krenasi

Upload: rismaaimuett

Post on 09-Oct-2015

70 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

KrenasiDari hasil pengamatan proses krenasi sel darah 1 tetes sel darah yang ditambah dengan larutan NaCl 0,3 M setelah diamati di bawah mikroskop cahaya terlihat seperti gumpalan berwarna merah tua namun ada sedikit bintik-bintik berwarna merah tua disekitarnya.Larutan NaCl 0,3 M merupakan larutan yang hipertonis sel darah merah akan mengkerut apabila berada didalam cairan hipertonis. Pengkerutan sel darah merah inilah yang dinamakan krenasi (crenation).

HemolisisDari hasil pengamatan proses hemolisis sel darah yang sudah ditetesi dengan HCl 0,1 M setelah diamati dengan mikroskop terlihat sangat jelas, warnanya teramg (merah) dengan gumpalan-gumpalan atau gelembung-gelembung yang berwarna merah.Bila sel darah merah berada di dalam larutan hipotonis (HCl 0,1 M) maka sel akan pecah dan hemoglobin yang berwarna merah akan keluar yang dinamakan hemolisis.

KESIMPULANKrenasi adalah proses pengkerutan sel darah merah apabila benda dalam larutan hipertonik.Hemolisis adalah proses pecahnya sel darah merah dan hemoglobin yang berwarna merah keluar sel karena berada dalam larutan hipotonikProses krenasi dan hemolisis yang sangat bergantung pada lingkungan luarnya apakah hipertonik atau hipotonik.

Hemolisis adalah pecahnya membran eritrosit, sehingga hemoglobin bebas kedalam medium sekelilingnya (plasma). Kerusakan membran eritrosit dapat disebabkan oleh antara lain penambahan larutan hipotonis, hipertonis kedalam darah, penurunan tekanan permukaan membran eritrosit, zat/unsur kimia tertentu, pemanasan dan pendinginan, rapuh karena ketuaan dalam sirkulasi darah dll. Apabila medium di sekitar eritrosit menjadi hipotonis (karena penambahan larutan NaCl hipotonis) medium tersebut (plasma dan lrt. NaCl) akan masuk ke dalam eritrosit melalui membran yang bersifat semipermiabel dan menyebabkan sel eritrosit menggembung. Bila membran tidak kuat lagi menahan tekanan yang ada di dalam sel eritrosit itu sendiri, maka sel akan pecah, akibatnya hemoglobin akan bebas ke dalam medium sekelilingnya. Sebaliknya bila eritrosi berada pada medium yang hipertonis, maka cairan eritrosit akan keluar menuju ke medium luar eritrosit (plasma), akibatnya eritrosit akan keriput (krenasi). Keriput ini dapat dikembalikan dengan cara menambahkan cairan isotonis ke dalam medium luar eritrosit (plasma).Maksud dan tujuan- Untuk mempelajari proses hemolisis dan keriput pada membran eritrosit.- Mempelajari dan mengetahui ketahanan membran eritrosit terhadap penurunan tekanan osmosis plasma (Erythrocyte Fragility Test = Tes Fragilitas Eritrosit)Difusi adalah perpindahan suatu molekul dari konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah secara langsung tanpa melaui membran semipermeabel. Osmosis adalah perpindahan molekul air dari konsentrasi rendah ke konsentrasi tinggi melalui membran semipermeabel. Proses difusi membutuhkan waktu yang cukup singkat, dan waktu tersebut dapat dipersingkat lagi dengan adanya bantuan seperti pengadukan. Metilen blue lebih cepat larut dalam air dibandingkan dengan CuSO4, hal ini dipengaruhi juga oleh faktor- faktor alam seperti berat jenis dan lain-lain. Dalam peristiwa osmosis, didapatkan bahwa kentang dan mentimun yang ada di wadah berisi larutan garam akan menjadi lebih lunak dari sebelumnya, sedangkan pada wadah yang berisi air garam menjadi lebih lunak dari sebelumnya. Hal