laporan akhir fase i proyek ilo-score indonesia pdf

98
Kesinambungan Daya Saing dan Tanggung Jawab Perusahaan/ Sustaining Competitive and Responsible Enterprises (SCORE) FASE I LAPORAN AKHIR SC RE SUSTAINING COMPETITIVE AND RESPONSIBLE ENTERPRISES

Upload: hoangkhanh

Post on 14-Dec-2016

258 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

  • Kesinambungan Daya Saing dan Tanggung Jawab Perusahaan/ Sustaining Competitive and Responsible Enterprises (SCORE)

    FASE ILAPORAN AKHIRKantor ILO JakartaMenara Thamrin Lantai 22Jl. M. H. Thamrin Kav. 3Jakarta 10250Indonesia

    SC RESUSTAINING COMPETITIVE AND RESPONSIBLE ENTERPRISES

  • Kesinambungan Daya Saing dan Tanggung Jawab Perusahaan/ Sustaining Competitive and Responsible Enterprises (SCORE)

    SC RESUSTAINING COMPETITIVE AND RESPONSIBLE ENTERPRISES

    FASE ILAPORAN AKHIR

    Durasi Proyek : Oktober 2009 Juni 2013

    Donor : The Swiss Secretariat for Economic Affairs (SECO) dan The Norwegian Agency for Development Cooperation (NORAD)

    Mitra Pelaksana : International Labour Organization

    Disiapkan oleh : ILO SCORE Indonesia

    September 2013

  • ii

    SCORE - LapORan akhiR faSE i

    Copyright International Labour Organization 2013Cetakan Pertama 2013

    Publikasi-publikasi International Labour Office memperoleh hak cipta yang dilindung oleh Protokol 2 Konvensi Hak Cipta Universal. Meskipun demikian, kutipan-kutipan singkat dari publikasi tersebut dapat diproduksi ulang tanpa izin, selama terdapat keterangan mengenai sumbernya. Permohonan mengenai hak reproduksi atau penerjemahan dapat diajukan ke ILO Publications (Rights and Permissions), International Labour Office, CH-1211 Geneva 22, Switzerland, or by email: [email protected]. International Labour Office menyambut baik permohonan-permohonan seperti itu.

    Perpustakaan, lembaga dan pengguna lain yang terdaftar di Inggris Raya dengan Copyright Licensing Agency, 90 Tottenham Court Road, London W1T 4LP [Fax: (+44) (0)20 7631 5500; email: [email protected]], di Amerika Serikat dengan Copyright Clearance Center, 222 Rosewood Drive, Danvers, MA 01923 [Fax: (+1) (978) 750 4470; email: [email protected]] arau di negara-negara lain dengan Reproduction Rights Organizations terkait, dapat membuat fotokopi sejalan dengan lisensi yang diberikan kepada mereka untuk tujuan ini.

    ILOLaporan Akhir Fase 1, Program SCORE/Kantor Perburuhan Internasional Jakarta: ILO, 2013xii, 84 p

    ISBN 978-92-2-828437-9 (print) 978-92-2-828438-6 (web pdf)

    Versi bahasa Inggris: Final Report; Phase 1, SCORE Programme; ISBN: 978-92-2-128437-6 (print); 978-92-2-128438-3 (web pdf); International Labour Organization; Jakarta Office. 2013

    ILO Katalog dalam terbitan

    Penggambaran-penggambaran yang terdapat dalam publikasi-publikasi ILO, yang sesuai dengan praktik-praktik Perserikatan Bangsa-Bangsa, dan presentasi materi yang ada di dalamnya tidak mewakili pengekspresian opini apapun dari sisi International Labour Office mengenai status hukum negara, wilayah atau teritori manapun atau otoritasnya, atau mengenai batas-batas negara tersebut.

    Tanggungjawab atas opini-opini yang diekspresikan dalam artikel, studi, dan kontribusi lain yang ditandatangani merupakan tanggungjawab penulis, dan publikasi tidak mengandung suatu dukungan dari International Labour Office atas opini-opini yang terdapat di dalamnya.

    Rujukan ke nama perusahaan dan produk komersil dan proses tidak menunjukkan dukungan dari International Labour Office, dan kegagalan untuk menyebutkan suatu perusahaan, produk komersil atau proses tertentu bukan merupakan tanda ketidaksetujuan.

    Publikasi ILO dapat diperoleh melalui penjual buku besar atau kantor lokal ILO di berbagai negara, atau secara langsung dari ILO Publications, International Labour Office, CH-1211 Geneva 22, Switzerland; atau Kantor ILO Jakarta, Menara Thamrin, Lantai 22, Jl. M.H. Thamrin Kav. 3, Jakarta 10250, Indonesia. Katalog atau daftar publikasi tersedia secara cuma-cuma dari alamat di atas, atau melalui email: [email protected]

    Kunjungi halaman web kami: www.ilo.org/publns

    Dicetak di Indonesia

  • iii

    Kata Pengantar

    Program SCORE (Sustaining Competitive and Responsible Enterprises) atau Kesinambungan Daya Saing dan Tanggung Jawab Perusahaan adalah sebuah program Tripartit yang dikembangkan oleh Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO), Serikat Pekerja/Serikat Buruh Indonesia, serta International Labour Organization (ILO), sejak tahun 2009.

    Sesuai dengan tujuannya yaitu, untuk meningkatkan produktivitas dan daya saing Usaha Kecil dan Menengah (UKM)/Industri Kecil dan Menengah (IKM) sehingga pada akhirnya dapat menciptakan lapangan kerja baru, program SCORE fase I (periode 2009 2013) telah berhasil membantu peningkatan produktivitas dan daya saing di 90 perusahaan melalui upaya penciptaan hubungan kerja yang harmonis, sehingga dapat tercipta 337 kesempatan kerja baru.

    Diharapkan program SCORE fase II dapat dilanjutkan, dengan lebih mengedepankan semangat tripartisme dalam pola kerjanya dan lebih fokus pada penerapan keseluruhan modul (5 modul) untuk setiap perusahaan, termasuk perluasan area cakupannya. Dengan semakin meningkatnya kualitas pelaksanaan program SCORE fase II, serta banyaknya perusahaan kecil dan menengah yang ikut serta, maka produktivitas, daya saing dan penciptaan kesempatan kerja baru di perusahaan kecil dan menengah juga akan semakin meningkat.

    Sekretaris JenderalKementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi

    Ir. Abdul Wahab Bangkona, MSc.

    Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi

  • iv

    SCORE - LapORan akhiR faSE i

    Kata PengantarAsosiasi Pengusaha Indonesia

    APINDO menyambut baik program SCORE karena melalui program SCORE, Pemerintah, Serikat Pekerja dan Pengusaha, bekerja sama untuk meningkatkan daya saing UKM-IKM. Program SCORE mengajarkan kerjasama yang harmonis antara pemilik perusahaan dan karyawan sebagai landasan untuk peningkatan daya saing, disamping juga mengajarkan metodologi praktis untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi dan kompetensi tanpa harus mengeluarkan biaya investasi yang besar.

    Implementasi program SCORE sejalan dengan misi APINDO, yaitu meningkatkan hubungan industrial yang harmonis terutama di tingkat perusahan dan juga memberdayakan pelaku usaha; khususnya UKM-IKM agar dapat memenangkan persaingan yang dapat dilakukan jika terus berkesinambungan meningkatkan produktivitas dan efisiensinya.

    Bekerjasama dengan seluruh DPP APINDO di seluruh propinsi Indonesia, kami akan berupaya agar program SCORE dapat disebarluaskan ke lebih banyak UKM-IKM sehingga tercipta peningkatan daya saing dan UKM-IKM kita berjaya di negeri sendiri.

    Sofyan WanandiKetua Umum DPN APINDO

  • v

    Kata Pengantar

    Konfederasi Serikat Pekerja/Serikat Buruh Indonesia

    Serikat Pekerja/Serikat Buruh nasional di Indonesia memberikan dukungan penuh terhadap Program SCORE dari sejak awal, karena Program ini mampu menjembatani kepentingan dari pekerja/buruh dan pemilik perusahaan sehingga tercipta hubungan kerja yang erat dan harmonis di dalam perusahaan.

    SCORE juga membantu meningkatkan keterampilan pekerja/buruh, dalam hal manajemen kualitas, menerapkan konsep produksi bersih, pengaturan Sumber Daya Manusia (SDM) yang optimal hingga penciptaan lingkungan kerja aman, sehat dan nyaman, sehingga tercipta peningkatan produktivitas dan efisiensi perusahaan. Hal ini sangat selaras dengan misi kami dalam hal meningkatkan peran serta pekerja/buruh anggota kami di dalam peningkatan daya saing perusahaan.

    Kami sangat mengharapkan agar ke depannya Program SCORE dapat lebih disebarluaskan, agar hubungan kerja yang harmonis dapat tercipta di lebih banyak UKM-IKM Indonesia. Dengan demikian atas dasar terjadinya peningkatan produktivitas dan daya saing perusahaan, maka terciptalah peningkatan kesejahteraaan bagi Pekerja/Buruh dan penciptaan lapangan kerja yang baru.

    Sukses Milik Bersama.

    Yoris RaweyaiKetua Umum Konfederasi Serikat Pekerja Seluruh Indonesia, Rekonsiliasi

    Andi Gani NenaweaKetua Umum Konfederasi Serikat Pekerja Seluruh Indonesia, Kongres Jakarta

    Said IqbalPresiden Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia

    MudhofirPresiden Konfederasi Serikat Buruh Sejahtera Indonesia

  • vi

    SCORE - LapORan akhiR faSE i

  • vii

    Kata Pengantar

    Program SCORE mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO) dan semua Konfederasi Serikat Pekerja/Serikat Buruh Indonesia serta Yayasan Dharma Bhakti Astra atas dukungan dan kerja sama yang solid selama menjalankan aktivitas program Kesinambungan Daya Saing dan Tanggung Jawab Perusahaan (SCORE) dari Oktober 2009 Juni 2013.

    Dukungan dan kerja sama tersebut telah menjadikan program ini berjalan baik dan memperoleh dana perpanjangan program hingga tiga tahun ke depan, yang dinamakan SCORE Fase II hingga tahun 2016.

    Secara resmi SCORE Indonesia diresmikan pada 6 Juli 2010 dengan penandatanganan Piagam Komitmen yang disaksikan oleh Presiden Swiss Doris Leuthard. Hadir dalam acara penandatanganan tersebut Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Muhaimin Iskandar, Menteri Kesehatan (Alm) Endang Sedianingsih, Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO) Sofyan Wanandi, Ketua Konfederasi Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (KSPSI) Kalibata Sjukur Sarto, Ketua KSPSI Pasar Minggu Mathias Thambing, Ketua Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) Alm. Thamrin Mosii, dan Ketua Konfederasi Serikat Buruh Sejahtera Indonesia (KSBSI) Rekson Silaban.

    Semoga apa yang telah dicapai dapat dipertahankan dan terus ditingkatkan agar semakin memberi manfaat bagi konstituen dan meningkatkan daya saing UKM. Dengan demikian dapat memberi kontribusi dalam penciptaan lapangan kerja baru dan layak bagi masyarakat Indonesia

    Peter van RooijDirektur ILO Jakarta

    International Labour Organization

  • viii

    SCORE - LapORan akhiR faSE i

    PROLOGMemberdayakan UKM/IKM, Memperkuat Pilar Ekonomi

    Usaha Kecil Menengah/Industri Kecil Menengah (UKM/IKM) merupakan salah satu pilar perekonomian Indonesia karena berperan dalam penyediaan lapangan pekerjaan. Data Kementerian Koperasi dan UKM/IKM terdapat 101 juta orang yang bekerja di sektor UKM/IKM di tahun 2012. Disebutkan pula, jumlah tersebut bekerja di 55 juta unit UKM/IKM yang memiliki kontribusi sebesar 57,4 persen terhadap Produk Domestik Bruto.

    Oleh karena itu peran UKM/IKM sangat besar terhadap pembangunan ekonomi. Kunci dari pembangunan ekonomi yang berkelanjutan dan penciptaan lapangan pekerjaan yang mengarah kepada pengurangan kemiskinan yang efektif terletak pada UKM/IKM yang berdaya saing dan dapat terus bertumbuh.

    Namun UKM/IKM juga rentan terhadap goncangan eksternal seperti krisis keuangan global maupun kompetisi pasar yang semakin ketat. Sehingga tingkat penciptaan pekerjaan maupun kehilangan pekerjaan secara signifikan lebih tinggi pada UKM/IKM dibandingkan dengan perusahaan-perusahaan besar.

    Untuk itu sebuah upaya untuk memperkuat UKM/IKM supaya tahan terhadap goncangan eksternal menjadi penting untuk dilakukan. Penelitian International Labour Organization (ILO) menunjukkan, inovasi di organisasi kerja, pembelajaran di tempat kerja secara terus-menerus, hubungan pekerja-manajemen yang baik, dan penghargaan terhadap hak-hak pekerja merupakan cara-cara efektif untuk meningkatkan produktivitas dan juga mempromosikan pekerjaan yang layak di UKM/IKM.

