laporan absisi daun

31
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu karakteristik dari makhluk hidup adalah tumbuh dan berkembang. Pada tumbuhan terdapat keistimewaan khusus yang terkait masalah pertumbuhan. Tumbuhan memiliki struktur jaringan meristem yang terus menerus membelah selama tumbuhan itu masih hidup, artinya proses pertumbuhan terjadi secara terus menerus. Hal ini berbeda dengan makhluk hidup lain seperti hewan dan manusia yang mengalami proses pertumbuhan terbatas sampai usia tertentu. Proses pertumbuhan yang terjadi pada makhluk hidup memang suatu saat tetapakan mengalami suatu titik pemberhentian yaitu kematian. Pada tumbuhan meskipun struktur penyusunnya berasal daru jaringan meristem yang selalu aktif membelah dantumbuh, titik akhir berupa kematian akan tetap dialami dalam proses kehidupannya.Jaringan meristem pada tumbuhan tidak mengalami yang namanya penuaan dankematian, akan tetapi jaringan-jaringan yang merupakan hasil differensiasi dari jaringan meristem akan tetap mancapai tahap penuaan dan menuju kematian.Proses penuaan pada jaringan tumbuhan dapat terjadi dengan berbagaimekanisme, salah satunya adalah absisi. Absisi adalah suatu proses secara alami terjadinya pemisahan bagian atauorgan tanaman, seperti: daun, bunga, buah atau batang. Menurut Addicot (1964) maka dalam proses absisi ini faktor alami seperti: panas, dingin, kekeringan akan berpengaruh terhadap absisi. Proses Page | 1

Upload: devinadiyawidjaya

Post on 20-Feb-2016

147 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

struktur fungsi dan perkembangan tumbuhan

TRANSCRIPT

Page 1: LAPORAN ABSISI DAUN

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Salah satu karakteristik dari makhluk hidup adalah tumbuh dan berkembang.

Pada tumbuhan terdapat keistimewaan khusus yang terkait masalah pertumbuhan.

Tumbuhan memiliki struktur jaringan meristem yang terus menerus membelah selama

tumbuhan itu masih hidup, artinya proses pertumbuhan terjadi secara terus menerus. Hal

ini berbeda dengan makhluk hidup lain seperti hewan dan manusia yang mengalami

proses pertumbuhan terbatas sampai usia tertentu. Proses pertumbuhan yang terjadi pada

makhluk hidup memang suatu saat tetapakan mengalami suatu titik pemberhentian yaitu

kematian. Pada tumbuhan meskipun struktur penyusunnya berasal daru jaringan

meristem yang selalu aktif membelah dantumbuh, titik akhir berupa kematian akan tetap

dialami dalam proses kehidupannya.Jaringan meristem pada tumbuhan tidak mengalami

yang namanya penuaan dankematian, akan tetapi jaringan-jaringan yang merupakan hasil

differensiasi dari jaringan meristem akan tetap mancapai tahap penuaan dan menuju

kematian.Proses penuaan pada jaringan tumbuhan dapat terjadi dengan

berbagaimekanisme, salah satunya adalah absisi. Absisi adalah suatu proses secara alami

terjadinya pemisahan bagian atauorgan tanaman, seperti: daun, bunga, buah atau batang.

Menurut Addicot (1964) maka dalam proses absisi ini faktor alami seperti: panas, dingin,

kekeringan akan berpengaruh terhadap absisi. Proses penurunan kondisi yang menyertai

pertumbuhan umur, yang mengarah kepada kematian organ atau organisme,disebut

penuaan (senensensi).Gugurnya daun dipacu juga oleh faktor lingkungan, termasuk

panjang hariyang pendek pada musim gugur dan suhu yang rendah. Rangsangan dari

faktor lingkungan ini menyebabkan perubahan keseimbangan antar etilen dan

auksin.Auksin mencegah absisi dan tetap mempertahankan proses metabolisme

daun,tetapi dengan bertambahnya umur daun jumlah etilen yang dihasilkan juga

akanmeningkat. Sementara itu, sel-sel yang mulai menghasilkan etilen akanmendorong

pembentukan lapisan absisi. Selanjutnya etilen merangsang lapisanabsisi terpisah dengan

memacu sintesis enzim yang merusak dinding-dinding sel pada lapisan absisi.Gugur

daun pada musim gugur merupakan adaptasi tumbuhan untuk mencegah kehilangan air

melalui penguapan pada musim salju karena pada saatitu akar tidak mampu menyerap air

pada tanah yang membeku. Pengguguran daun pada setiap musim gugur yang diawali

dengan terjadinya perubahan warna,kemudian daun mengering dan gugur adalah juga

Page | 1

Page 2: LAPORAN ABSISI DAUN

merupakan proses penuaan.Warna pada daun yang akan gugur merupakan kombinasi

pigmen-pigmen baruyang dibentuk pada musim gugur, kemudian pigmen-pigmen yang

telah terbentuk tersebut tertutup oleh klorofil. Daun kehilangan warna hijaunya pada

musimgugur karena daun-daun tersebut berhenti mensintesis pigmen klorofil.Peranan

etilen dalam memacu gugurnya daun lebih banyak diketahuidaripada peranannya dalam

hal perubahan warna daun yang rontok dan pengeringan daun. Pada saat daun rontok,

bagian pangkal tangkai daunnyaterlepas dari batang. Daerah yang terpisah ini disebut

lapisan absisi yang merupakan areal sempit yang tersusun dari sel-sel parenkima

berukuran kecildengan dinding sel yang tipis dan lemah. Setelah daun rontok, daerah

absisimembentuk parut/luka pada batang. Sel-sel yang mati menutupi parut untuk

membantu melindungi tumbuhan terhadap patogen.

