konsep pendidikan akhlakal-mawardldan...
TRANSCRIPT
KONSEP PENDIDIKAN AKHLAK AL-MAWARDl DAN
REJLEVANSINYA TERHADAP PEMBENTUKAN AKHLAK MULlA
( TELAAlI TERHADAP KITAB ADAB AL-DUNYA WA AL-DlN )
OLEH
MUHAMADNUR
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DIN SYARIl? lIIDAYATULLAll
JAl<ARTA
1423 II /2002 M
KONSEP PENDIDIKAN AKHLAK AL-MAWARDI DAN
RELEVANSINYA TERHADAP PEMBENT{)RAN AKHLAI(MtJLIA
( TELAAH TERHADAP KITAB ADAB AL-DUNYA WA AL·DIN )
SKRIPSI
Diajnkan Kepada Falmltas Tarbiyah
Untnk Memennhi Syarat-syamt
Mencapai Gelar Sat:jana
Tarbiyah
Oleh:
Muhamad Nul'
NIM : 1951111473
Di Bawah Bimbingan :
Drs. H. AM. Rahmau Ghazaly, M. Ag
NIP: 150063509
.Jurnsan Pendidikall f\.glUllta
Universitas Islam Negeri (UIN)
Syal'ifIIidayatnllah Jakarta
1423 II 12002 M ! .
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi yang beljudul "KONSEP PENDlDlKAN AKHLAK AL-MAWARDl
DAN RELEVANSINYA TERHADAP PEMBENTUKAN AKHLAK MULIA
( TELAAH TERHADAP KlTAB ADAB AL-DUNYA WA AL-DiN ) ini tel"h
diujikan dalam sidang munaqasah Fakultas Tarbiyah UIN "Syarif Hidayatullah il
Jakarta pada tanggal27 Juni 2002. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syart<l-
untuk memperoleh gelar Smjana Progranl Strata Satu ( SI ) pada jurusan Pendidikilll
Agama Islam.
Jakmta, 27 Juni 20C
Sidang Munaqasah
Dekan /
gkap Anggota
(\
...Pro·1'-.-A1---l'i. Sahtlan Harun
NIP : 15006i~68
Penguji I
Akhmad Sodiq, M.Ag
NIP: 150289321
Pembantu Dekan III /
~rs. H. Atiq Susilo, MA
NIP: 150182900
Anggota
Penguji II
/dJc}~~-Drs. J-I. Abd Rahman Ghazaly, M.A
NIP: 150063509
KATAPENGANTAR
~yluJ?)I~\~
Alhamdulillah puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena
dengan tallfik dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi inL Shalawat
dan salam penlllis sampaikan kepada Nabi Muhammad SAW, para sahabatnya,
keluarga dan umatnya.
Dalam penyusunan skripsi ini penulis banyak menemukan rintangan dan
hambatan, tetapi berkat bimbingan dan dorongan dari Sel1l11a pihak, rintangan dan
hambatan tersebllt dapat diselesaikan dengan baik. Untllk itu penulis mengucapkan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
I. Bapak Prof Dr. H. Salman Hamn, Dekan Fakultas Tarbiyah UIN Syarif
Hidayatllllah Jakarta.
2. Bapak Drs. Abdul Fatah Wibisono, M. Ag, Ketua Jurllsan Pendidikan Agama
DIN SyarifHidayatullah Jakarta.
3. Bapak Drs. H. Abd. Rahman Ghazaly, M. Ag, selaku pembimbing dalam
menyelesaikan skripsi inL
4. Bapak Prof. Dr. H. Moh. Ardani, MA, selaku penasehat akademik.
5. Pimpinan dan staf perpllstakaan UIN Syarif Hidayatu]]ah Jakarta yang telah
memberikan keleluasaan untuk mengulTIpulkan data atau informasi dalam
penyusunan skripsi ini.
6. Semlla dosen yang telah memberikan tllntunan serta ilmu-ilmunya yang tiada
terhingga.
7. Ayah dan Bunda serta saudara-saudaraku tercinta karena atas do'a restu mereka
penulis berhasill11enyusun skripsi ini.
8. Sel11ua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatunya. yang telah bariyak
berjasa dalal11 l11e111bantu 111enyelesaikan skripsi ini.
Akhir kata penulis 111engucapkan, "Se111oga bantuan dan bimbingan dari
se111ua pihak diteri111a dan diberikan balasan pahala yang berlipat ganda oleh Allah
SWT ". Amin.
