l2f007027_mkp.pdf
TRANSCRIPT
PEMELIHARAAN CB DAN ROTATING DIODA, SERTA SISTEM
OPERASI PADA PLTU UNIT 3 PT INDONESIA POWER UBP
SEMARANG
Dwi Harjanto.1, Dr. Ir. Joko Windarto, MT
1Mahasiswa dan
2Dosen Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro
Jl. Prof. Sudharto, Tembalang, Semarang, Indonesia
Email : [email protected]
Abstrak
Dengan makin pentingnya peranan tenaga listrik dalam kehidupan sehari-hari, maka mutu tenaga listrik
juga menjadi tuntutan yang makin besar dari pihak pemakai tenaga listrik. Mutu tenaga listrik ini meliputi :
kontinuitas penyediaan tenaga listrik; nilai tegangan, frekuensi dan kandungan harmonisa gelombang energi
listrik.
Untuk menjaga kehandalan, kontinuitas dan mutu pasokan energi listrik ke konsumen, maka pihak PLN
harus dapat memanejemen operasi sistem tenaga listrik baik di sisi pembangkitan maupun di sisi pengaturan dan
penyaluran beban. Salah satu manejemen operasi di sisi pembangkitan meliputi pengaturan frekuensi dimana daya
listrik yang diproduksi harus selalu sama dengan beban sistem; pemeliharaan peralatan baik dilakukan secara
periodik maupun tahunan dimana hal ini bertujuan untuk menjaga performa dari peralatan tersebut; Biaya operasi
yang mencakup optimasi pembangkitan dengan bahan bakar yang dibutuhkan; serta gangguan dalam sistem.
Dalam kerja praktek ini, penulis ingin menyampaikan tentang pengaturan frekuensi di sisi pembangkit;
pemeliharaan peralatan yang meliputi pengujian gas hidrogen pada generator, tahanan isolasi dan kontak pada
Circuit Breaker (CB), serta pengujian rotating dioda ada sistem eksitasi generator; dan pembangkitan tenaga
listrik. Dengan laporan ini, para mahasiswa diharapkan dapat memahami manejemen operasi di sisi pembangkitan.
Kata kunci:frekuensi, circuit breaker,gas hidrogen, rotating dioda dan pembangkitan.
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Dalam mengoperasikan sistem tenaga
listrik di sisi pembangkit ditemui berbagai
persoalan. Hal ini antara lain disebabkan karena
pemakaian tenaga listrik yang selalu berubah
dari waktu ke waktu, biaya bahan bakar yang
relatif tinggi, kondisi alam serta performa
peralatan yang mungkin dapat mengganggu
jalannya operasi.
Oleh karena itu, pihak pembangkit harus
selalu memproduksi tenaga listrik yang
disesuaikan dengan kebutuhan beban sistem
yang selalu dinamis, serta harus melakukan
pemeliharaan peralatan-peralatan yang
mendukung operasi sistem pembangkitan baik
harian, mingguan, bulanan, tahunan atau
periodik.
1.2 Tujuan
Mengetahui tentang pengaturan
frekuensi, pemeliharaan peralatan serta produksi
tenaga listrik.
1.3 Pembatasan Masalah
Pembahasan tentang pengaturan frekuensi
di sisi pembangkit, pengujian gas hidrogen
sebagai pendingin generator, pengukuran
tahanan isolasi dan kontak CB, pengujian
rotating dioda pada sistem eksitasi
generator serta produksi tenaga listrik.
II. POKOK PEMBAHASAN
2.1 Pengaturan Frekuensi Sistem
Frekuensi merupakan salah satu
mutu tenaga listrik yang perlu mendapat
perhatian oleh pihak penyedia tenaga listrik
(PLN). Standar Nilai Frekuensi di Indonesia
adalah 50 Hz ±5%. Penyimpangan frekuensi
ini dari nilai nominal harus selalu dalam
batas toleransi yang diperbolehkan.
Pengaturan frekuensi di sisi pembangkit
dilakukan dengan cara mengatur besarnya
daya aktif yang diproduksi dengan
kebutuhan beban sistem yaitu dengan cara
mengatur valve governor. Apabila daya aktif
yang diproduksi lebih kecil daripada
kebutuhan beban sistem, maka frekuensi
akan turun. Tetapi jika daya aktif yang
diproduksi lebih besar dari kebutuhan beban
sistem, maka frekuensi sistem akan naik.
Berikut adalah gambar pengaturan
frekuensi dengan cara pengaturan valve
governor :
Gambar 1 Pengaturan frekuensi sistem
Apabila terjadi penurunan frekuensi,
maka sensor putaran pada generator akan
mendeteksi sinyal-sinyal error, kemudian
sinyal error ini akan diumpan balikan ke
valve governor, dimana valve governor ini
berfungsi untuk mengatur jumlah uap yang
akan masuk ke turbin. Kemudian sinyal
error ini akan memerintahkan governor
untuk membuka lebar valve governornya
hingga jumlah uap yang masuk ke turbin
dapat meningkatkan penurunan frekuensi
tersebut hingga nilai frekuensi sistem dapat
kembali normal.
