laporan ilpot materi vi
TRANSCRIPT
Materi VI PENGENALAN RUMAH POTONG HEWAN
Pengantar
6.1 ANALISIS MAKRO6.1.1 Gambaran Umum Lokasi Praktikum
Bangsa ternak yang telah dikenal diatas dipelihara dengan tujuan
untuk memproduksi daging dan dengan tujuan akhir dipotong. Pemotongan
ternak diatur oleh pemerintah melalui beberapa syarat. Syarat yang utama
adalah pemotongan ternak harus dilakukan di Rumah Potong Hewan (RPH)
resmi yang telah ditetapkan, agar dapat dijamin kualitas, kesehatan dan
kehalalan daging, melalui serangkaian tahapan yang harus dilalui.
Penanganan ternak yang akan dipotong dimulai
dengan pemeriksaan sebelum dipotong (ante mortem) dan setelah
dipotong (post mortem) sebelum daging tersebut diputuskan layak edar.
Pemeriksaan ante mortem di RPH dilakukan pada saat ternak dipelataran
yang telah disediakan khusus, melalui beberapa tahapan. Pemeriksaan
dilakukan pada pagi dan sore hari dengan cahaya yang cukup, dan
ternak yang disembelih telah diistirahatkan serta pemeriksaan tidak lama
sebelum ternak disembelih.
Pemeriksaan setelah ternak dipotong (post mortem) seharusnya
dilakukan dibawah cahaya yang cukup dan ternak betul-betul sudah mati
disembelih. Setelah ternak dipotong karkas dibagi menjadi dua bagian kiri
dan kanan serta bagian depan belakang yang dipotong pada posisi rusuk
12-13. Bagian perut atau bagian rongga dada dikeluarkan dan pada saat itu
dilakukan pemeriksaan post mortem yang bertujuan apakah daging dapat
diterima (layak edar), diterima bersyarat untuk daging konsumsi atau
ditolak untuk dimusnahkan.
Untuk materi pengenalan RPH dalam praktikum, dilakukan sebuah
pengenalan RPH secara makro (luas) dan mikro (sempit). Analisis makro
dilakukan terhadap keberadaan RPH secara umum, sedangkan analisis
mikro dilakukan terhadap keberadaan RPH secara khusus. Analisis makro
meliputi sejarah, peraturan yang berlaku dan keberadaan bangunan
Materi VI PENGENALAN RUMAH POTONG HEWAN
LK 20
6.1.1 Gambaran Umum dan Sejarah Rumah Potong Hewan
1. Instansi :
Perusahaan Daerah Rumah Pemotongan Hewan Gadang
2. Sejarah dan Gambaran Umum RPH (berdasarkan wawancara dengan petugas) :Deskripsi sejarah RPH lokasi praktikum :
Alamat lokasi RPH : Jl. Kolonel Sugiono No. 176 Kecamatan Sukun
Luasan total wilayah RPH : ± 2500 m2
RPH ini dikelompokkan kedalam kelas : 2 kelas
Adapun yang menjadi alasan pengelompokan kelas tersebut adalah :
Jumlah pegawai RPH adalah : ± 100 Yang terdiri dari :
Jumlah jagal (pedagang daging yang memanfaatkan jasa RPH) : ± 75
Asal : (sekitar kota Malang / luar kota Malang) *)
*)coret salah satu
RPH Gadang dibangun pada tahun 1937 dan dioperasikan pada tahun
1938 tetapi pembangunan gedung RPH dilakukan sejak jaman
kolonial.Hal ini dapat dilihat dari segi bentuk bangunan.
Pada tahun 1989 RPH Gadang bernama PD Pembantaian. NAmun setelah
keluarnya Perda baru nomor 17 pada tahun 2002, PD Pembantaian
berubah nama menjadi RPH (Rmah Pemotongan Hewan).
Pengelompokan ini dilakukan agar hewan ternak tidak tercampur dan
pada saat pemotongan sampai pembagian karkas tidak membingungkan
pegawai. Pengelompokan ini yaitu pada ternak sapi dan ternak babi.
Pegawai RPH, dokter hewan, penjagal, satpam, pengangkut daging.
Materi VI PENGENALAN RUMAH POTONG HEWAN
LK 20 (lanjutan)
6.1.2 Aspek Legal dan Sosial-
Ekonomi RPH Metode :Isi Quesioner berdasarkan keterangan dan wawancara dengan petugas RPH
1. Bagaimana pola hubungan antara pemerintah dengan jagal di RPH ?
2. Bagaimana pola hubungan antara RPH dengan pemerintah kota ?
3. Apa landasan hukum dari pelaksanaan pemotongan hewan di RPH ?
4. Apakah yang menjadi kendala teknis dan sosial bagi pihak RPH selama ini ?
5. Bagaimana proyeksi pengembangan RPH ke depan ?
Kerja sama,saling member itahu masalah harga jual atau saling memberi informasi. Karena RPH merupakan sebagai pemberi pelayanan dan memfasilitasi jagal dalam melakukan kegiatan pemotongan hewan ternak. Sedangkan jagal sebagai pengguna jasa.
Harus ada kerjasama antara kedua belah pihak. RPH harus mentaati peraturan yang dibuat oleh pemerintah kota. Sedangkan pemerintah kota juga merupakan penanggung jawab atas didirikannya RPH.
Landasan hokum islam dan hukum negara.
Perda No.17 tahun 2002 tentang penggantian nama dari pembantaian menjadi RPH (Rumah Pemotongan Hewan)
Perda No. 10 tahun 1993 tentang mengatur kegiatan RPH
Masalah tempat yang berada ditengah pemukiman penduduk yang mengganggu penduduk dengan bau limbahnya.
Akan lebih memerhatikan tentang pembuangan limbah agar tidak mengganggu masyarakat sekitar.
Berdasarkan hasil wawancara diatas, maka resume dan analisis anda adalah :
Evaluasi LK Catatan : Nilai LKTanggal :
Disahkan sebagai penilaian pada tanggal :
...................................................................................
Pa r a f :
Materi VI PENGENALAN RUMAH POTONG HEWAN
LK 20 (lanjutan)
Resume dan Analisis :
RPH merupakan salah satu tempat penyediaan peralatan untuk jagal dalam proses pemotongan.
Hubungan antara pihak RPH, jagal, pemerintah kota dan masyarakat sekitar harus diperhatikan karena hubungan tersebut akan memberikan kelancaran pada proses yang dilakukan RPH.
Materi VI PENGENALAN RUMAH POTONG HEWAN
Pengantar
6.2. ANALISIS MIKRO
Pada analisis mikro yang dibahas pada sub bab ini, sebuah bangunan
RPH berdasarkan analisis makro yang telah dijelaskan sebelum ini, harus
memenuhi beberapa persyaratan teknis RPH yang telah ditetapkan oleh
pemerintah. Adapun persyaratan teknis yang harus dipenuhi oleh bangunan
RPH adalah :
1. Persyaratan lokasi RPH
2. Persyaratan Sarana RPH
3. Persyaratan Bangunan dan Tata Letak RPH
4. Persyaratan Hewan yang akan Dipotong
6.2.1. Persyaratan Lokasi RPH
Pemerintah telah menetapkanbeberapa persyaratanlokasi RPH
yang dijadikan sebuah landasan dalam pendirian ataupun
pengembangan RPH pada suatu wilayah. Persyaratan lokasi RPH tersebut
adalah sebagai berikut :
a Tidak bertentangan dengan tata ruang wilayah kota.
b Tidak berada di bagian kota yang padat penduduk, letak lebih
rendah dari pemukiman penduduk, dan tidak menimbulkan
pencemaran air.
c Tidak berada dekat waduk, rawan banjir, bebas asap, bau, debu, dan
kontaminasi lain.
d Memiliki lahan yang relative datar dan cukup luas untuk pengembangan RPH.
Metode :
Amati dan kemudian jelaskan keadaan lokasi praktikum berdasarkan
persyaratan lokasinya serta sebutkan batas lokasi RPH menurut 4 penjuru
mata angin !
