kpemimpinan cmat
TRANSCRIPT
BAB IPENDAHULUAN
1.1. Fokus Penelitian
Keberadaan aparatur pemerintahan sebagai abdi negara dan abdi
masyarakat tidak akan lepas dari tiga fungsi pokoknya, yaitu sebagai
pelayan (service), pemberdayaan (empowerment), dan pembangunan
(development).
Camat sebagai pemimpin organisasi pemerintah Kecamatan
memegang peranan kepemimpinan yang sangat penting dalam
menentukan dan meningkatkan kinerja dari aparatnya menuju suatu
paradigma pemerintahan yang baru. Penyelenggaraan pemerintahan di
Kecamatan ditentukan oleh kemampuan Camat sebagai pimpinan
bersama dengan para stafnya sebagai pelaksana tugas-tugas.
Kepemimpinan Camat sangat mempengaruhi banyak hal dalam
penyelenggaraan pemerintahan di Kecamatan termasuk diantaranya
perilaku dan kinerja aparat dalam melaksanakan tugasnya, prestasi kerja
dari pegawai kecamatan, tingkat disiplin pegawai di kantor Kecamatan
dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat. Kepemimpinan yang
tepat akan mendorong timbulnya kesediaan bawahan untuk berbuat dan
berperilaku sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh pimpinan. Berkaitan
dengan penyelenggaraan pemerintahan Kecamatan, pegawai kantor
Kecamatan dalam kapasitasnya sebagai aparatur pemerintah Kecamatan
merupakan unsur pelaksana utama tugas-tugas Camat yang ada di
wilayah Kecamatan. Berhasil tidaknya tugas-tugas Camat sangat
ditentukan salah satunya dari kinerja para pegawai di kecamatan tersebut.
Paradigma pada pola dan kedudukan pemerintah Kecamatan telah
mengalami perubahan. Hal ini dindikasikan dengan perubahan status
Camat sebagai kepala wilayah administratif menjadi koordinator atas desa
dalam lingkup kewilayahannya tanpa ada hubungan yang hierarkis.
1
Konsekuesi logis dari perubahan ini menjadikan posisi Camat pada
titik sentral dalam arti terdepan dalam memberikan pelayanan kepada
masyarakat serta sebagai manajer kecamatan dengan tugas
pengendalian, mengggerakkan, mengarahkan bawahannya dalam
melaksanakan dan mewujudkan penyelenggaraan pemerintahan yang
tertib, berdaya guna dan berhasil guna dalam pelaksanaan misi dan visi
daerah yang menjadi tugasnya.
Adanya kepemimpinan Camat yang bersifat profesional
mengharuskan adanya partisipasi dari pegawai yang merupakan staf
langsung dari pemimpin kecamatan. Dengan demikian dituntut adanya
disiplin dari pegawai Kecamatan sehingga memperlancar proses tujuan
yang telah digariskan. Karena pentingnya partisipasi pegawai terutama
kedisiplinan pegawai yang dapat meningkatkan pelayanan kepada
masyarakat, maka diperlukan sosok pemimpin dalam hal ini Camat yang
memiliki teknik kepemimpinan tinggi, potensi, integritas, kemampuan yang
tinggi dan diwujudkan dalam kemampuan memimpinnya.
Kurangnya rasa disiplin pegawai tentu menjadi masalah dan
tantangan besar terhadap tuntutan pembangunan nasional. Usaha
pembangunan tersebut menuntut kerja keras, tanggung jawab dan
pengabdian yang tinggi. Disini sangat diperlukan adanya kesadaran
perangkat dalam menyelesaikan tugas secara efisiensi dan efektif. Di
samping itu kepemimpinan Camat dituntut perannya dalam membina
pegawai agar punya disiplin kerja guna kelancaran jalannya pemerintahan
Kecamatan.
Untuk membangun tradisi perilaku berdisiplin di lingkungan
pemerintahan diperlukan aturan main yang jelas dan teladan
kepemimpinan yang konsekuen. Kualitas kepemimpinan yang dibutuhkan
di alam reformasi adalah yang berperilaku pembaharu juga menjalankan
faktor disiplin sebagai landasan nilai yang utama.
Disiplin yang mantap pada hakekatnya akan tumbuh dan terpancar
dari hasil kesadaran manusia. Disiplin yang tidak bersumber dari hati
2
nurani akan menghasilkan disiplin yang lemah dan tidak bertahan lama.
Disiplin yang hidup dari kesadaran diri, disiplin itulah yang diharapkan
selalu tertanam dalam diri perangkat.
Seperti kita ketahui, kinerja pegawai negeri sipil pasti berkaitan erat
dengan disiplin kerja pegawai. Deskripsi kinerja pegawai negeri yang
berkaitan dengan displin kerja tercermin dari keluhan-keluhan yang
datang dari warga masyarakat terhadap kualitas pelayanan yang
diberikan. Hal tersebut menurut Tjiptoherijanto (1996:14) bahwa :
“Meskipun rasio antara penduduk dengan PNS tidak terlalu besar, tetapi seringkali terdengar keluhan masyarakat terhadap pelayanan aparat pemerintahan. Keluhan ini selain disebabkan oleh ketidak mampuan personil juga karena masalah kedisiplinan, banyak pegawai tidak ada ditempat pada saat dibutuhkan sehingga pekerjaan tersebut harus ditunda penyelesaiannya”.
Kecamatan sebagai wilayah kerja Camat selaku perangkat daerah
Kabupaten dan Kota, merupakan salah satu indikator bagi pelaksanaan
pemerintahan tingkat atasnya, ingin mewujudkan suatu sistem
pemerintahan yang bersih dan berwibawa yang bebas korupsi, kolusi dan
nepotisme. Oleh karena itu dibutuhkan aparatur pemerintahan yang
berkualitas dibarengi dengan disiplin kerja yang tinggi. Pegawai kantor
Kecamatan juga sangat memegang peranan penting demi lancarnya
kegiatan pemerintahan di wilayah kecamatan tersebut. Kurangnya
kedisiplinan pegawai negeri akan mengakibatkan menurunnya kinerja
mereka dalam melaksanakan tugas-tugas pemerintahan. Demikian juga
berdasarkan kenyataan yang ada di lapangan serta pengamatan penulis
pada setiap kegiatan praktek, dalam kepemimpinan Camat dalam
meningkatkan disiplin kerja di kantor Camat Patebon seringkali terdapat
masalah yang harus dihadapi, antara lain:
1. kurang tegasnya sanksi yang diberikan Camat kepada pegawai
yang indisipliner;
2. kurang optimalnya pengawasan melekat yang diberikan Camat
kepada pegawainya;
3
3. kurangnya kesadaran dan kemauan dari pegawai untuk mentaati
peraturan yang ada;
4. tingkat disiplin pegawai yang kurang dalam bekerja;
5. kurangnya pengetahuan pegawai terhadap PP No. 30 Tahun 1980
tentang peraturan disiplin bagi pegawai negeri sipil;
6. keterlambatan pegawai dalam mengikuti apel kerja;
7. seringnya terlihat pegawai yang tidak berada ditempat saat jam
kerja kantor;
8. adanya absensi tanpa sebab yang jelas;
9. adanya pegawai yang meninggalkan kantor sebelum waktu kerja
selesai;
10. kurangnya kesejahteraan pegawai yang menyebabkan aparat
mencari pendapatan di luar gaji sehingga dapat menganggu
optimalisasi pekerjaan di Kantor Camat Patebon dan lain
sebagainya.
Masalah-masalah tersebut merupakan sedikit gambaran mengenai
kegiatan para pegawainya di Kantor Kecamatan Patebon Kabupaten
Kendal.
Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan diatas, penulis
memfokuskan penelitian di kantor Camat Patebon pada hal-hal sebagai
berikut :
1. Bagaimana kepemimpinan Camat Patebon Kabupaten Kendal dalam
meningkatkan disiplin kerja pegawai;
2. Hambatan-hambatan Patebon Kabupaten Kendal dalam
meningkatkan disiplin kerja pegawai;
3. Upaya-upaya apa yang dilakukan Camat Patebon dalam
meningkatkan disiplin kerja pegawai.
4
Berdasarkan fokus-fokus , maka penulis tertarik untuk mengangkat
permasalahan pegawai pada kantor Kecamatan Patebon Kabupaten
Kendal ke dalam laporan akhir ini dengan judul “KEPEMIMPINAN
CAMAT PATEBON KABUPATEN KENDAL DALAM MENINGKATKAN
DISIPLIN KERJA PEGAWAI”.
1.2. Tujuan dan Kegunaan Penelitian1.2.1. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian di Kantor Camat Patebon
Kabupaten Kendal ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui kepemimpinan Camat dalam
penyelenggaraan pemerintahan di Kantor Kecamatan Patebon
Kabupaten Kendal Propinsi Jawa Tengah;
2. Untuk mengetahui tingkat kedisiplinan pegawai Kecamatan
Patebon Kabupaten Kendal Propinsi Jawa Tengah;
3. Untuk mengetahui faktor-faktor yang ada kaitannya dengan
disiplin Camat Patebon dalam meningkatkan disiplin kerja
pegawai.
1.2.2. Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan penelitian meliputi :
1. Kegunaan Teoritis
a. Diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi
kesempurnaan dan pengembangan ilmu pengetahuan,
khususnya ilmu pemerintahan yang berkenaan dengan
Kepemimpinan Camat pada umumnya dan pada
khususnya dengan pendisiplinan kerja pegawai
Pemerintah Kecamatan
5
b. sebagai hasil perbandingan dalam penelitian terutama
yang berhubungan dengan kepemimpinan dan disiplin
pegawai.
2. Kegunaan Praktis
a. Diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan
penulis dalam hal kepemimpinan dan disiplin kerja
pegawai untuk mempersiapkan diri dalam rangka studi
lebih lanjut serta dapat mengembangkan ketrampilan
teknis dalam penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi
khususnya dalam praktek penyelenggaraan daerah.
b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai
masukan bagi pemerintah Kecamatan Patebon
Kabupaten Kendal dalam rangka pengembangan masalah
kepemimpinan Camat dan disiplin kerja pegawai di
kantornya.
6
BAB IIPENDEKATAN MASALAH
2.1. Pengertian Kepemimpinan
Istilah kepemimpinan (leadership) berasal dari kata dasar “pimpin”
yang artinya bimbing atau tuntun, kemudian dari kata pimpin lahirlah kata
kerja memimpin yang artinya membimbing atau menuntun.
Menurut Pamudji (1995:8-9) mengemukakan kepemimpinan adalah:
a. sesuatu yang melekat pada diri si pemimpin dan oleh karenanya kepemimpinan itu kemudian dikaitkan dengan pembawaaan, kepribadian, kemampuan dan kesanggupan yang mana semua itu mengarah kepada ciri-ciri atau sifat-sifat tertentu;
b. kegiatan (activity) dari si pemimpin, sehubungan dengan itu kepemimpinan lalu dikaitkan dengan posisi atau kedudukan jenis perilaku tertentu;
c. proses antar hubungan atau interaksi antara pimpinan, pengikut dan situasi.
Menurut Miftah Toha (1990:43) adapun usaha-usaha yang lebih
spesifik yang dapat dicapai oleh pemimpin antara lain :
1. mengetahui atau menumbuhkan kebutuhan-kebutuhan para bawahannya untuk menghasilkan sesuatu yang bisa dikontrol oleh pemimpin;
2. memberikan intensif kepada yang mampu dalam mencapai hasil dalam bekerja;
3. membuat suatu jalan yang mudah dilewati oleh bawahan untuk menaikkan prestasi dengan cara latihan dan pengarahan;
4. membantu para bawahan dengan menjelaskan apa yang bias diterapkan pada dirinya;
5. mengurangi halangan-halangan yang bisa membaut frustasi;6. menaikkan kesempatan-kesempatan untuk pemuas bawahan
yang memungkinkan tercapainya efektivitas kerja.
Jadi kepemimpinan sangat berpengaruh dalam sutau organisasi,
karena kepemimpinan tersebut nantinya akan menjadi faktor yang paling
menentukan dalam menjalankan tugas. Peranan Camat sebagai pimpinan
dalam penyelenggaraan pemerintahan kecamatan terlebih dahulu harus
7
mengetahui fungsi, tugas dan kewajibannya sebagai kepala pemerintahan
di kecamatan tersebut. Menurut Pamudji (1995:127) fungsi kepemimpinan
pemerintahan Indonesia yaitu :
a. Pengambil KeputusanPengambil keputusan merupakan kewajiban pimpinan dalam menyelenggarakan kekuasaan atau dalam rangka pemecahan masalah-masalah dalam organisasi.
b. Motivasi Dalam rangka penggerakan organisasi-organisasi pemimpin wajib
melakukan motivasi yaitu usaha memberikan motif-motif atau dorongan agar orang-orang mau bekerja dengan ikhlas dan suka rela tanpa ada pakasaan untuk melaksanakan kemauan pemimpin.
Berkenaan dengan pelaksanaan kepemimpinan dalam pemerintahan
Kecamatan, berarti Camat sebagai pemimpin harus berkemampuan untuk
menggerakkan dan mengarahkan orang-orang atau pengikut-pengikut
yang dapat dipengaruhinya.
Kepemimpinan merupakan salah satu faktor yang sangat penting
dalam suatu organisasi karena dengan kepemimpinan dapat menciptakan
situasi dan menggerakkan orang-orang untuk mencapai tujuan. Menurut
Ermaya (1997:11), bahwa :
“Pemimpin adalah orang yang memimpin kelompok dua atau orang lebih baik organisasi maupun keluarga sedangkan kepemimpinan adalah kemampuan seorang pemimpin untuk mengendalikan, memimpin, mempengaruhi pikiran, perasaan ataupun tingkah laku orang lain untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya”.
Bertitik tolak dari pendapat , terlihat adanya kesamaan maksud dan
tujuan yang sama mengenai kepemimpinan. Memperhatikan pendapat-
pendapat diatas, maka dapat dikatakan bahwa kepemimpinan pada
dasarnya merupakan kemampuan yang terdapat pada diri seseorang
pemimpin untuk mempengaruhi dan menggerakan bawahannya dalam
suatu keadaan tertentu untuk bekerja sama guna menyelesaikan
serangkaian kegiatan sehingga tercapainya suatu tujuan yang telah
ditetapkan bersama.
8
2.1.1 Syarat-syarat Kepemimpinan
Untuk menjadi pemimpin yang baik, diperlukan beberapa syarat yang
harus dipenuhi. Syarat-syarat kepemimpinan menurut ajaran astabrata
Pamudji, (1995 : 77) harus dapat menjalankan 8 (delapan) laku
yang sesuai dengan sifat/watak dari dewa. Syarat-syarat kepemimpinan
tersebut adalah :
1. Watak matahariMatahari mempunyai sifat panas dan penuh energi, serta memberi hidup. Watak ini mempunyai arti bahwa setiap pemimpin itu harus memberikan semangat kepada anak buahnya.
2. Watak bulanBulan memberikan wujud indah dan menerangi dalam kegelapan. Arti dari watak ini adalah bahwa pemimpin harus dapat menyenangkan dan memberi terang dalam gelap pada anak buahnya.
3. Watak bintangBintang mempunyai bentik indah dan menjadi perhiasan di waktu malam serta menjadi pedoman bagi mereka yang kehilangan arah. Watak ini mempunyai arti bahwa pemimpin itu bertaqwa dan dapat menjadi contoh teladan serta dapat menjadi pedoman bagi bawahan.
4. Watak anginSifat angin mengisi ruangan yang kosong walaupun tempat sempit. Watak ini mempunyai pengertian bahwa pemimpin itu harus dapat melakukan tindakan yang teliti, cermat, mau turun ke lapangan untuk menyelami kehidupan.
5. Watak mendungMendung mempunyai sifat menakutkan tapi apabila sudah menjadi hujan dapat menghidupkan segala yang tumbuh. Watak ini mempunyai arti bahwa pemimpin itu harus berwibawa tapi tindakannya harus bermanfaat bagi bawahannya.
6. Watak apisifat api yaitu tegak dan dapat membakar apa saja yang bersentuhan dengannya. Watak ini mempunyai arti bahwa pemimpin itu harus dapat bertindak adil, mempunyai prinsip tegas dan tanpa pandang bulu.
7. Watak samudrasamudra luas dan merata. Dalam watak ini pemimpin harus mempunyai pandangan yang luas dan sanggup menerima persoalan dan tidak boleh membenci seseorang.
8. Watak bumiBumi mempunyai sifat sentosa dan suci. Jadi watak ini mempunyai maksud bahwa seorang pemimpin itu harus jujur dan sentosa
9
budinya, dan mau memberi anugerah pada siapa saja yang telah berjasa kepada bangsa dan negara.
2.1.2. Teknik-teknik Kepemimpinan
Teknik kepemimpinan adalah kemampuan atau ketrampilan teknik
pemimpin dalam menerapkan teori-teori kepemimpinan di tengah praktek
kehidupan dalam organisasi tertentu dan melengkapi konsep-konsep
pemikirannya, perilaku sehari-hari serta peralatan yang dipergunakan.
Penulis akan mengemukan pengertian mengenai teknik-teknik
kepemimpinan dari pendapat Pamudji (1995 : 114), adalah suatu cara
yang merupakan pola tetap untuk mempengaruhi orang-orang agar mau
bergerak ke arah yang diinginkan oleh si pemimpin. Adapun teknik-teknik
kepemimpinan tersebut adalah sebagai berikut:
1. Teknik Pematangan/penyiapan pengikut2. Teknik Human Relations3. Teknik menjadi teladan4. Teknik Persuasi dan Pemberian Perintah5. Teknik Menggunakan Sistem Komunikasi yang Cocok6. Teknik Penyediaan Fasilitas-Fasilitas
Keenam teknik tersebut diuraikan sebagai berikut :
1. Teknik Pematangan/ Penyiapan Pengikut.Teknik ini dilakukan dengan mengadakan penerangan yaitu dengan memberikan keterangan yang jelas dan benar kepada orang-orang sehingga mereka memperoleh pengertian yang jelas dan mendalam mengenai yang dimaksudkan kemudian tertarik dan timbul pikiran untuk mengikuti pemimpin.
2. Teknik Human RelationsTeknik ini merupakan proses atau rangkaian kegiatan memotivasi orang yaitu keseluruhan proses pemberian motif agar orang mau bergerak. Adapun yang dapat dijadikan motif yaitu pemenuhan kebutuhan yang meliputi fisik : sandang pangan,papan juga kebutuhan psikologis yang meliputi : kebutuhan atau kelayakan, kebutuhan penghargaan dari orang lain, kebutuhan anak, keamanan dan sebagainya. Dorongan-dorangan untuk memenuhi kebutuhan tersebut menyebabkan orang-orang bersedia mengikuti pemimpin yang diharapkan dapat memenuhi kebutuhan tersebut.
