la, ct, pt
DESCRIPTION
LA, CT, PTTRANSCRIPT
-
disusun oleh:
1. Dezetty Monika (1406583691) 2. Ryanti Widya Savitri (1406584183)
FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO
DEPOK 2015
Tugas PSTL
Lightning Arrester (LA) dan Trafo Pengukuran (CT & PT)
pada Gardu Induk
-
DAFTAR ISI
Cover .................................................................................................................................. i
Daftar Isi ............................................................................................................................ ii
PART I Lightning Arrester (LA) ............................................................................................ 1
A. Pengertian LA ..................................................................................................................... 1
B. LA dalam Single Line Diagram (SLD)................................................................................... 2
C. Prinsip LA ............................................................................................................................ 2
1. Mekanisme Pengalihan Petir ke Ground....................................................................... 2
2. Rasio Proteksi ................................................................................................................ 3
3. Jarak Aman Pemasangan LA ......................................................................................... 4
D. Jenis-jenis LA ...................................................................................................................... 4
E. Pemeriksaan dan Pemeliharaan LA .................................................................................... 6
PART II Trafo Pengukuran (PT dan CT) ................................................................................ 7
A. Pengertian PT dan CT ......................................................................................................... 7
B. PT dan CT dalam Single Line Diagram (SLD)....................................................................... 7
C. Prinsip Kerja ........................................................................................................................ 8
1. PT ................................................................................................................................... 8
2. CT................................................................................................................................... 9
D. Jenis-jenis Trafo Pengukuran ........................................................................................... 10
1. PT ................................................................................................................................. 10
2. CT................................................................................................................................. 11
E. Pemeriksaan dan Pemeliharaan Trafo Pengukuran ......................................................... 15
ii
-
PART I Ligtning Arrester (LA) A. Pengertian LA
Lightning Arrester adalah peralatan proteksi bagi peralatan listrik terhadap tegangan lebih yang disebabkan oleh lightning surge (sambaran petir) dan switching surge (surja hubung) yang digunakan pada sistem tenaga listrik di atas 1 kV. LA berfungsi menangkap gelombang berjalan dari petir yang akan masuk ke instalasi peralatan listrik. Gelombang berjalan juga dapat berasal dari pembukaan dan penutupan pemutus tenaga atau circuit breaker (switching). LA (Gambar 1) bersifat sebagai bypass di sekitar lokasi yang membentuk jalan dan mudah dilalui oleh arus kilat ke sistem pentanahan, sehingga tidak menimbulkan tegangan lebih yang tinggi dan tidak merusak isolator peralatan listrik.
Gambar 1 LA pada trafo di gardu induk B. LA dalam Single Line Diagram (SLD) LA hanya memproteksi peralatan listrik dengan koneksi paralel. Sesuai fungsinya yaitu melindungi peralatan listrik pada sistem jaringan terhadap tegangan lebih yang disebabkan surja petir/surja hubung maka pada umumnya arrester dipasang pada setiap ujung yang memasuki Gardu Induk (Gambar 2). Selain itu, LA harus berada di depan setiap trafo dan harus terletak sedekat mungkin dengan trafo. Hal ini diperlukan karena pada petir yang merupakan gelombang berjalan menuju ke trafo, petir akan melihat trafo sebagai suatu ujung terbuka (karena trafo mempunyai isolasi terhadap bumi/tanah), sehingga gelombang pantulannya akan saling memperkuat dengan gelombang yang 1
-
datang. Berarti, trafo dapat mengalami tegangan surja dua kali besarnya tegangan gelombang surja yang datang. Untuk mencegah terjadinya hal ini, LA harus dipasang sedekat mungkin dengan trafo. C. Prinsip LA Pada prinsipnya, LA tidak mengabsorbsi petir dan tidak menghentikan petir. Namun, LA
mengalihkan petir ke ground dan membatasi tegangan dari petir. Sehingga, rating untuk arus
arrester memerlukan informasi data statistik petir setempat.
1. Mekanisme Pengalihan Petir ke Ground Pada keadaan normal, LA berlaku sebagai isolator. Saat timbul tegangan surja, alat ini
bersifat sebagai konduktor yang tahanannya relatif rendah, sehingga dapat mengalirkan arus
yang tinggi ke tanah. Setelah surja, LA harus dapat dengan cepat kembali menjadi isolator.