Materi VI PENGENALAN RUMAH POTONG HEWAN
LK 21
1.2.1. Persyaratan
Lokasi RPH Hasil
Pengamatan :
Gambar dan penjelasan keadaan lokasi praktikum berdasarkan persyaratan
lokasinya serta batas lokasi RPH menurut 4 penjuru mata angin !
Keterangan :
Berdasarkan gambar diatas, maka dapat diketahui batas lokasi RPH :
Sebelah utara : Pom bensin
Sebelah timur : kandang istirahat
Sebelah selatan :Pemukiman tentara
Sebelah barat :Pabrik kertas
Selain itu, deskripsi lokasi RPH tersebut adalahLokasi RPH tersebut masih ditengah pemukiman masyarakat yang dapat mengganggu Masyarakat akibat limbah yang dihasilkan oleh RPH
U
Pom Bensin
RPH
Pemukiman Tentara
Pabrik
Kertas
Kandang Istirahat
Materi VI PENGENALAN RUMAH POTONG HEWAN
LK 21 (lanjutan)
Pembahasan :
Berdasarkan hasil pengamatan, maka dapat dideskripsikan bahwa lokasi RPH
Lokasi RPH tersebut (sesuai / tidak) *) dengan
pendapat yang
menyatakan bahwa,
Ditambahkan oleh pendapat
yang menyebutkan bahwa syarat teknis lokasi RPH adalah
Bangunan RPH harus jauh dari pusat kota atau pemukiman padat
penduduk dan tidak jauh dari pasar. Selain itu, RPH juga harus dekat
dengan jalan raya atau jalan besar agar kendaraan besar dapat dengan
jelas dan mudah mengakses RPH.
RPH juga harus dilengkapi dengan tempat pengolahan limbah hingga
limbah RPH tidak mencemari lingkungan sekitar.
Tempat pemotongan hewan sebaiknya terletak antara 2-3 km dari
lingkungan padat penduduk dan dekat dengan sumber air (sumur) karena
air merupakan komponen vital dalam RPH. Peran air sangat dalam proses
pemotongan hewan, karena air sering banyak digunakan oleh pekerja
atau karyawan dalam jumlah besar oleh karena itu butuh sumber air
bersih yang cukup banyak dalam kegiatan di RPH.
RPH yang ideal letaknya 2-3 km dari keramaian dan pemukiman
penduduk. Jauh dengan pasar dan dekat dengan jalan raya. Di dalam RPH
harus mempunyai pengolahan limbah sendiri , adanya fasilitas listrik, dan
tidak membahayakan lingkungan penduduk sekitar. Sehingga tidak ada
pihak yang merasa dirugikan.
Burhanudin,2009
Anonymous, 2009
Berdasarkan pembahasan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa lokasi RPH ini
Evaluasi LK Catatan : Nilai LKTanggal :
Disahkan sebagai penilaian pada tanggal :
...................................................................................
Pa r a f :
Materi VI PENGENALAN RUMAH POTONG HEWAN
LK 21 (lanjutan)
Kesimpulan :
Daftar Pustaka(min. 2 pustaka dari Jurnal/Artikel Ilmiah tahun 2007-2010 diunduh dari Internet)
Lokasi RPH harus memenuhi persyaratan yang telah di tentukan agar
tidak mengganggu pemukiman penduduk serta mudah diakses.
Sebaiknya lokasi RPH dipindahkan agar tidak terlalu dekat dengan
pemukiman penduduk.
Anonymous,2009. Standart Pelayanan Umum Perusahaan Daerah RPH Kota Malang. Http://www.malangkota.go.id/pdf/spp/spp-rph.pdf. diakses tanggal 8 November 2010
Burhanudin,2009. Studi Kelayakan RPH Kabupaten Kutai Timur. Http://www.smecda.com/kajian/filesjournal/_3_%20jurnal_rph.pdf. Diakses tanggal 7 November 2010.
Materi VI PENGENALAN RUMAH POTONG HEWAN
Pengantar
6.2.2. Persyaratan Sarana RPH
Persyaratan kedua yang harus dipenuhi oleh bangunan RPH sesuai
dengan ketentuan pemerintah adalah persyaratan sarana yang terdapat
didalam area RPH. Persyaratan sarana tersebut antara lain adalah RPH
harus dilengkapi dengan :
a. Sarana jalan menuju RPH yang dapat dilalui kendaraan
pengangkut hewan potong dan kendaraan daging.
b. Sumber air yang
cukup. c. Sumber
tenaga listrik.
d. RPH babi harus ada persediaan air panas.
Metode :
Amati dan kemudian jelaskan kondisi sarana RPH lokasi praktikum
berdasarkan persyaratan sarananya !
Materi VI PENGENALAN RUMAH POTONG HEWAN
LK 22
1.2.2. Persyaratan
Sarana RPH Hasil
Pengamatan :
Gambar l a y o ut s a ra n a RP H dan penjelasan kondisinya di lokasi
praktikum berdasarkan persyaratan sarananya !
Keterangan Gambar :1.Mushola 5.Kantor 9.Ruang pelayuan 13.Aula
2.Parkir 6.Kandang istirahat 10.R.bagi daging 14.Laboratorium
3.Pos satpam 7.Ruang pengulitan 11.R.pemisah 15.R.pemisah
4.Kantin 8.Ruang kotor 12.R.karyawan 16.R.kantor
Kondisi sarana RPH di lokasi praktikum :
a. Kondisi jalan : (baik / sedang / rusak) *)
b. Sumber air berupa : (air sumur / PDAM / lainnya : ..................................) *)
c. Tempat penampungan air : (tandon / bak) *), ukuran :
d. Kondisi tempat penampungan air : (baik / sedang / rusak) *)
e. Sumber tenaga listrik : (listrik PLN / genset / pembangkit listrik lokal) *)
f. Bak air panas pada RPH babi : (ada / tidak) *)
g. Bahan dan ukuran bak air panas : plastik dan volumenya kira-kira ± 1000 L
1 2 3
4
5
6
7 9 10
8 11
14
12
13
15
17
18
16
Materi VI PENGENALAN RUMAH POTONG HEWAN LK 22 (lanjutan)
Pembahasan :
Sarana RPH harus memenuhi persyaratan kelengkapan dan kelayakan,
sebagaimana pendapat Burhanudin ,2009
dan ditambahkan oleh pendapat Anonymous,2009
yang menyebutkan bahwa
Berdasarkan kedua pendapat diatas, maka sarana RPH di lokasi praktikum sudah
(memenuhi / tidak) *) syarat kelengkapan dan kelayakan sarana RPH, dikarenakan
Lokasi RPH yang sangat baik bekisar antara 2-3 km dari pemukiman
warga dan padat penduduk. Serta pemukiman warga letaknya yang
sangat dekat dengan lokasi pasar untuk pemasaran daging yang telah
dipotong.
Bangunan RPH di kelilingi oleh pagar yang sangat luas mengelilingi area
RPH sehingga aman untuk proses pemotongan. Proses pemotongan sapi,
kerbau dan kuda memerlukan air bersih sekitar 1000 liter. Sedangkan
untuk babi 450 liter dan untuk kambing dan domba sekitar 100 lite per
ekor dalam sehari.
Lokasi RPH sudah cukup jauh dengan pasar dan dekat dengan jalan raya.
Selain itu RPH sudah memenuhi persyaratan AMDAL. Fasilitas dan sarana
di RPH juga sudah memenuhi persyaratan.
Berdasarkan pembahasan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa lokasi RPH ini
Evaluasi LK Catatan : Nilai LKTanggal :
Disahkan sebagai penilaian pada tanggal :
...................................................................................
Pa r a f :
Materi VI PENGENALAN RUMAH POTONG HEWAN
LK 22 (lanjutan)
Kesimpulan :
Daftar Pustaka(min. 2 pustaka dari Jurnal/Artikel Ilmiah tahun 2007-2010 diunduh dari Internet)
Proses pemotongan di RPH Gadang telah baik dalam pemotongan dan
pengolahan limbah hasil pemotongan serta segi pemasaran daging yang
baik.
