai tugas
yang berbeda. Serabut kolagen, untuk memberikan kekuatan kepada kulit, dan
retikulus, terdapat terutama di sekitar kelenjar dan folikel rambut dan memberikan
kekuatn pada alai tersebut.
Subkutis
Subkutis terdiri dari kumpulan–kumpulan sel–sel lemak dan di antara
gerombolan ini berjalan serabut–serabut jaringan ikat dermis. Sel–sel lemak ini
bentuknya bulat dengan intinya terdesak ke pinggir, sehingga membentuk seperti
cincin. Lapisan lemak ini disebut penikulus adiposus yang tebalnya tidak sama
pada tiap–tiap tempat dan juga pembagian antar laki–laki dan perempuan tidak
sama (berlainan). Guna penikulus adiposus adalah sebagai shock braker atau
pegas bila tekanan trauma mekanis yang menimpa pada kulit, isolator panas atau
untuk mempertahankan suhu, penimbunan kalori, dan tambahan untuk kecantikan
tubuh. Di bawah subkurtis terdapat selaput otot kemudian baru terdapat otot.
3.2 Fisiologi Kulit
Kulit merupakan organ paling luas permukaannya yang membungkus
seluruh bagian luar tubuh sehingga kulit sebagai pelindung tubuh terhadap bahaya
bahan kimia, cahaya matahari mengandung sinar ultraviolet dan melindungi
terhadap mikroorganisme serta menjaga keseimbangan tubuh terhadap
lingkungan.
10
Kulit merupakan indikator bagi seseorang untuk memperoleh kesan umum
dengan melihat perubahan yang terjadi pada kulit. Misalnya menjadi pucat,
kekuning–kuningan, kemerah–merahan atau suhu kulit meningkat,
memperlihatkan adanya kelainan yang terjadi pada tubuh gangguan kulit karena
penyakit tertentu.
Gangguan psikis juga dapat menyebabkan kelainan atau perubahan pada
kulit. Misalnya karena stress, ketakutan atau dalam keadaaan marah, akan terjadi
perubahan pada kulit wajah. Perubahan struktur kulit dapat menentukan apakah
seseorang telah lanjut usia atau masih muda. Wanita atau pria juga dapat
membedakan penampilan kulit. Warna kulit juga dapat menentukan ras atau suku
bangsa misalnya kulit hitam suku bangsa negro, kulit kuning bangsa mongol, kulit
putih dari eropa dan lain-lain.
Perasaan pada kulit adalah perasaan reseptornya yang berada pada kulit.
Pada organ sensorik kulit terdapat 4 perasaan yaitu rasa raba/tekan, dingin, panas,
dan sakit. Kulit mengandung berbagai jenis ujung sensorik termasuk ujung saraf
telanjang atau tidak bermielin. Pelebaran ujung saraf sensorik terminal dan ujung
yang berselubung ditemukan pada jaringan ikat fibrosa dalam. Saraf sensorik
berakhir sekitar folikel rambut, tetapi tidak ada ujung yang melebaratau
berselubung untuk persarafan kulit.
Penyebaran kulit pada berbagai bagian tubuh berbeda-beda dan dapat dilihat
dari keempat jenis perasaan yang dapat ditimbulkan dari daerah-daerah tersebut.
Pada pemeriksaan histologi, kulit hanya mengandung saraf telanjang yang
berfungsi sebagai mekanoreseptor yang memberikan respon terhadap rangsangan
raba. Ujung saraf sekitar folikel rambut menerima rasa raba dan gerakan rambut
menimbulkan perasaan (raba taktil). Walaupun reseptor sensorik kulit kurang
menunjukkan ciri khas, tetapi secara fisiologis fungsinya spesifik. Satu jenis
rangsangan dilayani oleh ujung saraf tertentu dan hanya satu jenis perasaan kulit
yang disadari.
