laporan akhir fisika dasar kelompok 37
TRANSCRIPT
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM
FISIKA DASAR
Diajukan untuk Memenuhi Syarat Kelulusan Praktikum Fisika Dasar
Disusun Oleh:
Kelompok 37
Muhamad Ikbal Trismana 2613141114
Ulfa Fauziah 2613141115
Fuji Nur Auliyah 2613141116
Mochammad Rafly R. P. 2613141117
Banni Pebriansyah 2613141118
LABORATORIUM FISIKA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI
BANDUNG
2015
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan ini telah diterima sebagai salah satu syarat
kelulusan Praktikum Fisika Dasar di Laboratorium Fisika
Fakultas Teknik Universitas Jenderal Achmad Yani
Bandung, 2015
Mengetahui,
Asisten Wali Kelompok 37
Ayu Pratiwi Hanidah Satriyo Putri
NIM. 2613121017
Penguji I
Catia Prameswari
NIM. 2613121023
Penguji II
Siti Purnamasari
NIM. 2513131042
KATA PENGANTAR
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR KELOMPOK 37 | i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah
Yang Maha Esa. Karena atas berkat rahmat-Nya kami
dapat menyelesaikan praktikum. Tak lupa shalawat
beserta salam kepada junjungan Nabi Muhammad S.A.W.
Adapun isi dari laporan akhir ini adalah kumpulan
dari setiap laporan mingguan selama praktikum
berlangsung. Laporan ini merupakan syarat untuk
kelulusan mata kuliah Fisika Terapan.
Tidak lupa juga untuk mengucapkan banyak
terimakasih kepada:
1. Orang tua yang selalu mendungkung secara moral
ataupun materi.
2. Bapak Pawawoi, ST. MT., sebagai dosen mata
kuliah fisika terapan di Universitas Jenderal
Achmad Yani.
3. Asisten laboratorium yang selalu mendampingi
dan membimbing praktikan dalam praktikum.
4. Rekan seperjuang jurusan Teknik Metalurgi
Unjani.
Laporan ini masih sangat jauh dari kesempurnaan
oleh karena itu kritik serta saran yang membangun
KATA PENGANTAR
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR KELOMPOK 37 | ii
diharapkan untuk penyempurnaan Laporan akhir
dikemudian hari.
Atas perhatian dari semua pihak yang membantu
penulisan ini penulis ucapkan terimakasih. Semoga
Laporan ini dapat dipergunakan seperlunya.
Bandung, Desember 2015
Penulis
DAFTAR ISI
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR KELOMPOK 37 | i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ......................................................... i
Daftar Isi ................................................................... iii
Daftar Tabel ............................................................. iv
Daftar Gambar ......................................................... v
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................ 2
1.3 Tujuan Penelitian ............................................. 4
1.4 Pembatasan Masalah ........................................ 7
1.4.1 Batasan Masalah ..................................... 7
1.4.2 Asumsi .................................................... 8
BAB II LANDASAN TEORI
6.1 Pengukuran Dasar ............................................ 10
6.2 Pesawat Atwood Modern dan Konvensional ... 22
6.3 Modulus Elastisitas .......................................... 27
6.4 Bandul Sederhana dan Resonansi Bandul ........ 33
6.5 Resonansi Pegas Heliks ................................... 36
6.6 Hambatan Listrik .............................................. 40
6.7 Elektromagnetik ............................................... 46
6.8 Kalorimeter ...................................................... 51
BAB III TATA CARA PRAKTIKUM
3.1 Pengukuran Dasar ............................................ 56
3.2 Pesawat Atwood Modern dan Konvensional ... 58
3.3 Modulus Elastisitas .......................................... 63
3.4 Bandul Sederhana dan Resonansi Bandul ........ 65
3.5 Resonansi Pegas Heliks ................................... 69
3.6 Hambatan Listrik .............................................. 70
3.7 Elektromagnetik ............................................... 75
3.8 Kalorimeter ...................................................... 77
DAFTAR ISI
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR KELOMPOK 37 | ii
BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN
DATA
4.1 Pengukuran Dasar ............................................ 81
4.2 Pesawat Atwood Modern dan Konvensional ... 97
4.3 Modulus Elastisitas .......................................... 112
4.4 Bandul Sederhana dan Resonansi Bandul ........ 128
4.5 Resonansi Pegas Heliks ................................... 132
4.6 Hambatan Listrik .............................................. 137
4.7 Elektromagnetik ............................................... 143
4.8 Kalorimeter ...................................................... 144
BAB V ANALISIS
5.1 Pengukuran Dasar ............................................ 148
5.2 Pesawat Atwood Modern dan Konvensional ... 154
5.3 Modulus Elastisitas .......................................... 159
5.4 Bandul Sederhana dan Resonansi Bandul ........ 160
5.5 Resonansi Pegas Heliks ................................... 161
5.6 Hambatan Listrik .............................................. 162
5.7 Elektromagnetik ............................................... 164
5.8 Kalorimeter ...................................................... 166
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.9 Kesimpulan ...................................................... 170
6.10 Saran ................................................................. 172
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB I PENDAHULUAN
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR KELOMPOK 37 | 1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Fisika menurut wikipedia dalam bahasa Yunani
adalah ΟΟ ΟΞΉΞΊΟΟ (fysikΓ³s) artinya alamiah atau ΟΟΟΞΉΟ (fΓ½sis)
artinya alam. Fisika adalah sains atau ilmu
tentang alam dalam makna yang terluas. Fisika
mempelajari gejala alam yang tidak hidup
atau materi dalam lingkup ruang dan waktu.
Parafisikawan atau ahli fisika mempelajari perilaku dan
sifat materi dalam bidang yang sangat beragam, mulai dari
partikel submikroskopis yang membentuk segala materi
(fisika partikel) hingga perilaku materi alam semesta
sebagai satu kesatuan kosmos.
Fisika adalah ilmu yang dapat dipahami dengan
percobaan-percobaan yang sederhana. Sehingga dalam
kehidupan sehari-hari kita pun terlepas dari ilmu fisika,
dimulai dari yang ada dari diri kita sendiri seperti gerak
yang kita lakukan setiap saat, energi yang kita pergunakan
setiap hari sampai pada sesuatu yang berada diluar diri
kita, seperti yang ada dilingkungan kita.
Sehingga percobaan-percobaan tersebut dapat
diterapkan pada praktikum yang sebenarnya. Sehingga
BAB I PENDAHULUAN
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR KELOMPOK 37 | 2
dapat mendukung pengetahuan dalam jenjang yang lebih
tinggi. Fisika dalam bidang teknik khususnya Teknik
Metalurgi merupakan hal yang sangat penting dan benar-
benar harus dikuasai secara teori dan praktek.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam praktikum fisika
dasar adalah :
Modul I Pengukuran Dasar
1. Bagaimana penggunaan alat ukur dasar?
2. Bagaimana cara menulis bilangan-bilangan
berarti hasil pengukuran atau perhitungan?
3. Menghitung besaran lain berdaasarkan
besaran yang terukur langsung?
Modul II Pesamat Atwood
1. Bagaimana cara Penggunaan Hukum Newton
II?
2. Bagaimana mempelajari gerak lrus beraturan
dan berubah beraturan?
3. Bagaimn cara menentukan momen inersia
pada roda atau katrol?
Modul III Modulus Elastisitas
1. Bagaimana menentukan modulus elastistas
young berbagai kayu dengan pelenturan?
BAB I PENDAHULUAN
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR KELOMPOK 37 | 3
Modul IV Bandul Sederhana dan Resonansi
Bandul Sederhana
1. Bagaimana cara menentukan periode bandul
T?
2. Bagaimana cara menentukan karakter fisis
bandul sederhana berdasarkan hubungan
periode bandul T dan panjang bandul, dan
hubungannnya dengan massa bandul?
3. Bagaimana menentukan frekuensi resonansi
bandul sederhana?
Modul V Resonansi Pegas Heliks
1. Bagaimana menentukan frekuensi dasar dan
frekuensi harmonik Resonansi Pegas Heliks?
Modul VI Hambatan Listrik
2. Bagaimana hubungan antara tegangan dan
arus dalam suatu penghantar (Hukum Ohm)?
3. Cara menentukan hambatan suatu penghantar
menggunkan volumetri dan amperemeter, dan
dapat mengamati hubungan antara hambatan
dengan panjang penghantar, dan antara
hambatan dengan luas penampang
penghantar?
Modul VII Elektromagnet
BAB I PENDAHULUAN
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR KELOMPOK 37 | 4
1. Bagaimana menggambarkan sketsa garis-
garis medan magnet listrik disekitar
penghantar lurus?
2. Bagaimana menggambarkan sketsa garis-garis
medan magnet listrik disekitar penghantar
melingkar?
3. Bagaimana menggambarkan sketsa garis-garis
medan magnet listrik disekitar penghantar
solenoida yang dialiri arus?
Modul VIII Kalorimeter
1. Bagaimana cara menentukan kalor jenis
logam menggunkan kalorimeter?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dalam praktikum fisika dasar adalah:
Modul I Pengukuran Dasar
1. Mempelajari penggunaan alat ukur dasar.
2. Menuliskan dengan benar bilangan-bilangan
berarti hasil pengukuran atau perhitungan.
3. Menghitung besaran lain berdasarkan besaran
yang terukur langsung.
Modul II Pesamat Atwood
1. Mempelajari Penggunaan Hukum Newton II.
BAB I PENDAHULUAN
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR KELOMPOK 37 | 5
2. Mempelajari gerak lrus beraturan dan berubah
beraturan.
3. Menentukan momen inersia pada roda atau
katrol.
Modul III Modulus Elastisitas
1. Menentukan modulus elastistas young
berbagai kayu dengan pelenturan.
Modul IV Bandul Sederhana dan Resonansi
Bandul Sederhana
1. Menentukan periode bandul T.
2. Menjelaskan karakter fisis bandul sederhana
berdasarkan hubungan periode bandul T dan
panjang bandul, dan hubungannnya dengan
massa bandul.
3. Menentukan frekuensi resonansi bandul
sederhana?
Modul V Resonansi Pegas Heliks
1. Dapat menentukan frekuensi dasar dan
frekuensi harmonik Resonansi Pegas Heliks.
Modul VI Hambatan Listrik
1. Memahami hubungan antara tegangan dan
arus dalam suatu penghantar (Hukum Ohm).
BAB I PENDAHULUAN
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR KELOMPOK 37 | 6
2. Menentukan hambatan suatu penghantar
menggunkan volumetri dan amperemeter, dan
dapat mengamati hubungan antara hambatan
dengan panjang penghantar, dan antara
hambatan dengan luas penampang
penghantar.
Modul VII Elektromagnet
1. Dapat menggambarkan sketsa garis-garis
medan magnet listrik disekitar penghantar
lurus.
2. Dapat menggambarkan sketsa garis-garis
medan magnet listrik disekitar penghantar
melingkar.
3. Dapat menggambarkan sketsa garis-garis
medan magnet listrik disekitar penghantar
solenoida yang dialiri arus.
Modul VIII Kalorimeter
1. Mengtahui cara menentukan kalor jenis logam
menggunkan kalorimeter?
BAB I PENDAHULUAN
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR KELOMPOK 37 | 7
1.4 Pembatasan Masalah
1.4.1 Batasan Masalah
Modul I Pengukuran Dasar
Mengukur bahan menggunakan jangka sorong,
mikrometer sekrup, neraca teknis.
Modul II Pesawat Atwood Modern dan
Konvensional
Menentukan momen inersia roda pada katrol,
mempelajari GLB dan GLBB serta Hukum
Newton II.
Modul III Modulus Elastisitas
Mempelajari modulus elatisitas young pada kayu
dengan cara pelenturan.
Modul IV Bandul Sederhana dan Resonansi
Bandul Sederhana
Menentukan perioda pada bandul T, Menentukan
karakter fisis bandul dan menentukan frekuensi
resonansi bandul.
Modul V Resonansi Pegas Heliks
Menentukan frekuensi dasar dan frekuensi
harmonic pada pegas heliks.
Modul VI Hambtan Listrik
BAB I PENDAHULUAN
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR KELOMPOK 37 | 8
Menentukan hubungan antara tegangan dan arus
Menentukan hambatan suatu penghantar
menggunakan voltmeter dan ampermeter.
Modul VII Elektromagnet
Menentukan sketsa gambar pada medan listrik di
sekitar penghantar lurus, melingkar dan
solenoida.
Modul VIII Kalorimeter
Menentukan kalor jenis logam menggunakan
kalorimeter.
1.4.2 Asumsi
Alat ukur yang digunakan dalam kondisi baik.
Pesawat atwood yang digunakan masih dalam
keadaan baik, menggunakan percepatan gravitasi
9,8 m/s2.
Menggunakan tiga buah kayu yang dalam
keadaan baik, alat ukur.
Kalor air yakni 4200 J/Kg-1K-1, kalor aluminium
9100 J/Kg-1K-1
Setiap pengukuran gelombang simpangan yang
diberikan ialah 3 cm.
BAB II LANDASAN TEORI
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR KELOMPOK 37 | 10
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Pengukuran Dasar
Pengukuran menurut William Shockley adalah
penentuan besaran, dimensi, atau kapasitas, biasanya
terhadap suatu standar atau satuan ukur. Pengukuran
juga dapat diartikan kegiatan membandingkan suatu
besaran yang diukur dengan alat ukur yang digunakan
sebagai satuan yang tidak hanya terbatas pada
kuantitas fisik, tetapi juga dapat diperluas untuk
mengukur hampir semua benda yang bisa
dibayangkan, seperti tingkat ketidakpastian, atau
indeks kepercayaan konsumen. Pengukuran ada
beberapa macam alat yaitu micro meter, jangka
sorong, dial indikator, viler gauge, dll.
Tujuan pengukuran adalah untuk mendapatkan
hasil berupa nilai ukur yang tepat dan benar.
Ketepatan pengukuran merupakan hal yang sangat
penting didalam fisika untuk memperoleh hasil atau
data yang akurat dan dapat dipercaya.
Besaran (Magnitude) adalah segala sesuatu
yang dapat diukur atau dihitung, dinyatakan dengan
angka dan mempunyai satuan.
BAB II LANDASAN TEORI
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR KELOMPOK 37 | 11
Dari pengertian ini dapat diartikan bahwa
sesuatu itu dapat dikatakan sebagai besaran harus
mempunyai 3 syarat yaitu
dapat diukur atau dihitung.
dapat dinyatakan dengan angka-angka atau
mempunyai nilai.
mempunyai satuan.
Bila ada satu saja dari syarat tersebut diatas
tidak dipenuhi maka sesuatu itu tidak dapat dikatakan
sebagai besaran.
Besaran pokok (Basic Quantity) adalah besaran
yang ditentukan berdasarkan kesepakatan ahli fisika.
Besaran pokok menjadi basis penentuan besaran
turunan. Ciri khas besaran pokok adalah nilainya
didapat dari pengukuran langsung dan memiliki
satuan tunggal.
Gambar 2.1. Besaran Pokok
http://ukurandansatuan.blogspot.com/2013/10/besaran
BAB II LANDASAN TEORI
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR KELOMPOK 37 | 12
Besaran turunan (Derived Quantity) adalah
besaran yang diturunkan dari besaran pokok. Ciri
khas besaran turunan adalah memiliki dua atau lebih
satuan besaran pokok. Besaran turunan dapat diukur
langsung atau tidak langsng.
Gambar 2.1. Besaran Pokok
http://ukurandansatuan.blogspot.com/2013/10/besa
ran-pokok-dan-besaran-turunan-dalam.html
Dalam pengukuran pasti terdapat suatu satuan.
Sistem satuan besaran fisika pada prinsipnya bersifat
standar atau baku, yaitu bersifat tetap, berlaku
universal, dan mudah digunakan setiap saat dengan
tepat. Sistem satuan standar ditetapkan pada tahun
1960 melalui pertemuan para ilmuwan di Sevres,
Paris. Sistem satuan yang digunakan dalam dunia
pendidikan dan pengetahuan dinamakan sistem
metrik, yang dikelompokkan menjadi sistem metrik
BAB II LANDASAN TEORI
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR KELOMPOK 37 | 13
besar atau MKS (Meter Kilogram Second) yang
disebut sistem internasional atau disingkat SI dan
sistem metrik kecil atau CGS (Centimeter Gram
Second).
Dahulu orang biasa menggunakan jengkal,
hasta, depa, langkah sebagai alat ukur panjang.
Ternyata hasil pengukuran yang dilakukan
menghasilkan data berbeda-beda yang berakibat
menyulitkan dalam pengukuran, karena jengkal orang
satu dengan lainnya tidak sama. Oleh karena itu, harus
ditentukan dan ditetapkan satuan yang dapat berlaku
secara umum. Usaha para ilmuwan melalui berbagai
pertemuan membuahkan hasil sistem satuan yang
berlaku di negara manapun dengan pertimbangan
satuan yang baik harus memiliki syarat-syarat sebagai
berikut:
satuan selalu tetap, artinya tidak mengalami
perubahan karena pengaruh apapun,
misalnya suhu, tekanan dan kelembaban.
bersifat internasional, artinya dapat dipakai
di seluruh negara.
mudah ditiru bagi setiap orang yang akan
menggunakannya.
BAB II LANDASAN TEORI
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR KELOMPOK 37 | 14
Satuan Sistem Internasional (SI) digunakan di
seluruh negara dan berguna untuk perkembangan
ilmu pengetahuan dan perdagangan antarnegara.
Kamu dapat membayangkan betapa kacaunya
perdagangan apabila tidak ada satuan standar,
misalnya satu kilogram dan satu meter kubik.
1. Satuan Internasional untuk Panjang
Hasil pengukuran besaran panjang
biasanya dinyatakan dalam satuan meter,
centimeter, milimeter, atau kilometer. Satuan
besaran panjang dalam SI adalah meter. Pada
mulanya satu meter ditetapkan sama dengan
panjang sepersepuluh juta (1/10000000) dari
jarak kutub utara ke khatulistiwa melalui Paris.
Kemudian dibuatlah batang meter standar dari
campuran Platina-Iridium. Satu meter
didefinisikan sebagai jarak dua goresan pada
batang ketika bersuhu 0ΒΊC. Meter standar ini
disimpan di International Bureau of Weights and
Measure di Sevres, dekat Paris.
Batang meter standar dapat berubah dan
rusak karena dipengaruhi suhu, serta
menimbulkan kesulitan dalam menentukan
BAB II LANDASAN TEORI
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR KELOMPOK 37 | 15
ketelitian pengukuran. Oleh karena itu, pada
tahun 1960 definisi satu meter diubah. Satu meter
didefinisikan sebagai jarak 1650763,72 kali
panjang gelombang sinar jingga yang
dipancarkan oleh atom gas krypton-86 dalam
ruang hampa pada suatu lucutan listrik.
Pada tahun 1983, Konferensi Internasional
tentang timbangan dan ukuran memutuskan
bahwa satu meter merupakan jarak yang
ditempuh cahaya pada selang waktu
1/299792458 sekon. Penggunaan kecepatan
cahaya ini, karena nilainya dianggap selalu
konstan.
2. Satuan Internasional untuk Massa
Besaran massa dalam SI dinyatakan dalam
satuan kilogram (kg). Pada mulanya para ahli
mendefinisikan satu kilogram sebagai massa
sebuah silinder yang terbuat dari bahan campuran
Platina dan Iridium yang disimpan di Sevres,
dekat Paris. Untuk mendapatkan ketelitian yang
lebih baik, massa standar satu kilogram
didefinisikan sebagai massa satu liter air murni
pada suhu 4ΒΊC.
BAB II LANDASAN TEORI
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR KELOMPOK 37 | 16
Alat ukur yang biasa digunakan dalam
pengukuran adalah sebagai berikut:
1. Pengukuran Panjang
Alat ukur yang digunakan untuk mengukur
panjang benda haruslah sesuai dengan ukuran
benda. Sebagai contoh, untuk mengukur lebar
buku kita gunakan pengaris, sedangkan untuk
mengukur lebar jalan raya lebih mudah
menggunakan meteran kelos.
a. Pengukuran Panjang dengan Jangka Sorong
Jangka sorong merupakan alat ukur
panjang yang mempunyai batas ukur sampai
10 cm dengan ketelitiannya 0,1 mm atau 0,01
cm. Jangka sorong juga dapat digunakan untuk
mengukur diameter cincin dan diameter
bagian dalam sebuah pipa. Bagian-bagian
penting jangka sorong yaitu:
rahang tetap dengan skala tetap terkecil
0,1 cm.
rahang geser yang dilengkapi skala
nonius. Skala tetap dan nonius
mempunyai selisih 1 mm.
BAB II LANDASAN TEORI
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR KELOMPOK 37 | 17
Gambar 2.3. Jangka Sorong
unitedscience.wordpress.com/bab-i-pengukuran/
b. Pengukuran Panjang dengan Mikrometer
Sekrup
Mikrometer sekrup memiliki ketelitian
0,01 mm atau 0,001 cm. Mikrometer sekrup
dapat digunakan untuk mengukur benda yang
mempunyai ukuran kecil dan tipis, seperti
mengukur ketebalan plat, diameter kawat, dan
onderdil kendaraan yang berukuran kecil.
Bagian-bagian dari mikrometer adalah
rahang putar, skala utama, skala putar, dan
silinder bergerigi. Skala terkecil dari skala
utama bernilai 0,1 mm, sedangkan skala
terkecil untuk skala putar sebesar 0,01 mm.
Berikut ini gambar bagian-bagian dari
mikrometer.
BAB II LANDASAN TEORI
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR KELOMPOK 37 | 18
Gambar 2.4. Micrometer Skrup
unitedscience.wordpress.com/bab-i-pengukuran/
2. Pengukuran Massa Benda
Timbangan digunakan untuk mengukur massa
benda. Prinsip kerjanya adalah keseimbangan
kedua lengan, yaitu keseimbangan antara massa
benda yang diukur dengan anak timbangan yang
digunakan. Dalam dunia pendidikan sering
digunakan neraca OβHauss tiga lengan atau dua
lengan. Perhatikan beberapa alat ukur berat
berikut ini.
Bagian-bagian dari neraca OβHauss tiga
lengan adalah sebagai berikut:
lengan depan memiliki skala 0 g β 10 g,
dengan tiap skala bernilai 1 g.
lengan tengah berskala mulai 0 g β 500 g,
tiap skala sebesar 100 g.