Anonymous,2009. Standart Pelayanan Umum Perusahaan Daerah RPH Kota Malang. Http://www.malangkota.go.id/pdf/spp/spp_rph.pdf. Diakses tanggal 8 November 2010.
Burhanudin,2009. Studi Kelayakan RPH di KAbupaten Kutai Timur. Http://www.smecda.com/kajian/filesjurnal/3%20jurnalrph.pdf. Diakses tanggal 7 November 2010.
Materi VI PENGENALAN RUMAH POTONG HEWAN
Pengantar
6.2.3. Persyaratan Bangunan dan Tata Letak RPH
Persyaratan selanjutnya yang harus dipenuhi oleh bangunan RPH
sesuai dengan ketentuan pemerintah adalah persyaratan bangunan dan
tata letaknya didalam area RPH. Pada persyaratan bangunan dan tata
letaknya ini mendeskripsikan bahwa sebuah bangunan RPH terdiri dari
beberapa bangunan yang tergabung dalam sebuah area (komplek)
bangunan RPH. Persyaratan bangunan dan tata letaknya menunjukkan
bahwa komplek bangunan RPH terdiri dari :
a. Bangunan Utama
b. Kandang Penampung dan istirahat
hewan c. Kandang isolasi
d. Kantor
e. Sarana penanganan
limbah f. Gardu listrik
g. Pintu masuk hewan dan pintu keluar daging
Bangunan dalam komplek RPH terpisah dalam bangunan sendiri-
sendiri yang dipisahkan dan dihubungkan dengan sarana jalan sebagaimana
telah dijelaskan pada sub bagian sebelum ini. Pengecualian terjadi pada
RPH yang tidak hanya digunakan untuk pemotongan 1 (satu) jenis hewan
ternak saja, dimana masing-masing RPH untuk pemotongan jenis hewan
ternak yang berlainan harus memiliki komplek bangunan sebagaimana
diatas dan dipisahkan oleh pagar yang cukup representatif antar RPH untuk
jenis hewan ternak yang berlainan, meskipun dalam suatu komplek
bangunan yang sama.
Pada bangunan utama RPH, dapat dipisahkan lagi oleh beberapa
ruangan yang terdiri dari : daerah bersih, daerah kotor, ruang
pelengkap dan sistem saluran pembuangan limbah. Pembahasan lebih
detail untuk masalah ini akan dibahas pada lembar kerja 24 sampai dengan
lembar kerja 27.
Metode :
Amati dan kemudian jelaskan kompleks bangunan dan tata letaknya
Materi VI PENGENALAN RUMAH POTONG HEWAN
LK 23
1.2.3. Persyaratan Bangunan dan Tata
Letak RPH Hasil Pengamatan :
Gambar l a y b a n g u na n R P H dan penjelasan kondisinya di lokasi praktikum
berdasarkan persyaratan sarananya !
RPH SAPI RPH BABI
Keterangan Gambar :
RPH SAPI
RPH BABI1.Kandang karantina 1.Peristirahatan babi
2.Tempat pemotongan 2.ruang retribusi
3.Tempat pelayuan 3.Pembagian daging
4.Tempat pembagian karkas 4.Pembagian karkas
5.Saluran air limbah
6.Filter limbah cair
7.Container limbah padat
8 7
1
6
5
4 3 2
1
4 3 2
8.Tempat pencucian jeroan
Buku Penuntun dan Laporan Praktikum
Ilmu Produksi Ternak
Kode MK PEP
Materi VI PENGENALAN RUMAH POTONG HEWAN LK 23 (lanjutan)
Pembahasan :
Bangunan dan tata letak RPH harus memenuhi persyaratan
kelengkapan dan kelayakan, sebagaimana pendapat
Anonymous1,2009
dan ditambahkan oleh pendapat Anonymous2,2009
yang menyebutkan bahwa
Berdasarkan kedua pendapat diatas, maka bangunan RPH di lokasi
praktikum dan tata letaknya sudah (memenuhi / tidak) *) syarat
kelengkapan dan kelayakan
Bangunan dan tata letak RPH, dikarenakan
Laboratorium Ternak Potong – Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya 78|
RPH Gadang hanya memiliki ruang pemingsanan pada ternak babi
saja,tetapi hanya sapi Brahman yang perlu proses pemingsanan karena
sapi Brahman tidak memiliki keluh sehingga tidak efisien. Apabila
langsung di gantung pada RPH sapi tempet pengeluaran darah dan
pemotongan dijadikan satu ruangan dan di lengkapi dengan tali dan 2
buah ring untuk merobohkan posisi sapi pada arah kiblat dan kemudian
Tempat pemingsanan, pemotongan dan pengeluaran darah harus
dipisahkan dengan proses yang lain. Juka darah tidak dimanfaatkan lagi
maka darah dialirkan ke tempat yang terpisah. Sedangkan pada babi
menggunakan voltase minimal 2 ampere untuk memingsankan babi.
Kemudian melakukan proses penusukan leher sampai ternak mati.
Tempat pemingsanan pada RPH Gadang terletak satu tempat dengan
pemotongan. Sedangkan pada RPH babi terletak terpisah. Proses
penyelesaian meliputi pemisahan kepala,kaki,pengulitan dan
pengeluaran organ visceral pada tubuh ternak. Ruang untuk alat visceral
dan pembersihan perut harus dikerjakan secara higienis dengan
memerlukan air cukup bayak sedangkan ruang pengulitan di dekatkan
pada bejana berisi air panas sehingga mudah dalam pemindahan ternak
untuk proses pengulitan atau penghilangan bulu-bulu babi.
79Laboratorium Ternak Potong – Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya
Berdasarkan pembahasan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa lokasi RPH ini
Evaluasi LK Catatan : Nilai LKTanggal :
Disahkan sebagai penilaian pada tanggal :
...................................................................................
Pa r a f :
Buku Penuntun dan Laporan Praktikum
Ilmu Produksi Ternak
Kode MK PEP
Materi VI PENGENALAN RUMAH POTONG HEWAN
LK 23 (lanjutan)
Kesimpulan :
Daftar Pustaka(min. 2 pustaka dari Jurnal/Artikel Ilmiah tahun 2007-2010 diunduh dari Internet)
Seluruh ruangan telah dilengkapi dengan peralatan dan ruang-ruang
yang sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan sebagai standar
nasional rumah pemotongan hewan (RPH).
Anonymous1,2009. Standart Pelayanan Umum PD RPH Kota Malang. Http://www.malangkota.go.id/pdf/spp/spp_rph.pdf. Diakses tanggal 9 November 2010.
Anonymous2,2009. RPH Baru Penuhi Dua Kriteria. Http://www.bogor.net. Diakses tanggal 10 November 2010.
No. RPH Sapi
RPH Babi
a.
b.
c. Gambar Lay Out Gambar Lay Out
80Laboratorium Ternak Potong – Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya
Buku Penuntun dan Laporan Praktikum
Ilmu Produksi Ternak
Kode MK PEP
Materi VI PENGENALAN RUMAH POTONG HEWAN
LK 24
6.2.3.1. Daerah Bersih
a. Tempat penimbangan
karkas. b. Tempat keluar
Karkas.
Metode :
Amati dan kemudian jelaskan fungsi dan deskripsikan masing – masing point
diatas berdasarkan kondisi di lokasi serta gambarkan lay out daerah bersih
pada bangunan utama !
Hasil Pengamatan :
Setelah karkas dibersihkan dan dibagi menurut bagian kelompok yaitu kaki kiri/kanan dan 2 tungkai belakang/depan.
Tempat pemotongan dan tempat pengeluaran organ visceral dan penanganan limbah setelah karkas
Tempat keluar karkas berada disebelah tempat penimbunan karkas yang terpisah oleh pintu agar daging tidak terkontaminasi.
Tempat keluar karkas berada sebelah tempat penimbangan yang terpisah oleh pintu agar daging steril.