Fungsi Kulit
Kulit pada manusia mempunyai fungsi yang sangat penting selain menjalin
kelangsungan hidup secara umum yaitu :
1. Proteksi
11
Kulit menjaga bagian dalam tubuh terhadap gangguan fisis atau mekanis,
misalnya terhadap gesekan, tarikan, gangguan kimiawi yang dapat menimbulkan
iritasi (lisol, karbol dan asam kuat). Gangguan panas misalnya radiasi, sinar
ultraviolet, gangguan infeksi dari luar misalnya bakteri dan jamur. Karena adanya
bantalan lemak, tebalnya lapisan kulit dan serabut–serabut jaringan penunjang
berperan sebagai pelindung terhadap gangguan fisis. Melanosit turut berperan
dalam melindungi kulit terhadap sinar matahari dengan mengadakan tanning
(pengobatan dengan asam asetil).
2. Proteksi rangsangan kimia
Dapat terjadi karena sifat stratum korneum yang impermeable terhadap berbagai
zat kimia dan air. Di samping itu terdapat lapisan keasaman kulit yang melindungi
kontak zat kimia dengan kulit. Lapisan keasaman kulit terbentuk dari hasil
ekskresi keringat dan sebum yang menyebabkan keasaman kulit antara pH 5-6,5.
Ini merupakan perlindungan terhadap infeksi jamur dan sel–sel kulit yang telah
mati melepaskan diri secara teratur.
3. Absorbsi
Kulit yang sehat tidak mudah menyerap air, larutan dan benda padat, tetapi cairan
yang mudah menguap lebih mudah diserap, begitu juga yang larut dalam lemak.
Permeabilitas kulit terhadap O2, CO2 dan uap air memungkinkan kulit ikut
mengambil bagian pada fungsi respirasi. Kemampuan absorbsi kulit dipengaruhi
tebal tipisnya kulit, hidrasi, kelembapan dan metabolisme. Penyerapan dapat
berlangsung melalui celah di antara sel, menembus sel–sel epidermis, atau melalui
saluran kelenjar dan yang lebih banyak melalui sel–sel epidermis.
4. Pengatur panas
Suhu tubuh tetap stabil meskipun terjadi perubahan suhu lingkungan. Hal ini
karena adanya penyesuaian antara panas yang dihasilkan oleh pusat pengatur
panas, medulla oblongata. Suhu normal dalam tubuh yaitu suhu visceral 36-37,5
derajat untuk suhu kulit lebih rendah. Pengendalian persarafan dan vasomotorik
dari arterial kutan ada dua cara yaitu vasodilatasi (kapiler melebar, kulit menjadi
panas dan kelebihan panas dipancarkan ke kelenjar keringat sehingga terjadi
penguapan cairan pada permukaan tubuh) dan vasokonstriksi (pembuluh darah
12
mengerut, kulit menjadi pucat dan dingin, hilangnya keringat dibatasi, dan panas
suhu tubuh tidak dikeluarkan).
5. Ekskresi
Kelenjar–kelenjar kulit mengeluarkan zat–zat yang tidak berguna lagi atau zat sisa
metabolisme dalam tubuh berupa NaCl, urea, asam urat, dan amonia. Sebum yang
diproduksi oleh kulit berguna untuk melindungi kulit karena lapisan sebum (bahan
berminyak yang melindungi kulit) ini menahan air yang berlebihan sehingga kulit
tidak menjadi kering. Produksi kelenjar lemak dan keringat menyebabkan
keasaman pada kulit.
6. Persepsi
Kulit mengandung ujung–ujung saraf sensorik di dermis dan subkutis. Respons
terhadap rangsangan panas diperankan oleh dermis dan subkutis, terhadap dingin
diperankan oleh dermis, peradaban diperankan oleh papila dermis dan markel
renvier, sedangkan tekanan diperankan oleh epidermis. Serabut saraf sensorik
lebih banyak jumlahnya di daerah yang erotik.
7. Pembentukan Pigmen
Sel pembentukan pigmen (melanosit) terletak pada lapisan basal dan sel ini
berasal dari rigi saraf. Melanosit membentuk warna kulit. Enzim melanosum
dibentuk oleh alat golgi dengan bantuan tirosinase, ion Cu, dan O2 terhadap sinar
matahari memengaruhi melanosum. Pigmen disebar ke epidermis melalui tangan–
tangan dendrit sedangkan lapisan di bawahnya dibawa oleh melanofag. Warna
kulit tidak selamanya dipengaruhi oleh pigmen kulit melainkan juga oleh tebal-
tipisnya kulit, reduksi Hb dan karoten.
