korelasi panjang tulang jari telunjuk tangan …digilib.unila.ac.id/25234/3/skripsi tanpa bab...
TRANSCRIPT
KORELASI PANJANG TULANG JARI TELUNJUK TANGAN (Digiti II)
TERHADAP TINGGI BADAN PRIA DEWASA SUKU BALI DAN SUKU
BATAK DI KECAMATAN TANJUNG SENANG BANDAR LAMPUNG
Skripsi
Oleh :
Indrani Nur Winarno Putri
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2017
KORELASI PANJANG TULANG JARI TELUNJUK TANGAN (Digiti II)
TERHADAP TINGGI BADAN PRIA DEWASA SUKU BALI DAN SUKU
BATAK DI KECAMATAN TANJUNG SENANG BANDAR LAMPUNG
Oleh :
Indrani Nur Winarno Putri
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar
SARJANA KEDOKTERAN
Pada
Program Studi Pendidikan Dokter
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2017
ABSTRACT
THE CORRELATION BETWEEN INDEX FINGER LENGTH (digiti II) ANDSTATURE OF BALINESE AND BATAKNESE MAN IN TANJUNG SENANG
SUBDISTRICT BANDAR LAMPUNG DISTRICT
By
INDRANI NUR WINARNO PUTRI
The crime rate of Lampung in 2012-2014 was increased. The murder with mutilation casesalso increased, it was proven by six mutilation cases that reported to media in 2005-2008.The incomplete body make a difficult condition to identifying process. Stature prediction notonly can be predicted by the length of long bone but also by the length of short bone such asindex finger bone. The aim of this study are to identify the correlation between index fingerlength and stature.
The study was conducted in October - November 2016 in Tanjung Senang subdistrict usinganalytic correlative method and cross sectional approach. Sample was taken by consecutivesampling and obtained 35 man in the age of 21-45 years old.
The index finger length mean in Balinese man is 7,264 cm while the stature mean is 167,449cm with the coefficient correlation (r) in right index finger 0,466 and 0,538 in left indexfinger. The index finger length mean in Bataknese man is 7,358 cm while the stature mean is169,789 cm with the coefficient correlation (r) in right index finger 0,508 and 0,613 in leftindext finger.Both index finger length in Balinese showed intermediate correlation withpositive direction. The right index finger in Bataknese showed intermediate correlation whilethe left index finger showed strong correlation with positive direction.
Keyword : Forensic Identifying, Index Finger Length, Stature, Balinese, Bataknese
ABSTRAK
KORELASI PANJANG TULANG JARI TELUNJUK TANGAN (digiti II)TERHADAP TINGGI BADAN PRIA DEWASA SUKU BALI DAN SUKUBATAK DI KECAMATAN TANJUNG SENANG BANDAR LAMPUNG
Oleh
INDRANI NUR WINARNO PUTRI
Angka kriminalitas di Provinsi Lampung pada tahun 2012-2014 mengalami peningkatan.Kasus pembunuhan disertai mutilasi pun meningkat dibuktikan dalam tahun 2005-2008terdapat 6 kasus mutilasi yang dilaporkan ke media. Kondisi jasad yang tidak utuh dapatmempersulit proses identifikasi. Prediksi tinggi badan tidak hanya menggunakan panjangtulang panjang namun bisa juga menggunakan panjang tulang pendek seperti panjang jaritelunjuk tangan. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui korelasi panjang tulang jari telunjuktangan dengan tinggi badan.
Penelitian dilakukan pada bulan Oktober – November 2016 di Kecamatan Tanjung Senang,dengan metode analisis korelatif dengan pendekatan cross sectional. Pengambilan sampelsebanyak 35 pria berusia 21-45 tahun setiap suku Bali dan Batak dengan menggunakanteknik consecutive sampling.
Rerata panjang jari telunjuk tangan pria dewasa suku Bali adalah 7,246 cm sementara reratatinggi badannya adalah 167,449 dengan koefisien korelasi (r) pada telunjuk kanan 0,466 dan0,538 pada telunjuk kiri. Rerata panjang jari telunjuk tangan pria dewasa suku Batak 7,358cm dan tinggi badan 169, cm dengan koefisien korelasi (r) pada telunjuk kanan 0,508 dan0,613 pada telinjuk kiri. Panjang tulang jari telunjuk pada kedua tangan memiliki korelasisedang dengan arah positif terhadap tinggi badan suku Bali. Pada panjang tulang jari telunjukkanan suku Batak memiliki korelasi sedang sementara pada telunjuk kiri memiliki korelasikuat dengan arah positif terhadap tinggi badan.
Kata Kunci : Identifikasi Forensik, Panjang Tulang Jari Telunjuk Tangan, Tinggi Badan,suku Bali, suku Batak.
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta pada 17 Januari
1995, sebagai anak pertama dari tiga bersaudara dari Bapak Winarno ST dan Ibu
Miroah S.Pd.,M.Pd.
Pendidikan Taman Kanak (TK) diselesaikan di TK Abdul Halim Jakarta Barat pada
tahun 2001. Pendidikan Sekolah Dasar (SD) diselesaikan di SD Negeri Grogol
Selatan 01 Pagi Jakarta Selatan pada tahun 2007. Pendidikan Sekolah Menengah
Pertama (SMP) diselesaikan di SMP Negeri 19 Jakarta Selatan pada tahun 2010.
Pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA) diselesaikan di SMA Negeri 78 Jakarta
Barat pada tahun 2013. Pada tahun 2013 penulis diterima di Fakultas Kedokteran
Universitas Lampung.
Selama menjadi mahasiswa di Fakultas Kedokteran Universitas Lampung penulis
pernah aktif sebagai Bendahara Umum Perhimpunan Mahasiswa Pecinta Alam dan
Tanggap Darurat (PMPATD) Pakis Rescue Team periode 2015-2016.
i
Bismillahirrahmanirrahim
Puji syukur kehadirat Allah SWT,
kupersembahkan karya sederhana ini
untuk kalian keluargaku…
Mama, Papa tercinta
Adik Rani dan Adik Sasa tersayang
Dan apabila dikatakan, “Berdirilah kamu,” maka berdirilah,
niscaya Allah akan mengankat (derajat) orang-orang yang beriman
di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat.
(GS. Al-Mujadalah, ayat 11)
ii
SANWACANA
Assalamualaikum Wr.Wb
Puji syukur penulis kehadirat Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, yang telah melimpatkan anugrah, nikmat dan ridho-Nya, serta bantuan
dari berbagai pihak sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini. Shalawat
beriring salam tercurah kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, keluarga dan
para sahabatnya.
Skripsi yang berjudul “Korelasi Panjang Tulang Jari Telunjuk Tangan (digiti II)
terhadap Tinggi Badan Pria Dewasa suku Bali dan suku Batak di Kecamatan Tanjung
Senang, Bandar Lampung” ini merupakan syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Kedokteran Universitas Lampung.
Melalui kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih terhadap semua
pihak yang telah memberi dukungan moril dan spiritual, maka dalam kesempatan ini
penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Kedua orangtuaku, Mama dan Papa tercinta Miroah, S.Pd., M.Pd dan
Winarno, ST yang menjadi inspirasi terbesar penulis. Terimakasih atas segala
dukungan baik moral, spiritual dan materil yang diberikan. Semoga Allah
SWT selalu memberikan yang terbaik, umur panjang, kesehatan kebahagian
dan perlindungan kepada Mama dan Papa;
iii
2. Adik-adikku tersayang Tyas Nur Winarno Putri dan Faris Nur Winarno Putra,
terimakasih telah menjadi adik-adik yang pintar dan penurut semoga penulis
bisa menjadi contoh yang baik untuk kalian berdua;
3. Kepada Prof. Dr. Ir. Sugeng P. Harianto, M.S., selaku Rektor Universitas
Lampung;
4. Kepada Dr. dr. Muhartono, S.Ked., M.Kes., Sp. PA selaku Dekan Fakultas
Kedokteran Universitas Lampung;
5. Kepada dr. Novita Carolia, M.Sc selaku pembimbing I saya yang telah
bersedia meluangkan waktu, tenaga pikiran, dan semangat untuk saya selama
melakukan penelitian dan penulisan skripsi ini. Terimakasih untuk bimbingan
dan arahan yang diberikan selama proses penyusunan skripsi;
6. Kepada dr. Anggraeni Janar Wulan M.Sc selaku pembimbing II saya yang
telah bersedia meluangkan waktu, tenaga, pikiran dan arahan yang diberikan
selama proses penyusunan skripsi;
