lapkas pedi sindrom nefrotik
TRANSCRIPT
Laporan Kasus
Sindrom Nefrotik
Oleh :Miako Pasinggi
060111208
Pembimbing:Prof.DR.dr.Adrian Umboh, Sp.A(K)
BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAKFAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SAM RATULANGIMANADO
2012
1
BAB I
PENDAHULUAN
Sindrom nefrotik (SN) merupakan suatu sindroma klinis yang ditandai oleh
adanya proteinuria massif (>40mg/m2 LPB/jam atau 50mg/kg/hari), hipoalbuminemia (<
2.5 g/dL), edema, dan hiperkolesterolemia (>200mg/dL).1-5 Kadang-kadang disertai
gejala hematuria, hipertensi, dan penurunan fungsi ginjal.1,2 Sindrom nefrotik merupakan
penyakit kronik yang sering dijumpai pada masa kanak-kanak dengan insiden berkisar 2-
7 kasus per 100ribu anak di bawah usia 16 tahun setiap tahunnya.2 Wila Wirya
melaporkan 6 orang anak menderita sindrom nefrotik diantara 100ribu anak yang berusia
di bawah 14 tahun per tahun di Jakarta. Perbandingan anak laki-laki dan perempuan
adalah 2:1.1,2,6. SN dapat menyerang semua umur, tetapi terutama menyerang anak
berusia 2-6 tahun.2,5
Etiologi sindrom nefrotik pada anak dapat dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu
sindrom nefrotik kongenital, sindrom nefrotik primer/idiopatik, dan sindrom nefrotik
sekunder yang mengikuti penyakit sistemik. Sekitar 90% kasus sindrom nefrotik pada
anak adalah idiopatik dan 10% adalah sekunder oleh karena infeksi, penyakit sistemik,
keganasan dan penyakit glomerulus lainnya. Sebagian besar sindrom nefrotik idiopatik
pada anak (80-90%) merupakan sindrom nefrotik kelainan minimal.2,5,6,7
Ada 3 tujuan utama pengobatan pada SN, yaitu membuat remisi secepat mungkin
untuk mencegah komplikasi, mencegah relaps, dan mencegah efek iatrogenik Pada
penyakit yang kambuh berulang dalam waktu lama. Kortikosteroid merupakan obat
pilihan utama pada sindrom nefrotik idiopatik. Namun pada keadaan resisten steroid
maka dapat digunakan siklofosfamid, siklosporin, atau obat imunosupresif lainnya. 8,9
Prognosis jangka panjang dari sindrom nefrotik selama pengamatan 20 tahun
menunjukkan hanya 4-5% yang akan menjadi gagal ginjal terminal. Pada berbagai
penelitian jangka panjang mendapatkan bahwa respon terhadap pengobatan steroid lebih
sering dipakai untuk menentukan prognosis dibandingkan dengan gambaran patologi
anatomi. 5,9
Malaria masih merupakan masalah kesehatan utama negara yang sedang
berkembang seperti di Indonesia. Dari empat spesies parasit malaria yang menginfeksi
2
manusia yaitu Plasmodium falciparum, Plasmodium vivax, Plasmodium malariae dan
Plasmodium oval, dua spesies yang pertama merupakan penyebab lebih dari 95% kasus
malaria di dunia.10
Menurut WHO, sekitar 40% populasi dunia hidup dinegara miskin, populasi
tersebut memiliki resiko tinggi terkena malaria. Sekitar 2,5 milyar manusia beresiko dan
Diperkirakan 350 – 500 juta manusia terkena malaria setiap tahun. Kebanyakan
disebabkan oleh P.falciparum dan P.vivax. Lebih dari 1 juta manusia meninggal karena
malaria. Malaria 90% terjadi di Afrika. Peningkatan malaria di Afrika berkaitan dengan
resistensi pengobatan klorokuin dan sulfapiridoksin pirimetamin, resistensi terhadap
insektisida dan status sosial ekonomi. Tingkat mortalitas malaria pada anak sekitar 1 – 2
juta setiap tahunnya.10
Hampir separuh populasi Indonesia sebanyak lebih dari 90 juta orang tinggal di
daerah endemik malaria. Diperkirakan ada 30 juta kasus malaria setiap tahunnya, kurang
lebih hanya 10 % saja yang mendapat pengobatan di fasilitas kesehatan. Menurut data
dari fasilitas kesehatan pada 2001, diperkirakan prevalensi malaria adalah 850,2 per
100.000 penduduk dengan angka yang tertinggi 20% di Gorontalo, 13% di NTT dan 10%
di Papua. Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2001 memperkirakan angka
kematian spesifik akibat malaria di Indonesia adalah 11 per 100.000 untuk laki-laki dan 8
per 100.000 untuk perempuan. Prevalensi kasus malaria di Indonesia atau daerah-daerah
endemi malaria tidak sama, hal ini tergantung pada prilaku spesies nyamuk yang menjadi
vektor. 11
Diseluruh dunia, kasus malaria vivax dibandingkan jenis malaria yang lain sekitar
70 – 80 juta per tahun. Menurut WHO, sekitar 40% kasus malaria di dunia disebabkan
oleh P.vivax. Kasus malaria vivax walaupun jarang fatal tapi merupakan penyebab utama
morbiditas dan mempengaruhi ekonomi baik tingkat individu maupun nasional. P.vivax
merupakan spesies parasit yang paling dominan di Asia Tenggara, Eropa Timur, Asia
Utara, Amerika tengah dan Selatan.10,11
Berikut akan dibahas sebuah kasus pada seorang anak laki-laki yang dirawat di
bagian Nefrologi BLU RSUP Prof. Dr. R.D. Kandou Manado dengan sindrom nefrotik +
Malaria Tertiana.
3
BAB II
LAPORAN KASUS
Nama : An. JK
Jenis kelamin : Laki-laki
Tanggal lahir/umur : 25 Juli 2001/ 10 tahun 9 bulan
Lahir di : Puskesmas
Berat waktu lahir : 3600 gram
Partus oleh : Spontan letak belakang kepala/ Bidan
Kebangsaan : Indonesia
Suku bangsa : Minahasa
Nama ibu/umur : Ny. NL /35 tahun Perkawinan I
Pekerjaan ibu : Ibu Rumah Tangga
Pendidikan ibu : SMP
Nama ayah/umur : Tn. OK/ 36 tahun Perkawinan I
Pekerjaan ayah : Petani
Pendidikan ayah : Petani
Alamat : Kuyanga I jaga IV
No.Telp : 085340166342
Dikirim oleh : IRDA
Dengan diagnosa : Suspek SN dd/ GNA
Tanggal MRS : 05/03/2012 Jam 22.00 WITA
Anamnesis diberikan oleh Ibu penderita
Anak ke-2 dari 3 bersaudara
Anak umur keterangan
1. ♂ 13 tahun sehat
2. ♂ 10 tahun 9 bulan penderita
3. ♀ 6 tahun sehat
4
Family Tree
Penderita, 10 tahun 9 bulan
Keluhan Utama: Wajah bengkak sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit.