BAB II LANDASAN TEORI
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR KELOMPOK 37 | 19
lengan belakang dengan skala bernilai 10
sampai 100 g, tiap skala 10 g.
Gambar 2.5. Neraca Oβhauss
unitedscience.wordpress.com/bab-i-pengukuran/
Setiap pengukuran pasti terdapat ketelitian.
Ketelitian (presisi) adalah kesesuaian diantara
beberapa data pengukuran yang sama yang dilakukan
secara berulang. Tinggi rendahnya tingkat ketelitian
hasil suatu pengukuran dapat dilihat dari harga deviasi
hasil pengukuran. Sedangkan ketepatan (akurasi)
adalah kesamaan atau kedekatan suatu hasil
pengukuran dengan angka atau data yang sebenarnya
(true value/correct result). Suatu pengukuran selalu
disertai oleh ketidakpastian. Beberapa penyebab
ketidakpastian tersebut antara lain adanya nilai skala
terkecil (NST), kesalahan kalibrasi, kesalahan titik
nol, kesalahan pegas, adanya gesekan, kesalahan
paralaks, fluktuasi parameter pengukuran dan
lingkungan yang saling mempengaruhi keterampilan
BAB II LANDASAN TEORI
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR KELOMPOK 37 | 20
pengamatan. Ada beberapa hal yang harus
diperhatikan dalam pengukuran:
1. Nilai skala terkecil alat ukur
Pada setiap alat ukur terdapat suatu nilai
skala yang tidak dapat lagi dibagi-bagi. Inilah
yang disebut nilai skala terkecil (NST).
2. Ketidakpastian pada pengukuran tunggal
Pada pengukuran tunggal, ketidakpastian
umumnya digunakan bernilai setengah dari NST.
Untuk suatu besaran X, maka ketidakpastian
mutlaknya adalah:
X = Β½ NST
Dengan hasil pengukurannya dituliskan
sebagai:
X = X Β± X
Sedangkan yang dikenal sebagai
ketidakpastian relatif adalah:
KTP relative = X/X
Apabila menggunakan KTP relatif maka
hasil pengukuran dilaporkan sebagai:
X = X Β± KTP relatif x 100%
3. Ketidakpastian pada pengukuran berulang
BAB II LANDASAN TEORI
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR KELOMPOK 37 | 21
Menggunakan kesalahan Β½ rentang pada
pengukuran berulang ketidakpastian dituliskan
lagi seperti pada pengukuran tunggal. Kesalahan
Β½ rentang merupakan salah satu cara untuk
menyatakan ketidakpastian pada pengukuran
berulang. Cara untuk melakukannya adalah
sebagai berikut:
a. Kumpulkan sejumlah hasil pengukuran
variable X, misalnya n buah, yaitu X1, X2,
X3, β¦, Xn
b. Cari nilai rata-ratanya yaitu Xrata-rata = X1-
X2-X3-Xnβ¦/n.
c. Tentukan Xmax dan Xmin dari kumpulan
data X tersebut dan ketidakpastiannya
dapat ditulis:
d. X = (Xmax β Xmin)/2
e. Tuliskan hasilnya sebagai : X-Xrata-rataΒ±X
Angka berarti (significan figures)
4. Angka berarti (AB)
Angka berarti (AB) menunjukkan jumlah
digit angka yang akan dilaporkan pada hasil
pengukuran. AB berkaitan dengan KTP relatif
(dalam %). Semakin kecil KTP relatif semakin
BAB II LANDASAN TEORI
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR KELOMPOK 37 | 22
tinggi mutu pengukuran atau semakin tinggi
ketelitian hasil pengukuran yang dilakukan.
Hubungan antara KTP relatif dan AB adalah
sebagai berikut: AB = l-log (KTP relatif)
Ketidakpastian pada fungsi variabel (perambatan
ketidakpastian) Jika suatu variabel merupakan
fungsi dari variabel lain yang disertai oleh
ketidakpastian.
Hal ini disebut sebagai perembatan
ketidakpastian. Jadi sebenarnya pengukuran itu
adalah proses atau prosedur mengkuantifikasikan
atribut dalam sebuah kontiniu.
2.2. Pesawat Atwood Modern dan Konvesional
Pesawat Atwood merupakan alat eksperimen
yang digunakan untuk mengamati hukum mekanika
gerak yang berubah beraturan. Alat ini mulai
dikembangkan sekitar abad ke delapan belas untuk
mengukur percepatan gravitasi g. Dalam kehiduapan
sehari-hari kita bias menemui penerapan pesawat
Atwood pada cara kerja lift. Sederhananya alat ini
tersusun atas seutas tali yang dihubungkan dengan
sebuah katrol, dimana pada ujung tali dikaitkan massa
BAB II LANDASAN TEORI
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR KELOMPOK 37 | 23
beban m1 dan m2. Jika massa benda m1 dan m2 sama
(m1 = m2), maka keduanya akan diam. Akan tetapi
jika massa benda m2 lebih besar dari pada massa
benda m1 (m2 > m1), maka massa m1 akan tertarik
oleh massa benda m2.
Adapun gerak yang terjadi pada pesawat
Atwood diantaranya:
1. Gerak Lurus Beraturan
Merupakan gerak lurus yang kelajuannya
konstan, artinya benda bergerak lurus tanpa ada
percepatan atau a = 0 m/s2. Secara matematis gerak
lurus beraturan dapat dirumuskan sebagai berikut:
S= v/t
keterangan
S = jarak tempuh benda
v = kelajuan
t = waktu tempuh
2. Gerak lurus Berubah Beraturan
Merupakan gerak lurus dengan kelajuan
berubah beraturan, dengan percepatan a adalah
konstan.
S= S0+v0t + 1/2 at2
keterangan
BAB II LANDASAN TEORI
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR KELOMPOK 37 | 24
S = jarak yang ditempuh
S0= jarak awal
v0= kecepatan awal
t = waktu
Hukum-hukum yang terjadi pada pesawat
Atwood diantaranya:
Hukum I Newton berbunyi βjika sebuah benda
atau system tibak dipengaruhi oleh gaya luar, maka
benda atau system benda itu akan selalu dalam
keadaan setimbangβ. Jika semula benda diam, maka
selamanya benda itu akan diam. Dan jika benda
semula bergerak maka benda akan bergerak lurus
beraturan. Secara matematis hukum I Newton
dirumuskan sebagai
βF = 0
Yang diturunkan dari persamaan βF = ππ
ππ‘
dimana p adalah momentum linier.
Hukum II Newton berbunyi βjika suatu benda
atau system benda diberikan gaya luar, maka
percepatan yang ditimbulkan besarnya berbanding
lurus dengan resultan gaya itu, dan searah dengan
arah gaya tersebutβ. Semakin besar resultan gaya F
maka percepatan a akan semakin besar. Secara
BAB II LANDASAN TEORI
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR KELOMPOK 37 | 25
matematis Hukum II Newton dapat dituliskan dengan
persamaan:
βF = ma
Gambar 2.6. Pesawat Atwood
http://yonorio601.blogspot.com/2013/06/dasar-teori-pesawat-
atwood.html
Hukum III Newton menyatakan bahwa βgaya-
gaya selalu terjadi dalam pasangan aksi-reaksi, dan
bahwa gaya reaksi adalah sama besar dan
berlawanan arah dengan gaya aksiβ.
Faksi = -Freaksi
Jika kita tinjau dari gaya-gaya yang
bekerja dan gerak yang terjadi pada pesawa atwood,
BAB II LANDASAN TEORI
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR KELOMPOK 37 | 26
maka kita akan membaginya menjadi beberapa gerak,
yaitu:
Gerakan dari C ke A
Benda m1 bergerak dipercepat beraturan ke
atas, dan benda m2 bergerak dipercepat ke bawah.
Jika gesekan katrol FK diperhitungkan, maka akan
diperoleh gaya-gaya sebagai berikut:
βF = ma
π2 β π1 β πΉπ = ππ‘ππ‘ππ
(π2 β π1). π β πΉπ = (π1 + π2 + π3). π
(π2 β π1). π β πΉπ = (π1 + π2 + ππ). π
(π2 β π1). π β πΉπ = (π1 + π2 +πΌ
π 2). π
π =(π2 β π1). π β πΉπ
(π1 + π2 +πΌ
π 2)
Gerakan dari A ke B
Jika waktu dari A ke B adalah tAB dan
jarak tempuhnya adalah SAB, maka akan diperoleh
hubungan
SAB = vtAB
Gerakan dari A ke B merupakan gerak
beraturan, jadi benda tidak mengalami penambahan
kelajuan, sehingga percepatannya sama dengan nol
(a=0).
BAB II LANDASAN TEORI
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR KELOMPOK 37 | 27
2.3. Modulus Elastisitas
Sifat elastis atau elastisitas adalah kemampuan
suatu benda untuk kembali ke bentuk awalnya segera
setelah gaya luar yang diberikan kepada benda itu
dihilangkan. Seperti pada sebuah pegas yang
digantungi dengan beban pada salah satu sisi
ujungnya, akan kembali ke bentuk semula jika beban
tersebut kita ambil kembali. Contoh lainnya adalah
ketapel dan karet gelang jika kita rentangkan maka
akan terjadi pertambahan panjang pada kedua benda
tersebut, tapi jika gaya yang bekerja pada kedua benda
tersebut dihilangkan, maka kedua benda tersebut akan
kembali ke bentuk semula.
Modulus elastisitas adalah angka yang
digunakan untuk mengukur obyek atau ketahanan
bahan untuk mengalami deformasi elastis ketika gaya
diterapkan pada benda itu. Modulus elastisitas suatu
benda didefinisikan sebagai kemiringan dari kurva
tegangan-regangan di wilayah deformasi elastis.
Bahan kaku akan memiliki modulus elastisitas yang
lebih tinggi. Modulus elastisitas dirumuskan dengan:
πΈ =π (π‘πππππππ)
π (ππππππππ)
BAB II LANDASAN TEORI
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR KELOMPOK 37 | 28
Di mana tegangan adalah gaya menyebabkan
deformasi dibagi dengan daerah dimana gaya
diterapkan dan regangan adalah rasio perubahan
beberapa parameter panjang yang disebabkan oleh
deformasi ke nilai asli dari parameter panjang. Jika
stres diukur dalam pascal, kemudian karena regangan
adalah besaran tak berdimensi, maka Satuan untuk E
akan pascal juga.
Tegangan (stress) didefinisikan sebagai gaya
yang diperlukan oleh benda untuk kembali ke bentuk
semula. Atau gaya F yang diberikan pada benda
dibagi dengan luas penampang A tempat gaya
tersebut bekerja.
Tegangan dirumuskan oleh:
π =πΉ
π΄
Ο = Tegangan
A = Luas penampang
F = Gaya Tegangan
Tegangan merupakan sebuah besaran skalar dan
memiliki satuan N/mΒ² atau Pascal (Pa). F adalah gaya
(N), dan A adalah luas penampang (m2). Selain itu,
Tegangan dapat dikelompokkan menjadi :
BAB II LANDASAN TEORI
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR KELOMPOK 37 | 29
1. Tegangan normal
Tegangan normal yaitu intensitas gaya normal
per unit luasan. Tegangan normal dibedakan
menjadi tegangan normal tekan atau kompresi dan
tegangan normal tarik. Apabila gaya-gaya
dikenakan pada ujung-ujung batang sedemikian
rupa sehingga batang dalam kondisi tertarik, maka
terjadi tegangan tarik pada batang, jika batang
dalam kondisi tertekan maka terjadi tegangan
tekan.
2. Tegangan geser
Tegangan geser adalah gaya yang bekerja
pada benda sejajar dengan penampang.
3. Tegangan volume
Tegangan volume adalah gaya yang bekerja
pada suatu benda yang menyebabkan terjadinya
perubahan volume pada benda tersebut tetapi tidak
menyebabkan bentuk benda berubah.
Regangan (strain) adalah perubahan relatif
dalam ukuran atau bentuk suatu benda karena
pemakaian tegangan. Regangan adalah suatu besaran
BAB II LANDASAN TEORI
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR KELOMPOK 37 | 30
yang tidak memiliki dimensi karena rumusnya yaitu
meter per meter.
Definisi regangan berdasarkan rumusnya
adalah perubahan panjang βL dibagi dengan panjang
awal benda L . Secara matematis dapat ditulis:
π =βπ
ππ
e = regangan
βπ = Selisih perpanjangan
ππ = panjang awal
Bahan-bahan logam biasanya diklasifikasikan
sebagai bahan liat (ductile) atau bahan rapuh (brittle).
Bahan liat mempunyai gaya regangan (tensile strain)
relatif besar sampai dengan titik kerusakan seperti
baja atau aluminium. Sedangkan bahan rapuh
mempunyai gaya regangan yang relatif kecil sampai
dengan titik yang sama. Batas regangan 0,05 sering
dipakai untuk garis pemisah diantara kedua kelas
bahan ini.
Modulus elatisitas suatu benda dapat dihitung
melalui pemberian beban sebagai tegangan yang
diberikan pada benda tersebut dan mengamati
penunjukan oleh garis rambut sebagai regangannya.
BAB II LANDASAN TEORI
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR KELOMPOK 37 | 31
Besar pelenturan (f) ditentukan melalui persamaan
matematis sebagai berikut:
π =π΅πΏ3
4πΈπβ3
Dari rumus pelenturan diatas dapat ditentukan
persamaan matematis Modulus Elastisitasnya:
πΈ =π΅πΏ3
4ππβ3
Keterangan:
E = Modulus elastisitas
B = berat beban (dyne)
L = Panjang batang antara dua tumpuan (cm)
f = pelenturan (cm)
b = lebar batang (cm)
h = tebal batang (cm)
Hubungan antara tegangan dan regangan erat
kaitannya dalam teori elastisistas. Apabila hubungan
antara tegangan dan regangan dilukiskan dalam
bentuk grafik, dapat diketahui bahwa diagram
tegangan-regangan berbeda-beda bentuknya menurut
jenis bahannnya. Hal ini membuktikan bahwa
keelastisitasan benda dipengaruhi bahan dari
BAB II LANDASAN TEORI
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR KELOMPOK 37 | 32
bendanya. Dapat kita ambil contoh grafik
keelastisitasan suatu logam kenyal.
Gambar 2.7. Kurva modulus elastisitas
https://nurfauziawati.files.wordpress.com/2012/01/modu
l-4-modulus-elastisitas2.pdf
Pada bagian awal kurva, tegangan dan regangan
bersifat proporsional sampai titik a tercapai.
Hubungan proporsional antara tegangan dan regangan
dalam daerah ini sesuai dengan Hukum Hooke.
Dikutip dari buku Fisika untuk SMA Kelas XI
(Marthen Kanginan :2004), hukum Hooke dinamakan
sesuai dengan nama pencetusnya yaitu Robert Hooke,
seorang arsitek yang ditugaskan untuk membangun
kembali gedung-gedung di London yang mengalami
kebakaran pada tahun 1666.
Beliau menyatakan bahwa βJika gaya tarik
tidak melampaui batas elastisitas pegas, maka
BAB II LANDASAN TEORI
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR KELOMPOK 37 | 33
pertambahan panjang pegas berbanding lurus
(sebanding) dengan gaya tariknya.βPernyataan
tersebut di atas dikenal dengan nama hukum Hooke,
dan dapat ditulis melalui persamaan:
πΉ = π Γ βπ₯
2.4. Bandul Sederhana dan Resonansi Bandul
Percobaan dengan bandul ini tidak terlepas dari
getaran, Dimana pengertian getaran itu sendiri adalah
gerak bolak balik secara periode melalui titik
kesetimbangan.
Secara umum resonansi merupakan peristiwa
ikut bergetarnya benda disekitarnya karena adanya
benda lain yang bergetar.
Contoh umum resonansi adalah kalau kita
mendorong sebuah ayunan. Ayunan ialah bandul yang
mempunyai hanya satu frekuensi alam yang
bergantung pada panjangnya. Jika pada ayunan tadi
secara berkala (periodik) dilakukan dorongan yang
frekuensinya sama dengan frekuensi ayunan, maka
geraknya dapat dibuat besar sekali. Jika frekuensi
BAB II LANDASAN TEORI
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR KELOMPOK 37 | 34
dorongan tidak sama dengan frekuensi alam ayunan,
atau bila dorongan dilakukan dalam selang-selang
waktu yang tidak teratur maka ayunan itu tidak dapat
disebut melakukan getaran (Sears dan Zemansky,
1962).
Resonansi dapat didefinisikan sebagai keadaan
tertentu yang terjadi pada suatu benda, ketika
kepadanya dating stimulus (pengaruh dari luar)
berupa gaya periodic yang frekuensinya sama dengan
frekuensi alamiah benda dapat bergetar itu. Akibat
keadaan resonansi benda bergetar dengan amplitude
terbesar yang mungkin dapat ditimbulkan oleh gaya
periodic itu.
Resonansi disebut juga ikut bergetarnya sebuah
benda karena memiliki persamaan
frekuensi. Frekuensi sendiri adalah gerakan bolak-
balik, seperti halnya ayunan, berayun kesana kemari.
Gerakan satu kali bolak balik itu disebut frekuensi.
Artinya jika ada dua atau lebih benda yang jika
bergetar memiliki frekuensi yang sama, maka jika
salah satunya bergetar (dan lainnya sedangdiam)
BAB II LANDASAN TEORI
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR KELOMPOK 37 | 35
maka yang terjadi adalah benda yang lainnya akan
turut bergetar juga. βtenagaβ yang menggetarkannya
adalah karena gejala resonansi itu tadi.
Sesungguhnya frekuensi yang berbeda pun
dapat terjadi resonansi, asalkan perbedaan frekuensi
itu kecil. Akan tetapi resonansi yang terjadi tidak
sebaik kalau frekuensinya sama. Jika frekuensinya
sama, maka gerak atau arah getaran akan sama pula.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kondisi
terjadinya resonansi ialah jika frekuensi sama atau
hampir sama.
Pada peristiwa resonansi seperti ini benda yang
ikut bergetar tersebut disebut frekuensi alamiahnya.
Frekuensi alami sebuah osilator didefinisikan
sebagai frekuensi osilator tersebut ketika tak ada gaya
paksa atau gaya redaman. (Frekuensi sudut alami
pegas, misalnya, ialah Ο0 = . Jika frekuensi paksa
sama (atau hampir sama)dengan frekuensi alami
system, system akan berosilasi dengan suatu
amplitude yang jauh lebih besar daripada amplitude
gaya paksa. Bila frekuensi paksa sama dengan
BAB II LANDASAN TEORI
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR KELOMPOK 37 | 36
frekuensi alami osilator tersebut, energi yang diserap
oleh osilator bernilai maksimum. Maka frekuensi
alami disebut frekuensi resonansi system .
Berayunnya bandul karna bandul lainnya
tergantung pada panjang tali dan bukan massanya.
Frekuensi getaran bandul hanya bergantung
pada panjang talinya dan tidak bergantung pada berat
massanya maupun amplitudo. Bandul yang memiliki
panjang tali yang sama akan memiliki frekuensi yang
sama pula. Prinsip ini digunakan pada konstruksi
jembatan, gedung dan loudspeaker.
2.5. Gelombang Berdiri Pada Pegas Heliks
Gelombang adalah getaran yang merambat pada
suatu medium atau tanpa medium dengan tidak
disertai perambatan bagian-bagian medium itu
sendiri.
Gelombang longitudinal adalah gelombang
yang arah getarannya sejajar dengan arah rambat
gelombang. Serangkaian rapatan dan regangan
merambat sepanjang pegas. Rapatan merupakan
daerah di mana kumparan pegas saling mendekat,
BAB II LANDASAN TEORI
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR KELOMPOK 37 | 37
sedangkan regangan merupakan daerah di mana
kumparan pegas saling menjahui. Gelombang
longitudinal terdiri dari pola rapatan dan regangan.
Panjang gelombang adalah jarak antara rapatan yang
berurutan atau regangan yang berurutan. Yang
dimaksudkan di sini adalah jarak dari dua titik yang
sama dan berurutan pada rapatan atau regangan.
Gelombang yang terjadi berupa rapatan dan
renggangan. Contoh gelombang longitudinal seperti
slingki/pegas yang ditarik ke samping lalu dilepas.
Gambar 2.8. Pegas Heliks
http://yonorio601.blogspot.com/2013/06/dasar-teori-pesawat-
atwood.html
Jika ada gelombang yang memiliki arah getaran
tegak lurus dengan arah rambatannya, apakah ada
gelombang yang memiliki arah getaran searah dengan
arah gelombangnya, jawabannya adalah ada.
Gelombang yang dimaksud adalah gelombang
longitudinal.
BAB II LANDASAN TEORI
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR KELOMPOK 37 | 38
Untuk mengetahui lebih jelas skema dari
gelombang longitudinal, mari kita perhatikan gambar
dibawah ini:
Gambar 2.9. Skema Pegas Heliks
http://yonorio601.blogspot.com/2013/06/dasar-teori-pesawat-
atwood.html
Gambar diatas adalah sebuah pegas yang
digetarkan di ujungnya. Jika kita perhatikan gambar
diatas kita dapat melihat bahwa arah getarannya
searah dengan arah gelombangnya, maka disebut
gelombang longitudinal. Serangkaian rapatan dan
regangan merambat sepanjang pegas. Rapatan
merupakan daerah di mana kumparan pegas saling
mendekat, gelombang longitudinal terdiri dari pola
rapatan dan regangan. Panjang gelombang adalah
jarak antara rapatan yang berurutan atau regangan
yang berurutan. Yang dimaksudkan di sini adalah
jarak dari dua titik yang sama dan berurutan pada
BAB II LANDASAN TEORI
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR KELOMPOK 37 | 39
rapatan atau regangan (lihat contoh pada gambar di
atas).
