koordinasi dalam pendidikan

28
A. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Koordinasi adalah proses pengintegrasian tujuan- tujuan dan kegiatan - kegiatan pada satuan-satuan yang terpisahkan (departeman atau bidang-bidang fungsional) suatu organisasi untuk mencapai tujuan organisasi secara efektif. Proses yang harus dijalani agar suatu kegiatan dapat dilaksanakan dengan lancar ataupun jika ada masalah tidak akan terlalu banyak kesulitan untuk mengatasinya. Koordinasi akan terjadi jika kita melakukan planning sebelum melaksanakan kegiatan tersebut. Perencanaan mengenai langkah apa saja yang harus ditempuh untuk mencapai tujuan puncak. Bukan hal yang mudah memang tetapi juga bukan hal yang sulit jika kita mau berfikir. Dengan perencanaan maka kita tahu sampai sejauh mana orang lain dapat membantu kita serta kita akan bisa mensinkronkan setiap langkah sehingga yang terjadi bukannya interferensi tetapi justri saling mendukung. Pendidikan sebagai investasi yang akan menghasilkan manusia-manusia yang memiliki pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang dibutuhkan dalam pembangunan suatu bangsa. Manfaat (benefit) individu, sosial atau institusional akan diperoleh secara bervariasi. Akan tetapi, manfaat individual tidak akan diperoleh secara cepat (quick yielding), tetapi perlu 1

Upload: johan-iriawan-akbar

Post on 09-Aug-2015

682 views

Category:

Documents


81 download

DESCRIPTION

Kordinasi

TRANSCRIPT

Page 1: KOORDINASI DALAM PENDIDIKAN

A. PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Koordinasi adalah proses pengintegrasian tujuan-tujuan dan kegiatan -

kegiatan pada satuan-satuan yang terpisahkan (departeman atau bidang-bidang

fungsional) suatu organisasi untuk mencapai tujuan organisasi secara efektif.

Proses yang harus dijalani agar suatu kegiatan dapat dilaksanakan dengan lancar

ataupun jika ada masalah tidak akan terlalu banyak kesulitan untuk mengatasinya.

Koordinasi akan terjadi jika kita melakukan planning sebelum

melaksanakan kegiatan tersebut. Perencanaan mengenai langkah apa saja yang

harus ditempuh untuk mencapai tujuan puncak. Bukan hal yang mudah memang

tetapi juga bukan hal yang sulit jika kita mau berfikir. Dengan perencanaan maka

kita tahu sampai sejauh mana orang lain dapat membantu kita serta kita akan bisa

mensinkronkan setiap langkah sehingga yang terjadi bukannya interferensi tetapi

justri saling mendukung.

Pendidikan sebagai investasi yang akan menghasilkan manusia-manusia

yang memiliki pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang dibutuhkan dalam

pembangunan suatu bangsa. Manfaat (benefit) individu, sosial atau institusional

akan diperoleh secara bervariasi. Akan tetapi, manfaat individual tidak akan

diperoleh secara cepat (quick yielding), tetapi perlu waktu yang cukup lama,

bahkan bisa satu generasi. Untuk itu dalam pelaksanaan proses pendidikan

diperlukan adanya koordinasi yang sebaik – sebaiknya, agar semua tujuan dari

pendidikan dapat tercapai.

2. Rumusan Masalah

a. Apakah yang dimaksud dengan koordinasi ?

b. Apa sajakah tipe – tipe dari koordinasi ?

c. Apa sajakah sifat – sifat dari koordinasi ?

d. Bagaimanakah karakteristik koordinasi yang efektif ?

e. Apa sajakah prinsip – prinsip dari koordinasi ?

f. Apa sajakah syarat – syarat dari koordinasi ?

g. Bagaimana cara mengadakan kordinasi ?

h. Masalah – masalah apa sajakah yang terdapat dalam koordinasi ?

1

Page 2: KOORDINASI DALAM PENDIDIKAN

i. Bagaimana pendekatan untuk mencapai koordinasi yang efektif ?

j. Bagaimana hubunagn antara koordinasi dengan manajemen ?

k. Bagaimanakah penerapan koordinasi dalam lingkup pendidikan ?

3. Tujuan

a. Untuk mengetahui pengertian koordinasi.

b. Untuk mengetahui tipe – tipe dari koordinasi.

c. Untuk mengetahui sifat – sifat dari koordinasi.

d. Untuk mengetahui karakteristik koordinasi yang efektif.

e. Untuk mengetahui prinsip – prinsip dari koordinasi.

f. Untuk mengetahui syarat – syarat dari koordinasi.

g. Untuk mengetahui cara mengadakan kordinasi.

h. Untuk mengetahui masalah – masalah yang terdapat dalam koordinasi.

i. Untuk mengetahui pendekatan untuk mencapai koordinasi yang efektif.

j. Untuk mengetahui hubunagn antara koordinasi dengan manajemen.

k. Untuk mengetahui penerapan koordinasi dalam lingkup pendidikan.

