laporan akhir nutan

37
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Padi sebagai tanaman pokok nasional dan merupakan tanaman utama yang dikonsumsi oleh sebagian besar masyarakat Indonesia dan produksinya dengan berbagai upaya ektensifikasi dan intensifikasi. Upaya peningkatan produksi padi di berbagai daerah umumnya difokuskan pada area atau lahan dengan fasilitas irigasi yaitu padi sawah dimana ketersediaan air selalu tersedia sepanjang musim. Namun demikian, tingkat produksinya masih belum memenuhi kebutuhan nasional dan bahkan terjadi kekurangan akibat serangan hama dan penyakit, kekeringan, kekurangan unsur hara dan lain lain. Kebutuhan tanaman akan unsur hara berbeda – beda bergantung pada umur, jenis tanaman, dan kebutuhan tanaman itu sendiri. Pada masa vegetative tanaman lebih membutuhkan unsur N,unsur N sangat vital bagi pertumbuhan tanaman karena unsur ini paling banyak dibutuhkan tanaman. Unsur ini fungsi utamanya adalah mensintesis klorofil yang difungsikan tumbuhan dalam melakukan pross fotosintesis. Yang perlu diingat tanaman tidak dapat menyerap unsur hara dalam bentuk tunggal tetapi tanaman menyerap unsur hara tersebut dalam bentu ion seperti unsur hara N dapat diserap tanaman dalam bentuk NH4 dan NO3- begitu juga unsur lain juga diserap

Upload: agil-juansyah

Post on 27-Sep-2015

260 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

ok

TRANSCRIPT

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar BelakangPadi sebagai tanaman pokok nasional dan merupakan tanaman utama yang dikonsumsi oleh sebagian besar masyarakat Indonesia dan produksinya dengan berbagai upaya ektensifikasi dan intensifikasi. Upaya peningkatan produksi padi di berbagai daerah umumnya difokuskan pada area atau lahan dengan fasilitas irigasi yaitu padi sawah dimana ketersediaan air selalu tersedia sepanjang musim. Namun demikian, tingkat produksinya masih belum memenuhi kebutuhan nasional dan bahkan terjadi kekurangan akibat serangan hama dan penyakit, kekeringan, kekurangan unsur hara dan lain lain. Kebutuhan tanaman akan unsur hara berbeda beda bergantung pada umur, jenis tanaman, dan kebutuhan tanaman itu sendiri. Pada masa vegetative tanaman lebih membutuhkan unsur N,unsur N sangat vital bagi pertumbuhan tanaman karena unsur ini paling banyak dibutuhkan tanaman. Unsur ini fungsi utamanya adalah mensintesis klorofil yang difungsikan tumbuhan dalam melakukan pross fotosintesis. Yang perlu diingat tanaman tidak dapat menyerap unsur hara dalam bentuk tunggal tetapi tanaman menyerap unsur hara tersebut dalam bentu ion seperti unsur hara N dapat diserap tanaman dalam bentuk NH4 dan NO3- begitu juga unsur lain juga diserap tanaman dalan bentuk ion, yang sering disebut sebagai bentuk tersedia bagi tanaman. Tetapi permasalahannya jika unsur N diberikan dalam jumlah yang berlebih justru dapat mengakibatkan produksi tanaman menurun, hal ini dikarenakan pemberian unsur N dalam jumlah yang banyak atau melebihi kebutuhan tanaman dapat mengekibatkan fase vegetative tanaman lebih panjang sehingga pembentukan organ generative tidak maksimal. Akibatnya selain produktivitasnya menurun, kualitas yang dihasilkan juga menurun.Unsur hara merupakan komponen penting dalam pertumbuhan tanaman, unsur hara banyak tersedia dialam, sehingga tumbuhan bisa memanfaatkannya untuk kebutuhan metabolismenya. Tetapi ketersediaan unsur hara di beberapa tempat tidak sama, ada yang berkecukupan sehingga pertumbuhan tanaman menjadi baik namun ada juga yang kekurangan, sehingga pertumbuhannya menjadi terhambat. Khusus untuk tanaman budidaya kebutuhan unsur haranya sangat tinggi, hal ini dikarenakan pada lahan atau tempat yang sama ditanami tanaman tertentu yang membutuhkan jumlah unsur yang sama setiap waktunya. Sedangkan persediaan dialam terus berkurang akibat diserap oleh tanaman budidaya yang ditanam dilahan tersebut musimnya (intensif), sehingga untuk dapat memenuhi kebutuhan tanaman akan unsur hara harus dilakukan penambahan unsur hara dalam bentuk pupuk dalam jumlah yang cukup. Berdasarkan esensialannya unsur hara yang dibutuhkan tanaman terbagi menjadi dua yakni unsur hara esensial dan unsur hara non- esensial atau beneficial. Unsur hara esensial terdiri atas unsur hara makro dan mikro, unsur hara esensial merupakan unsur hara yang mutlak dibutuhkan tanaman dan fungsinya tidak bisa digantikan oleh unsur lain, tidak terpenuhinya salah satu unsur hara akan mengakibatkan tanaman tersebut tidak dapat menyelsaikan siklus hidupnya. Sedangkan unsur beneficial adalah unsur tambahan yang tidak dibutuhkan oleh semua tanaman, namun perannanya cukup penting pada tanaman tertentu, misalnya jagung agar hasilnya berkualitas perlu ditambahkan unsur Al yang bisa diberikan pupuk ALPO4 (Alumunium fosfat) dalam jumlah tertentu. Bagi tanaman lain unsur Al justru dapat menyebabkan keracunan, namun pada tanaman jagung toleran terhadap Al pada jumlah tertentu malah akan membantu meningkatkan produktivitasnya mendekati potensi genetisnya. Oleh karena itu diperlukan suatu pengujian untuk mendeteksi batas kritis suatu tanaman akan unsur hara tertentu sehingga dapat diketahui kebutuhan tanaman akan unsur hara tertentu yang optimum.Uji batas kritis tanaman akan unsur N maupun unsur lainnya bisa dilakukan dengan menganalisis jaringan tanaman untuk memperkirakan tingkat kesuburan tanaman. Tujuan dilakukannya analisis batas kritis tanaman ukan suatu unsur hara tertentu bertujuan untuk memperkirakan kadar atau jumlah unsur hara pada batas kritis. Selain itu juga untuk mengetahui dan menentukan jumlah unsur hara dalam jaringan tanaman yang menunjukan hasil optimum.

