lapkas skabies

Click here to load reader

Upload: ryan-griffin

Post on 23-Nov-2015

73 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

laporan kasus skabies

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANGPenyakit Skabies adalah penyakit kulit menular yang disebabkan oleh Sarcoptes scabei varian hominis. Penyakit ini dikenal juga dengan nama the itch, gudik atau gatal agogo. Saat ini Badan Dunia menganggap penyakit skabies sebagai pengganggu dan perusak kesehatan yang tidak dapat dianggap lagi hanya sekedar penyakitnya orang miskin karena penyakit skabies masa kini telah merebak menjadi penyakit kosmopolit yang menyerang semua tingkat sosial. Penyakit Skabies di seluruh dunia dengan insiden yang berfluktuasi akibat pengaruh faktor imun yang belum diketahui sepenuhnya. Penyakit ini banyak dijumpai pada anak dan dewasa, tetapi dapat mengenai semua umur.Penyakit ini telah ditemukan hampir pada semua negara di seluruh dunia dengan angka prevalensi yang bervariasi. Di beberapa negara berkembang prevalensinya dilaporkan berkisar antara 6-27% dari populasi umum dan insiden tertinggi terdapat pada anak usia sekolah dan remaja. Di beberapa negara termasuk Indonesia penyakit skabies yang hampir teratasi ini cenderung mulai bangkit dan merebak kembali. Selain itu, kasus-kasus baru berupa Skabies Norwegia telah pula dilaporkan, walaupun angka prevalensinya yang tepat belum ada, namun laporan dari dinas kesehatan dan para dokter mengindikasikan bahwa penyakit skabies telah meningkat di beberapa daerah menurut Departemen Kesehatan RI prevalensi skabies di Indonesia sebesar 4,60-12,95% dan skabies menduduki urutan ketiga dari 12 penyakit kulit tersering.

1.2 PERMASALAHANBerdasarkan latar belakang diatas, maka penulis mengangkat beberapa permasalah mengenai cara mendiagnosa dan pengobatan skabies.

1.3 TUJUANTujuan dari laporan kasus ini adalah untuk membahas diagnosa dan pengobatan terhadap salah satu kasus skabies yang ditemukan penulis di Poli Kulit dan Kelamin RSUD. Djasamen Saragih Pematang Siantar.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1 DEFENISISkabies adalah penyakit kulit menular yang disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi terhadap Sarcoptes scabei varian hominis, yang penularannya terjadi secara kontak langsung ataupun tidak langsung. Skabies sering juga disebut dengan The Itch, gudik, budukan, gatal agogo.

2.2 EPIDEMIOLOGISkabies merupakan penyakit endemik pada banyak masyarakat. Penyakit ini dapat mengenai semua ras dan golongan di seluruh dunia. Penyakit ini banyak dijumpai pada anak dan orang dewasa muda, tetapi dapat mengenai semua umur. Insidens sama pada pria dan wanita.Insidens skabies di negara berkembang menunjukkan siklus fluktuasi yang sampai saat ini belum dapat dijelaskan. Ada dugaan bahwa setiap siklus 30 tahun terjadi epidemi skabies.Beberapa faktor yang menunjang penyebarannya adalah kemiskinan, higiene yang buruk, seksual promiskuitas, diagnosis yang salah, demografi, ekologi, dan derajat sensitasi individual.

2.3 ETIOLOGITungau Sarcoptes scabiei termasuk filum Arthropoda, kelas Arachnida, ordo Acarina, superfamili Sarcoptes. Pada manusia disebut Sarcoptes scabiei var.hominis. Selain itu terdapat Sarcoptes scabiei yang lain, misalnya pada kambing dan babi. Skabies pada anjing dapat juga ditularkan kepada manusia dalam kondisi tertentu.Secara morfologi, Sarcoptes scabiei merupakan tungau kecil berbentuk oval, memiliki punggung yang cembung, dan bagian perutnya rata. Tungau ini translusen, berwarna putih kotor, dan tidak bermata. Ukuran tungau betina berkisar antara 330450 mikron x 250-350 mikron, sedangkan tungau jantan berukuran lebih kecil, yakni 200 -240 mikron x 150-200 mikron. Bentuk dewasa mempunyai 4 pasang kaki, 2 pasang kaki di d epan sebagai alat untuk melekat dan 2 pasang kaki kedua pada betina berakhir dengan rambut, sedangkan pada yang jantan pasangan kaki ketiga berakhir dengan rambut dan keempat berakhir dengan alat perekat.