2

Page 3: KOORDINASI DALAM PENDIDIKAN

B. KAJIAN

1. Pengertian Koordinasi

Menurut G.R. Terry koordinasi adalah suatu usaha yang sinkron dan

teratur untuk menyediakan jumlah dan waktu yang tepat, dan mengarahkan

pelaksanaan untuk menghasilkan suatu tindakan yang seragam dan harmonis pada

sasaran yang telah ditentukan. Sedangkan menurut E.F.L. Brech, koordinasi

adalah mengimbangi dan menggerakkan tim dengan memberikan lokasi kegiatan

pekerjaan yang cocok dengan masing-masing dan menjaga agar kegiatan itu

dilaksanakan dengan keselarasan yang semestinya di antara para anggota itu

sendiri (Hasibuan, 2007:85).

Menurut Mc. Farland (Handayaningrat, 1985:89) koordinasi adalah suatu

proses di mana pimpinan mengembangkan pola usaha kelompok secara teratur di

antara bawahannya dan menjamin kesatuan tindakan di dalam mencapai tujuan

bersama.

Sementara itu, Handoko (2003:195) mendefinisikan koordinasi

(coordination) sebagai proses pengintegrasian tujuan-tujuan dan kegiatan-kegiatan

pada satuan-satuan yang terpisah (departemen atau bidang-bidang fungsional)

suatu organisasi untuk mencapai tujuan organisasi secara efisien. Menurut

Handoko (2003:196) kebutuhan akan koordinasi tergantung pada sifat dan

kebutuhan komunikasi dalam pelaksanaan tugas dan derajat saling ketergantungan

bermacam-macam satuan pelaksananya. Hal ini juga ditegaskan oleh

Handayaningrat (1985:88) bahwa koordinasi dan komunikasi adalah sesuatu hal

yang tidak dapat dipisahkan. Selain itu, Handayaningrat juga mengatakan bahwa

koordinasi dan kepemimpinan (leadership) adalah tidak bisa dipisahkan satu sama

lain, karena satu sama lain saling mempengaruhi.

Menurut tinjauan manajemen, koordinasi menurut Terry meliputi :

a. Jumlah usaha baik secara kuantitatif, maupun secara kualitatif

b. Waktu yang tepat dari usaha-usaha tersebut

c. Directing atau penentuan arah usaha-usaha tersebut

Terdapat 3 (tiga) macam saling ketergantungan di antara satuan-satuan

organisasi seperti diungkapkan oleh James D. Thompson (Handoko, 2003:196),

yaitu:

3

Page 4: KOORDINASI DALAM PENDIDIKAN

a. Saling ketergantungan yang menyatu (pooled interdependence).

Bila satuan-satuan organisasi tidak saling tergantung satu dengan yang lain

dalam melaksanakan kegiatan harian tetapi tergantung pada pelaksanaan kerja

setiap satuan yang memuaskan untuk suatu hasil akhir.

b. Saling ketergantungan yang berurutan (sequential interdependece).

Di mana suatu satuan organisasi harus melakukan pekerjaannya terlebih

dulu sebelum satuan yang lain dapat bekerja.

c. Saling ketergantungan timbal balik (reciprocal interdependence).

Merupakan hubungan memberi dan menerima antar satuan organisasi.

Lebih lanjut Handoko (2003:196) juga menyebutkan bahwa derajat

koordinasi yang tinggi sangat bermanfaat untuk pekerjaan yang tidak rutin dan

tidak dapat diperkirakan, faktor-faktor lingkungan selalu berubah-ubah serta

saling ketergantungan adalah tinggi. Koordinasi juga sangat dibutuhkan bagi

organisasi-organisasi yang menetapkan tujuan yang tinggi.

2. Tipe - Tipe Koordinasi

Menurut Hasibuan (2007:86-87) terdapat 2 (dua) macam koordinasi, yaitu:

a. Koordinasi vertikal

Adalah kegiatan-kegiatan penyatuan, pengarahan yang dilakukan oleh

atasan terhadap kegiatan unit-unit, kesatuan-kesatuan kerja yang ada di bawah

wewenang dan tanggung jawabnya. Tegasnya, atasan mengkoordinasi semua

aparat yang ada di bawah tanggung jawabnya secara langsung.

b. Koordinasi horizontal

Adalah mengkoordinasikan tindakan-tindakan atau kegiatan-kegiatan

penyatuan, pengarahan yang dilakukan terhadap kegiatan-kegiatan dalam tingkat

organisasi (aparat) yang setingkat.

