laporan evaluasi sumber daya lahan-rahmat hidayat (051 514 023)
TRANSCRIPT
Tugas Individu
M.K. Evaluasi sumber Daya Lahan
LAPORAN LENGKAP PRAKTEK LAPANGMATA KULIAH EVALUASI SUMBER DAYA LAHAN
DI WILAYAH MALINO KAB. GOWA
Oleh :
RAHMAT HIDAYAT0 5 1 5 1 4 0 2 3
JURUSAN GEOGRAFI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2008KATA PENGANTAR
Alhamdulillah. Segala puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT
yang telah melimpahkan Rahmat dan Hidayahnya sehingga penulis dapat
merampungkan penyusunan laporan praktek lapang Mata Kuliah Evaluasi
Sumber Daya Lahan yang dilaksanakan di Wilayah Malino Kab. Gowa.
Dalam penyusunan Laporan ini kami mendapatkan hambatan dan
tantangan. Namun berkat bantuan berbagai pihak, hambatan dan tantangan
tersebut dapat diselesaikan. Olehnya itu, pada kesempatan yang berbahagia
ini penulis menghaturkan ucapan terima kasih banyak pada semua pihak
yang membantu dalam penyusunan laporan ini terkhusus kepada Bapak
Drs. Sulaiman Zhiddiq, M.Si. selaku dosen mata kuliah, serta kepada
seluruh pihak yang turut berpartisipasi dalam penyusunan laporan penelittian
ini yang namanya tak dapat kami sebutkan satu persatu. Semoga Allah
membalas dengan pahala yang setimpal.
Kami menyadari bahwa laporan penelitian ini masih jauh dari
kesempurnaan. Olehnya itu, saran dan kritikan yang membangun sangat
kami nantikan demi perbaikan penulisan di masa yang akan datang.
Makassar, Juni 2008
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Pertumbuhan penduduk Indonesia yang besar mendorong
peralihan fungsi lahan pertanian menjadi lahan non pertanian. Hal ini akan
mengakibatkan tejadinya penyempitan lahan untuk pertanian dan semakin
meningkatkan tekanan terhadap penggunaan lahan. Di lain pihak terjadi
peningkatan konsumsi pangan, yang seiring dengan meningkatnya jumlah
penduduk, yang harus diimbangi peningkatan priduksi tanaman pertanian.
Penigkatan produksi dan produktifitas tanaman pangan dan non pangan
yang produksinya dapat meningkatkan pendapatan penduduk untuk dapat
memenuhi standar hidup yang layak, khususnya kepada petani. Untuk
memenuhi keinginan tersebut petani seharusnya berusaha untuk
memanfaatkan sumberdaya hayati maupun non hayati yang diharapkan
sesuai dengan peruntukan lahannya. Untuk itu, sangat perlu dilakukan
suatu kegiatan evaluasi lahan.
B. Tujuan
a. Tujuan Intruksional Umum
Praktek lapang ini secara umum bertujuan untuk melatih
mahasiswa dalam melakukan pengamatan di lapangan berdasarkan
fenomena yang tampak pada citra/foto udara, serta mengaplikasikan
teori di lapangan untuk memberikan gambaran nyata kepada
mahasiswa mengenai citra di lapangan.
b. Tujuan Khusus
a. Mengobservasi kenampakan yang ada di lapangan sesuai dengan
foto udara pada lokasi praktek
b. Mengetahui kenampakan- kenampakan yang ada pada citra
c. Membandingkan antara kenampakan yang ada pada foto udara
dengan keadaan di lapangan.
d. Mampu menganalisis kemungkinan-kemungkinan yang dapat
terjadi dari penggunaan lahan yang tampak pada citra, kemudian
dapat membandingkan kenyatan yang ada di lapangan.
C. Lokasi
Praktek lapangan ini dilaksanakan di Daerah Malino, Kec.
Tinggi Moncong, Kab. Gowa.
D. Waktu
Waktu pelaksanaan praktek lapangan ini di laksanakan pada hari/tanggal
Sabtu-Minggu/19-20 Mei 2007.