ini terjadi karena cairan air garam dianggap sebagai pelarut yang bersifat hipertonik, sehingga plasma sel dari kentang dan mentimun yang direndam didalamnya menjadi bergerak keluar meninggalkan inti sel, akibatnya sel-selnya menjadi mengkerut dan menjadi lunak serta berlendir. Berbeda dengan kentang, kentang menjadi lebih keras dan menggembung. Hal ini karena air adalah larutan yang bersifat hipotonik akibatnya air akan masuk ke dalam sel sehingga sel menjadi menggembung dan menjadi lebih keras dari sebelumnya.Krenasi adalah peristiwa pengkerutan sel darah merah dalam larutan yang hipertonik. Pengkerutan sel darah merah dalam larutan yang hipertonik disebut krenasi. Sel darah yang diambil dari jari manis dengan menggunakan blood lanset diteteskan pada kaca benda, dimana sel darah merah itu berwarna merah hati. Namun setelah ditetesi dengan larutan NaCl 0,3 N darah tersebut berubah menjadi lebih cair dari semula dan warnanya juga berubah menjadi lebih muda. Hal ini terjadi karena sel darah tersebut berada dalam cairan yang hipertonik, sehingga sel darah menjadi mengkerut. Proses krenasi ini terjadi pada sel darah merah yang mengkerut dengan cepat sekali. Lain halnya dengan sel darah yang ditetesi dengan larutan HCl 0,1 N. Darah yang semula berwarna merah hati berubaha menjadi warna yang lebih tua (merah tua) atau merah gelap dengan ditandai adanya warna kuning kehitaman disekitar plasma darah tersebut. Hal ini terjadi karena sel darah merah berada pada cairan hipotenik, sehingga sel darah membengkak dan kemudian pecah yang menyebabkan keluarnya hemoglobin berwarna merah tua disertai pecahnya trombosit berwarna kuning disekitar plasma darah. Pecahnya sel darah tersebut mengakibatkan terjadinya tumpangan antara sel darah merah yang membengkak. Dalam proses krenasi, tekanan larutan NaCl adalah sama dengan plasma darah, apabila dimasukkan dalam cairan yang hipertonis, maka air dalam eritrosit akan mengalir keluar dan akan berakibat buruk pada bentuk eritrosit yang akan menjadi berkerut seperti duri. Sebaliknya apabila sel darah di masukkan ke dalam larutan yang hipotonis, maka sel akan membengkak kemudian akan pecah serta mengeluarkan hemoglobin yang berwarna merah . peristiwa ini disebut dengan hemolisis.Dwidjoseputro, D. 1986. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Gramedia. Jakarta.Kimball, J.W. 1992. Biologi jilid 1. Erlangga. JakartaSobono. 1992. Histologi Umum. Bumi Aksara. Jakarta. Wilkina. 1992. Fisiologi Tumbuhan. Bumi Aksara. Jakarta.

Struktur EritrositUntuk mengangkut hemoglobin agar berkontak erat dengan jaringan danagar pertukaran gas berhasil, eritrosit yang berdiameter 8 m harus dapatsecara berulang melalui mikrosirkulasi yang diameter minimumnya 3.5 m,untuk mempertahankan hemoglobin dalam keadaan tereduksi (ferro) danuntuk mempertahankan keseimbangan osmotik walaupun konsentrasi protein(hemoglobin) tinggi di dalam sel. Perjalanan secara keseluruhan selama masahidupnya yang 120 hari diperkirakan sepanjang 480 km (300 mil). Untukmemenuhi fungsi ini, eritrosit adalah cakram bikonkaf yang fleksibel dengankemampuan menghasilkan energi sebagi adenosine trifosfat (ATP) melaluijalur glikolisis anaerob (Emboden-Meyerhof) dan menghasilkan kekuatanpereduksi sebagai NADH melalui jalur ini serta sebagai nikotamida adeninedinukleotida fosfat tereduksi (NADPH) melalui jalur pintas heksosamonofosfat (hexsose monophosphate shunt)(Hoffbrand et al, 2005).Sel darah merah