kultur fitoplankton tetraselmis sp. skala …repository.unair.ac.id/57491/2/pkl pk bp 124-16 tra...
TRANSCRIPT
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
LAPORAN PKL KULTUR FITOPLANKTON Tetraselmis MOKHAMMAD RIZA N. T.
KULTUR FITOPLANKTON Tetraselmis sp. SKALA LABORATORIUM SEBAGAI PAKAN ROTIFER (Brachionus sp.) DI SRIRACHA FISHERIES
RESEARCH STATION, CHONBURI, THAILAND
PRAKTEK KERJA LAPANG PROGRAM STUDI S-1 BUDIDAYA PERAIRAN
OLEH :
MOKHAMMAD RIZA NOOR TSANY LAMONGAN – JAWA TIMUR
FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA
2016
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
LAPORAN PKL KULTUR FITOPLANKTON Tetraselmis MOKHAMMAD RIZA N. T.
Yang bertanda tangan dibawah ini, saya:
Nama : Mokhammad Riza Noor Tsany
NIM : 141311133082
Menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa laporan PKL yang berjudul
KULTUR FITOPLANKTON Tetraselmis sp. SKALA LABORATORIUM
SEBAGAI PAKAN ROTIFER (Brachionus sp.) DI SRIRACHA FISHERIES
RESEARCH STATION, CHONBURI, THAILAND adalah benar hasil karya saya
sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya dalam laporan PKL tersebut diberi tanda
citasi dan ditunjukkan dalam daftar pustaka.
Apabila dikemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya
bersedia menerima sanksi akademik yang berlaku di Universitas Airlangga,
termasuk berupa pembatalan nilai yang telah saya peroleh pada saat ujian dan
mengulang pelaksanaan PKL.
Demikian surat pernyataan yang saya buat ini tanpa ada unsur paksaan dari
siapapun dan dipergunakan sebagaimana mestinya.
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
LAPORAN PKL KULTUR FITOPLANKTON Tetraselmis MOKHAMMAD RIZA N. T.
KULTUR FITOPLANKTON Tetraselmis sp. SKALA LABORATORIUM SEBAGAI PAKAN ROTIFER (Brachionus sp.) DI SRIRACHA FISHERIES
RESEARCH STATION, CHONBURI, THAILAND
Praktek Kerja Lapang sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Perikanan pada Program Studi Budidaya Perairan
Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga
Oleh: MOKHAMMAD RIZA NOOR TSANY
NIM. 141311133082
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
LAPORAN PKL KULTUR FITOPLANKTON Tetraselmis MOKHAMMAD RIZA N. T.
KULTUR FITOPLANKTON Tetraselmis sp. SKALA LABORATORIUM SEBAGAI PAKAN ROTIFER (Brachionus sp.) DI SRIRACHA FISHERIES
RESEARCH STATION, CHONBURI, THAILAND
Oleh :
MOKHAMMAD RIZA NOOR TSANY NIM. 141311133082
Setelah mempelajari dan menguji dengan sungguh-sungguh, kami berpendapat bahwa Praktek Kerja Lapang (PKL) ini, baik ruang lingkup maupun kualitasnya
dapat diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan.
Telah diujikan pada
Tanggal : 09 Juni 2016
KOMISI PENGUJI
Ketua : Kustiawan Tri Pursetyo, S.Pi., M.Vet
Anggota : Dr. Adriana Monica Sahidu, Ir., M.Kes
Dr. Endang Dewi Masithah, Ir., MP.
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
LAPORAN PKL KULTUR FITOPLANKTON Tetraselmis MOKHAMMAD RIZA N. T.
RINGKASAN
MOKHAMMAD RIZA NOOR TSANY. Kultur Fitoplankton Tetraselmis sp. Skala Laboratorium Sebagai Pakan Rotifer (Brachionus sp.) di Sriracha Fisheries Research Station, Chonburi, Thailand.
Tetraselmis sp. merupakan mikroalga yang sangat mudah tumbuh dan
memiliki kandungan nutrisi yang baik sebagai pakan alami bagi Rotifer
(Brachionus sp.). Tujuan Praktek Kerja Lapang ini adalah untuk mengetahui,
mempelajari, memahami serta melaksanakan secara langsung teknik kultur
Tetraselmis sp. dan untuk mengetahui kendala kultur Tetraselmis sp. di Sriracha
Fisheries Research Station, Chonburi, Thailand.
Praktek Kerja Lapang ini dilaksanakan di Sriracha Fisheries Research
Station, Chonburi, Thailand pada tanggal 17 Januari 2016 sampai dengan 14
Februari 2016. Metode yang digunakan dalam Praktik Kerja Lapang ini adalah
metode deskriptif dengan pengambilan data primer dan data sekunder.
Pengambilan data primer dengan cara partisipasi aktif, observasi dan wawancara.
Kultur Tetraselmis sp. dengan menggunakan media botol kultur yang
berisi air laut 1000 ml. Pemberian nutrisi berupa media Conway yang terdiri dari
Makronutrien dan Vitamin B-Komplek dengan dosis Makronutrien 1 ml dan
Vitamin B-Komplek 1 ml. Pertumbuhan puncak Tetraselmis sp. terjadi pada hari
ke-6 sebesar 28,2 x 107 sel/ml. Kualitas air selama masa pemeliharaan meliputi
suhu berkisar antara 22-28 0C dan salinitas berkisar antara 29-31 ppt. Faktor yang
mempengaruhi kultur Tetraselmis sp. skala laboratorium meliputi sterilisasi
peralatan laboratorium, standar oprasional prosedur laboratorium dan media
kultur yang mendukung, diantaranya suhu dan salinitas.
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
LAPORAN PKL KULTUR FITOPLANKTON Tetraselmis MOKHAMMAD RIZA N. T.
SUMMARY
MOKHAMMAD RIZA NOOR TSANY. Laboratory-Scaled Culture of The Phytoplankton Tetraselmis sp. As Live Feed for Rotifer (Brachionus sp.) in Sriracha Fisheries Research Station, Chonburi, Thailand. Lecture Advisor Kustiawan Tri Pursetyo, S. Pi., M. Vet.
Tetraselmis sp. are the microalgae are very easy to grow and deliver more
nutrients well as live feed for rotifers (Brachionus sp.). The objective of this
internship is to know, to learn, to understand and to conduct the culture technique
of Tetraselmis sp., as well as to identify the problems of Tetraselmis sp. culture at
Sriracha Fisheries Research Station, Chonburi, Thailand.
The internship was conducted in Sriracha Fisheries Research Station,
Chonburi, Thailand on January 17, 2016 until February 14, 2016. The method
used in this internship was the descriptive method by collecting the primary data
and the secondary data. The primary data were collected by an active
participation, observation and some interviews.
Tetraselmis sp. culture was conducted by using the media culture bottles,
containing sea water 1000 ml. Nutrient attached was in the form of Conway
media, which consist of macronutrient and Vitamin B-Complex at a dose of 1 ml.
The peak growth of Tetraselmis sp. were occurred on the 6th day of culture,
which were 28.2 x 10 7cells / ml. The water quality during the culture period were
covered as the temperature were approximately 22-280C and the salinity were
approximately 29-31 ppt. The factors that affected the Tetraselmis sp. laboratory-
scaled culture were the sterilization of the laboratory equipment, laboratory
standard operational procedures, and the media culture condition, such as the
temperature and the salinity.
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
LAPORAN PKL KULTUR FITOPLANKTON Tetraselmis MOKHAMMAD RIZA N. T.
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah S.W.T karena
atas limpahan rakhmat serta hidayat-Nya, sehingga Praktek Kerja Lapang tentang
Kultur Fitoplankton Tetraselmis sp. Skala Laboratorium Sebagai Pakan
Rotifer (Brachionus sp.) dapat terselesaikan. Karya Ilmiah ini disusun
berdasarkan hasil Praktek Kerja Lapang yang telah dilaksanakan di Sriracha
Fisheries Research Station, Chonburi, Thailand pada tanggal 17 Januari hingga 14
Februari 2016.
Penulis menyadari bahwa Karya Ilmiah Praktek Kerja Lapang (PKL) ini
masih belum sempurna, sehingga kritik dan saran yang membangun sangat
penulis harapkan demi perbaikan dan kesempurnaan Karya Ilmiah ini. Akhirnya
penulis berharap semoga Karya Ilmiah ini bermanfaat dan dapat memberikan
informasi kepada semua pihak, khususnya bagi Mahasiswa Program Studi
Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Kelautan, Universitas Airlangga
Surabaya guna kemajuan serta perkembangan ilmu dan teknologi dalam bidang
perikanan, terutama budidaya perairan.
Surabaya, 21 Agustus 2016
Penulis
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
LAPORAN PKL KULTUR FITOPLANKTON Tetraselmis MOKHAMMAD RIZA N. T.
UCAPAN TERIMA KASIH
Pada kesempatan kali ini, saya ingin mengucapkan terima kasih yang tidak
terhingga kepada:
1. Ibu Dr. Mirni Lamid, MP., drh., selaku Dekan Fakultas Perikanan dan
Kelautan Universitas Airlangga, Surabaya.
2. Bapak Kustiawan Tri Pursetyo, S. Pi., M. Vet. selaku Dosen Pembimbing
yang telah memberikan bimbingan, arahan serta petunjuk mulai dari
penyusunan usulan hingga selesainya laporan Praktek Kerja Lapang.
3. Bapak Agustono, Ir., M.Kes. selaku Koordinator Praktek Kerja Lapang
yang telah memberikan arahan dalam persiapan hingga pelaksanaan
Praktek kerja Lapang.
