lap biokim meten kel iv (finish!).docx
TRANSCRIPT
I. PENDAHULUAN
Metabolisme adalah suatu prosesyang terjadi di dalam suatu organisme sel hidup.
Metabolisme mengacu pada semua reaksi kimia yang berlangsung di dalam sel tubuh.Reaksi-
reaksi yang melibatkan degradasi, sintesis dan transformasi ketiga kategori molekul organik kaya
energi protein, karbohidrat dan lemak secara kolektif di kenal sebagai metabolisme intermediat
atau metabolisme bahan bakar.
Senyawa – senyawa seperti karbohidrat, lipid dan protein di dalam sel akan mengalami
perubahan melalui berbagai reaksi enzimatik atau jalur metabolisme. Jalur metabolisme dapat di
bagi menjadi 3 bagian. Jalur metabolisme yang mengkatalisis pemecahan suatu senyawa dalam
sel disebut jalur katabolik. Sedangkan jalur untuk proses sintesis suatu senyawa dalam sel
disebut jalur anabolik. Jalur yang digunakan untuk proses pemecahan dan proses sintesis disebut
jalur amfibolik.
Reaksi anabolik secara umum memerlukan masukan energi dalam bentuk ATP.
Sedangkan katabolik mengacu pada penguraian atau degradasi molekul organik besar kaya
energi di dalam sel. Sebagian besar jalur metabolisme dan reaksi-reaksi yang terjadi didalam
jalur metabolisme, baik pada organisme sederhana seperti bakteri, maupun organisme tertinggi
seperti mamalia hampir sama.
Glikolisis merupakan jalur utama dalam metabolisme karbohidrat untuk menghasilkan
energi dan merupakan jalur yang sangat penting.Pertama karena tidak hanya berperan pada
metabolisme karbohidrat saja, tetapi bersama-sama dengan siklus asam sitrat dapat berperan
sebagai jalur amfibolik.Selain itu, jalur ini juga harus berfungsi setiap saat dan tersebar dalam
seluruh makhluk hidup, mulai dari bakteri hingga manusia.
Pada eksperimen metabolisme kali ini, akan dilakukan pengamatan pengaruh puasa
48jam terhadap kadar glikogen hati pada tikus untuk membuktikan pada keadaan puasa kadar
glikogen hati akan berkurang karena dipecah untuk mempertahankan kadar glukosa darah. Pada
praktikum yang kedua akan digunakan 2 kelompok tikus, kelompok pertama dipuasakan selama
48jam dan kelompok kedua mendapatkan makanan standar (ad libitum). Untuk menguji
pengaruh puasa terhadap kadar glukosa darah dan kandungan glikogen hati tikus. Pada
percobaan ini juga dilakukan penetapan kadar glukosa darah pada kedua kelompok tikus.
1
II. TUJUAN
Tujuan umum :
Mempelajari pengaruh puasa terhadap metabolisme karbohidrat pada tikus.
Tujuan khusus
1. Mengukur kadar glukosa darah tikus puasa dan tidak puasa
2. Mengisolasi glikogen dari hati tikus puasa dan tidak puasa
3. Mengukur kadar glikogen hati tikus puasa dan tidak puasa
III. DASAR TEORI
Penetapan kadar glukosa
Glukosa yang terdapat dalam larutan dipanaskan dalam larutan tembaga alkalis.
Glukosa akan mereduksi ion kupri menjadi senyawa kupro yang tidak larut. Pada
penambahan pereaksi asam fosfomolibdat senyawa kupro akan larut mereduksi ion
fosfomolibdat yang berwarna biru tua. Intensitas warna biru menyatakan jumlah glukosa
yang ada. Penetapan kadar glukosa cara Follin – Wu terlebih dahulu dilakukan
deproteinisasi bahan yang akan diperiksa dengan cara Follin – Wu.
Penetapan kadar glikogen
Cadangan glikogen dalam hati akan digunakan ketika keadaan lapar, hal ini
dikarenakan dalam keadaan puasa glikogen di hati dipecah melalui proses glikogenolisis
menjadi glukosa yang langsung ditransfer ke darah. Glikogen yang dipecah akan
menyebabkan glukosa di hati menjadi lebih sedikit.