Penderita masuk rumah sakit dengan keluhan utama wajah bengkak sejak 3 hari sebelum
masuk rumah sakit namun kira-kira 10 jam sebelum masuk rumah sakit bengkak di wajah
dirasakan sedikit berkurang. Bengkak hanya dialami didaerah wajah. Awalnya bengkak
terlihat di daerah mata namun lama kelamaan menyebar ke wajah. Wajah terlihat
bengkak terutama saat bangun tidur atau pagi hari namun pada siang dan malam hari
bengkak pada wajah sedikit berkurang. Riwayat bengkak sebelumnya disangkal dan
riwayat alergi juga disangkal. Penderita juga mengalami batuk sejak 1 minggu sebelum
masuk rumah sakit, batuk berlendir, lendir berwarna putih kekuningan, adanya strip darah
disangkal. Batuk sudah agak mereda saat masuk rumah sakit. Riwayat batuk lama
disangkal. Panas juga dialami penderita sejak 1 hari SMRS, panas sumer-sumer dan turun
dengan obat penurun panas. Selama panas tidak ada kejang dan perdarahan hidung
maupun gusi disangkal. Nyeri perut, mual dan muntah disangkal. Buang air kecil tidak
ada keluhan, kencing berwarna kuning keruh, nyeri buang air kecil disangkal, adanya
kencing yang berwarna merah atau berwarna seperti air cucian daging disangkal. Buang
air besar tidak ada keluhan.Sebelumnya penderita tidak pernah sakit seperti ini.
Anamnesis antenatal :
Pemeriksaan antenatal selama kehamilan teratur, sebanyak 9 kali di bidan, dan ibu
mendapat imunisasi tetanus sebanyak 2 kali. Riwayat penyakit ibu semasa hamil
disangkal.
5
Penyakit yang pernah dialami :
Campak : -
Cacar air : -
Batuk lama : -
BAB cair : +
Cacing : -
Batuk/Pilek : +
Kepandaian/kemajuan bayi:
Pertama kali membalik 4 bulan
tengkurap 4 bulan
duduk 6 bulan
merangkak 7 bulan
berdiri 11 bulan
berjalan 12 bulan
tertawa 3 bulan
berceloteh 6 bulan
memanggil mama 8 bulan
memanggil papa 8 bulan
Anamnesis makanan terperinci sejak bayi sampai sekarang:
ASI : lahir - 2 tahun
PASI : 2 tahun - sekarang
Bubur susu : 5 bulan – 7 bulan
Bubur saring : 6 bulan – 8 bulan
Bubur lunak : 8 bulan – 12 bulan
Nasi : 12 bulan- sekarang
Riwayat imunisasi:
BCG :1 kali
Polio :3 kali
6
DPT :3 kali
Campak :1 kali
Hepatitis :1 kali
Anamnesis Keluarga:
1. Riwayat keluarga
Dalam keluarga hanya penderita yang sakit seperti ini.
2. Keadaan sosial, ekonomi, kebiasaan, dan lingkungan
Penderita tinggal di rumah beratap seng, berdinding kayu, berlantai semen,
jumlah kamar 2 buah, dihuni oleh 3 orang dewasa dan 3 orang anak-anak. WC/KM
terdapat di luar rumah. Sumber air minum dari sumur. Sumber listrik dari PLN.
Penanganan sampah dengan cara dibuang di tempat pembuangan sampah.
Pemeriksaan fisik:
Umur : 10 9/12 tahun BB : 29 kg TB: 124 cm
Keadaan umum : tampak sakit
Status Gizi : cukup
Sianosis : (-)
Anemia : (-)
Ikterus : (-)
Kejang : (-)
Keadaan mental : compos mentis
Tensi: 110/80 mmHg N: 100 x/menit RR: 28 x/menit SB: 36,9°C
Kulit :Warna : sawo matang
Lapisan lemak : cukup
Turgor : kembali cepat
Tonus : eotonus
Oedema : Edema anasarka (-), Palpebra edema (+), Edema facial (+)
Kepala: Bentuk : mesocephal, Rambu: hitam, tidak mudah dicabut, UUB: menutup
Mata : Exophtalmus / Enophtalmus : -/-, Tekanan bola mata : normal
7
pada perabaan, Konjungtiva anemis (-), Sklera ikterik (-), Refleks kornea
normal, pupil bulat, isokor, refleks cahaya +/+, Lensa jernih, Fundus tidak
dievaluasi, Visus tidak dievaluasi, Gerakan normal.
Telinga : sekret -/-
Hidung : sekret -/-, PCH (-)
Mulut : Bibir sianosis (-), Lidah beslag (-), Gigi karies (-), Mukosa
mulut basah, Gusi perdarahan (-), Bau pernapasan normal
Tenggorokan : Tonsil T1 - T1 hiperemis (-), Faring hiperemis (-)
Leher : Trakea letak ditengah, Kelenjar pembesaran KGB (-)
Kaku kuduk : (-)
Thorax : Bentuk : normal
Rachitic Rosary (-) Xiphosternum (-)
Ruang intercostal : normal Harrison’s groove (-)
Precordial bulging (-) Pernapasan paradoksal (-)
Paru-paru : Inspeksi : simetris, retraksi (-)
Palpasi : stem fremitus kanan = kiri
Perkusi : sonor kanan = kiri
Auskultasi : SP Bronkovesikuler,Rhonki -/-,Wheezing -/-
Jantung : Detik jantung : 100 x/menit
Iktus kordis : tidak teraba
Batas kiri : Linea midklavikularis sinistra
Batas kanan : Linea parasternalis dextra
Batas atas : ICS II-III
Bunyi jantung apex M1 > M2
Bunyi jantung aorta A1 > A2
Bunyi jantung pulmo P1 < P2
Bising : (-)
Abdomen : Bentuk : datar, lemas, bising usus (+) normal, asites (-)
Lien : tidak teraba Hepar : 1-1 dibawah arcus costa
Genitalia : laki-laki normal
Kelenjar : pembesaran KGB (-)
8
Anggota gerak : akral hangat, CRT < 2”, edema (-)
Tulang : deformitas (-)
Otot : eutrofi
Refleks : Refleks fisiologis +/+, Refleks patologis -/-
Resume
Anak laki-laki, 10 9/12 tahun, BB 29 kg, TB 124 cm
MRS 05/03/2012, jam 22.00 WITA.
Keluhan: Muka bengkak sejak 3 hari SMRS
Keadaan umum: tampak sakit Kesadaran: compos mentis
TD: 110/80 mmHg N: 100x/menit R: 28x/menit SB: 36,1oC
Kepala: konjuntiva anemis (-), sklera ikterus (-), PCH (-), edema anasarka (-),Edema
palpebra(+), edema facial (+).
Thorax: simetris, retraksi (-), c/p dbn
Abdomen: datar, lemas, BU (+) normal
Hepar: 1-1 bacLien: tidak teraba
Ekstremitas: akral hangat, CRT ≤ 2” , edema (-)
Hasil Laboratorium (05-03-2012):
Malaria (-) GDS 108 mg/dL
Eritrosit 5,51 jt/mm3 Na 125 mEq/L
Leukosit 12.000/mm3 K 3,5 mEq/L
Hb 13,1 g/dL Cl 113 mEq/L
Hematokrit 39,9% Ureum 28 mg/dL
Trombosit 355.000 mm3 Kreatinin 0,8 mg/dL
Diagnosis: Suspek Sindrom nefrotik dd GNA + Hiponatremia (125)
Terapi:
- Amoxicilin 3 x 500 mg
- Paracetamol 3 x s00 mg k/p
- Balance diuresis per 24 jam
Pemeriksaan: DL, DDR, Na, K, Cl, GDS, Ureum, Creatinin.