Gambar : Sarcoptes ScabieiSiklus hidup tungau ini adalah sebagai berikut, setelah kopulasi (perkawinan) yang terjadi di atas kulit, tungau jantan akan mati, kadang-kadang masih dapat hidup beberapa hari dalam terowongan yang digali oleh yang betina. Tungau betina yang telah dibuahi menggali terowongan dalam stratum korneum, dengan kecepatan 2-3 milimeter sehari dan sambil meletakkan telurnya 2 atau 4 butir sehari sampai mencapai jumlah 40 atau 50. Bentuk betina yang telah dibuahi ini dapat hidup sebulan lamanya. Telur menetas menjadi larva dalam waktu 3-5 hari, kemudian larva meninggalkan terowongan dan masuk ke dalam folikel rambut. Selanjutnya larva berubah menjadi nimfa yang akan menjadi parasit dewasa jantan dan betina dengan 4 pasang kaki. Tungau skabies betina membuat liang di dalam epidermis dan meletakkan telur -telurnya di dalam liang yang ditinggalkannya, sedangkan tungau skabies jantan hanya mempunyai satu tugas dalam kehidupannya yaitu kawin dengan tungau betina, dan setelah melaksanakan tugasnya masing-masing mereka akan mati. Seluruh siklus hidupnya mulai dari telur sampai bentuk dewasa memerlukan waktu antara 8-12 hari.

Gambar : Siklus hidup Sarcoptes ScabieiTelur yang dihasilkan skabies betina ditularkan melalui kontak fisik yang erat, misalnya melalui pakaian dalam, handuk, sprei, dan tempat tidur. Skabies dapat hidup di luar kulit hanya 2 -3 hari dan pada suhu kamar 21C dengan kelembaban relative 40-80%. Penyebaran terjadi dari satu orang ke orang lain melalui kontak langsung atau dua orang yang menggunakan tempat tidur yang sama. Penyebaran biasa terjadi di tempat-tempat yang padat populasi atau di rumah rumah yang dihuni oleh banyak orang.Individu yang menderita HIV, orang tua, dan pasien dengan medication-induced immunosupresion beresiko terkena skabies, meskipun telah dilaporkan telah terjadi di antara warga Australia yang imunokompeten.

2.4 KLASIFIKASITerdapat beberapa bentuk skabies atipik yang jarang ditemukan dan sulit dikenal, sehingga dapat menimbulkan kesalahan diagnosis. Beberapa bentuk tersebut antara lain :