  • ix

    Kata Pengantar iii

    Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi iii Asosiasi Pengusaha Indonesia iv Serikat Pekerja/Serikat Buruh v International Labour Organization vii

    Prolog viii

    Daftar Isi ix

    Daftar Gambar xi

    Daftar Tabel xii

    Ringkasan Eksekutif 1

    1 Apa itu SCORE? 3 Strategi Proyek SCORE 6 Tujuan SCORE Indonesia 7 Hubungan SCORE dengan Prioritas dan Hasil Program Negara Pekerjaan Layak Indonesia (DWCP 2012 - 2015): 7 Metodologi SCORE 8 1. Target Perusahaan 8 2. Tahapan Pelatihan 8 3. Modul Pelatihan 10 4. Daftar Pemangku Kepentingan / Mitra SCORE Indonesia 13 5. SCORE National Tripartit Advisory Committee 15 6. Peluncuran resmi SCORE Indonesia 17

    Daftar Isi

  • x

    SCORE - LapORan akhiR faSE i

    2 Pencapaian SCORE Fase 1 20 Adaptasi modul-modul pelatihan SCORE 20 Kerjasama aktivitas SCORE bersama Kemnakertrans 27 Aktivitas SCORE bersama Asosiasi Pengusaha Indonesia 28 Aktivitas SCORE bersama Serikat Pekerja/Serikat Buruh Indonesia 29 Kerjasama aktivitas SCORE bersama Yayasan Dharma Bhakti ASTRA 30

    3 Aktivitas SCORE Social Marketing 32

    4 Data KPI dan Monitoring & Evaluasi (M&E) 40 Pengukuran Kualitatif 40 Pengukuran Kuantitatif 41 SCORE M&E 42

    5 Sertifikasi Pelatih/Trainer SCORE 44

    6 Kesinambungan SCORE 46

    7 Ringkasan dampak dan perubahan terhadap UKM-IKM yang menerapkan SCORE 52 Laporan Perkembangan Project SCORE di Indonesia (Country Progress Report) 52 Laporan Total Peningkatan Perusahaan (Sum of Enterprise Improvements) 57

    8. Kisah Sukses Perusahaan 62

    Daftar Perusahaan yang telah mengikuti program SCORE 78

  • xi

    Daftar Gambar

    Gambar 1. Negara-negara SCORE dan target sektor setiap negara 4Gambar 2. Kegiatan SCORE di Indonesia 5Gambar 1.2 Strategi Implementasi SCORE 6Gambar 1.3 Suasana baseline assessment di dua perusahaan SCORE 8Gambar 1.4 Di dalam workshop SCORE, direktur, manajer dan pekerja berdiskusi bersama 9Gambar 1.5 Kunjungan perusahaan untuk memantau perkembangan perusahaan 9Gambar 1.6 Presentasi hasil peningkatan perusahaan di depan konstituen di Kemnakertrans di Jakarta dan di Makassar 10Gambar 1.7 Modul SCORE 10Gambar 2.1 Penandatanganan piagam komitmen SCORE 17Gambar 2.2 Adaptasi Modul 2 SCORE bersama dengan Kemnakertrans, APINDO dan Serikat Pekerja dan Buruh 21Gambar 2.3 Adaptasi Modul 4 SCORE bersama dengan Kemnakertrans, APINDO dan Serikat Pekerja dan Buruh 21Gambar 2.4 Adaptasi Modul 5 SCORE bersama dengan Kemnakertrans, APINDO dan Serikat Pekerja dan Buruh 21Gambar 8.1 Tiga UKM-IKM peserta SCORE menerima penghargaan Paramakarya Award 2011 25Gambar 8.2 Penghargaan Paramakarya Award 2013 26Gambar 8.3 PT Mubarokfood mempresentasikan aktivitas K3 di perusahaannya pada meeting ASEM di Singapura 26Gambar 2.7 ToT bersama BBPP Bekasi 27Gambar 2.8 ToT bersama konstituen di Lampung 27Gambar 2.9 Aktivitas SCORE bekerjasama dengan Kemnakertrans 27Gambar 2.10 ToT bersama konstituen di Makassar 27Gambar 2.14 Aktivitas ToT SCORE bersama penyedia layanan jasa konsultasi yang bernaung di bawah APINDO 28Gambar 2.15 ToE Modul 1 bersama UKM-IKM binaan APINDO 28Gambar 2.18 Aktivitas SCORE Pengarusutamaan gender bekerjasama dengan Serikat Pekerja dan Buruh 29Gambar 2.12 Aktivitas ToE M1 di YDBA 30Gambar 2.13 Aktivitas presentasi akhir SCORE bersama YDBA 30Gambar 2.19 Poster SCORE dalam kampanye pemasaran sosial 33Gambar 3.2 Hasil survei untuk alat kampanye yang paling diingat responden 34Gambar 2.19 Poster SCORE dalam kampanye pemasaran sosial 36Gambar 2.20 Kampanye pemasaran sosial online SCORE 37Gambar 3.3 Peluncuran aktivitas social marketing di Jakarta bersama konstituen 38Gambar 3.4 Peluncuran social marketing di Makassar bersama konstituen 38

  • xii

    SCORE - LapORan akhiR faSE i

    Gambar 3.5 Suasana saat social marketing di Makassar, Sulawesi Selatan 38Gambar 4.1 Perubahan-perubahan yang terjadi di UKM-IKM setelah mengikuti aktivitas SCORE 40Gambar 4.2 Testimoni dari PT Tjokro Bersaudara setelah mengikuti aktivitas SCORE M1 41Gambar 4.3 Lembaran Key Perfomance Indicators (KPI) yang wajib diisi oleh UKM-IKM dan dilaporkan secara periodik kepada instruktur untuk nantinya direkap di database M&E SCORE 41Gambar 4.4 Sistem M&E (Monitoring dan Evaluasi) SCORE 42Gambar 5.1 Master Trainer SCORE Mr. Jayanta De Silva sedang melakukan kunjungan perusahaan 44Gambar 6.1. Desain kesinambungan SCORE 47Gambar 7.1 Grafik komposisi peserta pelatihan SCORE 53Gambar 7.2 Grafik komposisi peserta pelatihan SCORE 54Gambar 7.3 Komposisi peserta pelatihan 56Gambar 7.4 Grafik persentase UKM-IKM yang menerapkan praktik kerja yang baik dan bertanggung jawab 59Gambar 7.5 Grafik persentase UKM yang melaporkan peningkatan setelah training SCORE 60

    Daftar TabelTabel 2.1 Daftar keanggotaan NTAC SCORE Indonesia (per September 2012) 16Tabel 1. Pelatihan Perusahaan 22Tabel 2. Jumlah Peserta Pelatihan SCORE 23Tabel 3. Peningkatan Perusahaan Sesuai dengan Modul 24Tabel 6.1 Peringkat Kesinambungan SCORE 49Tabel 7.1 Jumlah peserta pelatihan SCORE 52Tabel 7.2 Pelatihan Perusahaan 54Tabel 7.3 Pelatihan perusahaan per modul 55Tabel 7.4 Peningkatan perusahaan sesuai dengan modul 58

  • 1

    Ringkasan Eksekutif

    Pertama-tama, ILO Indonesia mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Asosiasi Pengusaha Indonesia, semua Konfederasi Serikat Pekerja/Serikat Buruh Indonesia serta Yayasan Dharma Bhakti Astra atas dukungan dan kerjasama yang solid selama menjalankan aktivitas Program SCORE yang berawal dari Oktober 2009 hingga Juni 2013. Program SCORE adalah Program Tripartit yang awalnya dirintis oleh ILO dan didanai oleh Swiss State Secretariat for Economic Affairs (SECO) & Norwegian Agency for Development (NORAD). Program ini dikembangkan dan diimplementasikan oleh Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO), Konfederasi Serikat Pekerja/Serikat Buruh Indonesia, dan ILO.

    Karena dinilai baik dan berdampak positif, proyek Kesinambungan Daya Saing dan Tanggung Jawab perusahaan (SCORE) yang didanai oleh Pemerintah Swiss dan Norwegia dan diimplementasikan di 7 negara dunia (Indonesia, China, Vietnam, India, Kolombia, Afrika Selatan dan Ghana) memperoleh dana untuk perpanjang proyek 3 tahun kedepan.

    Dengan dukungan penuh dari Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi beserta instruktur-instruktur produktivitas dan pengawas ketenagakerjaan dari provinsi terkait, Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO), semua Konfederasi Serikat Pekerja/Serikat Buruh Indonesia, dan Yayasan Dharma Bhakti Astra (YDBA) maka, SCORE Indonesia berkembang baik dan telah memperoleh beberapa pencapaian seperti:

    w Modul SCORE 1 sampai 5 telah diadaptasi untuk disesuaikan dengan kondisi UKM-IKM Indonesia dan telah tersedia dalam bentuk softcopy dan hardcopy.

    w90 UKM-IKM yang tersebar di 6 propinsi Indonesia (DKI Jakarta, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Jawa Tengah, Kalimantan Timur dan Lampung) telah berpartisipasi dalam aktivitas SCORE.

  • 2

    SCORE - LapORan akhiR faSE i

    wMinimal 90 tenaga instruktur baik Pemerintah maupun swasta telah mengikuti aktivitas Training of Trainer (ToT) SCORE Modul 1.

    w337 lapangan kerja baru telah tercipta di UKM-IKM yang berpartisipasi dan terlaporkan kepada ILO.

    wLima perusahaan yang dibina oleh instruktur Kemnakertrans dan mengikuti program SCORE, memperoleh Parama Karya Award 2011 dan 2013.

    wSatu perusahaan SCORE bersama dengan Direktorat Jenderal Pembinaan dan Pengawasan Ketenagakerjaan mengikuti symposium ASEM (Asia-Europe Meeting) on OSH di Singapura.

    wBersama dengan Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi serta Yayasan Dharma Bhakti ASTRA, kesinambungan SCORE metodologi sudah mulai diperkuat dengan cara mengadaptasinya kedalam program training tahunan.

    Sukses yang dicapai berkat kerjasama erat bersama dengan seluruh kontituen SCORE Indonesia, membuahkan perpanjangan proyek SCORE, yang dinamakan SCORE Fase II hingga tahun 2016. Semoga apa yang telah dicapai dapat terus dipertahankan dan ditingkatkan, untuk semakin memberikan manfaat bagi konstituen dan daya saing Usaha Kecil Menengah Indonesia sehingga dapat secara aktif berkontribusi dalam penciptaan lapangan kerja baru dan layak bagi masyarakat Indonesia.

  • 3

    Bab 1

    Apa itu SCORE?

  • 4

    SCORE - LapORan akhiR faSE i

    Program Kesinambungan Daya Saing dan Tanggung Jawab Perusahaan atau SCORE (Sustaining Competitive Responsible Enterprises) adalah sebuah program yang bertujuan untuk meningkatkan daya saing dan kesinambungan Usaha Kecil dan Menegah (UKM) / Industri Kecil dan Menengah (IKM) melalui peningkatan produktivitas dan penerapan praktik-praktik kerja yang baik dan bertanggung jawab. Program SCORE pada awalnya dirintis oleh International Labour Organization (ILO) dan didanai oleh pemerintah Swiss (Swiss State Secretariat for Economic Affairs/SECO) dan Norwegia (The Norwegian Agency for Development Cooperation/NORAD). Program global ini diimplementasikan di tujuh negara (Indonesia, China, Vietnam, India, Kolombia, Afrika Selatan dan Ghana). Di Indonesia, program SCORE dikembangkan dan diimplementasikan oleh Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO), Konfederasi Serikat Pekerja/Serikat Buruh Indonesia, dan ILO.

    Apa itu SCORE?

    Gambar 1. Negara-negara SCORE dan target sektor setiap negaraSumber: ILO SCORE Global

    Colombia- Textile- Flowers

    Geneva- SCORE Global- Global TripartiteAdvisory Committee

    China- Garments- Machine and Auto parts

    Indonesia- Auto parts & others

    India- Auto and machine parts

    South Africa- Ecotourism lodges

    Ghana- Manufacturing

  • 5

    SUMATERA

    JAVA

    KALIMANTAN

    SULAWESI

    PAPUA

    Banda Aceh

    Medan

    Padang

    Pekan Baru

    Jambi

    Tanjung Pinang

    Palembang

    Pangkal Pinang

    Bengkulu

    Bandar Lampung

    Serang

    Jakarta

    Bandung Semarang

    Jogjakarta

    Surabaya

    Denpasar

    Pontianak

    Palangkaraya

    Samarinda

    Banjarmasin

    Makassar

    Manado

    Gorontalo

    Palu

    Kendari

    Mataram

    Poso

    Kupang

    Dili

    Ambon

    Ternate

    Manokwari

    Jayapura

    SCORE

    Gambar 2. Kegiatan SCORE di IndonesiaSumber: ILO Result 2012

    SCORE

    SCORE

    SCORE

    SCORE

    SCORE

    Program SCORE merupakan program peningkatan usaha / industri kecil dan menengah melalui pelatihan dengan metodologi SCORE yang terdiri dari pelatihan di dalam kelas dan kunjungan ke perusahaan oleh instruktur ahli tentang cara-cara meningkatkan kerjasama di tempat kerja, produktivitas, mutu produk, kondisi kerja dan efisiensi produksi.