9
Follow up
Perawatan hari 1 (06-03-2012)
BB: 29kg LP: 58 cm
Keluhan : bengkak di muka sedikit berkurang, kencing merah (-)
Keadaan umum : tampak sakit Kesadaran: compos mentis
Tanda Vital : TD: 100/70 mmHg N: 96x/menit
R: 20x/menit SB: 36,9oC
Kepala : konjuntiva anemis (-), sklera ikterus (-), PCH (-), Edema
palpebra(±), edema facial (+).
Thorax : simetris, retraksi (-), c/p dbn
Abdomen : datar, lemas, BU (+) normal, asites (-)
Hepar: 1-1 bac Lien: tidak teraba
Ekstremitas : akral hangat, CRT ≤ 2”, edema (-)
Hasil laboratorium:
Malaria (-) protein total 3,2 g/dL (6,60-8,30)
Hematokrit 40,5 % Albumin 1,2 g/dL (3,70-5,30)
Eritrosit 3,3 jt/mm3 Kolesterol total 298
Leukosit 10.700 /mm3 ASTO <200
Hb 13,3 gr/dL LED 98
Trombosit 371.000 mm3 Urin Bakar +4
Diagnosa : Suspek Sindrom nefrotik dd GNA + Hiponatremia (125)
Terapi :
- Amoxicilin 3x500mg (2)
- Paracetamol 3x500mg (k/p)
- Balance diuresis per 24 jam
- Koreksi albumin 20% 260cc.
Rencana pemeriksaan: Urinalisis, DL, LED, CRP, ASTO, DDR, albumin, protein total,
kolesterol total, Swab tenggorok, EKG, foto thorax AP/Lateral, mantoux test.
Perawatan hari ke-2 (07-03-2012)
BB: 28 kg LP: 57cm
10
Keluhan : bengkak di muka sedikit berkurang, kencing merah (-)
Keadaan umum : tampak sakit Kesadaran: compos mentis
Tanda Vital : TD: 100/60 mmHg N: 92x/menit
R: 24x/menit SB: 36,5oC
Kepala : konjuntiva anemis (-), sklera ikterus (-), PCH (-), Edema
palpebra(±), edema facial (+).
Thorax : simetris, retraksi (-), c/p dbn
Abdomen : datar, lemas, BU (+) normal, asites (-)
Hepar: 1-1 bac Lien: tidak teraba
Ekstremitas : akral hangat, CRT ≤ 2”, edema (-)
Balance cairan : -230cc Diuresis 1,43cc/kgBB/jam Urin bakar +3
Hasil laboratorium tanggal 07-03-2012:
Hematokrit : 42 % Urin Lengkap :
Hb : 13,5 g/dl Berat Jenis : 1,010
Eritrosit : 5,73 jt/mm3 pH : 7
Leukosit : 6.200 /mm3 Leukosit : 8-10/lpb
Trombosit : 372.000 /mm3 Eritrosit : 25-30/lpb
Epitel : -/lpk
Protein : ++++
Diagnosa: Suspek Sindrom nefrotik dd GNA + Hiponatremia (125) +
Hipoalbuminemia (1,2) + Susp.ISK
Terapi:
- Amoxicilin 3x500mg (3)
- Paracetamol 3x500mg (k/p)
- Balance diuresis per 24 jam
Pro : Cek C4, Foto thorax AP/Lateral, mantoux test, Urinalisis, DL, kultur urin
Perawatan hari ke-3 (08-03-2012)
BB:28 kg LP: 57 cm
Keluhan : bengkak (+) ↓, panas (-), kencing kurang, batuk (+)
Keadaan umum : tampak sakit Kesadaran: compos mentis
11
Tanda Vital : TD: 100/60 mmHg N: 100x/menit
R: 28x/menit SB: 36,6oC
Kepala : konjuntiva anemis (-), sklera ikterus (-), Edema palpebra(±),
edema facial (+)↓, faring hiperemis (+)
Thorax : simetris, retraksi (-), c/p dbn
Abdomen : datar, lemas, BU (+) normal, asites (-)
Hepar: 1-1 bac Lien: tidak teraba
Ekstremitas : akral hangat, CRT ≤ 2”, edema (-)
Balance cairan : -280cc `Diuresis 1,58cc/kgBB/jam UB +3
Hasil Laboratorium :
BJ : 1, 010 C4 : 160mg/dL
PH : 7,0
Leukosit : 4-6/LPB
Eritrosit : 15-20/LPB
Epitel : -
Protein : ++++
Diagnosa : Suspek Sindrom nefrotik dd GNA + Hiponatremia (125) +
Hipoalbuminemia (1,2)+ Faringitis+ Susp.ISK
Terapi:
- Amoxicilin 3x500mg (4)
- Paracetamol 3x500mg (k/p)
- Ambroxol 3x 15mg
- CTM 3x 3mg
- Balance diuresis per 24 jam
Rencana pemeriksaan : Urinalisis
Pro : koreksi albumin
Perawatan hari ke-4 (09-03-2012)
BB: 28 kg LP: 57cm
Keluhan : bengkak (+) ↓, panas tadi malam, batuk (+)
Keadaan umum : tampak sakit Kesadaran: compos mentis
12
Tanda Vital : TD: 90/60 mmHg N: 100x/menit
R: 24x/menit SB: 36,3oC
Kepala : konjuntiva anemis (-), sklera ikterus (-), Edema palpebra(±),
edema facial (+)↓, faring hiperemis (+)
Thorax : simetris, retraksi (-), c/p dbn
Abdomen : datar, lemas, BU (+) normal, asites (-)
Hepar: 1-1 bac Lien: tidak teraba
Ekstremitas : akral hangat, CRT ≤ 2”, edema (-)
Balance cairan` : +70cc, Diuresis 2,33cc/kgBB/jam UB: +1
Hasil Laboratorium :
BJ : 1, 015
PH : 8,0
Leukosit : 6-8/LPB Mantoux Tes : 0 mm
Eritrosit : 15-20/LPB
Epitel : 3-5
Protein : ++++
Diagnosa : Suspek Sindrom nefrotik dd GNA + Hiponatremia (125) +
Hipoalbuminemia (1,2)+ Faringitis + Susp.ISK
Terapi:
- IVFD Albumin 20% 100ml, 30-31 gtt/menit (sebelum dan sesudah albumin dibilas
dengan NaCL 0,9%), lasix 15mg pre koreksi.