1. Skabies pada orang bersihSkabies yang terdapat pada orang yang tingkat kebersihannya baik sering salah didiagnosis. Biasanya sangat sukar ditemukan terowongan. Kutu biasanya hilang akibat mandi secara teratur.2. Skabies pada bayi dan anakLesi skabies pada anak dapat mengenai seluruh tubuh, termasu keseluruh kepala, leher, telapak tangan, telapak kaki, dan sering terjadi infeksi sekunder berupa impetigo, ektima sehingga terowongan jarang ditemukan. Pada bayi, lesi terdapat di muka.3. Skabies yang ditularkan oleh hewanSarcoptes scabiei varian canis dapat menyerang manusia yang pekerjaannya berhubungan erat dengan hewan tersebut, misalnya peternak dan gembala. Gejalanya ringan, rasa gatal kurang, tidak timbul terowongan, lesi terutama terdapat pada tempat -tempat kontak. Lesi akan sembuh sendiri bila menjauhi hewan tersebut dan mandi bersih bersih.4. Skabies nodulerPada bentuk ini lesi berupa nodus coklat kemerahan yang gatal. Nodus biasanya terdapat di daerah tertutup, terutama pada genitalia laki-laki, inguinal dan aksila. Nodus ini timbul sebagai reaksi hipersensetivitas terhadap tungau skabies. Pada nodus yang berumur lebih dari satu bulan tungau jarang ditemukan. Nodus mungkin dapat menetap selama beberapa bulan sampai satu tahun meskipun telah diberi pengobatan anti skabies dan kortikosteroid.5. Skabies inkognitoObat steroid topical atau sistemik dapat menyamarkan gejala dan tanda skabies, sementara infestasi tetap ada. Sebaliknya, pengobatan dengan steroid topical yang lama dapat pula menyebabkan lesi bertambah hebat. Hal ini mungkin disebabkan oleh karena penurunan respons imun seluler.6. Skabies terbaring di tempat tidur (bed ridden)Penderita penyakit kronis dan orang tua yang terpaksa harus tinggal di tempat tidur dapat menderita skabies yang lesinya terbatas.7. Skabies krustosa (Norwegian scabies)Skabies Norwegia atau skabies krustosa ditandai oleh lesi yang luas dengan krusta, skuama generalisata, dan hyperkeratosis yang tebal. Tempat predileksi biasanya kulit kepala yang berambut, siku, lutut, telapak tangan, dan kaki ya ng dapat disertai distrofi kuku. Berbeda dengan skabies biasa, rasa gatal pada penderita skabies Norwegia tidak menonjol tetapi bentuk ini sangat menular karena jumlah tungau yang menginfestasi sangat banyak (ribuan). Skabies Norwegia terjadi akibat defisiensi imunologik sehingga sistem imun tubuh gagal membatasi proliferasi tungau sehingga dapat berkembang biak dengan mudah.

2.5 PATOGENESISKelainan kulit dapat disebabkan tidak hanya oleh tungau skabies, tetapi juga oleh penderita sendiri akibat garukan. Gatal yang terjadi disebabkan oleh sensitisasi terhadap sekret dan ekskret tungau yang memerlukan waktu kira-kira sebulan setelah infestasi. Pada saat itu dijumpai kelainan kulit menyerupai dermatitis dengan ditemukannya papul, vesikel, urticaria, dan lain-lain. Dengan garukan dapat timbul erosi, ekskoriasi, krusta, dan infeksi sekunder. Tungau dapat hidup di dalam terowongan di tempat predileksi, yaitu jari tangan, pergelangan tangan bagian ventral, siku bagian luar, lipatan ketiak depan, umbilicus, gluteus, ekstremitas, genitalia eksterna pada laki-laki, dan areola mammae pada perempuan. Pada bayi, skabies dapat menyerang telapak tangan dan telapak kaki.Pada tempat predileksi dapat ditemukan terowongan berwarna putih abu-abu dengan panjang yang bervariasi, rata-rata 1 mm, berbentuk lurus atau berkelok-kelok. Terowongan ditemukan bila belum terdapat infeksi sekunder. Diujung terowongan dapat ditemukan vesikel atau papul kecil. Terowongan lebih banyak terdapat di daerah yang berkulit tipis dan tidak banyak mengandung folikel polisebasea.Adanya periode asimptomatis bermanfaat sekali bagi parasit ini, karena dengan demikian mereka mempunyai waktu untuk membangun dirinya sebelum hospes membuat respons imunitas. Setelahnya, hidup mereka menjadi penuh bahaya karena terowongannya akan digaruk dan tungau -tungau serta telur mereka akan hancur. Dengan cara ini hospes mengendalikan populasi tungau dan pada kebanyakan penderita skabies, rata-rata jumlah tungau betina dewasa pada kulitnya tidak lebih dari selusin.

2.6 CARA PENULARAN1. Kontak langsung (kontak kulit dengan kulit), misalnya berjabat tangan, tidur bersama, dan berhubungan seksual.2. Kontak tak langsung (melalui benda), misalnya pakaian, handuk, sprei, bantal, dan lain-lain.Penularannya biasanya oleh Sarcoptes scabiei betina yang sudah dibuahi atau kadang-kadang oleh bentuk larva. Dikenal pula Sarcoptes scabiei var.animalis yang kadang-kadang dapat menulari manusia, terutama pada mereka yang banyak memelihara binatang peliharaan, misalnya anjing.

