kumpulan soal dan pembahasan try out 3
TRANSCRIPT
Kumpulan Soal dan Pembahasan
Try Out 3
1. Tn. B, 55 tahun. datang ke dokter dengan keluhan batuk-batuk selama 3 bulan. Batuk dirasakan terus
menerus dan semakin berat. Batuk tidak berkurang dengan obat yang dibeli di warung. Pasien juga
mengeluhkan keringat malam serta berat badan yang turun. Untuk membantu menegakkan diagnosis
dokter melakukan pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan pencitraan. Setelah melihat hasilnya,
dokter mendiagnosis Tn. B dengan tuberculosis paru. Berikut adalah pemeriksaan darah yang menunjang
diagnosis tersebut, kecuali
a. Limfositosis
b. Monositosis
c. Peningkatan LED
d. Anemia
e. Eosinofilia
JAWABAN
e. Eosinofilia
PEMBAHASAN
Temuan pemeriksaan laboratorium yang menunjang diagnosis tuberculosis paru
Limfositosis
Monositosis
Peningkatan LED
Anemia
SUMBER Panduan Praktik Klinis Ikatan Dokter Indonesia halaman 7
2. Dokter kemudian melanjutkan pemeriksaan ke pemeriksaan pencitraan untuk memperkuat diagnosis
tuberculosis paru. Dokter meminta pemeriksaan foto polos dada. Berikut ini bukan temuan yang
menunjang diagnosis tuberculosis paru
a. Opasitas di apeks paru
b. Kavitas
c. Penebalan pleura
d. Sudut kostofrenikus tumpul
e. Gambaran ground glass appearance
JAWABAN
e. Gambaran ground glass appearance
PEMBAHASAN
Gambarang yang dapat ditemukan pada tuberculosis paru
Opasitas di apeks paru dengan batas tidak jelas
Gambaran kavitas (tuberkuloma)
Pleuritis, penebalan pleura
Efusi pleura, sudut kostofrenikus tumpul
SUMBER Panduan Praktik Klinis Ikatan Dokter Indonesia halaman 7
3. Selain pemeriksaan darah dan pencitraan, untuk memastikan diagnosis, dokter juga meminta
pemeriksaan sputum/hapusan dahak. Setelah dilakukan pemeriksaan, ternyata hasilnya negatif. Tes yang
selanjutnya diberikan pada Tn. B adalah
a. Pemeriksaan sputum ulang
b. Serologi tuberculosis
c. Xpert MTB
d. Foto dada ulang
e. Screening HIV
JAWABAN
a. Pemeriksaan sputum ulang
PEMBAHASAN
Semua pasien yang diduga TB dan mampu mengeluarkan dahak harus diperiksa mikorskopis specimen
apusan sputum/dahak minimal 2x ATAU 1x spesiem sputum untuk pemeriksaan gene expert.
SUMBER Panduan Praktik Klinis Ikatan Dokter Indonesia halaman 8
4. Setelah menjalani pemeriksaan sputum ulang, hapusan sputum Tn. B ternyata + BTA. Dokter
kemudian hendak menentukan dosis terapi untuk Tn. B menggunakan FDC TB. Jika berat badan Tn. B
adalah 45 kg maka dosis yang perlu diberikan adalah … tablet
a. 2
b. 3
c. 4
d. 5
e. 6
JAWABAN
b. 3
PEMBAHASAN
Dosis untuk panduan OAT FDC/KDT (Kombinasi Dosis Tetap) Kategori 1 fase intensif dan lanjutan
BB Fase Inensif Fase Lanjutan
2 bulan 4 bulan
Harian
RHZE
Harian
RHZ
3x/minggu
RHZ
Harian
RH
3x/minggu
RHZ
30-37 2 2 2 2 2
38-54 3 3 3 3 3
55-70 4 4 4 4 4
> 71 5 5 5 5 5
SUMBER Panduan Praktik Klinis Ikatan Dokter Indonesia halaman 9
5. Setelah menjalani terapi dengan OAT kategori 1, Tn B mengeluhkan kencingnya berwarna kemerahan.
OAT yang dapat menyebabkan efek samping seperti ini adalah
a. Rifampicin
b. Isoniazid
c. Ethambuthol
d. Pirazinamind
e. Streptomisin
JAWABAN
a. Rifampicin
PEMBAHASAN
Rifampicin dapat menyebabkan kemerahan pada air seni
SUMBER Kapita Selekta Kedokteran Universitas Indonesia Halaman 831
6. Tatalaksana untuk efek samping OAT yang menyebabkan warna kemerahan pada urin adalah
a. Edukasi dan reassurance
b. Antihistamin
c. Steroid dosis tinggi
d. Hentikan OAT, periksa fungsi liver
e. Vitamin C
JAWABAN
a. Edukasi dan reassurance
PEMBAHASAN
Rifampicin dapat menyebabkan warna merah pada urin, hal ini bukan merupakan sesuatu yang
berbahaya. Edukasi dan reassurance pasien bahwa hal tersebut tidak membutuhkan penanganan lebih
lanjut.
SUMBER Kapita Selekta Kedokteran Universitas Indonesia Halaman 831
7. Pasien lain yang juga sedang menjalani pengobatan tuberculosis paru mengeluhkan kesemutan dan rasa
terbakar pada kedua tangan dan kaki. OAT yang dapat menyebabkan efek samping tersebut adalah
a. Rifampicin
b. Isoniazid
c. Ethambuthol
d. Pirazinamind
e. Streptomisin
JAWABAN
b. Isoniazid
PEMBAHASAN
Isoniazid menebabkan efek samping minor berupa neuritis perifer, pasien mengeluhkan rasa kesemutan
dan terbakar di perifer.