Gambar 3 Ilustrasi MOV, Komponen Penyusun Lightning Arrester
Gambar 2 SLD Gardu Induk Simpang Tiga
2
-
Perkembangan dari LA diantaranya penggunaan oksida seng Zn02 sebagai bahan katup.
LA tersusun dari piringan MOV (Gambar 3). Pada setiap piringan MOV dengan diameter 35
mm dan tinggi 35 mm, terdapat 28 milyar butiran metal oxide. Hubungan antara butiran
tersebut membentuk jalur untuk arus dari terminal atas ke terminal bawah arrester. Secara
kinerja, MOV merupakan saklar elektronika yang bekerja sangat cepat. Pada kondisi normal
tegangan AC, saklar terbuka. Namun, ketika ada tegangan dari petir maka saklar tertutup. 2. Rasio Proteksi Rasio proteksi (Gambar 4) adalah ukuran kemampuan arrester untuk melindungi
peralatan atau sistem. Rasio ini diperoleh dari perbandingan dua tegangan, yaitu ketika LA
bekerja pada tegangan tertentu di atas tegangan operasi untuk membuang muatan listrik dari
surja petir dan berhenti beroperasi pada tegangan tertentu di atas tegangan operasi agar
tidak terjadi arus pada tegangan operasi.
Rasio protective margin (PM) dapat dirumuskan sebagai:
=
1 100% dimana BIL adalah Basic Insulation Level Lightning Arrester (kV) dari peralatan yang akan
diproteksi, sedangkan IR adalah Residual Volt (kV) atau harga pelepasan arrester.
Gambar 4 Protective Margin
3
-
3. Jarak Aman Pemasangan LA
Gambar 5 Ilustrasi Jarak Aman Pemasangan LA
Untuk mencari jarak aman pemasangan arrester digunakan rumus berikut:
= + 2/ dimana adalah tegangan terminal dari peralatan yang dilindungi atau trafo (kV), adalah
kecuraman gelombang tegangan surja yang datang (kV/s), adalah jarak maksimal dari
arrester ke trafo (m), dan adalah kecepatan rambat gelombang tegangan surja (m/s).
Sedangkan, peletakan arrester diupayakan seefektif mungkin dengan menerapkan Zona
Area Proteksi, yaitu membagi cakupan daerah yang akan diproteksi dalam bagian tertentu
yang dibentuk oleh dinding bangunan, ruangan-ruangan, peralatan-peralatan dan permukaan
dari logam. D. Jenis-jenis LA Terdapat dua macam arrester yang umum dipergunakan, yaitu:
Gambar 7 Arrester jenis Katup Gambar 6 Arrester jenis Ekspulsi
4
-
1. Jenis Ekspulsi
Arrester jenis ini mempunyai dua jenis sela, yaitu sela luar dan sela dalam. Sela dalam
diletakkan di dalam tabung serat. Ketika pada terminal arrester tiba suatu surja petir maka
kedua sela tepercik. Arus susulan memanaskan permukaan dalam tabung serat, sehingga
tabung akan mengeluarkan gas. Arus tersebut merupakan arus yang berbentuk sinusoidal,
sehingga suatu saat pasti akan mencapai siklus dengan nilai nol. Ketika mencapai nol maka
gas pada tabung akan menjadi isolasi yang akan memadamkan arus tersebut.
Arrester jenis ini (Gambar 6) mampu melindungi trafo distribusi dengan rating tegangan
3-15kV, tetapi belum mampu melindungi trafo daya yang memiliki rating daya lebih besar.
Arrester jenis ekspulsi ini dapat juga dipasang pada saluran transmisi hantaran udara untuk
mengurangi gangguan surja petir yang masuk ke gardu induk.
2. Jenis Katup
Arrester jenis ini (Gambar 7) berupa beberapa sela percik yang dihubungkan seri dengan
resistor tak linier. Resistor tak linier akan memiliki tahanan yang rendah ketika dialiri arus
besar dan tahanan akan menjadi besar ketika arus kecil. Resistor yang umum digunakan
berasal dari bahan silikon karbid. Sela percik dan resistor tak linier ditempatkan pada tabung
isolasi sehingga arrester ini tak dipengaruhi udara luar.