2.7 GEJALA KLINISGatal merupakan gejala utama sebelum gejala klinis lainnya muncul. Rasa gatal biasanya hanya pada lesi tetapi pada skabies kronis gatal dapat dirasakan pada seluruh tubuh. Pada orang dewasa, gejala yang timbul antara lain ada rasa gatal yang hebat pada malam hari, ruam kulit yang terjadi terutama di bagian sela-sela jari tangan, bawah ketiak, pinggang, sekeliling, siku, areola mammae, permukaan depan pergelangan tangan, skrotum dan penis.Pada bayi dan anak-anak, lesi biasanya mengenai wajah, kepala, leher, kulit kepala, dan telapak kaki. Pada bayi paling umum lesi yang nampak adalah papul-papul dan vesikopustul. Vesikopustul sering nampak di kulit kepala dan telapak kaki.Ada 4 tanda kardinal gejala skabies:a. Pruritus nokturna, artinya gatal pada malam hari oleh karena aktivitas tungau ini lebih tinggi pada suhu yang lebih lembab dan panas.b. Penyakit ini menyerang manusia secara kelompok, misalnya dalam sebuah keluarga biasanya seluruh anggota keluarga terkena infeksi. Begitu pula dalam sebuah perkampungan yang padat penduduknya, sebagian besar tetangga yang berdekatan akan diserang oleh tungau tersebut. Dikenal juga keadaan hiposensitisasi, yaitu seluruh anggota keluarganya terkena, tetapi tidak memberikan gejala. Penderita ini bersifat sebagai pembawa (carrier).c. Adanya terowongan (kunikulus) pada tempat-tempat predileksi yang berwarna putih keabu-abuan, berbentuk garis lurus atau berkelok, rata rata panjang 1 cm, pada ujung terowongan itu ditemukan papul, atau vesikel. Jika timbul infeksi sekunder ruam kulitnya menjadi polimorf (pustul, ekskoriasi, dan lain-lain). Tempat predileksinya biasanya merupakan tempat dengan stratum korneum yang tipis, yaitu: sela-sela jari tangan, pergelangan tangan bagian volar, siku bagian luar, lipat ketiak bagian depan, areola mammae (wanita), umbilicus, bokong, genitalia eksterna (pria), dan perut bagian bawah. Pada bayi dapat menyerang telapak tangan dan telapak kaki.d. Menemukan tungau, merupakan hal yang paling diagnostik. Dapat ditemukan satu atau lebih stadium hidup tungau ini.Diagnosis dapat dibuat dengan menemukan 2 dari 4 tanda kardinal tersebut diatas.

