kti kel 4 ham
DESCRIPTION
hak asasi manusiaTRANSCRIPT
KARYA TULIS ILMIAH
KELOMPOK 5
“HAK ASASI MAUSIA DAN RULE OF LAW”
Oleh:
Alvin Ali Rizky (152410101079)
Ahmad Feril Kholifur R. (152410101123)
Maradita Ningtyas (152410101172)
Galuh Paramita (150210103007)
UPT BSMKU
KWN Kelas 34
UNIVERSITAS JEMBER
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala
limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada tim penulis sehingga dapat menyelesaikan
karya tulis ilmiah ini yang berjudul: “HAK ASASI MANUSIA ( HAM ) DAN RULE
OF LAW” Penulis menyadari bahwa didalam pembuatan karya tulis ilmiah ini berkat
bantuan dan tuntunan Tuhan Yang Maha Esa dan tidak lepas dari bantuan berbagai pihak
untuk itu dalam kesempatan ini penulis menghaturkan rasa hormat dan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada semua pihak yang membantu dalam pembuatan makalah ini.
Tim penulis menyadari bahwa dalam proses penulisan karya tulis ilmiah ini masih
dari jauh dari kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya. Namun demikian,
tim penulis telah berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki
sehingga dapat selesai dengan baik dan oleh karenanya, tim penulis dengan rendah hati
dan dengan tangan terbuka menerima masukan,saran dan usul guna penyempurnaan
karya tulis ilmiah ini.
Akhirnya tim penulis berharap semoga karya tulis ilmiah ini dapat bermanfaat
bagi seluruh pembaca.
Jember, 20 Maret 2016
P e n u l i s
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ……………………………………………………………………..
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………….
BAB I PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG ……………………………………………………………..
1.2 IDENTIFIKASI
MASALAH……………………………………………………….
1.3 BATASAN MASALAH……………………………………………………………
1.4 TUJUAN PENULISAN……………………………………………………………
BAB II PEMBAHASAN
2.1 HAK ASASI MANUSIA DAN RULE OF LAW………………………………….
2.2 KONSEP DASAR HAK ASASI MANUSIA ( HAM ) DAN LATAR
BELAKANG RULE OF LAW…………………………………………………….
2.3 PERKEMBANGAN PEMIKIRAN HAM DAN FUNGSI RULE OF LAW……..
2.4 PERMASALAHAN DAN PENEGAKAN HAM DI INDONESIA……………….
2.5 DINAMIKA PELAKSANAAN RULE OF LAW………………………………….
BAB III PENUTUP
3.1 KESIMPULAN…………………………………………………………………….
3.2 SARAN-SARAN…………………………………………………………………..
DAFTAR PUSTAKA
ii
i
ii
1
2
2
2
3
5
7
13
14
16
17
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hak merupakan unsur normatif yang melekat pada diri setiap manusia yang
dalam penerapannya berada pada ruang lingkup hak persamaan dan hak
kebebasan yang terkait dengan interaksinya antara individu atau dengan instansi.
Hak juga merupakan sesuatu yang harus diperoleh. Masalah HAM adalah sesuatu
hal yang sering kali dibicarakan dan dibahas terutama dalam era reformasi ini.
HAM lebih dijunjung tinggi dan lebih diperhatikan dalam era reformasi dari pada
era sebelum reformasi. Perlu diingat bahwa dalam hal pemenuhan hak, kita hidup
tidak sendiri dan kita hidup bersosialisasi dengan orang
Dalam kehidupan sehari-hari hokum tidak lepas dari kita, mulai dari nilai,
tatakrama, norma hingga hokum perundang-undangan dalam peradilan.