Berdasarkan uraian diatas, maka kami melakukan percobaan dan menyusun

laporan yang berjudul “pengaruh hormon AIA terhadap proses absisi yang terjadi pada

daun Coleus sp.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat didapatkan rumusan maslah

sebagai berikut:

Bagaimanakah pengaruh hormon AIA terhadap proses absisi pada daun Coleus sp?

C. Tujuan

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh hormon

AIA terhadap proses absisi pada daun Coleus sp.

Page | 2

Page 3: LAPORAN ABSISI DAUN

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Absisi

Absisi merupakan suatu proses pemisahan bagian/organ tanaman dari tanaman,

seperti daun, bunga, buah atau batang secara alami. Menurut Addicot (1964) faktor luar

yang berpengaruh terhadap proses absisi diantaranya adalah panas, dingin dan

kekeringan. Di dalam proses absisi, akan terjadi perubahan-perubahan metabolisme

dalam dinding sel dan perubahan secara kimia dari pektin dalam lamela tengah.

Pembentukan lapisan absisi (abscission layer), kadang-kadang diikuti oleh susunan sel

bagian proksimal. Disini sel-sel baru akan berdiferensiasi ke dalam periderm dan

membentuk suatu lapisan pelindung.

Penguguran daun (absisi) adalah suatu proses lepasnya tangkai daun dari tanaman

yang menyababkan daun gugur dan terjatuh. Proses ini di pengaruhi oleh banyak faktor

baik faktor dari dalam maupun dari luar. Proses  awal gugurnya daun di tandai dengan

perubahan warna pada daun kemudian

mengering dan akhirnya gugur.

Penguguran daun ini biasanya terjadi

pada daun yang sudah tua, terkena

penyakit, atau untuk menghadapi kondisi

lingkungan yang tidak

menguntungkan(kemarau dan musim

dingin). Proses  penurunan  kondisi

yang menyertai pertambahan umur yang

mengarah kepada kematian organ atau

organisme disebut penuaan (senensensi).

Gugurnya daun dipacu juga oleh faktor lingkungan, termasuk panjang hari yang pendek

pada musim gugur dan suhu yang rendah. Rangsangan dari faktor lingkungan ini

menyebabkan perubahan keseimbangan antara etilen dan auksin. Auksin mencegah

absisi dan tetap mempertahankan proses metabolism daun, tetapi dengan bertambahnya

umur daun, jumlah etilen yang dihasilkan juga akan meningkat. Sementara itu, sel-sel

yang mulai  menghasilkan  etilen  akan mendorong pembentukan lapisan absisi.

Selanjutnya etilen merangsang lapisan absisi terpisah dengan memacu sintesis enzim

yang merusak dinding-dinding sel pada lapisan absisi.

Page | 3

Page 4: LAPORAN ABSISI DAUN

B. Mekanisme Absisi Pada Daun

Daun merupakan organ dari tanaman yang berperan penting dalam fotosintesis

untuk menghasilkan bahan makanan bagi kelangsungan hidup tanaman. Daun pada

tanaman secara berkala akan mengalami proses pengguguran. Selama pengguguran,daun

terlepas dari batang tanpa

menimbulkan kerusakan terhadap

jaringan hidup dibatang dan

permukaan yang baru terbuka itu juga

dilindungi dari pengeringan dan

infeksi. Daun tidak gugur begitu saja

pada waktu mati. Suatu daerah

pembelahan yang disebut daerah

absisi berkembang di daerah dekat

pangkal tangkai daun. Sehingga

sejumlah dinding sel yang melintang

tegak lurus terhadap sumbu

panjangtangkai daun terbentuk.

Daerah absisi terdiri atas lapisan pemisah dan lapisan pelindung. Pada lapisanpemisah

tersebut terjadi pelepasan daun yang sebenarnya. Pada daerah inimerupakan bagian

terlemah dari tangkai daun. Setelah daun menjadi dewasa, makadaerah absisi menjadin

nyata dan terjadi lekukan dangkal di luar dan di daerahabsisi ini terjadi perubahan warna

epidermis. Diameter berkas vaskuler di daerahabsisi mengalami pereduksian. Kolenkim

tidak ada dan sklerenkim menjadi lemahatau tidak ada sama sekali. Sel-sel parenkim

absisi mempunyai sitoplasma yanglebih padat.Sebelum daun gugur terjadi lapisan

pemisah pada daerah penggugurantersebut. Lapisan pemisah berlanjut melintasi sel-sel

parenkim di dalam berkasvaskuler. Sel-sel parenkim di tempat tersebut membelah

menjadi sel yang lebihkecil, pipih, mengandung tepung dan plasmanya kental. Di daerah

ini unsur-unsurxilem dan floem serta sel-sel mati lainnya telah rusak secara mekanik.

