laporan imtkg ayu rahmadhani
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
GLASS IONOMER CEMENT
Material glass ionomer terdiri dari bubuk dan cairan. Bubuk dalam bahan glass ionomer
ialah calcium aluminum fluorosilicate glasss dengan ukuran partikel sekitar 40 um untuk bahan
filling, dan kurang dari 25 um untuk bahan luthing. Terdapat pula beberapa merk semen glass
ionomer dipasaran yang dalam bubuknya terkandung zinc oxide dan silver powder.
Sementara cairan pada glass ionomer terdiri dari 50% larutan asam polyacrylic-itaconic
atau polycarboxylic acid copolymer yang berisi sekitar 5% asam tartaric. Beberapa bahan lain
juga berisi 10% sampai 20% tambahan perak, silver alloy, atau staintless steel. Asam tartaric
berfungsi untuk meningkatkan working time dan memberikan sharp setting dengan membentuk
kompleks ion logam. Perbedaan dalam kompleks tiap merk glass ionomer dipasaran
mempengaruhi tingkat pengerasan dan sifatnya.
Glass mengandungkadar fluoride yang sinigfikan, meskipun tidak secara langsung
terlibat dalam reaksi pengaturan, mungkin memilki efek pada kerentanan karies dan substansi
gigi disekitarnya.
Pada percobaan glass ionomer (GIC) kali ini, percobaan dilakukan dengan perbandingan
powder dan liquid yang normal, yaitu 1 scoop powder dan 1 tetes liquid, setting time setelah 6
menit 54 detik.
Berdasarkan Craig, 2002 & combe 1992 Glass Ionomer Cement diklasifikasikan menjadi:
Klasifikasi GIC
Tipe I : Luthing
Tipe II : semen restorasi
Tipe III : Lining
Kekuatan
Estetika
Luthing biasanya digunakan dalam kedoktwran gigi untuk merekatkan protesa perekat
pada gigi pasien yang telah dipreparasi, restorasi porselen, penyemenan cast alloy dan
orthodontics bands. Semen glas ionomer mengalami pengerasan lebih lama dibandingkan dengan
semen glass ionomer sebgai basis. Konsistensi yang dibutuhkan pada luthing lebih encer
dibandingkan konsistensi pada basis, karena pada luthing dibutuhkan sifat flow untuk mengisi
ruang atau celah mikroskopik di daerah pertemuan abutment-protesa. Basis digunakan untuk
memproteksi pulpa dari rangsangan mekanis, termal, ataupun elektrik. Konsistensi basis tidak
boleh encer, karena semakin encer konsistensinya akan menimbulkan reaksi asam dikhawatirkan
akan mengiritasi pulpa.
Glass ionomer cement pada tipe II yaitu sebagai restorasi secara umum memiliki sifat
lebih keras dan kuat dibandingkan dengan luthing, karena mempunyai rasio antara powder dan
liquid lebih tinggi. Sehinggau didapatkan hasil lebih keras. Sifat glasss ionomer cement cukup
keras, rapuh, kekuatan tekan relative tinggi, tetapi daya tahan terhadap fraktur dan keausan
rendah, sehingga tidak dapat digunakan untuk merestorasi gigi dengan beban besar. Daya tahan
yang rendah terhadap keausan, dipengaruhi oleh sifat kekerasan permukaaan (Meizarini,
Irmawati, 2005).
GIC mempunyai sifat – sifat sebagai berikut :
1. Sifat Fisik
Biokompatibilitas terhadap jaringan gigi
2. Mekanisme Adhesi
Sifat perlekatan baik secara kimia terhadap dentin dan enamel
3. Sifat Biologi
Serta mempunyai beberapa sifat fisis
Kelebihan GIC :
1. Sewarna gigi tetapi tidak sebaik resik komposit
2. Mengandung fluor sehingga dapat mencegah terjadinya karies dikemudian hari
3. Sangat biokompatibel, bersahabat dengan vitalitas gigi
Kekurangan GIC :
1. Sangat rentan pecah dan abrasi permukaan, khususnya didaerah yang menerima tekanan
kunyah. Biasanya digunakan pada servikal gigi maupun akar gigi, pada gigi anak-anak
maupu sebagai dasar tambalan yang lebih keras
2. Lebih mahal dibandingkan amalgam, sedikit lebih murah dibandingkan komposit
3. Abrasi pad permukaan menyebabkan permukaan tambalan menjadi kasar sehingga rentan
perlekatan plak gigi
1.2 Tujuan Pratikum
1. Dapat memahami dan melakukan manipulasi glass ionomer cement dengan cara yang
tepat.