2.8 PEMERIKSAAN PENUNJANGDiagnosis pasti skabies ditegakkan dengan ditemukannya tungau melalui pemeriksaan mikroskop, yang dapat dilakukan dengan beberapa cara, antara lain :1. Kerokan kulitKerokan kulit dilakukan dengan mengangkat atap terowongan atau papula menggunakan skalpel nomor 15. Kerokan diletakkan pada kaca objek, diberi minyak mineral atau minyak imersi, diberi kaca penutup, dan dengan mikroskop pembesaran 20x atau 100x dapat dilihat tungau, telur, atau fecal pellet.2. Mengambil tungau dengan jarum.Jarum dimasukkan ke dalam terowongan pada bagian yang gelap (kecuali pada orang kulit hitam pada titik yang putih) dan digerakkan tangensial. Tungau akan memegang ujung jarum dan dapat diangkat keluar.3. Epidermal shave biopsy.Menemukan terowongan atau papul yang dicurigai antara ibu jari dan jari telunjuk, dengan hati-hati diiris puncak lesi dengan skalpel nomor 15 yang dilakukan sejajar dengan permukaan kulit. Biopsi dilakukan sangat superfisial sehingga tidak terjadi perdarahan atau tidak perlu anestesi. Spesimen diletakkan pada gelas objek lalu ditetesi minyak mineral dan diperiksa dengan mikroskop.4. Kuretase terowongan.Kuretase superfisial mengikuti sumbu panjang terowongan atau puncak papula kemudian kerokan diperiksa dengan mikroskop, setelah diletakkan di gelas objek atau ditetesi minyak mineral.5. Tes tinta Burowi.Papul skabies dilapisi dengan tinta pena, ke mudia segera dihapus dengan alkohol, maka jejak terowongan akan terlihat sebagai garis yang karakteristik, berkelok-kelok, karena ada tinta yang masuk. Tes ini tidak sakit dan dapat dikerjakan pada anak dan pada penderita yang non-koperatif.6. Tetrasiklin topikal.Larutan tetrasiklin dioleskan pada terowongan yang dicurigai. Setelah dikeringkan selama 5 menit, hapus larutan tersebut dengan isopropilalkohol. Tetrasiklin akan berpenetrasi ke dalam melalui kerusakan stratum korneum dan terowongan akan tampak dengan penyinaran lampu Wood, sebagai garis linier berwarna kuning kehijauan sehingga tungau dapat ditemukan.7. Apusan kulit.Kulit dibersihkan dengan eter, kemudian diletakkan selotip pada lesi dan diangkat dengan gerakan cepat. Selotip kemudian diletakkan di atas gelas objek (enam buah dari lesi yang sama pada satu gelas objek) dan diperiksa dengan mikroskop.8. Biopsi plong (punch biopsy)Biopsi berguna pada lesi yang atipik, untuk melihat adanya tungau atau telur. Yang perlu diperhatikan adalah bahwa jumlah tungau hidup pada penderita dewasa hanya sekitar 12, sehingga biopsi berguna bila diambil dari lesi yang meradang. Secara umum digunakan punch biopsy, tetapi epidermal shave biopsy adalah lebih sederhana dan biasanya dilakukan tanpa anestetik lokal pada penderita yang tidak kooperatif.

2.9 DIAGNOSA BANDINGDiagnosis banding dari skabies terbagi atas :1. Papular UrtikariaBiasanya terjadi pada anak-anak berumur diantara 2-10 tahun. Yang membedakannya dari skabies adalah ketidakhadiran terowongan pada lesinya. Dan lagi pada umumnya tidak terdapat karakteristik gatal pada skabies.2. Dermatitis AtopikTerdapat gatal dan erupsi vesikopapular yang predominan di fleksor. Yang membedakannya dengan skabies adalah adanya terowongan dan pembungkusan ruang jaringan.3. Lichen PlanusDitandai dengan sebuah gatal di lengan bawah, kaki, dan punggung. Selain gatal, simetris dari lesi, dan kejadian lesinya, penyakit ini tidak menyerupai skabies.4. Dermatitis HerpetiformisDitandai dengan gatal yang kronis, simetris, dan erupsi vesikopapular yang meliputi ekstremitas atas dan ekstremitas bawah. Gatal bersifat persisten dan hadir terus setiap hari. Penyakit ini sering salah didiagnosis sebagai skabies, meskipun jarang terjadi.5. Infantile AcropustulosisPenyakit ini bisa dibedakan dengan skabies dengan tidak adanya lesi pada jaringan cutaneous di badan, dan juga tidak adanya gatal.

2.10 PENGOBATANMerupakan hal yang penting untuk menerangkan kepada pasien dengan sejelas-jelasnya tentang bagaimana cara memakai obat-obatan yang digunakan, dan lebih baik lagi bila disertai penjelasan tertulis. Semua anggota keluarga dan orang-orang yang secara fisik berhubungan erat dengan pasien, hendaknya secara simultan diobati juga. Obat-obat topikal harus dioleskan mulai daerah leher sampai jari kaki, dan pasien diingatkan untuk tidak membasuh tangannya sesudah melakukan pengobatan.Pada bayi, orang-orang lanjut usia, dan orang-orang dengan immunokompromasi, terowongan tungau dapat terjadi pada kepala dan leher, sehingga pemakaian obat perlu diperluas pada daerah itu. Sesudah pengobatan, rasa gatal tidak dapat segera hilang, tetapi pelan -pelan akan terjadi perbaikan dalam waktu 2-3 minggu, saat epidermis superfisial yan g mengandung tungau alergenik terkelupas.Syarat obat yang ideal adalah harus efektif terhadap semua stadium tungau, harus tidak menimbulkan iritasi dan tidak toksik, tidak berbau atau kotor serta tidak merusak atau mewarnai pakaian, mudah diperoleh dan harganya murah.Beberapa macam obat yang dapat dipakai pada pengobatan skabies yaitu:1. PermetrinDalam bentuk krim 5% sebagai dosis tunggal. Penggunaannya selama 8-12 jam dan kemudian dicuci bersih -bersih. Obat ini dilaporkan efektif untuk skabies. Pengobatan pada skabies krustosa sama dengan skabies klasik, hanya perlu ditambahkan salep keratolitik. Bila didapatkan infeksi sekunder perlu diberikan antibiotik sistemik. Tidak dianjurkan pada bayi di bawah umur 2 bulan.2. MalathionMalathion 0,5% dengan dasar air digunakan selama 24 jam. Pemberian berikutnya diberikan beberapa hari kemudian

