koordinasi dalam pendidikan
DESCRIPTION
KordinasiTRANSCRIPT
A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Koordinasi adalah proses pengintegrasian tujuan-tujuan dan kegiatan -
kegiatan pada satuan-satuan yang terpisahkan (departeman atau bidang-bidang
fungsional) suatu organisasi untuk mencapai tujuan organisasi secara efektif.
Proses yang harus dijalani agar suatu kegiatan dapat dilaksanakan dengan lancar
ataupun jika ada masalah tidak akan terlalu banyak kesulitan untuk mengatasinya.
Koordinasi akan terjadi jika kita melakukan planning sebelum
melaksanakan kegiatan tersebut. Perencanaan mengenai langkah apa saja yang
harus ditempuh untuk mencapai tujuan puncak. Bukan hal yang mudah memang
tetapi juga bukan hal yang sulit jika kita mau berfikir. Dengan perencanaan maka
kita tahu sampai sejauh mana orang lain dapat membantu kita serta kita akan bisa
mensinkronkan setiap langkah sehingga yang terjadi bukannya interferensi tetapi
justri saling mendukung.
Pendidikan sebagai investasi yang akan menghasilkan manusia-manusia
yang memiliki pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang dibutuhkan dalam
pembangunan suatu bangsa. Manfaat (benefit) individu, sosial atau institusional
akan diperoleh secara bervariasi. Akan tetapi, manfaat individual tidak akan
diperoleh secara cepat (quick yielding), tetapi perlu waktu yang cukup lama,
bahkan bisa satu generasi. Untuk itu dalam pelaksanaan proses pendidikan
diperlukan adanya koordinasi yang sebaik – sebaiknya, agar semua tujuan dari
pendidikan dapat tercapai.
2. Rumusan Masalah
a. Apakah yang dimaksud dengan koordinasi ?
b. Apa sajakah tipe – tipe dari koordinasi ?
c. Apa sajakah sifat – sifat dari koordinasi ?
d. Bagaimanakah karakteristik koordinasi yang efektif ?
e. Apa sajakah prinsip – prinsip dari koordinasi ?
f. Apa sajakah syarat – syarat dari koordinasi ?
g. Bagaimana cara mengadakan kordinasi ?
h. Masalah – masalah apa sajakah yang terdapat dalam koordinasi ?
1
i. Bagaimana pendekatan untuk mencapai koordinasi yang efektif ?
j. Bagaimana hubunagn antara koordinasi dengan manajemen ?
k. Bagaimanakah penerapan koordinasi dalam lingkup pendidikan ?
3. Tujuan
a. Untuk mengetahui pengertian koordinasi.
b. Untuk mengetahui tipe – tipe dari koordinasi.
c. Untuk mengetahui sifat – sifat dari koordinasi.
d. Untuk mengetahui karakteristik koordinasi yang efektif.
e. Untuk mengetahui prinsip – prinsip dari koordinasi.
f. Untuk mengetahui syarat – syarat dari koordinasi.
g. Untuk mengetahui cara mengadakan kordinasi.
h. Untuk mengetahui masalah – masalah yang terdapat dalam koordinasi.
i. Untuk mengetahui pendekatan untuk mencapai koordinasi yang efektif.
j. Untuk mengetahui hubunagn antara koordinasi dengan manajemen.
k. Untuk mengetahui penerapan koordinasi dalam lingkup pendidikan.
2
B. KAJIAN
1. Pengertian Koordinasi
Menurut G.R. Terry koordinasi adalah suatu usaha yang sinkron dan
teratur untuk menyediakan jumlah dan waktu yang tepat, dan mengarahkan
pelaksanaan untuk menghasilkan suatu tindakan yang seragam dan harmonis pada
sasaran yang telah ditentukan. Sedangkan menurut E.F.L. Brech, koordinasi
adalah mengimbangi dan menggerakkan tim dengan memberikan lokasi kegiatan
pekerjaan yang cocok dengan masing-masing dan menjaga agar kegiatan itu
dilaksanakan dengan keselarasan yang semestinya di antara para anggota itu
sendiri (Hasibuan, 2007:85).
Menurut Mc. Farland (Handayaningrat, 1985:89) koordinasi adalah suatu
proses di mana pimpinan mengembangkan pola usaha kelompok secara teratur di
antara bawahannya dan menjamin kesatuan tindakan di dalam mencapai tujuan
bersama.