Koordinasi horisontal terbagi :

1. Interdiciplinary, koordinasi dalam rangka mengarahkan, menyatukan

tindakan, mewujudkan, menciptakan disiplin antara unit yang satu dengan unit

yang lain secara intern maupun ekstern pada unit-unit yang sama tugasnya.

2. Inter-Related, koordinasi antar badan (instansi). Unit-unit yang fungsinya

berbeda, tetapi instansinya saling berkaitan secara intern-ekstern yang selevel.

3. Sifat – Sifat Koordinasi

4

Page 5: KOORDINASI DALAM PENDIDIKAN

Menurut Hasibuan (2007:87) terdapat 3 (tiga) sifat koordinasi, yaitu:

a. Koordinasi adalah dinamis bukan statis.

b. Koordinasi menekankan pandangan menyeluruh oleh seorang koordinator

(manajer) dalam rangka mencapai sasaran.

c. Koordinasi hanya meninjau suatu pekerjaan secara keseluruhan.

Asas koordinasi adalah asas skala (hirarki) artinya koordinasi itu

dilakukan menurut jenjang-jenjang kekuasaan dan tanggungjawab yang

disesuaikan dengan jenjang-jenjang yang berbeda-beda satu sama lain. Tegasnya,

asas hirarki ini bahwa setiap atasan (koordinator) harus mengkoordinasikan

bawahan langsungnya.

4. Karakteristik Koordinasi yang Efektif

Menurut Handayaningrat (1985:89-90) koordinasi mempunyai

karakteristik sebagai berikut :

a. Bahwa tanggungjawab koordinasi adalah terletak pada pimpinan.

Oleh karena itu, koordinasi adalah merupakan tugas pimpinan. Koordinasi

sering dicampur-adukkan dengan kata koperasi yang sebenarnya mempunyai arti

yang berbeda. Sekalipun demikian pimpinan tidak mungkin mengadakan

koordinasi apabila mereka tidak melakukan kerjasama. Oleh kaerna itu, maka

kerjasama merupakan suatu syarat yang sangat penting dalam membantu

pelaksanaan koordinasi.

b. Adanya proses (continues process).

Karena koordinasi adalah pekerjaan pimpinan yang bersifat

berkesinambungan dan harus dikembangkan sehingga tujuan dapat tercapai

dengan baik.

c. Pengaturan secara teratur usaha kelompok.

Oleh karena koordinasi adalah konsep yang ditetapkan di dalam

kelompok, bukan terhadap usaha individu, maka sejumlah individu yang

bekerjasama, di mana dengan koordinasi menghasilkan suatu usaha kelompok

yang sangat penting untuk mencapai efisiensi dalam melaksanakan kegiatan

organisasi. Adanya tumpang tindih, kekaburan dalam tugas-tugas pekerjaan

merupakan pertanda kurang sempurnanya koordinasi.

d. Konsep kesatuan tindakan.

5

Page 6: KOORDINASI DALAM PENDIDIKAN

Hal ini adalah merupakan inti dari koordinasi. Kesatuan usaha, berarti

bahwa harus mengatur sedemikian rupa usaha-usaha tiap kegiatan individu

sehingga terdapat adanya keserasian di dalam mencapai hasil.

e. Tujuan koordinasi adalah tujuan bersama.

Kesatuan dari usaha meminta suatu pengertian kepada semua individu,

agar ikut serta melaksanakan tujuan sebagai kelompok di mana mereka bekerja.

5. Prinsip Koordinasi

Karena adanya pembagian tugas/kerja dalam organisasi maka individu-

individu atau kelompok-kelompok dalam organisasi merupakan bagian dari

organisasi yang masing-masing mempunyai fungsi dan tujuan sendiri – sendiri,

oleh karena itu perlu dan harus diarahkan guna mencapai tujuan yang telah

ditetapkan sebelumnya.

Prinsip- prinsip koordinasi tersebut antara lain :

a. Prinsip kesatuan arah dan tujuan.

b. Prinsip kesepakatan tentang kegiatan atau tindakan yang harus dilakukan

masing-masing pihak, termasuk target dan jadwalnya.

c. Prinsip ketaatan dan loyalitas.

d. Prinsip saling tukar informasi kegiatan, hasil yang dicapai dan masalah yang

dihadapi.

e. Prinsip saling menghormati, saling percaya dan saling membantu.

f. Prinsip Profesionalitas.

g. Prinsip saling dapat dipercaya.

h. Prinsip Ketepatan penggunaan alat koordinasi.

i. Prinsip Efisiensi.

j. Prinsip adanya koordinator atau pemimpin yang menggerakan dan memonitor

seluruh pelaksanaan kerjasama dalam organisasi dan mengerti serta mampu

memecahkan masalah-masalah yang dihadapi.

6. Syarat – Syarat Koordinasi

Menurut Hasibuan (2007:88) terdapat 4 (empat) syarat koordinasi, yaitu:

a. Sense of cooperation (perasaan untuk bekerjasama).