4. Dr. Ir. Endang Dewi Masithah, MP dan Dr. Adriana Monica Sahidu, Ir.,
M.Kes selaku dosen penguji yang telah menguji saat pelaksanaan sidang
Praktek Kerja Lapang.
5. Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Kasetsart University,
Thailand yang memberikan kesempatan untuk mempelajari ilmu budidaya
di tempat penelitian yang dimiliki yaitu Sriracha Fisheries Research
Station dan Samutsongkhram Fisheries Research Station.
6. Ibu Dr. Wanmimol selaku Wakil Dekan di Fakultas Perikanan dan
Kelautan Kasetsart University yang telah menyambut serta
mempersiapkan segala aktivitas praktek kerja lapang di Thailand.
7. Mr. Alongot Intrarachart (P’Koh) dan Mr. Weerakit Joerakate (P’Game),
selaku Kepala Research Station yang telah mengijinkan untuk belajar
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
LAPORAN PKL KULTUR FITOPLANKTON Tetraselmis MOKHAMMAD RIZA N. T.
lebih banyak di Sriracha Fishery Research Station, Chonburi Dan
Samutsongkhram Fisheries Research Station, Samutsongkhram, Thailand.
8. Mr. Attawut Kantavong (P’Kongh) dan Mrs. Naruechon Pattarapanyavong
(P’Moon), selaku Supervissor yang membimbing selama pembelajaran di
Sriracha Fishery Research Station, Chonburi Dan Samutsongkhram
Fisheries Research Station, Samutsongkhram, Thailand.
9. Mr. Saroj Rermdumri (P’Lon), Mrs. Kanokwan Khaodon (P’O), Mr.
Somchai Sakawjit (P’Thee), dan seluruh staff di Sriracha Fishery
Research Station, Chonburi Dan Samutsongkhram Fisheries Research
Station, Samutsongkhram, Thailand yang telah membantu kami
beradaptasi dengan kehidupan di Thailand.
10. Kedua orang tua saya yang telah mendoakan dan mendukung saya serta
menasehati saya.
11. Ita Zefares, Chamaiporn Srishakam, dan Metchawin Pasotakang, selaku
teman-teman di Thailand, yang sudah mendukung dan membantu segala
aktifitas praktek kerja lapang di Thailand.
12. Virly Rachmawati, Alfindra Haida Nabila, dan Shinta Mayanda Yulianto,
selaku tim praktek kerja lapang yang sudah membantu dalam
menyelesaikan praktek ini hingga akhir.
13. Rikky Leonard, selaku sahabat yang telah membantu menyelesaikan
laporan ini hingga akhir.
14. Semua pihak yang turut berperan dalam meneyelesaikan laporan praktek
kerja lapang ini.
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
LAPORAN PKL KULTUR FITOPLANKTON Tetraselmis MOKHAMMAD RIZA N. T.
DAFTAR ISI
Halaman
RINGKASAN .................................................................................... iv
SUMMARY ....................................................................................... vi
KATA PENGANTAR ....................................................................... viii
UCAPAN TERIMA KASIH . ............................................................ ix
DAFTAR ISI . .................................................................................... xi
DAFTAR TABEL . ............................................................................ xiv
DAFTAR GAMBAR . ....................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN . .................................................................... xvi
I PENDAHULUAN . .................................................................... 1
1.1 Latar Belakang . .................................................................... 1
1.2 Tujuan . ................................................................................. 3
1.3 Manfaat . ............................................................................... 3
II TINJAUAN PUSTAKA . ........................................................... 4
2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tetraselmis sp. ............................ 4
2.2 Sifat Ekologi dan Fisiologi Tetraselmis sp. .......................... 5
2.3 Reproduksi Tetraselmis sp. ................................................... 5
2.4 Aspek Fisika dan Kimia . ...................................................... 7
2.5 Peranan Tetraselmis sp. ........................................................ 7
2.6 Nutrien . ................................................................................ 8
2.7 Teknik Kultur . ..................................................................... 8
2.8 Pertumbuhan . ....................................................................... 9
2.9 Cara Menghitung Kepadatan Plankton . ............................... 9
2.10 Klasifikasi dan Morfologi Rotifer (Brachionus sp.) ........... 10
2.11 Habitat Dan Penyebaran Rotifer (Brachionus sp.).............. 11
2.12 Peranan Rotifer (Brachionus sp.) ........................................ 11
III PELAKSANAAN KEGIATAN . ............................................... 12
3.1. Tempat dan Waktu . ............................................................. 12
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
LAPORAN PKL KULTUR FITOPLANKTON Tetraselmis MOKHAMMAD RIZA N. T.
3.2. Metode Kerja . ..................................................................... 12
3.3. Metode Pengumpulan Data . ................................................ 12
3.3.1 Data Primer ............................................................ 12 A. Metode Survei ................................................... 13 B. Metode Observasi ............................................. 13 C. Metode Praktek ................................................. 14
3.3.2 Data Sekunder .......................................................... 14
IV HASIL DAN PEMBAHASAN . ................................................. 15
4.1 Keadaan Umum Lokasi Praktek Kerja Lapang . .................. 15
4.1.1 Lokasi Geografis Dan Topografi . .............................. 15
4.1.2 Universitas Kasetsart . ................................................ 15
4.1.3 Sriracha Fisheries Research Station . .......................... 16
4.1.4 Lokasi ......................................................................... 16
4.1.5 Visi dan Misi .............................................................. 17
4.1.6 Sarana Dan Prasarana ................................................ 17
A. Air ......................................................................... 17
B. Wadah Kultur ........................................................ 17
C. Sterilitator .............................................................. 18
D. Bangunan .............................................................. 18
4.1.7 Samutsongkhram Fisheries Research Station . ........... 19
4.1.8 Lokasi ......................................................................... 20
4.1.9 Visi dan Misi .............................................................. 20
4.1.10 Sarana dan Prasarana ................................................ 20
A. Air ......................................................................... 20
B. Wadah Kultur ........................................................ 20
C. Sterilitator .............................................................. 21
D. Bangunan .............................................................. 21
4.2 Kegiatan di Lokasi Praktek Kerja Lapang ........................... 22
4.2.1 Persiapan Media .......................................................... 22
4.2.2 Pemberian Nutrisi ...................................................... 22
4.2.3 Pengamatan Kualitas Air ........................................... 23
A. Suhu ...................................................................... 24
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
LAPORAN PKL KULTUR FITOPLANKTON Tetraselmis MOKHAMMAD RIZA N. T.
B. Salinitas ................................................................ 24
4.2.4 Penghitungan Tetraselmis sp. .................................... 25
4.2.5 Hambatan dan Penanggulangan ................................. 29
4.2.6 Kemungkinan Pengembangan Usaha ........................ 30
V SIMPULAN DAN SARAN ....................................................... 31
5.1 Simpulan .............................................................................. 31
5.2 Saran .................................................................................... 31
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................... 32
LAMPIRAN ...................................................................................... 35
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
LAPORAN PKL KULTUR FITOPLANKTON Tetraselmis MOKHAMMAD RIZA N. T.
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
4.1 Kualitas Air Selama Masa Pertumbuhan Tetraselmis sp. .............. 24
4.2 Kepadatan Populasi Kultur Tetraselmis sp. ................................... 27
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
LAPORAN PKL KULTUR FITOPLANKTON Tetraselmis MOKHAMMAD RIZA N. T.
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1 Morfologi Tetraselmis sp.. ................................................................ 4
2.2 Morfologi Rotifer (Brachionus sp.) .................................................. 10
4.1 Fakultas Perikanan Universitas Kasetsart. ........................................ 16
4.2 Penampang Haemocytometer............................................................ 26
4.3 Grafik Pertumbuhan Tetraselmis sp. ................................................. 27
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
LAPORAN PKL KULTUR FITOPLANKTON Tetraselmis MOKHAMMAD RIZA N. T.
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Peta lokasi Praktek Kerja Lapang di Sriracha Fisheries Reasearch
Station, Provinsi Chonburi dan Samutsongkhram Fisheries
Reasearch Station, Provinsi Samutsongkhram, Thailand. .................. 35
2. Denah Lokasi Sriracha Fisheries Reasearch Station dan
Samutsongkhram Fisheries Reasearch Station.................................... 36
3. Foto Dokumentasi Sriracha dan Samutsongkhram ............................. 37
4. Peralatan Kultur Plankton Tetraselmis sp. ......................................... 41
5. Bahan Kultur Plankton Tetraselmis sp. ............................................... 44
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
LAPORAN PKL KULTUR FITOPLANKTON Tetraselmis MOKHAMMAD RIZA N. T.
I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kegiatan budidaya perikanan laut yang berkembang saat ini harus
diimbangi dengan ketersediaan larva atau benih ikan yang memadai, baik dari segi
jumlah, mutu dan kesinambungannya. Salah satu faktor yang menyebabkan
terhambatnya pengadaan larva tersebut adalah sulitnya menyediakan pakan
dengan kualitas baik, terutama pakan alami yaitu fitoplankton (mikroalgae) dan
zooplankton. Saat ini telah banyak dihasilkan pakan buatan untuk larva, namun
keberadaan pakan alami tetap dibutuhkan. Hal ini karena pakan alami mempunyai
kelebihan dibandingkan pakan buatan, diantaranya adalah kandungan gizi yang
seimbang dan berperan dalam menjaga kualitas perairan (Widjaja, 2004).
