lap kkn pba
DESCRIPTION
Laporan PBA 2007TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan mempunyai peranan penting dalam kehidupan manusia.
Pendidikan merupakan salah satu sarana untuk mencetak dan mengembangkan
sumber daya manusia yang berkualitas. Kualitas sumber daya manusia
menentukan kemajuan suatu bangsa, dengan pesatnya perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi, pendidikan dituntut untuk mampu mengimbangi
pesatnya perkembangan tersebut.
Kegiatan pembelajaran yang merupakan proses berinteraksi antara
pendidik dan peserta didik dengan lingkungan belajar yang di dalamnya terdapat
penggunaan metode belajar dan bahan ajar sebagai penunjang pencapaian tujuan
pembelajaran. Kegiatan pembelajaran dimungkinkan antara pendidik dan peserta
didik saling belajar untuk mengenal karakteristik masing-masing. Belajar
merupakan proses pengumpulan sejumlah pengetahuan sedikit demi sedikit
sehingga dari yang tidak tahu menjadi tahu, yang sudah tahu menjadi lebih tahu,
dan terdapat adanya perubahan tingkah laku dari diri orang yang bersifat relatif
tetap sebagai hasil dari sebuah pengalaman.
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional menjelaskan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik
dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Proses
interaksi antara peserta didik dengan pendidik di kelas perlu adanya suatu strategi
pembelajaran. Belajar sebagai suatu “mental round trip” atau suatu perjalanan
mental dari seseorang untuk menuju kepada suatu perubahan. Perubahan itu
1
dinyatakan sebagai suatu hasil dari proses mental yaitu proses yang berlangsung
di dalam diri seseorang di mana orang lain hanya dapat melihat hasilnya yaitu
berupa perubahan-perubahan tanpa dapat mengamati prosesnya (Sunardi, 1993:5).
Kegiatan pembelajaran tidak terlepas dari kemampuan membaca, menulis,
dan menghitung. Kemampuan membaca, menulis, dan menghitung merupakan
kemampuan dasar yang harus dikuasai oleh peserta didik. Proses pembelajaran
yang baik didukung oleh tingkat membaca dan menulis peserta didik, sehingga
diharapkan kegiatan pembelajaran dapat dilaksanakan dengan baik. Selain
kemampuan membaca dan menulis, proses pembelajaran dipengaruhi oleh tingkat
kemampuan intelegensi atau daya ingat peserta didik terhadap suatu materi.
Kemampuan membaca, menulis, dan menghitung tidak sepenuhnya
dikuasai oleh oleh setiap warga. Mereka yang sama sekali tidak dapat mengeyam
dunia pendidikan atau hanya sampai pada tingkat sekolah dasar pada kelas
tertentu (droup out) semasa usia sekolah karena suatu hal seperti keterbatasan
biaya, dapat dikategorikan warga yang belum lancar atau buta aksara murni.
Program pemberantasan buta aksara yang diselenggarakan oleh Direktorat
Pendidikan Masyarakat Direktur Jenderal Pendidikan Luar Sekolah Departemen
Pendidikan Nasional merupakan suatu program yang bertujuan untuk mengurangi
penduduk yang buta aksara (BKKBN, 2007). Warga yang mengikuti program
pemberantasan buta aksara akan mendapat materi pelajaran utama membaca,
menulis, dan berhitung atau calistung (Bali Post, 2007). Penyelenggaraan program
pemberantasan buta aksara melalui materi pelajaran utama membaca, menulis,
dan berhitung atau calistung diharapkan dapat bermanfaat bagi warga belajar
2
(WB) dalam kehidupan sehari-hari seperti dalam mengurus pembuatan kartu tanda
penduduk warga bisa menulis namanya sendiri.
Universitas Negeri Malang sebagai salah satu perguruan tinggi negeri ikut
terlibat dalam mengupayakan pencapaian tujuan program pemberantasan buta
aksara dengan menyelenggarakan Kuliah Kerja Nyata Pemberantasan Buta
Aksara (KKN PBA) dengan memberi kesempatan kepada mahasiswa untuk
mengikuti program KKN PBA. Penyelenggaraan KKN PBA merupakan hasil
kerja sama Lembaga Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Negeri Malang
(LPM UM) dengan Direktorat Pendidikan Masyarakat Direktur Jenderal
Pendidikan Luar Sekolah Departemen Pendidikan Nasional.
Berdasarkan uraian di atas maka program pemberantasan buta aksara perlu
dilaksanakan dan ditangani secara efektif dan efisien agar bermanfaat bagi WB
pada khususnya dan pengembangan pendidikan di masyarakat pada umumnya.
B. Tujuan Program
Program Kuliah Kerja Nyata Pemberantasan Buta Aksara Lembaga
Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Negeri Malang mempunyai tujuan
untuk:
1. Mempercepat penuntasan buta aksara,
2. Menyelenggarakan pembelajaran keaksaraan
dengan pendekatan keaksaraan fungsional dan bahasa ibu,
3. Mahasiswa memperoleh pengalaman praktis di
lapangan (masyarakat) dan sebagai wahana pembentukan kemampuan
akademik profesional dalam bidang pendidikan dan bermasyarakat.
3
C. Bentuk Kegiatan
Kegiatan Kuliah Kerja Nyata Pemberantasan Buta Aksara dilaksanakan
selama empat bulan hari Kamis, Jum’at, dan Sabtu yang dilakukan oleh
mahasiswa Universitas Negeri Malang melalui kegiatan pembelajaran keaksaraan
(calistung) dengan metode tertentu seperti ceramah dan simulasi, atau pemberian
informasi baik secara lisan maupun tertulis. Pelaksanaan kegiatan KKN PBA
mahasiswa dibantu oleh Dosen Pembimbing Lapangan dan Perangkat Desa
sebagai pengarah selama melaksanakan KKN PBA.