SUMBER Kapita Selekta Kedokteran Universitas Indonesia Halaman 831
8. Tatalaksana untuk neuritis perifer akibat OAT adalah
a. Piridoksin 100 mg/hari
b. Prednisone 60 mg/hari
c. Loratadin 2 mg/hari
d. Hentikan OAT
e. Reassurance dan edukasi
JAWABAN
a. Piridoksin 100 mg/hari
PEMBAHASAN
Piridoksin 100 mg/hari diberikan pada pasien neuritis perifer sampai gejala hilang kemudian dapat
diberikan profilaksis piridoksin 10 mg/hari
SUMBER Kapita Selekta Kedokteran Universitas Indonesia Halaman 831
2. HIV
9. Seorang Pria datang ke dokter dengan keluhan diare yang tidak berhenti selama 3 bulan. Diare terjadi
terus menerus, namun kadang juga berhenti. Diare juga disertai dengan demam yang hilang timbul.
Pasien juga mengeluhkan luka yang terus menerus terjadi di rongga mulut. Setelah melakukan
pemeriksaan fisik serta laboratorium dokter mendiagnosis pasien tersebut dengan Sindroma AIDS.
Perubahan komponen pada sistem imun yang ditemukan pada Pria tersebut adalah, KECUALI
a. Penurunan aktivitas sel NK
b. Peningkatan apoptosis
c. Ekspresi antigen MHC kelas II menurun
d. Presentasi antigen meningkat
e. Produksi sitokin menurun
JAWABAN
d. Presentasi antigen meningkat
PEMBAHASAN
Berikut ini perubahan komponen pada sistem imun yang ditemukan pada infeksi HIV
Penurunan aktivita sel NK
Presentasi antigen menurun
Peningkatan aptopsosis
Ekspresi antigen MHC kelas II menurun
Produksi sitoken menurun
SUMBER Buku Ajar Interna FK Unair halaman 673
10. Dokter kemudian melakukan pemeriksaan lebih lanjut dan menggolongkan sang pasien dengan
stadium klinis HIV AIDS pada dewasa. Pasien pada soal no 9, masuk pada stadium klinis
a. I
b. II
c. III
d. IV
e. V
JAWABAN
c. III
PEMBAHASAN
Pada pasien ditemukan terdapat kandidiasis oris, diare kronis > 1 bulan, dan demam dengan penyebab
tidak jelas > 1 bulan. Maka pasien dapat digolongkan sebagai stadium klinis III
SUMBER Buku Ajar Interna FK Unair halaman 675
11. Berikut ini temuan yang mendukung diagnosis HIV AIDS Stadium Klinis III, kecuali
a. Hb 7 g/dl
b. Trombosit 25.000/mm3
c. TB paru
d. Neutropenia
e. Toksoplasmosis cerebri
JAWABAN
e. Toksoplasmosis cerebri
PEMBAHASAN
Infeksi HIV Primer Asimptomatik
Sindroma retroviral akut
Stadium Klinis I Asimptomatik
Limfadenopati general menetap
Stadium Klinis II Simptomatik
Penurunan berat badan tanpa sebab jelas < 10%
ISPA berulang
Herpes Zoster
CHeilits Angularis
Ulserasi oral berulang
Eropsi proritik papuler
Dermatitis seborrheic
Infeksi jamur pada kuku
Stadium Klinis III Penurunan berat badan dengan sebab tidak jelas
Diare kronis sebab tidak jelas > 1 bulan
Demam tidak jelas > 1 bulan
Kandidiasis oris menetap
TB Paru
Stomatitis ulseratif nekrosis akut
Infeksi bakteri berat seperti pnuemoniae, empyema,
piomiositis, infeksi tulang atau sendi, meningitis
bakterimi
Hb < 8 g/dl, netropeni < 500/mm3, trombositopenia
< 50.000 / mm3, sebabt iddak jelas
Stadium Klinis IV Sindroma wasting HIV
Pneumoni pneumokistik
Pneumoni bakterial berulang
Herps simplek kronis
Kandidiasis orofagial
TB Ekstra pulmoner
Tokplasmosis SSP
Ensefalopati HIV
Kriptokokus ekstra pulmoner
Infeksi mikobakteri non TBC berat
Kriptokokus krnis
Infeksi CMV
Infeksi jamur sistemik
Karsinoma Servik
Lesmanisasi visceral luas atipik
Kardiomiopati nefropati terkait HIV
SUMBER Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Universitas AIrlangga halaman 675
12. Sebelum melakukan tatalaksana pada HIV/AIDS ada beberapa prinsip terapi antiretroviral yang perlu
diperhatikan. Pernyataan berikut yang SALAH mengenai terapi antiretroviral adalah
a. Minimal menggunakan 2 jenis obat
b. Obat lini pertama harus diprioritaskan
c. Pada pasien dengan stadium awal perlu pemeriksaan CD4 dan viral load
d. Resistensi ARV dapa terjadi
e. Motivasi pada pasien harus diberikan karena konsumsi obat yang lama
JAWABAN
a. Minimal menggunakan 2 jenis obat
PEMBAHASAN
Beberapa prinsip terapi ARV
ARV harus diberikan atas indikasi terapi yang tepat
Kombinasi ARV minimal 3 jenis obat
Pilihan obat lini pertama adalah prioritas
Pemberian ARV saat stadium awal HIV perlu melihat CD4 dan viral load
Interaksi ARV dengan obat lain sangatlah besar risikonya
Pasien harus diberikan motivasi dan edukasi mengenai pengobatannya
SUMBER Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Universitas AIrlangga halaman 677