E. ALAT DAN BAHAN
a. Alat
1. Streoskop cermin
2. streoskop saku
3. GPS
4. megaphone
5. mistar
b. bahan
1. citra foto udara
2. peta topografi
3. kertas transparan
4. spidol transparan
5. alkohol
6. kertas bergaris
7. kertas HVS.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Pertumbuhan penduduk Indonesia yang besar mendorong peralihan
fungsi lahan pertanian menjadi lahan non pertanian. Hal ini akan
mengakibatkan tejadinya penyempitan lahan untuk pertanian dan semakin
meningkatkan tekanan terhadap penggunaan lahan. Di lain pihak terjadi
peningkatan konsumsi pangan, yang seiring dengan meningkatnya jumlah
penduduk, yang harus diimbangi peningkatan priduksi tanaman pertanian.
Penigkatan produksi dan produktifitas tanaman pangan dan non pangan yang
produksinya dapat meningkatkan pendapatan penduduk untuk dapat
memenuhi standar hidup yang layak, khususnya kepada petani. Untuk
memenuhi keinginan tersebut petani seharusnya berusaha untuk
memanfaatkan sumberdaya hayati maupun non hayati yang diharapkan
sesuai dengan peruntukan lahannya. Untuk itu, sangat perlu dilakukan suatu
kegiatan evaluasi lahan.
A. Pengertian Evaluasi Lahan
Evaluasi lahan adalah suatu pendekatan untuk menilai potensi
sumberdaya lahan. Evaluasi lahan adalah tahap lebih lanjut dari kegiatan
survey dan pemetaan sumberdaya lahan masih sulit untuk dipakai untuk
suatu perencanaan tanpa dilakukan interpretasi bagi keperluan tertentu.
Dasar interpretasi dalam evaluasi lahan, bahwa areal dengan
keseragaman sifat-sifat tanah, vegetasi, geologi, dan lereng merupakan
kesatuan habitat yang dianggap memberikan kesempatan pemakaian
yang seragam pula. Keadaan lahan disuatu daerah pada umumnya
memilki kondisi yang bervariasi karena adanya perbedaan fisik (lereng,
drainase,pH, toksisitas, suhu dan sebagainya) kondisi yang beragam ini
berakibat pada perbedaan kualitas lahan yang menyebabkan kesesuaian
usaha tanaman pertanian berbeda. Di dalam memanfaatkan kondisi
lahan yang bervariasi ini apabila tidak sesuai dengan peruntukkannya,
maka harapan produksi tidak akan terpenuhi.
Perencanaan penggunaan lahan untuk jenis tanaman tertentu,
khususnya pada upaya peningkatan produksi pertanian harus didasarkan
dengan perencanaan yang baik. Untuk penyusun perencanaan tersebut
dibutuhkan informasi dasar sumberdaya lahan yang meliputi tentang
masalah kemampuan lahan dan kesesuaian lahan, karena kemampuan
lahan merupakan sifat dakhil lahan yang menyatakan daya dukungnya
untuk memberikan hasil pertanian pada tingkat tertentu.
Evaluasi kesesuaian lahan berupaya mengestimasi daya dukung
lahan untuk penggunaan tertentu.sedangkan kesesuaian lahan
menitikberatkan pada tingkat kecocokan sebidang lahan untuk satu
penggunaan tertentu klasifikasi kesesuaian lahan merupakan suatu
proses penilaian dan pengelompokan lahan dalam arti kesesuaian
relative lahan atau kesesuaian absulut lahan bagi suatu penggunaan
tertentu.
B. Batasan dan Ruang Lingkup Evaluasi Lahan
Informasi tanah merupakan salah satu bagian sumberdaya alam
yang mempunyai pengaruh langsung dan kelanjutan bagi pengguna
pertanian. Informasi bentuk lahan, topografi dan formasi geologi secara
tidak langsung mempengaruhi bentuk penggunaan lahan dan jenis tanah
tanaman yang diusahakan (Sitorus, 1995), factor-faktor topografi
(ketinggian, panjang dan derajat lereng, posisi pada bentang lahan)
dapat berpengaruh tidak langsung pada penggunaan lahan bagi usaha
pertanian.
Evaluasi lahan mempertimbangkan kemugkinan penggunaan dan
faktor pembatasan tersebut dan berusaha menerjemahakan informasi-
informasi yang cukup banyak dari lahan tersebut kedalam bntuk-bentuk
yang dapat di gunakan para praktisi seperti petani, para ilmuwan yang
mempertanyakan kemungkinan untuk menanam jenis tanaman tertentu,
atau pertanyaan yang berhubungan dengan pekerjaan keteknisan
(Worosuprojdo.S. 1989).