Program utama KKN PBA adalah pembelajaran bagi warga yang tidak
dapat (buta aksara murni) atau belum lancar membaca, menulis, dan menghitung
(calistung). Mahasiswa selain melaksanakan kegiatan pembelajaran buta aksara,
diberi tugas memprogram kegiatan lain sesuai dengan kebutuhan masyarakat
setempat, kemampuan mahasiswa sendiri, dan relevan dengan bidang pendidikan.
D. Sasaran
Sasaran program Kuliah Kerja Nyata Pemberantasan Buta Aksara
Lembaga Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Negeri Malang Semester
Genap 2006/2007 adalah warga yang tidak dapat (buta aksara murni) atau belum
lancar membaca, menulis, dan menghitung (calistung) usia 15 tahun ke atas
Dusun Selokerto Desa Selorejo Kecamatan Dau Kabupaten Malang.
E. Hasil Yang Diharapkan
Program pemberantasan buta aksara (PBA) merupakan salah satu bentuk
upaya yang ditempuh oleh Direktorat Pendidikan Masyarakat Direktur Jenderal
Pendidikan Luar Sekolah Departemen Pendidikan Nasional dalam meningkatkan
4
pemerataan pendidikan dan merupakan pendidikan nonformal dalam rangka
mendukung pendidikan sepanjang hayat. Kesempatan penduduk untuk
mengenyam pendidikan tidaklah sama antara daerah satu dengan daerah lain. Hal
ini dapat dipengaruhi oleh keadaan geografis, biaya, sosial, latar belakang
keluarga, dan motivasi.
Program pemberantasan buta aksara (PBA) dikembangkan untuk
mengurangi penduduk yang buta aksara. Warga belajar yang mengikuti program
PBA akan mendapat materi pelajaran utama membaca, menulis, dan berhitung
(calistung). Keluaran dari program PBA diharapkan adanya perubahan:
1. Tingkat kemampuan membaca WB yaitu dari yang tidak dapat
membaca atau tidak mengenal huruf menjadi mengenal huruf dan dapat
membaca dengan mengejrah dan dari yang belum lancar membaca
menjadi lebih lancar membaca,
2. Tingkat kemampuan menulis WB yaitu dari yang tidak dapat
menulis menjadi dapat menulis dan dari yang belum lancar menulis
menjadi lebih lancar menulis,
3. Tingkat kemampuan berhitung WB yaitu dari yang tidak dapat
berhitung atau tidak mengenal angka menjadi mengenal angka dan dapat
berhitung dan dari yang belum lancar berhitung menjadi lebih lancar
berhitung.
5
BAB II
PELAKSANAAN
A. Gambaran Umum Lokasi
Desa Selorejo Kecamatan Dau Kabupaten Malang yang merupakan salah
satu sasaran atau lokasi KKN PBA secara geografis merupakan daerah
pegunungan. Lingkungannya sangat alami, sejuk, dan asri. Lahan pertanian
didominasi dengan tanaman jeruk. Hasil pertanian berupa jeruk dipasarkan di
sekitar kota Malang dan luar kota seperti Kediri, Surabaya, Pasuruan, dan Jakarta.
Warga bekerja di sawah ada yang sebagai pemilik tanah dan buruh. Setiap hari
warga menghabiskan waktunya untuk mengelola sawah.
Bedengan merupakan satu-satunya daya tarik tersendiri bagi Desa
Selorejo. Bedengan merupakan lokasi bumi perkemahan (Buper) yang dikelola
oleh pihak desa. Lokasi Buper Bedengan merupakan tempat tujuan yang dapat
dipilih bagi para petualang dan warga desapun tak jarang berkunjung. Setiap
minggunya Buper Bedengan selalu dikunjungi untuk berekreasi, kemah, dan out
bond. Keramaian Buper Bedengan dimanfaatkan oleh warga untuk berjualan. Segi
ekonomi Buper Bedengan dapat meningkatkan penghasilan warga dan kas desa
karena setiap orang yang berkemah akan dikenai tiket masuk. Keadaan alam Desa
Selorejo dan Buper Bedengan pada Lampiran 7.
Sesuai dengan keadaan geografis mayoritas penduduknya bermata
pencaharian sebagai petani. Desa Selorejo merupakan daerah penghasil jeruk,
jagung, dan bawang merah. Keadaan ekonomi warga Desa Selorejo tergolong
mapan yang dapat dilihat dari bentuk bangunan rumah. Budaya masyarakat
menganut budaya jawa yang kuat. Salah satu budaya yang sekarang tetap dianut
6
dan dilestarikan adalah adanya selamatan setiap sebulan sekali pada hari malam
jum`at legi. Menikah dalam usia muda masih membudaya di Desa Selorejo,
seperti menikah usia 13 tahun dapat ditemukan atau menikah setelah lulus sekolah
dasar selang 1 atau 2 tahun.
Bidang pendidikan di masyarakat dapat dikatakan bahwa kurang
menyadari akan kedudukan dan pentingnya pendidikan. Masyarakat mayoritas
tingkat pendidikan sampai pada sekolah dasar. Hal ini dipengaruhi oleh faktor
budaya, letak geografis, dan ekonomi. Segi budaya pendidikan dipandang faktor
yang bukan menjadi kebutuhan. Masyarakat beranggapan tidak ada manfaatnya
sekolah tinggi-tinggi yang pada akhirnya tetap mencangkul dan bekerja di sawah.
Segi gegrafis yang berbentuk pegunungan menyulitkan warga yang memiliki
motivasi tinggi untuk sekolah. Usia sekolah dasar sudah mengalami jalan kaki
yang jauh untuk pergi ke sekolah dan menyeberang sungai. Walaupun mayoritas
penduduknya tergolong mapan atau kaya, tetapi ada warga yang tergolong tidak
mampu. Warga yang tidak mampu dari segi ekonomi harus menerima jika sekolah
hanya sampai pada tingkat sekolah dasar.
