laporan kasus panuveitis

Upload: yuda-saputra

Post on 14-Oct-2015

95 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

  • 1

    OD PANUVEITIS (H 44.112)

    LAPORAN KASUS

    Dibacakan Oleh : dr. Yuda Saputra

    Pembimbing : dr. Dina Novita, SpM

    Dibacakan tanggal : Sub Bagian Infeksi dan Imunologi

    PENDAHULUAN

    Uveitis adalah peradangan yang terjadi pada uvea (iris, badan silier, dan

    koroid). Berdasarkan lokasi anatomisnya, uveitis dapat dibedakan dalam 4 kelompok

    yaitu uveitis anterior, uveitis intermedia, uveitis posterior dan panuveitis.1-3

    Uveitis dapat disebabkan oleh infeksi, trauma, neoplasma dan autoimun. Gejala,

    tanda dan komplikasi uveitis juga sangat beragam. Untuk menegakkan diagnosis

    uveitis secara tepat, diperlukan anamnesis dan pemeriksaan yang cermat.4-5

    Laporan ini menyajikan kasus panuveitis dan katarak komplikata pada mata

    kanan. Diagnosis dan tatalaksana pada pasien akan menjadi bahan diskusi pada

    laporan kasus ini.

    IDENTITAS PENDERITA

    Nama : Tn. M M

    Umur : 25 tahun

    Jenis kelamin : Laki-laki

    Alamat : Kertomulyo, Pati

    Pekerjaan : Wiraswasta

    No CM : C469739

    MRS : 20 Maret 2014

    KRS : 29 Maret 2014

  • 2

    ANAMNESIS

    Autoanamnesis ( 15 Maret 2014 pukul 12.00 WIB)

    Keluhan utama : Mata kanan nyeri.

    Riwayat Penyakit Sekarang :

    Kurang lebih 1 bulan yang lalu pasien merasa mata kanan nyeri, merah (+),

    nrocos (+), keluar kotoran mata (-), silau jika melihat sinar (+), pandangan

    kabur (+). Penderita memeriksakan diri ke Puskesmas setempat dan

    mendapatkan obat tetes mata botol putih dan obat pil, namun pasien tidak ingat

    nama obatnya. Pasien menggunakan obat tersebut selama beberapa hari dan

    tidak ada perbaikan.

    Kurang lebih 1 minggu yang lalu, pasien berobat ke Poliklinik mata RSUD

    setempat. Pandangan mata kanan semakin kabur hingga hanya bisa melihat

    bayangan. Dokter mengatakan bahwa mata kanan pasien terdapat katarak dan

    infeksi. Pasien diberi obat C.xitrol ED 6x1 tetes mata kanan, SA 1% ED 2x1

    tetes mata kanan, Methyl prednisolone tablet 8mg 3x1 tablet, Glaukon tablet 2x

    250 mg, KCl tablet 1x250 mg. Pasien kontrol teratur sebanyak 4 kali, kemudian

    dirujuk ke Poliklinik mata RSUP Dr. Kariadi Semarang. Penderita

    memeriksakan diri ke Poliklinik mata RSUP Dr. Kariadi, disarankan rawat inap

    dan pasien setuju.

    Riwayat Penyakit Dahulu :

    - Riwayat penyakit darah tinggi disangkal

    - Riwayat kencing manis disangkal

    - Riwayat alergi obat disangkal

    - Riwayat trauma mata sebelumnya disangkal

    - Riwayat mata merah berulang (+), sejak 3 bulan yang lalu hilang timbul

    - Riwayat telinga berdenging (-)

    - Riwayat ruam merah pada kulit (-)

    - Riwayat timbul bercak putih di kulit (-)

    - Riwayat rambut rontok (-)

    - Riwayat tranfusi darah (-)

    - Riwayat konsumsi daging setengah matang atau mentah (-)

    - Riwayat memelihara binatang peliharaan (-)

  • 3

    - Riwayat batuk lama, penurunan berat badan secara drastis dan berkeringat di

    malam hari (-)

    - Riwayat sakit gigi (-)

    - Riwayat sariawan berulang (-)

    - Riwayat nyeri di daerah persendian (-)

    - Riwayat nyeri di daerah punggung (+), kadang-kadang

    - Riwayat promiskuitas (-)

    - Riwayat IVDU (-)

    - Riwayat luka di daerah kemaluan (-)

    - Riwayat nyeri saat BAK (+), kadang-kadang

    Riwayat Sosial ekonomi :

    - Penderita seorang buruh bangunan, belum menikah.