    ILO menggunakan pendekatan mikro dan makro dalam program SCORE untuk mencapai tujuannya. Di tingkat mikro, program SCORE memberikan jasa pelatihan dan konseling metode peningkatan perusahaan melalui praktik-praktik kerja yang baik dan bertanggung jawab kepada UKM/IKM. Di tingkat makro, program SCORE memberikan pembangunan kapasitas (capacity building) kepada mitra SCORE yang melatih UKM/IKM sehingga pendekatan di tingkat mikro dapat direplikasikan pada sektor dan lokasi lain dalam skala nasional, juga disebarluaskan melalui media massa guna mempengaruhi perilaku praktik kerja yang baik ditingkat perusahaan.

  • 6

    SCORE - LapORan akhiR faSE i

    Strategi Program SCOREStrategi ILO untuk program SCORE adalah pembangunan kapasitas instruktur dari mitra program SCORE dan diimplementasikan melalui ToT (Training of Trainers) dan ToE (Training of Enterprises) di sektor-sektor yang memiliki potensi penciptaan lapangan kerja. Contohnya di Indonesia adalah sektor auto parts, furniture, garmen dan makanan. ILO memfokuskan program SCORE pada pembangunan kapasitas mitra program SCORE di tingkat makro dan bukan subsidi langsung untuk pelatihan perusahaan.

    Di Indonesia, program SCORE bekerja sama dengan Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi serta lembaga-lembaga pemerintahan lain yang terkait; Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO); serta serikat pekerja/serikat buruh. Juga berupaya melibatkan lembaga-lembaga dan asosiasi sektoral nasional untuk tujuan replikasi seperti Yayasan Dharma Bhakti Astra.

    Di tingkat lokal, program SCORE membantu memperkuat kapasitas instruktur produktivitas dan pengawas Ketenagakerjaan di Dinas Tenaga Kerja Provinsi, instruktur ahli dari APINDO atau Serikat Pekerja/ Serikat Buruh dan penyedia layanan teknis guna mempromosikan dan membangun daya saing UKM/IKM.

    Pada tahap awal, program SCORE Fase I memberi fokus pada sektor auto-parts di kawasan Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi (Jabodetabek). Program tersebut dinilai berhasil sehingga kemudian diperluas ke sektor dan area lainnya. Saat ini sudah ada lima provinsi yang berpartisipasi dalam program SCORE, yaitu Jawa Tengah (Semarang), Lampung (Bandar Lampung), Sulawesi Selatan (Makassar), Kalimantan Timur (Samarinda) dan Sulawesi Tenggara (Kendari).

    Gambar 1.2 Strategi Implementasi SCORE

    a b c d e

    Menyeleksi sub sektor/ rumpun dan perusahaan

    pemimpin

    Mengidentifi-kasi dan menopang

    kapasitas lembaga

    nasional/ lokal, tenaga ahli

    dan penyedia layan-an untuk

    memfasilitasi dan memberi-kan

    hasil

    Modul pelatihan

    &konseling

    Mengidentifikasi dan menyebar-luaskan

    praktik tempat kerja yang baik lewat asosiasi industri dan pengawas

    ketenagakerjaan menggunakan media

    massa

    Replikasikan dan perluas

    Fase 1 Fase 2

  • 7

    Tujuan SCORE Indonesia Tujuan SCORE Indonesia adalah meningkatkan daya saing dan kesinambungan UKM/IKM Indonesia, dengan menjadikannya lebih produktif, bersih, dan kompetitif, serta mampu menerapkan praktik-praktik kerja yang baik dan bertanggung jawab.

    Untuk mencapai hal tersebut, program ini diharapkan mencapai hasil sebagai berikut:

    a) Lembaga pemerintah atau asosiasi industri dapat memasarkan dan mengoordinasikan layanan peningkatan produktivitas kepada anggotanya.

    b) Penyedia jasa konsultasi dapat memberikan pelatihan dan layanan bimbingan untuk perbaikan tempat kerja secara komersial dan berkesinambungan.

    c) Pengawas ketenagakerjaan bekerja sama dengan media massa dapat menyebarluaskan praktik-praktik kerja yang baik dan bertanggung jawab secara progresif.

    Hubungan SCORE dengan Prioritas dan Hasil Program Negara Pekerjaan Layak Indonesia (DWCP 2012-2015)

    Prioritas : Hubungan industrial yang baik dalam konteks tata kelola ketenagakerjaan yang efektif.

    Hasil: Konstituen tripartit secara efektif terlibat dalam dialog sosial untuk menerapkan peraturan

    ketenagakerjaan dan standar ketenagakerjaan

  • 8

    SCORE - LapORan akhiR faSE i

    Metodologi SCOREMetodologi SCORE dikembangkan atas dasar pengalaman praktis dari hasil-hasil praktik peningkatan produktivitas program Factory Improvement Programme yang berjalan di Kamboja dan China. Program yang didanai oleh SECO ini menjadi cikal bakal dari dua program ILO yang ada sekarang, yaitu Better Work dan SCORE. Better Work Programme lebih mengarah untuk perusahaan menengah dan besar sedangkan program SCORE dijuruskan untuk membantu perusahaan kecil dan menengah.

    Adapun metodologi SCORE terdiri dari:

    1. Target Perusahaan: UKM/IKM dengan jumlah pekerja 30 250 orang.

    Bergerak di bidang manufaktur.

    Ada komitmen dari pemilik perusahaan.

    Bersedia memberikan data-data pengukuran produktivitas.

    Gambar 1.3 Suasana baseline assessment di dua perusahaan

    SCORE

    2. Tahapan Pelatihan

    Tahap 1 - Baseline Assessment

    Ini merupakan tahap untuk mengetahui keadaan perusahaan sebelum ikut aktivitas SCORE. Juga untuk mengetahui seberapa besar komitmen pemilik perusahaan pada aktivitas ini. Data Key Performance Indicator (KPI) awal akan dikumpulkan dan keadaan nyata kondisi tempat kerja di perusahaan akan difoto.

  • 9

    Tahap 2: Workshop selama 2 hari

    Jika kondisi perusahaan sudah diketahui maka digelar workshop dua hari yang diikuti oleh 5-6 perusahan dengan peserta sejumlah empat orang dari setiap perusahaan yang terdiri dari direktur, manajer dan dua pekerja. Hasil yang diharapkan dari tahapan ini adalah adanya action plan (rencana aksi) perubahan di masing-masing perusahaan.

    Gambar 1.4 Di dalam workshop

    SCORE, direktur, manajer dan pekerja berdiskusi bersama.

    Tahap 3: Tiga Kali Kunjungan ke Perusahaan

    Usai workshop, tenaga ahli SCORE akan berkunjung ke perusahaan guna membantu rencana aksi yang telah dibuat saat workshop. Hal ini untuk memastikan rencana aksi terimplementasi dengan baik, dan bila perlu ada tambahan rencana aksi jika ada temuan baru di perusahaan. Kunjungan ke perusahaan dilakukan sebanyak tiga kali, dengan senggang waktu per kunjungan selama tiga minggu.

    Gambar 1.5 Kunjungan

    perusahaan untuk memantau

    perkembangan perusahaan

  • 10

    SCORE - LapORan akhiR faSE i

    Tahap 4: Presentasi Hasil oleh Perusahaan

    Pada tahapan ini, perusahaan akan memberikan testimoni perihal manfaat yang telah mereka rasakan atau dapatkan dari aktivitas SCORE. Acara ini dapat sekaligus digunakan untuk menarik perusahaan-perusahaan baru untuk bergabung dalam aktivitas SCORE.

    3. Modul Pelatihan

    Gambar 1.7 Modul SCORE

    Pengaturan Tempat Kerja (K3)Kualitas

    Pengaturan Karyawan (SDM) Produktivitas dan Produksi Bersih

    Kerjasama di tempat kerja

    Gambar 1.6 Presentasi hasil peningkatan perusahaan di depan konstituen di Kemnakertrans di Jakarta dan di Makassar.

  • 11

    Modul Mandatori - Kerjasama di Tempat Kerja

    Modul Kerjasama di Tempat Kerja merupakan modul inti dari SCORE karena mencakup pembahasan tentang permasalahan yang terjadi di tempat kerja, yang biasanya berasal dari masalah kurangnya komunikasi antara pekerja dan manajer, serta tempat kerja yang tidak rapi sehingga menganggu proses kerja. Penelitian Pre-Assesment SCORE yang dilakukan di 275 UKM di Jakarta dan Makassar yang melibatkan 550 responden menunjukkan, 93 persen responden setuju bahwa kerjasama di tempat kerja adalah landasan bagi terwujudnya perbaikan. Inilah mengapa modul tentang kerjasama di tempat kerja ini menjadi modul inti yang wajib diikuti.

    Pada akhir dari modul ini, peserta diharapkan mampu untuk:

    n Menjabarkan tujuan, tema dan pendekatan SCORE.

    n Menjelaskan kerjasama di tempat kerja dan mengapa hal tersebut penting untuk perbaikan perusahaan.

    n Melaksanakan langkah-langkah untuk meningkatkan kerjasama di tempat kerja melalui:

    w Komunikasi dan rasa percaya yang lebih baik antara pekerja dan manajer.

    w Tim peningkatan atau perbaikan perusahaan.

    w Konsultasi antara pekerja dan pihak manajemen.

    w Inisiatif 5S (Sisih, Susun, Sasap, Sosoh, Suluh) untuk meningkatkan kondisi kerja.

    n Mengukur perbaikan dalam kerjasama di tempat kerja dan perbaikan perusahaan.

    Modul Manajemen Kualitas

    Pada akhir dari modul ini, peserta diharapkan mampu untuk:

    n Menjelaskan arti dan konsep-konsep dasar kualitas dan pentingnya daya saing dan profitabilitas (kemampuan untuk mencetak keuntungan) secara keseluruhan.

    n Meningkatkan kepuasan konsumen melalui:

    w Penurunan kecacatan produksi.

    w Meningkatkan kualitas produk dan layanan.

    w Pengiriman tepat waktu.

    n Mempromosikan budaya pemastian mutu (quality assurance).

  • 12

    SCORE - LapORan akhiR faSE i

    Modul Produktivitas dan Produksi yang Lebih Bersih

    Pada akhir dari modul ini, peserta diharapkan mampu untuk:

    n Menjelaskan arti dan konsep-konsep utama produktivitas dan bagaimana hal tersebut berkontribusi terhadap daya saing dan profitabilitas.

    n Mengidentifikasi bidang-bidang utama untuk peningkatan produktivitas.

    n Menggunakan teknik-teknik dan perangkat-perangkat untuk meningkatkan produktivitas.

    n Mengukur elemen-elemen dasar dari produktivitas.

    n Menjelaskan keuntungan dari produksi yang lebih bersih.

    n Melaksanakan penilaian produksi yang lebih bersih.

    n Menerapkan opsi-opsi produksi lebih bersih yang sesuai untuk perusahaan mereka.

    Modul Sumber Daya Manusia

    Pada akhir dari modul ini, peserta akan mampu untuk:

    n Mengidentifikasi kesenjangan antara kebutuhan SDM pada saat ini dan di masa datang.

    n Menjabarkan komponen-komponen dari sistem SDM yang efektif.

    n Menjelaskan hubungan antara produktivitas dan manajemen SDM yang baik.

    n Menerapkan prosedur dan kebijakan terstruktur yang mendukung sistem SDM yang efektif , seperti:

    w Prosedur perekrutan.

    w Prosedur induksi.

    w Prosedur kompensasi dan promosi.

    w Prosedur disiplin.

    w Prosedur pemberhentian.

    w Kebijakan non-diskriminasi.

  • 13

    Modul Kesehatan, Keselamatan dan Hubungan Kerja

    Pada akhir dari modul ini, peserta diharapkan mampu untuk:

    n Mengidentifikasi dan menilai risiko terhadap kesehatan dan keselamatan kerja.

    n Menerapkan praktik dan prosedur untuk membatasi atau mengurangi risiko kesehatan dan keselamatan kerja, melalui:

    w Kebijakan kesehatan dan keselamatan.

    w Komite kesehatan dan keselamatan.

    w Standar-standar keselamatan.

    n Mengelola operasi kesehatan dan tempat kerja yang aman sehari-hari.

    n Mengaitkan modul ini dengan keseluruhan tujuan, tema dan pendekatan SCORE.

    n Melaksanakan mekanisme-mekanisme untuk memperkuat hubungan tempat kerja, seperti:

    w Skema pemberian saran pekerja.

    w Pertemuan manajer/pekerja secara berkala.

    w Prosedur pengajuan keluhan.

    nMendefinisikan hak-hak fundamental dan kebebasan pekerja.

