lapkas merenem ppok
TRANSCRIPT
-
8/18/2019 lapkas merenem PPOK
1/30
BAB I
PENDAHULUAN
Penyakit paru obstruktif kronis (PPOK) adalah penyakit paru kronik yang
ditandai oleh hambatan aliran udara di saluran nafas yang bersifat progresif
nonreversibel atau reversibel parsial. PPOK terdiri dari bronkitis kronik dan
emfisema atau gabungan keduanya. Bronkitis kronik ditandai dengan adanya
batuk kronik berdahak minimal 3 bulan dalam setahun, sekurang-kurangnya dua
tahun berturut-turut, dan tidak disebabkan penyakit lainnya. edangkan emfisema
adalah suatu kelainan anatomis paru yang ditandai oleh pelebaran rongga udara
distal bronkiolus terminal, disertai kerusakan dinding alveoli. Pada prakteknya
!ukup banyak penderita bronkitis kronis "uga memperlihatkan tanda-tanda
emfisema, termasuk penderita asma persisten berat dengan obstruksi "alan napas
yang tidak reversibel penuh, dan memenuhi kriteria PPOK.#,$
Kebiasaan merokok merupakan satu-satunya penyebab kausal yang
terpenting dari PPOK, "auh lebih penting daripada faktor penyebab lainnya. elain
itu, faktor risiko lain yang dapat menyebabkan PPOK diantaranya adalah hiper-
reaktivitas bronkus, ri%ayat infeksi saluran nafas ba%ah berulang, dan ri%ayat
terpa"an polusi udara di lingkungan dan tempat ker"a.$,3
&i 'ndonesia, berdasarkan urvei Kesehatan umah angga tahun #*+,
asma, bronkitis kronik, dan emfisema menduduki peringkat ke- sebagai
penyebab kesakitan terbanyak dari # penyebab kesakitan utama. K &epkes
' #**$ menun"ukkan angka kematian karena asma, bronkitis kronis, dan
emfisema menduduki peringkat ke- dari # penyebab tersering kematian di
'ndonesia. /aktor yang berperan dalam peningkatan tersebut diantaranya adalah
kebiasaan merokok yang masih tinggi (laki-laki di atas # tahun -01), polusi
udara terutama di kota besar, dan industrialisasi. Karena "umlah dan tingkat
mortalitas akibat kasus PPOK di 'ndonesia adalah tinggi, maka sebagai dokter
umum harus dapat mengenali dan melakukan terapi pada PPOK.3
-
8/18/2019 lapkas merenem PPOK
2/30
BAB II
LAPORAN KASUS
ANAMNESIS (2utoanamnesis pada $ 2pril $# pukul #. 4'B)
1. Identifikasi pasien
5ama 6 n. 78enis kelamin 6 9aki-laki:sia 6 3 tahunPeker"aan 6 Pemulungtatus 6 7enikah
2lamat 6 8l. &r. 2K ;ani, ke!. ungkal2gama 6 'slam 5o. 7 6 #0*3#7 tanggal 6 $* 7aret $#
2. Keluan uta!a
esak napas bertambah berat se"ak # hari sebelum masuk rumah sakit.
". Ri#a$at Pe%&alanan Pen$akit
e"ak 3 minggu sebelum masuk rumah sakit, penderita
mengeluhkan batuk (
-
8/18/2019 lapkas merenem PPOK
3/30
muntah (-), nyeri dada (-), nyeri menelan (-), sakit gigi (-). Penderita lalu
diba%a ke ';& =7 abain.
'. Ri#a$at Pen$akit Daulu
- i%ayat B paru disangkal.- i%ayat hipertensi disangkal.- i%ayat diabetes mellitus disangkal.- i%ayat alergi disangkal.- i%ayat penggunaan obat selama bulan disangkal.- i%ayat merokok (
-
8/18/2019 lapkas merenem PPOK
4/30
=idung &eformitas (-), septum deviasi (-), sekret (-).elinga @2 lapang, sekret (-), serumen (-).
7ulut Bibir pu!at (-), sianosis (-), thypoid tongue (-), atrofi
papil lidah (-), karies gigi (-), gigi molar # kanan
ba%ah tidak ada, gusi hipertrofi (-), arkus faring
simetris, deviasi uvula (-), tonsil #-# tenang,
dinding faring posterior tenang.9eher 8CP (-$)!m =$O, tidak ada pembesaran K;B.horaD@or
- 'nspeksi '!tus !ordis tidak terlihat.
- Palpasi '!tus !ordis tidak teraba.- Perkusi Batas "antung sulit dinilai.- 2uskultasi = ++ D>menit, ireguler, murmur (-), gallop (-).
Pulmo- 'nspeksi tatis dan dinamis simetris kanan E kiri, retraksi (-).
Barrel @hest (mm3. =ematokrit 1.
rombosit ,#D#>mm3. &iff.!ount >>+>>*.Ki!ia Klinik
;ula darah se%aktu ## mg>d9.
-
8/18/2019 lapkas merenem PPOK
5/30
2. Pe!e%iksaan elekt%,ka%di,)%afi /20 Ma%et 213
". Pe!e%iksaan %,nt)en t,%a4 /20 Ma%et 213
-
8/18/2019 lapkas merenem PPOK
6/30
*OLLO5 UP
-
8/18/2019 lapkas merenem PPOK
7/30
*,ll,# up a%i Satu 2 Ap%il 21
6 esak (menit
6 $ D>menit
6 3,+o@.
