lampiran i - kc.umn.ac.id
TRANSCRIPT
LAMPIRAN I
157
FORMULIR KONSULTASI SKRIPSI
Nama Mahasiswa : Nora Dian Pratama
NIM : 00000026494
Nama Dosen Pembimbing : Samiaji Bintang Nusantara, S.T., M.A
Tanggal
Konsultasi
Agenda/Pokok
Bahasan
Saran Perbaikan Paraf Dosen
Pembimbing
2 Maret
2020
bimbingan
seputar topik
penelitian
Judul masih belum fokus
16 Maret
2020
bimbingan
seputar topik
penelitian
Ganti subjek, tidak boleh lagi
menggunakan media
kamibijak.com
25 Maret
2020
Konsultasi Bab
1 dan Bab II
revisi pada latar belakang,
penggunaan teori dan konsep
kurang tepat, alur penelitian
salah cara penulisan, latar
belakang kurang lengkap, bab 1
kurang fokus dan ada penulisan
salah
158
4 April 2020 Konsultasi Bab
1 Bab II, dan
Bab III
revisi latar belakang untuk
ditambah contoh kasus, revisi
bab 2
28 April
2020
Konsultasi Bab
1 Bab II, dan
Bab III
Perubahan mencakup penelitian
yang lebih terfokus, penggunaan
sumber lain dan sumber
rekomendasi buku Blur dari Bill
Kovach dan Tom Rosentiel,
penambahan unit analisis data,
dan penggunaan teori dan konsep
baru yang lebih terfokus.
7 Mei 2020 Konsultasi Bab
1 Bab II, dan
Bab III
Perubahan mencakup latar
belakang penelitian yang lebih
lengkap disertai contoh khusus
yang mendukung penelitian ini,
pengurangan penggunaan teori
Information Seeking
21 Mei 2020 Konsultasi Bab
1 Bab II, Bab
III, dan Bab IV
perubahan pada teori dan konsep
penelitian, alur penelitian seperti
yang sudah disarankan
sebelumnya, dan latar belakang
yang lebih lengkap.
1 Juni 2020 Konsultasi Bab
IV
Perubahan mencakup perubahan
alur penelitian seperti yang
sudah disarankan serta penulisan
BAB IV (notes: hasil wawancara
belum dimasukkan).
14 Juni
2020
Konsultasi
secara
keseluruhan
Latar Belakang hapus bagian
Pemilu
159
Form ini wajib dibawa saat konsultasi dan dilampirkan di dalam bagian akhir
skripsi.
Tangerang, 14 Juni 2020
Samiaji Bintang Nusantara, S.T., M.A
LAMPIRAN II
161
HASIL WAWANCARA
Wawancara I
Narasumber : Moerat Sitompul
Jabatan : Kepala Tim Media Lab Tempo
Tanggal : 10 Juni 2020
Waktu : 16.00-16.40
Melalui pesan singkat WhatsApp
Penanya Halo selamat sore Mas Moerat, apa kabar?
Narasumber Selamat sore, baik kok
Penanya Kita langsung mulai wawancaranya saja ya, bagaimana peran dan posisi
media Tempo.co dalam menjalankan praktek jurnalistiknya terutama di masa
krisis COVID-19 seperti saat ini?
Narasumber Sama aja kerjaannya, karena yang berbeda itu paling ketika di, apa namanya
ketika kita mau melakukan ketemu sumber lah
yang bedanya Ya paling sekarang kalau mau mengecek sumber ketemunya
nggak langsung, digital saja, virtual kaya sekarang gini
Penanya Virtualnya itu video call atau telepon atau gimana?
Narasumber Ya seperti kalau kita kan biasanya hari-hari anu ya bisa nelpon bisa WhatsApp
call jadi ketika di masa pandemi ini
ya mungkin kalau perlu apa perlu ketemu digantikan dengan video call kira-
kira gitu
Penanya Lanjut ya, bagaimana sih penerapan fact-checking oleh media pengecekan
fakta oleh media online Tempo.co dalam rubrik “cek fakta”?