2
IV. METODE
A. ALAT DAN BAHAN
Pengaruh puasa terhadap kadar glukosa darah dan kandungan glikogen hati tikus
o Perangkat bedah tikus
o Hati tikus yang baru diambil
o Pelumat jaringan (blender)
o Larutan NaCl 0,9 g/dL
o Etanol absolute
o HCl pekat
o Larutan NaOH
o Larutan asam asetat 10%
o Spektrofotometer
PENETAPAN KADAR GLUKOSA
o Pembuatan filtrat bebas protein dengan cara Folin – Wu
Bahan yang akan diperiksa
Akuades
Larutan natrium tungstat 10%
Larutan asam sulfat (H2SO4) 2/3 N
o Pengukuran kadar glukosa
Filtrat bebas protein
Larutan tembaga alkalis mengandung natrium karbonat, tembaga sulfat dan
asam tartrat
Pereaksi asam fosfomolibdat mengandung asam molibdat dan natrium
tungstat
Larutan standar glukosa mengandung 0,1 mg/mL
Pengukuran kadar glikogen melalui kadar glukosa hasil hidrolisis glikogen hati.
10mL akuades
10 tetes HCl pekat
Larutan NaOH
Tabung reaksi
3
Gelas kimia 50mL
Lakmus
B. CARA KERJA
Pengambilan hati tikus
Tikus dimatikan dengan menempatkan binatang tersebut dalam bejana kaca yang telah
berisi uap eter jenuh. Segera setelah mati, tikus dikeluarkan dan ditelentangkan di atas
papan gabus. Rentangkan keempat kaki sejauh mungkin dan fiksasi ke papan operasi
dengan menggunakan jarum pentul. Basahi permukaan perut dengan alkohol, kemudian
jepitlah dinding perut di daerah median dengan pinset dan gunting dengan arah
melintang. Akan segera tampak peritoneum. Gunting peritoneum dalam arah yang sama
sejauh-jauhnya. Lakukan pengguntingan ke arah tulang dada sampai diafragma. Gunting
diafragma kearah belakang. Lepaskan hati dan jaringan sekitarnya secara tumpul,
sehingga hati dan sebagian diafragma lepas dari tubuh. Kemudian lepaskan hati daro
diafragma.
Tempatkan hati tersebut dalam larutan NaCl 0,9 g/dL, suhu 4 C.Setelah pengambilan⁰
hati, tetesi jantung dengan heparin dan segera gunting bagian apeksnya. Ambil darah dari
rongga dada dengan pipet Pasteur dan tampung dalam tabung reaksi untuk penetapan
kadar glukosa darah.
Pelumatan hati
Keluarkan hati dari larutan NaCl 0,9 g/dL dingin dan keringkan diantara dua kertas
saring. Lakukan pelumatan hati dengan menambahkan Akuades 100mL dan timbang hati
tersebut serta catat beratnya.
Ekstraksi glikogen
Masukkan lumatan hati dalam kaserol dan panaskan sehingga mendidih. Tambahkan 5
mL asam asetat untuk mengendapkan protein. Teruskan mendidihkan campuran tersebut
sambil diaduk sehingga volumenya tinggal separuh dari semula. Kemudian saring
lumatan hati ini selagi panas dan tampung ke dalam gelas ukur. Setelah dingin tambahkan
ke dalam filtrate tersebut alkohol 95%, 4 kali lebih banyak. Glikogen akan mengendap.
Simpan glikogen dalam alkohol ini sampai praktikum berikut.
Pengukuran kadar glukosa jaringan hati
4
Pisahkan endapan glikogen dengan menyaring atau dengan pemusingan. Pindahkan ke
dalam gelas kimia 50mL dan tambahkan 10mL akuades dan 10 tetes HCl pekat, campur
dengan baik. Didihkan selama 10 menit untuk menggunakan lakmus sebagai indikator.
Pindahkan ke dalam tabung reaksi yang sudah diberi tanda volume 10 mL. Tambahkan
akuades sampai volume menjadi 10mL. Lakukan penetapan kadar glukosa hasil hidrolisis
glikogen hati dengan cara Folin – Wu (tidak perlu dilakukan pembuatan filtrate bebas
protein).
Pembuatan filtrat bebas protein dengan cara Folin – Wu
1. Pipetkan 7 mL akuades ke dalam Labu Erlenmeyer 125 mL yang kering.
2. Tambahkan 1 mL bahan yang akan diperiksa, goyang labu dengan perlahan.
3. Tambahkan 1 mL larutan Na tungstat 10%, campur dengan menggoyang labu.
4. Tambahkan 1 mL (H2SO4) 2/3 N secara tetes demi tetes sambil terus menggoyang
labu. Dan diamkan 10 menit.
5. Saring melalui kertas saring yang kering dan filtrate yang keluar ditampung.
Pengukuran kadar glukosa
Pengukuran kadar glukosa ini dilakukan dengan menggunakan tabung Folin – Wu.