26 PPOK
P6 5on farmakologis6
- O$ 39>m- 'stirahat- dukasi
/armakologis6
- 'C/& 9 gtt G>menit- @eftriaDon vial $D# gr iv- &eDamethason amp 3Dmg iv
- 2minofilin amp $D$mg drip dalam &1 # !! gtt G>menit- olvineD amp $Dmg iv- &osive! !aps $D3mg
*,ll,# up a%i Min))u " Ap%il 21
6 esak (menit
6 $ D>menit
6 3,+o@.
26 PPOK
P6 5on farmakologis6
- 'stirahat- dukasi
/armakologis6
-
8/18/2019 lapkas merenem PPOK
8/30
- 'C/& 9 gtt G>menit- @eftriaDon vial $D# gr iv
- &eDamethason amp 3Dmg iv- 2minofilin amp $D$mg drip dalam &1 # !! gtt G>menit- olvineD amp $Dmg iv- &osive! !aps $D3mg- ymbi!ort turbuhaler $D# puff
*,ll,# up a%i Senin ' Ap%il 21
6 esak (menit
6 $ D>menit
6 3,+o@.
26 PPOK
P6 5on farmakologis6
- 'stirahat
- dukasi
/armakologis6
- 'C/& 9 gtt G>menit- @eftriaDon vial $D# gr iv- &eDamethason amp 3Dmg iv- 2minofilin amp $D$mg drip dalam &1 # !! gtt G>menit- olvineD amp $Dmg iv- &osive! !aps $D3mg- ymbi!ort turbuhaler $D# puff
RESUME
e"ak 3 minggu sebelum masuk rumah sakit, penderita mengeluhkan batuk
(
-
8/18/2019 lapkas merenem PPOK
9/30
e"ak # minggu sebelum masuk rumah sakit, penderita merasa sesak napas
bila beraktivitas seperti ber"alan # meter dan membaik kembali bila penderita
beristirahat. esak tidak dipengaruhi oleh posisi, emosi, dan !ua!a. Penderita tidak
pernah terbangun pada malam hari karena sesak. B2B dan B2K normal.e"ak # hari sebelum masuk kerumah sakit, pasien mengeluh sesak nafas
bertambah, sesak dirasakan saat ber"alan # meter, sesak tidak dipengaruhi oleh
posisi, emosi, dan !ua!a. Penderita merasa sesak berkurang dengan beristirahat.
Penderita merasa lebih nyaman pada posisi duduk. Penderita tidak pernah
terbangun pada malam hari karena sesak. batuk (
-
8/18/2019 lapkas merenem PPOK
10/30
5on farmakologis6
- 'stirahat- dukasi- &iet bubur biasa
/armakologis6
- 'C/& 9 gtt G>menit- @eftriaDon vial $D# gr iv- &eDamethason amp 3Dmg iv- 2minofilin amp $D$mg drip dalam &1 # !! gtt G>menit
- olvineD amp $Dmg iv- &osive! !aps $D3mg- ymbi!ort turbuhaler $D# puff
PRO+NOSIS
Huo ad vitam 6 dubia ad bonam
Huo ad fun!tionam 6 dubia ad malam
Huo ad sanationam 6 dubia
REN7ANA PEMERIKSAAN KHUSUS
- pirometri.- Kultur dan resistensi sputum.
-
8/18/2019 lapkas merenem PPOK
11/30
BAB III
6IN-AUAN PUS6AKA
".1 Pen$akit Pa%u Ost%uksi K%,nik /PPOK3
".1.1 Definisi
Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) adalah penyakit paru yang dapat
di!egah dan diobati, ditandai oleh hambatan aliran udara yang tidak sepenuhnya
reversibel, bersifat progresif dan berhubungan dengan respons inflamasi paru
terhadap partikel atau gas yang bera!un>berbahaya, disertai efek ekstraparu yang
berkontribusi terhadap dera"at berat penyakit. Karakteristik hambatan aliran udara
pada PPOK disebabkan oleh gabungan antara obstruksi saluran napas ke!il
(obstruksi bronkiolitis) dan kerusakan parenkim (emfisema) yang bervariasi pada
setiap individu. Penyebab utama PPOK adalah rokok, asap polusi dari
pembakaran, dan partikel gas berbahaya.#
".1.2 Epide!i,l,)i
&ata Badan Kesehatan &unia (4=O), menun"ukkan tahun #** PPOK
menempati urutan ke- sebagai penyebab utama kematian di dunia, dan tahun
$$ menempati urutan ke-3 setelah penyakit kardiovaskuler dan kanker (4=O,
$$). &i negara 2merika erikat dibutuhkan dana sekitar #+ miliar :I setahun
untuk penatalaksanaan PPOK dan biaya tak langsung sebesar # miliar :I,
dengan "umlah pasien sebanyak # "uta orang dan lebih dari # ribu orang
meninggal.$
The Asia Pacific COPD Round Table roup memperkirakan "umlah
penderita PPOK sedang hingga berat dinegara-negara 2sia pasifik tahun $
men!apai , 8uta penderita dengan prevalensi ,3 1. 2ngka prevalensi berkisar
3, J ,01, seperti6 @hina dengan angka kasus men!apai 3+,# "uta "i%a, 8epang
(,# "uta "i%a) dan Cietnam ($,+ "uta "i%a) sementara di 'ndonesia
diperkirakan terdapat ,+ "uta penderita dengan prevalensi ,1. 2ngka ini bisa
meningkat dengan makin banyaknya "umlah perokok karena *1 penderita PPOK
adalah perokok atau mantan perokok.3
-
8/18/2019 lapkas merenem PPOK
12/30
&i 'ndonesia tidak ada data yang akurat tentang kekerapan PPOK. Pada
urvai Kesehatan umah angga (K) #*+ asma, bronkitis kronik dan