1.2. Rumusan MasalahBerdasarkan uraian latar belakang yang telah dikemukakan diatas maka rumusan masalahnya adalah apakah ada perbedaan tinggi tanaman dan jumlah daun tanaman padi yang ditanam pada media pasir dengan mengunakan berbagai jenis pupuk seperti N , P, K, pupuk kandang ayam, sapi, dan pupuk kompos.

1.3. TujuanBerdasarkan permasalahan yang dikemukakan diatas, maka praktikum ini bertujuan untuk untuk melihat interaksi yang terjadi antara padi dengan jenis pupuk yang berbeda pada media pasir, sehingga mahasiswa mampu mengerti tentang kekurangan unsur-unsur hara pada tanaman dan dapat membandingkan perkembangan dan pertumbuhan tanaman padi dengan perlakuan pemberian berbagai jenis pupuk pada media pasir.

II. TINJAUAN PUSTAKA2.1. Padi (Oryza sativa)Padi termasuk genus Oryza L yang meliputi lebih kurang 25 spesies, tersebar didaerah tropik dan daerah sub tropik seperti Asia, Afrika, Amerika dan Australia. Menurut Chevalier dan Neguier, padi berasal dari dua benua Oryza fatua Koenig dan Oryza sativa L berasal dari benua Asia, sedangkan jenis padi lainya yaitu Oryza stapfii Roschev dan Oryza glaberima Steund berasal dari Afrika barat. Tanaman padi yang dapat tumbuh dengan baik didaerah tropis ialah Indica sedangkan Japonica banyak diusakan didaerah sub tropika. Padi dibedakan dalam dua tipe yaitu padi kering (gogo) yang ditanam di dataran tinggi dan padi sawah di dataran rendah yang memerlukan penggenangan (Prihatman K., 2000).Menurut Kemal Prihatman dalam tulisannya Tentang Budidaya Padi (2000) klasifikasi botani tanaman padi adalah termasuk kedalam divisi spermatophyta, subdivisi angiospermae, kelas monotyledonae, keluarga gramineae (Poaceae), genus Oryza, spesies Oryza spp. Padi berakar serabut dan biasanya terletak pada kedalaman tanah 20-30cm (Nurmala Tati S.W., 2003). Akar pada tanaman padi berfungsi untuk menyerap unsur hara dan air , proses respirasi dan menopang tegaknya batang. Padi memiliki 2 macam akar yaitu akar primer dan akar seminal. Akar yaitu akar yang tumbuh dari kecambah biji, sedangkan akar seminal adalah akar yang tumbuh di dekat buku-buku (Sudirman, 2005).Batang padi memiliki fungsi yang sama dengan batang tanaman lainnya yaitu untuk menopang tanaman secara keseluruhan dan mengalirkan zat makanan ke seluruh bagian tanaman. Namun batang padi memiliki bentuk yang khas karena memiliki rongga dan ruas (Sudirman, 2005). Daun padi tumbuh pada buku masing-masing 1 buah dengan susunan yang berselang seling. Setiap daun memiliki susunan yang terdiri dari pelepah daun, helai daun, telinga daun dan lidah daun(Sudirman., 2005).Daun bendera adalah daun yang terletak pada tiap batang sebagai daun teratas. Daun ini dominan sekali peranannya pada fase pengisian biji padi (Nurmala Tati S.W., 2003). Bunga padi secara keseluruhan disebut malai. Tiap unit bunga pada malai disebut spikelet (Karim M.A dan Suharti E., 2009). Bunga padi terdiri atas tangkai bunga, kelopak bunga, lemma (gabah padi yang besar ), dan palea ( gabah padi yang kecil ), putik, kepala putik, tangkai sari, kepala sari dan bulu padi (Nurmala Tati S.W., 2003). Malai padi terdiri dari sekumpulan bunga padi (spikelet) yang tumbuh darinbuku paling atas (Nurmala Tati S.W., 2003).

2.1.1. Syarat Tumbuh Tanaman PadiTanaman padi dapat hidup baik didaerah yang berhawa panas dan banyak mengandung uap air. Curah hujan yang baik rata-rata 200 mm per bulan atau lebih, dengan distribusi selama 4 bulan, curah hujan yang dikehendaki per tahun sekitar 1500 -2000 mm. Suhu yang baik untuk pertumbuhan tanaman padi 23 C. Tinggi tempat yang cocok untuk tanaman padi berkisar antara 0 -1500 m dpl. Tanah yang baik untuk pertumbuhan tanaman padi adalah tanah sawah yang kandungan fraksi pasir, debu dan lempung dalam perbandingan tertentu dengan diperlukan air dalam jurnlah yang cukup. Padi dapat tumbuh dengan baik pada tanah yang ketebalan lapisan atasnya antara 18 -22 cm dengan pH antara 4 -7 (Prihatman K., 2007).

2.1.2. Teknik Budidaya KonvensionalPadi dibudidayakan dengan tujuan mendapatkan hasil yang setinggi- tinginya dengan kualitas sebaik mungkin, untuk mendapatkan hasil yang sesuai dengan harapan maka, tanaman yang akan ditanam harus sehat dan subur. Teknik bercocok tanam yang baik sangat diperlukan untuk mendapatkan hasil yang sesuai dengan harapan. Hal ini harus dimulai dari awal, yaitu sejak dilakukan persemaian sampai tanaman itu bisa dipanen Untuk satu hektar padi sawah diperlukan 25-40 kg benih tergantung pada jenis padinya. (Anonim., 2007).Pengolahan tanah dapat dilakukan secara intensif, yakni dengan menggunakan mesin traktor atau bajak dan cangkul. Bibit padi yang digunakan sebaiknya dari benih yang berlabel dari varietas unggul. Setelah 18 25 hari setelah persemaian, benih padi sudah siap untuk pindah tanam. Dosis pemupukan sesuai dengan dosis anjuran setempat. Penyulaman dilakukan bagi bibit yang tidak tumbuh, rusak, mati, dan terkena hama penyakit. Penyulaman dilakukan seminggu setelah tanam. Secara umum, padi dipanen saat berumur 80 110 hari (Martodireso S. dan Suryanto W. A, 2011).