Kemampuan lahan yang tinggi diharapkan berpotensi besar dalam
berbagai penggunaan, yang memungkinkan penggunan ynag intensif
yang berbagai macam kegiatan. Sistem tersebut mengelompokkan lahan
kedalam sejumlah kecil kategori yang diurutkan menurut faktor
penghambat dan sejumlah cirri-ciri tanah serta lingkungan lainnya.
Kesesuaian lahan adalah bentuk penggambaran tingkat kecocokan
sebidang lahan untuk suatu penggunaan tertentu (FAO, 1976) kelas
kesesuian lahan suatu arela dapat saja berbeda tergantung pada tipe
penggunaan lahan yang sedang dipertimbangkan. Evaluasi kesesuaian
lahan pada dasarnya berhubungan dengan evaluasi untuk suatu
penggunaan tertentu, seperti untuk budidaya padi, palawija, jagung dan
sebagainya, sedangkan evaluasi kemampuan lahan umumnya ditujukan
untuk penggunaan yang lebih umum seperti penggunaan untuk
pertanian, pemungkinan, industri, perkotaan, jasa, peruntukan dan
sebagainya.
USDA mengelompkkan system kalsifikasi lahan melalui interpretasi
yang dibuat terutama untuk pertanian. Pengelompokan lahan yang dapat
digarap menurut potensi dan penghambatnya untuk dapat berproduksi
secara lestari, yang mendasarkan pada faktor-faktor penghambat dan
potensi bahaya lainang masih dapat di terima dalam klasifikasi lahan
(Bibby dan Mackney dalam Sitorus, 1995).
C. Persyaratan Tumbuh Tanaman
Tanaman untuk dapat tumbuh dan berproduksi memerlukan
persyaratan tertentu, persyaratnya tersebut terutama energy radiasi,
temperatur yang cocok untuk pertumbuhan, kelembaban, oksien, dan
unsur hara. Persyaratan temperatur dan kelembaban sering digabungkan
disebut periode pertumbuhan (FAO, 1076).
Persyaratan tumbuh tanaman lainnya adalah yang tergolong
sebagai kualitas lahan media perakaran. Media perakaran terdiri dari :
drainase, tekstur, struktur, konsistensi dan kedalaman efektif tanah. Ada
tanaman yang memerlukan drainase terhambat seperti dari jenis
tanaman air termasuk padi sawah, tetapi pada umumnya tanaman
menghendaki drainase yang baik, yang pada kondisi demikian aerasi
tanah cukup baik artinya di dalam tanah cukup tersedia oksigen, dan akar
tanaman dapat berkembang dengan baik, sehingga dapat menyerap
unsur hara secara optimal. Kualitas lahan yang optimum bagi kebutuhan
tanaman merupakan batasan bagi kelas kesesuaian, kelas kesesuaian
yang paling baik (S1) yang tidak memiliki pembatas serius, sedangkan
kualitas lahan yang di bawah optimum merupakan batasan kelas
kesesuaian lahan antara kelas yang cukup sesuai (S2) dengan pembatas
agak berat untuk suatu penggunaan yang lestari, dan sesuai marginal
(S3) adalah lahan yang mempunyai pembatas yang sangat berat untuk
suatu penggunaan yang lestari di luar batasan tersebut di atas
merupakan lahan yang tergolong tidak sesuai (N1) saat ini, dengan
pembatas yang sangat berat, tetapi masih memungkinkan untuk diatasi
hanya tidak dapat diperbaiki dengan tingkat pengetahuan saat ini, kelas
tidak sesuai untuk selamanya (N2) merupakan lahan yang memiliki
pembatas yang sangat berat, sehingga tidak mungkin unuk digunakan
bagi suatu penggunaan yang berkelanjutan.
D. Evaluasi Kesesuaian Lahan
Kesesuaian lahan adalah suatu jenis penggunaan tertentu oleh
kondisi karakteristik lahannya yang bertujuan untuk menetapkan atau
memilih penggunaan lahan tertentu secara berkelanjutan yang
berwawasan lingkungan. Karakteristik lahan meliputi semua faktor lahan
yang dapat diukur atau ditaksir (diestimasi) seperti : tekstur tanah, struktur
tanah, kemiringan lereng, batuan di permukaan, iklim dan sebagainya.
(FAO,1976; Anonim, 1983; Sys, 1991).