Sementara itu, Handoko (2003:195) mendefinisikan koordinasi
(coordination) sebagai proses pengintegrasian tujuan-tujuan dan kegiatan-kegiatan
pada satuan-satuan yang terpisah (departemen atau bidang-bidang fungsional)
suatu organisasi untuk mencapai tujuan organisasi secara efisien. Menurut
Handoko (2003:196) kebutuhan akan koordinasi tergantung pada sifat dan
kebutuhan komunikasi dalam pelaksanaan tugas dan derajat saling ketergantungan
bermacam-macam satuan pelaksananya. Hal ini juga ditegaskan oleh
Handayaningrat (1985:88) bahwa koordinasi dan komunikasi adalah sesuatu hal
yang tidak dapat dipisahkan. Selain itu, Handayaningrat juga mengatakan bahwa
koordinasi dan kepemimpinan (leadership) adalah tidak bisa dipisahkan satu sama
lain, karena satu sama lain saling mempengaruhi.
Menurut tinjauan manajemen, koordinasi menurut Terry meliputi :
a. Jumlah usaha baik secara kuantitatif, maupun secara kualitatif
b. Waktu yang tepat dari usaha-usaha tersebut
c. Directing atau penentuan arah usaha-usaha tersebut
Terdapat 3 (tiga) macam saling ketergantungan di antara satuan-satuan
organisasi seperti diungkapkan oleh James D. Thompson (Handoko, 2003:196),
yaitu:
3
a. Saling ketergantungan yang menyatu (pooled interdependence).
Bila satuan-satuan organisasi tidak saling tergantung satu dengan yang lain
dalam melaksanakan kegiatan harian tetapi tergantung pada pelaksanaan kerja
setiap satuan yang memuaskan untuk suatu hasil akhir.
b. Saling ketergantungan yang berurutan (sequential interdependece).
Di mana suatu satuan organisasi harus melakukan pekerjaannya terlebih
dulu sebelum satuan yang lain dapat bekerja.
c. Saling ketergantungan timbal balik (reciprocal interdependence).
Merupakan hubungan memberi dan menerima antar satuan organisasi.
Lebih lanjut Handoko (2003:196) juga menyebutkan bahwa derajat
koordinasi yang tinggi sangat bermanfaat untuk pekerjaan yang tidak rutin dan
tidak dapat diperkirakan, faktor-faktor lingkungan selalu berubah-ubah serta
saling ketergantungan adalah tinggi. Koordinasi juga sangat dibutuhkan bagi
organisasi-organisasi yang menetapkan tujuan yang tinggi.
2. Tipe - Tipe Koordinasi
Menurut Hasibuan (2007:86-87) terdapat 2 (dua) macam koordinasi, yaitu:
a. Koordinasi vertikal
Adalah kegiatan-kegiatan penyatuan, pengarahan yang dilakukan oleh
atasan terhadap kegiatan unit-unit, kesatuan-kesatuan kerja yang ada di bawah
wewenang dan tanggung jawabnya. Tegasnya, atasan mengkoordinasi semua
aparat yang ada di bawah tanggung jawabnya secara langsung.
b. Koordinasi horizontal
Adalah mengkoordinasikan tindakan-tindakan atau kegiatan-kegiatan
penyatuan, pengarahan yang dilakukan terhadap kegiatan-kegiatan dalam tingkat
organisasi (aparat) yang setingkat.
Koordinasi horisontal terbagi :
1. Interdiciplinary, koordinasi dalam rangka mengarahkan, menyatukan
tindakan, mewujudkan, menciptakan disiplin antara unit yang satu dengan unit
yang lain secara intern maupun ekstern pada unit-unit yang sama tugasnya.
2. Inter-Related, koordinasi antar badan (instansi). Unit-unit yang fungsinya
berbeda, tetapi instansinya saling berkaitan secara intern-ekstern yang selevel.
3. Sifat – Sifat Koordinasi
4
Menurut Hasibuan (2007:87) terdapat 3 (tiga) sifat koordinasi, yaitu:
a. Koordinasi adalah dinamis bukan statis.
b. Koordinasi menekankan pandangan menyeluruh oleh seorang koordinator
(manajer) dalam rangka mencapai sasaran.
c. Koordinasi hanya meninjau suatu pekerjaan secara keseluruhan.
Asas koordinasi adalah asas skala (hirarki) artinya koordinasi itu
dilakukan menurut jenjang-jenjang kekuasaan dan tanggungjawab yang
disesuaikan dengan jenjang-jenjang yang berbeda-beda satu sama lain. Tegasnya,
asas hirarki ini bahwa setiap atasan (koordinator) harus mengkoordinasikan
bawahan langsungnya.