- Amoxicilin 3x500mg (5)
- Paracetamol 3x500mg (k/p)
- Ambroxol 3x 15mg
- CTM 3x 3mg
- Balance diuresis per 24 jam
Rencana pemeriksaan : DL
Perawatan hari ke-5 (10-03-2012)
BB: 26kg LP:54,5cm
Keluhan : muka bengkak↓, mata bengkak (-) panas tadi malam, batuk (+)
13
Keadaan umum : tampak sakit Kesadaran: compos mentis
Tanda Vital : TD: 90/60 mmHg N: 92x/menit
R: 24x/menit SB: 36,5oC
Kepala : konjuntiva anemis (-), sklera ikterus (-), Edema palpebra(-),
edema facial (+)↓, faring hiperemis (+)
Thorax : simetris, retraksi (-), c/p dbn
Abdomen : datar, lemas, BU (+) normal, asites (-)
Hepar: 1-1 bac Lien: tidak teraba
Ekstremitas : akral hangat, CRT ≤ 2”, edema (-)
Balance cairan : -1680cc, Diuresis 5cc/kgBB/jam , UB +1
Diagnosa : Suspek Sindrom nefrotik dd GNA + Hiponatremia (125) +
Hipoalbuminemia (1,2)+ Faringitis + Susp.ISK
Terapi:
- IVFD Albumin 20% 100ml, 30-31 gtt/menit (sebelum dan sesudah albumin
dibilas dengan NaCL 0,9%), lasix 15mg prekoreksi
- Amoxicilin 3x500mg (6)
- Paracetamol 3x500mg (k/p)
- Ambroxol 3x 15mg
- CTM 3x 3mg
- Balance diuresis per 24 jam
Perawatan hari ke 6 (11-03-2012)
Balance diuresis (11/03/2012) Balance: -140cc, Diuresis 2,5cc/kgBB/jam, UB +2
Perawatan hari ke-7 (12-03-2012)
BB: 27kg LP: 54 cm
Keluhan : panas (+), menggigil (+), muka bengkak (+)↓
Keadaan umum : tampak sakit Kesadaran: compos mentis
Tanda Vital : TD: 100/60 mmHg N: 120x/menit
R: 24x/menit SB: 39,3oC
14
Kepala : konjuntiva anemis (-), sklera ikterus (-), Edema palpebra(-),
edema facial (+)↓, faring hiperemis (-)
Thorax : simetris, retraksi (-), c/p dbn
Abdomen : datar, lemas, BU (+) normal, asites (-)
Hepar: 1-1 bac Lien: tidak teraba
Ekstremitas : akral hangat, CRT ≤ 2”, edema (-)
Balance cairan : -660cc, Diuresis 4,8cc/kgBB/jam, UB +2
Hasil Laboratorium :
Urinalisis Lengkap Hematokrit : 39,7
Berat jenis : 1,010 Hb : 12,9
PH : 6 Eritrosit : 5,54
Leukosit : 6-8/LPB Leukosit : 5000
Eritrosit : 1-2/LPB Trombosit : 203.000
Epitel : 2-4/LPB DC : 0/0/6/62/28/4
Protein : ++++ SGOT : 17
DDR : (-) SGPT : 8
Protein total : 4,2 Na : 138
Albumin : 1,5
Globulin : 2,3 K : 3,49
Ureum : 12 Cl : 98,7
Creatinin : 0,4 Ca : 7,1
Kultur urin : tidak ada pertumbuhan kuman
Diagnosa : Suspek Sindrom nefrotik dd GNA + Hipoalbuminemia (1,5) +
hipokalsemia (7,1)
Terapi:
- IVFD NaCl 0,45% in D5% 22-23gtt/menit
- Amoxicilin 3x500mg (8)
- Paracetamol 3x500mg (k/p)
- Ambroxol 3x 15mg
- CTM 3x 3mg
- Calnic Sirup 3x2 cth
15
- Balance diuresis, berat badan, urin bakar, lingkar perut per 24 jam
Rencana pemeriksaan : DDR
Perawatan hari ke-8 (13-03-2012)
BB: 25kg LP: 55cm
Keluhan : Panas (-), mata bengkak (-)
Keadaan umum : tampak sakit Kesadaran: compos mentis
Tanda Vital : TD: 90/60 mmHg N: 110x/menit
R: 24x/menit SB: 36oC
Kepala : konjuntiva anemis (-), sklera ikterus (-), Edema palpebra(-),
edema facial (+)↓, faring hiperemis (-)
Thorax : simetris, retraksi (-), c/p dbn
Abdomen : datar, lemas, BU (+) normal, asites (-)
Hepar: 1-1 bac Lien: tidak teraba
Ekstremitas : akral hangat, CRT ≤ 2”, edema (-)
Balance cairan : -150cc, Diuresis 1,83cc/kgBB/jam, UB +2
Diagnosa : Suspek Sindrom nefrotik dd GNA + Hipoalbuminemia (1,5) +
hipokalsemia (7,1)
Terapi:
- IVFD Albumin 20% 190ml, 30-31 gtt/menit (sebelum dan sesudah albumin
dibilas dengan NaCL 0,9%), lasix 15mg prekoreksi.
- Amoxicilin 3x500mg (9)
- Paracetamol 3x500mg (k/p)
- Ambroxol 3x 15mg
- CTM 3x 3mg
- Calnic Sirup 3x2cth
- Balance diuresis, berat badan, urin bakar, lingkar perut per 24 jam
Rencana pemeriksaan : Albumin, Globulin, DDR
Pro : koreksi Albumin
Perawatan hari ke-9 (14-03-2012)
16
BB: 25 kg LP:55cm
Keluhan : Panas (-), mata bengkak (-)
Keadaan umum : tampak sakit Kesadaran: compos mentis
Tanda Vital : TD: 90/60 mmHg N: 100x/menit
R: 28x/menit SB: 36,4oC
Kepala : konjuntiva anemis (-), sklera ikterus (-), Edema palpebra(-),
edema facial (+)↓, faring hiperemis (-)
Thorax : simetris, retraksi (-), c/p dbn
Abdomen : datar, lemas, BU (+) normal, asites (-)
Hepar: 1-1 bac Lien: tidak teraba
Ekstremitas : akral hangat, CRT ≤ 2”, edema (-)
Balance cairan : -300cc, Diuresis 5cc/kgBB/jam, UB +2
Hasil Laboratorium 14-03-2012:
Urinalisis Lengkap: DDR : Pls.Vivax Ring (+)
Berat jenis : 1,015
PH : 8
Leukosit : 4-6/LPB
Eritrosit : 8-10/LPB
Epitel : 4-5/LPB
Protein : +++
Diagnosa : Suspek Sindrom nefrotik dd GNA + Hipoalbuminemia (1,5) +
hipokalsemia (7,1) + Malaria Tertiana
Terapi:
- IVFD Albumin 20% 100ml, 30-31 gtt/menit (sebelum dan sesudah albumin
dibilas dengan NaCL 0,9%), lasix 15mg prekoreksi
- Amoxicilin 3x500mg (10)
- Paracetamol 3x500mg (k/p)
- Calnic Sirup 3x2cth
- Minum 2500 cc
- Balance diuresis, berat badan, urin bakar, lingkar perut per 24 jam
Rencana Ppemeriksaan : UL. DDR serial
17
Perawatan hari ke-10 (15-03-2011)
BB:25kg LP; 55 cm
Keluhan : Panas (+) semalam