B. Rencana Program
Perencanaan sebagai suatu proses yang sistematis untuk menjalankan suatu
pekerjaan dan terdapat berbagai aktivitas tertentu yang saling berkaitan.
Perencanaan adalah proses merumuskan sasaran, menetapkan suatu stategi untuk
mencapai sasaran tersebut, dan menyusun rencana guna memadukan dan
mengkoordinasikan sejumlah kegiatan.
Kegiatan yang akan dilaksanakan dalam program KKN PBA mencakup
dua unsur yaitu program PBA dan non-PBA. Rencana program PBA mengacu
7
pada aturan dari LPM selaku lembaga di lingkungan UM yang mengelola
program KKN. Program PBA dilaksanakan dengan sasaran warga yang tidak
dapat (buta aksara murni) atau belum lancar membaca, menulis, dan menghitung
(calistung) usia 15 tahun ke atas. Rencana program non-PBA dilaksanakan sesuai
dengan kebutuhan warga dan kemampuan mahasiswa. Program non-PBA tutor
merencanakan memberikan bimbingan belajar kepada kelas IV, V, dan VI SD
Negeri Selorejo II. Kedua program tersebut dilaksanakan pada waktu yang
bersamaan. Adapun rencana program KKN PBA Semester Genap 2006/2007 pada
Lampiran 1.
C. Strategi Kegiatan
Upaya untuk mencapai tujuan dan hasil yang diharapkan, program PBA
dilaksanakan dengan menggunakan strategi yang bersifat aplycable atau
dimungkinkan untuk dilaksanakan. Strategi yang dilakukan ialah:
1. Observasi
Kegiatan observasi dilakukan pada awal pelaksanaan KKN PBA pada
tanggal 16 dan 17 Maret 2007 dengan tujuan untuk mengenalkan tutor kepada
perangkat desa dan mengidentifikasi warga yang bersedia ikut program PBA
dengan memperhatikan latar belakang terakhir pendidikan. Pertemuan pertama
dengan calon WB membahas persiapan pembelajaran, tujuan, sasaran, waktu
pelaksanaan pembelajaran, dan pembentukan kelompok.
2. Wawancara
Teknik wawancara yang digunakan ialah secara langsung dengan calon
WB, dengan mengajukan pertanyaan tentang riwayat pendidikan, kemampuan
membaca, dan motivasi untuk mengikuti program. Selain melakukan wawancara
8
kepada calon WB, tutor melakukan wawancara kepada salah satu perangkat desa
untuk mengetahui warga yang sekiranya dapat diajak untuk ikut program PBA.
3. Konsultasi
Kelancaran pelaksanaan program tidak terlepas dari peran Dosen
Pembimbing Lapangan (DPL) yang memberikan pengarahan. Tutor tiap kali akan
atau telah melaksanakan suatu kegiatan dan mengalami kendala berkonsultasi dan
memberitahukan kepada DPL. Konsultasi dilaksanakan untuk mengantisipasi
terjadinya masalah dan menyelesaiakan masalah agar pelaksanaan program sesuai
dengan rencana dan mencapai tujuan.
D. Proses Pelaksanaan Program Pemberantasan Buta Aksara
1. Persiapan
Sebelum pelaksanaan kegiatan KKN PBA, seluruh mahasiswa peserta
KKN PBA mengikuti kegiatan pembekalan yang diselenggarakan oleh pihak
LPM pada tanggal 3 dan 4 Maret 2007 bertempat di Gedung I4. Materi yang
disampaikan dalam kegiatan pembekalan adalah:
a) Pendidikan Orang Dewasa,
b) Metode dan Media Pembelajaran,
c) Pengelolaan Kelompok Belajar,
d) Identifikasi Kebutuhan Belajar dan Penyusunan Bahan Ajar,
e) Monitoring dan Evaluasi Program Kejar KKN PBA UM,
f) Monitoring, Evaluasi, dan Pelaporan KKN UM.
Melalui kegiatan pembekalan diharapkan mahasiswa mempunyai
pandangan dalam melaksanakan KKN, memiliki kreatifitas mengembangkan
materi yang diberikan untuk diterapkan saat menjadi tutor pembelajaran buta
9
aksara selama KKN, dan memiliki wawasan lokasi yang akan dijadikan tempat
KKN.
Tutor melakukan observasi di Dusun Selokerto Desa Selorejo Kecamatan
Dau Kabupaten Malang pada tanggal 16 Maret 2007 dengan tujuan mengenalkan
tutor kepada perangkat desa dan menyampaikan maksud kehadiran tutor.
Perkenalan dengan perangkat desa bertepatan pada saat warga desa mengadakan
rapat di Balai Dusun Selokerto. Kehadiran tutor di rapat warga digunakan untuk
menyampaikan misi program pemberantasan buta aksara yang dikhususkan bagi
warga yang tidak dapat (buta aksara murni) atau belum lancar membaca, menulis,
dan menghitung (calistung). Pengidentifikasian warga yang berminat mengikuti
program pemberantasan buta aksara dilaksanakan juga dengan tutor menghadiri
kegiatan istighotsah pada tanggal 23 dan 30 Maret 2007 bertempat di salah satu
rumah warga desa.
Pengidentifikasian warga buta aksara digunakan tutor untuk mengadakan
kesepakatan proses kegiatan pembelajaran dengan calon WB. Kesepakatan yang
dihasilkan dengan WB adalah kegiatan pembelajaran dilaksanakan pada hari
Kamis, Jum’at, dan Sabtu bertempat di TPA Dusun Selokerto pukul 19.15 sampai
dengan pukul 21.00. Selama kegiatan identifikasi tutor mendapat 16 orang WB, 4
orang laki-laki dan 12 orang perempuan. Warga belajar yang berjumlah 16 orang
memiliki tingkat riwayat pendidikan yang berbeda. Adapun riwayat pendidikan
WB terdapat pada profil kelompok Lampiran 2.