Ini harus dilihat dari sudut bagian per bagian bidang pekerjaan, bukan

orang per orang.

6

Page 7: KOORDINASI DALAM PENDIDIKAN

b. Rivalry.

Dalam perusahaan-perusahaan besar sering diadakan persaingan antara

bagian-bagian, agar bagian-bagian ini berlomba-lomba untuk mencapai

kemajuan.

c. Team spirit.

Artinya satu sama lain pada setiap bagian harus saling menghargai.

d. Esprit de corps.

Artinya bagian-bagian yang diikutsertakan atau dihargai, umumnya akan

menambah kegiatan yang bersemangat.

Koordinasi adalah suatu istilah yang mengandung pengertian koperasi

(cooperation), sebab tanpa adanya koperasi tidak mungkin dapat dilakukan. Mc.

Farland (Handayaningrat, 1985:90) mendefinisikan koperasi merupakan kehendak

dari individu-individu untuk menolong satu sama lain.

Namun antara koordinasi dan koperasi berbeda. Menurut Handayaningrat

(1985:90) pada koperasi terdapat unsur kesukarelaan atau sifat suka rela

(voluntary attitude) dari orang-orang di dalam organisasi. Sedangkan koordinasi

tidak terdapat unsur kerjasama secara suka rela, tetapi bersifat kewajiban

(compulsory).

7. Cara - Cara Mengadakan Koordinasi

a. Memberikan keterangan langsung dan secara bersahabat. Keterangan mengenai

pekerjaan saja tidak cukup, karena tindakan-tindakan yang tepat harus diambil

untuk menciptakan dan menghasilkan koordinasi yang baik.

b. Mengusahakan agar pengetahuan dan penerimaan tujuan yang akan dicapai

oleh anggota, tidak menurut masing-masing individu anggota dengan tujuannya

sendiri-sendiri. Tujuan itu adalah tujuan bersama.

c. Mendorong para anggota untuk bertukar pikiran, mengemukakan ide, saran-

saran, dan lain sebagainya.

d. Mendorong para anggota untuk berpartisipasi dalam tingkat perumusan dan

penciptaan sasaran.

e. Membina human relations yang baik antara sesama karyawan.

f. Manajer sering melakukan komunikasi informaldengan para bawahan.

8. Masalah – Masalah dalam Koordinasi

7

Page 8: KOORDINASI DALAM PENDIDIKAN

Peningkatan spesialisasi akan menaikkan kebutuhan akan koordinasi.

Tetapi semakin besar derajat spesialisasi, semakin sulit bagi manajer untuk

mengkoordinasikan kegiatan-kegiatan khusus dari satuan-satuan yang berbeda.

Paul R. Lawrence dan Jay W. Lorch (Handoko, 2003:197) mengungkapkan 4

(empat) tipe perbedaan dalam sikap dan cara kerja yang mempersulit tugas

pengkoordinasian, yaitu:

a. Perbedaan dalam orientasi terhadap tujuan tertentu.

Para anggota dari departemen yang berbeda mengembangkan pandangan

mereka sendiri tentang bagaimana cara mencapai kepentingan organisasi yang

baik. Misalnya bagian penjualan menganggap bahwa diversifikasi produk harus

lebih diutamakan daripada kualtias produk. Bagian akuntansi melihat

pengendalian biaya sebagai faktor paling penting sukses organisasi.

b. Perbedaan dalam orientasi waktu.

Manajer produksi akan lebih memperhatikan masalah-masalah yang harus

dipecahkan segera atau dalam periode waktu pendek. Biasanya bagian penelitian

dan pengembangan lebih terlibat dengan masalah-masalah jangka panjang.

c. Perbedaan dalam orientasi antar-pribadi.

Kegiatan produksi memerlukan komunikasi dan pembuatan keputusan

yang cepat agar prosesnya lancar, sedang bagian penelitian dan pengembangan

mungkin dapat lebih santai dan setiap orang dapat mengemukakan pendapat serta

berdiskusi satu dengan yang lain.

d. Perbedaan dalam formalitas struktur.

Setiap tipe satuan dalam organisasi mungkin mempunyai metode-metode

dan standar yang berbeda untuk mengevaluasi program terhadap tujuan dan untuk

balas jasa bagi karyawan.

9. Pendekatan-Pendekatan Untuk Mencapai Koordinasi Yang Efektif

Pendekatan ini dapat di tempuh dengan dua jalan yaitu:

a. Pendekatan Potensi Koordinasi.

Pendekatan koordinasi ini meliputi sistem:

1. Sistem Informasi Vertical.

Adalah suatu sistem di mana informasi dapat di kirimkan ke atas dan

kebawah jenjang organisasi. Misalnya penanganan IDT (inpres desa tertinggal)

8

Page 9: KOORDINASI DALAM PENDIDIKAN

dari menteri dalam negeri sampai ke desa tertinggal dan sebaliknya.