emfisema menduduki peringkat ke- sebagai penyebab kesakitan terbanyak dari
# penyebab kesakitan utama. K &epkes ' #**$ menun"ukkan angka
kematian karena asma, bron!hitis kronik dan emfisema menduduki peringkat ke-
dari # penyebab tersering kematian di 'ndonesia. =asil survei penyakit tidak
menular oleh &irektorat 8enderal PP7 P9 di rumah sakit propinsi di
'ndonesia (8a%a Barat, 8a%a engah, 8a%a imur, 9ampung, dan umatera
elatan) pada tahun $, menun"ukkan PPOK menempati urutan pertama
penyumbang angka kesakaitan (31), diikuti asma bronkial bronkial (331),
kanker paru (31) dan lainnya ($1).#
Berdasarkan hasil :52 (urvei osial konomi 5asional) tahun
$#, sebanyak , 1 penduduk laki-laki dan #,$1 perempuan merupakan
perokok, *$,1 dari perokok menyatakan kebiasaannya merokok di dalam rumah
ketika bersama anggota rumah tangga lainnya, dengan demikian sebagian besar
anggota rumah tangga merupakan perokok pasif. 8umlah perokok yang berisiko
menderita PPOK atau kanker paru berkisar antara $-$1. =ubungan antara
rokok dengan PPOK merupakan hubungan dose response, lebih banyak batang
rokok yang dihisap setiap hari dan lebih lama kebiasaan merokok tersebut maka
risiko penyakit yang ditimbulkan akan lebih besar.#
&engan meningkatnya "umlah perokok dan polusi udara sebagai faktor
risiko terhadap penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) maka diduga "umlah
penyakit tersebut "uga akan meningkat. :sia =arapan =idup (::=) di 'ndonesia
pada tahun #** meningkat dari tahun men"adi + tahun pada tahun $, dan
apabila PPOK tidak dapat ditanggulangi dengan baik, maka :== di 'ndonesia
akan men"adi menurun karena per"alanan PPOK bersifat kronik dan progresif.#,
".1." *akt,% Risik,
/aktor resiko PPOK bergantung pada "umlah keseluruhan dari partikel-
partikel iritatif yang terinhalasi oleh seseorang selama hidupnya.
-
8/18/2019 lapkas merenem PPOK
13/30
#. 2sap rokok
isiko PPOK pada perokok tergantung dari dosis rokok yang dihisap, usia
mulai merokok, "umlah batang rokok pertahun dan lamanya merokok ('ndeks
Brinkman) idak semua perokok berkembang men"adi PPOK se!ara klinis,
karena dipengaruhi oleh faktor risiko genetik setiap individu. Perokok pasif
dapat "uga memberi kontribusi ter"adinya ge"ala respirasi dan PPOK,
dikarenakan ter"adinya peningkatan "umlah inhalasi partikel dan gas. Perokok
aktif memiliki prevalensi lebih tinggi untuk mengalami ge"ala respiratorik,
abnormalitas fungsi paru dan mortalitas yang lebih tinggi daripada orang yang
tidak merokok.#
$. Polusi
Berbagai ma!am partikel dan gas yang terdapat di udara sekitar dapat men"adi
penyebab ter"adinya polusi udara. :kuran dan ma!am partikel akan
memberikan efek yang berbeda terhadap timbulnya dan beratnya PPOK. 2gar
lebih mudah mengidentifikasi partikel penyebab, polusi udara terbagi men"adi6
Polusi di dalam ruangan dan di luar ruangan. Kayu, serbuk gerga"i, batu bara
dan minyak tanah yang merupakan bahan bakar kompor men"adi penyebab
tertinggi polusi di dalam ruangan. Ke"adian polusi di dalam ruangan dari asap
kompor dan pemanas ruangan dengan ventilasi kurang baik merupakan faktor
risiko terpenting timbulnya PPOK, terutama pada perempuan di negara
berkembang. Polusi di dalam ruangan memberikan risiko lebih besar ter"adinya PPOK dibandingkan dengan polusi sulfat atau gas buang
kendaraan.#
Bahan bakar biomass yang digunakan oleh perempuan untuk memasak
sehingga meningkatkan prevalensi PPOK pada perempuan bukan perokok di
2sia dan 2frika. Polusi di dalam ruangan diperkirakan akan membunuh $ "uta
perempuan dan anak-anak setiap tahunnya. ingginya polusi udara dapat
menyebabkan gangguan "antung dan paru. 7ekanisme polusi di luar ruangan
-
8/18/2019 lapkas merenem PPOK
14/30
seperti polutan di atmosfer dalam %aktu lama sebagai penyebab PPOK belum
"elas, tetapi lebih ke!il prevalensinya "ika dibandingkan dengan pa"anan asap
rokok. fek relatif "angka pendek, pun!ak pa"anan tertinggi dalam %aktu lama
danpa"anan tingkat rendah adalah pertanyaan yang harus di!ari solusinya.3
3. 'nfeksi saluran nafas berulang
'nfeksi virus dan bakteri berperan dalam patogenesis dan progresifitas PPOK.