8. Keratinisasi
Keratinosit dimulai dari sel basal yang mengadakan pembelahan. Sel basal yang
lain akan berpindah ke atas dan berubah bentuk menjadi sel spinosum. Makin ke
atas sel ini semakin gepeng dan bergranula menjadi sel granulosum. Semakin
lama intinya menghilang dan keratinosit ini menjadi sel tanduk yang amorf.
Proses ini berlangsung terus menerus seumur hidup. Keratinosit melalui proses
sintasis dan degenerasi menjadi lapisan tanduk yang berlangsung kira–kira 14-21
13
hari dan memberikan perlindungan kulit terhadap infeksi secara mekanis
fisiologik.
9. Pembentukan vitamin D
Dengan mengubah dehidroksi kolesterol dengan pertolongan sinar matahari.
Tetapi kebutuhan vitamin D tidak cukup dengan hanya dari proses tersebut.
Pemberian vitamin D sistemik masih tetap diperlukan.
Modalitas Rasa Kulit
Rasa mekanik, rasa suhu dan rasa nyeri berbeda dengan alat indra yang lain.
Reseptornya tergabungdalam satu organ tertentu. Masing–masing reseptor
modalitas rasa ini berdiri sendiri secara terpisah dan tersebar hampir diseluruh
bagian tubuh. Serat aferennya tidak membentuk berkas saraf khusus tetapi
tersebar pada banyak saraf perifer dan jaringan saraf di pusat. Dengan demikian
modalitas rasa ini tidak membentuk alat indra tertentu yang khas.
Rasa mekanik mempunyai beberapa modalitas (kualitas) yaitu rasa tekan,
rasa raba, dan rasa geli yang berbeda di setiap bagian tubuh tetentu. Dengan
menggunakan aestesiometer dapat diketahui bagian kulit yang paling peka
terhadap rangsangan. Pada permukaan kulit yang peka, titik tekan lebih padat
dibandingkan dengan kulit lain. Titik rasa tekan tersebut merupakan manifestasi
adanya reseptor tekan pada bagian kulit di bawahnya.
Rasa suhu mempunyai dua submodalitas yaitu rasa dingin dan rasa panas.
Reseptor dingin/panas berfungsi mengindrai rasa dingin/rasa panas dan refleks
pengaturan suhu tubuh. Reseptor ini dibantu oleh reseptor yang terdapat di dalam
sistem saraf pusat. Dengan pengukuran waktu reaksi, dapat dinyatakan bahwa
kecepatan hantaran rasa panas. Dengan anastesi blok rasa dingin/panas dapat
diblok sehingga objektif maupun subjektif rasa dingin dan panas dapat
dipisahkan.
Rasa propriosepsi berasal dari dalam tubuh sendiri atau disebut juga rasa
dalam. Reseptor tidak terdapat pada kulit tetapi dibagian lebih dalam yaitu di
dalam otot, tendo, dan sendi. Informasi propriosepsi dihantarkan ke medulla
spinalis melalui kolom dorsal masuk ke serebelum. Sebagian berjalan ke
14
laminikus medial dan thalamus ke korteks. Impuls berasal dari komparan otot,
organ sensorik di dalam, dan sekitar sendi. Neuron dalam korteks sensoris
berespons terhadap gerakan–gerakan tertentu.
Rasa nyeri timbul oleh rangsangan yang merusak. Rasa nyeri ini terutama
berfungsi untuk pelindungi, mencegah kerusakan lebih lanjut dari jaringan yang
terkena. Modalitas rasa nyeri dibagi atas submodalitas nyeri somatik dan nyeri
visera. Nyeri somatik dibagi menjadi submodalitas nyeri permukaan dan nyeri
dalam. Zat kimia pada kadar tertentu dapat menimbulkan nyeri (misalnya :
asetilkoin, serotonin, histamine yang juga menimbulkan rasa gatal). Rasa nyeri
terdiri dari nyeri proyeksi. nyeri alih, hiperalgesia, hipalgesia dan nyeri kronis.
