lahendong 56 revised esia report - volume ii indonesia

254
Laporan ESIA Lahendong 5&6 Yang Telah Direvisi – Volume II Penilaian Dampak Sosial dan Lingkungan Hidup (ESIA) Februari 2011 Pertamina Geothermal Energy

Upload: obed-salu-pasamba

Post on 04-Sep-2015

15 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

wdowodkow

TRANSCRIPT

  • Laporan ESIA Lahendong 5&6 Yang Telah Direvisi Volume II

    Penilaian Dampak Sosial dan Lingkungan Hidup (ESIA)

    Februari 2011 Pertamina Geothermal Energy

  • Mott MacDonald, Victory House, Trafalgar Place, Brighton BN1 4FY, United Kingdom T+44(0) 1273 365 000 F+44(0) 1273 365 100, Wwww.mottmac.com

    Laporan ESIA Lahendong 5&6 Yang Telah Direvisi Volume II

    Penilaian Dampak Sosial dan Lingkungan Hidup (ESIA)

    Februari 2011 Pertamina Geothermal Energy Menara Cakrawala Lt. 15, Jalan MH. Thamrin No. 09 Jakarta 10340, Indonesia

    PERINGATAN

    Dokumen ini telah diterjemahkan dari Bahasa Inggris untuk menjangkau pengguna yang lebih luas.

    Namun, Bahasa Inggris adalah bahasa resmi World Bank dan hanya dokumen asli yang ditulis dalam

    Bahasa Inggris yang merupakan teks yang otentik (resmi dan otoritatif). Segala sitiran harus mengacu

    ke dokumen aslinya dalam Bahasa Inggris.

  • Laporan ESIA Lahendong 5&6 Yang Telah Direvisi Volume II

    Mott MacDonald, Victory House, Trafalgar Place, Brighton BN1 4FY, United Kingdom T+44(0) 1273 365 000 F+44(0) 1273 365 100, www.mottmac.com

    Penerbitan dan rekaman revisi Revisi

    Tanggal Penggagas Pemeriksa Penyetuju Uraian

    A 25 Agustus 2010 V. Hovland B. Cornet D. Boyland Laporan Draft

    B 10/09/10 V. Hovland B. Cornet D. Boyland Draft akhir termasuk urain-urain

    C 04/02/10 M. OBrien I. Bray H.White

    D. Boyland I. Scott Draft ESIA yang telah direvisi

    D 18/02/10 T. Ellis I.Bray H.White

    D. Boyland D. Boyland ESIA yang telah direvisi

    Dokumen ini dikeluarkan untuk pihak yang menjalankan tugas terkait dengan dokumen ini dan untuk tujuan tertentu yang berhubungan dengan proyek sebagaimana tersebut pada judul di atas. Dokumen ini seharusnya tidak digunakan oleh pihak lain mana pun atau digunakan untuk tujuan lain.

    Kami tidak bertanggung jawab atas konsekuensi yang timbul sebagai akibat dari penggunaan dokumen ini oleh pihak lain mana pun, atau digunakan untuk tujuan lain, atau mengandung kesalahan atau kelalaian yang disebabkan oleh kesalahan atau kelalaian di dalam data yang diberikan kepada kita oleh pihak lain. Dokumen ini memuat informasi yang bersifat rahasia dan hak kekayaan intelektual. Dokumen ini tidak seharusnya diungkapkan kepada pihak-pihak lain mana pun tanpa persetujuan tertulis dari kami dan dari pihak yang menjalankannya.

  • Laporan ESIA Lahendong 5&6 Yang Telah Direvisi Jilid II

    Mott MacDonald, Victory House, Trafalgar Place, Brighton BN1 4FY, United Kingdom T+44(0) 1273 365 000 F+44(0) 1273 365 100, www.mottmac.com

    I s i Bab Judul Halaman Daftar Kata-kata dan Unit i 1. Pengantar 1 1.1 Tinjuan Menyeluruh _____________________________________________________________ 1 1.2 Maksud dan tujuan Dokumen _____________________________________________________ 3 1.3 Kategorisasi Proyek_____________________________________________________________ 3 1.4 Kebijakan-kebijakan Operasional Sosial dan Lingkungan Hidup Bank Dunia ____________________ 4 1.5 Struktur Laporan _______________________________________________________________ 5 2. Uraian tentang Proyek 6 2.1 Tinjauan Menyeluruh ____________________________________________________________ 6 2.2 Proses Geotermal ______________________________________________________________ 6 2.3 Para Pendukung Proyek _________________________________________________________ 8 2.4 Lokasi Lapangan _______________________________________________________________ 8 2.5 Definisi Proyek ________________________________________________________________ 10 2.6 Jadwal ______________________________________________________________________ 20 2.7 Proyek-proyek Terkait __________________________________________________________ 20 2.8 Kegiatan-kegiatan di luar Ruang Lingkup Proyek _____________________________________ 20

    2. Kebutuhan akan Proyek dan Analisis Alternatifnya 21 3.1 Tinjaun Menyeluruh ___________________________________________________________ 21 3.2 Perlunya dibangun Proyek ______________________________________________________ 21 3.3 Penilaian tentang Lokasi-lokasi Situs Alternatif ______________________________________ 22 3.4 Penilaian Teknologi Pembangkitan Alternatif ________________________________________ 24 3.5 Alternatif-alternatif Desain _______________________________________________________ 28

    3. Peraturan Perundang-undangan dan Perencanaan 29 4.1 Tinjaun Menyeluruh ___________________________________________________________ 29 4.2 Indonesia ____________________________________________________________________ 29 4.3 Bank Dunia dan Persyaratan-persyaratan Internasional _______________________________ 38

    4. Ruang Lingkup Penilaian 43 5.1 Tinjaun Menyeluruh ____________________________________________________________ 43 5.2 Rangkuman Hasil Tahap Penetapan Ruang Lingkup __________________________________ 43 5.3 Metodologi Pengkoleksian Data Baseline / Titik Referensi ______________________________ 46 5.4 Metodologi Penilaian Dampak ____________________________________________________ 46 5.5 Penilaian terhadap Dampak Kumulatif _____________________________________________ 46 5.6 Lampiran-Lampiran ____________________________________________________________ 49 6. Konsulatsi ESIA 50 6.1 Tinjauan Menyeluruh __________________________________________________________ 50 6.2 Lingkup Konsultasi ESIA dan Kegiatan-Kegiatan Pengungkapan ________________________ 50 6.2 Lingkup Konsultasi ESIA dan Kegiatan-Kegiatan Pengungkapan ________________________ 51 6.4 Konsultasi UKL/UPL Indonesia ___________________________________________________ 51

  • Laporan ESIA Lahendong 5&6 Yang Telah Direvisi Jilid II

    Mott MacDonald, Victory House, Trafalgar Place, Brighton BN1 4FY, United Kingdom T+44(0) 1273 365 000 F+44(0) 1273 365 100, www.mottmac.com

    6.5 Konsultasi Pembebasan Lahan __________________________________________________ 53 6.6 Konsultasi dan Pengungkapan Esia Internasional ____________________________________ 54 6.7 Konsep Konsultasi dan Pengungkapan ESIA ________________________________________ 60 6.8 Kunjungan Lokasi ESIA yang direvisi dalam Konsultasi dan Pengungkapan _______________ 63 6.9 Proyek Konsultasi dan Pengungkapan yang Sedang Berjalan __________________________ 66 6.10 Mekanisme Keluhan ___________________________________________________________ 67 7. Dasar (Arah Pokok/Baseline) Sosial dan Lingkungan Hidup ____________________________ 71 7.1 Tinjauan Menyeluruh __________________________________________________________ 71 7.2 Baseline Sosial _______________________________________________________________ 71 7.3 Arah Pokok Lingkungan Hidup ___________________________________________________ 94 8. Penilaian Dampak Sosial 134 8.1 Tinjaun Menyeluruh __________________________________________________________ 134 8.2 Metodologi _________________________________________________________________ 135 8.3 Penciptaan Lapangan Kerja ____________________________________________________ 136 8.4 Dampak-Dampak terhadap Kesejahteraan Para Pekerja di Lapangan dan diBarak-Barak ___ 140 8.5 Dampak-Dampak pada Kesehatan, Keselamatan, Keamanan dan Kesejahteraan Masyarakat 144 8.6 Pembebasan Tanah __________________________________________________________ 151 8.7 Investasi Masyarakat __________________________________________________________ 154 9. Analisa Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) ___________________________________ 157 9.1 Tinjauan Menyeluruh _________________________________________________________ 157 9.2 Kualitas Air dan Hidrologi ______________________________________________________ 158 9.3 Air Tanah ___________________________________________________________________ 170 9.4 Kebisingan __________________________________________________________________ 178 9.5 Ekologi _____________________________________________________________________ 194 9.6 Udara ______________________________________________________________________ 202 9.7 Perubahan Iklim ______________________________________________________________ 215 9.8 Limbah _____________________________________________________________________ 219 9.9 Geologi dan Erosi ____________________________________________________________ 224 9.10 Kontaminasi Lahan ___________________________________________________________ 230 9.11 Lalu-lintas __________________________________________________________________ 237 9.12 Arkeologi dan Warisan Budaya __________________________________________________ 241

  • Laporan ESIA Lahendong 5&6 Yang Telah Direvisi Jilid II

    Mott MacDonald, Victory House, Trafalgar Place, Brighton BN1 4FY, United Kingdom T+44(0) 1273 365 000 F+44(0) 1273 365 100, www.mottmac.com

    Tabel-tabel Tabel 1.1: Kategori-kategori Proyek Bank Dunia __________________________________________ 4 Tabel 2.1: Komponen-komponen Utama Proyek _________________________________________ 19 Tabel 3.1: Macam-macam Pembangkit Tenaga Listrik yang ada Sekarang dan Yang akan Datang _ 22 Tabel 3.2: Analisis Teknologi Pembangkit Tenaga Alternatif _______________________________ 26 Tabel 3.3: Perbandingan Aspek Lingkungan Opsi-opsi Desain ______________________________ 28 Tabel 5.1: Rangkuman Dampak dan Signifikansinya ______________________________________ 43 Tabel 6.1: Sumber-sumber informasi tentang Proyek di Kanonang I, II dan Pinabetengan ________ 52 Tabel 6.2: Sumber-sumber informasi tentang Proyek di Tompaso II dan Pinabetengan Selatan ____ 52 Tabel 6.3: Sikap para responden terhadap Proyek _______________________________________ 52 Tabel 6.4: Kegiatan-kegiatan pengungkapan informasi dan Konsultasi yang dilakukan sebagai

    bagian dari proses pembebasan lahan. _______________________________________ 53 Tabel 6.5: Dimulainya (pemeriksaan) wawancara pemangku kepentingan ESIA ________________ 54 Tabel 6.6: Kunjungan Lokasi Esia Utama dalam wawancara pemangku kepentingan ___________ 56 Tabel 6.7: Rangkuman kunjungan lokasi Utama ESIA dalam peristiwa konsultasi dan

    pengungkapan di desa Tompaso II ___________________________________________ 57 Tabel 6.8: Rangkuman Kunjungan lokasi Utama ESIA dalam peristiwa konsultasi dan

    pengungkapan di desa Kanonang ____________________________________________ 58 Tabel 6.9: Konsep ESIA untuk konsultasi dan peristiwa pengungkapan pemangku kepentingan,

    peserta dan komentar _____________________________________________________ 60 Tabel 6.10: Revisi Wawancara dengan pemangku kepentingan tentang kunjungan ke lokasi oleh

    ESIA __________________________________________________________________ 63 Tabel 6.11: Rangkuman Revisi atas Kunjungan Lokasi ESIA yang direvisi dalam Peristiwa Konsultasi

    dan Pengungkapan di Desa Touure _________________________________________ 64 Tabel 6.12: Pengungkapan informasi yang sedang berjalan, konsultasi dan jadwal keterikatan

    masyarakat _____________________________________________________________ 67 Tabel 6.13: Kriteria Klasifikasi Keluhan _________________________________________________ 69 Tabel 7.1: Distribusi Penduduk sesuai dengan Usia dan Gender ____________________________ 73 Tabel 7.2: Distribusi Penduduk Berdasarkan Agama ______________________________________ 75 Tabel 7.3: Fasilitas peribadatan di desa ________________________________________________ 75 Tabel 7.4: Distribusi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendapatan (desa sesuai dengan penilaian

    tahun 2009) _____________________________________________________________ 76 Tabel 7.5: Distribusi Populasi Berdasarkan Tingkat Pendapatan (desa sesuai dengan penilaian