Narasumber Penerapan Fact-checking itu apa namanya mungkin ini nanti ada kaitannya
dengan pertanyaan-pertanyaan kamu di bawah ya, Kalau penerapan fact-
checking tuh sebenarnya kan gini kalau yang namanya wartawan itu sehari-
harinya kan pekerjaannya juga fact-checking, Jadi ketika membuat liputan
kita misalnya liputan soal Wisma Atlet misalnya biasanya ada pemberitaan
dari pemerintah terhadap pasukan bahwa Wisma Atlet punya fasilitas ABC
162
seperti itu kan, namun sebagai wartawan itu namanya pengecekan fakta itu
kita tetap harus lakukan seperti biasa.
Nah pertanyaan-pertanyaan ini lalu apa bedanya antara wartawan biasa
dengan para fact-checker? Kalau Fact-checker di tempo.co itu biasanya kita
melakukan pengecekan fakta terhadap berita-berita yang bukan Running
news, jadi misalnya kalau misalnya Bagaimana misalnya kita cerita soal
kondisi Wisma Atlet itu yang mengecek biasanya bukan tim fact-checker tapi
wartawan reguler, tapi kalau misalnya pengecekan fakta mengenai pandemi
ini misalnya dengan Apakah benar minum air hangat membunuh virus? Nah
itu karena beritanya nggak ada itu biasanya melakukan pengecekkan fakta.
Lalu kalau metode nya kita setiap kali setiap kali melakukan pengecekan itu
beda-beda artinya tergantung sebuah informasi yang diklaim sebagai fakta
itu bentuknya seperti apa tergantung bentuk dari sesuatu yang dianggap
sebagai fakta yang diklaim sebagai fakta, kalau misalnya bentuknya Meme
atau Mim Itunya pemeriksaannya melalui tool-tool namanya Image Reverser
di Google ada.
kalau misalnya video kita pakai tools lain tapi biasanya kalau video ini
lumayan menguras tenaga dan waktu karena videonya harus ditonton dari
awal sampai akhir untuk mengetahui klaimnya, begitu, Lalu kita juga harus
memeriksa setiap aspek dari informasi yang diklaim sebagai fakta Apakah
dilihat dari elemen-elemen grafis nya, misalnya kalau teks doang Oke lebih
mudah ya, tapi kalau misalnya meme itu yang menyertakan seolah-olah
menyertakan situs berita tertentu kita harus cek satu per satu mulai dari
fontnya, besar font, ciri khas logo apakah logonya seperti itu atau nggaknya
itu harus di cek satu persatu.
Nah kalau video juga menggunakan tools yang berbeda, nanti mungkin
kamu bisa cek dengan Mbak Angel atau Mbak Ika. nanti
kamu akan diberi akses juga ke wawancara kepada Mba Angelina sama Mbak
Ika kalau saya ini kan lebih kepada helikopter view aja karena saya yang
163
bertanggung jawab sebagai Pengelolaan fact-checking aja tapi kalau yang
melakukan kegiatan sehari-harinya itu nanti Mbak Angel sama Mbak Ika oke
ya nanti bisa tanya ke mereka lebih mendetil karena ceritanya bakal lebih seru
dari mereka.
Lalu bagaimana dengan di sosial media, sosial media juga begitu kita mulai
ngecek akunnya, kita mulai kapan mereka apa namanya ibaratnya mempost
pertama kali tuh di mana? Kapan? Apa yang biasanya di post? Apakah
konsisten atau tidak? Apakah ini akun memang sungguhan atau akun yang
dibeli itu kan sering kejadian seperti itu jadi akun yang sudah banyak diambil
alih oleh sebuah akun lain yang banyak seolah-olah memang resmi itu perlu
dicek.
Penanya Mungkin kalau boleh tahu, bisa jelasin Bagaimana sih dari pengecekan fakta
dari awal seperti memilih klaim sampai melakukan verifikasi fakta sampai
menyebarkan itu seperti apa ya?
Narasumber Oke kita ini aja aku jelasin misalnya proses bagaimana kita mendapatkan
informasi atau sesuatu yang dianggap sebagai fakta ini kita mau cek. Biasanya
kalau dicek fakta itu kita punya sebuah grup WhatsApp, di grup WhatsApp
itu biasanya tiap anggota fact-checker ataupun penanggung jawabnya itu
memberikan usulan-usulan apa namanya itu tadi fakta-fakta yang ingin di cek,
di mana datangnya fakta-fakta itu? Nah itu pekerjaan wartawan biasanya ya
kita lihat dari WhatsApp grup kita sendiri yang beredar di keluarga, di teman,
kalangan kerja, ataupun yang dilaporkan oleh teman-teman kita atau oleh
pembaca misalnya.