Metode pengamanan pada arrester ini adalah, ketika terjadi surja petir dan sela arrester
akan tepercik maka akan ada arus masuk yang cukup besar pada arrester. Karena resistor
yang digunakan adalah resistor tak linier maka ketika awal surja nilai tahanan akan mengecil
karena arus yang membesar. Hal ini akan membatasi tegangan maksimal pada terminal
arrester, namun ketika arus mulai turun maka tahanan resistor membesar, sehingga arus
susulan dapat dihambat oleh nilai tahanan yang besar ini. Biasanya, arus dapat dikendalikan
hingga mencapai arus nominal yang dikenal sebagai arus kendali sebesar 50 A. Saat tegangan
sesaat sistem nol, percikan akan padam dan arus kendali menjadi nol serta arus susulan tidak
berlanjut lagi. Secara umum arrester jenis katup dibagi menjadi empat jenis, yaitu: (a) jenis
gardu, (b) jenis saluran (15-39kV), (c) jenis gardu untuk mesin (2,4-15kV), dan (d) jenis
distribusi untuk mesin (120-750V).
5
-
E. Pemeriksaan dan Pemeliharaan LA Pemeriksaan arrester dapat dibedakan menjadi pemeriksaan ekternal, pemeriksaan
internal, dan pengamatan visual. Pemeriksaan eksternal mencakup: (1) periksa angka pada
counter yang terpasang di kaki tower atau panel listrik dan (2) periksa kondisi sistem proteksi
eksternal (finial, down conductor dan pentanahan). Pemeriksaan internal meliputi: (1) periksa
arrester dengan cara mengukur tegangan sisa arrester atau melihat indikator yang terdapat
pada arrester, untuk mengetahui apakah ada penurunan kualitas arrester atau tidak, (2)
periksa hubungan antara arrester ke peralatan lain dan hubungan antara arrester ke tanah,
(3) periksa baut-baut yang ada, kalau ada baut yang kendor agar segera dikencangkan.
Pengamatan visual dilakukan untuk mengetahui beberapa faktor berikut: (1) sistem dalam
keadaan baik, (2) tidak ada baut yang kendor yang dapat menyebabkan tingginya tahanan
pada sambungan, (3) tidak ada bagian sistem dengan kondisi yang lemah yang disebabkan
oleh korosi atau vibrasi, (4) seluruh down conductor dan terminal pentanahan dalam kondisi
baik, (5) seluruh konduktor dan komponen sistem proteksi petir (SPP) dalam keadaan aman
dan terlindung dari kemungkinan kerusakan secara mekanik.
Pemeliharaan terhadap arrester adalah sangat penting, sehingga dalam pemeliharaannya
harus diperhatikan secara khusus agar terlindung dari korosi dan handal terhadap kerusakan
yang diakibatkan oleh petir. Setelah beberapa tahun, ada beberapa komponen arrester yang
menurun efektifitas kerjanya yang disebabkan oleh korosi, kerusakan karena pengaruh
lingkungan dan karena impuls petir. Sehingga, program pemeliharaan harus mencakup
kondisi-kondisi sebagai berikut: (1) melakukan pemeriksaan untuk konduktor dan komponen
dari proteksi petir, (2) melakukan pemeriksaan seluruh sambungan dan bonding pada
arrester, (3) melakukan pengukuran tahanan tanah pada terminal elektroda pentanahan, (4)
melakukan pemeriksaan atau pengujian pada surge suppressor (arrester) untuk mengetahui
efektifitasnya dan membandingkan dengan arrester baru, (5) menguji kekuatan dan
ketebalan seluruh komponen dan konduktor yang dibutuhkan. Program pemeliharaan
tersebut dilakukan untuk dapat menjaga keandalan dan kestabilan kerja.
6
-
PART II Trafo Pengukuran (PT dan CT) A. Pengertian PT dan CT
Trafo pengukuran (Gambar 8) terdiri dari: (1) Trafo tegangan (Voltage transformator, VT
atau Potential Transformator, PT) dan (2) Trafo arus (Current Transformator, CT).
Trafo tegangan berfungsi mentransformasikan tegangan tinggi ke tegangan rendah guna
pengukuran/proteksi, dan sebagai isolasi antara sisi tegangan yang diukur/diproteksikan
dengan alat ukurnya/proteksinya. PT digunakan untuk mendapatkan tegangan sekunder yang
sebanding dengan tegangan pada sisi primer, dengan besar tegangan nominal sisi sekunder
adalah 120 volt.