3. Teknik Menjadi TeladanSeorang pemimpin harus dapat memberi contoh atau teladan bagi mereka yang dipimpinnya dengan memberikan contoh kepada
10
orang-orang sehingga mereka dapat melihat sendiri dan percaya akan kebenaran ucapan-ucapan dan tingkah laku pemimpin yang akhirnya pemimpin dapat dengan mudah menggerakkan mereka untuk mengikuti pemimpin.
4. Teknik Persuasi dan Pemberian perintahTeknik persuasi atau ajakan menunjukkan kepada suasana dimana antara kedudukan pemimpin dan pengikut tidak terdapat batas-batas yang jelas sehingga pemimpin tidak dapat menggunakan kekuatan dan kekuasaan, Persuasi adalah ajakan-ajakan yang dilakukan dengan lunak sehingga orang-orang yang diajak itu bersedia mengikuti pemimpin dengan kemauan sendiri dan atas tanggung jawab sendiri. Proses persuasi berlangsung secara lambat, sedikit demi sedikit. Teknik pemberian perintah yaitu menyuruh orang-orang yang diberi perintah untuk mematuhi yang memberi perintah melakukan sesuatu dan dibelakang perintah terdapat kekuatan dan kekuasaan.
5. Teknik Menggunakan Sistem Komunikasi yang CocokMaksud dari teknik ini adalah komunikasi yang berarti menyampaikan suatu maksud kepada pihak lain baik dalam rangka penerangan, persuasi dan perintah yang penting dalam artian bahwa maksud itu diterima oleh si penerima sama dengan maksud si pengirim. Sering kali kali terjadi bahwa maksud itu diterima dan ditafsirkan lain sehingga membawa kekeliruan besar dalam penerangan. Umumnya di negara demokrasi, juga di negara kita yang berdasarkan Pancasila, komunikasi bersifat dua arah yaitu dari atas ke bawah yang berisi laporan-laporan atau saran-saran, selain itu tentunya masih ada komunikasi ke samping. Intinya sistem komunikasi tergantung pada faktor-faktor keadaan si penerima maksud (atau sering juga disebut dengan berita) dan alat-alat komunikasi yang tersedia.
6. Teknik Penyediaan Fasilits-FasilitasApabila sekelompok orang sudah siap mengikuti ajakan si pemimpin, maka orang orang tersebut harus diberi fasilitas-fasilitas atau kemudahan-kemudahan, fasilitas-fasilitas yang dimaksud adalah : a.) Kecakapan yang dapat diberikan melalui pendidikan dan
latihanb.) Uang, biasanya disediakan dalam anggaran belanjac.) Perlengkapan dan tempat kerja, biasanya dengan uang dapat
diperoleh barang-barang perlengkapan dengan cara membeli atau menyewa tempat kerja, tetapi dalam keadaan luar biasa dapat saja barang-barang dan tempat kerja tersebut sukar diperoleh.
d.) Waktu, mutlak diperlukan untuk melakukan sesuatu walaupun tersedia fasilitas-fasilitas sedangkan waktu yang selalu terbatas
11
Berdasarkan penjelasan , bahwa keberhasilan kepemimpinan
tergantung dari adanya aktifitas dari dirinya sendiri sebagai pemimpin dan
juga para perangkat sebagai bawahannya serta kerja sama dari ketiga
faktor utama yaitu : pemimpin, yang dipimpin dan situasi dimana mereka
bekerja. Kiranya diperlukan peningkatan mutu dari faktor-faktor tersebut,
terutama tentang syarat-syarat yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin
yang diterapkan dalam teknik-teknik kepemimpinan itu sendiri.
2.1.3. Sifat-sifat Kepemimpinan Pancasila
Sifat-sifat seorang pemimpin merupakan salah satu fakor yang
mempengaruhi dalam mewujudkan tujuan suatu organisasi. Kedudukan
seorang pemimpin dalam organisasi pemerintahan seperti negara
Indonesia ikut mempengaruhi sifat-sifat kepemimpinan yang dimilikinya.
Oleh karena itu sifat kepemimpinan di negara Indonesia harus
berlandaskan Pancasila. Hal ini sejalan dengan pendapat Yuwono
(1993:13-15), yakni :
Sifat-sifat kepemimpinan Pancasila
1. Ing ngarso sung tulodhoBahwa seorang pemimpin harus mampu melalui sikap perbuatannya menjadikan dirinya pola panutan dan ikutan bagi orang-orang yang dipimpinnya
2. Ing madya mangun karsa;Bahwa seorang pemimpin harus mampu meningkatkan semangat berswakarya dan berkreasi pada orang-orang yang dipimpinnya.
3. Tut wuri handayaniBahwa seorang pemimpin harus mendorong orang-orang yang diasuhnya agar berani berjalan di depan dan sanggup bertanggung jawab.
4. Mempunyai nilai-nilai luhur Pancasila, yang terdiri dari :a. jujur;b. terpercaya;c. bijaksana;d. mengayomi;e. berani dan mawas diri;f. mampu melihat jauh ke depan;g. berani dan mampu mengatasi kesulitan;h. bersikap wajar;
12
i. tegas dan tanggung jawab;j. sederhana;k. penuh pengabdian dalam tugas;
4. Pemimpin harus sesuai dengan azas kedaulatan rakyat, yakni :a. pemimpin harus bertindak tidak memaksakan kehendak
kepada orang lain;b. mengutamakan kepentingan negara dan masyarakat;c. musyarawah untuk mencapai mufakat itu meliputi rasa
kekeluargaan;d. dengan itikad baik dan tanggung jawab menerima dan
melaksanakan hasil keputusan musyawarah;e. musyawarah dilakukan dengan akal yang sehat dan
dengan hati nurani yang luhur;f. keputusan yang diambil harus dapat
dipertanggungjawabkan secara moral kepada Tuhan Yang Maha Esa, menjunjung tinggi martabat manusia serta nilai-nilai kebenaran dan keadilan.
Berdasarkan hal tersebut , maka dapat ditambahkan bahwa tidak ada
seorang manusia pun yang serta merta memiliki semua sifat tersebut ,
karena itu sangat penting bagi seorang pemimpin untuk menganalisa diri
sendiri serta melihat sifat-sifat apa yang masih perlu dikembangkan
melalui pendidikan, baik itu pendidikan yang bersifat forlmal maupun
pendidikan yang bersifat non formal.
2.1.4. Tipe-Tipe Kepemimpinan
Tipe-tipe pemimpin dan ciri-cirinya menurut Sondang P. Siagian
(1996:71) digolongkan dalam enam tipe, yaitu :
1. OtoriterKepemimpinan tipe ini menganggap bahwa kepemimpinan adalah hak dia, pemimpin menentukan dalam organisasi.
2. DemokratPemimpin yang bersifat demokratis adalah kebalikan dari pemimpin yang bersifat otoriter. Seorang pemimpin yang demokratik selalu berunding dengan bawahannya sebelum mengambil keputusan.
3. PaternalPemimpin yang bersifat kebapakan pada dasarnya hampir mendekati sifat otokrat, walaupun sang pemimpin berusaha menganggap bawahan seperti seorang ayah terhadap anaknya.
4. Personal
13
Tipe pemimpin personal atau pribadi biasanya ditemui pada perusahaan kecil dimana kontak atau hubungan pribadi antara sang pemimpin dan yang dipimpin sering sangat menolong dalam jalannya perusahaan.
5. Non PersonalSuatu pemimpin Non Personal melakukan kepemimpinannya melalui instruksi, sumpah atau janji. Jadi hubungan antara pemimpin dan yang dipimpin hanyalah melalui instruksi atau sumpah saja, pemimpin ini jarang ditemui.
6. InteraksiPemimpin tipe interaksi terjadi pada kelompok-kelompok yang menuju suatu tujuan khusus misalnya suatu tim sepak bola.
2.2. Kedudukan, Tugas Pokok dan Fungsi Camat, dan Pegawai Kecamatan
2.2.1.Kedudukan Camat
Kedudukan Camat selaku perangkat Daerah dapat ditunjukkan pada
Pasal 12 Peraturan Pemerintah RI, Nomor 8 Tahun 2003 tentang
Pedoman Organisasi Perangkat Daerah, yaitu :
a. Kecamatan merupakan perangkat daerah Kabupaten/Kota yang mempunyai wilayah kerja tertentu, dipimpin oleh Camat yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Bupati/Walikota melalui Sekretaris Daerah Kabupaten/Kota;
b. Camat diangkat oleh Bupati/Walikota atas usul Sekretaris Daerah Kabupaten.Kota dari Pegawai Negeri Sipil yang memenuhi syarat sesuai dengan pedoman yang ditetapkan oleh Menteri Dalam Negeri;
c. Camat menerima pelimpahan sebagia kewenangan pemerintahan dari Bupati/Walikota;
d. Pembentukan Kecamatan ditetapkan dengan Peraturan Daerah;e. Pedoman mengenai organisasi Kecamatan ditetapkan oleh
Menteri Dalam Negeri setelah mendapat persetujuan Menteri yang bertanggung jawab di bidang Pendayagunaan Aparatur Negara.
Menurut Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 pasal 66 tentang
Perangkat Daerah juga dinyatakan :
a. Kecamatan merupakan Perangkat Daerah dan daerah kota yang dipimpin oleh Kepala Kecamatan;
b. Kepala kecamatan disebut Camat;c. Camat diangkat oleh Bupati/Walikota atas usul dari Sekretaris
Daerah Kabupaten/kota dari Pegawai Negeri Sipil yang memenuhi syarat;
14
d. Camat menerima pelimpahan sebagian wewenang pemerintahan dari Bupati/Walikota;
e. Camat bertanggung jawab kepada Bupati atau Walikota;f. Pembentukan kecamatan ditetapkan dengan Peraturan Daerah.
Berdasarkan penjelasan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa
kecamatan merupakan Perangkat Daerah Kabupaten/Kota yang dipimpin
oleh Camat sebagai Kepala Wilayah untuk memimpin penyelenggaraan
pemerintahan di tingkat kecamatan.
Dengan kedudukan kecamatan sebagai perangkat daerah, maka
kecamatan bukan lagi sebagai wilayah administrasi dan Camat bukan lagi
sebagai Kepala Wilayah.
Jika mencermati kedudukan Kecamatan sebagai perangkat daerah,
maka jelas terkandung maksud dari Pemerintah untuk memposisikan
Kecamatan sebagai ujung tombak dalam memberikan pelayanan kepada
masyarakat.
Terkait dengan hal tersebut, maka sudah menjadi tanggung jawab
Pemerintah untuk memberdayakan Kecamatan sesuai dengan fungsi dan
kedudukannya, sehingga dapat menjadi ujung tombak Pemerintah pada
umumnya dan Pemerintah Daerah pada khususnya sebagai pelaksanaan
fungsi pelayanan pemerintahan kepada masyarakat.
Untuk dapat melaksanakan fungsinya dalam penyelenggaraan
pemerintahan dan pelayanan kepada masyarakat, maka Camat perlu
mendapatkan pelimpahan sebagian kewenangan dari Bupati/Walikota.
Agar dalam melaksanakan kewenangan-kewenangan yang dilimpahkan
oleh Bupati/Walikota tersebut dapat berjalan dengan baik, maka perlu
dilakukan upaya untuk meningkatkan kapasitas kecamatan dalam
penyelenggaraan pemerintahan di Kecamatan. Salah satu cara untuk
mencapai peningkatan kapasitas Kecamatan tersebut adalah membangun
manajemen operasional kecamatan.
Camat sebagai pimpinan penyelenggaraan Pemerintah Kecamatan
dibantu oleh perangkat kecamatan yang terdiri dari Sekretaris Camat,
15
Satuan Pamong Praja dan unsur aparat instansi vertikal yang satu dengan
yang lain saling berhubungan, saling mempengaruhi dan saling
mendukung dalam pencapaian tujuan.
2.2.2. Tugas Pokok dan Fungsi Camat
Tugas pokok, dan fungsi tugas Camat menurut Perda Kabupaten
Kendal No 69 Tahun 2001 Tentang Tugas Pokok dan Fungsi Organisasi
Kecamatan di Kabupaten Kendal adalah sebagai berikut :
Camat mempunyai tugas :
a. menyusun Program Kerja Tahunan Kantor Kecamatan berdasarkan analisis yang diajukan bawahan dalam rangka merumuskan kebijaksanaan teknis dan acuan operasional, sebagai pedoman pelaksanaan tugas;
b. mendistribusikan tugas-tugas kepada bawahan dengan memberi petunjuk dan arahan sehingga tugas terbagi habis dan diperoleh hasil kerja yang optimal;
c. merumuskan pola-pola kebijaksanaan pembangunan sebagai bahan penyusunan rencana Program Pembangunan Jangka Pendek menegah dan jangka panjang Kecamatan dengan memperhatikan masukan-masukan dari bawah;
d. mengkoordinasikan kegiatan dengan cara mengadakan rapat koordinasi mapun koordinasi langsung dengan pihak-pihak yang terkait dalam rangka pelaksanaan penyelenggaraan pemerintahan , pembangunan dan pembinaan kehidupan masyarakat;
e. melaksanakan tugas fungsi pengawasan melekat secara menyeluruh terhadap aparat Kecamatan, aparat desa agar tidak terjadi penyimpangan dalam melaksanakan tugasnya dan tercipta aparatur yang disiplin, bersih dan berwibawa;
f. membina dan memberikan motivasi kepada bawahan agar dapat melaksanakan tugas dan kewajibannya dengan baik dan senantiasa meningkatkan kemampuannya;
g. menetapkan keputusan, instruksi, surat edaran naskah-naskah surat dinas dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan umum di kecamatan;
h. bersama aparat terkait berusaha memecahkan setiap permasalahan yang muncul baik masalah pemerintahan, pembangunan maupun kemasyarakatan agar terwujud rasa aman dan tenteram bagi masyarakat;
i. menilai prestasi kerja bawahan langsung secara berkala melalui sistem penilaian yang tersedia, agar dapat diketahui prestasi kerjanya;
16
j. memeriksa dan menandatangani konsep laporan pelaksanaan tugas-tugas secara berkala maupun insidentil sesuai batas kewenangannya sebagai wujud pertangggungjawaban pelaksanaan tugas.
Camat mempunyai fungsi :
a. pelaksanaan pelimpahan sebagian kewenangan pemerintahan dari Kabupaten;
b. pelayanan penyelenggaraan Pemerintah Kecamatan;c. penyelenggaraan tugas-tugas pemerintahan umum, pembinaan
keagrarian dan peningkatan kemandirian politik;d. pembinaan pemerintahan Desa/Kelurahan;e. pembinaan ketentraman dan ketertiban wilayah;f. pembinaan pembangunan yang meliputi pembinaan perekonomian,
produksi dan distribusi serta pembinaan-pembinaan sosial;g. menyusun program administrasi ketatausahaan dan rumah tangga.
Keberhasilan pencapaian tujuan pada pemerintahan kecamatan
sangat dipengaruhi oleh kepemimpinan Camat sebagai pimpinan yang
dalam hal ini kepemimpinan camat dalam mewujudkan disiplin kerja para
aparturnya. Oleh karena itu, kepemimpinan sebagai alat pencapaian tujan
kelompok.
2.2.3. Pegawai Kecamatan
Pegawai berasal dari bahasa Jawa yaitu “gawe” atau “kerja”.
Menurut Prof. Dr. H. Buchari Zainun, MPA, dalam bukunya Administrasi
Kepegawaian Pemerintah Negara Indonesia (1990:5) “ Pegawai adalah
kata benda berupa orang-orang atau kelompok orang yang mempunyai
status tertentu karena pekerjaannya”. Pegawai pada hakikatnya
merupakan unsur manusia bagi suatu organisasi yang sekaligus menjadi
sumber daya bagi organisasi.
Menurut Widjaja (1995:15) bahwa “Pegawai merupakan tenaga
kerja manusia, jasmaniah, maupun rohaniah (mental dan pikiran) yang
senantiasa dibutuhkan dan karena itu menjadi salah satu modal pokok
dalam badan usaha kerja sama untuk mencapai tujuan tertentu”.
17
Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 Tentang Kepegawaian,
dalam Bab I Ketentuan Umum Pasal 1 (1) menyebutkan bahwa “Pegawai
Negeri adalah setiap warga negara Republik Indonesia yang telah
memenuhi syarat yang telah ditentukan, diangkat oleh pejabat yang
berwenang dan diserahi tugas dalam suatu jabatan negeri, atau diserahi
tugas negara lainnya, dan digaji berdasarkan peraturan perundang-
undangan yang berlaku”.
Pada lingkungan kerja Kantor Kecamatan, pegawai kecamatan
mempunyai peranan yang menentukan sebagai perencana, pelaksana
dan pengendali pembangunan. Mengingat pentingnya peranan pegawai
kecamatan, haruslah kiranya mendapatkan perhatian yang sebaik-
baiknya, dalam upaya pencapaian suatu prestasi kerja pegawai yang
tinggi, efektif dan efisien.
2.3 Disiplin dan Disiplin Kerja2.3.1 Pengertian Disiplin
Disiplin berasal dari kata “disciplina” yang berarti latihan/pendidikan
kesopanan dan kerohanian serta pengembangan tabiat. Menurut soerang
ahli bahasa yaitu W.J.S. Poerwadarminta (1991 : 288), pengertian disiplin
adalah :
“Disiplin yaitu latihan batin dan waktu dengan maksud agar segala
perbuatan atau kegiatan selalu mentaati tata tertib, dan dapat diartikan
juga pada peraturan/tata tertib”.
Dengan demikian disiplin selalu berpedoman pada peraturan
perundang-undangan yang berlaku yang mengatur segala tindakan aparat
dalam melaksanakan tugas pekerjaan sehai-hari.
Disiplin mempunyai hubungan yang erat dengan moral seseorang
aparatur pemerintahan yang mempunyai moral baik, tercermin dari
tingkah laku yang berwujud disiplin. Dengan adanya disiplin seroang
aparatur pemerintah dalam melaksanakan pekerjaannya maka akan
mendapatkan hasil kerja sesuai dengan tujuan dan tepat waktu. Disiplin
18
kerja harus terus menerus dilakukan oleh aparatur pemerintah, dimana
pelaksanaannya bukan dikarenakan sanksi tetapi harus sadar dengan
adanya dorongan dari diri pribadi masing-masing.
Menurut Sugeng (1994:23), pengertian disiplin sebagai berikut :
“Disiplin adalah suatu kondisi yang dan terbentuk melalui proses dari
serangkaian perilaku yang menunjukkan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan,
kesetiaan, keteraturan dan atau ketertiban.”
Berdasarkan pengertian diatas maka di dalam suatu organisasi
diperlukan kondisi yang menunjukkan nilai-nilai yang taat, patuh, setia ,
teratur dan tertib.
