laporan atrial septal defect (asd)

Upload: muhammad-adil

Post on 08-Oct-2015

267 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

Atrial Septal Defect (ASD)

TRANSCRIPT

  • 5/19/2018 Laporan Atrial Septal Defect (ASD)

    1/50

    1

    1. SKENARIO

    Talita, 5-year-old girl, was referred to MH hospital for poor weight gain. Her mother said that she

    frequently suffers from respiratory tract infection. Sometimes she complains of shortness of

    breath after activities and easily fatigue. Post natal history: her birth weight was 3 kg.

    Physical examination:

    Talitas body weight: 10 kg, body height: 70 cm, temp: 37C, RR: 28x/min, HR: 100 bpm regular,

    BP: 90/70 mmHg.

    Chest: precordial bulging, hyperactive precordium, second heart sound (S2) is fixed and widely

    split. A non specific 3/6, almost vibratory systolic ejection murmur is best heard at the upper left

    sternal border, and there is also a mid diastolic rumble murmur at the lower left sterna.

    ECG: sinus rhythm, right bundle branch block (RBBB) pattern, right ventricular hypertrophy (RVH),

    right atrial hypertrophy (RAH).

    Chest X-Ray: Cardiothoracic ratio 60%, upward apex, increased pulmonary vascular markings.

    2. KLARIFIKASI ISTILAH

    2.1 Poor weight gain : Pasien sulit naik berat badan

    2.2 Frequent respiratory tract infection : Infeksi saluran pernapasan yang sering

    2.3 Shortness of breath : Pernapasan yang sukar atau sesak

    2.4

    Fatigue : Kelelahan

    2.5 Precordial bulging : Daerah permukaan anterior tubuh yang menutupi jantung dan

    dada bagian bawah yang lebih menonjol dari dinding toraks yang lain

    2.6 Hyperactive precordium: Peningkatan berlebihan atau abnormal aktivitas atau fungsi

    otot dari prekordium

    2.7 2nd

    heart sound : Bunyi jantung yang dihasilkan oleh penutupan katup semilunaris

    2.8 Widely split : Adanya dua komponen pada kompleks bunyi jantung pertama atau

    kedua, menunjukkan pemisahan unsur bunyi kedua menjadi dua, yang lebar

  • 5/19/2018 Laporan Atrial Septal Defect (ASD)

    2/50

    2

    2.9 Systolic ejection murmur : Jenis murmur sistolik yang terutama terdengar ketika

    volume ejeksi dan kecepatan aliran darah pada keadaan maksimum seperti pada

    stenosis aorta dan pulmonal

    2.10 Mid diastolic rumble murmur : Suara bising jantung yang terdengar seperti gemuruh,

    terdengar pada fase middiastolik

    2.11 RBBB : Gangguan konduksi pada salah satu dari kedua cabang utama

    berkas His sehingga impuls terlebih dahulu mencapai ventrikel kemudian menjalar ke

    ventrikel lain

    2.12 RVH : Hipertrofi miokardium ventrikel kanan, akibat kelebihan beban

    tekanan yang kronis

    2.13 RAH : Hipertrofi miokardium atrium kanan akibat kelebihan beban

    tekanan yang kronis

    3. IDENTIFIKASI MASALAH

    MASALAH

    PRIORITAS

    MASALAH

    Talita, 5-year-old girl, was referred to MH hospital for poor weight gain. VVV

    Her mother said that she frequently suffers from respiratory tract infection. VV

    Sometimes she complains of shortness of breath after activities and easily

    fatigue.

    VV

    Post natal history: her birth weight was 3 kg. V

    Physical examination:

    Talitas body weight: 10 kg, body height: 70 cm, temp: 37C, RR: 28x/min,

    HR: 100 bpm regular, BP: 90/70 mmHg.

    Chest: precordial bulging, hyperactive precordium, second heart sound (S2)

    is fixed and widely split. A non specific 3/6, almost vibratory systolic

    ejection murmur is best heard at the upper left sternal border, and there is

    also a mid diastolic rumble murmur at the lower left sterna.

    VV

    ECG: sinus rhythm, right bundle branch block (RBBB) pattern, right VV

  • 5/19/2018 Laporan Atrial Septal Defect (ASD)

    3/50

    3

    ventricular hypertrophy (RVH), right atrial hypertrophy (RAH).

    Chest X-Ray: Cardiothoracic ratio 60%, upward apex, increased pulmonary

    vascular markings.

    VV

    4. PRIORITAS MASALAH

    4.1 Talita, 5-year-old girl, was referred to MH hospital for poor weight gain.

    4.2 Her mother said that she frequently suffers from respiratory tract infection.

    4.3 Sometimes she complains of shortness of breath after activities and easily fatigue.

    4.4 Physical examination results.

    4.5

    ECG results.

    4.6 Chest X-Ray results.

    4.7 Post natal history: her birth weight was 3 kg.

  • 5/19/2018 Laporan Atrial Septal Defect (ASD)

    4/50

    4

    5. ANALISIS MASALAH

    5.1 Talita, 5-year-old girl, was referred to MH hospital for poor weight gain.

    5.1.1 Bagaimana pertambahan berat badan normal pada balita?

    Rumus yang dikutip dari Behrman, 2000[1] untuk memperkirakan berat badan anak

    adalah sebagai berikut:

    Dapat pula digunakan standar dari Direktorat Kesehatan Gizi, Departemen Kesehatan

    RI pada tabel di bawah ini[2]

    :

    Umur Berat Badan (kg)

    Lahir 3,25 kg

    3-12 bulan Umur (bulan) + 9

    2

    1-6 tahun Umur (tahun) x 2 + 8

    6-12 tahun Umur (tahun) x 75

    2

    Umur Berat Standar (gr) Berat 80 % (gr) Tinggi Standar (cm) Tinggi 80 % (cm)

    Tabel dikutip dari Binarupa

    Behrman,dkk. 2000. Nelson Textbook

    of Pediatrics.Jakarta: EGC

  • 5/19/2018 Laporan Atrial Septal Defect (ASD)

    5/50

    5

    5.1.2 Bagaimana mekanisme terjadinya kesulitan kenaikan berat badan pada

    kasus ini?

    Pada talita, ia mengalami gangguan kongenital pada jantungnya yaitu ASD. Seperti

    yang telah kita pelajari dan ketahui bahwa ASD mengakibatkan stroke volume serta

    cardiac output menurun dikarenakan sirkulasi yang terjadi mengalami gangguan

    sehingga aliran darah ke jaringanpun menjadi kurang. Hal ini mengakibatkan jaringan

    tidak mendapatkan nutrisi dan oksigen yang cukup. Akibatnya tubuh sulit untuk

    melakukan metabolism, sehingga talita tidak tumbuh dan berkembang dengan baik

    akibat ada gangguan metabolism tubuhnya.[3]

    5.2 Her mother said that she frequently suffers from respiratory tract infection.

    5.2.1 Bagaimana etiologi dari terkena infeksi saluran pernapasan pada kasus

    ini?

    Saluran pernafasan memiliki berbagai macam system pertahanan untuk mengeluarkan

    zat asing yang masuk, mulai dari bulu hidung sampai makrofag alveolar. Makrofag

    alveolar merupakan sel fagositik dengan sifat dapat bermigrasi dan aktivitas enzimatik

    yang unik. Setelah makrofag ini memfagosit zat asing, zat tersebut dibawa ke pembulih

    limfe atau ke bronkiolus dimana mereka akan dibuangoleh escalator mukolaris. Namun

    pada penderita atrial septal defek (ASD), darah dari atrium kiri dapat masuk ke atrium

    kiri dan menambah jumlah darah yang disalurkan kedalam paru dan meningkatkan

    tekanan paru sehingga menyebabkan transudasi cairan keruang interstisial. Transudasi

    yang berlebihan akan mengganggu kinerja system limfatik sehingga zat asing yang

    sudah difagosit oleh makrofag tidak dikeluarkan lagi secara efektif sehingga penderita

    sering mengalami infeksi yang berulang.

    Defek septum atrium ini juga menyebabkan jumlah cardiac output menurun akibat

    adanya pirau dari atrium kiri ke atrium kanan. Penurunan ini mampu menyebabkan

    terjadinya hipoperfusi di jaringan, sehingga jaringan kekurangan nutrisi dan imunitas

    dari host menurun. Penyebab infeksi saluran pernapasan lebih sering terjadi adalah

    karena kontak dengan udara yang tidak dapat dihindari.[3]

    5.2.2

    Apa kaitannya kesulitan kenaikan berat badan dengan seringnya Talta

    terkena infeksi saluran pernapasan?

  • 5/19/2018 Laporan Atrial Septal Defect (ASD)

    6/50

    6

    ISPA berkaitan erat dengan kurang energi protein pada balita. Selain itu berbagai hasil

    penelitian menunjukan terjadinya penurunan berat badan anak selama ISPA

    berlangsung. Mekanisme malnutrisi pada balita dapat bermacam-macam baik secara

    sendiri-sendiri maupun bersama-sama yaitu:

    a. Penurunan intake zat gizi akibat kurang nafsu makan, menurunnya absorbsi dan

    kebiasaan mengurangi makanan pada saat sakit

    b. Peningkatan kehilangan cairan/zat gizi

    c. Meningkatnya kebutuhan akibat sakit dan parasit yang teradapat dalam tubuh.

    Seorang anak balita yang menderita penyakit ISPA akan mengakibatkan meningkatnya

    kebutuhan kalori karena meningkatnya suhu tubuh. Kebutuhan energi pada saat

    infeksi bisa mencapai dua kali kebutuhan normal karena meningkatnya metabolisme

    basal sehingga apabila konsumsi kurang beberapa hari akan menyebabkan kekurangan

    energi bila berlanjut beberapa minggu akan menyebabkan KEP pada anak balita.

    Penyakit infeksi dan status gizi terjadi hubungan timbal balik atau sinergisme,

    gangguan gizi memperburuk kemampuan anak untuk mengatasi infeksi, karena gizi

    kurang menghambat reaksi pembentukan kekebalan tubuh sehingga anak akan lebih

    mudah terkena penyakit infeksi dan sebaliknya penyakit infeksi berpengaruh besar

    terhadap terjadinya kejadian gizi pada anak balita, seorang anak yang menderita suatu

    penyakit infeksi seperti ISPA akan mengakibatkan terjadinya gangguan metabolisme,

    gangguan penyerapan dan selera makan menurun dengan demikian intake makanan

    menurun sehingga pertumbuhan terganggu.