    4. Daftar Pemangku Kepentingan / Mitra SCORE IndonesianKementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi

    w Sebagai kementerian penghubung utama ILO, pemimpin Komite Nasional Pengarah Tripartit/ (National Tripartite Advisory Committee/NTAC) SCORE Indonesia dari Direktorat Jenderal Pembinaan Produktivitas dan Pelatihan.

    w Sebagai mitra pelaksana strategis (bersama dengan Balai Besar Peningkatan Produktivitas) SCORE Indonesia, mengadaptasi metode-metode pelatihan SCORE ke dalam rencana kerja aktivitas-aktivitas tahunan nasional untuk meningkatkan daya saing perusahaan-perusahaan terpilih, dengan bekerja sama dengan pusat pelatihan kejuruan atau penyedia layanan teknis lainnya.

    w Memberikan panduan kepada tim proyek SCORE.

    w Menyediakan ahli SCORE yang berpotensi.

  • 14

    SCORE - LapORan akhiR faSE i

    n APINDO (Asosiasi Pengusaha Indonesia)

    w Sebagai anggota NTAC, memberikan panduan kepada tim proyek SCORE.

    w Memberikan panduan kepada tim proyek SCORE.

    w Mendukung aktivitas pemasaran sosial SCORE.

    w Menyediakan ahli SCORE yang berpotensi.

    nKonfederasi Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (KSPSI) Rekonsiliasi; Konfederasi Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (KSPSI) Kongres Jakarta; Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) dan Konfederasi Serikat Buruh Sejahtera Indonesia (KSBSI)

    w Sebagai anggota NTAC, memberikan panduan kepada tim proyek SCORE.

    w Mendukung aktivitas pemasaran sosial SCORE.

    w Menyediakan ahli SCORE yang berpotensi.

    nYDBA (Yayasan Dharma Bhakti Astra)

    w Sebagai mitra pelaksana potensial SCORE Indonesia, mengadaptasi metode-metode pelatihan SCORE ke dalam rencana kerja aktivitas tahunan nasional untuk meningkatkan perusahaan anggotanya.

    w Mendukung aktivitas pemasaran sosial.

    w Menyediakan ahli SCORE yang berpotensi.

    n Asosiasi industri lokal

    w Pemasaran sosial.

    w Berpartisipasi dalam pelatihan modul SCORE.

    nPakar Modul

    w Memberikan pelatihan tematis dan saran ahli mengenai penetapan bidang peningkatan untuk membantu tim peningkatan produktivitas pabrik dalam mengembangkan rencana peningkatan pabrik (akan dipilih dan dilatih oleh tim proyek SCORE).

    nPenyedia Layanan

    w Memberikan pelatihan di perusahaan-perusahaan terpilih.

    w Memberikan layanan konsultasi lanjutan untuk mengimplementasikan apa yang sudah dilatih di dalam kelas.

  • 15

    Proyek SCORE di Indonesia Fase I telah bekerja sama dengan mitra nasional, yaitu Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Asosiasi Pengusahan Indonesia (APINDO), Serikat Pekerja dan Buruh, dan Yayasan Dana Bakti Astra dalam membangun kapasitas perusahaan (UKM-IKM) melalui program pelatihan SCORE.

    5. SCORE National Tripartit Advisory Committee Di setiap negara yang mengimplementasikan SCORE, akan dibentuk SCORE National Tripartit Advisory Committee (Komite Nasional Pengarah Tripartit) yang akan bertemu secara periodikal per 6 bulanan untuk mengkaji kemajuan dan pelaksanaan SCORE. Berikut adalah peranan dari SCORE National Tripartit Advisory Committee:

    a. Memberikan panduan mengenai modalitas pelaksanaan SCORE, termasuk struktur, isi dan metodologi;

    b. Memandu pelaksanaan SCORE dengan bekerjasama dengan ILO dan mitra-mitra pelaksana;

    c. Mengkaji elemen-elemen perencanaan SCORE, terutama rencana kerja yang diberikan oleh ILO;

    d. Memantau dan mengevaluasi indikator kinerja SCORE yang dibuat oleh ILO dengan berkonsultasi dengan mitra pelaksana;

    e. Mengkaji dan memberikan masukan mengenai mekanisme koordinasi di antara para pemangku kepentingan utama untuk pelaksanaan program; dan

    f. Memberikan panduan untuk keberlanjutan jangka panjang program SCORE di Indonesia termasuk pelembagaan dan perluasan program.

    Tabel 2.1 berikut menunjukkan daftar keanggotaan NTAC SCORE Indonesia.

  • 16

    SCORE - LapORan akhiR faSE i

    Tabel 2.1 Daftar keanggotaan NTAC SCORE Indonesia (per September 2012)

    Direktur Jenderal Pelatihan dan Produktivitas, Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi

    Ketua Dewan Pengurus Harian (APINDO)

    Direktur Jenderal, Direktorate Pengawasan, Norma Keselamatan dan Kesehatan, Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi.

    Direktur Produktivitas dan Wirausaha, Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi

    Direktur Kesehatan dan Keselamatan di Tempat Kerja, Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi

    Kepala Balai Besar Peningkatan Produktivitas, Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi

    Kepala Pusat Administrasi Kerjasama Luar Negeri, Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi

    Manager, Direktorate Produktivitas, Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi

    Konfederasi Serikat Pekerja Seluruh Indonesia Kongress Malang

    Konfederasi Serikat Pekerja Seluruh Indonesia Kongress Jakarta

    Konfederasi Serikat Pekerja Seluruh Indonesia Kalibata

    Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia

    Konfederasi Serikat Buruh Sejahtera Indonesia

    Mr. Abdul Wahab Bangkona

    Mrs. Nina Tursinah

    Mr. Muji Handaya

    Ms. Nora Ekaliana

    Mr. Amri, AK

    Mr. Salsa Mulyata

    Mr. Guntur Witjaksono

    Mr. Sanggam Purba

    Mr. Jack Lippo Zakarias

    Mr. Andi Gani Nenawea

    Mr. Andi Hadiar Putra

    Mr. Said Iqbal

    Mr. Eduard Marpaung

    Chairperson

    Deputy

    Member

  • 17

    6. Peluncuran resmi SCORE Indonesia

    SCORE Indonesia resmi diluncurkan pada tanggal 6 Juli 2010 dan Presiden Negara Swiss, Ibu Doris Leuthard berkenan untuk menyaksikan penanda tanganan Piagam Komitmen SCORE Indonesia.

    Hadir dalam acara tersebut adalah Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Muhaimin Iskandar, Menteri Kesehatan (Alm) Ibu Endang Sedianingsih, Ketua APINDO Sofyan Wanandi, Ketua dari Konfederasi Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (Kalibata) Bpk Sjukur Sarto, Ketua dari Konfederasi Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (Psr. Minggu) Mathias Tambing, Ketua dari Konfederasi Serikat pekerja Indonesia Bpk. (Alm) Thamrin Mosii, Ketua dari Konfederasi Serikat Buruh Sejahtera Indonesia Bpk. Rekson Silaban.

    Selain acara penanda tangan Piagam Komitmen, para tamu undangan juga berkunjung ke mini exhibition yang menampilkan informasi-informasi perihal konstituen ILO, mitra pelaksana SCORE Indonesia dan perusahaan-perusahaan yang telah berpartisipasi dalam aktivitas SCORE Modul 1.

    Gambar 2.1 Penandatanganan piagam komitmen SCORE

  • 18

    SCORE - LapORan akhiR faSE i

    Witnessed byH.E. Beatrice Maser Mallor

    Ambassador, Head of Economic Cooperationand Development SECO, Switzerland

    JOINT DECLARATIONSustaining Competitive and Responsible Enterprises

    SCORE is a programme of the International Labour Organization funded by the Swiss State Secretariat for Economic Affairs, that aims to improve productivity and quality among small and medium enterprises by building good workplace practices. SCORE operates in manufacturing and service sectors

    and within industry clusters, providing assistance through regional and national training organizations. It also works closely with employer organizations and trade unions to promote better working conditions consistent with labour standards, including freedom of association and the right to collective bargaining.

    We, the signatories, commit to work and collaborate with the support of the ILO, to assist small and medium enterprises in Indonesia in becoming cleaner, more productive and competitive, and to provide more sustainable and decent work. In witness hereof, we, the representatives of the following organization

    Witnessed byMr. Peter van Rooij

    Director, a.i. of the ILO Of ce in Jakarta

    Schweizerische EidgenossenschaftConfdration suisseConfederazion SvizzeraConfederaziun svizra

    Swiss Confederation

    Federal Department of Economic Affairs FDEAState Secretariat forEconomic Affairs SECO

    SC RE

    Mr. Abdul Wahab BangkonaActing Director General for Training and Productivity

    Mr. Mathias TambingGeneral Chairman of KSPSI

    Mr. Sjukur SartoGeneral Chairman of KSPSI

    Mr. Thamrin MosiiPresident of KSPI

    Mr. Rekson SilabanPresident of KSBSI

    Mr. Sofjan WanandiGeneral Chairman of APINDO

    Witnessed byH.E. Mr. Muhaimin Iskandar

    Minister of Manpower and Transmigration

    Jakarta, 6 July 2010

    Ministry of Manpower and Transmigration

    and members of the civil society, have signed this Joint Declaration:

    InternationalLabourOrganization

    Ministry ofManpower andTransmigration

    Witnessed byWitnnnnneeeessedd by

    lll bkk SS lSSMrr Tr TThThhamrin MTThamrin MMosiiiiiiiiiMMoMosiisiiSr SaarrtttoMr. Sjukur

    Deklarasi komitmen bersama untuk meningkatkan daya saing UKM-IKM-IKM di Indonesia melalui program SCORE

  • 19

    Pencapaian SCORE Fase 1

    Bab 2

  • 20

    SCORE - LapORan akhiR faSE i

    SCORE Modul 1-5 dari SCORE Global telah diadaptasi untuk disesuaikan dengan kondisi Usaha Kecil Menengah (UKM) Indonesia dan tersedia dalam bentuk software dan hardware. SCORE Modul 1 telah diimplementasikan di enam provinsi di Indonesia (Jakarta, Jawa Tengah, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Kalimantan Timur, dan Lampung).

    Adaptasi modul-modul pelatihan SCORE

    Semua materi modul pelatihan SCORE telah diadopsi oleh tenaga ahli Indonesia beserta semua konstituen agar materi pelatihan cocok dengan kebutuhan dan kondisi dari UKM-IKM Indonesia.

    Pencapaian SCORE Fase 1

    Modul SCORE 1- 5 edisi bahasa Indonesia(Semua modul SCORE 1-5 telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia sebagai sarana pelatihan SCORE)

  • 21

    Gambar 2.2 Adaptasi Modul 2

    SCORE bersama dengan Kemnakertrans, APINDO dan Serikat Pekerja dan

    Buruh

    Gambar 2.3 Adaptasi Modul 4 SCORE bersama dengan Kemnakertrans, APINDO dan Serikat Pekerja dan Buruh

    Gambar 2.4 Adaptasi Modul 5 SCORE bersama dengan Kemnakertrans, APINDO dan Serikat Pekerja dan Buruh

  • 22

    SCORE - LapORan akhiR faSE i

    n Sebanyak 90 UKM yang tersebar di enam provinsi Indonesia (DKI Jakarta, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Jawa Tengah, Kalimantan Timur, dan Lampung) telah berpartisipasi dalam aktivitas SCORE. Sebanyak 88 perusahaan telah selesai mengikuti pelatihan SCORE dengan total pekerja 13.357 orang. Dari total pekerja yang langsung mengikuti pelatihan SCORE (495 orang), 32 persen adalah pekerja perempuan dan 56 persen adalah pekerja non-manajerial. Sebanyak 75 persen perusahaan yang ikut pelatihan mengaku puas dan sangat puas.

    Tabel 1. Pelatihan Perusahaan

    n Mencetak 92 instruktur untuk program SCORE, baik dari pemerintah maupun swasta, melalui aktivitas Training of Trainer (ToT) SCORE Modul 1-5. Sebanyak 34 persen peserta ToT adalah perempuan.

    Pelatihan Perusahaan Jumlah Total

    Jumlah Perusahaan yang dilatih (Total) 90

    Jumlah Staff Perusahaan yang dilatih 13357

    Jumlah Perusahaan yang menyelesaikan pelatihan (Total) 88

    Jumlah Perusahaan yang tidak menyelesaikan pelatihan 0

    Jumlah Staff Perusahaan yang dilatih di workshop 495

    Persentase Staff Perempuan yang dilatih 32%

    Persentase Pekerja yang dilatih 56%

    Jumlah kunjungan perusahaan (Total) 359

    Tingkat Kepuasan rata-rata dari Training 75%

    Perusahaan yang mendaftar untuk lebih dari 1 modul 21%

    Pemulihan Ongkos (rata-rata untuk 4 modul terakhir) 0%

    Jumlah rata-rata perusahaan per ToE 7.2

  • 23

    n Sebanyak 337 lapangan kerja baru telah tercipta di 90 UKM yang berpartisipasi dan terlaporkan kepada ILO. Selain itu, dari hasil monitoring dan evaluasi, perusahaan juga berhasil menerapkan praktik kerja yang baik dan bertanggung jawab.