Sayangnya hokum di Negara kita masi kurang dalam penegakannya, terutama
dikalangan pejabat bila dibandingkan dengan yang ada pada golongan menengah
ke bawah. Kenapa bisa begitu, karena hukum dinegara kita bisa dibeli dengan
uang
1
1.2 Identifikasi Masalah
1. Apakah pengertian HAM dan rule of law
2. Bagaimana Konsep Dasar Hak Asasi Manusia ( HAM ) dan
Latar belakang Rule of law
3. Sejauh Mana Perkembangan Pemikiran HAM serta fungsi
rule of law
4. Bagaimana Permasalahan dan Penegakan HAM di
Indonesia
5. Bagaimana kah dinamika Pelaksanaan Rule Of Law
1.3 Batasan Masalah
Agar masalah pembahasan tidak terlalu luas dan lebih terfokus pada masalah
dan tujuan dalam hal ini pembuatan makalah ini, maka dengan ini penyusun
membatasi masalah hanya pada ruang lingkup HAM.
1.4 Tujuan Penulisan
1. Mengetahui sudah sejauh mana proses penegakan hukum tentang HAM
2. Dapat mengetahui apakah semua orang sudah mendapatkan kebebasan
HAM
3. Dapat mengetahui sejarah perkembangan HAM dari waktu ke waktu
2
4. Dapat mengetahui peran pentingmnya Rule Of Law dalam pembatasan
kekuasaan pemerintah
5. Dapat mengetahui proses terbentuknya Rule Of law dalam penegakan
hukum Negara
BAB II
PEMBHASAN
2.1 Hak Asasi Manusia dan Rule Of Law
Berbagai kasus Hak Asasi Manusia ( HAM ) di Republik yang telah 65
tahun merdeka ini ternyata masih marak di depan mata. Kasus Trisakti tahun 1998
yang belum tuntas hingga kini, kasus Lumpur lapindo yang menyengsaran ribuan
rakyar tak berdosa masi berlarut-larut, penyerobotan lahan warga oleh aparat
militer, perilaku brutal oleh aparat kepolisian yang memasuki kampus UNAS
tahun 2008, dan sederetan kasus lainnya, menandakan masih sangat buruknya
penegakan HAM di Indonsesia.
Iklim penegakan HAM dan Rule Of Law di indinesia setidaknya semakin
baik dalam 10 tahun terakhir ( era reformasi ). Yang harus diingat bahwa
penegakan HAM dan Rule Of Law akan menjadi “PR” bagi setiap pemerintahan
yang berkuasa.
3
Hak Asasi Manusia ( HAM ) dan permasalahanya merupaka topik tertua
dan actual, yang selalu ada disetiap peradaban manusia. Penegakan HAM masih
terkendala dengan kesadaran dan kesungguhan para penguasa serta pemahaman
warga Negara akan hakikat HAM diberbagai Negara di dunia termasuk di
Indonesia.
Untuk mengawal penegkan HAM di Indonesia, diperlukan pertuisipasi
masyarakat, baik secara pribadi maupun secara institusi seperti Lembaga Swadaya
Masyarakat ( LSM ), Lembaga Pendidikan, Media dan Pers, dan lembaga-
lembaga lainnya. Hal ini dirasakan sangat efektif dalam membangun opini secara
meluas akan pelanggaran HAM yang terjadi disekitar kita. Transparasi dan
perjuangan tanpa henti dalam menegakan HAM sepatutnya menjadi budaya
bangsa.
a. Pengertian HAM
Hak Asasi Manusia (HAM) adalah seperangkat hak yang melekat pada
hakikat dan keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Kuasa dan
merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi
oleh negara, hukum, Pemerintah dan setiap orang, demi kehormatan serta
perlindungan harkat dan martabat manusia (Pasal 1 angka 1 UU No. 39 Tahun
1999 tentang HAM dan UU No. 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan HAM).
b. Pengertia Rule Of Law
4
Rule Of Law adalah sebuah konsep hokum yang sesungguhnya lahir dari
sebuah bentuk protes terhadap sebuah kekuasaan yang absolute disebuah
Negara. Dalam rangka membatasi kekuasaan yang absolute tersebut maka
diperlukan pembatasan-pembatasan terhadap kekuasaan itu, sehingga
kekuasaan tersebut ditata agar tidak melanggar kepentingan Asasi dari
masyarakat, dengan demikian masyarakat terhindar dari tindakan-tindakan
melawan hokum yang dilakukan oleh penguasa.