13. Setelah melakukan terapi antiretroviral, target terapi perlu ditentukan untuk evaluasi efektivitas terapi.
Berikut ini merupakan target terapi ARV pada HIV/AIDS, kecuali
a. RNA virus < 25 kopi per ml plasma
b. CD 4 > 500 sel per mm3
c. Efek samping minimal
d. Meningktatkan kualitas hidup
e. Menurunkan transmisi
JAWABAN
RNA virus < 25 kopi per ml plasma
PEMBAHASAN
Target terapi ARV
RNA virus < 50 kopi per ml plasma
CD 4 > 500 sel per mm3
Efek samping minimal, resistensi dapat dicegah
Meningktatkan kualitas hidup
Menurunkan transmisi
SUMBER Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Universitas AIrlangga halaman 677
14. Berikut ini obat ARV yang tidak boleh diberikan pada ibu hamil adalah
a. Lamivudin
b. Evafirenz
c. Stavudin
d. Didanosin
e. Abacavir
JAWABAN
b. Evafirenz
PEMBAHASAN
Evafirenz tidak dianjurkan untuk wanita hamil pada trimester pertama atau wanita yang memiliki potensi
tinggi untuk hamil.
SUMBER Buku ajar PAPDI halaman 895
3. Ebola
15. Tn D, 35 tahun, datang ke praktik dokterdemam, faringitis, dain injeksi konjuntiva bilateral. Tn D
adalah seorang kontraktor dan memiliki riwayat berkunjung ke Sudan seminggu terakhir. Dokter
menduga Tn D terinfeksi virus Ebola. Diagnosis pasti virus Ebola adalah dengan menggunakan
a. RT-PCR
b. Serologi
c. IFAT
d. Hapusan darah tepi
e. Sputum Gram
JAWABAN
a. RT-PCR
PEMBAHASAN
Diagnosis pasti infeksi Ebola adalah dengan menggunakan RT-PCR. Tes serologi menggunakan indirect
fluorescence antibody test atau IFAT sering dikaitkan dengan hasil positif palsu.
SUMBER https://emedicine.medscape.com/article/216288-overview
16. Setelah dirawat beberapa hari hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan adanya neutrophilia,
disertai peningkatan dari bilirubin. Anuria terjadi setelah perawatan selama 1 minggu, TN D kemudian
mengelush sesak dan tachypnea. Tachypnea terjadi akibat
a. Obstruksi saluran napas
b. Metabolik asidosis
c. Anemia berat
d. Emobli paru
e. Vasokonstriksi bornkus
JAWABAN
b. Metabolik asidosis
PEMBAHASAN
Ketika terjadi anuria, BUN dan Serum Kreatinin akan menignkat. Pada pasien terminal akan muncul
asidosis metabolik, yang nampak sebagai tachypnea akibat hiperventilasi kompensasi
SUMBER https://emedicine.medscape.com/article/216288-overview
17. Ebola dapat menginfeksi berbagai jaringan di tubuh. Namun predileksi dari ebola ditemukan pada sel
hepatosis, endothelial, dan fagosit mononuclear. Replikasi virus dapat menyebabkan nekrosis fokal yang
ekstensif, paling berat ditemukan pada organ, kecuali
a. Hepar
b. Limfa
c. Ginjal
d. Paru-paru
e. Cerebrum
JAWABAN
e. Cerebrum
PEMBAHASAN
Fokal nekrosis terkait replikasi virus ditemukan pada hepar, limfa, limfonodi, ginjal, paru, dan gonad.
SUMBER https://emedicine.medscape.com/article/216288-overview
4. Flu Burung
18. Tn J, 40 tahun adalah seorang pemilik peternakan ayam dan bebek. Datang dengan demam, batuk, dan
sesak, sejak 4 hari SMRS. Pasien juga mengeluh diare, mual muntah, dan nyeri dada. Pada pemeriksaan
fisik didapatkan ronkhi dan wheezing di seluruh lapang paru. Diagnosis yang paling mendekati dari kasus
di atas
a. Flu Burung
b. Tuberkulosis paru
c. Bronkhitis
d. PPOK
e. Asthma bronkiale
JAWABAN
a. Flu Burung
PEMBAHASAN
Pasien merupakan pemilik peternakan ayam dan bebek. Gejala berupa batuk, sesak, demam, diare, dan
mual muntah mengarahkan pada diagnosis flu burung. Diagnosis lain masih mungkin namun diagnosis
flu burung harus dipikirkan ketika ada faktor risiko, sampai terbukti tidak.