2. Pelaksanaan Pembelajaran
Pembelajaran program buta aksara dimulai pada tanggal 24 Maret 2007
bertempat di Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPA) Ash Sholichin Dusun Selokerto
10
Desa Selorejo Kecamatan Dau Kabupaten Malang. Pembelajaran buta aksara
dilaksanakan secara rutin setiap hari Kamis, Jum’at, dan Sabtu pukul 19.15
sampai dengan pukul 21.00. Setiap kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan
diagendakan dalam jurnal pembelajaran (Lampiran 3) dan WB yang hadir
dipresensi dalam daftar hadir (Lampiran 4). Jurnal pembelajaran berisi uraian
singkat tentang materi yang dibahas dalam pembelajaran. Daftar hadir WB
memuat WB yang hadir, tidak hadir, dan keterangan ketidakhadiran WB dalam
pembelajaran. Kegiatan pembelajaran PBA pada Lampiran 7.
Pertemuan pertama digunakan oleh tutor untuk orientasi pembelajaran,
pembentukan kelompok, dan pemberitahuan pretest. Tutor melaksanakan pretest
kepada WB pada tanggal 30 Maret 2007. Tujuan dilaksanakan pretest pada WB
adalah untuk mengetahui tingkat kemampuan dasar keaksaraan WB dan sebagai
bahan pertimbangan Tutor untuk memulai pembelajaran. Pretest dilaksanakan
dengan meminta WB untuk membaca soal pretest. Soal pretest berupa susunan
kalimat yang harus dibaca oleh WB, jumlah suku kata soal adalah 53 suku kata.
Adapun soal pretest sebagimana terlampir pada Lampiran 5. Hasil dari pretest
dinilai dan dikategorikan dengan menggunakan pedoman interpretasi seperti pada
Tabel 2.1.
Tabel 2.1 Pedoman Interpretasi Pretest Kelancaran Membaca Warga Belajar
No Rentang Skor Kriteria1 43 suku kata Lancar2 30 – 42 suku kata Kurang lancar3 30 suku kata Tidak lancar
Warga belajar yang dapat mengikuti pretest berjumlah 12 orang sedangkan
4 orang tidak dapat mengikuti karena ada kesibukan sendiri. Berdasarkan hasil
11
pretest dari 12 WB, dapat diketahui bahwa WB yang termasuk dalam kategori
lancar berjumlah 8 orang dan kategori tidak lancar 4 orang. Warga belajar yang
termasuk kategori tidak lancar dengan jumlah 4 orang merupakan WB buta aksara
murni dan WB yang tidak dapat mengikuti pretest dengan jumlah 4 orang, 3 orang
merupakan drop out dari Sekolah Dasar (SD) dan satu orang 1 orang buta aksara
murni. Tutor tidak memberikan pretest kepada WB yang tidak dapat mengikuti
pretest awal karena WB tidak bersedia melaksanakan pretest, WB memiliki
keinginan langsung dilaksanakan pembelajaran.
Tutor berupaya menggunakan metode pembelajaran yang bervariasi
dengan tujuan agar WB tidak mudah bosan dalam mengikuti pembelajaran. Setiap
WB dilibatkan secara aktif dalam pembelajaran yaitu WB diminta untuk membaca
kalimat yang ada di dalam modul, WB diminta untuk menulis hasil kerja di papan
tulis, WB mengerjakan tugas sebagai pekerjaan rumah (pekerjaan leyeh-leyeh),
dan WB diminta bertanya sesuai dengan pokok bahasan yang dipelajari.
Bahan ajar yang dipakai oleh tutor dalam kegiatan pembelajaran buta
aksara adalah poster alfabetik, poster angka, lembar pengumuman, dan modul.
Modul berbentuk bahan ajar pembuatan marning jagung dan dijadikan program
life skill WB, membahas tentang proses pembuatan marning, pemasaran, dan
analisis usaha. Adapun bahan ajar yang digunakan seperti pada Lampiran 10.
3. Monitoring dan Evaluasi Pemberantasan Buta Aksara
Masalah yang mungkin terjadi dalam pelaksanaan program adalah tidak
terselesaikannya suatu program, pelaksanaan program tidak selesai sesuai dengan
jadwal atau target waktu penyelesaian, anggaran kurang atau berlebihan, dan
adanya kegiatan lain yang menyimpang dari rencana. Pengawasan merupakan
12
suatu proses untuk menerapkan pekerjaan apa yang sudah dilaksanakan,
menilainya, dan mengoreksi dengan maksud supaya pelaksanaan pekerjaan sesuai
dengan rencana semula.
Tim Dosen AP (1988:14) menyatakan pengawasan atau monitoring
merupakan pengamatan proses pengelolaan secara menyeluruh sehingga
tercapailah hasil sesuai dengan program kerja. Evaluasi adalah proses penentuan
seberapa jauh kegiatan telah mencapai tujuan. Untuk mengevaluasi tujuan harus
ditentukan terlebih dahulu dan memperhatikan beberapa tujuan yang tidak dapat
diukur secara objektif. Tujuan-tujuan ini sebagian besar adalah tujuan-tujuan yang
sebenarnya dari pertumbuhan rohani dan perilaku (Gangel, 1968:87-92).
Fungsi pengawasan menurut Tim Dosen AP (1988:14) adalah:
a) Mencegah terjadinya penyimpangan dari program kerja yang telah
ditentukan,
b) Memperoleh umpan balik tentang hasil pelaksanaan program kerja,
c) Sebagi upaya peningkatan kinerja dan kualitas organisasi,
d) Mengukur seberapa jauh tujuan telah tercapai sebagai umpan balik bagi
perbaikan program kerja selanjutnya.