    - Biaya ditanggung Asuransi JAMKESMAS

    - Kesan sosial ekonomi kurang

    PEMERIKSAAN

    Status praesen (15 Maret 2014):

    Keadaan umum : baik

    Kesadaran : compos mentis

    Tanda vital :

    - Tekanan darah : 120/80 mmHg

    - Nadi : 85 x /menit

    - Respirasi : 20 x/menit

    - Suhu : afebris

    Berat badan : 54 kg

    Pembesaran limfonodi : preaurikuler (-)

    retroaurikuler (-)

    sub mandibular (-)

    Thoraks : dalam batas normal

    Abdomen : dalam batas normal

    Ekstremitas : dalam batas normal

  • 4

    Status oftalmologi (15 Maret 2014) :

    OD

    OD OS

    Visus 1/300 6/6

    Koreksi Tidak dilakukan Tidak dilakukan

    Bulbus oculi Ortofori, Hirschberg test 0

    Parese/Paralise Gerak bola mata bebas ke segala

    arah

    Gerak bola mata bebas ke segala

    arah

    Palpebra Edema (-), spasme (-) Edema (-), spasme (-)

    Konjungtiva Mixed injection (+), kemosis (-),

    sekret (-)

    Injeksi (-), sekret (-)

    Kornea Edema (+), Keratic precipitate

    (+), warna abu-abu

    Jernih

    COA Kedalaman cukup, cell + 4,

    flare +4, fibrin (+) 4,8 x 4 mm,

    hipopion (+) 2mm

    Kedalaman cukup, cell (-), flare

    (-)

    Iris Kripte (+), sinekia posterior (+),

    neovaskularisasi (+) di temporal

    dan inferior

    Kripte (+), sinekia (-)

    Pupil Irreguler, sentral, 6 mm,

    refleks pupil (-)

    Bulat, sentral, reguler, 3mm,

    refleks pupil (+) N

    Lensa Detail sulit dinilai, kesan keruh

    tak rata

    Jernih

    CV Sulit dinilai Turbidity (-)

    Fundus Reflek (-) (+) cemerlang

  • 5

    Tekanan Intra

    Okuler

    Tonometri digital (N)

    Tonometri Schiotz : 15,6 mmHg

    Tonometri digital (N)

    Tonometri Schiotz : 15,6 mmHg

    Funduskopi (15 Maret 2014) :

    Fundus OD : tidak dapat dinilai karena kekeruhan media refrakta

    Fundus OS :

    Papil N II : bulat, batas tegas, warna kuning kemerahan, cup disc ratio(CDR) 0,3,

    excavatio glaucomatosa (-)

    Vasa : AVR 2/3, spasme arteri (-), copper wire (-), crossing phenomen (-),

    silver wire (-)

    Retina : edema (-), perdarahan (-), eksudat (-), ablatio (-)

    Makula : refleks fovea (+) cemerlang

    DIAGNOSIS BANDING :

    - OD Endoftalmitis endogen

    - OD Uveitis anterior ec Reiter syndrome

    - OD Lens induced uveitis

    DIAGNOSIS KEJA :

    OD Lens induced uveitis

    Saran/rencana :

    - USG B-Scan mata kanan.

    - Konsul bagian THT dan Gigi untuk mencari fokal infeksi.

    - Pemeriksaan laboratorium darah rutin, GDS, LED, RF, urinalisis, CRP,

    ASTO, ANA, ANCA.