SUMBER https://emedicine.medscape.com/article/2500029-workup#c2
19. Manifestasi sistem saraf yang dapat terjadi pada flu burung adalah
a. Encephalitis
b. Meningitis
c. Polineuropati
d. Facial palsy
e. Hemiparesis
JAWABAN
a. Encephalitis
PEMBAHASAN
Encephalitis adalah salah satu manifestasi sistem saraf pusat yang sering ditemukan pada flu burung. Pada
sebagian kecil pasien hanya ditemukan gejala encephalitis tanp
SUMBER https://emedicine.medscape.com/article/2500029-clinical#b1
20. Untuk mendiagnosis Tn. J dokter melakukan pemeriksaan penunjang berupa foto thoraks. Berikut ini
adalah temuan yang paling umum pada foto thoraks pasien flu burung, kecuali
a. Efusi pelura
b. Perubahan kistik
c. Konsolidasi multifokal
d. Pneumothoraks
e. Limfadenopati
JAWABAN
d. Pneumothoraks
PEMBAHASAN
Temuan foto thoraks pada flu burung
Konsolidasi multifokal
Efusi pleura
Limfadenopati
Perubahan kistik
SUMBER https://emedicine.medscape.com/article/2500029-workup#c2
21. Tatalaksana farmakologis yang dapat diberikan pada flu burung adalah
a. Oseltamivir
b. Lamivudin
c. Tenofovir
d. Polimiksin B
e. Metronidazole
JAWABAN
a. Oseltamivir
PEMBAHASAN
Oseltamivir bekerja dengan meghambat neuraminidase, yang merupakan glikoprotein pada permukaan
virus influensi yang dapat menghancurkan sel. Dengan menghambat proses ini, maka proses infeksi dari
virus dapat terhambat.
SUMBER https://emedicine.medscape.com/article/2500029-medication#1
5. Pneumonia
22. Tn. D, 65 tahun, datang ke puskesmas dengan keluhan, batuk sejak 3 minggu SMRS. Batuk disertai
dengan sesak dan demam yang tidak berkurang. Dokter kemudian melakukan pemeriksaan foto polos
dada untuk menegakkan diagnosis. Hasil foto polos dada adalah ditemukan infiltrat baru pada paru kanan
bawah. Diagnosis yang paling mungkin untuk kasus ini adalah
a. Pnuemoniae
b. TB paru
c. Emfisema
d. Asma bronkiale
e. Keganasan paru
JAWABAN
a. Pnuemoniae
PEMBAHASAN
Diangnosis pneumonia komunitas ditegakkan jika pada foto thoraks didapatkan infiltrate baru atau
progresif ditambah dengan gejala
Batuk
Perubahan karakter dahak
Demam > 38 derajat C
Leukositosis atau leukopenia
SUMBER Panduan Praktis Klinis IDI Halaman 264
23. Dari anamnesis dan pemeriksaan fisik, ditemukan Tn. D ternyata mememiliki komorbid berupa
diabetes melitus dan penyakit ginjal. Terapi yang tepat untuk Tn. D adalah
a. Azitromisin
b. Klaritomisin
c. Eritromisin
d. Doksisiklin
e. Amoksisilin Klavulanat
JAWABAN
e. Amoksisilin Klavulanat
PEMBAHASAN
Untuk pasien dengan komorbid, terapi farmakologi yang bisa diberikan adalah
Florokuinolon seperti levofloksasin 750 mg
Amoksisilin klavulanat 2 gram, 2x1 /hari
SUMBER Panduan Praktis Klinis IDI Halaman 264
24. Jika Tn. D tidak memiliki komorbid, terapi dapat dilakukan dengan pemberian, kecuali
a. a. Azitromisin
b. Klaritomisin
c. Eritromisin
d. Doksisiklin
e. Amoksisilin
JAWABAN
e. Amoksisilin
PEMBAHASAN
Pada pasien tanpa komorbid dan tidak ada risiko kebal obat, dapat diberikan
Makrolid : azitromisin, klaritomisin, atau eritromisin
Doksisiklin
SUMBER Panduan Praktis Klinis IDI Halaman 264
25. Untuk menentukan apakah Tn. D perlu dirujuk ke fasilitas kesehatan tingkat lanjut, dokter melakukan
beberapa pemeriksaan, berikut ini yang tidak termasuk dalam kriteria CURB untuk menentukan
perujukan ke FKTL
a. TD sistolik < 90 mm Hg
b. RR > 30 x menit
c. TD diastolic < 50 mm hg
d. Gangguan kesadaran
e. Peningkatan fungsi ginjal
JAWABAN
c. TD diastolic < 50 mm hg
PEMBAHASAN
Kriteria CURB
a. TD sistolik < 90 mm Hg
b. RR > 30 x menit
c. TD diastolic < 60 mm hg
d. Gangguan kesadaran
e. Peningkatan fungsi ginjal
Masing-masing poin bernilai 1, dirujuk ketika nilai total 2
SUMBER Panduan Praktis Klinis IDI Halaman 264
26. Bayi J, usia 3 bulan, diantar ibunya ke dokter karena keluhan sesak. Setelah melakukan pemeriksaan
menyeluruh, dokter mendiagnosis Bayi J dengan pneumonia berat. Berikut adalah temuan dokter yang
menyebabkan dokter mendiagnosis pneumonia berat
a. Bayi J tidak naik beratnya dalam 1 bulan ke belakang
b. Tidak mau menetek
c. Terlihat lemas
d. Suhu tubuh > 38 derajat celcius
e. Sesak napas
JAWABAN
e. Sesak napas
PEMBAHASAN
Klasifikasi Penumoniae berdasarakan pedoman WHO untuk anak 2 bulan – 5 tahun
Pneumoniae berat
Ada sesak napas
Harus dirawat dan diberikan anitbioitk
Pnuemoniae
Tidak ada sesak napas
Napas cepat dengan lajut > 50 x per menit untuk anak usia 2 bulan – 1 tahun, dan > 40x per menit
untuk anak 1-5 tahun
TIdak perlu dirawat, tapi perlu diberikan antibioitk oral
Bukan penumoniae
Tidak ada napas cepat dan sesak
Tidak perlu dirawat, tidak perlu perlu antibiotik, pengobatan simptomatis
SUMBER Panduan Praktis Klinis IDI Halaman 266
27. Terapi yang tepat pneumonia ringan pada anak adalah
a. Azitromisin
b. Klaritomisin
c. Eritromisin
d. Doksisiklin
e. Amoksisilin
JAWABAN
e. Amoksisilin
PEMBAHASAN
Terapi yang diberikan untuk pneumonia ringan pada anak adalah
Amoksisilin 25 ml/kgbb dan, kotrimoksasol 4 mg/kgbb TMP -20 mg/kgbb sulfametoksazol