4. Karakteristik Koordinasi yang Efektif
Menurut Handayaningrat (1985:89-90) koordinasi mempunyai
karakteristik sebagai berikut :
a. Bahwa tanggungjawab koordinasi adalah terletak pada pimpinan.
Oleh karena itu, koordinasi adalah merupakan tugas pimpinan. Koordinasi
sering dicampur-adukkan dengan kata koperasi yang sebenarnya mempunyai arti
yang berbeda. Sekalipun demikian pimpinan tidak mungkin mengadakan
koordinasi apabila mereka tidak melakukan kerjasama. Oleh kaerna itu, maka
kerjasama merupakan suatu syarat yang sangat penting dalam membantu
pelaksanaan koordinasi.
b. Adanya proses (continues process).
Karena koordinasi adalah pekerjaan pimpinan yang bersifat
berkesinambungan dan harus dikembangkan sehingga tujuan dapat tercapai
dengan baik.
c. Pengaturan secara teratur usaha kelompok.
Oleh karena koordinasi adalah konsep yang ditetapkan di dalam
kelompok, bukan terhadap usaha individu, maka sejumlah individu yang
bekerjasama, di mana dengan koordinasi menghasilkan suatu usaha kelompok
yang sangat penting untuk mencapai efisiensi dalam melaksanakan kegiatan
organisasi. Adanya tumpang tindih, kekaburan dalam tugas-tugas pekerjaan
merupakan pertanda kurang sempurnanya koordinasi.
d. Konsep kesatuan tindakan.
5
Hal ini adalah merupakan inti dari koordinasi. Kesatuan usaha, berarti
bahwa harus mengatur sedemikian rupa usaha-usaha tiap kegiatan individu
sehingga terdapat adanya keserasian di dalam mencapai hasil.
e. Tujuan koordinasi adalah tujuan bersama.
Kesatuan dari usaha meminta suatu pengertian kepada semua individu,
agar ikut serta melaksanakan tujuan sebagai kelompok di mana mereka bekerja.
5. Prinsip Koordinasi
Karena adanya pembagian tugas/kerja dalam organisasi maka individu-
individu atau kelompok-kelompok dalam organisasi merupakan bagian dari
organisasi yang masing-masing mempunyai fungsi dan tujuan sendiri – sendiri,
oleh karena itu perlu dan harus diarahkan guna mencapai tujuan yang telah
ditetapkan sebelumnya.
Prinsip- prinsip koordinasi tersebut antara lain :
a. Prinsip kesatuan arah dan tujuan.
b. Prinsip kesepakatan tentang kegiatan atau tindakan yang harus dilakukan
masing-masing pihak, termasuk target dan jadwalnya.
c. Prinsip ketaatan dan loyalitas.
d. Prinsip saling tukar informasi kegiatan, hasil yang dicapai dan masalah yang
dihadapi.
e. Prinsip saling menghormati, saling percaya dan saling membantu.
f. Prinsip Profesionalitas.
g. Prinsip saling dapat dipercaya.
h. Prinsip Ketepatan penggunaan alat koordinasi.
i. Prinsip Efisiensi.
j. Prinsip adanya koordinator atau pemimpin yang menggerakan dan memonitor
seluruh pelaksanaan kerjasama dalam organisasi dan mengerti serta mampu
memecahkan masalah-masalah yang dihadapi.
6. Syarat – Syarat Koordinasi
Menurut Hasibuan (2007:88) terdapat 4 (empat) syarat koordinasi, yaitu:
a. Sense of cooperation (perasaan untuk bekerjasama).
Ini harus dilihat dari sudut bagian per bagian bidang pekerjaan, bukan
orang per orang.
6
b. Rivalry.
Dalam perusahaan-perusahaan besar sering diadakan persaingan antara
bagian-bagian, agar bagian-bagian ini berlomba-lomba untuk mencapai
kemajuan.
c. Team spirit.
Artinya satu sama lain pada setiap bagian harus saling menghargai.
d. Esprit de corps.
Artinya bagian-bagian yang diikutsertakan atau dihargai, umumnya akan
menambah kegiatan yang bersemangat.
Koordinasi adalah suatu istilah yang mengandung pengertian koperasi
(cooperation), sebab tanpa adanya koperasi tidak mungkin dapat dilakukan. Mc.
Farland (Handayaningrat, 1985:90) mendefinisikan koperasi merupakan kehendak
dari individu-individu untuk menolong satu sama lain.