Trafo arus berfungsi mentransformasikan arus yang besar ke arus yang kecil guna
pengukuran/proteksi, dan sebagai isolasi rangkaian sekunder dari sisi primernya,
memungkinkan penggunaan standar arus pengenal untuk alat sisi sekundernya. CT digunakan
untuk mendapatkan arus yang besarnya sebanding dengan arus di sisi primer, dengan besar
arus minimal sekundernya adalah 5 A atau 1 A. B. PT dan CT dalam Single Line Diagram (SLD) Gambar 9 merupakan ilustrasi Single Line Diagram (SLD) trafo tegangan dan trafo arus.
Arus dan tegangan pada peralatan daya yang harus dilindungi diubah oleh trafo arus dan trafo
tegangan ke tingkat yang lebih rendah untuk pengoperasian relai. Tingkat-tingkat yang lebih
Gambar 8 Trafo Tegangan di GI Srondol 150 KV (kiri); Trafo Arus 150 KV PT. PLN P3B (kanan)
7
-
rendah ini diperlukan karena dua alasan, yaitu: (1) tingkat masukan yang lebih rendah ke relai-
relai menjadikan komponen-komponen yang digunakan untuk konstruksi relai-relai tersebut
secara fisik menjadi cukup kecil, karena itu dilihat dari segi ekonomi biayanya akan lebih
murah, (2) dan bagi manusia (pekerja) yang bekerja dengan relai-relai tersebut dapat bekerja
dalam suatu lingkungan yang aman.
Gambar 9 SLD PT dan CT
Daya yang diserap oleh trafo ini untuk melakukan kerjanya tidak seberapa besar, karena
beban yang dihubungkan hanya terdiri dari relai-relai dan alat-alat ukur (meteran) yang
mungkin hanya digunakan pada waktu tertentu. C. Prinsip Kerja 1. PT PT bekerja berdasarkan prinsip elektromagnetik. Jika pada kumparan primer mengalir
arus I1, maka pada kumparan primer timbul gaya gerak magnet sebesar N1I1. Gaya gerak
magnet ini memproduksi fluks pada inti, kemudian membangkitkan gaya gerak listrik (GGL)
pada kumparan sekunder. Jika terminal kumparan sekunder tertutup maka pada kumparan
sekunder mengalir arus I2, yang mana arus ini menimbulkan gaya gerak magnet N1I1 pada
kumparan sekunder. Bila trafo tidak mempunyai rugi-rugi (trafo ideal), berlaku persamaan:
11 = 22 dimana: 1 merupakan jumlah belitan kumparan primer; 2 jumlah belitan kumparan
sekunder; 1 arus kumparan primer; 2 arus kumparan sekunder. Prinsip kerja trafo tegangan (Gambar 10): kumparan primernya dihubungkan paralel
dengan jaringan yang akan diukur tegangannya. Voltmeter atau kumparan tegangan
8
-
wattmeter langsung dihubungkan pada sekundernya. Sehingga, rangkaian sekunder hampir
pada kondisi open circuit. Besar arus primernya tergantung pada beban di sisi sekunder.
Rancangan trafo tegangan ini sama dengan trafo daya step-down, tetapi dengan beban yang
sangat ringan. Prinsip kerja trafo jenis ini sama dengan trafo daya, meskipun demikian
rancangannya berbeda dalam beberapa hal, yaitu: (1) kapasitasnya kecil (10 s/d 150 VA),
karena digunakan untuk daya yang kecil, (2) galat faktor transformasi dan sudut fasa tegangan
primer dan sekuder lebih kecil untuk mengurangi kesalahan pengukuran, (3) salah satu
terminal pada sisi tegangan tinggi dibumikan/ditanahkan, dan (4) tegangan pengenal
sekunder biasanya 100 atau 1003 V.
Gambar 10 Prinsip Kerja Trafo Tegangan (kiri); Rangkaian Ekivalen Trafo Tegangan (kanan) 2. CT Prinsip kerja trafo arus (Gambar 11) sama dengan trafo daya satu fasa. Bila pada
kumparan primer mengalir arus I1, maka pada kumparan timbul gaya gerak magnet sebesar
N1I1. Gaya gerak ini memproduksi fluks pada inti, dan fluks ini membangkitkan gaya gerak
listrik pada kumparan sekunder. Bila terminal kumparan sekunder tertutup maka pada
kumparan sekunder mengalir arus I1. Arus ini menimbulkan gaya gerak magnet N2I2 pada
kumparan sekunder. Pada trafo arus biasa dipasang burden pada bagian sekunder yang
berfungsi sebagai impedansi beban, sehingga trafo tidak benar-benar short circuit. Apabila
trafo adalah trafo ideal, maka berlaku persamaan:
11 = 22
9
-
dimana: 1 merupakan jumlah belitan kumparan primer; 2 jumlah belitan kumparan
sekunder; 1 arus kumparan primer; 2 arus kumparan sekunder.