    - X-foto thorax.

    - X-foto sacroiliaca joint.

    - Tes Mantoux.

  • 6

    Pemeriksaan Ultrasonografi : (17 Maret 2014)

    OD

    Lensa : echospike (+)

    CV : turbidity (+) minimal

    (echospike 30%)

    Retina : ablatio (-)

    PEMERIKSAAN PENUNJANG :

    Laboratorium (17 Maret 2014) :

    - Haemoglobin : 15.3 gr% Nilai Normal : 13.00 - 16.00 (N)

    - Hematokrit : 44.9 % Nilai Normal : 40.00 - 54.00 (N)

    - Eritrosit : 5.01 juta/mmk Nilai Normal : 4.50 - 6.50 (N)

    - Leukosit : 13.6 ribu/mmk Nilai Normal : 4.00 - 11.00 ()

    Hitung Jenis :

    - Eosinofil : 1 Nilai Normal : 1 - 3 (N)

    - Basofil : 0 Nilai Normal : 0 - 1 (N)

    - Batang : 0 Nilai Normal : 2 - 5 (N)

    - Segmen : 78 Nilai Normal : 47 - 80 (N)

  • 7

    - Limfosit : 27 Nilai Normal : 20 - 45 (N)

    - Monosit : 3 Nilai Normal : 2 - 10 (N)

    Laju Endap Darah :

    - LED 1 jam : 14 mm Nilai Normal : 1.0 - 10.00 ()

    - LED 2 jam : 54 mm

    Trombosit : 230 ribu/mmk Nilai Normal : 150 - 400 (N)

    ASTO (kualitatif) : - / NEGATIF

    ASTO (kuantitatif) : 0

    CRP : - / NEGATIF

    Rhematoid Factor (RF) : - / NEGATIF

    Glukosa Darah Sewaktu : 122 mg/dl Nilai Normal : 80 - 110

    Sekresi-ekskresi :

    Urin rutin +Analyzer

    Warna : kuning

    Kejernihan : jernih

    PH : 6.5 Nilai normal : 4.8 - 7.4 (N)

    Protein : -/ NEGATIF Nilai normal : NEGATIF

    Reduksi : -/NEGATIF Nilai normal : NEGATIF

    Sedimen :

    Epitel : 18.1/uL Nilai normal : 0.0-40.0

    Epitel 1-3/LPK

    Leukosit : 25.3/uL Nilai normal : 0.0-20.0

    Leukosit 1-4/LPB

    Eritrosit : 6.9/uL Nilai normal : 0.0-25.0

    Kristal : 0.1/uL Nilai normal : 0.0-10.0

    Sil. Hyalin : 3.59/uL Nilai normal : 0.0-1.20

    Silinder hyalin 0-1/LPK

    Sil. Pathology : 1.19/uL Nilai normal : 0.0-0.50

    Sil. Granuloma halus : 0-2/LPK Nilai normal : NEGATIF

    Sil. Granuloma kasar : 0-1/LPK Nilai normal : NEGATIF

    Sil. Epitel : NEGATIF Nilai normal : NEGATIF

  • 8

    Sil. Eritrosit : NEGATIF Nilai normal : NEGATIF

    Sil. Leukosit : NEGATIF Nilai normal : NEGATIF

    Mucus : 8.53/uL Nilai normal : 0.0-0.50

    Benang mucus +/POSITIF

    Yeast cell : 0.00/uL Nilai normal : 0.0-25.0

    Epitel tubulus : 16.6/uL Nilai normal : 0.0-6.0

    Bakteri : 13.4/uL Nilai normal : 0.0-100.0

    Bakteri POSITIF

    Sperma : 0.0/uL Nilai normal : 0.0-3.00

    Kepekatan : 13.7mS/cm Nilai normal : 3-27

    X-Foto Thorax (17 Maret 2014) : tidak ditemukan corakan infeksi

    tuberkulosis

    X-Foto Sacroiliaca joint (17 Maret 2014) : tidak ditemukan tanda sacroilitis

    Mantoux test (19 Maret 2014) : negatif

    Hasil konsul antar bagian :

    Konsul bagian THT : tisdak didapatkan fokal infeksi.