Namun antara koordinasi dan koperasi berbeda. Menurut Handayaningrat
(1985:90) pada koperasi terdapat unsur kesukarelaan atau sifat suka rela
(voluntary attitude) dari orang-orang di dalam organisasi. Sedangkan koordinasi
tidak terdapat unsur kerjasama secara suka rela, tetapi bersifat kewajiban
(compulsory).
7. Cara - Cara Mengadakan Koordinasi
a. Memberikan keterangan langsung dan secara bersahabat. Keterangan mengenai
pekerjaan saja tidak cukup, karena tindakan-tindakan yang tepat harus diambil
untuk menciptakan dan menghasilkan koordinasi yang baik.
b. Mengusahakan agar pengetahuan dan penerimaan tujuan yang akan dicapai
oleh anggota, tidak menurut masing-masing individu anggota dengan tujuannya
sendiri-sendiri. Tujuan itu adalah tujuan bersama.
c. Mendorong para anggota untuk bertukar pikiran, mengemukakan ide, saran-
saran, dan lain sebagainya.
d. Mendorong para anggota untuk berpartisipasi dalam tingkat perumusan dan
penciptaan sasaran.
e. Membina human relations yang baik antara sesama karyawan.
f. Manajer sering melakukan komunikasi informaldengan para bawahan.
8. Masalah – Masalah dalam Koordinasi
7
Peningkatan spesialisasi akan menaikkan kebutuhan akan koordinasi.
Tetapi semakin besar derajat spesialisasi, semakin sulit bagi manajer untuk
mengkoordinasikan kegiatan-kegiatan khusus dari satuan-satuan yang berbeda.
Paul R. Lawrence dan Jay W. Lorch (Handoko, 2003:197) mengungkapkan 4
(empat) tipe perbedaan dalam sikap dan cara kerja yang mempersulit tugas
pengkoordinasian, yaitu:
a. Perbedaan dalam orientasi terhadap tujuan tertentu.
Para anggota dari departemen yang berbeda mengembangkan pandangan
mereka sendiri tentang bagaimana cara mencapai kepentingan organisasi yang
baik. Misalnya bagian penjualan menganggap bahwa diversifikasi produk harus
lebih diutamakan daripada kualtias produk. Bagian akuntansi melihat
pengendalian biaya sebagai faktor paling penting sukses organisasi.
b. Perbedaan dalam orientasi waktu.
Manajer produksi akan lebih memperhatikan masalah-masalah yang harus
dipecahkan segera atau dalam periode waktu pendek. Biasanya bagian penelitian
dan pengembangan lebih terlibat dengan masalah-masalah jangka panjang.
c. Perbedaan dalam orientasi antar-pribadi.
Kegiatan produksi memerlukan komunikasi dan pembuatan keputusan
yang cepat agar prosesnya lancar, sedang bagian penelitian dan pengembangan
mungkin dapat lebih santai dan setiap orang dapat mengemukakan pendapat serta
berdiskusi satu dengan yang lain.
d. Perbedaan dalam formalitas struktur.
Setiap tipe satuan dalam organisasi mungkin mempunyai metode-metode
dan standar yang berbeda untuk mengevaluasi program terhadap tujuan dan untuk
balas jasa bagi karyawan.
9. Pendekatan-Pendekatan Untuk Mencapai Koordinasi Yang Efektif
Pendekatan ini dapat di tempuh dengan dua jalan yaitu:
a. Pendekatan Potensi Koordinasi.
Pendekatan koordinasi ini meliputi sistem:
1. Sistem Informasi Vertical.
Adalah suatu sistem di mana informasi dapat di kirimkan ke atas dan
kebawah jenjang organisasi. Misalnya penanganan IDT (inpres desa tertinggal)
8
dari menteri dalam negeri sampai ke desa tertinggal dan sebaliknya.
2. Sistem Informasi Lateral.
Sistem ini mengabaikan rantai komando. Hubungan lateral (hubungan ke
samping atau sejajar) ini memungkinkan adanya pertukaran informasi yang di
butuhkan dapat di pertanggung jawabkan. Misalnya dalam kasus tanah perlu
adanya informasi lateral atau badan pertanahan nasional, departemen dalam
negeri, departemen kehutanan, dan departemen kehutanan.
3. Sistem Informasi Manajer Penghubung.
Manajer penghubung mempunyai wewenang formal atas semua unit yang
terlibat dalam sebuah proyek. Manajer penghubung perlu di laksanakan apabila di
perkirakan koordinasi secara efektif tidak berhasil di laksanakan.
b. Pendekatan Struktur.