2.1.3. Teknik budidaya SRISystem of Rice Intensification (SRI) adalah tehnik budidaya padi yang mampu meningkatkan produktifitas padi dengan cara mengubah pengelolaan tanaman, tanah, air dan unsur hara. Karena pola pengelolaan tanaman yang memadukan berbagai hal tersebut, maka teknik ini disebut juga sebagai suatu sistem. Yakni sebuah rangkaian yang saling terkait dan mempengaruhi antara satu faktor dengan faktor yang lain. Banyak pihak menyebut juga sebagai sebuah metodologi. Yang dimaksudkan metodologi adalah serangkaian kumpulan pengetahuan dan metode serta cara atau teknik. Metodologi ini menekankan pada pentingnya mengeluarkan dan memanfaatkan potensi genetik tanaman padi dan memadukan dengan penciptaan lingkungan yang baik bagi tanaman. Hal terpenting dalam penciptaan lingkungan adalah bagaimana merangsang aktivitas mikroorganisme dalam membantu penyediaan unsur hara bagi tanaman. SRI ini menekankan pada upaya memaksimalkan jumlah anakan dan pertumbuhan akar dengan mengelola suplai makanan, air dan oksigen yang cukup pada tanaman padi (Suwadi, 2011).

2.1.4. Fase Pertumbuhan Tanaman PadiFase pertumbuhan tanaman padi dibagi kedalam 3 fase yaitu : (1) vegetatif yakni awal pertumbuhan sampai pembentukan bakal malai/primordia, (2) reproduktif :primordia sampai pembungaan , (3) pematangan : pembungaan sampai gabah matang (Karim M. A. dan Suhartik E, 2009).Fase vegetatif merupakan fase pertumbuhan organ-organ vegetatif, seperti pertambahan jumlah anakan, tinggi tanaman, jumlah, bobot dan luas daun. Secara lebih detail diuraikan menjadi sebagai berikut :Tahap 0 - benih berkecambah sampai muncul ke permukaan. Biasanya benih dikecambahkan melalui perendaman selama 24 jam dan diinkubasi juga selama 24 jam. Pada hari ke-2 atau ke-3 setelah benih disebar di persemaian, daun pertama menembus keluar melalui koleoptil. Akhir tahap 0 mempertlihatkan daun pertama yang muncul masih melengkung dan bakal akar memanjang (Karim M. A. dan Suhartik E, 2009). Tahap 1 Pertunasan atau bibit, yaitu sejak benih berkecamabah, tumbuh menjadi tanaman muda (bibit) hingga hampir keluar anakan pertama. Selama tahap ini, akar seminal dan 5 daun terbentuk. Daun terus berkembang pada kecepatan 1 daun setiap 3-4 hari selama tahap awal pertumbuhan. Kemunculan akar sekunder membentuk sistem perakaran serabut permanen dengan cepat menggantikan radikula dan akar seminal sementara (Karim M. A. dan Suhartik E, 2009).Tahap 2 Pembentukan anakan; berlangsung sejak pembentukan anakan pertama sampai pembentukan anakan maksimum tercapai. Anakan muncul dari tunas aksial pada buku batang dan menggantikan tempat daun serta tumbuh dan berkembang. Setelah tumbuh, anakan pertama memunculkan anakan sekunder, ini terjadi setelah 30 hari pindah tanam. Anakan terus berkembang sampai tanaman memasuki tahapan pertumbuhan berikutnya, yaitu pemanjangan batang. Anakan aktif ditandai dengan pertambahan anakan yang cepat sampai tercapai anakan maksimal. Stadia anakan maksimal dapat bersamaan, sebelum atau sesudah inisiasi primordia malai. Fase tumbuh dari anakan maksimal sampai inisiasi malai disebut fase vegetative lag, yang merupakan sasaran pemuliaan untuk memoerpendek umur tanaman (Karim M. A. dan Suhartik E, 2009).Tahap 3 Pemanjangan batang; terjadi setelah pembentukan malai atau tahap akhir pembentukan anakan. Oleh karenanya bisa terjadi tumpang tindih dari tahap 2 dan 3. Anakan terus meningkat dalam jumlah dan tingginya. Periode waktu pertumbuhan berkaitan nyata dengan memanjangnya batang (Karim M. A. dan Suhartik E, 2009).Fase reproduktif ditandai dengan memanjangnya beberapa ruas teratas batang tanaman, berkurangnya jumlah anakan (matinya anaka tidak produktif), munculnya daun bendera, bunting dan pembungaan. Tahapan dalam fase reproduktif yaitu :Tahap 4 Pembentukan malai sampai bunting; pada varietas genjah, bakal malai (primordia) terlihat berupa kerucut putih panjang 1,0-1,5 mm. Pertama kali muncul pada ruas buku utama, kemudian pada anakan dengan pola yang tidak teratur. Saat malai terus berkembang bulir (spikelets) terlihat dan dapat dibedakan. Malai muda meningkat dalam ukuran dan berkembang ke atas di dalam pelepah daun bendera yang menyebabkan pelepah daun mengembung. Bunting terjadi pertama kali pada ruas batang pertama. Pada tahap bunting, ujung daun layu (menjadi tua dan mati) dan anaka non-produktif terlihat pada bagian dasar tanaman (Karim M. A. dan Suhartik E, 2009).Tahap 5 Heading (keluarnya bunga atau malai); dikenal juga sebagai tahaap keluarnya malai. Heading ditandai dengan munculnya ujung malai dari pelepah daun bendera. Malai terus berkembang sampai keluar seutuhnya dari pelepah daun. Antesis (pembungaan) terjadi segera setelah heading. Oleh sebab itu,heading diartikan sama dengan antesis ditinjau dari segi hari kalender. Dalam suatu komunitas tanaman, fase heading memerlukan waktu 10 14 hari karena terdapat perbedaan laju perkembangan antartanaman maupun antaranakan. Apabila 50% bunga telah keluar, maka pertanaman tersebut dianggap sudah memasuki fase pembungaan (Karim M. A. dan Suhartik E, 2009).Tahap 6 Pembungaan (anthesis); dimulai ketika benang sari bunga yang paling ujungpada tiap cabang malai telah tampak keluar dari bulir dan terjadi proses pembuahan. Pada umumnya, anthesis berlangsung antara pukul 08.00 13.00 dan persarian (pembuahan) akan selesai dalam 5-6 jam setelah anthesis. Dalam suatu malai, semua bunga memerlukan 7-10 hari untuk anthesis, tetapi pada umumnya hanya 5 hari. Anthesis terjadi 25 hari setelah bunting. Pada pembungaan, kelopak bunga terbuka, anthera menyembul keluar dari kelopak bunga (flower glumes) karena pemanjangan stamen dan serbuk sari tumpah, kelopak bunga kemudian menutup. Pembuahan terjadi saat serbuk sari jatuh ke putik. Pembuahan terjadi sehari setelah heading. Pada saat pembungaan, 3-5 daun masih aktif (Karim M. A. dan Suhartik E, 2009).Tahap 7 - Gabah matang susu. Pada tahap ini, gabah mulai terisi dengan cairan kental berwarna putih susu. Bila gabah ditekan, maka cairan tersebut akan keluar. Malai hiajau dan mulai merunduk. Pelayuan (senescense) pada dasar anakan berlanjut. Daun bendera dan dua daun di bawahnya tetap hijau (Karim M. A. dan Suhartik E, 2009).Tahap 8 Gabah matang (dough grain stage). Pada tahap ini, isi gabah yang menyerupai susu, berubah menjadi gumpalan lunak dan akhirnya mengeras. Gabah pada malai mulai menguning. Pelayuan dari anakan dan daun di abagian dasar tanaman tampak semakin jelas. Pertanaman terlihat menguning. Seiring menguningnya malai, ujung dua daun terakhir pada setiap anakan mulai mengering (Karim M. A. dan Suhartik E, 2009).Tahap 9 Gabah matang penuh; Setiap gabah matang, berkembang penuh, keras dan berwarna kuning. Daun bagaian atas mengering dengan cepat (Karim M. A. dan Suhartik E, 2009).