Ruang pelayuan
Ruang penimbangan karkas
Ruang keluar karkas
Tempat Tempat
Penimbangan Keluar
Karkas Karkas
81Laboratorium Ternak Potong – Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya
Buku Penuntun dan Laporan Praktikum
Ilmu Produksi Ternak
Kode MK PEP
Materi VI PENGENALAN RUMAH POTONG HEWAN LK 24 (lanjutan)
Pembahasan :
Bangunan utama RPH harus memenuhi persyaratan kelengkapan dan
kelayakan daerah bersih, sebagaimana pendapat Burhanudin,2009
dan ditambahkan oleh pendapat Anonymous,2009
yang menyebutkan bahwa
Berdasarkan kedua pendapat diatas, maka daerah bersih di
bangunan utama RPH di lokasi praktikum sudah (memenuhi / tidak)
*) syarat kelengkapan dan kelayakan, dikarenakan
RPH yang baik harus terdapat peralatan yang mempercepat kerja
karyawan sehingga tidak memparsulit karyawan yang terlibat dalam RPH.
Perlengkapan rel dan alat gantung menjadi salah satu alat pokok dalam
RPH, karena alat tersebut dapat memudahkan karyawan dalam proses
pengangkutan daging sapi yang telah dilakukan pengulitan.
Tempat pengeluaran karkas dari tempat pemotongan berbeda dengan
tempat masuknya ternak. Tempat keluarnya karkas memiliki roda. Hal ini
dikarenakan agar daging tidak secara langsung bersentuhan dengan
lantai dinding ruang pemotongan harus dibuat licin agar mudah dalam
pembersihan setelah pemotongan.
Ruang penmbangan karkas menjadi satu dengan ruang pembagian atau
pemotongan karkas. Ruang ini dilengkapi dengan penggantung karkas
yang digunakan untuk memudahkan pembagian karkas.
Karkas dikeluarkan dari tempat pemotongan dengan menggunakan
kereta gantung sehingga dalam pengangkutan lebih mudah.
Berdasarkan pembahasan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa lokasi RPH ini
Evaluasi LK Catatan : Nilai LKTanggal :
Disahkan sebagai penilaian pada tanggal :
...................................................................................
Pa r a f :
82Laboratorium Ternak Potong – Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya
Buku Penuntun dan Laporan Praktikum
Ilmu Produksi Ternak
Kode MK PEP
Materi VI PENGENALAN RUMAH POTONG HEWAN
LK 24 (lanjutan)
Kesimpulan :
Daftar Pustaka(min. 2 pustaka dari Jurnal/Artikel Ilmiah tahun 2007-2010 diunduh dari Internet)
Tempat untuk pembagian dan pemotongan dijadikan satu ruangan yang
sama dengan tujuan mempermudah kerja dari karyawan.
Anonymous,2009. Satndart Pelayaran Umum PD RPH Kota Malang. Http://www.malangkota.go.id/pdf/spp/spp-rph.pdf. Diakses tanggal 10 November 2010.
Burhanudin,2009. Studi Kelayakan RPH di Kabupaten Kutai Timur. Http://www.smecda.com/kajian/files/jurnal/3_%20jurnal-rph.pdf. Diakses tanggal 10 November 2010.
83Laboratorium Ternak Potong – Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya
Buku Penuntun dan Laporan Praktikum
Ilmu Produksi Ternak
Kode MK PEP
Materi VII PENGENALAN RUMAH POTONG HEWAN
LK 25
6.2.3.2. Daerah Kotor :
a. Tempat pemingsanan, tempat pemotongan, dan tempat pengeluaran darah.
b. Tempat penyelesaian proses penyembelihan (pemisahan kepala,
keempat kaki, pengulitan, pengeluaran alat – alat viseral, alat
pencernaan).
c. Ruang untuk alat viseral dan pencernaan
(jerohan). d. Ruang untuk kulit.
e. Ruang untuk kepala dan kaki.
f. Tempat pemeriksaan post
mortem. g. Dinding dan lantai.
h. Bangunan utama harus dilengkapi dengan sistem rel (Railing System)
dan alat penggantung karkas yang didesaian khusus dan disesuaikan
dengan alur proses untuk mempermudah proses pemotongan dan
menjaga agr karkas tidak menyentuh lantai dan dinding.
Metode :
Amati dan kemudian deskripsikan masing–masing point diatas berdasarkan
kondisi di lokasi serta gambarkan lay out daerah kotor pada bangunan
utama !
RPH Sapi
RPH Babi
Gambar Lay Out Gambar Lay Out
84Laboratorium Ternak Potong – Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya
Buku Penuntun dan Laporan Praktikum
Ilmu Produksi Ternak
Kode MK PEP
Materi VII PENGENALAN RUMAH POTONG HEWAN
LK 25 (lanjutan)
6.2.3.2. Daerah
Kotor : Hasil
Pengamatan :
1. Kandang karantina
2. Tempat pemotongan
3. Tempat pelayuan
4. Tempat pembagian karkas
5. Saluran air limbah
6. Filter limbah air
7. Container limbah padat
8. Tempat cucui jeroan
1. Peristirahatan babi
2. Ruang retribusi
3. Pembagian daging
4. Pembagian karkas
8 71
6
5
4 3 2
1
4 3 2
85Laboratorium Ternak Potong – Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya
Buku Penuntun dan Laporan Praktikum
Ilmu Produksi Ternak
Kode MK PEP
Materi VII PENGENALAN RUMAH POTONG HEWAN LK 25 (lanjutan)
Penjelasan gambar lay out diatas :
No. RPH Sapi RPH Babia.
b.
c.
d.
e.
Tidak terdapat ruang pemingsanan karena pemotongan pada sapi tidak ada pemingsanan, namun dengan mengikat 4 kaki, dirobohkan, disembelih dan pengeluaran darah jadi satu.
Terdapat tempat pemingsanan
pada RPH babi yang mana
terdapat starting untuk
melemahkan kondisi tubuh
babi.
Tempat penyelesaian proses penyembelihan berada pada satu tempat dengan tempat pemotongan mulai dari pemisahan kepala, kaki, pengulitan dan alat-alat visceral dan alat pencernaan.
Tempat penyelesaian proses pengulitan dan penyembelihan berada dibawah tempat pemingsanan di dekat bak air panas.
Ruang untuk alat pencernaan dan alat viseral jadi satu dengan tempat pemotongan hewan ternak.
Tempat ini berada dibawah pemingsanan,setelah dilakukan pengerukan bulu, kemudian pengeluaran rongga perut dan dada lalu dibersihkan.
Ruang untuk kulit tidak terdapat ruang khusus penanganan kulit karena kulit hewan ternak langsung diambil oleh pedaging.
Tidak terdapat tempat
penanganan kulit, karena kulit
termasuk pada bagian karkas
hewan ternak.
Ruang untuk kepala dan kaki berada di sebelah ruang pemotongan.
Tidak ada ruang khusus untuk kepala dan kaki, melainkan jadi satu dengan tempat pemotongan dan penggantungan karkas.
No. RPH Sapi
RPH Babi
f.
g.
H.
86Laboratorium Ternak Potong – Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya
Buku Penuntun dan Laporan Praktikum
Ilmu Produksi Ternak
Kode MK PEP
Materi VII PENGENALAN RUMAH POTONG HEWAN
LK 25 (lanjutan)
(Lanjutan) penjelasan gambar lay out diatas :
Tempat pemeriksaan
postmortem dilakukan disebelah
ruang pemotongan atau didekat
ruang pemotongan.
Pemeriksaan postmoertem
dilakukan ditempat
pemotongan dan pada kandang
sebelum ternak memasuki
ruang pemingsanan
menggunakan alat-alat dari
listrik.
Dinding terbuat dari batu bata, sebagian ada yang terbuat dari keramik berwarna putih kurang lebih 1m dari bawah lantai terbuat dari semen yang dibuat miring agar air mudah mengalir.
Dinding terbuat dari bata dan sebagian terbuat dari keramik putih dengan konstruksi lantai agak miring dan terdapat got aluran air agar mudah mengalir pada posisi miring.
Bangunan utama di lengkapi dengan sistem real radar alat penggantung karkas. Setelah sapi dipotong, sapi kemudian digantung untuk pengeluaran darah dan proses pengulitan agar lebih mudah, karena posisi badan ternak menyentuh lantai secara langsung sehingga mempermudahnya.