Sebelumdaun benar-benar gugur, silosis dan getah menyumbat terutama sel-sel

pengangkutprimer pada berkas vaskuler, namun pengangkutan tetap dipertahankan

melalui unsur-unsur sekunder sehingga daun tetap segar dan tidak layu sampai pada

akhirnya pemisahan tersebut sempurna. Segera sebelum pengguguran daun, dinding luar

dan lamella tengah sel-sel penyusun lapisan pemisah menjadi bergelatin danpada akhir

Page | 4

Page 5: LAPORAN ABSISI DAUN

sebelum daun gugur gelatin tadi hancur dan terlarut. Akibat pelarutans ubstansi antar sel

dan dinding sel luar, maka sel-sel menjadi renggang dan lepasantara satu dengan yang

lain. Akhirnya, daun hanya diperkuat oleh unsure-unsurvaskuler yang segera putus akibat

tenaga mekanis atau gravitasi, sehingga tangkaidaun akan terputus karena angin dan

berat daunnya sendiri yang mengakibatkanpemisahan daun dari batang.Pada daerah

pemisahan terbentuklah bekas luka daun (leaf scar) pada batang atau cabang.

Gambar. Leaf scar terbentuk setelah daun gugur

Bekas luka daun (leaf scar) terbentuk karena terjadi penimbunan substansi yang

melindungi permukaan baru tersebut dari kerusakan,infeksi dan kehilangan air. Substansi

ini terdapat di bawah lapisan pemisah dalamsel-sel yang berupa suberin dan lignin.

Lapisan pemisah yang tersisa di batang akanmembentu lapisan pelindung, dapat berupa

jaringan pelindung primer ataupelindung sekunder berupa periderm. Di bawah lapisan

pelindung primer kemudiandiendapkan suberin dan lignin sebagai penghalang keluarnya

air dan masuknyainfeksi penyakit. Lapisan sekunder ini bersambungan dengan periderm

batang. Lapisan pelindung primer dan lapisan pelindung sekunder digunakan

sebagaipenutup luka akibat tangkai daun yang gugur.Daun yang terletak paling bawah

dari suatu tanaman atau daun paling tua akansegera gugur. Hal ini disebabkan karena

daun paling tua berada paling bawah,dimana cahaya matahari tidak dapat mengenai

seluruh permukaan daun karenaterhalang oleh daun di atasnya. Akibatnya, daun paling

tua tidak dapat melakukanfotosintesis dengan baik, dan selanjutnya akan segera gugur.

Sebelum gugur, daunpaling tua segera mengirimkan semua unsur hara yang dimiliki ke

daun di atasnyaatau terjadi transfer unsure hara. Hal ini juga akan dilakukan oleh daun-

Page | 5

Page 6: LAPORAN ABSISI DAUN

daunberikutnya setelah tua dan sebelum gugur.Gugurnya daun juga dipicu oleh faktor

lingkungan, termasuk panjang hari yangpendek pada musim gugur dan suhu yang

rendah. Rangsangan dari faktorn lingkungan ini menyebabkan perubahan keseimbangan

antara etilen dan auksin. Auksin mencegah absisi dan tetap mempertahankan proses

metabolisme daun,tetapi dengan bertambahnya umur daun jumlah etilen yang dihasilkan

juga akanmeningkat. Sedangkan etilen sangat berperan dalam proses pengguguran daun.

Sel-sel yang mulai menghasilkan eilen akan mendorong pembentukan lapisan

absisi.Selanjutnya etilen akan merangsang lapisan absisi terpisah dengan memacu

sintesisenzim yang merusak dinding-dinding sel pad lapisan absisi. Gugur daun

padamusim gugur merupakan adaptasi tumbuhan untuk mencegah kehilangan airmelalui

penguapan pada musim salju karena pada saat itu akar tidak mampumenyerap air pada

tanah yang membeku. Teori tentang mekanisme absisi pada daun juga dijelaskan oleh

Robinstein dan Leopold (1964). Kedua ilmuwan ini menerangkan bahwa respon absisi

pada daun terhadap auksin dapat dibagi kedalam dua fase jika perlakuan auksiin

diberikan setelah daun terlepas. Fase pertama, auksiin akan menghambat absisi dan fase

kedua auksiin dengan konsentrasi yang sama akan mendukung terjadinya absisi. Menurut

Alex Comport (1956) dalam Leopold (1961) penuaan atau senescence adalah suatu

penurunan kemampuan tumbuh (viability) disertai dengan kenaikan vulnerability suatu

organisme. Namun di dalam tanaman, istilah ini diartikan sebagai menurunnya fase

pertumbuhan (growth rate) dan kemampuan tumbuh (vigor) serta diikuti dengan

kepekaan (susceptibility) terhadap tantangan lingkungan, penyakit atau perubahan fisik

lainnya. Ciri-ciri terjadinya penuaan dapat ditemukan pada morfologi dan perubahan di

dalam organ atau seluruh tubuh tanaman. Keadaan seperti ini diikutioleh meningkatnya

abscission serta daun dan buah berguguran dari batang pokok.Begitu pula pertumbuhan

dan pigmentasi warna hijau berubah menjadi warnakuning, yang akhirnya buah dan daun

terlepas dari batang pokok.