    Sebagai contoh setelah mengikuti pelatihan Modul Kerjsama di Tempat Kerja, terjadi peningkatan jumlah perusahaan yang menerapkan hal berikut:

    Rapat harian untuk memantau perkembangan perusahaan meningkat sebanyak 59 persen (dari 29 perusahaan menjadi 47 perusahaan).

    Penerapan 5S meningkat sebanyak 84 persen (dari tiga perusahaan menjadi 66 perusahaan).

    Penerapan skema saran pekerja (Employees Suggestion Scheme ESS) meningkat sebanyak 90 persen (dari hanya dua perusahaan berkembang menjadi 71 perusahaan).

    Terjadi penghematan biaya di 23 perusahaan (29 persen).

    Dari Modul Manajemen Kualitas terlihat bahwa penerapan praktik kerja yang baik dan bertanggung jawab juga terjadi, yaitu adanya peningkatan jumlah perusahaan dalam hal berikut:

    Penerapan analisis sistematis untuk kasus cacat produk naik dari empat perusahaan menjadi tujuh perusahaan.

    Adanya penyebaran kebijakan ataupun informasi mengenai kualitas kepada pekerja, meningkat dari enam perusahaan menjadi 29 perusahaan.

    Terdapat 44 perusahaan yang melaporkan terjadi penurunan produk cacat di perusahaannya.

    Tabel 2. Jumlah Peserta Pelatihan SCORE

    Peserta yang dilatih pada workshop Jumlah Total %Perempuan

    Jumlah Trainer yang dilatih 92 34%

    Jumlah Trainer disertifikasi 0 0%

    Trainer tidak aktif 2 0%

    Jumlah Perwakilan Pemerintah yang dilatih 20 50%

    Jumlah Perwakilan Asosiasi Industri yang dilatih 15 33%

    Jumlah Perwakilan Serikat yang dilatih 19 11%

    Jumlah Peserta lain yang dilatih 1 0%

  • 24

    SCORE - LapORan akhiR faSE i

    Penerapan praktik kerja yang baik dan bertanggung jawab yang sesuai dengan Modul Produksi Bersih adalah sebagai berikut:

    Terjadinya penurunan pemakaian material di 38 perusahaan (48 persen dari total perusahaan).

    Penurunan sampah sisa produksi di 35 perusahaan.

    Penurunan konsumsi energi di 31 perusahaan (39 persen dari total perusahaan).

    Penerapan sistem perawatan mesin (machine maintenance system) di perusahaan meningkat dari dua perusahaan menjadi 14 perusahaan.

    Tabel 3. Peningkatan Perusahaan Sesuai dengan Modul

    Progress terhadap Konten Modul Performa Agregat Sudah ada sebelum pelatihan

    Penciptaan lapangan kerja di Perusahaan yang dilatih 337 -

    Hilangnya lapangan kerja di Perusahaan yang dilatih 47 -

    Peningkatan pekerjaan kontingen 144 -

    Penurunan pekerjaan kontingen 15 -

    Module 1 - -

    Adanya rapat harian-mingguan-bulanan 47 29

    Adanya Skema Saran Karyawan 71 2

    Penerapan 5s 66 3

    Penghematan karena pelatihan SCORE 23 -

    Module 2 - -

    Adanya kebijakan mutu 11 21

    Analisa sistematis penyebab barang cacat 7 4

    Penyeberan info mutu ke pekerja 29 6

    Pengurangan barang cacat 44 -

    Module 3 - -

    Pengurangan penggunaan material 38 -

    Pengurangan produksi limbah 35 -

    Adanya system perawatan mesin 14 2

    Pengurangan konsumsi energi 31 -

  • 25

    Untuk penerapan Modul Manajemen Sumber Daya Manusia dan Modul Keselamatan dan Kesehatan Kerja di perusahaan, hasilnya adalah sebagai berikut:

    Terjadi penurunan tingkat perputaran pekerja sebanyak 3 persen.

    Penurunan keluhan pekerja sebanyak 1 persen.

    Kebijakan SDM meningkat sebanyak 10 persen.

    Kebijakan tentang Keselamatan dan Kesehatan di Tempat Kerja (K3) meningkat sebanyak 3 persen.

    Deskripsi kerja meningkat sebanyak 6 persen.

    n Lima perusahaan yang dibina oleh Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi dan mengikuti program SCORE memperoleh Parama Karya Award 2011 dan 2013. Pada tahun 2011, ketiga perusahaan tersebut adalah PT Mubarokfood Delicia, PT Lestari Dini Tunggul, PT Baruasa Mandiri, sedangkan pada tahun 2013, adalah PT. Asindo Tech dan CV. ATS. Paramakarya Award merupakan penghargaan tertinggi dari pemerintah melalui Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi yang diberikan kepada UKM yang dinilai berhasil menerapkan konsep produktivitas dan kualitas dengan baik.

    Gambar 8.1 Tiga UKM-IKM peserta SCORE menerima penghargaan Paramakarya Award 2011

  • 26

    SCORE - LapORan akhiR faSE i

    6. Satu perusahaan SCORE bersama dengan Direktorat Jenderal Pembinaan dan Pengawasan Ketenagakerjaan, Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi mengikuti simposium Asia Europe Meeting (ASEM) di Singapura pada 10 September 2012. Perusahaan tersebut adalah PT Mubarokfood Delicia yang dalam simposium ASEM mempresentasikan peningkatan produktivitas dengan penerapan secara konsisten faktor keselamatan dan kesehatan di tempat kerja.

    Gambar 8.3 PT Mubarokfood mempresentasikan aktivitas K3 di perusahaannya pada meeting

    ASEM di Singapura.

    Gambar 8.2 Penghargaan Paramakarya Award 2013

  • 27

    Kerjasama aktivitas SCORE bersama Kemnakertrans

    Aktivitas SCORE bersama Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Balai Besar Peningkatan Produktivitas beserta Unit-unit Pelaksana Teknis Daerah

    Gambar 2.8 ToT bersama konstituen di Lampung

    Gambar 2.7 ToT bersama BBPP Bekasi Gambar 2.9 Aktivitas SCORE bekerjasama dengan Kemnakertrans

    Gambar 2.10 ToT bersama konstituen di Makassar

  • 28

    SCORE - LapORan akhiR faSE i

    Aktivitas SCORE bersama Asosiasi Pengusaha Indonesia

    Bersama dengan APINDO, telah digelar ToT SCORE Modul 1 untuk 11 lembaga pelatihan yang bernaung di bawah APINDO. Pelatihan Modul SCORE 1 dilakukan oleh lembaga pelatihan PT Bina Bangkit Kreasi untuk lima perusahaan kecil binaan APINDO. Masing-masing perusahaan membayar biaya pelatihan sebesar Rp 2 juta.

    Gambar 2.14 Aktivitas ToT SCORE bersama penyedia layanan jasa konsultasi yang bernaung di bawah APINDO

    Gambar 2.15 ToE Modul 1 bersama

    UKM-IKM binaan APINDO

  • 29

    Aktivitas SCORE bersama Serikat Pekerja/Serikat Buruh Indonesia

    Bersama dengan Konfederasi-konfederasi Serikat Pekerja/Serikat Buruh Indonesia, telah dilakukan sosialisasi SCORE Modul 1, SCORE Modul 5, dan pengarusutamaan gender.

    Gambar 2.17 Sosialisasi SCORE Modul 1 kepada konfederasi serikat pekerja dan buruh seluruh Indonesia

    Gambar 2.18 Aktivitas SCORE Pengarusutamaan

    gender bekerjasama dengan Serikat Pekerja

    dan Buruh

  • 30

    SCORE - LapORan akhiR faSE i

    Gambar 2.12 Aktivitas ToE M1 di YDBA Gambar 2.13 Aktivitas presentasi akhir SCORE bersama YDBA

    Kerjasama aktivitas SCORE bersama Yayasan Dharma Bhakti ASTRA

    Bersama dengan Yayasan Dharma Bhakti ASTRA (YDBA) hingga akhir dari Fase I, telah diadakan 3 kali pelatihan SCORE ke perusahaan (ToE) untuk Modul 1. Dua aktivitas terakhir telah disubsidi oleh YDBA sebanyak hampir 75% dari biaya keseluruhan aktivitas SCORE Modul 1.

    Hingga saat ini aktivitas SCORE YDBA telah membantu 15 UKM-IKM dengan menggunakan biaya sendiri (10% subsidi ILO) kepada perusahaan yang bergerak di rantai nilai industri ASTRA group yang tersebar di Jabodetabek area.

  • 31

    Aktivitas SCORE Social Marketing

    Bab 3

  • 32

    SCORE - LapORan akhiR faSE i

    SCORE Indonesia melakukan Kampanye Pemasaran Sosial (social marketing campaign) mengenai Praktik kerja yang baik dan bertanggung jawab. Adapun latar belakang dari kampanye ini adalah komitmen SCORE untuk mendorong perusahaan kecil dan menengah (UKM-IKM) agar lebih produktif, lebih bersih, berdaya saing dan memberikan pekerjaan yang layak bagi karyawan.

    Proyek SCORE Global memilih untuk melakukan kampanye SCORE yang pertama kali di Indonesia dan pembelajaran yang didapat dalam kampanye ini, akan digunakan sebagai model global untuk kampanye-kampanye yang akan diselenggarakan di negara lain.

    Tujuan dari kampanye ini adalah:

    1. Melakukan penelitian mengenai pelaksanaan praktik kerja yang baik dan bertanggung jawab di UKM-IKM di Indonesia

    2. Mendesain suatu Kampanye Pemasaran Sosial mengenai pelaksanaan praktik kerja yang baik dan bertanggung jawab di UKM-IKM di Indonesia

    3. Menerapkan Kampanye Pemasaran Sosial dengan tujuan mempengaruhi perilaku dan tindakan dari manajemen dan karyawan menuju praktik kerja yang baik dan bertanggung jawab

    Metodologi yang dilakukan dalam kampanye pemasaran social ini adalah:

    1. Pre-Assessment; bertujuan meneliti kesadaran dan praktik kerja di UKM-IKM terhadap isu-isu praktik kerja yang baik dan bertanggung jawab. Penelitian dilakukan secara kuantitatif (survei) dan kualitatif (focus group discussion). Dilakukan di dua kota, Jakarta dan Makasar.

    Aktivitas SCORE Social Marketing

  • 33

    Manfaat kerjasama di tempat kerja

    Evaluasi kinerja dan tindak

    lanjut

    Mekanisme umpan-balik di

    perusahaan

    Penerapan 5S (Sisih, Susuh, Sasap, Sosoh,

    Suluh)

    K3 (Kesehatan dan

    Keselamatan Kerja)

    Pemerataan informasi di tempat kerja

    Bentuk-bentuk keikutsertaan

    dan kerjasama di tempat kerja Pentingnya

    Kerjasama tim dan gunanya

    dalam pemecahan masalah

    Peran kerjasama di tempat kerja bagi perusahaan dan

    peran individu bagi perusahaan

    2. Kampanye; didesain dari hasil temuan Pre-Assesment. Kampanye bertema Sukses Milik Bersama dengan tujuan mengajak UKM-IKM di Jakarta dan Makasar untuk melakukan prinsip praktik kerja yang baik dan bertanggung jawab.

    3. Post-Impact Assessment; bertujuan untuk mengevaluasi kampanye dan mengukur keefektifan alat-alat kampanye (poster, brosur, flyer, lokakarya, radio, social media online/ facebook, twitter). Pengukuran dilakukan melalui survey kuantitatif dan focus group discussion (kualitatif).

    Berdasarkan penelitian Pre-Assessment yang dilakukan di 275 UKM-IKM di Jakarta dan Makasar dengan 550 responden melalui survei, ternyata terdapat temuan berikut:

    a. 93% responden setuju bahwa kerjasama di tempat kerja adalah dasar landasan bagi terwujudnya perbaikan secara terus menerus

    b. Hanya 53% responden setuju bahwa perusahaannya sudah memiliki alur produksi yang rapi dan jelas

    c. Gap antara manajemen (M) dan karyawan (K) dalam hal berikut:

    w Karyawan dianjurkan untuk memberikan saran perbaikan (M: 56%, K 36%)

    w Karyawan selalu menerima informasi standar kualitas perusahaan (M:84%, K:27%)

    Gambar 2.19 Poster SCORE dalam kampanye pemasaran sosial

  • 34

    SCORE - LapORan akhiR faSE i

    w Perusahaan selalu mencari jalan keluar untuk mengurangi tingkat cacat produksi (M: 84%, K: 64 %)

    w Karyawan mengetahui kebijakan mengenai kesehatan dan keselamatan kerja di perusahaan (M; 78%, K: 62%)

    w Perusahaan Anda menyediakan alat pelindung diri sesuai dengan kebutuhan kerja Anda (M; 73%, K: 64%)

    Berdasarkan hasil Post Assesment ditemukan (160 responden di Jakarta dan Makassar):

    w 52% responden merasa dipengaruhi oleh pesan dalam media kampanye

    w Pengetahuan tentang konsep kerjasama di tempat kerja (Tahu: 69%, Tidak Tahu: 31%)

    w Pengetahuan tentang konsep langkah-langkah peningkatan produktivitas (Tahu: 56%, Tidak Tahu: 44%)

    w Pengetahuan tentang konsep kesehatan dan keselamatan kerja (Tahu: 76%, Tidak Tahu: 24%)

    w Pengetahuan tentang materi kampanye (Tahu: 89%, Tidak Tahu: 11%)

    w Kampanye harus mampu diingat minimal 50% target grup, dari hasil survey ternyata poster yang paling diingat (99%).