Selanjutnya Ermaya Suradinata (1997:127) mengatakan bahwa
disiplin adalah :
“Suatu kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui proses perilaku, melalui
pelajaran, kepatuhan, ketaatan, kesetiaan, rasa hormat pada ketentuan
atau peraturan dan norma yang berlaku”.
Dari pendapat maka disimpulkan bahwa disiplin adalah suatu
keadaan yang tercipta dan terbentuk lewat proses perilaku, lewat
pelajaran, kepatuhan, ketaatan, kesetiaan, rasa hormat pada ketentuan
atau peraturan dan norma yang berlaku.
Berdasarkan uraian tersebut diatas, berarti disiplin dapat disimpulkan
sebagai berikut :
1. Disiplin yaitu latihan batin dan waktu dengan maksud agar segala
perbuatan atau kegiatan selalu mentaati tata tertib, dan dapat
diartikan juga pada peraturan/tata tertib;
2. Disiplin adalah suatu pengawasan terhadap diri sendiri/pribadi (dari
buruh/pegawai/siapa saja) untuk memenuhi persyaratan yang telah
ditentukan oleh pimpinan organisasi/lembaga untuk mencapai tujuan
yang telah ditentukan. Dan disiplin itu sesungguhnya kendali bagi
pelaksanaan kerjasama agar berhasil;
19
3. Disiplin adalah suatu kondisi yang tercipta dan terbentuk
melalui proses perilaku, melalui pelajaran, kepatuhan, ketaatan,
kesetiaan, rasa hormat pada ketentuan atau peraturan dan norma
yang berlaku.
2.3.2 Disiplin Kerja
Disiplin kerja dapat didefinisikan sebagai suatu sikap hormat, patuh
dan taat terhadap peraturan-peraturan yang berlaku, baik yang tertulis
maupun yang tidak tertulis serta sanggup menjalankan dan tidak
mengelak untuk menerima sanksi apabila ia melanggar tugas dan
wewenang yang diberikan kepadanya. Disiplin kerja di sini maksudnya
disiplin yang mengharuskan seseorang mengikuti peraturan pekerjaan
tertentu dalam bekerja agar dapat memperoleh hasil sesuai target atau
standar yang telah ditentukan. Keith Davis (1988 : 366) mengemukakan
bahwa “Dicpilne is management action to enforce organization standards”.
Berdasarkan pendapat Keith Davis, disiplin kerja dapat diartikan sebagai
pelaksanaan manajemen untuk memperteguh pedoman-pedoman
organisasi.
Menurut Tayibnafis (1995 : 204), Disiplin Pegawai Negeri Sipil
adalah :
“Ketaatan dan kepatuhan terhadap perundang-undangan yang berlaku
yang tercermin dalam sikap dan tata laku individu pegawai di waktu kerja
maupun di luar jam kerja”.
Disiplin ini mencakup 2 hal : disiplin waktu dan disiplin tingkah laku
dan perbuatan. Disiplin waktu adalah disiplin yang mudah dilihat dan
dikontrol oleh pimpinan maupun oleh masyarakat. Disiplin waktu dapat
dilihat dari waktu datang dan pulang kerja, pelaksanaan apel pagi dan
apel siang yang merupakan waktu dimulainya dan berakhirnya jam kerja.
Selain itu ketepatan waktu juga dapat diukur pada pelaksanaan kerja,
20
dengan membandingkan antara waktu pelaksanaan kerja senyata dengan
waktu selesai yang diharapkan.
Sedangkan disiplin tingkah laku dan perbuatan dapat dilihat dari
ketaatan dan kepatuhan seseorang terhadap prosedur kerja yang telah
ditetapkan, kerelaan mengutamakan kepentingan dinas daripada
kepentingan pribadi, juga dapat ditunjukkan dengan kerja yang diberikan
kepadanya.
Disiplin kerja dalam pelaksanaannya harus senantiasa dipantau dan
diawasi, di samping hal itu seharusnya sudah menjadi perilaku yang baku
setiap pekerja dalam suatu organisasi pekerja dalam suatu organisasi
penting sebab ada kecenderungan umum manusia untuk menyimpang,
baik penyimpangan itu hanya sekedar mencari kemudahan saja maupun
untuk mencari keuntungan pribadi. Dalam usaha mendisiplinkan kerja ada
beberapa faktor yang perlu diperhatikan:
1. pembagian tugas dan pekerjaan telah dibuat lengkap dan
dapat diketahui dengan sadar oleh para pekerja;
2. adanya petunjuk kerja yang singkat, sederhana tapi lengkap;
3. kesadaran setiap pekerja terhadap tugas atau pekerjaan yang
menjadi tanggung jawabnya;
4. perlakuan adil terhadap setiap penyimpangan oleh
manajemen;
5. adanya keinsyafan pada bekerja bahwa akibat kecerobohan
atau kelalaiannya dapat merugikan organisasi dan dirinya serta ada
kemungkinan membahayakan orang lain.
Dari pengertian disiplin kerja tersebut maka dapat penulis simpulkan
bahwa disiplin kerja adalah :
1. ketaatan dan kepatuhan terhadap perundang-undangan yang
berlaku yang tercermin dalam sikap dan tata laku individu pegawai di
waktu kerja maupun di luar jam kerja;
2. disiplin kerja mencakup 2 hal : disiplin waktu dan disiplin tingkah
laku dan perbuatan;
21
3. disiplin waktu adalah disiplin yang mudah dilihat dan dikontrol
oleh pimpinan maupun oleh masyarakat;
4. disiplin tingkah laku dan perbuatan dapat dilihat dari ketaatan dan
kepatuhan seseorang terhadap prosedur kerja yang telah ditetapkan,
kerelaan mengutamakan kepentingan dinas daripada kepentingan
pribadi, juga dapat ditunjukkan dengan kerja yang diberikan
kepadanya.
2.4. Pembinaan Disiplin Kerja Perangkat Kecamatan
Pembinaan disiplin terhadap perangkat Kecamatan merupakan
upaya mendidik secara teratur dan bertanggung jawab guna
meningkatkan disiplin dalam bekerja yang nantinya atas prakarsa dan
kesadaran sendirii dapat menambah, meningkatkan dan mengembangkan
diri dan lingkungan sehingga tercipta suatu keadaan lingkungan yang
tertib, berdaya guna dan berhasil guna.
Dengan demikian pembinaan terhadap pegawai khususnya
perangkat mutlak diperlukan dalam organisasi pemerintah kecamatan,
dalam rangka mewujudkan tujuan yang telah ditetapkan secara berdaya
guna dan berhasil guna.
Pegawai Kecamatan ditafsirkan sebagai semua pegawai kecamatan
yang melaksanakan tugas dan fungsi masing masing di luar Camat.
Dalam organisasi kecamatan, posisi Camat selaku pimpinan organisasi
sangat menentukan. Disiplin diperlukan kemampuan pimpinan untuk
menggerakkan organisasi menuju tujuan yang diharapkan. Maju
mundurnya organisasi dalam hal ini Kecamatan lebih banyak ditentukan
oleh faktor pimpinan yang dalam hal ini adalah Camat.
Bagi PNS ada peraturan pemerintah yang secara tegas mengatur
larangan dan kewajiban PNS, sebagaimana yang ditetapkan dalam PP
Nomor 30 Tahun 1980 tentang Peraturan Disiplin bagi pegawai negeri
sipil. Peraturan Disiplin PNS adalah peraturan yang mengatur kewajiban,
22
larangan dan sanksi bila kewajiban tidak ditaati atau larangan dilanggar
oleh pegawai negeri sipil.
Sedang pelanggaran disiplin adalah setiap ucapan, tulisan atau
perbuatan PNS yang melanggar ketentuan Peraturan Disiplin PNS, baik
dikerjakan di dalam maupun di luar jam kerja.
Peraturan Pemerintah No. 30 Tahun 1980 tentang Peraturan Disiplin
Pegawai Negeri Sipil secara tegas telah diatur ketentuan yang harus
dipatuhi oleh seluruh pegawai termasuk perangkat Kecamatan Kendal.
Dalam pasal 2 diatur tentang kewajiban Pegawai Negeri Sipil, antara lain :
1. setia dan taat sepenuhnya kepada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 dan Pemerintah;
2. menjunjung tinggi nilai kehormatan dan martabat Negara, Pemerintah dan Pegawai Negeri Sipil;
3. mengangkat dan Mentaati Sumpah/Janji Pegawai Negeri Sipil dan Sumpah/Janji jabatan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku;
4. menyimpan rahasia Negara dan atau rahasia jabatan dengan sebaik-baiknya;
5. memperhatikan dan melaksanakan segala ketentuan pemerintah baik yang langsung menyangkut tugas kedinasannya maupun yang berlaku secara umum;
6. melaksanakan tugas kedinasan dengan sebaik-baiknya dan dengan penuh pengabdian, kesadaran dan tanggung jawab
7. bekerja dengan jujur, tertib, cermat bersemangat untuk kepentingan Negara
8. memelihara dan meningkatkan keutuhan, kekompakan, persatuan dan kesatuan Korps Pegawai Negeri Sipil
9. segera melaporkan kepada atasannya, apabila mengetahui ada hal yang dapat membahayakan atau merugikan Negara/Pemerintah terutama di bidang keamanan, keuangan dan material
10. mentaati ketentuan jam kerja 11. menciptakan dan memelihara suasana kerja yang baik12. menggunakan dan memelihara barang-barang milik negara
dengan sebaik-baiknya13. bertindak dan bersikap tegas, tetapi adil dan bijaksana terhadap
bawahannya14. membimbing bawahannya dalam melaksanakan tugasnya15. menjadi dan memberikan contoh serta tauladan yang baik
terhadap bawahannya16. mendorong bawahannya untuk meningkatkan prestasi kerjanya17. memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk
mengembangkan kariernya;
23
18. berpakaian rapi dan sopan serta bersikap dan bertingkah laku sopan santun terhadap masyarakat, sesama Pegawai Negeri Sipil dan atasannya;
19. mentaati segala peraturan perundang-undangan dan peraturan kedinasan yang berlaku;
20. mentaati perintah kedinasan dari atasan yang berwenang;21. memperhatikan dan menyelesaikan dengan sebaik-baiknya
setiap laporan yang diterima mengenai pelanggaran disiplin.
Sedangkan di dalam Pasal 3 Peraturan Pemerintah No. 30 Tahun
1980, mengatur tentang larangan bagi Pegawai Negeri Sipil, antara lain :
1. melakukan hal-hal yang dapat menurunkan kehormatan atau martabat Negara, Pemerintah atau Pegawai Negeri Sipil;
2. menyalahgunakan wewenangnya;3. tanpa izin pemerintah menjadi pegawai atau bekerja untuk
negara asing;4. melakukan tindakan yang bersifat negatif dengan maksud
membalas dendam terhadap bawahannya atau orang lain, di dalam maupun di luar lingkungan kerjanya;
5. menerima hadiah atau suatu pemberian berupa apa saja dari siapapun juga yang diketahui atau patut diduga bahwa pemberian itu bersangkutan atau mungkin bersangkutan dengan jabatan atau pekerjaan Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan;
6. memasuki tempat-tempat yang dapat mencemarkan kehormatan atau martabat Pegawai Negeri Sipil, kecuali untuk kepentingan jabatan;
7. bertindak sewenang-wenang terhadap bawahannya;8. melakukan suatu tindakan atau sengaja tidak melakukan suatu
tindakan yang dapat berakibat menghalangi atau mempersulit salah satu pihak yang dilayaninya sehingga mengakibatkan kerugian bagi pihak yang dilayani;
9. menghalangi berjalannya tugas kedinasan;10. membocorkan dan atau memanfaatkan rahasia negara yang
diketahui karena kedudukan jabatan untuk kepentingan pribadi, golongan atau pihak lain;
11. bertindak selaku perantara bagi sesuatu pengusaha atau golongan untuk mendapatkan pekerjaan atau pesanan dari kantor/instansi pemerintah;
12. melakukan kegiatan usaha dagang baik secara resmi maupun melakukan pungutan tidak sah dalam bentuk apapun juga dalam melaksanakan tugasnya untuk kepentingan pribadi, golongan atau lain.
24
Selain diatur mengenai kewajiban dan larangan bagi Pegawai Negeri
Sipil, juga telah ditegaskan mengenai sanksi yang diberikan apabila PNS
melanggar larangan yang ada. Sanksi-sanksi tersebut meliputi :
A. Tingkat hukuman disiplin
1. Ringan;
2. Sedang;
3. Berat.
B. Jenis hukuman disiplin ringan terdiri dari :
1. Teguran lisan;
2. teguran tertulis;
3. Pernyataan tidak puas secara tertulis.
C. Jenis hukuman disiplin sedang terdiri dari :
1. Penundaan kenaikan gaji berkala untuk paling lama 1 (satu)
tahun;
2. Penurunan gaji sebesar satu kali kenaikan gaji berkala
untuk paling lama 1 (satu) tahun;
3. Penundaan kenaikan pangkat untuk paling lambat 1 (satu)
tahun.
D. Jenis hukuman disiplin berat terdiri dari :
1. Penurunan pangkat pada pangkat yang setingkat lebih
rendah untuk paling lama 1 (satu) tahun;
2. Pembebasan dari jabatan;
3. Pemberhentian dengan hormat tidak atas permintaan sendiri
sebagai Pegawai Negeri Sipil;
4. Pemberhentian dengan tidak hormat sebagai Pegawai
negeri Sipil.
25
BAB IIIMETODOLOGI PENELITIAN
3.1. Metode Penelitian
Menurut Sugiyono (1997:1), “Metode penelitian merupakan cara
ilmiah yang digunakan untuk mendapatkan data dengan tujuan tertentu”.
Cara ilmiah berarti kegiatan tersebut dilandasi oleh metode keilmuan,
sedangkan metode keilmuan merupakan gabungan antara pendekatan
rasional dengan pendekatan empiris.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif dengan
pendekatan induktif, karena dengan pendekatan ini peneliti dapat
merumuskan informasi seluas mungkin tentang suatu obyek penelitian.
Menurut Nazir (2001:63) pengertian dari metoda deskriptif yaitu:
“Suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu obyek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran, atau lukisan secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki”.
Pengertian sejalan dengan Nawawi (2001:63) yang memberikan
definisi metode deskriptif yaitu : “Sebagai prosedur pemecahan masalah
26
yang diselidiki dengan menggambarkan, melukiskan keadaan subyek,
obyek penelitian (seseorang, lembaga,masyarakat dan lain-lain) pada saat
sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana
adanya”.
Dengan demikian secara keseluruhan bahwa desain penelitian
deskriptif memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
1. memusatkan pada masalah-masalah yang ada pada saat penelitian
dilakukan ( saat sekarang ) atau masalah-masalah yang bersifat
aktual.
2. menggambarkan fator-faktor tentang masalah yang diselidiki
bagaimana adanya, diiringi dengan interpretasi yang mantap yang
kemudian menetapkan suatu kesimpulan.
Dalam pengertian ini desain deskriptif pada dasarnya memberikan
gambaran secara jelas yang diperoleh dari kenyataan yang sebenarnya
dengan didukung data serta dapat diyakini kebenarannya termasuk
disesuaikan juga dengan pengamatan melalui indera penulis yang dapat
ditemukan di lapangan. Data tersebut dikumpulkan selanjutnya dianalisis
untuk ditarik suatu kesimpulan.
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
induktif. Pendekatan induktif adalah suatu proses penalaran dari khusus
ke umum, yaitu menarik kesimpulan umum dari pengamatan khusus.
Menurut Moleong (1998:5) bahwa :
“Pendekatan induktif digunakan karena berbagai alasan. Pertama, proses induktif lebih dapat menemukan kenyataan-kenyataan ganda sebagaimana yang terdapat dalam data; kedua, pendekatan ini lebih dapat membuat hubungan peneliti-responden menjadi eksplisit, dapat dikenal dan akuntabel; ketiga, pendekatan yang demikian menguraikan latar secara penuh dan dapat membuat keputusan-keputusan tentang dapat-tidaknya penglihatan kepada suatu latar lainnya; keempat, lebih dapat menemukan pengaruh bersama yang mempertajam hubungan-hubungan, dan yang terakhir pendekatan ini dapat memperhitungkan nilai-nilai secara eksplisit sebagai bagian dari struktur analitik”.
Selanjutnya Sudjana (1999:7) mengatakan bahwa :
27
“Proses berpikir induktif adalah kebalikan dari proses berpikir deduktif yakni pengambilan kesimpulan dimulai dari pernyataan atau fakta-fakta khusus menuju pada kesimpulan yang bersifat umum tetapi dari fakta atau data khusus berdasarkan pengamatan di lapangan atau pengalaman empiris. Data dan fakta hasil pengamatan empiris disusun, diolah, dikaji, untuk kemudian ditarik maknanya dalam bentuk pernyataan atau kesimpulan bersifat umum”.
Jadi metode penelitan deskriptif dengan pendekatan induktif adalah
penelitian yang menggambarkan atau memaparkan suatu fenomena yang
sesungguhnya dengan cara mempelajari dan mengamati fakta-fakta atau
masalah-masalah yang bersifat khusus dengan mengumpulkan data-data
di lapangan sehingga diperoleh gambaran yang bersifat umum dari
masalah yang dihadapi.
3.2. Populasi dan Sampel3.2.1. Populasi
Setiap penelitian ilmiah selalu berhadapan dengan masalah populasi,
sebagai wilayah dalam suatu penelitian. Populasi menurut Nawawi
(2001:141) adalah : “Keseluruhan obyek penelitian yang dapat terdiri dari
manusia, benda-benda, hewan, tumbuh-tumbuhan, gejala-gejala, nilai test
atau peristiwa-peristiwa sebagai sumber data yang memiliki karakteristik
tertentu di dalam suatu penelitian”.
Populasi dalam setiap penelitian harus disebutkan secara tersurat,
yaitu yang berkenaan dengan besarnya anggota populasi serta wilayah
penelitian yang dicakup. Tujuannya agar kita dapat menentukan besarnya
anggota sampel yang diambil dan membatasi berlakunya daerah
generalisasi. Sugiyono (1998:57) menegaskan bahwa : “Populasi adalah
wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai
kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”.
28
Berdasarkan pengertian tersebut diatas, maka dalam penelitian ini
yang menjadi populasi adalah seluruh aparat kantor Kecamatan Patebon
Kabupaten Kendal yang berjumlah 19 orang.
3.2.2. Sampel
Sampel merupakan sebagian dari jumlah dan karakteristik yang
dimiliki oleh populasi. Menurut Arikunto ( 1998 : 117), sampel adalah
“sebagian dari populasi yang mampu mewakilikeseluruhan dari populasi
tersebut”.
Peneliti dalam penelitian ini menggunakan sampel jenuh dimana
jumlah sampel yang kurang dari 30 orang akan digunakan secara
keseluruhan sebagai sampel dalam sebuah penelitian.
Lebih lanjut Sugiyono (1998:62) memberikan penjelasan bahwa
sampling jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota
populasi digunakan sebagai sampel.