    2011) __________________________________________________________________ 76 Tabel 7.6: Distribusi Populasi sesuai dengan Pekerjaan (desa sesuai dengan penilaian 2009) _____ 78 Tabel 7.7: Distribusi Populasi sesuai dengan Pekerjaan (desa sesuai dengan penilaian 2010) _____ 78 Tabel 7.8: Jumlah Bisnis menurut Desa ________________________________________________ 79 Tabel 7.9: Hak Guna Lahan yang berada di dekat Desa (Ha.) ______________________________ 81 Tabel 7.10: Perbandingan indikator kesehatan nasional dan regional _________________________ 83 Tabel 7.11: Insiden Ancaman Penyakit Kehidupan (Kasus) pada tahun 2008 ___________________ 84 Tabel 7.12: Jumlah Fasilitas Kesehatan setiap Desa_______________________________________ 84 Tabel 7.13: Jumlah Pekerja Kesehatan setiap Desa _______________________________________ 85 Tabel 7.14: Pemakaian Kontrasepsi setiap Desa__________________________________________ 86 Tabel 7.15: Jumlah Fasilitas Pendidikan setiap Desa ______________________________________ 87 Tabel 7.16: Jumlah Pelajar tiap Jenis Sekolah setiap Desa _________________________________ 88 Tabel 7.17: Jumlah guru tiap bentuk sekolah setiap desa ___________________________________ 88 Tabel 7.18: Jumlah Rumah Tangga yang mempunyai Akses Listrik setiap Desa _________________ 89 Tabel 7.19: Lahan yang Diadakan sejak Bulan Agustus 2010 untuk Unit Lahendong 5 dan 6 _______ 92 Tabel 7.20: Sungai Arah Pokok dan Aliran Mata Air _______________________________________ 95 Tabel 7.21: Data Mutu Air untuk Sungai Maasem _________________________________________ 98 Tabel 7.22: Data Mutu Air untuk sungai-sungai lokal lainnya _______________________________ 100 Tabel 7.23: Data mutu air tanah dari sumur local _________________________________________ 105 Tabel 7.24: Data mutu air dari mata air dan kolam _______________________________________ 107 Tabel 7.25: Pengukuran Kebisingan Garisdasar (2009) ___________________________________ 112 Tabel 7.26. Pengukuran Kebisingan Garisdasar (2010) ___________________________________ 112 Tabel 7.27: Hasil Survei Kebisingan MML Juni 2010 _____________________________________ 113 Tabel 7.28: Ringkasan survei plankton ________________________________________________ 117 Talel 7.29: Ringksan tentang spesies bhenthic __________________________________________ 119

  • Laporan ESIA Lahendong 5&6 Yang Telah Direvisi Jilid II

    Mott MacDonald, Victory House, Trafalgar Place, Brighton BN1 4FY, United Kingdom T+44(0) 1273 365 000 F+44(0) 1273 365 100, www.mottmac.com

    Tabel 7.30: Ringkasan tentang Spesies Tumbuhan ______________________________________ 120 Tabel 7.31: Ringkasan Spesies Burung ________________________________________________ 122 Tabel 7.32: Metodologi Monitoring Kualitas Udara 2009 _________________________________ 124 Tabel 7.33 Hasil-hasil Pemantauan Kualita Udara di Lokasi _______________________________ 125 Tabel 7.34: Dasar Konsentrasi Polutan untuk ESIA _______________________________________ 126 Tabel 7.35: Hasil Survei Penghitungan Lalu Lintas _______________________________________ 132 Tabel 8.1: Kriteria Sensitifitas : Sosial ________________________________________________ 135 Tabel 8.2: Kriteria besaran : Sosial-Ekonomi ___________________________________________ 136 Tabel 8.3: Gambaran luas perkiraan penciptaan lapangan kerja yang diharapkan Konstruksi

    (PGE dan staf kontraktor). _________________________________________________ 137 Tabel 8.4: Gambaran luas perkiraan penciptaan lapangan kerja yang diharapkan (PGE dan staf

    kontraktor). ____________________________________________________________ 138 Tabel 8.5: Ran138gkuman potensi Dampak Tambahan : Penciptaan lapangan kerja ___________ 139 Tabel 8.6: Rangkuman Dampak-Dampak Potensial dan Tambahan : Kesejahteraan dari Para

    Pekerja di Lapangan dan Barak-Barak _______________________________________ 143 Tabel 8.7: Rangkuman Dampak-Dampak Potensial dan Tambahan : Kesehatan, Keselamatan,

    Keamanan dan Kesejahteraan Masyarakat ___________________________________ 149 Tabel 8.8: Perbandingan Harga Tanah di Lahendong Unit 5 dan 6 (2006-2009) _______________ 152 Tabel 8.9: Rangkuman Dampak-Dampak Potensial dan Tambahan : Pembebasan Lahan ______ 153 Tabel 8.10: Anggaran Tanggung Jawab Sosial Perusahaan PGE 2009 _______________________ 154 Tabel 8.11: Rangkuman dari dampak-dampak potensial dan tambahan : Investasi masyarakat ____ 156 Tabel 9.1: Kriteria Sensitivitas: Kualitas Air dan Hidrologi _________________________________ 159 Tabel 9.2: Kriteria Besarnya Dampak: Kualitas Air dan Hidrologi ___________________________ 159 Tabel 9.3: Kriteria Pentingnya Dampak: Kualitas Air dan Hidrologi __________________________ 160 Tabel 9.4: Ringkasan Potensi Dampak dan Dampak Lainnya: Kualitas Air dan Hidrologi ________ 167 Tabel 9.5: Ringkasan Potensi Dampak dan Dampak Lainnya: Air Tanah _____________________ 176 Tabel 9.6: Kriteria Sensitivitas: Kebisingan ____________________________________________ 180 Tabel 9.7: Kriteria Besarnya Dampak : Kebisingan Konstruksi _____________________________ 181 Tabel 9.8: Kriteria Besarnya Dampak: Kebisingan Operasional Proyek ______________________ 182 Tabel 9.9: Perkiraan Dampak Kebisingan Konstruksi di Lokasi Proyek ______________________ 183 Tabel 9.10: Prediksi Sumber Kebisingan Kegiatan Operasi di Lokasi Proyek ___________________ 187 Tabel 9.11: Ringkasan Dampak Operasi _______________________________________________ 188 Tabel 9.12: Ringkasan Potensi Dampak dan Dampak Lainnya: Kebisingan ____________________ 193 Tabel 9.13: Ringkasan Dampak Potensial dan Dampak Lainnya: Ekologi _____________________ 201 Tabel 9.14: Kegiatan yang Menyebarkan Debut _________________________________________ 203 Tabel 9.15: Sensitivitas penerima ____________________________________________________ 204 Tabel 9.16: Pedoman Kualitas Udara Ambien, Ambang Batas dan Standard yang dipakai dalam

    Analisa ________________________________________________________________ 206 Tabel 9.17: Jarak antara Kawasan Hunian dan Komponen Proyek ___________________________ 207 Tabel 9.18: Kegiatan Proyek Penghasil Debu ___________________________________________ 207 Tabel 9.19: Hasil Skenario B Kawasan Hunian Penerima Dampak (Receptor) (g/m3) _________ 209 Tabel 9.20: Ringkasan Dampak Potential dan Dampak Lainnya: Kualitas Udara ________________ 213 Tabel 9.21: Rencana Kapasitan Pembangkit Listrik Baru pada Sistem Minahasa Kotamogabu

    Gorontalo ______________________________________________________________ 216 Tabel 9.22: Emisi CO2 Proyek _______________________________________________________ 217 Tabel 9.23: Emisi CO2 dari Pembangkit Alternatif ________________________________________ 217 Tabel 9.24: Ringkasan Dampak Potential dan Dampak Lainnya: Perubahan Iklim _______________ 218 Tabel 9.25: Potensi Limbah Konstruksi (tanpa mitigasi) ___________________________________ 219 Tabel 9.26: merangkum dampak, langkah-langkah mitigasi dan dampak lainnya. _______________ 222 Tabel 7.27: Hasil Survei Kebisingan MML Juni 2010 _____________________________________ 225 Tabel 7.28: Ringkasan survei plankton ________________________________________________ 225 Tabel 7.29: Ringksan tentang spesies bhenthic __________________________________________ 229 Tabel 7.30: Ringkasan tentang Spesies Tumbuhan ______________________________________ 231 Tabel 7.31: Ringkasan Spesies Burung ________________________________________________ 231 Tabel 7.32: Metodologi Monitoring Kualitas Udara 2009 _________________________________ 232

  • Laporan ESIA Lahendong 5&6 Yang Telah Direvisi Jilid II

    Mott MacDonald, Victory House, Trafalgar Place, Brighton BN1 4FY, United Kingdom T+44(0) 1273 365 000 F+44(0) 1273 365 100, www.mottmac.com

    Tabel 7.33: Hasil-hasil Pemantauan Kualita Udara di Lokasi _______________________________ 236 Tabel 7.34: Dasar Konsentrasi Polutan untuk ESIA _______________________________________ 237 Tabel 7.35: Hasil Survei Penghitungan Lalu Lintas _______________________________________ 240 Tabel 9.36: Ikhtisar Dampak Potensi dan Residu: Arkeologi dan Warisan Budaya. ______________ 242

    Gambar-gambar Gambar 2.1: Rangkuman Proses Pembangkit Tenaga Geotermal. ______________________________ 6 Gambar 2.2: Lokasi Proyek ____________________________________________________________ 9 Gambar 2.3: Komponen-komponen Proyek _______________________________________________ 10 Gambar 2.4: Fitur-fitur Areal Proyek _____________________________________________________ 11 Gambar 2.5: KonteksMedan Proyek 3D __________________________________________________ 12 Gambar 2.6: Rute Jalur Transmisi Sementara _____________________________________________ 17 Gambar 4.1: Ikhtisar Proses AMDAL ____________________________________________________ 34 Gambar 5.1: Matriks Siginifikansi _______________________________________________________ 48 Gambar 6.1: Pemeriksaan ESIA atas wawancara pemangku kepentingan di desa Kanonang _______ 55 Gambar 6.2: Kunjungan ESIA utama dalam wawancara pemangku kepentingan dengan para guru ___ 56 Gambar 6.3: Pemeriksaan ESIA atas peristiwa konsultasi dan pengungkapan di Desa Kanonang ___ 59 Gambar 6.4: Kotak saran pada pemeriksaan ESIA untuk peristiwa konsultasi dan pengungkapan di

    desa Kanonang __________________________________________________________ 59 Gambar 6.5: Kantor pemerintahan desa Sendangan lokasi pemasangan iklan konsultasi __________ 59 Gambar 6.6: Iklan yang dipasang pada papan pengumuman di kantor pemerintahan desa

    Sendangan ____________________________________________________________ 59 Gambar 6.7: Konsultasi Publik dan Kegiatan Pemberitahuan Draft ESIA _______________________ 62 Gambar 6.8: Wawancara dengan Kepala Desa (Hukum Tua) Tonsewer ________________________ 66 Gambar 6.9: Iklan di Tonsewer untuk Peristiwa Konsultasi ESIA yang direvisi ____________________ 66 Gambar 6.10: Penduduk Tonsewer yang Sedang Berbicara dalam Peristiwa Konsultasi ____________ 66 Gambar 7.1: Piramida Penduduk Indonesia ______________________________________________ 72 Gambar 7.2: Lokasi pemantauan air permukaan ___________________________________________ 96 Gambar 7.3: Peta desa setempat dan sumur komunitas ____________________________________ 104 Gambar 7.4: Peta Geologi Di sekitar wilayah Tompaso _____________________________________ 109 Gambar 7.5: Peta Habitat Wilayah Proyek. ______________________________________________ 115 Gambar 7.6: Lokasi Survei Lalu Lintas __________________________________________________ 131 Gambar 7.7: Upacara Penyembuhan Tradisional sedang dilakukan di Batu Karang Pinawetengan __ 133 Gambar 7.8: Ukiran batu di permukaan batu Karang Bukit Kasih ____________________________ 133 Gambar 8.1: Camp Akomodasi Pekerja Konstruksi Pengeboran Kluster 32 _____________________ 140 Gambar 8.2: Rute dan Desain Saluran Irigasi. ____________________________________________ 147 Gambar 9.1: Emisi Alami H2S dari Asap pada hutan utama di Belahan Sumatra Selatan __________ 197 Gambar 9.2: Rute Pengangkutan Alat Berat

  • Laporan ESIA Lahendong 5&6 Yang Telah Direvisi Jilid II

    Mott MacDonald, Victory House, Trafalgar Place, Brighton BN1 4FY, United Kingdom T+44(0) 1273 365 000 F+44(0) 1273 365 100, Wwww.mottmac.com

    i

    Daftar Kata-kata dan Unit-unit ADMS Sistem Modelling Dispersi Atmosferik AIDS Acquired ImmuneDeficiency Syndrome AMDAL Analisis Dampak Lingkungan ANDAL Laporan ESIA BAL Undang-undang Agraria Dasar BAPEDAL Badan Pengelolaan Dampak Lingkungan BKSDA Kantor Perlindungan Satwa Liar Lokal BLH Badan Pengelola Lingkungan Tingkat Propinsi dan Kabupaten CAS Jasa Abstrak Kimia CBD Konvensi tentang Keanekaragaman Hayati CHS Kesehatan & Keselamatan Masyarakat CITES Konvensi tentang Perdagangan Internasional Spesi-spesi Terancam Flora dan