Evaluasi kesesuaian lahan pada dasarnya merupakan evaluasi
potensi lahan bagi penggunaan berbagai system pertanian secara luas
dan tidak membicarakan peruntukan jenis tanaman tertentu ataupun
tindakan-tindakan pengelolaannya. Oleh sebab itu sifatnya merupakan
evaluasi yang lebih umum dibandingkan dengan evaluasi kesesuaian
lahan yang bersifat lebih khusus (Sitorus, 1995).
Penilaian kesesuaian lahan mempunyai arti penting mencakup
peniaian kesesuaian setiap jenis lahan untuk tanaman tertentu sangat
membantu dalam mendesain jenis penggunaan lahan sebagai pedoman
bagi perencana dalam memilih tanaman dan daerah bagi tanaman
tertentu yang memerlukan persyaratan khusus, selain itu penilaian
kesesuaian lahan merupakan sarana untuk menaksir produktifitas
usahatani yang dijalankan secara khas (Soetarto dan Taylor, 1993).
BAB III
PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi
Secara umum, wilayah malino merupakan wilayah yang memiliki
ketinggian rata-rata kurang lebih 1000 m di atas permukaan laut, dengan
tingkat relief yang cukup kasar, yang terdiri atas perbukitan, pegunungan
dan lembah. Sebagian besar wilayah ini merupakan sebuah kawasan
hutan, baik jenis hutan heterogen maupun jenis hutan homogen. Jenis
hutan heterogen banyak ditemukan di wilayah barat dan timur wilayah
Malino, termasuk di kawasan lembah malino. Jenis tumbuhan yang hidup
di hutan tersebut cukup bervariasi, mulai dari jenis tanaman kecil hingga
jenis pepohonan yang cukup tinggi. Adapun jenis hutan homogen
tersebar di bagian tengah wilayah malino, dengan jenis tanaman pinus
yang mana merupakan suatu jenis tanaman yang dapat tumbuh baik di
daerah dingin. Sebenarnya jenis tanaman ini bukan merupakan tanaman
asli Indonesia, tetapi merupakan tanaman yang sengaja didatangkan dari
luar negeri. tanaman ini sebenarnya ditanam oleh orang Belanda saat
masih menjajah Indonesia. Dan akhirnya hingga kini masih tetap
bertahan, dan telah menjadi kawasan lindung, demi menjaga
kelestariannya.
Selain hutan, jenis penggunaan lahan yang dapat ditemukan di
Wilayah Malino adalah perkebunan atau tegalan. Karena suhu di wilayah
tersebut cukup dingin, maka jenis tanaman seperti wortel, sayur kol,
tomat, bawang hingga jenis buah-buahan seperti strawberry, alvocade
dan markisa sangat cocok ditanami di wilayah tersebut. sehingga tidak
jarang orang jauh-jauh datang ke sana memanfaatkan untuk berbelanja
sayuran dan buah-buahan tersebut. Di wilayah ini juga terdapat areal
perkebunan teh yang cukup luas.
Dari penggunaan lahan yang ada, dapat diketahui bahwa
mayoritas penduduk di wilayah ini bermata pencaharian sebagai petani,
dan sebagiannya lagi ada yang berprofesi sebagai pedagang dan
pegawai negeri. Tingkat kepadatan penduduk di wilayah ini terfokus di
pusat kota Malino, mengingat kota sebagai pusat kegiatan pemerintah
dan pelayanan masyarakat. Sedangkan wilayah yang berada di luar kota
Malino terlihat memiliki tingkat kerapatan penduduk yang rendah. Hal ini
disebabkan karena relief yang berada di pinggiran kota memang tidak
layak untuk dijadikan wilayah permukiman akibat relief yang kasar
dengan kemiringan lereng yang cukup besar.
Dengan melihat keindahan dan suasana yang ada di daerah
malino, maka tidak salah wilayah ini dijadikan sebagai kawasan wisata.
Bahkan tidak sedikit orang membuat bangunan villa sebagai bentuk
pelayanan bagi para wisatawan, karena tidak jarang para wisatawan
menginap di wilayah ini. Ada beberapa lokasi yang dijadikan sebagai
objek wisata, diantaranya yaitu kawasan hutan pinus dan Air terjun
Takappala. Dari segi ekonomi, hal ini jelas sangat menguntungkan
masyarakat dan pemerintah daerah, karena dengan adanya kunjungan
para wisatawan berarti menambah pendapatan masyarakat dan daerah.