Rotifer merupakan pakan awal bagi larva ikan yang sampai saat ini
fungsinya belum dapat digantikan oleh pakan buatan (Widjaja, 2004). Menurut
Suminto, (2008) Sebagai pakan alami, Rotifer mempunyai keunggulan-
keunggulan karena sifat dan karakteristiknya yang menarik yaitu ukurannya yang
relatif kecil, kemampuan berenang yang lemah, dapat dibudidayakan dengan
kepadatan yang tinggi, tingkat reproduksi yang tinggi dan mempunyai nilai nutrisi
yang tinggi. Pakan alami Rotifer adalah makanan yang berasal dari mikroalga
yang berperan sebagai sumber protein, karbohidrat, lemak, vitamin dan mineral
dalam pertumbuhannya. Penggunaan mikroalga tersebut bertujuan agar Rotifer
yang dikultur mempunyai laju pertumbuhan yang cepat dan memiliki kandungan
gizi yang tinggi, karena masing-masing mikroalga mengandung nutrisi yang amat
dibutuhkan bagi pertumbuhan larva (Widjaja, 2004).
2
LAPORAN PKL KULTUR FITOPLANKTON Tetraselmis MOKHAMMAD RIZA N. T.
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Keberhasilan dalam kultur Rotifer akan sangat tergantung pada jenis dan
kualitas pakan yang diberikan. Jenis pakan yang biasa diberikan untuk Rotifer
antara lain fitoplankton (mikroalga), ragi dan emulsi bahan pengkaya
(Melianawati dkk., 2006). Beberapa jenis fitoplankton yang dapat digunakan
sebagai pakan Rotifer diantaranya adalah Chlorella sp., Dunaliella sp.,
Nannochloropsis sp. dan Tetraselmis sp. (Isnansetyo dan Kurniastuty, 1995).
Tetraselmis sp. merupakan jenis pakan alami yang sering digunakan
sebagai pakan dan mempunyai nilai gizi yang baik (Supriyantini dkk., 2007).
Menurut Isnansetyo dan Kurniastuty (1995) bahwa Tetraselmis sp. mengandung
protein yang cukup tinggi yaitu berkisar 49,75% sedangkan lemak berkisar 9,10%
dan karbohidrat 19,37%. Oleh sebab itu Tetraselmis sp. sangat cocok untuk
digunakan sebagai pakan zooplankton. Salah satu contohnya adalah Rotifer.
Atas dasar pemikiran di atas maka pelaksanaan Praktek Kerja Lapang
(PKL) dilakukan untuk mengetahui secara langsung tentang kultur fitoplankton
Tetraselmis sp. pada skala laboratorium yang digunakan sebagai pakan Rotifer
(Brachionus sp.) sekaligus memahami permasalahan yang ada dengan
memadukan teori yang diperoleh dari perkuliahan dengan kenyataan yang ada di
lapangan.
3
LAPORAN PKL KULTUR FITOPLANKTON Tetraselmis MOKHAMMAD RIZA N. T.
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
1.2 Tujuan
Tujuan pelaksanaan Praktek Kerja Lapang (PKL) ini adalah :
1. Untuk mengetahui teknik kultur fitoplankton Tetraselmis sp. sebagai
pakan alami di Sriracha Fisheries Research Station, Chonburi, Thailand.
2. Untuk mengetahui grafik hambatan yang terjadi pada teknik kultur
fitoplankton Tetraselmis sp. di Sriracha Fisheries Research Station, Chonburi,
Thailand.
1.3 Manfaat
Manfaat pelaksanaan Praktek Kerja Lapang (PKL) adalah :
1. Mahasiswa mampu mengetahui teknik kultur fitoplankton Tetraselmis sp.
yang ada di Sriracha Fisheries Research Station, Chonburi, Thailand.
2. Mahasiswa mampu mengetahui hambatan yang terjadi pada teknik kultur
fitoplankton Tetraselmis sp. di Sriracha Fisheries Research Station, Chonburi,
Thailand.
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
LAPORAN PKL KULTUR FITOPLANKTON Tetraselmis MOKHAMMAD RIZA N. T.
II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tetraselmis sp.
Tetraselmis sp. merupakan alga bersel tunggal, berbentuk oval elips dan
memiliki empat buah flagella. Flagella ini bergerak secara aktif seperti hewan.
Empat buah flagella pada ujung depannya yang berukuran 0,75-1,2 kali panjang
badan dan berukuran 10x6x5 µm. Sel-sel Tetraselmis sp. berupa sel tunggal yang
berdiri sendiri ukurannya 7-12 µm. Inti sel jelas dan kecil serta dinding sel
mengandung bahan selulosa dan pektosa. Tetraselmis sp. memiliki klorofil
sehingga berwarna hijau cerah (Gambar 1). Dan dipenuhi plastida kloroplast
(Isnansetyo dan Kurniastuty, 1995). Klasifikasi Tetraselmis sp. adalah sebagai
berikut:
Filum : Chlorophyta Kelas : Chlorophyceae Ordo : Volvocales Sub ordo : Chlamidomonacea Genus : Tetraselmis Spesies : Tetraselmis sp.
Gambar 2.1 Morfologi Tetraselmis sp. (Creswell, 2010)
5
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
LAPORAN PKL KULTUR FITOPLANKTON Tetraselmis MOKHAMMAD RIZA N. T.
2.2 Sifat Ekologi dan Fisiologi Tetraselmis sp.
Tetraselmis sp. bersifat kosmopolit yang dapat tumbuh dimana-mana,
kecuali pada tempat yang sangat kritis bagi kehidupan. Alga ini dapat tumbuh
pada salinitas 15-35 ppt. (Isnansetyo dan Kurniastuty, 1995). Kisaran suhu 25-28
0C merupakan suhu yang optimal untuk pertumbuhan Tetraselmis sp.
Tetraselmis sp. dapat tumbuh baik dengan menggunakan lampu TL 80
Watt (Matakupan, 2009).
2.3 Reproduksi Tetraselmis sp.
Reproduksi Tetraselmis sp. terjadi secara vegetatif aseksual dan
seksual. Reproduksi aseksual dimulai dengan membelahnya protoplasma sel
menjadi dua, empat, delapan dalam bentuk zoospore setelah masing-masing
melengkapi diri dengan flagella. Sedangkan reproduksi secara seksual, setiap
sel mempunyai gamet yang identik (isogami) kemudian dengan bantuan
substansi salah satu gamet tersebut ditandai dengan bersatunya kloroplast yang
kemudian menurunkan zygote yang sempurna (Isnansetyo dan Kurniastuty,
1995).
Isnansetyo dan Kurniastuty (1995) menjelaskan bahwa laju pertumbuhan
adalah pertambahan jumlah sel dalam periode tertentu. Pertumbuhan ditandai
dengan bertambah besarnya ukuran sel atau bertambah banyaknya jumlah sel.
Hingga saat ini kepadatan sel digunakan secara luas untuk mengetahui
pertumbuhan Tetraselmis sp. dalam kultur pakan alami.
6
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
LAPORAN PKL KULTUR FITOPLANKTON Tetraselmis MOKHAMMAD RIZA N. T.
Ada empat fase pertumbuhan yaitu:
1. Fase Istirahat
Sesaat setelah penambahan inokulum ke dalam media kultur, populasi
tidak mengalami perubahan. Ukuran sel pada saat ini pada umumnya meningkat.
Secara fisiologis Tetraselmis sp. sangat aktif dan terjadi proses sintesis protein
baru. Organisme mengalami metabolisme, tetapi belum terjadi pembelahan sel
sehingga kepadatan sel belum meningkat. Umumnya terjadi pada hari pertama
dan kedua kultur.
2. Fase Logaritmik atau Eksponensial
Fase ini diawali dari pembelahan sel dengan laju pertumbuhan tetap. Pada
kondisi kultur yang optimum, laju pertumbuhan pada fase ini mencapai
maksimal. Umumnya terjadi pada hari ketiga hingga hari kelima.
3. Fase Penurunan kecepatan tumbuh
Fase ini merupakan fase pada hari ketujuh yang menunjukkan kecepatan
pertumbuhan sel yang mulai lambat karena kondisi fisik dan kimia kultur mulai
membatasi pertumbuhan.
4. Fase Stasioner
Pada fase ini, pertumbuhan mulai mengalami penurunan dibandingkan
fase logaritmik. Pada fase ini laju reproduksi sama dengan laju kematian,
dengan demikian penambahan dan pengurangan jumlah sel relatif sama atau
seimbang sehingga kepadatan sel tetap. Fase ini terjadi pada hari ketujuh hingga
hari ke sepuluh.
7
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
LAPORAN PKL KULTUR FITOPLANKTON Tetraselmis MOKHAMMAD RIZA N. T.
5. Fase Kematian
Pada fase ini laju kematian lebih cepat dari pada laju reproduksi. Jumlah
menurun secara geometrik. Penurunan kepadatan sel ditandai dengan perubahan
kondisi optimum yang dipengaruhi oleh temperatur, cahaya, pH air, jumlah hara
yang ada, dan beberapa kondisi lingkungan lain yang dimulai pada hari
kesepuluh.
2.4 Aspek Fisika dan Kimia
Pertumbuhan fitoplankton dipengaruhi oleh beberapa faktor fisika seperti
suhu, cahaya matahari, kedalaman, kekeruhan, salinitas dan kandungan oksigen
terlarut. Faktor kimia seperti pH, fosfat, nitrat, nitrit, dan silikat (Nybakken,
1992). Kelimpahan dan komposisi jenis fitoplankton antara lain dipengaruhi oleh
salinitas, musim, habitat, kecerahan dan proses reproduksi (Davis, 1951 dalam
Merizawati, 2008). Suhu merupakan parameter lingkungan yang sangat penting
bagi kehidupan fitoplankton. Sifat fisika-kimia perairan seperti kelarutan oksigen
serta kecepatan reaksi kimia dipengaruhi oleh suhu. Kehidupan berbagai jenis
fitoplankton dipengaruhi oleh salinitas (Sediadi, 1999 dalam Merizaati, 2008).