C. Peranan Hormon dalam Absisi Daun

Hormon tanaman adalah suatu senyawa organik yang disintesis dalam suatu

bagian tanaman dan kemudian diangkut ke bagian tanaman yang lain dimana pada

konsentrasi yang sangat rendah akan menyebabkan suatu dampak fisiologis. Hormon

harus di translokasikan didalam tubuh tanaman, tetapi tidak disebutkan berapa jauh

hormon tersebut harus di angkut, juga tidak disebutkan bahwa hormon tidak akan

menyebabkan pengaruh pada sel dimana hormon tersebut disintesis. Auksin yang

Page | 6

Page 7: LAPORAN ABSISI DAUN

ditemukan oleh Went, sekarang dikenal sebagai asam indol-asetat (indole 3-acetic acid,

disingkat IAA). Beberapa ahli yakin bahwa IAA merupakan hormon auksin yang

sebenarnya atau IAA diidentikkan dengan auksin. Walaupun demikian tanaman

mengandung 2 senyawa lain yang pengaruhnya terhadap tanaman sama dengan IAA dan

selayaknya juga di golongkan sebagai auksin. Berbeda dengan pergerakan gula, ion, dan

bahan terlarut lainnya, IAA biasanya tidak di angkut melalui pembuluh floem dan tidak

juga melalui xylem. IAA diangkut melalui saluran pembuluh jika diaplikasikan pada

permukaan daun yang cukup dewasa yang telah mampu mengekspor gula, tetapi

pengangkutan IAA secara normal dalam batang dan tangkai daun adalah dari daun muda

dan melalui sel-sel hidup lainnya, termasuk floem parenkima dan sel-sel parenkima yang

mengelilingi jaringan pembuluh. (Lakitan, 1996).

Auksin adalah salah satu bentuk hormon yang paling banyak diteliti. Terutama

berpengaruh terhadap pertumbuhan dengan merangsang pembesaran sel. Dalam

merangsang pembesaran sel dan perubahan-perubahan lainnya, Auksin ini bekerja sama

dengan hormon-hormon lain. (Anonim, 2009).

Auksin merupakan istilah generik untuk substansi pertumbuhan yang khususnya

merangsang perpanjangan sel, tetapi auksin juga menyebabkan suatu kisaran respon

pertumbuhan yang agak berbeda-beda. Respon auksin berhubungan dengan

konsentrasinya. Konsentrasi yang tinggi bersifat menghambat. (Anonim, 2008).

Mengenai hubungan antara absisi dengan zat tumbuh auksin, Addicot Etall (1955)

mengemukakan bahwa absisi akan terjadi apabila jumlah auksin yang ada di daerah

proksimal sama atau lebih dari jumlah auksin yang terdapat didaerah distal. Tetapi

apabila junlah auksin berada di daerah distal lebih besar daridaerah proksimal maka tidak

akan terjadi absisi. Dengan kata lain proses absisi iniakan terlambat. Teori lain (Biggs

dan Leopld 1957, 1958) menerangkan bahwa pengaruh auksin terhadap absisi ditentukan

oleh konsentrasi auksin itu sendiri.Konsentrasi auksin yang tinggi akan menghambat

terjadinya absisi, sedangkanauksin dengan konsentrasi rendah akan mempercepat

terjadinya absisi. Teoriterakhir ditentukan oleh Robinstein dan Leopold (1964) yang

menerangkan bahwarespon absisi pada daun terhadap auksin dapat dibagi ke dalam dua

fase jika perlakuan auksin diberikan setelah auksin terlepas. Fase pertama, auksin akan

menghambat absisi dan fase kedua auksin dengan konsentrasi yang sama akan

mendukung terjadinya absisi

Peranan etilen dalam memacu gugurnya daun lebih banyak diketahui daripada

peranannya dalam hal perubahan warna daun yang rontok dan pengeringan daun.

Page | 7

Page 8: LAPORAN ABSISI DAUN

Pada saat daun rontok, bagian pangkal tangkai daunnya terlepas dari batang. Daerah

yang terpisah ini disebut lapisan absisi yang merupakan areal sempit yang tersusun

dari sel-sel parenkima berukuran kecildengan dinding sel yang tipis dan lemah. Setelah

daun rontok, daerah absis imembentuk parut/luka pada batang. Sel-sel yang mati

menutupi parut untuk membantu melindungi tumbuhan terhadap patogen. Dari gambaran

teori di atas maka untuk dapat mengetahui pengaruh AIA terhadap proses absisi daun,

dilakukan percobaan pada tanaman Coleus sp.

D. Manfaat Pengguguran Daun

Gugur daun pada musim gugur merupakan adaptasi tumbuhan untuk mencegah

kehilangan air melalui penguapan pada musim salju karena pada saatitu akar tidak

mampu menyerap air pada tanah yang membeku. Bagi tumbuhan,gugurnya daun ini

berguna untuk membuang organ yang tidak berguna yangmungkin sebagai sumber infeksi

yang potensial dan pada beberapa spesies untuk memberi tempat bagi daun baru yang

akan tumbuh pada musim berikutnya.