    Gambar 3.2 Hasil survei untuk alat kampanye yang paling diingat responden

  • 35

    Kesimpulan dari pelaksanaan kampanye pemasaran sosial:

    w Proses kerjasama Tripartit dalam Kampanye pemasaran sosial dapat membantu membangun kemitraan dan keterlibatan, dan kerjasama ini memperkuat pesan win-win

    w Dilihat dari keefektifannya, menempatkan poster di UKM-IKM di lokasi yang strategis merupakan cara terbaik untuk memastikan kampanye dilihat oleh sebagian besar karyawan dan manajemen

    w Pendekatan ke manajemen dan karyawan dalam penelitian mampu melihat gap yang terjadi antara manajemen dan karyawan

  • 36

    SCORE - LapORan akhiR faSE i

    Gambar 2.19 Poster SCORE dalam kampanye pemasaran sosial

    Untuk informasi lebih lanjut:

    [email protected]

    SCORE.Indonesia

    website: www.SCOREindonesia.net

    youtube keyword: ILO SCORE

    @SCORE_Indonesia

  • 37

    Gambar 2.20 Kampanye pemasaran sosial online SCORE

  • 38

    SCORE - LapORan akhiR faSE i

    Gambar 3.3 Peluncuran aktivitas social marketing di Jakarta bersama konstituen.

    Gambar 3.4 Peluncuran social

    marketing di Makassar bersama konstituen.

    Gambar 3.5 Suasana saat social marketing di Makassar, Sulawesi Selatan

  • 39

    Data KPI dan Monitoring & Evaluasi (M&E)

    Bab 4

  • 40

    SCORE - LapORan akhiR faSE i

    Peningkatan produktitas di perusahan peserta SCORE harus dapat terukur untuk bisa menjustifikasi bahwa telah terjadi perubahan positif yang berdampak pada peningkatan produktivitas perusahaan.

    SCORE memakai sistim pengukuran Kualitatif dan Kuantitatif.

    Pengukuran Kualitatif

    Pengukuran ini dapat bersifat seperti foto-foto yang menggambarkan perubahan dari keadaan sebelum dan sesudah dan juga narasi seperti terstimonial.

    Data Key Performance Indicator (KPI) dan Monitoring & Evaluasi (M&E)

    Gambar 4.1 Perubahan-perubahan yang terjadi di UKM-IKM setelah mengikuti aktivitas SCORE.

    SEBELUM SESUDAH

  • 41

    Perubahan positif yang kami dapatkan:w Operator lebih semangat dalam memberikan masukan pada meeting

    operator perline setiap minggunya.w Kerjasama operator lama dengan baru lebih meningkat.w Meeting per line (operator) menjadi tempat pembelajaran di luar training.Dan perbaikan ini akan kami terapkan pada line-line yang lain.

    Gambar 4.2 Testimoni dari PT Tjokro Bersaudara setelah mengikuti aktivitas SCORE M1

    Jumlah rapat EIT yang diadakan

    Jumlah proyek Peningkatan yang diselesaikan

    Jumlah saran

    Jumlah keluhan

    Jumlah produk cacat di lini awal (In-Line) (%)

    Jumlah produk cacat di lini akhir (End-Line) (%)

    Efisiensi (%)

    Tingkat pengiriman barang secara tepat waktu (%)

    Pemakaian energi per unit produksi (KwH)

    Absensi (%)

    Perputaran pekerja (%)

    Kecelakaan yang dicatat ( jumlah)

    1

    2

    3

    4

    5

    6

    7

    8

    8

    10

    11

    12

    Ref Indikator Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Juni Juli Agt Sep Okt 2011 2012

    NM Tidak dipantau. NA Tidak berlaku. (Dapat Anda tentukan bila perlu)

    Kartu Indikator PerusahaanILO-SCORE

    Gambar 4.3 Lembaran Key Perfomance Indicators (KPI) yang wajib diisi oleh UKM-IKM dan dilaporkan secara periodik kepada instruktur untuk nantinya direkap di database M&E SCORE

    Pengukuran Kuantitatif

    Merupakan pengukuran atas dasar keadaan dan hasil kerja tertentu (output). Terlampir adalah Key Performance Indicator (Indikator Kinerja Perusahaan) dari SCORE yang diberikan kepada setiap perusahaan untuk diisi dan diinformasikan kepada ILO untuk nantinya di rekap pada system M&E.

  • 42

    SCORE - LapORan akhiR faSE i

    SCORE M&E

    SCORE telah menciptakan sebuah sistem database on-line yang disebut SCORE M&E (Monitoring & Evaluasi) yang merangkum semua data Key Performance Indicators (KPI) yang diberikan oleh perusahaan peserta pelatihan SCORE. Data-data ini diinput oleh ILO atas dasar informasi data yang diberikan oleh perusahaan.

    Semua data-data yang diperoleh dari perusahaan akan dilakukan proses rekap oleh ILO dengan tetap menjaga kerahasiaannya. Hasil dari proses rekap tersebut adalah data-data yang biasa digunakan untuk mengukur analisa dampak dari proyek SCORE.

    Gambar berikut merupakan cuplikan dari SCORE M&E.

    Gambar 4.4 Sistem M&E (Monitoring dan Evaluasi) SCORE

  • 43

    Sertifikasi Pelatih/ Trainer SCORE

    Bab 5

  • 44

    SCORE - LapORan akhiR faSE i

    Kesinambungan SCORE hanya dapat tercapai bilamana semua SCORE trainer/instruktur memiliki kemampuan teknis dan attitude yang relatif sama terhadap metodologi SCORE dan dapat memberikan bimbingan secara terstandar.

    Agar training / pelatihan SCORE dapat menjadi lebih efektif, sebuah organisasi harus menawarkan jasa/tenaga trainer yang telah biasa menggunakan metodologi SCORE dan memiliki kemampuan kompetensi dalam membina perusahaan. Suatu perusahaan hanya akan menggunakan jasa dan bersedia untuk membiayai pelatihan SCORE apabila mereka mendapatkan pelayanan yang baik. Diharapkan bahwa di masa depan tersebar berita bahwa SCORE adalah program pelatihan untuk perusahaan yang berkualitas tinggi.

    Sertifikasi ILO SCORE untuk Trainer memperkenalkan adanya standar kualitas di dalam program ini. Hal ini untuk memastikan bahwa hanya para trainer yang berkualitaslah yang memberikan pelatihan di perusahaan-perusahaan.

    Gambar 5.1 Master Trainer SCORE Mr. Jayanta De Silva sedang melakukan kunjungan perusahaan

    Sertifikasi Pelatih/Trainer SCORE

  • 45

    Kesinambungan SCORE

    Bab 6

  • 46

    SCORE - LapORan akhiR faSE i

    Strategi Kesinambungan SCORE

    Kesinambungan program SCORE dapat dipertahankan bila program ini mampu memberikan manfaat bagi kelompok sasaran untuk jangka panjang setelah bantuan keuangan, manajerial dan teknis yang utama dari donor-donor eksternal berakhir.

    Kesinambungan program SCORE bertumpu pada tiga pilar penopang, yakni pilar institusional atau kelembagaan, pilar teknis dan pilar finansial.

    Pilar kelembagaan adalah jika program SCORE mampu masuk dalam struktur kelembagaan atau jaringan yang memiliki legitimasi kelembagaan yang tinggi dengan kelompok kepentingan terkait, dan punya kapasitas manajerial.

    Pilar teknis adalah kemampuan program SCORE meningkatkan mutu teknis dari layanan-layanan yang disediakan sebelumnya oleh intervensi lembaga donor.

    Pilar finansial adalah kemampuan program SCORE menghasilkan pendapatan untuk menutup biaya, baik melalui pendanaan internal secara berkelanjutan (dimana klien membayar iuran substansial) atau melalui pendanaan eksternal secara berkelanjutan (tergantung bantuan pemerintah, atau sumber dana luar yang lain, termasuk Public Private Partnership multi-nasional maupun kontrak kerja lain).

    Di Indonesia, sejumlah catatan SCORE Fase I berdasarkan tiga pilar strategi kesinambungan SCORE adalah sebagai berikut:

    1. Kesinambungan Institusional

    SCORE Indonesia Fase I telah dilaksanakan oleh Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi, APINDO, dan Yayasan Dharma Bhakti Astra. Diharapkan aktivitas SCORE ke depan akan berjalan lebih teratur dan terbentuk organisasi koordinator SCORE di tingkat nasional sebagai pusat SCORE Indonesia.

    Kesinambungan SCORE

  • 47

    2. Kesinambungan Teknis

    Diharapkan kompetensi instruktur SCORE terkait penguasaan metode dan teknik peningkatan produktivitas makin menguat di masa depan, sehingga pelaporan kemajuan bimbingan konsultasi SCORE lancar dan kesinambungan metodologi SCORE tetap terjaga di UKM-IKM.

    3. Kesinambungan Finansial

    Diharapkan agar di masa mendatang, pelatihan SCORE dapat dijalankan dengan pendanaan di luar ILO.

    Masih belum adanya pihak sponsor yang mendanai pelatihan SCORE.

    Di samping temuan-temuan tersebut, hal-hal lain yang dapat ditingkatkan adalah:

    Partisipasi pemerintah pusat ataupun pemerintah daerah.

    Koordinasi atau kerjasama erat dari konstituen ILO ketika implementasi SCORE di daerah.

    Komunikasi di antara seluruh stakeholder SCORE.

    Publikasi SCORE di setiap provinsi yang sesuai dengan persyaratan SCORE.

    Desain Kesinambungan SCORE

    Komite penasehat tripartit

    Proyek SCORE

    Pelatihan & pembinaan

    Pakar Modul

    Organisasi Koordinasi SCORE(Asosiasi Industri

    atau sejenis)UKM-IKM dalam satu kluster atau

    sektor

    UKM-IKM Membeli pelatihan

    Koordinasi

    Penyedia layanan (lokal)

    Pelatihan & Pembinaan

    Pelatihan untuk Pelatih

    MNE

    Pemasaran

    CSR Sponsor Pelatihan

    $

    $

    TOT

    Gambar 6.1. Desain kesinambungan SCORE

  • 48

    SCORE - LapORan akhiR faSE i

    Di masa mendatang, setiap negara SCORE perlu membentuk satu organisasi pusat di tingkat nasional, yang disebut National Centre of Excellence SCORE. Sentra-sentra ini akan didanai melalui iuran anggota, penjualan materi, sponsor dan iuran pelatihan /konferensi. Organisasi-organisasi ini akan bertanggungjawab atas kegiatan-kegiatan berikut ini:

    w Memasarkan layanan pelatihan SCORE dan pelatih bersertifikasi SCORE hingga calon konsumen serta menghubungkan mereka dengan pengguna akhir (end-user) dan calon sponsor;

    w Mencetak dan mendistribusikan, untuk menghasilkan pendapatan, materi-materi pelatihan SCORE di bawah lisensi ILO;

    Terus memperbaharui dan menyegarkan materi-materi pelatihan SCORE, serta menawarkan pelatihan penyegaran secara berkelanjutan bagi para pelatih bersertifikasi SCORE;

    w Mengoperasikan sistem kendali mutu nasional dan mendaftarkan kegiatan-kegiatan pelatihan SCORE yang dilaksanakan organisasi-organisasi anggota dan para pelatih dalam database SCOREDATA;

    w Memberikan sertifikat di tingkat nasional, di bawah bimbingan ILO, kepada para pelatih SCORE sesuai standar sertifikasi pelatih di tingkat global;

    w Menyampaikan kepentingan para pelatih lokal SCORE, pakar nasional dan organisasi pelatihan kepada pemerintah pusat, ILO dan calon mitra dan sponsor;

    Kesinambungan proyek SCORE secara finansial tergantung pada pelaksanaan pelatihan dan pemberian layanan nasehat berbasis pasar yang efektif untuk UKM-IKM. Di setiap negara, tujuannya adalah untuk meminta klien UKM-IKM membayar minimal 50% dari biaya langsung untuk mengadakan pelatihan SCORE (termasuk lokakarya di ruang kelas dan kunjungan konseling ke pabrik). Dalam sebagian besar kasus yang ada, iuran dari klien UKM-IKM dibantu sponsor dari perusahaan-perusahaan besar yang ingin meningkatkan kondisi kerja dalam rantai suplai mereka serta lembaga-lembaga pemerintah yang ingin supaya UKM-IKM mematuhi UU tenagakerja nasional serta meningkatkan produktivitas dan daya saing mereka.

