kurikulum sebagai

Upload: jose-erickson

Post on 10-Oct-2015

26 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

nzskxk

TRANSCRIPT

Kurikulum Sebagai Kendaraanoleh SukemiStaf Khusus Mendikbud Bidang Komunikasi MediaSENIN, 14 Juli 2014, kalender akademik pendidikan telah menetapkan sebagai awal dari tahun pelajaran baru jenjang pendidikan dasar dan menengah, tahun momentum dimana Kurikulum 2013 mulai diimplementasikan, secara menyeluruh bertahap.Artinya diimplementasikan disemua sekolah (SD, SMP, SMA, dan SMK), bertahap hanya di kelas 1-2,4,5 SD, 7-8 SMP, dan 10-11 SMA/SMK.Setahun sudah implementasi Kurikulum 2013 dilakukan. Jika sebelumnya dilakukan secara bertahap, tahun pelajaran ini dilakukan menyeluruh bertahap. Apa maknanya? Kini tidak ada lagi pengecualian bagi sekolah di kelas-kelas itu untuk tidak menerapkan Kurikulum 2013.Tulisan berikut ingin menegaskan kembali, betapa penting dan strategisnya Kurikulum 2013 didalam menyiapkan generasi mendatang, disamping adanya perubahan-perubahan fundamental seiring dengan diterapkannya Kurikulum 2013.Enam PerubahanSedikitnya ada enam perubahan yang dapat dilakukan bersamaan dengan penerapan Kurikulum 2013.Pertama, terkait dengan penataan sistem perbukuan. Lazim berlaku selama ini, buku ditentukan oleh penerbit, baik menyangkut isi maupun harga, sehingga beban berat dipikul peserta didik dan orang tua. Menyangkut isi, karena keterbatasan wawasan dan kepekaan para penulis, kegaduhan terhadap isi buku pun sering terjadi.Kini pada Kurikulum 2013, buku wajib, baik untuk peserta didik maupun guru disiapkan Pemerintah (dicetak oleh para penyedia yang ditentukan melalui proses lelang di LKPP), sehingga isi dapat dikendalikan dan kualitas lebih baik, sedang harga bisa ditekan lebih wajar (public awareness).Dalam model perbukuan seperti inilah maka efisiensi nasional lebih dari 70% terjadi penurunan terhadap harga buku wajib, disisi lain terjaminnya terhadap capaian minimal peserta didik yang diharapkan, sementara guru dapat mempersiapkan diri dalam kegiatan proses belajar-mengajar lebih mudah, termasuk pelatihan bisa lebih terarah, sedang orang tua dapat melakukan penghematan pendanaan sekolah bagi anaknya.Dimana peran penerbit dan percetakan? Karena Pemerintah hanya menyediakan buku pegangan wajib, maka peran penerbit ada pada penyediaan buku-buku pengayaan. Sementara percetakan, sebagai penyedia yang ikut dalam lelang terbuka sebagai percetakan penyedia untuk melayani daerah-daerah yang telah ditentukan. Pada semester satu ini, ada 31 penyedia yang telah ditentukan untuk mencetak sebanyak 245 juta lebih eksemplar buku jenjang SD, SMP, SMA dan SMK.Buku wajib yang disiapkan Pemerintah berbasis aktivitas untuk semua jenjang sekolah, terutama untuk jenjang SD, dimana tiap pembahasan menggunakan pendekatan kontekstual (idealnya transdisipliner), agar bisa mengajak peserta didik untuk mencari tahu berdasarkan konteks pembahasannya, dimana tiap pembahasan mencakup tiga ranah kompetensi: pengetahuan, keterampilan, sikap, dan tiap bab/tema memuat satu atau lebih projek untuk dikerjakan dan disajikan (baca: dikomunikasikan) siswa.Kedua, penataan Lembaga Pendidik Tenaga Kependidikan (LPTK) di dalam