2.2 Konsep dasar Hak Asasi Manusia ( HAM ) dan latar belakang Rule Of Law
Konsep dasar Hak Asasi Manusia ( HAM )
Konsep Hak Asasi Manusia ( HAM ) dapat diuraikan dengan pendekatan
bahasa ( etimologi ) maupun pendekatan istilah. Secara etimologi, kata “ hak “
merupakan unsur normative yang berfingsi sebagai pedoman perilaku,
melindungi kebebasan, kekebalan serta menjamin adanya peluang bagi
manusia dalam menjaga harkat dan martabatnya. Sedangkan kata “ asasi “
berarti yang bersifat paling mendasar yang dimiliki oleh manusia sebagai
fitrah, sehingga tak satupun makhluk dapat mengintervensinya apalagi
mencabutnya.
Menurut John Locke; hak-hak asasi manusia adalah hak-hak yang
diberikan langsung oleh Tuhan sebagai hak yang kodrati, yang terperinci :
Hak hidup ( the right of life )
Hak kemerdekaan ( right to liberty )
5
Hak memiliki ( right to property )
Hak asasi manusia pada dasarnya bersifat umum atau universal, karena
diyakini bahwa beberapa hak yang dimiliki manusia tidak memandang
bangsa, ras atau jenis kelamin. Hak asasi manusia juga bersifat supralegal,
artinya tidak tergantung pada Negara atau undang-undang dasar, dan
kekuasaan pemerintah. Bahkan HAM memiliki kewenangan lebih tinggi
karena berasal dari sumber yang lebih tinggi, yaitu Tuhan. Di Indonesia
tercantum dalam UU No. 39 / 1999 tentang Hak asai manusia.
Latar belakang Rule Of Law
Rule of law adalah suatu doktrin hukum yang mulai muncul pada abad ke-
19, bersamaan dengan kelahiran Negara konstitusi dan demokrasi. Ia lahir
dengan sejalan tumbuh suburnya demokrasi dan meningkatnya peran
parlemen dalam penyelenggaraan Negara dan sebagai reaksi terhadap Negara
absolute yang berkembang sebelumnya. Rule of law adalah konsep tentang
common law yaitu seluruh aspek Negara menjunjung tinggi supremasi hukum
yang dibangun diatas prinsip keadilan dan egalitarian.
Latar belakang kelahiran rule of law
Diawali dengan adanya gagasan untuk melakukan pembatasan
kekuasaan pemerintahan Negara
Sarana yang dipilih untuk maksud tersebut yaitu demokrasi dan
konstitusi
6
Perumusan yuridis dan demokrasi konstitusional adalah konsepsi
Negara hukum
Di Indonesia, inti dari rule of law adalah jaminan adanya keadilan bagi
masyarakatnya. Khususnya keadilan social. Pembukaan UUD 1945 memuat
prinsip-prinsip rule of law, yang pada hakikatnya merupakan jaminan secara
formal terhadap “ rasa keadilan “ bagi rakyat Indonesia.
2.3 Perkembangan pemikiran HAM dan Fungsi Rule Of Law
Perkembanga Pemikiran HAM dunia
Setiap manusia yang ada diseluruh dunia memiliki derajat dan martabat yang
sama. Dalam kaitan hak asasi, maka ada hal yang sangat wajar, rasional, serta
perlu mendapat dukungan yang nyata bagi setiap manusia yang berpikir dan
berjuang untu memperoleh hak asasinya dimana pun dia berada.
