laporan buta warna
DESCRIPTION
Dwi Putri Agustin-UnejTRANSCRIPT
LAPORAN PRAKTIKUM GENETIKA
BUTA WARNA
OLEH:
DWI PUTRI AGUSTIN
100210103041
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PNGETAHUAN
UNIVERSITAS JEMBER
2011
I. JUDUL :
BUTA WARNA
II. TUJUAN :
Mengetahui tes buta warna
III. DASAR TEORI :
Buta warna merupakan penyakit yang disebabkan oleh ketidakmampuan sel kerucut mata
untuk menangkap suatu spektrum warna tertentu. Buta warna bisa disebabkan karena faktor
genetis maupun faktor lain seperti karena Shaken Baby Syndrome, cedera atau trauma pada otak
dan retina, maupun pengaruh sinar UV. Oleh karena itu, seseorang yang menderita defisiensi
warna tersebut, otaknya tidak mampu menerima jenis warna secara normal.Di dalam retina mata
itu terdapat tiga tipe reseptor warna, yaitu merah, biru, dan hijau. Anomali warna terjadi sebagai
hasil akibat kekurangan satu atau lebih dari reseptor warna tersebut.
( http://adiralaff.blogspot.com/2009/10/buta-warna.html )
Kemampuan melihat warna diklasifikasikan sebagai berikut:
Penglihatan Normal disebut juga trichromatic. Trichromats dapat mencocokkan
semua 3 warna dasar. Adanya kelainan dari mencocokkan ketiga warna dasar karena adanya
disfungsi dan sel kerucut, disebut anomalous trichromatic. Bentuk kelainan melihat warna
yang hanya bisa mencocokkan 2 macam warna dasar, yang disebabkan karena hilangnya
beberapa sel kerucut disebut dichromatic.
Bentuk buta warna yang sangat jarang terjadi adalah monochromatic.Monochromats
tidak bisa mendiskripstkan warna, dan hannya bisa menerima warna abu-abu. Tipe ini
dibedakan menjadi 2 berdasarkan kelainan anatominya yaitu:
1) Rod monochromats (tidak terdapat sel kerucut pada retina), dan disertai
berkurangnya daya penglihatan.
2) Cone monochromats (hanya memiliki satu macam sel kerucut), biasanya masih
memiliki aktivitas visual yang baik.
Selain dibedakan berdasarkan kelainan jumlah warna yang dapat dilihat seperti di
atas, masing-masing tipe dibedakan lagi berdasarkan jenis warna yang dapat dilihat, yaitu tipe
trichromatic dan dichromatic. Pada tipe ini terdapat 2 macam kelainan yaitu: protan dan
deutan. Protan dan Deutan pada trichromatic disebut protanomaly dan deuteranomaly,
sedangkan Protan dan Deutan pada dichromatic disebut protanopia dan deuteranopia.
Hanya terdapat pada tipe dichromatic yang disebut deuteranopia.
Tabel 1. Tipe Buta Warna dan Penyebabnya
Type Form Cause
Red Defects
Protanomaly Trichromatic Disfungsional sel kerucut L
Protanopia Dichromatics Hilangnya sel kerucut L
Deuteranomaly Trichromatic Disfungsional sel kerucut M
Deuteranopia Dichromatics Hialngnya sel kerucut M
Blue Yellow Defectss
Tritanopia Dichromatics Hilangnya sel kerucut S
Keterangan :
* Protanomaly disebabkan disfungsional sel kerucut L (sel kerucut L juga disebut kerucut
Merah).
* Protanopia disebabkan hilangnya sel kerucut L.
* Deuteranomaly disebabkan disfungsional sel kerucut M (kerucut hijau).
* Deuteranopia disebabkan hilangnya sel kerucut M.
* Tritanopia disebabkan hilangnya sel kerucut S (kerucut biru).
(Jalmanggeng, 2008).
Tes Ishihara adalah tes buta warna yang dikembangkan oleh Dr. Shinobu Ishihara.
Tes ini pertama kali dipublikasi pada tahun 1917 di Jepang. Sejak saat itu, tes ini terus
digunakan di seluruh dunia, sampai sekarang.
Tes buta warna Ishihara terdiri dari lembaran yang didalamnya terdapat titik-titik
dengan berbagai warna dan ukuran. Titik berwarna tersebut disusun sehingga membentuk
lingkaran. Warna titik itu dibuat sedemikian rupa sehingga orang buta warna tidak akan
melihat perbedaan warna seperti yang dilihat orang normal/pseudo-isochromaticism.