Rasa gatal merupakan bentuk khusus rasa nyeri yang timbul pada kondisi
perangsangan tertentu. Perangsangan yang berurutan dengan rangsangan makin
kuat. Suatu saat rasa gatal yang timbul diganti dengan rasa nyeri. Bila
rangsangannya mencapai intensitas yang tinggi, rasa gatal yang dialami dapat
hilang. Bila jaras spinotalamatik yang sedang dilewati rasa gatal. Rasa nyeri
dengan cara tertentu jika titik gatal sama dengan titik nyeri. Reseptor gatal terletak
pada bagian kulit permukaan sedangkan reseptor nyeri terdapat lebih dalam dari
kulit
3.3 Definisi
Basalioma adalah suatu tumor ganas kulit (kanker) yang berasal
dari pertumbuhan neoplastik sel basal epidermis dan apendiks kulit (Graham, R,
2005). Pertumbuhan tumor ini lambat, dengan beberapa macam pola pertumbuhan
sehingga memberikan gambaran klinis yang bervariasi, bersifat invasif, serta
jarang mengadakan metastasis (Nila, 2005). Basalioma adalah merupakan kanker
kulit yang timbul dari lapisan sel basal epidermis atau folikel rambut ; yang paling
umum dan jarang bermetastasis ; kekambuhan umum terjadi (Brunner and
Suddarth, 2000).
Kanker kulit adalah proses keganasan yang timbul dipermukaan kulit
dan berasal dari sel epitel, sel pluripotensial atau dari sel melanin di dalam kulit.
Tumor ganas kulit merupakan suatu penyakit yang ditandai dengan pertumbuhan
sel-sel kulit yang tidak terkendali, dapat merusak jaringan di sekitarnya dan
15
mampu menyebar ke bagian tubuh yang lain. Karena kulit terdiri atas beberapa
jenis sel, maka kanker kulit juga bermacam-macam sesuai dengan jenis sel yang
terkena.
3.4 Epidemiologi
Menurut penelitian Tjarta di Indonesia peringkat kanker kulit adalah:
1. Karsinoma sel basal 36,67%
2. Karsinoma sel squamosa 11.4%
3. Melanoma maligna 0,59%
4. Tumor ganas adneksa kulit dan tumor ganas kulit lainnya 8,5%
3.5 Patogenesa
Komprecher (1903) mengatakan bahwa KSB berasal dari sel basal epidermis,
Adamson (1914) menyangsikan bahwa KSB berasal dari sel basal dan
mengajukan teori bahwa KSB berasal dari fokus embrionik laten yang timbul dari
keadaan dorman pada usia lanjut (Rata IGK. 1999).
Lever (1948) mengemukakan bahwa KSB bukan karsinoma dan tidak berasal
dari sel basal, tetapi adalah tumor nevoid dan hamartoma yang berasal dari sel
germinativum epithel primer (primary epithelial germ cell) yaitu sel-sel yang
belum matang (Rata IGK. 1999).
Teori lain dari Pinkus menyatakan bahwa KSB berasal dari sel pluri potensial
yang terbentuk secara kontinyu sepanjang hidup, menjadi aktif pada usia tua dan
mempunya potensi untuk membentuk rambut, kelenjar sebum, dan kelenjar
apokrin.
Patogenesis KSB didahului dengan kolagen yang sering dijumpai pada kulit
yang sedikit pigmennya dan mendapat sinar matahari yang berlebih sehingga
nutrisi epidermis terganggu yang mana hal ini merupakan predileksi terjadinya
suatu kelainan kulit (Ranhdle. 1999).
Melanin berfungsi sebagai energi amorf yang dapat menyerap energi dan
menghilangkan dalam bentuk panas. Jika energi terlalu besar dapat merusak dan
16
mematikan sel atau mengalami mutasi untuk selanjutnya menjadi sel kanker
(Fitzpatrick TB. 1992).