Kolonisasi bakteri menyebabkan inflamasi "alan napas, berperan se!ara
bermakna menimbulkan eksaserbasi. 'nfeksi saluran napas berat pada anak
akan menyebabkan penurunan fungsi paru dan meningkatkan ge"ala respirasi
pada saat de%asa. erdapat beberapa kemungkinan yang dapat men"elaskan
penyebab keadaaan ini, karena seringnya ke"adian infeksi berat pada anak
sebagai penyebab dasar timbulnya hiperesponsif "alan napas yang merupakan
faktor risiko pada PPOK. Pengaruh berat badan lahir rendah akan
meningkatkan infeksi viral yang "uga merupakan faktor risiko PPOK. i%ayat
infeksi tuberkulosis berhubungan dengan obstruksi "alan napas pada usia lebih
dari tahun.#
. 8enis kelamin
&ahulu, PPOK lebih sering di"umpai pada laki-laki dibanding %anita. Karena
dahulu, lebih banyak perokok laki-laki dibanding %anita. api de%asa ini
prevalensi pada laki-laki dan %anita seimbang. =al ini dikarenakan oleh
perubahan pola dari merokok itu sendiri. 5amun hal tersebut masih
kontoversial, maskipun beberapa penelitian mengatakan bah%a perokok
%anita lebih rentan untuk terkena PPOK dibandingkan perokok pria. &i
negara berkembang %anita lebih banyak terkena paparan polusi udara yang
berasal dari asap saat mereka memasak.
. tatus sosioekonomi dan status nutrisi
-
8/18/2019 lapkas merenem PPOK
15/30
osial ekonomi sebagai faktor risiko ter"adinya PPOK belum dapat di"elaskan
se!ara pasti. Pa"anan polusi di dalam dan luar ruangan, pemukinan yang padat,
nutrisi yang "elek, dan faktor lain yang berhibungan dengan status sosial
ekonomi kemungkinan dapat men"elaskan hal ini. Peranan nutrisi sebagai
faktor risiko tersendiri penyebab berkembangnya PPOK belum "elas.
7alnutrisi dan penurunan berat badan dapat menurunkan kekuatan dan
ketahanan otot respirasi, karena penurunan masa otot dan kekuatan serabut
otot. Kelaparan dan status anabolik>katabolik berkembang men"adi empisema
pada per!obaan binatang. @ s!an paru perempuan dengan kekurangan nutrisi
akibat anoreksia nervosa menun"ukkan seperti empisema.#
. 2sma
2sma kemungkinan sebagai faktor risiko ter"adinya PPOK, %alaupun belum
dapat disimpulkan. Pada laporan LThe Tucson !pidemiological "tudyM
didapatkan bah%a orang dengan asma #$ kali lebih tinggi risiko terkena
PPOK daripada bukan asma meskipun telah berhenti merokok. Penelitian lain
$1 dari asma akan berkembang men"adi PPOK dengan ditemukannya
obstruksi "alan napas ireversibel.$
0. /aktor ;enetik
PPOK adalah penyakit poligenik dan !ontoh klasik dari interaksi gen-
lingkungan. /aktor risiko genetik yang paling sering ter"adi adalah kekurangan
alpha-# antitrypsin sebagai inhibitor dari protease serin. ifat resesif ini "arang, paling sering di"umpai pada individu origin ropa :tara. &itemukan
pada usia muda dengan kelainan emphysema panlobular dengan penurunan
fungsi paru yang ter"adi baik pada perokok atau bukan perokok dengan
kekurangan alpha-# antitripsin yang berat. Banyak variasi individu dalam hal
beratnya emfisema dan penurunan fungsi paru. 7eskipun kekurangan N-#
antitrypsin yang hanya sebagian ke!il dari populasi di dunia, hal ini
menggambarkan adanya interaksi antara gen dan pa"anan lingkungan yang
-
8/18/2019 lapkas merenem PPOK
16/30
menyebabkan PPOK. ;ambaran di atas men"elaskan bagaimana faktor risiko
genetik berkontribusi terhadap timbulnya PPOK. isiko obstruksi aliran udara
yang diturunkan se!ara genetik telah diteliti pada perokok yang mempunyai
keluarga dengan PPOK berat. =asil penelitian menun"ukkan keterkaitan
bah%a faktor genetik mempengaruhi kerentanan timbulnya PPOK. elah
diidentifikasi kromosom $0 terlibat dalam patogenesis PPOK, termasuk
;/-#, mP=G#dan5/. ;en-gen di atas banyak yang belum pasti ke!uali
kekurangan alpha# antitrypsin.#
".1.' Pat,fisi,l,)i
Karakteristik PPOK adalah keradangan kronis mulai dari saluran napas,
parenkim paru sampai struktur vaskukler pulmonal. &iberbagai bagian paru
di"umpai peningkatan makrofag, limfosit (terutama @&+) dan neutrofil. el-sel
radang yang teraktivasi akan mengeluarkan berbagai mediator seperti 9eukotrien
B, '9+, 5/ yang mampu merusak struktur paru dan atau mempertahankan
inflamasi neutrofilik. &isamping inflamasi ada $ proses lain yang "uga penting
yaitu imbalan!e proteinase dan anti proteinase di paru dan stres oksidatif.#
6ael 1. Pe%uaan pat,l,)is pada PPOK 1
-
8/18/2019 lapkas merenem PPOK
17/30
Perubahan patologis yang khas dari PPOK di"umpai disaluran napas besar
(central airway), saluran napas ke!il ( peripheral airway), parenkim paru dan
vaskuler pulmonal. Pada saluran napas besar di"umpai infiltrasi sel-sel radang
pada permukaan epitel. Kelen"ar-kelen"ar yang mensekresi mukus membesar dan "umlah sel goblet meningkat. Kelainan ini menyebabkan hipersekresi bronkus.