    Fauna Liar CLO Petugas Penghubung Masyarakat CMS Konservasi Migrasi Spesi Satwa Liar CSMS Sistem Manajemen Keselamatan Kontraktor EA Penilaian tentang Lingkungan EHS Lingkungan, Kesehatan dan Keselamatan EIMA Badan Pengelola Dampak Lingkungan (atau BAPEDAL) EMA Undang-undang yang mengatur tentang Pengelolaan Lingkungan ESIA Penilaian Dampak Sosial dan Lingkungan Hidup ESMP Rencana Pengelolaan Sosial dan Lingkungan Hidup GDP Produk Domestik Bruto HGV Kendaraan-kendaraan Muatan Berat HIV Human Immunodeficiency Virus HSE Kesehatan, Keselamatan dan Lingkungan IFC Korporasi Keuangan Internasional ILO Organisasi Buruh Internasional IUP Ijin Usaha Pertambangan IUPL Ijin Usaha Pemasokan Listrik JAMSOSTEK Sistem Jaminan Sosial JBIC Bank Jepang untuk Kerjasama Internasional KSPSI Konfederasi Serikat Buruh Indonesia LHD Lahendong LU Penggunaan Tanah MDG Sasaran Pengembangan Milenium MENKES Keputusan Menteri Kesehatan MENLH Kementerian Lingkungan Hidup MKLH Keputusan Menteri Lingkungan Hidup MML Mott MacDonald Limited MPN Jumlah yang paling mungkin MT Magneto-telluric MW Mega Watt NA Tidak Tersedia atau Tidak Berlaku NCG Gas Non-Kondensat

  • Laporan ESIA Lahendong 5&6 Yang Telah Direvisi Jilid II

    Mott MacDonald, Victory House, Trafalgar Place, Brighton BN1 4FY, United Kingdom T+44(0) 1273 365 000 F+44(0) 1273 365 100, Wwww.mottmac.com

    ii

    ND Tidak Terdeteksi NER Nilai Pendaftaran Neto NGOs Lembaga Swadaya Masyarakat NW Utara Barat OHS Kesehatan dan Keselamatan Kerja OP Orang Pribumi OP Kebijakan Operasional PCDP Konsultasi Publik dan Rencana Pengungkapan PAP Orang yang terkena Dampak Proyek PE Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi PLN Perusahaan Listrik Negara PLTP Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi PP Peraturan Pemerintah PPE Alat Pelindung Diri PRO Petugas Hubungan Masyarakat PT Perseroan Terbatas RAMSAR Konvensi tentang Tanah Basah RI Republik Indonesia RUKN Rencana Kelistrikan Lokal SE Asia Tenggara SEP Rencana Pelibatan Pemangku Kepentingann SPPGE Serikat Pekerja Pertamina Geotermal Energi SMK3LL Manajemen Sistem Kesehatan dan Keselamatan dan Lingkungan Hidup SW Barat Daya TEM Transient Electro-Magnetic TSS Total Suspended Solids TWA Rata-rata Bobot Waktu UK Kerajaan Inggris UKL Upaya-upaya Kesehatan Lingkungan UN Perserikatan Bangsa-Bangsa UPL Upaya Pemantauan Lingkungann US Amerika Serikat USEPA Badan Negara Perlindungan Lingkungan UU Undang-undang UUPA Undang-undang Peraturan Agraria WALHI Wahana Lingkungan Hidup Indonesia WB Bank Dunia WHO Organisasi Kesehatan Dunia WMP Rencana Manajemen Limbah WPS Stasiun PompaAir WWTP Instalasi Pengolahan Limbah Cair

  • Laporan ESIA Lahendong 5&6 Yang Telah Direvisi Jilid II

    Mott MacDonald, Victory House, Trafalgar Place, Brighton BN1 4FY, United Kingdom T+44(0) 1273 365 000 F+44(0) 1273 365 100, Wwww.mottmac.com

    iii

    Unit-unit A Amper (arus listrik) bar bar = 105 Pa (tekanan) cal kalori (energi) C derajat Sentigrad (temperatur) dB desibel (tekanan suara/bunyi) dS/m konduktifitas listrik g gram hr jam (waktu) Hz Herts (feekuensi) K derajat Kelvin (temperatur) kg kilogram (massa) J Joule (energi) l liter m meter (panjang) g/m3 mikrogram per meter kubik ppm bagian per juta ppb bagian per milyar Pa Paskal (tekanan) s sekon (waktu) t ton = 103 kg (massa) V Volt (potensi listrik) W Watt (daya) Simbol-simbol Prefix dan Multipel Simbol-simbol G - giga = x 109 CO -Karbon Moniksida M - mega = x 106 CO2 -Karbon Dioksida k - kilo = x 103 H2S -Hidrogen Sulfid h - hekto = x 102 Hg -Merkuri da - deka = x 10 NH3 -Amoniak d - desi = x 10-1 NOx -Nitrogen Oksida c - senti = x 10-2 NO2 -Nitrogen Dioksida m - mili = x 10-3 Nm3 -Meter Kubik Normal - mikro = x 10-6 O2 -Oksigen n - nano = x 10-9 O3 -Ozon

    p - piko = x 10-12

    PM10 -Bahar Partikulat dengan diameter rata-rata kurang dari 10m

    PM2.5 - Bahar Partikulat dengan diameter rata-rata kurang dari 2.5m

    pH -Skala asiditas/alkalinity relatif SO2 -Sulfur Dioksida

  • Laporan ESIA Lahendong 5&6 Yang Telah Direvisi Jilid II

    1

    1. Pengantar 1.1 Tinjauan Menyeluruh 1.1.1 Konteks Indonesia Kebutuhan energi Indonesia senantiasa terus meningkat seiring dengan pertumbuhan ekonomi sebesar kurang lebih 6% per tahun, sehingga menimbulkan kebutuhan akan kapasitas pembangkit tenaga listrik yang semakin meningkat. Untuk memenuhi tuntutan akan tenaga listrik yang semakin meningkat, Perusahaan Listrik Negara (PLN) yang merupakan Perusahaan Listrik Negara Indonesia, telah terutama mencoba membangun program pembangkit tenaga yang didominasi oleh batubara, walau pun kekhawatiran tentang timbulnya permasalahan-permasalahan yang terkait dengan lingkungan hidup dan keamanan bahan bakar timbul. Pemerintah Indonesia telah secara terus-menerus mempromosikan energi yang dapat diperbaharui dan merancang strategi pengembangan energi untuk memanfaatkan energi yang dapat diperbaharui dimaksud. Di dalam Cetak Biru Energi Nasional yang diterbitkan oleh Pemerintah, energi yang berasal dari sumber-sumber geothermal akan ditingkatkan hingga mencapai 9.500 MW menjelang tahun 2025. Indonesia terletak pada cincin api di mana dua lajur gunung berapi yang masih sangat aktif bertemu dan di mana terdapat banyak patahan tektonik. Diperkirakan wilayah ini menyimpan kurang lebih 40% cadangan geothermal dunia, atau mencapai kurang lebih 27.000 MW. Sumber-sumber geothermal tersebut kebanyakan tersebar di wilayah Sumatera, Jawa, Sulawesi dan di zona volkanis Pulau-pulau di bagian Timur. Sebagai akibat dari adanya hambatan-hambatan yang menyangkut kebijakan dan perekonomian, kurang dari 4% dari potensi keseluruhan geothermal yang dimiliki negeri ini yang telah dikembangkan. Oleh karenanya, Pemerintah Indonesia kini sedang meningkatkan pengembangan sumber-sumber daya di bawah kendali perusahaan-perusahaan milik negara. 1.1.2 Latar Belakang Proyek Energi Geotermal Pertamina (EGP), yang merupakan anak perusahaan Perusahaan Minyak PT. Pertamina (Persero), didirikan pada tahun 2006 sebagaimana dimandatkan oleh Pemerintah Indonesia dengan tujuan untuk mengembangkan 15 Wilayah Kerja Usaha Geotermal di Indonesia. EGP mengajukan permohonan untuk memperoleh hibah dari Pemerintah Kerajaan Belanda yang telah disediakan melalui Bank Dunia. Maksud dan tujuan diberikannya hibah tersebut adalah untuk memberikan kontribusi biaya awal pengembangan tiga proyek tenaga listrik geothermal EGP. Pekerjaan ini meliputi penyiapan Penilaian-penilaian Dampak Sosial dan Lingkungan Hidup yang berkualitas internasional bagi masing-masing dari ketiga proyek dimaksud. Satu dari tiga proyek tersebut adalah Proyek Tenaga Geotermal Unit-unit Lahendong 5&6 (selanjutnya disebut Proyek) yang terletak di Sulawesi Utara. Masing-masing dari kedua unit yang diusulkan akan memiliki kapasitas sebesar 20MWe. Meski pun Proyek disebut Unit-unit Lahendong 5&6, namun mereka terletak di atas waduk geotermal Tompaso yang berjarak 10 sampai 15 km dari waduk geotermal Lahendong yang terpisah di mana Unit-unit 1, 2 dan 3 Lahendong yang ada sekarang dan stasiun-stasiun tenaga Unit 4 Lahendong yang akan datang terletak. Dengan demikian Proyek ini berbeda dan terisolasi dari unit-unit tenaga yang lain ini dan yang di Indonesia disebut sebagai Lahendong Selatan pengembangan Unit-unit 1&2 Tompaso. Penilaian tentang Dampak Lingkungan untuk memenuhi maksud perolehan ijin-ijin dan kepatuhannya dengan peraturan perundang-undangan Indonesia dilakukan atas nama EGP oleh lembaga konsultan universitas setempat, Badan Konsultan AMDAL Unsrat-Universitas Samratulangi (Konsultan Lokal). Konsultan Lokal telah menyusun Upaya Pengelolaan Lingkungan UKL dan Upaya Pemantauan Lingkungan UPL bagi lapangan uap dan unti yang terpisah bagi pembangkit tenaga. Secara bersama-sama dokumen ini disebut sebagai UKL/UPL.

  • Laporan ESIA Lahendong 5&6 Yang Telah Direvisi Jilid II

    2

    Terjemahan lengkap ke dalam Bahasa Inggrisnya dari lapangan uap UPL / UKL adalah Upaya-upaya di dalam Pengelolaan Lingkungan dan Pemantauan (E-EMM) pada Lahendong Selatan (Tompaso) Geotermal dengan kapasitas sebesar 2 x 20 MW (UKL/UPL) 2009. UKL/UPL pembangkit tenaga merupakan Ukuran-ukuran Pengelolaan Lingkungan dan Ukuran-ukuran Pemantauan Lingkungan (UPL) untuk Areal Proyek Keseluruhan dan Pembangkit Tenaga Pengembangan Geotermal Unit 5 dan Unit 6, Lahendong Selatan 2010. Tidak terdapat versi dalam Bahasa Inggris dari UKL/UPL pembangkit tenaga yang tersedia. Persetujuan bagi proses UKL/UPL diatas telah diterima dari Kepala Badan Pengelolaan Lingkungan Kabupaten Minahasa. Sebagai bagian dari proses UKL/UPL, EGP telah melakukan konsultasi publik dan pengungkapannya yang mencakup diskusi tentang keseluruhan Proyek. EGP telah menunjuk Mott MacDonald Limited (MML) untuk membantu EGP di dalam menyelesaikan Laporan tentang Dampak Sosial dan Lingkungan Hidup / ESIA selengkapnya sesuai dengan standar internasional bagi Proyek, sesuai dengan prosedur-prosedur dan panduan-panduan yang ditetapkan Bank Dunia. Laporan ESIA ini merupakan hasil kedua MML yang diserahkan bagi Proyek ini, yang merupakan penerbitan lanjutan dari Laporan Awal ESIA tentang Unit-unit 5&6 Lahendong (Laporan Awal, 2010). Sebuah Draft Laporan ESIA dipasang di situs web Bank Dunia Infoshop (http://publications.worldbank.org) dan di situs web EGP (www.pgeindonesia.com) pada tanggal 7 Oktober , 2010 selama 120 hari jangka konsultasi. Menyusul pengungkapan draft ESIA, Studi Kelayakan bagi Proyek Tenaga Geotermal Tompaso yang dilakukan oleh EGP diselesaikan pada tanggal 15 Oktober 2010 oleh Konsultan Teknik AECOM. Studi Kelayakan dimaksud telah mampu mengenali kebutuhan-kebutuhan bagi kelompok-kelompok produksi tambahan yang dinilai potensial dan kelompok reinjeksi tambahan yang dinilai potensial serta relokasi lokasi pusat tenaga. Laporan ESIA yang telah direvisi tersebut telah disusun untuk mengkinikan data draft Laporan ESIA untuk meliput perubahan-perubahan yang dilakukan terhadap Proyek. Sejumlah perubahan-perubahan kecil telah dilakukan terhadap teks sebagai bagian dari evolusi yang lazim dari proses ESIA. Daftar perubahan dokumen telah dihasilkan sebagai bagian dari Laporan ESIA yang telah direvisi untuk memungkinkan dilakukannya identifikasi perubahan-perubahan antara kedua dokumen (draft dan laporan ESIA yang telah direvisi) dan untuk memberikan latar belakang lebih lanjut dan penjelasan mengenai perubahan-perubahan yang dilakukan. Daftar perubahan dijelaskan di dalam Jilid III, Lampiran G. Perubahan-perubahan besar yang dilakukan adalah sebagai berikut : Uraian dan penjelasan tentang Proyek telah dikinikan datanya sehingga mencerminkan perubahan

    lokasi pembangkit tenaga dan tambahan tiga kelompok yang dinilai potensial. Penilaian-penilaian Dampak Sosial dan Lingkungan Hidup telah dikinikan datanya sehingga

    mencerminkan perubahan di dalam deskripsi Proyek dan mencerminkan hasil-hasil kunjungan lapangan tambahan dan survai-survai yang dilakukan pada bulan Januari 2011. Perubahan-perubahan utama terhadap penilaian-penilaian dampat dilaporkan di dalam penilaian-penilaian yang menyangkut emisi udara dan tingkat kebisingan; penilaian-penilaian yang telah direvisi memprediksikan bahwa tidak aka ada hal-hal yang melampaui panduan-panduan terkait, batasan-batasan dan standar-standar.