Bangunan utama pada RPH babi terdapat rel dan alat penggantung karkas. Hal ini memudahkan dalam pengangkutan daging babi ke ruangan selanjutnya tanpa susah payah, karena daging babi tidak akan menyentuh lantai secara langsung.
87Laboratorium Ternak Potong – Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya
Buku Penuntun dan Laporan Praktikum
Ilmu Produksi Ternak
Kode MK PEP
Materi VI PENGENALAN RUMAH POTONG HEWAN LK 25 (lanjutan)
Pembahasan :
Bangunan utama RPH harus memenuhi persyaratan kelengkapan dan
kelayakan daerah kotor, sebagaimana pendapat Anonymous1,2009
dan ditambahkan oleh pendapat Anonymous2,2009
yang menyebutkan bahwa
Berdasarkan kedua pendapat diatas, maka daerah kotor pada
bangunan utama RPH di lokasi praktikum sudah (memenuhi / tidak) *)
syarat kelengkapan dan kelayakan, dikarenakan
RPH Gadang hanya memiliki ruang pemingsanan pada ternak babi
saja,tetapi pada ternak sapi tidak ada, sehingga tidak efisien apabila
ternak langsung digantung pada RPH sapi. Tempat pengeluaran darah
dan pemotongan dijadikan satu ruangan dan dilengkapi dengan tali dan
dua buah ring untuk merobohkan posisi sapi pada arah kiblat dan
Tempat pemingsanan,pemotongan dan pengeluaran darah harus
dipisahkan dengan proses yang lain. Jika darah tidak dimanfaatkan lagi
maka darah dialirkan ke tempat yang terpisah. Sedangkan pada babi
menggunakan voltase minimal 2 ampere untuk memingsankan babi.
Kemudian melakukan proses penusukan leher sampai ternak mati.
Tempat pemingsanan pada RPH Gadang terletak satu tempat dengan
pemotongan. Sedangkan pada RPH babi terletak terpisah. Proses
penyelesaian meliputi pemisahan kepala,kaki,pengulitan dan
pengeluaran organ visceral dan pembersihan perut harus dikerjakan
secara higienis dengan memerlukan air cukup banyak. Sedangkan ruang
pengulitan didekatkan pada bejana berisi air panas sehingga mudah
dalam pemindahan ternak untuk proses pengulitan bulu-bulu babi.
Berdasarkan pembahasan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa lokasi RPH ini
Evaluasi LK Catatan : Nilai LKTanggal :
Disahkan sebagai penilaian pada tanggal :
...................................................................................
Pa r a f :
88Laboratorium Ternak Potong – Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya
Buku Penuntun dan Laporan Praktikum
Ilmu Produksi Ternak
Kode MK PEP
Materi VI PENGENALAN RUMAH POTONG HEWAN
LK 25 (lanjutan)
Kesimpulan :
Daftar Pustaka(min. 2 pustaka dari Jurnal/Artikel Ilmiah tahun 2007-2010 diunduh dari Internet)
Seluruh ruangan telah dilengkapi dengan peralatan dan ruang-ruang
yang sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan sebagai standart
nasional RPH.
Pada RPH sapi membutuhkan alat pemingsanan ternak seperti pada
tempat RPH babi. Agar mempermudah penyembelihan ternak tersebut.
Anonymous1,2009. Standart Pelayanan Umum PD RPH Kota Malang. Http://www.malangkota.go.id/pdf/spp/spp_rph.pdf. Diakses tanggal 10 November 2010
Anonymous2,2009. RPH Baru Penuhi Dua Kriteria. Http://www.bogor.net. Diakses tanggal 11 November 2010.
No. RPH Sapi
RPH Babi
a.
b.
c.
d.
89Laboratorium Ternak Potong – Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya
Buku Penuntun dan Laporan Praktikum
Ilmu Produksi Ternak
Kode MK PEP
Materi VII PENGENALAN RUMAH POTONG HEWAN
LK 26
6.2.3.3.Ruang Pelengkap RPH dilengkapi :
a. Ruang Pendingin (Chilling Room) atau Ruang
pelayuan. b. Ruang Pembeku.
c. Ruang pembagian karkas (meat cutting room) dan
pengemasan. d. Laboratorium.
Metode :
Amati dan kemudian jelaskan fungsi masing – masing point diatas
berdasarkan literatur dan kondisi di lokasi !
Hasil Pengamatan :
Ruang pelayuan terletak pada sebelah ruang pemotongan. Berdasarkan jalur pengangkutan daging,fungsinya untuk melayukan daging setelah
Ruang pelayuan pada ternak babi berada disebelah timur tempat pemotongan karkas. Fungsinya untuk melayukan daging agar tampak lebih lunak.
Ruang pembekuan tidak tersedia karena jumlah pemotongan relative seimbang. Fungsinya untuk menjaga kualitas daging untuk jangka waktu panjang.
Ruang pembekuan tidak ada karena daging tidak ada yang disimpan dalam jangka waktu panjang.Fungsinya untuk penyimpanan daging.
Ruang pembagian karkas merupakan ruang terakhir dari jalur pengangkutan. Fungsinya untuk memotong dan menimbang karkas.
Terletak pada bagian selatan dari ruang pemotongan.Ruang ini jadi satu dengan pengulitan.Fungsinya untuk memotong dan membagi karkas.
Laboratorium digunakan untuk meneliti daging sebelum dipasarkan yang dicurigai sebagai daging yang terjangkit penyakit.
Laboratorium digunakan untuk meneliti daging /karkas dari ternak yang telah dicurigai memiliki penyakit sehingga akan membahayakan konsumen.
90Laboratorium Ternak Potong – Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya
Buku Penuntun dan Laporan Praktikum
Ilmu Produksi Ternak
Kode MK PEP
Materi VI PENGENALAN RUMAH POTONG HEWAN LK 26 (lanjutan)
Pembahasan :
Bangunan utama RPH harus memenuhi persyaratan kelengkapan dan kelayakan
Ruang pelengkap, sebagaimana pendapat Anonymous1,2009
dan ditambahkan oleh pendapat Anonymous2,2009
yang menyebutkan bahwa
Berdasarkan kedua pendapat diatas, maka ruang pelengkap pada
bangunan utama RPH di lokasi praktikum sudah (memenuhi / tidak) *)
syarat kelengkapan dan kelayakan, dikarenakan
Ruang pelayuan merupakan suatu ruangan yang digunakan untuk
pelayuan daging. Setelah dilakukan pemotongan ternak yang hanya
memiliki waktu beberapa saat saja agar daging yang akan dibagi akan
terasa lebih lunak.
Disetiap RPH sebaiknya dilengkapi dengan ruang pelayuan,sebab ruang
tersebut memiliki fungsi pokok apabila terdapat jumlah daging yang
besar dan dilengkapi dengan pengait dan penggantung karkas. Hal ini
dimaksudkan agar daging yang dilayukan tidak menyentuh lantai dan
terkontaminasi oleh mikroorganisme.
RPH Gadang tidak dilengkapi dengan ruang pendingin karena
pendistribusian daging sangat cepat dan langsung habis. Sehingga
daging tidak lagi dibekukan. Sedangkan ruang pemotongan karkas dibuat
dar bahan keramik yang bertujuan agar lebih bersih dan higienis serta
memudahkan dalam pembersihan kembali setelah kegiatan pemotongan.
Berdasarkan pembahasan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa lokasi RPH ini
Evaluasi LK Catatan : Nilai LKTanggal :
Disahkan sebagai penilaian pada tanggal :
...................................................................................
Pa r a f :
91Laboratorium Ternak Potong – Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya
Buku Penuntun dan Laporan Praktikum
Ilmu Produksi Ternak
Kode MK PEP
Materi VI PENGENALAN RUMAH POTONG HEWAN
LK 26 (lanjutan)
Kesimpulan :
Daftar Pustaka(min. 2 pustaka dari Jurnal/Artikel Ilmiah tahun 2007-2010 diunduh dari Internet)
RPH yang baik adalah RPH yang mampu menghasilkan daging dengan
kualitas baik dan tidak berbahaya bagi konsumen dan memiliki ruang-
ruang sesuai dengan fungsinya.