    Seseorang dengan ASD juga rentan mengalami infeksi paru yang berulang akibat

    meningkatnya aliran darah pulmoner cenderung mengakibatkan banyaknya cairan

    yang mengalir menuju paru, membanjiri paru dan menyebabkan paru lebih rentan

    terhadap infeksi mikroorganisme.[4]

    5.3 Sometimes she complains of shortness of breath after activities and easily fatigue.

    5.3.1 Bagaimana mekanisme sesak napas pada kasus ini?

    Atrial Septal DefectShunting dari LA ke RA darah yang mengandung oksigen yang

    masuk ke LV berkurang penyebaran O2 tidak adekuat tubuh kekurangan O2

    kompensasi tubuh untuk meningkatkan pasokan O2 Sesak napas

  • 5/19/2018 Laporan Atrial Septal Defect (ASD)

    7/50

    7

    5.3.2 Bagaimana mekanisme fatigue pada kasus ini?

    Pada kasus Talita yang mengalami kebocoran pada dinding atriumnya (Atrial Septal

    Defect),akan mengakibatkan shunt atau baliknya darah bersih dari atrium kiri menuju

    atrium kanan. Baliknya aliran darah bersih dari atrium kiri menuju atrium kanan justru

    mengakibatkan kurangnya beban diastol atrium kiri menuju ventrikel kiri. Hal ini

    mengakibatkan ventrikel kiri kekurangan jumlah darah yang harus di pompakan ke

    seluruh tubuh melalui ejeksi sekuncupnya.

    Akibatnya Cardiac Output berkurang. Hal ini berakibat pada perfusi Oksigen ke jaringan

    (termasuk otot rangka) berkurang. Ketika beraktivitas, kebutuhan otot akan Oksigen

    meningkat. Tapi suplai oksigen ke otot berkurang, sehingga kebutuhan oksigen pada

    saat aktivitas tersebut tidak tercukupi. Tubuh mengatasinya dengan melakukan

    metabolisme anaerob dan mengakibatkan produksi asam laktat meningkat yang

    berakibat pada keluhan mudah lelah.[5]

    5.3.3 Bagaimana korelasi antara sesak napas, fatigue, dan penyakit jantung?

    Pada penyakit Atrial Septum Defect (ASD), ada defek pada septum atrium di jantung.

    Hal ini menyebabkan darah dari LA dapat masuk ke RA yang akan berdampak pada

    peredaran darah sistemiknya. Sesak napas yang dialami Talita, disebabkan darah ke LA

    dari vena pulmonal yang seharusnya masuk ke LV, masuk juga ke RA yang

    menyebabkan adanya penambahan tekanan pada RV, sehingga volume darah yang

    masuk ke arteri pulmonalis menuju paru bertambah dan menyebabkan tekanan pada

    paru meninggi. Hal ini berujung pada sesak napas yang diderita oleh Talita. Fatique

    saat beraktivitas walaupun hanya sedikit disebabkan karena gangguan pada supali

    darah sistemik oleh karena banyaknya darah yang masuk ke arteri pulmonal.

    Kekurangan darah yang masuk ke LV untuk di pompakan seluruh tubuh, merangsang

    pons di otak, member sinyal kelelahan karena jaringan ditubuh kekurangan suplai

    darah sebagai sumber energi dan juga ketika kurang suplai darah, tubuh akan

    melakukan metabolism anaerob yang memproduksi asam laktat. Penumpukan asam

    laktat di otot akan menyebabkan kelelahan.[5]

  • 5/19/2018 Laporan Atrial Septal Defect (ASD)

    8/50

    8

    5.4

    Post natal history: her birth weight was 3 kg.5.4.1 Mengapa berat badan Talita rendah pada umur 5 tahun, sedangkan berat

    lahirnya normal?

    Klasifikasi berat badan bayi baru lahir dapat dibedakan atas:

    a. Bayi dengan berat badan normal, yaitu > 2500 gram.

    b. Bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR), yaitu antara 1500 gram

    2500 gram.

    c.

    Bayi dengan berat badan sangat rendah (BBLSR), dimana berat lahirnya

    adalah 1000-1500 gram

    Bayi dengan berat lahir ekstrem rendah (BBLER), dimana berat lahirnya adalah 90 degrees)

    Slight increase in QRS duration

    May see incomplete RBBB pattern or qR pattern in V1

    ST segment depression and T wave inversion in right precordial leads is usually seen

    in severe RVH such as in pulmonary stenosis and pulmonary hypertension.

  • 5/19/2018 Laporan Atrial Septal Defect (ASD)

    15/50

    15

    - RAH

    Gelombang P yang tinggi (lebih dari 2,5 mm) dan runcing di sadapan II, III, dan aVF.

    Gelombang P merupakan gambaran proses depolarisasi atrium. Biasa disebut P

    pulmonal.

    5.7 Chest X-Ray: Cardiothoracic ratio 60%, upward apex, increased pulmonary vascular

    markings.

    5.7.1

    Bagaimana interpretasi dan mekanisme abnormal dari hasil Chest X-Ray?

    - CTR 60%

  • 5/19/2018 Laporan Atrial Septal Defect (ASD)

    16/50

    16

    Karena terjadi hipertrofi maka CTR menjadi diatas 50% (CTR normal

  • 5/19/2018 Laporan Atrial Septal Defect (ASD)

    17/50

    17

    Setelah dibuat garis-garis seperti di atas pada foto thorax, selanjutnya kita hitungdengan menggunakan rumus perbandingan sebagai berikut :

    CTR=A+B/C

    Keterangan :

    A: jarak MSP dengan dinding kanan terjauh jantung.

    B: jarak MSP dengan dinding kiri terjauh jantung.

    C: jarak titik terluar bayangan paru kanan dan kiri.

    Jika CTR>0.5 maka dikategorikan sebagai Cardiomegaly

    Ketentuan : Jika nilai perbandingan di atas nilainya 50% (lebih dari/sama dengan 50%

    maka dapat dikatakan telah terjadi pembesaran jantung (Cardiomegally).[8]

    5.7.3 Apakah ada pemeriksaan penunjang lainnya untuk mendiagnosis penyakit

    pada kasus ini?

    a. Radiologi (Chest X Ray):

    Biasanya terdapat sedikit pembesaran jantung, yaitu atrium kanan dan ventrikel kanan.

    Dapat ditemukan juga arteri pulmonalis yang prominen. Gambar vaskularisasi terlihat

    bertambah akibat bertambahnya darah paru-paru.

    b. EKG :

  • 5/19/2018 Laporan Atrial Septal Defect (ASD)

    18/50

    18

    Pemeriksaan elektrokardiografi menampakkan deviasi aksis ke kanan, blok bundel

    kanan, hipertrofi ventrikel kanan, pemanjangan interval PR, serta aksis gelombang P

    abnormal maupun bentuk gelombang P itu sendiri. Pada saat mencapai usia dewasa

    gambaran EKG sering menampilkan flutter maupun fibrilasi atrium. Pada pasien

    dengan defect ostium secundum, hasil EKG biasanya menunjukan deviasi aksis ke

    kanan dan rSr pattern pada prekordial kanan yang menunjukan pembesaran pada RV

    outflow tract. Ectopic atrial pacemaker atau first-degree heart block dapat muncul

    pada keurusakan tipe sinus venosus. Pada kerusakan ostium primum, konduksi RV

    terganggu disertai dengan left superior axis deviation dan counterclockwise rotation.

    Hipertrofi RV dan RA pada berbagai tingkayan dapat terjadi pada setiap tipe defect.

    c. Echocardiogram

    Dapat ditemukan dilatasi areteri pulmonal dan dilatasi RV dan RA dengan pergerakan

    septum ventrikel abnormal (paradoxical) karena volume berlebihan pada jantung

    kanan. ASD dapat dilihat langsung dengan two-dimensional imaging, color flow

    imaging, or echocontrast. Pada kebanyakan institusi two dimensional

    echocardiography plus color doppler flow examination telah menggantikan keteterisasi

    jantung. Transesophageal echocardiography diindikasikan jika transthoracic

    echocardiogram masih meragukan, paling sering dilakukan pada kasus tipe sinus

    venosus atau disaat catheter device closure.

    d. Cardiac catheterization

    Dilakukan jika terdapat hasil inkonsistensi data klinis, jika dicurigai terjadi hipertensi

    pulmonal atau malformasi terkait, atau jika terdapat kemungkinan penyakit arteri

    koroner.[8]

    5.7.4 Apa perbedaan pemeriksaan penunjang dan pemeriksaan tambahan?

    Pemeriksaan tambahan dapat dilakukan untuk mendiagnosis kondisi secara pasti atau

    mendapatkan bukti-bukti yang mengarah pada diagnosis yang diperoleh dari

    pemeriksaan sebelumnya, berupa laboratorium (baik pemeriksaan darah, urine dan

    feces), rontgen dada, EKG/Treatmill test, USG abdomen, dan bagi wanita pemeriksaan

    ditambah dengan mamografi, USG payudara dan pap smear. Pemeriksaan yang

  • 5/19/2018 Laporan Atrial Septal Defect (ASD)

    19/50

    19

    dilakukan menyeluruh dan pemeriksaan tambahan dilakukan tanpa melihat kondisi

    pasien. Dan wajib di lakukan setelah pemeriksaan fisik.

    Pemeriksaan penunjang adalah pemeriksaan dimana untuk memastikan secara pasti

    diagnosis yang sudah ditegakkan namun kurang untuk mencapai kepastian suatu

    penyakit, pemeriksaan ini tidak wajib dan agar dokter mampu memperkuat dugaan

    diagnosa melalui perubahan fungsional struktural suatu riwayat riwayat pasien

    sebelumnya.

  • 5/19/2018 Laporan Atrial Septal Defect (ASD)

    20/50

    20

    6. KETERKAITAN ANTAR MASALAH

    Left to right shunt

    RVH, RAH, increased pulmonary

    vascular markings

    Poor weight gain, dyspnea deffort,

    easily fatique, frequently suffers from

    res irator tract infection

    Physical examination chest

  • 5/19/2018 Laporan Atrial Septal Defect (ASD)

    21/50

    21

    7. TOPIK PEMBELAJARAN (LEARNING ISSUES)

    7.1 Anatomi Jantung

    7.2 Fisiologi Jantung

    7.3

    Embriologi Jantung

    7.4 Atrial Septal Defect

    TOPIKYANG SAYA

    TAHU

    YANG SAYA

    TIDAK TAHU

    YANG HARUS

    DIBUKTIKAN

    KEMBALI

    SUMBER

    Anatomi

    Jantung

    Letak jantung,

    Ruang Jantung,

    Katup jantung,

    dst

    Kelainan

    anatomi jantung

    pada ASD

    Lokasi terjadinya ASD

    Buku Teks

    Jurnal

    Sumber

    online yang

    terpercaya

    Fisiologi

    JantungSiklus Jantung

    Kelainan siklus

    jantung pada

    ASD

    Mekanisme terjadinya

    RBBB, disertai RVH

    dan RAH pada EKG

    Embriologi

    Jantung

    Jantung berasaldari jaringan

    endoderm

    Prosesorganogenesis

    jantung

    Kelainanorganogenesis

    jantung pada ASD

    Atrial Septal

    Defect

    Definisi dan jenis

    kelainan pada

    ASD

    Patofisiologi

    kelainan-

    kelainan pada

    ASD

    Kelainan pada ASD

    dan kaitannya dengan

    gejala/hasil

    pemeriksaan pada

    skenario kasus

  • 5/19/2018 Laporan Atrial Septal Defect (ASD)

    22/50

    22

    8. SINTESIS

    8.1 ANATOMI JANTUNG

    Gambar dikutip dari Putz, R., Pabst. R. 2003.Atlas Anatomi Manusia Sobotta Edisi 21. Jakarta: EGC.