    Rencana-rencana Pengelolaan Sosial dan Lingkungan Hidup disajikan di dalam Jilid terpisah, yaitu Jilid IV. Jilid ini menyajikan tindakan-tindakan yang jelas yang harus dilakukan dan mengenali organisasi-organisasi dan lembaga-lembaga yang bertanggung jawab untuk melaksanakan dan memantau tindakan-tindakan yang harus dilakukan tersebut.

    Secara parallel, kajian-kajian UKL/UPL tersebut di atas saat ini sedang dikinikan datanya dan saat ini diantisipasi bahwa dokumen-dokumen yang telah direvisi ini akan diserahkan kepada Badan yang mengelola Lingkungan Hidup Kabupaten Minahasa menjelang akhir Februari 2011. Persetujuan selanjutnya diantisipasi menjelang akhir Maret 2011. Ruang lingkup draft mau pun ESIAs yang telah direvisi tetap tidak berubah, yatu lapangan uap (yang bertujuan untuk mencari solusi pengembangan kelompok saat ini dan yang akan datang bagi proyek, separator-separator dan pipa-pipa), stasiun-stasiun pemompaan air, jalan-jalan masukyang dibangun bagi Proyek dan pembangkiut tenaga Lahendong Unit-unit 5&6.

  • Laporan ESIA Lahendong 5&6 Yang Telah Direvisi Jilid II

    3

    1.2 Maksud dan tujuan Dokumen Dokumen ini menyajikan hasil-hasil proses ESIA (sebagaimana yang telah direvisi) yang dilakukan oleh MML, yang disusun berdasarkan UKL/UPL asli Konsultan Lokal. Dengan demikian, sejumlah tujuan yang dianggap umum adalah sebagai berikut : Menetapkan baseline (titik referensi) social dan lingkungan hidup untuk :

    menetapkan satus kepatuhannya saat ini terhadap panduan-panduan dan standar-standar untuk menetapkan dampak tambahan maksimum yang dapat diterima dari Proyek;

    menetapkan baseline untuk membandingkan selama pengembangan Proyek; Mengidentifikasi / mengenali dampak-dampak social dan lingkungan hidup dan menilai signifikansinya; Menetapkan langkah-langkah mitigasi dan program pemantauan yang akan diperlukan untuk menjamin

    pembangunan Proyek tanpa dampak-dampak yang merugikan secara signifikan; Menginformasikan kepada masyarakat sekitar tentang keberadaan Proyek.

    Selain itu, ESIA bertujuan untuk : Memenuhi standar-standar (Bank Dunia) internasional bagi ESIA Menilai kepatuhannya dengan Kebijakan-kebijakan Operasional Bank Dunia, standar-standar dan

    panduan-panduan; Melaksanakan dan melaporkan konsultasi publik dan pengungkapan (di luar yang telah dilakukan bagi

    UKL/UPL); Menyusun langkah-langkah mitigasi, kebutuhan-kebutuhan akan pengelolaan, pemantauan di dalam

    Rencana formal Pengelolaan Sosial dan Laingkungan Hidup ( dan Pemantauan) (disebut ESMP) dan kebutuhan-kebutuhan akan penguatan kelembagaan EGP untuk memenuhi rekomendasi-rekomendasi ESMP.

    1.3 Kategorisasi Proyek Menindaklanjuti Kebijakan 4.01 Bank Dunia, yang mengatur tentang Penilaian Lingkungan Hidup, satu dari sepuluh Kebijakan Perlindungan, Bank Dunia melakukan skrining lingkungan hidup dari masing-masing proyek untuk menentukan besaran yang patut dan jenis penilaian lingkungan hidup yang diperlukan. Bank mengklasifikasikan proyek-proyek yang diusulkan ke dalam satu dari empat kategori, bergantung pada jenis, lokasi, sensitivitas, dan skala proyek, serta sifat dan besaran dampak terhadap lingkungan hidup yang berpotensi terjadi. Bagian ini memberikan kategorisasi yang diusulkan berdasarkan pada temuan-temuan yang dimuat di dalam laporan ini. Kategori yang berbeda-beda dicantumkan di dalam Tabel 1.1. Proyek memiliki potensi menimbulkan dampak-dampak yang merugikan terhadap masyarakat dan terhadap para reseptor yang peka, seperti biota air, dampak-dampak yang, dalam hal yang terkait dengan kebisingan, kualitas udara dan kualitas air, yang dapat menjangkau sampai ke luar batas-batas Proyek. Walau pun sebagian dari dampak-dampak tersebut di atas berlangsung untuk sementara waktu dan / atau dapat diperringan / dikurangi intensitasnya, mengingat kebutuhan untuk melakukan penilaian yang memadai terhadap dampak-dampak dimaksud dan melakukan dengan sungguh-sungguh langkah-langkah mitigasi yang memadai, maka diusulkan untuk mengklasifikasikan Proyek ke dalam Kategori A.

  • Laporan ESIA Lahendong 5&6 Yang Telah Direvisi Jilid II

    4

    Tabel 1.1.: Kategori-kategori Proyek Bank Dunia

    Kategori Penjelasan

    Kategori A Proyek dengan Kategori A mungkin menimbulkan dampak-dampak terhadap lingkungan hidup secara merugikan yang peka, beragam, atau yang belum pernah terjadi sebelumnya. Dampak-dampak ini dapat menjangkau wilayah-wilayah yang lebih luas dari lapangan-lapangan pekerjaan atau fasilitas-fasilitas yang terkena pekerjaan fisik. EA bagi proyek dengan Kategori A menguji dampak-dampak negatif dan positif yang secara potensial dapat diakibatkan oleh proyek, dengan membandingkannya dengan alternatif-alternatif yang layak (termasuk scenario tanpa proyek) dan merekomendasikan langkah-langkah apa saja yang diperlukan untuk mencegah, meminimalisir, meringankan, atau memberikan ganti kerugian terhadap dampak-dampak yang merugikan dan memperbaiki / memulihkan kinerja lingkungan hidup. Untuk proyek dengan Kategori A, pihak yang meminjam bertanggung jawab untuk menyusun laporan, umumya yang terkait dengan Penilaian tentang Dampak terhadap Lingkungan Hidup (atau EA sektoral atau regional yang lengkap dan pantas).

    Kategori B Proyek dengan Kategori B berpotensi untuk menimbulkan dampak-dampak lingkungan yang merugikan terhadap populasi manusia atau wilayah-wilayah yang penting dari sisi lingkungan hidup termasuk tanah-tanah basah, hutan-hutan, padang-padang rumput, dan habitat-habitat alam lainnya yangt boleh dibilang lebih ringan dampak yang merugikan yang ditimbulkan dibandingkan dengan proyek-proyek dengan Kategori A. Dampak-dampak ini umumnya terbatas pada lapangan pekerjaan, sedikit sekali jika ada dari mereka yang tidak dapat diubah lagi; dan dalam hampir semua hal langkah-langkah untuk meringankan dapat dirancang secara lebih cepat dibandingkan dengan proyek-proyek dengan Kategori A. Ruang lingkung EA untuk proyek dengan Kategori B dapat bervariasi dari satu proyek ke proyek lainnya, tetapi lingkup ini lebih sempit dibandingkan dengan penilaian untuk Kategori A. Seperti Kateogori A, penilaian tentang lingkungan hidup Kategori B menguji dampak-dampak terhadap lingkungan hidup baik yang positif mau pun yang negatif dan merekomendasikan langkah-langkah yang mana saja yang diperlukan untuk mencegah, meminimalisir, meringankan, atau memberikan ganti kerugian bagi dampak-dampak yang merugikan dan memperbaiki atau memulihkan kinerja lingkungan hidup. Temuan-temuan dan hasil-hasil EA bagi proyek-proyek dengan Kategori B digambarkan di dalam dokumen-dokumen proyek (Dokumen berkenaan dengan Penilaian Proyek dan Dokumen berkenaan dengan Informasi Proyek).

    Kategori C Proyek dengan Kategori C mungkin menimbulkan dampak-dampak minimal atau bahkan dampak-dampak yang tidak merugikan terhadap lingkungan hidup

    Kategori D Tidak lagi digunakan

    Kategori F1 proyek dengan Kategori F atau F1 melibatkan investasi dana-dana Bank melalui suatu perantaraan keuangan, di sub-sub proyek yang dapat menimbulkan dampak-dampat yang merugikan terhadap lingkungan hidu

    1.4 Kebijakan-kebijakan Operasional Sosial dan Lingkungan Hidup Bank Dunia Para pengembang yang berupaya untuk mencari dan memperoleh pembiayaan dari Bank Dunia diwajibkan untuk mematuhi kebijakan-kebijakan operasional sosial dan lingkungan hidup yang diberlakukan oleh bank. Rangkuman dari tujuan-tujuan utama kebijakan operasional yang dianggap relevan dengan Proyek (dan oleh sebab itu disebut dipicu/triggered) diuraikan di bawah ini: Kebijakan Operasional 4.01 Penilaian berkenaan dengan Lingkungan Hidup memberikan kerangka bagi kebijakan-kebijakan perlindungan terhadap lingkungan hidup Bank Dunia dan menjelaskan skrining dan kategorisasi proyek untuk menentukan tingkat penilaian tentang lingkungan hidup yang dipersyaratkan. Bagi proyek-proyek dengan Kategori A dan B kebijakan tersebut di atas mewajibkan dilakukannya konsultasi dengan publik dan pengungkapan yang dilakukan sebagai bagian dari proses Penilaian tentang Lingkungan Hidup. Akhirnya kebijakan menetapkan persyaratan yang harus dipatuhi dan laporan tentang pelaksanaan rencana-rencana pengelolaan lingkungan hidup (yaitu langkah-langkah mitigasi, program pemantauan, dsb.). Kebijakan Operasional 4.12 Pemukiman Kembali Secara Dipaksakan Bank Dunia bertujuan untuk menghindari adanya pemukiman kembali yang dipaksakan bilamana mungkin; namun, bilamana dianggap perlu kebijakan akan menetapkan persyaratan bahwa orang-orang yang terkena dampak diikutsertakan di dalam perencanaan-perencanaan pemukiman kembali bagi mereka dan diberikan kompensasi / ganti kerugian kepada mereka yang lebih meningkatkan atau paling tidak memulihkan penghasilan-penghasilan yang sebelumnya mereka peroleh dan taraf hidup mereka setelah dilakukan pemukiman kembali / direlokasikannya mereka dari tempat asal. Sesuai dengan kategorisasi Bank Dunia, proyek geothermal dianggap sebagai proyek dengan Kategori A, dan dengan demikian memerlukan ESIA selengkapnya sesuai dengan Kebijakan Operasional 4.01. Selain itu, perolehan tanah dibutuhkan untuk memfasilitasi pembangunan proyek. Walau pun EGP melakukan hal ini berdasarkan prinsip pembeli yang mau penjual yang mau, ia dapat meminta diambil alihnya sebagai upaya terakhirnya dan oleh karenanya Kerangka Kebijakan Operasional 4.12 Bank Dunia yang mengatur Pemukiman Kembali / Relokasi yang Dipaksakan juga dipicu. Untuk memenuhinya, Kerangka Kebijakan Pemukiman Kembali yang Dipaksakan telah disusun bagi Proyek yang menetapkan prosedur-prosedur yang wajib diikuti dalam hal terjadi pengambil alihan secara paksa.

  • Laporan ESIA Lahendong 5&6 Yang Telah Direvisi Jilid II

    5

    Laporan Awal ESIA tentang Unit-unit 5&6 Lahendong menyimpulkan bahwa selain Kebijakan-kebijakan Operasional 4.01 daqn 4.12 tidak terdapat kebijakan-kebijakan operasional Bank Dunia lainnya yang dipicu oleh adanya proyek. Pembenaran selengkapnya bagi hal ini dirinci di dalam bagian-bagian yang relevan dari laporan ESIA ini.