penyiapan dan pengadaan guru. Kurikulum 2013 dengan pendekatan tematik-terpadu di tingkat SD, dan pengintegrasian mata pelajaran IPA maupun IPS dalam satu platform di SMP, serta adanya kontribusi tiap mata pelajaran terhadap sikap peserta didik, maka LPTK pun wajib hukumnya melakukan reorientasi atau penataan, agar guru yang dihasilkan, sesuai dengan tuntutan pada Kurikulum 2013. Selama ini, kerap terjadi, jalan sendiri-sendiri tanpa koordinasi, sehingga banyak lulusan LPTK yang tidak terserap dengan kebutuhan sekolah atau banyak guru yang mengampu mata pelajaran tidak sesuai dengan apa yang ditekuninya di bangku kuliah.Ketiga, penataan terhadap pola pelatihan guru. Pengalaman pada pelaksanaan pelatihan instruktur nasional dan guru sasaran untuk implementasi Kurikulum 2013, misalnya, banyak pendekatan pelatihan yang harus disesuaikan, baik menyangkut materi pelatihan maupun modelnya.Momentum Kurikulum 2013 adalah hal yang tepat untuk melakukan penataan terhadap pola pelatihan guru termasuk penjenjangan terhadap karir guru dan kepangkatannya, serta kesejahteraan.Pemerintah sekarang telah merintis pengembangan guru dengan model pendekatan segitiga sama sisi. Alasnya adalah peningkatan kapasitas dan profesionalitas guru, sisi kanannya pengukuran dan peningkatan kinerja; dan sisi satunya, peningkatan karier dan kesejahteraan. Sebagai sebuah bangunan segitiga, maka tidak ada pilihan lain untuk dijalankan dalam satu kesatuan utuh.Keempat, memperkuat budaya sekolah melalui pengintegrasian kurikuler, ko-kurikuler, dan ekstra kurikuler, serta penguatan peran guru bimbingan dan konseling (BK). Kurikulum 2013, yang menekankan pada pendekatan capaian kompetensi peserta didik didalamnya mensyaratkan pengintegrasian tiga ranah pendidikan antara kurikuler, ko-kurikuler, dan ekstra kurikuler. Selama ini, ketiganya berjalan terpisah, padahal semestinya utuh dalam satu kesatuan.Terhadap guru BK, karena penjurusan di jenjang SMA sudah tidak ada lagi, diganti dengan peminatan yang dimulai sejak kelas X, maka peran guru BK (terutama di SMP) menjadi sangat penting dalam hal memberikan wawasan terhadap peminatan yang harus dipilih peserta didik.Pramuka menjadi bagian kegiatan ekstra kuriukuler wajib disetiap jenjang. Ini perubahan kelima terkait dengan memperkuat NKRI. Melalui kegiatan ekstra kurikuler kepramukaanlah, peserta didik diharapkan mendapat porsi tambahan pendidikan karakter, baik menyangkut nilai-nilai kebangsaan, keagamaan, toleransi dan lainnya.Keenam, ini juga masih terkait dengan hal kelima, memperkuat intergrasi pengetahuan-bahasa-budaya. Pada Kurikulum 2013, peran bahasa Indonesia menjadi dominan, yaitu sebagai saluran mengantarkan kandungan materi dari semua sumber komptensi kepada peserta didik, sehingga bahasa berkedudukan sebagai penghela mata pelajaran-mata pelajaran lain. Kandungan materi mata pelajaran lain dijadikan sebagai konteks dalam penggunaan jenis teks yang sesuai dalam pelajaran Bahasa Indonesia, dengan cara ini, maka pembelajaran Bahasa Indonesia termasuk kebudayaan, dapat dibuat menjadi kontekstual, sesuatu yang hilang pada model pembelajaran Bahasa Indonesia saat ini.Membangun MasyarakatKeenam perubahan ikutan itulah