    Bentuk jantung seperti kerucut dengan puncak (Apex) kedepan lateral kiri dan basisdi Posterior. Beratnya (tanpa darah) adalah 300 gr; Capacitas ruangannya adalah 300

    cc (dilatasi) dimana 120 cc masing-masing untuk bilik kiri/kanan. Besar jantung

    sewaktu Cositractie adalah sebesar tinju (12,5 x 3,5 x 2,5 cm).

    Jantung mempunyai 3 Facies (permukaan) yaitu Facies Sternocostalis (depan atas,

    lateral kiri dan kanan) Facies Diaphragmatica (lnferior) dan Basis (belakang).

    Jantung ini adalah alat pompa darah untuk mengalirkan darah arterial keseluruh

    tubuh yang

    tidak boleh berhenti lebih dari 5 detik. Jantung bekerja diluar kehendak kita. Selubung

    jantung adalah Pericardium yang terdapat sebagai kantong dan Epicadium sebagai

    lapisan luar jantung. Pericardium adalah jaringan Serosa Fibrous agak tebal dimana

    permukaan dalam adalah Serous Mucous yang menghasilkan cairan pelicin sedikit.

  • 5/19/2018 Laporan Atrial Septal Defect (ASD)

    23/50

    23

    PERMUKAAN JANTUNG

    Jantung mempunyai tiga permukaan: facies sterno-costalis (anterior), facies

    diaphragmatica (inferior), dan basis cordis (facies posterior), Jantung juga mempunyai

    apex yang arahnya ke bawah, depan, dan kiri.[11]

    Facies sternocostalis terutama dibentuk oleh atrium dextrum dan ventriculus dexter,

    yang dipisahkan satu sama lain oleh sulcus atrioventricularis.

    Pinggir kanannya dibentuk oleh atrium dextrum dan pinggir kirinya oleh ventriculus

    sinister dan sebagian auricula sinistra. Ventriculus dexter dipisahkan dari ventriculus

    sinister oleh sulcus interventricularis anterior.

    Facies diaphragmatica jantung terutama dibentuk oleh ventriculus dexter dan

    sinister yang dipisahkan oleh sulcus interventricularis posterior. Permukaan inferior

    atrium dextrum, tempat bermuara vena cava inferior, juga ikut membentuk facies

    diaphragmatica.

    Basis cordis, atau facies posterior terutama dibentuk oleh atrium sinistrum, tempat

    bermuara empat venae pulmonales. Basis cordis terletak berlawanan dengan apex

    cordis.

    Apex cordis, dibentuk oleh ventriculus sinister, mengarah ke bawah, depan, dan kiri.

    Apex terletak setingi spatium intercostale V sinistra, 9 cm dari garis tengah. Pada

    daerah apex, denyut apex biasanya dapat dilihat dan diraba pada orang hidup.

    Perhatikan bahwa basis cordis dinamakan basis karena jantung berbentuk piramid

    dan basisnya terletak berlawanan dengan apex. Jantung tidak terletak pada basisnya;

    jantung terletak pada facies diaphragmatica (inferior).

    BATAS JANTUNG

    Batas kanan jantung dibentuk oleh atrium dextrum, batas kiri oleh auricula sinistra

    dan di bawah oleh ventriculus sinister. Batas bawah terutama dibentuk oleh

    ventriculus dexter tetapi juga oleh atrium dextrum dan apex oleh ventriculus sinister.

    Batas-batas ini penting pada pemeriksaan radiografi jantung.

    RUANG-RUANG JANTUNG

    Jantung dibagi oleh septa vertikal menjadi empat ruang: atrium dextrum, atrium

    sinistrum, ventriculus dexter, dan ventriculus sinister. Atrium dextrum terletak anterior

    terhadap atrium sinistrum dan ventriculus dexter anterior terhadap ventriculus sinister.

  • 5/19/2018 Laporan Atrial Septal Defect (ASD)

    24/50

    24

    Dinding jantung tersusun atas otot jantung, myocardium, yang di luar terbungkus

    oleh pericardium serosum, yang disebut epicardium, dan di bagian dalam diliputi oleh

    selapis endothel disebut endocardium.

    Serambi kanan = Atrium Dexter

    Serambi kiri = Atrium Sinister

    Bilik kanan = Ventriculus Dexter

    Bilik kiri = Veritricuius Sinister

    Serambi kanan menerima darah Venous yang miskin oksigen dari seluruh tubuh

    melalui V. cava superior dan V. cava lnferior. Muara ke 2 Vena ini boleh dikatakan tidak

    mempunyai klep.

    Serambi kanan kedepan berhubungan dengan bilik kanan melalui klep Atrio

    Ventricular Tricuspidalis (3 buah klep). Atrium Dexter ini mempunyai ruangan yang

    dibatasi 6 dinding yaitu dinding Posterior, dinding anterior, dinding lateral, dinding

    medial, dinding Superior, dan dinding lnferior.

    Pada dinding posterior kita dapati pelurusan ke 2 V. Cavae, dilateral pelurusan V.

    Cavae ini kita jumpai Crista Terminalis. Pada dinding medial bagian belakang terdapat

    Fossa Ovalss dan pada bagian depannya terdapat Annulus Limbus Ovalis.

    Pada dinding lnferior terdapat muara V. Cava lnferior, kedepan muara V. Cava

    lnferior terdapat Valvulae Sinus Coronarius (muara pembuluh Venous terbesar untuk

    jantung). Pada dinding depan terdapat Klep Tricuspid (3 buah klep). Pada dinding atas

    terdapat muara V. Cava Superior dan Cristae disebut M. Pectinati yang merupakan

    serabut-serabut otot jantung.

    M. Pectinatus ini adalah dinding dari Auriculum Cordis yaitu inangan dari atrium.

    Pada dinding lateral yang merupakan kesatuan dengan dinding atas terdapat Musculi

    Pectinati. Pada ruangan atrium kiri terdapat di dinding Posterior 4 buah (empat buah)

    muara V. Puimonalis; dinding Superior dengan Musculi Pectinati, dinding medial

    merupakan Septum Atriorum, dinding lnferior, dinding depan dengan klep Bicuspid (2

    klep).

    Ruangan Ventrikel kiri kebelakang dibatasi dinding posterior dengan klep Bicuspid

    (dilateral kiri) dan klep Aorta (dimedial). Dinding medial merupakan Septum

    Ventriculare. Dinding selebihnya melengkung. Pada permukaan dalam ruangan

  • 5/19/2018 Laporan Atrial Septal Defect (ASD)

    25/50

    25

    Ventrikel kiri ini terdapat Endocardium. Trabeculae Carneae, M. papillaris, Chorda,

    Tendinea (pita-pita halus menghubungkan M. papillaris dengan daun-daun Klep

    Bicuspid).

    Otot jantung disebut Myocardium, serabut-serabut otot atrium terpisah dari

    Ventrikel. Batas perpisahan antara ke2 kumpulan serabut otot disebut Sulcus

    Coronarius.

    Serabut-serabut otot atrium terdiri dari2 lapisan :

    Lapisan luar berjalan Transversal (arah melintang)

    Lapisan dalam berjalan melengkung dari arah depan kebelakang (Ada sedikit

    serabut-serabut Circulair mengelilingi muara Vena yang masuk kedalam Atrium).

    Serabut-serabut otot Ventrikel terdiri dari 3 lapisan yaitu :

    Lapisan luar yang tipis dengan serabut-serabut arah Spiral, bersatu untuk ke 2

    Ventrikel.

    Lapisan tengah tebal, lapisan ini untuk Ventrikel kanan, serabut-serabut medius

    ini arahnya Silindris untuk tiap-tiap Ventrikel.

    Lapian dalam, arah serabut-serabutnya Spiral, lapisan ini merupakan lanjutan

    dari serabut-serabut luar.

    Fungsi serabut-serabut otot jantung adalah berkontraksi memperkecil jantung dan

    menutup klep-klep agar tidak terjadi pengembalian darah (Regurgitation) dan

    mendorong darah keluar jantung, keseluruh tubuh rata-rata sebanyak 72 x tiap menit

    system conductie didalam jantung dilakukan melalui system serabut Conductie yang

    terdapat pada dinding jantung.

    System Conductie ini terdiri dari:

    Sinus - Atrial Node (SA Node)

    Atrio - Ventricular Node (AV Node).

    Atrio -Ventricular Bundle (Hiss Bundle).

    Serabut purkinje.

    Titik tolak Conductie adalah Sinu Atrial Node yang terletak pada ujung atas Sulcus

  • 5/19/2018 Laporan Atrial Septal Defect (ASD)

    26/50

    26

    Terminalis (bayangan diluar dari Crista Terminalis pada atrium kanan). Titik tolak

    conductie berikutnya adalah Atrio Ventricular Node yang terdapat pada Septum Atriale

    didepan Ostium Sinus Coronarius.

    Sebagai penerus conduksi adalah Atrio Ventricular Bundle (Hiss Bundle) yang

    dimulai dari Atrio-Ventricular Node ke Hiss Bundle yang terdapat pada Septum

    Ventriculare.

    lnnervasi system Conductie ini secara teratur adalah oleh N. Vagus; Sino Atrial Node

    disyarafi oleh Serabut Vagus kanan. Atrio Ventricular Node disyarafi oleh serabut N.

    Vagus kiri. Bila Atrium berkontraksi akan diikuti oleh contraksi ventrikel. Serabut-

    serabut otot dan A. coronaria disyarafi oleh serabut-serabut Symphatis lewat N.

    Cardiacii dan serabut-serabut Afferent dilakukan juga melalui N. Cardiaci

    Anatomi Permukaan Katup-Katup Jantung

    Proyeksi jantung pada permukaan tubuh telah dijelas-kan pada. Proyeksi permukaan

    katup-katup jantung seperti berikut ini.