E. Iler (Coleus sp.)

Kingdom : Plantae

Division : Magnoliophyta

Class : Magnoliopsida

Order : Lamiales

Family : Lamiaceae

Genus : Coleus (Solenostemon)

Species : Coleus sp.

Page | 8

Page 9: LAPORAN ABSISI DAUN

Coleus sp adalah jenis tanaman tahunan yang berasal dari daerah tropis di Afrika,

Asia, Australia, India Timur, Kepulauan Melayu dan Filipina. Tanaman ini dikenal

dengan nama Coleus, nama ini diambil dari klasifikasi sebelumnya yang terbagi menjadi

dua: yang tergabung dalam Solenostemon sp atau jenis lain Plectranthus.

Daun berwarna-warni dan beraneka ragam, biasanya dengan kontras yang tajam

antara warna, daun mungkin berwarna hijau, merah muda, kuning, hitam (warna ungu

sangat gelap), merah marun, dan. Kultivar baru dengan varietas warna yang terus-

menerus dilakukan. Tanaman tumbuh baik pada tanah baik dikeringkan lembab, dan

biasanya tumbuh 0,5-1 m, meskipun beberapa mungkin tumbuh setinggi 2 meter. Coleus

biasanya ditanam sebagai tanaman hias. Mereka toleran terhadap panas, tetapi mereka

kurang baik di bawah sinar matahari penuh di daerah subtropis daripada di tempat teduh.

Di daerah yang ringan (tidak ada salju di musim dingin), tanaman biasanya dapat

disimpan sebagai tanaman keras jika dikelola dengan baik. Di daerah dingin, mereka

sering ditanam sebagai semusim, karena tanaman tidak hardy dan menjadi berkaki

panjang dengan usia (untuk mendorong bushing pada tanaman berkaki panjang, cukup

mencubit kembali ujung tumbuh). Dalam terang, daerah panas, warna tanaman yang

biasanya lebih intens di daerah berbayang daripada di sinar matahari penuh, dan

tanaman akan memerlukan air lebih sedikit di sana. Coleus juga membuat rendah

pemeliharaan tanaman hias, dan sering dapat diperbanyak dengan kliping panjang

batang tepat di bawah daun dan menempatkan batang dalam air untuk root. Bunga

tanaman tumbuh pada batang atas batang daun yang, dan cenderung ungu dan cukup

kecil dibandingkan dengan daun. Tanaman ini umumnya tidak ditanam untuk

bunganya, karena mempromosikan pemanjangan batang

Page | 9

Page 10: LAPORAN ABSISI DAUN

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian yang kami lakukan adalah penelitian ekperimental, karena penelitian

dilakukan menggunakan beberapa variabel, yaitu variabel manipulasi, variabel kontrol,

dan variabel respon.

B. Variabel Penelitian

1. Variabel Kontrol : Jenis tanaman (Coleus sp.), pemberian atau pengolesan

lanolin dan AIA (mengolesi bekas potongan yang 1 dengan

lanolin dan yang lain dengan 1 ppm AIA dalam lanolin)

2. Variabel Manipulasi : Perlakuan yang diberikan pada tanaman iler (Coleus sp.)

a. Tanaman 1: Memotong satu pasang lamina yang

terletak paling bawah

b. Tanaman 2: Memotong satu pasang lamina yang

terletak tepat di atas lamina yang paling bawah

3. Variabel Respon : Waktu gugurnya tangkai

C. Alat Dan Bahan

1. Alat

a. Pisau 1 buah

b. Kertas label Secukupnya

2. Bahan

a. Tanaman iler (Coleus sp.) 2 buah

b. Lanolin Secukupnya

c. 1 ppm AIA dalam lanolin Secukupnya

Page | 10

Page 11: LAPORAN ABSISI DAUN

D. Langkah Kerja

1. Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan.

2. Mengambil dua buah pot tanaman Coleus sp. kemudian melakukan kegiatan sebagai

berikut :

a. Pot 1: memotong satu pasang lamina yang terletak paling bawah.

b. Pot 2: memotong satu pasang lamina yang terletak tepat di atas lamina yang paling bawah.

3. Mengolesi bekas potongan tersebut, yang satu dengan lanolin, sedang yang lainnya

dengan 1 ppm AIA dalam lanolin.

4. Memberi tanda dengan kertas label bekas potongan tersebut agar tidak tertukar.

5. Mengamati setiap hari dan mencatat waktu gugurnya tangkai-tangkai daun tersebut.

Page | 11

Page 12: LAPORAN ABSISI DAUN

E. Kerangka Percobaan

Page | 12

Mengambil dua buah pot tanaman Coleus sp.

Pot 2: memotong satu pasang lamina yang terletak tepat di atas lamina yang paling bawah.

Pot 1: memotong satu pasang lamina yang paling bawah.