kiranya jawaban yang pas terhadap pertanyaan, kenapa Pemerintah seolah berkejaran dengan waktu didalam mengimplementasikan Kurikulum 2013.Bangsa ini, dengan segala kekiniannya, membutuhkan kendaraan Kurikulum 2013 untuk menata berbagai aspek melalui sektor pendidikan. Karena begitu pentingnya Kurikulum 2013, maka kurikulum ini sesungguhnya bukan kurikulum program Kementerian, tapi kurikulum yang menjadi program Pemerintah. Kurikulum yang bukan hanya untuk menyiapkan dan membangun secara personal peserta didik dalam tiga aspek sikap, pengetahuan dan keterampilan, melainkan kurikulum yang disiapkan untuk membangun masyarakat dan membangun peradaban, sehingga menjadi bangsa yang efektif didalam menghindari tiga penyakit sosial; kemiskinan, ketidaktahuan, dan keterbelakangan peradaban.Itu sebabnya, Kurikulum 2013 juga menekankan betapa pentingnya penerapan pendidikan karakter, dalam kerangka membentuk insan yang bermartabat dan berwibawa.Kondisi aktual berkait dengan kekerasan seksual terhadap anak usia sekolah dan kenakalan remaja, serta maraknya praktik ketidakjujuran, telah mendorong Kurikulum 2013 untuk memberikan perhatian lebih terhadap pendidikan karakter dan mata pelajaran agama dan budi pekerti.Karena tiap mata pelajaran memberikan kontribusi terhadap sikap, pemgetahuan dan keterampilan, maka pendidikan karakter dan mata pelajaran agama dan budi pekerti bukan menjadi tanggungjawab guru pengampu mata pelajaran itu, tapi tanggungjawab bersama. Artinya, pendidikan karakter dan mata pelajaran agama dan budi pekerti, tidak hanya diajarkan secara normatif, melainkan lebih ke fungsional dan implementatif.Fakta-fakta inilah yang harus dijadikan momentum perubahan dalam implementasi Kurikulum 2013. Pada titik inilah Kurikulum 2013 sebagai kendaraan menemukan pembenar.Dalam hal pembelajaran temati-terpadu di tingkat SD, untuk menyebutkan sekadar contoh, begitu amat penting, karena hasil penelitian menunjukkan, bahwa anak melihat dunia sebagai suatu keutuhan yang terhubung, bukannya penggalan-penggalan lepas dan terpisah.Itu sebabnya mata pelejaran-mata pelejaran (mapel) sekolah dasar dengan definisi kompetensi berbeda menghasilkan banyak keluaran yang sama. Ke depan keterkaitan satu sama lain antar mapel-mapel SD akan menyebabkan keterpaduan konten pada berbagai mapel, dan ke depannya lagi, siswa akan terbiasa mengaitkan antar mapel untuk meningkatkan hasil pembelajaran siswa, sebagai modal membangun masyarakat. Semoga!(***)

Sedikit Opini tentang Kurikulum 2013Ingin menulis sedikit opini tentang kurikulum pendidikan di Indonesia yang baru. Kurikulum 2013 yang menggantikan KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) ini lebih mengutamakan pemahaman,skill, dan pendidikan berkarakter. Setiap perubahan yang terjadi pasti menimbulkan pro dan kontra dari pihak subyek maupun obyek. Secara umum bentuk dan konsep dari Kurikulum 2013 dapat dilihat disini.

Untuk memulai perubahan ini telah banyak dilakukan berbagai upaya dari pihak dinas pendidikan diantaranya memberikan pelatihan kepada tenaga pendidik di seluruh Indonesia yang bertujuan untuk menyosialisasikan bagaimana proses prinsip dan proses implementasi kurikulum yang baru tersebut.