    Valva tricuspidalis terletak di belakang setengah bagian kanan sternum pada

    spatium intercostale.

    Valva mitralis terletak di belakang setengah bagian kiri sternum setinggi cartilage

    costalis.

    Valva trunci pulmonalis terletak di belakang ujung medial cartilage costalis III

    sinistra dan bagian yang berhubungan dengan sternum.

    Valva aortae terletak di belakang setengah bagian kiri sternum pada spatium

    intercostale III.

    Auskultasi Katup Jantung

    Waktu mendengarkan jantung dengan stetoskop, dapat didengarkan dua bunyi:

    lupdup. Bunyi pertama ditimbulkan oleh kontraksi ventrikel dan penutupan valva

    tricuspidalis dan mitralis.

    Bunyi kedua ditimbulkan oleh penutupan cepat valva aortae dan valva trunci

    pulmonalis. Penting bagi dokter untuk mengetahui tempat untuk meletakkan

    stetoskopnya pada dinding thoraks sehingga dia mampu mendengarkan bunyi yang

    ditimbulkan oleh masing-masing katup dengan gangguan yang minimal.

  • 5/19/2018 Laporan Atrial Septal Defect (ASD)

    27/50

    27

    Valva tricuspidalis paling baik didengarkan sekitar ujung bawah kanan corpus

    sterni.

    Valva mitralis paling baik didengarkan di sekitar denyut apex, yaitu setinggi

    spatium intercostale V sinistra, 31/1 inci (9 cm) dari garis tengah.

    Valva pulmonalis didengar dengan gangguan minimal di sekitar ujung medial

    spatium intercostale II kiri.

    Valva aortae paling baik didengar di sekitar ujung medial spatium intercostale II

    kanan.[12]

    8.2 FISIOLOGI JANTUNG

    Untuk dapat memompa darah, jantung harus berkontraksi yang dicetuskan oleh

    potensial aksi yang menyebar melalui membran sel sel otot. Jantung berkontraksi

    secara berirama akibat potensial aksi yang ditimbulkannya sendiri, disebut

    sebagai otoritmisitas.

    Terdapat dua jenis sel otot jantung :

    1. Sel kontraktil (99 %) merupakan sel yang memiliki fungsi mekanik (memompa

    darah), dalam keadaan normal tidak dapat menghasilkan sendiri potensial aksinya2. Sel otoritmik berfungsi mencetuskan dan menghantarkan potensial aksi yang

    bertanggung jawab untuk kontraksi selsel pekerja. Sel otoritmik ini dapat ditemukan

    di lokasilokasi berikut :

    Nodus sinoatrium (SA), daerah kecil khusus di dinding atrium kanan dekat muara

    vena cava superior

    Nodus atrioventrikel (AV), terletak di dasar atrium kanan dekat septum, tepat di

    atas hubungan antara atrium dan ventrikel

    Berkas His (berkas atrioventrikel), suatu jaras sel sel khusus yang berasal dari

    nodus AV dan masuk ke septum interventrikular. Pada septum interventrikular

    jaras ini bercabang dua (kanan dan kiri), kemudian berjalan ke bawah melalui

    septum, melingkari ujung ventrikel dan kembali ke atrium di sepanjang dinding

    luar.

    Serat Purkinje, merupakan serat terminal halus yang berjalan dari berkas His dan

    menyebar ke seluruh miokardium ventrikel.[13]

  • 5/19/2018 Laporan Atrial Septal Defect (ASD)

    28/50

    28

    Sel sel otoritmik jantung tidak memiliki potensial istirahat melainkan mereka

    memiliki aktivitaspacemakeryaitu depolarisasi yang terjadi secara perlahan pada

    membrane sel sel tersebut hingga mencapai ambang dan kemudian menimbulkan

    potensial aksi. Penyebab terjadinya depolarisasi ini diperkirakan sebagai akibat dari :

    1. Arus keluar K+yang berkurang diirngi dengan arus masuk Na

    +yang konstan

    Permeabilitas membrane terhadap K+menurun antara potensial potensial aksi,

    karena saluran K+diinaktifkan sehingga aliran keluar ion positif menurun. Sementara

    itu, influks pasif Na+dalam jumlah kecil tidak berubah akibatnya bagian dalam

    membrane menjadi lebih positif dan secara bertahap mengalami depolarisasi hingga

    mencapai ambang.

    2. Peningkatan arus masuk Ca2+

    Setelah mencapai ambang dan saluran Ca2+ terbuka, terjadi influks Ca2+ secara cepat

    menimbulkan fase naik dari potensial aksi spontan.

    Sel sel otoritmik berbeda kecepatannya untuk menghasilkan potensial aksi karena

    terdapat perbedaan kecepatan depolarisasi. Selsel jantung yang terletak di nodus SA

    memiliki kecepatan pembentukan potensial aksi tertinggi. Sekali potensial aksi timbul

    di salah satu sel otot jantung, potensial aksi tersebut akan menyebar ke seluruh

    miokardium melalui gap junction dan penghantar khusus.

    Penjalaran Impuls Jantung ke Seluruh Jantung

    potensial aksi dimulai di nodus SA kemudian menyebar ke seluruh jantung. Agar

    jantung berfungsi secara efisien, penyebaran eksitasi harus memenuhi 3 kriteria :

    1.

    Eksitasi dan kontraksi atrium harus selesai sebelum kontraksi ventrikel dimulai.

    2. Eksitasi serat serat otot jantung harus dikoordinasi untuk memastikan bahwa

    setiap bilik jantung berkontraksi sebagai suatu kesatuan untuk menghasilkan daya

    pompa yang efisien.Apabila serat serat otot di bilik jantung tereksitasi dan

    berkontraksi secara acak, tidak simultan dan terkoordinasi (fibrilasi) maka darah tidak

    akan dapat terpompa.

    3. Pasangan atrium dan pasangan ventrikel harus secara fungsional terkoordinasi,

    sehingga kedua pasangan tersebut berkontaksi secara simultan. Hal ini memungkinkan

    darah terpompa ke sirkulasi paru dan sistemik

  • 5/19/2018 Laporan Atrial Septal Defect (ASD)

    29/50

    29

    Eksitasi atrium. Suatu potensial aksi yang berasal dari nodus SA pertama kali

    menyebar ke kedua atrium, terutama dari sel ke sel melalui gap junction. Selain itu,

    terdapat jalur penghantar khusus yang mempercepat penghantaran impuls dari atrium,

    yaitu :

    Jalur antaratrium, berjalan dari nodus SA di atrium kanan ke atrium kiri.

    Jalur antarnodus, berjalan dari nodus SA ke nodus AV. Karena atrium dan

    ventrikel dihubungkan oleh jaringan ikat yang tidak menghantarkan listrik, maka satu

    satunya cara agar potensial aksi dapat menyebar ke ventrikel adalah dengan melewati

    nodus AV.

    Transmisi antara Atrium dan Ventrikel. Potensial aksi dihantarkan relative lebih

    lambat melalui nodus AV. Kelambanan ini memberikan waktu untuk memungkinkan

    atrium mengalami depolarisasi sempurna dan berkontraksi sebelum depolarisasi dan

    kontraksi ventrikel terjadi. Hal ini bertujuan agar ventrikel dapat terisi sempurna.

    Eksitasi ventrikel. Setelah perlambatan itu, kemudian impuls dengan cepat berjalan

    melalui berkas His dan ke seluruh miokardium ventrikel melalui serat serat purkinje.

    Sistem penghantar ventrikel lebih terorganisasi dan lebih penting daripada jalur

    antaratrium dan antarnodus, karena massa ventrikel jauh lebih besar daripada massa

    atrium.

    Potensial Aksi Pada Sel Kontraktil Otot Jantung

    Potensial aksi yang terjadi pada sel kontraktil otot jantung memperlihatkan fase datar

    (plateu) yang khas. Pada saat membran mengalami eksitasi, terjadi perubahan gradien

    membran secara cepat akibat masuknya Na+. Membran pun mengalami potensial aksi.

    Segera setelah potensial aksi dicapai, permeabilitas membran terhadap Na+berkurang.

    Namun uniknya, membran potensial dipertahankan selama beberapa ratus milidetik

    sehingga menghasilkan fase datar (plateu) potensial aksi.Perubahan voltase yang

    mendadak selama fase naik menuju potensial aksi menimbulkan 2 perubahan yang

    turut serta mempertahankan fase datar tersebut, yaitu pengaktifan slow L-type

    Ca2+channel dan penurunan permeabilitas K+. Pembukaan Ca2+channel menyebabkan

    influks Ca2+

    yang bermuatan positif. Penurunan aliran K+mencegah repolarisasi cepat

  • 5/19/2018 Laporan Atrial Septal Defect (ASD)

    30/50

    30

    membran sehingga mempertahankan fase datar. Fase turun potensial aksi yang

    berlangsung cepat terjadi akibat inaktivasi Ca2+

    channel dan peningkatan permeabilitas

    K+.

    Mekanisme dasar terjadinya kontraksi sel miokardium apabila terdapat potensial aksi

    serupa dengan proses eksitasi-kontraksi otot rangka. Bedanya, selama potensial aksi

    sel miokardium berlangsung, sejumlah besar ion Ca akan berdifusi dari ekstrasel ke

    sitosol, menembus membran plasma untuk mempertahankan potensial aksi sel

    miokardium, melewati T-tubule dan memicu terbukanya kanal ion Ca dari lateral sacs

    retikulum sarkoplasma memperpanjang masa kontraksi cukup waktu untuk

    memompa darah. Peran Ca2+

    di sitosol adalah untuk berikatan dengan kompleks

    troponin-tropomiosin sehingga memungkinkan terjadinya kontraksi.

    Siklus Jantung

    Siklus jantung adalah periode dimulainya satu denyutan jantung dan awal dari

    denyutan selanjutnya. Setiap siklus dimulai oleh pembentukan potensial aksi yang

    spontan di nodus sinus. Siklus jantung terdiri dari periode sistol dan diastol. Sistol

    adalah periode kontraksi dari ventrikel, dimana darah akan dikeluarkan dari jantung.

    Diastol adalah periode relaksasi dari ventrikel, dimana terjadi pengisian darah.

    Diastol dapat dibagi menjadi dua proses yaitu relaksasi isovolumetrik dan ventricular

    filling. Pada relaksasi isovolumetrik terjadi ventrikel yang mulai relaksaasi, katup

    semilunar dan katup atrioventrikularis tertutup dan volume ventrikel tetap tidak

    berubah. Pada ventricular fillingdimana tekanan dari atrium lebih tinggi dari tekanan

    di ventrikel, katup mitral dan katup trikuspid akan terbuka sehingga ventrikel akan

    terisi 80% dan akan mencapai 100 % jika atrium berkontraksi. Volume total yang

    masuk ke dalam diastol disebut End Diastolic Volume .