7. Kepada dr. Handayani Dwi Utami, M.Sc., Sp.F dan dr. Khairun Nisa B.
M.Kes.,AIFO selaku penguji yang telah memberikan kritik, saran dan
masukan dalam memperbaiki skripsi;
8. Kepada dr. Merry Indah Sari M.MedEd yang telah memberikan kritik dan
saran untuk perbaikan skripsi;
9. Kepada ibu Soraya Rahmanisa, S.Si., M.Sc selaku pembimbing akademik
yang telah memberikan motivasi, dukungan dan saran;
iv
10. Seluruh Staf dosen pengajar dan Staf karyawan Fakultas Kedokteran
Universitas Lampung yang telah berbagi ilmu dan pengalaman selama
perkuliahan;
11. Keluarga besar yang telah membantu dalam berbagai hal dan selalu
memberikan dukungan;
12. Kepada seluruh responden warga Kecamatan Tanjung Senang, Bandar
Lampung yang telah bersedia meluangkan waktu demi terpenuhinya data
penelitian dan terselesaikannya skripsi ini;
13. Kepada sahabat terdekat dan terbaik Marco Manza Adi Putra terimakasih atas
dukungan, perhatian dan waktunya selama tiga tahun ini semoga selalu
menemani di tahun-tahun berikutnya;
14. Kepada Dea Saragih, Luh Dina, Rachel Sitepu, Ayu Lingga, Desindah, Julia
dan Aradila atas kebaikannya meluangkan waktu dalam membantu penelitian;
15. Kepada Kuah Ketoprak Faridah, Sayyik, Fauziah, Nida, Zahra, Kak Christine,
Meti, Hanum, Zulfa, Wahid, Marco, Fadel, Tito, Fuad, Firza yang menjadi
keluarga utama di tempat perantuan ini, semoga persahabatan kita bisa terjaga
selamanya;
16. Kepada dosen-dosen anatomi dr. Anggraeni Janar Wulan M.Sc, dr. Rekha
Nova Iyos dan dr. Catur Ariwibowo serta teman-teman asdos anatomi Iqbal
Reza, Jyuldi Prayoga, M Azzaky, Bang Joshua, Marliando, Teguh, Sutria,
Fauziah, Kak Ria, Indah Iswara, Rosi Indah, Azzren, Ira, dan Ara terimakasih
atas ilmu dan dukungan yang diberikan selama ini.
v
17. Kepada teman-teman seluruh angkatan 2013 (Cere13ellums) semoga kita
semua bisa menjadi dokter yang amanah;
18. Kepada SC 08 dan keluarga besar PMPATD Pakis Rescue Team, terimakasih
atas pengalaman, ilmu, dan kebersamaan selama menjalankan setiap amanah
yang diberikan kepada saya. Semoga selalu berjaya, semangat, tanggap
terampil mandiri. Salam Lestari;
19. Kepada KKN Banding Agung Dede, Cantika, Rosihan, Andan, Sarah dan
Dhiah terimakasih atas kebersamaan dan pengalaman-pengalaman yang kalian
ajarkan;
Penulis menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dalam penulisan skripsi
karena keterbatasan pengetahuan yang penulis miliki. Namun, penulis berharap
semoga skripsi yang sederhana ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Semoga segala
keikhlasan, kebaikan dan dukungan selama ini mendapat balasan oleh Allah SWT.
Amin.
Bandar Lampung, Desember 2015
Penulis
Indrani Nur Winarno Putri
vi
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI ......................................................................................... i
DAFTAR TABEL ................................................................................ iii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................ v
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .......................................................................... 1
1.2 Perumusan Masalah ................................................................... 3
1.3 Tujuan Penelitian ...................................................................... 4
1.4 Manfaat Penelitian ..................................................................... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Pustaka ........................................................................ 7
2.1.1 Pengertian Rangka Tubuh Manusia .................................. 7
2.1.2 Osteogenesis ...................................................................... 8
2.1.3 Anatomi Pergelangan Tangan dan Jari Tangan ................ 10
2.1.4 Tinggi Tubuh Manusia ...................................................... 13
2.1.5 Penyakit yang Mempengaruhi Tinggi Badan..................... 16
2.1.6 Hubungan Panjang Tulang dengan Tinggi Badan ............ 17
2.1.7 Suku Bali dan Suku Batak ................................................. 19
2.1.8 Kecamatan Tanjung Senang .............................................. 20
vii
2.2 Kerangka Teori ........................................................................... 21
2.3 Kerangka Konsep ....................................................................... 22
2.4 Hipotesis ..................................................................................... 22
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian ........................................................................ 23
3.2 Tampat dan Waktu Pelaksanaan ................................................ 23
3.3 Populasi Penelitian ..................................................................... 23
3.4 Sampel Penelitian ....................................................................... 24
3.5 Kriteria Inklusi dan Ekslusi ........................................................ 25
3.6 Identifikasi Variabel dan Definisi Oprasional Variabel ............. 27
3.7 Instrumen dan Prosedur Penelitian ............................................. 28
3.8 Pengolahan Data dan Analisis Data ........................................... 30
3.9 Etik Penelitian ............................................................................ 32
3.10 Alur Penelitian ......................................................................... 33
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian .......................................................................... 34
4.2 Pembahasan ................................................................................ 40
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan ................................................................................ 45
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................... 47
LAMPIRAN
viii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Rumus Perkiraan Tinggi Badan Berdasarkan Panjang Tulang .......... 16
2. Definisi Oprasional Variabel .............................................................. 28
3. Uji Normalitas Tinggi Badan dan Panjang Jari Telunjuk
tangan suku Bali dan Batak................................................................. 35
4. Rerata Tinggi Badan dan Panjang Jari Telunjuk Tangan
suku Bali dan suku Batak.................................................................... 35
5. Hasil Analisis Korelasi Pearson suku Bali......................................... 37
6. Hasil Analisis Korelasi Pearson suku Batak ...................................... 38
7. Aplikasi rumus regresi dan perbandingan panjang tulang
jari telunjuk tangan terhadap tinggi badan ........................................ 40
8. Kriteria tinggi badan menurut Martin Knussman ............................. 41
9. Interpretasi koefisien korelasi ............................................................. 43
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Osifikasi Endokondral ........................................................................ 9
2. Tulang pada Tangan Kanan ............................................................... 10
3. Kerangka Teori ................................................................................... 21
4. Kerangka Konsep ............................................................................... 22
5. Microtoise dan Kaliper Geser ............................................................ 28
6. Cara Pengukuran Tinggi Badan ......................................................... 29
7. Pengukuran Panjang Jari Telunjuk Tangan ........................................ 30
8. Alur Penelitian ................................................................................... 33
BAB IPENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Badan Pusat Statistik dalam studi statistik kriminalitas tahun 2015 di Indonesia
mengungkapkan bahwa selama periode tahun 2012–2014, jumlah kejadian kejahatan
atau tindak kriminalitas di Indonesia berfluktuasi, begitu pula di Provinsi Lampung.
Data di Biro Pembinaan dan Operasional, Mabes Polri memperlihatkan jumlah
kejadian kejahatan (total crime) di Lampung yang dilaporkan ke kepolisian daerah
selama tahun 2012, 2013 dan 2014 adalah 5.197, 4.812 dan 7.755 (Badan Pusat
Statistik, 2015). Termasuk didalamnya kasus pembunuhan disertai mutilasi.
Humas Polda Metro Jaya melaporkan dalam analisa dan evaluasi situasi
keamanan dan ketertiban masyarakat selama periode Januari-Desember 2010 kasus
pembunuhan yang menonjol dan menjadi laporan utama adalah 2 kasus pembunuhan
disertai mutilasi dari 3 kasus pembunuhan yang menjadi laporan utamanya (Pusat
Komunikasi dan Informasi Bidang Humas Polda Metro Jaya, 2010). Setidaknya
dalam kurun waktu empat tahun sejak 2005-2008 tercatat ada 6 kasus mutilasi dan
diberitakan di media massa (Markum et al., 2010).
Identifikasi terhadap korban mutilasi memerlukan data-data yang mendukung,
namun biasanya terdapat keterbatasan data karena penemuan potongan jasad korban
2
tidak terkumpul pada satu tempat. Penemuan potongan jasad tidak selalu dalam
bentuk tulang panjang bisa juga dalam bentuk potongan tulang pendek seperti jari
tangan. Data tinggi badan yang diketahui dapat memperkirakan postur tubuh korban
agar lebih mudah diketahui identitasnya. Terdapat berbagai manfaat lain dari
pengukuran panjang tulang dengan tinggi badan diantaranya digunakan oleh para
arkeolog untuk mengidentifikasi fosil atau mengidentifikasi korban pada bencana
alam yang menyebabkan beberapa bagian tubuh korban terpisah dari badan (Ebite et
al., 2008).