Begitu juga sebaliknya, apabila terjadi
kenaikan frekuensi sistem, maka sensor
putaran generator akan memberikan sinyal
umpan balik ke governor dan menyuruh
governor untuk memperkecil lebar valve
governor hingga frekuensi sistem menjadi
normal kembali.
Berikut adalah data unit log ( produksi)
tenaga listrik di PLTU Tambak Lorok
Semarang :
2.2 Pengujian Gas Hidrogen
Generator yang beroperasi selain
memproduksi energi listrik juga
menghasilkan panas didalam generator.
Sistem pendingin generator diperlukan
untuk menyerap panas yang timbul didalam
generator sehingga mencegah terjadinya
panas lebih yang dapat merusak isolasi.
Panas didalam generator merupakan
kerugian yang menurunkan efisiensi
generator. Oleh karena itu sistem pendingin
harus mampu mencegah kenaikan
temperatur melebihi batas operasinya. Dan
sistem pendingin yang digunakan pada
generator PLTU Tambak Lorok adalah gas
hidrogen.
Kelebihan dari gas H2 ini adalah
jumlahnya yang sangat banyak di alam
semesta ini, kerapatannya rendah (1/4
kerapatan udara), daya hantar panas tinggi,
koefisien perpindahan panasnya tinggi, dan
biaya pemeliharaan generator rendah.
Gambar 2 Pengujian Gas Hidrogen
Berikut ini adalah data pengujian tekanan
gas hidrogen setelah dilakukan pemeliharaan
1. Tanggal 22 Juni 2010 Tabel 2 Pengujian tekanan gas H2
Waktu
(Jam)
Tekanan Gas
Pendingin
(kg/cm2)
15.30 3,105
16.30 3,040
17.30 3,035
18.30 3,020
19.30 3,120
20.30 3,110
21.30 3,110
22.30 3,025
23.30 3,020
00.30 3,080
01.30 3,085
02.30 3,095
2. Tanggal 23 Juni 2010 Tabel 3 Pengujian tekanan gas H2
Waktu
(Jam)
Tekanan Gas
Pendingin
(kg/cm2)
03.30 3,085
04.30 3,110
05.30 3,085
06.30 3,055
07.30 3,070
08.30 3,085
09.30 3,020
10.30 3,080
11.30 3,085
12.30 3,095
13.30 3,085
14.30 3,085
Standar maksimal tekanan gas pendingin
(Hidrogen) yang diperbolehkan :
P=3,2 kg/cm2
Dari data diatas, dapat diketahui bahwa
tekanan gas hidrogen telah memenuhi syarat
sebagai pendingin ketika generator
beroperasi.
2.3 Pengukuran Tahanan Isolasi CB
Circuit Breaker adalah alat yang
berfungsi :
1. Menghubungkan atau melepas suatu
rangkaian listrik
2. Mengamankan peralatan listrik dari
gangguan atau arus hubung singkat
Pengukuran tahanan isolasi ini
bertujuan untuk mengetahui apakah
kemampuan tahanan isolasi masih baik /
tidak. Pengukuran dilakukan antara bagian
fasa dengan ground. Berikut ini adalah hasil
pengukuran dari tahanan isolasi. Tabel 4 Hasil pengukuran tahanan isolasi CB
Pada tabel diatas terlihat nilai
besarnya masing-masing tahanan isolasi tiap
fasa-ground adalah melebihi tahanan isolasi
minimum yaitu 5,6 M Ohm . Hal ini
menandakan bahwa tahanan isolasi kontak
masih dalam keadaaan baik.
Berdasarkan data diatas juga dapat
dicari besarnya arus bocor, dengan
persamaan :
I = V/R
dimana I = Arus Bocor (Ampere)
V = Tegangan Uji (5000V)
R = Tahanan Isolasi (ohm)
Dengan memasukkan nilai tahanan isolasi,
maka didapat besarnya arus bocor tiap fasa-
ground Tabel 5 Perhitungan arus bocor tiap fasa-ground CB
Dari perhitungan diatas dapat diketahui
bahwa arus bocor yang terjadi pada
pengukuruan tahanan isolasi adalah sangat
kecil. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
semakin besar tahanan isolasi maka semakin
kecil arus bocor sehingga semakin baik
kondisi isolasi kontak.
2.4 Pengukuran Tahanan Kontak CB
Untuk meyakinkan bahwa kontak –
kontak utama breaker telah terhubung
dengan sempurna maka perlu dilakukan
pengukuran tahanan hubungan kontak –
kontak dengan cara :
1. Menggunakan ductor ohm meter
untuk mengukur besarnya resistansi
hubungan kontak – kontak
2. Kontak – kontak circuit breaker yang
diukur, harus dalam posisi terhubung
3. Memberikan kontak yang akan
dipakai untuk penjepitan alat – alat
ukur.