    Sistolik dapat dibagi menjadi dua proses yaitu kontraksi isovolumetrik dan ejeksi

    ventrikel. Pada kontraksi isovolumetrik, kontraksi sudah dimulai tetapi katup katup

    tetap tertutup. Tekanan juga telah dihasilkan tetapi tidak dijumpai adanya

    pemendekan dari otot. Pada ejeksi ventrikel , tekanan dalam ventrikel lebih tinggi

    dibandingkan dengan tekanan pada aorta dan pulmoner sehingga katup aorta dan

    katup pulmoner terbuka dan akhirnya darah akan dipompa ke seluruh tubuh. Pada

    saat ini terjadi pemendekan dari otot. Sisa darah yang terdapat di ventrikel disebutEnd

    Systolic Volume.

  • 5/19/2018 Laporan Atrial Septal Defect (ASD)

    31/50

    31

    Cardiac Output. Merupakan volume darah yang dipompa oleh setiap ventrikel per

    menitnya. CO dari setiap ventrikel secara normal sama, walaupun terdapat sedikit

    variasi. Penentu utama CO adalah detak jantung dan stroke volume (= Volume darah

    yang dikeluarkan masing-masing ventrikel). Jika dalam keadaan istirahat, detak jantung

    = 70 x/menit dan SV = 70 ml/detak, maka: Cardiac Output= Detak jantung x SV. Dalam

    keadaan istirahat, curah jantung (cardiac output) dapat mencapai 5 L per menit. Saat

    berolahraga, curah jantung yang dihasilkan dapat mencapai sekitar 20-25 L per menit.

    Selisih antara curah jantung saat istirahat dengan curah jantung maksimal

    disebut cardiac reserve.

    Faktor yang mempengaruhi CO :

    Heart Rate (detak jantung). Dalam keadaan normal nodus SA merupakan pacemaker

    jantung dan mengatur HR. Karena nodus SA ini dipersarafi oleh Saraf otonom (simpatis

    dan parasimpatis) maka secara tidak langsung HR juga dipengaruhi oleh saraf otonom.

    Stroke Volume.Diatur oleh dua factor , yaitu intrinsic (aliran vena) dan ekstrinsik

    (stimulasi simpatik). Factor intrinsic diatur oleh mekanisme hukum Franks

    Starling pada jantung. Semakin banyak aliran vena yang masuk ke dalam jantung

    semakin besar pula volume diastole akhir dan jantung menjadi semaikn tertarik dan

    melebar. Karena keadaan otot jantung yang semakin panjang sebelum kontraksi ini,

    maka semakin kuat pula kontraksinya.[14]

    8.3 EMBRIOLOGI JANTUNG

    Sistem pemuluh darah mudigah manusia tampak pada pertengahan minggu ketiga,

    pada saat mudigah tidak lagi dapat mencukupi kebutuhan akan zat makanan hanya

    melalui difusi saja. Pada tingkat ini, sel-sel lapisan mesoderm splanknik pada mudigah

    presomit lanjut diinduksi oleh endoderm di bawahnya untuk membentuk

    angioblas. Sel-sel ini berpoliferasi dan membentuk kelompok-kelompok sel endotel

    tersendiri yang disebut angiokista. Pada mulanya sel-sel tersebut berada di sisi lateral

    mudigah tapi kemudian secara cepat menyebar ke daerah kepala. Dengan berlalunya

    waktu, kelompok-kelompok ini menyatu dan membentuk pembuluh darah kecil yang

    berbentuk tapal kuda. Bagian sentral pleksus ini dikenal sebagai daerah kardiogenik

  • 5/19/2018 Laporan Atrial Septal Defect (ASD)

    32/50

    32

    dan rongga selom intraembrional yang terletak diatas daerah ini nantinya akan

    berkembang menjadi rongga perikardium.Selain pleksus yang membentuk tapal kuda

    ini , kelompok-kelompok sel angiogenik lain muncul bilateral, sejajar dan dekat garis

    tengah cakram mudigah. Kelompok-kelompok ini juga memperoleh lumen dan

    membentuk sepasang pembuluh memanjang, aorta dorsale. Pada tingkat lebih lanjut,

    pembuluh-pembuluh darah ini berhubungan, melalui lengkung-lengkung aorta, dengan

    pleksus membentuk tapal kuda tadi dan akan membentuk tabung jantung.

    Pembentukan rongga jantung dimulai dengan memanjang dan terus membengkoknya

    tabung jantung kearah ventral dan kaudal dan kekanan (hari ke 23), sementara bagian

    atrium (kaudal) bergeser ke arah dorso kranial dan kekiri. Pembengkokan ini mungkin

    disebabkan oleh perubahan bentuk sel, membentuk rongga jantung dan selesai pada

    hari ke-28.

    Pembentukan Sekat-Sekat Jantung

    1. Septum Interatrial

    Septum atrium terbentuk antara minggu keempat dan keenam masa mudigah. Fase

    awal ditandai dengan pertumbuhan suatu septum primer (Septum primum) dari

    dinding dorsal rongga atrium komunis kearah bantalan endokardium yang sedang

    tumbuh sewaktu yang terakhir mulai memisahkan rongga atrium dan ventrikel. Suatu

    celah, yang disebut ostium primum, mula-mula memisahkan septum primum yang

    sedang tumbuh dari bantalan endokardium akhirnya melenyapkan ostium primum;

    namun pada saat ini lubangkedua, ostium sekundum, muncul dari bagian tengah

    septum primum. Hal ini memungkinkan berlanjutnya aliran darah teroksigenasi dari

    atrium kanan ke kiri yang esensial untuk kehidupan janin. Seiring dengan

    membesarnya ostium sekundum, sebuah septum sekunder (septum sekundum)

    muncul tepat disisi kanan ostium primum. Septum sekundum berploriferasi untuk

    membentuk struktur seperti bulan sabit yang akan mengelilingi suatu ruangan yang

    disebutforamen ovale. Foramen ovale dijaga pada sisi kirinya oleh sebuah flap jaringan

    yang berasal dari septum primum, yang berfungsi sebagai katup satu arah yang

    memungkinkan darah terus mengalir dari kanan ke kiri selama kehidupan intrauterus.

    Saat lahir, seiring dengan turunnya resisensi vaskular paru dan meningkatnya tekanan

  • 5/19/2018 Laporan Atrial Septal Defect (ASD)

    33/50

    33

    arteri sistemik, tekanan di atrium kiri meningkat melebihi tekanan di atrium kanan

    sehingga terjadi penutupan fungsional foramen ovale.

    2. Septum Interventrikular

    Septum interventrikular dibentuk antara minggu keempat dan kedelapan getasi.

    Septum ini terbentuk oleh fusi suatu rigi otot intraventrikel yang tumbuh keatas dari

    apeks jantung ke partisi membranosa tipis yang tumbuh kebawah dari bantalan

    endokardium. Regio basal atau membranosa adalah bagian terakhir dari septum yang

    tumbuh dan merupakan tempat dimana sekitar 70 % defek septum berada.

    3. Katup-katup Atrioventrikular

    Setelah bantalan-bantalan endokardium bersatu, masing-masing orifisium

    atrioventrikularis dikelilingi oleh proliferasi setempat jaringan mesenkim. Ketika

    jaringan yang terletak diatas permukaan ventrikular jaringan yang berploriferasi ini

    menjadi berongga dan menipis karena aliran darah, terbentuklah katup-katup yang

    tetap menempel pada dinding ventrikel melalui tali-tali otot. Akhirnya, jaringan otot di

    dalam tali-tali ini berdegenerasi dan digantikan oleh jaringan penyambung padat.

    Katup-katup ini kemudian terbentuk dari jaringan penyambung yang dibungkus oleh

    endokardium dan dihubingkan ke trabekula-trabekula tebal di dinding ventrikel, yaitu

    musculi papilares dan korda tendeniae. Sehingga terbentuklah 2 katup jantung

    (bikuspidalis dan trikuspidalis).

    Kelainan pembentukan organ (malformasi) paling banyak terjadi

    pada trimester pertama (12 minggu pertama) kehamilan, yang merupakan masa-masa

    pembentukan organ dimana embrio sangat rentan terhadap efek obat-obatan

    atau virus. Karena itu seorang wanita hamil sebaiknya tidak menjalani immunisasi atau

    mengkonsumsi obat-obatan pada trimester pertama kecuali sangat penting untuk

  • 5/19/2018 Laporan Atrial Septal Defect (ASD)

    34/50

    34

    melindungi kesehatannya. Pemberian obat-obatan yang diketahui dapat menyebabkan

    malformasi harus dihindari.[15]

    8.4ATRIAL SEPTAL DEFECT

    Atrial Septal Defect (ASD) atau Defek Septum Atrium (DSA) merupakan bentuk PJB

    yang juga sering ditemukan dengan insidens sekitar 7% dari seluruh PJB.DSA terjadi

    akibat sesuatu hal yang mempengaruhi pembentukan sekat atrium jantung yang

    terjadi dalam rentang waktu 8 minggu kehamilan kehamilan.Gangguan hemodinamik

    yang terjadi pada DSA disebabkan oleh pirau kiri ke kanan akibat adanya defek

    (lubang) pada dinding atrium jantung. Akibatnya, darah dari atrium kiri yang

    seharusnya masuk ke ventrikel kiri, akan masuk ke atrium kanan dan akhirnya ke

    ventrikel kanan. Jika lubangnya cukup besar, dapat meningkatkan beban volume di

    jantung kanan, di samping juga meningkatkan beban volume di jantung kiri. Terdapat

    tiga jenis DSA, yaitu : DSA sekundum (50-70%), DSA primum (30%) dan DSA tipe sinus

    venosus (10%). DSA sekundum merupakan tipe DSA yang paling sering ditemukan dan

    dapat ditangani dengan transkateter.Tatalaksana pilihan terkini untuk DSA yang secara

    luas sudah diterima di hampir seluruh negara adalah penutupan DSA transkateter

    menggunakan Amplatzer septal occluder (ASO) dengan angka mortalitas kurang dari1%.