Keadaan umum : tampak sakit Kesadaran: compos mentis
Tanda Vital : TD: 90/60 mmHg N: 100x/menit
R: 20x/menit SB: 36,2oC
Kepala : konjuntiva anemis (-), sklera ikterus (-), Edema palpebra(-),
Thorax : simetris, retraksi (-), c/p dbn
Abdomen : datar, lemas, BU (+) normal, asites (-)
Hepar: 1-1 bac Lien: tidak teraba
Ekstremitas : akral hangat, CRT ≤ 2”, edema (-)
Balance cairan : -150cc, Diuresis 2,01cc/kgBB/jam, UB +1
Hasil Laboratorium :
Urinalisis Lengkap: DDR : Pls.Vivax ring (+), gamet (++)
Berat jenis : 1,010 parasit count : 3920/ul
PH : 8
Leukosit : 2-3/LPB
Eritrosit : 0-1/LPB
Epitel :3-4/LPB
Protein : +++
Diagnosa : Suspek Sindrom nefrotik dd GNA + Hipoalbuminemia (1,5) +
hipokalsemia (7,1) + Malaria Tertiana
Terapi:
- Amoxicilin 3x500mg (11)
- Paracetamol 3x500mg (k/p)
- Artesunat 1x100mg (1)
- Amodiakuin 1x250mg (1)
- Primakuin 1x 7,5mg (1)
- Calnic Sirup 3x2cth
- Balance diuresis, berat badan, urin bakar, lingkar perut per 24 jam
18
Rencana pemeriksaan UL, DDR serial
Perawatan hari ke-11 (16-03-2012)
BB: 24 kg LP:54cm
Keluhan : panas (+) td malam, menggigil (-), edema pada wajah (-)
Keadaan umum : tampak sakit Kesadaran: compos mentis
Tanda Vital : TD: 90/60 mmHg N: 100x/menit
R: 20x/menit SB: 36,2oC
Kepala : konjuntiva anemis (-), sklera ikterus (-), Edema palpebra(-),
Thorax : simetris, retraksi (-), c/p dbn
Abdomen : datar, lemas, BU (+) normal, asites (-)
Hepar: 1-1 bac Lien: tidak teraba
Ekstremitas : akral hangat, CRT ≤ 2”, edema (-)
Balance cairan : -974 cc, Diuresis: 4,8cc/kgBB/jam UB +1
Hasil Laboratorium :
Albumin : 1,9 Globulin : 1,9
Diagnosa : Suspek Sindrom nefrotik dd GNA + Hipoalbuminemia (1,9) +
hipokalsemia (7,1) + Malaria Tertiana
Terapi:
- Amoxicilin 3x500mg (12) stop
- Artesunat 1x 100mg (2)
- Amodiakuin 1x250mg (2)
- Primakuin 1x7,5mg (2)
- Calnic Sirup 3x2cth
- Aspak K 3x1 tab
- Ambroxcol 3x1 tab (k/p
- Balance diuresis, berat badan, urin bakar, lingkar perut per 24 jam
Pro: Koreksi Albumin, Protein total, albumin, DL, UL
Perawatan hari ke-12 (17-03-2012)
BB: 24 kg LP:54cm
19
Keluhan : panas (-), menggigil (-), bengkak (-)
Keadaan umum : tampak sakit Kesadaran: compos mentis
Tanda Vital : TD: 90/60 mmHg N: 88x/menit
R: 24x/menit SB: 36,7oC
Kepala : konjuntiva anemis (-), sklera ikterus (-), Edema palpebra(-),
Thorax : simetris, retraksi (-), c/p dbn
Abdomen : datar, lemas, BU (+) normal, asites (-)
Hepar: 1-1 bac Lien: tidak teraba
Ekstremitas : akral hangat, CRT ≤ 2”, edema (-)
Balance cairan : -110 cc, Diuresis: 2,71cc/kgBB/jam, UB +1
Hasil Laboratorium :
Berat jenis : 1,020 DDR : (-)
PH : 6 Hematokrit : 28,7
Leukosit : 10-12/LPB Hb :9,1
Eritrosit : 15-20/LPB Eritrosit : 3,91
Epitel : 2-4/LPB leukosit : 3600
Protein : +++ Trombosit : 109.000
Diagnosa : Sindrom nefrotik + hipoalbuminemia (1,9) + hipokalsemia (7,1)
Riwayat Malaria tertiana
Terapi:
- Prednison 4-3-3 tablet (1)
- Artesunat 1x 100mg (3)
- Amodiakuin 1x125mg (3)
- Primakuin 1x7,5mg (1)
- Calnic Sirup 3x2cth
- Aspak K 3x1 tab
- Balance diuresis, berat badan, urin bakar, lingkar perut per 24 jam
Rencana pemeriksaan : DDR serial, UL
Perawatan hari ke-13 (18-03-2012)
Balance diuresis (18/03/2012) Balance: -160 cc, Diuresis: 3,44cc/kgBB/jam, UB (-)
20
Hasil Laboratorium 18-03-2012:
Berat jenis : 1,015 DDR : (-)
PH : 7
Leukosit : 1-2/LPB
Eritrosit : 3-4/LPB
Epitel : 3-4/LPB
Protein : +++
Perawatan hari ke-14 (19-03-2012)
BB: 24 kg LP:54cm
Balance diuresis (19/03/2012) Balance: -110 cc, Diuresis: 2,71cc/kgBB/jam, UB +1
Hasil Laboratorium 19-03-2012:
Urinalisis DDR : (-)
Berat jenis : 1,015
PH : 8
Leukosit : 3-6/LPB
Eritrosit : 10-12/LPB
Epitel : 2-4/LPB
Protein : +++
Perawatan hari ke-15 (20-03-2012)
BB: 24 kg LP:54cm
Balance diuresis (20/03/2012) Balance: -110 cc, Diuresis: 2,71cc/kgBB/jam, UB +1
Hasil Laboratorium 20-03-2012:
Berat jenis : 1,015
PH : 7
Leukosit : 2-3/LPB
Eritrosit : 0-1/LPB
Epitel : 2-4/LPB
Protein : +++
21
Perawatan hari ke-16(21-03-2012)
BB: 24 kg LP:54cm
Renncana pemeriksaan: UL
Balance diuresis (21/03/2012) Balance: -310 cc, Diuresis: 3,6cc/kgBB/jam, UB (+1)
Hasil Laboratorium 22-03-2012:
Berat jenis : 1,015
PH : 7
Leukosit : 6-8/LPB
Eritrosit : 2-3/LPB
Epitel : 3-5/LPB
Protein : +++
Perawatan hari ke-17 (22-03-2012)
BB: 24 kg LP:54cm
Keluhan : panas (-), bengkak (-)
Keadaan umum : tampak sakit Kesadaran: compos mentis
Tanda Vital : TD: 90/60 mmHg N: 88x/menit
R: 24x/menit SB: 36,7oC
Kepala : konjuntiva anemis (-), sklera ikterus (-), Edema palpebra(-),
Thorax : simetris, retraksi (-), c/p dbn
Abdomen : datar, lemas, BU (+) normal, asites (-)
Hepar: 1-1 bac Lien: tidak teraba
Ekstremitas : akral hangat, CRT ≤ 2”, edema (-)
Balance cairan : -110 cc, Diuresis: 3,82cc/kgBB/jam, UB (-)
Hasil Laboratorium :
Berat jenis : 1,010 Hematokrit :37,7 Albumin : 2,6