4. Mengoperasikan alat ukur dan
mengatur arus pengukuran sesuai
dengan kemampuan breaker
Gambar 3 Prinsip Pengukuran
Berikut ini adalah hasil pengukuran
tahanan kontak pada Circuit Breaker yang
sama pada pengukuran tahanan isolasi: Tabel 6 Hasil Pengukuran Tahanan Kontak CB
Dari pengukuran tahanan kontak diatas
dapat diketahui bahwa nilai tahanan kontak
pada masing-masing fasa masih dalam
keadaan baik . Hal ini didasarkan pada
panduan pemeliharan CB oleh UNITED
STATES DEPARTMENT OF THE
INTERIOR BUREAU OF
RECLAMATION tahun 1999 yaitu tahanan
kontak maksimal adalah 50 Microohm untuk
Air Circuit Breaker.
2.5 Pengujian Rotating Dioda
Rotating dioda merupakan suatu
peralatan yang berfungsi mengubah arus
bolak-balik dari AC exciter generator
menjadi arus searah yang akan digunakan
sebagai eksitasi genarator utama (main
generator). Rotating dioda ini berjumlah 24
pasang atau 48 buah dioda silicon.
Cara pemeliharaan rotating dioda (dioda
wheel):
Memeriksa sekeringnya
Memeriksa kerusakan dan perubahan
bentuk ujung penghantar
Membersihkan bagian rotating dioda
dan mengukur tahanan diode
Dari tabel diatas dapat diketahui
bahwa pengujian tahanan rotating dioda
setelah pemeliharaan sudah baik atau boleh
dikatakan dioda tersebut mendekati
karakteristik dioda ideal. Hal ini ditandai
dengan data tahanan balik (reversed) dioda
yang mempunyai nilai tak terhingga. Dan
juga tahanan maju (forward) dioda yang
mempunyai nilai sangat kecil.
2.6 Data Unit Log PLTU, 19 Mei 2010 Tabel 7 Data unit log PLTU, 19 Mei 2010
Keterangan :
Kapasitas maksimum generator 200
MW
Total produksi daya aktif : 2070 MW
Daya aktif untuk pemakaian sendiri:
131,6 MW
Produksi netto daya aktif : 1938,4
MW
Pemakaian BBM MFO (Liter):
500016
SFC ( Liter / KWh) : 0,241
Min. Daya reaktif : 28 MVar
Max. Daya reaktif : 94 MVar
Pemakaian air : 158,59 ton
III. PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Pengaturan frekuensi sistem di sisi
pembangkit dilakukan oleh valve
governor.
2. Sistem pendingin generator di PLTU
Tambak Lorok menggunakan gas
hidrogen.
3. Pengukuran tahanan isolasi CB
bertujuan untuk mengetahui kondisi
tahanan isolasi pada CB apakah
masih baik atau tidak.
4. Untuk meyakinkan bahwa kontak –
kontak utama breaker telah
terhubung dengan sempurna maka
perlu dilakukan pengukuran tahanan
hubungan kontak – kontak.
5. Rotating dioda merupakan suatu
peralatan yang berfungsi mengubah
arus bolak-balik dari AC exciter
generator menjadi arus searah yang
akan digunakan sebagai eksitasi
genarator utama (main generator).
3.2 Saran
1. Pada saat pengaturan frekuensi di
sisi pembangkit, sebaiknya dilakukan
oleh seseorang yang sudah ahli dan
berpengalaman.
2. Pemeliharaan (maintenance) dan
pedjadwalan perlu mendapat
perhatian yang khusus, hal ini
bertujuan agar generator dan
komponen pendukungnya dapat
bekerja tanpa mengalami gangguan
dan bekerja secara efisien dan
efektif.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Tobing, Bonggas L,”Peralatan
Tegangan Tinggi”, Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama,
2003.
[2] PT PLN, “Buku Petunjuk Operasi &
Memelihara Peralatan Untuk
Pemutus Tenaga”, Jakarta : PT
PLN Pembangkitan dan
Penyaluran Jawa Bagian Barat,
1993.
[3] Marsudi, Ir. Djiteng, “Pembangkitan
Energi Listrik”, Erlangga,
Jakarta, 2005.
[4] Wildi, Theodore, “Electrical Machines,
Drives, And Power System”,
Prentice-Hall, New Jersey,
1981.
[5] Marsudi, Ir.Djiteng, “Operasi Sistem
Tenaga Listrik”, Graha Ilmu,
Yogyakarta, 2006.
BIODATA
Dwi Harjanto, lahir di
Semarang, 7 November 1989.
Telah menempuh pendidikan
di SDN Kalicari 04
Semarang, SMP 15
Semarang, SMA N 11
Semarang. Dan sekarang
sedang menempuh pendidikan Strata (S1) di
Jurusan Teknik Elektro Undip angkatan
2007. Penulis ingin mengucapkan terima
kasih kepada temen-temen yang sudah
membantu dalam penulisan laporan ini.
Mengetahui,
Dosen Pembimbing Kerja Praktek
Dr.Ir.JokoWindarto,MT
NIP 196405261989031002
Mahasiswa Kerja Praktek
Dwi Harjanto
NIM L2F 007 027