Lalu kita juga ada namanya sosial media kita, sosial media kita juga biasanya
ada yang DM minta diperiksain fakta, lalu tool yang ada canggih itu ada di
Facebook.
Facebook itu memberikan sebuah dasbor kepada tim Cek Fakta Tempo yang
isinya itu berbagai fakta yang perlu diperiksa, di situ ada yang namanya
viralitas ya jadi ini sudah di-share berapa kali, lalu yang baca berapa, sudah
berapa lama beredar. Nah, berdasarkan pertimbangan itu biasanya kita lalu
164
memilih mana nih yang perlu lebih dahulu di cek fakta, biasanya yang kita
pilih pertama itu adalah yang satu Viralitasnya tinggi, artinya sudah menyebar
kemana-mana, yang kedua yang sedang hangat dibicarakan artinya kalau ada
dua yang sama-sama penyebarannya besar tapi satu sekarang misalnya
tentang pandemi COVID-19 dan satu lagi tentang kecelakaan di jalan tol di
Jawa Barat misalnya yang sudah berkejadian kira-kira 2 tahun sebelumnya,
itu biasanya kita tentu akan pilih yang sedang hangat yang sekarang lebih
relevan.
Nah setelah itu kita harus pilih, misalnya Siapa ini yang menyatakan ini yang
menyatakan fakta tersebut? Apakah orang biasa atau justru lembaga-lembaga
yang seharusnya memberikan informasi yang benar, misalnya presiden
ngomong sesuatu tentang COVID-19 atau wakil presiden atau Kementerian
Kesehatan tentunya itu yang lebih dulu diperiksa dibandingkan kalau yang
bicara misalnya seorang pengunjung warung kopi nongkrong di warung kopi
itu apa namanya kalah abunya jadi dipilih.
Nah setelah itu setelah memenuhi kriteria-kriteria yang kita tentukan itu baru
mulai dicek, di rapat itu kan kita ada anggota-anggotanya, Nah biasanya yang
Mengatur lalu lintas hoaks mana atau fakta mana yang mau diperiksa itu
Mbak Angelina Anjar atau panggilan sehari-harinya Mbak Army. Nah Mbak
Army ini akan membagikan fakta-fakta atau hoaks-hoaks yang mau diperiksa
kepada tiga fact-checker lain, tiga fact-checker ini kebetulan tiga-tiganya
wartawan tapi kalau di beberapa tempat fact-checker itu enggak perlu harus
wartawan, tapi bisa juga kalangan akademisi atau pengamat politik atau ya
tidak perlu wartawan atau bahkan anak sekolah dan Mahasiswa juga bisa
andai kata terkait dengan pendidikan.
Lalu, selain dari itu, selesai, sudah ada faktanya bahwa kita harus tahu hoaks
ini pertama kali tersebar bagaimana, penyebarannya bagaimana, kepada
siapa. Nah, lalu kita memeriksa sumber-sumber kita yang tentunya bisa
ditanggungjawabkan kredibilitasnya baru dijelaskan bahwa menurut lembaga
A faktanya begini, menurut lembaga B faktanya begini hal tersebut selaras
165
atau entah bertentangan. Nah, setelah itu harus dijelaskan bahwa misalnya
kita membuat di hoaks itu misalnya menyertakan foto atau menyertakan
video kita harus bisa menunjukkan bahwa foto atau video itu aslinya apa?
Contoh misalnya, ada foto tentang orang Cina rame-rame shalat karena takut
virus Corona, ada itu semua, apa namanya semua videonya lengkap. Namun
kita nggak tahu tuh sebenernya video apa? Nah, itu fact-checker akan
memeriksa video itu asalnya dari mana dan apa isi sebenarnya, dari situ
dijelaskan bahwa Oh ternyata video ini mengenai salat Idul Fitri dan memang
benar di Cina, tahu dari mana di Cina? kita minta bantuan fact-checker kita di
Taiwan yang mengerti bahasa dan tulisan Cina. Nah dia itu yang memeriksa
lokasi dan pembicaraan yang ada di dalam video itu.