2.5 Peranan Tetraselmis sp.
Tetraselmis sp. adalah salah satu jenis mikro alga satu yang banyak
memiliki manfaat, diantaranya sebagai pakan ikan, makanan kesehatan bagi
manusia, bahkan campuran kosmetik maupun biofilter dalam menanggulangi
limbah organik. Tetraselmis sp. layak untuk dibudidayakan karena sifatnya mudah
dan cepat berkembang biak (Suriadi dan Siswanto, 2004).
8
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
LAPORAN PKL KULTUR FITOPLANKTON Tetraselmis MOKHAMMAD RIZA N. T.
2.6 Nutrient
Dalam kultur mikroalga skala laboratorium dibutuhkan medium kultur
yang sesuai untuk pertumbuhannya. Medium air laut yang mengandung nutrien
lengkap sebagai medium tumbuh yaitu sumber nutrisi berupa makronutrien (N, P,
K, S, Na, Si, Ca) dan mikronutrien (Fe, Zn, Mn, Cu, Mg, Mo, B). Unsur N, P, dan
S berfungsi dalam pembentukan protein, K berfungsi dalam metabolisme
karbohidrat, Fe dan Na berfungsi dalam pembentukan klo rofil sedangkan Ca dan
Si berfungsi dalam pembentukan dinding sel. Selain media air laut yang
mengandung unsur lengkap sebagai media tumbuh, kultur Tetraselmis sp. juga
ditambahkan pupuk sebagai penambahan kandungan dalam medium kultur
(Isnansetyo dan Kurniastuty, 1995). Penambahan pupuk dalam medium dapat
meningkatkan pertumbuhan mikroalga 10 kali lebih cepat dibandingkan dengan
kultur mikroalga tanpa penambahan pupuk (Naughton, 1998). Penambahan pupuk
pada medium kultur alga skala laboratorium dapat menggunakan pupuk Conway
(Isnansetyo dan Kurniastuty, 1995).
2.7 Teknik Kultur
Dalam suatu unit pembenihan, penyediaan pakan alami untuk larva ikan
dibedakan menjadi tiga, yaitu kultur murni (skala laboratorium), kultur semi
massal dan kultur massal yaitu dalam bak bervolume besar (Cahyaningsih dkk.,
2003). Kultur murni (skala laboratorium) fitoplankton dilakukan di dalam ruangan
(indoor) yang tertutup (Isnansetyo dan kurniastuty, 1995). Pada saat kultur massal
sebaiknya wadah, peralatan dan air yang digunakan disterilisasi dengan pemberian
klorin, karena cara ini lebih cepat, ekonomis dan mudah pelaksanaannya (Wasis,
9
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
LAPORAN PKL KULTUR FITOPLANKTON Tetraselmis MOKHAMMAD RIZA N. T.
2009). Selanjutnya dilakukan pengeringan, dengan interval waktu antara 12-24
jam. Tujuannya agar media bebas dari organisme-orgnaisme yang akan
menyebabkan kontaminasi (Isnansetyo dan Kurniastuty, 1995). Air laut yang akan
digunakan untuk kultur disterilkan terlebih dahulu dengan menggunakan klorin
10-20 ppm dan diaerasi selama 24 jam (Wasis, 2009).
2.8 Pertumbuhan
Pertumbuhan Tetraselmis sp. Dalam kultur dapat ditandai dengan
bertambahnya ukuran sel atau bertambahnya jumlah sel. Faktor-faktor yang
mempengaruhi pertumbuhan suatu jenis fitoplankton dapat dikelompokkan
menjadi internal dan eksternal. Faktor internal yang berpengaruh terhadap sifat-
sifat pertumbuhan fitoplankton adalah faktor genetik (Isnansetyo dan Kurniastuty,
1995).
Salah satu prinsip dalam pengelolaan plankton ialah bagaimanana
memperhatikan kelimpahan plankton supaya tetap stabil. Pertumbuhan plankton
mulai berkurang terjadi pada akhir fase logaritmik, menuju fase stasioner dimana
diantara kedua fase tersebut terdapat fase berkurangnya pertumbuhan (Isnansetyo
dan Kurniastuty, 1995).
2.9 Cara Menghitung Kepadatan Plankton
Metode yang digunakan dalam perhitungan Tetraselmis sp. adalah metode
penghitungan dengan menggunakan Haemocytometer. Pengamatan dilakukan
dengan menggunakan mikroskop dengan perbesaran 10 x atau 40 x (Creswell,
2010).
10
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
LAPORAN PKL KULTUR FITOPLANKTON Tetraselmis MOKHAMMAD RIZA N. T.
2.10 Klasifikasi dan Morfologi Rotifer (Brachionus sp.)
Menurut Isnansetyo dan Kurniastuty, (1995), klasfikasi Rotifer adalah sebagai
berikut:
Filum : Avertebrata Kelas : Aschelmintes Sub kelas : Rotaria Ordo : Eurotaria Family : Brachionidae Sub family : Brachioninae Genus : Brachionus Spesies : Brachionus sp.
Gambar 2.2 Morfologi Rotifer (Brachionus sp.) (Lahope, 2013)
Rotifer berciri simetris bilateral, dinding tubuh dilindungi oleh lorika.
Tubuh rotifera terdiri atas kepala (depan), badan (tengah) dan kaki (bagian
posterior) yang biasanya kecil dengan jari yang mengandung kelenjar semen
untuk melekat. Antara bagian kepala dan badan tidak terlihat jelas pemisahannya.
Pada kebanyakan spesies, di bagian kepala terdapat korona yang terletak di bagian
anterior tubuh. Korona juga dapat digunakan sebagai daya penggerak, akan tetapi
banyak spesies yang menghabiskan kehidupannya dengan melekat pada substrat,
dan ada juga yang bersifat plankton seperti Brachionus sp. Fungsi korona adalah
untuk menyaring makanan ke kepala dan membuang sisa. Alat pencernaan
11
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
LAPORAN PKL KULTUR FITOPLANKTON Tetraselmis MOKHAMMAD RIZA N. T.
makanan terdiri atas mulut, mastaks yang bersifat kiti dan gigi untuk mencerna
makanan (Rimper, 2008)
2.11 Habitat Dan Penyebaran Rotifer (Brachionus sp.)
Rotifera dapat ditemukan di air tawar dan tanah lembab, di mana mereka
hidup di genangan air yang terbentuk di atas tanah. Habitat rotifera dapat
mencakup lingkungan air, seperti dasar danau, serta lingkungan air yang mengalir,
seperti sungai atau aliran. Rotifera juga sering ditemukan
pada lumut dan lumut tumbuh di batang pohon dan batu, di genangan air, di tanah
atau serasah daun, pada jamur tumbuh di dekat pohon mati, dalam tangki limbah
pabrik pengolahan dan bahkan pada krustasea air tawar dan larva serangga air
(Segers, 2008).
2.12 Peranan Rotifer (Brachionus sp.)
Brachionus sp. merupakan salah satu jenis zooplankton yang digunakan
sebagai pakan alami. Rotifer diberikan sebagai pakan larva selama kurang lebih
satu bulan. Kegunaan Brachionus sp. secara tidak langsung mulai berkembang.
Brachionus sp. merupakan pakan hidup bagi jenis-jenis tertentu golongan ikan
sehingga seringkali diperlukan dalam budidaya. Penyediaan pakan alami berupa
phytoplankton dan zooplankton yang tidak cukup tersedia, seringkali
menyebabkan kegagalan dalam mempertahankan kelangsungan hidup larva
ikan. Brachionus sp. sangat penting dalam menunjang budidaya perikanan,
terutama sebagai pakan yang baik pada larva ikan maupun udang (Kaligis. 2015).
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
LAPORAN PKL KULTUR FITOPLANKTON Tetraselmis MOKHAMMAD RIZA N. T.
III PELAKSANAAN KEGIATAN
3.1 Tempat dan Waktu
Praktek Kerja Lapang ini dilaksanakan di Sriracha Fisheries Research
Station, Chonburi, Thailand. Kegiatan ini dilaksanakan mulai tanggal 17 Januari-
14 Februari 2016.
3.2 Metode Kerja
Metode yang digunakan dalam Praktek Kerja Lapang ini adalah metode
deskriptif. Metode deskriptif adalah metode dalam meneliti status sekelompok
manusia, suatu obyek, suatu kondisi, suatu sistem pemikiran, maupun suatu
peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari metode ini adalah untuk membuat
deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai
fakta, sifat, serta hubungan antar fenomena yang diselidiki (Nazir, 2011).
3.3 Metode Pengumpulan Data
Data yang diambil dalam Praktek Kerja Lapang ini berupa data primer dan
data sekunder.
3.3.1 Data Primer
Menurut Sangadji dan Sopiah (2010), Data primer adalah sumber data
yang diperoleh langsung dari sumber asli tanpa melalui perantara. Data primer
dapat berupa opini subyek (orang) secara individu maupun kelompok, hasil
observasi terhadap suatu obyek (fisik), kejadian atau kegiatan dan hasil pengujian.
Data primer dapat diperoleh dengan dua metode yaitu metode survei dan metode
observasi.
13
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
LAPORAN PKL KULTUR FITOPLANKTON Tetraselmis MOKHAMMAD RIZA N. T.