Beberapa penelitian telah dilakukan untuk mencari korelasi antara panjang tulang
dengan tinggi badan diantaranya panjang tulang humerus, tibia, femur, ulna, telapak
kaki, telapak tangan, lengan bawah dengan tinggi badan (Amalia, 2014; Sutriani,
2013; Handajani dan Prima, 2014; Ilayperuma, Nanayakkara dan Palahepitiya, 2009).
Penelitian pada pengukuran tulang pendek tidak jarang dilakukan di luar negeri
seperti pengukuran panjang jari tangan (Suseelamma et al., 2014; Kumar et al.,
2014). Namun penelitian mengenai korelasi panjang tulang jari terhadap tinggi badan
masih jarang dilakukan di Indonesia.
Terdapat banyak faktor yang dapat mempengaruhi pertumbuhan tinggi badan
diantaranya adalah suku, jenis kelamin dan umur (Moore dan Agur, 2002). Setiap
suku di Indonesia walaupun memiliki kemiripan (ras mongoloid) tetapi memiliki ciri
fisik yang berbeda. Perbedaan ini disebabkan oleh adanya persilangan antar ras
(Koentjaraningrat, 1997). Umur berpengaruh pada tinggi badan terutama dalam
maturasi tulang. Pertumbuhan tulang jari dan telapak tangan terhenti pada usia 19
3
tahun pada pria (Gilsanz dan Ratib, 2012). Berdasarkan penelitian hubungan antara
panjang jari terhadap tinggi badan yang dilakukan di India menggunakan rumus
korelasi Pearson terdapat korelasi yang lebih kuat jika dilakukan pada pria dibanding
wanita dengan koefisien korelasi pada wanita adalah 0,342 dan pada pria 0,513
(Oladipo et al., 2014). Sementara dalam korelasi antara panjang jari tangan dengan
tinggi badan, jari tangan yang memiliki korelasi terkuat adalah jari telunjuk (Tyagi,
1999).
Sampai saat ini, penelitian mengenai korelasi antara panjang tulang pendek salah
satunya panjang jari telunjuk tangan (digiti II) masih jarang dilakukan di Indonesia.
Pemilihan suku didasarkan pada banyaknya jumlah suku Bali di Indonesia, di
Provinsi Lampung sendiri jumlahnya cukup banyak yaitu 104.810 orang dan suku
Batak merupakan suku terbanyak ketiga di Indonesia dengan jumlah di Provinsi
Lampung sebesar 52.311(Badan Pusat Statistik, 2011). Berdasarkan latar belakang
diatas, maka peneliti tertarik untuk meneliti korelasi antara panjang tulang jari
telunjuk tangan (digiti II) terhadap perkiraan tinggi badan pria dewasa suku Batak
dan suku Bali di Kecamatan Tanjung Senang Bandar Lampung.
1.2 Rumusan Masalah
Menarik kesimpulan dari latar belakang bahwa adanya korelasi antara panjang
tulang dengan tinggi badan dan hal ini dipengaruhi oleh ciri fisik yang berbeda dari
setiap suku, maka didapatkan rumusan masalah penelitian sebagai berikut:
4
1. Bagaimana korelasi panjang tulang jari telunjuk tangan (digiti II) terhadap
tinggi badan pria dewasa suku Batak di Kecamatan Tanjung Senang Bandar
Lampung?
2. Bagaimana korelasi panjang tulang jari telunjuk tangan (digiti II) terhadap
tinggi badan pria dewasa suku Bali di Kecamatan Tanjung Senang Bandar
Lampung?
3. Bagaimana rumus regresi panjang tulang jari telunjuk tangan (digiti II)
terhadap tinggi badan pria dewasa suku Batak di Kecamatan Tanjung Senang
Bandar Lampung?
4. Bagaimana rumus regresi panjang tulang jari telunjuk tangan (digiti II)
terhadap tinggi badan pria dewasa suku Bali di Kecamatan Tanjung Senang
Bandar Lampung?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan umum dari penelitian ini adalah mengetahui korelasi dan
memformulasikan rumus regresi tinggi badan dengan panjang tulang jari telunjuk
tangan (digiti II) pada pria dewasa suku Bali dan suku Batak.
Tujuan khusus dari penelitian ini adalah:
1. Menganalisis korelasi panjang tulang jari telunjuk tangan (digiti II) terhadap
tinggi badan pria dewasa suku Batak di Kecamatan Tanjung Senang Bandar
Lampung.
5
2. Menganalisis korelasi panjang tulang jari telunjuk tangan (digiti II) terhadap
tinggi badan pria dewasa suku Bali di Kecamatan Tanjung Senang Bandar
Lampung.
3. Mencari rumus regresi panjang tulang jari telunjuk tangan (digiti II) terhadap
tinggi badan pria dewasa suku Batak di Kecamatan Tanjung Senang Bandar
Lampung.
4. Mencari rumus regresi panjang tulang jari telunjuk tangan (digiti II) terhadap
tinggi badan pria dewasa suku Bali di Kecamatan Tanjung Senang Bandar
Lampung.
1.4 Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan di atas, berikut manfaat yang diharapkan dari penelitian ini :
1. Bagi peneliti, menambah ilmu pengetahun dibidang anatomi, antropometri, dan
forensik terkait panjang tulang jari telunjuk tangan (digiti II) terhadap tinggi
badan pria dewasa suku Bali dan suku Batak, sehingga dapat menerapkan ilmu
yang didapat.
2. Bagi pembaca, menambah pengetahuan menganai panjang tulang jari telunjuk
dan korelasinya dengan tinggi badan pria dewasa di suku Bali dan Suku Batak,
serta menambah wawasan lain dibidang kesehatan.
3. Bagi instansi terkait, memperkirakan tinggi badan jenazah yang sudah tidak
utuh dengan menggunakan panjang tulang jari telunjuk (digiti II), serta
menambah data base mengenai perhitugan perkiraan tinggi badan berdasarkan
6
panjang tulang jari telunjuk (digiti II) pada suku Bali dan suku Batak (Ilmu
Kedokteran Forensik).
4. Bagi peneliti selanjutnya, sebagai referensi untuk penelitian yang serupa.
5. Bagi popuasi yang diteliti, membuat perhitungan khusus untuk mencari tinggi
badan melalui panjang tulang jari telunjuk tangan (digiti II) pada suku Bali dan
suku Batak.
BAB IITINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Pustaka
2.1.1 Pengertian Rangka Tubuh Manusia
Definisi dari tulang adalah jaringan ikat yang bersifat kaku dan
membentuk sebagian besar kerangka serta merupakan jaringan penunjang tubuh
yang utama (Moore dan Dalley, 2013). Kerangka manusia terdiri dari jaringan
tulang yang menyangga struktur tubuh yang berdaging dan melindungi organ–
organ vital seperti organ di dalam tengkorak yaitu otak, rongga dada seperti
jantung, paru-paru, sumsum tulang, sel darah dan sebagainya. Selain berfungsi
sebagai organ pelindung, tulang juga memiliki fungsi sebagai penyimpan
cadangan kalsium, fosfat dan ion-ion lainnya yang dapat dilepas dan disimpan
dengan cara terkendali untuk mempetahankan konsentrasi ion-ion penting dalam
cairan tubuh (Mescher, 2012).
Pada bayi jumlah total tulangnya adalah lebih sekitar 300 tulang yang
sebagian besar berpasangan, namun ketika dewasa jumlah itu menjadi genap 206
akibat dari penyatuan beberapa tulang seperti tulang sacrum dan tulang coxae
(Basmajian dan Slonecker, 2010). Keseluruhan dari struktur rangka inilah yang
akan membentuk tinggi tubuh manusia.
8
2.1.2 Osteogenesis
Cara terbentuknya tulang ada dua cara osifikasi intramembranosa dan
endokondral. Osifikasi intramembranosa biasa menghasilkan tulang pipih
sementara osifikasi endokondral menghasilkan tulang panjang dan tulang
pendek. Pada osifikasi endokondral jaringan tulang mula-mula terbentuk seperti
suatu kerah (bone collar) yang mengelilingi diafisis model kartilago. Adanya
kerah ini dapat menghambat difusi oksigen dan nutrien ke dalam kartilago
dibawahnya. Hal ini memicu perubahan degeneratif di tempat tersebut sehingga
terproduksinya alkali fosfatase dan menimbulkan kalsifikasi di daerah tersebut.