    1.5 Struktur Laporan Penilaian tentang DAmpak Sosial dan Lingkungan Hidup mencakup empat jilid yang diatur sebagai berikut : Jilid I : Rangkuman Non Teknis Jilid II : Penilaian tentang Dampak Sosial dan Lingkungan Hidup (jilid yang sekarang)

    Bagian 1 Pengantar; Bagian 2 - Uraian mengenai Proyek; Bagian 3 Peraturan perundang-undangan Bagian 4 Kebutuhan akan Proyek dan Analisis tentang Alternatif-alternatif; Bagian 5 Ruang Lingkup Penilaian; Bagian 6 Konsultasi ESIA; Bagian 7 Baseline (Titik Referensi untuk Pembanding) Sosial dan Lingkungan Hidup; Bagian 8 Penilaian tentang Dampak Sosial; Bagian 9 Penilaian tentang Dampak terhadap Lingkungan Hidup.

    Jilid III : Lampiran-lampiran / Dokumen-dokumen Pendukung Jilid IV : Rencana Pengelolaan Sosial dan Lingkungan Hidup.

  • Laporan ESIA Lahendong 5&6 Yang Telah Direvisi Jilid II

    6

    2. Uraian tentang Proyek 2.1 Tinjaun Menyeluruh Bagian ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran tentang proyek yang mencakup rangkuman proses pembangkitan tenaga geothermal yang merupakan pokok pembahasan ESIA ini. Bagian ini tersusun sebagai berikut : Mengidentigikasi atau mengenali proses pembangkitan tenaga geothermal; Mengidentifikasi atau mengenali pihak-pihak yang mendukung proyek; Uraian / Penjelasan tentang lokasi Proyek; Definisi Proyek termasuk:

    Ikhtisar tentang ruang lingkup komponen proyek; Status komponen-komponen Proyek; Keterangan lengkap tentang pembangunan jalan masuk (access road) dan pembersihan lapangan

    pekerjaan; Keterangan lengkap tentang pengeboran lapangan uap; Keterangan lengkap tentang pengujian sumur produksi; Keterangan lengkap tentang produksi uap dan saluran-saluran pipa yang dipersyaratkan; Keterangan lengkap pusat pembangkit tenaga dan saluran transmisi; Keterangan lengkap tentang sumur-sumur reinjeksi dan saluran-saluran pipa yang dipersyaratkan; Rangkuman tentang komponen-komponen Proyek.

    Pengidentifikasian jadwal Proyek; dan Pengidentifikasian proyek-proyek terkait atau kegiatan-kegiatan di luar ruang lingkup Proyek.

    2.2 Proses Geotermal EGP sedang mengembangkan proyek geothermal di wilayah administratif Tompaso, Sulawesi Utara, Indonesia. GAmbar 2.1. menyajikan rangkuman tingkat tinggi proses pembangkit tenaga geotermal secara keseluruhan. Gambar 2.1. Rangkuman Proses Pembangkit Tenaga Geotermal.

  • Laporan ESIA Lahendong 5&6 Yang Telah Direvisi Jilid II

    7

    Untuk memanfaatkan energi geothermal, sumur-sumur produksi dibor sampai ke melalui penginjeksian kembali sumur-sumur menuju reservoir geotermal kedalaman air panas yang terkandung di dalam lapisan Bumi yaitu reservoir geothermal. Setelah reservoir-reservoir geotermal ditarik ke atas, air yang panas dan uap akan muncul ke permukaan di mana uap akan dipisahkan dan digunakan untuk menggerakkan turbin-turbin uap, yang selanjutnya menghasilkan energi mekanikal yang dapat dimanfaatkan sebagai listrik. Brine (air asin) dan kondensat dikembalikan dengan cara penginjeksian kembali sumur-sumur menuju reservoir geotermal. Pengembangan sumber daya geotermal dapat dipisahkan melalui tahap-tahap berikut ini : Tahap 1 : Koleksi literature semua data yang tersedia saat ini. Laporan tentang rangkuman literature dan kesimpulan. Kunjungan ke lapangan oleh Geolog Senior dan manajer proyek. Pemetaan lokasi GPS wilayah-wilayah dan sumur-sumur air panas.

    Tahap 2 : Pengambilan contoh air dari sumur-sumur dan pengambilan contoh gas dari lubang-lubang dangkal. Pengumpulan contoh-contoh air dan evaluasi bagi masing-masing lapangan. Laporan Kimia dan Radon, CO2. Penilaian tentang hasil-hasil pengambilan contoh air dan gas. Evaluasi lapangan-lapangan dan prioritasi lapangan-lapangan.

    Tahap 3 : Survai resistiviti geofisik menggunakan Transient-Electromagnetic (TEM) atau metode-metode

    Schlumberger. Opsi bagi pengembang untuk menggunakan Magneto Telluric (MT) dan pemantauan Seismic untuk

    patahan-patahan. Mengidentifikasi zona up-flow cairan geotermal di dalam evaluasi lapangan.

    Tahap 4 : Pengeboran lubang dangkal untuk memantau gradient temperature. Pemetaan gradient geotermal di wilayah berdasarkan pada lubang-lubang dangkal. Konfirmasi tentang temuan-temuan geotermal anomali-anomali geofisik. Penilaian tentang pemetaan gradient geotermal dan peramalan kedalaman. Pemetaan patahan-patahan berdasarkan pada modeling 3D untuk masing-masing wilayah.

    Tahap 5 : Pengeboran sumur produksi pengujian pertama. Pemantauan dan pencatatan geofisik selama pengeboran sumur produksi. Pengujian hasil sumur produksi pengujian pertama, temperatur dan kedalaman. Pemantauan kimiawi cairan dari pengeboran sumur pengetesan. Penilaian tentang pengujian dan pemantauan sumur.

    Tahap 6 : Strategi pengoperasian untuk perancangan pusat pembangkit. Evaluasi Respon Reservoir dan penilaian kapasitas. Prtoduksi pengeboran dan sumur-sumur penginjeksian kembali. Pemantauan dan pengujian kapasitas-kapasitas sumur-sumur produksi.

    Tahap 7 : Perencanaan pengoperasian Pusat Pembangkit Tenaga. Desain proses geotermal untuk pusat pembangkit tenaga. Desain system penginjeksian kembali bagi pusat pembangkit tenaga.

  • Laporan ESIA Lahendong 5&6 Yang Telah Direvisi Jilid II

    8

    Tahap 8 : (a) Pelelangan untuk penawaran pasti bagi pusat pembangkit tenaga. (b) Pelelangan untuk penawaran pasti bagi system pengumpul uap. Perjanjian-perjanjian bagi (a) dan (b). Perjanjian-perjanjian bagi grid connections.

    Tahap 9 : Pengujian dan Uji Coba Fungsi-fungsi. Tahap pengoperasian.

    Selama pengoperasian, kegiatan-kegiatan proses utama mencakup : Produksi uap di mana uap disuling, diproses dan selanjutnya juga diinjeksikan kemabli; Pusat pembangkit tenaga (power plant), di mana uap yang disuling digunakan untuk membangkitkan

    tenaga listrik; dan evakuasi listrik melalui saluran-saluran transmisi. Proyek pada mulanya tersusun atas tiga kelompok sumur (dua kelompok sumur produksi dan satu kelompok sumur pengijeksian kembali) dan satu pusat pembangkit dengan dua unit berkekuatan 20MW. Namun, menyusul dilakukannya analisis terhadap data pendahuluan, studi kelayakan teknis telah merekomendasikan bahwa proyek seharusnya juga mempertimbangkan sampai dua kelompok sumur produksi tambahan yang dianggap potensial dan satu kelompok sumur pengijeksian kembali tambahan yang dianggap potensial. Proyek akan dihubungkan dengan saluran transmisi berkapasitas 150 kV menuju grid yang ada sekarang di substasiun Kawangkoan yang kurang lebih terletak 2.7 km dari situs pusat pembangkit tenaga yang diusulkan. Pengeboran bagi proyek Tompaso sedang berjalan dengan delapan sumur yang telah selesai dibor sampai tanggal ini : LHD-26 dan LHD-30 (keduanya merupakan Kelompok 26), LHD-27, LHD-31, LHD-33 dan LHD-34 (semuanya merupakan Kelompok 27) dan LHD-32 dan LHD-35 (keduanya merupakan Kelompok 32). Kedua sumur pada Kelompok 32 didesain sebagai sumur-sumur penginjeksian kembali sedangkan enam yang lain merupakan sumur-sumur produksi. Proyek saat ini masing melakukan pengujian produksi atas sumur-sumur yang saat ini dibor. Sambil menunggu hasil-hssilnya, tidak akan dilakukan kegiatan-kegiatan pengeboran atau pengembangan-pengembangan lebih jauh pada saat penulisan ESIA yang direvisi ini. Tahap-tahap 1 sampai dengan 5 dengan demikian telah diselesaikan sebagian dan proyek saat ini telah mencapai Tahap 6. Kegiatan-kegiatan pengeboran telah berhenti, tetapi mungkin akan dimulai lagi menyusul analisis hasil-hasil pengujian produksi.

    2.3 Para Pendukung Proyek Selain EGP (PGE), yang sedang mengembangkan Proyek, para pendukung utamanya adalah : Bank Dunia; Para kontraktor pengeboran (PT. Dimas Utama, Energi Tata Persada, Roda Drilling Nusantara); Kontraktor-kontraktor lainnya yang terkait dengan bidang pengeboran (catering, H2S keselamatan kerja,

    dsb.); dan Kontraktor EPC untuk pusat pembangkit tenaga dan kontraktor-kontraktor lainnya untuk pekerjaan sipil

    dan superstruktur uap lapangan (belum ditunjuk).

    2.4 Lokasi Lapangan 2.4.1 Ikhtisar Proyek terletak kurang lebih 30 km Selatan Manado, Sulawesi Utara, Indonesia. Ia membentang sepanjang desa-desa Sendangan, Pinabetengan, Pinabetengan Utara , Tompaso II, Kanongan (I dan II), Tonsewer, Touure, Liba, Tember, Kamanga (I and II) dan Talikuran di kecamatan-kecamatan Tompaso dan Kangkoan, Kabupaten Minahasa. Peta wilayah yang menunjukkan lokasi proyek ditunjukkan di dalam Gambar 2.2.

  • Laporan ESIA Lahendong 5&6 Yang Telah Direvisi Jilid II

    9

    2.4.2 Wilayah Kajian Wilayah kajian adalah wilayah di mana dampak-dampak yang ditimbulkan oleh Proyek mungkin dirasakan. Hal ini bervariasi sejalan dan seiring dengan aspek-aspek lingkungan dan social yang dipertimbangkan dan oleh karenanya ditetapkan di dalam masing-masing bab penilaian aspek individu. Gambar 2.2. : Lokasi Proyek

    Sumber : Badan Kordinasi Nasional untuk Survai dan Pemetaan

    Tempat Lokasi

  • Laporan ESIA Lahendong 5&6 Yang Telah Direvisi Jilid II

    10

    2.5 Definisi Proyek 2.5.1 Ikhtisar Ruang Lingkup Komponen Proyek Bagian 2.1. di atas memberikan ikhtisar tentang proses geotermal. Subbagian ini memberikan ikhtisar terkait dengan komponen-komponen proyek yang spesifik dari proses ini yang relevan dengan Proyek ini. Subbagian-subbagian berikutnya menetapkan komponen-komponen ini secara lebih lengkap dan rinci. Komponen-komponen proyek disajikan di dalam Gambar 2.3. dan fitur-fitur di lingkungan areal Proyek disajikan di dalam Gambar 2.4. Gambar 2.5 melukiskan konteks medan Proyek. Gambar 2.3. Komponen-komponen Proyek Legenda:

    Komponen Proyek

    Hutan Lindung

    Pemisah / Separator

    Saluran Pipa Dua Tahap

    Saluran Pipa Uap

    Saluran Pipa Air Asing (Brine)

    Saluran Pipa Kondensat Titik Rujukan Timur/Utara (UTM WGS 84)

    Sumber : Mott MacDonald

  • Laporan ESIA Lahendong 5&6 Yang Telah Direvisi Jilid II

    11

    Gambar 2.4. : Fitur-fitur Areal Proyek

    Legenda :

    Komponen Proyek

    Hutan Lindung Desa-desa

    Sungai-sungai Jalan-jalan

    Titik Rujukan Timur/Utara (UTM WGS 84)

    Sumber : Mott MacDonald

  • Laporan ESIA Lahendong 5&6 Yang Telah Direvisi Jilid II

    12

    Gambar 2.5 : KonteksMedan Proyek 3D Legenda :