Pendekatan ini di lakukan apabila perusahaan merasakan adanya iklim
yang tidak sehat pada unit-unit karena adanya penunpukan kegiatan pada satu
unit. Pendekatan ini di kenal sebagai organisasi matrik. Yaitu mencirikan adanya
satuan tugas atau proyek. Satuan tugas ini dapat di bubarkan apabila proyek telah
selesai.
10. Hubungan Antara Koordinasi Dengan Manajemen
a. Koordinasi dan Perencanaan (Planning)
Dalam suatu organisasi semua rencana harus saling berkait dan saling
pengaruh mempengaruhi . Oleh karena itu perlu sekali pengkoordinasian yang
tepat dan mantap dari semua sehingga benar-benar dapt terlaksana mencapai
sasaran-sasaran yang telah ditetapkan . Rencana jangka pendek dan rencana
jangka panjang harus berhasil dikoordinir dan diintergrasikan sebaik-baiknya.
b. Koordinasi dan Pengorganisasian (Organizing)
Pengorganisasian mengkehendaki tercapainya hubungan yang serasi antara
unit-unit organisasi yang terbentuk sebagai dasar atau alat untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan. Hal itu akan dapat terjadi apabila ada pengkoordinasian
yang tepat dan mantap pada unit-unit organisasi tersebut ditujukan kepada sasaran
yang telah disetuji bersama.
c. Koordinasi dan Penggerakan (Actuating)
Kedua hal ini sangat erat hubungannya karena kpprdinasi ini dapat
9
dilaksanakan dengan baik apabila penggerakan terhadap orang-orang yang
melaksanakan tugas-tugas dalam proses manajemen berjalan dengan regular.
d. Koordinasi dan Pengawasan (Controlling)
Jelas bahwa pengawasan mengandung pengertian adanya penilaian-
penilaian atas perlaksanaan kerja. Untuk dapat mencapai objektivitas dalam
pengawasan atau penilaian tersebut , maka perlu proses pengawasan tersebut
disertai adanya koordinasi yang sebaik-baiknya di dalam organisasi dengan
demikian tujuan pengawasan mengenai sasaran-sasarannya dengan tepat dan
harmonis.
11. Penerapan Koordinasi Dalam Lingkup Pendidikan
a. Strategi Pengajaran
Bahwa keputusan untuk menskenariokan serangkaian event pengajaran
(belajar - mengajar) secara tertentu merupakan keputusan strategis. Maksudnya,
dilakukannya pengaturan berbagai faktor yang rumit-komplek guna pencapaian
tujuan-tujuan yang telah ditetapkan. Banyak faktor yang harus dipertimbangkan di
dalam mengambil keputusan pengajaran, secara sadar dilatarbelakangi oleh
estimasi dampak yang harus dicapai dan /atau dihindarkan adalah merupakan
profesionalitas pekerjaan mengajar yang mesti dipikul oleh guru sebagai seorang
pengelola pengajaran sekaligus sebagai desainer. Dalam konteks pengajaran
strategi bisa diartikan sebagai suatu pola umum tindakan guru-peserta didik dalam
manifestasi aktivitas pengajaran.
Pengelompokan Strategi Pengajaran
1. Pengelompokan Gagne dan Briggs
Kedua pakar ini mengelompokkan strategi pengajaran menurut dasarnya
menjadi lima macam/segi, yaitu :
a. Pengaturan guru dan peserta didik
b. Struktur event pengajaran
c. Peranan guru - peserta didik dalam mengolah pesan
d. Proses mengolah pesan
e. Tujuan - tujuan belajar/pengajaran
2. Pengelompokkan Bruce Joyce dan Marsha Weil
10
Pengelompokkan ini lebih komprehensif dibandingkan dengan
pengelompokkan Gagne dan Briggs. Bruce Joyce dan Marsha Weil
mengemukakan 4 klasifikasi model – model pengajaran/mengajar, yaitu :
a. Klasifikasi model – model interaksi sosial
b. Klasifikasi model – model pengolahan informasi
c. Klasifikasi model – model personal-humanistik
d. Klasifikasi model – model modifikasi tingkah laku
CBSA Sebuah Strategi Pengajaran
CBSA adalah singkatan dari cara belajar siswa aktif.