Jakarta, 27 April 2002
Penulis
DAFTARISI
KATA PENGANTAR iv
DAFTAR lSI vi
BABI
BAB II
PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang Masalah _ 1
B. Alasan Pemilihan Judul 3
C. Perumusan Masalah 3
D. Tujuan dan Manfaat Pembahasan 3
E. Metode Pel11bahasan .4
F. Sistematika Penulisan 4
PERAN PENDIDIKAN DALAM PEMBENTUKAN AKHLAK
MULIA 6
A. Peran Pendidikan 6
1. Hakikat pendidikan 6
2. KOl11ponen Pendidikan , 8
3. Fungsi Pendidikan , ".,,,,,,,,,,,.,,.,,, _,,,.,,,, "."".".""""". 13
B. Akhlak dan Aspek-aspeknya .""""".""""".".".""."."".".""""""." 17
1, Hakikat Akhlak """""."".""."."" , "" .. """.. ,,,, 17
2. Sumber Akhlak"""""."".""""" .. "".""""."".""" .. """,,,,,.,,,,,,,,, 19
3. Aspek-aspek Akhlak, ..... ,., .... ,., ,.' ,., .. ,.' ,."., " ,.... " ,.. "." .... ".,.,."."., 2 I
4, Pel11bagian Akhlak .. " """."" ... """""." ... "" .. """"".""""""""'" 22
5. Fungsi Akhlak Mulia 26
BAB III KRONOLOGI KEHlDUPAN AL-MAWARDf.. 27
A. Riwayat Hidup AI-Mawardi 27
B. Karya-karya AI-Mawardi 29
BAB IV KONSEP PENDIDIKAN AKHLAK AL-MAWARDI DALAM
KITABNYA ADAB AL-DUNYA WA AL-DlN 33
A. Sistematika Kitab Adab al-Dunya Wa aI-Din 33
B. Gambaran Umum KitabAdab al-Dunya Wa aI-Din 35
C. Konsep Pendidikan AkhIak al-Mawardi .42
D. Upaya-upaya Pembentukan Akhlak Mulia 46
BAB V PENUTUP , 50
A. Kesimpu1an , 50
B. Saran 51
DAFTAR PUSTAKA 53
BABI
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan Islam merupakan konsep yang dinamis dan terus mengalami
perkembangan dari waktl! ke waktu. Konsepsi pendidikan Islam tidak terlepas dari
pengaruh kondisi sosial, budaya, ekonomi, dan politik masyarakat. Namun demikian,
konsepsi pendidikan Islam memiliki dasar-dasal' yang pokok, salah satunya adalah
akhlak.
Urgensi akhlak tidak saja dirasakan oleh mal1l!sia dalam kehidupan
pel'seorangan, tetapi juga dalam kehidupan bel'kelual'ga dan bermasyarakat. Lebih
jauh lagi akhlak merupakan pembeda yang jelas antara manusia dengan hewan.
Dengan pengertian bahwa tanpa modal akhlak manusia akan kehilangan derajat
kemanusiaanya sebagai makhluk yang paling mulia, dan hal ini membawa akibat
sangat fatal. Manusia akan lebih jahat dan lebih buas dari binatang yang terbuas.
Oleh karena itu, Ahmad Syauqi Bey mengungkapkan akibat dekadensi moral
terhadap kelangsungan hidup suatu bangsa seperti dalam syairnya :
Artinya : "Sesungguhnya kekalnya suatu bangsa adalah selama akhlaknya kekal(mel'eka masih memiliki akhlak yang balk), tetapi jika aldllaknya sudah lenyap,
maka musnah pulalah bangsa itu". I
Kemajuan sains dan teknologi sekarang ini - tanpa menafikan hal-hal yang
berl11anfaat dan yang positif - telah menil11bulkan akses yang berbahaya yang tidak
bisa dipandang sebelah mata bagi kelangsungan ekosistel11 kemanusiaan. Oi dalam
masyarakat sekarang yang semakin berubah dan berkel11bang telah terjadi pergeseran
dan perubahan dalal11 cara, pola pikir dan pandang hidup. Wibawa agama sel11akin
kurus dan peranannya secara perlahan tapi pasti digantikan oleh akal dan semakin
terasa bahwa agama hanya menjadi konsep legitil11asi bagi akaI, kalaulah tidak
dianggap sebagai penghambat kemajuan. Tradisi-tradisi, nilai-nilai, dan norma-
norma moral yang dahulu dipandang sakral kini tidak lagi demikian adanya, bahkan
digantikan oleh sesuatu yang ban!. Tegasnya bahwa perkembangan dan kemajuan
zaman saat ini, perubahan dan pergeseran yang teljadi di dalam masyarakat telah
menciptakan situasi kehidupan yang gersang spiritualitas dan moral.