    Konsul bagian Gigi dan Mulut : tidak didapatkan fokal infeksi.

    RESUME

    ANAMNESIS

    Keluhan Utama : Mata kanan nyeri

    Riwayat Penyakit Sekarang :

    Kurang lebih sejak 1 bulan yang lalu pasien merasa mata kanan penderita nyeri,

    hiperemis (+), lakrimasi (+), sekret (-), fotofobia (+), visus menurun (+).

    Kurang lebih 1 minggu yang lalu, pasien berobat ke Poliklinik mata RSUD

    setempat. Visus mata kanan dirasakan semakin menurun. Pasien dirujuk ke

    Poliklinik RSDK.

    Riwayat Penyakit Dahulu :

    - Riwayat mata merah berulang (+)

    - Riwayat nyeri daerah pinggang (+), kadang-kadang

    - Riwayat nyeri saat BAK (+), kadang-kadang

  • 9

    PEMERIKSAAN

    Status Praesen : Tekanan darah : 120/80 mmHg

    lain-lain : dalam batas normal

    Status Oftalmologis :

    OD OS

    Visus 1/300 6/6

    Koreksi Tidak dilakukan Tidak dilakukan

    Bulbus oculi Ortofori, Hirschberg test 0

    Parese/Paralise Gerak bola mata bebas ke segala

    arah

    Gerak bola mata bebas ke segala

    arah

    Palpebra Edema (-), spasme (-) Edema (-), spasme (-)

    Konjungtiva Mixed injection (+), kemosis (-),

    sekret (-)

    Injeksi (-), sekret (-)

    Kornea Edema (+), Keratic precipitate

    (KPs) (+), warna abu-abu

    Jernih

    COA Kedalaman cukup, cell + 4,

    flare +4, fibrin (+) 4,8 x4 mm,

    hipopion (+) 2mm

    Kedalaman cukup, cell (-), flare

    (-)

    Iris Kripte (+), sinekia posterior (+),

    neovaskularisasi (+) di temporal

    dan inferior

    Kripte (+), sinekia (-)

    Pupil Irreguler, sentral, 6 mm,

    refleks pupil (-)

    Bulat, sentral, reguler, 3mm,

    refleks pupil (+) N

    Lensa Detail sulit dinilai, kesan keruh

    merata

    Jernih

    CV Sulit dinilai Turbidity (-)

    Fundus Reflek (-) (+) cemerlang

    Tekanan Intra

    Okuler

    Tonometri digital (N)

    Tonometri Schiotz : 15,6 mmHg

    Tonometri digital (N)

    Tonometri Schiotz : 15,6 mmHg

    Funduskopi OD : tidak dapat dinilai karena adanya kekeruhan media refrakta

    OS : dalam batas normal

  • 10

    Ultrasonografi (B-Scan) :

    OD : Lensa : echospike (+)

    CV : turbidity (+) minimal

    (echospike 30%)

    Retina : ablatio (-)

    PEMERIKSAAN PENUNJANG

    Hasil laboratorium darah : LED (), Leukosit (), RF (-), CRP (-), ASTO

    (-), ANA (-), ANCA belumdapat dilakukan di

    RSDK

    X-Foto Thorax : dalam batas normal

    X-Foto Sacroiliaca joint : dalam batas normal

    Mantoux test : negatif

    Konsul antar bagian : tidak didapatkan fokal infeksi.

    DIAGNOSIS BANDING:

    OD Lens induced uveitis

    OD Panuveitis ec infeksi

    OD Panuveitis ec non infeksi (Behcets syndrome)

    DIAGNOSIS KERJA :

    OD Panuveitis ec non infeksi

    DIAGNOSIS TAMBAHAN :

    OD Katarak komplikata

    TERAPI

    - Prednisolon Asetat 1 % ED tiap jam (mata kanan)

    - Sulfas Atropine 1% ED 4 gtt I (mata kanan)

    - Methyl Prednisolone tablet 16 mg 2 0

    - Ranitidine tablet 2 x150 mg

  • 11

    EDUKASI :

    - Menjelaskan kepada pasien bahwa saat ini mata kanan pasien mengalami

    peradangan.