Keterlibatan peserta didik secara aktif dalam proses pengajaran yang diharapkan
adalah, keterlibatan secara mental (intelektual dan emosional) yang dalam
beberapa hal dibarengi dengan keaktifan fisik. Sehinggan peserta didik betul –
betul berperan dan berpartisipasi aktif dalam proses pengajaran. Dengan
demikian, CBSA menempatkan kedudukan peserta didik sebagai subjek, pihak
yang penting dan merupakan inti dalam kegiatan belajar – mengajar (pengajaran).
Mc Kenchie (1954) mengisyaratkan bahwa variasi kadar CBSA itu
dipengaruhi oleh tujuh (7) faktor, yaitu :
1. Faktor partisipasi peserta didik dalam menetapkan tujuan pengajaran
2. Stressing
3. Interaksi guru dan/atau antara peserta didik dalam kelas pengajaran
4. Tanggapan guru terhadap peserta didik
5. Rasa keterpaduan dalam kelompok kelas
6. Pengambilan keputusan terhadap sesuatu masalah oleh peserta didik
7. Ada cukup waktu untuk memberikan bimbingan bagi peserta didik
Kegiatan pengajaran dalam konteks strategi CBSA tentu selalu melibatkan
peserta didik secara aktif untuk mengembangkan kemampuan dan penalarannya
seperti: memahami, mengamati, menginterpretasikan konsep, merancang
penelitian, melaksanakan penelitian, mengkomunikasikan hasilnya dan
seterusnya, dengan mengikuti prosedur/langkah-langkah yang teratur dan urut.
b. Interaksi Pengajaran Yang Edukatif
Pengajaran merupakan subset dari pendidikan. Pencapaian tujuan
pengajaran adalah dalam rangka pencapaian tujuan pendidikan. Interaksi
11
pengajaran yang berada/terikat oleh situasi dan tujuan pendidikan disebut
interaksi pengajaran yang edukatif.
Suatu interaksi dikatakan memiliki sifat edukatif bukan semata ditentukan
oleh bentuknya melainkan oleh tujuan interaksi itu sendiri. Maka setiap bentuk
hubungan bersama antara guru dan peserta didik tidak selalu berlangsung secara
edukatif.
1. Unsur Normatif dan Teknis
Dalam interaksi normatif, antara guru (sebagai pendidik) dan peserta didik
harus berpegang pada norma yang diyakini bersama. Misalnya, dalam pengajaran
agama, guru dan peserta didik harus meyakini bersama tentang agama yang sama.
Pengajaran sebagai bagian dari pendidikan, sedangkan pendiidkan itu sifatnya
normatif. Maka dalam proses pengajaran mesti mencerminkan interaksi yang
bersumber pada sumber – sumber norma; agama dan falsafah hidup (pancasila).
Pendidikan dapat dirumuskan secara teknis. Pada hakikatnya pendidikan
merupakan suatu peristiwa yang memiliki aspek teknis. Pendidikan sebagai
kegiatan praktis yang berlangsung dalam satu masa, terikat dalam situasi, terarah
pada satu tujuan. Pendidikan itu sendiri juga sebagai peristiwa yang kompleks.
Peristiwa ini adalah suatu rentetan kegiatan komunikasi antara manusia, rangkaian
kegiatan saling mempengaruhi, satu rangkaian perubahan dan pertumbuhan serta
perkembangan fungsi – fungsi psikis dan fisik.
2. Faktor – Faktor Interaksi
Faktor-faktor yang mendasari terjadinya interaksi edukatif adalah sebagai
berikut:
a. Faktor tujuan
b. Faktor bahan/materi/isi
c. Faktor guru dan peserta didik
d. Faktor metode
e. Faktor situasi
c. Mengelola Kelas Yang Efektif
Tujuan yang diniatkan dalam setiap kegiatan belajar mengajar, baik yang
sifatnya instruksional maupun tujuan pengiring akan dapat dicapai secara optimal
12
apabila dapat menciptakan dan mempertahankan kondisi yang menguntungkan
bagi peserta didik.
Dalam setiap proses pengajaran kondisi ini harus direncanakan dan
diusahakan oleh guru secara sengaja agar dapat terhindar dari kondisi yang
merugikan (usaha pencegahan), dan kembali kepada kondisi yang optimal apabila
terjadi hal – hal yang merusak yang disebabakan oleh tingkah laku peserta didik
di dalam kelas (usaha kuratif).