2.2. Medium TumbuhMedia tanam merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap perbanyakan tanaman dan pertumbuhan awalnya. Agar pertumbuhan bibit dapat baik, media tanam diharapkan mempunyai sifat-sifat sebagai: (a) media hendaknya gembur agar pertumbuhan akar tidak terganggu dan akar dapat leluas menembus, (b) melembaban media harus cukup dan ini dapat diatasi dengan penyiraman, karena air sangat diperlukan untuk pertumbuhan tanaman, (c) media hendaknya bersifat sarang sehingga oksigen dapat masuk untuk memenuhi kebutuhan tanaman, (d) media hendaknya bebas dari gulma, nematoda dan berbagai penyakit, (e) sebaiknya kadar salinitas rendah., (f) media hendaknya mengandung hara yang diperlukan bagi tanaman. Berdasarkan persyaratan tersebut diatas maka media yang digunakan adalah pasir, dan pupuk kandang (Sumiarsih, 1999).Media tanam berfungsi sebagai tempat akar melekat, mempertahankan kelembaban dan sebagai sumber makanan. Media yang baik dapat menyimpan air untuk kemudian dapat dilepaskan sedikit demi sedikit dan dimanfaatkan oleh tanaman (Budiyati,1994). Meskipun kerusakan tanah dapat dicegah dengan memperbaiki struktur tanah tetapi penggunaan pestisida dan conditioner dalam sekala besa tidak dapat dibenarkan. Hal ini dapat mempengaruhi dalam hal konservasi tanah dan penyerapan nutrisi dalam tanah. Dengan pupuk organik tanah tidak akan miskin hara dan tanaman akan memperoleh keuntungan dengan menyerap nutrisi dari dalam tanah (Buurman,1980). Unsur-unsur yang penting dan harus tersedia adalah N,P,K. N berfungsi mempercepat pertumbuhan klorofil ,menambah lebar daun, besarnya benih. Dosis yang digunakan tergantung pada varietas benih dan keadaan tanah. Pupuk P berfungsi untuk pembentukan akar, pertumbuhan tanaman, menstimulasi pembentukan buah dan mempercepat panen. Unsur P berpengaruh untuk kandungan total benih terutama dalam bentuk Fitin. Fitin berfungsi sebagai cadangan fosfor dan untuk pemeliharaan energi yang diperlukan untuk perkecambahan (Anderson dan Bernard, 1952).Media tanam dapat didefinisikan sebagai kumpulan bahan atau substrat tempat tumbuh benih yang disebarkan atau ditanam. Media tanam banyak macam ragamnya, dapat merupakan campuran dari bermacam-macam bahan atau satu jenis bahan saja asalkan memenuhi beberapa persyaratan, antara lain cukup baik dalam memegang air, bersifat porous sehingga air siraman tidak menggenang (becek), tidak bersifat toksik (racun) bagi tanaman, dan yang paling penting media tanam tersebut cukup mengandung unsur-unsur hara yang diperlukan bagi pertumbuhan tanaman (Widarto, 1996).Disamping memberikan dukungan secara fisik pada tanaman, tanah merupakan sumber mineral dan air bagi tanaman. Kondisi tanah dan mineral dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Lingkungan atmosfer harus tersedia pada kedalaman yang cukup dalam tanah sehingga akar tanaman dapat memperoleh oksigen yang dibutuhkan untuk respirasi secara langsung dari udara (Villareal dan Donald, 1969). Salah satu contoh dari media tanam yaitu media tanam pasir dan media tanam bahan organik. Pasir sering digunakan sebagai media tanam alternatif untuk menggantikan fungsi tanah. Sejauh ini, pasir dianggap memadai dan sesuai jika digunakan sebagai media untuk penyemaian benih, pertumbuhan bibit tanaman, dan perakaran setek batang tanaman. Sifatnya yang cepat kering akan memudahkan proses pengangkatan bibit tanaman yang dianggap sudah cukup umur untuk dipindahkan ke media lain. Sementara bobot pasir yang cukup berat akan mempermudah tegaknya setek batang. Selain itu, keunggulan media tanam pasir adalah kemudahan dalam penggunaan dan dapat meningkatkan sistem aerasi serta drainase media tanam. Pasir malang dan pasir bangunan merupakan Jenis pasir yang sering digunakan sebagai media tanam. Oleh karena memiliki pori-pori berukuran besar (pori-pori makro) maka pasir menjadi mudah basah dan cepat kering oleh proses penguapan. Kohesi dan konsistensi (ketahanan terhadap proses pemisahan) pasir sangat kecil sehingga mudah terkikis oleh air atau angin. Dengan demikian, media pasir lebih membutuhkan pengairan dan pemupukan yang lebih intensif. Hal tersebut yang menyebabkan pasir jarang digunakan sebagai media tanam secara tunggal.