B. Analisa Praktek Lapang Evaluasi Kesesuaian Lahan
Untuk mengetahui bagaimana karakteristik lahan wilayah Malino,
maka sangat perlu mengetahui faktor-faktor lahannya. Faktor tersebut
antara lain tekstur tanah, struktur tanah, kemiringan lereng, batuan di
permukaan dan iklim. Untuk mengetahui hal tersebut, maka dilakukan
suatu penelitian secara acak di wilayah Malino. Adapun lokasi penelitian
dari praktek lapang ini adalah kawasan pabrik jamur Malino, Kawasan
Hutan Pinus dan Lapangan Prayudha.
1. Kawasan Pabrik Jamur
Lokasi kawasan Pabrik Jamur merupakan lokasi pertama dalam
kegiatan praktek lapang Evaluasi Kesesuaian Lahan. Lokasi ini
terletak di Desa Parigi Kec. Tinggimoncong, Kab. Gowa (65 km dari
kota makassar). Wilayah ini memiliki ketinggian sekitar 820 meter dpl.
Adapun letak astronomis lokasi ini yaitu berada pada titik 50 16’ 2,4’’ LS
dan 1190 49’ 47,2’’ BT, dengan batas batas kawasan adalah di sebelah
utara, timur dan barat merupakan kawasan hutan bervegetasi jarang,
dan bagian selatan berbatasan dengan jalan poros Malino.
Jika diperhatikan secara seksama, tekstur tanah yang ada di
sekitar lokasi pabrik jamur adalah jenis tanah berpasir sedang. Hal ini
diketahui dari ciri-cirinya yaitu agak mudah diolah, bagus untuk
pertumbuhan akar, agak mudah dibasahi, agak mudah kering bila
panas, mudah kehilangan unsur hara dan bila didrainase agak cepat
kehilangan air. Adapun struktur tanah pada lokasi tersebut adalah
granuler, sehingga dapat diketahui bahwa tingkat infiltrasi pada lapisan
solum tersebut berlangsung cukup cepat. Diketahui pula bahwa tanah
di lokasi ini memiliki pH 6, dan kemiringan lereng pada lokasi tersebut
yaitu sekitar 80 (cukup landai). Dengan kemiringan lereng seperti ini
dapat diprediksi bahwa laju erosi yang terjadi tidak terlalu besar.
Secara makro, jenis iklim di Indonesia adalah iklim tropis.
Namun, jika dilihat lebih spesifik lagi, maka iklim mikro di indonesia
memiliki perbedaan berdasarkan morfologinya. Untuk wilayah tropis,
setiap kenaikan 100 m menuju atmosfer, suhu turun sebesar 0,60 C.
Dengan formula seperti ini, maka suhu di suatu lokasi dapat diketahui
tanpa melakukan suatu pengukuran, melainkan dengan menggunakan
data suhu dari lokasi lain. Begitupun juga dengan wilayah pabrik
jamur, dengan mengetahui data suhu makassar, maka suhu yang ada
di lokasi tersebut dapat diketahui dengan melihat selisih perbedaan
ketinggian di atas permukaan air laut. Jika suhu rata-rata Makasar
adalah 310 C (ketinggian makassar 3 meter dpl), maka suhu di lokasi
pabrik jamur adalah 26,10 C. Selain suhu, dengan melihat ketinggian
lokasi wilayah ini, maka dapat pula diketahui bahwa tingkat curah
hujan yang terjadi di wilayah cukup lebat, dengan jenis hujan orografis.
Sehingga sangat wajar kalau vegetasi dapat tumbuh baik di lokasi ini.
Dengan melihat karakteristik lahan yang ada di sekitar pabrik
jamur, maka dapat dianalisis bahwa wilayah ini sangat cocok untuk
dijadikan sebagai lahan pertanian, sehingga tidak mengherankan jika
ada beberapa masyarakat yang memanfaatkan wilayah tersebut untuk
membuka lahan pertanian terasering. Namun untuk pemanfaatan
wilayah tersebut sebagai permukiman merupakan suatu hal yang tidak
cocok untuk diterapkan, mengingat kemiringan lerengnya tidak cukup
landai untuk dijadikan pondasi atau dasar bangunan permukiman.
2. Kawasan hutan pinus
Adapun lokasi berikutnya yang menjadi objek kedua dari
praktek lapang ini adalah hutan pinus. Lokasi ini berada pada
ketinggian 976 meter dpl dengan letak astronomisnya berada pada 50
5’ 15’’ LS dan 1190 50’ 45,5’’ BT.