Kumparan primer trafo dihubung seri dengan rangkaian yang akan diukur arusnya, sedangkan
kumparan sekunder dihubungkan dengan meter atau dengan relai proteksi. D. Jenis-Jenis Trafo Pengukuran 1. PT a) Berdasarkan konstruksinya, trafo tegangan dibedakan menjadi:
i. trafo tegangan induktif (inductive voltage transformer atau electromagnetic
voltage transformer), yaitu terdiri dari lilitan primer dan lilitan sekunder, dan
tegangan pada lilitan primer akan menginduksikannya ke lilitan sekunder; trafo ini
pada umumnya berkapasitas kecil yaitu antara 10 150 VA; faktor rasio dan sudut
fasa trafo tegangan sisi primer dan tegangan sekunder dirancang sedemian rupa
supaya faktor kesalahan menjadi kecil; salah satu ujung kumparan tegangan tinggi
selalu diketanahkan,
ii. trafo tegangan kapasitif (capacitive voltage transformer) adalah peralatan pada
sistem tenaga listrik yang berupa trafo satu fasa step down yang dirangkai dengan
pembagi tegangan kapasitif yang mentransformasi tegangan pada jaringan
tegangan tinggi ke suatu sistem tegangan rendah yang layak untuk perlengkapan
indikator, alat ukur, relai, dan alat sinkronisasi.
*CVT dipilih karena lebih ekonomis membuat pembagi tegangan kapasitif dari
pada membuat trafo dengan belitan tegangan tinggi.
*Keburukan trafo tegangan kapasitor adalah terutama karena adanya induktansi
pada trafo magnetik yang non linier, mengakibatkan osilasi resonansinya yang
Gambar 11 Prinsip Kerja Trafo Arus (kiri); Rangkaian Ekivalen Trafo Arus (kanan)
E2 I2 U1 I2Zb = U2 I0
I1Z1 I2Z2
10
-
timbul menyebabkan tegangan tinggi yang cukup besar dan menghasilkan panas
yang tidak diingikan pada inti magnetik dan belitan, sehingga menimbulkan panas
yang akan mempengaruhi hasil penunjukan tegangan. Diperlukan elemen
peredam yang akan menghasilkan tidak ada efek terhadap hasil pengukuran
walaupun kejadian tersebut hanya sesaat.
b) Berdasarkan pemasanganya dibagi menjadi:
i. trafo pemasangan dalam (indoor), yaitu trafo yang dipasang dalam ruangan,
ii. trafo pemasangan luar (outdoor), yaitu trafo yang dipasang di luar ruangan. 2. CT a) Berdasarkan konstruksi belitan primer, trafo arus dibedakan menjadi:
i. sisi primer batang (bar primary)
ii. sisi primer lilitan (wound primary)
11
-
b) Berdasarkan konstruksi jenis inti, trafo arus dibedakan menjadi:
i. trafo arus dengan inti besi, yaitu merupakan trafo arus yang umum digunakan,
pada arus yang kecil (jauh dibawah nilai nominal) terdapat kecenderungan
kesalahan dan pada arus yang besar (beberapa kali nilai nominal) trafo arus akan
mengalami saturasi,
ii. trafo arus dengan inti bukan besi, tidak memiliki saturasi dan rugi histerisis;
transformasi dari besaran primer ke besaran sekunder adalah linier di seluruh
jangkauan pengukuran; contohnya adalah koil rogowski (rogowski coil).