Ibu dan Ayah saya sendiri berprofesi sebagai guru yang beberapa waktu lalu telah mengikuti kegiatan pelatihan tersebut. Ayah saya yang notabenenya sebagai guru mata pelajaran Elektronika SMP, pada Kurikulum 2013 ini dikategorikan seagai mata pelajaran Prakarya yang mencakup muatan lokal di dalamnya. Cukup membingunkan pada awalnya, karena beberapa muatan lokal yang dulunya berdiri sendiri, sekarang harus dapat dipadukan dengan muatan lokal yang lain.Sedangkan Ibu saya mengajar mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial SMP dengan fokus bidang sejarah. Pada kurikulum 2013 ini yang saya ketahui adalah mata pelajaran IPS dituntut untuk memadukan berbagai unsur di dalamnya yaitu Geografi, Sejarah, Sosiologi, Ekonomi. Ibu saya pertama-tama mengikuti pelatihan tingkat provinsi dimana setiap kota untuk masing-masing mata pelajaran mengirimkan kurang lebih 4-6 perwakilan untuk kemudian dijadikan instruktur pada pelatihan tingkat kota. Setelah kegiatan pelatihan tingkat kota dilaksanakan, selang beberapa waktu Ibu saya kembali mengikuti pelatihan tingkat provinsi yang mana pada pelatihan ini hanya berdiskusi membahas kendala-kendala yang akan dihadapi nantinya. Berbeda dengan sebelumnya yang lebih membahas detil konsep maupun peran guru serta proses penilaian yang bisa dibilang baru. Program selanjutnya kembali dilakukan pengawasan pada tiap-tiap sekolah apakah proses pelaksanaan kurikulum 2013 sudah berjalan lancar atau tidak.

Kembali pada pro dan kontra berikut beberapa reaksi masyarakat terhadap Kurikulum 2013 ini :

Sedikit yang ingin saya sampaikan tapi sebelumnya saya ingin bertanya, pernahkah kita para pelajar berkata seperti ini." Sudah tidak usah belajar itu, kan tidak keluar di ujian.". Intinya pelajar di Indonesia sudah terbiasa hanya mempelajari apa yang diberikan oleh guru tanpa ada rasa ingin tahu akan suatu bidang ilmu. Budaya yang tidak cukup baik ini dirasa harus dirubah. Melalui kurikulum pendidikan yang baru diharapkan siswa-siswi memliki sikap sadar belajar dan rasa ingin tahu yang besar, kemudian dengan dihilangkannya ranking bertujuan untuk mengurangi persaingan dalam suatu kelompok belajar karena pada dasarnya semua siswa berpotensi untuk dapat meraih prestasi. Selain itu aspek pendidikan berkarakter juga sangat bagus mengingat sikap dan perilaku siswa-siswi di Indonesia kini mulai menunjukkan perilaku yang tidak semestinya atau kurang baik. Penilaian terhadap karakter anak dilakukan agar anak-anak dapat berlaku sebagaimana siswa dan siswi yang beradab, sopan dan belajar bertanggungjawab maupun bekerja dalam kelompok. Selain itu tenaga pendidik juga dituntut untuk kreatif dan inovatif dalam menciptakan suasana kelas yang kondusif dan membuat rancangan-rancangan mengajar yang sesuai dengan prinsip kurikulum 2013 sehingga tidak hanya meningkatkan kualitas siswa-siswa namun para pengajar yang bertanggung jawab atas peserta didiknya juga dapat meningkatkan softskill serta kualitas diri guna meraih standar pendidikan yang berkualitas di Indonesia. Rencana Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) menerapkan secara keseluruhan kurikulum 2013 pada tahun ajaran 2014/2015 sebagai pengganti kurikulum sebelumnya yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) atau yang lebih dikenal dengan kurikulum 2006 menjadi isu yang popular di diskusikan oleh kalangan akademisi pendidikan sampai hari ini. Dari diskusi ringan sampai ke forum-forum besar seperti seminar, banyak praktisi dari kalangan pendidikan mengutarakan pro dan kontra terhadap kebijakan penerapan kurikulum 2013 ini. Sikap kontra