PH : 8 Hb : 11,9 Globulin : 3,0
Leukosit : 0-2/LPB Eristrosit : 4,02 Prot.Total: 5,6
Eritrosit : 0-2/LPB Leukosit : 10.100 Na : 142
Epitel : 1-2/LPB Trombosit : 408.000 K : 3,59
Protein : - Ca : 7,3 Cl : 99
22
Diagnosa : Sindrom nefrotik + hipoalbuminemia (1,9) + hipokalsemia (7,3)
Riwayat Malaria tertiana
Terapi:
- Prednison 4-3-3 tablet (6)
- Primakuin 1x7,5mg (6)
- Calnic Sirup 3x2cth
- Aspar K 3x1 tab
- Balance diuresis, berat badan, urin bakar, lingkar perut per 24 jam
Rencana pemeriksaan: DL, Na, K, Cl, Ca, Protein Total, Albumin, Globulin
Perawatan hari ke-18 (23-03-2012)
BB: 23 kg LP:55cm
Keluhan : (-)
Keadaan umum : tampak sakit Kesadaran: compos mentis
Tanda Vital : TD: 100/60 mmHg N: 104x/menit
R: 24x/menit SB: 36,7oC
Kepala : konjuntiva anemis (-), sklera ikterus (-), Edema palpebra(-),
Thorax : simetris, retraksi (-), c/p dbn
Abdomen : datar, lemas, BU (+) normal, asites (-)
Hepar: 1-1 bac Lien: tidak teraba
Ekstremitas : akral hangat, CRT ≤ 2”, edema (-)
Balance cairan : -90 cc, Diuresis: 4,73cc/kgBB/jam, UB (-)
Urinalisa tanggal 23-03-2012:
Berat jenis : 1,010
PH : 8
Leukosit : 2-3/LPB
Eritrosit : 0-1/LPB
Epitel : 3-4/LPB
Protein : -
Diagnosa : Sindrom nefrotik + hipoalbuminemia (1,9) + hipokalsemia (7,3)
Riwayat Malaria tertiana
23
Terapi:
- Prednison 4-3-3 tablet (7)
- Primakuin 1x7,5mg (7)
- Calnic Sirup 3x2cth
- Balance diuresis, berat badan, urin bakar, lingkar perut per 24 jam
Rencana pemeriksaan : UL
Perawatan hari ke-19 (24-03-2012)
BB: 23 kg LP:55cm
Keluhan : (-)
Keadaan umum : tampak sakit Kesadaran: compos mentis
Tanda Vital : TD: 100/60 mmHg N: 104x/menit
R: 24x/menit SB: 36,7oC
Kepala : konjuntiva anemis (-), sklera ikterus (-), Edema palpebra(-),
Thorax : simetris, retraksi (-), c/p dbn
Abdomen : datar, lemas, BU (+) normal, asites (-)
Hepar: 1-1 bac Lien: tidak teraba
Ekstremitas : akral hangat, CRT ≤ 2”, edema (-)
Balance cairan : -240 cc, Diuresis: 2cc/kgBB/jam, UB (-)
Diagnosa : Sindrom nefrotik + Hipoalbuminemia (2,6) + Hipokalsemia (7,3)
+ Riw. Malaria Tertiana.
Terapi:
- Prednison 4-3-3 tablet (8)
- Primakuin 1x7,5mg (8)
- Calnic Sirup 3x2cth
- Balance diuresis, berat badan, urin bakar, lingkar perut per 24 jam
Perawatan hari ke-20 (25-03-2012)
BB: 23 kg LP:55cm
Balance diuresis (25/03/2012) Balance: -210 cc, Diuresis: 2,89cc/kgBB/jam, UB (-)
24
Perawatan hari ke-21 (26-03-2012)
BB: 22 kg LP:54cm
Keluhan : (-)
Keadaan umum : tampak sakit Kesadaran: compos mentis
Tanda Vital : TD: 100/70 mmHg N: 100x/menit
R: 24x/menit SB: 36,5oC
Kepala : konjuntiva anemis (-), sklera ikterus (-), Edema palpebra(-),
Thorax : simetris, retraksi (-), c/p dbn
Abdomen : datar, lemas, BU (+) normal, asites (-)
Hepar: 1-1 bac Lien: tidak teraba
Ekstremitas : akral hangat, CRT ≤ 2”, edema (-)
Balance cairan : Balance: -290 cc, Diuresis: 3,22cc/kgBB/jam, UB (-)
Hasil Laboratorium :
Urinalisa tanggal 26-03-2012:
Berat jenis : 1,005
PH : 7
Leukosit : 6-8/LPB
Eritrosit : 20-25/LPB
Epitel : 4-5/LPB
Protein : +
Diagnosa : Sindrom nefrotik + Hipoalbuminemia (2,6) + Hipokalsemia (7,3)
+ Riw. Malaria Tertiana.
Terapi:
- Prednison 4-3-3 tablet (10)
- Primakuin 1x7,5mg (10)
- Balance diuresis, berat badan, urin bakar, lingkar perut per 24 jam
Pro: UL
Perawatan hari ke-22 – 27 (27-03-2012 – 01-04-2012)
Balance diuresis (27/03/2012) Balance: -30 cc, Diuresis: 2,18cc/kgBB/jam, UB (-)
Urinalisa tanggal 27-03-2012:
25
Berat jenis : 1,020
PH : 6
Leukosit : 4-6/LPB
Eritrosit : 1-2/LPB
Epitel : 2-4/LPB
Protein : (-)
Balance diuresis (28/03/2012) Balance: -120 cc, Diuresis: 3,3cc/kgBB/jam, UB (-)
Balance diuresis (29/03/2012) Balance: -180 cc, Diuresis: 2,083cc/kgBB/jam, UB (-)
Balance diuresis (30/03/2012) Balance: -80 cc, Diuresis: 1,77cc/kgBB/jam, UB (-)
Terapi : Primakuin 1 x 7,5mg (14) stop
Urinalisa tanggal 30-03-2012:
Berat jenis : 1,015
PH : 6
Leukosit : 2-4/LPB
Eritrosit : 0-1/LPB
Epitel : 2-4/LPB
Protein : (-)
Balance diuresis (31/03/2012) Balance: -210 cc, Diuresis: 3,26cc/kgBB/jam, UB (-)
Balance diuresis (01/04/2012) Balance: -210 cc, Diuresis: 3,6cc/kgBB/jam, UB +2
Perawatan hari ke-28 (02-04-2012)
BB:22Kg LP: 59cm
Keluhan : (-)
Keadaan umum : tampak sakit Kesadaran: compos mentis
Tanda Vital : TD: 100/60 mmHg N: 104x/menit
R: 24x/menit SB: 36,7oC
Kepala : konjuntiva anemis (-), sklera ikterus (-), Edema palpebra(-),
Thorax : simetris, retraksi (-), c/p dbn
Abdomen : datar, lemas, BU (+) normal, asites (-)
Hepar: 1-1 bac Lien: tidak teraba
Ekstremitas : akral hangat, CRT ≤ 2”, edema (-)
26
Balance cairan : -140cc, Diuresis 4,16cc/kgBB/jam, UB +2
Diagnosa : Sindrom nefrotik
Terapi:
- Prednison 4-3-3 tablet (17)
- Balance diuresis, berat badan, urin bakar, lingkar perut per 24 jam
Pro: UL, DL, Na, K, Cl, Ca
Keluarga meminta pulang atas permintaan sendiri setelah dijelaskan keadaan penderita.