(Wartamedika, 2007)
dibawa oleh kromosm X. Artinya kromosom Y tidak membawa faktor buta warna.
Muchlis menderita buta warna yang diturunkan dari kakeknya. Memang pada laki-laki risiko
menderita buta warna jauh lebih besar karena pada laki-laki mempunyai satu kromosom X saja,
sedangkan pada wanita mempunyai dua kromosom X sehingga kemungkinan besar wanita hanya
menjadi pembawa sifat (carrier).
Penyakit buta warna pun klasifikasinya bermacam-macam. Secara garis besar dapat
dibedakan menjadi tiga, yaitu monokromasi, dikromasi, dan trikromasi. Penyebabnya bisa karena
delesi, hibridisasi, ataupun penyisipan asam amino pada gen pigmen warna dalam sel kerucut
mata.
Untuk penanganan buta warna, sampai saat ini, belum ditemukan cara untuk
menyembuhkan buta warna turunan. Walaupun demikian, tersedia beberapa cara untuk
membantu penderitanya. Cara tersebut antara lain adalah :
1. Menggunakan kacamata lensa warna. Tujuannya, agar penderita dapat membedakan warna
dengan lebih mudah. Cara ini terbuktif efektif pada beberapa penderita.
2. Menggunakan kacamata dengan lensa yang dapat mengurangi cahaya silau. Biasanya
penderita buta warna dapat membedakan warna lebih jelas jika cahaya tidak terlalu terang
atau menyilaukan.
3. Jika tidak dapat melihat warna sama sekali (buta warna total), penderita dianjurkan
menggunakan kacamata lensa gelap dan mempunyai pelindung cahaya pada sisinya. Suasana
lebih gelap diperlukan karena sel rod, yaitu sel yang hanya bisa membedakan warna hitam,
putih, dan abu-abu, bekerja dengan lebih baik pada kondisi cahaya yang suram.
( http://adiralaff.blogspot.com/2009/10/buta-warna.html )
Fakta-fakta tentang Buta Warna;
Buta warna lebih sering terjadi pada seseorang berjenis kelamin lelaki dibandingkan
perempuan. Sebanyak 99% seorang buta warna tidak mampu membedakan antara warna
hijau dan merah. Juga ditemukan kasus penderita yang tak bisa mengenali perbedaan
antara warna merah dan hijau.
Cacat mata ini merupakan kelainan genetik yang diturunkan oleh ayah atau ibu.
Belum dapat dipastikan berkaitan jumlah penderita, akan tetapi sebuah penelitian
menyebutkan sebesar 8 -12% lelaki Eropa adalah pengidap buta warna. Sementara
persentase perempuan Eropa yang buta warna adalah 0,5 -1%. Tingkat buta warna di
benua lain tentu bervariasi.
Tidak ada cara untuk mengobati buta warna, karena ia bukan penyakit melainkan cacat
mata. Bisa jadi seorang buta warna akan merasa tersiksa dengan keadaan ini. Sebagian
perusahaan menetapkan syarat bahwa pekerjanya harus tidak buta warna.
Untuk mengetahui apakah seseorang menderita buta warna, dilakukan tes dengan
menggunakan plat bernama Ishihara.
Sering kali orang awam menganggap penyandang buta warna hanya mampu melihat
warna hitam dan putih, seperti menonton film bisu hitam putih. Anggapan ini sebenarnya
salah besar.
Banteng ternyata buta warna. Kesan yang ditimbulkan warna merah mengakibatkan
binatang tersebut melonjak emosinya, bukan akibat warna merah itu sendiri.
Pada Perang Dunia II, serdadu yang buta warna dikirim untuk melakukan misi tertentu.
Ketidakmampuan mereka untuk melihat warna hijau dialihfungsikan untuk mendeteksi
adanya kamuflase yang dilakukan pihak lawan.
Artis terkenal yang buta warna diantaranya adalah Mark Twain, Paul Newman, Meat
Loaf, Bing Cosby, Bob Dole.
Setiap orang terlahir buta warna saat pertama kali lahir.
Emerson Moser, pembuat krayon senior, mengaku bahwa dirinya buta warna hijau-biru
dan tidak mampu melihat warna secara keseluruhan. Penyandang buta warna selalu
dihantui oleh pertanyaan “Warna apakah ini?”