Banyak sekali contoh gelombang longitudinal
yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu
contohnya adalah gelombang suara di udara. Udara
sebagai medium perambatan gelombang suara,
merapat dan meregang sepanjang arah rambat
gelombang udara. Berbeda dengan gelombang air
atau gelombang tali, gelombang suara tidak bisa kita
lihat menggunakan mata. Jika seseorang suka
mendengarkan musik, biasanya dia memutarnya
dengan volume yang keras. Jika anda memiliki waktu
coba perhatikan sebuah loudspeaker. Perhatikan
gerakan loudspeaker tersebut, pasti bergerak maju
mundur. Hal itu akan menghasilkan getaran, dan
getaran itulah yang akan menghasilkan rapatan dan
regangan pada udara sehingga timbul gelombang
suara. Sekarang kita telah mengetahui mengapa
sumber bunyi harus bergetar, karena dengan getaran
udara akan membentuk gelombang longitudinal yang
akan menimbulkan gelombang suara.
BAB II LANDASAN TEORI
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR KELOMPOK 37 | 40
2.6. Hambatan Listrik
Hukum Ohm adalah hukum yang mengatakan
bahwa apabila arus listrik mengalir ke dalam sebuah
penghantar, intensitas arusnya sama dengan tegangan
yang mendorongnya dibagi dengan tahanan
penghantar. Hukum Ohm digunakan untuk melihat
besarnya arus (I), tegangan (V) dan hambatan (R).
Rumus: V = I . R
Besarnya kuat arus (I) yang melalui konduktor
antara dua titik berbanding lurus dengan beda
potensial atau tegangan (V) di dua titik tersebut, dan
berbanding terbalik dengan hambatan atau resistansi
(R) di antara mereka.
Arus adalah elektron yang mengalir dari satu
atom ke atom lainnya melalui penghantar dan diukur
dalam ampere. Satu ampere adalah aliran arus listrik
dari 6,28 x 10 pangkat 28 elektron / detik pada sebuah
penghantar. Jadi, arus adalah jangkauan aliran listrik
yang diukur dalam ampere atau elektron / detik.
Arus dapat digolongkan atas dua macam, yaitu
arus searah (DC) dan arus bolak-balik (AC).
a. Arus Searah (DC)
BAB II LANDASAN TEORI
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR KELOMPOK 37 | 41
Arus searah (DC) yaitu arus yang mengalir
ke satu arah saja dengan harga konstanta. Salah
satu sumber arus searah adalah batere. Di samping
itu arus searah dapat diperoleh dengan
menggunakan komponen elektronik yang disebut
Dioda pada pembangkit listrik arus bolak-balik
(AC).
b. Arus Bolak-balik (AC)
Arus bolak-balik (AC) adalah arus yang
mengalir dengan arah bolak-balik. Arus ini bisa
juga disebut arus tukar sebab polaritasnya selalu
bertukar-tukar. Juga dapat disebut dengan arus
AC sebagai istilah singkatan asing (Inggris) yaitu
Alternating Current. Sumber arus listrik bolak-
balik adalah pembangkit tegangan tinggi seperti
PLN (Perusahaan Listrik Negara) dan generator.
Tegangan adalah suatu tekanan yang
menyebabkan terjadinya aliran arus listrik pada
sebuah penghantar. Biasanya tegangan tergantung
pada ujung-ujung kawat penghantar. Apabila ujung-
ujung penghantar tersebut dihubungkan dengan batere
atau generator, maka akan terjadi tegangan. Jadi,
BAB II LANDASAN TEORI
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR KELOMPOK 37 | 42
tegangan adalah daya potensial yang tetap ada
walaupun tidak ada arus.
Walaupun tidak ada hubungan terhadap peralatan
lain tegangan tetap ada. Tegangan tetap ada walaupun
tanpa arus, tetapi arus tidak akan ada tanpa ada
tekanan dari tegangan-tegangan yang dihasilkan
diantara dua titik ketika muatan positif ada pada satu
terminal dan muatan negatif ada pada terminal
lainnya. Bila muatan bertambah banyak pada terminal
ujung-ujung penghantar, maka tegangan akan
bertambah besar.
Rangkaian Hambatan Listrik Secara umum
rangkaian hambatan dikelompokkan menjadi
rangkaian hambatan seri, hambatan paralel, maupun
gabungan keduanya. Untuk membuat rangkaian
hambatan seri maupun parallel minimal diperlukan
dua hambatan. Adapun, untuk membuat rangkaian
hambatan kombinasi seri-paralel minimal diperlukan
tiga hambatan. Jenis-jenis rangkaian hambatan
tersebut memiliki kelebihan dan kekurangan masing-
masing. Oleh karena itu, jenis rangkaian hambatan
yang dipilih bergantung pada tujuannya.
a. Hambatan seri
BAB II LANDASAN TEORI
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR KELOMPOK 37 | 43
Dua hambatan atau lebih yang disusun secara
berurutan disebut hambatan seri. Hambatan yang
disusun seri akan membentuk rangkaian listrik tak
bercabang. Kuat arus yang mengalir di setiap titik
besarnya sama. Tujuan rangkaian hambatan seri
untuk memperbesar nilai hambatan listrik dan
membagi beda potensial dari sumber tegangan.
Rangkaian hambatan seri dapat diganti dengan
sebuah hambatan yang disebut hambatan
pengganti seri (RS). Tiga buah lampu masing-
masing hambatannya R1, R2, dan R3 disusun seri
dihubungkan dengan baterai yang tegangannya
V menyebabkan arus listrik yang mengalir I.
Tegangan sebesar V dibagikan ke tiga hambatan
masing-masing V1, V2,dan V3, sehingga berlaku:
V = V1 + V2 + V3
Gambar 2.10. Hambatan Listrik
http://yonorio601.blogspot.com/2013/06/dasar-teori-hambatan-
listrik.html
BAB II LANDASAN TEORI
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR KELOMPOK 37 | 44
Tiga buah lampu masing-masing
hambatannya R1, R2, dan R3 disusun seri.
Berdasarkan Hukum I Kirchoff pada rangkaian seri
(tak bercabang) berlaku:
I = I1 = I2 = I3
Berdasarkan Hukum Ohm, maka beda
potensial listrik pada setiap lampu yang
hambatannya R1, R2, dan R3dirumuskan :
V1 = I x R1 atau VAB = I x RAB
V2 = I x R2 atau VBC = I x RBC
V3 = I x R3 atau VCD = I x RCD
Beda potensial antara ujung-ujung AD
berlaku:
VAD = VAB + VBC + VCD
I x RS = I x RAB + I x RBC + I x RCD
I x RS = I x R1 + I x R2 + I x R3
Jika kedua ruas dibagi dengan I, diperoleh
rumus hambatan pengganti seri (RS):
RS = R1 + R2 + R3
b. Hambatan Paralel
Dua hambatan atau lebih yang disusun secara
berdampingan disebut hambatan paralel.
BAB II LANDASAN TEORI
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR KELOMPOK 37 | 45
Hambatan yang disusun paralel akan membentuk
rangkaian listrik bercabang dan memiliki lebih dari
satu jalur arus listrik. Susunan hambatan paralel
dapat diganti dengan sebuah hambatan yang
disebut hambatan pengganti paralel (RP).
Rangkaian hambatan paralel berfungsi untuk
membagi arus listrik. Tiga buah lampu masing
masing hambatannya R1, R2, dan R3 disusun paralel
dihubungkan dengan baterai yang
tegangannya V menyebabkan arus listrik yang
mengalir I.
Besar kuat arus I1, I2, dan I3 yang mengalir
pada masingmasing lampu yang hambatannya
masing-masing R1, R2, danR3 sesuai Hukum
Ohm dirumuskan:
Ujung-ujung hambatan R1, R2, R3 dan baterai
masing masing bertemu pada satu titik
percabangan. Besar beda potensial (tegangan)
seluruhnya sama, sehingga berlaku:
Besar kuat arus I dihitung dengan rumus:
BAB II LANDASAN TEORI
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR KELOMPOK 37 | 46
Kuat arus sebesar I dibagikan ke tiga
hambatan masingmasing I1, I2, dan I3. Sesuai
Hukum I Kirchoff pada rangkaian parallel berlaku:
Jika kedua ruas dibagi dengan V, diperoleh
rumus hambatan pengganti paralel:
2.7. Elektromagnet
Elektromagnet adalah istilah yang digunakan
dalam listrik untuk menciptakan medan magnet.
Elektromagnet adalah bagian penting baik dalam
motor listrik dan generator listrik. Kekuatan dari
medan magnet yang diciptakan oleh elektromagnet
dapat bervariasi dari cukup lemah sampai sangat kuat.
Sejumlah faktor, termasuk metode konstruksi dan
kekuatan arus listrik, mempengaruhi kekuatan
elektromagnet.
BAB II LANDASAN TEORI
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR KELOMPOK 37 | 47
Dasar elektromagnet Konsep dasar
elektromagnet didasarkan pada fakta bahwa arus
listrik yang mengalir melalui kawat menciptakan
medan magnet yang lemah. Medan magnet di sekitar
kawat lurus membentuk lingkaran konsentris
magnetisme. Karena menciptakan medan magnet
yang lemah, kawat lurus dapat dianggap sebagai
bentuk paling dasar dari elektromagnet.
Meningkatkan Tarikan magnetik, Cara yang
paling dasar untuk meningkatkan magnet yang
diciptakan oleh arus yang berjalan melalui kabel ini
adalah dengan membungkus kabel di sekitar inti besi,
seperti paku. Dengan melingkar kawat, medan
magnet transfer ke inti besi besi lempeng paku,
menyebabkan ia menjadi magnet kuat. Hal ini
menjadi lebih kuat karena setiap kumparan kawat
menambahkan tarik magnetik ke inti besi.
Kekuatan arus Peningkatan arus juga
meningkatkan tarikan elektromagnet. Namun, karena
beberapa arus dikonversi menjadi panas pada kabel,
terlalu banyak arus dapat menyebabkan kumparan
menjadi panas dan berbahaya. Hati-hati ketika
BAB II LANDASAN TEORI
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR KELOMPOK 37 | 48
meningkatkan tarikan magnetik melalui peningkatan
arus ini.
Bagaimana Medan dibentuk, Listrik adalah
aliran elektron yang mengalir. Elektron memiliki
muatan listrik negatif. Saat partikel negatif ini
bergerak, mereka menghasilkan medan magnet.
Dalam kasus di mana terjadi peningkatan kekuatan
arus, akan meningkatkan jumlah elektron yang
mengalir melalui panjang kawat tertentu.
Bagaimana Kerja elektromagnet dasar
Elektromagnet adalah jenis magnet yang bekerja
dengan memiliki arus listrik yang lolos melalui
serangkaian kawat. Kabel biasanya melingkar erat
dan sering melilit inti yang terbuat dari besi untuk
meningkatkan efek magnetik. Alat ini digunakan
untuk mekanisme dimana hal ini penting untuk dapat
mengubah arus magnetik dan mematikan dengan flip
sebuah saklar yang pada gilirannya, menutup arus
listrik yang menciptakan medan magnet.
a. Medan magnet pada kawat lurus
Untuk menentukan arah medan magnet (B)
gunakan kaidah tangan kanan seperti pada
gambar berikut!
BAB II LANDASAN TEORI
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR KELOMPOK 37 | 49
Ibu jari menunjukkan arah arus (i)
Keempat jari lain menunjukkan arah medan
magnet (B)
Untuk menentukan Nilai Induksi magnet
disekitar kawat lurus panjang berarus listrik dapat
digunakan persamaan berikut:
π΅ =ππ. π
2ππ
Gambar 2.11. Kawat lurus
carafisika.blogspot.com
b. Medan magnet pada kawat melingkar
Sebuah kawat melingkar kemudian dialiri
arus listrik, maka pada sumbu kawat melingkar
terdapat medan magnet yang arahnya seperti
gambar . Arah medan magnet ditunjukkan oleh
tanda panah (Bp).
BAB II LANDASAN TEORI
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR KELOMPOK 37 | 50
Besar induksi magnet disekitar kawat
melingkar (lhat gambar):
pusat kawat melingkar (titik 0):
π΅ =ππ. π
π2π
sejauh x dari pusat kawat melingkar(titik P):
π΅ =ππ. π
π2ππ ππ3π
Gambar 2.12. Kawat melingkar
rumushitung.com-2015
c. Medan magnet pada solenoida
Solenoida didefinisikan sebagai sebuah
kumparan dari kawat yang diameternya sangat kecil
dibanding panjangnya. Apabila dialiri arus listrik,
kumparan ini akan menjadi magnet listrik. Medan
solenoida tersebut merupakan jumlah vektor dari
BAB II LANDASAN TEORI
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR KELOMPOK 37 | 51
medan-medan yang ditimbulkan oleh semua lilitan
yang membentuk solenoida tersebut.
Gambar 2.13 Solenoida
rumushitung.com
2.8. Kalorimeter
Kalorimeter adalah alat yang digunakan untuk
menentukan energi yang menumpuk dengan cara
mengukur perubahan suhu yang terjadi atau
perubahan efek termal lainnya. Sebuah kalorimeter
adalah alat yang dipakai untuk percobaan yang
berhubungan dengan kalor. Kalorimeter didesain
sedemikian sehingga perpidahan kalor ke
lingkungannya terjadi seminimum mungkin.
BAB II LANDASAN TEORI
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR KELOMPOK 37 | 52
Gambar 2.14 Kalorimeter
Id.wikipedia.org/2013/kalorimeter
Pada dasarnya sebuah kalorimeter terdiri dari dua
bejana yang terpisahkan oleh suatu ruang udara.
Bejana disebelah dalam terbuat dari aluminium
mengkilat untuk mengurangi penyerapan kalor oleh
dinding bejana. Tutup bejana terbuat dari kayu yang
merupakan penghantar yang buruk agar tidak banyak
panas yang hilang. Kalorimeter dapat digunakan
untuk mengukur kalor jenis suatu zat.
Ketika 2 benda yang memiliki perbedaan suhu
saling bersentuhan, kalor akan mengalir dari benda
yang bersuhu tinggi menuju benda yang bersuhu
rendah. Ingat ya, kalor adalah energi yang berpindah.
Apabila bendaβbenda yang bersentuhan berada dalam
sistem yang tertutup, maka energi akan berpindah
seluruhnya dari benda yang memiliki suhu tinggi
BAB II LANDASAN TEORI
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR KELOMPOK 37 | 53
menuju benda yang bersuhu rendah. Sebaliknya
apabila benda yang bersentuhan tidak berada dalam
sistem tertutup, maka tidak semua energi dari benda
bersuhu tinggi berpindah menuju benda yang bersuhu
rendah. Menurut azas black, jumlah kalor yang
dilepaskan oleh benda yang bersuhu lebih tinggi
kepada benda yang bersuhu lebi rendah sama dengan
jumlah kalor yang diserap oleh benda yang bersuhu
yang lebih tinggi tersebut.
Misalnya kita mencampur air panas (suhu tinggi)
dengan air dingin (suhu rendah). Apabila air panas
dan air dingin dicampur dalam sebuah wadah terbuka
(misalnya ember), maka tidak semua energi air panas
berpindah menuju air dingin. Demikian juga air
dingin tidak menerima semua energi yang
disumbangkan oleh air panas. Sebagian energi air
panas pasti berpindah ke udara. Jika kita ingin agar
semua energi air panas dipindahkan ke air dingin
maka kita harus mencampur air panas dan air dingin
dalam sistem tertutup. Sistem tertutup yang
dimaksudkan di sini adalah suatu sistem yang tidak
memungkinkan adanya pertukaran energi dengan
lingkungan. Contoh sistem tertutup adalah termos air
BAB II LANDASAN TEORI
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR KELOMPOK 37 | 54
panas. Dinding bagian dalam dari termos air panas
biasanya terbuat dari bahan isolator (untuk kasus ini,
isolator = bahan yang tidak menghantarkan panas.
Temannya isolator tuh konduktor. Konduktor = bahan
yang menghantarkan panas). Apabila bendaβbenda
yang memiliki perbedaan suhu saling bersentuhan dan
bendaβbenda tersebut berada dalam sistem tertutup,
maka ketika mencapai suhu yang sama, energi yang
diterima oleh benda yang memiliki suhu yang lebih
rendah = energi yang dilepaskan oleh benda yang
bersuhu tinggi. Karena energi yang berpindah akibat
adanya perbedaan suhu = kalor, maka kita bisa
mengatakan bahwa dalam sistem tertutup, kalor yang
dilepaskan = kalor yang diterima. secara matematis
bisa ditulis sebagai berikut :
Qi = Qm
dengan
Qi : jumlah kalor yang dilepas oleh benda
yang bersuhu lebih tinggi.
Qm : jumlah kalor yang dilepas oleh benda
yang bersuhu lebih rendah.
BAB II LANDASAN TEORI
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR KELOMPOK 37 | 55
Bila kalor yang dilepas atau yang diterima oleh
sebuah benda hanya menyebabkan perubahan suhu
benda tersebut, maka jumlah kalor tersebut adalah:
Q : kalor yang diserap atau dilepaskan (J)
m : massa zat (gram)
ΞT : perubahan suhu (0C)
C : kalor jenis zat (kalori/gram. 0C)
BAB III ALAT, BAHAN, DAN TATA CARA
PRAKTIKUM
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR KELOMPOK 37 | 56
BAB III
ALAT, BAHAN, DAN
TATA CARA PRAKTIKUM
3.1 Pengukuran Dasar
3.1.1 Alat dan Bahan
a) Alat
Jangka sorong
Micrometer teknis
Neraca teknis
b) Bahan
Balok besi
Balok tembaga
Balok kuningan
3.1.2 Tata Cara Praktikum
a) Jangka Sorong
Benda yang akan diukur dijepit pada
rahang a-b, rahang a-b untuk mengukur
bagian luar dari benda dan rahang c-d
untuk mengukur diameter dalam
spesimen.
Jepit benda pada rahang lalu kunci dengan
lingkaran yang ada pada jangka sorong
BAB III ALAT, BAHAN, DAN TATA CARA
PRAKTIKUM
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR KELOMPOK 37 | 57
agar benda rapat dan tidak geser dengan
jangka sorong.
Lihat skala utama dan skala nonius itu
yang menunjukkan hasil pengukuran.
Catat hasil pengukuran yang telah
dihitung.
b) Mikrometer Sekrup
Putarkan roda bagian pemutar kasar untuk
memperpanjang jarak A-B.
Kemudian masukkan benda yang akan
diukur diantara A dan B.
Putarkan roda pemutar kasar sehingga
benda terjepit.
Jika belum terlalu rapat setelah pemutaran
kasar, kemudian putarkan roda pemutar
halus.
Jika sudah pas, kunci dengan penguat.
Hitung dan catat hasil pengukuran.
c) Neraca Teknis
Datarkan atau seimbangkan terlebih
dahulu neraca yang akan dipakai karena
neraca teknis harus seimbang, dengan
BAB III ALAT, BAHAN, DAN TATA CARA
PRAKTIKUM
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR KELOMPOK 37 | 58
cara menyeimbangkan jarum yang
menggantung sampai ketitik tengah. Hal
itu menunjukkan neraca sudah seimbang.
Timbanglah beban yang akan diukur yang
ditempatkan disalah satu lengan neraca
tersebut.
Untuk mengukurnya dapat menyimpan
beban bernilai pada lengan yang lainnya
untuk mengetahui berat beban yang
diukur.
Hitung beban yang bernilai untuk
mengetahui beban yang diukur.
Catat hasil penimbangannya.
3.2 Pesawat Atwood Modern dan Konvensional
3.2.1 Alat dan Bahan
a) Alat
Tiang berskala
Dua beban dengan tali
Katrol
Penjepit beban
Meja akhir
BAB III ALAT, BAHAN, DAN TATA CARA
PRAKTIKUM
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR KELOMPOK 37 | 59
Stopwatch
b) Bahan
Beban tambahan 50 gram 4 buah
Beban tambahan 20 gram 3 buah
3.2.2 Tata Cara Praktikum
a) Pesawat Atwood Konvesional
Gerak Lurus Beraturan(GLB)
Siapkan pesawat atwood yang terdiri
dari tiang berskala, dua buah beban
dengan tali, dua buah beban,
penyangkut beban, meja akhir, dan
stopwatch.
Setelah itu pasang tali katrol,
penyangkut beban dan meja akhir
sesuai dengan jarak yang ditentukan.
Kemudian tambahkan beban
penambah, setelah itu akan meluncur
keatas dan beban kedua akan meluncur
kebawah melewati penahan beban.
Kemudian hitung waktu peluncuran
dengan menggunakan stopwatch
BAB III ALAT, BAHAN, DAN TATA CARA
PRAKTIKUM
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR KELOMPOK 37 | 60
hingga beban mencapai atau mengenai
beban akhir.
Setelah itu catat waktu peluncuran
tersebut untuk menentukan gerak lurus
beraturan (GLB) sehingga akan
didapatkan nilai dari suatu kecepatan
(V).
Gerak Lurus Berubah Beraturan (GLBB)
Aturlah kembali seperti pada
percobaan gerak lurus beraturan.
Catatlah kedudukan A dan B dengan
jarak yang sama seperti pada
percobaan jarak lurus beraturan.
Bila beban m1 dilepas maka m2 dan m3
akan melakukan gerak lurus berubah
beraturan antara A dan B. catatlah
selalu jarak AB dan waktu yang
diperlukan.
Ulangi percobaan diatas dengan
mengubah beban m3.
BAB III ALAT, BAHAN, DAN TATA CARA
PRAKTIKUM
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR KELOMPOK 37 | 61
b) Pesawat Atwood Modern
Gerak lurus beraturan (GLB)
Siapkan tali yang sudah terikat beban
yang sama dikedua ujungnya.
Jept beban satu dengan penjepit.
Pasang dan atur jarak meja akhir
dengan titik wal katrol serta kedua
sensor pencatat waktu.
Tambahkan beban tambahan pada
beban dua.
Siapkan alat perhitungan waktu pada
angka awal.
Lepas beban satu dengan menekan
tombol pelepas jepitan.
Catat waktu yang terhitung oleh
sensor.
Hitung kecepatan benda.
Lakukan percobaan lainnya dengan
variasi jarak meja akhir.
Gerak lurus berubah beraturan (GLBB)
Siapkan tali yag sudah terikat beban
yang sama dikedua ujungnya.
BAB III ALAT, BAHAN, DAN TATA CARA
PRAKTIKUM
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR KELOMPOK 37 | 62
Jepit beban satu dengan penjepit.
Pasang dan atur jarak penghubung
beserta sensornya.
Pasang dan atur jarak meja akhir
dengan penghalang beban secara
berbeda pada setiap percobaan.
Tambahkan beban tambahan pada
beban dua secara berbeda pada setip
percobaan.