27
BAB III
DISKUSI
Sindrom nefrotik (SN) merupakan suatu sindroma klinis yang ditandai oleh
adanya proteinuria massif (>40mg/m2 LPB/jam atau 50mg/kg/hari), hipoalbuminemia (<
2.5 g/dL), edema, dan hiperkolesterolemia (>200mg/dL).1-5 Kadang-kadang disertai
gejala hematuria, hipertensi, dan penurunan fungsi ginjal.1,2 Sindrom nefrotik merupakan
penyakit kronik yang sering dijumpai pada masa kanak-kanak dengan insiden berkisar 2-
7 kasus per 100ribu anak di bawah usia 16 tahun setiap tahunnya.2 Wila Wirya
melaporkan 6 orang anak menderita sindrom nefrotik diantara 100ribu anak yang berusia
di bawah 14 tahun per tahun di Jakarta. Perbandingan anak laki-laki dan perempuan
adalah 2:1.1,2,6. SN dapat menyerang semua umur, tetapi terutama menyerang anak
berusia 2-6 tahun.2,5
Pada sindrom nefrotik terjadi peningkatan permeabilitas dinding kapiler
glomerulus yang mengakibatkan terjadinya proteinuria dan hipoalbuminemia. Penyebab
peningkatan permeabilitas kapiler glomerulus belum dapat diterangkan dengan jelas.1,5
Edema merupakan manifestasi klinis utama, biasanya edema menyeluruh dan
terdistribusi mengikuti gaya gravitasi.1 Penderita SN biasanya datang dengan edema
palpebra atau pretibia. Bila lebih berat akan disertai dengan asites, efusi pleura, dan
edema genitalia.1-5 Anak-anak dengan SN mempunyai masalah dalam mengatur
keseimbangan cairan tubuh, sehingga mengakibatkan terjadinya retensi cairan yang akan
menyebabkan timbulnya edema. Keluhan lain yang juga dapat ditemukan adalah urin
berwarna keruh atau bisa juga dengan hematuria.1-3
Pemeriksaan penunjang yang penting pada SN berupa urinalisis, dimana
ditemukan proteinuria masif (>40mg/m2 LPB/jam), atau rasio protein dan kreatinin lebih
dari 2 mg/dL dalam urin sewaktu, atau dengan dipstick lebih dari +2.2,3 Temuan lain pada
urinalisis adalah peningkatan berat jenis dan pH urin, leukosituria, double refractile
lipoid bodies , dan silinder hilain, dapat pula disertai hematuria mikroskopik. Pada
pemeriksaan darah didapatkan hipoalbuminemia (< 2,5g/dl) dengan rasio albumin dan
globulin yang terbalik, hiperkolesterolemia (>200 mg/dL), LED yang meningkat dan
28
kadar komplemen C4 yang normal. Kadar ureum dan kreatinin umumnya normal kecuali
bila didapatkan adanya penurunan fungsi ginjal.1,5
Diagnosis SN pada kasus ini ditegakkan berdasarkan anamnesa, pemeriksaan fisik
dan pemeriksaan penunjang. Dari anamnesa didapatkan bengkak pada tubuh dialami
pasien 3 hari sebelum masuk rumah sakit, awalnya bengkak pertama kali muncul pada
kedua kelopak mata, lama kelamaan bengkak menyebar ke wajah. Bengkak cenderung
terjadi pada pagi hari. Dari pemeriksaan fisik ditemukaan adanya edema pada kedua
palpebra dan wajah. Hasil pemeriksaan penunjang yang mendukung yakni darah lengkap
didapatkan hipoalbuminemia (1,2 g/dl), hiperkolesterolnemia (298 mg/dl), proteinuria
masif +4, hematuria mikroskopik dan pemeriksaan urin bakar positif 3. Pemeriksaan
komplemen C4 telah dilakukan dan hasilnya normal.
Penanganan pada pasien ini yang pertama adalah penanganan simptomatik yaitu
pemberian antibiotik (leukosit 12.000) Amoxicilin 3x500mg/hari, parasetamol 3x500mg
bila panas. Hal ini dikarenakan pada awal penderita masuk rumah sakit masih didiagnosis
dengan suspek SN dd GNA. Pemberian Calnic sirup untuk koreksi hipokalsemia dan
untuk keluhan batuk diberikan klorfenilramin maleat dan ambroxol..Penanganan suportif
juga diberikan yaitu pemberian albumin dengan dosis 1g/kgbb selama 2-4 jam tujuannya
untuk menarik cairan dari jaringan interstisial. Nilai normal albumin yaitu 3,5-5,5 gr/dL
dan dikoreksi bila nilai albumin < 2,5 gr/dL dengan rumus koreksi albumin yaitu (3,5-
X)x0,8xBB. Pada pasien ini didapatkan kadar albuminnya 1,2 g/dl dan setelah dikoreksi
dengan pemberian albumin 20% kadar albuminnya 1,9 g/dL. .2,3
Selanjutnya dilakukan penanganan medikamentosa, sesuai dengan Pedoman
Penanganan Medis IDAI, yakni pengobatan dengan prednison diberikan dengan dosis
awal 60mg/m2/hari atau 2 mg/kgbb/hari (dosis dibagi 3), selama 4 minggu, dilanjutkan
dengan 2/3 dosis awal (40 mg/m2/hari) dosis tunggal (dosis alternating) selama 4-8
minggu. Bila remisi terjadi pada 4 minggu pertama pengobatan steroid, maka dosis
prednison AD diberikan selama 4 minggu (total pengobatan 8 minggu), namun bila
remisi baru terjadi pada 4 minggu ke dua maka pengobatan dosis AD diteruskan sampai 8
minggu (total pengobatan 12 minggu). Bila sampai 8 minggu pengobatan steroid belum
terjadi remisi, disebut sebagai steroid resisten. Pada kondisi ini terapi diganti dengan
imunosupresif lain seperti siklofosfamid 2-3 mg/kgbb/hari. Pada pemberian prednison
29
hari ke 17, keluarga minta pulang sehingga sulit untuk mengevaluasi perkembangan
penyakit.1,4
Pada setiap penderita yang telah didiagnosis dengan SN, sebelum pengobatan
steroid dimulai akan dilakukan pemeriksaan uji tuberkulin (mantoux). Bila hasilnya
positif akan diberikan profilaksis isoniazid selama 6 bulan dan bila ditemukan
tuberkulosis akan diberikan obat anti tuberkulosis. Pada penderita ini didapatkan hasil uji
tuberkulin yang negatif sehingga pada penderita ini tidak perlu diberikan profilaksis
isoniazid.