Lalu dari situ kita juga mengecek apakah benar nih misalnya salat Jumat itu
kan di masjid ya. Nah Masjid itu di mana? posisinya gimana? Apakah benar
seperti itu? Nah dari situ sudah ketahuan bahwa Hoaks ini salah, Lembaga
ABC menyatakan klaim ini tidak cocok, video yang benar ternyata tentang
salat Idul Fitri bukan salat takut Corona.
Dari situ dia akan masuk ke dalam kategori yang dibuat oleh Tempo, kamu
bisa cek di cek Fakta Tempo.co itu ada kategori-kategori. Misalnya dia masuk
ke kategori keliru, itu kita harus jelaskan bahwa ini keliru. Setelah selesai
dinyatakan keliru nah itu akan kita tulis dalam website tempo.co alamatnya
ada di Cek Fakta Tempo.co lalu kita juga membagikan atau menyebarkan
hasil verifikasi kita ke Instagram itu @tempo.cekfakta. Mungkin kamu bisa
cek di situ. Nah itu yang mengelola Mbak Army, dari situ biasanya sih kita
kalau dari website itu responnya bagus ya terutama kalau misalnya kita kan
bekerjasama dengan Facebook.
Nah apabila artikel itu dipromosikan oleh Facebook atau dipromosikan dalam
Facebook ya. Jadi bisa kita promosiin sendiri atau Facebook sendiri
promosiin, itu pembacanya bagus dan responnya juga baik dan sering
dijadikan ya sering dimention lah sama temen-temen, terutama itu terlihat
166
yang jelas itu di instagram-nya Tempo Cek Fakta. Maka tadi saya cerita
bahwa dari situ juga banyak input-input dari pembaca yang misalnya minta
dicek Tolong dong cek berita ini, tolong
dicek berita itu, kira-kira begitu ya untuk pengecekan fakta.
Penanya Apakah pakai sumber anonim?
Narasumber Nggak bisa, karena ini kan ya sejauh ini sih sumber anonim itu kan selemah-
lemahnya sumber ya, intinya kalau kita sih selama ini kita nggak pernah lihat
cek fakta itu dari kita yang menggunakan sumber anonim karena enggak bisa
dipertanggungjawabkan, gitu lah ya kalau untuk alasan perlindungan dan
segala macam baiknya kita menggunakan sumber anonim, karena kalau
misalnya gini ketika sebuah fakta tidak bisa dibuktikan itu bisa masuk dalam
kategori tidak terbukti ataupun kita hold ini-nya rilisnya sampai kita cukup
mendapatkan bukti. Nah, itulah kesulitan yang kita hadapi seringkali kita
tidak mendapatkan cukup bukti untuk merilis berita berita itu misalnya
datanya nggak ada, sumber yang bisa diandalkan nggak ada, pun kalau ada
yang ngomong dia tidak punya landasan, Misalnya kalau dia seorang peneliti
tidak pernah menuliskan soal jurnal ilmiah soal COVID misalnya, soal apa
namanya virologi atau epidemiologi itu Ya kita nggak bisa pakai agak berat
itu dari saya sih gitu aja sih.
Penanya Alat yang biasa sering dipakai tim pengecekkan fakta apa saja?
Narasumber Mungkin nanti aku share ini ya presentasi, Aku, di situ biasanya ada tool-tool
yang biasa kita gunakan di situ, kamu baca baca dulu aja presentasi itu nanti
bisa tanya-tanya via WhatsApp atau Zoom lagi, jadi tool-nya itu macam-
macam ya kalau yang mungkin standar diketahui sama Mas Nora ini misalnya
Google Maps.
Kalau misalnya video atau lokasi ya misalnya gini ada sebuah gambar yang
menyatakan bahwa ini sebuah banjir di alun-alun Tegal, Siapa yang tahu ini?
pada saat latihan itu kebetulan ada yang dari Tegal, betul itu apa namanya
lokasinya di Tegal.