Siapkan alat pecata waktu hingga
menunjukan angka nol.
Lepaskan beban satu dari penjepit.
Catat waktu yang tertera pada ala
pencatat waktu.
Catat percobaan dengan menghitung
percepatan dan kecepatan benda.
Lakukan percobaan lain dengan variasi
jarak berbeda.
BAB III ALAT, BAHAN, DAN TATA CARA
PRAKTIKUM
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR KELOMPOK 37 | 63
3.3 Modulus Elastisitas
3.3.1 Alat dan Bahan
a) Alat
Satu set modulus elastisitas yang terdiri
dari
Meja M
Tumpuan T
Kait dengan tumpuan K
Beban
Skala dengan cermin S
Garis rambut G
Meteran panjang dan jangka sorong
b) Bahan
1 batang kayu kecil
1 batang kayu sedang
1 batang kayu besar
3.3.2 Tata Cara Praktikum
a) Menentukan pelenturan kayu
Siapkan 3 batang kayu (kecil, sedang, dan
besar), satu set modulus elastisitas
(jangka sorong, skala cermin, beban B,
kait dengan tumpuan K, meja M, tumpuan
BAB III ALAT, BAHAN, DAN TATA CARA
PRAKTIKUM
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR KELOMPOK 37 | 64
T, garis rambut G, dan meteran) lalu ukur
ketiga batang kayu tersebut dengan
meteran untuk mencari panjang, lebar,
dan tinggi atau tebalnya sebanyak lima
kali pengukuran sampai batas
ketelitiannya tercapai.
Setelah itu siapkan satu set modulus
elastisitas dan siapkan beban 12 kg
sebanyak 8 buah secara bertahap.
Kemudian batang kayu pertama
(misalkan kecil) yang telah diukur tadi
diberi beban Β½ kg hingga mencapai 4 kg.
amati percobaan tersebut dan lihat
perubahan yang terjadi yaitu terjadi
besarnya nilai lenturan setelah dilakukan
penambahan beban.
Setelah itu catat hasil percobaan tersebut.
Lakukan pengukuran yang sama untuk
batang kayu selanjutnya (misalkan yang
sedang dan besar).
BAB III ALAT, BAHAN, DAN TATA CARA
PRAKTIKUM
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR KELOMPOK 37 | 65
3.4 Bandul Sederhana dan Resonansi Bandul
3.4.1 Alat dan Bahan
a) Alat
Dasar statif
Kaki statif
Batang statif
Bosshead, bulat
Bosshead, universal
Kertas grafik mm
Tali nilon
Pasak penumpu
Jam henti atau stopwatch digital
b) Bahan
Bola bandul
3.4.2 Tata Cara Praktikum
a) Bandul Sederhana
Siapkan alat dan bahan.
Beri simpangan pada bandul kira-kira 3
cm dari titik keseimbangan.
Lepaskan bandul. Ketika sudah siap,
jalankan jam henti atau stopwatch pada
BAB III ALAT, BAHAN, DAN TATA CARA
PRAKTIKUM
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR KELOMPOK 37 | 66
saat bola pejal melewati titik nol kearah
tertentu.
Baca waktu T yang tertera pada stopwatch
dan catat hasil percobaan.
Hitunglah periode T berdasarkan rumusan
T = 120t, dan catat nilai yang didapat
kedalam table pengamatan.
Ulangi langkah dari poin pertama sampai
poin kelima dengan menggunakan
panjang tali (bandul yang berbeda).
Gunakan panjang bandul dengan beban
yang sesuai dengan perintah.
Isi table dengan nilai yang didapatkan
pada percobaan dan dengan nilai-nilai
hasil menghitung.
Buatlah grafik yang menghubungkan
antara T2 dan l.
Dari hasil grafik tersebut berikan
penilaian tentang kesahihan hubungan
antara T2 dan l seperti yang diramalkan
atau diprediksikan pada informasi
tambahan diteori dasar.
BAB III ALAT, BAHAN, DAN TATA CARA
PRAKTIKUM
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR KELOMPOK 37 | 67
Salin data untuk bandul dengan bola 35
gram dan panjang 60cm kedalam sel-sel
yang sesuai.
Ganti bola 35 gram dengan 70 gram
sebagai pendulum. Panjang bandul dibuat
60 cm.
Ulangi langkah percobaan di poin
pertama sampai lima dan hasil percobaan.
b) Resonansi Bandul Sederhana
Beri simpangan pada bandul kira-kiira
3cm dari titik keseimbangan
Lepaskan bandul, ketika anda sudah
dalam keadaan siap, jalankan stopwatch
pada saat bola pejal melewati titik nol
kearah tertentu
Baca waktu yang tertera pada stopwatch
dan catat pada table pengamatan
Tentukan periode T0 menggunakan
rumus: T0 = t/20 dan frekuensi f0 = 1/T0 .
catat hasilnya pada table pengamatan
Lepaskan bandul dari titik tumpunya.
Pegang ujung tali bandul pada panjang
BAB III ALAT, BAHAN, DAN TATA CARA
PRAKTIKUM
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR KELOMPOK 37 | 68
50cm dengan jari tangan (panjang bandul
tidak diubah)
Ayunkan tangan perlahan-lahan kekiri
dan kekanan dengan amplitude kira-kira
2cm β 5cm
Naikkan frekuensi dengan amplitude
lebih kurang tetap sampai ditemukan
frekuensi maksimum
Tentukan frekuensi dan amplitude bandul
dengan cara yang sama pada langkah poin
ke empat. Namakan frekuensi periode
tersebut ff dan Tf. catat hasil yang didapat
pada table
Ulangi langkah percobaan poin pertama
sampai poin kedelapan untuk panjang
bandul 25cm. catat hasil yang didapat
pada ruang yang tersisa didalam table
BAB III ALAT, BAHAN, DAN TATA CARA
PRAKTIKUM
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR KELOMPOK 37 | 69
3.5 Gelombang Berdiri pada Pegas Heliks
3.5.1 Alat dan Bahan
a) Alat
Penggaris
Batang statfi
Pasak penumpu
Bosshead universal
Stopwatch digital
b) Bahan
Beban
2 batang pegas
3.5.2 Tata Cara Praktikum
a) Pegas Heliks pada Statif
Pertama siapkan alat-alatnya seperti
batang statif, pasak penumpu, dan
bosshead universal.
Letakkan pegas di bosshead universal.
Beri beban dibagian bawah pegas dengan
beban tertentu kemudian beri simpangan
kurang lebih 3cm dan hitung sampai
20kali ayunan dan htung waktunya
dengan menggunakan stopwatch.
BAB III ALAT, BAHAN, DAN TATA CARA
PRAKTIKUM
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR KELOMPOK 37 | 70
Lakukan yang sama pada beban yang
berbeda.
Ganti pegas dengan K lain dan lakukan
hal yang sama seperti pada pegas pertama.
b) Pegas Heliks pada Tangan
Ambil pegas.
Beri beban dibagian bawah pegas dengan
beban tertentu kemudian beri simpangan
kurang lebih 3cm dan hitung sampai 20
kali ayunan dan htung waktunya dengan
menggunakan stopwatch.
Lakukan yang sama pada beban yang
berbeda.
Ganti pegas dengan K lain dan lakukan
hal yang sama seperti pada pegas pertama.
3.6 Hambatan Listrik
3.6.1 Alat dan Bahan
a) Alat
Catu daya
Saklar SPST
Kabel penghubung
Multimeter digital
BAB III ALAT, BAHAN, DAN TATA CARA
PRAKTIKUM
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR KELOMPOK 37 | 71
Kawat konstanta
Kawat tembaga
Baterai
Pemegang baterai
Kotak penghubung
Jepit buaya bersteker
Jepit buaya bersoket
b) Bahan
Resistor 50 Ξ©
Resistor 100 Ξ©
3.6.2 Tata Cara Praktikum
a) Dengan resistor 50 Ξ©
Pilih 2V tegangan keluaran catu daya. Ini
berarti bahwa tegangan keluaran catu
daya mendekati 2V (tidak tepat 2V)
Nyalakan catu daya dan tutup saklar
rangkaian
Baca tegangan resistor dan arus yang
melalui resistor tersebut. Bila tidak ada
tegangan dan atau arus yang ditampilkan
alat ukur, pilih batas ukur tegangan dan
atau arus yang lebih kecil. Bila masih
BAB III ALAT, BAHAN, DAN TATA CARA
PRAKTIKUM
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR KELOMPOK 37 | 72
tetap tidak ada arus dan tegangan, periksa
kembali rangkaiannya. Bila perlu,
konsultasikan pada pembimbing
Catat V dan I pada table
Tutup saklar rangkaian dan matikan catu
daya
Pilih 4V pada tegangan keluaran catu
daya untuk menaikkan tegangan di R
menjadi sekitar 4V
Ulangi langkah-langkah poin 3. Ubah
batas ukur Voltmeter dan Amperemeter
sehingga pembacaannya baik
Matikan kedua buah saklar (saklar
rangkaian dan catu daya)
Ulangi langkah-langkah poin 7 sampai 9
untuk nilai V yang lain yang ada pada catu
daya
Sentuh resistor dengan jari untuk
mengetahui apakah resistor dingin,
hangat, atau panas (gunakan pendapat
untuk memutuskannya)
BAB III ALAT, BAHAN, DAN TATA CARA
PRAKTIKUM
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR KELOMPOK 37 | 73
Perhatikan dengan seksama nilai V dan I
pada table dan lihat apakah dapat
menemukan βpolaβ pada nilai V dan I. apa
yang terjadi pada nilai I bila V dinaikkan,
sama-kah, menurun, atau meningkat
Hitung V/I untuk setiap pasangan V dan I
kemudian catat hasilnya
b) Dengan resistor 100 Ξ©
Pilih 2V tegangan keluaran catu daya. Ini
berarti bahwa tegangan keluaran catu
daya mendekati 2V (tidak tepat 2V)
Nyalakan catu daya dan tutup saklar
rangkaian
Baca tegangan resistor dan arus yang
melalui resistor tersebut. Bila tidak ada
tegangan dan atau arus yang ditampilkan
alat ukur, pilih batas ukur tegangan dan
atau arus yang lebih kecil. Bila masih
tetap tidak ada arus dan tegangan, periksa
kembali rangkaiannya. Bila perlu,
konsultasikan pada pembimbing
Catat V dan I pada table
BAB III ALAT, BAHAN, DAN TATA CARA
PRAKTIKUM
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR KELOMPOK 37 | 74
Tutup saklar rangkaian dan matikan catu
daya
Pilih 4V pada tegangan keluaran catu
daya untuk menaikkan tegangan di R
menjadi sekitar 4V
Ulangi langkah-langkah poin 3. Ubah
batas ukur Voltmeter dan Amperemeter
sehingga pembacaannya baik
Matikan kedua buah saklar (saklar
rangkaian dan catu daya)
Ulangi langkah-langkah poin 7 sampai 9
untuk nilai V yang lain yang ada pada catu
daya
Sentuh resistor dengan jari untuk
mengetahui apakah resistor dingin,
hangat, atau panas (gunakan pendapat
untuk memutuskannya)
Perhatikan dengan seksama nilai V dan I
pada table dan lihat apakah dapat
menemukan βpolaβ pada nilai V dan I. apa
yang terjadi pada nilai I bila V dinaikkan,
sama-kah, menurun, atau meningkat
BAB III ALAT, BAHAN, DAN TATA CARA
PRAKTIKUM
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR KELOMPOK 37 | 75
Hitung V/I untuk setiap pasangan V dan I
kemudian catat hasilnya
3.7 Elektromagnet
3.7.1 Alat dan Bahan
a) Alat
Catu daya
Saklar spst
Kabel penghubung
Penghantar lurus
penghantar melingkar
solenoida
Kompas
b) Bahan
Serbuk besi
Solenoida
3.7.2 Tata Cara Praktikum
a) Disekitar Kawat Lurus:
Letakkan beberapa kompas perajah pada
permukaan penghantar arus. Amati arah
semua kompas.
Nyalakan catu daya dan tutup saklar.
BAB III ALAT, BAHAN, DAN TATA CARA
PRAKTIKUM
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR KELOMPOK 37 | 76
Amati lagi arah jarum kompas.
Angkat kompas, taburkan serbuk besi
secara merata.
Pukul-pukul bagian pinggir alas
penghantar perlahan.
Serbuk besi akan membentuk pola
tertentu yang menunjukan bentuk garis-
garis medan magnet.
Gsmbarkan pola garis-garis medan
magnet.
b) Disekitar Kawat Melingkar:
Letakkan lagi beberapa kompas perajah di
permukaan penghantar melingkar.
Nyalakan catu daya dan tutup saklar.
Amati jarum kompas perajah, taburkan
serbuk besi.
Lalu lanjutkan seperti langkah diatas.
c) Disekitar Solenoida:
Letakkan lagi beberapa kompas perajah di
permukaan penghantar melingkar.
Nyalakan catu daya dan tutup saklar.
BAB III ALAT, BAHAN, DAN TATA CARA
PRAKTIKUM
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR KELOMPOK 37 | 77
Amati jarum kompas perajah, taburkan
serbuk besi.
Lalu lanjutkan seperti langkah diatas.
3.8 Kalorimeter
3.8.1 Alat dan Bahan
a) Alat
Termometer 2 buah (skala 50)
Kalorimeter
Gelas kimia 250 ml
Neraca
Klem universal
Pembakar spiritus
Dasar dan kaki statif
Batang statif 250 dan 500 mm
Batang gelas
Bosshead
Tali nilon
b) Bahan
Spesimen Aluminium (Al)
Spesimen Tembaga (Cu)
BAB III ALAT, BAHAN, DAN TATA CARA
PRAKTIKUM
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR KELOMPOK 37 | 78
Spesimen Besi (Fe)
3.8.2 Tata Cara Praktikum
a) Menentukan Kalor Jenis Besi (Fe):
Timbang balok besi diatas neraca,
kemudian catat hasil berapa massanya.
Timbang kalorimeter dan pengaduk yang
sebelumnya telah diisi air. Catat hasilnya.
Timbang massa kalorimeter tanpa jaket,
isi dengan air lalu dikurangkan dengan
massa calorimeter dan pengaduk kosong
sehingga didapat massa air.
Isi kalorimeter dengan air lalu masukkan
termometer. catat suhu jika tanda merah
telah berhenti.
Untuk suhu air, isi gelas kimia 100 ml,
lalu panaskan, masukkan termometer,
pasang besi dengan tali nilon lalu
masukkan. Tunggu sampai mendidih
yaitu sampai suhu tidak naik, tunggu
5menit lalu aduk.
Setelah itu, amati sampai tanda merah
tidak naik lagi.
BAB III ALAT, BAHAN, DAN TATA CARA
PRAKTIKUM
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR KELOMPOK 37 | 79
b) Menentukan Kalor Jenis Alumunium (Al):
Timbang alumunium diatas neraca,
kemudian catat hasil berapa massanya.
Timbang kalorimeter dan pengaduk yang
sebelumnya telah diisi air. Catat hasilnya.
Timbang massa kalorimeter tanpa jaket,
isi dengan air lalu dikurangkan dengan
massa kalorimeter+pengaduk kosong
sehingga didapat massa air.
Isi kalorimeter dengan air lalu masukkan
termometer . catat suhu jika tanda merah
telah berhenti.
Untuk suhu air, isi gelas kimia 100 ml,
lalu panaskan, masukkan termometer,
pasang alumunium dengan tali nilon lalu
masukkan. Tunggu sampai mendidih
yaitu sampai suhu tidak naik, tunggu
5menit lalu aduk.
Setelah itu, amati sampai tanda merah
tidak naik lagi.
BAB III ALAT, BAHAN, DAN TATA CARA
PRAKTIKUM
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR KELOMPOK 37 | 80
c) Menentukan Kalor Jenis Tembaga (Cu):
Timbang tembaga diatas neraca,
kemudian catat hasil berapa massanya.
Timbang kalorimeter dan pengaduk yang
sebelumnya telah diisi air. Catat hasilnya.
Timbang massa kalorimeter tanpa jaket,
isi dengan air lalu dikurangkan dengan
massa calorimeter dan pengaduk kosong
sehingga didapat massa air.
Isi kalorimeter dengan air lalu masukkan
termometer . catat suhu jika tanda merah
telah berhenti.
Untuk suhu air, isi gelas kimia 100 ml,
lalu panaskan, masukkan termometer,
pasang tembaga dengan tali nilon lalu
masukkan. Tunggu sampai mendidih
yaitu sampai suhu tidak naik, tunggu
5menit lalu aduk.
Setelah itu, amati sampai tanda merah
tidak naik lagi.
BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN
DATA
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR KELOMPOK 37 | 81
BAB IV
PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
4.1 Pengukuran Dasar
4.4.1 Pengumpulan data
Besi
Pengukuran dengan jangka sorong
Tabel 4.1 Pengukuran besi dengan jangka sorong
Bagian Panjang (P) Lebar (L) Tebal (T)
1 45,20 mm 25,20 mm 17,62 mm
2 45,04 mm 25,60 mm 17,62 mm
3 45,46 mm 25,22 mm 17,50 mm
4 45,22 mm 25,26 mm 17,60 mm
5 45,14 mm 25,10 mm 17,50 mm
Τ 226,06 mm 126,38 mm 87,84 mm
α΅‘ 45,21 mm 25,27 mm 17,56 mm
Τα΅‘12 10220,72 mm2 3194,51 mm2 1543,18 mm2
(Τα΅‘1)2 51103,12 mm2 1597,90 mm2 7715,86 mm2
Pengukuran dengan mikrometer skrup
Tabel 4.2 Pengukuran besi dengan mikrometer skrup
Bagian Tebal/Tinggi (T)
1. 17,58 mm
2. 17,62 mm
3. 17,60 mm
4. 17,58 mm
5. 17,62 mm
BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN
DATA
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR KELOMPOK 37 | 82
Penimbangan massa benda dengan neraca
taknis
Massa Besi (m1) adalah 158,78 gram
Kuningan
Pengukuran dengan jangka sorong
Tabel 4.3 Pengukuran kuningan dengan jangka sorong
Bagian Panjang (P) Lebar (L) Tebal (T)
1 47,60 mm 27,70 mm 17,55 mm
2 47,40 mm 27,70 mm 17,40 mm
3 47,70 mm 27,75 mm 17,45 mm
4 47,75 mm 27,50 mm 17,50 mm
5 47,60 mm 27,60 mm 17,35 mm
Τ 238,07 mm 138,25 mm 87,25 mm
α΅‘ 47,61 mm 27,65 mm 17,45 mm
Τα΅‘12 11333,63 mm2 3822,65 mm2 1522,53 mm2
(Τα΅‘1)2 5667,80 mm2 19113,06 mm2 7612,56 mm2
Pengukuran dengan mikrometer skrup
Tabel 4.4 Pengukuran kuningan dengan mikrometer skrup
Bagian Tebal/Tinggi (T)
1. 18,64 mm
2. 18,62 mm
3. 18,64 mm
4. 18,62 mm
5. 18,62 mm
Penimbangan massa benda dengan neraca taknis
Massa kuningan (m2) adalah 205,30 gram
BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN
DATA
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR KELOMPOK 37 | 83
Tembaga
Pengukuran dengan jangka sorong
Tabel 4.5 Pengukuran tembaga dengan jangka sorong
Bagian Panjang (P) Lebar (L) Tebal (T)
1 47,12 mm 27,10 mm 17,84 mm
2 47,42 mm 27,10 mm 17,88 mm
3 47,12 mm 27,12 mm 17,82 mm
4 47,10 mm 27,66 mm 17,82 mm
5 47,10 mm 27,68 mm 17,84 mm
Τ 235,86 mm 136,66 mm 89,20 mm
α΅‘ 47,172 mm 27,332 mm 17,84 mm
Τα΅‘12 11126,05 mm2 3735,56 mm2 1591,31 mm2
(Τα΅‘1)2 55629,93 mm2 18675,95 mm2 7956,64 mm2
Pengukuran dengan mikrometer skrup
Tabel 4.6 Pengukuran temabaga dengan mikrometer skrup
Bagian Tebal/Tinggi (T)
1. 17,66 mm
2. 17,62 mm
3. 17,70 mm
4. 17,68 mm
5. 17,74 mm
Penimbangan massa benda dengan neraca
taknis
Massa kuningan (m2) adalah 214,30 gram
BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN
DATA
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR KELOMPOK 37 | 84
4.4.2 Pengolahan data
Benda ukur besi
Nilai ketidakpastian (βP ; βL ; βT) dan nilai
intervalnya
Besi
Diketahui : n = 5
Ζ©Pi2 = 10220,72 mm2
(Ζ©Pi)2 = 51103,12 mm2
P = 45,21 mm
Ditanyakan : βP ?
Jawab :
βπ =1
πβ
π Ζ©ππ2 + (Ζ©ππ)2
π β 1
βπ =1
5β
(5)10220,72 + (51103,12)
5 β 1
βπ =1
5β
0,48
4
βπ =1
50,35
βπ = Β±0,68 Nilai ketidakpastian
Sehingga P = P Β± βP
P1 = 45,21 + 0,68
P1 = 45,278 mm
BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN
DATA
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR KELOMPOK 37 | 85
P2 = 45,21 β 0,68
P2 = 45,142 mm
β΄ 45,142 < P < 45,278
Diketahui : n = 5
Ζ©Li2 = 3194,53 mm2
(Ζ©Li)2 = 15971,90 mm2
L = 25,276 mm
Ditanyakan : βL ?
Jawab :
βπΏ =1
πβ
π Ζ©πΏπ2 + (Ζ©πΏπ)2
π β 1
βπΏ =1
5β
(5)(3914,51) + (15971)
5 β 1
βπΏ =1
5β
0,65
4
βπΏ =1
50,403
βπΏ = Β±0,08 Nilai ketidakpastian
Sehingga L = L Β± βL
L1 = 25,27 + 0,08
L1 = 25,35 mm
L2 = 25,27 β 0,08
L2 = 25,19 mm
β΄ 25,195 < L < 25,35
Diketahui : n = 5
BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN
DATA
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR KELOMPOK 37 | 86
Ζ©Ti2 = 1543,18 mm2
(Ζ©Ti)2 = 7715,86 mm2
T = 17,56 mm
Ditanyakan : βT ?