atau SDM adalah sel yang terbanyak di dalam darah.Karena sel ini mengandung senyawa yang berwarna merah, yaitu hemoglobin,maka dengan sendirinya darah berwarna merah. Sel ini dengan mudah dapatdilihat dengan bantuan mikroskop pada sediaan apusan darah. Pada sediaanhapus dengan pewarnaan MGG, SDM tampak sebagai sel-sel bulat dengancirri khas tidak berinti, yang menutup lapangan pandangan. Sesungguhnya,bila dilihat dari satu arah, SDM tampak sebagai lingkaran. Bila dilihat dalamarah yang tegak lurus dari arah yang pertama, akan tampak bentuk penampangdwicekung atau bikonkaf dari SDM. Dengan demikian, dalam keadaan yangbiasa, morfologi SDM bukanlah berupa suatu bola, akan tetapi berupa suatucakram dwicekung atau bikonkaf. Namun, tidaklah berarti sel ini selalumempunyai morfologi serupa itu. Bila sel-sel tersebut terpaksa harus melewatipembuluh kapiler dengan garis tengah rata-rata yang lebih kecil daripada garistengah SDM, sel ini dapat pula mengambil bentuk lain sedemikian rupa,sehingga diameternya lebih kecil daripada kapiler. Bentuk yang mungkinuntuk itu hanyalah bentuk silinder atau bahkan kerucut. Selain itu, dalampenyakit bawaan tertentu, SDM dapat pula berbentuk bola yang sempurna,seperti yang tampak dalam keadaan sferositosis. Dalam penyakit bawaan yanglain, yaitu ovalositosis, morfologi SDM seperti telur. Pada umumnya, SDMdengan pola geometri yang bukan berupa cakram dwicekung tersebut tidakdapat menyesuaikan garis tengahnya ketika melalui pembuluh kapiler. Denganperkataan lain, SDM seperti ini tidak selentur SDM biasa yang berupa cakramdwicekung. Oleh karena itu, ketika masuk melalui kapiler, banyak di antaraSDM yang tidak biasa ini rusak sehingga terjadilah pemecahan sel darahmerah di dalam pembuluh darah (hemolisis intravaskuler). Akibatnya, subjekdengan SDM seperti itu akan mengalami keadaan kekurangan darah atauanemia (Sadikin, 2001).Diameter SDM manusia biasanya sebesar 7,82 + mm, sedangkan tebalcakramnya adalah 0.81 + 0.35 mm di tempat yang paling tipis dan 2.58 + 0.27di tempat yang paling tebal. Volume SDM rata-rata adalah 94 + 14 fL,sedangkan luas permukaannya adalah 135 + 16 mm2. Ukuran-ukuran ini dapatberubah menjadi lebih besar atau lebih kecil, yang selalu berhubungan dengankelainan sel darah merah dan menyebabkan atau menyertai anemia. Bilaukuran volume SDM menjadi lebih besar, keadaan tersebut biasanya dinamaisebagai makrositis. Sebaliknya, bila ukuran volume itu menjadi lebih kecildari biasanya, terjadi keadaan mikrositis (Sadikin, 2001).Membran eritrosit terdiri atas lipid dua lapis ( li p id b ilayer), proteinmembran integral, dan suatu rangka membran. Sekitar 50% membran adalahprotein, 40% lemak, dan 10% karbohidrat. Karbohidrat hanya terdapat padapermukaan luar sedangkan protein dapat di perifer atau integral, menembuslipid dua lapis. Beberapa protein eritrosit telah diberi nomor menurutmobilitasnya pada elektroforesis gel poliakrilamid ( po l yacr il am id e gele l ectrophores is)(Hoffbrand et al, 2005).Rangka membran terbentuk oleh protein-protein struktural yang mencakupspektrin dan , ankirin, protein 4.1 dan aktin. Protein-protein tersebutmembentuk jaringan horisontal pada sisi dalam membran eritrosit dan pentinguntuk mempertahankan bentuk bikonkaf. Spektrin adalah protein yangterbanyak, terdiri atas dua rantai ( dan ) yang saling mengelilingi untukmembentuk heterodimer, kemudian berkumpul sendiri dengan posisi kepala-kepala membentuk tetramer. Tetramer