167
Oke yuk bilang bahwa lokasi Tegal, Mana buktinya? Mana buktinya itu dia
membuktikan dengan menggunakan Google Map lalu dia mengetik lokasi
yang dia katakan bahwa itu benar, pada saat itu misalnya banjir di Tegal itu
ternyata banjirnya di depan Masjid Agung, Masjid Agung kita Mas Tuh kan
tuh kamu tahu kan ada orang-orangan kuning itu yang bisa di drop di Google
Map, dia itu ditaruh di situ muncul kita bandingkan Ini Masjid yang ada di
Google Maps lalu bandingkan juga dengan kondisi banjirnya, Oh ya benar
kita cek lagi, ini banjirnya tahun 2019, kenapa kok bisa tahu nih banjirnya
2019? Google Map itu ketika memotret lokasi Dia itu ada beberapa kali
memoto lokasi, biasanya ada tahun-tahunnya gitu. Oh iya nih tahun 2020 ini
, tahun 2019 ini belum ada ya belum ada tiang BTS telekomunikasi ini
misalnya ya, tahun 2020 udah ada itu di Google Maps bisa cari misalnya
seperti itu.
Lalu ada satu video misalnya itu ada yang bisa memeriksa frame by frame
Bener video ini editan atau bukan itu ada juga toolnya. Jadi tergantung dari
itu Fakta apa yang diperiksa maka toolnya juga akan macam-macam. Nah,
macam-macam tool ini seiring dengan waktu itu terus bertambah dan
biasanya ada updating dari Mafindo Masyarakat Anti Fitnah Indonesia kalau
pernah dengar turn back hoax itu websitenya dari situ isinya macam-macam
oleh wartawan, ahli data, mahasiswa itu ada di situnya kamu bisa cek juga ke
mereka, itu biasanya kita komunikasi juga mereka biasanya suka share ini ada
cara baru untuk mengecek bahwa ini Fakta atau bukan, ini lo ada cara-cara
bikin hoaks baru yang perlu diperhatikan.
Misalnya yang terakhir yang lagi ngetren itu ada soal tipe yaitu muka kamu
dipindahin ke muka saya lalu kamu ngomong seolah-olah saya itu, karena
teknologi itu makin mudah di mana contohnya tuh kayak pakai di
teknologi di Instagram itu kalau misalnya bikin Instagram Story kan muka
kita bisa berubah jadi apa. Nah ini diubah jadi tokoh masyarakat bentuknya
kayak gitu. Nah itu tool-toolnya kirimkan waktu ya berkembang terus lah jadi
kamu mesti cek juga ada Mungkin kamu bisa update sama mbak Armi sama
Mbak Ika, itu aja.
168
Penanya Makasih atas waktunya, nanti bisa chat lagi ke Mas kalo ada pertanyaan ya
Narasumber Oke boleh
169
Wawancara II
Narasumber : Angelina Anjar Sawitri
Jabatan : Koordinator Cek Fakta Tempo
Tanggal : 12 Juni 2020
Waktu : 08.00-08.10
Melalui pesan singkat WhatsApp
Penanya Bagaimana struktur tim melakukan
pengecekkan fakta? Mulai dari memilih
klaim hingga penyebaran?
Narasumber Yang nomor satu maksudnya tahapan ya,
bukan struktur, kalo tahapannya ya pertama
milih, nyari dulu klaimnya apa, nyari dulu
hoaksnya apa, itu bisa dari berbagai macam
media ya. Ini sekaligus menjawab nomor dua
juga.
Untuk mendapatkan informasi yang hendak
diverifikasi itu bisa lewat WhatsApp,
facebook, twitter, instagram, terus juga situs
abal-abal biasanya bahkan ada juga
beberapa sumbernya dari situs media yang
informasinya salah jadi macem-macem
media.
Setelah mendapatkan klaimnya nanti
langsung di bagiin aja ke fact-checker siapa
memeriksa apa, siapa memeriksa apa habis
itu mereka mengerjakan, mengerjakannya
bisa dengan berbagai cara, kalo misalnya
dalam bentuk teks ya paling simpel Googling
narasinya.
170
Biasanya sih udah ada beritanya yang
menjelaskan hoaks itu, atau misalnya kalo
belum ada kita harus konfirmasi entah ke
ahli, pihak berwenang pihak berwajib,
penegak hukum kaya begitu, atau
kementerian terkait.
Kalo foto pake Google Reverse Image tool,
video bisa di-capture di reverse image tool.