Jawab :
βπΏ =1
πβ
π Ζ©ππ2 + (Ζ©ππ)2
π β 1
βπΏ =1
5β
(5)(1543,18) + (7715,86)
5 β 1
βπΏ =1
5β
0,04
4
βπΏ =1
50,1
βπΏ = Β±0,02 Nilai ketidakpastian
Sehingga T = T Β± βT
T1 = 17,56 + 0,02
T1 = 17,58 mm
T2 = 17,56 β 0,02
T2 = 17,54 mm
β΄ 17,54 < T < 17,58
Kuningan
Diketahui : n = 5
Ζ©Pi2 = 11333,63 mm2
(Ζ©xi)2 = 56667,80 mm2
P = mm
BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN
DATA
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR KELOMPOK 37 | 87
Ditanyakan : βP ?
Jawab :
βπ =1
πβ
π Ζ©ππ2 + (Ζ©ππ)2
π β 1
βπ =1
5β
(5)11333,63 + (56667,80)
5 β 1
βπ =1
5β
0,35
4
βπ =1
50,295
βπ = Β±0,05 Nilai ketidakpastian
Sehingga P = P Β± βP
P1 = 45,21 + 0,68
P1 = 45,278 mm
P2 = 45,21 β 0,68
P2 = 45,142 mm
β΄ 45,142 < P < 45,278
Diketahui : n = 5
Ζ©Li2 = 3822,65 mm2
(Ζ©xi)2 = 19113,06 mm2
L = 27,65 mm
Ditanyakan : βL ?
Jawab :
βπΏ =1
πβ
π Ζ©πΏπ2 + (Ζ©πΏπ)2
π β 1
BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN
DATA
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR KELOMPOK 37 | 88
βπΏ =1
5β
(5)(3822,65) + (19113,06)
5 β 1
βπΏ =1
5β
0,19
4
βπΏ =1
50,21
βπΏ = Β±0,04 Nilai ketidakpastian
Sehingga L = L Β± βL
L1 = 27,65 + 0,0
L1 = 27,69 mm
L2 = 27,65 β 0,08
L2 = 27,61 mm
β΄ 27,69 < L < 27,61
Diketahui : n = 5
Ζ©xi2 = 1522,53 mm2
(Ζ©xi)2 = 7612,56 mm2
T = 17,45 mm
Ditanyakan : βT ?
Jawab :
βπ =1
πβ
π Ζ©ππ2 + (Ζ©ππ)2
π β 1
βπ =1
5β
(5)(1522,53) + (7612,56)
5 β 1
βπ =1
5β
0,09
4
BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN
DATA
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR KELOMPOK 37 | 89
βπ =1
50,15
βπ = Β±0,03 Nilai ketidakpastian
Sehingga T = T Β± βT
T1 = 17,45 + 0,03
T1 = 17,48 mm
T2 = 17,45 β 0,03
T2 = 17,42 mm
β΄ 17,42 < T < 17,48
Tembaga
Diketahui : n = 5
Ζ©Pi2 = 11126,05 mm2
(Ζ©xi)2 = 55629,93 mm2
P = 47,172mm
Ditanyakan : βP ?
Jawab :
βπ =1
πβ
π Ζ©ππ2 + (Ζ©ππ)2
π β 1
βπ =1
5β
(5)11126,05 + (55629,93)
5 β 1
βπ =1
5β
0,07
4
βπ =1
50,13
βπ = Β±0,026 Nilai ketidakpastian
BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN
DATA
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR KELOMPOK 37 | 90
Sehingga P = P Β± βP
P1 = 47,172 + 0,026
P1 = 47,198 mm
P2 = 47,172 β 0,026
P2 = 47,146 mm
β΄ 47,146 < P < 47,198
Diketahui : n = 5
Ζ©Li2 = 3822,65 mm2
(Ζ©xi)2 = 19113,06 mm2
L = 27,332 mm
Ditanyakan : βL ?
Jawab :
βπΏ =1
πβ
π Ζ©πΏπ2 + (Ζ©πΏπ)2
π β 1
βπΏ =1
5β
(5)(3735,56) + (18675,95)
5 β 1
βπΏ =1
5β
1,85
4
βπΏ =1
50,68
βπΏ = Β±0,13 Nilai ketidakpastian
Sehingga L = L Β± βL
L1 = 27,332 + 0,13
L1 = 27,462 mm
L2 = 27,332 β 0,13
L2 = 27,202 mm
BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN
DATA
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR KELOMPOK 37 | 91
β΄ 27,202 < L < 27,462
Diketahui : n = 5
Ζ©xi2 = 1591,33 mm2
(Ζ©xi)2 = 7656,64 mm2
T = 17,86 mm
Ditanyakan : βT ?
Jawab :
βπ =1
πβ
π Ζ©ππ2 + (Ζ©ππ)2
π β 1
βπ =1
5β
(5)(1591,33) + (7656,64)
5 β 1
βπ =1
5β
0,01
4
βπ =1
50,05
βπ = Β±0,01 Nilai ketidakpastian
Sehingga T = T Β± βT
T1 = 17,86 + 0,01
T1 = 17,87 mm
T2 = 17,86 β 0,01
T2 = 17,85 mm
β΄ 17,85 < T < 17,87
Nilai ketidakpastian (βV dan βΟ) dan nilai
intervalnya
BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN
DATA
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR KELOMPOK 37 | 92
Besi
Diketahui : Pbesi = 45,21 mm
Lbesi = 25,27 mm
Tbesi = 17,56 mm
ΞPbesi = 0,068 mm
ΞLbesi = 0,08 mm
ΞTbesi = 0,02 mm
Ditanyakan : Interval Vbesi
Interval Οbesi
ΞVbesi
ΞΟbesi
Vbesi
Οbesi
Jawab :
π = π Γ πΏ Γ π
π = 45,21 Γ 25,27 Γ 17,56
π = 20061,54 ππ3
βπ
π=
βπ
π+
βπΏ
πΏ+
βπ
π
βπ = (βπ
π+
βπΏ
πΏ+
βπ
π) . π
βπ = (0,068
45,21+
0,08
25,27+
0,02
17,56) . 20061,54
BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN
DATA
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR KELOMPOK 37 | 93
βπ = 114,35 Nilai ketidakpastian
Sehingga V = V Β± βV
V1 = 20061,54 + 114,35
V1 = 20175,89 mm3
V2 = 20061,54 β 114,35
V2 = 19947,19 mm
20175,89 < T < 19947,19 Interval
π =π
π
π =158,78
20061,54= 0,00791 ππ/ππ3
π = 7,91 ππ/ππ3
π1 =π
π1 =
158,78
20175,89 = 0,00781 ππ/ππ3
π1 =π
π2 =
158,78
19947,19 = 0,00796 ππ/ππ3
Sehingga
0,00781 < π < 0,00796 interval
Kuningan
Diketahui : Pkuningan = 47,61 mm
Lkuningan = 27,65 mm
Tkuningan = 17,45 mm
ΞPkuningan = 0,05 mm
ΞLkuningan = 0,04 mm
ΞTkuningan = 0,03 mm
BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN
DATA
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR KELOMPOK 37 | 94
Ditanyakan : Interval Vkuningan
Interval Οkuningan
ΞVkuningan
ΞΟkuningan
Vkuningan
Ξ‘kuningan
Jawab :
π = π Γ πΏ Γ π
π = 47,61 Γ 27,65 Γ 17,45
π = 22971,47 ππ3
βπ
π=
βπ
π+
βπΏ
πΏ+
βπ
π
βπ = (βπ
π+
βπΏ
πΏ+
βπ
π) . π
βπ = (0,05
45,21+
0,04
25,27+
0,03
17,56) . 22971,47
βπ = 94,183 Nilai ketidakpastian
Sehingga V = V Β± βV
V1 = 22971,47 + 94,183
V1 = 23065,653 mm3
V2 = 22971,47 β 94,183
V2 = 22877,287 mm
22877,287 < T < 23065,653 Interval
BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN
DATA
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR KELOMPOK 37 | 95
π =π
π
π =205
22971,47= 0,00893 ππ/ππ3
π = 8,93 ππ/ππ3
π1 =π
π1 =
205
23065,653 = 0,00890 ππ/ππ3
π1 =π
π2 =
205
22877,287 = 0,00897 ππ/ππ3
Sehingga
0,00890 < π < 0,00897 interval
Tembaga
Diketahui : Ptembaga = 47,172 mm
Ltembaga = 27,332 mm
Ttembaga = 17,87 mm
ΞPtembaga = 0,026 mm
ΞLtembaga = 0,013 mm
ΞTtembaga = 0,01 mm
Ditanyakan : Interval Vtembaga
Interval Οtembaga
ΞVtembaga
ΞΟtembaga
Vtembaga
Ξ‘tembaga
BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN
DATA
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR KELOMPOK 37 | 96
Jawab :
π = π Γ πΏ Γ π
π = 47,172 Γ 27,332 Γ 17,87
π = 23001,20 ππ3
βπ
π=
βπ
π+
βπΏ
πΏ+
βπ
π
βπ = (βπ
π+
βπΏ
πΏ+
βπ
π) . π
βπ = (0,026
47,172+
0,13
25,332+
0,01
17,87) . 23001,20
βπ = 115,005 Nilai ketidakpastian
Sehingga V = V Β± βV
V1 = 23001,20 + 94,183
V1 = 23116,206 mm3
V2 = 23001,20 β 94,183
V2 = 22886,194 mm
22886,194 < T < 23116,20 Interval
π =π
π
π =214,3
23001,20= 0,00931 ππ/ππ3
π = 9,31 ππ/ππ3
π1 =π
π1 =
214,3
23116,20 = 0,00927 ππ/ππ3
π1 =π
π2 =
214,3
22886,194 = 0,00936 ππ/ππ3
BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN
DATA
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR KELOMPOK 37 | 97
Sehingga
0,00927 < π < 0,00936 interval
4.2 Pesawat Atwood Konvesional dan Modern
4.2.1 Pengolahan Data
a. Pesawat Atwood Konvensional
Percobaan GLB dengan beban m3 0,004 kg
Beban m1 = 0,0835 kg
Beban m2 = 0,0835 kg
r Katrol = 0,00625 m
Tabel 4.7 Percobaan GLB dengan beban 0,004 kg
No Jarak A-C Waktu Kecepatan
1. 0,4 m 2,43 s 0,16 m/s
2. 0,6 m 3,12 s 0,19 m/s
3. 0,8 m 3,45 s 0,23 m/s
4. 1 m 4,43 s 0,23 m/s
BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN
DATA
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR KELOMPOK 37 | 98
Percobaan GLB dengan beban m3 0,006 kg
Beban m1 = 0,0835 kg
Beban m2 = 0,0835 kg
r Katrol = 0,00625 m
Tabel 4.8 Percobaan GLB dengan beban 0,006 kg
No Jarak A-C Waktu Kecepatan
1. 0,4 m 1,91 s 0,20 m/s
2. 0,6 m 2,36 s 0,25 m/s
3. 0,8 m 2,53 s 0,32 m/s
4. 1 m 3,14 s 0,32 m/s
Percobaan GLBB dengan beban 0,004 kg
Beban m1 = 0,0835 kg
Beban m2 = 0,0835 kg
r Katrol = 0,00625 m
Jarak A β B = 0,5 m
Tabel 4.9 Percobaan GLBB dengan beban 0,004 kg
No Jarak A-C Waktu Kecepatan Percepatan
1. 0,2 m 0,54 s 0,1237 m/s 0,2292 m/s2
2. 0,3 m 0,64 s 0,1466 m/s 0,2292 m/s2
3. 0,4 m 0,94 s 0,2154 m/s 0,2292 m/s2
4. 0,5 m 1,18 s 0,2704 m/s 0,2292 m/s2
BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN
DATA
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR KELOMPOK 37 | 99
Percobaan GLBB dengan beban 0,006 kg
Beban m1 = 0,0835 kg
Beban m2 = 0,0835 kg
r Katrol = 0,00625 m
Jarak A β B = 0,5 m
Tabel 4.10 Percobaan GLBB dengan beban 0,006 kg
No Jarak A-C Waktu Kecepatan Percepatan
1. 0,2 m 0,31 s 0,1053 m/s 0,3398 m/s2
2. 0,3 m 0,52 s 0,1766 m/s 0,3398 m/s2
3. 0,4 m 0,63 s 0,2140 m/s 0,3398 m/s2
4. 0,5 m 0,91 s 0,3092 m/s 0,3398 m/s2
b. Pesawat Atwood Modern
Percobaan GLB dengan beban m3 0,01 kg
Beban m1 = 0,0835 kg
Beban m2 = 0,0835 kg
r Katrol = 0,00625 m
Tabel 4.11 Percobaan GLB dengan beban 0,01 kg
No Jarak A-C Waktu Kecepatan
1. 0,4 m 1,725 s 0,231 m/s
2. 0,6 m 1,977 s 0,303 m/s
BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN
DATA
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR KELOMPOK 37 | 100
Percobaan GLB dengan beban m3 0,02 kg
Beban m1 = 0,0835 kg
Beban m2 = 0,0835 kg
r Katrol = 0,00625 m
Tabel 4.12 Percobaan GLB dengan beban 0,02 kg
No Jarak A-C Waktu Kecepatan
1. 0,4 m 0,931 s 0,4296 m/s
2. 0,6 m 1,181 s 0,5080 m/s
Percobaan GLBB dengan beban 0,01 kg
Beban m1 = 0,0835 kg
Beban m2 = 0,0835 kg
r Katrol = 0,00625 m
Jarak A β B = 0,5 m
Tabel 4.13 Percobaan GLBB dengan beban 0,01 kg
No Jarak A-C Waktu Kecepatan Percepatan
1. 0,2 m 0, 312 s 0,173 m/s 0,554 m/s2
2. 0,3 m 0,766 s 0,424 m/s 0,554 m/s2
BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN
DATA
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR KELOMPOK 37 | 101
Percobaan GLBB dengan beban 0,02 kg
Beban m1 = 0,0835 kg
Beban m2 = 0,0835 kg
r Katrol = 0,00625 m
Jarak A β B = 0,5 m
Tabel 4.14 Percobaan GLBB dengan beban 0,02 kg
No Jarak A-C Waktu Kecepatan Percepatan
1. 0,2 m 0,2589 s 0,2713 m/s 1,048 m/s2
2. 0,3 m 0,3987 s 0,4178 m/s 1,408 m/s2
4.2.2 Pengolahan Data
Pesawat atwood konvensional
GLB dengan beban 0,004 kg
Diketahui : beban m1 = 0,0835 kg
beban m2 = 0,0835 kg
beban m3 = 0,004 kg
jarak (A-C)1 = 0,4 m
jarak (A-C)2 = 0,6 m
jarak (A-C)3 = 0,8 m
jarak (A-C)4 = 1 m
waktu (s1) = 2,43 s
waktu (s2) = 3,12 s
waktu (s3) = 3,45 s
BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN
DATA
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR KELOMPOK 37 | 102
waktu (s4) = 4,43 s
Ditanyakan : V1 s.d. V4
Jawab :
π1 =π½ππππ (π΄ β πΆ)1
π 1
=0,4
2,43= 0,16 π/π
π2 =π½ππππ (π΄ β πΆ)2
π 2
=0,6
3,12= 0,19 π/π
π3 =π½ππππ (π΄ β πΆ)1
π 1
=0,8
3,45= 0,23 π/π
π4 =π½ππππ (π΄ β πΆ)1
π 1
=1
4,43= 0,23 π/π
GLB dengan beban 0,006 kg
Diketahui : beban m1 = 0,0835 kg
beban m2 = 0,0835 kg
beban m3 = 0,006 kg
jarak (A-C)1 = 0,4 m
jarak (A-C)2 = 0,6 m
jarak (A-C)3 = 0,8 m
jarak (A-C)4 = 1 m
waktu (s1) = 1,90 s
waktu (s2) = 2,36 s
waktu (s3) = 2,53 s
waktu (s4) = 3,14 s
Ditanyakan : V1 s.d. V4
BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN
DATA
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR KELOMPOK 37 | 103
Jawab :
π1 =π½ππππ (π΄ β πΆ)1
π 1
=0,4
1,91= 0,20 π/π
π2 =π½ππππ (π΄ β πΆ)2
π 2
=0,6
2,36= 0,25 π/π
π3 =π½ππππ (π΄ β πΆ)1
π 1
=0,8
2,53= 0,32 π/π
π4 =π½ππππ (π΄ β πΆ)1
π 1
=1
3,14= 0,32 π/π
GLBB dengan beban 0,004 kg
Diketahui : beban m1 = 0,0835 kg
beban m2 = 0,0835 kg
beban m3 = 0,004 kg
jarak (A-B) = 0,5 m
jarak (B-C)1 = 0,2 m
jarak (B-C)2 = 0,3 m
jarak (B-C)3 = 0,4 m
jarak (B-C)4 = 0,5 m
waktu (s1) = 0,54 s
waktu (s2) = 0,64 s
waktu (s3) = 0,94 s
waktu (s4) = 1,18 s
r katrol = 0,00625 m
Ditanyakan : V1 s.d. V4 dan a1 s.d. a4
BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN
DATA
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR KELOMPOK 37 | 104
Jawab :
Perhitungan a menurut Hukum Newton II
π1 = (π3
π1 + π2+π3) π =
0,004
0,171. 9,8 = 0,22923 π/π 2
π1 = π Γ π‘ = 0,22923 Γ 0,54 = 0,124 π/π
π2 = π Γ π‘ = 0,22923 Γ 0,64 = 0,147 π/π
π3 = π Γ π‘ = 0,22923 Γ 0,94 = 0,215 π/π
π4 = π Γ π‘ = 0,22923 Γ 1,18 = 0,270 π/π
GLBB dengan beban 0,006 kg
Diketahui : beban m1 = 0,0835 kg
beban m2 = 0,0835 kg
beban m3 = 0,006 kg
jarak (A-B) = 0,5 m
jarak (B-C)1 = 0,2 m
jarak (B-C)2 = 0,3 m
jarak (B-C)3 = 0,4 m
jarak (B-C)4 = 0,5 m
waktu (s1) = 0,31 s
waktu (s2) = 0,52 s
waktu (s3) = 0,63 s
waktu (s4) = 0,91 s
r katrol = 0,00625 m
BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN
DATA
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR KELOMPOK 37 | 105
Ditanyakan : V1 s.d. V4 dan a1 s.d. a4
Jawab :
Perhitungan a menurut Hukum Newton II
π1 = (π3
π1 + π2+π3) π =
0,006
0,173. 9,8 = 0,33988 π/π 2
π1 = π Γ π‘ = 0,33988 Γ 0,31 = 0,105 π/π
π2 = π Γ π‘ = 0,33988 Γ 0,52 = 0,177 π/π
π3 = π Γ π‘ = 0,33988 Γ 0,63 = 0,214 π/π
π4 = π Γ π‘ = 0,33988 Γ 0,91 = 0,309 π/π
Pesawat atwood modern
GLB dengan beban 0,01 kg
Diketahui : beban m1 = 0,0835 kg
beban m2 = 0,0835 kg
beban m3 = 0,01 kg
jarak (A-B)1 = 0,4 m
jarak (A-B)2 = 0,6 m
waktu (s1) = 1,725 s
waktu (s2) = 1,977 s
Ditanyakan : V1 s.d. V2
Jawab :
π1 =π½ππππ (π΄ β π΅)1
π 1
=0,4
1,725= 0,2319 π/π
π2 =π½ππππ (π΄ β π΅)2
π 2
=0,6
1,977= 0,3034 π/π
BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN
DATA
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR KELOMPOK 37 | 106
GLB dengan beban 0,02 kg
Diketahui : beban m1 = 0,0835 kg
beban m2 = 0,0835 kg
beban m3 = 0,02 kg
jarak (A-B)1 = 0,4 m
jarak (A-B)2 = 0,6 m
waktu (s1) = 0,931 s
waktu (s2) = 1,181 s
Ditanyakan : V1 s.d. V2
Jawab :
π1 =π½ππππ (π΄ β πΆ)1
π 1
=0,4
0,931= 0,4296 π/π
π2 =π½ππππ (π΄ β πΆ)2
π 2
=0,6
1,181= 0,5080 π/π
GLBB dengan beban 0,01 kg
Diketahui : beban m1 = 0,0835 kg
beban m2 = 0,0835 kg
beban m3 = 0,01 kg
jarak (A-B) = 0,5 m
jarak (B-C)1 = 0,2 m
jarak (B-C)2 = 0,3 m
waktu (s1) = 0,312 s
waktu (s2) = 0,766 s
BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN
DATA
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR KELOMPOK 37 | 107
r katrol = 0,00625 m
Ditanyakan : V1 s.d. V2 dan a1 s.d. a2
Jawab :
Perhitungan a menurut Hukum Newton II
π1 = (π3
π1 + π2 +πΌ
π3
) π =0,01
0,177. 9,8 = 0,554 π/π 2
π1 = π Γ π‘ = 0,554 Γ 0,312 = 0,173 π/π
π2 = π Γ π‘ = 0,554 Γ 0,766 = 0,424 π/π
GLBB dengan beban 0,02 kg
Diketahui : beban m1 = 0,0835 kg
beban m2 = 0,0835 kg
beban m3 = 0,02 kg
jarak (A-B) = 0,5 m
jarak (B-C)1 = 0,2 m
jarak (B-C)2 = 0,3 m
waktu (s1) = 0,26 s
waktu (s2) = 0,39 s
r katrol = 0,00625 m
Ditanyakan : V1 s.d. V4 dan a1 s.d. a4
BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN
DATA
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR KELOMPOK 37 | 108
Jawab :
Perhitungan a menurut Hukum Newton II
π1 = (π3
π1 + π2 +πΌ
π3
) π =0,02
0,187. 9,8 = 1,104 π/π 2
π1 = π Γ π‘ = 1,104 Γ 0,26 = 0,2713 π/π
π2 = π Γ π‘ = 1,104 Γ 0,39 = 0,4178 π/π
4.2.3 Grafik
Grafik yang dihasilkan dari praktikum pesawat
atwood ini ialah :
Pesawat atwood konvensional
GLB
Percobaan pada massa 0,004 kg
Gambar 4.1 grafik V-t GLB massa 0,004 kg
pesawat atwood konvensional
0
0,1
0,2
0,3
0 1 2 3 4 5
v (m/s)
BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN
DATA
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR KELOMPOK 37 | 109
Percobaan pada massa 0,006 kg
Gambar 4.2 grafik V-t GLB massa 0,006kg
pesawat atwood konvensional
GLBB
Percobaan dengan beban 0,004 kg dengan
jarak A β B adalah 0,5 m
Gambar 4.3 grafik V-t GLBB massa 0,004 kg
pesawat atwood konvensional
0
0,2
0,4
0 1 2 3 4
v (m/s)
0
0,1
0,2
0,3
0 0,5 1 1,5
v (m/s)
BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN
DATA
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR KELOMPOK 37 | 110
Percobaan dengan beban 0,006 kg dengan
jarak A β B adalah 0,5 m
Gambar 4.4 grafik V-t GLBB massa 0,006 kg
pesawat atwood konvensional
Pesawat atwood modern
GLB
Percobaan pada massa 0,01 kg
Gambar 4.5 grafik V-t GLB massa 0,01 kg
pesawat atwood modren
0
0,2
0,4
0 0,2 0,4 0,6 0,8 1
v (m/s)
0
0,2
0,4
0 0,5 1 1,5 2 2,5
v (m/s)
BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN
DATA
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR KELOMPOK 37 | 111
Percobaan pada massa 0,02 kg
Gambar 4.6 grafik V-t GLB massa 0,02 kg
pesawat atwood modren
GLBB
Percobaan dengan beban 0,01 kg dengan