Mengolesi bekas potongan tersebut yang satu

dengan lanolin, sedang yang lain dengan 1 ppm

AIA dalam lanolin

Memberi tanda dengan menggunakan kertas label agar tidak tertukar

Mengamati tiap hari dan mencatat waktu gugurnya tangkai-tangkai daun tersebut

Page 13: LAPORAN ABSISI DAUN

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan

1. Tabel

Tabel Hasil Pengamatan Pengaruh AIA terhadap Absisi Daun Coleus sp.

Letak tangkai

yang gugur

Waktu gugur tangkai daun (Hari ke- )

Lanolin Lanolin + AIA

1 2 3 4 5 6 7 1 2 3 4 5 6 7

Tangkai daun

yang paling

bawah

√ √

Tangaki daun

nomor 2 dari

bawah

√ √

2. Histogram

Tangkai daun paling bawah

Tangkai daun nomor 2 dari bawah

0

1

2

3

4

5

6

Histogram Pengaruh AIA Terhadap Absisi Daun Coleus sp.

Lanolin

AIA dalam lanolin

Letak tangkai daun

Wak

tu g

ugur

nya

tang

kai (

hari

ke-)

Page | 13

Page 14: LAPORAN ABSISI DAUN

B. Analisis Data

Berdasarkan tabel dan histogram diatas diketahui bahwa AIA (asam indol

asetat) berpengaruh terhadap absisi tangkai daun Coleus sp. Pada tangkai yang

terletak paling bawah, tangkai daun yang diolesi lanolin gugur lebih cepat yaitu pada

hari ketiga. Sedangkan yang diolesi AIA dalam lanolin, tangkai daun gugur pada hari

keempat.

Pada tangkai yang terletak nomor 2 dari bawah, tangkai daun yang diolesi

lanolin gugur lebih cepat yaitu pada hari keempat. Sedangkan yang diolesi AIA dalam

lanolin, tangkai daun gugur pada hari kelima. Berdasarkan data juga diketahui bahwa

tangkai daun yang terletak paling bawah gugur lebih cepat daripada tangkai daun

yang terletak nomor 2 dari bawah.

C. Pembahasan

Berdasarkan data yang diperoleh serta analisis data diatas dapat diketahui

bahwa AIA (asam indol asetat) berpengaruh terhadap absisi tangkai daun Coleus sp.

Hal ini ditunjukkan dengan perbedaan waktu gugur pada tangkai daun Coleus sp.

Dalam percobaan ini dilakukan perbedaan perlakuan, yaitu pada tanaman 1

memotong satu pasang lamina yang paling bawah dan pada tanaman 2 memotong satu

pasang lamina yang terletak tepat di atas lamina yang paling bawah. Setelah itu

tangkai bekas potongan lamina dari kedua tanaman diolesi dengan lanolin pada satu

tangkai dan AIA dalam lanolin pada tangkai yang lain. Didapatkan data bahwa pada

tangkai yang terletak paling bawah, tangkai daun yang diolesi lanolin gugur lebih

cepat yaitu pada hari ketiga. Sedangkan yang diolesi AIA dalam lanolin, tangkai daun

gugur pada hari keempat. Pada tangkai yang terletak nomor 2 dari bawah, tangkai

daun yang diolesi lanolin gugur lebih cepat yaitu pada hari keempat. Sedangkan yang

diolesi AIA dalam lanolin, tangkai daun gugur pada hari kelima.

Berdasarkan data yang diperoleh diketahui bahwa tangkai daun yang diolesi

dengan lanolin lebih cepat gugur daripada tangkai daun yang diolesi dengan AIA

dalam lanolin. Hal ini mengindikasikan bahwa hormon AIA menghambat proses

pengguguran (absisi) tangkai daun Coleus sp, sedangkan lanolin mempercepat atau

memicu proses pengguguran tangkai daun Coleus sp.

Page | 14

Page 15: LAPORAN ABSISI DAUN

Sebelum tangkai pada daun Coleus sp. mengalami absisi maka terjadi lapisan

pemisah pada daerah absisi tersebut. Lapisan pemisah berlanjut melintasi sel-sel

parenkim di dalam berkas vaskuler. Sel-sel parenkim tempat tersebut membelah

menjadi sel yang lebih kecil, pipih mengandung tepung dan plasma yang kental. Sel-

sel penyusun lapisan ini dindingnya larut atau bahkan seluruh selnya hancur sehingga

daun gugur akibat tenaga mekanis. Lapisan yang tersisa pada batang akan membentuk

lapisan pelindung berupa pelindung jaringan primer atau berupa periderm. Dibawah

lapisan pelindung primer kemudian diendapkan suberin dan lignin sebagai barier

(penghalang) keluarnya air dan masuknya infeksi penyakit. Lapisan periderm ini

bersambung dengan periderm batang. Lapisan pelindung primer dan lapisan

pelindung sekunder digunakan sebagai penutup luka akibat tangkai daun yang gugur.

Pada bagian tangkai yang daunnya telah dipotong terjadi proses pembentukan

lapisan absisi yang mengandung pektinase dan selulase, sehingga lamela tengah larut

dan tangkai daun akan menjadi putus. Hubungan ikatan pembuluh yang terputus akan

tersumbat dengan terbentuknya tilosa dan gabus. Pembentukan lapisan absisi

(abscission layer) ini, kadang-kadang diikuti oleh susunan sel divisi proksimal.