Larutan (mL) 1
Blanko
2
Standar 1
3
Standar 2
4
Uji 1
5
Uji 2
Filtrate bebas
protein
- - - 2,0 2,0
Standar glukosa - 2,0 2,0 - -
Akuades 2,0 - - - -
Pereaksi
Tembaga Alkalis
2,0 2,0 2,0 2,0 2,0
Campurkan dengan baik dengan menggoyang-goyangkan
tabung. Letakkan dalam penangas air mendidih selama tepat
8 menit. Kemudian dinginkan dalam es selama 3 menit.
Asam
fosfomolibdat
2,0 2,0 2,0 2,0 2,0
Campurkan dengan baik. Diamkan 3 menit untuk
5
melarutkan Cu2O. Kemudian encerkan sampai 25
mLdengtan akuades. Baca serapan (A) tiap tabung pada
spektrofotometerpada panjang gelombang 420 nm.
Pengukuran kadar glikogen hati.
1. Memisahkan endapan glikogen dengan menyaring atau dengan pemusingan
2. Memindahkan ke dalam gelas kimia 50 mL
3. Menambahkan 10 mL akuades dan 10 tetes HCl pekat dan dicampur dengan baik
4. Mendidihkan selama 10 menit untuk menghidrolisis glikogen dan dinginkan
5. Menetralkan larutan dengan NaOH dengan menggunakan lakmus sebagai indicator
6. Memindahkan ke dalam tabung reaksi yang sudah diberi tanda volume 10 mL
7. Menambahkan akuades sampai volume menjadi 10 mL
8. Melakukan penetapan kadar glukosa hasil hidrolisis glikogen hati dengan cara Folin-
Wu (tidak perlu dilakukan pembuatan filtrate bebas protein).
6
V. HASIL dan PEMBAHASAN
PENETAPAN KADAR GLUKOSA
Tabung Absorban
Blanko 0,063
Standar 1 (S1) 0,154Rata – rata (As)= 0,161
Standar 1(S2) 0,168
Uji 1 (U1) 0,133Rata – rata (Au)= 0,135
Uji 2 (U2) 0, 137
Kadar Glukosa = Au−AB
A s−AB
× 0,2×1000,12
mg100 ml
= 0,135−0,0630,161−0,063
×0 , 2 ×833,33mg
100 ml
= 0 ,0720,098
×0,12 ×833,33mg
100 ml
= 0,734 × 0,2× 833,33mg
100 ml
= 122,33mg
100ml≈ 122
mg100 ml
Keterangan :
Nilai 0,12 didapatkan dari :
2 ×0,610
= 0,12
2 = konstanta10 = jumlah bahan – bahan yang digunakan (7+ 0,6 + 1 + 1 = 9,6 ≈ 10)0, 6 = Volume Darah (ml)
7
PEMBAHASAN :
Metabolisme saat keadaan normal/tidak puasa
Jaringan pertama yang dilewati oleh glukosa adalah hati. Hati mengekstraksi sebagian
glukosa dari aliran darah. Sebagian glukosa yang masuk ke dalam sel-sel hati dioksidasi dalam
jalur-jalur yang menghasilkan ATP untuk memenuhi kebutuhan energi segera sel-sel ini,
sedangkan sisanya diubah menjadi glikogen dan triasilgliserol. Di dalam hati, insulin
meningkatkan penyerapan glukosa, penggunaannya sebagai bahan bakar, dan penyimpanannya
sebagai glikogen serta triasilgliserol. Simpanan glikogen dalam hati mencapai maksimum sekitar
200-300 g setelah kita makan makanan yang mengandung banyak karbohidrat, sedangkan
simpanan lemak tubuh relatif tidak terbatas. Sewaktu simpanan glikogen mulai penuh, hati juga
mulai mengubah sebagian glukosa yang diterimanya menjadi triasilgliserol. Baik gugus gliserol
maupun asam lemak triasilgliserol disintesis dari glukosa. Namun, triasilgliserol tidak disimpan
di dalam hati tetapi dikemas bersama protein, fosfolipid, dan kolesterol dalam bentuk kompleks
lipoprotein yang dikenal sebagai lipoprotein densitas sangat rendah (very low density lipoprotein,
VLDL) yang kemudian disekresikan ke dalam aliran darah. Sebagian asam lemak dari VLDL
diserap oleh sel untuk memenuhi kebutuhan energi segera, tetapi sebagian besar disimpan di
jaringan adiposa sebagai triasilgliserol.