Pada saluran napas ke!il ter"adi inflamasi kronis yang menyebabkan berulangnya
siklus in"ury dan repair dinding saluran napas. Proses perbaikan ini akan
menghasilkan struktur remodeling dari dinding saluran napas dengan peningkatan
kandungan kolagen dan pembentukan "aringan ikat yang menyebabkan
penyempitan lumen dan obstruksi kronis saluran pernapasan. Pada parenkim paru
ter"adi destruksi yang khas ter"adi pada emfisema sentrilobuler. Kelainan ini lebih
sering dibagian atas pada kasus ringan namun bila lan"ut bisa ter"adi diseluruh
lapangan paru dan "uga ter"adi destruksi pulmonary capilary bed .3
Perubahan vaskular pulmonal ditandai oleh penebalan dinding pembuluh
darah yang dimulai se"ak a%al per"alanan ilmiah PPOK. Perubahan struktur yang
pertama kali ter"adi adalah penebalan intima diikuti peningkatan otot polos dan
infiltrasi dinding pembuluh darah oleh sel-sel radang. 8ika penyakit bertambah
-
8/18/2019 lapkas merenem PPOK
18/30
lan"ut "umlah otot polos, proteoglikan dan kolagen bertambah sehingga dinding
pembuluh darah bertambah tebal.3
Pada bronkitis kronis maupun emfisema ter"adi penyempitan saluran
napas. Penyempitan ini dapat mengakibatkan obstruksi dan menimbulkan sesak.
Pada bronkitis kronik, saluran pernapasan yang berdiameter ke!il ($mm)
men"adi lebih sempit dan berkelok-kelok. Penyempitan ini ter"adi karena
metaplasi sel goblet. aluran napas besar "uga menyempit karena hipertrofi dan
hiperplasi kelen"ar mukus. Pada emfisema paru, penyempitan saluran napas
disebabkan oleh berkurangnya elastisitas paru-paru.
".1.( Dia)n,sis
+a!a%an klinis18"8(
a. 2namnesis6
• i%ayat merokok atau bekas perokok dengan atau tanpa ge"ala
pernapasan
• i%ayat terpa"an Aat iritan yang bermakna di tempat ker"a
• i%ayat penyakit emfisema pada keluarga
• erdapat faktor predisposisi pada masa bayi>anak, misal berat badan
lahir rendah (BB9), infeksi saluran napas berulang, lingkungan asap
rokok dan polusi udara
• Batuk berulang dengan atau tanpa dahak
• esak dengan atau tanpa bunyi mengi
b. Pemeriksaan fisik PPOK dini umumnya tidak ada kelainan
• 'nspeksi
- Pursed # lips breathing (mulut setengah terkatup men!u!u)
- $arrel chest
# Penggunaan otot bantu napas
- =ipertropi otot bantu napas
- Pelebaran sela iga
-
8/18/2019 lapkas merenem PPOK
19/30
- Bila telah ter"adi gagal "antung kanan terlihat denyut vena "ugularis
di leher dan edema tungkai
- Penampilan pin% puffer atau blue bloater
• Palpasi
Pada emfisema fremitus melemah, sela iga melebar
• Perkusi
Pada emfisema hipersonor dan batas "antung menge!il, letak
diafragma rendah, hepar terdorong ke ba%ah
•
2uskultasi- suara napas vesikuler normal, atau melemah
- terdapat ronki dan atau mengi pada %aktu bernapas biasa atau pada
ekspirasi paksa
- ekspirasi meman"ang
- bunyi "antung terdengar "auh
Pe!e%iksaan Penun&an) Pemeriksaan rutin6#
a. /aal paru
pirometri (CP#, CP# prediksi, KCP, CP#>KCP)
- Obstruksi ditentukan oleh nilai CP# prediksi ( 1 ) dan atau
CP#>KCP (1).
Obstruksi 6 1 CP#(CP#>CP# pred) +1 CP#1
(CP#>KCP) 0 1
- CP# merupakan parameter yang paling umum dipakai untuk menilai
beratnya PPOK dan memantau per"alanan penyakit.
- 2pabila spirometri tidak tersedia atau tidak mungkin dilakukan, 2P
meter %alaupun kurang tepat, dapat dipakai sebagai alternatif
dengan memantau variabiliti harian pagi dan sore, tidak lebih dari
$1
b. :"i bronkodilator
-
8/18/2019 lapkas merenem PPOK
20/30
- &ilakukan dengan menggunakan spirometri, bila tidak ada gunakan
2P meter.