    Komponen-komponen Proyek

    Hutan Lindung

    Desa-desa

    Medan / Terrain

    Sumber : Mott MacDonald

  • Laporan ESIA Lahendong 5&6 Yang Telah Direvisi Jilid II

    13

    2.5.2 Status Komponen-komponen Proyek

    Proyek mencakup tiga well clusters yang ada sekarang (yaitu kelompok-kelompok sumur/well clusters yang terkumpul di atas sebuah wellpad), sampai sejumlah tiga kelompok sumur tambahan dan satu pembangkit tenaga terdiri dari dua unit (Unit 5&6). Proyek ini juga mencakup saluran-saluran pipa interkoneksi air asin, kondensat dan uap di antara berbagai kelompok dan lokasi pembangkit tenaga. Masing-masing kelompok mencakup sampai dengan enam sumur. Dari kelompok-kelompok yang ada sekarang, dua (26 dan 27) akan digunakan untuk memproduksi uap dan satu (32) untuk penginjeksian kembali air asin dan kondensat. Pembangunan tiga cluster wellpads ini telah diselesaikan dan pengeboran empat sumur produksi pada Cluster 27, dua sumur produksi pada Cluster 26 dan dua sumur penginjeksian kembali pada Cluster 32 telah selesai. Data pendahuluan yang diperoleh dari pengujian produksi melaporkan bahwa terdapat kebutuhan potensial akan cluster produksi sumur tambahan dan lokasi yang kurang lebih dipilih telah diidentifikasi untuk dipertimbangkan di dalam ESIA yang telah direvisi ini, lokasi yang lebih disukai untuk production cluster tambahan yang dinilai potensial ini disebut sebagai Kelompok Sumur Produksi Tambahan yang dinilai Potensial 1. Sebuah lokasi alternatif production cluster tambahan yang dinilai potensial telah pula diidentifikasi untuk dipertimbangkan di dalam ESIA telah direvisi ini. Lokasi ini disebut Kelompok Sumur Produksi Tambahan yang dinilai Potensial 2. Dalam hal dibutuhkan sumur-sumur produksi tambahan (baik pada saat uji coba awal proyek atau sumur-sumur yang dibuat selama berlangsungnya proyek), maka Potential Additional Production Well Cluster 1 merupakan opsi yang lebih disukai. Mengingat kebutuhan akan sumur-sumur buatan untuk masa datang, adalah lebih dari mungkin bahwa Kelompok SUmur Produksi Tambahan ynag dinilai Potensial 2 akan dikembangkan bahkan jika uap yang mencukupi yang saat ini tersedia dari kelompok-kelompok produksi yang saat ini dikembangkan (26 dan 27). Selain itu, data pengujian pendahuluan tentang sumur melaporkan bahwa sumur-sumur penginjeksian kembali pada Kelompok 32 mungkin tidak cocok untuk penginjeksian kembali. Oleh karena itu kelompok penginjenksian tambahan yang dinilai potensial telah diidentifikasi untuk dipertimbangkan di dalam ESIA yang telah direvisi ini. Ini selanjutnya akan disebut sebagai Kelompok Penginjeksian Kembali Tambahan yang dinilai Potensial 1. Untuk memenuhi maksud dari draft ESIA yang diungkapkan pada bulan Oktobre 2010, terdapat tiga lokasi situs pusat pembangkit tenaga yang dinilai potensial bagi Proyek dan sebuah lokasi final yang masih harus ditentukan. Untuk mencoba mengatasi permasalahan ini, penilaian di dalam draft ESIA mengikuti pendekatan yang konservatif dengan memilih untuk menilai situs yang paling dekat dengan reseptor-reseptor yang sensitif (situs tepat di utara Kelompok 27), dengan demikian memberikan penilaian terhadap dampak-dampak kasus yang paling buruk. Sejak diungkapkannya draft ESIA, telah ditetapkan melalui studi kelayakan teknis AECOM (bulan Oktober 2010) bahwa sebuah lokasi alternatif bagi pusat pembangkit tenaga lebih disukai utamanya karena didasarkan pada alasan-alasan topografis. ESIA yang telah direvisi ini oleh karenanya mempertimbangkan lokasi pusat pembangkit tenaga alternatif yang kiranya lebih disukai karena situs bagian utara dari Kelompok 27 yang sebelumnya ditetapkan tidak lagi dipertimbangkan untuk Proyek ini. Mengingat lokasi-lokasi masing-masing kelompok-kelompok sumur produksi yang diusulkan dan yang ada sekarang dan juga lokasi situs pembangkit tenaga yang diusulkan, posisi yang kurang lebih mendekati bagi separator-separator uap dan air asin telah pula diidentifikasi untuk dipertimbangkan di dalam ESIA yang telah direvisi. Lokasi separator kurang lebih 500 meter dari situs pembangkit tenaga untuk memungkinkan jarak scrub-line yang mencukupi. Dua tahap saluran pipa (uap pengantar dan air asin) akan menghubungkan pusat pembangkit tenaga sedangkan air asin (brine) dikirimkan melalui saluran pipa menuju salah satu dari kelompok-kelompok penginjeksian kembali. Berdasarkan syarat-syarat dan ketentuan-ketentuan perjanjian bersama yang ditandatangani pada tanggal 31 Desember 2010 antara PT. PLN (Persero) dan PGE (silakan periksa Lampiran H, Jilid III), pembangunan saluran transmisi dari Unit-unit Lahendong 5&6 menuju substasion Kawangkoan yang dimiliki oleh PLN akan dilakukan oleh EGP. Oleh sebab itu saluran transmisi sepanjang 2.7 km dari Unit-unit Lahendong 5&6 menuju substasiun Kawangkoan dicakup di dalam Ruang Lingkup Komponen Proyek.

  • Laporan ESIA Lahendong 5&6 Yang Telah Direvisi Jilid II

    14

    Untuk semua kelompok-kelompok penginjeksian kembali dan produksi tambahan yang dinilai potensial dan lokasi pusat pembangkit yang telah direvisi, EGP akan melakukan akuisisi / pembebasan tanah sejalan dengan Kerangka Kerja Kebijakan Pemukiman Kembali dan Pembebasan Tanah yang telah mereka disepakati (silakan periksi Jilid III). 2.5.3 Pembangunan Jalan Masuk /Access Road dan Pembersihan/Penyiapan Lapangan Kerja Langkah pertama kegiatan pembangunan fisik adalah membuka jalan masuk jika diperlukan. Dari ketiga clusters/ kelompok yang telah dibangun sampai saat ini, hanya Cluster 32 yang memerlukan jalan masuk pendek yang harus dibangun bersamaan dengan kedua clusters yang lain yang letaknya di dekat jalan-jalan yang ada sekarang. Pembangunan cluster-cluster yang akan datang dan situs pusat pembangkit tenaga mungkin akan memerlukan dibangunnya jalan masuk yang pendek jika mereka berlokasi di dekat jalan-jalan yang ada sekarang. Langkah berikutnya pembangunan fisik adalah pembebasan / penyiapan serta perataan tanah. Tanah yang harus dibersihkan dan dipersiapkan untuk memungkinkan digelarnya anjungan pengeboran, kantor-kantor, bedeng-bedeng karyawan dan fasilitas-fasilitas pendukung kurang lebih seluas 4 hektar dan selanjutnya disebut sebagai well pad atau cluster. Dimaksudkan bahwa lapisan tanah bagian atas (top soil) yang digali akan digunakan kembali di lapangan bersama-sama dengan bahan-bahan urugan yang didatangkan ke lapangan jika diperlukan. Apabila terdapat kelebihan bahan galian, maka opsi-opsi pembuangannya akan diupayakan. 2.5.4 Pengeboran Kegiatan-kegiatan pengeboran dilakukan oleh para kontraktor, dengan menggunakan directional drilling. Menyusul dilakukannya penimbunan awal, bor rotasi yang mengebor ke dalam sampai ke kedalaman maksimum kurang lebih 2.400 meter dilakukan dan horizontal displacement sampai 900 meter. Lumpur-lumpur, campuran air, bentonit dan pengemulsi, disuntikkan melalui pipa-pipa ke dalam drill-bit untuk mendinginkannya dan menghilangkan potongan-potongan. Kolam air bersih yang berdinding beton dibangun di atas wellpad dengan air yang dipasok dari stasiun-stasiun pemompaan air. Proyek mencakup Stasiun Pemompaan Air tuinggak (dikenal dengan WPS) yang terletak di atas Sungai Maasem secara kasar kurang lebih sama jauhnya antara Cluster 26 (LHD-30), Cluster 32 (LHD-32) dan Cluster 27. Kebutuhan akan air dipenuhi dengan pemompaan dari aliran sungai setempat menuju kolam penampung pada setiap stasiun pompa air masing-masing dengan pipa-pipa penghubung menuju kolam-kolam air bersih pada setiap lokasi cluster setelah kegiatan pengeboran diselesaikan. Lumpur-lumpur pengeboran dan potongan-potongan kemudian naik sepanjang pipa bor. Potongan-potongan dipisahkan dan dikeringkan/ disimpan di tempat potongan (bangunan setengah tertutup) yang terletak di atas masing-masing wellpad. Di Lahendong, potongan-potongan (cuttings) kering ini selanjutnya digunakan untuk meratakan / membuat permukaan keras cluster-cluster setelah kegiatan-kegiatan pengeboran diselesaikan. Lumpur-lumpur pengeboran dikirim menuju serangkaian kolam pendingin / pengendap yang terletak pada masing-masing wellpad, yang merupakan tahap terakhir termasuk filter-filter karbon yang diaktifkan. Lumpur-lumpur yang telah dibersihkan selanjutnya dipompa kembali dan dan didaur ulang. Mirip dengan kolam air bersih, kolam-kolam pengendap dilapisi dengan beton. Apabila tanpa kendala apa pun, pengeboran masing-msing sumur memakan waktu 1.5 sampai 2 bulan. Pengukuran-pengukuran keluaran (output) sumur-sumur LHD-27 dan LHD-34 memberikan tingkat rata-rata sebesar 3.7 MWe pada tekanan separasi sebesar 7 kscg. Jika rata-rata ini diproyeksikan terhadap semua enam sumur produksi, maka total keluaran dari sumur-sumur produksi yang telah dibor sejauh ini dapat mencapai kurang lebih 22 MWe. Studi Kelayakan yang dilakukan oleh AECOM (Oktober 2010) telah merujuk pada nilai yang lebih rendah sebesar 18MWe. Sumur-sumur yang saat ini telah diuji mengakses areal reservoir geotermal kurang lebih 1 km2 dan kemungkinan besar akan menghasilkan sebesarr 18 MWe berdasarkan pada informasi pengujian saat ini, sehingga areal yang saat ini telah dibor telah dibor pada tingkat densitas yang sesuai. Namun, studi kelayakan mengindikasikan bahwa tidak perlu ada lebih banyak sumur yang seharusnya dibor pada sumur Cluster 27 karena densitas atau kepadatan ekstraksinya akan menjadi terlau tinggi dari areal ini. Hal ini mungkin atau tidak mungkin berlaku terhadap sumur Cluster 26 bergantung pada hasil-hasil pengujian sumur. Data yang ada mengindikasikan bahwa satu lubang besar lebih lanjut dapat dibor pada sumur Cluster 26. Lokasi wellpad tambahan karenanya mungkin diperlukan bagi sumur-sumur untuk memasok pembangunan kapasitas neto sebesar 40MW. Lokasi yang lebih dipilih untuk wellpad tambahan (Cluster 1 Sumur Produksi Tambahan yang dinilai Potensial) adalah kearah barat