Anonymous1,2009. Standart Pelayanan Umum PD RPH Kota Malang. Http://www.malangkota.go.id/pdf/spp/spp_rph.pdf. Diakses tanggal 10 November 2010.
Anonymous2,2009. RPH Baru Penuhi Dua Kriteria. Http://www.bogor.net. Diakses tanggal 11 November 2010.
RPH Sapi
RPH Babi
92Laboratorium Ternak Potong – Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya
Buku Penuntun dan Laporan Praktikum
Ilmu Produksi Ternak
Kode MK PEP
Materi VII PENGENALAN RUMAH POTONG HEWAN
LK 27
6.2.3.4.Sistem Saluran Pembuangan Limbah
Metode :
Amati dan kemudian gambar layout Sistem Saluran Pembuangan Limbah
cair dan padat pada komplek RPH sesuai kondisi di lokasi !
Hasil Pengamatan :
1. Saluran pengeluaran
2. Tempat penyimpanan limbah padat
3. Tempat pembuangan ke sungai
4. Pintu pembuangan
5. Saluran pembuangan
1. Saluran air
2. Tempat limbah padat
3. Tempat limbah cair
4. Pintu pembuangan
5. Jalan pembuangan menuju sungai
2 5 2 1
3 3
2
4
2 1
3
5
Buku Penuntun dan Laporan Praktikum
Ilmu Produksi Ternak
Kode MK PEP
Materi VI PENGENALAN RUMAH POTONG HEWAN LK 27 (lanjutan)
Pembahasan :
Bangunan utama RPH harus memenuhi persyaratan kelengkapan dan kelayakan
Saluran pembuangan limbah, sebagaimana pendapat Anonymous1,2009
dan ditambahkan oleh pendapat Anonymous2,2009
yang menyebutkan bahwa
Berdasarkan kedua pendapat diatas, maka saluran pembuangan
limbah pada bangunan utama RPH di lokasi praktikum sudah
(memenuhi / tidak) *) syarat
kelengkapan dan kelayakan, dikarenakan
Laboratorium Ternak Potong – Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya 93|
Limbah yang dihasilkan di RPH Gadang ada 2 jenis yaitu limbah padat
dan limbah cair. Untuk limbah padat,langsung dimasukkan ke dalam
container untuk selanjutnya dibuang ke TPA cupiturang. Sedangkan
untuk limbah cair di RPH Gadang telah disediakan unit penanganan
limbah berupa campuran kotoran dan air yang diserap pada kolam dan
diberi suatu zat untuk menghilangkan bau.
Limbah cair yang telah melewati penyaringan dialirkan ke sungai dan
beberapa digunakan sebagai bahan penggunaan biogas. Pembuangan
limbah di RPH Gadang setidaknya telah tergolong baik karena limbah
yang telah dihasilkan sudah mengalir limbah yang ramah lingkungan.
Pembuangan limbah di RPH Gadang sudah tergolong baik karena limbah
yang dihasilkan sudah disaring terlebih dahulu yang kemudian akan
dialirkan ke sungai. Selain itu pengelolaan limbah di RPH Gadang telah
diolah menjadi biogas yang ramah lingkungan.
94Laboratorium Ternak Potong – Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya
Berdasarkan pembahasan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa lokasi RPH ini
Evaluasi LK Catatan : Nilai LKTanggal :
Disahkan sebagai penilaian pada tanggal :
...................................................................................
Pa r a f :
Buku Penuntun dan Laporan Praktikum
Ilmu Produksi Ternak
Kode MK PEP
Materi VI PENGENALAN RUMAH POTONG HEWAN
LK 27 (lanjutan)
Kesimpulan :
Daftar Pustaka(min. 2 pustaka dari Jurnal/Artikel Ilmiah tahun 2007-2010 diunduh dari Internet)
Limbah yang dihasilkan dari kegiatan RPH ada dua jenis yaitu limbah
padat dan limbah cair yang kedua-duanya telah diolah menjadi limbah
yang ramah akan lingkungan.
Anonymous1,2009. Standart Pelayanan Umum PD RPH Kota Malang. Http://www.malangkota.go.id/pdf/spp/spp_rph.pdf. Diakses tanggal 10 November 2010.
Anonymous2,2009. RPH Baru Penuhi Dua Kriteria. Http://www.bogor.net. Diakses tanggal 11 November 2010.
95Laboratorium Ternak Potong – Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya
Buku Penuntun dan Laporan Praktikum
Ilmu Produksi Ternak
Kode MK PEP
Materi VI PENGENALAN RUMAH POTONG HEWAN
Pengantar
6.2.4. Persyaratan Hewan yang akan Dipotong
Pada persyaratan bagi RPH tidak hanya persyaratan teknis dan fisik
bangunan saja, namun juga persyaratan yang menyangkut prosedur
pemotongan hewan. Hal ini sesuai dengan tujuan keberadaan RPH sebagai
tempat untuk kontrol pemotongan hewan agar dapat dijamin kualitas,
kesehatan dan kehalalan daging bagi konsumen.
Persyaratan terakhir yang akan dibahas ini, menyangkut persyaratan
teknis terhadap prosedur hewan yang akan dipotong. Persyaratan tersebut
terdiri dari :
a. Breed yang akan dipotong (ditulis sesuai dengan yang saudara amati).
b. Jenis kelamin.
c. Umur (rata – rata
pemotongan), d. Judging
e. Pemeriksaan ante mortem/ syarat – syarat lolos
potong. f. Prosedur pemotongan
g. Pemeriksaan post mortem/ syarat – syarat pemeriksaan daging layak edar.
Persyaratan tersebut diatas berlaku untuk semua hewan yang akan
dipotong di RPH. Pada pelaksanaan praktikum nantinya akan dilakukan
pada 2 (dua) pengamatan terhadap RPH untuk ternak sapi dan RPH untuk
ternak babi. Hal ini dimaksudkan untuk dapat mengetahui detail prosedur
yang berbeda pada RPH yang melaksanakan pemotongan ternak yang
berbeda pula.
Metode :
Amati dan diskusikan dengan petugas serta kemudian jelaskan
persyaratan hewan yang akan dipotong termasuk RPH babi yang ada di
lokasi praktikum !
96Laboratorium Ternak Potong – Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya
Buku Penuntun dan Laporan Praktikum
Ilmu Produksi Ternak
Kode MK PEP
Materi VI PENGENALAN RUMAH POTONG HEWAN LK 28
6.2.4.1. Persyaratan Ternak Sapi yang akan Dipotong
Hasil Pengamatan :
a. Breed dan jumlah yang dipotong
BREED
JUMLAH (ekor)Brahman 3
PO 70
b. Jenis kelamin (jumlah dan persentase)
Jenis Kelamin
Jumlah
Persentase (%)
♂ 60-70 98%
♀ 1-3 2%
c. Umur (jumlah dan persentase)
PI Jumlah
Persentase (%)
PI0
PI2 Poel 1 50-60 95%
PI4 Poel 2 1-10 5 %
PI6
PI8
Item Penilaian Nilai
(A)
Skor(B)
Jumlah Nilai(A x
1 Konformasi (bentuk/potongan)
(10) 3
2 Tubuh bagian belakang (10) 4
3 Tubuh bagian depan (10) 2
4 Lemak bawah kulit (10) 1
TOTAL (C)
10
NILAI KUALITATIF (C x 0,4)
Item Penilaian Nilai
(A)
Skor
(B)
Jumlah Nilai(A x
A Berat Badan : kg (10) ………. 5
B Umur : thn (10) ………. 3
C PBB : kg/hr (10) ………. 2
TOTAL (C)
10
NILAI KUANTITATIF (C x 0,6)
Pemeriksaan ante mortem yang dilakukan di lokasi praktikum adalah
97Laboratorium Ternak Potong – Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya
Buku Penuntun dan Laporan Praktikum
Ilmu Produksi Ternak
Kode MK PEP
Materi VI PENGENALAN RUMAH POTONG HEWAN
LK 28 (lanjutan)
d. Judging
Kartu Penilaian Sapi Potong Hasil PenggemukanRumpun : Bali / Ongole / Madura / Brahman / Brangus / …PO………………………………..
