lampiran i pertanyaan dan jawaban saat wawancara · 4. bagaimana pendapat bapak dari dunia sastra...
TRANSCRIPT
165
LAMPIRAN I
PERTANYAAN DAN JAWABAN SAAT WAWANCARA
1. Apa yang menjadi inspirasi bapak dalam menulis cerbung Mburu Pusaka
tersebut pak?
“Sing dadine inspirasine niku yaiku fenomena sakniki, sakniki kathah sing
pados simbol kanggo menenangkan diri kadang butuh simbol-simbol
tambahan contohnipun nggih pusaka niku. Lha saat enten ngonteniku kan
nggih otomatis dimanfaatkan orang sing mboten golek lha liane dingge
kejahatan, nggih mung niku tok. Namung sederhana niku mawon.”
Terjemahan
“Apa yang menjadi inspirasai saya adalah fenomena sekarang, sekarang
niki banyak yang membutuhkan simbol untuk menenangkan diri kadang
butuh simbol-simbol tambahan contohnya ya pusaka itu. Saat ada seperti
itu kan otomatis dimanfaatkan oleh orang yang tidak mencari. Lha lainnya
dipakai untuk kejahatan, ya hanya itu saja. Hanya sederhana itu saja.”
2. Mengapa alasan bapak lebih suka mengunakan bahasa Jawa dalam
menyampaikan inspirasinya? lalu bagaimana cara untuk menarik pembaca
dari inspirasi itu?
“Dulune kula, nanging tekan saiki isih, kula nulis nganggo bahasa
Indonesia, nanging ternyata setelah kula slidiki niku bahasa Jawa niku
malah ghadah pembaca sing milidtan, dadi nek enten pelangane niku ta,
semua majalahe niku dibaca habis dari judul sampai titik terakhir niku
sampai habis mboten enten sing diliwati. Dadi mereka niku baca-baca
bahasa Jawa nipun otomatis milidtan lebih baik menulis bahasa Jawa sing
genah-genah diwaca ingkang tenanan daripada sing nulis bahasa
Indonesia sing diwaca sing uwong-uwong sing sempat maca, karep kula
ngonteniku lheh, mbak. Nggih ngonten niku mbak.”
Terjemahan
“Dulunya saya, namun masih sampai sekarang masih. Saya menulis
menggunakan bahasa Indonesia, namun ternyata setelah saya slidiki itu
bahasa Jawa itu malah mempunyai pembaca yang tetap. Jadi jika ada
pelanggan itu ya, semua majalah itu dibaca habis dari judul sampai titik
akhir itu sampai habis tidak ada yang dilompati. Jadi mereka itu mebaca-
166
baca bahasa Jawa itu otomatis tetap lebih baik menulis bahasa Jawa yang
benar-benasr dibaca yang benar-benar daripada yang menulis bahasa
Indonesia yang dibaca yang orang-orang yang sempat baca, maunya saya
begitu loh, mbak. Iya seperti itu mbak.
3. Bagaimana pendapat cara bapak untuk menarik pembaca agar tertarik
untuk membaca pak?
“Ya, kula nyiptake konflik niku ingkang sing berkesinambungan, walaupun
niku semacam imajinasi nangingkan harus ada konflik ning crita
walaupun crita kita lempeng nanging mesti ana konflik menika walaupun
tipis banget nanging tetep ana. Tetap kudu nyiptaken konflik ingkang
berkesinambunga, nggih umpama maca sepisan maca seri pertama
mengko arep rampungki otomatis mengko harus ada rasa sing kudu iki
mengko terus kepiye ya? Terus gitu terus menarik untuk melihat yang
berikutnya. Ngonten niku, mbak.”
Terjemahan
“Ya, saya menciptakan konflik itu yang berkelanjutan, walaupun itu
semacam imajinasi namunkan harus ada konflik di cerita walaupun cerita
kita datar namun tetap menciptakan konflik yang itu walaupun sedikit
sekali namun tetap ada. Tetap harus menciptakan konflik yang
berkelanjutan, iya seumpama membaca pertama kali, membaca seri
pertama pasti nanti sampai akhir otomatis nanti harus ada rasa yang harus
ini nanti gimana ya? Terus gitu terus menarik untuk dilihat yang
berikutnya, sepeti itu, mbak.”