Berdasarkan penelitian maka jumlah keseluruhan sampel sebanyak
19 orang yaitu Camat Patebon dan seluruh perangkat Kecamatan
Patebon.
Adapun lebih jelasnya sampel yang akan digunakan penulis adalah :
1. Camat : 1 orang
2. Sekretaris Camat : 1 orang
3. Kepala Seksi : 5 orang
4. Staf :12 orang
19 orang
3.3. Teknik Pengumpulan Data dan Sumber Data3.3.1. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini untuk memperoleh data yang akurat dan dapat
diyakini kebenarannya, penulis menggunakan teknik pengumpulan data
sebagai berikut :
29
a. Observasi
Yaitu proses memperoleh keterangan untuk tujuan secara langsung,
sehingga diperoleh data dan informasi tentang obyek penelitian.
Observasi juga diartikan sebagai suatu pengamatan meliputi kegiatan
pemusatan perhatian terhadap sesuatu obyek dengan menggunakan
seluruh alat indra. Dalam hal ini observasi dilakukan dengan mendatangi
secara langsung Kantor Kecamatan Patebon untuk melihat dan
mengamati kondisi yang ada guna memperoleh keterangan yang
dibutuhkan.
b. Wawancara
Menurut Moleong (2001:135), mengemukakan bahwa:
“Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu, percakapan ini
dilakukan dengan dua pihak, yaitu pewawancara yang mengajukan
pertanyaaan dan yang diwawancarai yang memberikan jawaban atas
pertanyaan itu.”
Penulis mengumpulkan data dengan mengadakan tanya jawab
langsung dengan responden yang telah ditentukan sebelumnya yang
dalam hal ini adalah Camat Patebon sebagai responden wawancara.
c. Kuisioner
Teknik pengumpulan data dengan kuesioner yaitu dengan
memberikan pertanyaan-pertanyaan kepada responden yang sudah diberi
jawaban sesuai dengan bobotnya. Sedangkan yang menjadi bahan
pertanyaan kuesioner itu sesuai hal-hal yang berkaitan dengan variabel
dan indikator yang berkaitan dengan kepemimpinan camat dalam
mewujudkan disiplin kerja aparat pemerintah Kecamatan Patebon
Kabupaten Kendal. Menurut Koentjaraningrat (1997 : 185) bentuk
kuisioner dibedakan menjadi dua yaitu “pertanyaan terbuka dan
pertanyaan tertutup”. Bentuk kuisioner yang digunakan oleh peneliti yaitu
pertanyaan tertutup. Pertanyaan tertutup ini tidak memberikan
kemungkinan bagi responden untuk memberi jawaban panjang lebar
30
menurut jalan pikirannya sendiri, dengan istilah-istilahnya sendiri dan
dengan gaya bahasa sendiri.
d. Dokumenasi
Teknik pengumpulan data dengan dokumentasi ialah pengambilan
data diperoleh melalui dokumen-dokumen, seperti buku-buku, majalah,
dokumen, peraturan-peraturan, catatan harian rapat dan foto yang ada
kaitannya dengan judul penelitian di Kecamatan Patebon Kabupaten
Kendal.
3.3.2. Sumber Data
Menurut Arikunto (1998:114), Yang dimaksud dengan sumber data
dalam penelitian adalah subyek dari mana data dapat diperoleh.
Selanjutnya yang digunakan sebagai sumber data yaitu :
a. Person, yaitu sumber data yang bisa memberikan data berupa
jawaban lisan melalui wawancara atau jawaban tertulis, dalam hal ini
adalah pegawai Kantor Camat Patebon,
b. Place, yaitu sumber data yang menyajikan tampilan berupa
keadaan diam dan bergerak, meliputi keadaan Kantor Camat
Patebon Kabupaten Kendal, sarana prasarana kantor serta aktivitas
dan kinerja pegawai Kantor.
c. Paper, yaitu sumber data yang menyajikan tanda-tanda berupa
huruf, angka, gambar atau simbol-simbol lain yang dalam hal ini
didapat melalui data-data Kantor Camat Patebon serta dari
Peraturan Perundang-undangan yang dianggap berhubungan
dengan penelitian ini.
Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bawah dari cara
memperolehnya, sumber data dikelompokkan menjadi dua macam, yaitu :
a. Data sekunder
yaitu data yang diperoleh secara tidak langsung dan berguna sebagai
pembantu. Karena data ini diperoleh dari dokumen-dokumen yang
31
berisi informasi yang berkaitan dengan data yang kita butuhkan untuk
memandu kita dalam memperoleh data di lapangan.
b. Data primer
yaitu data yang diperoleh langsung dari responden, yang dilakukan
dengan wawancara dan kuisioner. Yang menjadi data primer adalah
Camat Patebon dan Aparat Kecamatan Patebon.
3.4. Teknik Analisis Data
Analisis data merupakan bagian yang sangat penting dalam metode
penelitian karena dengan analisis data tersebut dapat diberi arti dan
makna yang berguna dalam memecahkan masalah penelitian.
Moleong (2000 : 13) menyatakan bahwa analisi data adalah:
“Analisis data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data
ke dalam pola, kategori dan satuan uraian dasar sehingga dapat
ditemukan tema dan dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan
oleh data”.
Nazir (1999:419) mengatakan bahwa “analisis data adalah
mengelompokkan data, membuat suatu urutan, memanipulasi serta
menyingkatkan data sehingga mudah untuk di baca”.
Dari penelitian tersebut dapat dijelaskan bahwa proses analisis data
dapat dilakukan setelah melalui proses klasifikasi. Proses klasifikasi yang
dimaksud adalah mengklasifikasikan data yang diperoleh dalam penelitian
ke dalam kelompok atau kategori-kategori tertentu sehingga dengan
demikian dalam kegiatan selanjutnya, data menjadi sangat mudah untuk
dimanfaatkan. Dengan kata lain upaya klasifikasi data merupakan langkah
awal dalam mengadakan perubahan data mentah menuju pada langkah
pemanfaatan data, sehingga akan terlihat adanya suatu keterikatan antara
satu data dengan data yang lain.
32
Analisis data yang dilakukan semenjak awal sampai akhir penelitian
bertujuan untuk memahami makna yang terkandung dalam data. Data
yang diperoleh akan dianalisa melalui analisa diskriptif kualitatif, yaitu data
yang diperoleh dilukiskan atau digambarkan secara sistematis sehingga
dapat diperolah suatu kesimpulan.
Dalam menganalisa data penulis menggunakan langkah-langkah
sebagai berikut :
a. Reduksi data
Tujuannya adalah untuk mengurangi kesalahan-kesalahan yang
terdapat didalamnya dan sebagai usaha kearah klasifikasi dan
tabulasi dari data tersebut.
b. Tabulasi
Adalah kegiatan merumuskan data ke dalam bentuk tabel atau grafik,
statistik dan sebagainya, setelah data itu diklasifikasikan. Hal ini agar
mempermudah dalam menafsirkan data-data uang disajikan dalam
bentuk tabel.
c. Standarisasi data
Untuk mempermudah menganalisis data, ditentukan melalui
standarisasi data ini yaitu dengan cara:
1. Penentuan Kualitas Jawaban
Dalam penentuan kualitas jawaban ini, penulis menggunakan
sistem nilai menurut Likert di dalam Sugiyono (2001:74) yaitu
memberikan bobot sebagai berikut :
a. Untuk jawaban a dengan bobot nilai 3
b. Untuk jawaban b dengan bobot nilai 2
c.Untuk jawaban c dengan bobot nilai 1
33
2. Penentuan Skor
Penentuan Skor dari jawaban tersebut diperoleh dari frekuensi
jawaban dikalikan bobot nilai dan kemudian dibagi dengan jumlah
responden. Dan dirumuskan sebagai berikut :
Frekuensi jawaban (f)X Bobot Nilai(b)Skor =
Jumlah Responden (N)
3. Penentuan Presentase dengan rumus :
Untuk mencari presentase dari setiap jawaban responden,
rumus yang digunakan adalah sebagai berikut :
P (%) = f / n x 100 %
Keterangan :
P = Presentase
f = Frekuensi Jawaban
n = Jumlah seluruh data (Responden Kuisioner yaitu
seluruh pegawai Kantor Camat Patebon yang
berjumlah 18 pegawai)
4. Penentuan Kriteria Hasil Skor
Untuk dapat mengetahui / menentukan jawaban responden dari
masing-masing variabel yang tergolong baik, sedang dan kurang,
maka terlebih dahulu ditentukan skala interval. Kriteria hasil skor
ditentukan dengan skala interval seperti yang dikemukakan oleh
Nazir (1999:445), “Besar interval dapat diketahui dengan
menggunakan range dan jumlah kelas”. Dari uraian tersebut maka
besar interval dengan range (jangkauan nilai tertinggi dengan nilai
terendah) dibagi dengan jumlah kelas (interval nilai). Sehingga
diperoleh interval yaitu 0,66.
Jarak Pengukuran (R)
Interval =
34
Jumlah Kelas (K)
Nilai Tertinggi – Nilai Terendah Interval =
Jumlah Kategori (K)
R Interval =
K
3 - 1 = = 0,6
3
Dengan demikian dapat diketahui kategori jawaban responden
masing-masing variabel yaitu :
a. Skor 2,34-3,00 diberi kriteria baik
b. Skor 1,67-2,33 diberi kriteria cukup
c. Skor 1,00-1,66 diberi kriteria kurang
e. Interpretasi
Interpretasi adalah tahap akhir dari analisis data yaitu mencari arti
dalam pengembangan yang lebih luas dari jawaban yang diberikan
responden dengan menghubungkan ilmu pengetahuan dari teori
yang sudah ada.
1.4. Tempat dan Waktu penelitian 1.4.1. Tempat penelitian
Lokasi yang menja penelitian adalah kantor Kecamatan Patebon
Kabupaten Kendal Propinsi Jawa Tengah.
1.4.2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian telah dilaksanakan pada tanggal 5 Januari sampai
dengan 30 Januari 2004.
35
BAB IVANALISIS KEPEMIMPINAN CAMAT PATEBON DALAM
MENINGKATKAN DISIPLIN KERJA PEGAWAI
4.1. Deskripsi Objek Penelitian4.1.1. Gambaran Umum Kecamatan Patebon4.1.1.1Keadaan Geografis
Kecamatan Patebon merupakan salah satu diantara 17 (Tujuh Belas)
Kecamatan di Kabupaten Kendal. Kecamatan Patebon cukup strategis
bagi perkembangan kota, karena terletak pada titik simpul prasarana
transportasi : Semarang - Patebon - Jakarta. Jarak antara kecamatan
Patebon dengan ibukota Kabupaten kurang lebih 3 km, sedangkan jarak
dengan ibu kota Propinsi Jawa Tengah kurang lebih 25 km dengan batas-
batasnya sebagai berikut :
Sebelah utara : Laut JawaSebelah selatan : Kecamatan PegandonSebelah barat : Kecamatan Cepiring/Sungai BodriSebelah timur : Kecamatan Kendal
Luas wilayah Kecamatan Patebon + 44,30 KM2 atau + 4.430 Ha
yang terdiri dari :
Tanah Sawah : 15,18 KM2 atau 1.518 Ha
36
Tanah Pekarangan : 10,78 KM2 atau 1.078 HaTanah Tegalan : 7,81 KM2 atau 7.81 HaTanah Tambak : 4,92 KM2 atau 4.92 HaTanah Lain-lain : 5,61 KM2 atau 5.61 Ha
Sedangkan jarak Kecamatan Patebon dengan pusat pemerintahan
adalah sebagai berikut :
a. Jarak dengan Desa terjauh (Kartikajaya) adalah 8 Km,
dapat ditempuh selama 10 menit dengan menggunakan kendaraan
bermotor;
b. Jarak dengan kabupaten adalah 3 Km, dapat ditempuh
selama 5 menit dengan menggunakan kendaraan bermotor;
c. Jarak dengan Ibukota Propinsi adalah 32 Km, dapat
ditempuh selama 1 jam dengan menggunakan kendaraan bermotor.
Kondisi jalan yang menghubungkan Kecamatan Patebon dengan
Kecamatan lainnya sudah cukup memadai dengan adanya jalan aspal
sehingga arus transportasi berjalan lancar. Demikian juga dengan jalan
Kecamatan yang menghubungkan desa satu dengan desa lainnya dengan
kondisi jalan yang sudah cukup baik.
Secara administrasi menurut data Demografi Kecamatan, maka
kecamatan Patebon terdiri dari 18 desa yaitu sebagai berikut:
1. Desa Lanji
2. Desa Donosari
3. Desa Margosari
4. Desa Bulugede
5. Desa Tambakrejo
6. Desa Kebonharjo
7. Desa Purwosari
8. Desa Jambearum
9. Desa Purwokerto
10.Desa Sukolilan
11.Desa Bangunrejo
12.Desa Kumpulrejo
37
13.Desa Margosari
14.Desa Wonosari
15.Desa Kartikajaya
16.Desa Bangunsari
17.Desa Pidodowetan
18.Desa Pidodokulon
4.1.1.2 Keadaan Demografi
Penduduk merupakan faktor pendukung yang sangat penting dalam
menentukan berhasil tidaknya program-program pemerintahan termasuk
di dalamnya pelayanan umum, karena penduduk merupakan objek dan
sekaligus sebagai subjek dalam pembangunan. Oleh karena itu berhasil
tidaknya pembangunan daerah banyak ditentukan pada unsur sumber
daya manusia. Penduduk yang dimaksud disini adalah penduduk yang
bertempat tinggal di wilayah Kecamatan Patebon dan terdaftar secara
resmi di Kantor Kecamatan Patebon sebagai penduduk tetap.
Keadaan penduduk di wilayah Kecamatan Patebon berjumlah 50.562
jiwa dengan perincian jumlah penduduk laki-laki 25.203 jiwa dan jumlah
penduduk perempuan 25.359 jiwa. Dari sini dapat dilihat bahwa jumlah
penduduk perempuan hampir sama dengan jumlah penduduk laki-laki. Di
Kecamatan Patebon perkembangan penduduk dapat diatasi sehingga laju
peningkatan kelahiran menunjukkan penurunan dengan melalui
pembinaan maupun penyuluhan KB yang di laksanakan secara rutin.
4.1.1.3. Keadaan sosial Ekonomi
Keadaan sosial ekonomi sangat erat hubungannya dengan mata
pencaharian penduduk, karena setiap mata pencaharian mempunyai jenis
yang berbeda-beda dengan tingkat penghasilan atau pendapatan yang
juga berbeda-beda sehingga dapat diketahui tingkat kesejahteraan
masyarakat.
38
Keadaan sosial ekonomi masyarakat di Kecamatan Patebon yang
berpenduduk 50.562 jiwa dapat diketahui dari jenis mata pencaharian
yang mereka tekuni. Mereka mempunyai mata pencaharian yang
berbeda-beda, hal ini disebabkan antara lain karena adanya perbedaan
dalam bidang pengetahuan dan ketrampilan serta keahlian yang dimiliki
masing-masing individu.
Mata pencaharian Sebagian besar penduduk dalam wilayah
kecamatan Patebon bekerja di sektor tani karena wilayah Kecamatan
Patebon sebagian besar terdiri dari tanah sawah, dimana lapangan kerja
memungkinkan dan sebagian besar mata pencahariannya sebagai petani
Keadaan sosial ekonomi masyarakat di Kecamatan Patebon dapat
diketahui dari jenis mata pencaharian yang mereka tekuni. Mata
pencaharian penduduk Kecamatan Patebon yang berpenduduk 50.562
jiwa sebagian besar bekerja disektor tani karena Kecamatan Patebon
sebagian besarnya terdiri dari tanah sawah, lapangan kerja
memungkinkan dan sebagian besar mata pencahariannya sebagai petani.
Selain dominan dengan mata pencaharian petani, mata pencaharian
penduduk di Kecamatan Patebon adalah sebagai buruh. sehingga dapat
disimpulkan bahwa penghasilan penduduk di kecamatan Patebon relatif
masih rendah.
Mata pencaharian penduduk di Kecamatan Patebon selain dari dua
mata pencaharian penduduk , yaitu sebagai pedagang, Pegawai Negeri,
ABRI, pensiunan, pegawai swasta.
4.1.1.4 Keadaan Sosial Budaya1. Keadaan Pendidikan Masyarakat
Pendidikan merupakan salah satu faktor penunjang bagi
keberhasilan pembangunan, karena melalui pendidikan manusia dapat
dibentuk intelektual, mental dan kepribadiannya.
Basis pendidikan penduduk di Kecamatan Patebon terletak pada
tamatan SMU atau yang sederajat.
39
Sebagian besar penduduk di Kecamatan Patebon mayoritas
penduduk berpendidikan SLTA atau yang sederajat dari seluruh jumlah
penduduk Kecamatan Patebon. Tetapi masih ada penduduk di Kecamatan
Patebon yang masih menempuh pendidikan sampai SLTA atau sederajat
maupun hanya sampai SD. Bahkan ada juga penduduk yang belum tamat
SD dan ada juga yang tidak menempuh pendidikan sama sekali. Faktor
penyebab penduduk tidak banyak yang melanjutkan ke perguruan tinggi
adalah karena terbatasnya biaya dan kurangnya motivasi untuk
melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi.
Sedangkan prasarana pendidikan sudah tergolong cukup
mengimbangi penyelenggaraan pendidikan di Kecamatan Patebon. Yaitu
dengan sebanyak 21 gedung TK, 42 gedung SD, 12 gedung SLTP, 3
gedung MTs, 9 gedung SLTA, 4 gedung SMK, 3 MAN, 2 Universitas dan 2
akademi.
2. Kehidupan Beragama
Kehidupan keagamaan di Kecamatan Patebon berjalan cukup baik
dalam suasana yang harmonis diantara sesama pemeluk agama.
Penduduk Kecamatan Patebon terdiri dari beberapa penganut agama
yang berbeda-beda, yaitu terdapat lima agama yang hidup berdampingan
dan penuh rasa toleransi di kalangan umat-umat-Nya, yaitu islam, Kristen
Katolik, Kristen Protestan, Hindu dan Budha.
Mayoritas penduduk di Kecamatan Patebon beragama Islam
sehingga memungkinkan bahwa kehidupan sosial budaya di kecamatan
Patebon lebih menonjol pada kehidupan sosial budaya yang berdasarkan
pada syariat Islam seperti upacara adat untuk pernikahan yang dilakukan
sesuai dengan syariat Islam, sedangkan sisanya memeluk agama Kristen
Katolik, Kristen Protestan, Hindu dan Budha.
Di Kecamatan Patebon terdapat beberapa prasarana peribadatan
yang sangat membantu masyarakat dalam menjalankan syariat
agamanya, diantaranya prasarana tersebut yaitu masjid 139 buah, gereja
40
3 buah, mushola 30 buah, pondok pesantren 6 buah, dan langgar 13
buah. Selama penulis melaksanakan penelitian di Kecamatan Patebon,
dapat dikatakan bahwa pada dasarnya kehidupan beragama di
Kecamatan tersebut sudah sangat baik.