Penyimpangan dan dekadensi akhlak yang terjadi pada kebanyakan manusia
itu disebabkan mereka tumbuh dan berkembang dalam atmosfir pendidikan yang
buruk. Kebutuhan terhadap pendidikan akhlak mengharuskan seorang pendidik
mel,jauhkan anak didiknya dari perbuatan-perbuatan yang buruk dan tercela. 2•
AI-Mawardi sebagai salah satu tokoh muslim yang pemikirannya Iebih
banyak dicurahkan kepada persoalan politik, ternyata juga memiliki konsep dan
1 Rahardl Abdul Fatah dem Sudarsono, llml/ dan Teknologi Dalam islam, (Jakarta: Rinekaelpta, 1990). ceLke-], h.54
2 H<lsan hin Ali al-I Iijazy, Manhaj Tarbiyah Il;nu Qayyim, (.Jakarta : Plisiaka al-K:mtsar,20(JI). teLke-I, h. 207-20S
.3
pemikiran di bidang pendidikan akhlak.
Berdasarkan fenomena di atas, penulis bermaksud membahas sebuah judul
skripsi yang berkaitan dengan masalah tersebut, yaitu : "KONSEP PENDlDlKAN
AKHLAK AL-MAWARDI DAN RELEVANSINY A TERHADAP
PEMBENTUKAN AKHLAK MULIA ( TELAAH TERHADAP KITAB ADAB
AL-DUNYA WA AL-DIN )."
B. Alasan Pemilihan Judul
Ada beberapa hal yang telah memotivisir penulis untuk memilih judul skripsi
ini. Beberapa hal yang dimaksud itu antara lain adalah sebagai berikut :
I. Sebagai tokoh politik, ternyata al-Mawardi juga membahas masalah dalam
bidang pelldidikan dan penulis merasa tertarik ulltuk membahasllya.
2. Untuk mellgetahui seeara mendalam konsep pendidikan akhlak yang ditawarkan
oleh al-Mawardi dalam kitabnya Adab al-Dunya Wa ai-Din.
e. PCllImusan Masalah
Beberapa permasalahan inti dan melldasar yang akan dicoba ditelusuri, dikaji,
dan diearikan jawabannya melalui tulisan ini antara lain:
I. Apa saja yang termasuk ke dalam aspek-aspek akhlak menurut al-Mawardi.
7 Bagaimana konsep pendidikan akhlak AI-Mawardi.
3. Upaya-upaya apa saja yang dapat dilakukan untuk l11embentuk akhlak mlliia
mcnllrllt al-Mawardi.
D. TlIjllan (1)111 Manfaat Pembahasan
I, Untllk l11cngetahlli dan mengllngkap pel11ikiran akhlak al-Mawardi.
5
Bab pertama, pendahuluan, berisi latar belakang masalah, alasan pemilihan
judul, perumusan masalah, tujuan pembahasan, metode penulisan, dan
sistematika pembahasan.
Bab kedua, peran pendidikan dalam pembentukkan akhlak mulia, yang
mempakan kerangka teori berisi hakekat pendidikan, komponen pendidikan Islam,
dan fungsi pendidikan serta akhlak dan aspek-aspeknya bedsi hakekat akhlak,
sumber akhlak, aspek-aspek akhlak, pembagian akhlak dan fungsi akhlak muEa.
Bab ketiga, kronologi kehidupan al-Mawardi, berisi riwayat hidup al
Mawardi dan karya-karya al-Mawardi.
Bab keempat, konsep pendidikan akhlak al-Mawardi dalam kitabnya Adab
AI-Dunya Wa AI-Din, berisi sistematika kitab Adab AI-Dunya IYa AI-Din, gambaran
umum kitab Adab AI-Dunya Wa AI-Din, konsep pendidikan akhlak AI-Mawardi dan
upaya-upaya pembentukan akhlak mulia.