Berdasarkan uraian tersebut maka fungsi pengawasan sangat penting agar
perencanaan program dapat dilaksanakan dan mencapai tujuan secara efektif dan
efisien. Pelaksanaan pengawasan program pemberantasan buta aksara perlu
dilaksanakan dengan tujuan agar pelaksanaan program sesuai dengan rencana
yang ditelah ditetapkan. Kegiatan evaluasi diharapkan dapat mengetahui sejauh
mana program dapat berjalan sesuai dengan tujuan. Kegiatan evaluasi program
pemberantasan buta aksara dilaksanakan melalui tiga tahap yaitu:
13
a) Penilaian kemampuan dasar warga belajar sebelum pembelajaran
Sebelum kegiatan pembelajaran dilaksanakan penilaian WB yaitu tentang
kemampuan dasar membaca melalui pretest dan wawancara kepada WB tentang
riwayat akhir pendidikan. Pretest dilaksanakan pada tanggal 30 Maret 2007.
Tujuan dilaksanakan pretest pada WB adalah untuk mengetahui tingkat
kemampuan dasar keaksaraan WB dan sebagai bahan pertimbangan Tutor untuk
memulai pembelajaran. Pretest dilaksanakan dengan meminta WB untuk
membaca soal pretest. Tutor menyimak dan melakukan cek list di Format
Penilaian (Lampiran 6).
Soal pretest berupa susunan kalimat yang harus dibaca oleh WB, jumlah
suku kata soal adalah 53 suku kata. Warga belajar yang dapat mengikuti pretest
berjumlah 12 orang sedangkan 4 orang tidak dapat mengikuti karena ada
kesibukan. Berdasarkan hasil pretest dari 12 WB, dapat diketahui bahwa WB
yang termasuk dalam kategori lancar berjumlah 8 orang dan kategori tidak lancar
4 orang.
Tutor tidak memberikan pretest kepada WB yang tidak dapat mengikuti
karena WB tidak bersedia melaksanakan pretest, WB memiliki keinginan
langsung dilaksanakan pembelajaran. Berdasarkan hasil pretest dilakukan
kualifikasi dengan berpedoman pada kriteria yang telah ditentukan (Tabel 2.1).
Rentang skor WB setelah dilakukan pretest dapat dilihat pada Tabel 2.2.
Tabel 2.2 Kualifikasi Persentase Pretest Kelancaran Membaca Warga Belajar
No Rentang Skor Kriteria Frekuensi Persentase1 43 suku kata Lancar 8 50 %2 30 – 42 suku kata Kurang lancar 0 03 30 suku kata Tidak lancar 8 50 %
Total 16 100 %
14
Hasil wawancara kepada WB diketahui riwayat pendidikan antara WB
yang satu dengan lain tidak sama. Riwayat pendidikan dijadikan pertimbangan
untuk menentukan apakah WB yang teridentifikasi layak atau boleh mengikuti
PBA. Adapun hasil pretest dan riwayat pendidikan WB seperti pada Lampiran 2
Profil Kelompok WB.
b) Evaluasi warga belajar selama pembelajaran
Evaluasi selama kegiatan pembelajaran buta aksara berlangsung
dilaksanakan dengan tujuan mengetahui sejauh mana metode yang digunakan
tutor dapat meningkatkan kemampuan membaca WB. Evaluasi belajar
dilaksanakan dengan meminta WB untuk menulis bacaan di papan tulis, membaca
suatu bahan bacaan di bahan ajar, dan mengartikan bacaan tersebut.
Hasil tulisan di buku yang berupa pekerjaan leyeh-leyeh (pekerjaan rumah)
dinilai dengan memperhatikan hasil baik tidaknya tulisan dan sistematika
penulisan WB masing-masing. Buku tulis yang berisi hasil tulisan WB dinilai
secara periodik. Kriteria penilaian dengan menggunakan pedoman nilai seperti
pada Tabel 2.3.
Tabel 2.3 Pedoman Penilaian Buku Warga Belajar
No Nilai Keterangan1. A Sangat baik2. B Baik3. C Cukup baik4. D Kurang baik
c) Penilaian kemampuan WB setelah selesai kegiatan pembelajaran
Proses evaluasi WB setelah selesai kegiatan pembelajaran dengan
diselenggarakannya ujian Sukma (Surat Keterangan Malek Aksara) dan
melaksanakan posttest. Ujian Sukma diselenggarakan langsung oleh pihak UPTD
15
Taman Kanak-Kanak, Sekolah Dasar, dan Pendidikan Luar Sekolah Kecamatan
Dau Kabupaten Malang. Ujian Sukma dilaksanakan secara bertahap yaitu pada
tanggal 9, 14, 15, dan 16 Juni 2007.
Hasil ujian Sukma digunakan sebagai acuan untuk menentukan apakah
WB lulus. Penentuan kelulusan hasil ujian Sukma berpedoman pada hasil skor
yang didapat WB. Soal ujian Sukma diklasifikasikan menjadi tiga bentuk yaitu
soal keaksaraan dasar, soal menulis, dan soal menghitung. Soal posttest sama
dengan soal pretest, WB diminta untuk membaca dan dinilai setiap suku kata
yang benar. Tutor menyimak dan melakukan cek list di Format Penilaian
(Lampiran 6).