3. Keadaan Kesehatan
Kondisi kesehatan masyarakat di Kecamatan Patebon sangat
ditunjang oleh sarana dan prasarana kesehatan yang ada. Pembangunan
sarana dan prasarana di bidang kesehatan terus ditingkatkan sesuai
tuntutan. Fasilitas kesehatan yang ada di Kecamatan Patebon cukup
memadai Untuk pelayanan kesehatan kepada masyarakat secara merata
di wilayah kecamatan Patebon telah tersedia 1 Rumah Sakit, 4
Puskesmas, 18 Puskesmas Pembantu dan sebanyak 34 apotik yang
tersebar di beberapa desa di wilayah Kecamatan Patebon. Data
Puskesmas, Puskesmas Pembantu dan sarana kesehatan lainnya.
Dengan adanya fasilitas kesehatan ini diharapkan dapat memberikan
pelayanan kesehatan yang baik kepada masyarakat. Selain itu diharapkan
juga dapat meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya
kesehatan dalam kehidupan sehari-hari.
4.1.2.Gambaran Umum Kantor Kecamatan Patebon 4.1.2.1 Organisasi Kecamatan Patebon
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 telah memberikan warna
baru bagi Pemerintah Kecamatan dimana bila Perangkat Kecamatan
sebelumnya dibentuk berdasarkan KEPMENDAGRI NO.48 Tahun 1996.
sekarang sepenuhnya diserahkan kepada Daerah karena Kecamatan
telah menjadi Perangkat Daerah.
Bentuk dan susunan Organisasi Kecamatan di Kabupaten Kendal
dibentuk berdasarkan PERDA Kabupaten Kendal NO.20 Tahun 2001
tentang Pembentukan Organisasi Perangkat Daerah Kabupaten Kendal
yang ditindak lanjuti dengan Keputusan Bupati Kendal NO.69 Tahun 2001
41
Tentang Organisasi dan Tata Kerja Kecamatan Di Wilayah Kabupaten
Kendal serta yang mengacu pada PP RI Nomor 84 Tentang Pedoman
Organisasi Perangkat Daerah Pasal 16 yang berbunyi “Organisasi
kecamatan dan kelurahan ditetapkan dengan Peraturan Daerah
Kabupaten/Kota.”
Untuk meningkatkan kelancaran penyelenggaraan Pemerintahan,
Pembangunan dan Kemasyarakatan di Kecamatan Patebon, maka sangat
perlu suatu Organisasi Tata Kerja Pemerintahan. Adapun Organisasi
Pemerintah Kecamatan Patebon ialah sebagai berikut :
Susunan organisasi pemerintah kecamatan Patebon terdiri dari :
1. Camat selaku unsur pimpinan
2. Sekretaris Camat
3. Kepala seksi selaku unsur pelaksanan terdiri dari :
a. Kepala seksi Pemerintahan
b. Kepala seksi Keamanan dan ketertiban
c. Kepala seksi Pembangunan masyarakat desa
d. Kepala seksi Pelayanan Umum
e. Kepala seksi Kesejahteraan Sosial
4. Kelompok jabatan fungsional.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada bagan 4.7 berikut ini :
GAMBAR 4.1 STRUKTUR ORGANISASI PEMERINTAH KECAMATAN PATEBON MENURUT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NO. 69 TAHUN 2001
42
CAMATDrs.G.AGUS KUNTJORO
KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL
SEKRETARIS CAMATS O E B A G I Y O, B A
Pelimpahan sebagian kewenangan secara normatif harus di
laksanakan oleh Pemerintah Kabupaten/kota kepada Camat karena
seiring dengan posisi Camat berdasarkan Undang-Undang Nomor 22
Tahun 1999 Pasal 66 Ayat (4) bahwa Camat menerima pelimpahan
sebagian kewenangan Pemerintah dari Bupati/Walikota dimana
kewenangan ini merupakan kewenangan delegatif yaitu kewenangan yang
berasal dari pendelegasian kewenangan dari institusi atau pejabat yang
lebih tinggi tingkatannya. Mengingat kewenangan Daerah beraneka ragam
sesuai dengan kondisi wilayahnya maka pelimpahan kewenangan perlu
diperhatikan polanya sehingga dapat mengoptimalkan pelayanan kepada
masyarakat.
4.1.2.2. Tugas Pokok, Fungsi Dan Peranan Pemerintah Kecamatan Patebon
Camat adalah Perangkat Daerah Kabupaten Perangkat Daerah Kota.
Berdasarkan Pasal 1 huruf m UU NO.22 Tahun 1999, karenanya Camat
bertanggung jawab kepada Bupati/Walikota yang memiliki Wewenang
penuh untuk mengangkat dan memberhentikannya.
Untuk penegasan pola/tata pembagian dan hubungan kerja bagi unit-
unit organisasi pada kantor Camat Patebon, maka tugas pokok dan fungsi
unit-unit kerja dalam struktur organisasi kantor Camat Patebon
berdasarkan Keputusan Bupati Nomor 69 Tahun 2001 dapat dijabarkan
sebagai berikut :
43
Pjs.KASI PEMERINTAHANCAHYONO, SH
KASI TRANTIBGUNAWAN
KASI PMDNURHADI
KASI KESOSKASWIN
KASI YAN UMTRI MURYATI, BSc
1. Camat
Camat mempunyai tugas pokok memimpin penyelengaraan
pemerintahan, pembangunan dan pembinaan kehidupan kemasyarakatan
dalam wilayah kecamatan.
Untuk menyelenggarakan tugas pokok sebagaimana dimaksud,
Camat mempunyai fungsi :
a. pelaksanaan pelimpahan sebagian kewenangan pemerintahan dari Kabupaten;
b. pelayanan penyelenggaraan Pemerintah Kecamatan;c. penyelenggaraan tugas-tugas pemerintahan umum, pembinaan
keagrarian dan peningkatan kemandirian politik;d. pembinaan pemerintahan Desa/Kelurahan;e. pembinaan ketentraman dan ketertiban wilayah;f. pembinaan pembangunan yang meliputi pembinaan
perekonomian, produksi dan distribusi serta pembinaan-pembinaan sosial;
g. menyusun program administrasi ketatausahaan dan rumah
tangga.
Dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi sebagaimana
dimaksud , Camat mempunyai tugas sebagai berikut :
a. menyusun Program Kerja Tahunan Kantor Kecamatan berdasarkan analisis yang diajukan bawahan dalam rangka merumuskan kebijaksanaan teknis dan acuan operasional, sebagai pedoman pelaksanaan tugas;
b. mendistribusikan tugas-tugas kepada bawahan dengan memberi petunjuk dan arahan sehingga tugas terbagi habis dan diperoleh hasil kerja yang optimal;
c. merumuskan pola-pola kebijaksanaan pembangunan sebagai bahan penyusunan rencana Program Pembangunan Jangka Pendek menegah dan jangka panjang Kecamatan dengan memperhatikan masukan-masukan dari bawah;
d. mengkoordinasikan kegiatan dengan cara mengadakan rapat koordinasi mapun koordinasi langsung dengan pihak-pihak yang terkait dalam rangka pelaksanaan penyelenggaraan pemerintahan , pembangunan dan pembinaan kehidupan masyarakat;
e. melaksanakan tugas fungsi pengawasan melekat secara menyeluruh terhadap aparat Kecamatan, aparat desa agar tidak terjadi penyimpangan dalam melaksanakan tugasnya dan tercipta aparatur yang disiplin, bersih dan berwibawa;
44
f. membina dan memberikan motivasi kepada bawahan agar dapat melaksanakan tugas dan kewajibannya dengan baik dan senantiasa meningkatkan kemampuannya;
g. menetapkan keputusan, instruksi, surat edaran naskah-naskah surat dinas dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan umum di kecamatan;
h. bersama aparat terkait berusaha memecahkan setiap permasalahan yang muncul baik masalah pemerintahan, pembangunan maupun kemasyarakatan agar terwujud rasa aman dan tenteram bagi masyarakat;
i. menilai prestasi kerja bawahan langsung secara berkala melalui sistem penilaian yang tersedia, agar dapat diketahui prestasi kerjanya;
b. memeriksa dan menandatangani konsep laporan pelaksanaan tugas-tugas secara berkala maupun insidentil sesuai batas kewenangannya sebagai wujud pertangggungjawaban pelaksanaan tugas.
2. Sekretaris Camat
Sekretaris Camat mempunyai tugas pokok melakukan pembinaan
administrasi dan memberikan pelayanan teknis administratif kepada
seluruh Satuan Organisasi Pemerintah Kecamatan;
Untuk menyelenggarakan tugas pokok sebagaimana dimaksud ,
Sekretaris Camat mempunyai fungsi :
a. pelaksanaan pembinaan administrasi;b. penyusunan rancangan kegiatan;c. penyusunan Laporan pelasanaan kegiatan;d. pengendalian dan evaluasi pelaksanaan kegiatan;e. pelaksanaan ketatausahaan/kesekretariatan;f. penyusunan Program Kerja.
Untuk menyelenggarakan tugas pokok dan fungsi sebagaimana
dimaksud, Sekretaris Camat mempunyai tugas:
a. menyusun rencana kegiatan pada Sekretariat Kecamatan berdasarkan program kerja kecamatan, sumber data lainnya sebagai acuan kerja;
b. menjabarkan perintah Camat melalui pengkajian permasalahan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku agar pelaksanaan kerja berjalan sesuai dengan kebijaksanaan atasan dan sesuai dengan ketentuan yang berlaku;
45
c. mendistribusikan tugas kepada bawahan sesuai bidang tugasnya guna kelancaran tugas;
d. melaksanakan koordinasi dengan seksi-seksi di dalam kantor kecamatan untuk kelancaran tugas:
e. menyusun konsep anggaran belanja rutin dan pembangunan kecamatan dengan mengusulkan anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah pada Dinas/Badan terkait;
f. memberikan saran dan usul kepada atasan;g. melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan atasan.
3. Seksi pemerintahan
Seksi pemerintahan dipimpin oleh seorang Kepala seksi yang
mempunyai tugas pokok melakukan urusan pemerintahan umum dan
Desa/Kelurahan, administrasi kependudukan dan meningkatkan
kemandirian politik;
Untuk menyelenggarakan tugas pokok dimaksud, seksi
pemerintahan mempunyai fungsi :
a. pelaksanaan urusan pemerintahan umum dan Desa;b. pelaksanaan pembinaan kepada Pemerintahan Desa dalam rangka
pengisian Jabatan Perangkat Desa;c. menyiapkan bahan pembinaan administrasi kependudkan, catatan
sipil dan transmigrasi.Untuk menyelenggarakan tugas pokok dan fungsi sebagaimana
dimaksud , Kepala Seksi Pemerintahan mempunyai tugas :
a. menyusun rencana kegiatan pada Seksi Pemerintahan berdasarkan program kerja Kecamatan, Peraturan yang berlaku dan sumber data yang tersedia sebagai bahan acuan kerja;
b. melaksanakan perintah Camat melalui pengkajian permasalahan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku agar pelaksanaan kerja berjalan sesuai kebijaksanaan atasan dan ketentuan yang berlaku;
c. mendistribusikan tugas kepada bawahan sesuai bidang tugas guna kelancaran pelaksanaan tugas dan memantau hasilnya;
d. melaksanakan koordinasi dengan sekretaris Kecamatan dan seksi-seksi yang lain di lingkungan kerja kantor Kecamatan untuk kelancaran pelaksanaan tugas;
e. menyusun konsep rencana pembinaan Pemerintahan Umum dan Desa untuk kelancaran tugas;
f. melaksanakan pemantauan dan evaluasi penyelenggaraan Pemerintahan Desa/Kelurahan untuk mengetahui perkembangan pelaksanaan tugas Pemerintahan Desa/Kelurahan;
46
g. menginventarisasi permasalahan di bidang Pemerintahan dan menyiapkan upaya pemecahannya;
h. menghimpun, mengolah, menyusun dan melaporkan data monografi Kecamatan kepada atasan;
i. menyiapkan dan memantau dan mengevaluasi pelaksanaan pengisian perangkat Desa dan Kepala Desa;
j. memberikan bimbingan dan pembinaan kepada BPD (Badan Perwakilan Desa) dan Lembaga Kemasyarakatan Desa dalam kemandirian Desa;
k. melaksanakan tugas lain yang diberikan atasan.
4. Seksi Ketentraman dan Ketertiban
Seksi Ketentraman dan Ketertiban dipimpin oleh Kepala Seksi yang
mempunyai tugas pokok melakukan pembinaan ketentraman dan
ketertiban wilayah serta pembinaan polisi pamong praja
Untuk menyelenggarakan tugas pokok tersebut, Seksi Ketentraman
dan Ketertiban mempunyai fungsi :
a. pelaksanaan Pembinaan Ketentraman dan Ketertiban serta Pembinaan Satuan Polisi Pamong Praja;
b. pelaksanaan Pengaanan Peraturan Daerah dan Peraturan Perundang-undangan lainnya di wilayah Kecamatan;
c. pelaksanaan usaha-usaha preventif apabila terjadi / diperkiraka terjadi bencana alam;
d. fasilitasi terhadap penyelesaian perselisihan antar warga masyarakat sebelum diproses di pengadilan;
e. dengan wewenang yang diberikan oleh Camat dapat merekomendasikan permohonan-permohonan ijin keramaian;
g. pemberdayaan kesatuan bangsa.
Untuk menyelenggarakan tugas pokok dan fungsi sebagaimana
dimaksud, Kepala Seksi Ketentraman dan Ketertiban mempunyai tugas :
a. menyusun rencana kegiatan Seksi Ketentraman dan Ketertiban berdasarkan pada program kerja Kecamatan, peraturan yang berlaku dan sumber data yang tersedia sebagai bahan acuan kerja;
b. menjabarkan perintah Camat melalui pengkajian permasalahan, peraturan perundang-undangan yang berlaku agar pelaksanaan kerja berjalan sesuai ketentuan;
c. mendistribusikan tugas kepada bawahan sesuai bidang tugasnya guna kelancaran pelaksanaan tugas dan memantau hasilnya;
47
d. melaksanakan koordinasi dengan Sekretaris Kecamatan dan Seksi-seksi yang lainnya di lingkungan kerja Kantor Kecamatan untuk melancarkan tugas;
e. menyusun konsep keputusan, instruksi petunjuk teknis Camat yang berkaitan dengan bidang Ketentraman dan Ketertiban masyarakat;
f. melaksanakan pembinaan terhadap pengamanan Desa/Kelurahan melalui sistem keamanan lingkungan, perlindungan masyarakat penerangan jalan agar tercipta rasa aman dan tentram;
g. membantu menyelesaikan persengketaan yang menyangkut perdata antar warga untuk penyelesaian kekeluargaan maupun lewat jalur hukum;
h. membantu mempersiapkan rencana kegiatan penyelenggaraan pemilu sesuai ketentuan / Perintah atasan;
i. melaksanakan kegiatan dalam upaya meningkatkan kemandirian partai, pembinaan kesatuan bangsa, pembina organisasi kemasyarakatan dan pembinaan Ketuhanan di wilayah Kecamatan;
j. melaksanakan pembinaan anggota Satuan Polisi dan anggota hansip agar berdaya guna dan berhasil guna;
k. melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh atasan.
5. Seksi Pembangunan Masyarakat Desa/ Kelurahan
Seksi Pembangunan Masyarakat Desa/ Kelurahan dipimpin oleh
seorang Kepala Seksi Yang mempunyai tugas pokok melakukan
pembinaan pembangunan di bidang perekonomian Desa / Kelurahan
produksi dan distribusi serta pembinaan lingkungan hidup
Untuk menyelenggarakan tugas pokok tersebut, Seksi Pembangunan
Masyarakat Desa/Kelurahan mempunyai fungsi :
a. pemberdayaan Perangkat Desa, Masyarakat Desa dan Lembaga Desa;
b. evaluasi Desa Binaan;c. bimbingan teknis dan inventarisasi Proyek-proyek
Swadaya murni masyarakat Desa dan Pembangunan Gotong royong;
d. penanganan Lingkungan hidup Pemukiman;e. koordinator dan fasilitator proyek-proyek di Desa;f. pelaksanaan laporan data profil Desa dan Kecamatan;g. pendataan dan pelaporan harga 9 bahan pokok.
48
Untuk menyelenggarakan tugas pokok dan fungsi tersebut, Kepala
Seksi Pembangunan Masyarakat Desa/Kelurahan mempunyai tugas :
a. menyusun rencana kegiatan pada Seksi Pembangunan Masyarakat Desa/ Kelurahan berdasarkan program kerja Kecamatan, peraturan yang berlaku dan sumber data yang tersedia sebagai bahan acuan;
b. melaksanakan perintah Camat melalui pengkajian permasalahan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku agar pelaksanaan kerja berjalan sesuai dengan kebijaksanaan atasan dan ketentuan yang berlaku;
c. mendistribusikan tugas kepada bawahan sesuai dengan bidang tugasnya masing-masing guna kelancaran pelaksanaan tugas dan memantau pelaksanaannya;
d. memberi bimbingan dan arahan kepada bawahan untuk kelancaran pelaksanaan tugas;
e. melaksanakan koordinasi dengan Sekretaris Kecamatan dan seksi-seksi yang lainnya di lingkungan kerja Kantor Kecamatan dan instansi terkait agar diperoleh sinkronisasi dalam pelaksanaan tugas;
f. menyusun konsep Keputusan, Instruksi dan Petunjuk Teknis Camat yang berkaitan dengan pembangunan;
g. menyusun konsep rencana pembinaan pelaksanaan pembangunan di bidang lingkungan hidup, perekonomian dan produksi Kecamatan;
h. memantau pelaksanaan proyek pembangunan desa di Kecamatan untuk pengendalian dan keberhasilan Pembangunan Desa;
i. menginventarisasi permasalahan pelaksanaan pembangunan dan mencari upaya pemecahannya;
j. mengevaluasi pelaksanaan pembangunan desa sebagai bahan perencanaan serta masukan untuk penyempurnaan oleh atasan;
k. melaksanakan koordinasi dengan instansi terkait tentang tentang rencana pembangunan sarana dan prasaran fisik, perekonomian dan produksi agar diperoleh data yang akurat;
l. membuat konsep Laporan Kegiatan tentang pelaksanaan proyek-proyek yang ada di Kecamatan dan di Desa;
m. melaporkan hasil pelaksanan tugas di bidang pembangunan, perekonomian, produksi, dan lingkungan hidup kepada atasan;
n. melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh atasan.