A. Metode Survei
Metode survei merupakan metode pengumpulan data primer yang
menggunakan pertanyaan lisan dan tertulis. Hasil dari metode ini berupa data
subyek yang menyatakan opini, sikap, pengalaman atau karakteristik subyek
penelitian secara individu atau kelompok. Data yang diperoleh dari metode survei
sebagian besar berupa data deskriptif yang dapat dirancang untuk menjelaskan
sebab akibat atau mengungkapkan ide-ide (Sangadji dan Sopiah, 2010).
Metode survei yang akan digunakan untuk mendapatkan data di lapangan
adalah metode wawancara (interview). Wawancara adalah teknik pengumpulan
data dalam metode survei yang menggunakan pertanyaan secara lisan kepada
subyek penelitian. Teknik wawancara ini dapat dilakukan dengan melalui tatap
muka, komunikasi telepon dan e-mail.
B. Observasi
Metode observasi adalah proses pencatatan pola perilaku subyek (orang),
obyek (benda), atau kejadian yang sistematis tanpa adanya pertanyaan atau
komunikasi dengan individu yang diteliti. Data yang diperoleh bersifat lebih
akurat, tidak terdistorsi dan bebas dari response bias.
Tipe observasi yang digunakan menurut Nazir (2011) yaitu:
1. Observasi langsung yang memungkinkan pengumpulan data perilaku dan
kejadian secara detail.
2. Observasi terhadap perilaku dan lingkungan sosial yang bertujuan untuk
memahami perilaku dan kejadian dalam lingkungan sosial. Teknik observasi yang
dapat digunakan adalah participant observation dan nonparticipant observation.
14
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
LAPORAN PKL KULTUR FITOPLANKTON Tetraselmis MOKHAMMAD RIZA N. T.
3. Observasi mekanik yaitu teknik observasi dengan bantuan mesin.
C. Metode Praktek
Metode praktek adalah suatu metode dengan memberikan materi
pendidikan baik menggunakan alat atau benda, seperti di peragakan, dengan
harapan siswa menjadi jelas dan mudah sekaligus dapat mempraktekkan materi
yang di maksud suatu saat di masyarakat. Metode ini memberikan jalan kepada
mahasiswa untuk menerapkan, menguji dan menyesuaikan teori dengan kondisi
sesungguhnya melalui praktek peserta praktik atau latihan akan mendapatkan
pelajaran yang sangat baik untuk mengembangkan dan menyempurnakan
keterampilan yang di perlukan (Abdul Arno dalam Kadir, 2014).
3.3.2 Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber tidak langsung.
Data sekunder merupakan data primer yang telah diolah lebih lanjut dan disajikan
oleh pengumpul data primer. Data sekunder ini diperoleh dari laporan-laporan,
data dokumentasi, pustaka yang menunjang (Sangadji dan Sopiah, 2010).
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
LAPORAN PKL KULTUR FITOPLANKTON Tetraselmis MOKHAMMAD RIZA N. T.
IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Keadaan Umum Lokasi Praktek Kerja lapang
4.1.1 Lokasi Geografis dan Topografi
Lokasi Praktek Kerja Lapang (PKL) adalah di Research Station dibawah
naungan Universitas Kasetsart, yaitu Sriracha Fisheries Research Station yang
berada di Provinsi Chonburi dan Samutsongkhram Fisheries Research Station
yang berada di Provinsi Samutsongkhram, Thailand.
4.1.2 Universitas Kasetsart
Universitas Kasetsart didirikan pada tanggal 2 Februari 1943 dan pada
tahun ini telah memasuki umur 73 tahun. Fakultas Perikanan didirikan sebagai
salah satu dari empat fakultas pertama Kasetsart University (KU) pada hari yang
sama dengan universitas didirikan. Fakultas Perikanan dibentuk dengan empat
disiplin ilmu yaitu Biologi Perikanan, Manajemen Perikanan, Budidaya Perikanan
dan Pengembangan Perikanan. Fakultas perikanan memiliki beberapa lembaga
kecil lainnya atau stasiun penelitian yang didukung oleh akademik pendukung
divisi fakultas. Stasiun penelitian milik Kasetsart antara lain Sriracha Fisheries
Research Station, Samutsongkhram Fisheries Research Station, Kamphaengsaen
Fisheries Research Station, Ranong Coastal Resources Research Station, dan
Klongwan Fisheries Research Station.
Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Kasetsart akan disajikan
pada gambar dibawah ini :
16
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
LAPORAN PKL KULTUR FITOPLANKTON Tetraselmis MOKHAMMAD RIZA N. T.
Gambar 4.1 Fakultas Perikanan Universitas Kasetsart (Kasetsart University, 2002)
4.1.3 Sriracha Fisheries Research Station
Sriracha Fisheries Research Station didirikan pada tahun 1960 untuk
melakukan penelitian dasar biologi kelautan, oseanografi, lingkungan laut,
konservasi dan pemulihan sumber daya pesisir laut di pesisir Sriracha dan
sekitarnya. Stasiun ini juga melakukan penelitian yang bekerja sama dengan
perusahaan swasta dalam mengembangkan produk nilai tambah dari rumput laut
serta dalam budidaya dan pengelolaan perikanan.
4.1.4 Lokasi
Lokasi Sriracha Fisheries Research Station adalah 101/12 Moo 9,
Sukhumvit Rd., Tambon Bang Phra. Sriracha District, Chonburi Province 20110,
Thailand.
17
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
LAPORAN PKL KULTUR FITOPLANKTON Tetraselmis MOKHAMMAD RIZA N. T.
4.1.5 Visi dan Misi
Visi Fisheries Research Station adalah melakukan penelitian di bidang
oseanografi, lingkungan laut, budidaya pesisir dan menjadi stasiun untuk
pembelajaran, penelitian, pelatihan bagi peneliti mahasiswa dan lain-lain.
Misi Fisheries Research Station adalah :
• Untuk melakukan penelitian di bidang biologi kelautan, oseanografi,
lingkungan laut, konservasi dan pemulihan sumber daya pesisir laut.
• Untuk mendukung pembelajaran dan bidang pelatihan mahasiswa serta
memberikan bantuan kepada dosen, peneliti dan lain-lain untuk kegiatan
penelitian mereka.
• Untuk menjadi pusat kegiatan penyuluhan, pelatihan dan pertukaran
teknologi bagi petani dan lain-lain.
4.1.6 Sarana dan Prasarana
A. Air
Air yang digunakan pada proses budidaya di Sriracha Fisheries Research
Station adalah air laut dengan salinitas 35 ppt. Air laut diambil dari Pantai Timur
Teluk Thailand yang lokasinya di belakang stasiun penelitian. Dalam kultur
Tetraselmis sp. memang dibutuhkan air laut atau air dengan salinitas yang tinggi
yang telah di sterilisasi (Sari dan Manan, 2012).
B. Wadah Kultur
Dalam mengkultur plankton menggunakan botol kultur berukuran 1 liter
yang telah disterilisasi menggunakan autoclave, yang dilengkapi dengan aerasi
18
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
LAPORAN PKL KULTUR FITOPLANKTON Tetraselmis MOKHAMMAD RIZA N. T.
dan diletakkan dibawah sinar 2 buah lampu neon 40 watt dalam ruangan bersuhu
24oC.
C. Sterilitator
Untuk mensterilkan alat-alat dan air laut yang akan digunakan dalam
proses budidaya digunakan autoklaf berukuran besar (tinggi 70 cm dan diameter
90 cm). Autoklaf adalah alat yang digunakan untuk mensterilkan berbagai macam
alat dan bahan tahan panas menggunakan uap air panas bertekanan 15 Psi atau
sekitar 2 atm dan bersuhu 121oC (2500F) (Sari dan Manan, 2012).
D. Bangunan
Bangunan terdiri dari :
• Kantor
• Laboratorium
Research ini memiliki 4 laboratorium, yaitu laboratorium plankton,
laboratorium pengamatan mikroorganisme, laboratorium kualitas air dan
laboratorium sedimen.
• Aula
• Kamar atau Dormitori bagi mahasiswa yang melakukan penelitian
• Dapur
• Kolam treatment air
Kolam treatment ini digunakan untuk mentreatment air dengan cara
mengendapkan dan mensterilkan air menggunakan klorin dengan konsentrasi 150
mg klorin / liter, hal ini sesuai dengan literatur bahwa konsentrasi klorin yang
dibutuhkan untuk sterilisasi atau sanitasi air adalah 100-250 mg klorin / liter.
19
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
LAPORAN PKL KULTUR FITOPLANKTON Tetraselmis MOKHAMMAD RIZA N. T.
• Kolam hatchery Anemone Fish
Kolam hatchery Anemone Fish di Sriracha Fisheries Research Station
terbuat dari fiber yang rata-rata memiliki ukuran 60 x 150 x 85 cm. Jumlah ikan
dalam kolam hatchery ini disesuaikan dengan ukuran kolam. Satu kolam rata-rata
berisi 20 ekor ikan anemone berukuran dewasa. Hal ini tidak jauh berbeda dengan
di Indonesia yang menggunakan kolam fiber dalam pemeliharaan ikan anemone
yaitu dengan ukuran 50 x 100 x 80 cm dengan kepadatan 15 ekor dalam satu
kolam.
• Kolam budidaya Anemone Mushroom
Kolam budidaya anemone Mushroom di Sriracha Fisheries Research
Station terbuat dari beton dengan ukuran rata-rata 60 x 250 x 150 cm. Kolam ini
mampu menampung 25 artificial stone yang digunakan sebagai tempat
bertumbuhnya anemone mushroom. Anemone mushroom membutuhkan coral
buatan untuk pertumbuhannya supaya memudahkan saat ingin mengambilnya,
karena apabila tidak diberi koral buatan, anemone mushroom akan melekat di
dasar kolam.