Pada wilayah ini, tekstur tanah yang ada di sekitar lokasi hutan
pinus adalah jenis tanah berpasir kasar, dengan ciri-cirinya hampir
sama dengan tekstur tanah berpasir sedang, namun sifatnya lebih
mudah diolah, bagus untuk pertumbuhan akar, mudah dibasahi,
mudah kering bila panas, mudah kehilangan unsur hara dan bila
didrainase agak cepat kehilangan air. Begitupun juga dengan struktur
tanah pada lokasi tersebut adalah granuler, sehingga dapat diketahui
bahwa tingkat infiltrasi pada lapisan solum tersebut berlangsung cukup
cepat. Adapun nilai tingkat keasaman dari tanah di lokasi yaitu berpH
5. Kemiringan lereng pada lokasi tersebut yaitu sekitar 60 (cukup
landai). Jika dilihat kenampakan akar tanaman pinus, dapat diketahui
jenis erosi yang terjadi adalah jenis erosi lembar.
Dengan melihat kondisi tanah yang ada, wilayah ini cocok untuk
wilayah pertanian, namun mengingat letaknya berupa sebuah lereng
atas, maka dapat dianalisa bahwa lapisan organic yang ada di
permukaan tanahnya sangat sedikit, akibat tererosi oleh air menuju ke
lembah.
3. Lapangan Prayudha
Lapangan Prayudha merupakan lokasi ketiga dari kegiatan
praktek lapang ini. Lokasi ini berada pada ketinggian 976 meter dpl.
Adapun letak astronomisnya yaitu berada pada titik 50 15’ 2’’ LS dan
119 051’ 4’’BT. Pada lokasi ini tidak dilakukan pengambilan sampel
tanah, jadi hanya dilakukan pengamatan deskriktif saja. Pada daerah
sekitar lapangan, kemiringan lereng nyaris landai, sehingga sangat
cocok untuk dimanfaatkan sebagai lahan permukiman ataupun
tempat-tempat pelayanan kesehatan ataupun perkantoran.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah melakukan kegiatan praktek lapang di wilayah Malino, Kab.
Gowa, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Dengan melihat karakteristik lahan yang ada di sekitar pabrik jamur,
maka dapat dianalisis bahwa wilayah ini sangat cocok untuk dijadikan
sebagai lahan pertanian, sehingga tidak mengherankan jika ada
beberapa masyarakat yang memanfaatkan wilayah tersebut untuk
membuka lahan pertanian terasering. Namun untuk pemanfaatan
wilayah tersebut sebagai permukiman merupakan suatu hal yang
tidak cocok untuk diterapkan, mengingat kemiringan lerengnya tidak
cukup landai untuk dijadikan pondasi atau dasar bangunan
permukiman
2. Kondisi tekstur tanah yang ada di wilayah sekitar hutan pinus sangat
cocok untuk dimanfaatkan sebagai lahan pertanian. Namun
mengingat letaknya berupa sebuah lereng atas, maka dapat dianalisa
bahwa lapisan organic yang ada di permukaan tanahnya sangat
sedikit akibat tererosi oleh air menuju ke lembah, sehingga tingkat
kesuburannya sangat rendah.
3. Pada daerah sekitar lapangan, kemiringan lereng nyaris landai,
sehingga sangat cocok untuk dimanfaatkan sebagai lahan
permukiman ataupun tempat-tempat pelayanan kesehatan ataupun
perkantoran.
B. Saran
Diharapkan kepada setiap mahasiswa pada generasi ke depan agar lebih
bersungguh-sungguh dalam melakukan kegiatan praktikum ini, sehingga
data yang diperoleh dapat lebih akurat.
DAFTAR PUSTAKA
Sideng, Uca. 2004. Pengantar Ilmu Tanah. Makassar: Jurusan Geografi FMIPA UNM.
Zhiddiq, Sulaeman. 2006. Modul Evaluasi Sumber Daya Lahan. Makassar: Jurusan Geografi FMIPA UNM.
LAMPIRAN
Lampiran 1: Foto Lokasi
Gbr. 1 Gedung PT Usaha Jamur Malino
Gbr. 2 Pengukuran Kemiringan Lereng
Gbr. 3 Kawasan Hutan Pinus
Gbr 4. Lembah yang berada di Belakang Hutan Pinus
Gbr 5. Lapangan Prayudha
Gbr 6. Peralatan Latihan Tentara di Lapangan Prayudha
Lampiran 2. Peta Lokasi