Metabolisme glukosa di jaringan lain, glukosa dari usus, yang tidak dimetabolisme oleh
hati, akan mengalir di dalam darah menuju ke jaringan perifer, tempat glukosa tersebut mungkin
dioksidasi untuk menghasilkan energi. Glukosa merupakan bahan bakar yang dapat digunakan
oleh semua jaringan. Banyak jaringan menyimpan glukosa dalam jumlah kecil dalam bentuk
glikogen. Otot relatif memiliki banyak simpanan glikogen.
Metabolisme Saat Keadaan Puasa
Metabolisme saat keadaan puasa bisa juga disebut keadaan postabsortif. Pada keadaan
ini, sintesis dari lemak, glikogen, dan protein berhenti dan mulai dikatabolisme. Tujuan utama
dari keadaan ini adalah mempertahankan kadar gula darah di dalam keadaan homeostasis (70-
110 mg/100 mL) pada saat kadar gula darah menurun. Yang paling penting untuk diingat adalah
8
glukosa darah penting karena otak hampir selalu menggunakan glukosa sebagai sumber energi
utamanya.
Sumber gula darah berasal dari :
Glikogenolisis di hati. Simpanan glikogen di hati (sekitar 100 g) adalah
simpanan glukosa utama yang dengan cepat dan efisien dapat mempertahankan
kadar gula darah selama 4 jam.
Glikogenolisis otot rangka. Simpanan glikogen otot kurang lebih sama
dengan hati. Sebelum glikogen hati habis, dimulailah glikogenolisis di otot rangka.
Akan tetapi, glukosa yang didapat hanya dioksidasi sebagian menjadi asam piruvat
(pada anaerob laktat) yang akan masuk ke aliran darah dan diubah menjadi glukosa
di hati.
Lipolisis jaringan adiposa dan hati. Sel adiposa dan hati memproduksi
gliserol dengan mekanisme lipolisis dan hati mengubahnya menjadi glukosa yang
akan dilepaskan ke darah.
Katabolisme protein seluler. Protein jaringan menjadi sumber utama gula
darah saat puasa dalam jangka waktu lama dimana glikogen dan lemak sudah mulai
habis. Asam amino seluler (sebagian besar otot) mengalami deaminasi dan diubah
menjadi glukosa di hati. Saat puasa bertahan selama beberapa minggu, ginjal juga
membantu glukoneogenesis. Saat puasa lama ini/kelaparan, tubuh kita mengatur
prioritas. Pergerakan dari otot tidak sepenting mempertahankan pemulihan luka,
respon imun, dan produksi ATP. Tentu saja terdapat batas dari protein jaringan yang
dapat dipecah sebelum tubuh berhenti berfungsi.
Mekanisme penyimpanan glukosa
Saat puasa, tubuh akan mempertahankan kadar gula darah supaya cukup
untukmenyediakan kebutuhan energi. Akan tetapi, tubuh dapat beradaptasi untuk membakar
lebih banyak protein dan lemak yang menjadi sumber energi utama pada jaringan laindan
memberikan glukosa hanya untuk organ yang memerlukan. Saat puasa lama, otak terus
menggunakan glukosa, tetapi hampir semua organ lain menjadikan asam lemaksebagai sumber
energi utamanya. Saat fase ini, lipolisis dimulai di jaringan adiposa danasam lemak yang
dilepaskan akan diambil untuk dioksidasi menjadi energi. Pada puasa lebih lama dari 4/5 hari,
9
otak akan mulai menggunakan badan keton dan glukosa sebagai sumber energinya. Penggunaan
bahan bakar alternatif ini terjadi agar protein jaringan tidak dirombak lebih banyak lagi.
Pada praktikum ini, didapatkan kadar glukosa darah tikus yang puasa kurang dari 12 jam
sebesar 122 mg/100ml hati. Dan tidak dilakukan pengukuran kadar glukosa darah pada tikus
yang tidak puasa. Sehingga pada praktikum ini tidak dapat dilakukan perbandingan kadar
glukosa darah antara tikus puasa dan tikus dan tidak puasa. Berdasarkan teori dapat diketahui
bahwa kadar glukosa darah tikus yang tidak puasa lebih tinggi daripada tikus yang puasa. Hal ini
bersesuaian satu sama lain karena dalam keadaan normal glukosa darah cukup untuk memenuhi
kebutuhan jaringan sehingga cadangan glikogen di hati tidak diambil. Sedangkan saat puasa,
glukosa darah rendah sehingga terjadi glikogenolisis di hati. Glukosa dari hasil glikogenolisis
tersebut digunakan untuk memenuhi kebutuhan jaringan.