Bab kelima, berisi beberapa kesimpulan dalam bentuk uraian singkat sebagai
jawaban dari beberapa pertanyaan inti dan mendasar yang telah dilontarkan pada bab
pertama tulisan ini, dan diakhiri dengan beberapa saran penting sebagai follow up
dari penulisan skripsi ini.
BABIl
PERAN PENDIDIKAN DALAM PEMBENTlJKAN
AKHLAK MULIA
A. Peran Pendidikan
1. Hakikat pencliclikan
Kata "Pencliclikan" berasal clari kata cliclik yang cliberi awalan pe clan
akhiran an yang artinya memelihara clan memberi latiban mengenai akhlak clan
kecerclasan pikiran. 1
Para abli clalam merumllskan pengertian penclidikan berbecla-becla dalam
redaksional, namun pada ummllilya mempunyai arab dan wjuan yang sama.
Diantara rllmusan pengertian penclidikan clapat clikemllkakan sebagai berikut:
Menllrl1t H. M. Arifin, M.Ecl., "Pencliclikan aclalab usaba orang clewasa
secant saclar untuk membimbing dan mengembangkan kepribaclian serta
kemampuan dasar anak clidik baik clalam bentuk pencliclikan informal, formal, clan
non formal". 2
Menllrut Ahmacl D. Marimba, "Pendiclikan aclalah bimbingan atau
pimpinan secara saclar oleh si pencliclik terhadap perkembangan jasmani
1 \V.J.S. Purwadarminta, Kamus Urmon Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1984),h. 250
211M. Aril1n, Hubungan TImbo! Balik Pendidikan Agama di Lingkungan Sekolah danKe!uarga, (Jakarta: Bulan Bimang, 1978), eet. ke-4, 11.14
7
dan rohani si terdidik menuju terbentuknya kepribadian yang utama".3
Menurut Zahara Idris, "Pendidikan adalah serangkaian kegiatan
komunikasi yang bertujuan, antara manusia dewasa dengan si anak didik secara
tatap muka atau dengan menggunakan media dalam rangka memberikan bantuan
terhaclap perkembangan potensinya, clalam arti supaya clapat mengembangkan
potensi semaksimal mungkin, agar menjadi manusia clewasa yang bertanggung
. b~' 4Jawa.
Dari beberapa definisi di atas, mempunyai makna bahwa pendidikan
adalah suatu usaha yang dilakukan oleh orang dewasa secara sadar untuk
membina dan mengarahkan peserta didik supaya tumbuh dan berkembang baik
jasmani maupun rohaninya ke arah suatu tujuan yang dicita-citakan. Baik dalam
pendidikan keluarga (informal), pendidikan di sekolah (formal), maupun
pendidikan di masyarakat (non formal).
Sedangkan hakikat pendidikan menurut Ibnu Qayyim al-Jauziyah
mencakup dua makna, pertama, pencliclikan yang berkaitan dengan ilmu seorang
pendidik, yaitu sebuah pendidikan yang dilakukan oleh seorang pendidik
terhadap ilmunya agar ilmu tersebut menjadi sempurna dan menyatu clalam
dirinya disamping itu pula agar ilmu tersebut terus bertambah. Kedua, penclidikan
yang berkaitan dengan orang lain, yaitu kerja penclidikan yang dilakukan oleh
3 Ahmad D. Marimha, Penganlar FY/safal Pendidikan Is/am, (Bandwlg : PT AI-Ma'arit;1989). cet.ke-8, h.14
-, Zahma lclris, Dasar-dasar Kepribadian, (Banclnng : Angkam, 1982), h.1 0
8
seorang pendidik dalam mendidik ll1anusia dengan illl1U yang dimilikinya dan
dengan ketekunannya menyertai mereka agar ll1ereka ll1enguasai i1mu yang
diberikan kepadanya seeara bertahap.5
2. Komponen Pendidikan
Dalam melaksanakan pendidikan Agall1a, terdapat faktor pelldidikan yang
berperan menentukan berhasil atau tidaknya pendidikan Agall1a. Faktor-faktor
pendidikan Agama sama dengan faktor pendidikan pada umumnya.