Perkembangan pemikiran HAM dunia bermula dari :
Magna charta
Pada umumnya para pakar di Eropa berpendapat bahwa lahirnya HAM
dikawasan Eropa dimulai dengan lahirnya Magna Charta yang antara lain
memuat pandangan bahwa raja yang tadinya memiliki kekuasaan absolute,
menjadi dibatasi kekuasaannya dan mulai dapat diminta pertanggung
jawabannya dimuka hukum.
7
The American Declaration
Perkembangan HAM selanjutnya ditndai dengan munculnya The
American Declaration of Independence yang lahir dari paham Rousseau
dan Montesquuieu. Mulailah dipertegas bahwa manusia adalah merdeka
sejak di dalam perut ibunya, sehingga tidaklah logis bila sesudah lahir ia
harus dibelenggu.
The French Declaration
Pada tahun 1789 lahirlah The French Declaration (deklarasi prancis),
dimana ketentuan tentang hak lebih dirinci lagi sebagaimana dimuat dalam
the rule of law yang antara lain berbunyi tidak boleh ada penangkapan
tanpa alasan yang sah. Dalam kaitan itu berlaku prinsip presumption of
innocent, artinya orang-orang yang ditangkap, kemudian ditahan dan
dituduh, berhak dinyatakan tidak bersalah, sampai ada keputusan
pengadilan yang berkekuatan hukum tetap yang menyatakan ia bersalah.
The Four Freedom
Ada empat hak kebebasan berbicara dan menyatakan pendapat, hak
kebebasan hak memeluk agama dan beribadah sesuai dengan ajaran agama
yang diperlukannya, hak kebebasan dari kemiskinan dalam pengertian
setiap bangsa berusaha mencapai tingkat kehidupan yang damai dan
sejahtera bagi penduduknya, hak kebebasan dari ketakutan, yang meliputi
usaha, pengurangan persenjataan, sehingga tidak satupun bangsa berada
dalam posisi berkeinginan untuk melakukan serangan terhadap Negara
lain.
8
Perkembangan pemikiran HAM di Indonesia
Perkembangan pemikiran HAM di Indonesia dibagi dalam dua priode.
Periode sebelum kemerdekaan
Perkembangan pemikiran HAM dalam periode ini dapat dijumpai
dalam organisasi pergerakan sebagai berikut:
Budi Oetomo, pemikiranya, “ hak kebebasan berserikat dan
mengeluarkan pendapat “.
Perhimpunan Indonesia, pemikirannya, “ hak untuk menentukan
nasib sendiri “.
Serekat islam, pemikirannya, “ hak penghidupan yang layak dan
bebas dari penindasan dan diskriminasi rasial “.
Partai Komunis Indonesia, pemikirannya, “ hak sosial dan
berkaitan dengan alat-alat produksi “.
Indische Party, pemikirannya, “ hak untuk mendapatkan
kemerdekaan dan perlakuan yang sama “.
Partai Nasional Indonesia, pemikirannya, “ hak untuk memperoleh
kemerdekaan “.
Organisasi Pendidikan Indonesia, pemikiranya meliputi :