2. Sistem Informasi Lateral.

Sistem ini mengabaikan rantai komando. Hubungan lateral (hubungan ke

samping atau sejajar) ini memungkinkan adanya pertukaran informasi yang di

butuhkan dapat di pertanggung jawabkan. Misalnya dalam kasus tanah perlu

adanya informasi lateral atau badan pertanahan nasional, departemen dalam

negeri, departemen kehutanan, dan departemen kehutanan.

3. Sistem Informasi Manajer Penghubung.

Manajer penghubung mempunyai wewenang formal atas semua unit yang

terlibat dalam sebuah proyek. Manajer penghubung perlu di laksanakan apabila di

perkirakan koordinasi secara efektif tidak berhasil di laksanakan.

b. Pendekatan Struktur.

Pendekatan ini di lakukan apabila perusahaan merasakan adanya iklim

yang tidak sehat pada unit-unit karena adanya penunpukan kegiatan pada satu

unit. Pendekatan ini di kenal sebagai organisasi matrik. Yaitu mencirikan adanya

satuan tugas atau proyek. Satuan tugas ini dapat di bubarkan apabila proyek telah

selesai.

10. Hubungan Antara Koordinasi Dengan Manajemen

a. Koordinasi dan Perencanaan (Planning)

Dalam suatu organisasi semua rencana harus saling berkait dan saling

pengaruh mempengaruhi . Oleh karena itu perlu sekali pengkoordinasian yang

tepat dan mantap dari semua sehingga benar-benar dapt terlaksana mencapai

sasaran-sasaran yang telah ditetapkan . Rencana jangka pendek dan rencana

jangka panjang harus berhasil dikoordinir dan diintergrasikan sebaik-baiknya.

b. Koordinasi dan Pengorganisasian (Organizing)

Pengorganisasian mengkehendaki tercapainya hubungan yang serasi antara

unit-unit organisasi yang terbentuk sebagai dasar atau alat untuk mencapai tujuan

yang telah ditetapkan. Hal itu akan dapat terjadi apabila ada pengkoordinasian

yang tepat dan mantap pada unit-unit organisasi tersebut ditujukan kepada sasaran

yang telah disetuji bersama.

c. Koordinasi dan Penggerakan (Actuating)

Kedua hal ini sangat erat hubungannya karena kpprdinasi ini dapat

9

Page 10: KOORDINASI DALAM PENDIDIKAN

dilaksanakan dengan baik apabila penggerakan terhadap orang-orang yang

melaksanakan tugas-tugas dalam proses manajemen berjalan dengan regular.

d. Koordinasi dan Pengawasan (Controlling)

Jelas bahwa pengawasan mengandung pengertian adanya penilaian-

penilaian atas perlaksanaan kerja. Untuk dapat mencapai objektivitas dalam

pengawasan atau penilaian tersebut , maka perlu proses pengawasan tersebut

disertai adanya koordinasi yang sebaik-baiknya di dalam organisasi dengan

demikian tujuan pengawasan mengenai sasaran-sasarannya dengan tepat dan

harmonis.

11. Penerapan Koordinasi Dalam Lingkup Pendidikan

a. Strategi Pengajaran

Bahwa keputusan untuk menskenariokan serangkaian event pengajaran

(belajar - mengajar) secara tertentu merupakan keputusan strategis. Maksudnya,

dilakukannya pengaturan berbagai faktor yang rumit-komplek guna pencapaian

tujuan-tujuan yang telah ditetapkan. Banyak faktor yang harus dipertimbangkan di

dalam mengambil keputusan pengajaran, secara sadar dilatarbelakangi oleh

estimasi dampak yang harus dicapai dan /atau dihindarkan adalah merupakan

profesionalitas pekerjaan mengajar yang mesti dipikul oleh guru sebagai seorang

pengelola pengajaran sekaligus sebagai desainer. Dalam konteks pengajaran

strategi bisa diartikan sebagai suatu pola umum tindakan guru-peserta didik dalam

manifestasi aktivitas pengajaran.

Pengelompokan Strategi Pengajaran

1. Pengelompokan Gagne dan Briggs

Kedua pakar ini mengelompokkan strategi pengajaran menurut dasarnya

menjadi lima macam/segi, yaitu :

a. Pengaturan guru dan peserta didik

b. Struktur event pengajaran

c. Peranan guru - peserta didik dalam mengolah pesan

d. Proses mengolah pesan

e. Tujuan - tujuan belajar/pengajaran

2. Pengelompokkan Bruce Joyce dan Marsha Weil

10

Page 11: KOORDINASI DALAM PENDIDIKAN

Pengelompokkan ini lebih komprehensif dibandingkan dengan

pengelompokkan Gagne dan Briggs. Bruce Joyce dan Marsha Weil

mengemukakan 4 klasifikasi model – model pengajaran/mengajar, yaitu :

a. Klasifikasi model – model interaksi sosial

b. Klasifikasi model – model pengolahan informasi

c. Klasifikasi model – model personal-humanistik

d. Klasifikasi model – model modifikasi tingkah laku

CBSA Sebuah Strategi Pengajaran

CBSA adalah singkatan dari cara belajar siswa aktif.