    - Penyebab peradangan bisa disebabkan oleh karena adanya infeksi atau non

    infeksi.

    - Menjelaskan kepada pasien bahwa mata kirinya juga berisiko terkena gejala

    yang sama apabila disebabkan oleh reaksi non infeksi (autoimun).

    - Menjelaskan kepada pasien bahwa mata kanan pasien juga didapatkan

    katarak yang kemungkinan diakibatkan oleh peradangan tersebut.

    - Menjelaskan kepada pasien bahwa diperlukan rawat inap agar untuk dapat

    dilakukan evaluasi perkembangan pengobatan setiap harinya.

    PROGNOSIS

    OD OS

    Quo ad Visam Dubia Dubia d bonam

    Quo ad Sanam Dubia Dubia ad bonam

    Quo ad Vitam Ad bonam

    Quo ad Cosmeticam Ad bonam

  • 12

    Follow Up Rawat Inap

    Tgl 22 Maret 2014 Tgl 23 Maret 2014

    Keluhan : mata kanan terasa mengganjal

    VOD : 1/~ LPB

    Palp : edem (-), spasme (-)

    Konjungtiva : mixed injection (+), sekret (-)

    Kornea : edem (+) minimal, KPs (+) aktif, Fl test (+), erosi epitel pungtata (+) di inferior

    COA : kesan kedalaman cukup, fibrin (+) 4,8 x 4 mm, TE (+) cell +4, flare +4

    hipopion (-)

    Iris : kripte (+), neovaskularisasi (+) di temporal dan inferior, sinekia posterior

    (+)

    Pupil : ireguler, sentral, 5 mm, RP (-)

    Lensa : kesan keruh merata

    FR (-)

    TIO : 15,6 mmHg

    VOS : 6/6

    Lain-lain : tenang

    TIO : 15,6 mmHg

    Terapi :

    - Prednisolon asetat ED tiap jam (mata kanan) - SA 1 % ED 4 gtt 1 (mata kanan) - Kloramfenikol EOint 4 x 1 (mata kanan) - Clindamycin tablet 3 x 300 mg - Methyl prednisolone tablet 16 mg 2-0-1/2 - Ranitidine tablet 2 x 150 mg

    Keluhan : mata kanan mengganjal berkurang

    VOD : 1/~ LPB

    Palp : edem (-), spasme (-)

    Konjungtiva : mixed injection (+), sekret (-)

    Kornea : edem (+) minimal, KPs (+) aktif, Fl test (+), erosi epitel pungtata (+) berkurang di inferior

    COA : kesan kedalaman cukup, fibrin (+) 3,8 x 3 mm, TE (+) cell +3, flare +3

    kesan massa lensa (-)

    Iris : kripte (+), neovaskularisasi (+) di temporal dan inferior, sinekia posterior

    (+)

    Pupil : ireguler, sentral, 5 mm, RP (-)

    Lensa : kesan keruh merata

    FR (-)

    TIO : 15,6 mmHg

    VOS : 6/6

    Lain-lain: stq

    TIO : 15,6 mmHg

    Terapi :

    - Prednisolon asetat ED tiap jam (mata kanan) - SA 1 % ED 4 gtt 1 (mata kanan) - Kloramfenikol EOint 4 x 1 (mata kanan) - Clindamycin tablet 3 x 300 mg - Methyl prednisolone tablet 16 mg 2-0-1/2 - Ranitidine tablet 2 x 150 mg

  • 13

    Follow Up Rawat Inap

    Tgl 25 Maret 2014 Tgl 27 Maret 2014

    Keluhan : (-)

    VOD : 1/~ LPB

    Palp : edem (-), spasme (-)