jarak A β B adalah 0,5 m
Gambar 4.7 grafik V-t GLB massa 0,01 kg
pesawat atwood modren
0
0,2
0,4
0,6
0 0,5 1 1,5
v (m/s)
0
0,2
0,4
0,6
0 0,2 0,4 0,6 0,8 1
v (m/s)
BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN
DATA
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR KELOMPOK 37 | 112
Percobaan dengan beban 0,02 kg dengan
jarak A β B adalah 0,5 m
Gambar 4.8 grafik V-t GLB massa 0,02 kg
pesawat atwood modren
4.3 Modulus Elastisitas
4.3.1 Pengumpulan Data
a. Batang Kayu Besar
Perhitungan dimensi dari batang kayu besar
Tabel 4.15 dimensi batang kayu besar
Panjang
batang
Lebar
batang
Tebal
batang
Luas
penampang
I 1002 mm 16,60 mm 16,60 mm 275,56 mm2
II 1002 mm 16,60 mm 17,20 mm 285,59 mm2
III 1001 mm 16,60 mm 16,55 mm 274,52 mm2
IV 1002 mm 16,70 mm 17,55 mm 292,25 mm2
V 1001 mm 16,60 mm 17,50 mm 290,50 mm2
P = 1001,6 mm b = 16,65 mm h = 17,07 mm A = 283,67 mm2
0
0,2
0,4
0,6
0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5
v (m/s)
BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN
DATA
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR KELOMPOK 37 | 113
Perhitungan pelenturan pada batang kayu
besar
Tabel 4.16 Pelenturan yang tebaca pada pengukuran
Jumlah
Beban
Kedudukan
Pada
penambahan
Pada
pengurangan Rata-rata
0,0 kg 0 cm 0 cm 0 cm
0,5 kg 0,1 cm 0,1 cm 0,1 cm
1,0 kg 0,2 cm 0,2 cm 0,2 cm
1,5 kg 0,3 cm 0,3 cm 0,3 cm
2,0 kg 0,4 cm 0,4 cm 0,4 cm
2,5 kg 0,5 cm 0,5 cm 0,5 cm
3,0 kg 0,6 cm 0,55 cm 0,575 cm
3,5 kg 0,65 cm 0,65 cm 0,65 cm
4,0 kg 0,7 cm 0,7 cm 0,7 cm
b. Batang Kayu sedang
Perhitungan dimensi dari batang kayu
sedang
Tabel 4.17 dimensi batang kayu sedang
Panjang
batang Lebar batang Tebal batang
Luas
penampang
I 1001 mm 21,60 mm 10,50 mm 226,80 mm2
II 1000 mm 21,55 mm 10,50 mm 226,27 mm2
III 1001 mm 19,70 mm 10,55 mm 207,83 mm2
IV 1002 mm 20,10 mm 10,40 mm 208,04 mm2
V 1001 mm 21,60 mm 10,50 mm 226,80 mm2
P = 1001 mm b = 20,91 mm h = 10,49 mm A = 219,34 mm2
BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN
DATA
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR KELOMPOK 37 | 114
Perhitungan pelenturan pada batang kayu
sedang
Tabel 4.18 Pelenturan yang tebaca pada pengukuran
Jumlah
Beban
Kedudukan
Pada
penambahan
Pada
pengurangan Rata-rata
0,0 kg 0 cm 0 cm 0 cm
0,5 kg 0,4 cm 0,3 cm 0,35 cm
1,0 kg 0,8 cm 0,7 cm 0,75 cm
1,5 kg 1,3 cm 1,2 cm 1,25 cm
2,0 kg 1,8 cm 1,7 cm 1,75 cm
2,5 kg 2,4 cm 2,2 cm 2,3 cm
3,0 kg 2,8 cm 2,7 cm 2,75 cm
3,5 kg 3,3 cm 3,2 cm 3,25 cm
4,0 kg 3,7 cm 3,7 cm 3,7 cm
c. Batang Kayu Kecil
Perhitungan dimensi dari batang kayu kecil
Tabel 4.19 dimensi batang kayu sedang
Panjang
batang Lebar batang Tebal batang
Luas
penampang
I 1000 mm 10,25 mm 10,10 mm 103,52 mm2
II 1001 mm 10,60 mm 10,50 mm 111,30 mm2
III 1001 mm 10,60 mm 10,15 mm 107,59 mm2
IV 1000 mm 10,50 mm 10,20 mm 107,10 mm2
V 1000 mm 10,55 mm 10,20 mm 107,60 mm2
P = 1000,4 mm b = 10,50 mm h = 10,23 mm A = 107,42 mm2
BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN
DATA
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR KELOMPOK 37 | 115
Perhitungan pelenturan pada batang kayu
kecil
Tabel 4.20 Pelenturan yang tebaca pada pengukuran
Jumlah
Beban
Kedudukan
Pada
penambahan
Pada
pengurangan Rata-rata
0,0 kg 0 cm 0 cm 0 cm
0,5 kg 0,5 cm 0,5 cm 0,50 cm
1,0 kg 1,1 cm 1,1 cm 1,10 cm
1,5 kg 1,7 cm 1,7 cm 1,70 cm
2,0 kg 2,4 cm 2,3 cm 2,35 cm
2,5 kg 2,8 cm 2,9 cm 2,85 cm
3,0 kg 3,3 cm 3,4 cm 3,35 cm
3,5 kg 3,8 cm 3,9 cm 3,85 cm
4,0 kg 4,4 cm 4,4 cm 4,40 cm
4.3.2 Pengumpulan Data
Batang Kayu besar
Diketahui : m1 = 0 kg
m2 = 0,5 kg
m3 = 1,0 kg
m4 = 1,5 kg
m5 = 2,0 kg
m6 = 2,5 kg
m7 = 3,0 kg
m8 = 3,5 kg
m9 = 4,0 kg
BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN
DATA
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR KELOMPOK 37 | 116
Pkayu = 1001,6 mm
Lkayu = 1001,6 mm
Tkayu = 1001,6 mm
Ditanyakan : Tegangan, Regangan,
Modulus
elastisitas, dan peleturan kayu
Jawab :
Tegangan
π1 =π1
π΄π=
0 Γ (9,8)
283,67= 0 π/ππ2
π2 =π2
π΄π=
0,5 Γ (9,8)
283,67= 1,73 Γ 10β2 π/ππ2
π3 =π3
π΄π=
1 Γ (9,8)
283,67= 3,4 Γ 10β2 π/ππ2
π4 =π4
π΄π=
1,5 Γ (9,8)
283,67= 5,18 Γ 10β2 π/ππ2
π5 =π5
π΄π=
2 Γ (9,8)
283,67= 6,91 Γ 10β2π/ππ2
π6 =π6
π΄π=
2,5 Γ (9,8)
283,67= 8,63 Γ 10β2π/ππ2
π7 =π7
π΄π=
3 Γ (9,8)
283,67= 1,04 Γ 10β1 π/ππ2
π8 =π8
π΄π=
3,5 Γ (9,8)
283,67= 1,21 Γ 10β1 π/ππ2
BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN
DATA
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR KELOMPOK 37 | 117
π9 =π9
π΄π=
4 Γ (9,8)
283,67= 1,38 Γ 10β1 π/ππ2
Regangan
π1 =βπ
ππ=
0
851,3= 0
π2 =βπ
ππ=
1
851,3= 1,18 Γ 10β3
π3 =βπ
ππ=
2
851,3= 2,35 Γ 10β3
π4 =βπ
ππ=
3
851,3= 3,52 Γ 10β3
π5 =βπ
ππ=
4
851,3= 4,70 Γ 10β3
π6 =βπ
ππ=
5
851,3= 5,87 Γ 10β3
π7 =βπ
ππ=
5,75
851,3= 6,75 Γ 10β3
π8 =βπ
ππ=
6,5
851,3= 7,63 Γ 10β3
π9 =βπ
ππ=
7
851,3= 8,22 Γ 10β3
BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN
DATA
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR KELOMPOK 37 | 118
Modulus Elastisitas
πΈ1 =π1
π1=
0
0= 0 π/ππ2
πΈ2 =π2
π2=
1,73 Γ 10β2
1,18 Γ 10β3= 1,476 π/ππ2
πΈ3 =π3
π3=
3,45 Γ 10β2
2,35 Γ 10β3= 1,468 π/ππ2
πΈ4 =π4
π4=
5,18 Γ 10β2
3,52 Γ 10β3= 1,471 π/ππ2
πΈ5 =π5
π5=
6,91 Γ 10β2
4,70 Γ 10β3= 1,470 π/ππ2
πΈ6 =π6
π6=
8,64 Γ 10β2
5,87 Γ 10β3= 1,471 π/ππ2
πΈ7 =π7
π7=
1,04 Γ 10β1
6,75 Γ 10β3= 1,54 π/ππ2
πΈ8 =π8
π8=
1,21 Γ 10β2
7,63 Γ 10β3= 1,58 π/ππ2
πΈ9 =π9
π9=
1,38 Γ 10β1
8,22 Γ 10β3= 1,67 π/ππ2
BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN
DATA
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR KELOMPOK 37 | 119
Pelenturan
π1 =π΅π0
3
4πΈ1πβ3 =(0)(9,8)(851,35)3
(4)(0)(16,63)(17,07)= 0 ππ
π2 =π΅π0
3
4πΈ2πβ3 =(0,5)(9,8)(851,35)3
(4)(1,476 Γ 10)(16,63)(17,07)= 619,1 ππ
π3 =π΅π0
3
4πΈ3πβ3=
(1)(9,8)(851,35)3
(4)(1,4686 Γ 10)(16,63)(17,07)= 1245 ππ
π4 =π΅π0
3
4πΈ4πβ3 =(1,5)(9,8)(851,35)3
(4)(1,471 Γ 10)(16,63)(17,07)= 1863,7 ππ
π5 =π΅π0
3
4πΈ5πβ3 =(2)(9,8)(851,35)3
(4)(1,470 Γ 10)(16,63)(17,07)= 2486,625 ππ
π6 =π΅π0
3
4πΈ6πβ3 =(2,5)(9,8)(851,35)3
(4)(1,471 Γ 10)(16,63)(17,07)= 3106,168 ππ
π7 =π΅π0
3
4πΈ7πβ3=
(3)(9,8)(851,35)3
(4)(1,54 Γ 10)(16,63)(17,07)= 3560,4 ππ
π8 =π΅π0
3
4πΈ8πβ3=
(3,5)(9,8)(851,35)3
(4)(1,58 Γ 10)(16,63)(17,07)= 4048,64 ππ
π9 =π΅π0
3
4πΈ9πβ3 =(4)(9,8)(851,35)3
(4)(1,67 Γ 10)(16,63)(17,07)= 4377,6 ππ
Batang Kayu sedang
Diketahui : m1 = 0 kg
m2 = 0,5 kg
m3 = 1,0 kg
m4 = 1,5 kg
m5 = 2,0 kg
BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN
DATA
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR KELOMPOK 37 | 120
m6 = 2,5 kg
m7 = 3,0 kg
m8 = 3,5 kg
m9 = 4,0 kg
Pkayu = 1001 mm
Lkayu = 20,9 mm
Tkayu = 10,49 mm
Ditanyakan : Tegangan, Regangan,
Modulus
elastisitas, dan peleturan kayu
Jawab :
Tegangan
π1 =π1
π΄π=
0 Γ (9,8)
219,34= 0 π/ππ2
π2 =π2
π΄π=
0,5 Γ (9,8)
219,34= 2,23 Γ 10β2 π/ππ2
π3 =π3
π΄π=
1 Γ (9,8)
219,34= 4,47 Γ 10β2 π/ππ2
π4 =π4
π΄π=
1,5 Γ (9,8)
219,34= 6,70 Γ 10β2 π/ππ2
π5 =π5
π΄π=
2 Γ (9,8)
219,34= 8,94 Γ 10β2π/ππ2
π6 =π6
π΄π=
2,5 Γ (9,8)
219,34= 1,12 Γ 10β1π/ππ2
BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN
DATA
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR KELOMPOK 37 | 121
π7 =π7
π΄π=
3 Γ (9,8)
219,34= 1,34 Γ 10β1 π/ππ2
π8 =π8
π΄π=
3,5 Γ (9,8)
219,34= 1,56 Γ 10β1 π/ππ2
π9 =π9
π΄π=
4 Γ (9,8)
219,347= 1,79 Γ 10β1 π/ππ2
Regangan
π1 =βπ
ππ=
0
900,9= 0
π2 =βπ
ππ=
3,5
900,9= 3,88 Γ 10β3
π3 =βπ
ππ=
7,5
900,9= 8,35 Γ 10β3
π4 =βπ
ππ=
12,5
900,9= 1,39 Γ 10β2
π5 =βπ
ππ=
17,5
900,9= 1,94 Γ 10β2
π6 =βπ
ππ=
2,3
900,9= 2,55 Γ 10β2
π7 =βπ
ππ=
27,5
900,9= 3,05 Γ 10β2
π8 =βπ
ππ=
32,5
900,9= 3,61 Γ 10β2
π9 =βπ
ππ=
37
900,9= 4,11 Γ 10β2
BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN
DATA
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR KELOMPOK 37 | 122
Modulus Elastisitas
πΈ1 =π1
π1=
0
0= 0 π/ππ2
πΈ2 =π2
π2=
2,23 Γ 10β2
3,88 Γ 10β3= 5,75 π/ππ2
πΈ3 =π3
π3=
4,74 Γ 10β2
8,32 Γ 10β3= 5,70 π/ππ2
πΈ4 =π4
π4=
6,70 Γ 10β2
1,39 Γ 10β3= 4,80 π/ππ2
πΈ5 =π5
π5=
8,94 Γ 10β2
1,94 Γ 10β3= 4,60 π/ππ2
πΈ6 =π6
π6=
1,12 Γ 10β2
2,55 Γ 10β3= 4,39 π/ππ2
πΈ7 =π7
π7=
1,34 Γ 10β1
3,05 Γ 10β3= 4,39 π/ππ2
πΈ8 =π8
π8=
1,56 Γ 10β2
3,61 Γ 10β3= 4,32 π/ππ2
πΈ9 =π9
π9=
1,79 Γ 10β1
4,11 Γ 10β3= 4,36 π/ππ2
Pelenturan
π1 =π΅π0
3
4πΈ1πβ3 =(0)(9,8)(900,9)3
(4)(5,75)(20,91)(10,49)= 0 ππ
π2 =π΅π0
3
4πΈ2πβ3 =(0,5)(9,8)(900,9)3
(4)(5,70)(20,91)(10,49)= 6662,4 ππ
BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN
DATA
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR KELOMPOK 37 | 123
π3 =π΅π0
3
4πΈ3πβ3=
(1)(9,8)(900,9)3
(4)(4,82)(20,91)(10,49)= 13020,9 ππ
π4 =π΅π0
3
4πΈ4πβ3 =(1,5)(9,8)(900,9)3
(4)(4,60)(20,91)(10,49)= 23097,212 ππ
π5 =π΅π0
3
4πΈ5πβ3 =(2)(9,8)(900,9)3
(4)(4,60)(20,91)(10,49)= 32269,149 ππ
π6 =π΅π0
3
4πΈ6πβ3 =(2,5)(9,8)(900,9)3
(4)(4,39)(20,91)(10,49)= 42266 ππ
π7 =π΅π0
3
4πΈ7πβ3=
(3)(9,8)(900,9)3
(4)(4,39)(20,91)(10,49)= 50719,1 ππ
π8 =π΅π0
3
4πΈ8πβ3 =(3,5)(9,8)(900,9)3
(4)(4,32)(20,91)(10,49)= 60131,16 ππ
π9 =π΅π0
3
4πΈ9πβ3 =(4)(9,8)(900,9)3
(4)(4,36)(20,91)(10,49)= 68090,9 ππ
Batang Kayu kecil
Diketahui : m1 = 0 kg
m2 = 0,5 kg
m3 = 1,0 kg
m4 = 1,5 kg
m5 = 2,0 kg
m6 = 2,5 kg
m7 = 3,0 kg
m8 = 3,5 kg
m9 = 4,0 kg
Pkayu = 1000,4 mm
Lkayu = 10,50 mm
BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN
DATA
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR KELOMPOK 37 | 124
Tkayu = 10,23 mm
Ditanyakan : Tegangan, Regangan,
Modulus
elastisitas, dan peleturan kayu
Jawab :
Tegangan
π1 =π1
π΄π=
0 Γ (9,8)
107,42= 0 π/ππ2
π2 =π2
π΄π=
0,5 Γ (9,8)
107,42= 4,56 Γ 10β2 π/ππ2
π3 =π3
π΄π=
1 Γ (9,8)
107,42= 9,12 Γ 10β2 π/ππ2
π4 =π4
π΄π=
1,5 Γ (9,8)
107,42= 1,36 Γ 10β1 π/ππ2
π5 =π5
π΄π=
2 Γ (9,8)
107,42= 1,82 Γ 10β1π/ππ2
π6 =π6
π΄π=
2,5 Γ (9,8)
107,42= 2,28 Γ 10β1π/ππ2
π7 =π7
π΄π=
3 Γ (9,8)
107,42= 2,74 Γ 10β1 π/ππ2
π8 =π8
π΄π=
3,5 Γ (9,8)
107,42= 3,19 Γ 10β1 π/ππ2
π9 =π9
π΄π=
4 Γ (9,8)
107,42= 3,65 Γ 10β1 π/ππ2
BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN
DATA
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR KELOMPOK 37 | 125
Regangan
π1 =βπ
ππ=
0
950,3= 0
π2 =βπ
ππ=
5
950,3= 5,26 Γ 10β3
π3 =βπ
ππ=
11
950,3= 1,16 Γ 10β2
π4 =βπ
ππ=
17
950,3= 1,79 Γ 10β2
π5 =βπ
ππ=
23,5
950,3= 2,47 Γ 10β2
π6 =βπ
ππ=
28,5
950,3= 3,00 Γ 10β2
π7 =βπ
ππ=
33,5
950,3= 3,52 Γ 10β2
π8 =βπ
ππ=
38,5
950,3= 4,05 Γ 10β2
π9 =βπ
ππ=
44
950,3= 4,63 Γ 10β2
BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN
DATA
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR KELOMPOK 37 | 126
Modulus Elastisitas
πΈ1 =π1
π1=
0
0= 0 π/ππ2
πΈ2 =π2
π2=
4,56 Γ 10β2
5,26 Γ 10β3= 8,6 π/ππ2
πΈ3 =π3
π3=
9,12 Γ 10β2
1,16 Γ 10β2= 7,86 π/ππ2
πΈ4 =π4
π4=
1,36 Γ 10β1
3,52 Γ 10β2= 7,59 π/ππ2
πΈ5 =π5
π5=
1,82 Γ 10β1
2,47 Γ 10β2= 7,53 π/ππ2
πΈ6 =π6
π6=
2,28 Γ 10β1
3,00 Γ 10β2= 7,60 π/ππ2
πΈ7 =π7
π7=
2,74 Γ 10β1
3,52 Γ 10β2= 7,78 π/ππ2
πΈ8 =π8
π8=
3,19 Γ 10β1
4,05 Γ 10β2= 7,87 π/ππ2
πΈ9 =π9
π9=
3,65 Γ 10β1
4,63 Γ 10β2= 7,88 π/ππ2
BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN
DATA
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR KELOMPOK 37 | 127
Pelenturan
π1 =π΅π0
3
4πΈ1πβ3 =(0)(9,8)(950,3)3
(4)(0)(10,5)(10,23)= 0 ππ
π2 =π΅π0
3
4πΈ2πβ3 =(0)(9,8)(950,3)3
(4)(8,6)(10,5)(10,23)= 1138033,1 ππ
π3 =π΅π0
3
4πΈ3πβ3 =(0)(9,8)(950,3)3
(4)(7,8)(10,5)(10,23)= 24903523 ππ
π4 =π΅π0
3
4πΈ4πβ3=
(0)(9,8)(950,3)3
(4)(7,59)(10,5)(10,23)= 3868412,9 ππ
π5 =π΅π0
3
4πΈ5πβ3 =(0)(9,8)(950,3)3
(4)(7,37)(10,5)(10,23)= 5311850 ππ
π6 =π΅π0
3
4πΈ6πβ3 =(0)(9,8)(950,3)3
(4)(7,6)(10,5)(10,23)= 6432471 ππ
π7 =π΅π0
3
4πΈ7πβ3 =(0)(9,8)(950,3)3
(4)(7,78)(10,5)(10,23)= 7574880 ππ
π8 =π΅π0
3
4πΈ8πβ3 =(0)(9,8)(950,3)3
(4)(7,87)(10,5)(10,23)= 8705157,8 ππ
π9 =π΅π0
3
4πΈ9πβ3 =(0)(9,8)(950,3)3
(4)(7,88)(10,5)(10,23)= 996127 ππ
BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN
DATA
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR KELOMPOK 37 | 128
4.4 Bandul Sederhana dan Resonansi Bandul
4.4.1 Pengumpulan data
Hubungan antara T dan l, m dibuat tetap
Tabel 4.21 Hubungan antara T dan l, m dibuat tetap
Massa Bola
Bandul 35 gram
Panjang tali
pada bola
bandul
0,20 m 0,40 m 0,60 m
Waktu untuk
20 ayunan 18,11 s 25,16 s 0,60 s
Periode (T) 0,9055 s 1,258 s 1,5485 s
T2 0,8199 s2 1,5823 s2 2,3978 s2
Hubungan antara T dan m, l dibuat tetap
Tabel 4.22 Hubungan antara T dan m, l dibuat tetap
Panjang Bandul 0,06
Massa Bandul 35 gram 70 gram
Waktu untuk 20
ayunan 30,97 s 31,90 s
Periode (T) 1,5485 s 1,595 s
T2 2,3978 s2 2,5440 s2
BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN
DATA
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR KELOMPOK 37 | 129
Resonansi Bandul sederhana
Tabel 4.23 Resonansi Bandul
m
benda
50 cm 25 cm
To(s) fo(Hz) To(s) fo(Hz) To(s) fo(Hz) To(s) fo(Hz)
70 1,45 0,69 1,47 0,68 1,02 0,92 1,07 0,93
35 1,43 0,69 1,48 0,67 1,011 0,98 1,017 0,98
4.4.2 Pengolahan data
Tabel 4.1 hubungan antara T dan l,m
dibuat tetap y (simpangan) = 3 cm , n =
20 ayunan
A. Massa 35 gram
Panjang tali bandul 60 cm
T = 1
20 x 30,97 = 1,5485 s
T2= (1,5485)2 = 2,3978 s
Panjang tali bandul 40 cm
T = 1
20 x 25,16 = 1,258 s
T2= (1,258)2 = 1,5825s
Panjang tali bandul 20 cm
BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN
DATA
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR KELOMPOK 37 | 130
T = 1
20 x 18,11 = 0,9055 s
T2= (0,9055)2 = 0,8199s
Tabel 4.2 hubungan antara T dan m,l
dibuat tetap y (simpangan) = 3 cm, n =
20 ayunan, panjang bandul = 60 cm
A. Massa bandul 35 gram
T = 1
20 x 30,97 = 1,5485 s
T2= (1,5485)2 = 2,3978 s
B. Massa bandul 70 gram
T = 1
20 x 31,90 = 1,595 s
T2= (1,595)2 = 2,5440 s
Tabel 4.3 hasil pengamatan resonansi
bandul sederhana
Massa 70 gram
A. Panjang tali bandul = 50 cm, y = 3
cm dan n = 20 ayunan
BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN
DATA
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR KELOMPOK 37 | 131
T0 = 1
20 x 28,91 = 1,45 s
Tr = 1
20 x 29,46 = 1,47 s
f0 = 1
T0 =
1
1,45 = 0,68 Hz
fr = 1
Tr =
1
1,47 = 0,68 Hz
B. Panjang tali bandul = 25 cm, y = 3
cm dan n = 20 ayunan
T0 = 1
20 x 20,46 = 1,02 s
Tr = 1
20 x 21,46 = 1,07 s
f0 = 1
T0 =
1
1,02 = 0,98 Hz
fr = 1
Tr =
1
1,07 = 0,93 Hz
Massa 35 gram
A. Panjang tali bandul = 50 cm, y
= 3 cm dan n = 20 ayunan
T0 = 1
20 x 28,60 = 1,43 s
BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN
DATA
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR KELOMPOK 37 | 132
Tr = 1
20 x 29,69 = 1,48 s
f0 = 1
T0 =
1
1,43 = 0,69 Hz
fr = 1
Tr =
1
1,48 = 0,67 Hz
B. Panjang tali bandul = 25 cm, y
= 3 cm dan n = 20 ayunan
T0 = 1
20 x 20,23 = 1,011 s
Tr = 1
20 x 20,35 = 1,017 s
f0 = 1
T0 =
1
1,011 = 0,98 Hz
fr = 1
Tr =
1
1,017 = 0,98 Hz
BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN
DATA
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR KELOMPOK 37 | 133
4.5 GELOMBANG BERDIRI PADA PEGAS
HELIKS
4.5.1 Pengumpulan data
Hasil pengamatan pegas 4,5 N/m
Tabel 4.24 menentuka periode dan frekuensi dengan
pegas 4,5 N/m
Massa
(g) t0 (s) t1 (s)
T0
(s)
T1
(s)
f0
(Hz)
f1
(Hz)
100 21,32 21,48 1,076 1,047 0,929 0,955
200 27,40 26,83 1,370 1,341 0,729 0,745
Hasil Pengamatan pegas 25 N/m
Tabel 4.25 menentuka periode dan frekuensi dengan
pegas 25 N/m
Massa
(g) t0 (s) t1 (s)
T0
(s)
T1
(s)
f0
(Hz)
f1
(Hz)
100 11,09 10,80 0,55 0,54 1,81 1,85
200 14,02 14,06 0,70 0,703 1,42 1,42
BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN
DATA
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR KELOMPOK 37 | 134
4.5.2 Pengolahan data
Pada pegas 4,5 N/m bermassa 100 gram
Percobaan 1
Pegas K = 4,5 N/m
Dik =
Massa = 100 gram
t1 = 21,48 s
t0 = 21,52 s
Dit =
- T0 ?