E. Proses Pelaksanaan Program non-Pemberantasan Buta Aksara
Program yang dilaksanakan tutor selain pemberantasan buta aksara adalah
program bimbingan belajar (les) bagi siswa SD Negeri Selorejo II kelas IV, V,
dan VI. Tutor meminta ijin dan persetujuan kepada Drs. Agus Purwanto Basuki
selaku Kepala SD Negeri Selorejo II pada tanggal 21 April 2007. Selain meminta
ijin kepada kepala sekolah, tutor meminta ijin dan menginformasikan kepada guru
kelas bahwa tutor diijinkan untuk melaksanakan jam tambahan pelajaran. Tutor
menginformasikan kepada guru kelas dengan tujuan agar tidak terjadi salah
paham diantara guru kelas dan tutor. Tutor diijinkan masuk ruang kelas untuk
mensosialisasikan program bimbingan belajar (les) kepada siswa Kelas IV, V, dan
VI. Siswa menyambut dengan antusias dan mayoritas siswa bersedia mengikuti
program bimbingan belajar (les).
Proses kegiatan bimbingan belajar (les) dilaksanakan di SD Negeri
Selorejo II (Lampiran 7). Program bimbingan belajar (les) dimulai pada tanggal
16
21 April 2007 yang meliputi lima bidang studi yaitu Bahasa Indonesia,
Matematika, Ilmu Pengetahuan Alam, Ilmu pengetahuan Sosial, dan Bahasa
Inggris. Penyelenggaraan bimbingan belajar (les) di SD Negeri Selorejo II
merupakan hasil kerja sama antara tutor dan peserta KKN Reguler Universitas
Negeri Malang Semester Genap 2006/2007.
Tujuan program bimbingan belajar (les) adalah memantapkan penguasaan
materi dan menyiapkan siswa menghadapi Ujian Akhir Sekolah (kenaikan kelas)
untuk kelas IV dan V dan Ujian Akhir Nasional untuk kelas VI. Pelaksanaan
kegiatan bimbingan belajar (les) dilaksanakan secara serentak yaitu kelas VI,
kelas V, dan kelas IV bertempat di SD Negeri Selorejo II pada hari Jum’at dan
Sabtu pukul 14.00-15.30.
Hari Minggu tanggal 6 Mei 2006 di Buper Bedengan diselenggarakan
kegiatan outbond bagi kelas VI, kelas V, dan kelas IV. Kegiatan outbond
dilaksanakan melalui tiga permainan yaitu menginjak, to be continue, dan
berbicara. Tujuan diselenggarakannya outbond adalah agar para siswa tidak jenuh
mengikuti kegiatan pembelajaran baik di sekolah ataupun dengan tutor (les),
meningkatkan motivasi belajar siswa, dan merupakan upaya penyegaran pikiran
khususnya untuk kelas VI yang akan menghadapi Ujian Akhir Nasional yang
dimulai pada tanggal 7 Mei 2007.
Siswa sangat antusias mengikuti kegiatan outband karena merupakan hal
baru dan belum pernah melakukan kegiatan dalam bentuk simulasi dan
permainan. Kegiatan outbbond memberikan kesempatan kepada siswa untuk
menyampaiakn pendapat tentang maksud dan tujuan permainan.
17
F. Faktor Pendukung dan Penghambat
1. Faktor Pendukung
Pelaksanaan program pembelajaran pemberantasan buta aksara di Dusun
Selokerto Desa Selorejo Kecamatan Dau Kabupaten Malang, tutor memperoleh
sambutan yang baik dari perangkat desa khususnya perangkat Dusun Selokerto
yaitu Kepala Dusun, Modin, dan warga sekitar. Faktor pendukung dalam
pembelajaran pemberantasan buta kasara adalah:
a. Pelaksanaan KKN PBA didukung oleh perangkat desa,
b. Tempat pembelajaran tutor dengan WB yang berbentuk
kelas (TPA) memudahkan untuk melaksanakan pembelajaran,
c. Tingkat motivasi WB tergolong tinggi yang dapat dilihat
dari intensitas kehadiran dan jumlah WB yang mengikuti program,
d. Bahan ajar yang dipakai relatif sederhana, mudah
digunakan, mudah dibuat, dan memperolehnya.
Faktor pendukung dalam melaksanakan kegiatan bimbingan belajar (les) di
SD Negeri Selorejo II adalah:
a. Siswa kelas IV, V, dan VI yang bersedia
mengikuti kegiatan bimbingan belajar tergolong berjumlah banyak,
b. Tersedianya tempat pembelajaran yaitu di ruang
kelas sekolah,
c. Kegiatan bimbingan belajar disetujui oleh pihak
sekolah,
d. Bahan ajar yang dipakai sudah tersedia, yaitu
dengan memakai modul yang dimiliki oleh siswa,
18
e. Pelaksanaan bimbingan belajar (les), tutor
menjalin kerjasama dengan peserta KKN Reguler Universitas Negeri
Malang Semester Genap 2006/2007 sehingga mempermudah dalam
pengaturan jadwal.
2. Faktor Penghambat
Kendala atau faktor penghambat selama kegiatan pembelajaran buta
aksara adalah:
a. Jadwal kegiatan pembelajaran pada pukul 19.15 sampai dengan pukul
21.00 bertepatan dengan waktu istirahat, sehingga tidak jarang WB
mengantuk dalam mengikuti pembelajaran,
b. Warga belajar yang tingkat penerimaan materinya lemah dapat
menghambat pemberian materi seperti WB yang belum dapat membaca
tetapi mengenal huruf. Hal ini karena antara WB satu dengan yang
lainnya tidak sama tingkat penguasaannya (integensi),
c. Warga belajar merasa terlalu banyak soal yang diujikan pada waktu
ujian Sukma.