1. Hak untuk menentukan nasib sendiri,
2. Hak untuk mengeluarkan pendapat,
3. Hak untuk berserikat dan berkumpul,
4. Hak persamaan di muka hukum,
5. Hak untuk turur dalam penyelenggaraan Negara.
9
Periode sesudah kemerdekaan
a. Periode 1945-1950
Pemikiran HAM pada periode ini menekankan pada hak-hak mengenai
Hak untuk merdeka
Hak kebebasan untuk
berserikat melalui organisasi politik yang didirikan
Hak kebebasan untuk
menyampaikan pendapat terutama diparlemen
b. Periode 1950-1959
Implementasi pemikiran HAM pada periode ini lebih memberi ruang
hidup bagi tumbuhnya lembaga demokrasi yang antara lain:
Parpol dengan berbagai
ideologinya
Kebebasan pers yang bersifat
liberal
Pemilu dengan system
multipartai
Parlemen sebagai lembaga
kontrol pemerintah
Wacana pemikiran HAM
yang kondusif karena pemerintah memberi kebebasan
c. Periode 1959-1966
10
Pada periode ini pemikiran HAM tidak mendapat ruang kebebasan
dari pemerintah atau denga kata lain pemerintah melakukan
pemasungan HAM, yaitu hak sipil, seperti hak untuk berserikat,
berkumpul, dan mengeluarkan pikiran dengan tulisan. Hal ini
disebabkan karena periode ini sistem pemerintahan parlementer
berubah menjadi sistem demokrasi terpimpin.
d. Periode 1966-1998
Dalam periode ini, pemikiran HAM dapat dilihat dalam tiga kurun
waktu yang berbeda.
Pertama, tahun 1967 ( awal pemerintahan presiden soeharto ),
berusaha melindungi kebebasan dasar manusia yang ditandai dengan
adanya hak uji materiil yang diberikan kepada Mahkamah Agung.
Kedua, kurun waktu 1960-1970, pemerintah melakukan pemasungan
HAM dengan sifat defensif (bertahan), represif (kekerasan) yang
dicerminkan dengan produk hukum yang bersifat restriktif
(membatasi) terhadap HAM. Alasan pemerintah adalah bahwa HAM
adalah produk pemikiran berat dan tidak sesuai dengan nilai-nilai
luhur budaya bangsa yang tercermin dalam pancasila.
Ketiga, kurun waktu tahu 1990-an, pemikiran HAM tidak lagi hanya
bersifat wacana saja melainkan sudah dibentuk lembaga penegakan
HAM, seperti Komnas HAM berdasarkan Keppres No. 50 tahun 1993,
tanggal 7 Juni 1993. Selain itu, pemerintah memberikan kebebasan
11
yang sangat besar menurut UUD 1945 amandemen, piagam PBB, dan
piagam mukadimah.
e. peride 1998-sekarang
pada periode ini, HAM mendapat perhatian yang resmi dari
pemerintah dengan melakukan amandemen UUD 1945 guna menjamin
HAM dan menetapakan Undang-Undang No. 39 tahun 1999 tentang
hak asasi manusia. Artinya, pemerintah memberi perlindungan yang
signifikan terhadap kebebasan HAM dalam semua aspek, yaitu aspek
politik, social, ekonomi, budaya, keamanan, hukum dan pemerintahan.
Fungsi Rule
Of Law
Fungsi rule of law pada hakikatnya merupakan jaminan secara formal terhadap “
rasa keadilan “ bagi rakyat Indonesia dan juga “keadilan sosial”, sehingga diatur
pada pembukaan UUD 1945, bersifat tetap dan instruktif bagi penyelenggaraan
Negara. Dengan demikian, inti dati rule of law adalah jaminan adanya keadilan
bagi masyarakat, terutama keadilan sosial.
Penjabaran prinsip-prinsip rule of law secara formal termuat di dalam pasal-pasal
UUD 1945, yaitu :
1. Negara Indonesia adalah Negara hukum (pasal 1 ayat 3)
12
2. Kekuasaan kehakiman merupakan kekuasaan yang merdeka untuk
menyelenggarakan peradilan guna menegakan hukum dan kadilan (pasal 24
ayat 1)
3. Segenap warga Negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan
pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan
tidak ada kecualinya ( pasal 27 ayat 1)
4. Dalam bab X A tentang Hak Asasi Manusia, memuat 10 pasal, antara lain
bahwa setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan
kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama di dipen hukum ( pasal
28D ayat 1 )
5. Setiap orang berhak untuk bekerja serta mendapat imbalan dan perlakuan
yang adil dan layak dalam hubungan kerja (pasal 28D ayat 2).