Pengukuran Kadar Glikogen Hati Melalui Penghitungan Kadar Glukosa Hasil
Hidrolisis Glikogen Hati.
HASIL :
Berat hati : 1 gram
Tabung Absorban
Blanko 0,1888
Standar 0,014
Kadar glukosa hasil hidrolisis glikogen hati (mg/g hati) :
¿RU−¿ RB
RS – RB
×1
berat hati¿
¿ 0,188−0,0140,137−0.014
×11
¿ 0,1740,123
10
¿1.41mg
gr hati
PEMBAHASAN :
Glikogen hati disintesis selama kita makan makanan yang mengandung karbohidrat saat
kadar glukosa darah meningkat dan diuraikan saat kadar glukosa darah menurun. Sewaktu
seseorang makan makanan yang mengandung karbohidrat, kadar glukosa darah segera
meningkat, kadar insulin meningkat, dan kadar glukagon menurun.
Peningkatan kadar glukosa darah dan peningkatan rasio insulin/glukagon menghambat
penguraian glikogen dan merangsang sintesis glikogen. Simpanan segera glukosa darah sebagai
glikogen membantu membawa kadar glukosa darah ke rentang normal, yaitu sekitar 80-100
mg/dL. Seiring dengan lama waktu setelah makan makanan yang mengandung karbohidrat,
kadar insulin menurun dan kadar glukagon meningkat.Turunnya rasio insulin/glukagon
menimbulkan hambatan pada jalur biosintetik dan pengaktifan jalur degradatif. Akibatnya,
glikogen hati dengan cepat diuraikan menjadi glukosa yang akan dibebaskan ke dalam darah.
Walaupun glikogenolisis dan glukoneogenesis diaktifkan secara bersama-sama oleh
mekanisme pengatur yang sama, glikogenolisis berespons lebih cepat dengan glukosa yang lebih
berlimpah-limpah. Sebagian glikogen hati diuraikan dalam beberapa jam pertama setelah makan
(Tabel 1). Oleh karena itu, simpanan glikogen hati merupakan bentuk simpanan glukosa yang
mengalami pembentukan dan penguraian dengan cepat-responsif terhadap perubahan kadar
glukosa darah yang kecil dan cepat.
Tabel 1. Efek Puasa pada Kandungan Glikogen hati Manusia
Lama Puasa (jam) Kandungan Glikogen (umol/g hati)
0 300
2 260
4 216
24 42
64 16
11
Dari hasil praktikum, didapatkan hasil kadar glikogen hati tikus puasa < 12 jam sebesar
1,41 mg/g hati. Namun dalam praktikum ini, tidak dilakukan percobaan terhadap tikus tidak
puasa sehingga kami tidak dapat membuat perbandingan. Tetapi berdasarkan teori, dapat
dikatakan bahwa kadar glikogen hati yang tidak puasa lebih tinggi daripada yang puasa. Karena
saat tidak puasa glukosa darah cukup untuk memenuhi kebutuhan jaringan sehingga cadangan
glikogen di hati tidak diambil. Sedangkan saat puasa, glukosa darah akan rendah karena tidak
ada makanan yang masuk sehingga akan terjadi glikogenolisis di hati. Glukosa dari hasil
glikogenolisis tersebut akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan jaringan.
VI. KESIMPULAN
Pada percobaan ini hanya dilakukan percobaan pada tikus yang puasa, didapatkan tikus
yang puasa memiliki kadar glukosa yang sangat sedikit. Hal ini bersesuaian satu sama lain
karena dalam keadaan normal (tidak puasa) glukosa darah cukup untuk memenuhi kebutuhan
jaringan sehingga cadangan glikogen di hati tidak diambil. Sedangkan saat puasa, glukosa darah
rendah sehingga terjadi glikogenolisis di hati. Glukosa dari hasil glikogenolisis tersebut
digunakan tikus tersebut untuk dipecah sehingga mempertahankan kadar glukosa darah yang
menurun pada saat puasa.
DAFTAR PUSTAKA
1. Murray, R. K, Granner, D. K, & Rodwell, V. W. Biokimia Harper. Ed. 27. Jakarta :
EGC, 2009; 89.
2. Sherwood, laurelee. Fisiologi Manusia : dari Sistem ke Sel. Ed. 6. Jakarta : EGC,
2011;574,582.
3. FKUI, Bagian Biokimia. Biokimia : Eksperimen Laboratorium. Jakarta : Widya Medika,
2001; 92-4,102-4.
12