1. Antara Pengelolaan Kelas dan Pengelolaan Pengajaran
Pengelolaan kelas dan pengelolaan pengajaran adalah dua kegiatan yang
sangat erat hubungannya namun dapat dan harus dibedakan satu sama lain karena
tujuannya berbeda. Pengajaran mencakup semua kegiatan yang secara langsung
dimaksudkan untuk mencapai tujuan – tujuan khusus pengajaran (menyusun
rencana pelajaran, memberi informasi, bertanya, menilai, dan sebagainya).
Pengelolaan kelas menunjuk kepada kegiatan – kegiatan yang
menciptakan dan mempertahankan kondisi yang optimal bagi terjadinya proses
belajar (pembinaan raport, penghentian tingkah laku peserta didik yang
menyelewengkan perhatian kelas, dan sebagainya).
2. Masalah Pengelolaan Kelas
Masalah pengelolaan kelas dapat dikelompokkan menjadi dua kategori
yaitu masalah individual dan masalah kelompok. Tindakan pengelolaan kelas
seorang guru akan efektif apabila ia dapat mengidentifikasikan dengan tepat
hakikat masalah yang sedang dihadapi, sehingga pada gilirannya ia dapat memilih
strategi penanggulangan yang tepat pula.
Rudolf Dreikurs dan Pearl Cassel membedakan empat kelompok masalah
pengelolaan kelas individual, yaitu:
a. Tingkah laku yang ingin mendapatkan perhatian orang lain
b. Tingkah laku yang ingin menunjukkan kekuatan
c. Tingkah laku yang bertujuan menyakiti orang lain
d. Peragaan ketidakmampuan
Lois V. Johnson dan Mary A. Bany mengemukakan 6 kategori masalah
kelompok dalam pengelolaan kelas, yaitu:
a. Kelas kurang kohesif
13
b. Kelas mereaksi negatif terhadap salah seorang anggotanya
c. Membesarkan hati anggota kelas yang justru melanggar norma kelompok
d. Kelompok cenderung mudah dialihkan perhatiannya dari tugas yang tengah
digarap
e. Semangat kerja rendah
f. Kelas kurang mampu menyesuaikan diri dengan keadaan baru.
3. Usaha Preventif Masalah Pengelolaan Kelas
a. Kondisi dan situasi Belajar Mengajar
1) Kondisi Fisik
a) Ruangan tempat berlangsungnya proses belajar mengajar
b) Pengaturan tempat duduk
c) Ventilasi dan pengaturan cahaya
d) Pengaturan penyimpanan barang – barang
2) Kondisi Sosio – Emosional
a) Tipe kepemimpinan
b) Sikap guru
c) Suara guru
d) Pembinaan raport
3) Kondisi Organisasional
a) Penggantin pelajaran atau kuliah
b) Guru yang berhalangan hadir
c) Masalah antarpeserta didik
d) Upacara bendera
e) Kegiatan lainnya
b. Disiplin dan Tata Tertib
Disiplin mencakup setiap macam pengaruh yang ditunjukkan untuk
membantu peserta didik agar dia dapat memahami dan meyesuaikan diri dengan
tuntutan lingkungannya dan juga penting tentang cara menyelesaikan tuntutan
yang mungkin ingin ditujukan peserta didik terhadap lingkungannya. Dengan
disiplin peserta didik bersedia untuk tunduk dan mengikuti peraturan tertentu dan
menjauhi larangan tertentu. Keuntungan lain dari adanya disiplin adalah peserta
14
didik belajar hidup dengan pembiasaan yang baik, positif, dan bermanfaat bagi
dirinya dan lingkungannya.
4. Administrasi Teknik
Adminitrasi teknik akan turut mempengaruhi pengelolaan proses belajar
mengajar. Administrasi teknik ini meliputi hal – hal berikut ini:
a. Absensi
b. Ruang bimbingan
c. Tempat baca
d. Tempat sampah
e. Catatan pribadi
5. Pendekatan Dalam Pengelolaan Kelas
a. Behaviour – Modification Approach
b. Sosio – Emitional – Climate Approach
c. Group – Processess Approach
d. Electic Approach
6. Hambatan Dalam Pengelolaan Kelas
a. Masalah yang ada dalam wewenang guru
b. Masalah yang ada dalam weewenang sekolah
c. Masalah – masalah yang ada di luar kekuasaan guru dan sekolah
d. Pengajaran Mikro
Pengertian tentang pengajaran menurut Mc. Knight (1971), “ ….. a scaled
down teaching encounter designed to develop new skills and refine old ones ”
Mc. Langhlin dan Moulthon (1975) berpendapat : Micro teaching is a
performance training method designed to isolate the component parts of the
teaching process, so that the trainee can master each component one by one in a
simplified teaching situation.