- etelah pemberian bronkodilator inhalasi sebanyak + hisapan, # -
$ menit kemudian dilihat perubahan nilai CP# atau 2P,
perubahan CP# atau 2P $1 nilai a%al dan $ ml
- :"i bronkodilator dilakukan pada PPOK stabil
b. &arah rutin
=b, =t, leukosit.
!. adiologi
• /oto toraks P2 dan lateral berguna untuk menyingkirkan penyakit
paru lain.
Pada emfisema terlihat gambaran6
- =iperinflasi
- =iperlusen
- uang retrosternal melebar
- &iafragma mendatar
• Pada bronkitis kronik6
- 5ormal
- @orakan bronkovaskuler bertambah pada $# 1 kasus
Pada bronkitis kronis, foto thoraks memperlihatkan tubular
shado% berupa bayangan garis-garis yang paralel keluar dari hilus
menu"u apeks paru dan !orakan paru yang bertambah.
Pada emfisema, foto thoraks menun"ukkan adanya hiperinflasi
dengan gambaran diafragma yang rendah dan datar, pen!iutan
pembuluh darah pulmonal, dan penambahan !ortakan ke distal.
-
8/18/2019 lapkas merenem PPOK
21/30
Hyperinfation
;ambar #. Perbedaan paru normal dan hiperinflasi pada foto thoraks.
Pemeriksaan khusus (tidak rutin)
a. /aal paru
- Colume esidu (C), Kapasiti esidu /ungsional (K/), Kapasiti
Paru otal (KP), C>K/,C>KP meningkat
- &9@O menurun pada emfisema
- a% meningkat pada bronkitis kronik
- ga% meningkat- Cariabiliti =arian 2P kurang dari $ 1
b. :"i latih kardiopulmoner
- epeda statis (ergocycle)
- 8entera (treadmill&
- 8alan menit, lebih rendah dari normal
!. :"i provokasi bronkus
:ntuk menilai dera"at hipereaktiviti bronkus, pada sebagian ke!il
PPOK terdapat hipereaktivitas bronkus dera"at ringan.
d. :"i !oba kortikosteroid
7enilai perbaikan faal paru setelah pemberian kortikosteroid oral
(prednison atau metilprednisolon) sebanyak 3 - mg per hari
selama $minggu yaitu peningkatan CP# pas!abronkodilator F $ 1
dan minimal $ ml. Pada PPOK umumnya tidak terdapat kenaikan
faal paru setelah pemberian kortikosteroid.
e. 2nalisis gas darah
-
8/18/2019 lapkas merenem PPOK
22/30
erutama untuk menilai 6
- ;agal napas kronik stabil
- ;agal napas akut pada gagal napas kronik
f. adiologi
- @ - !an resolusi tinggi
7endeteksi emfisema dini dan menilai "enis serta dera"at emfisema
atau bula yang tidak terdeteksi oleh foto toraks polos.
- !an ventilasi perfusi
7engetahui fungsi respirasi paru
g. lektrokardiografi
7engetahui komplikasi pada "antung yang ditandai oleh P pulmonal
dan hipertrofi ventrikel kanan.
h. kokardiografi
7enilai funfsi "antung kanan
i. Bakteriologi
Pemerikasaan bakteriologi sputum pe%arnaan ;ram dan kultur
resistensi diperlukan untuk mengetahui pola kuman dan untuk
memilih antibiotik yang tepat. 'nfeksi saluran napas berulang
merupakan penyebab utama eksaserbasi akut pada penderita PPOK di
'ndonesia.
". Kadar alfa-# antitripsin
Kadar antitripsin alfa-# rendah pada emfisema herediter (emfisema
pada usia muda), defisiensi antitripsin alfa-# "arang ditemukan di
'ndonesia.
".1. Klasifikasi1
abel #. Klasifikasi PPOK
Klasifikasi
Pen$akit
+e&ala Spi%,!et%i
-
8/18/2019 lapkas merenem PPOK
23/30
ingan - idak ada ge"ala %aktu istirahat atau
bila eDer!ise
- idak ada ge"ala %aktu istirahat tetapi
ge"ala ringan pada latihan sedang
(misal 6 ber"alan !epat, naik tangga)
CP F +1
prediksi
CP>KCP 01
edang -idak ada ge"ala %aktu istirahat tetapi
mulai terasa pada latihan > ker"a
ringan (misal 6 berpakaian)
-;e"ala ringan pada istirahat
CP 3 - +1
prediksi
CP>KCP
01
Berat - ;e"ala sedang pada %aktu istirahat
-;e"ala berat pada saat istirahat
-anda-tanda korpulmonal
CP#31
prediksi
CP#>KCP 01
".1.9 Penatalaksanaan
u"uan penatalaksanaan PPOK men!akup beberapa komponen yaitu6#
#. 7engurangi ge"ala
$. 7en!egah progresifitas penyakit
3. 7eningkatkan toleransi latihan
. 7eningkatkan status kesehatan
. 7en!egah dan menangani komplikasi
. 7en!egah dan menangani eksaserbasi
0. 7enurunkan kematian
Penatalaksanaan se!ara umum PPOK meliputi 6#
#. dukasi$. Obat-obatan3. erapi oksigen. Centilasi mekanik . 5utrisi. ehabilitasi
a. Edukasi
-
8/18/2019 lapkas merenem PPOK
24/30
'nti dari edukasi adalah menyesuaikan keterbatasan aktivitas dan men!egah
ke!epatan perburukan fungsi paru. e!ara umum bahan edukasi yang harus
diberikan adalah 6
• Pengetahuan dasar tentang PPOK
• Obat-obatan, manfaat dan efek sampingnya
• @ara pen!egahan perburukan penyakit
• 7enghindari pen!etus (merokok)
• Penyesuaian aktifitas
dukasi merupakan hal penting dalam pengelolaan "angka pan"ang pada
PPOK stabil, karena PPOK merupakan penyakit kronik progresif yang ireversibel.
dukasi berdasarkan dera"at penyakit6
Rin)an
• Penyebab dan pola penyakit PPOK yang ireversibel
• 7en!egah penyakit men"adi berat dengan menghindari pen!etus, antara
lain berhenti merokok
• egera berobat bila timbul ge"ala
Sedan)
• 7enggunakan obat dengan tepat
• 7engenal dan mengatasi eksaserbasi dini
• Program latihan fisik dan pernapasan
Be%at
• 'nformasi tentang komplikasi yang dapat ter"adi
• Penyesuaian aktiviti dengan keterbatasan
• Penggunaan oksigen di rumah
. Oat:,atan18(889
a. Bronkodilator &iberikan se!ara tunggal atau kombinasi dari ketiga "enis bronkodilator dan
disesuaikan dengan klasifikasi berat dera"at penyakit. Pemilihan bentuk obat
diutamakan inhalasi (dihisap melalui saluran nafas), nebuliser tidak dian"urkan
pada penggunaan "angka pan"ang. Pada dera"at berat diutamakan pemberian
obat lepas lambat 'slow release) atau obat berefek pan"ang (long acting ).
-
8/18/2019 lapkas merenem PPOK
25/30
7a!am-ma!am bronkodilator adalah 6 golongan antikolinergik, golongan
agonis beta-$, kombinasi antikolinergik dan beta-$ dan golongan Dantin. b. 2nti inflamasi
&igunakan apabila ter"adi eksaserbasi akut dalam bentuk oral (diminum) atau
in"eksi intravena (ke dalam pembuluh darah). 'ni berfungsi untuk menekan
inflamasi yang ter"adi. &ipilih golongan metilpradnisolon atau prednison.!. 2ntibiotika
=anya diberikan bila terdapat infeksi. 2ntibiotik yang digunakan untuk lini
pertama adalah amoksisilin dan makrolid. &an untuk lini kedua diberikan
amoksisilin dikombinasikan dengan asam klavulanat, sefalosporin, kuinolon
dan makrolid baru.d. 2ntioksidan
&apat mengurangi eksaserbasi dan memperbaiki kualitas hidup. &igunakan 5-
asetilsistein, dan dapat diberikan pada PPOK dengan eksaserbasi yang sering,
tidak dian"urkan sebagai pemberian yang rutin.e. 7ukolitik (pengen!er dahak)
=anya diberikan terutama pada eksaserbasi akut, karena akan memper!epat
perbaikan eksaserbasi, terutama pada bronkitis kronik dengan sputum yang
kental. etapi obat ini tidak dian"urkan untuk pemakaian "angka pan"ang.
f. 2ntitusif &iberikan dengan hati-hati.
;. 6e%api ,ksi)en
Pada PPOK ter"adi hipoksemia progresif dan berkepan"angan yang
mengakibatkan kerusakan sel dan "aringan. Pemberian terapi oksigen merupakan
hal yang sangat penting untuk mempertahankan oksigenasi dalam sel dan
men!egah kerusakan sel baik di otot maupun organ-organ lainnya.
d.
-
8/18/2019 lapkas merenem PPOK
26/30
e. Nut%isi
7alnutrisi pada pasien PPOK sering ter"adi, disebabkan karena
bertambahnya kebutuhan energi akibat ker"a muskulus respiratorik yang
meningkat karena hipoksemia kronik dan hiperaapni menyebabkan ter"adinya
hipermetabolisme.
f. Reailitasi
ehabilitasi PPOK bertu"uan untuk meningkatkan toleransi latihan dan
memperbaiki kualitas hidup penderita dengan PPOK. Program ini dapat
dilaksanakan baik di luar maupun di dalam umah akit oleh suatu tim Program
rehabilitasi ini terdiri dari latihan fisik, psikososial dan latihan pernapasan.
Prinsip Penatalaksanaan PPOK pada eksaserbasi akut adalah mengatasi
segera eksaserbasi yang ter"adi dan men!egah ter"adinya gagal napas. Beberapa
hal yang harus diperhatikan meliputi6
1. &iagnosis beratnya eksaserbasi2. erapi oksigen adekuat
u"uan terapi oksigen adalah untuk memperbaiki hipoksemi dan men!egah
keadaan yang mengan!am "i%a. ebaiknya dipertahankan PaO$F
mm=g atau at O$F *1, evaluasi ketat hiperkapnoe. Bila terapi oksigen
tidak dapat men!apai kondisi oksigen adekuat, harus gunakan ventilasi
mekanik, bila tidak berhasil gunakan intubasi.". Pemberian obat-obatan yang adekuat
2ntibiotik
Bronkodilator
Kortikosteroid
'. idak terlalu diberikan tergantung dera"at eksaserbasi. Pada eksaserbasi
dera"at sedang diberikan prednison 3 mg>hari selama #-$ minggu, pada
dera"at berat diberikan intravena. Pemerian lebih dari $ minggu tidak
memberikan hasil yang lebih baik, tetapi banyak menimbulkan efek
samping.(. 5utrisi adekuat untuk men!egah starvation yang disebabkan hipoksemia
berkepan"angan, dan menghindari kelelahan otot bantu napas.. Centilasi mekanik
9. Kondisi lain yang berkaitan
-
8/18/2019 lapkas merenem PPOK
27/30
7onitor balans !airan elektrolit
Pengeluaran sputum
;agal "antung aritmia.