6. Seksi Kesejahteraan Sosial
49
Seksi Kesejahteraan Sosial dipimpin oleh seorang Kepala Seksi
yang mempunyai tugas pokok mengkoordinasikan penyusunan program
dan melaksanakan pembinaan kesejahteraan sosial
Untuk menyelenggarakan tugas pokok tersebut, Seksi Kesejahteraan
Sosial mempunyai fungsi :
a. pembinaan kesejahteraan masyarakat;b. peningkatan kualitas sumber daya perangkat Desa, lembaga Desa
dan Bantuan Sosial;c. pembinaan Kepemudaan, peranan wanita dan Olahraga;b. pembina Keormasan, agama, pendidikan, pramuka,
kebudayaan, perkawinan dan kesehatan masyarakat;c. pelaksanan program pengentasan kemiskinan;f. iventarisasi data tokoh-tokoh Organisasi Kemasyarakatan.
Untuk menyelenggarakan tugas pokok dan fungsi tersebut, Seksi
Kesejahteraan Sosial mempunyai tugas :
a. menyusun rencana Kegiatan pada Seksi Kesejahteraan Sosial berdasarkan program kerja Kecamatan, peraturan yang berlaku dan sumber data yang tersedia sebagai bahan acuan kerja;
b. menjabarkan perintah Camat pengkajian permasalahan dan peraturan yang belaku agar pelaksanaan kerja berjalan sesuai dengan kebijakan dan ketentuan yang berlaku;
c. melaksanakan koordinasi dengan Sekretaris Kecamatan dan seksi-seksi yang lainnya di lingkungan kerja Kantor Kecamatan dan instansi terkait tentang rencana pembinaan pelayanan dan bantuan sosial, kepemudaan, peranan wanita, olahraga, kehidupan beragama, pendidikan, kebudayaan dan kesehatan masyarakat;
d. menyusun konsep keputusan, instruksi dan petunjuk tentang pembinaan kesejahteraan sosial;
e. menyusun rencana dan melaksanakan pembinaan masalah sosial, kepemudaan, peranan wanita, olahraga, kehidupan beragama, pendidikan, kebudayaan dan kesehatan masyarakat di wilayah Kecamatan;
f. menyiapkan konsep laporan kegiatan Camat, di bidang pelayanan dan bantuan sosial, kepemudaan, peranan wanita dan olahraga;
g. memberikan bimbingan kepada bawahan sesuai dengan bidang tugas masing-masing untuk kelancaran tugas;
h. mengawasi pelaksanaan tugas bawahan dengan mengadakan pengawasan melekat agar tidak terjadi penyimpangan sehingga diperoleh hasil yang positif;
i. memberikan saran dan usul baik secara lisan maupun tertulis kepada atasan sebagai bahan masukan;
50
j. melaksanakan tugas lain yang diberkan kepada atasan.
7. Seksi Pelayanan Umum
Seksi Pelayanan Umum dipimpin oleh seorang Kepala Seksi yang
mempunyai tugas pokok melakukan urusan pelayanan umum yang
meliputi kekayaan dan inventarisasi Desa/Kelurahan, kebersihan, sarana
dan prasarana umum serta urusan keteteusahaan dan urusan rumah
tangga Kecamatan
Untuk menyelenggarakan tugas tersebut, Seksi Pelayanan Umum
mempunyai fungsi :
a. menyelenggarakan pembinaan pelayanan umum kepada Desa/Kelurahan;
b. inventarisasi data kekayaan dan prasarana desa yang berkaitan dengan pelayanan masyarakat;
c. penyelenggaraan pembinaan pelayana sanitasi, lingkungan, kebersihan, keindahan, pertamanan dan air bersih;
d. pembinaan sarana dan prasarana fisik pelayanan umum;e. penyuluhan kepada warga masyarakat tentang hal-hal
yang berkaitan dengan pelayanan umum;f. penyusunan program dalam rangka melengkapi sarana
dan prasarana pelayanan umum desa yang belum ada.
Untuk menyelenggarakan tugas pokok dan fungsi tersebut diatas,
Seksi Pelayanan Umum mempunyai tugas :
a. menyusun rencana Kegiatan pada Seksi Pelayanan Umum berdasarkan program kerja Kecamatan, peraturan yang berlaku dan sumber data yang tersedia sebagai bahan acuan kerja;
b. menjabarkan perintah Camat pengkajian permasalahan dan peraturan yang belaku agar pelaksanaan kerja berjalan sesuai dengan kebijakan dan ketentuan yang berlaku;
c. melaksanakan koordinasi dengan Sekretaris Kecamatan dan seksi-seksi yang lainnya di lingkungan kerja Kantor Kecamatan dan instansi terkait untuk kelancaran tugas;
e menyusun konsep keputusan, instruksi dan petunjuk teknis Camat yang berkaitan dengan bidan Pelayanan Umum yang meliputi pelayanan Kependudukan, Kebersihan, dan Perijinan;
f. melaksanakan pembinaan Pelayanan Umum yang meliputi pelayanan Kependudukan, Kebersihan, dan perijinan di Kecamatan;
g. memberikan pelayanan prima kepada masyarakat;
51
h. melaksanakan pembinaan terhadap kebersihan dan pertamanan agar tercipta keindahan wilayah kecamatan;
i. memberikan bantuan dalam pelayanan kepada masyarakat di bidang KTP (Kartu Tanda Penduduk), Akta Catatan Sipil, KK (Kartu Keluarga) dan lain-lain;
j. memberikan pelayanan terhadap kebutuhan KTP (Kartu Tanda Penduduk), Mutasi Penduduk termasuk Transmigrasi;
k. memberikan pembinaan di bidang kependudukan dan catatan sipil kepada masyarakat;
l. membuat laporan kepada Camat, untuk dievaluasi sampai sejauh mana tugas masing-masing dilaksanakan;
m. menilai prestasi kerja bawahan langsung secara berkala melalui sistem yang telah ditentukan;
n. melaksanakan tugas lain yang diberkan kepada atasan; 4.1.2.3 Keadaan Pegawai Kecamatan Patebona. Jumlah dan Susunan Pegawai Kecamatan Patebon
Aparat Kecamatan Patebon berjumlah 19 pegawai yang terdiri dari
seorang Camat dan 18 pegawai bawahan Camat yang terdiri dari
Sekretaris Camat, 5 orang Kepala Seksi dan 12 staf Kecamatan. Adapun
mengenai lengkapnya keadaan aparat di kantor kecamatan Patebon
dapat dilihat pada tabel berikut ini :
52
Tabel 4.1. DATA PEGAWAI KECAMATAN PATEBON MENURUT PANGKAT DAN JABATAN TAHUN 2002/2003
No Nama
N I P Jabatan Pangkat Pendidikan
1. Drs. Gunarso Agus Kuncoro 010 182 055 Camat III/D Sarjana
2. Soebagio, SE 500 048 315 Sekretaris Camat III/C Sarjana
3. Gunawan 500 050 069 Kasi Keamanan dan Ketertiban
III/C SMTA
4. Nurhadi 010 085 043 Kasi Pembangunan Masyarakat Desa /
Kelurahan
III/C SMTA
5. Tri Mulyati, Bsc 010 207 346 Kasi Pelayanan Umum
III/C Sarjana Muda
6. Cahyono 500 057 325 Kasi Pemerintahan III/A Sarjana
7. Kaswin 500 074 751 Kasi Kesejahteraan Sosial
III/C SMTA
8. Puji Sumaryono 010 208 789 Staf III/A Sarjana
9. Achmad Ircham , SSTP 010 263 552 Staf III/A Sarjana
10 Ayuk Mustika 010 208 803 Staf III/A SMTA
11 Febru Hartati 500 054 505 Staf III/A SMTA
12 Nur Ernie, SP 500 058 897 Staf III/A Sarjana
13 Soli 010 221 552 Staf II/D SMTA
14 Juwahi 500 078 634 Staf II/D SMTA
15 Achmad Pasra 500 049 423 Staf II/C SMTP
16 Suhartono 500 050874 Staf II/B SMTP
17 Sudjarwo 500 079 953 Staf II/A SD
18 Suamah 500 087 342 Staf II/A SD
19 Suwarta B 500 086 473 Staf II/A SD
Sumber : Kantor Camat Patebon, 2004
53
Dari tabel 4.1.dapat dilihat bahwa Jabatan yang ada di kantor
Camat Patebon sudah lengkap dalam arti tidak ada satu jabatan yang
kosong atau tidak diduduki.
Dengan lengkapnya Perangkat di kantor Kecamatan Patebon, maka
seluruh tugas, fungsi, dan tanggung jawab Pemerintahan dapat
dilaksanakan sesuai dengan tujuan organisasi yang telah ditetapkan
bersama.
b. Tingkat Pendidikan Formal Diklat Penjenjangan Pegawai Kecamatan Patebon.
Pendidikan formal maupun pendidikan non formal seperti
peningkatan melalui diklat, kursus maupun penataran merupakan kegiatan
pengembangan sumber daya manusia dengan tujuan agar pegawai
memiliki profesionalitas yang memadai untuk melaksanakan tugas dan
kewajiban sesuai dengan jabatan yang diembannya.
Berdasarkan tabel 4.1. di atas, terlihat pegawai yang telah mengikuti
Diklat SPAMA sebanyak 2 Orang dan Diklat ADUM sebanyak 8 orang,
sehingga dapat di tarik kesimpulan bahwa pelatihan maupun kursus yang
diikuti aparat Kecamatan Patebon cukup memadai terutama
penerapannya untuk melayani masyarakat.
Pendidikan dan pelatihan fungsional ini dimaksudkan agar pegawai
dapat menyesuaikan pada jabatan yang di milikinya.
c. Pengalaman Kerja Pegawai Kecamatan Patebon
Pengalaman kerja yang dimiliki pegawai sangat mempengaruhi
pelaksanaan tugas yang dikerjakannya, orang yang punya pengalaman
kerja akan terlihat lebih tenang dan pasti dalam menyelesaikan tugas-
tugas yang menjadi tanggung jawabnya. Hal ini akan terlihat bila
dibandingkan dengan mereka yang belum mempunyai pengalaman kerja.
Pada tabel 4.1.dapat dilihat bahwa sebagian besar aparat
pemerintah kecamatan Patebon telah lebih dari 10 tahun mengabdi di
54
Kantor Camat Patebon, yakni berjumlah 17 orang. Sedangkan yang
bekerja dibawah masa kerja 5 tahun sebanyak 2 pegawai.
4.1.2.4. Keadaan Sarana Dan Prasarana Yang Dimiliki Kantor Kecamatan Patebon
Dalam rangka tugasnya melayani masyarakat, Kantor Kecamatan
Patebon telah berusaha memenuhi sarana dan prasarana yang diperlukan
guna menunjang pelayanan tersebut.
Untuk lebih jelasnya tentang keadaan sarana dan prasarana dikantor
Kecamatan Patebon dapat dilihat pada tabel 4.2. berikut :
Tabel 4.2. SARANA DAN PRASARANA YANG DIMILIKI KANTOR KECAMATAN PATEBON TAHUN 2002/2003
No. Sarana/Prasarana Jumlah Kondisi
1. Bangunan Kantor Camat 1 Baik
2. Rumah Dinas Camat 1 Baik
3. Balai Pertemuan 1 Baik
4. Musalla 1 Baik
5. WC 1 Cukup Baik
6. Papan Monografi 7 Baik
7. Peta 2 Baik
8. Telepon 3 Cukup Baik
9. Komputer 3 Cukup Baik
10. Mesin Tik 3 Baik
11. Meja Kerja 53 Baik
12. Kursi Kerja 32 Baik
13. Kursi Lipat 31 Baik
14. Meja dan Kursi Tamu 1 set Baik
15. Lemari Data 4 Baik
16. Filling Cabinet 1 Baik
17. Televisi 1 Baik
18. Kendaraan Dinas Roda 4 1 Baik
19. Kendaraan Dinas Roda 2 4 Baik
20. Papan monografi data 3 Baik
21 Papan Sruktur Organisasi 1 Baik
22. Papan Tulis White Board 1 Baik
24. Mesin Laminating 1 Baik
Sumber: Kantor Camat Patebon, 2003
55
Dari tabel 4.2. dapat disimpulkan bahwa keadaan sarana dan
prasarana kerja yang ada sudah memenuhi syarat dalam rangka
pelaksanaan kerja sehari-hari. Dengan adanya sarana dan prasarana ini
diharapkan dapat membantu tugas dan kewajiban dari para aparat kantor
kecamatan Patebon.
4.1.2.5 Disiplin Aparat Kecamatan Patebon
Tingkat kedisiplinan aparat kecamatan dapat dilihat dari ketaatan
aparat tersebut dalam menjalankan tugas sesuai dengan ketepatan waktu.
Kedisiplinan aparat kecamatan dari segi waktu dapat dilihat dari kehadiran
aparat tersebut dalam bekerja, mengikuti apel maupun dalam ketepatan
waktu kehadiran atau jam kerja. Untuk mengetahui kehadiran aparat
kecamatan Patebon dapat dilihat pada tabel 4.3. berikut :
Tabel 4.3. KEHADIRAN PEGAWAI KECAMATAN PATEBON TAHUN 2002/2003
NO BULAN JML HARI
KERJA
JUMLAH PEGAWAI
H S I DL TK
12345678910111213
Jan 03FebMaretAprilMeiJuniJuliAgustSeptOktNovDesJan 04
26252424252526262526262426
19191919191919191919191919
572571570570571571572572571572572570572
41013--
1310-57-
10-
1016212-91816131210155
7910452611812584
4441254242434
JUMLAH 328 247 7426 94 103 155 39
Sumber : Kantor Camat Patebon, 2003
56
Berdasarkan tabel 4.3. dapat diketahui bahwa pegawai kecamatan
Patebon memiliki tingkat kehadiran yang cukup baik, hal tersebut dapat
dilihat dari daftar atau tingkat kehadiran mereka dalam pelaksanaan tugas
sehari-hari di kantor..
Berdasarkan pengamatan penulis sewaktu mengadakan penelitian
hampir setiap hari selalu pulang tepat pada waktunya yaitu setelah jam
kerja selesai. Meskipun ada 1 atau 2 orang pegawai yang pulang
mendahului sebelum jam pulang kantor dan juga masih adanya pegawai
yang tidak hadir dengan berbagai keterangan. Hal ini menunjukkan
kedisiplinan pegawai kurang maksimal dalam bekerja.
Hal inilah yang menjadi tugas Camat lewat kepemimpinannya dalam
mewujudkan disiplin bagi pegawainya.
4.2. Kepemimpinan Camat Patebon Dalam Meningkatkan Disiplin Kerja Pegawai
4.2.1. Kepemimpinan Camat Patebon
Istilah kepemimpinan berasal dari bahasa inggris, “Leadership”. Kata
Leadership berasal dari kata ‘to lead’ yang mengandung pengertian
memimpin, kemudian timbul kata “leader” yang artinya pemimpin dan
pada akhirnya muncul istilah “leadership”.
Ordway Tead dalam Syafiie (1998:66) mengemukakan bahwa
“leadership as combination of traits which enables an individual induce
other to accomplish given task” (kepemimpinan sebagai kombinasi atau
perpaduan perangai-perangai yang memungkinkan seseorang mampu
mendorong pihak lain untuk menyelesaikan tugasnya).
Perpaduan ini menggambarkan suatu manajemen yang diterapkan
oleh Camat Patebon untuk dapat melaksanakan tugas umum
pemerintahan. Pada dasarnya kepemimpinan berperan untuk memadukan
dan memanfaatkan perbedaan kecakapan orang lain, sudut pandang,
manfaat sikap dan ide untuk menjalankan tugas kelompok dan tujuan
organisasi.
57
Menurut Syafiie dalam bukunya Manajemen Pemerintahan
(1998:65) dikemukakan bahwa kepemimpinan berarti kemampuan dan
kepribadian seseorang dalam mempengaruhi serta membujuk pihak lain
agar melakukan tindakan pencapaian tujuan bersama sehingga dengan
demikian yang bersangkutan menjadi awal struktur dan pusat proses
kelompok.
Berbicara tentang kepemimpinan di Kecamatan Patebon berarti
berbicara tentang gaya dan teknik kepemimpinan yang digunakan oleh
Camat Patebon dalam menjalankan tugas dan fungsinya. Untuk
membahas lebih lanjut tentang pelaksanaan kepemimpinan yang
dijalankan oleh Camat Patebon, maka akan dibahas gaya dan teknik
kepemimpinan yang diterapkan Camat Patebon di lapangan.
4.2.1.1. Gaya Kepemimpinan Yang Diterapkan Camat Patebon Dalam Menjalankan Tugas Dan Fungsinya
Berbicara tentang gaya kepemimpinan (Leadership Style) adalah
berbicara tentang bagaimana pemimpin menjalankan tugas
kepemimpinannya, misalnya gaya apa yang dipakai dalam
merencanakan, merumuskan dan menyampaikan
perintah-perintah/ajakan-ajakan kepada yang diperintah.
Berdasarkan pengamatan di lapangan, wawancara terhadap Camat
Patebon serta kuisioner terhadap pegawai Kecamatan, penulis menilai
bahwa dalam melaksanakan kepemimpinannya Camat menerapkan gaya
kepemimpinan demokratik, dengan melihat sikap keterbukaan Camat
dalam menerima saran dan kritik serta pengikutsertaan bawahan dalam
proses pengambilan keputusan.
Gaya kepemimpinan demokratik, menurut Pamudji (1995:124)
adalah :
Gaya kepemimpinan demokratik kadang-kadang disebut juga gaya kepemimpinan partisipatif, yaitu pemimpin yang memandang manusia sebagai makhluk yang bermartabat dan harus dihormati hak-haknya. Dalam menggerakkan pengikut lebih banyak
58
menggunakan persuasif dan memberikan contoh-contoh. Kepentingan dan tujuan organisasi sejauh mungkin diintergrasikandengan kepentingan dan tujuan pribadi para pengikut, mengutamakan kepentingan organisasi dan kepentingan pengikut daripada kepentingan si pemimpin. Suka menerima kritik saran dan pendapat serta mendorong kelompok untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan dan memberikan informasi yang seluas-luasnya kepada para pengikut.
Jadi seorang pemimpin yang menggunakan gaya kepemimpinan
demokratik identik dengan pemimpin yang lebih menggunakan cara-car
persuasif dan mengutamakan harkat dan martabat manusia di sekitarnya,
khususnya para bawahan yang menjadi anggotanya.
Lebih lanjut, Pamudji (1995:125) mengatakan bahwa :
“Pemimpin yang menggunakan gaya demokratik ini bersedia memanfaatkan pendapat kelompok, menunggu persetujuan kelompok, berunding dengan pengikut, mengutamakan kerja sama, mendesentralisasikan kekuasaan, memberikan keleluasaan (kebebasan kepada bawahan untuk bertindak dan mendorong bawahan untuk berprakarsa (inisiatif)”.