Faktor-faktor tersebut ada lima maeam, dimanil faktor yang satu dengan
faklor yang lainnya mempunyai hubungan erat yang tidak bisa memisahkan dan
lerpisahkan. Kesemuanya merupakan satu kesatuan yang terintegrasi. Adapun
laklor-faktor pendidikan agama tersebut adalah :
l. Peserta didik
, Pendidik
3. Tujuan Pendidikan
4. Alal-alat Pendidikan
5. Milieu! Lingkungan
Agar lebih jelasnya, ll1aka kelima faktor tersebut di atas seeara ringkas
akan penulis jelaskan sebagai berikul :
a. Faktor Anak Didik
Peserla didik ll1erupakan salah satu faklor yang lennasuk dalall1
S Hasan bin Ali al-IHjazy, Manhqj Tarb(vah lbnu Qaxvim, (Jakarta: Pustaka AI-Kausar,
2001). w.ke-l.b.77
10
yang sama pentingnya dalam perkembangan pribadi anak"."
Dari ketiga aliran tersebut di atas, aliran Convergensi yang cukup terkenal
dan banyak dianu!.
b. Faletor Pendidik
Yang dimaksud dengan pendidik di sini adalah manusia dewasa serta
bertanggung jawab terhadap pembentukan pribadi anak yang sesuai dengan
ajaran Islam sehingga berguna bagi agama, nusa dan bangsa. Sebagaimana
dikemukakan oleh Prof Dr. Zakiah Daradjat :
Setiap guru, jangan lupa bahwa ia adalah unsu, terpenting dalampendidikan. Hari depan anak didik tergantung banyak kepada guru. Guru yangpandai, bijaksana, dan mempunyai keikhlasan dan sik8.p positif terhadappekeljaannya a1<an dapat membimbing anak-anak didik ke arah sikap yang positifterhadap pelajaran yang diberilcan kepadanya dan dapat menumbuhkan sikappositifyang diperlukan dalam hidupnya kemudian hari. 9
Dengan demikian sangatlah jelas bahwa pendidikan bertanggung jawab
dalam pembentukan pribadi peserta didiknya. Baik itu pendidik di lingkungan
keluarga (orang tua), pendidik di lingkungan sekolah (gmu), dan pendidik di
lingkungan masyarakat (alim ulama, para umara, pimpinan organisasi, dan lain-
lain).
c. Faktor Tujuan Pendidikan
Tujuan pendidikan merupakan arah yang hendak dicapai oleh pendidikan
itu. Begitupun dalam kegiatan dan pelaksanaan pendidikan agama mempunyai
8 /hid.
9 Zakial1 Daradjat, limu Jiwa Agama, (Jakarta: Bulan Bint,mg, 1976), 11.65
12
I). Alat pengajaran klasikal
Yaitu alat-alat pengajaran yang dipergunakan oleh guru bersama peserta
didik. Misalnya papan tulis, kapur tulis, tempat shalat dan sebagainya.
2). Alat Pengajaran Individual
Yaitu alat-alat yang dimiliki oleh masing-masing peserta didik dan guru.
Misalnya papan tulis, kapur tulis, tempat shalat dan sebagainya.
3). Alat Peraga
Yaitu alat-alat pengajaran yang berfungsi untuk mempetjelas ataupun
l11el11berikan gambaran yang konkrit tentang hal-hal yang diajarkannya. Misalnya
mengajarkan cara berwudlu, haji dan sebagainya, dengan memperlihatkan
gal11bar-gambar dengan maksud agar peserta didik mel11punyai gambaran yang
jelas dan terhindar dari verbalisme.
Kemudian dalam melaksanakan pengajaran agama dibutuhkan alat-alat
pendidikan yang langsung yaitu dengan menanamkan pengaruh yang positif
kepada peserta didik dengan ll1emberikan contoh teladan, memberikan nasehat,
dan perintah berbuat amal shaleh, melatih dan membiasakan suatu amalan dan
sebagainya.
Adapun alat pendidikan yang bersifat tidak langsung adalah pendidikan
yang bersifat kuratif Dengan ll1aksud agar peserta didik menyadari perbuatannya
yang salah dan berusaha untuk mell1perbaikinya. Yang termasuk pada alat ini
ialah pemberitahuan, teguran, peringatan, hukuman dan gaqjaran.
13
e. Faktor Lingkungan / Milieu
Lingkungan mempunyai peranan yang sangat penti ng terhadap berhasil
tidaknya pendidikan agama. Karena perkembangan jiwa peserta didik sangat
dipengaruhi oleh keadaan sekitar lingkungannya. Karena lingkungan dapat
memberikan pengaruh yang positif, juga dapat memberikan pengaruh yang
negatif.