  • 49

    Tabel 6.1 Peringkat Kesinambungan SCORE

    Kelembaga-an/Institusi-onal

    SCORE dilaksanakan oleh satu atau dua organisasi koordinasi dari waktu ke waktu.

    Organisasi koordinasi SCORE punya akses ke 0-5 pelatih SCORE bersertifikat (Modul 1).

    1/3pelatih disertifikasi dalam modul-modul lain.

    SCORE dilaksanakan oleh 3-9 organisasi lokal, secara semi-teratur atau secara teratur, tapi tidak ada organisasi koordinasi di tingkat nasional.

    Organisasi koordinasi SCORE punya akses ke 6-20 pelatih bersertifikasi SCORE (Modul 1).

    1/3 pelatih disertifikasi dalam modul-modul yang lain.

    SCORE dilaksanakan oleh lebih dari 10 organisasi lokal secara teratur dan Centre for Excellence di tingkat nasional yang berfungsi sebagai sentra SCORE di negara tersebut.

    Organisasi koordinasi SCORE punya akses ke lebih dari 20 orang pelatih bersertifikasi SCORE (Modul 1).

    1/3 pelatih disertifikasi dalam modul-modul yang lain.

    Jumlah organisasi koordinasi lokal yang melaksanakan SCORE.

    Adanya Centre for Excellence di tingkat nasional yang secara efektif mengkoordinasikan kegiatan-kegiatan SCORE di tingkat nasional.

    Jumlah pelatihan SCORE yang dilaksanakan setiap tahun.

    Jumlah pelatih SCORE bersertifikasi untuk melaksanakan Modul 1 tentang Kerjasama di Tempat Kerja.

    Rendah Sedang Tinggi Indikator

    Teknis

    Kerangka kerja untuk mengukur Kesinambungan program SCORE -

    Kesinambungan proyek SCORE akan diukur berdasarkan 3 pilar Kesinambungan. Untuk setiap pilar ini, tingkat pencapaiannya digolongkan secara relatif ke dalam kategori: Rendah, Sedang dan Tinggi. Masing-masing tingkat pencapaian ini ditentukan oleh beberapa indikator kuantitatif khusus yang mencerminkan hasil-hasil penting dalam kerangka logis (log-frame) Proyek SCORE. Dalam semua kasus yang ada, setiap proyek nasional SCORE akan dievaluasi Kesinambungannya berdasarkan ketiga pilar tersebut dan diberi peringkat sesuai kinerjanya berdasarkan beberapa indikator khusus.

    Perubahan-perubahan positif yang terjadi di perusahaan (UKM-IKM) dapat terpantau berkat adanya sistem SCORE Monitoring dan Evaluasi (Monitoring and Evaluation/ M&E) yang mengacu pada data-data KPI (Key Performance Indicator) yang diberikan oleh perusahaan. Berikut adalah laporan dari M&E SCORE 2010-2012.

  • 50

    SCORE - LapORan akhiR faSE i

    Pelatihan SCORE hanya diadakan bila ILO/ donor membayar para pelatih atau lembaga koordinasi.

    Tidak ada biaya yang dibebankan terhadap UKM-IKM peserta.

    Pelatihan SCORE jarang diadakan kecuali bila ILO/ donor membayar pelatih atau lembaga koordinasi. Iuran minimal, sebesar kurang dari $ US 100 dibebankan kepada UKM-IKM peserta.

    Pelatihan SCORE diadakan oleh lembaga-lembaga pelatihan secara teratur tanpa bantuan ILO/donor.

    Iuran minimum sebesar 50% dari biaya langsung pelatihan dibebankan kepada UKM-IKM peserta.

    Jumlah pelatih SCORE bersertifikasi untuk melaksanakan Modul 2-5.

    Prosentase total biaya pelatihan SCORE dibayar oleh klien.

    Prosentase total biaya pelatihan SCORE dibayar oleh proyek.

    Jumlah sponsor dari luar yang mendanai pelatihan SCORE.

    Partisipasi pemerintah pusat atau daerah dalam mendanai kegiatan-kegiatan SCORE.

    Rendah Sedang Tinggi Indikator

    Keuangan

  • 51

    Ringkasan dampak dan perubahan terhadap UKM-IKM yang menerapkan SCORE

    Bab 7

  • 52

    SCORE - LapORan akhiR faSE i

    Laporan Perkembangan Project SCORE di Indonesia (Country Progress Report)a. Tabel dibawah ini menggambarkan aktivitas pembangunan kapasitas (capacity building), dimana terlihat jumlah

    peserta dari berbagai institusi yang telah mengikuti pelatihan SCORE. Total peserta yang mengikuti pelatihan Training of Trainers (ToT) SCORE adalah 92 orang berasal dari konstituen ILO SCORE dan asosiasi-asosiasi Industri serta YDBA. Sebanyak 34% peserta ToT adalah perempuan. Diharapkan ke depannya makin banyak lagi peserta perempuan untuk ikut serta, sehingga makin banyak instruktur perempuan SCORE. Selain dari institusi diatas, juga terdapat peserta yang merupakan representatif dari pemerintahan (20 orang), pengusaha/ APINDO (15 orang) maupun serikat pekerja dan buruh (19 orang).

    Ringkasan dampak dan perubahan terhadap UKM-IKM yang menerapkan SCORE

    Tabel 7.1 Jumlah peserta pelatihan SCORE

    Peserta yang dilatih pada workshop Jumlah Total %Perempuan

    Jumlah Trainer yang dilatih 92 34%

    Jumlah Trainer disertifikasi 0 0%

    Trainer tidak aktif 2 0%

    Jumlah Perwakilan Pemerintah yang dilatih 20 50%

    Jumlah Perwakilan Asosiasi Industri yang dilatih 15 33%

    Jumlah Perwakilan Serikat yang dilatih 19 11%

    Jumlah Peserta lain yang dilatih 1 0%

  • 53

    Dari total 54 peserta yang mengikuti pelatihan ToT SCORE, 17 orang (31%) diantaranya adalah perempuan.

    Gambar 7.1 Grafik komposisi peserta pelatihan SCORE

    Jumlah konsituen (L/P) yang mengikuti pelatihan ToT SCORE Total = 54 (31% Perempuan)

    Jumlah Perwakilan Asosiasi Industri yang dilatih (10/5)Jumlah Perwakilan Pemerintah yang dilatih (10/10)Jumlah Perwakilan Serikat yang dilatih (17/2)

    b. Tabel dibawah ini memonitor jangkauan pelatihan, kualitas pelatihan dan kapasitas mitra untuk menyelenggarakan pelatihan.

    Terlihat jumlah total perusahaan yang mengikuti pelatihan SCORE untuk perusahaan (Training of Enterprise /ToE) adalah 90 perusahaan dimana 88 perusahaan telah selesai mengikuti pelatihan SCORE dengan total karyawan 13,357 orang. Diharapkan terjadi transfer of knowledge dari karyawan yang langsung mengikuti pelatihan kepada rekan karyawan yang tidak mengikuti pelatihan tetapi tetap merasakan manfaat penerapan metode SCORE di perusahaannya. Dari total karyawan yang langsung mengikuti pelatihan SCORE (495 orang), 32% adalah karyawan perempuan dan 56% adalah karyawan non manajerial. Selama pelatihan, telah terjadi kunjungan perusahaan sebanyak 359 kali. Selain itu kami juga mengukur tingkat kepuasan dengan pelatihan SCORE dan nilainya adalah 75% perusahaan yang ikut serta merasa puas hingga sangat puas dengan pelatihan ini.

  • 54

    SCORE - LapORan akhiR faSE i

    Gambar 7.2 Grafik komposisi peserta pelatihan SCORE

    Tabel 7.2 Pelatihan Perusahaan

    Pelatihan Perusahaan Jumlah Total

    Jumlah Perusahaan yang dilatih (Total) 90

    Jumlah Staff Perusahaan yang dilatih 13357

    Jumlah Perusahaan yang menyelesaikan pelatihan (Total) 88

    Jumlah Perusahaan yang tidak menyelesaikan pelatihan 0

    Jumlah Staff Perusahaan yang dilatih di workshop 495

    Persentase Staff Perempuan yang dilatih 32%

    Persentase Pekerja yang dilatih 56%

    Jumlah kunjungan perusahaan (Total) 359

    Tingkat Kepuasan rata-rata dari Training 75%

    Perusahaan yang mendaftar untuk lebih dari 1 modul 21%

    Pemulihan Ongkos (rata-rata untuk 4 modul terakhir) 0%

    Jumlah rata-rata perusahaan per ToE 7.2

    Dari grafik dibawah ini terlihat jumlah instruktur yang telah mengikuti ToT adalah 92 orang dengan 90 UKM-IKM yang telah mengikuti ToE minimal modul I. Kerjasama di Tempat Kerja. Terdapat 21% UKM-IKM yang telah berpartisipasi mengikuti pelatihan modul-modul selain modul I SCORE.

    c. Dari beberapa tabel dibawah terlihat jumlah perusahaan yang melakukan pelatihan per modul.

    Terdapat 90 UKM-IKM dengan total jumlah karyawan sebanyak 345 orang yang langsung mengikuti pelatihan modul I, Kerjasama di Tempat Kerja. Dari 345 orang karyawan yang mengikuti pelatihan modul I, 53% diantaranya adalah pekerja non manajerial dan 35% persen adalah karyawan perempuan.

  • 55

    Sementara itu untuk pelatihan modul II, Peningkatan Kualitas Berkesinambungan, terdapat 13 perusahaan yang telah berpartisipasi dengan 46 karyawan dimana 52% diantaranya adalah pekerja non manajerial dan 22% karyawan yang berpartisipasi adalah karyawan perempuan.

    Terdapat 8 perusahaan dengan 43 karyawan yang telah mengikuti pelatihan modul III, Produksi Bersih Meningkatkan Produktivitas, dimana diantaranya 77% adalah pekerja non manajerial dan 9% dari total karyawan yang berpartisipasi adalah karyawan perempuan.

    Tabel 7.3 Pelatihan perusahaan per modul

    Perusahaan yang dilatih unutuk modul 1 Jumlah Total

    Jumlah Perusahaan yang dilatih (Modul1) 90

    Jumlah Staff Perusahaan yang dilatih (Total) 345

    Persentase Staff Perempuan yang dilatih 35%

    Persentase Pekerja yang dilatih 53%

    Perusahaan yang dilatih unutuk modul 2 Jumlah Total

    Jumlah Perusahaan yang dilatih (Modul2) 13

    Jumlah Staff Perusahaan yang dilatih (Total) 46

    Persentase Staff Perempuan yang dilatih 22%

    Persentase Pekerja yang dilatih 52%

    Perusahaan yang dilatih unutuk modul 3 Jumlah Total

    Jumlah Perusahaan yang dilatih (Modul3) 8

    Jumlah Staff Perusahaan yang dilatih (Total) 43

    Persentase Staff Perempuan yang dilatih 9%

    Persentase Pekerja yang dilatih 77%

    Perusahaan yang dilatih unutuk modul 4 Jumlah Total

    Jumlah Perusahaan yang dilatih (Modul4) 11

    Jumlah Staff Perusahaan yang dilatih (Total) 40

    Persentase Staff Perempuan yang dilatih 48%

    Persentase Pekerja yang dilatih 48%

    Perusahaan yang dilatih unutuk modul 5 Jumlah Total

    Jumlah Perusahaan yang dilatih (Modul5) 5

    Jumlah Staff Perusahaan yang dilatih (Total) 21

    Persentase Staff Perempuan yang dilatih 24%

    Persentase Pekerja yang dilatih 71%

  • 56

    SCORE - LapORan akhiR faSE i

    Untuk pelatihan modul IV, Manajemen Sumber Daya Manusia untuk Kerjasama dan Usaha yang Sukses terdapat 11 perusahaan dengan 40 karyawan yang berpartisipasi dimana 48% diantaranya adalah pekerja non manajerial dan 48% adalah karyawan perempuan.

    Sedangkan untuk pelatihan modul V, Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Tempat Kerja: Sarana untuk Produktivitas, terdapat 5 perusahaan dengan 21 karyawan yang berpartisipasi dimana terdapat 24% karyawan perempuan dan 71% diantaranya adalah karyawan non manajerial.

    Dari grafik profik peserta pelatihan dibawah ini terlihat jumlah karyawan yang mengikuti pelatihan SCORE sebanyak 495 orang, dimana 44% dari level manajerial dan 56% adalah karyawan non manajerial. Dari komposisi total karyawan 495 orang, 66% adalah karyawan pria dan 34% adalah karyawan perempuan. Selanjutnya grafik batang menunjukkan jumlah perusahaan yang mengikuti pelatihan setiap modul SCORE.