Dari pengamatan penulis dapat diketahui bahwa gaya kepemimpinan
Camat Patebon juga cenderung kepada ciri-ciri yang dimaksud, yaitu
dengan menggunakan gaya kepemimpinan demokratis. Dari wawancara
dengan Camat Patebon dapat diketahui bahwa Camat Patebon
mengikutsertakan pegawai dalam memutuskan suatu permasalahan atau
dalam membuat keputusan. Camat Patebon meminta tanggapan dari
pegawainya dengan cara diskusi, sehingga pengambilan keputusan dapat
diterima oleh semua pihak karena merupakan kesepakatan bersama dan
bukan merupakan suatu paksaan. Semua pegawai Kecamatan Patebon
mendapat kesempatan untuk menyampaikan pendapat dalam rapat.
Pemberian kesempatan kepada bawahan untuk menyampaikan masukan
secara tidak langsung merupakan pembinaan kepada para pegawai dan
staf karena dengan ini pegawai dan staf mempunyai kemampuan dalam
berbicara dan menyampaikan pendapat. Pembuatan keputusan
merupakan wewenang dan tanggung jawab Camat dalam memutuskan
59
suatu permasalahan atau dalam membuat keputusan, sebab Camat
merupakan pimpinan tertinggi dalam organisasi Pemerintah Kecamatan.
Namun dalam setiap pembuatan keputusan Camat hendaklah meminta
tanggapan dari bawahan untuk mendapatkan keputusan yang demokratis.
Untuk mengetahui keikutsertaan pegawai dalam pengambilan
keputusan di Kantor Camat dapat dilihat pada tabel berikut ini:
TABEL 4.4. TANGGAPAN RESPONDEN TENTANG KEIKUTSERTAAN BAWAHAN DALAM PROSES PENGAMBILAN KEPUTUSAN OLEH CAMAT (N=19)
No Klasifikasi b F b X f (%)
1
2
3
Baik
Cukup
Kurang
3
2
1
14
4
-
42
8
-
77,77
22,23
-
Jumlah 18 50 100
Skor Kriteria 50 / 18 = 2,77
Kategori Baik
Sumber : Jawaban Kuisioner No.2, Tahun 2004
Berdasarkan tabel 4.4. di atas, dari 19 responden, 14 responden
(77,77%) menyatakan bahwa Camat dalam pengambilan keputusannya
selalu mengikutsertakan pegawai, sedangkan 4 responden (22,23%)
menyatakan kadang-kadang bawahan diikutsertakan oleh Camat dalam
pengambilan keputusan. Sehingga dapat diketahui nilai skor tingkat
pengambilan keputusan Camat dalam mengikutsertakan bawahannya
sebesar 2,77 dan dikategorikan baik. Untuk mengetahui indikator
keterbukaan dalam menerima saran, ide dan pandangan yang dilakukan
oleh Camat terhadap bawahan dapat dilihat pada tabel 4.5. di bawah ini :
60
TABEL 4.5. TANGGAPAN RESPONDEN TENTANG PENERIMAAN SARAN, IDE DAN PANDANGAN OLEH CAMAT (N=19)
No Klasifikasi B F b X fProsentase
(%)
1.
2.
3.
Baik
Cukup
Kurang
3
2
1
16
2
-
48
4
-
88,89
11,11
-
Jumlah 18 52 100
Skor Kriteria 52 / 18 = 2,88
Kategori Baik
Sumber : Jawaban kuisioner No.3, Tahun2004
Dari tabel 4.5. dapat dilihat bahwa 16 responden (88,89) menyatakan
bahwa Camat memberikan kesempatan kepada bawahan untuk terbuka
terhadap saran, ide, dan kritikan, sedangkan sisanya 4 responden
(11,11%) yang menjawab bahwa Camat dalam penerima saran, ide dan
kritik cukup baik. Untuk Skor adalah 2,88 dan dikategorikan baik.
Keterbukaan ini merupakan cerminan dari gaya gaya kepemimpinan
Camat.
Selain dari dua indikator, gaya kepemimpinan Camat yang
demokratik terlihat dari pelaksanaan tugas kesehariannya yang diamati
oleh penulis, yaitu :
a. Camat memberlakukan organisasi Kecamatan sebagai satu
totalitas dengan menempatkan semua satuan organisasi pada
peranan dan proporsinya;
b. dalam menjalankan kepemimpinannya dengan pendekatan
yang intergralistik;
c. menempatkan kepentingan organisasi diatas kepentingan
pribadinya
61
d. menjunjung tinggi harkat dan martabat bawahannyasebagai
manusia yang harus dihormati;
e. memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk
mengembangkan inisiatif dan kreativitasnya.
Gaya kepemimpinan Camat Patebon yang bersifat demokratik ini
sangat cocok diterapkan dalam lingkungan kerja Kecamatan yang
dipimpinnya dalam hal ini adalah Kecamatan Patebon. Dan hal ini
tentunya sejalan dengan tuntutan reformasi yang mana salah satu
butirnya adalah menciptakan pemerintahan yang bersih dan berwibawa
yang diwujudkan dengan transparansi dan demokratisasi.
4.2.1.2. Teknik Kepemimpinan Camat Patebon Dalam Meningkatan Disiplin Kerja Pegawai
Seorang Camat harus mempunyai kemampuan untuk dapat
menggerakkan aparatnya dan mengarahkan ke pencapaian tujuan
organisasi. Dan untuk dapat menggerakkan bawahannya seorang
pimpinan harus menggunakan teknik-teknik tertentu agar orang yang
dipimpinnya bergerak ke arah yang diinginkannya.
Teknik kepemimpinan di sini adalah suatu cara yang merupakan pola
tetap untuk menggerakkan orang-orang agar bergerak ke arah yang
diinginkan pemimpin dan penerapan teknik-teknik ini harus dapat
disesuaikan dengan melihat situasi dan kondisi dalam masyarakat
pendidikan. Berdasarkan wawancara pengamatan penulis di lapangan,
penulis melihat bahwa teknik kepemimpinan yang digunakan Camat
dalam proses penyelenggaraan pemerintahan di jajaran adalah sebagai
berikut :
Camat meningkatkan disiplin bagi pegawainya dengan
menggunakan teknik human relations yaitu dengan memberikan
dorongan, rangkaian kegiatan agar bawahannya mau bergerak yang
biasanya dilakukan dengan pemenuhan kebutuhan yang meliputi
kebutuhan psikis : makan, minum, biaya transport yang cukup dan
62
sebagainya. Serta kebutuhan psikilogis : kebutuhan akan kelayakan,
kebutuhan akan penghargaan dari orang lain. Dorongan-dorongan untuk
memenuhi kebutuhan tersebut menyebabkan orang-orang akan bersedia
mengikuti pemimpin mereka. Hal ini berdasakan tabel hasil kuisioner
berikut di mana skor sebesar 2,83 dan dikategorikan baik. Responden
mengatakan bahwa dalam usaha meningkatkan disiplin kerja pegawai
yang ada di Kecamatan Patebon, Camat Patebon sering memberikan
penghargaan bagi yang mempunyai prestasi dan tidak ada responden
yang menyatakan tidak pernah. Sehingga dapat dikategorikan baik. Hal ini
ditunjukkan dengan sebagian besar responden sebanyak 15 responden
(83,3%) yang menyatakan bahwa Camat dalam memberikan
penghargaan baik dan 3 responden (16,7%) yang menyatakan cukup, dan
tidak ada pegawai yang menyatakan kurang. Penghargaan biasanya
diberikan Camat kepada pegawainya dalam bentuk pujian yang biasanya
disampaikan di apel pagi. Hal ini dimaksudkan agar pegawai-pegawai
yang lain termotivasi untuk berbuat sebaik mungkin agar mendapatkan
pujian dari Camat. Sehingga hal ini diharapkan akan mendorong kinerja
Kecamatan menjadi semakin baik dan masyarakat sebagai yang dilayani
akan menjadi puas atas pelayanan yang diberikan kepadanya. Dengan
demikian tujuan organisasi Kecamatan Patebon akan terwujud. Untuk
lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.6. hasil kuisioner yang berikut :
TABEL 4.6. TANGAPAN RESPONDEN TENTANG PEMBERIAN PENGHARGAAN DAN BANTUAN OLEH CAMAT (N=19)
No Klasifikasi B F b X fProsentase
(%)
1
2
3
Baik
Cukup
Kurang
3
2
1
15
3
-
45
6
-
83,3
16,7
-
Jumlah 18 51 100
Skor Kriteria 51 / 18 = 2,83
63
Kategori Baik
Sumber : Jawaban Kuesioner No.4, Tahun 2004
Dari hasil wawancara dengan Camat Patebon dapat diketahui bahwa
tujuan pemberian penghargaan dan bantuan oleh Camat kepada pegawai
bertujuan untuk merangsang agar pegawai selalu termotivasi untuk
berbuat agar mendapatkan penghargaan dari Camat.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Camat cukup baik
dalam hal pemberian penghargaan dan bantuan yang ditunjukkan dengan
skor 2,83 yang dikategorikan baik.
Selain teknik human relations, Camat Patebon juga menggunakan
teknik memberi teladan berupa tindakan-tindakan yang patut dicontoh.
Hakekat dari pemberian contoh ini diwujudkan dalam dua aspek, yaitu
aspek negatif dalam bentuk larangan-larangan atau pantangan-pantangan
dan aspek positif dalam bentuk anjuran-anjuran atau keharusan dalam
berbuat untuk dilaksanakan pegawainya.
Dalam rangka memberikan keteladanan ini Camat membatasi dan
menguasai diri, khususnya tidak menyimpang atau melanggar larangan-
larangan/pantangan-pantangan dan sebaliknya selalu mematuhi anjuran-
anjuran/keharusan-keharusan. Camat sendiri berusaha tidak berbuat
larangan-larangan dan berusaha untuk mentaati segala
anjuran/keharusan, yang mana dibutuhkan suatu disiplin yang kuat di
dalam pelaksanaannya. Dengan demikian orang-orang akan bersedia
mengikuti apa yang diperintahkan oleh Camat di dalam pelaksanaan
tugas-tugas kantor sehari-hari. Karena melihat figur Camat yang dapat
dijadikan teladan.
Dari wawancara dengan Camat Patebon dapat diketahui bahwa
Camat Patebon selalu berusaha untuk selalu memberikan teladan kepada
bawahannya, misalnya dengan berusaha untuk mengikuti apel setiap hari
tepat waktu, memberikan contoh dalam hal berpakaian di mana Camat
Patebon selalu memakai atribut pakaian yang lengkap, baik itu papan
64
nama, tanda jabatan Camat dan sebagainya. Selain itu dengan pulang
kerja tepat waktu. Hal ini didasarkan pada tabel 4.7. berikut :
TABEL 4.7. TANGAPAN RESPONDEN TENTANG KETELADANAN CAMAT (N=19)
No Klasifikasi b F b X fProsentase
(%)
1
2
3
Baik
Cukup
Kurang
3
2
1
16
2
-
48
4
-
88,88
11,12
-
Jumlah 18 52 100
Skor Kriteria 52 / 18 = 2,88
Kategori Baik
Sumber : Jawaban Kuesioner No.5, Tahun 2004
Dari tabel 4.7. diatas dapat dilihat bahwa responden menyatakan
bahwa Camat Patebon dalam pemberian keteladanan sebesar 88,88%
dan dikatakan baik, sedangkan hanya 11,12% responden yang
menyatakan cukup. Dan tidak ada responden yang menyatakan kurang.
Sehingga prosentase sebesar 96,3% dan dikategorikan baik.
Selain kedua teknik tersebut di atas, Camat Patebon juga
menggunakan teknik persuasi dan pemberian perintah. Teknik persuasi
atau ajakan kepada pegawainya dilakukan dengan lunak/persuasif
sehingga orang-orang yang dipimpin bersedia mengikuti dengan kemauan
sendiri apapun yang diperintahkan oleh pimpinan mereka. Teknik
pemberian perintah yaitu menyuruh orang yang diberi perintah dalam hal
ini pegawai untuk mematuhi Camat melakukan sesuatu. Teknik pemberian
perintah ini tidak menggunakan kekuatan atau kekuasaan dalam
memberikan perintah. Dengan demikian bawahan akan merasa segan
65
terhadap Camat dalam memberikan perintah kepadanya. Hal ini
didasarkan pada hasil pengolahan angket pada tabel 4.8. berikut ini :
TABEL 4.8. TANGAPAN RESPONDEN TENTANG SIKAP CAMAT DALAM MEMBERIKAN PERINTAH (N=19)
No Klasifikasi b F b X fProsentase
(%)
1
2
3
Baik
Cukup
Kurang
3
2
1
13
5
-
39
10
-
72,22
27,78
-
Jumlah 18 49 100
Skor Kriteria 49 / 18 = 2,72
Kategori Baik
Sumber : Jawaban Kuesioner No.6, Tahun 2004
Dari tabel 4.8. dapat dilihat bahwa sebanyak 13 responden (72,22%)
menjawab bahwa Camat Patebon dalam memberikan perintah bersifat
baik/persuasif, dan sebanyak 5 responden (27,78%) yang menyatakan
cukup baik dalam memberikan perintah dan tidak ada responden yang
menyatakan bahwa dalam memberikan perintah menggunakan paksaan.
Skor dari item ini sebesar 2,72 dan dikategorikan baik.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Camat bersifat
persuasif dalam pemberian perintah sehingga dengan sikap Camat dalam
pemberian perintah tersebut maka pegawai akan merasa segan dengan
Camat dan akan selalu menuruti perintah Camat.
Kaitan antara gaya kepemimpinan dan teknik kepemimpinan Camat
dalam meningkatkan disiplin kerja pegawai adalah seperi yang telah
diterangkan sebelumnya dimana gaya kepemimpinan yang digunakan
adalah gaya kepemimpinan demokratif yaitu mendorong pengikut,
66
anggota atau kelompok untuk menentukan kebijakan mereka sendiri,
memperhatikan martabat manusia, selalu memanfaatkan kelompoknya,
memberi kebebasan dalam pelaksanaan tugas, memelihara komunikasi,
interkasi yang luas, menerapkan hubungan suportif adanya sifat
kekeluargaan dan sifat keterbukaan dan transparansi antara pemimpin
dengan bawahan. Sedangkan teknik-teknik kepemimpinan yang
dikembangkan Camat adalah merupakan ciri-ciri teknik kepemimpinan
pemerintahan Indonesia yaitu dengan teknik homan relations, teknik
menjadi teladan, dan teknik persuasi dan pemberian perintah. Dengan
menggunakan gaya dan teknik tersebut di atas maka diharapkan pegawai
dapat mengikuti kepemimpinan Camat dengan demikian pegawai di
Kecamatan Petebon tetap patuh pada kepemimpinan Camat tanpa
paksaan dan dengan suka rela sehingga diharapkan dapat meningkatkan
disiplin kerja dan tujuan organisasi dapat tercapai bersama.
Dalam menjalankan pemerintahan di Kecamatan hampir seluruh
pengarahan dilakukan oleh Camat kepada para aparatnya. Namun melalui
komunikasi dua arah dan penjelasan secara transparan mengenai visi dan
misi yang menjadi tujuan suatu kebijakan ini dilakukan dengan melibatkan
seluruh komponen pemerintahan yang terkait di kecamatan serta
berkoodinasi dengan mencari saran atau pertimbangan-pertimbangan dan
mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan.
Camat selalu memberikan pengarahan, bimbingan dan petunjuk
kepada bawahannya yang masih dianggap kurang mampu untuk
melaksanakan tugas-tugas tertentu sambil terus mengadakan
pengawasan pada tugas tersebut sehingga apabila terdapat
penyimpangan dapat segera diketahui dan diadakan perbaikan secepat
mungkin.
Sedangkan perilaku mendukung lebih banyak memberikan dorongan
dan motivasi serta meningkatkan pengawasan agar bawahan selalu
terpacu dan bersemangat untuk melaksanakan tugas. Gaya seperti ini
sangat tepat diterapkan di lingkungan kecamatan Patebon yang memang
67
tidak terlalu kompleks permasalahan yang dihadapi sehingga disiplin kerja
bawahan diharapkan dapat terwujud.
Berdasarkan indikator-indikator di atas, penulis dapat menyimpulkan
bahwa tenggapan responden terhadap indikator-indikator kepemimpinan
Camat Patebon dalam meningkatkan disiplin kerja pegawai dapat
diinterpretasikan baik, hal ini dapat dilihat pada tabel berikut ini.
TABEL 4.9. NILAI RATA-RATA INDIKATOR KEPEMIMPINAN CAMAT PATEBON DALAM MENINGKATKAN DISIPLIN KERJA PEGAWAI
No. Indikator Nilai Presentase
(%)1.
2.
Gaya Kepemimpinan demokratik Camat
Patebon
a.Keikutsertaan bawahan dalam proses
pengambilan keputusan
b. Penerimaan saran, ide dan pandangan
Teknik Kepemimpinan Camat Patebon
a.Human Relations (pemberian penghargaan
dan bantuan)
b.Menjadi Teladan (keteladanan Camat)
c.Persuasi dan Pemberian Perintah (sikap
Camat dalam memberikan perintah)
2,77
2,88
2,83
2,88
2,72
Jumlah 14,08
Skor 14,08 / 5 = 2,81
Kategori Baik
Sumber : hasil olahan data, 2004
68
Dari tabel 4.9. dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan Camat
Patebon dalam upaya meningkatkan disiplin kerja pegawai sudah baik,
yang dilakukan dengan keikutsertaan bawahan dalam proses
pengambilan keputusan, penerimaan saran, ide dan pandangan,
pemberian penghargaan dan bantuan, keteladanan dan sikap Camat
dalam memberikan perintah. Skor dari kategori rata-rata indikator
kepemimpinan sebesar 2,81 dan dikategorikan baik.
4.2.2. Kedisiplinan Pegawai Kantor Camat Patebon
Upaya untuk meningkatkan disiplin pegawai Kecamatan harus
senantiasa dilakukan dan ditingkatkan agar penyelenggaraan
pemerintahan di Kecamatan Patebon dapat berjalan dengan lancar dan
teratur
Dari hasil penelitian yang dilakukan, penulis memperoleh data bahwa
pelaksanaan disiplin khususnya bagi pegawai Kantor Camat Patebon
belumlah optimal. Hal ini dapat ditunjukkan dengan masih adanya
fenomena-fenomena yang terjadi, antara lain masih belum optimalnya
ketaatan terhadap jam kerja. Dari hasil pengamatan yang dilakukan di
lapangan, masih terdapat pegawai yang tidak ikut apel kerja, adanya
keterlambatan tanpa alasan yang jelas, terdapatnya pegawai yang selama
jam kerja tidak melaksanakan pekerjaan dan pulang lebih awal dari jam
kerja yang telah ditetapkan.
Disiplin pegawai dapat ditinjau dari beberapa hal, antara lain; dari
kesadaran terhadap peraturan yang berlaku, ketepatan dalam
menyelesaikan tugas dan kesetiaan akan pekerjaan.