3. Emulsi Benzil-benzoas (20-25%)Efektif terhadap semua stadium, diberikan setiap malam selama tiga hari. Obat ini sulit diperoleh, sering memberi iritasi, dan kadang - kadang makin gatal setelah dipakai.4. SulfurDalam bentuk parafin lunak, sulfur 10% secara umum aman dan efektif digunakan. Dalam konsentrasi 2,5% dapat digunakan pada bayi. Obat ini digunakan pada malam hari selama 3 malam. Kekurangannya yang lain ialah berbau dan mengotori pakaian dan kadang-kadang menimbulkan iritasi5. MonosulfiranTersedia dalam bentuk lotion 25%, yang sebelum digunakan harus ditambah 2-3 bagian dari air dan digunakan selama 2-3 hari. Selama pengobatan, penderita tidak boleh minum alkohol karena dapat menyebabkan keringat yang berlebihan dan takikardi.6. Gama Benzena Heksa Klorida (gameksan)Kadarnya 1% dalam krim atau losio, termasuk obat pilihan karena efektif terhadap semua stadium, mudah digunakan, dan jarang memberi iritasi. Obat ini tidak dianjurkan pada anak di bawah 6 tahun dan wanita hamil karena toksik terhadap susunan saraf pusat. Pemberian cukup sekali, kecuali jika masih ada gejala diulangi seminggu kemudian.7. KrotamitonKrotamiton 10 % dalam krim atau losio juga merupakan obat pilihan, mempunyai dua efek sebagai antiskabies dan antigatal; harus dijauhkan dari mata, mulut, dan uretra.

2.11 KOMPLIKASIKomplikasi pada skabies yang sering dijumpai adalah infeksi sekunder, seperti lesi impetiginosa, ektima, furunkulosis, dan selulitis. Kadang -kadang dapat timbul infeksi sekunder sistemik, yang memberatkan perjalanan penyakit. Stafilokokus dan streptokokus yang berada dalam lesi skabies dapat menyebabkan pielonefritis, abses interna, pneumonia piogenik, dan septikemia.2.12 PROGNOSISDengan memperhatikan pemilihan dan cara pemakaian obat, serta syarat pengobatan dan menghilangkan faktor predisposisi (antara lain higiene), maka penyakit ini dapat diberantas dan memberi prognosis yang baik.

BAB IIISTATUS PASIEN

Identitas Pasien :N a m a: Tn. EU m u r: 36 tahunJ. Kelamin: Laki-lakiAlamat: Merek rayaAgama: KristenTgl. Kunjunga: 30 Mei 2014No. RM: 290504

Keluhan utama :Bintik bintik merah dan terasa gatal di daerah sela sela jari, kedua tangan, perut dan skrotum sejak 6 bulan yang lalu.

Telaah :Awalnya bintik bintik gatal tersebut timbul didaerah sekitar anus, diperluas oleh karena garukan sampai ke skrotum, perut, kedua tangan, dan sela-sela jari tangan. Gatal lebih sering dikeluhkan Os pada malam hari. Os pernah berobat namun tidak ada perbaikan.