Mendasarkan pada dua pengertian di atas dapatlah dipahami bahwa, pengajaran
mikro itu tetap sebagai real teaching (Allen and Ryan, 1969) tetapi dalam bentuk
mikro sehingga mudah dikontrol.
Bentuk mikro ini mencakup hampir semua komponen dalam (interaksi)
pengajaran, yaitu :
- Jumlah peserta didik : 5 – 10 orang
15
- Waktu : 10 – 15 menit
- Bahan pengajaran : terbatas sederhana
- Keterampilan : terisolasi/difokuskan pada keterampilan mengajar
tertentu
Bila ditarik dari pengajaran yang sebenarnya maka pengajaran mikro
adalah penyederhanaan atau tarikan dari padanya (pengajaran yang sebenarnya)
dan hanya memfokuskan pada keterampilan mengajar tertentu.
1. Komponen Keterampilan Mengajar
Macam – macam keterampilan mengajar yang berkaitan dengan praktik
pengajran mikro, menurut Allen and Ryan (1969) dalam bukunya Micro Teaching
ada 14, yaitu:
a. Variasi stimulus
b. Siasat memulai/mengawali pengajaran
c. Siasat mengakhiri/menutup pengajaran
d. Isyarat / sasmita
e. Penguatan pada keterlibatan pelajar dalam pengajaran
f. Kefasihan bertanya
g. Pertanyaan melacak/menggali
h. Pertanyaan tingkat tinggi
i. Pertanyaan divergen/belum pasti
j. Mengenal tingkah laku yang tampak
k. Pengilustrasian dan penggunaan contoh
l. Berceramah
m. Pengulangan yang direncanakan
n. Kelengkapan berkomunikasi
2. Langkah – Langkah Pengajaran Mikro
Pada dasarnya pengajaran mikro ditempuh melalui lima langkah.
a. Pengenalan (pemahaman) tentang konsep pengajaran mikro
b. Penyajian model dan diskusi
c. Perencanaan/persiapan mengajar
d. Praktik mengajar
e. Diskusi/umpan balik
16
C. PENUTUPKesimpulan
Koordinasi sangatlah dibutuhkan dalam setiap organisasi ataupun
kelompok apapun, demi tercapainya segala tujuan yang hendak dicapai.
Komunikasi merupakan suatu kunci utama dalam tercapainya suatu koordinasi
yang efektif. Pada dasarnya koordinasi merupakan suatu pemrosesan informasi.
Di sini peranan manajer sangat dibutuhkan dalam melaksanakan tugasnya dalam
bidang pengontrolan, pengawasan dan evaluasi. Kedekatan hubungan dan
kelancaran informasi antara manajer dengan bawahan pun juga sangat perlu
diperhatikan agar dalam pelakasanaan tugas tidak terdapat kesalahan informasi
(miss comunications) ataupun tekanan dalam bekerja.
17
DAFTAR RUJUKAN
Farchan. 2009. Koordinasi Manajemen. (Online).
(http://farchanbinadnan.blogspot.com di akses 17 Oktober 2011)
Gagne, R.M. & Briggs. LJ. 1974. Principles of Instruction Design. New York
Handayaningrat, Soewarno. 1985. Pengantar Studi Ilmu Administrasi dan
Managemen. Cetakan Keenam. Jakarta: PT Gunung Agung.
Handoko, T. Hani. 2003. Manajemen. Edisi Kedua. Cetakan Kedelapanbelas.
Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta.
Hasibuan, Malayu S.P. 2007. Manajemen: Dasar, Pengertian, dan Masalah. Edisi
Revisi. Cetakan Keenam. Jakarta: Bumi Aksara.
Joyce, B., & Weil, M. 1986. Models of Teaching. Massachusetts: Allyn @ Bacon.
Rohani, Ahmad. 2004. Pengelolaan Pengajaran. Cetakan Kedua. Jakarta: Rineka
Cipta.
Wahyu. 2010. Koordinasi. (Online).
(http://wahyu410.wordpress.com di akses 17 Oktober 2011)
Wibowo, Budi. 2009. Koordinasi dan Manajemen. (Online).
(http://warung-wacana.blogspot.com di akses 17 Oktober 2011)
Vitzhaw. 2011. Pengertian Koordinasi. (Online).
(http://vivitardyansah.blogspot.com di akses 17 Oktober 2011)
18