4. Bagaimana pendapat bapak dari dunia sastra Jawa saat ini pak, apakah
semakin maju atau bagaimana gitu, pak?
“Nak diarani maju ya majune merga milidtan niku wau mbak, contohne
nek secara umum niku nggih stagnan niku, mboten mati nggih mboten urip
nggih ngonten niku kajaba orang Jawa mau membaca kula kira sastra
Jawa tetap hidup. Sekarang kan agak lebih berbeda penyampaiannya
sekarang kan pengarang lebih ke membuat buku sendiri nyetak buku dewe
ora enek sing ngragati nanging nyetak sing ngarang. Intinya stagnan
nanging berkembangnya itu berubah menjadi buku.”
Terjemahan
“Jika dikatakan maju majunya itu karena tetap itu tadi, contohnya jika
secara umum itu tadi ya stagnan tadi, tidak mati ya tidak hidup ya seperti
itu namun jika orang Jawa itu mau membaca saya kira sastra Jawa tetap
hidup. Sekarang kan agak lebih berbeda penyampaiannya sekarangkah
pengarang lebih membuat buku sendiri mencetak sendiri tidak ada yang
167
membiayai namun mencetak yang dikarang. Intinya stagnan namun
berkembangnya itu berubah menjadi buku.”
5. Apakah ada hubungan antara cerbung Mburu Pusaka ini dengan kenyataan
hidup yang bapak alami?
“Nak secara pribadi, mboten. Mboten wonten, namung imajinnasi kalih
nonton lingkungan serta kondisi sosial saat niki.”
Terjemahan
“Jika secara pribadi, tidak. Tidak ada. Namun imajinasi dengan melihat
lingkungan serta secara kondisi kondisi sosial saat ini.”
6. Persoalan apa yang sebenarnya ingin bapak sampaikan melalui cerbung
Mburu Pusaka ini?
“Nggih, hal niku wau, pokoke uwong aja gampang tertarik ning hal-hal
sing sifate ghaib, supranatural secara hal-hal kasebut sing angel
dipahami walaupun ada, intine niku jangan terlalu percaya, namung
entene kekuatan menika nggih namung saking Tuhan tok mboten saking
pusaka-pusaka wau, pusaka nggih namung lambang lan simbol kalawau.”
Terjemahan
“Ya, hal itu tadi, penting orang jangan gampang tertarik kepada hal-hal
yang sifatnya ghaib, supranatural secara hal-hal tersebut yang susah
dipahami walaupun ada, intinya itu jangan terlalu percaya, namun adanya
kekuatan itu hanya dari Tuhan saja tidak dari pusaka-pusaka tadi. Pusaka
itu hanya lambang dan simbol tadi.”
7. Apakah ada salah satu tokoh yang merupakan cerminan dari jiwa bapak
ataukah bapak pernah merasakan pengalaman seperti itu?
“Nanging kula saged menempatkan diri kula pada tokoh sopir wau niku
tokoh Nurcahya, ingkang berusaha menempatkan pada pihak kula, jalan
pikiran kula, pemikiran-pemikiran kula, pada tokoh Nurcahya kalawau.
Terjemahan
“Kalau saya menempatkan diri saya pada tokoh supir itu tokoh Nurcahya,
yang berusaha saya tempatkan pada pihak saya, jalan pikiran saya,
pemikiran-pemikiran saya. Pada tokoh Nurcahya tadi.”
168
8. Pesan apa yang ingin bapak sampaikan kepada masyarakat pembaca dari
cerbung Mburu Pusaka?
“Nggih niku wau, wonteng ingkang pembahasan wau, nggih percaya
angsal namung ampun banget-banget mengkeh malah dados kliru.”
Terjemahan
“Ya itu tadi, berada pada pembahasan yang itu tadi, ya percaya boleh
namun jangan terlalu beitu sangat nanti malah jadi kliru.”
9. Bagaimanakah pandangan bapak pada tokoh Nurcahya, Gunar Sudigdo
dan Dirga Swandaru yang menjadi tokoh sentral atau tokoh utama dalam
cerbung Mburu Pusaka?