Keterlibatan peserta didik secara aktif dalam proses pengajaran yang diharapkan

adalah, keterlibatan secara mental (intelektual dan emosional) yang dalam

beberapa hal dibarengi dengan keaktifan fisik. Sehinggan peserta didik betul –

betul berperan dan berpartisipasi aktif dalam proses pengajaran. Dengan

demikian, CBSA menempatkan kedudukan peserta didik sebagai subjek, pihak

yang penting dan merupakan inti dalam kegiatan belajar – mengajar (pengajaran).

Mc Kenchie (1954) mengisyaratkan bahwa variasi kadar CBSA itu

dipengaruhi oleh tujuh (7) faktor, yaitu :

1. Faktor partisipasi peserta didik dalam menetapkan tujuan pengajaran

2. Stressing

3. Interaksi guru dan/atau antara peserta didik dalam kelas pengajaran

4. Tanggapan guru terhadap peserta didik

5. Rasa keterpaduan dalam kelompok kelas

6. Pengambilan keputusan terhadap sesuatu masalah oleh peserta didik

7. Ada cukup waktu untuk memberikan bimbingan bagi peserta didik

Kegiatan pengajaran dalam konteks strategi CBSA tentu selalu melibatkan

peserta didik secara aktif untuk mengembangkan kemampuan dan penalarannya

seperti: memahami, mengamati, menginterpretasikan konsep, merancang

penelitian, melaksanakan penelitian, mengkomunikasikan hasilnya dan

seterusnya, dengan mengikuti prosedur/langkah-langkah yang teratur dan urut.

b. Interaksi Pengajaran Yang Edukatif

Pengajaran merupakan subset dari pendidikan. Pencapaian tujuan

pengajaran adalah dalam rangka pencapaian tujuan pendidikan. Interaksi

11

Page 12: KOORDINASI DALAM PENDIDIKAN

pengajaran yang berada/terikat oleh situasi dan tujuan pendidikan disebut

interaksi pengajaran yang edukatif.

Suatu interaksi dikatakan memiliki sifat edukatif bukan semata ditentukan

oleh bentuknya melainkan oleh tujuan interaksi itu sendiri. Maka setiap bentuk

hubungan bersama antara guru dan peserta didik tidak selalu berlangsung secara

edukatif.

1. Unsur Normatif dan Teknis

Dalam interaksi normatif, antara guru (sebagai pendidik) dan peserta didik

harus berpegang pada norma yang diyakini bersama. Misalnya, dalam pengajaran

agama, guru dan peserta didik harus meyakini bersama tentang agama yang sama.

Pengajaran sebagai bagian dari pendidikan, sedangkan pendiidkan itu sifatnya

normatif. Maka dalam proses pengajaran mesti mencerminkan interaksi yang

bersumber pada sumber – sumber norma; agama dan falsafah hidup (pancasila).

Pendidikan dapat dirumuskan secara teknis. Pada hakikatnya pendidikan

merupakan suatu peristiwa yang memiliki aspek teknis. Pendidikan sebagai

kegiatan praktis yang berlangsung dalam satu masa, terikat dalam situasi, terarah

pada satu tujuan. Pendidikan itu sendiri juga sebagai peristiwa yang kompleks.

Peristiwa ini adalah suatu rentetan kegiatan komunikasi antara manusia, rangkaian

kegiatan saling mempengaruhi, satu rangkaian perubahan dan pertumbuhan serta

perkembangan fungsi – fungsi psikis dan fisik.

2. Faktor – Faktor Interaksi

Faktor-faktor yang mendasari terjadinya interaksi edukatif adalah sebagai

berikut:

a. Faktor tujuan

b. Faktor bahan/materi/isi

c. Faktor guru dan peserta didik

d. Faktor metode

e. Faktor situasi

c. Mengelola Kelas Yang Efektif

Tujuan yang diniatkan dalam setiap kegiatan belajar mengajar, baik yang

sifatnya instruksional maupun tujuan pengiring akan dapat dicapai secara optimal

12

Page 13: KOORDINASI DALAM PENDIDIKAN

apabila dapat menciptakan dan mempertahankan kondisi yang menguntungkan

bagi peserta didik.