    Defek septum atrium (DSA) umumnya ringan karena tidak mengakibatkan pirau kiri ke

    kanan yang bermakna yang merupakan faktor risiko terjadinya penyakit vaskular paru

    (pulmonary vascular disease). DSA yang signifikan dapat mengakibatkan volume

    overload pada jantung kanan sehingga terjadi gagal jantung kanan. Pada usia dewasa,

    DSA besar merupakan faktor predisposisi terjadinya gagal jantung dan aritmia. Selain

    itu pasien dengan DSA juga memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami emboli dan

    trombosis vena dalam. Karena alasan-alasan tersebut DSA umumnya ditutup saat masa

    kanak-kanak, idealnya sebelum usia sekolah. Selain itu, seiring pertumbuhan, ukuran

    DSA cenderung meningkat sesuai dengan peningkatan massa tubuh. Oleh karena itu,

    DSA pada orang dewasa lebih besar daripada DSA pada anak kecil, tetapi batas defek

    terkait dengan struktur lain seperti vena pulmonal dan katup mitral yang juga menjadi

    lebih besar. Meskipun beberapa ahli menyarankan penutupan DSA dilakukan sesegera

    mungkin dengan alasan bahwa beban jantung kanan akan meningkat seiring dengan

    pertambahan usia, lebih disarankan jika memungkinkan untuk menunggu hingga anak

  • 5/19/2018 Laporan Atrial Septal Defect (ASD)

    35/50

    35

    sedikitnya berusia 5 tahun atau memiliki berat badan lebih dari 20 kg. Pada defek

    kurang dari 3 mm yang didiagnosis sebelum usia 3 bulan, penutupan secara spontan

    terjadi pada hampir 100% pasien pada usia 11/2 tahun. Defek ukuran 3 sampai 8 mm

    menutup pada usia 11/2 tahun pada 80% pasien, dan defek lebih besar dari 8 mm

    jarang menutup spontan.

    Langkah diagnostik

    1. Anamnesis

    Sebagian besar anak yang mengalami DSA tidak menimbulkan gejala klinis dan tampak

    sehat. Pada umumnya gejala baru timbul pada usia dekade 2 dan 3 dimana sudah

    terjadi peningkatan tekanan vaskular paru sehingga PJB jenis ini kadang baru

    terdiagnosa pada usia dewasa. Namun, jika DSA-nya cukup besar, sebagian besar

    darah akan masuk ke jantung bagian kanan, lalu ke atrium kanan, ventrikel kanan, dan

    kemudian ke paru sehingga terjadi gagal jantung kanan. Beberapa gejala yang mungkin

    timbul adalah: anak mudah lelah, lemas, berkeringat, pernapasan menjadi cepat,

    napas pendek-pendek, pertumbuhannya akan terganggu. Gejala ini dapat menyerupai

    gangguan medis lain atau masalah jantung lainnya sehingga sering tidak terdiagnosis.

    2. Pada pemeriksaan fisis didapatkan:

    Anak tampak kurus, berat badan kurang dari persentil ke-10

    Pada auskultasi, bunyi jantung 2 (S2) terpisah lebar yang menetap pada saat inspirasi

    maupun ekspirasi disertai bising ejeksi sistolik di daerah pulmonal.Pada pirau dari kiri

    ke kanan besar dapat terdengar bising mid-diastolik pada tepi kiri sternum bagian

    bawah.

    3. Pemeriksaan penunjang

    Elektrokardiografi : deviasi sumbu QRS ke kanan (+ 90 sampai 180), hipertrofi

    ventrikel kanan, blok cabang berkas kanan (RBBB) dengan pola rsR pada V1.

    Foto Rontgen toraks: kardiomegali dengan pembesaran atrium kanan dan ventrikel

    kanan. Arteri pulmonalis tampak menonjol disertai tanda peningkatan vaskular paru.

    Ekokardiografi dapat menentukan lokasi dan besarnya defek, dimensi atrium kanan,

    ventrikel kanan dan dilatasi arteri pulmonalis.Dengan Doppler berwarna dapat dilihat

    aliran/pirau.

  • 5/19/2018 Laporan Atrial Septal Defect (ASD)

    36/50

    36

    Sampai 5 tahun yang lalu, semua DSA hanya dapat ditangani dengan operasi/ bedah

    jantung terbuka. Operasi penutupan DSA, baik dengan jahitan langsung ataupun tidak

    langsung menggunakan patch sudah dilakukan lebih dari 40 tahun, pertama kali

    dilakukan tahun 1953 oleh dr. Gibbson di Amerika Serikat, menyusul ditemukannya

    mesin pintasan jantung-paru (cardio-pulmonary bypass) setahun sebelumnya.

    Tindakan operasi ini sendiri, bila dilakukan pada saat yang tepat (tidak terlambat)

    memberikan hasil yang baik, dengan risiko minimal (angka kematian operasi 0-1%,

    angka kesakitan rendah). Murphy JG, et.al melaporkan survival (ketahanan hidup)

    pasca-operasi mencapai 98% dalam pemantauan 27 tahun setelah tindakan bedah,

    pada penderita yang menjalani operasi di usia kurang dari 11 tahun. Semakin tua usia

    saat dioperasi maka angka ketahanan hidupnya akan semakin menurun, berkaitan

    dengan sudah terjadinya komplikasi seperti peningkatan tekanan pada pembuluh

    darah paru. Namun demikian, tindakan operasi tetap memerlukan masa pemulihan

    dan perawatan di rumah sakit yang cukup lama, dengan trauma bedah (luka operasi)

    dan trauma psikis serta relatif kurang nyaman bagi penderita maupun keluarganya.Hal

    ini memacu para ilmuwan untuk menemukan alternatif baru penutupan DSA dengan

    tindakan intervensi non bedah (tanpa operasi), dalam hal ini, alat yang pernah diteliti

    antara lain Straflex device, Helex device dan yang terakhir Amplatzer septal occluder.

    Beberapa alat tersebut sebelumnya telah menjalani percobaan klinis, di bawah ini akan

    dibahas satu per satu berdasarkan urutan alfabet seperti di bawah ini.

    Amplatzer septal occluder (ASO).

    ASO merupakan alat dengan cakram ganda yang dapat mengembang sendiri (self

    expandable), terbuat dari kawat nitinol berdiameter 0,004-0,0075 inci yang teranyam

    kuat menjadi dua cakram dengan pinggang penghubung 3-4 mm. Di dalamnya terdapat

    lapisan dakron terbuat dari benang polyester yang dapat merangsang trombosis

    sehingga lubang/hubungan antara atrium kiri dan kanan akan tertutup sempurna.

    Diameter pusat lempeng berkisar dari 4-40 mm dengan tebal 1-2 mm. Lempeng atrium

    kanan dan kiri adalah 12-16 mm dan lebih besar 8-10 mm dari pusat lempeng.

    Tergantung pada ASO yang akan digunakan, ASO dimasukkan ke dalam delivery sheath

    yang berukuran 6-12 French dengan menggunakan delivery cable yang terhubung ke

    pusat lempeng atrium kanan ASO dengan sistem mur mikro. Tindakan pemasangan

    ASO telah mendapat persetujuan dari American Food and Drug Administration (FDA)

  • 5/19/2018 Laporan Atrial Septal Defect (ASD)

    37/50

    37

    pada bulan Desember 2001. Di Indonesia, tindakan ASO mulai dilakukan pada tahun

    2002. Di Pusat Jantung Nasional Harapan Kita selama periode September 2002

    September 2008 telah dilakukan pemasangan ASO pada 177 pasien DSA, terdiri dari 46

    pasien laki-laki dan 131 perempuan, usia antara 2 59 tahun. Implantasi ASO berhasil

    dilakukan pada 154 (87%) pasien.Komplikasi embolisasi terjadi pada 7 (6%) pasien, 3 di

    antaranya berhasil dikeluarkan dengan kateter pengait sedangkan sisanya diambil saat

    dilakukan operasi penutupan DSA.Tidak ditemukan kematian pada prosedur ini.42 Di

    PJT RSCM sejak tahun 2002, telah dilakukan penutupan DSA pada 76 kasus. Pasien

    terdiri dari 53 perempuan dan 23 laki-laki dengan berat badan berkisar antara 8

    sampai 75 kg, dengan rata-rata 20 kg. Angka kematian juga dilaporkan nol. Tindakan ini

    juga sudah dilakukan di RS Dr. Soetomo Surabaya.

    Intervensi non-bedah pada DSA menunjukkan hasil yang baik, angka kesakitan peri-

    prosedural yang minimal, dapat mengurangi kejadian aritmia atrium dan dapat

    digunakan pada DSA berdiameter sampai dengan 34 mm. Keuntungan lain adalah

    risiko infeksi pasca-tindakan yang minimal dan masa pemulihan-perawatan di rumah

    sakit yang lebih singkat, trauma bedah minimal serta secara subyektif dirasakan lebih

    nyaman bagi penderita dan keluarga karena tidak memerlukan tindakan bedah jantung

    terbuka.43 Kendala yang masih muncul adalah besarnya biaya yang diperlukan karena

    harga alat ASO yang relatif mahal, dan belum adanya jaminan pembiayaan kesehatan

    yang memadai di negara kita. Vida VL, et.al melaporkan bahwa biaya pemasangan ASO

    di negara berkembang masih lebih tinggi dibandingkan dengan biaya penutupan DSA

    dengan tindakan bedah konvensional.44

    Kriteria pasien DSA yang akan dilakukan pemasangan ASO, antara lain :45

    1. DSA sekundum

    2. Diameter kurang atau sama dengan 34 mm

    3. Flow ratio lebih atau sama dengan 1,5 atau terdapat tanda-tanda beban volume

    pada ventrikel kanan

    4. Mempunyai rim posterior minimal 5 mm dari vena pulmonalis kanan

    5. Defek tunggal dan tanpa kelainan jantung lainnya yang memerlukan intervensi

    bedah

    6. Muara vena pulmonalis normal ke atrium kiri

    7. Hipertensi pulmonal dengan resistensi vaskuler paru (Pulmonary Artery Resistance

    Index = PARI) kurang dari 7 - 8 Wood Unit

  • 5/19/2018 Laporan Atrial Septal Defect (ASD)

    38/50

    38

    8. Bila ada gagal jantung, fungsi ventrikel (EF) harus lebih dari 30%.

    Transcatheter patch closure.

    Pada tahun 1999 Sideris et al., menjabarkan berbagai modalitas untuk menutup DSA

    tanpa memakai kawat ataupun jahitan. Balon yang sudah dimodifikasi digunakan

    untuk memasukkan bahanpatch yang dapat menyerap melewati DSA. Balon kemudian

    mengembang untuk mempertahankan patch dalam posisi melewati DSA selama

    beberapa waktu untuk memungkinkan fiksasi patch di pinggir (rim) DSA. Lamanya

    bergantung pada bahan patch yang dapat terserap. Patch dikaitkan ke jahitan yang

    dapat diangkat yang difiksasi di daerah paha. Tingkat stabilitas patch dapat dilihat

    melalui pemeriksaan transesophageal echocardiogram; jika stabil, jahitan dapat

    dilepas. Jika tidak stabil,patch dapat dilepaskan kembali dan diganti denganpatch lain

    dan difiksasi dalam waktu yang lebih lama. Teknik ini belum dicoba pada banyak pasien

    dan belum dipakai di Amerika Serikat.