2.2.1. Sifat Fisik, Khemis dan Biologis Tanah PasirTanah pasir merupakan tanah muda (baru) yang dalam klasifikas FAO termasuk dalam ordo Regosol (Brady, 1974 : 89), sedangkan menurut klasifikasi USDA tanah di daerah pantai termasuk ordo Entisol atau lebih dikenal dengan nama Entisol pantai.

2.2.1.1. Sifat FisikStruktur tanah pasir Menurut AAK (1993 : 55) tanah berpasir memiliki struktur butir tunggal, yaitu campuran butir-butir primer yang besar tanpa adanya bahan pengikat agregat. Ukuran butir-butir pasir adalah 0,002 mm - 2,0 mm.Tekstur tanah pasir adalah kasar, karena tanah pasir mengandung lebih dari 60% pasir dan memiliki kandungan liat kurang dari 2% (AAK, 1993 : 48). Partikel-partikel pasir mempunyai ukuran yang lebih besar dan luas permukaan yang kecil dibandingkan fraksi debu dan liat. Oleh karena itu, tidak banyak berfungsi dalam mengatur kimia tanah tetapi lebih sebagai penyokong tanah dimana sekitarnya terdapat partikel debu dan liat yang aktif (Hakim Nurhajati, 1986 : 47).Porositas tanah pasir bisa mencapai lebih dari 50% dengan jumlah pori-pori mikro, maka bersifat mudah merembeskan air dan gerakan udara di dalam tanah menjadi lebih lancar. Kohesi dan konsistensi (ketahanan terhadap proses pemisahan) pasir sangat kecil sehingga mudah terkikis oleh air atau angin. Dengan demikian, media pasir lebih membutuhkan pengairan dan pemupukan yang lebih intensif (AAK, 1993 : 56).Tanah pasir memiliki temperatur yang tinggi yang disebabkan karena kemampuan tanah menyerap panas yang tinggi. Tanah pasir memiliki kemampuan yang rendah dalam menahan lengas karena sifat tanah yang porus sehingga sempitnya kisaran kandungan air tersedia yang terletak di antara kapasitas lapangan dan titik layu permanen yang berkisar 4 - 70% (dibandingkan pada tanah lempung berkisar 16 -29%, serta tingginya kecepatan infiltrasi 2,5-25 cm/jam (dibandingkan 0,001 - 0,1 cm/jam pada tanah lempung) (Baver et al, 1972).

2.2.1. 2. Sifat KimiaKapasitas Tukar Kation tanah dapat didefinisikan sebagai kemampuan koloid tanah dalam menyerap dan mempertukarkan kation. Jika tanah dapat mempertukarkan kation-kation yang terkandung di dalamnya dengan cepat disebut KTK nya tinggi. Kapasitas Kation Tanah yang tinggi akan mempercepat penyerapan bahan organik ke dalam tanaman. Biasanya KTK tanah dipengaruhi oleh sifat dan ciri tanah itu sendiri diantaranya reaksi tanah, tekstur tanah, bahan organik, penguraian atau pemupukan. Tanah pasir memiliki KTK rendah dibandingkan dengan tanah liat atau debu. Hal ini disebabkan tanah pasir memiliki kandungan liat dan humus yang sangat sedikit. Kapasitas Kation Tanah tanah pasir berkisar antara 2 - 4 m/g (Sumeru Ashari, 1998 : 74). Kemampuan KTK yang rendah dapat ditingkatkan dengan pemupukan (Novizan, 2002 : 25).Derajat keasaman sangat ditentukan oleh jumlah ion H+ yang banyak terdapat pada kompleks liat humus. Tanah pasir di daerah pantai cenderung bersifat basa karena kandungan garamnya yang tinggi dan sedikitnya partikel liat serta kurangnya bahan organik (Semeru Ashari, 1998 : 78). Kelebihan garam dalam tanah dapat menurunkan potensial air larutan tanah dan menyebabkan tumbuhan kekurangan air meskipun hidup pada lingkungan yang banyak air. Ini disebabkan karena potensial air di lingkungan lebih rendah daripada potensial air jaringan, kemudian yang terjadi adalah kehilangan air bukan menyerapnya. Selain itu, organorgan tanaman, seperti akar dan daun, juga memperlihatkan gejala terbakar yang selanjutnya mengakibatkan kematian jaringan (nekrosis). Menurut Hasan Basri Jumin (Sipayung, 2003 : 4), salinitas menekan proses pertumbuhan tanaman dengan efek yang menghambat pembesaran dan pembelahan sel, produksi protein serta penambahan biomassa tumbuhan.

2.2.1.3. Sifat BiologiPada tanah pasir jumlah mikroorganismenya sangat sedikit sehingga proses humifikasi berjalan lambat. Mikroorganisme pada tanah pasir sangat sedikit karena kondisi lingkungan tanah pasir tidak mendukung mikroorganisme untuk hidup. Kondisi yang tidak menguntungkan antara lain intensitas cahaya matahari yang sangat besar, suhu yang tinggi dan kemampuan menahan air pada tanah pasir sangat rendah. Hal ini menyebabkan tanah pasir menjadi kurang subur (AAK, 1993 : 108).