Dalam setiap proses pengajaran kondisi ini harus direncanakan dan

diusahakan oleh guru secara sengaja agar dapat terhindar dari kondisi yang

merugikan (usaha pencegahan), dan kembali kepada kondisi yang optimal apabila

terjadi hal – hal yang merusak yang disebabakan oleh tingkah laku peserta didik

di dalam kelas (usaha kuratif).

1. Antara Pengelolaan Kelas dan Pengelolaan Pengajaran

Pengelolaan kelas dan pengelolaan pengajaran adalah dua kegiatan yang

sangat erat hubungannya namun dapat dan harus dibedakan satu sama lain karena

tujuannya berbeda. Pengajaran mencakup semua kegiatan yang secara langsung

dimaksudkan untuk mencapai tujuan – tujuan khusus pengajaran (menyusun

rencana pelajaran, memberi informasi, bertanya, menilai, dan sebagainya).

Pengelolaan kelas menunjuk kepada kegiatan – kegiatan yang

menciptakan dan mempertahankan kondisi yang optimal bagi terjadinya proses

belajar (pembinaan raport, penghentian tingkah laku peserta didik yang

menyelewengkan perhatian kelas, dan sebagainya).

2. Masalah Pengelolaan Kelas

Masalah pengelolaan kelas dapat dikelompokkan menjadi dua kategori

yaitu masalah individual dan masalah kelompok. Tindakan pengelolaan kelas

seorang guru akan efektif apabila ia dapat mengidentifikasikan dengan tepat

hakikat masalah yang sedang dihadapi, sehingga pada gilirannya ia dapat memilih

strategi penanggulangan yang tepat pula.

Rudolf Dreikurs dan Pearl Cassel membedakan empat kelompok masalah

pengelolaan kelas individual, yaitu:

a. Tingkah laku yang ingin mendapatkan perhatian orang lain

b. Tingkah laku yang ingin menunjukkan kekuatan

c. Tingkah laku yang bertujuan menyakiti orang lain

d. Peragaan ketidakmampuan

Lois V. Johnson dan Mary A. Bany mengemukakan 6 kategori masalah

kelompok dalam pengelolaan kelas, yaitu:

a. Kelas kurang kohesif

13

Page 14: KOORDINASI DALAM PENDIDIKAN

b. Kelas mereaksi negatif terhadap salah seorang anggotanya

c. Membesarkan hati anggota kelas yang justru melanggar norma kelompok

d. Kelompok cenderung mudah dialihkan perhatiannya dari tugas yang tengah

digarap

e. Semangat kerja rendah

f. Kelas kurang mampu menyesuaikan diri dengan keadaan baru.

3. Usaha Preventif Masalah Pengelolaan Kelas

a. Kondisi dan situasi Belajar Mengajar

1) Kondisi Fisik

a) Ruangan tempat berlangsungnya proses belajar mengajar

b) Pengaturan tempat duduk

c) Ventilasi dan pengaturan cahaya

d) Pengaturan penyimpanan barang – barang

2) Kondisi Sosio – Emosional

a) Tipe kepemimpinan

b) Sikap guru

c) Suara guru

d) Pembinaan raport

3) Kondisi Organisasional

a) Penggantin pelajaran atau kuliah

b) Guru yang berhalangan hadir

c) Masalah antarpeserta didik

d) Upacara bendera

e) Kegiatan lainnya

b. Disiplin dan Tata Tertib

Disiplin mencakup setiap macam pengaruh yang ditunjukkan untuk

membantu peserta didik agar dia dapat memahami dan meyesuaikan diri dengan

tuntutan lingkungannya dan juga penting tentang cara menyelesaikan tuntutan

yang mungkin ingin ditujukan peserta didik terhadap lingkungannya. Dengan

disiplin peserta didik bersedia untuk tunduk dan mengikuti peraturan tertentu dan

menjauhi larangan tertentu. Keuntungan lain dari adanya disiplin adalah peserta

14

Page 15: KOORDINASI DALAM PENDIDIKAN

didik belajar hidup dengan pembiasaan yang baik, positif, dan bermanfaat bagi

dirinya dan lingkungannya.

4. Administrasi Teknik

Adminitrasi teknik akan turut mempengaruhi pengelolaan proses belajar

mengajar. Administrasi teknik ini meliputi hal – hal berikut ini:

a. Absensi

b. Ruang bimbingan

c. Tempat baca

d. Tempat sampah

e. Catatan pribadi

5. Pendekatan Dalam Pengelolaan Kelas

a. Behaviour – Modification Approach

b. Sosio – Emitional – Climate Approach

c. Group – Processess Approach

d. Electic Approach

6. Hambatan Dalam Pengelolaan Kelas

a. Masalah yang ada dalam wewenang guru

b. Masalah yang ada dalam weewenang sekolah

c. Masalah – masalah yang ada di luar kekuasaan guru dan sekolah

d. Pengajaran Mikro

Pengertian tentang pengajaran menurut Mc. Knight (1971), “ ….. a scaled

down teaching encounter designed to develop new skills and refine old ones ”

Mc. Langhlin dan Moulthon (1975) berpendapat : Micro teaching is a

performance training method designed to isolate the component parts of the

teaching process, so that the trainee can master each component one by one in a

simplified teaching situation.