3.6 Etiologi
Lebih dari 90% faktor pencetus basalioma yaitu terpapar sinar matahari
atau penyinaran ultraviolet lainnya. Sering muncul usia > 40 tahun. Faktor resiko
lainnya:
1. Faktor genetik (sering terjadi pada kulit terang, mata biru atau hijau dan
rambut pirang atau merah).
2. Pemaparan sinar X yang berlebihan.
3. Senyawa kimia arsen.
4. Trauma.
5. Ulkus kronis (Marwali, 2000).
3.7 Manifestasi klinis.
Predileksinya terutama pada wajah (pipi, dahi, hidung, lipat nasolabial,
daerah periorbital), leher. Meskipun jarang, dapat pula dijumpai pada lengan,
tangan, badan, tungkai, kaki, dan kulit kepala (Buditjahjono S.2000)
17
Gambar 3
(sumber: Buditjahjono S.2000)
Gambaran klinik KSB bervariasi, Lever membagi KSB menjadi 5 bentuk:
1. Nodulo-ulseratif, termasuk ulkus rodens
2. Berpigmen
3. Morfea atau fibrosing atau sklerosing
4. Superfisial
5. Fibroepitelioma.
Tipe Nodulo-Ulseratif
Merupakan jenis yang paling sering dijumpai. Lesi biasanya tampak sebagai
lesi tunggal. Paling sering mengenai wajah, terutama pipi, lipat nasolabial, dahi,
dan tepi kelopak mata. Pada awalnya tampak papul atau nodul kecil, transparan
seperti mutiara, berdiameter kurang dari 2 cm, dengan tepi meninggi.
\
Gambar 4
(sumber: Fitzpatrick TB. 1992)
Permukaannya tampak mengkilat, sering dijumpai adanya telengiektasia,
dan kadang-kadang dengan skuama yang halus atau krusta tipis. Berwarna seperti
mutiara, kadang-kadang seperti kulit normal sampai eritema pucat. Lesi membesar
secara perlahan dan suatu saat bagian tengah lesi menjadi cekung, meninggalkan
tepi yang meninggi keras. Jika terabaikan, lesi-lesi ini akan mengalami ulserasi
(disebut ulkus rodent), dengan dekstruksi jaringan disekitarnya.
Tipe Berpigmen
Gambaran klinisnya sama dengan tipe nodulo ulceratif. Bedanya, pada jenis
ini berwarna coklat, atau hitam berbintik-bontik atau homogen yang secara klinis
dapat menyerupai melanoma.
18
Gambar 5
(sumber: Fitzpatrick TB. 1992)
Tipe Morfea atau Fibrosing atau Sklerosing
Biasanya terjadi pada kepala dan leher, lesi tampak sebagai plak sklerotik
yang cekung, berwarna putih kekuningan, dengan batas tidak jelas. Pertumbuhan
perifer diikuti oleh perluasan sklerotik di tengahnya.
Gambar 6.
(sumber: Fitzpatrick TB. 1999)
Tipe Superfisial
19
Lesi biasanya multiple, mengenai badan. Secaran klinis tampak sebagai plak
transparan, eritematosa sampai berpigmen terang, berbentuk oval sampai irreguler
dengan tepi berbatas tegas, sedikit meninggi, seperti benang atau kawat atau
kawat. Biasanya dihubungkan dengan ingesti arsenik kronik.
Gambar 7.
(sumber: Fitzpatrick TB. 1992)
Tipe Fibroepithelial.
Paling sering terjadi pada punggung bawah. Secara klinis, lesi berupa papul
kecil yang tidak bertangkai atau bertangkai pendek, dengan permukaan halus
dengan warna yang bervariasi.
Sindrom Epitelioma Sel Basal Nevoid
Dikenal pula sebagai sindrom Gorli-goltz. Merupakan kelainan autosomal
dominan dengan penetrasi yang bervariasi, ditandai oleh 5 gejala mayor:
1. KSB multiple yang terjadi pada usia muda.
2. Cekungan-cekungan pada telapak tangan dan telapak kaki.
3. Kelainan pada tulang, terutama tulang rusuk.
4. Kista pada tulang rahang.
5. Kalsifikasi ektopik dari falks serebri dan struktur lainnya.
Disamping gejala mayor ini, dijumpai banyak kelainan sistem organ multiple,
yang berhubungan dengan sindroma ini.