1. K u a l i t at if (x 0,4)
5 15
7 28
6 12
7 7
62
2. K u a n t i t at if (x 0,6)
190 7 35
2 8 24
8 16
75
Nilai akhir merupakan nilai kumulatif dari point 1 dan 2 dengan jumlah nilai :
24,8 + 45 = 69,5 / 2 = 34,9
e. Pemeriksaan ante mortem
• Asal usul hewan ternak • Umur ternak
• Keadaan umum hewan ternak
• Bobot/berat badan ternak
98Laboratorium Ternak Potong – Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya
Prosedur pemotongan yang dilakukan di lokasi praktikum meliputi :
Pemeriksaan post mortem yang dilakukan di lokasi praktikum adalah
Buku Penuntun dan Laporan Praktikum
Ilmu Produksi Ternak
Kode MK PEP
Materi VI PENGENALAN RUMAH POTONG HEWAN
LK 28 (lanjutan)
f. Prosedur pemotongan
g. Pemeriksaan post mortem
Sapi digiring masuk ruang pemotongan melalui jalur yang telah disiapkan
kemudian setelah sampai pada posisi, ternak dirobohkan. Kaki belakang
di ikat dan kepala juga diikat, ditarik dengan katrol dengan menghadap
kiblat. Kemudian dipotong saluran nafasnya dan saluran makan terputus.
Setelah darah telah terkeluarkan semua, maka segera dilakukan
pengulitan dan pemotongan karkas dengan segera dan mengeluarkan
organ viseral yang kemudian segera di lakukan penimbangan.
Pemeriksaan kondisi ternak setelah pemotongan yang meliputi
pemeriksaan daging, pembengkaan warna karkas dan bau yang tidak
normal. Selain itu pemeriksaan pada bagian kepala, pemeriksaan bagian
dalam yang meliputi paru-paru hati dan jantung. Jika didalam tubuh tidak
ada parasit maka pada karkas tersebut bisa diberikan sampel atau
stempel baik pada daging.
99Laboratorium Ternak Potong – Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya
Buku Penuntun dan Laporan Praktikum
Ilmu Produksi Ternak
Kode MK PEP
Materi VI PENGENALAN RUMAH POTONG HEWAN
LK 28 (lanjutan)
Pembahasan :
a. Breed dan jumlah yang dipotong
Breed (bangsa) sapi yang paling banyak dipotong
adalah dengan
jumlah :
Hal ini menunjukkan bahwa bangsa sapi ini PO
Berdasarkan pendapat Burhanudin
Hal tersebut dikarenakan bangsa sapi ini
b. Jenis kelamin (jumlah dan persentase)
Jenis kelamin sapi yang paling banyak dipotong di lokasi
praktikum : dengan jumlah : ± 50-60 ekor Atau
dengan persentase : Hal ini menurut pernyataan
Burhanudin,2009
dinyatakan bahwa
c. Umur (jumlah dan persentase)
Umur sapi yang paling banyak dipotong di lokasi
praktikum : dengan jumlah : ± 50-60 ekor Atau
dengan persentase : Hal ini menurut pernyataan
Burhanudin,2009
dinyatakan bahwa
Lokal / PO
Lebih sering dipotong karena Sapi PO sering dijumpai di daerah kota
malang. Selain itu,bayak panduduk yang ternak sejenis sapi ini.
Sebaiknya untuk pemotongan sapi yang baik digunakan adalah sapi
jantan, karena sapi betina lebih dimanfaatkan untuk produksi. Selain itu
sapi yang harus dipotong adalah sapi yang sehat dan baik seperti yang
Sapi yang berumur 2-3 tahun sudah layak untuk dipotong. Karena jika
terlalu tua daging sapi tersebut akan sedikit keras. Jika terlalu muda,
daging yang dihasilkan sapi tersebut lebih sedikit.
± 70
Jantan
95%
2 tahun
95 %
100Laboratorium Ternak Potong – Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya
Buku Penuntun dan Laporan Praktikum
Ilmu Produksi Ternak
Kode MK PEP
Materi VI PENGENALAN RUMAH POTONG HEWAN
LK 28 (lanjutan)
d. Judging
Berdasarkan data hasil pengamatan diatas, maka dapat diketahui bahwa
penilaian untuk sifat kualitatif sampel sapi praktikum adalah sebesar
24,8
sedang untuk sifat kuntitatif-nya adalah sebesar 45
Penilaian tersebut menurut
pendapat dinyatakan bahwa
e. Pemeriksaan ante mortem
Pemeriksaan ante mortem yang dilakukan di lokasi praktikum, meliputi :
Hal ini (sesuai / tidak sesuai) *) dengan
pendapat yang
menyatakan bahwa
f. Pemotongan
Prosedur pemotongan yang dilakukan di lokasi praktikum, meliputi :
Hal ini (sesuai / tidak sesuai) *) dengan
pendapat yang
menyatakan bahwa
Sapi yang dipotong harus mempunyai nilao bobot badan ± 30,8. Karena
nilai tesebut nilai minimal dalam proses pemeriksaan sapi. Sapi yang
dipotong harus memiliki berat rata-rata ±300-400 kg.
Jenis kelamin, jenis bangsa, umur dan identifikasi abnormalitas.
Pemeriksaan antemortem dilakukan dengan pemotongan pada ternak
meliputi umur, jenis kelamin dan jenis bangsa ternak. Pemeriksaan
antemortem dilakukan pada saat ternak belum dilakukan pemotongan.
Ternak dirobohkan dan diikat keempat kakinya serta kepala juga diikat.
Setelah itu sapi dipotong lehernya dengan memotong saluran darah dan
saluran pernafasan.
Pada prosedur pemotongan sapi hal yang pertama dilakukan yaitu sapi
dirobohkan dan dipotong pada tiga bagian saluran yaitu saluran vena
jugularis,arteri aurtis dan saluran darah.
Anonymous,2007
Anonymous,2007
Anonymous,2007
Berdasarkan pembahasan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa di lokasi RPH ini
101Laboratorium Ternak Potong – Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya
Buku Penuntun dan Laporan Praktikum
Ilmu Produksi Ternak
Kode MK PEP
Materi VI PENGENALAN RUMAH POTONG HEWAN
LK 28 (lanjutan)
g. Pemeriksaan post mortem
Pemeriksaan post mortem yang dilakukan di lokasi praktikum, meliputi :
Hal ini (sesuai / tidak sesuai) *) dengan
pendapat yang
menyatakan bahwa
Kesimpulan :
Pemeriksaan terhadap kelenjar-kelenjar yang mengalami pembekuan.
Sebelum daging dipasarkan dilakukan pemeriksaan postmortem yang
meliputi pemeriksaan kelenjar dalam. Bila dalam pemeriksaan tidak ada
penyakit,daging bisa langsung didistribuskan.
Sudah memenuhi persyaratan. Jadi sebelum sapi dipotong dilakukan
judging terlebih dahulu. Kemudian dilakukan antemortem,setelah itu
ternak dipotong lalu dilihat kelenjar dalam atau yang disebut post
mortem. Setelah semua kondisi sapi baik,daging nya bisa langsung
dipasarkan.
Anonymous,2007
Buku Penuntun dan Laporan Praktikum
Ilmu Produksi Ternak
Kode MK PEP
Materi VI PENGENALAN RUMAH POTONG HEWANLK 28 (lanjutan)
Daftar Pustaka(min. 2 pustaka dari Jurnal/Artikel Ilmiah tahun 2007-2010 diunduh dari Internet)
Evaluasi LK Catatan :
Tanggal :Nilai LK
Disahkan sebagai penilaian pada tanggal :
...................................................................................
Pa r a f :
Laboratorium Ternak Potong – Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya|
102
Anonymous,2007. Proses Pemotongan Ternak di RPH.