Hubungan antara absisi dengan zat tumbuh auksin adalah, absisi akan terjadi apabila

jumlah auksin yang ada di daerah proksimal (proximal region) sama atau lebih dari

jumlah auksin yang terdapat di daerah distal (distal region). Tetapi apabila jumlah

auksin yang berada di daerah distal lebih besar dari daerah proksimal, maka tidak

akan terjadi absisi atau dengan kata lain proses absisi akan terhambat,sehingga pada

tangkai yang hanya diolesi oleh AIA dalam lanolin terjadi pengguguran yang lebih

lama karena auksin masih berperan dalam pertumbuhan sehingga daun belum

melakukan proses absisi daun.

Sel-sel pada tangkai daun tersebut dipacu untuk menghasilkan etilen yang

berfungsi untuk mempercepat pemanjangan sel batang. Etilen dan ABA mendorong

penuaan, sehingga peran ABA pada percobaan ini menyebabkan pengguguran tangkai

daun tetapi kurang efektif dibandingkan dengan etilen. Pada proses pengguguran

tangkai daun dapat disimpulkan bahwa ABA tidak berpengaruh langsung, tetapi

bekerja secara tidak langsung dengan menyebabkan penuaan prematur pada sel organ

yang akan gugur. Hal tersebut akan mendorong naiknya produksi etilen. Etilen akan

mengawali proses pengguguran yang sebenarnya bagi suatu daun, disamping itu

tumbuhan akan mempunyai manfaat tersendiri yaitu pada daun yang telah tua dapat

mentransfer unsure hara ke daun yang lebih muda sehingga proses metabolisme pada

Page | 15

Page 16: LAPORAN ABSISI DAUN

tumbuhan terus berlangsung. Hal ini juga akan dilakukan oleh daun-daun berikutnya

setelah tua dan sebelum gugur. Oleh karena itu pada percobaan ini daun yang terletak

paling bawah dari suatu tanaman atau daun paling tua akan segera gugur lebih dahulu

daripada daun yang beradadiatasnya.

Pada tangkai daun yang diolesi dengan AIA dalam lanolin waktu gugurnya

tangkai daun lebih lama daripada tangkai daun yang diolesi dengan lanolin. Hal

dikarenakan AIA yang memiliki struktur sama dengan auksin, yaitu berperan untuk

mencegah absisi dan tetap mempertahankan proses metabolisme daun. Sehingga sel-

sel terus melakukan pertumbuhan meski dalam tubuh tumbuhan tidak dihasilkan lagi

auksin karena tangkai daun yang dipotong tidak akan menghasilkan hormon auksin

lagi. Sedangkan pada tangkai daun yang hanya diolesi lanolin saja tidak akan

melakukan pertumbuhan karena auksin telah habis sehingga terjadi proses absisi daun

karena aktivitas hormon etilen dan karena tidak adanya penghambat bagi aktivitas

kerja hormon Asam Absisat (ABA). Dimana ABA yang berperan adalah ABA

endogen yang menyebabkan pengguguran yang terjadi lebih maksimal, selain itu juga

pengaruh ABA eksogen yang juga dapat menyebabkan pengguguran daun. Namun,

ABA disini tidak bekerja secara langsung yakni diawali dengan penuaan prematur

pada sel organ yang akan gugur.

Gugurnya daun juga disebabkan oleh faktor lingkungan, termasuk panjang

hari dan suhu yang rendah. Tanaman yang digunakan untuk percobaan ini diletakkan

di luar ruangan sehingga sangat memungkinkan adanya pengaruh lingkungan luar

yang sangat berpengaruh terhadap perubahan keseimbangan hormon dalam tubuh

tumbuhan. Rangsangan dari faktor lingkungan ini menyebabkan perubahan

keseimbangan antara etilen dan auksin.

Dalam percobaan ini, diketahui bahwa tangkai daun yang terletak paling

bawah atau daun paling tua gugur lebih dahulu daripada tangkai daun yang letaknya

nomor 2 dari bawah. Hal ini disebabkan karena tangkai daun yang letaknya dekat

dengan apikal (tangkai no 2 dari bawah) memiliki kandungan auksin yang lebih

banyak, sehingga akan melakukan proses pertumbuhan bukan proses absisi daun,

dimana hal ini membuat tangkai tersebut memerlukan waktu untuk gugur yang lebih

lama daripada tangkai daun yang terletak paling bawah. Selain itu dengan

bertambahnya umur daun jumlah etilen yang dihasilkan jugaakan meningkat dan sel-

sel yang mulai menghasilkan etilen akan mendorong pembentukan lapisan absisi.

Page | 16

Page 17: LAPORAN ABSISI DAUN

Selanjutnya etilen merangsang lapisan absisi terpisah dengan memacu sintesis enzim

yang merusak dinding-dinding sel pada lapisan absisi.

Sebelum gugur, daun dan tangkai daun yang terletak paling bawah atau paling

tua segera mengirimkan semua unsur hara yang dimiliki pada daun yang berada di

atasnya atau terjadi transfer unsur hara. Hal ini juga akan dilakukan oleh daun-daun

berikutnya setelah tua dan sebelum gugur.