(Mescher, 2012).
Pembuluh darah berpenetrasi melalui kerah tulang yang sebelumnya di
susupi osteoklas yang membawa sel-sel osteoprogenitor ke daerah sentral.
Berikutnya osteoblas melekat pada matriks kartilago yang telah mengapur dan
menghasilkan lapisan tulang primer yang mengelilingi sisa matriks tulang rawan.
Proses ini membentuk pusat osifikasi primer (Mescher, 2012). Proses osifikasi
endokondral dapat dilihat pada gambar 1.
Pusat osifikasi sekunder muncul tidak lama kemudian di epifisis model
kartilago dan berkembang dengan cara yang sama. Selama perluasan dan
remodeling berlangsung, pusat osifikasi primer dan sekunder membentuk rongga
yang secara berangsur diisi dengan sumsum tulang. Pada pusat osifikasi
sekunder, tulang rawan ada pada dua daerah yaitu kartilago sendi yang ada
sepanjang usia dewasa tidak ikut dalam pertumbuhan memanjang tulang dan
9
kartilago epifisial (lempeng pertumbuhan yang menghubungkan epifisis dan
diafisis).
Kartilago epifisial bertanggung jawab atas pertumbuhan tulang
memanjang dan biasanya sudah hilang pada orang dewasa. Hilangnya lempeng
pertumbuhan terjadi pada waktu yang berbeda-beda dan tuntas hilang di semua
tulang pada usia 20 tahun (Mescher, 2012). Pertumbuhan panjang tulang tangan
terutama semua carpal, metacarpal dan phalanx akan terhenti di usia 15 - 17
tahun pada perempuan dan 17 - 19 tahun pada laki-laki (Gilsanz dan Ratib,
2012).
Gambar 1. Osifikasi endokondral ( Mescher, 2012).
10
2.1.3 Anatomi Jari Tangan
Tulang jari tangan (digitorum) melekat pada tulang-tulang metacarpal.
Tulang – tulang digitorum (phalanges) memiliki 14 ruas tulang, 2 ruas untuk ibu
jari dan 3 ruas untuk jari lainnya yang terdiri dari phalanx proksimal, medial dan
distal. Pada setiap phalanx-nya terdiri dari caput, corpus dan basis. Corpus-nya
berbentuk runcing ke arah distal, dan permukaannya berbentuk konveks di dorsal
sementara bagian sisinya datar dan kasar yang berfungsi sebagai tempat
melekatnya tendo otot-otot fleksor. Basis dari phalanx bagian proksimalnya
berbentuk oval dengan permukaan sendi berbentuk konkaf. Caput phalanx lebih
kecil dari basisnya (Basmajian dan Slonecker, 2010). Gambar tulang digitorum
dapat dilihat pada gambar 2.
Gambar 2. Tulang pada tangan kanan (Moore dan Dalley, 2013).
11
Tulang-tulang phalanges dihubungkan oleh sendi-sendi yang disebut
articulationes digitorium. Sendi-sendi ini terdiri atas sendi metacarpophalangeal
dan interphalangeal. Sendi metacarpophalangeal adalah sendi condyloid yang
menghubungkan ossa metacarpi dan ossa phalanges proximales. Selain sendi
tulang-tulang phalanges juga dihubungkan oleh ligamen yaitu ligamentum
collaterale medial dan ligamentum collateral lateral yang berada di lateral dan
medial persendian, ligamentum palmaria ventral yang berada di ventral
persendian dan ligamentum metacarpale tranversum profundum yang
menghubungkan ligamentum palmaria dan articulations metacarpophalangeal
(Pulsen dan Waschke, 2010).
Tulang-tulang jari tangan dilapisi oleh beberapa lapisan. Lapisan paling
luar adalah kulit. Fascia adalah lapisan dibawah kulit, fascia dibagi menjadi dua
yaitu fascia superficialis (jaringan subkutan) yang terdiri atas lemak dan fascia
profunda yang mengelilingi otot (Moore dan Agur, 2013).
Terdapat tendo-tendo yang melekat pada jari tangan dan membanttu
pergerakan. Pada bagian dorsal terdapat tendo m. extensor pollicis brevis dan m.
extensor pollicis longus yang melekat pada digiti I, sementara tendo m. extensor
digitorum melekat pada empat jari lainnya. Pada bagian ventral terdapat tendo m.
flexor digitorum superficialis dan m. flexor digotorum profundus. Tendo-tendo
pada jari-jari tangan ini memiliki pembungkus yang disebut dengan vaginae
tendinum palmar. Pada digiti I terdapat tendo m. flexor pollicis longus dan
tempat perlekatan distal dari m. abductor pollicis brevis dan m. flexor pollicis
12
brevis, caput superficiale. Terdapat mm. lumbricales yang berada di
articulationes metacarpophalangeae pada bagian proximal digiti II, III, IV. Pada
bagian proximal digiti V tepatnya di sekitar articulationes metacarpophalangeae
terdapat m. lumbricalis (Pulsen dan Waschke, 2010).
Aliran vena pada os digitorum didapat dari vv. digitales palmares dan arteri
yang memperdarahi os digitorum adalah aa. digitales palmares propriae dan aa.
digitales palmares communes. Saraf yang mempersarafi digiti I, II, III adalah
cabang dari n. medianus sementara digiti IV dan V dipersarafi oleh n. ulnaris
(Pulsen dan Waschke, 2010).
Perhitungan panjang jari telunjuk tangan pada manusia hidup dipengaruhi
oleh panjang tulang, dan panjang jaringan-jaringan disekitar tulang seperti
jaringan epidermis, dermis, subkutis yang berisikan jaringan lemak dan kuku.
Terdapat beberapa perubahan yang mempengaruhi panjang jari telunjuk manusia
yang masih hidup dengan panjang tulang jari telunjuk tangan dari jasad ataupun
potongan jari telunjuk tangan. Perubahan tersebut adalah tanda-tanda
pembusukan atau dekomposisi yang disebabkan oleh terhentinya sirkulasi ke
jaringan. Pembusukan pada jari tangan tidak secepat organ lain yang memiliki
vaskularisasi yang banyak seperti otak, lien, lambung dan lain-lain. Pembusukan
dapat ditandai dengan perubahan warna kehijauan, adanya bau busuk,
pembengkakan dan terlepasnya kuku bisa juga didapatkan larva lalat setelah 36-
48 jam pasca kematian (Idries, 2002)
13
2.1.4 Tinggi Tubuh Manusia
Tinggi badan adalah jarak yang diukur dari ujung kepala (vertex) hingga ke
ujung kaki atau calcaneus (Suseelamma et al., 2014). Pengukuran tinggi badan
berguna dalam bidang Ilmu Antropologi Forensik yaitu dalam mengidentifikasi
jasad melalui analisis sisa rangka manusia dengan tujuan mendapatkan informasi
yang sebanyak-banyaknya tentang rangka manusia yang diperiksa. Terdapat
beberapa faktor yang mempengaruhi tinggi badan secara garis besar dibedakan
menjadi :
a. Faktor internal
Faktor internal yang mempengaruhi tinggi badan seseorang diantaranya
adalah genetik, ras, jenis kelamin dan usia. Faktor genetik adalah salah satu
faktor yang mempengaruhi kapasitas maksimal pertumbuhan seseorang.
Kadar normal hormon seperti GH (Growth Hormone) yang mutlak
dibutuhkan, hormon tiroid, insulin dan hormon seks yang berperan sekunder
dalam pertumbuhan perlu diperhatikan. Selama masa kehamilan faktor
pertumbuhan dipengaruhi oleh faktor hormon-hormon dari plasenta, setelah
kelahiran GH baru berperan aktif.
Terdapat 2 masa pertumbuhan pesat selama masa kehidupan seseorang
yaitu fase 2 tahun pertama pascakelahiran dan masa pubertas. Growth
Hormone memiliki peran penting dalam meningkatkan jumlah sel dan ukuran
sel dari jaringan tulang. Hormon tiroid memiliki peran tersendiri dalam
mempengaruhi pertumbuhan, GH akan bermanifestasi penuh apabila kadar
14
hormon tiroid memadai, hal ini ditandai oleh pada anak kondisi hipotiroid
pertumbuhannya akan terganggu tetapi kondisi hipertiroid tidak
mempengaruhi pertumbuhan. Hormon androgen seperti testosteron
merupakan hormon yang paling poten dalam membuat lonjakan pertumbuhan
pada pria. Sementara hormon estrogen menghentikan pertumbuhan linier
dengan merangsang perubahan komplit lempeng epifisial menjadi tulang
(Sherwood, 2009).