Pelaksanaan kegiatan bimbingan belajar (les) di SD Negeri Selorejo II
mempunyai kendala yang mempengaruhi pelaksanaan program. Kendala yang
mempengaruhi tersebut adalah:
a. Keadaan ruang kelas (gedung sekolah) sebagai tempat pembelajarn
kurang baik,
b. Kegaduhan (ramai) siswa tertentu dalam pembelajaran yang dapat
mengakibatkan proses pembelajaran terganggu dan mengganggu siswa
lain yang sungguh-sungguh mengikuti pembelajaran,
19
c. Keterlambatan hadir para siswa mengikuti tambahan jam pelajaran yang
mengakibatkan jadwal pembelajaran menjadi tidak berjalan sesuai
dengan rencana,
d. Keterbatasan buku paket sebagai referensi yang dibutuhkan oleh siswa.
G. Permasalahan
Masalah yang merupakan perbedaan antara rencana atau harapan dengan
keadaan sebenarnya sangatlah mungkin terjadi dalam melaksanakan suatu
program. Pelaksanaan KKN PBA Semester Genap 2006/2007 tidak terlepas dari
kendala-kendala yang mempengaruhi pencapaian tujuan program. Kendala-
kendala tersebut diklasifikasikan dalam tiga segi yaitu:
1. Segi budaya, ditinjau dari segi budaya kendala
berkaitan dengan anggapan program PBA secara khusus dan pendidikan
secara umum oleh masyarakat dianggap bukan kebutuhan, dipandang
sebagai aktivitas yang sia-sia dan tidak bermanfaat,
2. Segi waktu pelaksanaan pembelajaran PBA,
ditinjau dari segi waktu jadwal kegiatan pembelajaran pada pukul 19.15
sampai dengan pukul 21.00 bertepatan dengan waktu istirahat, sehingga
tidak jarang WB mengantuk dalam mengikuti pembelajaran,
3. Segi psikologis, ditinjau dari segi psikologis WB
yang ikut program tidak jarang mendapat sindiran (diejek) dari warga lain
yang mempengaruhi motivasi WB untuk terus mengikuti pembelajaran.
WB yang memiliki tingkat kemauan tinggi walaupun mendapat sindiran
(ejekan) dari orang lain akan tetap bertahan dan begitu sebaliknya.
20
BAB III
HASIL PELAKSANAAN PROGRAM
A. Hasil (Keluaran)
Pelaksanaan program KKN PBA Semester Genap 2006/2007 diharapkan
dapat menyumbang upaya pemberantasan buta aksara yang diprioritaskan kepada
warga yang tidak dapat (buta aksara murni) atau belum lancar membaca, menulis,
dan menghitung (calistung) dengan usia antara 15 tahun ke atas dan WB
merupakan hasil atau keluaran dari tujuan program pemberantasan buta aksara.
Selama kegiatan pembelajaran jumlah awal WB adalah 16 orang tetapi
lambat laun WB berkurang dan yang aktif berjumlah 12 orang. Keseluruhan WB
yang aktif dengan jumlah 12 orang dapat mengikuti ujian Sukma. Hasil
pelaksanaan program pemberantasan buta aksara dapat diketahui dari skor nilai
posttest dan ujian Sukma.
Posttest dilaksanakan pada tanggal 2 Juni 2007 dan merupakan inisiatif
dari tutor sendiri dengan tujuan untuk persiapan WB mengikuti ujian Sukma. Soal
posttest sama dengan soal pretest (Lampiran 5), yaitu dengan meminta WB untuk
membaca soal. Soal posttest berupa susunan kalimat yang harus dibaca oleh WB,
jumlah suku kata soal adalah 53 suku kata. Warga belajar yang dapat mengikuti
posttest berjumlah 10 orang sedangkan 2 orang tidak dapat mengikuti karena ada
kesibukan. Berdasarkan hasil posttest dari 10 WB, dapat diketahui bahwa WB
yang termasuk dalam kategori lancar berjumlah 7 orang dan kategori tidak lancar
3 orang. Warga belajar yang tidak dapat mengikuti posttest berjumlah 2 orang.
Tutor tidak memberikan posttest kepada WB yang tidak dapat mengikuti posttest
karena keterbatasan waktu.
21
Berdasarkan hasil posttest dilakukan kualifikasi dengan berpedoman pada
kriteria yang telah ditentukan (Tabel 2.1). Rentang skor WB hasil posttest setelah
melaksanakan pembelajaran dapat dilihat pada Tabel 3.1.
Tabel 3.1 Kualifikasi Persentase Posttest Kelancaran Membaca Warga Belajar
No Rentang Skor Kriteria Frekuensi Persentase1 43 suku kata Lancar 7 58 %2 30 – 42 suku kata Kurang lancar 0 03 30 suku kata Tidak lancar 5 42 %
Total 12 100 %
Berdasarkan skor nilai posttest dapat disimpulkan bahwa hasil dari
pelaksanaan program pemberantasan buta aksara Dusun Selokerto Desa Selorejo
Kecamatan Dau Kabupaten Malang adalah adanya perubahan WB dalam hal
membaca yaitu dari yang tidak dapat membaca menjadi mengenal huruf dan dapat
membaca dengan mengejrah dan dari yang belum lancar membaca menjadi lebih
lancar membaca.
Proses evaluasi WB setelah selesai kegiatan pembelajaran dengan
diselenggarakannya ujian Sukma yang diselenggarakan langsung oleh pihak
UPTD Taman Kanak-Kanak, Sekolah Dasar, dan Pendidikan Luar Sekolah
Kecamatan Dau Kabupaten Malang. Hasil ujian Sukma digunakan sebagai acuan
untuk menentukan apakah WB lulus. Penentuan kelulusan hasil ujian Sukma
berpedoman pada hasil skor yang didapat WB. Kriteria keberhasilan belajar WB
dikategorikan telah menguasai kompetensi keaksaraan tingkat dasar, jika 60 %
dari tes yang diberikan dapat dikerjakan dengan benar. Total skor 555 sehingga
WB dikategorikan berhasil dan lulus jika skor minimal 333.