c) Berdasarkan konstruksi isolasinya, trafo arus dibedakan menjadi:
i. Isolasi Epoksi-Resin: biasa dipakai hingga tegangan 110 KV; memiliki kekuatan
hubung singkat yang cukup tinggi karena semua belitan tertanam pada bahan
isolasi; terdapat 2 jenis, yaitu jenis bushing dan pendukung,
ii. Isolasi Minyak-Kertas: merupakan trafo arus untuk tegangan tinggi yang digunakan
pada gardu induk dengan pemasangan luar; ditempatkan pada kerangka porselen;
kelebihannya, penyulang pada sisi primer lebih pendek, digunakan untuk arus
pengenal dan arus hubung singkat yang besar; dibedakan menjadi jenis tangki
logam, kerangka isolasi, dan jenis gardu,
12
-
iii. Isolasi Koaksial: biasa ditemui pada kabel, bushing trafo, atau pada rel daya
berisolasi gas SF6; sering digunakan inti berbentuk cincin dengan belitan sekunder
yang dibelit secara seragam pada cincin dan dimasukkan pada isolasi, dengan
demikian terbuka jalan untuk membawa lapisan terluar bagian yang di-ground
keluar dari trafo arus.
d) Berdasarkan lokasi pemasangannya, trafo arus dibedakan menjadi:
i. trafo arus pemasangan luar ruangan (outdoor): memiliki konstruksi fisik yang
kokoh, isolasi yang baik, biasanya menggunakan isolasi minyak untuk rangkaian
elektrik internal dan bahan keramik/porcelain untuk isolator eksternal,
ii. trafo arus pemasangan dalam ruangan (indoor): biasanya memiliki ukuran yang
lebih kecil dari pada trafo arus pemasangan luar ruangan, menggunakan isolator
dari bahan resin.
13
-
e) Berdasarkan rasio transformasi, trafo arus dibedakan menjadi:
i. rasio tunggal (single ratio)
ii. rasio ganda (double ratio)
f) Berdasarkan jumlah inti pada sekunder, trafo arus dibedakan menjadi:
i. inti tunggal (single core): digunakan apabila sistem membutuhkan salah satu fungsi
saja, yaitu untuk pengukuran atau proteksi,
ii. inti banyak (multi core): digunakan apabila sistem membutuhkan arus untuk
pengukuran dan proteksi sekaligus.
P1 P2
1S1 1S2 2S1 2S2
300/5 A
300/5 A
1600/5 A
1600/5 A
1600/5 A
2000/5 A
4S1 4S2 1S1 1S2 2S1 2S2 3S1 3S2
P1 P2
14
-
g) Berdasarkan pengenal, trafo arus dibedakan menjadi:
i. trafo arus dengan pengenal primer,
ii. Trafo arus dengan pengenal sekunder
E. Pemeriksaan dan Pemeliharaan Trafo Pengukuran 1. Pemeliharaan Trafo Tegangan Lingkup pemeliharaan trafo tegangan (PT/CCVT) adalah: (a) pengujian rasio, (b) pengujian
tahanan isolasi, (c) pengujian tangen delta (dielectric loss factor and capacitance) khusus
untuk CVT, (d) pengujian beban pada rangkaian sekunder. 2. Pemeliharaan Trafo Arus Lingkup pemeliharaan trafo arus adalah sebagai berikut: (a) pengujian rasio, (b) pengujian
beban, (c) pengujian kejenuhan (saturasi), (d) pengujian polaritas, (e) pengukuran tahanan
DC (R dc), (f) pengukuran tahanan isolasi (megger).
S1
P1 P2
S2
P2 P1
S1 S2
Hubung Paralel Hubung Seri
P1
S1
P2
S2 S3
CT Sekunder 2 Tap
P1 P2
S1 S2 S3 S4
CT Sekunder 3 Tap
15
Cover PSTL GIDaftar Isi PSTL GIDAFTAR ISI
Isi PSTL GIPART I Ligtning Arrester (LA)A. Pengertian LAB. LA dalam Single Line Diagram (SLD)C. Prinsip LA1. Mekanisme Pengalihan Petir ke Ground2. Rasio Proteksi3. Jarak Aman Pemasangan LAD. Jenis-jenis LAE. Pemeriksaan dan Pemeliharaan LAPART II Trafo Pengukuran (PT dan CT)A. Pengertian PT dan CTB. PT dan CT dalam Single Line Diagram (SLD)C. Prinsip Kerja1. PT2. CTD. Jenis-Jenis Trafo Pengukuran1. PT2. CTE. Pemeriksaan dan Pemeliharaan Trafo Pengukuran1. Pemeliharaan Trafo Tegangan2. Pemeliharaan Trafo Arus