Perbedaan ras memiliki peran yang penting pada pengukuran tinggi
badan, perbedaan ras dapat diliat dari warna kulit rambut dan sebagainya.
Pada ras Afrika dan Skandinavia memiliki tinggi yang lebih tinggi jika
dibandingkan dengan ras Asia hal ini disebabkan oleh tungkai mereka yang
panjang (Moore dan Agur 2002). Penentuan ras juga berguna untuk
menentukan tinggi badan kaitannya dengan formula yang tersedia. Dengan
melakukan pemeriksaan yang baik seorang ahli dapat menentukan apakah
tulang yang diperiksa berasal dari ras Mongoloid, Negroid ataupun Kaukasoid
(Idries dan Tjiptomartono, 2013).
Hal-hal lain yang mempengaruhi tinggi badan adalah jenis kelamin, pria
dewasa cenderung lebih tinggi dibanding perempuan karena memiliki tungkai
yang lebih panjang, tulang pria juga lebih berat dan besar. Sementara pada
wanita memiliki tulang-tulang yang lebih pendek dan kecil dan lemak
subkutan di panggul dan paha sehingga terkesan lebih pendek. Pelvis pada
perempuan juga lebih lebar dibandingkan dengan laki-laki. Perempuan
15
memiliki sudut lateral siku yang lebih luas sehingga deviasi lateral lengan
bawah terhadap lengan atas juga lebih besar (Moore dan Agur, 2002). Pacu
tumbuh selama masa pubertas berperan sebesar 17% dari tinggi badan anak
laki-laki sementara perempuan hanya 12%. Hal ini disebabkan oleh adanya
growth hormone (GH) yang meningkat pada masa pubertas akhir pada laki-
laki dan pubertas awal pada perempuan (Styne, 2003). Hal ini pula yang
mungkin menyebabkan pada umur 12 tahun laki-laki memiliki pertumbuhan
yang lebih cepat dibandingkan dengan perempuan, sementara perempuan pada
umur 10-14 tahun (Moore dan Agur, 2002). Selain itu perbedaan tinggi tulang
pada manusia juga disebabkan oleh maturasi dari berbagai tulang yang
menyusun tinggi badan. Faktor-faktor yang mempengaruhi maturasi tulang
adalah jenis kelamin, suku, hormon dan umur (Gilsanz dan Ratib, 2012).
b. Faktor Eksternal
Faktor eksternal yang mempengaruhi tinggi badan adalah gizi,
sosioekonomi dan aktivitas fisik. Diet yang memadai, termasuk protein total
dan asam amino potensial penting untuk sintesis protein yang dibutuhkan
dalam pertumbuhan. Anak yang memiliki kondisi malnutrisi tidak akan
mencapai potensi pertumbuhan yang maksimal. Sebaliknya seseorang tidak
akan melebihi pertumbuhan maksimal yang telah ditentukan secara genetis
walaupun mengkonsumsi makanan yang melebihi dari jumlah yang
dibutuhkan. Kelebihan asupan makanan dengan pola aktifitas yang sedikit
akan menyebabkan obesitas bukan pertumbuhan (Sherwood, 2009).
16
2.1.5 Penyakit yang Mempengaruhi Tinggi Badan
Defisiensi GH dapat menyebabkan dwarfism (cebol) yang memiliki
gambaran utama pertumbuhan tulang yang terhambat disertai dengan
karakteristik yang kurang tampak yaitu otot yang kurang berkembang dan lemak
subkutis yang berlebihan. Hipersekresi GH paling sering disebabkan oleh sel
tumor penghasil GH di hipofisis anterior. Gejalanya bergantung pada usia pasien
ketika kelainan sekresi tersebut dimulai. Jika hal ini terjadi pada masa anak-anak
dimana lempeng episial belum menutup maka yang terjadi adalah kelainan yang
disebut gigantisme (Sherwood, 2009).
Kifosis adalah suatu kelainan dimana kurva dari tulang belakang berada di
luar batas normal.Menurut The Scoliosis Re-search Society (SRS) rentan sudut
antara upper end plate T5 dan lower end plate T12 sebesar 10-40 derajat. Kifosis
paling sering terjadi pada laki-laki (Yaman dan Dalbayrak, 2014). Lordosis
adalah melengkungnya tulang belakang di daerah lumbal atau pinggang ke arah
depan sehingga kepala tertarik kearah belakang. Skoliosis merupakan suatu
kondisi penderita tidak merasakan sakit namun pada suatu kondisi tertentu
misalnya saat tiba-tiba akan berdiri atau duduk dalam waktu yang lama posisi
tubuh tidak akan seimbang karena ketidakseimbangan kerja dari salah satu sisi
tubuh sehingga apabila terjadi terus menerus terjadi ketidakseimbangan posisi
tubuh pada salah satu sisi tubuh (Rosadi, 2009)
17
2.1.6 Hubungan Panjang Tulang dengan Tinggi Badan
Terdapat beberapa kasus dimana barang bukti yang ada tidak berbentuk
tubuh korban yang lengkap, melainkan potongan rangka manusia sehingga
dokter diharapkan dapat mampu memperkirakan perkiraan tinggi badan dan
penentuan ras. Dalam memperkirakan tinggi badan akan menjadi lebih mudah
untuk dikerjakan bila tulang yang diperiksa adalah tulang panjang dan kemudian
dengan formula Stevenson atau formula Trotter (Idris dan Tjiptomartono, 2013).
Pada umumya tinggi badan dapat diketahui dari pengukuran tulang panjang,
yaitu (Idries, 2002):
a) Tulang pada paha (femur) menunjukkan 27 persen tinggi badan
b) Tulang kering (tibia) menunjukkan 22 persen tinggi badan
c) Tulang lengan menunjukkan 35 persen tinggi badan
d) Tulang belakang menunjukkan 35 persen dari tinggi badan
Hal –hal yang sebaiknya diperhatikan dalam perhitungan tulang adalah.
Pengukuran tulang menggunakan osteometric board. Tulang harus dalam
keadaan kering (dry bone). Formula yang dapat digunakan untuk pengukuran
tinggi pada ras mongoloid adalah formula Stevenson, Trotter dan Gleser (Idries,
2002). Rumus perkiraan tinggi badan berdasarkan panjang tulang dapat dilihat
pada tabel 1.
18
Tabel 1. Rumus perkiraan tinggi badan berdasarkan panjang tulang (Idries,2002)
Formula Stevenson
TB = 61,7207 + 2,4378 x F ± 2,1756TB = 81,5115 + 2,8131 x H ± 2,8903TB = 59,2256 + 3,0263 x T ± 1,8916TB = 80,0276 + 3,7384 x R ±2,6791Formula Trotter dan GlesserTB = 70,73+ 1,22 (F+T) ±3,24
Keterangan :TB = Tinggi BadanF = FemurH = HumerusT = TibiaR = Radius
Pada hubungan antara tinggi badan dengan jari tangan ditemukan korelasi
yang bermakna terutama pada jari telunjuk, jari tengah dan jari manis namun
pada ibu jari dan kelingking tidak ditemukan korelasi. Semakin panjang jari
maka semakin tinggi pula perkiraan tingginya (Fatati, 2014). Menurut penelitian
yang dilakukan di India Utara terdapat korelasi yang bermakna dengan rumus
korelasi Pearson antara panjang jari telunjuk dan jari manis terhadap tinggi
badan dan hal ini lebih berkorelasi pada pria dibandingkan dengan wanita
(Krishan et al,. 2012). Penelitian hubungan antara panjang jari terhadap tinggi
badan yang dilakukan di India menggunakan rumus korelasi Pearson juga
menunjukkan adanya korelasi yang lebih kuat jika dilakukan pada pria dibanding
wanita dengan koefisien korelasi pada wanita adalah 0,342 dan pada pria 0,513
(Oladipo et al., 2014). Berdasarkan penelitian yang dilakukan di India pada suku
19
Uttarakhand mengenai hubungan panjang telunjuk dengan tinggi badan pada
laki-laki rumus regresi sebagai berikut (Kumar et al,. 2014) :
Tangan kanan : Tinggi Badan = 136,051 + 5,538 (Panjang Jari Telunjuk
Tangan Kanan)
Tangan kiri : Tinggi Badan = 134,602 + 5,571 (Panjang Jari Telunjuk
Tangan Kiri)
2.1.7 Suku Bali dan Suku Batak
Indonesia memiliki mayoritas penduduk ras Melayu. Ras melayu memiliki
dua jenis kelompok yaitu Proto-Melayu (Melayu muda) dan Deutro-Melayu
(Melayu tua). Suku Batak merupakan salah satu suku dari kelompok Proto-
Melayu yang pada awal kedatangan menempati daerah Sumatra Utara. Suku Bali
merupakan salah satu suku dari kelompok Deutro-Melayu (Daldjoeni, 1991).