2.3. Pupuk dan Pemupukan2.3.1. PupukPupuk merupakan material yang ditambahkan ke tanah atau tajuk tanaman untuk melengkapi ketersediaan unsur hara. Saat ini dikenal 16 macam pupuk hara yang diserap oleh tanaman untuk menunjang kehidupannya. Tiga diantaranya diserap dari udara, yakni Karbon (C), Oksigen (O), dan Hidrogen (H). Sedangkan tiga belas mineral lainnya diserap dari dalam tanah yaitu Nitrogen (N), Fosfor (P), Kalium (K), Kalsium (Ca), Sulfur (S), Magnesium (Mg), Besi (Fe), Mangan (Mn), Boron (B), Seng (Zn), Tembaga (Cu), Mollibdenum (Mo), dan Khlor (Cl) (Novizan, 2002).Klasifikasi pupuk dapat dilihat dari beberapa segi, yaitu (1) atas dasar pembentukannya yang terdiri dari pupuk alam dan pupuk buatan, (2) atas dasar kandungan unsur hara yang dikandungnya yang terdiri dari pupuk tunggal dan pupuk majemuk, (3) atas dasar susunan kimiawi yang mempunyai hubungan penting dengan perubahan-perubahan di dalam tanah (Hakim, 1986).Pupuk anorganik adalah pupuk yang dibuat oleh pabrik-pabrik pupuk dengan meramu bahan-bahan kimia anorganik berkadar hara tinggi. Misalnya urea berkadar N 45-46% (setiap 100 kg urea terdapat 45-46 kg hara nitrogen) (Lingga dan Marsono, 2000). Pupuk anorganik atau pupuk buatan dapat dibedakan menjadi pupuk tunggal dan pupuk majemuk. Pupuk tunggal adalah pupuk yang hanya mengandung satu unsur hara misalnya pupuk N, pupuk P, pupuk K dan sebagainya. Pupuk majemuk adalah pupuk yang mengandung lebih dari satu unsur hara misalnya N + P, P + K, N + K, N + P + K dan sebagainya (Hardjowigeno, 2004).Ada beberapa keuntungan dari pupuk anorganik, yaitu (1) Pemberiannya dapat terukur dengan tepat, (2) Kebutuhan tanaman akan hara dpat dipenuhi dengan perbandingan yang tepat, (3) Pupuk anorganik tersedia dalam jumlah cukup, dan (4) Pupuk anorganik mudah diangkut karena jumlahnya relatif sedikit dibandingkan dengan pupuk organik. Pupuk anorganik mempunyai kelemahan, yaitu selain hanya mempunyai unsur makro, pupuk anorganik ini sangat sedikit ataupun hampir tidak mengandung unsur hara mikro (Lingga dan Marsono, 2000).

2.3.1.1. Nitrogen (N)Sumber utama nitrogen adalah nitrogen bebas (N2) di atmosfer, yang takarannya mencapai 78% volume, dan sumber lainnya senyawa-senyawa yang tersimpan dalam tubuh jasad. Nitrogen sangat jarang ditemui karena sifatnya yang mudah larut dalam air (Poerwowidodo, 1992). Nitrogen diserap oleh tanaman sebagai NO3- dan NH4+ kemudian dimasukkan ke dalam semua gas amino dan Protein (Indrana, 1994). Ada juga bentuk pokok nitrogen dalam tanah mineral, yaitu nitrogen organik, bergabung dengan humus tanah ; nitrogen amonium dapat diikat oleh mineral lempung tertentu, dan amonium anorganik dapat larut dan senyawa nitrat (Buckman dan Brady, 1992). Nitrogen yang tersedia tidak dapat langsung digunakan, tetapi harus mengalami berbagai proses terlebih dahulu. Pada tanah yang immobilitasnya rendah nitrogen yang ditambahkan akan bereaksi dengan pH tanah yang mempengaruhi proses nitrogen. Begitu pula dengan proses denitrifikasi yang pada proses ini ketersediaan nitrogen tergantung dari mikroba tanah yang pada umumnya lebih menyukai senyawa dalam bentuk ion amonium daripada ion nitrat (Jumin, 1992).Peranan utama nitrogen (N) bagi tanaman jagung adalah merangsang pertumbuhan secara keseluruhan, khususnya batang, cabang dan daun. Selain itu, nitrogen pun berperan penting dalam pembentukan zat hijau daun yang sangat berguna dalam proses fotosintesis (Lingga dan Marsono, 2000). Kekahatan atau defisiensi nitrogen menyebabkan proses pembelahan sel terhambat dan akibatnya menyusutkan pertumbuhan. Selain itu, kekahatan senyawa protein menyebabkan kenaikan nisbah C/N, dan kelebihan karbohidrat ini akan meningkatkan kandungan selulosa dan lignin. Ini menyebabkan tanaman jagung yang kahat akan nitrogen tampak kecil, kering, tidak sekulen, dan sudut daun terhadap batang sangat runcing (Poerwowidodo, 1992).Salah satu bentuk pupuk N yang banyak digunakan adalah urea (CO(NH2)2). Urea dibuat dari gas amoniak dan gas asam arang. Persenyawaan kedua zat ini malahirkan pupuk urea dengan kandungan N sebanyak 46% (Lingga dan Marsono, 2002). Urea termasuk pupuk yang higroskopis (mudah menarik uap air). Pada kelembaban 73%, pupuk ini sudah mampu menarik uap air dan udara. Oleh karena itu urea mudah larut dan mudah diserap oleh tanaman (Lingga dan Marsono, 2002). Urea dapat membuat tanaman hangus, terutama yang memiliki daun yang amat peka.Untuk itu, semprotkan urea dengan bentuk tetesan yang besar. Berdasarkan bentuk fisiknya maka urea dibagi menjadi dua jenis, yaitu urea prill dan urea non prill (Lingga dan Marsono, 2002).

2.3.1.2. Phosphor (P)Paling sedikit ada empat sumber pokok fosfor untuk memenuhi kebutuhan akan unsur ini, yaitu pupuk buatan, pupuk kandang, sisa-sisa tanaman termasuk pupuk hijau, dan senyawa asli unsur ini yang organik dan anorganik, yang terdapat dalam tanah (Buckman dan Brady, 1992). Unsur P diserap tanaman dalam bentuk ortofosfat primer, H2PO4, menyusul kemudian dalam HPO42-. Species ion yang merajai tergantung dari PH sistem tanah-pupuk-tanaman, yang mempunyai ketersediaan tinggi pada pH 5,5-7. Kepekatan H2PO4 yang tinggi dalam larutan tanah memungkinkan tanaman mengangkutnya dalam takaran besar karena perakaran tanaman diperkirakan mempunyai 10 kali penyerapan tanaman untuk H2PO4 dibanding untuk HPO42- (Poerwowidodo, 1992).Bentuk P yang lain yang dapat diserap tanaman adalah pirofosfat dan metafosfat. Kedua bentuk ini misalnya terdapat dalam bentuk pupuk P dan K metafosfat. Tanaman juga menyerap P dalam bentuk fosfat organik, yaitu asam nukleat dan phytin. Kedua bentuk senyawa ini terbentuk melalui proses degradasi dan dekomposisi bahan organik yang langsung dapat diserap oleh tanaman (Hakim, dkk.,1986).Ketersediaan phospor di dalam tanah ditentukan oleh banyak faktor, tetapi yang paling penting adalah pH tanah. Pada tanah ber-pH rendah (masam), phospor akan bereaksi dengan ion besi (Fe) dan aluminium (Al). reaksi ini akan membentuk besi fosfat atau aluminium fosfat yang sukar larut di dalam air sehingga tidak dapat digunakan oleh tanaman. Pada tanah ber-pH tinggi (basa), phospor akan bereaksi dengan ion kalsium. Reaksi ini membentuk kalsium fosfat yang sifatnya sukar larut dan tidak dapat digunakan oleh tanaman. Dengan demikian, tanpa memperhatikan pH tanah, pemupukan phospor tidak akan berpengaruh bagi pertumbuhan tanaman (Novizan, 2002). Menurut Buckman dan Brady (1992), bahwa fosfor dapat berpengaruh menguntungkan pada pembelahan sel dan pembentukan lemak serta albumin, pembungaan dan pembuahan, termasuk proses pembentukan biji, perkembangan akar, khususnya akar lateral dan akar halus berserabut, kekuatan batang, dan kekebalan tanaman terhadap penyakit tertentu.Gejala kekurangan P pada tanaman jagung dapat menjadikan pertumbuhan terhambat (kerdil), daun-daun/malai menjadi ungu atau coklat mulai dari ujung daun, dan juga pada jagung akan menyebabkan tongkol jagung menjadi tidak sempurna dan kecil-kecil (Hardjowigeno, 1993).