Asupan nutrisi pada penderita dengan SN berupa diet protein normal sesuai
dengan Recommended Daily Allowances (RDA) yaitu 1,5gr/kgBB/hari dan diet rendah
garam (1gr/kgBB/hari) bila anak menderita edema.4
Pasien ini pertama masuk dengan Sindrom Nefrotik, namun dalam perjalanan
penyakitnya penderita juga didiagnosis dengan Malaria tertiana. Penderita sempat
mengalami panas tinggi dan dilakukan pemeriksaan hapusan darah tepi dan hasilnya
ditemukan plasmodium vivax stadium gametosit dengan perhitungan parasit yaitu
3920/ul. Terapi malaria yang diberikan yaitu Artesunat 1x100mg (3 hari), Amodiakuin
1x250mg (hari 1 dan 2), 1x250mg (hari ke 3), dan primakuin 1x7,5mg (14 hari).10,11
Pemberian Artesunat dan amodiakuin sesuai dengan rejimen pengobatan lini
pertama yaitu Artesunat 4mg/kgBB/hari (selama 3 hari), amodiakuin 10mg/kgBB/hari
(hari 1 dan 2), 5mg/kgBB/hari (hari ke 3), dan pemberian primakuin 0,25mg/kgBB/hari
selama 14 hari untuk membasmi parasit fase aseksual.
Malaria berat dengan komplikasi malaria serebral, anemia berat, gagal ginjal akut,
edema paru, hipoglikemi, syok perdarahan. Kejang, dan asidosis biasanya disebabkan
oleh plasmodium falsiparum, jarang disebabkan oleh Plasmodium vivax. Di India tahun
2007 ditemukan 3 kasus malaria berat yang disebabkan oleh Plasmodium vivax dengan
komplikasi kejang dan keluhan meningoencepalitis difus.12 Infeksi malaria oleh karena
plasmodium vivax cenderung ringan namun dapat menyebabkan relaps karena sifat
daripada plasmodium vivax yang dalam stadium perkembangannya menjadi bentuk
dorman yang disebut hipnozoit.11
30
Menurut kepustakaan salah satu komplikasi dari malaria adalah Sindrom Nefrotik
yang disebabkan oleh plasmodium malariae. Jadi pada kasus ini masing-masing berdiri
sendiri. Kemungkinan infeksi malaria disebabkan karena infeksi nosokomial.1,3,4
Prognosis SN umumnya baik, kecuali pada keadaan-keadaan sebagai berikut: (1)
didapatkan pertama kali usia < 1 tahun atau > 6 tahun, (2) disertai hipertensi, (3) disertai
hematuria, (4) termasuk sindrom nefrotik sekunder, (5) gambaran histopatologik bukan
kelainan minimal. Faktor terpenting yang menentukan prognosis SN adalah responsivitas
terhadap steroid. Anak dengan sindrom nefrotik yang resisten terhadap steroid, biasanya
memiliki prognosis yang lebih jelek, dapat mengalami insufisiensi renal progresif, dan
pada akhirnya menyebabkan penyakit ginjal stadium akhir dan membutuhkan dialisis
atau transplantasi ginjal.1,5,6,8
Prognosis pada penderita ini adalah dubia, dimana penderita meminta pulang
sedangkan penderita masih dalam masa terapi inisial berupa prednison dosis penuh (full
dose) sehingga sensitifitas terhadap prednison belum dapat diketahui.
Penyuluhan harus dilakukan kepada orang tua penderita dan keluarga tentang hal
yang perlu diperhatikan yaitu perawatan penderita perlu jangka waktu yang lama serta
kerjasama antara penderita, orang tua penderita, keluarga, dan tim kesehatan. Maka dari
itu yang perlu diperhatikan berupa ketaatan minum obat, pemberian nutrisi yang baik,
serta dalam waktu yang lama perlu diobservasi aspek psikososial tumbuh kembang anak.
31
DAFTAR PUSTAKA
1. Wila Wirya IG. Sindrom Nefrotik. Dalam: Alatas H, Tambunan T, Trihono PP,
Pardede SO, penyunting. Buku Ajar Nefrologi Anak. Edisi-2. Jakarta : Balai
Penerbit FKUI, 2002; h. 381-426.
2. Noer MS. Sindrom nefrotik Idiopatik. Dalam: Noer MS, Soemyarso NA,
Subandiyah K, Prasetyo RV, Alatas H, Tambunan T, dkk, penyunting.
Kompendium Nefrologi Anak. Jakarta: Balai Penerbit IDAI, 2011; h. 72-88.
3. Alatas H, Tambunan T, Trihono PP, Pardede SO. Konsensus Tatalaksana
Sindrom nefrotik Idiopatik Pada Anak. Jakarta: UKK Nefrologi IDAI, 2005; h. 1-
20.
4. Trihono PP, Pardede SO, Alatas H, Sekarwarna, Alatas H, Sekarwarna A,
Rusdidjas, Noer SM, dkk. Sindroma Nefrotik. Dalam: Pudjiadi AH, Hegar B,
Handryastuti S, Idris NS, Gandaputra EP, Harmoniati ED, penyunting. Pedoman
Pelayanan Medis IDAI. Jakarta: BP IDAI, 2010; h. 274-6.
5. Staf Pengajar IKA FKUI. Sindrom Nefrotik. Dalam: Buku Kuliah 2 Ilmu
Kesehatan Anak. Jakarta: Bagian IKA FKUI, 2007; h: 832-5.
6. Travis LB. Sindrom Nefrotik. Dalam: Rudolph A, Hoffman J, Rudolph C,
penyunting. Buku Ajar Pediatri Rudolph Volume 2. Jakarta: Penerbit Buku
Kedeokteran EGC, 2007; h. 1503-8.
7. O’callaghan C. Proteinuria dan sindrom nefrotik. Dalam: At a Glance Sistem
Ginjal Edisi Kedua. Jakarta: Penerbit Erlangga, 2009; h. 76-78.
8. Avner ED, Voght BA. Nephrotic syndrome. Dalam: Kliegman RM, Behrman RE,
Jenson HB, Stanton BF, penyunting. Nelson Textbook of Pediatrics. Edisi 18.
Philadelphia; Elseviers Saunders, 2007; h 2190-5.
9. Ulinski T, Aoun B. Pediatric idiopathic nephritic syndrome. Swiss Med Wkly.
2009; 139; 416-22.
10. Soedarmo SS, Rampengan TH, Hadinegoro SR, Ismoedijanto, Darmowandoyo
W, Pasaribu S, Soegijanto S, dkk. Malaria. Dalam: Pudjiadi AH, Hegar B,
Handryastuti S, Idris NS, Gandaputra EP, Harmoniati ED, penyunting. Pedoman
Pelayanan Medis IDAI. Jakarta: BP IDAI, 2010; h. 179-82.
32
11. Rampengan , TH. Malaria Pada Anak. Dalam: Rampengan TH. Penyakit Infeksi
Tropik pada Anak Ed-2. Jakarta: penerbit Buku Kedokteran EGC, 2008;h: 182-
217.
12. Sarkar S, Bhatacharya P.Cerebral Malaria Caused by Plasmodium Vivax In Adult
Subjects.Indian Journal of Critical Care Medicine.2008;h 12:204.
33
LAMPIRAN
34
35
36
37