SUMBER Panduan Praktis Klinis IDI Halaman 267
6. Malaria
28. Tn D, 56 tahun, datang dengan keluhan demam, menggigil, dan keringat dingin sejak 3 jam SMRS.
Keluhan tersebut disertai dengan sakit kepala, mual muntah, dan rasa nyeri di otot. Tn D sebelumnya
bepergian ke Papua untuk urusan pekerjaan. Tn. D mengatakan bahwa panas yang dideritanya terjadi
setiap hari dan tidak berkurang. Jika dokter mendiagnosis Tn D dengan Malaria, jenis malaria apakah
yang paling mungkin
a. Falciparum
b. Vivax
c. Ovale
d. Malariae
e. Serebral
JAWABAN
a. Falciparum
PEMBAHASAN
Demam pada malaria falciparum dapat terjadi setiap hari. Sedangkan pada malaria vivax atau ovale
demam memiliki selang 1 hari. Pada Malaria malariae demam terjadi dalam selang waktu 2 hari
SUMBER : KAPITA SELEKTA KEDOKTERAN UNIVERSITAS INDONESIA HALAMAN 729
29. Dokter kemudian melakukan pemeriksaan hapusan darah tepi untuk menegakkan diagnosis. Pada
hapusan darah tepi ditemukan bentukan seperti bulan sabit dan pisang. Hal ini mengarah pada diagnosis
malaria
a. Falciparum
b. Vivax
c. Ovale
d. Malariae
e. Serebral
JAWABAN
a. Falciparum
PEMBAHASAN
Bentuk temuan gametosit pada hapusan darah tepi malaria
Falciparum : bulan sabit.psiang
Vivax ovale malariae : sferis
SUMBER : KAPITA SELEKTA KEDOKTERAN UNIVERSITAS INDONESIA HALAMAN 729
30. Malaria dapat menyebabkan berbagai temuan dan tanda klinis. Salah satunya adalah anemia. Pada
malaria jenis apa anemia ditemukan cenderung lebih berat
a. Falciparum
b. Vivax
c. Ovale
d. Malariae
e. Serebral
JAWABAN
a. Falciparum
PEMBAHASAN
Plasmodium menyerang eritrosit. Anemia terjadi akibat pecahnya eritrosit yang terinfeski maupun tidak.
P Falciparum menginfeksi semua eritrosit, sehingga anemia yang ditemukan lebih berat. P Vivax/ovale
menginfeksi eritrosit muda sedangkan P. malariae menginfeksi eritrosit tua
SUMBER : KAPITA SELEKTA KEDOKTERAN UNIVERSITAS INDONESIA HALAMAN 729
31. Malaria dapat menjadi bentuk yang parah yang disebut malaria berat. Malaria berat didiagnosis ketika
ditemukan P. Falciparum pada stadium aseksual disertai dengan gejala berikut ini, kecuali
a. Penurunan kesadaran
b. Edema paru
c. Hipoglikemia < 40 mg/dl
d. Kejang 1x dalam 24 jam
e. Asidosis
JAWABAN
d. Kejang 1x dalam 24 jam
PEMBAHASAN
Malaria berat didiagnosis ketika ditemukan P. Falciparum pada stadium aseksual disertai dengan gejala
berikut
Penurunan kesadaran (malaria serebral)
Anemia berat Hb< 5, HCT< 15%
Gagla ginjal akut, urin < 400 ml/24 ham atau < 1 ml/kgbb pada anak anak
Edema paru atau ARDS
Hipoglikemia < GDS < 40 mg/dl
Syok, akral dingin, TDS < 70 mm hG
Pendarahan spontan
Kejang > 2x/24 jam
Hemoglubinuria makroskopik
SUMBER : KAPITA SELEKTA KEDOKTERAN UNIVERSITAS INDONESIA HALAMAN 730
32. Berikut ini yang merupakan lini pertama obat antimlaria untuk Malaria Falciparum
a. Artesunat + Amodiakuin + Primakuin
b. Artesunat + Amodiakuin +Kina
c. Kina + Amodiakuin + Primakuin
d. Artesunat + Kina + Primakuin
e. Artesunat + Kina
JAWABAN
a. Artesunat + Amodiakuin + Primakuin
PEMBAHASAN
Lini pertama untuk malaria falciparum
Artesunate + Amodiakuin + primakuin
Dihidroartemsinsin + Pipreakuin + Primakuin
Lini kedua
Kina + Doksisiklin/Tetrasiklin + Primakuin
SUMBER : KAPITA SELEKTA KEDOKTERAN UNIVERSITAS INDONESIA HALAMAN 730
33. Komibnasi lini pertama pengobatan malaria falciparum Artesunat + Amodiakuin + Primakuin tidak
boleh diberikan pada pasien dengan gangguan metabolik berupa
a. Hipertensi
b. Diabetes Melitus
c. Defisiensi G6PD
d. Obseitas
e. Dislipdiemia
JAWABAN
c. Defisiensi G6PD
PEMBAHASAN
Pemberian lini pertama Artesunat + Amodiakuin + Primakuin tidak boleh dilakukan pada pasien dengan
kondisi hamil, bayi < 1 thaun, dan defisiensi G6PD
SUMBER : KAPITA SELEKTA KEDOKTERAN UNIVERSITAS INDONESIA HALAMAN 729