2.3.1.3. Kalium (K)Menurut Buckman dan Brady (1992), berbagai bentuk kalium dalam tanah digolongkan atas dasar ketersediaannya menjadi 3 golongan besar yaitu bentuk relatif tidak tersedia, mudah tersedia, dan lambat tersedia. Senyawa yang mengandung sebagian besar bentuk kalium ini adalah feldspat dan mika, lebih lanjut dijelaskan oleh Mulyani (1999), bahwa sumber-sumber kalium adalah beberapa jenis mineral, sisa-sisa tanaman dan jasad renik, air irigasi serta larutan dalam tanah, dan pupuk buatan. Unsur ini diserap tanaman dalam bentuk ion K+ dan dapat dijumpai di dalam tanah dalam jumlah yang bervariasi, namun jumlahnya dalam keadaan tersedia bagi tanaman biasanya kecil. Kalium ditambahkan ke dalam tanah dalam bentuk garam-garam mudah larut seperti KC1, K2SO4, KNO3, dan K-Mg-SO4. Mekanisme penyerapan K mencakup aliran massa, konveksi, difusi, dan serapan langsung dari permukaan zarah tanah (Poerwowidodo, 1992).Di dalam tanah, ion K bersifat sangat dinamis dan juga mudah tercuci pada tanah berpasir dan tanah dengan pH yang rendah. Sekitar 1-10% terjebak dalam koloid tanah karena kaliumnya bermuatan positif. Bagi tanaman, ketersediaan kalium pada posisi ini agak lambat. Kandungan kalium sangat tergantung dari jenis mineral pembentuk tanah dan kondisi cuaca setempat. Persediaan kalium di dalam tanah dapat berkurang oleh tiga hal, yaitu pengambilan kalium oleh tanaman, pencucian kalium oleh air, dan erosi tanah (Novizan, 2002).Menurut Hakim, dkk (1986), bahwa peranan kalium secara fisiologis adalah metabolisme karbohidrat, yakni pembentukan pemecahan, dan translokasi pati, metabolisme nitrogen dan sintesis protein, mengawasi dan mengatur kegiatan berbagai unsur mineral, netralisasi asam-asam organik penting secara fisiologis, mengaktifkan berbagai enzim, mempercepat proses pertumbuhan jaringan meristematik, mengatur pergerakan stomata dan hal-hal yang berhubungan dengan air.Defisiensi kalium agak sulit diketahui gejalanya, karena gejala ini jarang ditampakkan ketika tanaman masih muda (Mulyani, 1999). Pada tanaman jagung, gejalanya daun terlihakaput lebih tua, muncul warna kuning pada pinggir dan di ujung daun yang akhirnya mengering dan rontok. Daun mengerut (Keriting) dimulai dari daun tua. Pada buah, ukuran tongkol menjadi lebih kecil, warna buah tidak merata dan biji buah menjadi kisut (Novizan, 2002).

III. BAHAN DAN METODE

3.1. Waktu dan TempatWaktu dan tempat praktikum Nutrisi Tanaman dilakukan pada hari Senin, 17 Maret 2014 sampai Senin 12 Mei 2014 di Laboratorium Tanah, Fakultas Pertanian Universitas Riau Jalan Bina Widya Kelurahan Simpang Baru, Kecamatan Tampan, Kotamadya Pekanbaru.

3.2. Alat dan BahanBahan yang digunakan dalam praktikum nutrisi tanaman adalah benih tanaman padi gogo, pupuk Urea, pupuk TSP, pupuk KCL, pupuk kandang ayam, pupuk kandang sapi, pupuk kompo, pasir, air. Sedangkan alat yang digunakan dalam praktikum nutrisi tanaman adalah polybag, meteran (mistar), pena, kertas, cangkul, timbangan analitik, dan ember, cutter, oven, amplop, .

3.3. Metode PenelitianMetoda yang digunakan dalam praktikum nutrisi tanaman pada penanaman padi untuk mengetahui respon tanaman padi terhadap penggunaan dosis pupuk tunggal dan pupuk organik serta kombinasinya dengan media pasir adalah metoda rancangan acak lengkap (RAL) dengan berbagai taraf perlakuan pemberian unsur hara N, P, K, pupuk kandang ayam, pupuk kandang sapi, dan pupuk kompos serta kombinasi perlakuannya dan 3 ulangan sehingga didapatkan 33 plot pengamatan.