Mendasarkan pada dua pengertian di atas dapatlah dipahami bahwa, pengajaran

mikro itu tetap sebagai real teaching (Allen and Ryan, 1969) tetapi dalam bentuk

mikro sehingga mudah dikontrol.

Bentuk mikro ini mencakup hampir semua komponen dalam (interaksi)

pengajaran, yaitu :

- Jumlah peserta didik : 5 – 10 orang

15

Page 16: KOORDINASI DALAM PENDIDIKAN

- Waktu : 10 – 15 menit

- Bahan pengajaran : terbatas sederhana

- Keterampilan : terisolasi/difokuskan pada keterampilan mengajar

tertentu

Bila ditarik dari pengajaran yang sebenarnya maka pengajaran mikro

adalah penyederhanaan atau tarikan dari padanya (pengajaran yang sebenarnya)

dan hanya memfokuskan pada keterampilan mengajar tertentu.

1. Komponen Keterampilan Mengajar

Macam – macam keterampilan mengajar yang berkaitan dengan praktik

pengajran mikro, menurut Allen and Ryan (1969) dalam bukunya Micro Teaching

ada 14, yaitu:

a. Variasi stimulus

b. Siasat memulai/mengawali pengajaran

c. Siasat mengakhiri/menutup pengajaran

d. Isyarat / sasmita

e. Penguatan pada keterlibatan pelajar dalam pengajaran

f. Kefasihan bertanya

g. Pertanyaan melacak/menggali

h. Pertanyaan tingkat tinggi

i. Pertanyaan divergen/belum pasti

j. Mengenal tingkah laku yang tampak

k. Pengilustrasian dan penggunaan contoh

l. Berceramah

m. Pengulangan yang direncanakan

n. Kelengkapan berkomunikasi

2. Langkah – Langkah Pengajaran Mikro

Pada dasarnya pengajaran mikro ditempuh melalui lima langkah.

a. Pengenalan (pemahaman) tentang konsep pengajaran mikro

b. Penyajian model dan diskusi

c. Perencanaan/persiapan mengajar

d. Praktik mengajar

e. Diskusi/umpan balik

16

Page 17: KOORDINASI DALAM PENDIDIKAN

C. PENUTUPKesimpulan

Koordinasi sangatlah dibutuhkan dalam setiap organisasi ataupun

kelompok apapun, demi tercapainya segala tujuan yang hendak dicapai.

Komunikasi merupakan suatu kunci utama dalam tercapainya suatu koordinasi

yang efektif. Pada dasarnya koordinasi merupakan suatu pemrosesan informasi.

Di sini peranan manajer sangat dibutuhkan dalam melaksanakan tugasnya dalam

bidang pengontrolan, pengawasan dan evaluasi. Kedekatan hubungan dan

kelancaran informasi antara manajer dengan bawahan pun juga sangat perlu

diperhatikan agar dalam pelakasanaan tugas tidak terdapat kesalahan informasi

(miss comunications) ataupun tekanan dalam bekerja.

17

Page 18: KOORDINASI DALAM PENDIDIKAN

DAFTAR RUJUKAN

Farchan. 2009. Koordinasi Manajemen. (Online).

(http://farchanbinadnan.blogspot.com di akses 17 Oktober 2011)

Gagne, R.M. & Briggs. LJ. 1974. Principles of Instruction Design. New York

Handayaningrat, Soewarno. 1985. Pengantar Studi Ilmu Administrasi dan

Managemen. Cetakan Keenam. Jakarta: PT Gunung Agung.

Handoko, T. Hani. 2003. Manajemen. Edisi Kedua. Cetakan Kedelapanbelas.

Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta.

Hasibuan, Malayu S.P. 2007. Manajemen: Dasar, Pengertian, dan Masalah. Edisi

Revisi. Cetakan Keenam. Jakarta: Bumi Aksara.

Joyce, B., & Weil, M. 1986. Models of Teaching. Massachusetts: Allyn @ Bacon.

Rohani, Ahmad. 2004. Pengelolaan Pengajaran. Cetakan Kedua. Jakarta: Rineka

Cipta.

Wahyu. 2010. Koordinasi. (Online).

(http://wahyu410.wordpress.com di akses 17 Oktober 2011)

Wibowo, Budi. 2009. Koordinasi dan Manajemen. (Online).

(http://warung-wacana.blogspot.com di akses 17 Oktober 2011)

Vitzhaw. 2011. Pengertian Koordinasi. (Online).

(http://vivitardyansah.blogspot.com di akses 17 Oktober 2011)

18