D. Diskusi

Pertanyaan:

Adakah perbedaan waktu gugurnya daun pada percobaan saudara? Jelaskan

pendapat saudara disertai dengan teori yang mendukung.

Jawab :

Dalam percobaan yang kami lakukan diketahui terdapat perbedaan waktu

gugurnya tangkai daun pada tanaman Coleus sp.

Pada tangkai daun yang diolesi dengan lanolin waktu gugurnya lebih cepat

daripada tangkai daun yang diolesi dengan AIA lanolin. Hal ini disebabkan karena

bagian pangkal tangkai daun yang diolesi dengan lanolin akan membentuk daerah

absisi. Daerah ini merupakan bagian yang terlemah dan diameter berkas pengangkut

lebih kecil dari bagian lain, tidak mengandung kolenkim maupun sklerenkim (sebagai

jaringan penguat) sehingga lamela tengahnya larut yang mengakibatkan tangkai daun

dapat putus atau gugur. Putus atau gugurnya tangkaidaun pada daerah absisi yang

tidak mengalami penebalan oleh lignin, suberin, danselulosa serta dipicu oleh angin

atau karena berat dari jaringan itu sendiri. Selain itu,disebabkan karena lanolin

merupakan salah satu campuran zat yang sifatnya samadengan ABA dan etilen yaitu

mempercepat penuaan prematur pada sel organ yangakan gugur, termasuk daun.Pada

tangkai daun yang diolesi dengan lanolin + AIA waktu gugurnya tangkai daunlebih

lama daripada tangkai daun yang diolesi dengan lanolin saja karena AIA atauauksin

menghalangi induksi ABA. Hal ini dapat diindikasikan bahwa hormon AIA

menghambat proses pengguguran tangkai daun. Selain hormon yang berpengaruhpada

proses pengguguran daun, letak atau posisi daun juga berpengaruh yaitu tangkaidaun

yang terletak paling bawah atau daun paling tua gugur lebih dahulu daripadatangkai

daun yang letaknya di atas daun terbawah atau ke-2 dari bawah. Hal inidisebabkan

karena daun paling tua berada paling bawah, dimana cahaya mataharitidak dapat

mengenai seluruh permukaan daun karena terhalang oleh daun di atasnya.Akibatnya,

Page | 17

Page 18: LAPORAN ABSISI DAUN

daun paling tua tidak dapat melakukan fotosintesis dengan baik, danselanjutnya akan

segera gugur.

BAB V

PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan hasil dari praktikum yang telah dilaksanakan, maka dapat

disimpulkan bahwa AIA berpengaruh terhadap proses absisi pada tangkai daun

Coleus sp. Dimana pada tangkai daun yang diolesi AIA dalam memiliki waktu gugur

yang lebih lama daripada tangkai daun yang hanya diolesi lanolin saja. Dengan kata

lain, pemberian AIA dapat menghambat proses absisi pada tangkai daun Coleus sp.

B. Saran

Adapun saran yang dapat diberikan yaitu sebaiknya pengamatan dilakukan per

jam (atau paling tidak 3 atau 4 jam sekali) sehingga hasil yang diperoleh lebih akurat,

karena kemungkinan tangkai daun yang gugur pada hari yang sama tetapi waktunya

yang berbeda. Selain itu, sebaiknya digunakan tanaman yang memiliki kondisi yang

sama sehingga data yang diperoleh akurat.

Page | 18

Page 19: LAPORAN ABSISI DAUN

DAFTAR PUSTAKA

Asbindo. 2012. Coleus. Dari http://www.asbindo.org/tanaman-taman/coleus diakses

pada tanggal 15 November 2012 pukul 23:14 WIB

Kimbal, Jhon W. 1983. Biologi Jilid 2 Edisi kelima. Bogor : Erlangga

Lakitan, Benjamin. 1996. Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta : PT. Raja Grafindo

Persada

Lovelles, A. R. 1999. Prinsip-prinsip Biologi Tumbuhan untuk Daerah Tropik . Jakarta:

PT. Gramedia Indonesia

Rahayu, Yuni Sri dkk. 2012. Petunjuk Praktikum Fisiologi Tumbuhan. Surabaya:

Laboratorium Fistum-Biologi-Unesa

Sasmitamihardja, Dradjat dan Arbasyah Siregar. 1996. Fisiologi Tumbuhan. Bandung:

ITB Press.

Wikipedia. 2012. Coleus. Dari http://en.wikipedia.org/wiki/Coleus , diakses pada

tanggal 15 November 2012 pukul 23:09 WIB

Page | 19

Page 20: LAPORAN ABSISI DAUN

LAMPIRAN

Tanaman 1: lamina yang terletak paling bawah, tangkai kiri diolesi lanolin dan tangkai kanan diolesi AIA dalam lanolin

Tanaman 2: lamina yang terletak nomor 2 dari bawah, tangkai kiri diolesi lanolin dan tangkai kanan diolesi AIA dalam lanolin

Page | 20

Lanolin AIA dalam lanolin

Lanolin AIA dalam lanolin

Page 21: LAPORAN ABSISI DAUN

Page | 21