ini diakibatkan oleh implementasi kurikulum yang tergesa-gesa dan terkesan dipaksakan demi pencitraan rezim yang berkuasa, sedangkan di satu sisi banyak yang harus dipersiapkan untuk menunjang implementasi kurikulum 2013 ini.Sejarah perkembangan kurikulum di Indonesia terjadi setiap pergantian rezim pemerintahan mulai dari kurikulum 1947 sampai pada kurikulum 2013 ini (Lihat dokumen uji public kurikulum 2013). Menurut penulis tidak masalah ketika suatu kurikulum terjadi perubahan demi memperbaiki pengajaran dan kualitas pendidikan di Indonesia, tetapi hal ini berjalan sebagai dalih mengingat anggaran uji publik yang bersumber dari APBN suatu kurikulum mencapai triliyunan, jelas didalamnya ada muatan politis. UU nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional (Sisdiknas) mengatakan bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan tertentu.Masih menurut hemat penulis, kita harus mendukung sebuah perubahan baik itu kurikulum atau apapun dan sejatinya kita harus menyadari bahwa kurikulum selalu memerlukan pengembangan baru sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan masyarakat Indonesia. Justru suatu kurikulum akan tidak relevan lagi jikalau masyarakat berkembang begitu cepat sementara kurikulum masih berkutat pada masa lalu. Sejalan dengan itu, tujuan tulisan articel ini adalah salah satu bagian dari semangat merespon perubahan serta memberikan kritik yang membangun terhadap pihak kemendikbud atas rencana pergantian kurikulum tersebut agar supaya dalam penerapannya berjalan sesuai yang diharapkan termasuk di dalamnya mengungkapkan beberapa fakta dan kekurangan dalam implementasi kurikulum 2013 ini.Fakta Empirik Masalah Pelaksanaan Kurikulum 2013Sekolah-sekolah belum sempat melengkapi, mengembangakan perangkat pembelajaran untuk kurikulum 2006 berupa media pembelajaran, instrument penilaian kognitif, afektif dan psikomotorik, kementrian pendidikan dan kebudayaan yang di pimpin oleh Prof. Muhammad Nuh dengan kekuasaan dan wewenangnya merubah kurikulum KTSP atau kurikulum 2006 ke kurikulum 2013. Guru-guru di daerah belum mengetahui dan menguasai isi dari kurikulum 2013 ini, mereka hanya mengetahui adanya perubahan kurikulum. Untuk mengatasi masalah yang fundamental ini Kemendikbud harus berkerja ekstra keras untuk sosialisasi dan memberikan pemahaman kepada guru-guru terutama yang berada di daerah terpencil.Dalam uji publik pelaksanaan kurikulum 2013 masih dikatakan belum siap dilaksanakan pada tahun ajaran 2014/2015 dan masih tersandung oleh berbagai macam problem yang mendasar dilapangan yaitu guru kesulitan membuat dan mengembangkan instrument penilaian pembelajaran yang memuat 4 (empat) muatan Kompetensi Inti (Aspek Spritual, Aspek Sikap Sosial, Aspek Pengetahuan/kognitif dan Aspek keterampilan/psikomotorik) hal ini diakibatkan oleh pihak pembuat kurikulum yaitu kemendikbud hanya mengeluarkan instrument penilaian mentah untuk semua pembelajaran secara umum, sementara itu guru dengan sendiri-sendiri mengembangkan 4 (empat) kompetensi inti tersebut sesuai kondisi pembelajaran di sekolah masing-masing. Fakta ini menjadi sebuah momok bagi sekolah dan akan berakibat diluar konteksnya interpretasi penilaian oleh guru terhadap 4 kompetensi inti tersebut, sehingga mengakibatkan penilaian terhadap prestasi belajar siswa tidak tepat dan akurat sesuai tujuan pembelajaran. Bagi siswa, secara psikologis merupakan beban untuk mempersiapkan materi belajar dengan energi yang begitu ekstra untuk mengimbangi cara belajarnya oleh karena banyaknya kompetensi yang harus diserap dalam waktu dekat. Untuk mengatasi