Riwayat penyakit keluarga :Disangkal

Riwayat penggunaan obat :Tidak jelas

Riwayat alergi :Disangkal

Status dermatologi :Ruam : Papul eritema, erosi, ekskoriasi, skuama, kunikulus.Lokasi: Perut bagian bawah, kedua lengan tangan, sela jari tangan, skrotum.

Diagnosa banding :1. Skabies2. Dermatitis atopik3. Prurigo4. Hernia genitalis

Diagnosa sementara :Skabies

Terapi : Logista tablet 1x1Scabimite 30 CrPinetarsol gel

BAB IVPEMBAHASAN

1. Pasien datang dengan keluhan gatal di daerah sela sela jari, kedua tangan, perut dan skrotum sejak 6 bulan yang lalu. Gatal lebih sering dirasakan pada malam hari. Hal ini sesuai dengan teori bahwa gatal merupakan gejala utama sebelum gejala klinis lainnya muncul. Rasa gatal biasanya timbul lebih hebat pada malam hari, terutama di bagian sela-sela jari tangan, bawah ketiak, pinggang, sekeliling, siku, areola mammae, permukaan depan pergelangan tangan, skrotum dan penis.2. Dijumpai ruam papul eritema, erosi, ekskoriasi, skuama, kunikulus. Hal ini sesuai dengan teori bahwa ruam dapat berupa terowongan (kunikulus) dengan papul dan vesikel diujungnya, akibat infeksi sekunder ruam kulit menjadi polimorf (pustul, ekskoriasi, dan lain-lain).3. Terapi yang diberikan : Logista tab, Scabimite Cr, Pinetarsol gel. Hal ini sesuai dengan teori bahwa terapi yang diberikan Permetrin, Malathion 0,5%, Emulsi Benzil-benzoas (20-25%), Sulfur, Monosulfiran, Gama Benzena Heksa Klorida (gameksan), Krotamiton 10%.

BAB VKESIMPULAN

1. Skabies adalah adalah penyakit kulit menular yang disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi terhadap Sarcoptes scabei varian hominis.2. Beberapa faktor yang menunjang penyebarannya adalah kemiskinan, higiene yang buruk, seksual promiskuitas, diagnosis yang salah, demografi, ekologi, dan derajat sensitasi individual.3. Penyakit ini banyak dijumpai pada anak dan orang dewasa muda, tetapi dapat mengenai semua umur. Insidens sama pada pria dan wanita.4. Kelainan kulit menyerupai dermatitis dengan ditemukannya papul, vesikel, urticaria, dan lain-lain. Dengan garukan dapat timbul erosi, ekskoriasi, krusta, dan infeksi sekunder.5. Tungau dapat hidup di dalam terowongan di tempat predileksi, yaitu jari tangan, pergelangan tangan bagian ventral, siku bagian luar, lipatan ketiak depan, umbilicus, gluteus, ekstremitas, genitalia eksterna pada laki-laki, dan areola mammae pada perempuan. Pada bayi, skabies dapat menyerang telapak tangan dan telapak kaki.6. Penularan dengan kontak langsung (kontak kulit dengan kulit), misalnya berjabat tangan, tidur bersama, dan berhubungan seksual dan kontak tak langsung (melalui benda), misalnya pakaian, handuk, sprei, bantal, dll.7. Sarcoptes scabiei var.animalis dapat menulari manusia, terutama pada mereka yang banyak memelihara binatang peliharaan, misalnya anjing.8. Gejala utama pruritus nokturna, terjadi secara kelompok, adanya terowongan (kunikulus) pada tempat-tempat predileksi, menemukan tungau.9. Penatalaksanaan dengan : Permetrin, Malathion 0,5%, Emulsi Benzil-benzoas (20-25%), Sulfur, Monosulfiran, Gama Benzena Heksa Klorida (gameksan), Krotamiton 10%.

DAFTAR PUSTAKA

Djuanda, A. 2009. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta

Graham Brown, Robin. 2005. Catatan Kuliah Dermatologi Ed.8. Erlangga. Jakarta

Handoko, Ronny. 2009. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta

Harahap, M. 2000. Ilmu Penyakit Kulit. Hipokrates. Jakarta.

Siregar, RS. 2004. Saripati Penyakit Kulit. EGC. Jakarta