34. Tatalaksana malaria berat adalah dengan melakukan stabilisasi jalan napas, pernapasan, serta
sirkulasi. Pilihan antimalarial untuk malaria berat adalah
a. Artesunat
b. Primakuin
c. Piperakuin
d. Doksisiklin
e. Tetrasiklin
JAWABAN
a. Artesunat
PEMBAHASAN
Tatalaksana untuk malaria berat adalah menggunakan antimalarial derivate artemisinin parenteral yaitu
aretesunat (IV/IM) dan artemeter (IM)
SUMBER : KAPITA SELEKTA KEDOKTERAN UNIVERSITAS INDONESIA HALAMAN 732
35. Setelah sembuh, Tn. D ingin kembali berkunjung ke Papua untuk urusan pekerjaan. Tn. D ingin
melakukan profilaksis malaria. Profilaksis malaria dapat diberikan menggunakan obat
a. Doksisiklin
b. Kina
c. DHP
d. Primakuin
e. Artesunate
JAWABAN
a. Doksisiklin
PEMBAHASAN
Profilaksis malaria dapat dilakukan dengan pemberian doksisiklin 100 mg/hari diberikan 1-2 hari sebelum
bepergian dan dapat bertahan selama 4 minggu
SUMBER : KAPITA SELEKTA KEDOKTERAN UNIVERSITAS INDONESIA HALAMAN 732
7. Lepra
36. Tn. J. 45 tahun, datang dengan bercak-bercak berwanra terang, mengkilat, tidak terasa ketika
dipegang. Keluhan ini muncul 3 bulan yang lalu secara perlahan-lahan. Keluhan juga disertai rasa kebas
pada tangan kanan. Diagnosis untuk Tn. J adalah
a. Lepra
b. Tinea Versikolor
c. Kandida albicans
d. Vitiligo
e. Melasma
JAWABAN
a. Lepra
PEMBAHASAN
Tanda cardinal pada lepra adalah
Lesi kulit yang mati rasa
Penebalan sarat tepi yang disertai gangguan fungsi saraf
Ditemukan BTA pada pemeriksaan histologis
SUMBER PEDOMAN PRAKTIK KLINIS IDI HALAMAN 32
37. Untuk mendiagnosis Tn. J perlu dilakukan pemeriksaan labortaorium, berikut ini adalah pemeriksaan
laboratorium yang tepat
a. KOH
b. Sediaan basah
c. Slit skin smear
d. Lampu wood
e. Punch biopsy
JAWABAN
c. Slit skin smear
PEMBAHASAN
Pada lepra perlu dilakukan pemeriksaan slit skin smear, adakn ditmeukan adanya basil tahan asam.
SUMBER PEDOMAN PRAKTIK KLINIS IDI HALAMAN 32
38. Untu mendiagnosis lepra, perlu dilakukan pemeriksaan fisik untuk menentukan adanya penebalan
saraf tepi yang disertai dengan gangguan fungsi saraf. Berikut ini saraf-saraf tepi yang perlu diperiksa
untuk menegakkan diagnosis lepra, kecuali
a. Facialis
b. Aurciularis magnus
c. Medianus
d. Radialis
e. TIbialis anterior
JAWABAN
e. TIbialis anterior
PEMBAHASAN
Berikut ini saraf tepi yang perlu diperiksan untuk mendiagnosis lepra
Facialis
Auricularis magnus
Medianus
Radialis
Ulnaris
Peroneous Komunis
Tibialis Posterior
SUMBER PEDOMAN PRAKTIK KLINIS IDI HALAMAN 32
39 Lepra dibagi menjadi dua tipe, yaitu tipe multibasiler dan tipe pausibasiler. Berikut ini yang BUKAN
pernyataan yang tepat mengenai kedua tipe lepra tersebut
a. Tipe MB memiliki jumlah bercak > 5
b. Tipe MB menyerang lebih dari satu saraf tipe
c. Pada tipe MB ditemukan BTA Positif
d. Pada tipe MB distribusi lesi bilateral simetris
e. Pada tipe PB permukaan halus mengkilap
JAWABAN
e. Pada tipe PB permukaan halus mengkilap
PEMBAHASAN
Tanda Utama PB MB
Bercak kusta 1-5 >5
Penebalan saraf tepi 1 saraf > 1 saraf
Kerokan jaringan kulit BTA - BTA +
Tanda lain
Distribusi Unilateral atau bilateral asimetris Bilateral simetris
Permukaan bercak Kering, kasar Halus, Mengkilap
Batas bercak Tegas Kurang tegas
Mati rasa pada bercak Jelas Kurnag jelas
Deformitas Terjadi cepat Pada tahap lanjut
SUMBER PEDOMAN PRAKTIK KLINIS IDI HALAMAN 32
40. Pada pengobatan pasien tipe PB terdapat pengobatan harian dan bulanan. Obat yang dikonsumsi saat
pengobatan bulanan adalah
a. Rifampisin 600 mg
b. Rifampisin 300 mg
c. Dapson 600 mg
d. Dapsaon 300 mg
e DDS 300 mg
JAWABAN
a. Rifampisin 600 mg
PEMBAHASAN
Pengobatan Lepra tipe PB adalah
Bulanan : Dapson 100 mg dan rifampisin 600 mg
Harian Dapson 100 mg
Pengobatan dilakukan 6-9 bulan
SUMBER PEDOMAN PRAKTIK KLINIS IDI HALAMAN 35