20
Multiple Nodular Palmar Pits
Gambar 8
(sumber: Fitzpatrick TB. 1992)
Nevus Sel Basal Unilateral Linier
Merupakan jenis yang sangat jarang dijumpai. Lesi berupa nodul dan
komedo, dengan daerah atropi bentuk striae, distribusi zosteriformis atau linier,
unilateral. Lesi biasa dijumpai sejak lahir, dan lesi ini tidak meluas dengan
meningkatnya usia.
Sindrom Bazex
Sindroma ini digambarkan pertama kalinya oleh Bazex, diturunkan secara
dominan dengan ciri khas:
1. Atrofoderma folikuler, yang ditandai oleh folikuler yang terbuka lebar, seperti
ice pick marks, terutama pada ekstremitas.
2. Epitelioma sel basal kecil, multiple pada wajah, biasanya timbul pertama kali
saat remaja atau awal dewasa. Namun kadang-kadang dapat juga timbul pada
akhir masa anak-anak.
Di samping itu dapat pula di jumpai anhidrosis lokal atau hipohidrosis
generalisata, hipotrikosis kongenital pada kulit kepala dan daerah lainnya.
Klasifikasi T.N.M
Tis: Carcinoma in situ (pre-invasive carcinoma)
To: Tidak jelas bentuk tumor primer
T1: <2cm
T2: (2-5)cm
T3: >5cm
T4: Menyebar ke tulang atau otot
N0: Tidak ada penyebaran ke kelenjar getah bening regional.
N1: Penyebaran homolateral dan mudah di gerakkan.
N2: Kontra atau bilateral dan mudah digerakkan.
21
N3: Melekat di jaringan sekitarnya.
M0: Tidak jelas metastasis.
M1: Jelas metastasis jauh.
3.8 Histopatologi
Lever membagi KSB dalam beberapa tipe histopatologi yang terdiri atas
KSB yang berdiferensi dan KSB tidak berdiferensi.
1. KSB yang berdiferensi
a. Jenis keratotik
Disebut juga tipe pilar oleh karena berdiferensiasi kearah rambut,
menunjukkan sel-sel parakeratotik dengan gambaran inti yang memanjang
dan sitoplasma agak eosinofilik dan di jumpai homcyst, selain sel-sel
undifferentiated dengan sitoplasma basofilik.
b. Jenis kistik
Di jumpai adanya bagian–bagian kistik di bagian tengah massa tumor
yang terjadi akibat generasi sel-sel tumor atau deferensiasi sel-sel kearah
kelenjar.
c. Jenis adenoid
Adanya gambaran struktur mirip kelenjar yang yang di batasi jaringan
ikat kadang-kadang ditemukan lumen yang di kelilingi sel
bersekresi .dalam lumen dapat di temukan semacam bahan koloid atau
massa amorf.
2. KSB tidak berdifferensiasi atau KSB solid
Merupakan gambaran histopatologik yang banyak di temukan. Berupa pulau-
pulau sel dengan bentuk dan ukuran bermacam-macam, terdiri dari sel-sel
basaloid, dengan inti basofilik yang bulat atau lonjong, sitoplasma sedikit sel-
sel pada tepi massa tumor tersusun palisade (Lever WF. 1983).
22
Gambar 9.
(sumber: Elsevier.2004)
3.9 Diagnosis
Diagnosis ditegakkan dengan gejala klinis dan pemeriksaan histopatologi
(Handayani. 1999).
3.11 Diagnosa Banding
Secara klinis KSB didiagnosis banding dengan :
23
1. Karsinoma sel skuamousa
Squamous Cell
Carcinoma
Gambar 10
(sumber : Elsevier,
2004).