22
Berdasarkan hasil evaluasi ujian Sukma WB yang dinyatakan lulus
berrjumlah 11 orang dan 5 orang tidak lulus. Warga belajar yang belum lulus dan
belum mengikuti ujian tidak bersedia untuk ujian Sukma lagi atau remidi dengan
alasan adanya kesibukan bekerja. Adapun rekapitulasi jumlah total nilai ujian WB
pada Tabel 3.2.
Tabel 3.2 Rekapitulasi Hasil Ujian Sukma Warga Belajar
No. Nama WB L/PSkor Ujian
SukmaKualifikasi
1. Ibu Suntik P 545 Lulus2. Ibu Nasiyatun P 555 Lulus3. Bpk. Kamijan L 541 Lulus4. Ibu Karti P 525 Lulus5. Bpk. Kasenu L 555 Lulus6. Bpk. Nari L 328 Tidak Lulus7. Ibu Ngatminah P 537 Lulus8. Ibu Ramini P 511 Lulus9. Ibu Katin P 0 Tidak Lulus10. Ibu Sri Rejeki P 505 Lulus11. Ibu Sulikah P 0 Tidak Lulus12. Ibu Pasri P 0 Tidak Lulus13. Bpk. Sukamto L 437 Lulus14. Ibu Nasiyah P 0 Tidak Lulus15. Ibu Salik P 554 Lulus16. Adik Dwi Fitri H. P 550 Lulus
B. Rencana Tindak Lanjut
Program pemberantasan buta aksara merupakan program di bawah
tanggung jawab Direktorat Pendidikan Masyarakat Direktur Jenderal Pendidikan
Luar Sekolah Depdiknas dengan misi utama menurunkan penyandang buta aksara
usia 15 tahun ke atas kurang dari 5 % pada akhir tahun 2009 (Depdiknas, 2007).
Program pemberantasan buta aksara merupakan suatu cara untuk menyelesaikan
permasalahan bidang pendidikan yang dilihat dari segi pemerataan pendidikan.
Tindak lanjut program pemberantasan buta aksara dilakukan kerjasama
dengan pihak desa atau kelurahan dan kecamatan. Pihak kecamatan sebagai
23
penyelenggara menunjuk tutor untuk melaksanakan program. Selain program
pembelajaran buta aksara, WB diarahkan pengembangan kecakapan hidup (life
skill) yang sesuai dengan kebutuhan. Program life skill diupayakan dilaksanakan
walau kegiatan pembelajaran sudah berakhir atau WB mendapat Sukma (Surat
Keterangan Melek Aksara).
Perencanaan tutor sebagai tindak lanjut setelah kegiatan pemberantasan
buta aksara selesai adalah akan berkunjung kepada WB untuk menanyakan
perkembangan kemampuan membaca dan kemanfaatan program life skill terutama
dalam kemampuan WB mengidentifikasi peluang usaha. Tutor tidak melakukan
regenerasi atau mencari penerus pembelajaran pemberantasan buta aksara karena
mayoritas WB sudah mendapatkan pendidikan secara informal dari tokoh agama
dalam bentuk mengaji yang dilaksanakan setiap hari setelah sholat magrib di
Musholla Ash Sholichin tempat pembelajaran pemberantasan buta aksara.
24
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pelaksanaan dan pengalaman langsung yang dialami
tutor selama melaksanakan program PBA dapat dikemukakan kesimpulan sebagai
berikut:
1. Tingkat kemampuan awal WB sebelum pelaksanaan program
PBA termasuk pada kategori sedang,
2. Tingkat kemampuan akhir WB setelah pelaksanaan program
PBA termasuk pada kategori tinggi,
3. Adanya perubahan tingkat kemampuan membaca, menulis, dan
menghitung dari belum bisa menjadi bisa dan dari yang belum lancar
menjadi lebih lancar,
4. Tingkat ketercapaian keberhasilan program PBA termasuk pada
kategori tinggi (berhasil).
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, saran yang disampaikan adalah:
1. Bagi pihak Desa Selorejo agar lebih memperhatikan warga buta
aksara seperti menyelenggarakan program pemberantasan buta aksara
dengan meminta bantuan Karang Taruna,
2. Bagi pihak Dinas Pendidikan Kabupaten Malang agar
menyelenggarakan pendidikan nonformal untuk warga yang buta aksara
25
melalui menjalin kerjasama dengan lembaga pendidikan tinggi dan pihak
desa seperti Remaja Masjid dan Karang Taruna,
3. Bagi pihak Lembaga Pengabdian kepada Masyarakat Universitas
Negeri Malang agar menindaklanjuti program pemberantasan buta aksara
seperti dengan menyelenggarakan Program Kejar Paket (A, B, dan C) dan
menyelenggarakan program kelompok membaca melalui kerja sama
dengan Dinas Pendidikan.
26
DAFTAR RUJUKAN
Bali Post. Penduduk Buta Aksara di Denpasar (online). (http://www.balipost.co.id, diakses tanggal 17 April 2007).
BKKBN. Tekan Buta Aksara Melalui Program Wajib Belajar (online). (http:// www.pikas.bkkbn.go.id , diakses tanggal 17 April 2007).
Depdiknas. 2007. Pemberantasan Buta Aksara Pendidikan Luar Sekolah Departemen Pendidikan Nasional (online). (http://www.pls.depdiknas.go.id, diakses tanggal 18 April 2007).
Gangel, K. O. 1968. Understanding Teaching: Evaluating Our Teaching. Illionis: Evangelical Training Association.
Sunardi.1993. Strategi Belajar Mengajar Afektif. Malang: IKIP Malang.
Tim Dosen Administrasi Pendidikan. 1988. Administrasi Pendidikan. Malang: IKIP Malang.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Bandung: Citra Umbara.
27