Http://bosflapuar.ac.id/Bub/ono/pendidikan
kejuruan/budidayaternak.pdf. Diakses tanggal 12 November 2010.
Burhanudin,2007. Studi Kelayakan RPH.
Http://www.sened.com/kajian/filesjournal.3.20jurnalrph.pdf.
Diakses tanggal 13 November 2010.
103Laboratorium Ternak Potong – Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya
Materi VI PENGENALAN RUMAH POTONG HEWAN LK 29
6.2.4.2. Persyaratan Ternak Babi yang akan Dipotong
Hasil Pengamatan :
a. Breed dan jumlah yang dipotong
BREED
JUMLAH (ekor)Lokal Indonesia 25
Peranakan Australia 20-25
b. Jenis kelamin (jumlah dan persentase)
Jenis Kelamin
Jumlah
Persentase (%)
♂ 20-21 ekor 80 %
♀ 4-5 ekor 20 %
c. Umur (jumlah dan persentase)
PI Jumlah
Persentase (%)
PI0 6 ekor 6%
PI2 20 ekor 94 %
PI4
PI6
PI8
d. Pemeriksaan ante mortem
Pemeriksaan ante mortem yang dilakukan di lokasi praktikum adalah
Pemeriksaan kondisi tubuh ternak yang meliputi pemeriksaan tubuh dari
kondisi fisik ternak yaitu umur,pemeriksaan adanya
penyakit,pemeriksaan kepala, kondisi pernafasan, feses, suhu badan dan
berat badan ternak.
Prosedur pemotongan yang dilakukan di lokasi praktikum meliputi :
Pemeriksaan post mortem yang dilakukan di lokasi praktikum adalah
104Laboratorium Ternak Potong – Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya
Materi VI PENGENALAN RUMAH POTONG HEWAN
LK 29 (lanjutan)
e. Prosedur pemotongan
f. Pemeriksaan post mortem
Babi diistirahatkan terlebih dahulu di tempat peristirahatan selama
kurang lebih ± 12 jam, setelah itu babi siap digiringke arah tempat
pemotongan melalui jalur yang telah ditentukan. Setelah sampai di
ruang pemotongan, ternak babi dipingsankan dengan menggunakan alat
khusus. Setelah babi dalam keadaan pingsan, maka segera ditusuk pada
bagian leher hingga mati. Kemudia babi dicelupkan ke dalam bak air
panas dan setelah itu di rendam beberapa saat, baru dapat di kuliti atau
dihilangkan bulunya.
Pemeriksaan dilakukan setelah baibi selesai dipotong. Setelah dipotong
dilakukan pemeriksaan pada bagian organ-organ seperti
jantung,hati,karkas,dll. Pada karkas biasanya dilakukan penyisiran
secara melintang. Apabila terdapat cacing,maka dilakukan penanganan
khusus / pengafkiran. Sedangkan yang telah tercemar dilakukan
pengobatan medis dan disterilkan kembali. Daging babi yang bagus
berwarna merah muda dan diberi tanda stempel / tanda cap.
105Laboratorium Ternak Potong – Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya
Materi VI PENGENALAN RUMAH POTONG HEWAN LK 29 (lanjutan)
Pembahasan :
a. Breed dan jumlah yang dipotong
Breed (bangsa) babi yang paling banyak dipotong
adalah
dengan
jumlah :
Hal ini menunjukkan bahwa bangsa babi ini Babi lokal Indonesia
Berdasarkan pendapat Anonymous,2007
Hal tersebut dikarenakan bangsa babi ini
b. Jenis kelamin (jumlah dan persentase)
Jenis kelamin babi yang paling banyak dipotong di lokasi
praktikum : dengan jumlah : ± 20-21 ekor atau dengan
persentase : Hal ini menurut pernyataan
Anonymous,2007
dinyatakan bahwa
c. Umur (jumlah dan persentase)
Umur babi yang paling banyak dipotong di lokasi
praktikum : dengan jumlah : ± 20 ekor Atau
dengan persentase : Hal ini menurut pernyataan
Anonymous, 2007
dinyatakan bahwa
Babi lokal memiliki tubuh besar dan berwarna putih. Selain itu daging yang dihasilkan oleh babi ini memiliki daging yang lebih banyak. Sedangkan warna daging babi ini adalah merah muda, yang menandakan bahwa babi ini berkualitas baik.
Babi yang dipotong harus memiliki kualitas dan kuantitas yang baik. Babi
yang bayak dipotong adalah babi jantan,karena babi jantan memiliki
bobot lebih besar daripada betina. Selain itu babi betina digunakan untuk
berproduksi.
Babi yang layak dipotong adalah bekisar umur 1-2 tahun dan memiliki
kualitas baik. Karena jika terlalu muda daging yang dihasilkan lebih seikit.
Jika lebih tua, daging yang dihasilkan akan lebih keras.
Babi lokal Indonesia 25 ekor
Jantan
80 %
1-2 tahun
94 %
Pemeriksaan ante mortem yang dilakukan di lokasi praktikum, meliputi :
Hal ini (sesuai / tidak sesuai) *) dengan
pendapat yang
106Laboratorium Ternak Potong – Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya
Materi VI PENGENALAN RUMAH POTONG HEWAN
LK 29 (lanjutan)
d. Pemeriksaan ante mortem
Anonymous,2007
e. Pemotongan
Prosedur pemotongan yang dilakukan di lokasi praktikum, meliputi :
Hal ini (sesuai / tidak sesuai) *) dengan
pendapat yang
menyatakan bahwa
f. Pemeriksaan post mortem
Pemeriksaan post mortem yang dilakukan di lokasi praktikum, meliputi :
Hal ini (sesuai / tidak sesuai) *) dengan
pendapat yang
menyatakan bahwa
Umur, kondisi tubuh, jenis kelamin dan breed.
Pemeriksaan antemortem meliputi pemeriksaan kondisi fisik, jenis kelamin dan umur. Pemeriksaan ini dilakukan dengan teliti agar saat dipotong babi memiliki kondisi fisik yang baik dan siap di distribusikan.
Pemeriksaan pada babi yang pemeriksaannya hampir sama dengan
pemeriksaan sapi. Tetapi pada babi dilakukan penusukan pada jantung
babi.
Pemotongan pada babi dilakukan dengan cara pemingsanan.Setelah itu
dilakukan penusukan pada jantung babi. Darah yang dikeluarkan babi ini
tidak mengeluarkan banyak darah.
Pemeriksaan dilakukan pada bagian hati, jantung, paru-paru, ginjal serta karkas babi.
Pemeriksaan postmortem dilakukan setelah dilakukan proses
pemotongan. Dalam pemeriksaan postmortem identifikasi penyakit harus
segera diketahui. Agar saat dikonsumsi tidak membahayakan konsumen.
Burhanudin,2007
Anonymous, 2007
Berdasarkan pembahasan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa di lokasi RPH ini
Evaluasi LK Catatan : Nilai LKTanggal :
Disahkan sebagai penilaian pada tanggal :
...................................................................................
Pa r a f :
107Laboratorium Ternak Potong – Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya
Materi VI PENGENALAN RUMAH POTONG HEWAN
LK 29 (lanjutan)
Kesimpulan :
Daftar Pustaka(min. 2 pustaka dari Jurnal/Artikel Ilmiah tahun 2007-2010 diunduh dari Internet)
Sudah memiliki kelengkapan alat yaitu alat pemingsanan pada babi.
Proses pemotongan pada babi yang dilakukan pertama kali yaitu
dipingsankan terlebih dahulu. Kemudian dilakukan penusukan pada
jantung babi sampai mati.
Anonymous,2007. Proses Pemotongan Ternak di RPH.
Http://bosflapuar.ac.id/Bub/ono/pendidikan
kejuruan/budidayaternak.pdf. Diakses tanggal 12 November 2010.
Burhanudin,2007. Studi Kelayakan RPH.
Http://www.sened.com/kajian/filesjournal.3.20jurnalrph.pdf.
Diakses tanggal 13 November 2010.
108Laboratorium Ternak Potong – Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya