lapfis oklusi
DESCRIPTION
vhvjTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Oklusi didefinisikan sebagai kontak antara gigi-geligi yang saling
berhadapan secara langsung (tanpa perantara) dalam suatu hubungan
biologis yang dinamis antara semua komponen sistem stomatognatik
terhadap permukaan gigi-geligi yang berkontak dalam keadaan berfungsi
berkontak dalam keadaan berfungsi. Berdasarkan hal tersebut, maka dapat
diketahui bahwa oklusi bukanlah merupakan suatu proses statik yang
hanya dapat diketahui bila seseorang menutup mulut sampai gigi geliginya
mengalami kontak. Beberapa ahli menyatakan bahwa oklusi dibentuk oleh
suatu sistem struktur yang terintegrasi antara sistem otot-otot mastikasi
dan sistem neuromuskuler, sendi temporomandibular (STM) dan gigi geligi
(Suhartini, dkk. 2016). Posisi oklusi gigi-geligi berperan besar dalam keadaan
fisiologis. Selain factor fisiologis, kenyamanan merupakan factor penting lain
yang menyebabkan oklusi gigi-geligi perlu diperhatikan secara tepat dan
akurat. Posisi dan oklusi gigi berperan penting dalam mengunyah dan
menelan.
1.2 Tujuan
1. Mahasiswa mampu mengetahui definisi oklusi
2. Mahasiswa mampu mengetahui jenis-jenis oklusi dan melakukan
pemeriksaan atau identifikasi jenis-jenis oklusi
3. Mahasiswa mampu mengetahui hubungan maksila dan mandibula
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Oklusi
Definisi Oklusi
Oklusi berasal dari kata occlusion, yang terdiri dari dua kata yakni oc
yang berarti ke atas (up) dan clusion yang berarti menutup (closing). Jadi
occlusion adalah closing up atau menutup ke atas. Dengan demikian
pengertian oklusi adalah berkontaknya gigi geligi rahang atas dengan
permukaan gigi geligi rahang bawah pada saat kedua rahang tersebut
menutup (Sinaga, BA. 2011).
Pada tahun 1907, Angle menyimpulkan pandangannya bahwa
oklusi merupakan dasar pengetahuan ortodonti. Bentuk tonjol gigi, mahkota,
akar gigi, dan struktur jaringan pengikat gigi disusun sedemikian rupa untuk
tujuan utama yaitu oklusi. Angle mendefinisikan oklusi sebagai hubungan
normal dari dataran miring permukaan oklusal gigi geligi atas bawah apabila
rahang atas dan rahang bawah menutup (Sinaga, BA.2011).
Definisi lain dari oklusi adalah perubahan hubungan permukaan
gigi geligi pada maksila dan mandibula, yang terjadi selama pergerakan
mandibula dan berakhir dengan kontak penuh dari gigi geligi pada kedua
rahang. Oklusi terjadi karena adanya interaksi antara dental system,
skeletal system, dan muscular system (Soeyoto. 2009).
Oklusi antara gigi-gigi rahang atas dan bawah dapat terjadi oleh karena
aktifitas otot-otot kunyah. Semua otot-otot mastikasi atau kunyah berfungsi
pada semua pergerakan mandibula, baik untuk fase kontraksi maupun
relaksasi. Adapun otot-otot yang berperan di dalam proses mastikasi adalah :
M. Temporalis (elevator), M. Masseter (elevator), M. Disgastric (ant.Belly)
(depressor), M. Pterygoideus Eksternus (depressor), M Pterygoedeus Internus
(elevator), M. Mylohyoideus (depressor), M. Geniohyoid (depressor).
2
Konsep Dasar Oklusi
1. Oklusi Seimbang
Oklusi dikatakan baik/benar apabila hubungan kontak antara
gigi geligi pada rahang bawah (RB) dan rahang atas (RA) memberikan
tekanan yang seimbang pada kedua sisi rahang, baik dalam keadaan
sentrik, maupun eksentrik (Suhartini, dkk. 2016).
2. Oklusi Morfologik
Oklusi dikatakan baik/benar dinilai melalui hubungan antara
gigi geligi pada rahang bawah dan rahang atas pada saat gigi tersebut
berkontak. Konsep ini menitikberatkan pada sisi morfologiknya saja
(Suhartini, dkk. 2016).
3. Oklusi Fungsional
Konsep ini menyatakan bahwa efektifitas fungsional tak dapat
ditentukan oleh gubungan hirroglyphics (cusp, ridge, dan groove)
saja, tetapi ada keserasian antara komponen yang berperan dalam
proses terjadinya kontak antara gigi geligi tersebut.
Jenis Oklusi Gigi Geligi
1. Oklusi ideal
Oklusi dikatakan ideal apabila susunan gigi dalam lengkung
rahang teratur dengan baik serta terdapat hubungan yang harmonis
antara gigi rahang atas dengan rahang bawah, hubungan seimbang
antar gigi, tulang rahang, terhadap tengkorak, dan otot sekitarnya yang
dapat memberikan keseimbangan fungsional sehingga memberikan
estetika yang baik (Sinagar, BA. 2011)
2. Oklusi normal
Menurut Leory Johnson menggambarkan oklusi normal sebagai
suatu kondisi oklusi yang berfungsi secara harmonis dengan proses
metabolic untuk mempertahankan struktur penyangga gigi dan rahang
berada dalam keadaan sehat. Oklusi gigi-geligi secara normal dapat
dikelompokkan dalam 2 jenis, yaitu:
3
a. Oklusi statik
Merupakan hubungan gigi geligi rahang atas (RA) dan
rahang bawah (RB) dalam keadaan tertutup atau hubungan daerah
kunyah gigi-geligi dalam keadaan tidak berfungsi (statik). Pada
oklusi statik, hubungan cusp fungsional gigi geligi posterior
(premolar) berada pada posisi cusp to marginal ridge dan cusp
fungsional gigi molar pada posisi cusp to fossa. Sedang pada
hubungan gigi anterior dapat ditentukan jarak gigit (overjet) dan
tinggi gigit (overbite) dalam satuan milimeter (mm). Jarak gigit
(overjet) adalah jarak horizontal antara incisal edge gigi incisivus
RA terhadap bidang labial gigi insisivus pertama RB. Dan tinggi
gigit (overbite) adalah jarak vertikal antara incisal edge RB sampai
incisal edge RA (Suhatini, dkk. 2011).
b. Oklusi dinamik
Merupakan hubungan antara gigi geligi RA dan RB pada saat
seseorang melakukan gerakan mandibula ke arah lateral (samping)
ataupun kedepan (antero-posterior). Oklusi dinamik timbul akibat
gerakan mandibula ke lateral, kedepan (anterior) dan kebelakang
(posterior). Oklusi yang terjadi karena pergerakan mandibula ini
sering disebut artikulasi. Pada gerakan ke lateral akan ditemukan
sisi kerja (working side) yang ditunjukan dengan adanya kontak
antara cusp bukal RA dan cusp molar RB; dan sisi keseimbangan
(balancing side). Working side dalam oklusi dinamik digunakan
sebagai panduan oklusi (oklusal guidance), bukan pada balancing
side (Suharini, dkk. 2011).
3. Oklusi sentrik
Posisi kontak maksimal dari gigi geligi pada waktu mandibula
dalam keadaan sentrik, yaitu kedua kondisi berada dalam posisi
bilateral simetris di dalam fossanya. Sentris atau tidaknya posisi
mandibula ini sangat ditentukan oleh panduan yang diberikan oleh
kontak antara gigi pada saat pertama berkontak. Keadaan ini akan
4
mudah berubah bila terdapat gigi supra posisi ataupun overhanging
restoration (Suhartini, dkk. 2011).
Kontak gigi geligi karena gerakan mandibula dapat diklasifikasikan
sebagai berikut:
a. Intercupal Contact Position (ICP), adalah kontak maksimal antara gigi
geligi dengan antagonisnya
b. Retruded Contact Position (RCP), adalah kontak maksimal antara gigi
geligi pada saat mandibula bergerak lebih ke posterior dari ICP,
namun RB masih mampu bergerak secara terbatas ke lateral.
c. Protrusif Contact Position (PCP) adalah kontak gigi geligi anterior
pada saat RB digerakkan ke anterior
d. Working Side Contact Position (WSCP) adalah kontak gigi geligi pada
saat RB digerakkan ke lateral.
Selain klasifikasi diatas, secara umum pola oklusi akibat gerakan RB
dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
a. Bilateral balanced occlusion, bila gigi geligi posterior pada kerja dan
sisi keseimbangan, keduanya dalam keadaan kontak
b. Unilateral balanced occlusion, bila gigi geligi posterior pada sisi kerja
kontak dan sisi keseimbangan tidak kontak
c. Mutually protected occlusion, dijupai kontak ringan pada gigi geligi
anterior, sedang pada gigi posterior
d. Tidak dapat ditetapkan, bila tidak dikelompokkan dalamklasifikasi
diatas
2.2 Hubungan Maksila dengan Mandibula
Relasi sentrik merupakan hubungan mandibula terhadap maksila, yang
menunjukkan posisi mandibula terletak 1-2 mm lebih kebelakang dari oklusi
sentris (mandibula terletak paling posterior dari maksila) atau kondil terletak
paling distal dari fossa glenoid, tetapi masih dimungkinkan adanya gerakan
5
dalam arah lateral. Pada keadaan kontak ini gigi-geligi dalam keadaan
Intercuspal Contact Position (ICP) atau dapat dikatakan bahwa ICP berada
pada posisi RCP (Suhartini, dkk. 2011).
Jarak inter-oklusal (Psychological Rest Position) yaitu Jarak antara
oklusal premolar RA dan RB dalam keadaan istirahat, rileks dan posisi tegak
lurus. Pada keadaan ini otot-otot pengunyahan dalam keadaan istirahat, hal ini
menunjukan otot-otot kelompok elevator dan depresor tonus dan kontraksinya
dalam keadaan seimbang, dan kondili dalam keadaan netral atau tidak tegang.
Posisi ini dianggap konstan untuk tiap individu (Suhartini, dkk. 2011).
6
BAB III
METODE PERCOBAAN
3.1 Alat dan Bahan
1. Kaca mulut (2 buah)
2. Pinset
3. Sonde
4. Nierbekken
5. Dappen glass
6. Sarung tangan
7. Masker mulut
8. Jangka dan penggaris
9. Cotton pellet
10. Tampon
11. Alkohol
12. Articulating paper
3.2 Langkah Kerja
3.2.1 Pemeriksaan Oklusi Sentrik
1. Siapkan orang coba untuk duduk dengan tenang
2. Instruksikan untuk membuka mulut, dilanjutkan menutup mulut sampai
gigi geligi kedua rahang saling menyentuh
3. Instruksikan orang coba untuk mempertahankan posisi tersebut
4. Perhatikan posisi kontak maksimal dari gigi geligi pada waktu mandibula
dalam keadaan sentrik
5. Catat hubungan gigi-gigi posterior rahang atas terhadap lawannya
3.2.2 Pemeriksaan Relasi Sentrik
1. Siapkan orang coba untuk duduk dengan tenang
2. Instruksikan untuk membuka mulut, dilanjutkan menutup mulut sampai
gigi geligi kedua rahang saling menyentuh berulang 3 kali
7
3. Perhatikan dan catat jarak horizontal insisif rahang atas terhadap bidang
labial insisif rahang bawah dengan menggunakan ujung jangka yang
selanjutnya diukur menggunakan penggaris
4. Orang coba diinstruksikan menggerakkan mandibula ke belakang dengan
cara operator mendorong secara perlahan mandibula ke belakang untuk
mendapatkan relasi sentrik
5. Instrukikan orang coba untuk mempertahankan posisi tersebut
6. Perhatikan dan catat jarak horizontal insisal insisif rahang atas terhadap
bidang labial insisif rahang bawah dengan menggunakan ujung jangka
yang selanjutnya diukur pada penggaris
3.2.3 Pemeriksaan Physiological Rest Position
1. Siapkan orang coba untuk duduk dengan tenang
2. Instruksikan untuk membuka mulut, dilanjutkan menutup mulut sampai
gigi geligi kedua rahang saling menyentuh
3. Cobalah menentukan posisi non oklusal mandibula yaitu Physiological
Rest Position, yaitu orang coba diinstruksikan melakukan posisi istirahat
dari mandibula (dalam keadaan rileks dan posisi tegak lurus). Perhatikan
otot-otot dalam keadaan istirahat (hal ini menunjukkan otot-otot kelompok
elevator dan depressor tonus kontraksinya dalam keadaan seimbang dan
kondili dalam keadaan netral atau tidak tegang). Posisi ini dianggap
konstan untuk tiap individu
4. Usahakan untuk membuka kedua bibir orang tanda menimbulkan garakan
pada rahangnya
5. Ukur jarak antar oklusal sebagai free way space.
3.2.4 Pemeriksaan Oklusi Statik
1. Siapkan orang coba untuk duduk dengan tenang
2. Instruksikan untuk membuka mulut, dilanjutkan menutup mulut sampai
gigi geligi kedua rahang menyentuh
8
3. Perhatikan hubungan gigi geligi anterior untuk menentukan overjet dan
overbite.
4. Ukur jarak horizontal insisal insisif rahang atas terhadap bidang labial
insisif rahang bawah (overjet)
5. Ukur jarak vertikal insisal innsisif rahang atas terhadap insisal insisif
rahang bawah (overbite)
6. Selanjutnya orang coba diinstruksikan untuk membuka mulut kembali
7. Letakkan articulating paper di atas permukaan oklusal gigi dan
instruksikan orang coba untuk menutup mulut sampai gigi geligi kedua
rahang menyentuh
8. Lakukan gerakan ini berulang-ulang (3-5 kali)
9. Perhatikan hubungan gigi geligi posterior untuk menentukan relasi gigi
posterior cusp to marginal ridge dan relasi gigi posterior cusp to fossa.
10. Catat gigi manakah (pada rahang atas dan bawah) dijumpai cusp to
marginal ridge yaitu cusp fungsional gigi rahang atas dan bawah saling
bersandar pada marginal ridge gigi posterior lawannya
11. Catat pada gigi manakah (pada rahang atas dan bawah) dijumpai cusp to
fossa yaitu cusp fungsional rahang atas dan bawah saling bersandar pada
fossa gigi posterior lawannya
3.2.5 Pemeriksaan Oklusi Dinamik
1. Siapkan orang coba untuk duduk dengan tenang
2. Instruksikan untuk membuka mulut, dilanjutkan menutup mulut sampai
gigi geligi kedua rahang menyentuh
3. Orang coba diminta menggerakkan rahang bawah ke lateral (kanan dan
kiri bergantian) sampai didapatkan posisi cusp bukal rahang atas dan
bawah bersentuhan
4. Tentukan tipe oklusi dinamik orang coba berdasarkan keadaan :
a. Bila seseorang melakukan gerakan mandibula ke lateral, maka
pada sisi kerja (working side) didapatkan keadaan yang kontak,
sedangkan pada sisi keseimbangan (balancing side) juga
9
didapatkan keadaa yang berkontak, maka dikategorikan Bilateral
Balanced Oclusion.
b. Bila seseorang melakukan gerakan mandibula ke lateral, maka
pada sisi kerja (working side) didapatkan keadaan yang kontak,
sedangkan pada sisi keseimbangan (balancing side) tidak
didapatkan keadaan yang berkotak, maka dikategorikan Unilateral
Balanced Oclusion.
c. Bila seseorang melakukan gerakan mandibula ke lateral, maka
pada isi kerja (working side) dan sisi keseimbangan (balancing
side) tidak didapatkan keadaan yang berkontak. Kontak ringan
hanya terjadi pada gigi anterior. Oklusi dinamik dikategorikan
Mutually Protected Oclusion.
3.2.6 Pemeriksaan Oklusi yang Ideal
1. Siapkan orang coba untuk duduk dengan tenang
2. Instruksikan untuk membuka mulut, dilanjutkan menutup mulut sampai
gigi geligi kedua rahang menyentuh
3. Perhatikan dan catat, ketika orang coba meakukan oklusi sentris apakah
hubungan kedua rahang stabil
4. Perhatikan dan catat, ketika orang cova melakukan a) oklusi sentrik, b)
pergerakan relasi sentries ke oklusi sentries, c) pergerakan mandibula ke
anterior, apakah mengalami hambatan
5. Perhatikan dan catat, ketika orang coba melakukan pergerakan mandibula
ke segala arah, apakah mengalami hambatan.
6. Peratikan dan catat ketika orang coba melakukan Inrcuspal Contact
Position (IPC), Returded Contact Position (RPC), dan Protrusif Contact
Position (PCP)
Keterangan :
a. Untuk mendapatka Intercuspal Contact Position, maka orang coba
diinstruksikan gerakan membuka dan menutup mulut. Ulangi gerakan
itu dengan melektakkan articulating paper pada permukaan oklusal.
10
Perhatikan apakah ada spot/bercak yang tebak tidak merata. Catat pada
gigi berapakah didapatkan spot yang tampak tebal dibandingkan pada
spot gigi lainnya
b. Untuk mendapatka Returded Contact Position, maka orang coba
diinstruksikan gerakan membuka dan menutup mulut. Ulangi gerakan
itu dengan melektakkan articulating paper pada permukaan oklusal.
Perhatikan apakah ada spot/bercak yang tebak tidak merata. Catat pada
gigi berapakah didapatkan spot yang tampak tebal dibandingkan pada
spot gigi lainnya
c. Untuk mendapatka Protrusif Contact Position, maka orang coba
diinstruksikan gerakan membuka dan menutup mulut. Ulangi gerakan
itu dengan melektakkan articulating paper pada permukaan oklusal.
Perhatikan apakah ada spot/bercak yang tebak tidak merata. Catat pada
gigi berapakah didapatkan spot yang tampak tebal dibandingkan pada
spot gigi lainnya
11
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Percobaan
4.1.1 Pemeriksaan Oklusi Sentrik
Relasi Gigi Nomor gigi
Rahang Atas 27 26 25 24 14 15 16 17
Rahang Bawah 37 36 35-36 34-35 44-45 45-46 46 47
4.1.2 Pemeriksaan Relasi Sentrik
Relasi Mandibula Terhadap Maksila Overjet (mm)
Oklusi Sentrik 2 mm
Relasi Sentrik 3 mm
4.1.3 Pemeriksaan Physiological Rest Position
Relasi Mandibula Terhadap Maksila Free Way Space (mm)
Physiological Rest Position 3 mm
12
4.1.4 Pemeriksaan Oklusi Statik
Relasi Gigi Anterior Jarak (mm)
Overjet 2 mm
Overbite 3 mm
Cusp to marginal ridge14 15
44 45
Cusp to fossa16 17 26 27
46 47 36 37
4.1.5 Pemeriksaan Oklusi Dinamik
Tipe oklusi dinamik orang coba
Bilateral Balanced Oclusion
Unilateral Balanced Oclusion
Mutually Balanced Oclusion
Tidak dapat didefiniskan
13
4.1.6 Pemeriksaan Oklusi Ideal
No Indikator Ya Tidak
1.Saat melakukan oklusi sentries, apakah hubungan kedua
rahang stabil?
2.Saat melakukan oklusi sentrik, apakah mengalami
hambatan?
3.Saat melakukan pergerakan relasi sentries ke okusi
sentries, apakah mengalami hambatan?
4.Saat melakukan pergerakan mandibula ke anterior, apakah
mengalami hambatan?
5.Apakah ada kontak prematur pada saat Intercuspal
Contact Position (IPC)?
6.Apakah ada kontak prematur pada saat Returded Contact
Position (RPC)?
7.Apakah ada kontak prematur pada saat Protrusif Contact
Position (PPC)?
Jika ada kontak prematur, catat pada tabel berikut :
No Relasi Gigi Gigi yang Mengalami Kontak Prematur
1. ICP17
47
2. RCP24
34
3. PPC
14
Kesimpulan : Oklusi gigi normal/tidak normal
4.2 Pembahasan
4.2.1 Pemeriksaan Oklusi Sentrik
Berdasarkan hasil pemeriksaan terhadap praktikum yang telah
dilakukan pada orang coba pertama yang berjenis kelamin perempuan,
didapatkan data oklusi sentrik terjadinya hubungan oklusi yang seimbang
pada regio kiri, yaitu gigi 27 kontak dengan gigi 37, gigi 26 kontak dengan
gigi 36, gigi 25 kontak dengan gigi 35 dan 36, dan gigi 24 kontak
dengan gigi 34 dan 35. Sedangkan pada regio kanan, gigi 14 kontak dengan
gigi 44 dan 45, gigi 15 kontak dengan gigi 45 dan 46, gigi 16 kontak dengan
gigi 46, gigi 17 kontak dengan gigi 47. Oklusi sentrik adalah posisi kontak
maksimal dari gigi geligi pada saat mandibula dalam keadaan sentrik,
yaitu kedua kondil berada dalam posisi bilateral simetris di dalam
fossanya.
Dari hasil pemeriksaan didapatkan tidak semua gigi berkontak tepat
dengan antagonisnya melainkan ada yang berkontak dengan antagonis
gigi tetangga
4.2.2 Pemeriksaan Relasai Sentrik
Relasi sentrik merupakan hubungan mandibula terhadap maksila yang
menunjukkan posisi mandibula terletak 1-2 mm lebih ke belakang dari
oklusi sentris atau kondil terletak paling distal dari fossa glenoid,
tetapi masih dimungkinkan adanya gerakan dalam arah lateral. Pada
keadaan kontak ini, gigi geligi dalam keadaan intercuspal contact
position (ICP) atau dapat dikatakan bahawa ICP berada dalam posisi RCP.
Berdasarkan hasil pemeriksaan yang telah dilakukan, hubungan
maksila terhadap mandibula (pemeriksaan relasi sentrik) pada orang
coba ditemukan jarak gigi (overjet) saat oklusi sentris adalah 2 mm
pada gigi insisivus. Sedangkan jarak pergeseran dari posisi ICP
(intercuspal contact position) ke RCP (retruded contat position) adalah
sebesar 1 mm atau dapat dikatakan relasi sentriknya 3 mm.
15
4.2.3 Pemeriksaan Physiological Rest Position
Psychological rest position bertujuan untuk menunjukkan bahwa
ketika otot-otot pengunyahan berelaksasi maka gigi geligi rahang atas
dan rahang bawah tidak berkontak sama sekali dan posisi kondilus
pada sendi temporomandibular juga pada posisi netral dan terletak
tepat pada fossa glenoidnya yang ditandai dengan adanya free way
space yang lebarnya tergantung dengan umur, pada anak-anak lebih
lebar dibandingkan dengan orang lanjut usianya. Umumnya lebar free way
space berkisar antara 2-6 mm. Selain itu, gigi geligi tidak berkontak atau
dalam keadaan statis dan posisi istirahat ujung lidah pada permukaan
palatal dari gigi insisivus pertama atas.
Berdasarkan hasil pengamatan, ditemukan free way space dengan
lebar 3 mm. Hal ini menunjukkan bahwa keadaan free way space orang
coba dalam keadaan normal
4.2.4 Pemeriksaan Oklusi Statik
Oklusi statis adalah kontak statis dari gigi-gigi rahang atas dan rahang
bawah. Oklusi fungsional adalah gerak dinamis dari gigi-gigi rahang bawah
dengan gigi-gigi yang saling berkontak. Berdasarkan hasil pemeriksaan
yang telah dilakukan pada orang coba ditemukan hubungan gigi geligi
posterior (cusp fungsional) untuk menentukan relasi gigi posterior cusp
to marginal ridge dan relasi gigi posterior cusp to fossa.