    Konjungtiva : mixed injection (+) minimal, sekret (-)

    Kornea : edem (+) minimal, KPs (+) minimal, Fl test (-) COA : kesan kedalaman cukup, fibrin (+) 3,2 x 2,6 mm, TE (+) cell +1,

    flare (-)

    Iris : kripte (+), neovaskularisasi (+) di temporal dan inferior, iris bombans (+)

    Pupil : ireguler, sentral, 5 mm, RP (-), oklusio (+)

    Lensa : kesan keruh merata

    FR (-)

    TIO : 18,6 mmHg

    VOS : 6/6

    Lain lain stq TIO : 13,6 mmHg

    Terapi :

    - Prednisolon asetat ED tiap jam (mata kanan) - SA 1 % ED 4 gtt 1 (mata kanan) - Clindamycin tablet 3 x 300 mg - Methyl prednisolone tablet 16 mg 2-0-1/2 - Ranitidine tablet 2 x 150 mg - Acetazolamide tablet 1 x 250 mg - KCl tablet 1x 250 mg

    Keluhan : (-)

    VOD : 1/~ LPB

    Palp : edem (-), spasme (-)

    Konjungtiva : mixed injection (+) minimal, sekret (-)

    Kornea : edem (+) minimal, KPs (+) minimal COA : kesan kedalaman cukup, fibrin (+) 2,1 x 1,3 mm, TE (+) cell trace,

    flare (-)

    Iris : kripte (+), neovaskularisasi (+) di temporal dan inferior, iris bombans (+)

    Pupil : ireguler, sentral, 5 mm, RP (-), oklusio (+)

    Lensa : kesan keruh merata

    FR (-)

    TIO : 10,9 mmHg

    VOS : 6/6

    Lain-lain stq

    TIO : 13,6 mHg

    Terapi :

    - Prednisolon asetat ED tiap jam (mata kanan) - SA 1 % ED 4 gtt 1 (mata kanan) - Clindamycin tablet 3 x 300 mg - Methyl prednisolone tablet 16 mg 2-0-1/2 - Ranitidine tablet 2 x 150 mg - Acetazolamide tablet 1 x 250 mg - KCl tablet 1x 250 mg

    Rencana : Injeksi Midricain subkonjungtiva (mata kanan)

  • 14

    Follow Up Rawat Inap

    Tgl 28 Maret 2014

    Keluhan : (-)

    VOD : 1/~ LPB

    Palp : edem (-), spasme (-)

    Konjungtiva : mixed injection (+) minimal, sekret (-)

    Kornea : edem (+) minimal, KPs (+) minimal COA : kesan kedalaman cukup, fibrin (+) 3,2 x 2,6 mm, TE (+) cell trace

    flare (-)

    Iris : kripte (+), neovaskularisasi (+) di temporal dan inferior, iris bombans (+)

    Pupil : ireguler, sentral, 5 mm, RP (-), oklusio (+)

    Lensa : kesan keruh merata

    FR (-)

    TIO : 10,9 mmHg

    VOS : 6/6

    Lain-lain stq

    TIO : 13,6 mmHg

    Terapi :

    - Prednisolon asetat ED tiap jam (mata kanan) - SA 1 % ED 4 gtt 1 (mata kanan) - Clindamycin tablet 3 x 300 mg - Methyl prednisolone tablet 16 mg 2-0-1/2 - Ranitidine tablet 2 x 150 mg - Acetazolamide tablet 1 x 250 mg - KCl tablet 1x 250 mg

    Injeksi Midricain subkonjungtiva (mata kanan) /LA/ dr. Dina Novita, Sp. M /09.30/ Rajawali

    Pupil pasca injeksi midricain : ireguler, sentral, 5,5 mm, RP(-), oklusio (+)