IV. METODE PRAKTIKUM
4.1 ALAT DAN BAHAN
a. ruangan yang cukup terang
b. buku tes buta warna
4.2 CARA KERJA
Menyiapkan buku tes buta warna
Mempersilahkan peserta mata kuliah membentuk kelompok untuk menguji buta warna satu per
satu
Membuat data kelompok dan data kelas
Mmelakukan analisis lebih lanjut bagi mereka yang mengalami buta warna
V. HASIL PENGAMATAN
NO NAMA KESALAHAN KESIMPULAN
1 NOVITA 1 NORMAL
2 NURIA FIRLIYANTI - NORMAL
3 SRI WAHYU P.T - NORMAL
4 ARINTA DESTIARI 1 NORMAL
5 WASIATUS SA’DIAH - NORMAL
6 MIA AVIATUN 1 NORMAL
7 NATALIA LILIPALI 1 NORMAL
8 UMROATUL INAYAH 1 NORMAL
9 RISKA AYU - NORMAL
10 ANIS MUBASIROH 1 NORMAL
11 DAYU D SETIAWAN 2 NORMAL
12 APRI FITRI NINGTIAS 1 NORMAL
13 NURIA NUITRA DWI - NORMAL
14 VIKA FIRMA - NORMAL
15 DIAH PRAJNA - NORMAL
16 APRIS WAHYU - NORMAL
VI. PEMBAHASAN
Pada percobaan kali ini adalah mengenai buta warna. Untuk mengetahui seseorang buta
warna atau tidak, dilakukan tes buta warna, yaitu dengancara seseorang yang akan dites buta
warna membaca plate pada buku tes. Lempengan-lempengan tersebut tersebut berupa angka-
angka yang tersusun dari titik-titik dengan warna dan ukuran tertentu. Jika normal, maka dapat
membaca benar antara 1-11, jika tidak normal/buta warna bila kurang dari itu. Pada praktikum
kali ini, praktikan dipersilahkan membentuk kelompok untuk menguji buta warna. Setiap
kelompok perwakilan 2 orang. Dalam satu kelas terdapat 8kelompok, sehingga praktikan yang
dites 16 orang. Hasilnya darisemua praktikan dengan jumlah 14 orang wanita dan 2 orang laki-
laki, dapat membaca semua plate yang ada. Ini berarti bahwa semua anggota kelompok
dinyatakan normal.
Pada umumnya buta warna disebabkan oleh faktor gen atau keturunan yang diwariskan
dengan cara bersilang. Dimana sifat dari ayah akan diturunkan pada semua anak yang
perempuan(baik carrier atau penderita), dan sifat dari ibu akan diturunkan pada semua anak yang
laki-laki. Laki-laki itu biasanya cenderung terkena buta warna karena gen yang berfungsi atau
bersifat resesif buta warna dibawa oleh kromosom X, dimana laki-laki hanya memiliki satu
kromosom X. Laki-laki juga tidak bisa sebagai carrier karena laki-laki hanya memiliki satu
kromosom X, sedangkan pada perempuan jarang terkena buta warna karena perempuan memiliki
dua kromosom x. Jika satu kromosom X membawa gen resesif c, maka perempuan tersebut
hanya pembawa atau normal carrier (XCXc). Jika dua kromosom X pada perempuan terpaut gen
resesif c maka disebut pendetita buta warna (XcXc).
Meskipun kami tidak bisa mendeteksi genotip dari probandus wanita, normal atau normal
heterozigot (carrier). Untuk penentuan genotip dari masing-masing probandus digunakan aturan
berikut ini:
Seperti pada literatur, karena buta warna bersifat resesif pada kromosom X maka dapat
dilambangkan dengan XC, sedangkan pasangan alelnya yang dominan pada huruf X tidak
dituliskan huruf C, untuk kromosom Y tidak diberi tanda, sehinggga didapatkan hal-hal berikut:
XCXC = perempuan normal
XCXc = perempuan carrier
XcXc = perempuan buta warna
XCY= laki-laki normal
XcY= laki-laki buta warna
Sehingga genotip untuk masing-masing probandus laki-laki pada percobaan ini
adalah XY. Karena mereka semua tidak buta warna, sedangkan untuk probandus wanita ada dua
kemungkinan yakni normal homozigot atau normal heterozigot. Untuk yang normal dominan
homozigot fenotipnya XX, sedangkan untuk normal heterozigot XXc. Untuk mengetahui apakah
wanitanya normal atau carrier dapat diketahui dari keturunannya nanti bila mereka menikah
dengan laki-laki normal.