- T1 ?
- F0 ?
- F1 ?
Jawab : Massa 100 gram
- T0 = 1
20 x 21,52 - f0 =
1
1,076
= 1,076 s = 0,929 Hz
- T1 = 1
20 x 21,48 - f1 =
1
1,074
= 1,074 s = 0,931 Hz
BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN
DATA
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR KELOMPOK 37 | 135
Massa 200 gram
t1= 26,83 s
t0 = 27,40 s
- T0 = 1
20 x 27,40 - f0 =
1
1,37
= 1,37 s = 0,729 Hz
- T1 = 1
20 x 26,83 - f1 =
1
1,341
= 1,341 s = 0,745 Hz
Percobaan 2
Pegas K = 25 N/m
Dik =
Massa = 100 gram
t1 = 10,80 s
t0 = 11,09 s
Dit =
- T0 ?
BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN
DATA
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR KELOMPOK 37 | 136
- T1 ?
- F0 ?
- F1 ?
Jawab : Massa 100 gram
- T0 = 1
20 x 11,09 - f0 =
1
0,55,
= 0,55 s = 0,181 Hz
- T1 = 1
20 x 10,80 - f1 =
1
0,54
= 0,54 s = 1,85 Hz
Massa 200 gram
t1= 14,06 s
t0 = 14,02 s
- T0 = 1
20 x 14,02 - f0 =
1
0,70
= 0,70 s = 1,42 Hz
- T0 = 1
20 x 14,06 - f1 =
1
0,703
= 0,703 s = 1,42 Hz
BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN
DATA
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR KELOMPOK 37 | 137
4.6 Hambatan Listrik
4.6.1 Pengumpulan data
Percobaan dengan hambatan 50 Ξ©
Tabel 4.26 percobaan dengan hambatan 50 Ξ©
No. V I R 1. 0 V 3,1Γ10-3 A 0 Ξ©
2. 2 V 38,7Γ10-3 A 51,6 Ξ©
3. 4 V 76,5Γ10-3 A 52,2 Ξ©
4. 6 V 108,2Γ10-3 A 55,4 Ξ©
5. 8 V 139,8Γ10-3 A 57,2 Ξ©
6. 10 V 172,6Γ10-3 A 57,9 Ξ©
7. 12 V 200Γ10-3 A 60 Ξ©
Percobaan dengan hambatan 100 Ξ©
Tabel 4.27 percobaan dengan hambatan 100 Ξ©
No. V I R 1. 0 V 1,4Γ10-3 A 0 Ξ©
2. 2 V 6,2Γ10-3 A 322,5 Ξ©
3. 4 V 40,6Γ10-3 A 98,5 Ξ©
4. 6 V 59,8Γ10-3 A 100,3 Ξ©
5. 8 V 78,3Γ10-3 A 102,2 Ξ©
6. 10 V 94,7Γ10-3 A 105,5 Ξ©
7. 12 V 114,4Γ10-3 A 104,8 Ξ©
4.6.2 Pengolahan data
Hambatan 50 Ξ©
Diketahui : beban V1 = 0 volt
beban V2 = 2 volt
beban V3 = 4 volt
beban V4 = 6 volt
BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN
DATA
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR KELOMPOK 37 | 138
beban V5 = 8 volt
beban V6 = 10 volt
beban V7 = 12 volt
Arus I1 = 3,1Γ10-3 A
Arus I2 = 38,7Γ10-3 A
Arus I3 = 76,5Γ10-3 A
Arus I4 = 108,2Γ10-3 A
Arus I5 = 139,8Γ10-3 A
Arus I6 = 172,6Γ10-3 A
Arus I7 = 200Γ10-3 A
Ditanyakan : Hambatan (R)
Jawab :
π 1 =π
πΌ=
0
3,1 Γ 10β3= 0 πΊ
π 2 =π
πΌ=
2
38,7 Γ 10β3= 51,6 πΊ
π 3 =π
πΌ=
4
76,5 Γ 10β3= 52,2 πΊ
π 4 =π
πΌ=
6
108,2 Γ 10β3= 55,4 πΊ
π 5 =π
πΌ=
8
139,8 Γ 10β3= 57,2 πΊ
π 6 =π
πΌ=
10
172,6 Γ 10β3= 57,9 πΊ
π 7 =π
πΌ=
12
200 Γ 10β3= 60 πΊ
BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN
DATA
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR KELOMPOK 37 | 139
Hambatan 100 Ξ©
Diketahui : beban V1 = 0 volt
beban V2 = 2 volt
beban V3 = 4 volt
beban V4 = 6 volt
beban V5 = 8 volt
beban V6 = 10 volt
beban V7 = 12 volt
Arus I1 = 1,4Γ10-3 A
Arus I2 = 6,2Γ10-3 A
Arus I3 = 40,6Γ10-3 A
Arus I4 = 59,8Γ10-3 A
Arus I5 = 78,3Γ10-3 A
Arus I6 = 94,7Γ10-3 A
Arus I7 = 114,4Γ10-3 A
Ditanyakan : Hambatan (R)
Jawab :
π1 =π
πΌ=
0
1,4 Γ 10β3= 0 πΊ
π1 =π
πΌ=
2
6,2 Γ 10β3= 322,5 πΊ
π1 =π
πΌ=
4
40,6 Γ 10β3= 98,5 πΊ
BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN
DATA
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR KELOMPOK 37 | 140
π1 =π
πΌ=
6
59,8 Γ 10β3= 100,3 πΊ
π1 =π
πΌ=
8
78,3 Γ 10β3= 100,2 πΊ
π1 =π
πΌ=
10
94,7 Γ 10β3= 105,5πΊ
π1 =π
πΌ=
12
114,4 Γ 10β3= 104,8 πΊ
BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN
DATA
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR KELOMPOK 37 | 141
4.6.3 Grafik
Adapun rincian grafiknya adalah :
Grafik I- V
Gambar 4.9 grafik I-V hambatan 50 Ξ©
Grafik V-R
Gambar 4.10 grafik V-R hambatan 50 Ξ©
0
50
100
150
200
250
0 2 4 6 8 10 12 14
Hambatan 50 Ξ©
0
10
20
30
40
50
60
70
0 2 4 6 8 10 12 14
Hambatan 50 Ξ©
BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN
DATA
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR KELOMPOK 37 | 142
Grafik I- V
Gambar 4.11 grafik I-V hambatan 100 Ξ©
Grafik V-R
Gambar 4.12 grafik V-R hambatan 100 Ξ©
0
20
40
60
80
100
120
140
0 2 4 6 8 10 12 14
Hambatan 100 Ξ©
0
50
100
150
200
250
300
350
0 2 4 6 8 10 12 14
Hambatan 100 Ξ©
BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN
DATA
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR KELOMPOK 37 | 143
4.7 Elektromagnet
4.7.1 Pengumpulan data
a. Penghantar Lurus
Gambar 4.13 medan magnet pada penghantar lurus
b. Penghantar Bulat
Gambar 4.14 medan magnet pada penghantar bulat
c. Penghantar Solenoida
Gambar 4.15 medan magnet pada penghantar
selonoida
BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN
DATA
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR KELOMPOK 37 | 144
4.8 Kalorimeter
4.8.1 Pengumpulan data
Hasil pengamatan kalorimeter
Tabel 4.28 pengamatan kalorimeter
Bahan uji Massa
balok
Massa
air
Massa
kalorimeter
Suhu awal
kalorimeter
Suhu akhir
kalorimeter
Suhu
benda
uji
Besi 0,0595
kg 0,0955
kg 0,17150 kg 302Β°K 307Β°K 371Β°K
Tembaga 0,0708
kg
0,1185
kg 0,1945 kg 302Β°K 305,5Β°K 371Β°K
Alumunium 0,0168
kg 0,09785
kg 0,17385 kg 302Β°K 305,5Β°K 371Β°K
4.8.2 Pengolahan data
Bahan uji besi
Dik : Mkzp = 0,076 kg
Qa = 307Β°K
Q0 = 302Β°K
Qb = 371Β°K
CAl = 9,1 α΅‘ 102 J kg-1K-1
Ca = 4,2 α΅‘ 103 J kg-1K-1
ma = 0,0955 kg
mb = 0,0595 kg
Dit : Cb
Jawab
BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN
DATA
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR KELOMPOK 37 | 145
πΆπ = (πππ§π π₯ πΆπ΄π + ππ π₯ ππ)(ππ β π0)
ππ (ππ β ππ)
πΆπ = (0,076 π₯ 9,1 π₯ 102 + 0,0955 π₯ 4,2 π₯ 103)(307Β°K β 302Β°K)
0,0595 (371 β 302)
πΆπ = (69,16 + 401,1)(5)
0,0595 (371 β 302)
πΆπ = (470,26)(5)
(0,0595)(69)
πΆπ = 2351,3
4,1055
= 572,71 J/ Kg Β°K
BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN
DATA
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR KELOMPOK 37 | 146
Bahan uji tembaga
Dik : Mkzp = 0,076 kg
Qa = 305,5Β°K
Q0 = 302Β°K
Qb = 371Β°K
CAl = 9,1 α΅‘ 102 J kg-1K-1
Ca = 4,2 α΅‘ 103 J kg-1K-1
ma = 0,1185 kg
mb = 0,0708 kg
Dit : Cb
Jawab :
πΆπ = (πππ§π π₯ πΆπ΄π + ππ π₯ ππ)(ππ β π0)
ππ (ππ β ππ)
πΆπ = (0,076 π₯ 9,1 π₯ 102 + 0,1185 π₯ 4,2 π₯ 103)(305,5Β°K β 302Β°K)
0,0708 (371 β 302)
πΆπ = (69,16 + 410)(3,5)
4,0852
πΆπ = (566,86)(3,5)
4,0852
= 406,1432 J/ Kg Β°K
BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN
DATA
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR KELOMPOK 37 | 147
Bahan Uji aluminium
Dik : Mkzp = 0,076 kg
Qa = 305,5Β°K
Q0 = 302Β°K
Qb = 371Β°K
CAl = 9,1 α΅‘ 102 J kg-1K-1
Ca = 4,2 α΅‘ 103 J kg-1K-1
ma = 0,09785 kg
mb = 0,0168 kg
Dit : Cb
Jawab
πΆπ = (πππ§π π₯ πΆπ΄π + ππ π₯ ππ)(ππ β π0)
ππ (ππ β ππ)
πΆπ = (0,076 π₯ 9,1 π₯ 102 + 0,09785 π₯ 4,2 π₯ 103)(302Β°K β 371Β°K)
0,0708 (371 β 302)
πΆπ = 1680,465
1,1592
= 1452 J/ Kg Β°K
BAB V ANALISIS
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR KELOMPOK 37 | 148
BAB V
ANALISIS
5.1 Pengukuran Dasar
Pada percobaan pengukuran pada praktikum
fisika dasar digunakan tiga alat ukur, yaitu
mikrometer skrup, jangka sorong, dan neraca taknis.
Benda ukur yang digunakan ialah tiga balok
logam, yaitu balok besi, balok tembaga, dan balok
kuningan. Pengukuran pertama dilakukan dengan
mencoba mengukur balok besi dengan menggunakan
jangka sorong dengan ketelitian 0,02 mm. Pada
pengukuran panjang, lebar, dan tebal, dilakukan
pengukuran sebanyak lima kali. Pengukuran
dilakukan dengan menggunakan jangka sorong
dengan ketelitian 0,02 mm sebanyak lima kali untuk
mencari nilai rata-rata dari suatu benda. Karena pada
balok tersebut kemungkinan adanya bidang yang
tidak rata. Hasil yang didapat dari nilai rata-rata
panjang, lebar, dan tebal ialah masing-masing 45,21
mm, 25,27 mm, dan 17,56 mm.
Pengukuran dilakukan juga pada kuningan dan
tembaga. Namun hanya pada kuningan menggunakan
jangka sorong dengan ketelitian 0,05 mm. Pada
BAB V ANALISIS
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR KELOMPOK 37 | 149
kuningan dengan nilai rata-rata panjang, lebar, dan
tebal ialah masing-masing 47,61 mm, 27,65 mm, dan
17,45 mm. Sedangkan pada tembaga nilai rata-rata
panjang, lebar, dan tebal ialah masing-masing 45,21
mm, 25,27 mm, dan 17,56 mm.
Praktikan juga mencoba untuk menggunakan
mikrometer skrup. Penggunaan mikrometer skrup
dengan ketelitian 0,01 mm. hanya mengukur bidang
tebal dari bahan ukur. Dari hasil pengukuran
sebanyak lima kali didapatkan nilai rata-rata dari besi,
kuningan, dan temabaga ialah 17,60 mm, 18,628 mm,
dan 17,69 mm.
Pada pengukuran dengan alat yang berbeda
terdapat perbedaan yang sangat jauh, khususnya pada
perbandingan nilai tebal bahan ukur dari nilai yang
dihasilkan dari jangka sorong dan mikrometer skrup.
Selain itu juga praktikan mencoba untuk
membuktikan hasil dari pengukuran yang dilakukan
dengan menentukan interval dari beberapa hasil
pengukuran. Karena pengukuran yang dilakukan oleh
manusia memiliki keterbatasan sehingga
kemungkinan terjadinya kesalahan dalam
pengukuran. Dengan demikian, ada beberapa
BAB V ANALISIS
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR KELOMPOK 37 | 150
pendekatan untuk meminimalisasi suatu kesalahan
pengukuran. Metoda ini ialah dengan menentukan
nilai ketidakpastian pengukuran sehingga kita dapat
menemukan interval nilai yang mendekati
keakuratan.
Metoda pendekatan ini dilakukan dengan
memasukan nilai dari hasil pengukuran jangka sorong
kedalam persamaan ketidakpastian :
βπ =1
πβ
π.π12 β (π1)2
π β 1
Keterangan :
ΞX = nilai ketidakpastian pengukuran.
n = jumlah percobaan.
X12 = jumlah penguadratan ke-n yang diukur.
(X1)2 = jumlah nilai ukur yang dikuadratkan.
Setelah dihasilkan ΞP, ΞL, dan ΞT maka hasil
tersebut di jumlahkan dengan Β± nilai rata-rata yang
dihasilkan sebelumnya. Sehingga dihasilkan nilai
interval dari benda ukur tersebut.
Selain itu, kami juga menghitung nilai-nilai
tersebut untuk mengetahui nilai interval volume
benda. Agar dapat diketahui nilai interval benda
BAB V ANALISIS
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR KELOMPOK 37 | 151
tersebut maka baru diketahui nilai volume rata-rata.
Nilai volume rata-rata yang digunakan ialah hasil
perkalian antara rata-rata panjang, lebar, dan tebal
masing-masing balok sehingga dihasilkan volume
rata-rata balok tersebut. Maka hasil tersebut
dimasukan kedalam persamaan :
βπ
π=
βπ
π+
βπΏ
πΏ+
βπ
π
Keterangan :
ΞV = nilai ketidakpastian volume
ΞP = nilai ketidakpastian panjang
ΞL = nilai ketidakpastian lebar
ΞT = nilai ketidakpastian tebal
V = nilai volume rata-rata
P = nilai panjang rata-rata
L = nilai lebar rata-rata
T = nilai tebal rata-rata
Setelah diketahui nilai ketidakpastian volume
(ΞV) maka dijumlahkan dengan nilai rata-rata volume
yang dihasilkan sebelumnya.
Dalam percobaan pengukuran dasar kami
menggunakan metoda tersebut yakni dengan
mengukur tiga balok, yaitu besi, kuningan, dan
BAB V ANALISIS
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR KELOMPOK 37 | 152
tembaga dengan menggunakan jangka sorong dan
mikrometer skrup. Dari ketiga balok tersebut
dihasilkan sebuah nilai interval panjang, tinggi, tebal,
dan vollume serta massa jenis suatu balok.
Adapun hasil dari percobaan tersebut ialah :
Tabel 5.1 interval nilai
Interval Besi Kuningan Tembaga
P 45,14 mm < P <
45,29 mm
47,56 mm < P <
47,66 mm
47,15 mm < P <
47,20 mm
L 25,19 mm < L <
25,35 mm
27,61 mm < L <
27,69 mm
17,42 mm < T <
17,48 mm
T 17,54 mm < T <
17,58 mm
17,42 mm < T <
17,48 mm
17,83 mm < T <
17,85 mm
V 19947,19 mm3 < V
< 20175,89 mm3
22877,29 mm3 < V <
23065,65 mm3
22886,19 mm3 < V <
23116,21 mm3
Ξ‘ 7,81 gr/mm3 < Ο <
7,96 gr/mm3
8,90 gr/mm3< Ο <
8,97 gr/mm3
9,27 gr/mm3< Ο <
9,36 gr/mm3
Dari tabel diatas menunjukan bahwa nilai-nilai
interval nilai yang seharusnya didapat pada saat
pengukuran selama lima kali. Pada umumnya semua
nilai yang dihasilkan dari lima kali percobaan, hampir
semua berada pada nilai interval tersebut. Namun, ada
sebagian yang tidak berada pada diantara nilai interval
tersebut. Ada yang melebihi nilai interval tersebut ada
juga yang bahkan lebih kecil dari nilai interval
tersebut.