    Gambar Transcatheter patch closure

  • 5/19/2018 Laporan Atrial Septal Defect (ASD)

    39/50

    39

    Secara anatomi, DSA primum dan DSA tipe sinus venosus dengan anomali drainase

    vena pulmonalis tidak cocok untuk penutupan dengan transkateter.Untungnya,

    sebagian besar DSA sekundum dapat ditutup dengan Amplatzer septal occluder (ASO).

    DSA yang paling ideal untuk dilakukan penutupan dengan transkateter menggunakan

    ASO adalah bila diameter lubangnya kurang dari 20 mm dan memiliki batas yang tegas

    terhadap katup mitral, dasar aorta dan orifisium vena cava serta sinus koronarius agar

    mampu menunjang pinggang atrium.

    Prosedur Penutupan DSA Transkateter

    Penutupan DSA transkateter pada anak dan orang dewasa dilakukan dengan anestesia

    umum menggunakan transesophageal echocardiography (TEE) intraprosedural sebagai

    penuntun di laboratorium kateterisasi.Sebagai alternatif TEE adalah penggunaan

    intracardiac echocardiography yang memiliki keuntungan tidak memerlukan anestesia

    umum selain memberikan gambaran lebih superior dan terutama daerah infero-

    posterior.Namun demikian, karena pemakaian probe intrakardiak bersifat disposable,

    biayanya menjadi lebih mahal.Pendekatan yang dilakukan selalu melalui vena

    femoralis dan jarang sekali ditemukan kesulitan dalam melewati DSA dengan berbagai

    tipe kateter. Prosedur angiografi atrium kiri tidak rutin dilakukan karena berdasarkan

    pengalaman hanya menambahkan sedikit gambaran detail anatomi yang diberikan

    oleh TEE intraprosedural.

    Peran transesophageal echocardiography (TEE)

    TEE merupakan pemeriksaan yang penting dan dengan pemeriksaan ini

    memungkinkan dilakukan penilaian yang menyeluruh dan akurat pada morfologi DSA

    tanpa mengganggu sterilitas lapangan operasi atau mengganggu fluoroskopi. Tepi

    septum dapat divisualisasi dengan jelas dan jarak dari tepi defek ke vena pulmonal

    kanan, vena kava inferior dan superior, sinus koronaria serta katup mitral dapat

    dengan mudah diukur. Variasi septum atrium seperti fenestrasi dan aneurisma yang

    mungkin tidak terlihat dengan pemeriksaan transthoracic echocardiography terutama

    pada pasien dewasa dapat diidentifikasi dengan baik oleh TEE.Fenestrasi di septum

    atrium menyulitkan prosedur jika pengukuran dilakukan secara kurang hati-hati karena

    dilakukan melalui defek yang lebih kecil.Jadi jika terdapat fenestrasi, masuknya guide

    wire, balon pengukur serta delivery sheet harus dilakukan melalui defek mayor.Setelah

  • 5/19/2018 Laporan Atrial Septal Defect (ASD)

    40/50

    40

    alat dimasukkan, pemeriksaan TEE digunakan untuk menilai posisi alat, hubungannya

    dengan daerah sekitar dan stabilitasnya. Sisa pirau (residual shunts) juga paling baik

    diperlihatkan melalui TEE. Sisa pirau yang terjadi setelah penutupan harus diperiksa

    dengan colour Doppler echocardiograhy dan berikut ini adalah pengklasifikasiannya : -

    trivial : diameter kurang dari 1 mm - kecil : diameter 1-2 mm - sedang : diameter 3-4

    mm - besar : diameter lebih dari 4 mm.

    Agar alat yang dimasukkan dapat optimal, secara rutin pemasukan alat dilakukan

    dibawah anestesia umum dengan penuntun transesophageal

    echocardiography.Penilaian menyeluruh mengenai defek, tepi sekitar dan struktur

    jantung yang tersisa dilakukan sebelum kateter dimasukkan.Kateterisasi jantung kiri

    dan kanan secara rutin dilakukan dan kemudian dilakukan penilaian derajat aliran

    pirau kiri ke kanan.Heparin diberikan secara rutin kepada semua pasien.Angiografi

    dilakukan pada vena pulmonal kanan atas pada posisi hepatoklavikular untuk menilai

    letak dan ukuran defek.Pengukuran defek dengan balon untuk memperoleh diameter

    DSA saat teregang dilakukan dengan menggunakan balon pengukur yang ditiup sampai

    terlihat pinggang dan tidak terlihat pirau lagi pada TEE. Ukuran ASO yang dipilih adalah

    hasil pengukuran diameter defek saat teregang ditambah 2 4 mm. Diberikan terapi

    antibiotik profilaksis injeksi intravena amoksilin (50 mg/kgBB) menjelang penutupan

    serta 8 dan 16 jam setelah penutupan. Di senter lain, semua pasien diberikan asam

    asetilsalisilat (ASA) 5mg/kg sebelum prosedur dilakukan. Selain rekomendasi untuk

    terapi profilaksis endokarditis infektif, diberikan ASA selama enam bulan setelah

    pemasangan alat.

    Komplikasi

    Jenis dan tingkat komplikasi berbeda-beda pada masing-masing alat. Komplikasi mayor

    meliputi semua kejadian yang menyebabkan hal berikut ini: (1) kematian; (2)

    dekompensasi hemodinamik yang mengancam nyawa sehingga memerlukan terapi

    segera; (3) memerlukan intervensi bedah; dan (4) menimbulkan lesi fungsional atau

    anatomik yang bersifat permanen dan signifikan akibat tindakan kateterisasi.

    Sedangkan komplikasi minor didefinisikan sebagai kejadian sementara dan dapat

    diatasi dengan terapi spesifik. Berikut ini tabel yang memperlihatkan tingkat dan jenis

    komplikasi pada masing-masing alat yang dilaporkan oleh beberapa peneliti.[8]

  • 5/19/2018 Laporan Atrial Septal Defect (ASD)

    41/50

    41

    9. TEMPLATE

    9.1 Differential Diagnosis

    Pemeriksaan PDA ASD CA VSD

    Pemeriksaan fisik

    - shortness of breath

    - cough

    - anorexia

    - mudah lelah

    - keringat dingin

    - frequent respiratory

    infection

    - poor weight gain

    - ortophnea

    - pale

    - temperature 37.5C

    - HR= 120x/menit

    regular

    -

    BP= 100/40 mmHg

    - Chest precordial

    bulging

    - Hyperactive

    pericardium

    - A systolic thrill in

    upper left sternalborders

    - A grade 4/6

    continous murmur

    at the left

    infraclavicular area

    - An apical diastolic

    rumble

    +

    +

    +

    +

    +

    +

    +

    +

    +

    +

    +

    +

    +

    +

    +

    +

    +

    +

    +

    +

    +

    +

    +

    Diastolic tetap

    +

    +

    +

    +

    +

    Lower sternal

    border

    Grade 5/6

  • 5/19/2018 Laporan Atrial Septal Defect (ASD)

    42/50

    42

    - Pulmonary crackle

    - hepatomegaly

    +

    +

    +

    +

    ECG

    - Sinus rhytm

    - Normal axis

    - HR= 120x/menit,

    regular

    - Left atrial

    hypertrophy

    - Left ventricle

    hypertorphy

    +

    +

    +

    +

    Right ventricle

    hypertrophy

    +

    +

    +

    +

    +

    + +

    Chest X ray

    - Cardiothoracic ratio

    60 %

    - Downward apex

    - Increase pulmonary

    vascular marking

    +

    +

    +

    + +

    +

    (arteri

    pulmonal

    bagian distal)

  • 5/19/2018 Laporan Atrial Septal Defect (ASD)

    43/50

    43

    9.2 Working Diagnosis

    Atrial Septal Defect

    Sesak napas dan rasa lelah merupakan keluhan awal yang paling sering, demikian

    pula infeksi napas berulang. Selain itu, pasien juga dapat mengeluh sesak pada saat

    aktivitas dan berdebar-debar.

    Pemeriksaan fisik:

    Palpasi: Aktivitas ventrikel kanan jelas (hiperdinamik) di parasternal kanan.

    Pertambahan isi arteria pulmonalis yang melebar teraba di sela iga III kiri dan juga

    penutupan katup pulmonal. Getaran bising di sela iga II atau III kiri ( berarti

    hemodinamik PS) atau pada fosa suprasternalis.

    Auskultasi: Split bunyi jantung II tanpa bising sering menunjukkan gejala pertama dan

    satu-satunya petunjuk untuk diagnosis ASD. Dengan bertambahnya umur makan jarak

    split akan bertambah pula. Jarak antara komponen aorta-pulmonal bunyi jantung II

    pada inspirasi atau ekspirasi tetap sama sehingga disebut fixed splitting.

    ASD (Atrial septal defect) sering tidak terdeteksi sampai dewasa karena biasanya

    asimptomatik dan tidak mendapat gambaran diagnosis fisik yang jelas.

    Elektrokardiografi (EKG)

    EKG menunjukkan aksis ke kanan (ASD sekundum) dan aksis ke kiri (ASD primum), blok

    bundel kanan, hipertrofi ventrikel kanan, interval PR memanjang, dan aksis gelombang

    P abnormal. Bila sumbu gelombang P negatif maka terdapat kemungkinan defek sinus

    venosus.

    Foto rontgen dada

    Pada foto lateral terlihat daerah retrosternal terisi akibat pembesaran ventrikel kanan.

    Terdapat dilatasi atrium kanan, segmen pulmonal yang menonjol, dan corakan

    vaskuler paru yang prominen.[16]

    Ekokardiografi

    Pada EKG memperlihatkan dilatasi ventrikel kanan dan septum interventrikular yang

    bergerak paradox. Dengan memakai ekokardiografi transtorakal dan dopler berwarna

  • 5/19/2018 Laporan Atrial Septal Defect (ASD)

    44/50

    44

    dapat ditentukan lokasi defek atrium, arah shunt, ukuran atrium, dan ukuran ventrikel

    kanan.

    9.3 Epidemiologi

    Insidens PJB berkisar 6 8 penderita tiap 1000 kelahiran hidup dan 1 tiap 1000 anak

    berumur kurang dari 10 tahun. Menurut kepustakaan ada 8 bentuk PJB ( 85% ) yang

    seringkali ditemukan yaitu defek septum ventrikel ( VSD ), defek septum atrium ( ASD ),

    duktus atriosus persisten ( PDA), koartasio aorta ( KoA ), stenosis pulmonal ( PS ),

    stenosis aorta ( AS ), Tetralogi of Fallot ( TOF ) dan transposisi arteri besar ( TGA ).