ini terkait pada aktin di sisi ekornyadan melekat pada protein band4.1. pada sisi kepala, rantai spektrin melekatpada ankirin yang berhubungan dengan ban d3, protein transmembran yangbekerja sebagai saluran anion (hubungan vertikal) protein 4.2. memperkuatinteraksi ini (Hoffbrand et al, 2005).Sel darah merah memiliki struktur yang jauh lebih sederhanadibandingkan kebanyakan sel pada manusia. Pada hakikatnya, sel darah merahmerupakan suatu membran yang membungkus larutan hemoglobin (protein inimembentuk sekitar 95% protein intrasel sel darah merah), dan tidak memilikiorganel sel, misalnya mitokondria, lisosom atau aparatus Golgi. Sel darahmanusia, seperti sebagian sel darah merah pada hewan, tidak berinti. Namun,sel darah merah tidak inert secara metabolis. Melalui proses glikolisis, seldarah merah membentuk ATP yang berperan penting dalam proses untukmemperthankan bentuknya yang bikonkaf dan juga dalam pengaturan transporion (mis. oleh Na+-K+ATPase dan protein penukar anion serta pengaturan airkeluar-masuk sel. Bentuk bikonkaf ini menigkatkan rasio permukaan-terhadap-volume sel darah merah sehingga mempermudah pertukaran gas. Seldarah merah mengandung komponen sitoskeletal yang berperan penting dalammenentukan bentuknya (Murray, 2009).Sel darah merah harus mampu melewati bagian-bagian yang sempit darimikrosirkulasi dalam perjalanannya mengelilingi tubuh, terutama saatmengelilingi sinusoid limpa. Agar sel darah merah mudah mengalamideformasi secara reversible, membrannya haruslah cair dan lentur; membranini juga harus tetap mempertahankan bentuk bikonkaf karena bentuk inimempermudah pertukaran gas. Terdapat sejumlah protein sitoskeleton periferyang melekat pada bagian dalam membran sel darah merah dan berperanpenting dalam mempertahankan bentuk dan kelenturannya; protein-protein iniadalah1.Spektrin. Spektrin merupakan protein utama sitoskeleton. Protein initerdiri dari dua polipeptida: spektrin 1 (rantai ) dan spektrin 2 (rantai ).Kedua rantai yang berukuran panjang sekitar 100 nm dan tersusun secaraantiparalel serta berjalina secara longgar ini membentuk suaatu dimer.Keduanya tersusun oleh segmen-segmen sebesar 106 asam amino yangtampak melipat, dan membentuk kumparan-kumparan -heliks untai-tripelyang disatukan oleh segmen-segmen nonheliks. Satu dimer berinteraksidengan dimer lain, yang membentuk tetramer pankal ke pangkal. Bentukkeseluruhan ini akan menghasilkan fleksibilitas bagi protein yang padagilirannya akan memperngaruhi membran sel darah merah. Di spektrin,terdapat sedikitnya empat tempat pengikatan: untuk penyususnan dirisendiri, untuk ankirin, untuk aktin, dan untuk protein 4.1.2.Ankirin. Ankirin adalah suatu protein berbentuk piramid yang mengikatspektrin. Ankirin kemudian berikatan erat dengan pita 3 yang memperkuatperlekatan spektrin pada membran. Ankirin peka terhadap proteolisis,yang menjadi penyebab munculnya pita 2.2, 2.3, dan 2.6, yangkesemuanya merupakan turunan pita 2.1.3.Aktin. Aktin terdapat di sel darah merah sebagai filament pendek heliks-ganda aktin. Ekor dimer spektrin berikatan dengan aktin. Aktin jugaberikatan dengan protein 4.1.4.Protein 4.1. protein 4.1. adalah suatu protein globular yang berikatan eratdengan ekor spektrin di tempat yang dekat dengan lokasi terikatnya aktin;karena itu, protein ini adalah bagian dari kompleks tripel protein 4.1-spektrin-aktin. Protein 4.1 juga berikatan dengan protein integral kemudian berubah menjadi sel darah