4.1.7 Samutsongkhram Fisheries Research Station
Samutsongkhram Fisheries Research Station didirikan pada tahun 1989
untuk mendukung pembelajaran dan pelatihan dari mahasiswa serta memberikan
bantuan kepada dosen, peneliti dan lain-lain dalam kegiatan penelitian mereka.
Beberapa topik penelitian yang terkait dengan pengembangan dua teknologi baru
untuk pembibitan air pesisir dan menemukan solusi untuk masalah dan tentang
budidaya pesisir.
20
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
LAPORAN PKL KULTUR FITOPLANKTON Tetraselmis MOKHAMMAD RIZA N. T.
4.1.8 Lokasi
Samutsongkhram Fisheries Research Station didirikan pada tahun 1989.
Pada awalnya bernama Samutsongkhram Coastal Aquatic Station, dan sejak
tanggal 1 Oktober 2001 nama itu diganti menjadi Stasiun Penelitian
Pengembangan dan administrasi dukungan Akademik Fakultas Perikanan,
Kasetsart University dan diganti sebagai Samutsongkhram Fisheries Research
Station. Lokasi Research ini di provinsi Samutsongkhram-Thailand.
4.1.9 Visi Dan Misi
Samutsongkhram Fisheries Research Station memiliki visi melakukan
penelitian tentang kehidupan perairan di pantai sehingga mampu mengoptimalkan
kondisi budidaya perairan.
4.1.10 Sarana dan Prasarana
A. Air
Air yang digunakan untuk budidaya adalah air payau bersalinitas 5-10 ppt.
Air laut diambil dari perairan Don Hoi Lod dan air tawar diambil dari sumur.
Untuk mendapatkan air distilasi mereka melakukan distilasi sendiri menggunakan
alat penyulingan air.
B. Wadah Kultur
Wadah kultur plankton yang digunakan adalah botol kultur kaca berukuran
1 liter yang diletakkan dibawah 2 buah lampu neon 40 watt di dalam ruangan
bersuhu 24oC.
21
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
LAPORAN PKL KULTUR FITOPLANKTON Tetraselmis MOKHAMMAD RIZA N. T.
C. Sterilitator
Untuk mensterilkan alat-alat dan air laut yang akan digunakan dalam
proses budidaya digunakan autoklaf. Autoklaf adalah alat yang digunakan untuk
mensterilkan berbagai macam alat dan bahan tahan panas menggunakan uap air
panas bertekanan 15 Psi atau sekitar 2 atm dan bersuhu 121oC (2500F).
D. Bangunan
Bangunan terdiri dari :
• Kantor
• Laboratorium
Terdapat 3 laboratorium antara lain : laboratorium kultur plankton,
laboratorium kualitas air, dan laboratorium pensterilan alat-alat. Laboratorium
dilengkapi dengan fasilitas yang cukup lengkap dan berstandar baik.
• Aula
• Kamar atau Dormitori bagi mahasiswa yang melakukan penelitian
• Dapur
• Kolam budidaya Bandeng (Milk Fish)
• Kolam budidaya Kakap (Sea Bass)
• Gudang Pakan
22
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
LAPORAN PKL KULTUR FITOPLANKTON Tetraselmis MOKHAMMAD RIZA N. T.
4.2 Kegiatan di Lokasi Praktek Kerja Lapang
4.2.1 Persiapan Media
Media kultur berupa air laut yang memiliki salinitas 30-35 ppt. Air laut
dialirkan melalui pipa yang membentang dari laut menuju bak tandon di Sriracha
Fisheries Research Station untuk ditampung.
Air laut yang digunakan untuk kultur plankton disaring dengan filter dan
disterilkan dengan larutan klorin 10-20 ppm dan diaerasi selama 24 jam
(Masithah, 2011). Hal ini sama dengan yang dilakukan di Sriracha Research
Station sebelum digunakan untuk kultur, air laut yang ada pada bak tandon
disterilkan terlebih dahulu dengan kaporit atau klorin 20 ppm didiamkan selama
24 jam dan dibiarkan tanpa aerasi. Kemudian setelah proses kaporit atau klorin
selesai, air dialirkan melalui pipa menuju bak aerasi untuk ditambahkan oksigen
selama 24 jam.
Air laut dari bak treatment tidak hanya untuk keperluan kultur plankton
semata, namun juga dipergunakan untuk budidaya clown fish, anemone flower,
terumbu karang dan udang vaname. Pada penggunan air laut sebagai media dalam
kultur plankton, air diambil dari bak aerasi dan diisikan pada botol kultur
1000 ml.
4.2.2 Pemberian Nutrisi
Kultur Tetraselmis sp. diletakkan pada rak dengan menggunakan botol
kultur di dalam ruangan. Hal ini dilakukan agar selama proses pengkulturan dapat
terkontrol dan meminimalisir terhadap kotaminasi mikroorganisme lain. Nutrient
dibagi menjadi makronutrien dan mikronutrien. Nitrat dan fosfat tergolong
23
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
LAPORAN PKL KULTUR FITOPLANKTON Tetraselmis MOKHAMMAD RIZA N. T.
makronutrien yang merupakan pupuk dasar yang mempengaruhi pertumbuhan
fitoplankton. Nitrat adalah sumber nitrogen yang penting bagi fitoplankton baik di
air laut maupun air tawar. Bentuk kombinasi lain dari nitrogen seperti ammonia,
nitrit dan senyawa organic dapat digunakan apabila kekurangan nitrat
(Brahmantara dkk, 2015).
Kultur Tetraselmis sp. yang dilakukan di Sriracha Research Station skala
laboratorium dalam pemberian nutrisi, menambahkan media Conway yang terdiri
dari Makronutrien (NaNO3 = 100 gr, Na2EDTA = 45 gr, H3BO3 = 33,6 gr,
NaH2PO4H2O = 20 ml, FeCl36H2O = 1,3 gr dan MnCl24H2O = 0,36 gr) dan
Vitamin B-komplek (vitamin B1, B6 dan B12). Pemberian dilakukan ketika awal
pertama mengkultur.
Pertama mempersiapkan botol kultur 1000 ml dan diisi dengan air laut
sebanyak 900 ml. Kemudian menambahkan makronutrient 1 ml, Vitamin B-
Komplek 1 ml, fitoplankton Tetraselmis sp. 40 ml dan diisi lagi dengan air laut
hingga mencapai 1000 ml. Kemudian botol kultur ditaruh di dalam rak kultur
dengan pemberian cahaya menggunakan 2 buah lampu neon 40 watt dan diberi
aerasi.
4.2.3 Pengamatan Kualitas Air
Pengamatan kualitas air meliputi suhu dan salinitas. Pengukuran suhu
menggunakan termometer dan pengukuran salinitas menggunakan refraktometer.
Pengamatan dilakukan dua kali sehari selama sembilan hari. Pengamatan kualitas
air dilakukan agar dapat mengetahui kemungkinan adanya pengaruh kualitas air
terhadap pertumbuhan plankton. Data selengkapnya dapat dilihat pada tabel 4.1.
24
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
LAPORAN PKL KULTUR FITOPLANKTON Tetraselmis MOKHAMMAD RIZA N. T.
Tabel 4.1 Kualitas Air Selama Masa Pertumbuhan Tetraselmis sp.
No. Hari Waktu Kualitas Air
Suhu (0C) Salinitas (ppt) 1 1 15.00 25 30 2 2 03.00 24 29 3 2 15.00 25 30 4 3 03.00 24 29 5 3 15.00 25 30 6 4 03.00 24 29 7 4 15.00 25 30 8 5 03.00 24 30 9 5 15.00 25 30 10 6 03.00 24 29 11 6 15.00 25 29 12 7 03.00 24 30 13 7 15.00 24 31 14 8 03.00 24 29 15 8 15.00 25 29 16 9 03.00 24 30
A. Suhu
Dari data hasil Praktek Kerja Lapang dapat dilihat rata-rata suhu berkisar
antara 24-25 0C dan termasuk ideal untuk pertumbuhan plankton. Hal ini sesuai
dengan pendapat Isnansetyo dan Kurniastuty, (1995), bahwa pada kisaran
temperatur yang optimal untuk pertumbuhan fitoplankton adalah berkisar 250C-
280C.
B. Salinitas
Salinitas merupakan konsentrasi garam yang terlarut dalam satuan air.
Pengukuran salinitas menggunakan refraktometer. Hasil pengukuran salinitas
pada media kultur fitoplankton Tetraselmis sp. berkisar 29-31 ppt. Hal ini sesuai
25
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
LAPORAN PKL KULTUR FITOPLANKTON Tetraselmis MOKHAMMAD RIZA N. T.
dengan pernyataan Isnansetyo dan Kurniastuty, (1995), bahwa pada kisaran
salinitas yang optimal untuk pertumbuhan fitoplankton adalah berkisar 15-35 ppt.
4.2.4 Penghitungan Tetraselmis sp.
Setelah dilakukan persiapan dan pelaksanaan kultur maka proses
selanjutnya adalah pengamatan, pengukuran dan pencatatan untuk menunjang
keberhasilan dari kegiatan kultur. Pengamatan, pengukuran dan pencatatan
tersebut meliputi pengamatan parameter biotik seperti kontaminasi makhluk
hidup, pengukuran kualitas air media dan penghitungan fitoplankton yang
dilakukan setiap hari sedangkan abiotik seperti suhu, pH dan salinitas.