persoalan ini Kemendikbud harus focus membenahi kemampuan kompetensi guru karena tingkat kecerdasan siswa berbeda-beda agar supaya kurikulum 2013 ini berjalan dengan sukses.Dalam merancang sekaligus membuat kurikulum baru, dalam hal ini kurikulum 2013 Kemendikbud harus mengacu dan berpedoman pada regulasi atau landasan hokum pendidikan yang berlaku. Karena pada pasal 36 UU Sisdiknas nomor 20 tahun 2003 dengan nyata menyebutkan bahwa pengembangan kurikulum harus mengacu pada Standar Nasional Pendidikan (SPN) untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional, akan tetapi hal tersebut pihak kemendikbud tidak dilakukan padahal itu adalah landasan yuridis pendidikan yang masih berlaku sampai sekarang. Sementara itu disisi lain peraturan nomor 17 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP) yang disebut kurikulum adalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) atau kurikulum 2006 bukan kurikulum 2013. Berdasarkan fakta tersebut secara landasan hokum pendidikan, kurikulum 2013 inkonstitusional dan cacat hokum.Kurikulum 2013 antara mencetak peserta didik yang goblok tekhnologi atau berbudayaDitengah perkembangan dan kemajuan informasi dan tekhnologi dunia, pembelajaran abad 21 pun mengarah ke literacy informasi yang mempersyaratkan untuk berbasis ICT/TIK. Pembelajaran berbasis tekhnologi informasi dan komunikasi sebagai sebuah mata pelajaran di SD, SMP dan SMA mengharuskan kepada peserta didik atau siswa untuk melek tekhnologi termuktahir termasuk di dalamnya bagaimana mengoperasikan office word, membuka internet, pembelajaran jarak jauh dan lain sebagainya. Tetapi hal ini di dalam kurikulum 2013 telah di tiadakan dan tidak akan ada dalam struktur mata pelajaran di sekolah kedepannya. Mata pelajaran TIK telah di integrasikan dalam keseluruhan mata pelajaran, sehingga menimbulkan pro dan kontra terhadap nasib guru TIK. Kalau Kemendikbud beralasan meniadakan TIK sebagai mata pelajaran bahwa anak TK/SD pun sudah bisa berinternetan, lalu pertanyaannya bagaimana memanfaatkan dan etika penggunaan TIK dengan baik dan benar?. Jelas pertanyaan tersebut akan terjawab manakala TIK di jadikan sebagai sebuah mata pelajaran di sekolah. Menurut hemat saya TIK sebagai alat bantu guru mengajar dan TIK sebagai sebuah mata pelajaran adalah sebuah hal yang sangat berbeda, untuk itu TIK sangat penting di jadikan sebagai sebuah mata pelajaran di sekolah. Berbeda dengan TIK mata pelajaran Budaya dan seni di perbanyak jam pelajarannya disekolah, hal ini tidak sesuai dengan alasan Kemendikbud mengembangkan kurikulum pada aspek kompetensi kedepan yaitu kemampuan hidup dalam masyarakat mengglobal.Lewat tulisan ini, penulis sebagai anggota sekaligus pengurus yang tergabung dalam Komisi Pendidikan Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam (2013-2015) menyatakan semoga catatan singkat ini memberikan sebuah kontribusi sekaligus kritik terhadap Kemendikbud agar supaya pelaksanaan kurikulum 2013 berjalan dengan sukses.Muh Ikhsanul Yakin(Anggota Komisi Pendidikan Pengurus Besar HMI 2013-2015) Kurikulum 2013 sesungguhnya merupakan penyempurnaan dari kurikulum-kurikulum sebelumnya.Seperti yang kita ketahui bahwa tuntutan pendidikan mengacu kepada 8 Standar Nasional Pendidikan yang meliputi Standar Pengelolaan, Standar Biaya, Standar Sarana Prasarana, Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan, Standar Isi, Standar Proses, Standar Penilaian, dan Standar Kompetensi Lulusan. Dalam kurikulum 2013, terdapat perubahan 4 komponen standar yakni Standar Isi, Standar Proses, Standar Penilaian, dan Standar Kompetensi