2.4 Permasalahan dan Penegakan HAM di Indonesia
Perlindungan HAM di Indonesia harus didasarkan pada prinsip bahwa
hak-hak sipil, politik, ekonomi, sosial budaya, dan hak pembangunan, merupakan
satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan baik dalam penerapan, pemantauan,
maupun pelaksanaanya. Hal ini sesuai dengan isi piagam PBB yaitu pasal 1 ayat
3, pasal 55 dan 56 yang berisi bahwa upaya pemajuan dan perlindungan HAM
harus dilakukan melalui suatu konsep kerja sama internasional yang berdasarkan
pada prinsip saling menghormati, kesederajatan, dan hubungan antar Negara serta
hukum internasional yang berlaku.
13
Sesuai dengan amanat konstitusi, hak asasi manusia di Indonesia
didasarkan pada konstitusi NKRI, yaitu :
1. Pembukaan UUD 1945 ( alinea 1 )
2. Pancasila sila keempat
3. Batang tubuh UUD 1945 ( pasal 27, 29, dan 30 )
4. UU No. 39/1999 tentang HAM dan UU No. 26/2000 tentang pengadilan
HAM.
Hak asasi di Indonesia menjamin hak untuk hidup, hak berkeluarga, dan
melanjutkan keturunan, hak mengembangkan diri, hak memperoleh keadilan, hak
atas kebebasan, hak atas rasa aman, hak atas kesejahteraan, hak turut serta dalam
pemerintahan, hak wanita, dan hak anak.
2.5 Dinamika Pelaksanaan Rule Of Law
Pelaksanaan rule of law mengandung keinginan untuk terciptanya Negara
hukum, yang membawa keadilan bagi seluruh rakyat. Penegakan rul of law harus
diartikan secara hakiki ( materiil ), yaitu dalam arti “pelaksanaan dari jus law”.
Perinsip-prinsip rule of law secara hakiki (materiil), sangat erat kaitanya dengan “
the enforcement of the rules of law “ dalam penyelenggaraan pemerintahan
terutama dalam hal penegakan hukum dan implementasi prinsip-prinsip rule of
law.
14
Rule of law juga merupakan legalisme, suatu aliran pemikiran hukum
yang di dalamnya terkandung wawasan sosial, gagasan tentang hubungan antar
manusia, masyarakat, dan Negara, yang dengan demikian memuat nilai-nilai
tertentu dan memiliki struktur sosiologisnya sendiri. Legalisme tersebut
mengandung gagasan bahwa keadilan dapat melayani melalui pembuatan sistem
peraturan dan prosedur yang sengaja bersifat objektif, tidak memihak, tidak
personal, dan otonom. Secara kuantitatif, peraturan perundang-undangan yang
terkait dengan rule of law telah banyak dihasilkan di Negara kita, namun
implementasi/penegakannya belum mancapai hasil yang optimal, sehingga rasa
keadilan sebagai perwujudan pelaksanaan rule of law belum dirasakan sebagian
besar masyarakat. Hal-hal yang mengemuka untuk dipertanyakan antara lain
adalah bagaimana komitmen pemerintah untuk melaksanakan prinsip-prinsip rule
of law.
Proses penegakan hukum di Indonesia dilakukan oleh lembaga penegak
hukum yang terdiri dari :
1. Kepolsian
2. Kejaksaan
3. Komisi Pemberantasan Korupsi ( KPK )
4. Badan Peradilan :
a. Mahkamah Agung
b. Mahkamah Konstitusi
c. Pengadilan Negeri
15
d. Pengadilan Tinggi
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. HAM adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Kuasa dan merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh negara, hukum, Pemerintah dan setiap orang, demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia Rule of law adalah sebuah konsep hokum yang sesungguhnya lahir dari sebuah bentuk protes terhadap sebuah kekuasaan yang absolute disebuah Negara.