BAB V ANALISIS
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR KELOMPOK 37 | 153
Adapun faktor-faktor yang menyebabkan
kesalahan dalam pengukuran ialah :
Kurang pahamnya pengamat dalam
menggunakan alat ukur yang digunakan.
Terjadinya kesalahan parakals atau kesalahan
seseorang dalam menentukan garis impit pada
alat ukur.
Karena nilai massa jenis suatu zat menjadi suatu
ketetapan yang telah ditetapkan maka hasil yang di
dapatkan kemudian dibandingkan dengan dengan
massa jenis yang sebenarnya yang telah ditetapkan
oleh para peneliti.
Adapun rinciannya adalah :
Tabel 5.2 perbandingan massa jenis
Sumber : id.wikipedia.org/wiki/2013/massa-jenis
Dari tabel tersebut dapat terlihat bahwa
percobaan yang kita lakukan pada balok besi sedikit
mendekati ketelitian, ini dilihat dari angka yang tidak
Banda
ukur
Massa jenis yang di
dapat (gr/cm3)
Massa jenis yang
sebenarnya (gr/cm3)
Besi 7,81 gr/cm3 7,87 gr/cm3
Kuningan 8,93 gr/cm3 8,40 gr/cm3
Tembaga 9,31 gr/cm3 8,93 gr/cm3
BAB V ANALISIS
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR KELOMPOK 37 | 154
teralu jauh dari kenyataannya. Namun untuk balok
tembaga dan balok kuningan massa jenis yang dicari
cukup jauh dengan ketetapan yang telah ada.
5.2 Pesawat Atwood Modern dan Konvensional
Dari percobaan yang telah praktikan lakukan
diketahui bahwa pada pesawat atwood konvensional
dalam percobaannya untuk GLB. Percobaan pertama
pada selang waktu 0 detik sampai 3,45 detik
kecepatan meningkat hingga 0,23 m/s namun pada
waktu setelah sampai 4,43 detik kecepatan benda
konstan 0,23 m/s.
Sedangkan pada percobaan kedua dengan beban
0,006 kg pada selang waktu 0 deetik hingga 2,53
kecepatan meningkat 0,32 m/s dan setelah itu pada
selang waktu 3,14 detik kecepatan benda konstan.
Pada percobaan berikutnya dengan menganilisa
hubungan dengan GLBB data yang didapat ialah
kecepatan benda semakin meningkat setiap
pertambahan jaraknya ini karena GLBB merupakan
gerak lurus berubah beraturan yang kecepatannya
berubah-ubah. Pada benda yang memiliki beban
0,004 kg maupun 0,006 kg.
BAB V ANALISIS
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR KELOMPOK 37 | 155
Selain itu juga kami mencoba menggunakan
pesawat atwood modern. Pada percobaan ini kami
menggunakan sensor pengukur waktu sehingga
ketelitiannya akan lebih baik.
Dari percobaan ini pada GLB didapat bahwa pada
dua kali percobaan dengan beban 0,01 kg
mendapatkan bahwa kecepatan benda terus
meningkat tiap pertambahan jaraknya. Begitupun
dengan beban 0,02 kg kecepatan terus meningkat tiap
pertambahan jarakya.
Percobaan kami mengabaikan inersia katrol
karena nilai inersia katrol yang sangat kecil. Namun
secara matematis kami melakuan perhitungan inersia.
Pada pesawat atwood konvensional GLBB inersia
dari katrol ialah 2,89 x 10-7 dan 4,66 x 10-7. sedangkan
dengan pesawat atwood modern insersia katrol yaitu
8,20 x 10-7 dan 1,56 x 10-6. Nilai inersia tersebut
didapatkan dari rumus :
πΌ = (π3
π. π β 2π1 β π3)π2
Di mana a adalah percepatan dari benda kerja. a
ini dihasilkan dari persamaan :
π = (π3
π1 + π2 + π3)π
BAB V ANALISIS
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR KELOMPOK 37 | 156
Nilai tersebut dari hukum newton II di mana a
sebanding dengan arah gaya dan berbanding terbalik
dengan massa tersebut dikarenakan tidak ada arah
gaya kami menggunakan arah benda jatuh.
Dari grafik di atas, pesawat atwood konvensional
pada percobaan GLB terlihat pada 0 detik hingga 3,45
detik ada percepatan yang semakin cepat. Namun,
setelah detik ke 3,45 sampai 4,43 detik grafik
menunjukan lurus. Ini artinya pada percobaan
pertama dengan beban 0,004 kg pada pesawat atwood
konvensional dalam keadaan konstan ada di detik
3,45 ke atas dengan jarak tumpu lepas beban pada
pesawat atwood konvensional pada jarak 0,8 m
sampai 1 m.
Sedangkan pada bebas 0,006 kg memiliki
kecepatan yang konstan berada pada detik 2,53 keatas
dengan jarak tumpu lepas beban di jarak 0,8 m sampai
1 m.
Karena nilai kecepatan pada percobaan ini
konstan maka percepatan yang dihasilkan ialah 0,
kecuali disaat awal percobaan. Pada percobaan awal
terdapat percepatan. Ini kemungkinan disebabkan
BAB V ANALISIS
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR KELOMPOK 37 | 157
tidak pasnya menghitung stop watch, dan penggunaan
pesawat atwood yang kurang pas.
GLBB pada pesawat atwood konvensinal
diketahui bahwa percepatan yang dihasilkan dengan
menggunakan rumus π =π3
π1+π2+π3. π dengan
rumus Hukum Newton II yaitu π =π£
π‘ tidak lah
berbeda jauh. Di mana dengan menggunakan rumus
pertama menghasilkan nilai percepatan percobaan
dengan beban 0,004 kg sebesar 0,2292 m/s2 dan
menggunakan rumus Hukum Newton II mendapatkan
hasil yang diambil rata-rata dari percobaan yakni
sebesar 0,22907 m/s2. Sedangkan pada beban 0,006
kg didapatkan hasil masing-masing dengan rumus
π =π3
π1+π2+π3. π di dapatkan hasil 0,3398 m/s2
sedangkan dengan rumus Hukum Newton II
didapatkan hasil 0,33867 m/s2.
Berbeda dengan pesawat atwood konvensial,
pada pesawat atwood modern di percobaan GLB kami
tidak menemukan hasil kecepatan yang konstan. Di
mana pada percobaan pertama dengan beban 0,01 kg
memiliki kecepatan 0,231 m/s dan 0,303 m/s.
Sehingga dengan begitu akan terdapat percepatan.
BAB V ANALISIS
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR KELOMPOK 37 | 158
Begitupun pada percobaan kedua dengan beban
0,02 kg tidak terdapat kecepatan kostan. Pada
percobaan tersebut kecepatan yang dihasilkan ialah
0,4296 m/s dan 0,508 m/s.
Pada percobaan GLBB menggunakan pesawat
atwood modern dihasil percepatan dengan beban 0,01
kg dari menggunakan rumus π =π3
π1+π2+π3+πΌ
π2
. π
dan dengan menggunakan rumus Hukum Newton II
ada perbadaan. Namun, tidak begitu signifikan yakni
dengan hasil masing-masing 0,5536 m/s2 dan 0,5540
m/s2. Sedangkan percepatan dengan menggunakan
beban 0,02 kg didapatkan hasil percepatan dari rumus
π =π3
π1+π2+π3+πΌ
π2
. π sebesar 1,048 m/s2 sedangkan
dengan rumus Hukum Newton II ialah 1,0472 m/s2.
5.3 Modulus Elastisitas
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan
pada praktikum kali ini benda ukur memiliki modulus
elastisitas yang berbeda. Ada tiga benda ukur yang
BAB V ANALISIS
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR KELOMPOK 37 | 159
digunakan, yakni batang kayu besar, kayu sedang, dan
kayu kecil.
Kayu besar memiliki modulus elastisitas sekitar
14,70 N/mm2, kayu sedang memiliki modulus
elastisitas sekitar 4,50 N/mm2, dan kayu kecil
memiliki modulus eastisitas sekitar 7,59 N/m2.
Hal yang mempengaruhi perbedaan modulus
elastisitas ini karena bidang kayu yang berbeda seperti
perbedaan luas permukaan, perbedaan panjang dari
tumpu kayu tersebut.
Selain karena perbedaan panjang, dan luas
permukaannya, perbedaan ini juga karena perbedan
karakteristik dari kayunya sendiri.
Pada perhitungan pelenturan kayu terdapat
kejanggalan. Dari perhitungan pelenturan kayu besar,
sedang, mapun kecil, pelenturan yang dihasilkan
sangat besar, dan melebih panjang dari kayu itu
sendiri.
Kesalahan ini disebabkan oleh praktikan yang
tidak terlalu paham dalam penurunan rumus, dan
kurang pahamnya praktikan dalam penentuan satuan.
BAB V ANALISIS
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR KELOMPOK 37 | 160
5.4 Bandul Sederhana dan Resonansi Bandul
Berdasarkan dari data yang didapat selama
melakukan praktikum bandul sederhana dan resonansi
bandul sederhana bahwa pada hubungan antara
perioda dan panjang yang massanya dibuat tetap
didapat bahwa perioda dan panjang berbanding lurus
dimana pada panjang bandul yang lebih pendek
periodana pun semakin cepat dan pada panjang
bandulyang lebih panjang, perioda dihasilkan juga
akan lebih lama. Sedangkan pada hubugan antara
perioda dan massa bandul dengan panjang bandul
yang dibuat tetap didapat bahwa semakin berat beban
yang digantung maka waktu dn perioda akan lebih
lama atau besar walaupun panjang beban yang tetap.
Pada hasil pengamatan resonansi bandul
sederhana bahwa semakin pendek dan semakin ringan
beban yang digantungkan maka waktu akan semakin
cepat untuk menempuh percobaan ini. Kemudian
perbandingan antara percobaan menggunakan alat
dan dengan cara yang manual yaitu menggunakan
bantuan tangan. Jadi massa bandul berpengaruh
terhadap perioda bandul karena semakin besar massa
beban bandul, perioda yang ditempuh akan semakin
BAB V ANALISIS
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR KELOMPOK 37 | 161
lama karena beban yang besar akan memperlambat
gerak dari bandul dan tali itu sendiri pada saat
diayunkan maka dari itu massa bandu sangatlah
berpengaru pada percobaan bandul sederahana ini.
Berdasarkan data dari grafik yang didapat grafik
hubungan antara perioda (T) dan l dengan massa
tetap, semakin besar atau semakin panjang bandul
maka perioda semakin besar. Sedangkan pada grafik
hubungan antara T dan m dengan l tetap T2 semakin
besar pula.
5.5 Gelombang Berdiri pada Pegas Heliks
Pada percobaan resonanasi pegas heliks diketahui
bahwa pegas merupakan gelombang longitudinal. Di
mana arah rambatnya sejajar dengan arah rambat
dengan getar saat pegas diayunkan keatas dan
kebawah. Maka getaran yang merambat pun ke atas
dan ke bawah.
Percobaan kali ini ialah resonansi pegas heliks di
mana pegas diberikan beban kemudian digetarkan
untuk membuat gelombang sehingga diketahui
periode dan frekuensina. Dari percobaan diatas
diketahui bahwa pegas heliks yang diayunkan dengan
BAB V ANALISIS
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR KELOMPOK 37 | 162
tumpuan tangan dan statif mennjukan angka yang
relatif sama. Baik menggunakan beban 100 gram atau
200 gram. Ini diakibatkan beban tidak jauh bebeda
karena berat benda, sehingga pelenturan yang didapat
semakin panjang. Semakin lama waktu tempuh pegas
untuk kembali ke bentuk semula. Itu untuk pegas 4,5
N/m.
Sedangkan untuk pegas 25 N/m dengan
kerapatannya yang sangat rapat sehingga pelenturan
semakin cepat terlihat dari data berbanding periode an
frekuensi ssdikit lenih jauh. Ini disebabkan oleh
kerapatan pegas yang lebih besar.
5.6 Hambatan Listrik
Hukum Ohm menyebutkan bahwa hambatan
listrik ialah pembagian atara beda potensial dan kuat
arus. Dari percobaan yang kami lakukan dengan
menggunakan hambatan 50 Ξ© dan hambatan 100 Ξ©,
kami mendapatkan hasil bahwa percobaan kami
cukup seseuai dengan hukum Ohm. Di mana kami
menggunakan hambatan 50 Ξ© dengan percobaan
tegangan yang berbeda-beda menjukan kat arus yang
berbeda pula. Dengan memasukan kedalam rumus
BAB V ANALISIS
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR KELOMPOK 37 | 163
π =π
πΌ kami menghasilkan hambatan yang dihasilkan
stabil diangka interval 51 Ξ© β 60 Ξ©. Hasil ini tidak
berbeda jauh dari hambatan yang digunakan. Dalam
percobaan ini diketahui bahwa jika tegangan
ditambah maka kuat arus bertambah. Namun,
hambatan yang dihasilkan konstan.
Berbeda dengan rankaian listrik dengan
hambatan 50 Ξ©, rangkaian 100 Ξ© terjadi anomali yang
sangat mencolok. Dari analisa/percobaan yang
dilakukan kami melakukan percobaan menggunakan
tegangan sebesar 2 V hambatan yang disahilkan ialah
322,5 Ξ©. Namun setelah di lanjutkan dengan 4 V
sampai 12 V hambatan yang dihasilkan stabil diangka
98 Ξ© β 105 Ξ©.
Dari grafik terlihat jelas bahwa jika tegangan
diperbesar maka arus yang mengalir pada rangkaian
semakin besar. Hambatan uang terhitung juga
cenderung stabil. Namun, pada hambatan 100 Ξ©
ditemukan kejanggalan. Pada teganagn 2 V hambatan
yang dihasilkan 322,5 Ξ©. Ini sangat jauh melampaui
dai hambatan yang digunakan. Kemungkinan
terjadinya kesalahan ini disebabkan pada saat
BAB V ANALISIS
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR KELOMPOK 37 | 164
prcobaan menggunakan 2 V listrik di laboratorium
sedikit terganggu. Karena kita kitahui bahwa listrik
memiliki tegangan yang tidak stabil. Faktor lainnya
yaitu kemungkinan karena rangkaian yang kurang
pas, kabel terlipat, kesalahan pengat dalam membaca
ukuran pada amperemeter, dan sebagainya.
5.7 Elektromagnet
Dari gambar-gambar sekta yang digambarkan
terlihat bahwa sketsa tersebut megeilingi dari
peghantar tersebut.
Penghantar lurus
Pada penghantar lurus gambar sangat
jelas terlihat mengelilingi diantara
penghantar tersebut
sesuai dengan kaidah tangan kanan yang
menyebutkan bahwa medan magnet
memiliki arah sesuai dengan digambar.
Penghantar lingkaran
BAB V ANALISIS
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR KELOMPOK 37 | 165
Pada penghantar melingkar gambar sketsa
terlihat mengelilingi dua ujung dari
penghantar melingkar tersebut.
Diatas terlihat gambar yang menunjukan
sistem garis yang memiliki arah yang
berbeda. Ini membuktikan bahwa setiap titik
dari kawat yag memiliki arus medan magnet
Penghantar solenoida
Pada penghantar solenoida gambar sketsa
terlihat mengelilingi seluruh kumparan dari
solenoida yang menghantarkan medan
magnet.
BAB V ANALISIS
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR KELOMPOK 37 | 166
Gambar di atas sangat jelas bahwa setiap
titik dikawat yang dialiri oleh listrik
memiliki medan magnet.
Dari gambar di atas diketahui bahwa arah yang
terlihat pada percobaan tidak terlalu jelas. Namun,
dengan kaidah tangan kanan diketahui bahwa arah
dari medan magnet seperti yang diatas.
5.8 Kalorimeter
Kalor merupaka energi yang dipindahkan dari
benda yang terperatur tinggi ke benda temperatur
rendah. Sehingga pengukuran suatu kalor tidak lepas
dari hukum kekekalan energi. Karena energi itu
bersifat kekal sehingga kalor yang dilepakan suatu
benda maka akan sama besar dengan kalor yang
diterima oleh benda tersebbut.
Percobaan dilakukan dengan menggunakan
kalorimeter sederhana. Kalorimeter ini dapat
memberikan informasi seberapa besar kapasitas kalor
yang dimiliki oleh suatu benda uji. Bahan uji yang
digunakan ialah balok besi, tembaga, dan aluminium.
Pertama-tama kita melakukan percobaan
kalorimeter dengan bahan balok besi. Balok besi
BAB V ANALISIS
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR KELOMPOK 37 | 167
awalnya dipanaskan dengan cara dicelupkan kedalam
air yanng mendidih selama dua menit. Tujuannya
untuk agar kalor yang diserap merata pada saat
dipanaskan hingga suhu 98oC besi langsung
dimasukan dalam kalorimeter yang berisi air
kemudian diaduk. Pengadukan ini berfungsi agar
penyebaran kalor yang merata pada kalorimeter.
Maka suhu yang didapat yaitu 34oC dari data ini kami
masukan pada rumus Azas Black maka kalor jenis
yang dihasilkan 572,71 J/KgoK. Begitupun dengan
balok tembaga dan balok aluminium yang
mendapakan hasil kalor jenis masing-masing
406,1432 J/KgoK dan 1452,17 J/KgoK.
Dari hasil yang didapatkan, kami mencoba untuk
melakukan perbandingan hasil percobaan dengan
ketetapan yang telah di tetapkan sejak dulu.
Tabel 5.3 perbandingan kalor jenis
Bahan uji Kalor jenis benda
hasil praktikum
Kalor jeis benda
yang
sebenaranya
Besi 572,71 J/KgoK 450 J/KgoK
Tembaga 406,14 J/KgoK 380 J/KgoK
Aluminium 1452,17 J/KgoK 920 J/KgoK
Sumber : id.wikipedia.org/wiki/2013/massa-jenis
BAB V ANALISIS
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR KELOMPOK 37 | 168
Dari tabel diatas diketahui bahwa hasil dari
praktikum sangat jauh berbeda dengan angka yang
sebenarnya. Perbedaan hasil pengukuran ini
memungkinkan adanya kesalahan dalam menguji
kalor jenis dari benda. Dari praktikum ini kami
mendapatkan kesimpulan bahwa ada beberapa faktor
yang dapat memengaruhi perbedaan kalor jenis,
seperti :
Faktor geografis, ini dikarenakan suhu
lingkungan tropis indonesia berbeda dengan di
skotlandia (tempat tinggal Black)
Faktor kesalahan dalam pemanasan atau
dalam pengukuran massa benda.
Kesalahan membaca alat ukur termometer
Kesalahan karena kurang baiknya penggunaan
kalorimeter.
Dari percobaan diatas juga dapat diketahui bahwa
ada beberapa pengaruh kalor pada setiap zat yakni.
Pengaruh terhadap massa, semakin besar
benda semkain beasr pula kalor yang
dibutuhkan tersebut.
BAB V ANALISIS
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR KELOMPOK 37 | 169
Pengaruh kalor terhadap jenis benda, kalor
yang diperukan menaikan suhu yang sama
ternyata besarnya berbeda.
Pengaruh kalor pada suhu benda, jumlah kalor
yang diberikan besarnya sebanding dengan
kenaikan (perubahan) suhu benda. Semakin
besar kalor yang diberikan maka semakin
besar pula kenaikan suhu tersebut.
BAB VI KESIMPULAN
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR KELOMPOK 37 | 165
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
6.1.1 Pengukuran Dasar
1. Setiap benda mempunyai masing β masing
fungsi yang berbeda
2. Banyak factor β factor yang mempengaruhi
dalam kesalahan pada saat mengukur benda
3. Alat juga mempunyai banyak jenis sesuai
dengan kebutuhannya
4. Ketelitian pada setiap alat ukur berbeda
6.1.2 Pesawat Atwood Konvensional dan Modern
1. GLB dan GLBB merupakan penerapan
Hukum Newton I dan Hukum Newton II
2. Dengan pesaat atood kita dapat mempelajari
Hukum NeWton II
3. Dengan percobaan pesaat atood dapat
menentukan momen inersia katrol
6.1.3 Modulus Elastisitas
1. Semakin besar nilai modulus elastisitas maka
regangan akan semakin mengecil
BAB VI KESIMPULAN
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR KELOMPOK 37 | 166
2. Setiap benda mempunyai modulus elastisitas
yang berbeda
3. Pada percobaan modulus elatisitas ini
menggunakan hokum hooke
6.1.4 Bandul Sederhana dan Resonansi Bandul
1. Periode geolmbang dipengaruhi oleh massa
bandul. Dan di pengaruhi juga jumlah ayunan,
waktu ayunan, dan panjang kawat bandul
2. Periode benda dapat ditentukan dengan rumus
ππ =1
πΓ π€πππ‘π’ atau dengan rumus π = 2πβ
π
π¦
6.1.5 Resonansi pada pegas heliks
1. Waktu mempengaruhi hasil perioda dan
frekuensi
2. Suatu pegas dipengaruhi oleh kecepatan dan
konstanta pegas
6.1.6 Hambatan Listrik
1. Arus listrik yang dihasilkan berbanding lurus
dengan tegangannya (V) dan sesuai dengan
hokum ohm
2. Ada beberapa factor yang menyebabkan hasil
tidak sesuai dengan hokum ohm.
BAB VI KESIMPULAN
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR KELOMPOK 37 | 167
6.1.7 Elektromagnet
1. Kuat arus mempengaruhi medan magnet
2. Terdapat hasil yang berbeda dari masing β
masing kawat
6.1.8 Kalorimeter
1. Prinsip kerja pada calorimeter berdasarkan
asas black yaitu kalor yang diterima sama
dengan kalor yang dilepas
2. Hasil dari kalor yang paling besar didapatkan
oleh besi
3. Massa setiap benda mengasilkan kalor benda
yang berbeda β beda
4. Kalorimeter adalah alat untuk mengukur kalor
5. Kalor sebanding dengan massa benda
6.2. Saran
Menambahkan / melengkapi alat praktikum yang
ada di laboratorium agar pada saat praktikum
dilaksanakan setiap kelompok tidak saling berebut
alat yang akan digunakan
Komunikasi antar asisten dan praktikan lebih
ditingkatkan