2. Melanocytyc naevi
24
Gambar 11
(sumber: Elsevier.2004)
Gambar 12
(sumber : Elsevier,
2004)
3. Melanoma maligna.
Gambar 13
(sumber: Elsevier, 2004).
25
4.Keratosis seboroik.
Gambar 14
(sumber:
Elsevier.2004)
Gambar 15
(sumber : Tjarta A, 1995).
3.9 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan KSB bertujuan untuk mendapatkan kesembuhan dengan
hasil kosmetik yang baik serta hasil fungsional yang efektif. Dalam menentukan
cara penatalaksanaan KSB, banyak hal yang perlu diperhatikan, baik dari faktor
tumornya maupun pasiennya. Faktor tumor yang perlu di perhatikan adalah tipe
tumor, ukuran, lokasi, sifat pertumbuhan, dan apakah merupakan tumor primer
atau rekurens. Sedangkan faktor pasien yang perlu di pertimbangkan adalah usia,
riwayat penyakit lain, faktor psikologis dan riwayat pengobatan.
Secara garis besar, penatalaksanaan KSB di golongkan dalam 2 kelompok
yaitu dengan pembedahan dan tanpa pembedahan. Pembedahan dapat di lakukan
dengan cara eksisi dengan menggunakan skapel, bedah mikrografik Mohs,
kuretase dan elektrodesikasi jika diameter tumor kurang dari 0,5cm, bedah beku,
26
serta bedah laser. Penatalaksanaan tanpa pembedahan dilakukan dengan cara
radioterapi jika ukuran tumor 0,5-kurang dari 8cm, interferon intralesi, kemotrapi,
pemberian retinoid dan foto dinamik (Handayani. 1999).
3.10 Komplikasi
Destruksi pada jaringan bawah kulit sampai tulang. Jarang sekali metastasis
ke organ lain (berbeda dengan karsinoma lainnya)
3.11 Prognosis
Pengobatan pada KSB primer memberikan angka kesembuhan sekitar 95%
sedangkan pada KSB rekuren sekitar 92%. Pengobatan pada KSB rekuren lebih
sulit dari pada KSB primer, dan angka kekambuhan setelah dilakukan prosedur
yang kedua adalah tinggi.
27
BAB IV
PENUTUP
KSB adalah tumor kulit ganas yang jarang bermetastase, sering di jumpai
pada kulit putih, laki-laki lebih banyak dari pada wanita. Faktor predisposisi dan
matahari sangat berperan dalam perkembangan KSB. Diagnosa ditegakkan dari
gejala klinis dan pemeriksaan histopatologi penatalaksanaan KSB dapat di
lakukan dengan pembedahan atau tanpa pembedahan.
2
DAFTAR PUSTAKA
Tambunan G,W. 1995. Karsinoma Kulit Dalam Sepuluh Jenis Kanker Terbanyak
di Indonesia. EGC. Jakarta.
Handayani. 1999. Penalaksanaan Karsinoma Sel basal. MDVI Vol I, no 26.
Hamzah.M. 2000. Kanker Kulit: Aspek Deteksi, Diagnosis Penentusn Tongkst
Penyskit dsn Pencegahannya Dalam Kumpulsn Makalah Lengkap. PIT
V, PERDOSKI, Semarang.
Rata IGK. 1999. Tumor Kulit. Dalam Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. FKUI
edisi 3. Jakarta.
Ranhdle. 1999. Basal Cell Carcinoma In Dermatology Surg. Vol 22
Fitzpatrick TB. 1992. Dermatologi in General Medicine. Vol I, Mc-Graw Hill.
Habif TP. MD. Basal Cell Carcinoma Dalam : Premalignant and Malignant non
melanoma skin Tumor Clinical Dermatology. A Color Guide to
Diagnosis and Therapy.
Tjarta A. 1995. Spektrum Kanker Kulit di Indonesia MDVI, Vol . No 22.
Buditjahjono S.2000. Tumot-Tumor Kulit.: dalam Harahap M. Ilmu Penyakit
Kulit Hipokrates.
Lever WF. 1983. Histopathologi of The Skin. edition. JB Lippicont Company.
2