merah muda sehingga kehilangankemampuan untuk membentuk protein (Murray, 2009).C.Fragilitas EritrositHemolisa adalah peristiwa keluarnya hemoglobin dari dalam sel darahmerah menuju ke cairan di sekelilingnya. Keluarnya hemoglobin inidisebabkan karena pecahnya membran sel darah merah. Membran sel darahmerah mudah dilalui atau ditembus oleh ion-ion H+, OH-NH4+, HCO3-, Cl-,dan juga oleh substansi-substansi yang lain seperti glukosa, asam amino, urea,dan asam urat. Sebaliknya membran sel darah merah tidak dapat ditembusoleh Na+, K+, Ca2+, Mg2+, fosfat organik, dan juga substansi lain sepertihemoglobin dan protein plasma (Asscalbiass, 2010).Membran sel darah merah termasuk membran permeabel selektif, yaitumembran yang dapat ditembus oleh molekul air dan substansi-substansitertentu, tetapi tidak dapat ditembus oleh substansi yang lain (Asscalbiass,2010).Ketahanan membran eritrosit terhadap terjadinya hemolisis dapatdiketahui dengan mencampurkan eritrosit ke dalam larutan hipotonis (NaCl)dengan konsentrasi yang berbeda-beda. Larutan hipotonis dengan konsentrasitertentu dapat mengakibatkan pecahnya eritrosit. Keadaan ini disebut denganfragilitas eritrosit (Adoe, 2006).Ada 2 macam hemolisa, yaitu hemolisa osmotik dan hemolisa kimiawi.Hemolisa osmotik terjadi karena adanya perubahan yang besar antara tekananosmosa cairan di dalam sel darah merah dengan cairan di sekeliling sel darahmerah. Dalam hal ini tekanan osmosa sel darh merah jauh lebih besar daripadatekanan osmosa di luar sel. Tekanan osmosa di dalam sel darah merah samadengan tekanan osmosa larutan NaCl 0.9%. Bila sel darah merah dimasukkanke dalam larutan 0.8% belum terlihat adanya hemolisa, tetapi sel darah merahyang dimasukkan ke dalam larutan NaCl 0.4% hanya sebagian saja yangmegalami hemolisa, sedangkan sebagian sel darah merah yang lainnya masihutuh. Perbedaan ini disebabkan karena umur sel darah merah, SDM yangsudah tua, membran selnya mudah pecah sedangkan SDM muda membranselnya masih kuat. Bila SDM dimasukkan ke dalam larutan NaCl 0.3% semuaSDM akan mengalami hemolisa. Hal ini disebut hemolisa sempurna. Larutanyang mempunyai tekanan osmosa lebih kecil daripada tekanan osmosa iniSDM disebut larutan h i poton is, sedangkan larutan yang mempunyai tekananosmosa lebih besar dari tekanan osmosa isi SDM disebut larutan h i perton is.Suatu larutan yang mempunyai tekanan osmosa yang sama besar dengantekanan osmosa isi SDM disebut larutan i soton is. Sedangkan pada jenishemolisa kimiawi, SDM dirusak oleh macam-macam substansi kimia. DindingSDM terutama terdiri dari lipid dan protein, membentuk suatu lapisanlipoprotein. Jadi, setiap substansi kimia yang dapat melarutkan lemak (pelarutlemak) dapat merusak atau melarutkan membran SDM. Kita mengenalbermacam-macam pelarut lemak, yaitu kloroform, aseton, alkohol benzen, daneter. Substansi lain yang dapat merusak membran SDM diantaranya adalahbisa ular, bisa kalajengking, garam empedu, saponin, nitrobenzen, pirogalol,asam karbon, resin, dan senyawa arsen (Asscalbiass, 2010).SDM yang ditempatkan pada larutan garam yang isotonis tidak akanmengalami kerusakan dan tetap utuh. Tetapi bila SDM ditempatkan dalam airdestilata SDM akan mengalami hemolisa karena tekanan osmosa isi SDM jauhlebih besar daripada di luar sel sehingga mengakibatkan banyak air masuk kedalam SDM (osmosis). Selanjutnya air yang banyak masuk ke dalam SDM ituakan menekan membran SDM sehingga membran pecah (Asscalbiass, 2010).