2. Konsep Hak Asasi Manusia ( HAM ) dapat diuraikan dengan pendekatan bahasa ( etimologi ) maupun pendekatan istilah. Secara etimologi, kata “ hak “ merupakan unsur normative yang berfingsi sebagai pedoman perilaku, melindungi kebebasan,
16
kekebalan serta menjamin adanya peluang bagi manusia dalam menjaga harkat dan martabatnya. Sedangkan kata “ asasi “ berarti yang bersifat paling mendasar yang dimiliki oleh manusia sebagai fitrah, sehingga tak satupun makhluk dapat mengintervensinya apalagi mencabutnya.
3. Perkembangan pemikiran HAM dunia bermula dari : Magna charta
Pada umumnya para pakar di Eropa berpendapat bahwa lahirnya HAM dikawasan Eropa dimulai dengan lahirnya Magna Charta yang antara lain memuat pandangan bahwa raja yang tadinya memiliki kekuasaan absolute, menjadi dibatasi kekuasaannya dan mulai dapat diminta pertanggung jawabannya dimuka hukum.
The American DeclarationPerkembangan HAM selanjutnya ditndai dengan munculnya The American Declaration of Independence yang lahir dari paham Rousseau dan Montesquuieu. Mulailah dipertegas bahwa manusia adalah merdeka sejak di dalam perut ibunya, sehingga tidaklah logis bila sesudah lahir ia harus dibelenggu.
4. Perlindungan HAM di Indonesia harus didasarkan pada prinsip bahwa hak-hak sipil, politik, ekonomi, sosial budaya, dan hak pembangunan, merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan baik dalam penerapan, pemantauan, maupun pelaksanaanya. Hal ini sesuai dengan isi piagam PBB yaitu pasal 1 ayat 3, pasal 55 dan 56 yang berisi bahwa upaya pemajuan dan perlindungan HAM harus dilakukan melalui suatu konsep kerja sama internasional yang berdasarkan pada prinsip saling menghormati, kesederajatan, dan hubungan antar Negara serta hukum internasional yang berlaku.
5. Rule of law juga merupakan legalisme, suatu aliran pemikiran hukum yang di dalamnya terkandung wawasan sosial, gagasan tentang hubungan antar manusia, masyarakat, dan Negara, yang dengan demikian memuat nilai-nilai tertentu dan memiliki struktur sosiologisnya sendiri. Legalisme tersebut mengandung gagasan bahwa keadilan dapat melayani melalui pembuatan sistem peraturan dan prosedur yang sengaja bersifat objektif, tidak memihak, tidak personal, dan otonom. Secara kuantitatif, peraturan perundang-undangan yang terkait dengan rule of law telah banyak dihasilkan di Negara kita, namun implementasi/penegakannya belum mancapai hasil yang optimal, sehingga rasa keadilan sebagai perwujudan pelaksanaan rule of law belum dirasakan sebagian besar masyarakat. Hal-hal yang mengemuka untuk dipertanyakan antara lain adalah bagaimana komitmen pemerintah untuk melaksanakan prinsip-prinsip rule of law.
3.2 Saran-saran
17
Sebagai makhluk sosial kita harus mampu mempertahankan dan
memperjuangkan HAM kita sendiri. Di samping itu kita juga harus bisa
menghormati dan menjaga HAM orang lain jangan sampai kita melakukan
pelanggaran HAM. Dan Jangan sampai pula HAM kita dilanggar dan dinjak-injak
oleh orang lain.
DAFTAR PUSTAKA
Kaelan. 2007. “Pendidikan Kewarganegaraan”. Paradigma. Jogjakarta
Zaelani, Endang Sukaya.”Pendidikan Kewarganegaraan”.Paradigma.Jogjakarta
Herdiawanto, Hery.”Pendidikan Kewarganegaraan”.Erlangga.Jakarta
Azra,Azyumardi.”Demokrasi Hak Asasi Manusia Masyarakat Madani”.ICCE UIN.Jakarta
18