“Menawi Nurcahya nggih ingkang sing mewakili jalan pikiran kula,
ingkang wonten ing kebenaran-kebenaran wau. Kalau Gunar Sudigdo
mewakili uwong-wong kang seneng karo benda pusaka wau ingkang
ngarah pada arah kliru namung niku baru berjalan, namung Gunar
Sudigdo juga duweni argumentasi-argumentasi khusus, terus Dirga
Swandaru niku nggih uwong ingkang manfaataken situasi-situasi kalawau,
duweni pemikiran licik pada uwong-wong kang seneng pusaka ya di
manfaatke wae. Gitu mbak.”
Terjemahan
“Jika Nurcahya ya yang mewakili jalan pikiran saya, yang berada di
kebenaran-kebenaran tadi. Kalau Gunar Sudigdo mewakili orang-orang
yang senang pada benda pusaka-pusaka tersebut yang akan mengarah pada
kesalahan namun itu baru berjalan, namun Gunar Sudigdo juga
mempunyai pembelaan-pembelaan khusus, terus Dirga Swandaru itu orang
yang memanfaatkan situasi-situasi tadi. Mempunyai pemikiran yang licik
pada orang-orang yang senang pusaka tadi dimanfaatkan saja. Gitu mbak.”
10. Mengapa tokoh Nurcahya mengalami pergejolakan batin, atau gejala
kejiwaan lebih pada emosi diri untuk menerima kebenaran perbuatan
Dirga Swandaru sebelum terbongkarnya kejahatannya, apakah memang
dibuat sedemikian rupa, atau ada maksud tertentu pak?
“Ya memang kula buat nggih ngonten niku mbak, memang kula buat
jalanne alur seperti itu. Mboten semerta-merta terus Nurcahya menolak
ngono wae niku mboten ya tetep berpikir Dirga Swandaru ki piye kok
169
ngunu, Gunar Sudigdo ki piye kok ngunu? Aku kedewe piye kok ngunu gitu
loh berbagi sudut melu dipandang sebijak mungkin gitu.
Terjemahan
“Ya memang saya buat ya seperti itu mbak, memang saya buat jalannya
alur seperti itu. Tidak semena-mena terus Nurcahya menolak gitu saja itu
tidak. Ya tetap berpikir Dirga Swandaru kok bisa seperti itu, Gunar
Sudigdo juga kok seperti itu? Saya sendiri juga kok ya begitu namun
dilihat dari sudut pandang sebijak mungkin gitu.
11. Terkadang dalam karya sastra itu ada sebuah tema yang ditonjolkan,
dalam cerbung Mburu Pusaka ini apakah ada yang ingin bapak tonjolkan
dalam cerita itu, agar tema tersebut dapat tersampaikan oleh pembaca?
“Nggih ada. Namung Hati-hati mawon. Hati-hati menghadapi hal-hal
seperti itu. Seperti itu maksudipun nggih niku wau terhadap pusaka, kudu
berpikir kanthi logika gitu.”
Terjemahan
“Ya ada. Namun hati-hati saja. Hati-hati menghadapi hal-hal yang seperti
itu. Seperti itu maksudnya ya itu tadi terhadap pusaka, harus berpikir
dengan mengunakan logika gitu.”
170
LAMPIRAN II
BIODATA PENGARANG
Nama : Alfonsus Aris Purnomo / Al Aris Purnomo
Samaran/Singlon : (Aris P) (Toya Wening) (Apolos Arif
Surmonus) (Purna Pralampita Lungid) (Bhre Saptabumi)
(Arya Sanggabumi)
(Mbah Gendut) (Putra Sriwirata) (Rafael Parameswara)
(Tulus Pamuji) (Pradnya Iswari) ( Arya Rukmara) (Mikhael
Gandhung) (Putri Prawesrini) (Purnomo Sanggit Wasista)
(Wulan Ayu) (Aji Pambudi) (Atin Prihatin) (Bayu
Anggara) (Anis Pratiwi) (Putri Tamtama) (Murti Susatyo)