  • 15

    DISKUSI

    Uveitis adalah peradangan uvea yang dapat disebabkan oleh infeksi, trauma,

    neoplasma atau reaksi autoimun.1-3

    Berdasarkan penyebabnya, peradangan ini dapat

    dibedakan menjadi dua macam yaitu peradangan endogen dan eksogen. Peradangan

    yang endogen masuk ke dalam bola mata secara hematogen, yaitu adanya suatu reaksi

    autoimun yang disebabkan oleh penyakit sistemik seperti toxoplasmosis, arthritis, TB,

    infeksi pada gigi, traktus urogenitalia dan traktus digestivus. Peradangan eksogen

    berasal dari luar bola mata yang masuk melalui luka akibat trauma tembus ataupun

    dari tindakan operasi.1,3-5

    Tabel 1. Tanda tanda Uveitis1

    Menurut International Uveitis Study Group, secara anatomis uveitis dapat

    dibagi menjadi :1,3-5

    uveitis anterior

    uveitis intermedia

    uveitis posterior

    panuveitis

  • 16

    Uveiti dapat diklasifikasikan menjadi uveitis granulomatous dan non

    granulomatous atau campuran keduanya. Uveitis granulomatous biasanya disebabkan

    invasi mikrobakteria patogen pada jaringan uvea. Perjalanan penyakit uveitis biasanya

    kronik dan ditandai dengan reaksi peradangan seluler yang lebih menonjol

    dibandingkan reaksi vaskuler. Pada pemeriksaan dijumpai adanya nodul Koepe dan

    keratic precipitate (KPs) berukuran besar (mutton fat deposit).3,4

    Uveitis non granulomatous biasanya berkaitan dengan reaksi hipersensitivitas,

    tidak ditemukan kuman penyebabnya dan berespon baik dengan pemberian

    kortikosteroid. Uveitis jenis ini memliki perjalanan klinis yang akut dan insidensi

    lebih tinggi dibandingkan uveitis granulomatous. Reaksi peradangan vaskuler yang

    terjadi lebih menonjol dari pada reaksi selulernya sehingga dijumpai injeksi yang

    hebat. Contoh uveitis non granulomatous yaitu HLAB 27 related meliputi :

    ankylosing spondilitis, Reiter syndrome, inflamatory bowel disease, psoriatic

    arthtritis.6-7

    Tujuan dilakukannya rawat inap pada penderita ini adalah agar keluhan dapat

    ditangani, mencari dan mengobati faktor etiologi dari uveitis yang terjadi serta

    berusaha sebaik mungkin merehabilitasi atau mempertahankan visus penderita.

    Anamnesis pada pasien didapatkan adanya gejala yang sesuai dan mengarah ke

    penyakit uveitis. Pasien datang dengan keluhan mata kanan nyeri, merah, fotofobia

    dan penurunan visus yang cepat.

    Pada awal pasien datang, hasil pemeriksaan oftalmologis didapatkan tanda-tanda

    uveitis meliputi penurunan visus (1/300), mixed injection, edema kornea yang disertai

    adanya keratic precipitate aktif, cell +4, flare +4, fibrin (+), hipopion (+), sinekia

    posterior (+). Beberapa hari setelah menjalani rawat jalan, muncul gambaran

    menyerupai massa lensa di camera oculi anterior (COA). Pasien didiagnosis dengan

    lens induced uveitis pada mata kanan. Hasil pemeriksaan ultrasonografi (USG) B-scan

    mata kanan didapatkan adanya turbidity di daerah corpus vitreum dan adanya

    penebalan dari koroid. Mata kanan didiagnosis menjadi panuveitis. Tidak dijumpai

    adanya peningkatan tekanan intra okuler yang dapat menjadi salah satu komplikasi

    uveitis.

    Pengobatan pada pasien adalah pemberian steroid topikal dan sistemik dosis

    tinggi, siklopegik dan antibiotik. Steroid topikal yang diberikan yaitu preparat steroid

    murni tanpa antibiotik yang berguna untuk menekan reaksi peradangan dengan

    meminimalkan reaksi toksik obat yang dapat timbul. Penggunaan topikal siklopegik

  • 17

    (midriatikum long acting) secara frekuen bertujuan mengurangi rasa sakit dan

    melepaskan sinekia posterior yang terjadi pada kasus ini.1 Yang perlu diperhatikan

    dari kasus ini adalah pemberian steroid sistemik dosis tinggi yang harus selalu

    diawasi. Dalam terapi uveitis, steroid sistemik merupakan hal mutlak diperlukan.