Lulusan. Standar isi meliputi perubahan kurikulum dengan kerangka dasar kurikulum Tematik Terpadu.Pendekatan tematik terpadu menggunakan satu buku untuk semua mata pelajaran. Hal ini agar dapat selaras dengan kemampuan Bahasa Indonesia sebagai alat komunikasi dan carrier of knowledge.Semua mata pelajaran pun diikat oleh kompetensi inti yang terdiri Kompetensi Inti Religius, Sosial, Pengetahuan, dan Keterampilan.Dari sisi standar proses, Kurikulum 2013 menggunakan pendekatan sientific yakni pendekatan ilmiah dengan mengamati, bertanya, mencoba, menalar, dan mengkomunikasikan. Artinya, pembelajaran tidak hanya satu arah dari guru saja. Siswa diajak terlibat aktif dalam pembelajaran. Ibarat sebuah ruangan, selama ini hanya guru yang menjadi "lampu" dalam ruangan pembelajaran. Pada kurikulum 2013, para siswa bisa menyalakan lampu-lampu sendiri dengan pendekatan sientific ini. Para siswa diajak mencoba dan berpikir kritis sehingga ada banyak lampu-lampu yang dinyalakan dan membuat suasana pembelajaran menjadi lebih terang dan lebih hidup. Sehingga pada kurikulum 2013 ini, para siswa tidak sekedar hanya menjadi pengamat yang baik, tapi juga pelaku aktif dalam pembelajaran tersebut. Tentu saja, guru sekreatif mungkin memfasilitasi dan mendorong siswa untuk mampu melakukan pengamatan, bertanya, mencoba, menalar, dan pengkomunikasian yang baik. Pendekatan sientific ini mengajak siswa untuk mencari tahu, bukan selalu diberi tahu oleh guru. Sehingga, pendekatan ini mendorong dan menginspirasi peserta didik berpikir secara kritis, analitis, dan tepat dalam mengidentifikasi, memahami, memecahkan masalah, dan mengaplikasikan substansi atau materi pembelajaran. Bukan hanya sekedar hafalan yang mereka tidak pahami maksud dari apa yang mereka hapal tersebut. Misalnya saja, untuk pelajaran kelas 1 SD, para siswa menghapal materi " jas hujan terbuat dari bahan plastik". Mereka jarang sekali bertanya kenapa jas hujan terbuat dari bahan plastik. Kenapa tidak terbuat dari bahan kertas saja. Selain itu tidak ada ruang untuk percobaan dan penalaran siswa tentang jenis-jenis bahan tersebut. Misalnya siswa menuangkan sendiri air di atas kertas dan di atas plastik, apa perbedaan yang terjadi. Sehingga, mereka tidak paham pada apa yang mereka hapal. Pengetahuan para siswa hanya pada tahap permukaan saja.Bila boleh diibaratkan pengetahuan itu lautan, para siswa hanya mempelajari terbatas pada permukaan lautan saja karena hanya sekedar menjadi pengamat dan penghafal pelajaran. Padahal sesungguhnya apa-apa yang terdapat di dalam lautan menyimpan pembelajaran yang jauh lebih banyak dibanding pengamatan pada permukaan saja ketika itu bisa digali, dieksplorasi, dan dinalar serta dikomunikasikan. Inilah yang ingin disempurnakan oleh kurikulum 2013 agar para siswa bisa bereksplorasi dan bernalar sehingga pembelajaran yang mereka dapatkan tidak sekedar pada tataran permukaan saja. Dengan demikian, ilmu yang mereka dapatkan tidak seperti paku yang ditancapkan sekedar menempel di tembok yang bisa jatuh ketika ada tiupan angin, namun ilmu tersebut tertancap secara dalam di tembok dengan kemampuan siswa mengamati, bertanya, mencoba, bernalar, dan berkomunikasi. Proses merupakan hal yang sangat penting dalam proses pembelajaran. Artinya, pembelajaran tidak hanya sekedar melihat hasil, namun proses memainkan hal yang sangat penting. Artinya, kurikulum ini mengukur proses kerja siswa, bukan hanya hasil kerja siswa.Dalam proses, selain pengetahuan, aspek sikap dan keterampilan diajarkan. Ini juga yang menjadi salah satu perubahan kurikulum 2013, yakni dilihat dari aspek