  • Laporan ESIA Lahendong 5&6 Yang Telah Direvisi Jilid II

    15

    daya dari wilayah kajian tetapi masih berada di lingkungan wilayah produksi (silakan periksa Gambar 2.3). Selain itu, wellpad alternatif tambahan telah diidentifikasi (Cluster 2 Sumur Produksi Tambahan yang dinilai Potensial). Keduanya ini merupakan cluster-cluster sumur produksi yang dipertimbangkan di dalam Penilaian Dampak Sosial dan Lingkungan Hidup (ESIA) yang telah direvisi. Menyusul pembangunan awal Proyek, adalah dimungkinkan bahwa sumur-sumur tambahan akan diperlukan untuk mendukung pengoperasian Unit-unit 5&6 Lahendong untuk menggantikan kehilangan produktifitas secara progresif dari sumur-sumur yang ada sekarang. Kebutuhan akan sumur-sumur baru menjadi menurun karena penginjeksian kembali air asin (brine) dan kondensat. Dalam hal diperlukan pengeboran tambahan, maka dampak-dampak dan langkah-langkah mitigasi yang diperlukan diharapkan sama seperti pada tahap konstruksi. Jika welpad baru dibutuhkan melebihi dan di atas yang telah dipertimbangkan di dalam ESIA yang telah direvisi ini atau bilamana sumur-sumur ini secara signifikan berbeda dari yang saat ini sedang dibor, maka EGP akan menyusun ESIA tambahan. Selain itu, bilamana pembangunan lebih lanjut diidentifikasikan seperti sumur-sumur baru, adalah dimungkinkan bahwa langkah-langkah mitigasi dan pengelolaan yang dibutuhkan tidak akan banyak berbeda dengan yang dirinci selengkapnya di dalam ESIA (Penilaian Dampak Sosial dan Lingkungan Hidup) ini. 2.5.5 Pengujian Sumur Produksi Sebuah pengujian penyelesaian sumur dilakukan sebagai tahap akhir dari kegiatan pengeboran. Sebelum melanjutkan ke pengeboran anjungan (rig) ke suatu lokasi baru, pengukuran tekanan dilakukan ketika dilakukan penginjeksian air ke sumur, disertai pengukuran temperatur dan tekanan yang dilakukan dengan maksud untuk memperoleh injektifitas dan transmitifitas sumur. Pengujian penyelesaian sumur secara khas pada umumnya berlangsung kurang dari 48 jam. Pengujian sumur horizontal selanjutnya dilakukan untuk memberikan informasi yang lebih akurat tentang keluaran arus, air asin (brine) dan karakteristik uap. Kegiatan ini melibatkan pemasangan untuk sementara waktu pipa-pipa dan separator gas / uap di dekat sumur yang sedang dilakukan pengujian dan satu unit rock muffler. Prosedur pengujian horizontal berlangsung 6 sampai 12 minggu. Pengujian sumur vertikal tidak dilakukan. Sumur-sumur kelak dikonversi, jika hal itu patut dilakukan, menjadi sumur-sumur produksi. Sumur-sumur yang tidak cocok dapat digunakan untuk penginjeksian kembali atau ditinggalkan. 2.5.6 Produksi Uap dan Saluran-saluran Pipa Campuran uap, gas dan air (brine) ditarik dari sumur-sumur produksi dan dikirim ke separator-separator melalui saluran-saluran pipa dua fase. Karena terjadi tekanan yang menurun, sebagian dari air (brine) berubah menjadi uap. Menurut data primer, separator-separator akan dipasang pada suatu lokasi sentral antara berbagai cluster-cluster produksi dan kurang lebih 500 meter dari pusat pembangkit tenaga (power plant). Stasiun separasi sentral diusulkan pada lokasi yang memiliki elevasi lebih rendah dibandingkan dengan berbagai cluster produksi untuk memungkinkan cairan dua fase tersebut mengalir menuju separator-separator. Selain itu, perbedaan elevasi antara lokasi stasiun separator dan cluster-cluster penginjeksian kembali akan memungkinkan air (brine) mengalir dengan gravitas menuju sumur-sumur penginjeksian kembali tanpa flashing. Brine (air asin) dari separator dialihkan kembali ke lapangan uap melalui flash silencer and hot reinjection, kembali ke dalam reservoir (silakan periksa sub-bagian 2.5.8 di bawah ini). Cluster-cluster produksi akan dihubungkan ke scrubbers stasiun separator dan pusat pembangkit tenaga dengan cara pipa-pipa baja yng diinsulasi. Pipa-pipa dua fase yang membawa uap dan brine (air) akan digunakan dari welpad menuju stasiun separator dengan pipa uap menuju pusat pembangkit tenaga. Pipa-pipa ini diletakkan di atas pondasi beton dengan rel peluncur untuk memungkinkan gerakan bebas di dalam arah aksial untuk perluasan saluran pipa pada saat uji coba pusat pembangkit tenaga. Disket-disket rupture akan ditempatkan pada saluran-saluran pipa uap yang letaknya pada bagian hilir stasiun separator.

  • Laporan ESIA Lahendong 5&6 Yang Telah Direvisi Jilid II

    16

    Penimbunan kondensasi di saluran pipa uap dikumpulkan di dalam pot-pot kondensat dan dikeluarkan secara teratur (setiap beberapa menit) melalui beberapa katup (jebakan uap). Cairan yang meluncur dikumpulkan di pembuangan terbuka yang memindahkannya ke kolam termal di situs pusat pembangkit tenaga dari mana ia dapat diinjeksikan kembali. Untuk melakukan tindakan scrubbing di dalam saluran pipa uap, diusulkan bahwa pusat pembangkit tenaga berlokasi 500 m dari stasiun separator. Pada puat pembangkit tenaga uap mengalir melalui scrubber-scrubber untuk pembersihan akhir sebelum dikirimkan ke turbin. Bilamana mungkin, saluran-saluran pipa akan dipasang di sepanjang koridor-koridor lain seperti jalan-jalan. Temperatur bagian luar pipa diperkirakan mencapai lebih kurang 35C. Lokasi pipa-pipa ini belum difinalisasi karena mereka bergantung pada lokasi-lokasi akhir pusat pembangkit dan cluster-clusternya. Rute sementara ditunjukkan di dalam Gambar 2.3. Disarankan di dalam studi kelayakan bahwa tekanan separasi primer seharusnya berkisar 8.7 bara dan tekanan inlet turbin sebesar 8 bara dipilih sebagai pengembangan kasus dasar bagi Unit-unit 5&6 Lahendong, berdasarkan data sumur sampai hari ini dan kebutuhan-kebutuhan untuk meminimalisir risiko terjadinya deposisi di dalam pipa. Tekanan separasi sebesar 8.7 bara memungkinkan peluncuran uap untuk produksi pusat pembangkit tenaga sementara menghitung kehilangan tekanan yang pantas di dalam pipa-pipa. Uap selanjutnya dipompa menuju pusat pembangkit tenaga melalui sisten saluran pipa scrubbing, yang mengeringkan uap sebelum memasuki inlet turbin. Kualitas uap ditentukan dari segi temperaturnya, tekanannya, gas-gas non-condensablenya dan total padatan-padatannya yang larut.Agar bisa mengendalikan dan mengontrol tekanan uap dengan beban pembangkit tenaga yang bervariasi, dan dalam hal terjadinya power plant trip, uap dilepaskan ke atmosfer melalui rock muffler (system ventilasi uap) untuk mengendalikan kebisingan. Bergantung pada hasil-hasil pengujian sumur produksi, beberapa kalau tidak semua sumur dapat ditetapkan sebagai sumur non-artesian (yaitu air asing/brine dan uap dari reservoir tidak akan mengalir ke atas melalui sumur tanpa dilakukannya sejenis stimulasi). Pengoperasian-pengoperasian stimulasi secara khas melibatkan penginjeksian udara pada tekanan tinggi pada menurunkan muka air di dalam sumur. Setelah dihentikan secara tiba-tiba penginjeksiannya, sumur akan memuntahkan air dan mulai meluncurkan uap untuk meningkatkan arus yang sedang berlangsung. Selama masa-masa pemeliharaan dan pengoperasian pusat pembangkit tenaga, tidak dianjurkan untuk menutup sama sekali sumur-sumur produksi non-artesian mengingat stimulasi diperlukan untuk memulai lagi produksi, yang memiliki implikasi biaya dan waktu, serta dampak-dampak lainnya terhadap lingkungan hidup termasuk penggunaan energi. Selama masa-masa seperti itu, sumur-sumur ini dapat tetap berproduksi dengan laju arus yang secara signifikan diturunkan dengan uap yang langsung meluncur ke atmosfer. 2.5.7 Pusat Pembangkit Tenaga dan Hubungan Transmisi Setelah diselesaikannya dengan baik sejumlah secukupnya sumur-sumur dan penegasan tentang kapasitasnya, maka pembangunan pusat pembangkit tenaga dapat diteruskan. Selain fase-fase serupa terkait pembukaan akses dan persiapan situs, pembangunan pusat pembangkit tenaga melibatkan pekerjaan tanah, pondasi untuk bangunan-bangunan dan pekerjaan yang signifikan yang terkait dengan superstruktur, temasuk pengerahan peralatan-peralatan berat menuju lapangan (misalnya turbin, generator, transformator). Uap digunakan di dalam turbin uap konvensional, dilengkapi dengan sebuah generator. Unit-unit 5&6 proyek Lahendong akan memerlukan satu pusat pembangkit tenaga dengan dua unit turbin uap (2x20MW unit). Pertimbangan diberikan terhadap pemasangan unit-unit pembangkit yang lebih besar pada Unit-unit 5&6 Lahendong, yang akan memungkinkan efisiensi pusat pembangkit tenaga yang lebih tinggi dan biaya modal yang lebih rendah per MW, namun system grid Minahasa belum cukup besar untuk menampung satu unit yang lebih besar dari kurang lebih 25 MWe. Uap pada bagian belakang turbin akan mengalir melalui kondensor (penukar panas yang menyebabkan uap mengembun / memadat). Air dari kondensor didinginkan di conventional forced draft wet cooling towers. Kondensat selanjutnya dikembalikan ke lapangan uap untuk penginjeksian kembali.

  • Laporan ESIA Lahendong 5&6 Yang Telah Direvisi Jilid II

    17

    Tenaga listrik dari Unit-unit 5&6 Lahendong akan dikirim ke grid yang ada sekarang di substasiun Kawangkoan melalui jalur transmisi sepanjang 2.7km yang dikhususkan untuk itu. Berdasarkan syarat-syarat dan ketentuan-ketentuan perjanjian bersama yang ditandatangani pada tanggal 31 Desember 2010 antara PT. PLN (Persero) dan EGP (PGE) (silakan periksa Lampiran H, Jilid III), EGP akan bertanggung jawab untuk membangun jalurn hubung transmisi sepanjang 2.7 km dan akan membebaskan tanah untuk pembangunan basis-basis menara dan setiap wilayah yang diperlukannya untuk menjamin pengoperasian saluran transmisi yang aman melalui penyelesaian yang dihasilkan dari perundingan-perundingan yang adil melalui proses pembeli-berkenan / penjual- berkenan yang standar. Selain itu, ganti kerugian akan diberikan oleh EGP untuk menjamin diperolehnya Hak Melintas Terlebih Dahulu bagi saluran transmisi. Rute-rute sementara ditunjukkan di dalam Gambar 2.6. Gambar 2.6 : Rute Jalur Transmisi Sementara

    Keterangan:

    Komponen Proyek Hutang Lindung Substasiun

    Jalur Transmisi yang diusulkan

    Sungai Jalan

    Titik Rujukan arah Timur / Utara (UTM WGS84)

    Sumber : Mott MacDonald

  • Laporan ESIA Lahendong 5&6 Yang Telah Direvisi Jilid II

    18

    Saluran transmisi merupakan satu komponen Proyek dan oleh karenanya dipertimbangkan di dalam ESIA (Penilaian Dampak Sosial dan Lingkungan Hidup) yang telah direvisi. Pengaruh-pengaruh dan dampak-dampak masih berada di dalam ruang lingkup penilaian yang disajikan di dalam Bagian-bagian 8 dan 9. Rangkuman terkait dengan pengaruh-pengaruh spesifik saluran transmisi dijelaskan di dalam Lampiran F, Jilid III. 2.5.8 Sumur-sumur Penginjeksian Kembali dan Saluran-saluran Pipa Brine (air asin) dari stasiun separator dapat diinjeksikan kembali langsung di dalam sumur penginjeksian kembali yang panas (160C). Masing-masing separator akan dihubungkan ke Cluster 32 atau Cluster 1 Penginjeksian Tambahan yang dinilai Potensial untuk penginjeksian kembali brine (air asin). Kondensat dari pusat pembangkit tenaga diinjeksikan kembali melalui sumur-sumur penginjeksian kembali yang dingin (40C). Aliran kondensat secara siginifikan kurang dari aliran brine (air asin). Rencana saat ini adalah untuk menginjeksikan kembali kondensat ke dalam cluster-cluster penginjeksian kembali sebagai yang diidentifikasi untuk dipertimbangkan di dalam ESIA yang telah direvisi ini. Saluran-saluran pipa penginjeksian kembali, serupa dengan saluran-saluran pipa produksi, akan dipasang sepanjang koridor-koridor yang ada sekarang seperti jalan-jalan. Pengecualiannya adalah, bahwa saluran pipa penginjeksian kembali yang menuju Cluster 1 Penginjeksian Kembali Tambahan yang dinilai Potensial terpaksa harus menyeberangi / memotong areal persawahan. Untuk mengurangi gangguan terhadap padi (dan akibat-akibat potensial timbulnya permasalahan-permasalahan pemberian ganti kerugian melalui pembebasan tanah yang dibutuhkan), maka diusulkan untuk meletakkan saluran pipa ini di dekat sungai yang ada (saat ini diusulkan kurang lebih berjarak 25 m dari sungai walau pun hal ini tetap harus disetujui terlebih dahulu oleh pemerintah melalui proses lingkungan nasional). Pembenaran secara atau dari segi teknis dan sosio-ekonomi bagi peletakan saluran pipa ini di dekat sungai diberikan di dalam bagian-bagian yang terkait di dalam ESIA ini. Untuk meminimalisir risiko polusi yang mengenai padi atau sungai, semua saluran pipa akan diuji sampai ke tekanan-tekanan yang yang lebih tinggi dai tekanan operasional maksimum dan tidak akan gagal jika dioperasikan secara normal dan selaman peristiwa-peristiwa seismic di dalam criteria desain. Kerusakan yang ditimbulkan oleh sumber-sumber eksternal, seperti truk-truk besar, sangat tidak mungkin terjadi karena bagian-bagian saluran pipa yang berada di dekat kurva-kurva jalan dilindungi dengan penghambat-penghambat pengaman. Seandainya saluran pipa penginjeksian kembali gagal maka brine (air asin) akan dialihkan melalui katup darurat menuju tanki penampungan brine (air asin) darurat berukuran besar. Saluran-saluran pipa penginjeksian kembali brine (air asin) dan kondensat akan ditempatkan di atas permukaan tanah (kecuali bilamana mereka melintasi bagian bawah jalan) untuk memungkinkan dilakukannya pengidentifikasian awal adanya kebocoran dan tindakan perbaikan dalam hal peristiwa itu terjadi. Jumlah residu tumpahan/ limpahan akan bergantung pada lokasi kegagalan pipa dengan kasus yang terburuk jika kegagalan berada di dekat wellpad penginjeksian kembali dan menguras seluruh jilid saluran pipa air asin (brine). Dengan meletakkan saluran pipa di dekat sungai, maka tumpahan atau pun limpahan cairan akan langsung dibuang ke dalam sungai daripada harus mencemari areal persawahan di sekitarnya. Sungai memiliki kapasitas penyangga untuk dengan cepat menggelontorkandan mencairkan cairan yang meluber. Walau pun kemistri brine (air asin) tidak diketahui, mengingat bahwa sungai-sungai memperoleh air dari sumur-sumur termal, adalah tidak mungkin bahwa luberan akan mengakibatkan perubahan yang signifikan di dalam kimiawi air.