    Sisanya ( 15% ) terdiri atas bentukbentuk yang lebih kompleks dan jarang ditemukan.

    Di antara semua bentuk PJB, VSD merupakan lesi yang paling banyak dilaporkan.Di

    antara kelompok PJB sianosis, teranyata TF dan TGA menempati urutan pertama dan

    kedua terbanyak. Umumnya frekuensi PJB sama pada laki laki dan perempuan,

    walaupun beberapa lesi lebih sering terjadi pada anak laki laki, PDA dan ASD lebih

    banyak terlihat pada anak perempuan. Kalau ada anak dalam satu keluarga menderita

    PJB maka kemungkinan anak berikutnya menderita PJB 34 kali lebih banyak daripada

    keluarga yang tidak mempunyai riwayat PJB. Kebanyakan PJB yang meninggal terjadi

    pada bulan bulan pertama setelah kelahiran (30%) atau sebelum mencapai umur 1

    tahun ( 10%).[17]

    9.4 Prognosis

    Akan baik bila penanganan dilakukan secara cepat dan tepat. Kardiomegali perlahan

    lahan akan berkurang setelah 1-2 tahun pasca operasi. Pada pasien yang dioperasi

    pada usia lebih dari 20 tahun, ada kemungkinan terjadi komplikasi pasca bedah seperti

    gagal jantung dan atrial fibrillation. Akibat sulitnya dan ketiadaan tanda yang khas

    pada kelainan ini, penemuan secara insidental biasanya telah menunjukkan suatu

    kondisi yang cukup berat. Hipertensi pulmoner merupakan kondisi yang paling sering

    ditemui. Demikian pula dengan flutter atrium dan fibrilasi atrium yang semakin

    meningkat kejadiannya seiring dengan pertambahan usia. Keadaan yang berat tanpa

    intervensi cenderung mengakibatkan gagal jantung. Penyebab kematian tersering

    orang dengan ASD adalah emboli pulmoner, trombosis pulmoner, emboli paradoksikal

    (akibat pirau yang terjadi), abses otak, maupun infeksi (terutama infeksi paru).[3]

  • 5/19/2018 Laporan Atrial Septal Defect (ASD)

    45/50

    45

    9.5 Komplikasi

    Biasanya muncul pada usia dewasa, sekitar 30 tahun atau lebih tua. Komplikasi jarang

    terjadi pada bayi dan anak. Beberapa kemungkinannya adalah:

    Gagal jantung kanan. Pada ASD jantung kanan bekerja keras untuk memompa darah

    lebih dari jumlah normal. Seiring dengan berjalannya waktu jantung menjadi lelah dan

    tak mampu bekerja dengan baik

    Aritmia. Darah yang berlebihan pada atrium menyebabkan dinding atrium teregang

    dan berdilatasi, hal ini dapat menyebabkan aritmia. Gejalanya palpitasi dan

    peningkatan denyut jantung.

    Stroke. Biasanya, paru mendapatkan bekuan darah kecil yang berasal dari paru kanan

    hal ini dapat menyebabkan embolisme paru. Bekuan darah dapat pindah dari atrium

    kanan ke atrium kiri lewat ASD dan dipompa ke seluruh tubuh. Dan bekuan ini dapat

    dipompa keseluruh tubuh dan menyumbat pembuluh darah otak dan menyebabkan

    stroke.

    Hipertensi pulmonal. Hipertensi pulmonal merupakan peningkatan tekanan pada arteri

    pulmonal. Hipertensi pulmonal dapat merusak arteri dan pembuluh darah kecil pada

    paru. Mereka menjadi tebal dan kaku membuat aliran darah menjadi sulit. Masalah

    tadi berkembang bertahun-tahun dan biasanya tidak terjadi pada anak-anak. Keadaan

    tadi juga jarang terjadi pada orang dewasa karena ASD yang kecil dapat menutup

    dengan sendirinya atau diperbaiki pada masa kanak-kanak.[3]

    9.6 Tatalaksana dan Pencegahan

    Terapi dengan obat-obatan berguna bagi beberapa bayi yang menunjukkan gejala

    gagal jantung.[18]

    Persistensi gejala mengindikasi penutupan defek melalui

    pembedahan. Pada sebagian besar kasus penutupan disarankan untuk dilakukan

    sebelum anak tersebut memasuki usia sekolah. Indikasi penutupan ASD melalui

    temuan pemeriksaan penunjang antara lain pembesaran jantung pada foto toraks

    dengan dilatasi ventrikel kanan, hipertensi pulmoner masif, serta adanya riwayat

    iskemik transien (ministroke maupun stroke) dan foramen ovale yang persisten.

    Penutupan dilakukan melalui tindakan pembedahan. Penutupan dapat dilakukan

    dengan menjahit secara langsung lubang yang terbuka atau menggunakan alat

    amplatzer septal occluder.[8]

  • 5/19/2018 Laporan Atrial Septal Defect (ASD)

    46/50

    46

    Pemantauan pasca penutupan ASD

    - Pada anak-anak tidak bermasalah dan tidak memerlukan pemantauan

    -

    Pada dewasa atau umur yang lebih lanjut perlu evaluasi periodic, terutama bila

    saat operasi telah ada kenaikan tekanan arteri pulnomal, gangguan irama, atau

    disfungsi ventrikel.

    - Profilaksis untuk endokarditis diperlukan pada ASD primum, regurgitasi katup,

    juga dianjurkan pemakaian antibiotic selama 6 bulan pada kelompok yang

    menjalani penutupan perkutan.[16]

    9.7 KDU

    Tingkat kemampuan 2 : mendiagnosis dan merujuk

    Lulusan dokter mampu membuat diagnosis klinik terhadap penyakit tersebut dan

    menentukan rujukan yang paling tepat bagi penanganan pasien selanjutnya. Lulusan

    dokter juga mampu menindaklanjuti sesudah kembali dari rujukan.[19]

  • 5/19/2018 Laporan Atrial Septal Defect (ASD)

    47/50

    47

    10. KERANGKA KONSEP

    Systolic ejection

    murmurRV out flow into

    pulmonary artery

    Embryonic atrial septal structure has

    failed to develop normally (ASD)

    Left to right shunt

    RA blood volume

    RV diastolic volume

    constantly

    Delay closure

    pulmonary valve

    S2 fixed & widely

    spilt

    Qp > Qs

    Hyper perfusion

    pulmonal

    Dyspnea

    deffort

    Frequently

    suffers fromrespiratory

    tract

    level of tissueperfusion inadequate

    Poor weight gain

    & easily fatigue

    Pulmonal

    hypertension

    Pulmonary vascular

    markings

    Remodeling RVH & RAH

    CTR 60%,

    upward apex,

    RBBB pattern

  • 5/19/2018 Laporan Atrial Septal Defect (ASD)

    48/50

    48

    11. KESIMPULAN

    Talita, anak perempuan berusia 5 tahun, mengalami gejala kesulitan penambahan berat

    badan disertai infeksi saluran nafas yang berulang, dyspnea deffort, dan mudah lelah,

    akibat adanya left to right shunt yang terjadi padaAtrial Septal Defect(ASD).

  • 5/19/2018 Laporan Atrial Septal Defect (ASD)

    49/50

    49

    12. DAFTAR PUSTAKA

    1. Binarupa Behrman,dkk. 2000. Nelson Textbook of Pediatrics. Jakarta: Penerbit Buku

    Kedokteran EGC

    2. Direktorat Kesehatan Gizi Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2007. Berat dan

    Tinggi Standar Bayi Baru Lahir dan Balita.

    3. Jason H. Brown and Edward W. Fong, MD. 2003. Case Based Pediatrics For Medical

    Students and Residents. Department of Pediatrics, University of Hawaii John A. Burns

    School of Medicine

    4. Gausche, Mariann, et al. 2004. Pediatric airway management 1st ed. Canada: Jones and

    Bartlett Publisher, Inc.

    5. Stefan Silbernagl, Florian Lang. 2007. Jantung dan Sirkulasi, Dalam: Teks dan Atlas

    Berwarna Patofisiologi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

    6. Kenner, Carole & Wright, Judy. 2007. Comprehensive Neonatal Care an Interdisciplinary

    Approach. United States of America: Saunders Elsevier

    7. Dieckmann RA, Brownstein D, Gausche-Hill M(eds). 2000. Pediatric Education for

    Prehospital Professionals. Sudbury, MA: Jones and Bartlett Publishers

    8.

    Sastroasmoro, Madiyono. 1994. Buku Ajar Kardiologi Anak. Jakarta: Binarupa Aksara

    9. Swartz, Mark H. 1995. Buku Ajar Diagnostik Fisik.Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC

    10.Pratanu, S. 2004. Buku Pedoman Kursus Elektrokardiografi. Magelang: Bagian Kardiologi

    dan Kedokteran Vaskuler Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga

    11.

    Putz, R., Pabst. R. 2003. Atlas Anatomi Manusia Sobotta Edisi 21. Jakarta: Penerbit Buku

    Kedokteran EGC.

  • 5/19/2018 Laporan Atrial Septal Defect (ASD)

    50/50

    50

    12.Luhulima, JW. 2004. Anatomi Systema Kardiovaskuler.Makassar: Bagian Anatomi Fakultas

    Kedokteran Universitas Hasanuddin.

    13.

    Guyton, Arthur C, M.D dan John E. Hall, Ph.D. 1997. Otot Jantung: Jantung Sebagai Sebuah

    Pompa. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 9. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

    14.Sherwood L. 2007. Human Physiology from Cells to Systems. 6th ed. USA: Thomson

    Brooks/Cole.

    15.Sadler T.W. 2000. Sistem Kardiovaskular, Bagian II Embriologi Khusus, Dalam: Embriologi

    Kedokteran Langman, Edisi 7.Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

    16.Ghanie A. 2009. Penyakit Jantung Kongenital pada Dewasa.In: Sudoyo AW, Setiyohadi B,

    Alwi I, Simadibrata M, Setiati S, editors. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Jilid I. Edisi V.

    Jakarta: Interna Publishing

    17.Roguin N, Du ZD, Barak M, Nasser N, Hershkowitz S, Milgram E. 1995. High prevalence of

    muscular atrial septal defect in neonates.J Am Coll Cardiol

    18.Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2007. Penatalaksanaan Penyakit Jantung

    Bawaan Tanpa Bedah.

    19.Konsil Kedokteran Indonesia. 2011. Standar Kompetensi Dokter Indonesia.