Relasi gigi posterior cusp to marginal ridge terjadi pada gigi 14
dengan 44 dan 15 dengan 45 sedangkan relasi gigi posterior cusp to fossa
terjadi pada gigi 16 dengan 46, 17 denan 47, 26 dengan 36, dan 27 dengan
37.
Lengkung rahang antara rahang atas dan rahang bawah dapat
mempengaruhi keadaan oklusi statis pada orang coba. Jarak gigit (overjet)
dan tinggi gigit (overbite) normal adalah 1-3 mm tetapi pada orang
coba ditemukan overjet sebesar 2 mm dan overbite sebesar 3 mm.
16
Overbite pada orang coba dikatakan tidak normal, hal ini disebabkan
karena perbedaan inklinasi pada gigi setiap orang yang berbeda yang
disebabkan oleh banyak faktor.
Beberapa faktor yang dapat menyebabkan overjet dan overbite
yang tidak normal adalah faktor genetik, kebiasaan buruk saat masih kecil
seperti menghisap jari sehingga sudut gigi lebih besar daripada sudut
normal. Selain itu arah erupsi gigi geligi permanen orang coba yang berbeda
juga menyebabkan cusp to marginal dan cusp to fossa antara rahang atas
dan rahang bawah berbeda. Pada gigi posterior yang mengalami erupsi
tidak sempurna misalnya mengalami rotasi maupun angulasi, akan
mempengaruhi oklusi statik pada orang tersebut dan dapat dikatakan terjadi
maloklusi
4.2.5 Pemeriksaan Oklusi Dinamik
Berdasarkan pemeriksaan yang telah dilakukan, tipe oklusi
dinamik orang coba adalah Bilateral Balanced Occlusion yaitu gigi geligi
posterior pada working side dan balancing side keduanya berkontak. Pada
pemeriksaan ini kita mampu mengetahui perbedaan tumbuh kembang
lengkung gigi serta erupsi gigi pada seseorang yang dapat
menyebabkan perbedaan profil wajah dan bahkan cara mengunyah
serta berbicara.
4.2.6 Pemeriksaan Oklusi Ideal
Berdasarkan pemeriksaan yang telah dilakukan, ditemukan
gerakan oklusi sentrik yang normal. Pengamatan ini dilakukan pada saat
orang coba melakukan gerakan Intercuspal Contact Position (ICP)
ditemukan adanya gigi geligi yang mengalami kontak prematur yaitu gigi
molar kedua kedua rahang atas dan rahang bawah pada sisi kanan. Pada
gerakan Retruded Contact Position (RCP) ditemukan adanya gigi geligi
yang mengalami kontak prematur yaitu pada prmolar pertama rahang atas
dan rahang bawah pada sisi kiri. Sedangkan pada Protrusif Contact
Position (PCP) tidak ditemukan adanya gigi geligi yang mengalami
17
kontak. Sedangkan pada pemeriksaan oklusi ideal baik gerakan oklusi
sentrik, relasi sentris ke oklusi sentris, dan pergerakan mandibula ke
anterior, pada orang coba tidak terlihat adanya hambatan yang
menunjukkan bahwa oklusi orang coba tersebut normal dan ideal.
18
BAB V
KESIMPULAN
1. Oklusi adalah kontak antara gigi geligi rahang atas dan bawah yang saling
berhadapan tanpa perantara yang dipengaruhi oleh beberapa komponen
yang terlibat dalam proses tersebut, yaitu otot mastikasi, neuromuscular,
sendi temporomandibular, dan gigi geligi.
2. Jenis-jenis oklusi antara lain :
a. Oklusi seimbang
b. Okusi morfologik
c. Oklusi fungsional
d. Oklusi statis
e. Oklusi dinamis
f. Oklusi sentrik
19