41. Saat pengobatan lepra, seorang pasien mengeluh letih lesu dan lemah. Setelah berkunjung kembali ke
dokter, dokter mendiagnosis pasien menderita anemia. Obat anti lepra apakah yang dapat menyebabkan
kelainan ini
a. Dapson
b. Clofazimin
c. Lamprene
d. Rifampisin
e. Isoniazid
JAWABAN
a. Dapson
PEMBAHASAN
Efek samping dari obat anti lepra
Dapson : anemia
Clofazimin : perubahan warna kulit menjadi cokelat
Rifampisin : Air seni berubah menjadi berwarna
SUMBER PEDOMAN PRAKTIK KLINIS IDI HALAMAN 32
8. Program DOTS TB
42. Berikut ini merupakan pernyataan yang tepat mengenai tantangan penanganan TB di Indonesia
kecuali
a. Diperkirakan sebanyak > 200.000 kasus baru ditemukan di Indonesia
b. TB adalah pembunuh no 1 di Indonesia di kelas penyakit menular
c. Penderita TB paling banyak berusia > 55 tahun
d. TB masuk dalam 10 besar penyakit terbanyak
e. TB turut menyumbang dampak kematian pada infeksi HIV
JAWABAN
c. Penderita TB paling banyak berusia > 55 tahun
PEMBAHASAN
Total pasien baru (kasus TB
BTA positif maupun negatif) di Indonesia lebih dari 600.000 orang per tahun. Terdapat p
erbedaan besar angka penyakit TB di wilayah Sumatera, Jawa-
Bali, dan kawasan Timur Indonesia
Insidens kasus BTA positif (menular) tahun 2005 diperkirakan 107 kasus baru/100.000 p
enduduk (246.000 kasus baru setiap tahun)
TB adalah pembunuh nomor satu diantara penyakit menular dan merupakan peringkat ket
iga dalam daftar sepuluh penyakit tertinggi di Indonesia
yang menyebabkan sekitar 100.000 kematian setiap tahunnya atau dalam sehari terjadi 30
0 kematian karena TB
Sebagian besar penderita TB usia produktif (15-55 tahun)
Kolaborasi intervensi TB-HIV : HIV meningkatkan kejadian TB dan angka kematian di
wilayah dengan prevalensi HIV tinggi (11-50 % pasien HIV/AIDS meninggal karena
TB).
Indonesia mempunyai epidemi HIV yang terkonsentrasi. Prevalensi pada orang dewasa
(15-49 tahun) diperkirakan <0,2% dengan kejadian terbesar di Prov. Bali, Jawa Timur,
Papua, Riau, Jakarta dan Jawa Barat. Wilayah dengan risiko tinggi HIV perlu mendapat
prioritas pelaksanaan program TB.
SUMBER http://www.klikpdpi.com/jurnal-warta/jri-04-07/PROGRAM%20DOTS%20DI%20RS.htm
43. Berikut ini yang bukan merupakan 5 strategi TB DOTS adlaah
a. Peningkatan Komitmen Politis.
b. Penegakkan diagnosis dengan tes gene expert penguatan jejaring laboratorium mikroskopis TB
c. Pengobatan TB standar dengan PMO (Pengawas Menelan Obat) dalam upaya mengurangi risiko
terjadinya MDR dan peningkatan kesembuhan penderita.
d. Jaminan ketersediaan dan sistim pengelolaan OAT yang efektif.
e. Sistim Pencatatan dan Pelaporan baku untuk TB.
JAWABAN
b. Penegakkan diagnosis dengan tes gene expert penguatan jejaring laboratorium mikroskopis TB
PEMBAHASAN
5 Strategi TB DOTS
1. Peningkatan Komitmen Politis dengan ada Rencana Jangka Panjang Penanggulangan TB yang
didukung oleh penganggaran yang tetap dan memadai sesuai dengan target World Health
Assembly 2005 dan Millenium Development Goals 2015.
2. Penegakkan diagnosis dengan mikroskopis dahak dan serta penguatan jejaring laboratorium
mikroskopis TB
3. Pengobatan TB standar dengan PMO (Pengawas Menelan Obat) dalam upaya mengurangi risiko
terjadinya MDR dan peningkatan kesembuhan penderita.
4. Jaminan ketersediaan dan sistim pengelolaan OAT yang efektif.
5. Sistim Pencatatan dan Pelaporan baku untuk TB.
SUMBER
http://www.klikpdpi.com/jurnal-warta/jri-04-07/PROGRAM%20DOTS%20DI%20RS.htm
44. Menurut Bank Dunia, TB DOTS memiliki banyak kelebihan sebagai strategi kesehatan. Keuntungan
utama dari TB DOTS adalah
a. Mudah dilakukan
b. Mencakup negara dengan penduduk besar
c. Membutuhkan tenaga terampil
d. Dapat meningatkan deteksi kasus
e. Cost effective
JAWABAN
e. Cost effective
PEMBAHASAN
Bank Dunia berpendapat bahwa TB DOTS adalah salah satu strategi kesehatan yang paling cost effective.