Nah, setelah selesai dikerjakan nanti
dimasukkan ke pengeditan. Setelah di edit di
cek semua kelengkapannya bukti-buktinya
sudah kuat atau belum, jika sudah baru
diupload.
Setelah diupload ya udah naik ke media
sosial dan disebarkan begitu.
Penanya Bagaimana cara tim mendapatkan informasi
yang hendak diverifikasi faktanya?
Narasumber Yang nomor dua ini tadi sudah dijawab ya,
intinya kita dari mana aja hoaksnya itu yang
penting dari klaimnya aja di sebut sebagai
fakta padahal itu belum tentu fakta, pas ada
yang keliru, ada yang misleading dan
sebagainya.
Kalo dari WA kita mengandalkan grup-grup
yang kita ikuti, biasanya kan ada yang nyebar
pesan berantai di WA, karena itu yang bisa
dicek. Atau paling sering ya Facebook dan
Instagram, terus twitter, youtube, dan situs
abal-abal. Biasanya sih situs abal-abal sih
171
nemuinnya di Facebook karena ada yang
ngirim berita melalui link ke Facebook.
Penanya Bagaimana cara tim memantau informasi
yang tengah berkembang? Alat yang
digunakan apa saja? apakah menggunakan
alat seperti Facebook Signal, Tweetdeck,
atau sebagainya?
Narasumber Kita juga pake tools dari Facebook karena
Facebook punya program Facebook
Journalism Project habis itu mereka memang
bermitra dengan newsroom di seluruh dunia
untuk mengecek fakta, klaim yang menyebar
di platform mereka yaitu Facebook dan
Instagram. Itu nanti platformnya bentuknya
toolsnya kaya mirip, kaya apa ya? Jadi kaya
list postingan yang berpotensi hoaks yang
berpotensi viral yang isinya klaimnya apa,
keviralannya kaya gimana, dan tanggal
postingannya.
Itu nanti dari situ kita mantaunya, itu yang
utama. Kalo WA sih ya dari mulut ke mulut
aja, masing-masing aja, fact-checker
misalnya nemuin hoaks di WA terus ngirim
hoaks ke Tempo untuk cek fakta. Dari
Youtube dan Twitter pun juga seperti itu.
Jadi memang sejauh ini Cuma alat itu yang
digunakan.
Penanya Apa saja tools yang tersedia di internet yang
biasa digunakan tim dalam melakukan
pengecekkan fakta? (Apakah seperti Google
Reverse Image, Tineye.com, Google Maps?)
172
Narasumber Banyak banget, tapi yang paling umum ya
Google Search, atau kalo misalnya Reverse
Image ada Google, Tineye, Yandex, ada juga
source yang merupakan tools kerjasama
Google sama salah satu organisasi cek fakta
ya, lupa namanya apa, tapi intinya dia sama
sih kaya Reverse Image yang lain.
Terus ada Google Maps, Street View, kalo
video bisa pake invid, terus Google Earth,
macem-macem sih, apa aja yang penting kita
bisa nemuin buktinya, tapi kalo paling umum
sih ya itu tadi.
Penanya Bagaimana cara tim pengecekkan fakta
menyebarkan hasil pemeriksaan fakta?
Melalui platform apa saja?
Narasumber Yang nomor 5 ya menyebarkan hasilnya Ya
kalau di biasnaya kita di Facebook Twitter
sama Instagram yaitu itu 3 platform yang kita
punya itu. Nah, gimana caranya kalau di
Instagram memang beda karena dia kan
bentuknya foto Image jadi menarik harus
menarik itu maka ya kita ada desain khusus
gitu untuk di instagram. Bisa juga dalam
bentuk video karena video ini yang bikin
sebenarnya karena lain karena multimedia di
Tempo tapi memang mereka kerja sama,
sama kita gitu jadi bikin video cek fakta. Nah
kalau di Facebook sama IG stories itu ya link
aja Link
Link artikel dan fakta kita itu ketika
dimasukin ke Facebook atau Twitter itu kan
173
pasti akan berubah kan tampilannya jadi ya
tampilan link gitu Jadi dengan kayak gitu
sebenarnya udah cukup sih menurut kita gitu
LAMPIRAN III
175
176