    Kontrol tekanan darah dan tekanan intra okuler sangat penting agar tujuan pengobatan

    yang dilakukan dapat tercapai dan aman.

    Follow-up selama pasien rawat inap, didapatkan adanya perubahan ke arah yang

    lebih baik. Visus mata kanan masih belum ada perubahan, namun tanda-tanda

    peradangan mulai berkurang. Tanda-tanda peradangan seperti injeksi silier, edema

    kornea, keratic precipitate (KPs) berkurang selama dalam perawatan. Gambaran

    awal yang dicurigai sebagai massa lensa di COA berangsur mengecil setelah

    pemberian steroid. Hal ini membuktikan bahwa gambaran yang menyerupai massa

    lensa tersebut sebenarnya adalah fibrin. Apabila gambaran tersebut adalah massa

    lensa, ukurannya tidak akan mengecil dengan pemberian steroid. Pada hari ke-5

    perawatan didapatkan gambaran iris bombans pada mata kanan sebagai penanda

    adanya peningkatan tekanan intra okuler yang diakibatkan oklusio pupil. Pemberian

    injeksi midricain dilakukan untuk melepaskan oklusio pupil yang terjadi sehingga

    membuka jalan untuk aliran humor akuos dari camera oculi posterior (COP) ke

    camera oculi anterior (COA). Respon klinis penderita terhadap terapi yang diberikan

    cukup baik, terlihat pada kemajuan klinis pasien yang baik. Kita harus tetap waspada

    terhadap efek samping dari terapi yang diberikan khususnya efek peningkatan tekanan

    intra okuler.

    Prognosis penderita dengan kasus uveitis bergantung pada jenis uveitis dan

    etiologinya. Derajat penyakit atau tingkat keparahan dari uveitis dan penyakit yang

    mendasarinya pada awal penderita datang juga mempengaruhi prognosis. Terapi yang

    diberikan, respon klinis pasien terhadap terapi yang diberikan, pengelolaan terhadap

    efek samping terapi yang mungkin muncul dan tingkat kepatuhan penderita dalam

    menjalani pengobatan dapat menentukan keberhasilan dalam penanganan pasien

    uveitis.

  • 18

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Liesegang TJ, Skuta GL, Cantor LB. Intraocular inflammation and uveitis. Section 9. San Francisco: The Foundation of the American Academy of

    Ophthalmology; 2011: 77-89.

    2. Elliot JH. Introduction to uveitis. In: Albert DM, Jakobiec H eds. Principles and practice of ophthalmology. Volume 1. Philadelphia: W.B. Saunders

    Company; 1994: 396-406.

    3. Cunningham ET. Uveal tract and sklera. In: Vaughan D, Asbury T, Eva PR. General ophthalmology. 15

    th ed. Connecticut: Lange Medical Publication;

    1999: 142-58.

    4. Reema Bansal, Vishali Gupta, and Amod Gupta. Current Approach in the Diagnosis and Management of Panuveitis : Indian J Ophthalmol. 2010. Jan-

    Feb; 58(1): 4554.

    5. Smith RE, Nozik RA. Uveitis a clinical approach to diagnosis and management. Second edition. Williams & Wilkins. Baltimore; 1989: 5-27, 78-

    81, 89-90, 110-2.

    6. Harper SL, Chorich III LJ, Foster CS. Diagnosis of uveitis. In: Foster CS, Vitale AT. Diagnosis and treatment of uveitis. Philadelphia: W.B. Saunders

    Company; 2002: 79-103.

    7. Kanski JJ. Clinical ophthalmology. Philadelphia: Butterworth-Heinemann; 2003: 271-7.