SUMBER
http://www.klikpdpi.com/jurnal-warta/jri-04-07/PROGRAM%20DOTS%20DI%20RS.htm
45. Melaksanakan TB DOTS di rumah sakit dilakukan dengan beberapa cara. Salah satunya adalah
dengan membuat perjanjian (Memorandum of Understanding) antara rumah sakit dengan
a. Kementrian Kesehatan
b. WHO
c. Dinas Kesehatan
d. Pemerintah kabupaten/kota setempat
e. Perushaan farmasi penyuplai OAT
JAWABAN
c. Dinas Kesehatan
PEMBAHASAN
Langkah-langkah untuk mulai mengimplementasikan DOTS di rumah sakit antara lain yaitu :
· Melakukan penilaian dan analisis situasi, apakah rumah sakit telah bersedia untuk melaksanakan
program DOTS
· Mendapatkan komitmen yang kuat terutama dari manajemen dan dokter spesialis yang akan
melaksanakan DOTS
· Penyusunan nota kesepahaman ( Memorandum of Understanding ) antara Dinas Kesehatan
setempat dengan manajemen rumah sakit
· Menyiapkan tenaga pelaksana DOTS antara lain dokter, perawat, petugas laboratoium, petugas
farmasi, petugas pencatatan dan pelaporan, dan lain-lain
· Membentuk tim DOTS di rumah sakit. Tim tersebut akan melakukan koordinasi kegiatan internal
linkage atau external linkage
· Menyediakan tempat untuk unit DOTS di dalam rumah sakit. Tempat ini menjadi pusat kegiatan
pelayanan pasien TB di rumah sakit
· Menyediakan tempat / rak penyimpanan paket-paket OAT di ruang DOTS.
· Menyiapkan laboratorium untuk pemeriksaan mikrobiologis dahak sesuai standar.
· Menggunakan format pencatatan sesuai dengan program tuberkulosis nasional
SUMBER
http://www.klikpdpi.com/jurnal-warta/jri-04-07/PROGRAM%20DOTS%20DI%20RS.htm
9. MDR TB
46. Definisi dari Multi Drug Resistant pada TB adalah ketika seorang pasien TB mengalami resistensi
terhadap OAT
a.Isoniazid
b. Ethambutol
c. Ceftriaxone
d. Pirazinamid
e. Streptomisin
JAWABAN
a.Isoniazid
PEMBAHASAN
MDR TB terjadi ketika bakteri TB tidak merespon pada isoniazid dan rifampicin, dua OAT yang paling
kuat.
SUMBER https://www.who.int/news-room/q-a-detail/what-is-multidrug-resistant-tuberculosis-(mdr-
tb)-and-how-do-we-control-it
47. Tipe lain yang lebih berbahaya dari MDR TB disebut sebagai XDR-TB. Seseorang dikatakan
menderita XDR TB ketika terdapat resistensi terhadap OAT, kecuali
a. Isoniazid
b. Rifampin
c. Floroquinolon
d. Amikacin
e. Ethambutol
JAWABAN
e. Ethambutol
PEMBAHASAN
Seseorang dikatakan menderita XDR TB ketika terdapat resistensi dari isoniazid, rifampin, golongan
floroquinolon, dan 3 obat lini kedua
SUMBER
https://www.medscape.com/answers/230802-19464/what-is-multidrug-resistant-tuberculosis-mdr-tb
48. Berikut ini merupakan prinsip pengobatan MDR TB kecuali
a. DIlakukan dengan konsumsi 3 OAT yang masih efektif
b. Jangan konsumsi obat yang dapat menyebabkan reaksi silang
c. Membatasi penggunaan obat lain
d. Lama pengobatan 18 bulan
e. Terdiri dari fase awal dan lanjutan
JAWABAN
a. DIlakukan dengan konsumsi 3 OAT yang masih efektif
PEMBAHASAN
Prnsip pengobatan MDR TB
a. DIlakukan dengan konsumsi 4 OAT yang masih efektif
b. Jangan konsumsi obat yang dapat menyebabkan reaksi silang
c. Membatasi penggunaan obat lain
d. Lama pengobatan 18 bulan
e. Terdiri dari fase awal dan lanjutan
SUMBER KAPITA SELEKTA KEDOKTERAN UNIVERSITAS INDONESIA HALAMAN 832
10. Penularan HIV AIDS
49. Berikut ini yang dapat menjadi bahan transmisi penularan infeksi HIV adalah, kecuali
a. Darah
b. Semen
c.Cairan seminal
d.Cairan anus
e. Saliva
JAWABAN
e. Saliva
PEMBAHASAN
Hanya beberapa cairan tubuh yang dapat menularkan HIV AIDS, yaitu darah, semen, cairan pre seminal,
cairan anus, cairan vagina, dan ASI
SUMBER
https://www.cdc.gov/hiv/basics/transmission.html#:~:text=You%20can%20get%20or%20transmit,has%2
0HIV%20can%20transmit%20HIV.
50. Berikut ini aktivitas seksual yang paling berisiko menularkan HIV
a. Seks oral
b. Seks Vaginal
c. Seks Anal
d. Fellatio
e. Cunnilingus
JAWABAN
c. Seks Anal
PEMBAHASAN
Hampir semua aktivitas seksual dapat menularkan HIV, namun anal seks adalah aktivitas seksual yang
paling besar kemungkinannya menularkan HIV.
SUMBER
https://www.cdc.gov/hiv/basics/transmission.html#:~:text=You%20can%20get%20or%20transmit,has%2
0HIV%20can%20transmit%20HIV.