2. Dapat memahami sifat-sifat GIC
3. Dapat mengerti dan memahami indikasi dan kontra indikasi GIC
4. Dapat melakukan teknik penambalan menggunakan GIC
BAB II
TEORI SINGKAT
2.1 Manipulasi
Beberapa factor yang mempengaruhi setting time pada GIC adalah :
a. Temperature
Sebuah lempeng kaca dingin dan kering dapat digunakan untuk menghambat reaksi
setting dan menambah working time
b. Asam tartarat
Asam tartarat dapat memperpanjang working time, tetapi memperpendek setting time
c. Rasio powder : liquid
d. Powder
Powder yang digunakan pada dasarnya bubuk gelas calcium aluminosilikat yang
mengandung flour. Ukuran partikel gelas bervariasi antara 19 mm untuk luthing cement
maupun dasar sampai 45mm untuk restorasi. Semakin halus partikel maka reaksi
pengerasan akan semakin cepat, kekuatan semakin besar dan permukaan semen akan
lebih halus.
Bila kandungan lebih banyak silikat, semen terlihat lebih translusen, tetapi bila
lebih banyak kalsium fluoride atau alumina, semen terlihat radiopag. Kandungan fluord
dalam semen glass ionomer merupakan keuntungan dalam menurunkan temperature fusi
dan dapat mencegah terjadinya karies sekunder. Namun, penambalan bahan ini dapat
menurunkan kekuatan semen.
e. Liquid
Liquid dalam semen glass ionomer adalah larutan poliakrilik yang merupakan
polimmer asam karboksilat tidak jenuh yang dikenal sebagai asam polialkenoat. Semen
glass ionomer cemen menggunakan asam poliakrilik memiliki setting time yang panjang,
ditambah asam tartarat yang jug adapt mengakibatkan translusen semen menjadi lebih
baik.
Air merupakan unsur yang berfungsi sebagai media terjadinya reaksi pengerasan
dan melembabkan hasil reaksi. Kandungan air yang terlalu banyak melemahkan semen,
namun bila terlalu sedikit akan mengurangi reaksi pengerasan. Air merupakan bagian
terpenting dalam liquid GIC, yang pada awalnya berfungsi sebagai media reaksi dan lama
kelamaan menghidrasi matriks ikatan silang, dengan demikian akan menambah kekuatan
dari bahan, selanjutnya akan membentuk massa yang padat.
Pada pratikum kali ini pencampuran liquid dan powder diatas paper pad. Paper
pad digunakan sebagai tempat mixing dikarenakan glass ionomer tidak dapat melekat erat
pada permukaan sehingga mempermudah untuk diambil dan dibersihkan apabila telah
setting.
Selain menggunakan paper pad pencampuran juga dilakukan dengan
menggunakan agate spatula yang dimana terbuat dari plastic, tidak menggunakan
pengaduk yang terbuat dari logam karena partikel dalam glass ionomer dapat bereaksi
dengan pengaduk yang terbuat dari logam, pada akhirnya dapat mengakibatkan terjadinya
metal abrasion.