Suku Bali merupakan suku asli Indonesia yang telah ada sejak zaman pra-
klasik atau sebelum abad kesembilan. Sekitar 80% suku Bali menganut Hindu
dan hal ini telah berlangsung sangat lama yaitu sejak agama Hindu masuk ke
Indonesia (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI,1998). Suku Bali berasal
dari provinsi Bali itu sendiri, namun seiring dengan perkembangan zaman
banyak orang-orang suku Bali yang berpindah tempat tinggal ke daerah lain.
Jumlah suku Bali di Indonesia adalah 3,9 juta orang, sementara di Lampung
sendiri jumlah suku Bali menduduki peringkat keenam dengan jumlah penduduk
104.810 orang (Badan Pusat Statistik, 2011).
20
Suku Batak merupakan suku terbanyak ketiga di Indonesia dengan jumlah
suku menempati 3,58 persen dari total penduduk di Indonesia. Jumlah suku
Batak di Lampung termasuk minoritas karena hanya berjumlah 52.311 orang
(Badan Pusat Statistik, 2011). Suku Batak memiliki budaya yang sangat kaya
dapat terlihat dari sub-suku batak yang cukup banyak seperti Batak Toba, Batak
Karo, Batak Mandailing-Angkola, Batak Pakpak dan Batak Simalungun (Kozok,
1999). Seiring dengan berkemangnya waktu suku ini berkembang menjadi
beberapa marga dan tradisi.
2.1.8 Kecamatan Tanjung Senang
Kecamatan Tanjung Senang merupakan kecamatan yang terletak di kota
Bandar Lampung. Luas wilayah kecamatan ini adalah 973 Ha. Pada awalnya
Kecamatan Tanjung Senang merupakan bagian dari Kecamatan Kedaton dan
menjadi kecamatan yang berdiri sendiri pada tahun 2001. Kecamatan ini terdiri
dari lima kelurahan yaitu Tanjung senang, Way Kandis, Perumnas Way Kandis,
Labuhan Dalam dan Pematang Wangi.
Jumlah penduduk kecamatan ini adalah 39.980 orang dengan jumlah
penduduk laki-laki sebanyak 19.896 orang dan perempuan sebanyak 20.084
orang. Jumlah penduduk terbanyak berada di Kecamatan Tanjung Senang. Data
penduduk berdasarkan suku tidak tersedia, namun terdapat data penduduk
berdasarkan agama yaitu agama Hindu sebanyak 986 orang, sementara Kristen,
Katolik, Budha berturut-turut 1.904, 1.836, 621 dan sisanya adalah penduduk
beragama Islam.
21
2.2 Kerangka Teori
Kerangka teori adalah kerangka hubungan antara teori-teori yang ingin diamati
untuk di ukur melalui penelitian yang dilakukan (Notoatmojo, 2002). Banyak hal
yang dapat mempengaruhi tinggi badan, adanya internal seperti faktor herediter,
faktor hormonal dan faktor ekskternal. Berdasarkan teori diatas digambarkan
kerangka teori penelitian sebagai berikut.
Gambar 3. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap tinggi badan. (Moore, 2002;Sherwood, 2009; Gilanz dan Ratib, 2012)
Keterangan :
= mempengaruhi
= ruang lingkup penelitian
= terdiri atas
Faktor Internal
Faktor Eksternal
Gizi
Sosioekonomi
Aktivitas fisik
Tinggi Badan
Hormon Pertumbuhan
Hormon lain yangmempengaruhipertumbuhan
Faktorhormon
Genetik dan Ras
Jenis Kelamin
Usia
Faktorherediter
22
2.3 Kerangka Konsep
Gambar 4. Kerangka konsep penelitian
2.4 Hipotesis
Berdasarkan penjelasan diatas dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut :
1. Terdapat korelasi panjang jari telunjuk tangan (digiti II) dengan tinggi badan
pada suku Bali.
2. Terdapat korelasi panjang jari telunjuk tangan (digiti II) dengan tinggi badan
pada suku Batak.
3. Terdapat rumus regresi khusus untuk menentukan tinggi badan pria dewasa
suku Bali.
4. Terdapat rumus regresi khusus untuk menentuka tinggi badan pria dewasa suku
Batak.
Variabel bebas
Panjang Tulang JariTelunjuk Tangan (Digiti II)
Kanan Kiri
Variabel terikat
Tinggi Badan
VariabelTerkendali
UsiaJenis Kelamin
Suku
RumusRegresi
BAB IIIMETODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode analisis korelatif dengan pendekatan cross
sectional, dimana tiap subyek hanya di observasi satu kali saja dan pengukuran
variabel bebas adalah panjang jari telunjuk pada suku dan variabel terikat yaitu tinggi
badan diambil dalam satu waktu yang bersamaan (Dahlan, 2008).
3.2 Tempat dan Waktu Pelaksanaan
3.2.1 Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan di Kecamatan Tanjung Senang, Bandar Lampung.
3.2.2 Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober-November 2016.
3.3 Populasi Penelitan
Populasi adalah sejumlah besar subyek yang memiliki karakteristik tertentu dari
peneliti.
3.3.1 Populasi target adalah pria dewasa suku Bali atau pria dewasa suku Batak
3.3.2 Populasi terjangkau adalah pria dewasa suku Bali atau pria dewasa suku di
Kecamatan Tanjung Senang, Bandar Lampung.
24
3.4 Sampel Penelitian
Sampel penelitian adalah bagian dari populasi yang dipilih dengan cara tertentu
hingga dianggap dapat mewakili populasinya (Sastroasmoro dan Ismael, 1995). Pada
penelitian ini peneliti menggunakan populasi pria dewasa suku Bali dan suku Batak
dengan menggunakan rumus besar sampel untuk analisis korelatif yang bertujuan
mencari korelasi antara variabel bebas dan terikat yang keduanya berskala numerik :
= (Zα + Zβ )0,5 ln 1 +1 − + 3= (1,645 + 1,282 )0,5 ln 1 + 0,5131 − 0,513 + 3
N= 29,668
Keterangan :
n = jumlah sampel
= derivat baku normal untuk (Kesalahan tipe I ) ditetapkan sebesar
5% dengan hipotesis satu arah, sehingga = 1,645
= derivat baku normal untuk (Kesalahan tipe II) ditetapkan sebesar
10% dengan hipotesis satu arah, maka = 1,282
Koefisien korelasi r = 0,513 (Oladipo et.al., 2015)
25
Jumlah sampel yang didapat dari rumus diatas adalah minimal 29,668
dibulatkan menjadi 30 orang setiap sukunya. Pada penelitian kali ini untuk
menghindari kesalahan dalam pemeriksaan kriteria inklusi, sampel dibulatkan
menjadi 35 orang setiap sukunya. Pengukuran panjang jari telunjuk telapak tangan
dilakukan secara bersamaan tidak dipisah satu sama lain. Sehingga jumlah total
sampel yang dibutuhkan dalam penelitian yaitu 70 orang. Cara pengambilan sampel
menggunakan metode non-probability yaitu teknik consecutive sampling dimana
pengambilan data dilakukan dengan cara urutan, setiap subyek yang datang terlebih
dahulu dan memenuhi kriteria akan dimasukkan kedalam penelitian sampai jumlah
sampel terpenuhi.
3.5 Kriteria Inklusi dan Eksklusi
3.5.1 Kriteria Inklusi
a. Pria dewasa usia 20-45 tahun.
b. Penduduk yang berdomisili di Kecamatan Tanjung Senang, Bandar
Lampung.
c. Dua generasi diatas responden bersuku asli Bali untuk kelompok
sampel suku Bali dan bersuku asli Batak untuk kelompok sampel suku
Batak.
d. Bersedia mengikuti penelitian dengan menandatangani informed
concent.