(Kang Nomo) (Kang Pur) (Stefanus Pur) (Adi Putranto)
(Mas Pur) (Sang Nareswari) (Rafael Naratayuda) (Adi
Palgunadi) (Arin Pinasti) (Aning Pangastuti) (Arif
Priyanto) dll
TTL : Wonogiri, 16 Januari 1974
Alamat : Karanglor RT.02/01, Manyaran, Wonogiri 57662
Telpon (0273) 531228
HP : 081329153602
Email : [email protected]
171
Pendidikan : Tamat SMA tahun 1992
Pekerjaan : Penulis Sastra Jawa
(geguritan, cerkak, cerbung, crita wayang, artikel, wacan
bocah dan crita rakyat)
Perincian Tulisan :
Geguritan :
1. Aku Iki Sapa ( Jaya Baya no. 32, tahun 2012)
2. Daktulis Asmamu ( Jaya Baya no. 31, tahun 2012)
3. Ing Tapel Wates ( Jaya Baya no. 31, tahun 2012)
4. Gurit Iki Prasaja Kandha ( Djaka Lodang no. 19, tahun 2011)
5. Gurit Kalanggengan ( Panjebar Semangat 2010)
6. Sawise Awan ( Jaya Baya no.10, 2012)
7. Sawijining Awan (Jaya Baya no.10, 2012)
8. Kelangan (Jaya Baya no.15, 2012)
9. Trubus Sareh (Jaya Baya no. 16, 2012)
10. Pangandel (Djaka Lodang, Januari 2013)
11. Tlaga Tresnamu (Jagad Jawa, 23 Januari 2014)
12. Ndhudhah Wewarah ( Jaya Baya, Minggu I Februari 2014)
13. Biyen Kae (Jaya Baya, no. 07, 2015)
14. Angen Lawas (Jaya Baya, no. 07, 2015)
15. Lumut (Jaya Baya, no. 24, 2016)
16. dan masih banyak lagi (lebih dari 150 geguritan)
Crita Cekak :
172
1. Manuk (Jagad Jawa Solopos, 5 Mei 2011 lan 12 Mei 2011)
2. Tembang Biru ing Taman Pangrangu ( Jaya Baya no.20, Minggu II Januari
2007)
3. Angin Isih Sumilir (Jaya Baya no.45, Minggu II Juli 2007)
4. Lelakon Ireng (Jagad Jawa Solopos, 3 Pebruari 2009)
5. Tembang Ireng (Praba, 8 April 2006)
6. Nandur Wesi (Djaka Lodang No. 8, taun 2012)
7. Sketsa Wektu (Djaka Lodang No. 15, taun 2011)
8. Kedhupak Tungkak (Djaka Lodang no. 28 taun 2012)
9. Layang Kang Nyalawadi (Panjebar Semangat no.40, taun 2011)
10. Sedulur Tunggal Susu (Jaya Baya no.37, taun 2012)
11. Digeret Sapi (Jaya Baya no.45, taun 2012)
12. Critane Boneka Asu (Panjebar Semangat no.2, taun 2012)
13. Jarene Aku Edan (Panjebar Semangat no.22, taun 2011)
14. Wulan Ratri (Djaka Lodang no.22 taun 2012)
15. Manik-manik Ireng Njanges (Praba, Nopember II, 2011)
16. Sempalan Pangarep-arep (Praba, Januari I 2014)
17. Lik Wiro (Jaya Baya no 46, 2015)
18. Sang Mantu (Jaya Baya no. 34, 2015)
19. Ziarah (Praba Februari 1, 2016)
20. Kelangan (Jaya Baya no 23, 2016)
21. dan lain-lain (100 cerkak lebih)
Artikel :
1. Basa Jawa Isih Urip Apa Sekarat? ( Jagad Jawa Solopos, 29 Juli 2010)
173
2. Budaya Jawa Apa Tinarbuka? ( Jagad Jawa Solopos, 7 April 2011)
3. Nalika Nampa Bebendu (Jagad jawa Solopos, 3 Maret 2011)
4. Basa Jawa Ing Pawiyatan (Jagad jawa Solopos, 24 Juni 2010)
5. Apa Paedahe Crita Rakyat ( Djaka Lodang, 2011)
6. Saperangan Falsafah Urip Wong Jawa (Djaka Lodang. no. 36 tahun 2012)
7. Swara Saka Swarga (Djaka Lodang 2012)
8. Waras Tanpa Obat (Djaka Lodang 2012)
9. Boyong Wukir (Djaka Lodang 2013)
10. Wong Jawa Kuwi Sapa (Djaka Lodang 2013)
11. dan lain-lain, (diambil hanya 5 tahun terakhir).