Pengambilan sampel untuk analisa dilakukan setiap hari selama sembilan
hari. Metode yang digunakan dalam perhitungan Tetraselmis sp. adalah dengan
metode penghitungan small block menggunakan Haemocytometer. Penghitungan
sel pada kotak bujur sangkar mempunyai sisi 1 mm mulai dari sisi kiri kotak ke
arah kanan kotak dan menghitung sel yang berada di dalam garis atau mendekati
garis batas bagian dalam kotak. Penghitungan kepadatan fitoplankton (sel/ml)
dengan menggunakan persamaan (2) penghitungan small block sebagai berikut
(Satyantini dkk., 2012) :
26
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
LAPORAN PKL KULTUR FITOPLANKTON Tetraselmis MOKHAMMAD RIZA N. T.
Kepadatan fitoplankton (sel/ml) = nA + nB + nC + nD + nE . . . . . . (2) 5 x 4 x 10-6
Keterangan : nA, nB, nC, nD : Jumlah sel fitoplankton pada blok A, B, C, D dan E 5 : Jumlah blok yang dihitung 4 x 10-6 : Luas kotak kecil (A, B, C, D dan E)
Penghitungan dengan cara ini dilakukan karena sesuai dengan ukuran sel
Tetraselmis sp. Sebelum melakukan penghitungan yang perlu diperhatikan adalah
metode pengambilan sampel. Pengambilan sampel harus bisa homogen sehingga
kepadatan populasi plankton dapat diketahui secara benar.
Gambar 4.2 Penampang Haemocytometer (Satyantini dkk., 2012)
Hasil Pengamatan kepadatan Tetraselmis sp. selama Praktek Kerja Lapang
dapat dilihat pada Tabel 4.2 dan pola pertumbuhan Tetraselmis sp. pada Gambar
4.3.
27
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
LAPORAN PKL KULTUR FITOPLANKTON Tetraselmis MOKHAMMAD RIZA N. T.
Tabel 4.2 Kepadatan Populasi Kultur Tetraselmis sp.
No. Hari Waktu Kepadatan (sel/ml) 1 1 15.00 13 x 107
2 2 03.00 13,8 x 107 3 2 15.00 14 x 107 4 3 03.00 14,7 x 107 5 3 15.00 15,5 x 107 6 4 03.00 17,2 x 107 7 4 15.00 20,6 x 107 8 5 03.00 23 x 107 9 5 15.00 25,7 x 107 10 6 03.00 28,2 x 107 11 6 15.00 27 x 107 12 7 03.00 24,4 x 107 13 7 15.00 23,2 x 107 14 8 03.00 23,7 x 107 15 8 15.00 21,6 x 107 16 9 03.00 20,5 x 107
Gambar 4.3 Grafik Pertumbuhan Tetraselmis sp.
Pada hasil pengamatan dapat dilihat bahwa pada hari pertama jam 03.00
am, kepadatan Tetraselmis sp. masih sangat rendah yaitu sebanyak 13 x 107
0
5
10
15
20
25
30
1pukul
3pm
2pukul
3am
2pukul
3pm
3pukul
3am
3pukul
3pm
4pukul
3am
4pukul
3pm
5pukul
3am
5pukul
3pm
6pukul
3am
6pukul
3pm
7pukul
3am
7pukul
3pm
8pukul
3am
8pukul
3pm
9pukul
3am
X 10
7Se
l / m
l
Hari Ke
Tetraselmis sp.
28
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
LAPORAN PKL KULTUR FITOPLANKTON Tetraselmis MOKHAMMAD RIZA N. T.
sel/ml. Fase ini dinamakan fase lag (istirahat). Hal ini sesuai dengan pendapat
Armanda, (2013), bahwa pada fase tersebut populasi tidak mengalami perubahan,
tetapi ukuran sel pada fase ini meningkat. Fotosintesis masih aktif berlangsung
dan organisme mengalami metabolisme tetapi belum terjadi pembelahan sel
sehingga kepadatannya belum meningkat.
Kepadatan mulai meningkat dari hari ke-2 jam 03.00 am sebanyak 13,8 x
107 sel/ml hingga mencapai puncak pada hari ke-6 jam 03.00 am, yaitu dengan
kepadatan 28,2 x 107 sel/ml. Fase ini dinamakan fase logaritmik (pertumbuhan
eksponensial). Hal ini sesuai dengan pendapat Armanda, (2013), bahwa pada fase
ini fitoplankton mulai mengalami pembelahan sel dengan laju pertumbuhan yang
terus meningkat secara signifikan.
Pada hari ke-8 jam 15.00 pm kepadatan mencapai 21,6 x 107 sel/ml,
sedangkan pada hari ke-7 jam 15.00 pm kepadatan mencapai 23,2 x 107 sel/ml,
dan hari ke-8 jam 03.00 pm mencapai 23,7 x 107 sel/ml. Hal ini dimungkinkan
karena keadaan cuaca maupun musim yang tidak menentu, dimana pada hari ke-7
jam 15.00 pm cuaca cerah dan suhu normal pada hari ke-8 jam 03.00 am suhu
turun dan sedikit mendung, dan pada hari ke-8 jam 15.00 pm cuaca normal
kembali sehingga menyebabkan pertumbuhan kurang maksimal karena terjadinya
fluktuasi suhu.
Armanda, (2013), mengemukakan bahwa, fase stasioner merupakan saat
yang tepat dilakukan pemberian nutrisi sehingga pertumbuhan relatif normal
kembali. Setelah hari ke-8 jam 03.00 am kepadatan mengalami penurunan hingga
pada hari ke-9 jam 03.00 am yang mencapai kepadatan 20,5 x 107 sel/ml. Fase ini
29
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
LAPORAN PKL KULTUR FITOPLANKTON Tetraselmis MOKHAMMAD RIZA N. T.
disebut fase kematian, karena pada fase ini terjadi penurunan jumlah/kepadatan
plankton.
Armanda, (2013), berpendapat bahwa pertumbuhan plankton pada saat
budidaya secara visual dapat ditandai dengan perubahan warna dari awalnya
bening menjadi hijau muda dan berubah lagi menjadi hijau/hijau tua. Perubahan
ini disertai dengan menurunnya transparansi. Hal ini merupakan indikasi dari
adanya peningkatan sel yang secara langsung akan berpengaruh terhadap tingkat
kepadatan.
4.2.5 Hambatan dan Penanggulangan
Banyak faktor-faktor yang menghambat dan dapat menimbulkan
kegagalan dalam kegiatan kultur, diantaranya yaitu kontaminasi media kultur dari
ruangan laboratorium, baik dari tangan manusia maupun dari dalam ruangan
seperti kotoran debu, peralatan dan keringat.
Salah satu kendala yang sering dihadapi pada saat kultur Tetraselmis sp.
skala laboratorium selama PKL adalah terjadinya kontaminasi akibat peralatan
yang tidak steril. Hal ini dapat terjadi karena adanya kelalaian dari manusia.
Untuk mengatasi hal ini pada kultur selanjutnya hendaknya peralatan yang akan
digunakan harus benar-benar dalam keadaan bersih atau dicuci dulu sebelum
digunakan.
30
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
LAPORAN PKL KULTUR FITOPLANKTON Tetraselmis MOKHAMMAD RIZA N. T.
4.2.6 Kemungkinan Pengembangan Usaha
Sriracha Fisheries Research Station memiliki berbagai macam alat yang
cukup memadai dan lengkap, sehingga sangat mendukung adanya kultur
Tetraselmis sp. skala laboratorium dan skala massal yang lebih intensif. Hal ini
bertujuan agar kultur Tetraselmis sp. yang dihasilkan memiliki kualitas lebih baik
sehingga dapat membantu ketersediaan pakan alami.
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
LAPORAN PKL KULTUR FITOPLANKTON Tetraselmis MOKHAMMAD RIZA N. T.
V SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Simpulan dari hasil praktek kerja lapang (PKL) tentang Kultur
Fitoplankton Tetraselmis sp. Skala Laboratorium Sebagai Pakan Rotifer
(Brachionus sp.) di Sriracha Fishery Research Station, Chonburi, Thailand adalah
sebagai berikut :
1. Kultur Fitoplankton Tetraselmis sp. Skala Laboratorium Sebagai Pakan
Rotifer (Brachionus sp.) di Sriracha Fishery Research Station, Chonburi, Thailand
meliputi persiapan media, pemberian nutrisi, pengamatan kualitas air,
penghitungan Tetraselmis sp.
2. Hambatan yang tedapat dalam Kultur Fitoplankton Tetraselmis sp. Skala
Laboratorium Sebagai Pakan Rotifer (Brachionus sp.) di Sriracha Fishery
Research Station, Chonburi, Thailand adalah terjadinya kontaminasi pada media
kultur dan peralatan sehingga dapat menganggu pertumbuhan maupun
perkembangan plankton yang dikultur.
5.2 Saran
Berdasarkan beberapa hambatan yang ditemui selama Praktek Kerja
Lapang, Sebaiknya peralatan yang akan digunakan harus benar-benar dalam
keadaan bersih atau dicuci dulu sebelum digunakan dan pada saat memasuki
laboratotium mengenakan jas laboratorium.
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
LAPORAN PKL KULTUR FITOPLANKTON Tetraselmis MOKHAMMAD RIZA N. T.
DAFTAR PUSTAKA
Armanda D. T. 2013. Pertumbuhan Kultur Mikroalga Diatom Skeletonema costatum (Greville) Cleve Isolat Jepara Pada Medium f/2 dan Medium Conway. Bioma. Volume 2.