3.5.2 Kriteria Eksklusi
26
a. Pernah atau sedang mengalami fraktur, trauma atau cidera pada
tulang jari telunjuk tangan (digiti II) baik tangan kanan ataupun
tangan kiri dan kerangka penyusun tinggi badan.
b. Adanya kelainan penyusun tinggi badan seperti scoliosis, kyphosis
dan lordosis, gigantism, cretinism, dwarfism.
3.6 Identifikasi Variabel dan Definisi Operasional Variabel
3.6.1 Identifikasi Variabel
a. Variabel bebas : Panjang tulang telunjuk jari tangan (digiti II)
b. Variabel terikat : Tinggi badan
c. Variabel terkendali : Usia, jenis kelamin dan suku
3.6.2 Definisi Operasional Variabel
Definisi operasional pada penelitian ini digunakan dengan tujuan
memudahkan dalam melakukan penelitian. Tabel definisi operasional terdapat
pada tabel 2.
27
Tabel 2. Definisi operasional variabel
No Variabel Definisi Satuan Alat Ukur Skala
1. Tinggi Badan Diukur dari titiktertinggi di kepala(cranium) yangdisebut vertex, ketitik terendah daritulang calcaneus (thecalcanear tuberosity)yang disebut heel.Pengukurandilakukan tanpa alaskaki (Handajani danPrima, 2014).
Sentimeter(cm)
Microtoise Numerik(Rasio)
2. PanjangTulang JariTelunjuk(digiti II)
Pengukuran panjangjari telunjuk diukurjaraknya dari batasproksimalnya adalahpersendianmetacarpo-phalangeal dan batasdistalnya adalahujung distal dariphalanx distal(dactylion) digiti ke2 (Kumar et.al.,2014).
Sentimeter(cm)
KaliperGeser
Numerik(Rasio)
3. Suku Orang yang memilikidua garis keturunansebelumnya yaitu:a. suku Balib. suku Batak
- - Nominal
3.7 Instrumen dan Prosedur Penelitian
3.7.1 Instrumen Penelitian
a. Kuesioner untuk menyesuaikan identitas responden dengan kriteria
inklusi dan eksklusi. Pada lembar ini juga disediakan kolom pencatatan
hasil pengukuran tinggi badan dan panjang jari telunjuk tangan.
b. Alat tulis untuk mencatat hasil pengukuran.
28
c. Microtoise yang terkalibrasi untuk mengukur tinggi badan responden
dengan satuan sentimeter (cm). Gambar microtoise terdapat pada
gambar 5.
d. Kaliper geser untuk mengukur panjang jari telunjuk tangan. Gambar
caliper geser terdapat pada gambar 5.
Gambar 5. Microtoise dan Kaliper Geser
3.7.2 Prosedur Penelitian
a. Pengumpulan data dan pengisian kuesioner
Teknik pengumpulan data dilakukan dengan mengumpulkan
lembaran kuesioner yang berisikan tentang identitas responden dan
hal-hal yang berhubungan dengan kriteria inklusi agar tidak terjadi
kekeliruan dalam penelitian. Sebelum dilakukan pengumpulan,
responden lebih dulu dijelaskan mengenai penelitian yang akan
dilakukan dan diberi lembar informed concent untuk meminta
kesediaan dalam mengikuti penelitian.
29
b. Pengukuran tinggi badan
Pengukuran tinggi badan dilakukan menggunakan microtoise,
tinggi diukur dari titik tertinggi kepala (cranium) yang disebut vertex,
ke titik terendah dari tulang calcaneus yang disebul heel. Posisi
pengukuran tinggi badan diambil dalam keadaan responden tidak
memakai alas kaki dan berdiri pada tempat yang datar sementara bagian
kepala belakang, punggung, bokong, dan tumit merapat pada dinding
dengan posisi kepala menghadap lurus ke arah depan (Dilon dan
Fahmida, 2007; Handajani dan Prima, 2014). Prosedur pengukuran
tinggi badan diperlihatkan pada gambar 6.
Gambar 6. Cara Pengukuran Tinggi Badan (Dilon dan Fahmida, 2007)
3.7.2.1 Pengukuran panjang jari telunjuk tangan
Pengukuran panjang jari telunjuk diukur jaraknya dari batas
proksimalnya adalah persendian metacarpo-phalyngeal dan batas
30
distalnya adalah ujung distal dari phalanx distal (dactylion) digiti ke-2.
Pengukuran menggunakan kaliper geser dengan skala numerik dan satuan
hasil sentimeter (Kumar et al., 2014). Prosedur pengukuran panjang jari
telunjuk tangan terdapat pada gambar 7.
Gambar 7. Pengukuran Panjang Jari Telunjuk Tangan (Oladipo et al., 2015)
3.8 Pengolahan dan Analisi Data
3.8.1 Pengolahan Data
Pengolahan data menggunakan menggunakan bantuan komputer dengan
langkah-langkah sebagai berikut :
a. Pengeditan, proses untuk mengoreksi data untuk memastikan kelengkapan
dan kesempurnaan data
b. Pengodean, memberi kode pada data sehingga menjadi lebih mudah dalam
pengolahan data
c. Memasukkan data menggunakan program computer
31
d. Tabulasi, menyajikan data dalam bentuk tabel
3.8.2 Analisis Data
Perolehan hasil didapat dari analisa statistik sebagai berikut :
a. Analisis Univariat
Analisis univariat dilakukan untuk menentukan nilai rata-rata dari
variabel bebas dan terikat. Pada penelitian dilakukan penghitungan rata-
rata panjang tulang telunjuk tangan terhadap tinggi badan.
b. Analisis Bivariat
Analisis bivariat adalah analisis data yang digunakan untuk mengetahui
hubungan antara variabel bebas dengan uji statistik.
a) Korelasi
Untuk melakukan uji statistik sebelumnya harus dilakukan uji
untuk mengetahui apakah variabel bebas dan variabel terikat
berdistribusi norma atau tidak (uji normalitas). Jumlah sampel pada
penelitian ini adalah kurang dari 50 sampel maka uji normalitas yang
digunakan adalah Shapiro Wilk. Setelah dilakukan uji normalitas
didapatkan data terdistribusi normal. Selanjutnya untuk mencari
hubungan korelasi antara panjang tulang jari telunjuk tangan dengan
tinggi badan digunakan rumus korelasi Pearson (Dahlan, 2008).
b) Regresi Linier
Korelasi dan regresi linier mempunyai kesamaan dan perbedaan.
Kesamaannya yaitu keduanya digunakan untuk menunjukkan
hubungan antara 2 variabel yang numerik. Perbedaannya, pada
32
korelasi hanya sekedar menunjukkan adanya hubungan tanpa adanya
penghitungan seberapa kuat variabel bebas mempengaruhi variabel
terikat. Sementara pada rumus regresi dapat menunjukkan seberapa
kuat variabel bebas mempengaruhi variabel terikat dan meramalkan
nilai variabel numerik. Persamaan regresi dapat dihitung dengan
computer menggunakan rumus (Dahlan, 2008) :
y = a + bx
Keterangan :
y = variabel terikat x = variabel bebas
a = konstanta b = koefisien regresi
3.9 Etik Penelitian
Penelitian ini sudah mendapatkan persetujuan ethical clearance dari Komisi Etik
Penelitian Fakultas Kedokteran Universitas Lampung dengan Nomor Surat
107/UN26.8/DL/2017, izin dari Kecamatan Tanjung Senang Bandar Lampung serta
informed consent dari subjek penelitian.