Wacan Bocah :
1. Kembang Suket ( Panjebar Semangat No.26 - 26 Juni 2010)
2. Sepatu Paseduluran ( Jagad Jawa Solopos, 12 Agustus 2010)
3. Ali-ali ( Jagad Jawa Solopos, 2 September 2010)
4. Tatag lan Sabar ( Jagad Jawa Solopos, 16 September 2010)
5. Arga Golek Dhuwit ( Jaya Baya No.32 Minggu II April 2011)
6. Mancing (Djaka Lodang, 2012)
7. Tiba Cilaka (Djaka Lodang, 2012)
8. Gedhang Rajadiraja (Jaya Baya 2013)
9. Kupu, Uler lan Kembang (Djaka Lodang 2013)
10. Boneka Bruwang Kutub (Jaya Baya 2014)
11. Kepengin Dadi Penari (Jaya Baya 08, 2015)
12. Kawicaksanane si Ragil (Jaya Baya no 25, 2016)
13. dan lain-lain, (diambil hanya 5 tahun terakhir).
174
Crita Rakyat :
1. Reretu Ing Kutai (Panjebar Semangat No. 8 sampai No. 11, taun 2011 –
<4 seri>)
2. Murca Lelana ( Jaya Baya No.31 Sampai No.52 taun 2011- <22 seri>)
3. Putra Majapahit ( Djaka Lodang No. 2 sampai No. 7 taun 2011- <6 seri>)
4. Alaskato lan Jalukura (Panjebar Semangat, taun 2012 <8 seri>)
5. Reretu Ing Kalingga ( Djaka Lodang 2013) <12 seri>
6. Putri Pinilih (Jaya Baya, 2013/2014)<25 seri)
7. Sayembarane Dewi Murwikandhi (Jaya Baya, no. 02 - .... 2015/2016)
Cerbung :
1. Polahe Rasa (Djaka Lodang no.22 sampai no. 35, taun 2011/2012- <14
seri>)
2. Umbul Sungsang (Jaya Baya no.07 sampai no. 27, taun 2012/2013- <21
seri>)
3. Ngoyak Lintang (Panjebar Semangat, 2013) <23 Seri>
4. Mburu Pusaka (Jaya Baya, 2014)
5. Pepadhang Ing Karangkidul (Djaka Lodang, 2014)
Cerita Wayang :
1. Wahyu Makutha Rama (Jaya Baya 2014)
2. Sengkuni Mantu (Panjebar Semangat, 2014)
3. Wahyu Purbasejati (Jaya Baya, 2014/2015)
4. Sudarsana Kethok (Jaya Baya, 2015)
175
5. Udang Agung (Jaya Baya, 2015)
6. Sang Jarasandha (Jaya Baya, 2016)
Buku :
1. Antologi bersama : cerkak dan geguritan “Pasewakan” Kongres Sastra
Jawa III tahun 2011.
2. Antologi bersama : crita misteri bhs Jawa “Sing Neror Jebule....” tahun
2012.
3. Antologi bersama ; crita misteri bhs Jawa “Syetan Kuburan” tahun 2012.
4. Antologi bersama : Kumpulan Geguritan „Simbok‟ tahun 2016
5. Antologi bersama : Kumpulan Cerkak „Dalan Mujur Ngetan‟ tahun 2016
Bebana/Penghargaan :
1. Juara I nulis geguritan (Isih Ana Kumlebate Tresna) HUT ke-85 Yayasan
Karmel Malang, taun 2011.
2. Juara III nulis Crita Cekak (Aspal) HUT ke-87 Yayasan Karmel Malang,
taun 2013.
3. Juara harapan I nulis geguritan (Gregorian) HUT ke-85 Yayasan Karmel
Malang, taun 2011.
4. Juara harapan II nulis geguritan (Sketsa Ing Kutha) HUT ke-85 Yayasan
Karmel Malang, taun 2011.
5. Juara Harapan II nulis geguritan (Sketsa Wektu) Hut ke-89 Yayasan
Karmel Malang taun 2015.
6. Juara I nulis Cerkak (Lampu Prapatan) HUT Sanggar Triwida
Tulungagung, 2015.
176
LAMPIRAN III
FOTO
Foto yang diambil saat penulis mewawancarai pengarang bapak Al Aris Purnomo
yang berada ditempat tinggalnya. (Foto 01, 19 Mei 2016)
Foto yang diambil saat bapak Al Aris Purnomo mendatangani surat pernyataan
yang telah diwawancarai oleh penulis. (Foto 02, 19 Mei 2016)