  • Laporan ESIA Lahendong 5&6 Yang Telah Direvisi Jilid II

    19

    2.5.9 Rangkuman Komponen-komponen Proyek Tabel 2.1. merangkum Komponen-komponen Proyek yang saat ini telah diidentifikasi dan dijadikan fokus (pusat perhatian) di dalam ESIA (Penilaian Dampak Sosial dan Lingkungan Hidup) untuk Unit-unit 5&6 Lahendong ini. Tanah yang telah dibebaskan dan estimasi-estimasi / perkiraan-perkiraan bidang-bidang tanah lainnya yang perlu dibebaskan di masa datang dijelaskan serta dicantumkan perkiraan-perkiraan kordinat lokasinya sedangkan lokasi tepatnya ditentukan oleh hasil kegiatan konsultasi pembebasan tanah yang akan datang. Tabel 2.1. Komponen-komponen Utama Proyek

    Catatan : (a) Mencakup wilayah akses jalan

    (b) Data merupakan perkiraan konservatif yang didasarkanpada lokasi yang lebih disukai / lebih dipilih dan daerah

    yang diusulkan yang diberikan oleh EGP (PGE)

    (c) Rute-rute sementara antara wellpads dan pusat pembangkit tenaga sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 2.3.

    (d) Rute-rute sementara saluran transmisi sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 2.6. Saluran transmisi ini

    diperkirakan akan mencakup 9 menara transmisi yang didasarkan pada spasi sepanjang 300 m masing-masing

    dengan footprint (tapak kaki) 20mx20m dan koridor lini dengan lebar 40m. Bidang-bidang tanah berukuran kecil

    yang diperlukan untuk dasar menara dan setiap bidang tanah yang diperlukan untuk menjamin pengoperasian

    saluran transmisi yang aman akan dibebaskan oleh EGP melalui negosiasi yang adil untuk mencapai kesepakatan.

    Selain itu, ganti kerugian akan diberikan oleh EGP untuk memperoleh Hak Melintas Terlebih Dahulu (Right of Way)

    bagi saluran-saluran transmisi.

    (e) Koordinat-koordinat yang tidak diketahui sampai sekarang belum diperoleh. Lokasi-lokasi yang dinilai potensial

    yang diusulkan disajikan pada Gambar 2.3.

    Komponen Easting Northing Area (m2) Tanah yang Dibebaskan?

    Dibor/

    Dibangun

    Proyeksi WGS 84

    Cluster 26 LHD-26 697161 129789 40,940 (a)

    Yes Yes

    LHD-30 697161 129789.5 Yes

    Custer 27 LHD-27 699731 129744 47,515 (a)

    Yes

    Yes

    LHD-31 699731 129764 Yes

    LHD-33 699731 129714 Yes

    LHD-34 699731 129754 Yes

    Cluster 32 LHD-32 699204 131384 55,128 (a) Yes

    Yes

    LHD-35 699191.5 131388 No

    Stasiun Pompa Air (WPS) 698815 129802 8,171 Yes No

    Cluster Produksi 1 Tambahan yang dinilai Potensial (e) (e) 45,000(a) (b) No No

    Cluster Produksi 2 Tambahan yang dinilai Potensial (e) (e) 60,000 (a) (b) No No

    Cluster Penginjeksian Kembali 1 Tambahan (e) (e) 45,000 (a) (b) No No

    Separator-separatot (e) (e) 1,000 (b) No No

    Koridor-koridor saluran pipa penginjeksian kembali (c) (c) 95,000 (b) No No

    Koridor-koridor saluran pipa produksi (c) (c) 32,500 (b) No No

    Unit-unit 5&6 Pusat Pembangkit Tenaga Lahendong 105,000 (a) (b) No No

    Saluran Transmisi sepanjang 2.7 km (d) No No

  • Laporan ESIA Lahendong 5&6 Yang Telah Direvisi Jilid II

    20

    2.6. Jadwal Kegiatan-kegiatan proyek yang terkait dengan penilaian ini dimulai pada tahun 2006 dengan pembebasan tanah untuk Cluster 26 dan 27. Penyiapan situs / lapangan pekerjaan, desain lengkap, mobilisasi, pekerjaan sipil dan pengeboran telah berlangsung sejak awal 2008 di ketiga cluster yang ada sekarang dengan diselesaikannya enam sumur produksi dan dua sumur penginjeksian kembali menjelang bulan Desember 2010. Bilamana ditentukan melalui pengujian produksi, maka pengeboran sumur-sumur baru pada wellpads yang ada sekarang akan dimulai lagi selama kuartal kedua tahun 2011. Persiapan-persiapan bagi pekerjaan sipil pada landasan-landasan sumur (wellpads) akan dimulai akhir tahun ini. Penyelesaian dan pengujian semua sumur baru diantisipasi akan dilakukan di dalam kuartal ketiga tahun 2012. Telah diantisipasi pula bahwa kontrak-kontrak EPC untuk sistem di atas permukaan tanah lapangan uap (dikenal dengan SAGS=steamfield above ground system) dan pusat pembangkit tenaga akan dibangun di dalam kuartal ketiga tahun 2012. Pembangunan SAGS akan berlangsung dari kuartal ketiga tahun 2012 dan uji coba SAGS akan berlangsung di dalam kuartal kedua tahun 2014. Uji coba pusat pembangkit tenaga akan dilaksanakan di dalam kuartal kedua tahun 2014 dengan kurang lebih dua bulan kelambatan anara uji coba masing-masing unit pembangkit. Kedua unit (5 dan 6) diharapkan dapat memulai operasi komersialnya pada akhir tahun 2014.

    2.7 Proyek-proyek Terkait Yang dimaksud dengan proyek-proyek terkait adalah bangunan-bangunan prasarana (infrastructure) yang diperlukan untuk memungkinkan dibangunnya atau untuk mendukung Proyek tetapi tidak merupakan bagian dari Proyek itu sendiri atau tidak diusulkan oleh proponen-proponen / para pendukung Proyek. Tidak akan ada proyek-proyek terkait dimaksud.

    2.8 Kegiatan-kegiatan di luar Ruang Lingkup Proyek EGP (PGE) saat ini memiliki dan mengoperasikan lapangan-lapangan produksi geotermal dan penginjesian kembali di wilayah reservoir geotermal Lahendong. Sumur-sumur produksi ini menghasilkan uap untuk Unit-unit 1,2 dan 3 pusat pembangkit tenaga geotermal Lahendong yang dimiliki dan dioperasikan oleh perusahaan milik negara PLN. Unit-unit 1&2 terletak terpisah dari Unit 3. Unit 4 saat ini sedang dibangun dan akan terletak di dekat Unit 3. Masing-masing unit memiliki kapasitas keluaran sebesar 20 MW. Walau pun Proyek disebut sebagai Unit-unit 5&6 Lahendong, sebenarnya ia terletak pada reservoir geotermal Tompaso yang berjarak 10 sampai 15 km dari reservoir geotermal Lehendong yang terletak terpisah di mana Unit-unit 1, 2 dan 3 Lahendong yang ada sekarang dan pusat-pusat pembangkit tenaga Unit 4 Lahendong yang akan datang terletak. Dengan demikian Proyek berbeda dan terpisah dari unit-unit tenaga yang lain ini dan juga di wilayah Indonesia disebut sebagai Lahendong Selatan atau proyek Unit 1&2 Tompaso. Model penyebaran udara (air dispersion modeling) untuk Unit-unit 5&6 Lahendong telah mengindikasikan bahwa kontribusi-kontribusi bahan pencemar yang mana pun yang dinilai potensial terjadi dari pusat pembangkit tenaga telah tersebar sejauh 5 km dari pusat pembangkit dan akan lebih jauh disebarkan pada saat mereka mencapai Unit-unit lainnya dan tidak memberikan kontribusi terhadap dampak-dampak di tempat-tempat sekitar Unit-unit 1 sampai 4. Diharapkan tidak akan terjadi interaksi asap yang dihasilkan oleh Unit-unit 5&6 dengan Unit-unit 1 sampai 4. Unit-unit 1 sampai 4 Lahendong yang ada sekarang mau pun yang akan datang berada di luar ruang lingkup Proyek dan ESIA ini. Disebabkan oleh jaraknya, dampak-dampak kumulatif yang dapat diabaikan diduga ada dan tidak dipertimbangkan lebih lanjut di dalam penilaian ini.

  • Laporan ESIA Lahendong 5&6 Yang Telah Direvisi Jilid II

    21

    5. Kebutuhan akan Proyek dan Analisis Alternatifnya 3.1 Tinjaun Menyeluruh Bagian ini menyajikan latar belakang secara singkat tentang perlunya dibangun proyek ini di daerah yang telah ditetapkan serta penilaian terhadap alternatif-alternatifnya. Penilaian tentang situs-situs alternatif, teknologi dan konfigurasinya telah memperhitungkan berbagai kriteria termasuk lamanya waktu yang dibutuhkan oleh Proyek, persyaratan-persyaratan Proyek, prasarana yang ada sekarang, rencana penggunaan lahan dan dampak terhadap lingkungan hidup yang dinilai potensial. Bagian ini menyajikan rangkuman keputusan-keputusan yang terkait dengan desain yang telah dibuat sampai hari ini dengan mengacu pada kriteria-kriteria yang disebutkan di atas.

    3.2 Perlunya dibangun Proyek Secara keseluruhan, Indonesia telah dan sedang mengalami pertumbuhan pesat di hampir semua segmen terkait dengan sektor energi selama beberapa tahun belakangan ini. Akhir-akhir ini pasokan tenaga secara nasional telah digambarkan sebagai sedang dalam kesulitan yang cukup parah dengan kekurangan tenaga listrik di 250 daerah, termasuk Sulawesi1, dengan seringnya terjadi pemadaman. Butir-butir berikut ini telah menyoroti perlunya dibangun sumber-sumber energi tambahan di tingkat nasional dan daerah dengan tujuan Proyek sebagai berikut : Untuk memberikan kontribusi bagi kebutuhan-kebutuhan energi nasional bagi pembangunan yang

    berkesinambungan; Untuk memberikan kontribusi bagi kebutuhan-kebutuhan energi regional Sulawesi; Untuk memberikan kontribusi bagi basis energi yang beragam untuk menjamin dipenuhinya kebutuhan

    energi bagi Sulawesi; Menyediakan energi berbiaya rendah, berefisiensi tinggi, dapat diandalkan dan berkesinambungan; Menyediakan manfaat ekonomi dan social pada tingkat regional mau pun nasional; Membuka kesempatan kerja bagi masyarakat yang tinggal di wilayah yang bersangkutan dan di

    sekitarnya; Memberikan kontribusi bagi ekonomi setempat, prasarana sosial dan teknis; dan Meningkatkan keanekaragaman sumber energi.

    Penghasil Tenaga Listrik Negara (PLN) telah mengeluarkan rencana perluasan pembangkit tenaga listrik untuk kurun waktu 10 tahun untuk memenuhi kebutuhan dari tahun 2010-2019 (Lapiran RPTL 2010-2019). Kebutuhan puncak saat ini di Sulawesi Utara (yang terdiri dari Minahasa-Kotamobagu dan power grids Gorontalo) adalah sebesar 225 MW dan PLN telah meramalkan kebutuhan puncak dimaksud meningkat sebesar 9.5% per tahun sampai dengan tahun 2019. Batas kapasitas sistem yang ada sekarang adalah -11% yang telah mengakibatkan seringnya terjadi kekur