3.4. Pelaksanaan PraktikumTahap pertama dalam pelaksanaan praktikum nutrisi tanaman yaitu mempersiapkan tempat,alat dan bahan yang akan digunakan dalam praktikum. Praktikum ini dilakukan dengan menggunakan polybag sehingga tidak perlu lagi dilakukan pengolahan tanah. Setelah alat serta bahan praktikum disiapkan maka langkah selanjutnya yaitu pengisian tanah ke polybag. Polybag diisi dengan media pasir dengan masing masing polybag diisi dengan 10 kg media. Pada saat benih akan ditanam terlebih dahulu benih padi direndam dalam air, perendaman dilakukan hanya beberapa saat sampai benih mengembang. Setelah direndam benih padi ditanam sebanyak 3 benih per polybag. Pemupukan dilakukan setelah dilakukan pada saat penanaman biji benih sesuai dengan perlakuan dengan dosis masing masing. Untuk pemberian pupuk kandang ayam, sapi, dan pupuk kompos dilakukan pada saat pengisian media. Pemberian pupuk yang dilakukan pada setiap kelompok memiliki taraf pemberian yang berbeda dan jenis pupuk yang berbeda serta kombinasi yang berbeda pula. Setelah selesai penanaman dan pemberian pupuk, lalu dilakukan perawatan tanaman dengan menyiram tanaman pada pagi dan sore hari karena media tanam yang digunakan pasir sehingga tidak dapat mengikat air dengan baik. Hal ini disebabkan karena pengamatan ini dilakukan dirumah kasa sehingga air hujan tidak dapat masuk. Sejalan dengan dilakukan penyiraman maka dilakukan penyiangan yaitu mencabuti gulma yang tumbuh untuk mengatasi terganggunya pertumbuhan tanaman padi.

3.5. PengamatanParameter yang diamati pada praktikum nutrisi tanaman tersebut adalah kadar air dan rasio tajuk akar dari tanaman padi dan tinggi tanaman, jumlah daun tanaman padi dari tiap perlakuan dan kombinasinya. Untuk mengetahui kadar air dari tanaman padi perlu dilakukan pengukuran berat kering dan berat basah sebelumnya pada tanaman padi.3.5.1. Pertambahan Tinggi TanamanPada praktikum nutrisi tanaman pengukuran tinggi tanaman mulai dilakukan pada tanaman berumur 1 minggu setelah tanam. Pengukuran tinggi tanaman dilakukan setiap 1 minggu sekali. Pengukuran tinggi tanaman dimulai dengan mengukur tinggi tanaman yang permukaan tanahnya sudah diberikan ajir setinggi 1 cm dan di ukur sampai daun tertinggi

3.5.2. Berat Kering (gram)Pada praktikum ini penimbangan berat kering dilakukan saat tanaman sudah berumur 35 hari setelah tanam. Tanaman sampel dibongkar dan dibersihkan dari kotoran tanah yang menempel. Setelah dibersihkan tanaman itu ditimbang berat basahnya selanjutnya tanaman dimasukkan dalam amplop dan di ovenkan selama 24 jam pada suhu 100 0C. Baru setelah di oven keesokan harinya tanaman ditimbang kembali dan didapatkan berat kering.

3.5.3. Pengukuran Kadar AirPengukuran kadar air dilakukan dengan cara mempersiapkan tanaman yang akan diukur kadar airnya. Tanaman kedelai yang telah dewasa dicabut kemudian dicuci bersih. Setelah tanaman kedelai dicuci bersih kemudian diukur berat basah dari tanaman kedelai tersebut. Setelah berat basah dari tanaman kedelai ditemukan kemudian masukkan tanaman kedelai tersebut ke dalam amplop padi yang telah dilubangi dan masukkan ke dalam oven selama 24 jam. Setelah di oven selama 24 jam kemudian hitung berat kering dari tanaman kedelai tersebut.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Kadar AirDari analisis sidik ragam didapatkan data bahwa NPK2 berbeda nyata dari semua perlakuan yang ada. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam tabel dibawah ini:

Tabel 1. Hasil Pengamatan Berat Kering pada Tanaman PadiDuncan GroupingMeanNNPK

A0.71403NPK0

A0.63933NPK1

B0.02033NPK2

A0.83433NPK3

A0.82703NPK4

A0.57133NPK5

A0.75173NPK6

A0.70773NPK7

A0.79733NPK8

A0.62403NPK9

A0.83603NPK10

Berdasarkan tabel diatas, perlakuan NPK2 yakni pemberian urea dan kalium berbeda nyata dengan semua perlakuan. Hal ini diduga karena penyerapan pupuk yang tidak maksimal oleh tanaman karena media yang berpasir. Menurut Novizan (2002) didalam tanah, ion K bersifat sangat dinamis dan juga mudah tercuci pada tanah berpasir dan tanah dengan pH yang rendah. Nitrogen sangat jarang ditemui karena sifatnya yang mudah larut dalam air (Poerwowidodo, 1992)

4.2. Ratio Tajuk AkarPengamatan ratio tajuk akar pada praktikum nutrisi tanaman untuk tanaman padi dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut :Tabel 2. Hasil Pengamatan Ratio Tajuk Akar pada Tanaman PadiDuncan GroupingMeanNNPK

B1.4283NPK0

B2.2053NPK1

B1.2293NPK2

B1.4953NPK3

B1.4103NPK4

B1.2673NPK5

BA4.6173NPK6

BA2.7333NPK7

B1.5303NPK8

A6.5113NPK9

B0.9083NPK10

Berdasarkan hasil sidik ragam diatas, maka dapat disimpulkan bahwa pemberian pupuk kandang sapi berbeda nyata dengan semua perlakuan kecuali perlakuan NPK6 dan NPK7.Perbandingan tajuk akar mempunyai pengertian bahwa pertumbuhan suatu tanaman diikuti dengan pertumbuhan bagian tanman lainya, dimana tajuk akan meningkat secara ratio tajuk akar mengikuti peningkatan berat akar (Gardner, dkk, 1991).Jumin (2002) menyatakan bahwa pesatnya pertumbuhan vegetatif tanaman tidak terlepas dari ketersediaan unsur hara di dalam tanah. Ketersediaan unsur hara akan menentukan produksi berat kering tanaman yang merupakan hasil dari tiga proses yaitu proses penumpukan asimilat melalui proses fotosintesis, respirasi dan akumulasi senyawa orgnik. Berat kering merupakan akumulasi senyawa organik yang dihasilkan oleh sintesis senyawa organik terutama air dan karbohidrat yang tergantung pada laju fotosintesis tanaman tersebut, sedangkan fotosintesis dipengaruhui oleh kecepatan penyerapan unsur hara di dalam tanaman melalui akar (Lakitan, 1996).Nyakpa, dkk (1986) menambahkan bahwa pertumbuhan tanaman dicirikan dengan pertambahan berat kering tanaman. Ketersediaan hara yang optimal bagi tanaman akan diikuti peningkatan aktifitas fotosintesis yang meghasilkan asimilat yang mendukung berat kering tanaman.