valuasi ketat progresivitas penyakit
-
8/18/2019 lapkas merenem PPOK
28/30
BAB I<
ANALISIS KASUS
&ari hasil anamnesis didapatkan pasien laki-laki, 3 tahun datag dengan
keluhan utama sesak nafas se"ak # hari 7. e"ak 3 minggu sebelum masuk
rumah sakit, penderita mengeluhkan batuk yag hilang timbul, berdahak %arna
putih. Pasien "uga demam tidak terlalu tinggi, naik turun, tetapi pasien belum
berobat. e"ak # minggu sebelum masuk rumah sakit, penderita merasa sesak
napas bila beraktivitas seperti ber"alan # meter dan membaik kembali bila
penderita beristirahat. esak tidak dipengaruhi oleh posisi, emosi, dan !ua!a.
Penderita tidak pernah terbangun pada malam hari karena sesak. B2B dan B2K
normal. e"ak # hari sebelum masuk kerumah sakit, pasien mengeluh sesak nafas
bertambah, sesak dirasakan saat ber"alan # meter, sesak tidak dipengaruhi oleh
posisi, emosi, dan !ua!a. Penderita merasa sesak berkurang dengan beristirahat.
Penderita merasa lebih nyaman pada posisi duduk. Penderita tidak pernah
terbangun pada malam hari karena sesak. batuk (
-
8/18/2019 lapkas merenem PPOK
29/30
lapang paru, batas ba%ah paru yang turun, serta ditemukan ronkhi basah halus dan
%heeAing ekspirasi di kedua lapang paru. &ari pemeriksaan fisik dapat
disimpulkan bah%a ter"adi kelainan paru berupa emfisema yang merupakan tanda
dari PPOK. =al ini "uga didukung dari pemeriksaan penun"ang berupa hiperairasi,
cor pendulum, !orakan bronkovesikuler meningkat yang didapat dari rontgen
thoraD.
Penatalaksanaan pada pasien ini dapat dilakukan se!ara farmakologis dan
non farmakologis. u"uan penatalaksanaan pada pasien untuk melakukan
penstabilan serangan dan mempertahankan kondisi se!ara umum. Pemberian
kombinasi terapi antikolinergik dengan agonis Beta-$ dapat diberikan untuk
mengurangi sesak dan mengurangi sekresi lendir. Pasien mengalami eksaserbasi
akut sehingga dapat dilakukan pemberian se!ara inhalasi. &ilakukannya observasi
setiap hari mengenai keluhan sesak pada pasien. Pemeliharaan "angka pan"ang
dapat digunakan golongan lepas lambat seperti golongan Dantin. elain itu pada
eksaserbasi akut "uga diberikan anti-inflamasi untuk menekan proses inflamasi
yang ter"adi dengan pemberian kortikosteroid. Pada pasien perlu diberikan
informasi dan edukasi mengenai komplikasi yang dapat ter"adi.
-
8/18/2019 lapkas merenem PPOK
30/30
DA*6AR PUS6AKA
#. Budi 2, et al. Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK)6 &iagnosis dan
Penatalaksanaan. Perhimpunan &okter Paru 'ndonesia. 8akarta. $##.
$. 4=O. @hroni! Ostru!tive Pulmonary &isease (@OP&). $#$. Qdiakses
pada tanggal 3 2pril $#, tersedia di6
http6>>%%%.%ho.int>respiratory>!opd>en>3. 2sia Pa!ifi! @OP& oundtable ;roup. ;lobal 'nitiative for @hroni!
Obstru!tive 9ung &isease strategy for the diagnosis, management and
prevention of !hroni! obstru!tive pulmonary disease6 an 2sia-Pa!ifi!
perspe!tive. espirology. $R#(#)6 *-#0.
. =edge B7, et al. @hroni! Ostru!tive Pulmonary &isease. (uwait )edical
*ournal . $##. 36 3
. iyanto B, =isyam B $. Obstruksi aluran Pernafasan 2kut. Buku
2"ar 'lmu Penyakit &alam disi . 8akarta6 Pusat Penerbitan &epartemen
'P& /K:', p. *+-.
. &rummond 7B, &asenbrook @, PitA 74, et all $##. 'nhaled
@orti!osteroids in Patients 4ith table @hroni! Obstru!tive Pulmonary
&isease. 8ournal of 2meri!an 7edi!al 2sso!iation, p. $+-$#.
0. 9usuardi et.al. ;O9& severity stratifi!ation and risk of hospitaliAation for
@OP& eD!a!erbation. 7onaldi 2r!h @hest &is, $+,*Q#S6 ##-0
http://www.who.int/respiratory/copd/en/http://www.who.int/respiratory/copd/en/