kompetensi lulusan dan standar penilaian pendidikan. Dalam kurikulum 2013, aspek penilaian terdiri dari sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Selama ini, banyak guru menilai siswa hanya dari sisi kognitif nya saja sehingga sikap dan keterampilan anak menjadi kurang terasah. Akibatnya, banyak sekali kita jumpai siswa-siswa yang secara IQ tinggi, namun secara sikap kurang terpuji. Banyak sekali kita temui siswa-siswi kita yang pintar secara kognitif, namun tidak berani tampil di depan dan tidak percaya diri untuk mencoba. Hal ini lah yang ingin mulai dirubah di kurikulum 2013 ini.Standar penilaian pendidikan pada kurikulum 2013 adalah penilaian otentik. Artinya, penilaiannya valid, nyata, konkret, dan tepat. Para guru secara kontinyu menilai perkembangan siswa, termasuk penilaian sikap nya sehingga penilaian siswa itu benar-benar utuh, baik dari sikap, pengetahuan, dan keterampilan dengan indikator-indikator yang telah ditetapkan. Mengapa sikap juga menjadi salah satu komponen penilaian? Sekarang kita ambil contoh kecil tentang penilaian sikap yakni sikap jujur. Di sini, para siswa dimonitor mengenai kejujurannya sedari awal. Misalnya, tidak menyontek saat ulangan, melaporkan kepada guru ketika menemukan barang yang bukan miliknya, dan berani mengakui kesalahannya.Penilaian sikap jujur ini dimonitor secara kontinyu untuk bisa diaplikasikan dalam keseharian anak yang muaranya tertanam kebiasaan anak untuk senantiasa bersikap jujur. Implikasinya ketika anak sudah terbiasa untuk jujur, anak mampu untuk tidak menyontek saat ulangan atau ujian nasional. Implikasi lebih jauh lagi, anak tidak akan menjadi seorang koruptor ke depannya karena anak sedari awal ditanamkan untuk senantiasa jujur. Dampaknya, Indonesia akan lebih makmur karena tidak ada atau berkurangnya koruptor di negeri ini. Implikasinya, masyarakat lebih sejahtera. Dari contoh di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa aspek sikap anak ternyata mempunyai peran penting dalam pembangunan di Indonesia ini, selain pengetahuan dan keterampilan. Sehingga penilaian sikap ini tidak bisa dianggap "sepele" karena ternyata dampaknya begitu luar biasa. Dengan demikian, harapannya dengan kurikulum 2013 ini, mampu menumbuhkan generasi emas bangsa yang tidak hanya pintar, tapi terampil dan memiliki sikap yang baik. Apalagi sumber daya manusia usia produktif Indonesia akan melimpah pada tahun 2020-2035 . Tentu saja ini akan menjadi modal pembangunan yang luar biasa besarnya apabila SDM nya pintar, terampil, dan memiliki sikap yang baik. Bukankah Indonesia memiliki sumber daya alam yang kaya? Oleh karena itu, tentu saja itu akan termanfaatkan dengan optimal apabila didukung oleh SDM yang pintar, terampil, dan memiliki sikap yang baik. Tentu saja, dalam pelaksanaan kurikulum 2013 ini memiliki banyak tantangan. Hal ini tentu saja disadari oleh semua pihak. Apalagi semakin banyak administrasi yang harus dikerjakan oleh sekolah dan para guru. Oleh karena itu, menjadi penting bagi instansi dan lembaga terkait untuk terus mendampingi pelaksanaan kurikulum ini. Selain itu, forum musyawarah kepala sekolah/ guru juga harus diaktifkan agar kesulitan-kesulitan dalam pelaksanaan kurikulum ini bisa dibahas dan diselesaikan bersama. Selain instansi dan sekolah, peran walimurid juga menjadi penting sehingga harus ada sosialisasi kepada walimurid tentang kurikulum ini agar dapat membantu suksesnya tujuan dari kurikulum 2013 ini. Dengan demikian, peran serta kerjasama yang baik dari seluruh komponen terkait tentu diperlukan untuk menumbuhkan generasi emas negeri ini.(*)