GIC memiliki indikasi sebagai berikut :
1. Restorasi kelas I dan II gigi sulung
2. Restorasi kelas I dan II tekanan ringan pada gigi permanen
3. Sebagai restorasi intermediate dan sebagai basis pada kasus kelas I dan kelas
II yang menggunakan teknik sandwich
4. Restorasi kelas V dan restorasi karies akar gigi
5. Membangun core
Kontra indikasi sebagai berikut :
1. Pulp Capping
2. Meskipun jarang terjadi, namun bahan ini dapat menimbulkan sensitivitas
pada beberapa orang. Jika terjadi reaksi alergi, segera hentikan penggunaan
bahan ini dan konsultasikan pada dokter umum
2.2 Cara Penggunaan
Rasio Bubuk/Cairan 3.4/ 1.0
Lama Pengadukan (detik) 25 – 30 detik
Waktu Kerja (menit) 2 menit 00 detik
Waktu Setting (menit, detik) 2 menit 00 detik
Finishing akhir dimulai (menit,
detik) setelah dimulainya
pengadukan (pada kondisi
370C)
6 menit 00detik
Test dilakukan pada temperature 23+/-1oC kelembaban udara (50+/-10%)
ISO 9917-1:2007 (Glass Polyakenoate Cement)
2.3 Menakar bubuk dan cairan
a) Rasio bubuk dan cairan yang standar adalah 3,4 g/1,0 g. (1 sendok peres bubuk dengan 1
tetes cairan)
b) Untuk memperoleh penakaran yang akurat, ketuk ringan dibotol powder pada telapak
tangan. Jangan dikocok atau dibalik
c) Pegang botol cairan sevara vertical dan tekan ringan
d) Segera tutup botol setah digunakan
2.4 Pengadukan
Takar bubuk dan cairan, letakan pada kertas pengaduk. Gunakan spatula plastic untuk
membagi bubuk menjadi 2 bagian yang sama. Aduk sebagian bubuk dengan cairan
selama 10 detik. Masukan sisa bubuk kedalam adukan dan aduk keseluruhan bahan
dalam waktu 15-20 detik.
2.5 Finishing
a) Finishing akhir dapat dilakukan dibawah semprotan air, setelah 6 menit sejak
pengadukan
b) Oleskan lapisan akhir Fuji Varnish GC (ditiup udara sampai kering) atau GC Coat Plus
(Sinari selama 20 detik)
c) Instruksikan pasien untuk tidak makan selama 1 jam.
BAB III
CARA KERJA DAN PENJELASAN
3.1 Alat dan Bahan
Alat
a) Pengaduk plastik (agate spatle)
b) Paper pad
c) Matriks band
d) Sonde
e) Plastis instrument
f) Semen spatula
Bahan
a) Bubuk dan cairan glass ionomer cemen tipe II
3.2 Teknik Penambalan
a) Lakukan preparasi
kavitas sesuai teknik standar. Tidak perlu membuat retensi mekanis yang meluas. Jika
diperlukan capping pulpa, digunakan kalsium hidroksid.
b) Oleskan GC CAVITY
Conditioner Dentin (10 detik) atau GC Dentin Conditioner (20 detik) pada permukaan
kavitas menggunakan spons atau cotton pellet.
c) Bilas dengan air. Keringkan dengan menghisapnya memakai cotton pellet atau tiup
secara lembut dengan udara yang bebas minyak. Jangan dikeringkan terlalu kering.
Hasil paling baik dapat diperoleh jika permukaan kavitas lembab
d) Aduk sejumlah semen yang dibutuhkan. Waktu kerja adalah 2 menit sejak dimulai
pegadukan.
e) Masukan semen ke dalam kavitas dengan menggunakan syringe atau plastic
instrument.
f) Bentuk sesuai kontur dan gunakan matriks
g) Setelah setting, oleskan GC Fuji Varnish (semprot angina) atau GC Fuji Coat LC
( Light Cure).
3.3 Hasil Pratikum
BAB IV
KESIMPULAN
Dari seluruh hasil percobaan diatas, hasil yang diperoleh sesuai teori yang ada. Rasio
bubuk dan cairan mempengaruhi setting time dari GIC. Semakin besar perbandingan powder :
liquid maka setting time semakin cepat dibandingkan dengan setting time pada perbandingan
powder : liquid normal. Sedangkan, apabila perbandingan liquid semakin banyak, maka setting
time menjadi lebih lama dibandingkan dengan setting time powder dan liquid yang normal.
DAFTAR PUSTAKA
Annusavice, Kenneth J
Philipps : buku ajar kedokteran gigi/ Kenneth J. Anusavice ; alih bahasa, Johan
Arief Budiman, Susi Purwoko ; editor edisi bahasa Indonesia, Lilian Juwono.- Ed
10. Jakarta : EGC, 2003.
LAPORAN PRATIKUM
ILMU MATERIAL DAN TEKNOLOGI KEDOKTERAN GIGI
RESTORASI MENGGUNAKAN GLASS IONOMER CEMENT
OLEH :
AYU RAHMADHANI
1210070110025
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS BAITURRAHMAH
2014