Untuk mengetahui bermacam-macam kemungkinan daari pewarisan buta warna dapat
dilakukan persilangan/perkawinan berikut ini:
1. Perkawinan antara wanita normal dengan laki-laki normal.
P : ♀ XCXC >< ♂ XCY
G : XC XC . Y
F1: XCXC , XCY
(NORMAL) (NORMAL)
Dari persilangan diatas, dapat diketahui bahwa bila ada seorang wanita normal dengan
laki-laki normal akan menghasilkan keturunan XCXC (wanita normal) dan XCY (laki-laki
normal). Perkawinan tersebut mempunyai perbandingan ratio fenotip 1:1, bahwa kemungkinan
semua anaknya normal 100%, akan tetapi anak wanitanya normal heterozigotik/carrier 50% dan
anak laki-lakinya normal 50%.
Untuk dapat mengetahui hingga keturunan F2nya maka dari keturunan F1 dikawinkan
lagi.
2. Perkawinan antara wanita carrier (XCXc) dengan laki-laki normal (XCY)
P : ♀ XCXc >< ♂ XCY
G : XC XC
Xc Y
F1: XCXC(normal) XCXc(carrier)
XCY(normal) XcY(penderita)
Dari persilangan diatas, dapat diketahui bahwa bila ada seorang wanita carrier kawin
dengan laki-laki normal maka akan menghasilkan dua anak normal,satu anak carrier, dan satu
anak penderita buta warna. Jadi dari hasil persilangan diatas perbandingan ratio fenotip(F1) yaitu
1:2:1. Sehingga peluang lahir anak normal 50%, peluang lahir anak perempuan carrier 25% dan
pekuang anak buta warna sebersar 25%. Dan dapat diketahui pula yang menurunkan sifat buta
warna adalah gen ibu.
Untuk dapat mengetahui hingga keturunan F2nya, maka dari hasil keturunan F1
dikawinkan lagi dengan hasil sebagai berikut:
Dengan F1 tadi: XCXC(normal) XCXc(carrier)
XCY(normal) XcY(penderita)
Maka P : ♀XCXC >< ♂XcY
G : XC Xc
Y
F1: XCXc(normal) XCXc(carrier)
XcY(penderita) XCY(normal)
Artinya dari hasil persilangan F1 didapatkan F2nya, bila ada seorang wanita normal dikawinkan
dengan laki-laki penderita akan menghasilkan 1 anak normal, 2 anak carrier, dan 1 anak
penderita buta warna. Jadi dari hasil persilangan diatas ratio fenotip F2 yaitu 1:2:1. Jadi peluang
lahir anak perempuan carrier sebesar 50%, peluang anak laki-laki normal 25%, dan peluang anak
buta warna 25%.
3. Perkawinan antara wanita buta warna (XcXc) dengan laki-laki normal (XCY)
P : ♀ XcXc >< ♂ XCY
G : Xc XC,Y
F1 XCXc XcY
(carrier) (buta warna)
Dari persilangan diatas menunjukkan bahwa bila seorang wanita buta warna kawin
dengan laki-laki normal maka akan menghasilkan keturunan pertama yaitu wanita normal carrier
(XCXc) dan laki-laki buta warna (XcY). Namun pada kenyataannya, jika seorang penyidap buta
warna itu adalah ibunya, maka akan diwariskan secara silang pada anak laki-lakinya. Hal ini
disebabkan karena yang membawa penyakit adalah gonosomnya (kromosom kelamin). Dan dari
diagram diatas dapat diketahui perbandingan ratio fenotipnya sebesar 1:1 sehingga peluang lahir
anak perempuan normal carrier sebesar 50% dan peluang lahir anak laki-laki buta warna sebesar
50%.