Brahmantara I. B. G., A. A. M. D. Anggreni dan I. B. W. Gunawan. 2015. Pengaruh Konsentrasi Penambahan Sodium Nitrat dan Fosfat Pada Media Guillard Terhadap Konsntrasi Biomassa Mikroalga Nannochloropsis sp. Hal 73-81.
Bunthawin, S., R. J. Ritchie and P. Wanichapichart. 2011. Dielectrophoresis Of Tetraselmis sp., A Unicellular Green Alga, In Travelling Electric Fields Analyzed Using The RC Model For A Spheroid. Songklanakarin J. Sci. Technol. Hal 585-597.
Creswell, L. 2010. Phytoplankton Culture For Aquaculture Feed. SRAC Publication. Hal 1-16.
Kaligis E. Y. 2015. Kualitas Air Dan Pertumbuhan Populasi Rotifer Brachionus rotundiformis Strain Tumpaan Pada Pakan Berbeda. Jurnal LPPM Bidang Sains dan Teknologi. Volume 2. Nomor 2.
Isnansetyo, A. dan Kurniastuty. 1995. Teknik Kultur Phytoplankton dan Zooplankton. Kanisius. Yogjakarta. Hal 13-97.
Lahope H. B., S. Wullur, J. Rimper, H. Pangkey dan IFM. Rumengan. 2013. Minute Rotiffer Dari Perairan Estuari Sulawesi Utara dan Potensinya Sebagai Pakan Larva Ikan. Jurnal Perikanan dan Kelautan Tropis. Volume 9.
Maryam, S., G. Diansyah. dan Isnaini. 2015. Pengaruh Pemberian Pakan Fitoplankton (Tetraselmis sp., Porphyridium sp. dan Chaetoceros sp.) Terhadap Laju Pertumbuhan Zooplankton Diaphanosoma sp. Pada Skala Laboratorium. Maspari Journal. Volume 2. Hal 41-50.
Masithah E. D., N. Ariesma dan Y. Cahyoko. 2011. Pengaruh Pemberian Bakteri Bacillus pumillus Pada Rumen Sapi Sebagai Pupuk Terhadap Pertumbuhan Dunaliela salina. Jurnal KELAUTAN. Volume 4.
Matakupan, J. 2009. Studi Kepadatan Tetraselmis Chuii Yang Dikultur Pada Intensitas Cahaya Yang Berbeda. Jurnal TRITON. Volume 5. Hal 31-35.
33
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
LAPORAN PKL KULTUR FITOPLANKTON Tetraselmis MOKHAMMAD RIZA N. T.
Melianawati, R., A. Hanafi dan M. Suastika. 2009. Pengaruh Perbedaan Jenis Pakan Terhadap Pertumbuhan Populasi Brachionus plicatilis. Jurnal Perikanan. Hal 118-123.
Pranata, A. 2009. Laju Pertumbuhan Populasi Rotifera (Brachionus plicatilis) Pada Media Kombinasi Kotoran Ayam, Pupuk Ures dan Pupuk TSP Serta Penambahan Beberaapa Variasi Ragi Roti. Skripsi. Departemen Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara Medan. Hal 1-28.
Pujiono, A. E. 2013. Pertumbuhan Tetraselmis Chuii Pada Medium Air Laut Dengan Intensitas Cahaya, Lama Penyinaran dan Jumlah Inokulan Yang Berbeda Pada Skala Laboratorium. SKRIPSI. Hal 4-31.
Rimper, J. R. T. S. L. 2008. Bioteknologi dan Deteksi Senyawa Bioaktif Rotifera Brachionus spp. Dari Perairan Pantai dan Estuari Sulawesi Utara. SKRIPSI. Hal 7-8.
Ru’yatin, I. S. Rohyani dan L. Ali. 2015. Pertumbuhan Tetraselmis dan Nannochloropsis Pada Skala Laboratorium. PROS SEM NAS MASY BIODIV INDON. Volume 1. Hal 296-299.
Sani, R. N., F. C. Nisa, R. D. Andriani dan J. M. Maligan. 2014. Analisis Rendemen dan Skrining Fitokimia Ekstrak Etanol Mikroalga Laut Tetraselmis Chuii. Jurnal Pangan dan Agroindustri. Volume 2. Hal 121-126.
Sari, I. P. Dan A. Manan. 2012. Pola Pertumbuhan Nannochloropsis Oculata Pada Kultur Skala Laboratorium, Intermediet, dan Massal. Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan. Volume 4. Hal 123-127.
Satyantini W. H., E. D. Masithah, M. A. Alamsjah, Prayogo dan S. Andriyono. 2012. Buku Penuntun Praktikum Budidaya Pakan Alami. Fakultas Perikanan dan Kelautan. Universitas Airlangga. Hal 49-50.
Segers Hendrik. 2008. Global Diversity of Rotifers (Rotifera) in Freshwater. Hydrobiologia. Hal 49-59.
Suminto. 2008. Penggunaan Pengkayaan Pakan Alami Dengan Ekstrak Telur Cumi-Cumi (Loligo sp.) Terhadap Kuantitas Dan Kualitas Rotifer Brachionus Plicatilis O.F. Muller. Jurnal Saintek Perikanan. Volume 3. Hal 64 – 73.
34
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
LAPORAN PKL KULTUR FITOPLANKTON Tetraselmis MOKHAMMAD RIZA N. T.
Supriyantini, E., Ambariyanto dan I. Widodo. 2007. Pengaruh Pemberian Pakan Alami Tetraselmis Chuii dan Skeletonema Costatum Terhadap Kandungan Asam Lemak Omega 6 (Asam Arakhidonat) Pada Kerang Totok Polymesoda Erosa. Jurnal Pasir Laut. Volume 3. Hal 26-60.
Utami, N. P. dan K. Haetami. 2012. Pertumbuhan Tetraselmis Chuii Pada Medium Air Laut Dengan Intensitas Cahaya, Lama Penyinaran dan Jumlah Inokulan Yang Berbeda Pada Skala Laboratorium. Jurnal Perikanan dan Kelautan. Volume 3. Hal 237-244.
Widjaja, F. 2004. Pendayagunaan Rotifera yang Diberi Pakan Alami Berbagai Jenis Mikroalgae. Jurnal Ilmu-Ilmu Perairan dan Perikanan Indonesia. Hal 23-27.
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
LAPORAN PKL KULTUR FITOPLANKTON Tetraselmis MOKHAMMAD RIZA N. T.
LAMPIRAN
Lampiran 1. Peta lokasi Praktek Kerja Lapang di Sriracha Fisheries Reasearch Station, Provinsi Chonburi dan Samutsongkhram Fisheries Reasearch Station, Provinsi Samutsongkhram, Thailand.
Sumber: google maps.com (2016)
Lokasi Samutsongkhram Fisheries Research Station di Provinsi Samutsongkhram, Thailand
Sumber: google maps.com (2016)
36
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
LAPORAN PKL KULTUR FITOPLANKTON Tetraselmis MOKHAMMAD RIZA N. T.
Lampiran 2. Denah Lokasi Sriracha Fisheries Reasearch Station dan Samutsongkhram Fisheries Reasearch Station.
Kantor Sriracha Fisheries Reasearch Station Kultur Plankton Tetraselmis sp.
(Sumber: Digital globe, 2016. http:/ maps.google.com diakses: 21/04/2016)
Pembesaran Ikan Kakap Putih
Kantor Samutsongkhram Fisheries Reasearch Station
(Sumber: Digital globe, 2016. http:/ maps.google.com diakses: 21/04/2016)
37
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
LAPORAN PKL KULTUR FITOPLANKTON Tetraselmis MOKHAMMAD RIZA N. T.
Lampiran 3. Foto Dokumentasi Sriracha dan Samutsongkhram
Sriracha Fisheries Research Station
Sriracha Dapur
Tempat Tidur Laboratorium Plankton
Tempat Ibadah Kantor Utama
38
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
LAPORAN PKL KULTUR FITOPLANKTON Tetraselmis MOKHAMMAD RIZA N. T.
Bak Tandon Inlet
Laboratorium Pengamatan Mikroorganime Outlet
Laboratorium Kualitas Aula Pertemuan
39
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
LAPORAN PKL KULTUR FITOPLANKTON Tetraselmis MOKHAMMAD RIZA N. T.
Samutsongkhram Fisheries Research Station
Samutsongkhram Kantor Utama
Aula Asrama
Kolam Budidaya Ikan Kakap Gudang Penyimpanan Pakan
40
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
LAPORAN PKL KULTUR FITOPLANKTON Tetraselmis MOKHAMMAD RIZA N. T.
Tempat Tidur Laboratorium Plankton
Laboratorium Kualitas Air Laboratorium Nutrisi
41
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
LAPORAN PKL KULTUR FITOPLANKTON Tetraselmis MOKHAMMAD RIZA N. T.
Lampiran 4. Peralatan Kultur Plankton Tetraselmis sp.
Botol Kultur Mikroskop
Sedgewick Rafter Counting Cell Haemocytometer
Pipet Tetes Objek Glass
42
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
LAPORAN PKL KULTUR FITOPLANKTON Tetraselmis MOKHAMMAD RIZA N. T.
Cover Glass Refraktometer
Rak Kultur Lampu Neon 40 Watt
Botol Erlenmeyer Autoklaf
43
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
LAPORAN PKL KULTUR FITOPLANKTON Tetraselmis MOKHAMMAD RIZA N. T.
Selang Aerasi Aerator
44
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
LAPORAN PKL KULTUR FITOPLANKTON Tetraselmis MOKHAMMAD RIZA N. T.
Lampiran 5. Bahan Kultur Plankton Tetraselmis sp.
Makronutrien Vitamin B-Komplek
Air Laut Plankton Tetraselmis sp.