33
3.10 Alur Penelitian
Gambar 8. Alur Penelitian
Proposal Penelitian
Pengurusan Ethical Clearance
Perizinan Kecamatan Tanjung Senang
Penampisan subyek dengan hasil data darikuesioner
Pelaksanaan penelitian dengan pengukurantinggi badan
Pengumpulan hasil pengukuran
Pelaksanaan penelitian dengan pengukuranpanjang jari telunjuk kanan
Tabulasi Data
Penulisan Hasil Penelitian
BAB VSIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa :
a. Terdapat korelasi sedang (r=0,466) antara panjang tulang jari telunjuk tangan
kanan dengan tinggi badan dan terdapat korelasi sedang (r=0,538) antara panjang
tulang jari telunjuk kiri dengan tinggi badan pria dewasa suku Bali di Kecamatan
Tanjung Senang.
b. Terdapat korelasi sedang (r=0,508) antara panjang tulang jari telunjuk tangan
kanan terhadap tinggi badan dan terdapat korelasi kuat (r=0,613) antara panjang
tulang jari telunjuk kiri dengan tinggi badan pria dewasa suku Batak di
Kecamatan Tanjung Senang.
c. Terdapat rumus regresi khusus pada panjang jari telunjuk kanan dengan tinggi
badan (Y = 121,440 + 6,374x ± 5,37) dan terdapat rumus regresi khusus pada
panjang jari telunjuk kiri dengan tinggi badan (Y = 121,924 + 6,257x ± 5,12) pria
dewasa suku Bali di Kecamatan Tanjung Senang
d. Terdapat rumus regresi khusus pada panjang jari telunjuk kanan dengan tinggi
badan (Y = 119,939 + 6,788x ± 5,77) dan terdapat rumus regresi khusus pada
47
panjang jari telunjuk kiri dengan tinggi badan (Y = 102,573 + 9,118x ± 5,29) pria
dewasa suku Batak di Kecamatan Tanjung Senang.
5.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, peneliti memberi saran sebagai berikut :
a. Rumus regresi yang diperoleh dalam penelitian ini dapat digunakan untuk
kepentingan ilmu kedokteran forensik
b. Sebaiknya diadakan penelitian terhadap tulang jari tangan lain ataupun bagian
tubuh lainnya dengan jumlah sampel lebih besar yang dilakukan baik pada pria
maupun perempuan dewasa suku Bali dan Batak untuk memperoleh rumus regresi
yang lebih akurat.
c. Sebaiknya diadakan penelitian pada suku-suku lain terutama suku mayoritas di
Indonesia untuk melengkapi data antropometri dan diharapkan dapat memberi
kontribusi pada ilmu kedokteran forensik.
d. Pemerintah daerah sebaiknya melengkapi penduduk berdasarkan suku di
daerahnya sehingga memudahkan dalam melakukan penelitian.
DAFTAR PUSTAKA
Amalia F. 2014. Hubungan tulang humerus dengan tinggi badan pada pria dewasasuku Lampung Pesisir dan suku Lampung Menggala. [Skripsi]. Lampung:Universitas Lampung.
Artaria MD, Glinka J, Koesbardiati T. 2008. Metode Pengukuran Manusia.Airlangga University Press.
Badan Pusat Statistik. 2011. Kewarganegaraan, suku bangsa, agama, dan bahasasehari-hari penduduk Indonesia. Jakarta: Badan Pusat Statistik
Badan Pusat Statistik. 2015. Statistik kriminal 2015. Jakarta: Badan Pusat Statistik.
Bardale RV, Dahodwala TM, Sonar VD. 2013. Estimation of stature from index andring finger lenght. J Indian Aced Forensic Med 4(35).
Basmajian JV, Slonecker CE. 2010. Grant anatomi klinik. Jakarta: Karisma.
Dahlan. 2008. Statistik untuk kedokteran dan kesehatan, deskriptif, bivariat, danmultivariate, dilengkapi dengan menggunakan SPSS. Jakarta: Salemba Medika.
Daldjoeni N. 1991. Ras-ras umat manusia. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI. 1998. Sejarah kebudayaan Bali : kajianperkembangan dan dampak pariwisata. Jakarta: Departemen Pendidikan danKebudayaan.
Dilon, Fahmida. 2007. Handbook nutritional assessment. Jakarta: SEAMEO-UI.
Ebite LE, Ozoko TC, Eweka AO, Otuaga PO, On O, Om'Iniabohs FAE. 2008.Height: ulna ratio: a method of stature estimation in a rural community inEdo State, Nigeria. The internet Journal of Forensic Science 3(1).
Fatati A. 2014. Korelasi antara tinggi badan dan panjang jari tangan. DepartemenAntropologi Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Erlangga 40–44.
Gilsanz V, Ratib O. 2012. Hand bone age bone development. Los Angeles. [OnlineJurnal] [diunduh 20 april 2016] Tersedia dari : http://doi.org/10.1007/978-3-642-23762-1.
Handajani PT, Prima A. 2014. Panjang tulang femur dapat menjadi penentu tinggibadan. Jurnal Kedokteran Syah Kuala 14(2):38–42.
Idries AM. 2002. Pedoman ilmu kedokteran forensik. Tangerang Selatan: Karisma.
Idries AM, Tjiptomartono AL. 2013. Penerapan ilmu kedokteran forensik dalamproses penyidikan. Jakarta: Sagung Seto.
Ilayperuma I, Nanayakkara G, Palahepitiya N. 2009. Prediction of personal staturebased on the hand length. Galle Medical Journal. (14:15–18). [Online Jurnal][diunduh 20 april 2016] Tersedia dari : http://doi.org/10.4038/gmj.v14i1.1165.20 April 2016
Koentjaraningrat. 1997. Masyarakat dan kebudayaan Indonesia. Jakarta: PenerbitDjambatan.
Kosif R, Diramali M. 2012. Comparison of all hand digit length ratios in left- andright- handed individuals.Turkey Journal Medical Science. 42(3): 545-552
Krishan K, Kanchan T, Asha N. 2012. Estimation of stature from index and ringfinger length in a North Indian adolescent population. Journal of Forensic and
Legal Medicine. [Online Jurnal] [diunduh 20 april 2016] Tersedia dari:http://doi.org/10.1016/j.jflm. 20 April 2016.
Kumar L, Agarwal S, Garg R, Dixit AP. 2014. Correlation between index finger andstature in Uttarakhand population. Anthropologist. 17(3):1007–1009.
Markum ME, Putra IE, Primadlhi A. 2010. Perilaku memutilasi di Indonesia. InsanFakultas Psikologi Universitas Indonesia 12 (1).
Mescher AL. 2012. Histologi dasar junquiera. Edisi Dua Belas. Jakarta: PenerbitBuku Kedokteran EGC.
Moore KL, Agur AMR. 2002. Anatomi klinik dasar. Jakarta: Hipokrates.
Moore KL, Dalley EF. 2013. Anatomi berorientasi klinis. Edisi 5. Jakarta: PenerbitBuku Kedokteran EGC.
Oladipo G, Ezi G, Okoh P, Abidoye A. 2015. Index and ring finger lengths and theircorrelation with stature in a Nigerian population. Annals of Bioanthropology,3(1):18.
Paulsen F, Waschke J. 2013. Sobotta: atlas anatomi manusia jilid 1. Jakarta: PenerbitBuku Kedokteran EGC.
Pusat Komunikasi dan Informasi Bidang Humas Polda Metro Jaya. 2010. PuskominfoBidang Humas Polda Metro Jaya. [Online Jurnal] [diunduh 24 Mei 2016]Tersedia dari: http://humaspoldametrojaya.blogspot.co.id/2010/12/jumpa-pers-akhir-tahun-2010-polda.
Rosadi R. 2009. Hubungan kebiasaan duduk terhadap kejadian skoliosis pada anakusia 11-13 tahun di SD Pabelan Kartasura [skripsi]. Surakarta: UniversitasMuhammadiyah Surakarta.
Sastroasmoro S, Ismael S. 1995. Dasar - dasar metodologi penelitian klinis. Jakarta:Binarupa Aksara.
Sheerwood L. 2009. Fisiologi manusia dari sel ke sistem. Jakarta: Penerbit BukuKedokteran EGC.
Styne DM. 2003. The regulation of pubertal growth. Horm Res (60):22-6.
Sugiyono. 2002. Metode Penelitian Administrasi. Bandung: CV Alfabeta
Suseelamma D, Gayathri P, Deepthi S, Chandra MMUK, Amarnath. 2014. Study ofcorrelation between stature and length of fingers. Scholars Journal of AppliedMedical Sciences (2):773–784.
Sutriani, K.T. 2013. Panjang ulna dengan tinggi badan aktual dewasa muda di kotasemarang [Skripsi]. Semarang: Universitas Diponegoro Semarang.
Tyagi AK, Kohli A, Verma SK, Aggrawal BBL. 1999. Correlation between statureand finger length. International Journal of Medical Toxicology and LegalMedicine 1(2): 20-22.
Wilujeng ID. 2016. Korelasi antara panjang tulang radius dengan tinggi badan priadewasa suku lampung dan suku jawa di kelurahan gisting kecamatan tanggamus[Skripsi]. Lampung: Universitas Lampung
Yaman O, & Dalbayrak S. (2014). Kyphosis : Diagnosis, classification andtreatment methods. Turkish Neurosurgery, 24, 62–74.