Untuk dapat mengetahui hingga keturunan F2nya, maka dari keturunan hasil F1
disilangkan lagi dengan hasil sebagai berikut:
Dengan F1: ♀ XCXc(carrier) ♂XcY(buta warna)
Maka : P : ♀ XCXc >< ♂ XcY
G : XC,Xc Xc,Y
F1: XCXc(carrier) XcXc(buta warna)
XCY(normal) XCY(normal)
Artinya dari hasil persilangan F1 didapatkan F2nya, bila ada seorang wanita carrier dikawinkan
dengan laki-laki normal akan menghasilkan 1 anak carrier, 2 anak normal dan 1 anak penderita.
Jadi dari hasil persilangan diatas ratio fenotip F2 yaitu 1:2:1. Maka peluang lahir anak
perempuan carrier sebesar 25%, anak laki-laki normal sebesar 50% dan peluang anak buta warna
25%.
4. Perkawinan antara wanita normal (XCXC) dengan laki-laki buta warna (XcY)
P : ♀ XCXC >< ♂ XcY
G : XC Xc,Y
F1: XCXc(carrier) XCY(normal)
Dari persilangan diatas dapat diketahui bahwa bila ada seorang wanita normal kawin
dengan laki-laki buta warna kana menghasilkan keturunan XCXc(carrier) dan XCY(normal).
Perkawinan tersebut mempunyai perbandingan ratio fenotip sebesar 1:1, sehingga peluang anak
laki-laki normal sebesar 50% dan anak perempuan carrier sebesar 50%. Adapun yang
menurunkan sifat buta warna adalah gen ayah.
Untuk dapat mengetahui hingga keturunan F2nya maka dari keturunan hasil F1
disilangkan lagi dengan hasil sebagai berikut:
Dengan F1 = ♀ XCXc(carrier) dan ♂ XCY(normal)
Maka : P : ♀ XCXc >< ♂ XCY
G : XC,Xc XC,Y
F1: XCXC(normal) XCXc(carrier)
XCY(normal) XcY(penderita)
Artinya dari hasil persilangan F1 didapatkan F2nya, bila ada seorang wanita carrier kawin
dengan laki-laki normal akan menghasilkan 1 anak carrier, 2 anak normal, dan 1 anak penderita.
Jadi dari hasil persilangan diatas ratio fenotip F2nya yaitu 1:2:1. Maka peluang lahir anak
perempuan carrier sebesar 25%, anak laki-laki normal sebesar 25%, anak perempuan normal
25%, dan anak laki-laki penderita 25%.
5. Perkawinan antara wanita carrier (XCXc) dengan laki-laki buta warna (XcY)
P : ♀ XCXc >< ♂ XcY
G : XC,Xc Xc,Y
F1: XCXc(carrier) XcXc(buta warna)
XCY(normal) XcY(penderita)
Dari persilangan diatas menunjukkan bahwa bila ada seorang wanita carrier kawin
dengan laki-laki buta warna maka akan menghasilkan keturunan pertama(F1) antara lain wanita
carrier (XCXc), laki-laki normal (XCY), wanita buta warna (XcXc), dan laki-laki buta warna
(XcY). Dan dari persilangan dapat diketahui ratio fenotip (F1) yaitu 1:2:1 sehingga peluang lahir
anak normal sebesar 25%, anak normal carrier 25% dan anak buta warna sebesar 50%.
Untuk dapat mengetahui hingga keturunan F2nya maka dari keturunan hasil F1
disilangkan lagi dengan hasil sebagai berikut:
Dengan F1 = ♀ XCXc(carrier) XcXc(buta warna)
XCY(normal) XcY(penderita)
Maka :
Misal P : ♀ XcXc >< ♂ XCY
G : Xc XC,Y
F2: XCXc(carrier)
XcY(penderita)
Artinya dari hasil persilangan F1didapatkan F2nya, bila ada seorang wanita buta warna (XcXc)
dengan laki-laki normal akan menghasilkan 1 anak carrier dan 1 anak penderita. Jadi dari hasil
persilangan diatas ratio fenotip F2 yaitu 1:1. Maka peluang lahir anak perempuan carrier sebesar
50% dan anak laki-laki penderita sebesar 50%. Maka dapat disimpulkan yang menurunkan sifat
buta warna adalah gen ibu, walaupun ayahnya normal.
6. Perkawinan antara wanita buta warna (XcXc) dengan laki-laki buta warna (XcY)
P : ♀ XcXc >< ♂ XcY
G : Xc Xc,Y
F1: XcXc(buta warna) , XcY(buta warna)
Dari hasil persilangan diatas dapat diketahui apabila ada seorang wanita buta warna
kawin dengan laki-laki buta warna maka keturunan F1 100% buta warna (baik laki-laki maupun
perempuan). Jadi tidak pernah bisa menghasilkan keturunan yang normal karena semua
parentalnya penderita buta warna (buta warna merupakan penyakit yang diturunkan).