4.2.2.1. Kesadaran Pegawai Terhadap Peraturan Yang Berlaku
Setiap Organisasi Baik Pemerintah Maupun Organisasi Swasta
mempunyai tujuan yang ingin dicapai dalam mencapai tujuan tersebut
ditentukan norma-norma atau aturan-aturan yang telah ditentukan dan
69
disepakati bersama. Norma-norma atau aturan-aturan yang telah
disepakati tadi memuat langkah-langkah atau tindakan yang harus
diakukan dan tidak boleh dilakukan oleh orang yang terlibat dalam
organisasi tersebut. Begitu pula dalam organisasi pemerintah khususnya
organisasi pemerintah di Kecamatan.
Aturan-aturan yang telah ditentukan dan ditetapkan oleh
pemerintahan baik berupa aturan yang ada dalam Peraturan Disiplin
khususnya PP No.30 Tahun 1980. maupun aturan-aturan yang ditetapkan
oleh Pemerintahan Daerah harus dapat dimengerti, dihayati dan dipahami
oleh seluruh pegawai tersebut diharapkan dapat dilaksanakan dengan
baik oleh seluruh pegawai.
Untuk mengetahui tingkat kesadaran pegawai terhadap peraturan
yang berlaku, dapat dilihat dalam indikator sebagai berikut .
1. Pelaksanaan Apel Kerja
Apel kerja merupakan suatu saluran komunikasi antara atasan dan
bawahan. Dalam apel kerja disampaikan mengenai perencanaan dan
kebijakan terhadap pelaksanaan tugas pemerintahan, pembangunan dan
kemasyarakatan yang akan dilaksanakan agar dapat terselenggara
dengan tertib dan lancar.
Lebih jelasnya tingkat kesadaran pegawai kantor Camat Patebon
untuk mengikuti pelaksanaan apel kerja dapat dilihat pada tabel 4.10
berikut ini :
TABEL 4.10. TANGAPAN RESPONDEN TENTANG TINGKAT KESADARAN PEGAWAI UNTUK MENGIKUTI PELAKSANAAN APEL KERJA (N=19)
No Klasifikasi B F b X fProsentase
(%)
1
2
3
Baik
Cukup
Kurang
3
2
1
12
4
2
36
8
2
66,7
22,2
11,1
70
Jumlah 18 46 100
Skor Kriteria 46 / 18 = 2,55
Kategori Baik
Sumber : Jawaban Kuesioner No.7, Tahun 2004
Dari tabel 4.10. diatas dapat diketahui nilai skor terhadap tingkat
kesadaran pegawai untuk mengikuti apel kerja yaitu 2,55 dan dapat
dikategorikan baik. Dari 18 responden, 66,7% menyatakan baik, 22,2%
menyatakan cukup dan 11,1% menjawab kurang.
Berdasarkan tabel 4.10. terlihat bahwa sebagian besar pegawai telah
berupaya menunjukkan kedisiplinannnya dalam mengikuti pelaksanaan
apel kerja, walaupun masih ada saja aparat yang kadang-kadang tidak
mengikuti apel ataupun terlambat masuk dikarenakan adanya urusan
keluarga yang harus dikerjakan sebelum berangkat kerja ataupun kurang
sadarnya pegawai untuk mengikuti apel kerja. Hal ini dibuktikan dengan
adanya responden yang menjawab kurang.
2. Kepatuhan terhadap ketentuan jam kerja
Peningkatan dan penumbuhan disiplin kerja pegawai dalam
melaksanakan tugas-tugasnya diantaranya diwujudkan dalam hal
mematuhi ketentuan jam kerja, kapan seorang pegawai harus masuk dan
kapan harus meninggal kantor.
Ketentuan jam kerja yang dibuat, dimaksudkan agar tidak ada
pegawai yang mangkir kerja dan masuk atau pulang seenaknya. Disiplin
kerja dapat dilihat dari ketepatan seseorang masuk dan pulang kantor,
karena ketepatan masuk dan pulang kantor menunjukkan tingginya tingkat
motivasi dan tanggung jawab pegawai dalam pelaksanaan tugas.
Seperti pada umumnya instansi-instansi pemerintah, pegawai di
kantor camat diharuskan masuk kantor untuk mengikuti apel pagi pada
pukul 07.00 WIB dan diperbolehkan pulang tanpa ada apel siang pada
pukul 15.00 WIB. Sedangkan untuk hari Jum’at dilaksanakan Senam
Kesegaran Jasmani pada pukul 07.00 WIB dan dilanjutkan dengan
71
kebersihan di lingkungan kerja masing-masing. Selanjutnya diperbolehkan
pulang pada pukul 11.00 WIB.
Dari hasil pengamatan di lapangan, terlihat bahwa masih adanya
beberapa pegawai yang belum sepenuhnya mentaati peraturan jam kerja
tersebut, kadang-kadang masih terlihat seseorang atau beberapa orang
pegawai yang meninggalkan kantor sebelum jam kerja usai. Namun
setelah melakukan pengamatan lebih lanjut, diketahui bahwa kebanyakan
pegawai yang keluar kantor tidak pada waktunya dikarenakan ada
keperlukan dinas yang harus dilaksanakan.
Untuk mengetahui tingkat kepatuhan pegawai terhadap ketentuan
jam kerja dapat dilihat pada tabel 4.11. berikut.
TABEL 4.11. TANGGAPAN RESPONDEN TENTANG TINGKAT KEPATUHAN PEGAWAI TERHADAP KETENTUAN JAM KERJA
No Klasifikasi B f b X fProsentase
(%)
1
2
3
Baik
Cukup
Kurang
3
2
1
13
4
1
39
8
1
72,3
22,2
5,5
Jumlah 18 48 100
Skor Kriteria 48 / 18 = 2,66
Kategori Baik
Sumber : Jawaban Kuesioner No.8, Tahun 2004
Berdasarkan tabel 4.11. di atas, terlihat bahwa 72,3% responden
memiliki tingkat kepatuhan yang tinggi, 22,2% responden yang memiliki
tingkat kepatuhan cukup, dan masih adanya responden yang menyatakan
kurang sebesar 5,5% Sedangkan nilai presentase tingkat kepatuhannya
adalah 91,61% dan dapat dikategorikan baik. Hal ini ditunjukkan dengan
mayoritas pegawai yang dapat mengikuti ketentuan jam kerja yang
diberlakukan di Kantor Camat Patebon.
72
Berdasarkan pengamatan di lapangan, penulis dapat menyimpulkan
bahwa tingkat pelanggaran terhadap ketentuan jam kerja relatif kecil.
Pada umumnya pelanggaran tersebut disebabkan adanya keperluan
mendesak, baik keperluan dinas maupun keperluan pribadi. Jikapun untuk
keperluan pribadi, pegawai yang bersangkutan telah meminta izin terlebih
dahulu kepada atasannya.
3. Pemahaman terhadap Peraturan Disiplin Pegawai
Kedisiplinan juga dipengaruhi oleh pemahaman pegawai negerinya
terhadap Peraturan Disiplin Pegawai yang berlaku yaitu Peraturan
Pemerintah No. 30 Tahun 1980 tentang Peraturan Disiplin Pegawai
Negeri Sipil. Berdasarkan hasil penelitian di lapangan, dapat diketahui
bahwa pada umumnya pegawai negeri sipil yang ada di Kantor Camat
Patebon belum memahami aturan-aturan yang ada, baik itu kewajiban,
hak serta hal-hal apa saja yang tidak boleh dilakukan oleh pegawai negeri
sipil.
Lebih jelasnya tentang tingkat kesadaran pegawai dalam memahami
Peraturan Disiplin Pegawai dapat dilihat pada tabel 4.12. berikuti ini.
TABEL 4.12. TANGGAPAN RESPONDEN TENTANG PEMAHAMAN PEGAWAI TERHADAP PERATURAN DISIPLIN PEGAWAI (N=19)
No Klasifikasi b f b X fProsentase
(%)
1
2
3
Baik
Cukup
Kurang
3
2
1
7
9
2
21
18
2
38,8
50
11,2
Jumlah 18 41 100
Skor Krieria 41 / 18 = 2,27
Kategori Cukup
Sumber : Jawaban Kuisioner No.9, Tahun 2004
73
Berdasarkan tabel 4.12. di atas terlihat bahwa nilai presentase
tingkat pemahaman pegawai terhadap peraturan perundang-undangan,
khususnya Peraturan Disiplin PNS (PP No. 30 Tahun 1980) adalah 75,9%
dan diinterpretasikan cukup, ditandai dengan 38.8% responden yang
menjawab bahwa mereka mempunyai pemahaman baik terhadap
Peraturan Disiplin tersebut dan 50% yang menjawab bahwa mereka
hanya mengerti yang pokok-pokok saja. Sedangkan masih ada 11,2%
responden yang kurang mengerti peraturan perundang-undangan yang
berlaku yang dikarenakan usia yang sudah tua, dan dahulu perekrutannya
hanya berdasarkan asas kemanusiaan saja.
4.2.2.2. Ketepatan Dalam Melaksanakan Tugas
Keberhasilan penyelenggaraan tugas Pegawai Negeri Sipil pada
suatu instansi pemerintah didukung oleh tingkat disiplin kerja. Disiplin
kerja merupakan cerminan dari kemampuan kerja pegawai dalam
melaksanakan tugas dan pekerjaan.
Dalam pelaksanaan tugas, tidak menutup kemungkinan ada yang
tidak sesuai dengan rencana yang diharapkan. Tetapi ketidaksesuaian
tersebut pasti dikarenakan adanya permasalahan-permasalahan yang
menjadi kendala penyelenggaraan tugas mereka sehingga tugas-tugas
tersebut ada yang terealisasi dengan baik dan ada yang belum dapat
terlaksana sesuai dengan program-program kerja.
Penilaian terhadap pelaksanaan tugas pegawai didasarkan pada
aspek-aspek yang berkaitan, yaitu kecakapan dan kemampuan pegawai
dalam melaksanakan tugas, tanggung jawab atas tugas yang
dilaksanakan, dan ketepatan dalam menyelesaikan tugas yang diberikan.
Ketepatan dalam melaksanakan tugas dapat dijadikan tolak ukur
disiplin kerja pegawai, yaitu dengan selesainya tugas sesuai waktu yang
ditentukan, mencerminkan rasa tanggung jawab dan motivasi pegawai
74
dalam melaksanakan tugas. Hal ini berhubungan dengan pemberian tugas
kepada pegawai sesuai dengan keahlian dan kemampuannya.
Tingkat ketepatan pegawai kantor Camat Patebon dalam
melaksanakan tugas dapat dilihat pada tabel 4.13. berikut.
TABEL 4.13. TANGGAPAN RESPONDEN TENTANG TINGKAT KETEPATAN PEGAWAI DALAM MELAKSANAKAN TUGAS (N=19)
No Klasifikasi b F b X fProsentase
(%)
1
2
3
Baik
Cukup
Kurang
3
2
1
11
4
3
33
8
4
61,1
22,2
16,7
Jumlah 18 45 100
Skor Kriteria 45 / 18 = 2,5
Kategori Baik
Sumber : Jawaban Kuisioner No.10, Tahun 2004
Dari tabel diatas 4.13. diperoleh kesimpulan bahwa ketepatan
pegawai dalam melaksanakan tugas-tugas dapat diinterpretasikan baik,
dibuktikan dengan nilai presentase yang ada yaitu 83,3%. Walaupun
demikian, masih ada saja tugas yang tidak dapat terselesaikan
dikarenakan adanya kendala yang dihadapi. Hal ini dlihat dari sebanyak
22,2% responden yang menjawab cukup dan 16,7% yang menjawab
kurang.
4.2.2.3. Tingkat Kesetian Pegawai Dalam Bekerja
Rasa kesetiaan, loyalitas dan etika dalam pelaksanaan tugas
pemerintahan perlu ditanamkan sejak dini. Semangat pengabdian,
75
kepatuhan dan tanggun jawab yang tinggi perlu dipupuk dan
dikembangkan untuk menegakkan disiplin.
Dengan tertanamnya kesetiaan dan tanggung jawab serta etika
dalam diri pegawai, maka pegawai tersebut tidak akan melaksanakan
kegiatan diluar ketentuan dan aturan yang ada.
Indikator tingkat kesetiaan pegawai dalam bekerja dapat dilihat dari
dua hal di bawah ini:
1. Kesadaran Pegawai Dalam Melaksanakan Tugas
Salah satu bentuk loyalitas pegawai terhadap atasannya adalah
kesediaan dalam menjlankan tugas. Kesadaran pegawai Kantor Camat
Patebon dalam menjalankan tugasnya dapat dilihat pada tabel 4.14.
berikut ini:
TABEL 4.14. TANGGAPAN RESPONDEN TENTANG TINGKAT KESADARAN PEGAWAI DALAM MELAKSANAKAN TUGAS (N=19)
No Klasifikasi b f b X fProsentase
(%)
1
2
3
Baik
Cukup
Kurang
3
2
1
13
5
-
39
10
-
72,22
27,78
-
Jumlah 18 49 100
Skor Kriteria 49 / 18 = 2,72
Kategori Baik
Sumber : Jawaban Kuisioner No.11, Tahun 2004
Dari tabel 4.14. dapat diketahui skor tingkat kesadaran pegawai
dalam menjalankan tugas adalah 2,72 dan dikategorikan baik. Hal ini
ditunjukkan dengan sebagian besar responden yaitu 72,22% yang
76
menyatakan baik. Namun kesadaran tersebut perlu ditingkatkan karena
masih ada 27,78% responden yang menyatakan cukup. Kesadaran yang
tinggi tersebut dapat dilihat bahwa pegawai mau melaksanakan tugas
yang menjadi tanggung jawabnya. Bahkan berdasarkan pengamatan, ada
juga beberapa pegawai yang mau melaksanakan tugas walaupun tugas
itu di luar tanggung jawabnya dengan kesungguhan dan kerelaan hati,
meskipun tidak semua.
2. Kesediaan Pegawai Bertugas Di luar jam Kerja
Kesediaan bertugas mendadak di luar jam kerja dapat juga menjadi
ukuran loyalitas pegawai. Mengenai hal tersebut dapat dilihat pada tabel
4.15. berikut ini.
TABEL 4.15. TANGGAPAN RESPONDEN TENTANG TINGKAT KESEDIAAN PEGAWAI DALAM BERTUGAS DI LUAR JAM KERJA (N=19)
No Klasifikasi b f b X fProsentase
(%)
1
2
3
Baik
Cukup
Kurang
3
2
1
12
4
2
36
8
2
66,7
22,2
11,1
Jumlah 18 46 100
Skor 46 / 18 = 2,55
Kategori Baik
Sumber : Jawaban Kuisioner No.12, Tahun 2004
Berdasarkan tabel 4.15. terlihat bahwa 66,7% responden
menyatakan bersedia/memberi respon baik, sedangkan 22,2% memberi
respon cukup, dan 11,1% yang menyatakan kurang bersedia. Sedangkan
skornya sebesar 2,55 dan dapat dikategorikan baik.
77
Hal ini menunjukkan kemampuan pemimpin dalam memberikan
arahan ataupun petunjuk disamping kemampuannya di dalam membina
hubungan hirarki jabatan dan kemampuan mereka untuk menempatkan
diri sebagai unsur pemimpin di dalam menciptakan suasana kerja yang
baik pada setiap pegawai di dalam penyelenggaraan tugas-tugas
pemerintahan.
Dari wawancara dengan Camat Patebon dapat diketahui bahwa
pegawai Kecamatan Patebon bersedia untuk bekerja lembur apabila ada
tugas-tugas yang sangat banyak.
Berdasarkan indikator-indikator diatas, penulis dapat menyimpulkan
bahwa kedisiplinan pegawai Kantor Camat Patebon dapat
diinterpretasikan baik, hal ini dapat dilihat pada tabel berikut ini.
TABEL 4.16. NILAI RATA-RATA INDIKATOR KEDISIPLINAN PEGAWAI KANTOR CAMAT PATEBON
No. Indikator Presentase(%)
1.
2.
3.
.
Kesadaran pegawai terhadap peraturan yang
berlaku
a.Pelaksanaan apel kerja
b.Kepatuhan terhadap ketentuan jam kerja
c.Pemahaman terhadap peraturan disiplin
pegawai
Ketepatan dalam melaksanakan tugas
Tingkat loyalitas pegawai dalam bekerja
a.Kesadaran pegawai dalam melaksanakan
tugas
b.Kesediaan pegawai bertugas di luar jam kerja
2,55
2,66
2,27
2,50
2,72
2,55
Jumlah 15,25
Nilai Presentase rata-rata 15,25 / 6 = 2,54
Kategori Baik
78
Sumber : hasil olahan data, 2004
Dari tabel 4.16. dapat dilihat tingkat kedisiplinan pagawai Kantor
Camat Patebon dapat dikategorikan baik, yaitu dengan skor 2,54. Namun
demikian masih ada sebagian kecil pegawai yang perlu untuk ditingkatkan
tingkat kedisiplinannya agar pelaksanaan tugas pemerintahan dapat lebih
berjalan dengan baik.
4.3. Hambatan Camat Patebon Dalam Meningkatkan Disiplin Kerja
Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan Camat Patebon,
dalam upaya meningkatkan disiplin kerja pegawai di lingkungan Kantor
Kecamatan Patebon terdapat berbagai hambatan-hambatan. Adapun
hambatan-hambatan tersebut adalah :
1. Kesadaran Aparat
Kesadaran aparat di kantor Camat Patebon untuk bekerja dengan
disiplin masih dikatakan rendah. Hal ini penulis amati dari kepatuhan
terhadap jam kantor masih kurang, dimana terdapat aparat yang
meninggalkan kantor sebelum jam kerja berakhir. Di kecamatan Patebon
masih ada aparat yang belum dapat membedakan mana kepentingan
pribadi dan mana kepentingan kantor, sehingga biasanya untuk
kepentingan pribadi seringkali mereka meninggalkan kantor sehingga ini
sangat berpengaruh dalam pelaksanaan kerja di kantor
Aparat kadang berfikir selalu menganggap mudah pekerjaan kantor
sehingga sering mengulur-ulur waktu dalam pelaksanaan tugas dan sering
beranggapan bahwa apabila dia tidak ada maka orang lain uang akan
mengerjakannya. Dengan semangat kerja yang rendah maka kerja
tersebut tidak akan berhasil dengan baik. Sehingga penulis menilai bahwa
aparat Kecamatan Patebon bekerja belum dengan kesadaran dan rasa
tanggung jawab terhadap tugas dan kewajibannya melainkan menunggu
perintah dari atasan.
2. Kesejahteraan Pegawai
Rata-rata tingkat pendidikan pegawai kantor Camat Patebon adalah
setingkat SLTA, sehingga mereka hanya mempunyai golongan III yang
79