    Gambar 7.3 Komposisi peserta pelatihan

  • 57

    Laporan Total Peningkatan Perusahaan (Sum of Enterprise Improvements)Dari tabel dan grafik dibawah terlihat total peningkatan perusahaan secara agregat setelah menerapkan metode SCORE. Dari total 90 perusahaan yang telah mengikuti training, ternyata ada penciptaan lapangan kerja untuk 337 orang.

    Dari hasil monitoring dan evaluasi, terlihat perusahaan juga menerapkan praktik kerja yang baik dan bertanggung jawab.

    Sebagai contoh setelah mengikuti pelatihan modul I, terjadi peningkatan jumlah perusahaan yang menerapkan hal berikut:

    w Rapat harian untuk memantau perkembangan perusahaan meningkat sebanyak 59% (dari 29 perusahaan menjadi 47 perusahaan),

    w Penerapan 5S meningkat sebanyak 84% (dari 3 perusahaan menjadi 66 perusahaan),

    w Penerapan skema saran karyawan (Employees Suggestion Scheme ESS) meningkat sebanyak 90% (dari hanya 2 perusahaan berkembang menjadi 71 perusahaan).

    w Terjadi penghematan biaya di 23 perusahaan (29%) karena setelah mengikuti pelatihan SCORE dan menerapkannya.

    Dari modul II terlihat bahwa penerapan praktik kerja yang baik dan bertanggung jawab juga terjadi, yaitu adanya peningkatan jumlah perusahaan dalam hal berikut:

    w Penerapan analisis sistematis untuk kasus cacat produk naik dari 4 perusahaan menjadi 7 perusahaan.

    w Adanya penyebaran kebijakan ataupun informasi mengenai kualitas (quality policy) kepada karyawan meningkat sebanyak dari 6 perusahaan menjadi 29 perusahaan.

    w Terdapat 44 perusahaan yang melaporkan terjadi penurunan produk cacat di perusahaannya.

    Penerapan praktik kerja yang baik dan bertanggung jawab yang sesuai dengan modul III SCORE adalah sebagai berikut:

    w Terjadinya penurunan pemakaian material di 38 perusahaan (48% dari total perusahaan).

    w Penurunan sampah sisa produksi di 35 perusahaan.

    w Penurunan konsumsi energi di 31 perusahaan (39% dari total perusahaan).

    w Penerapan sistem perawatan mesin (machine maintenance system) di perusahaan meningkat dari 2 perusahaan menjadi 14 perusahaan.

  • 58

    SCORE - LapORan akhiR faSE i

    Tabel 7.4 Peningkatan perusahaan sesuai dengan modul

    Progress terhadap Konten Modul Performa Agregat Sudah ada sebelum pelatihan

    Penciptaan lapangan kerja di Perusahaan yang dilatih 337 -

    Hilangnya lapangan kerja di Perusahaan yang dilatih 47 -

    Peningkatan pekerjaan kontingen 144 -

    Penurunan pekerjaan kontingen 15 -

    Module 1 - -

    Adanya rapat harian-mingguan-bulanan 47 29

    Adanya Skema Saran Karyawan 71 2

    Penerapan 5s 66 3

    Penghematan karena pelatihan SCORE 23 -

    Module 2 - -

    Adanya kebijakan mutu 11 21

    Analisa sistematis penyebab barang cacat 7 4

    Penyeberan info mutu ke pekerja 29 6

    Pengurangan barang cacat 44 -

    Module 3 - -

    Pengurangan penggunaan material 38 -

    Pengurangan produksi limbah 35 -

    Adanya system perawatan mesin 14 2

    Pengurangan konsumsi energi 31 -

    Untuk penerapan modul IV dan V di perusahaan, hasilnya adalah sebagai berikut:

    w Terjadi penurunan tingkat perputaran pekerja sebanyak 3%

    w Penurunan keluhan pekerja sebanyak 1%

    w Adanya kebijakan SDM meningkat sebanyak 10%

    w Adanya kebijakan tentang K3 meningkat sebanyak 3%

    w Adanya deskripsi kerja meningkat sebanyak 6%

    Dari grafik dibawah terlihat persentasi perusahaan yang telah menerapkan praktik kerja yang baik dan bertanggung jawab. Beberapa hasil yang menonjol adalah:

    w Aplikasi 5S yang mengalami peningkatan dari 4% menjadi 88%

    w Keberadaan dari kesempatan menyampakan saran (ESS) meningkat dari 3% menjadi 93%

  • 59

    Gambar 7.4 Grafik persentase UKM-IKM yang menerapkan praktik kerja yang baik dan bertanggung jawab

    w Adanya rapat mingguan meningkat dari 37% menjadi 96%

    w Informasi perihal kualitas yang sekarang diinformasikan kepada karyawan dari 8% perusahaan menjadi 45% perusahaan.

    Grafik dibawah memperlihatkan persentasi perusahaan yang melaporkan terjadinya peningkatan semenjak ikut serta dalam program SCORE. Adapun peningkatan-peningkatan yang terjadi antara lain:

    w Pengurangan angka gagal produksi (reject rate) di 56% perusahaan yang ikt serta dalam SCORE.

    w 44% perusahaan melaporkan terjadinya engurangan limbah produksi dan penggunaan material mentah,

    w Komsumsi energi berhasil dikurangi di 39& perusahaan yang ikut SCORE,

    w Dan 29% perusahaan melaporkan dapat menghemar biaya produksi setelah mengikuti program SCORE.

  • 60

    SCORE - LapORan akhiR faSE i

    Gambar 7.5 Grafik persentase UKM/IKM yang melaporkan peningkatan setelah training SCORE

  • 61

    Kisah Sukses Perusahaan

    Bab 8

  • 62

    SCORE - LapORan akhiR faSE i

    Kisah Sukses Perusahaan

    Guna menyebarluaskan praktik-praktik kerja yang baik dan bertanggung jawab, SCORE merangkum kisah-kisah sukses dan pembelajaran dari perusahaan-perusahaan yang telah menerapkan SCORE dengan baik. Diharapkan hal ini dapat mendorong perusahaan untuk mau mencoba melakukan perubahan kondisi tempat kerjanya dan juga memberikan gambaran nyata hubungan erat antara hubungan kerja yang harmonis, keteraturan dan kepedulian terhadap kesehatan dan keselamatan di tempat kerja yang berdampak langsung pada peningkatan angka produktivitas perusahaan.

  • 63

    Setelah Kayu Bakar Tak Lagi Lembab

    Profil PerusahaanNama : PT. Mubarokfood Cipta DeliciaLokasi : Kudus, Jawa Tengah.Berdiri : 1902Jumlah pegawai : 86 pegawai tetap, 100 pegawai tidak tetapProduk : makanan lokalPencapaian : Salah satu suplier makanan lokal besar di Jawa Tengah

    Berawal dari usaha rumah tangga, perusahaan makanan lokal yang berlokasi di Kudus, PT Mubarokfood Cipta Delicia, berkembang menjadi produsen makanan ringan yang terkenal, terutama di Jawa Tengah. Saat ini, perusahaan yang didirikan sejak tahun 1902 tersebut dikelola oleh generasi ketiga keluarga, memiliki lebih dari 100 pekerja dan produknya tersebar di dalam dan luar negeri.

    Perusahaan berencana memperluas usaha dengan membeli tanah dan membangun pabrik yang lebih besar. Saat ini area yang mereka miliki hanya sekitar 1 hektare.

    Namun sebelum rencana ekspansi diimplementasikan, ada permasalahan yang mesti mereka selesaikan, mulai komitmen pekerja yang naik-turun, penggunaan bahan dan kayu bakar yang tidak efisien, hingga pemalsuan produk yang merajalela.

    Kami telah melakukan langkah hukum melawan produsen pemalsu produk kami, tetapi produk-produk palsu tetap merajalela, keluh Presiden Direktur PT Mubarokfood Cipta Delicia, Muhammad Hilmy.

    Sementara komitmen pekerja juga dikeluhkan. Kami merasa komitmen yang dimiliki oleh pekerja kami naik

    turun. Mereka tidak disiplin, upaya yang mereka berikan masih minim serta masih tingginya tingkat ketidakhadiran dan lembur, tambah Hilmy.

    Penggunaan bahan dan kayu bakar juga tidak efisien. Gudang yang kurang bagus membuat kayu bakar lembab sehingga api yang dihasilkan tidak stabil.

    Membangun Komitmen

    Beruntung pada Maret 2011, Dinas Tenaga Kerja setempat memperkenalkan program SCORE pada perusahaan Hilmy. Tak memakan waktu lama, PT Mubarokfood pun memutuskan untuk mengikuti program ini. Ini seperti suatu peringatan bagi kami untuk meningkatkan kesadaran dalam rangka meningkatkan produktifitas dan nilai tambah, ungkap Hilmy.

    Program ini diawali dengan penandatanganan komitmen di sebuah banner berukuran 1,5 x 3 meter yang bertujuan untuk meningkatkan perusahaan. Lalu sebuah tim dibentuk guna memantau kebersihan dan kerapihan pabrik. Kemudian para pekerja dikumpulkan secara rutin untuk mengikuti briefing pemberian motivasi serta pengetahuan tentang kualitas kerja. Juga diterapkan sistem pemberian penghargaan dan sanksi yang ketat.

    Selain itu, mekanisme quality control diterapkan pada setiap tahap produksi, bukan di akhir keseluruhan proses. Hal ini dilakukan agar jika terjadi kesalahan lebih mudah dideteksi.

    Lalu gudang untuk menyimpan kayu bakar diperbaiki dan direnovasi. Asbes dan atap yang bocor diganti dengan fiberglass supaya bisa terkena sinar matahari dan kayu tidak lembab.

    Mekanisme quality control telah meningkat secara signifikan. Alur kerja di bagian saya menjadi lebih efisien dengan adanya perubahan baru dan plastik yang digunakan sekarang memiliki kualitas dan ukuran standar yang lebih baik.

    - - Haryati, kepala bagian pemotongan di PT. Mubarokfood Cipta Delicia

    Adanya pertemuan rutin meningkatkan koordinasi dan komunikasi antara pihak manajemen dan pegawai, dan meningkatkan moral, disiplin serta rasa memiliki.

    - Meilany Astining Asih, kepala divisi personalia di PT. Mubarokfood Cipta Delicia

    SC RE INDONESIASustaining Competitive and Resposible Enterprises

    STU

    DI K

    ASU

    SSC RE INDONESIASustaining Competitive and Resposible Enterprises

    STU

    DI K

    ASU

    S

    Setelah Kayu Bakar Tak Lagi Lembab

  • 64

    SCORE - LapORan akhiR faSE i

    Efisiensi Meningkat

    Hasil yang dicapai atas pelaksanaan program tersebut cukup memuaskan. Kepala Divisi Personalia PT Mubarokfood Cipta Delicia, Meilany Astining Asih, mengatakan teamwork atau kerjasama tim dan koordinasi meningkat signifikan. Orang-orang melakukan pekerjaannya dengan baik dan pabrik menjadi lebih bersih. Tingkat ketidakhadiran menurun dan para pekerja senang karena punya kesempatan memberikan umpan balik, ungkap Meilany.

    Sementara soal kayu bakar, keberadaan gudang yang bagus telah membuat kayu bakar tetap kering dalam rentang waktu 1-2 minggu. Hal ini menjadikan api yang dihasilkan menjadi lebih stabil.

    Proses memasak adonan lebih cepat dengan api yang stabil. Hal ini berimbas pada berkurangnya tingkat lembur pekerja. Kami bisa menghemat biaya lembur hingga 22 persen, jelas Manajer Produksi PT Mubarokfood Cipta Delicia, Ashifuddin.

    Biasanya dalam setahun akan ada 120 kg produk yang dikembalikan. Dari jumlah tersebut, 80 persen harus

    diolah ulang. Tetapi dalam kurun waktu Desember sampai April, tidak ada produk yang dikembalikan atau harus diolah lagi.

    Peningkatan efisiensi produksi juga membuka jalan bagi perbaikan tingkat pengiriman yang berujung pada meningkatnya pesanan.

    Kunci pembelajaran

    1. Dorongan dan komunikasi yang lebih baik meningkatkan moral, disiplin dan rasa memiliki setiap pekerja.

    2. Kualitas produk, peningkatan efisiensi produksi dan tingkat delivery (pengiriman) merupakan kunci untuk menghadapi kompetisi yang tidak sehat.

    3. Solusi yang sederhana mampu membuat hasil luar biasa dalam kaitannya dengan produktifitas bisnis dan pemasukan.

    STU

    DI K

    ASU

    S

    Keuntungan bagi pegawai Alurkerjadanruangyanglebihefisien. Perbaikankomunikasi. Menstimulasimekanismepemberian

    penghargaan dan sanksi.

    Keuntungan bagi perusahaan Peningkatanproduktifitas.

    Penghematanbiayadanpeningkatanpemasukan.

    Peningkatankinerjadanko