VII. KESIMPULAN
Dari hasil percobaan yang telah kami lakukan dapat disimpulkan bahwa:
1) Semua probandus yang diteliti tidak buta warna, dengan genotip laki-laki XY dan genetip
perempuan XX atau XXC(carrier)
2) Buka warna lebih banyak diderita oleh laki-laki daripada perempuan.
3) Buka warna adalah suatu penyakit keturunan yang disebabkan oleh gen resesif c yang
terdapat pada kromosom X.
4) Hasil keturunan dari beberapa contoh persilangan
a. Wanita normal (XCXC) kawin dengan laki-laki (XCY) akan menghasilkan
keturunan F1 XCXC(wanita normal) dan XCY(laki-laki normal) dengan
perbandingan ratio fenotip sebesar 1:1sehingga peluang anak perempuan lahir
normal sebesar 50% dan peluang anak laki-laki normal sebesar 50%.
b. Wanita carrier (XCXc) dengan laki-laki normal (XCY) akan menghasilkan
keturunan 2 anak normal, 1 anak carrier, dan 1 anak buta warna dengan
perbandingan fenotip sebesar 1:2:1 sehingga peluang lahir anak normal sebesar
50%, perempuan carrier sebesar 25% dan peluang anak laki-laki buta warna
sebesar 25%.
c. Wanita buta warna (XcXc) kawin dengan laki-laki normal (XCY) akan
menghasilkan keturunan wanita carrier(XCXc) dan laki-laki buta warna (XcY),
dengan perbandingan ratio fenotip sebesar 1:1 sehingga peluang lahir anak
perempuan carrier sebesar 50% dan anak laki-laki buta warna sebesar 50%. Dan
dapat diketahui juga F2 dengan menyilangkan kembali hasil F1 dengan
perbandingan ratio fenotip 1:2:1, dengan peluang lahir anak perempuan carrier
sebesar 25%, anak laki-laki normal 50%, dan peluang lahir anak perempuan buta
warna 25%.
d. Wanita normal (XCXC) dengan laki-laki buta warna (XcY) akan menghasilkan
keturunan XCXc(wanita carrier) dan XCY(laki-laki normal) dengan perbandingan
ratio fenotip sebesar 1:1 sehingga peluang anak laki-laki normal sebesar 50% dan
anak perempuan carrier sebesar 50%. Dan dapat diketahui juga F2 dengan
menyilangkan kembali hasil F1 dengan perbandingan ratio fenotip 1:1, dengan
peluang lahir anak laki-laki normal sebesar 50% dan anak perempuan carrier
sebesar 50%.
e. Wanita carrier (XCXc) kawin dengan laki-laki buta warna (XcY) akan
menghasilkan keturunan F1 antara lain wanita carrier(XCXc) sebesar 25%, wanita
buta warna(XcXc) dan laki-laki normal (XCY) sebesar 25%. Dan dapat diketahui
juga F2 dengan menyilangkan kembali hasil F1 dengan perbandingan ratio fenotip
1:1, dengan peluang lahir anak perempuan carrier sebesar 50% dan anak laki-laki
penderita buta warna sebesar 50%.
f. Wanita buta warna (XcXc) dengan laki-laki buta warna (XcY) akan menghasilkan
keturunan pertama 100% buta warna semua (laki-laki maupun perempuan)
g. Yang menurunkan sifat buta warna adalah gen ibu.
DAFTAR PUSTAKA
Ahira, anne. 2010. Buta Warna. online: http://www.anneahira.com/pencegahan-
penyakit/buta-warna (diakses tanggal 25 desember 2011)
Anonim.http://id.wikipedia.org/wiki/buta-warna (diakses tanggal 25 desember 2011)
Campbhell, dkk. 2004. Biologi Jilid 1. Jakarta : Erlangga
Suryo. 1984. Genetika Strata 1. Yogyakarta : Universitas Gadjah Mada
Tim Pembina Genetika. 2011. Petunjuk Praktikum Genetika. Jember : Universitas Jember
Waluyo, Joko. 2006. Biologi Dasar. Jember : Universitas Jember.