Pengaruh lingkungan dapat dikatakan positif, apabila lingkungan itu dapat
memberikan motivasi dan rangsangan kepada anak didilc untuk melakukan
perbuatan baile. Misalnya anak sekolah mendapatkan pendidikan agama,
kemudian selain disekolahnya, anak tersebut mendapatkrm bimbingan agama dari
orang tuanya yang juga aktif melaksanakan ajaran agama. BiIa kondisi ini terjadi
demikian, maka jiwa keagamaan anak terus menerus terbina secara baile.
Sebaliknya pengaruh lingkungan bisa dikatakan negatif bila keadaan
sekitarnya tidak memberilcan pengaruh yang baik kepada anak. Misalnya di
sekolah peserta didik mendapat pendidikan agama, tetapi keluarga dan
masyarakatnya tidak mendukung, acuh tak acuh dan tidak aktif terhadap
pendidikan agama. Bila keadaan ini tetjadi, perkembangan dan pertumbuhan
keagamaan pada diri anak akan terhambat dan terganggu.
3. Fungsi Pendidikan
Fungsi pendidikan seyogyanya diarahkan kepada terciptanya manusia
yang bennental membangun, memiliki ketrampilan, berilmu pengetahuan serta
memiliki akhlak yang luhur.
14
Fungsi pendidikan menurut Prof. Dr. Hasan Langgulung :
Menyiapkan generasi muda untuk memegang peranan tertentu dalammasyarakat pada masa yang akan datang, dapat memindahkan iJmupengetahuan dari generasi tua pada generasi mucla, dapat memindahkan nilainilai yang bertujuan untuk memeJihara kesatuan dan keutuhan masyarakatyang menjadi syarat mutlak bagi kelanjutan hidup suatu masyarakat.12
Fungsi pendidikan yang dikemukakan oleh Prof. Dr. Hasan Langgulung
seperti tersebut di atas, adalah fungsi pendidikan secm'a umum. Yaitu bahwa
pendidikan itu hams mengm'ahkan dan menciptakan generasi muda sebagai
estal'et dari generasi sebelumnya. Caranya dengan rnentransfer ilmu pengetahuan
dan nilai-niJai dari generasi tua sehingga dapat menjamin kelangsungan
masyarakat.
Adapun fungsi pendidikan agama adalah sebagaimana dikemukakan oleh
Prof H, M. Arifin :
Fungsi pendidikan agama adalah untuk membentuk manusiapembangunan yang bertagwa kepada Allah SWT yang memiJiki i1mupengetahuan, ketrampilan, kemampuan mengembangkan diri (individualitas),bermasyarakat (sosiaJitas) serta kemampuan untuk bertingkahlakuberdasarkan norma-norma susila menurut agama Isla111. 13
Dari gambaran di atas dapatlah dipahal11i, bahwa pendidikan agama
berfungsi sebagai pembentuk manusia pembangunan yang bertagwa kepada Allah
SWT, l11empunyai i1mu pengetahuan, ketral11pilan clan mal11pu bertingkah laku
berdasarkan norma-norma yang diajarkan oleh agama Islam. Itu semua dapat
11 Hasan UmggllIllng, Beberapa Pelllikiran Ten/ang Pendidikan /',Ialll. (Handung : AIMa'aril; 1980) eel. ke-I, 11.19
B II. I'vI. ArUin, ffubungan Timbal Balik Pendidikan Agama di Lin,gkungan Sekolah danKelnarga, Op. Cit,. h,I 8
15
tercipta bila manusia konsekwen terhadap agamanya, mentaati Allah dan Rasul-
Nya. Sebagaimana Firman Allah SWT :
Artinya : "Dan taatilah Allah dan Rasul-Nya, dim janganlah kamu berbantahbantah (yang menyebabkan ) kamu menjadi gentar dan hilang kekuatan kall1udan bersabarlah, sesungguhnya Allah beserta orang yang sabar".14
Sebaliknya bila agama sudah tidak berfungsi karena tielak e1ifungsikan
oleh manusia, maka akan nall1pak kerusakan di bumi yang paela e1asarnya
l11erugikan ll1anusia itu sendiri. Finnan Allah SWT berbunyi :
Artinya : "Telah nall1pak kerusakan eli e1m'at dan eli laut disebabkan karenaperbuatan tangan l11anusia, supaya Allah merasakaJll kepaela mereka sebagian e1ari(akibat) perbuatan mereka agm' mereka kel11bali (ke jalan yang benar)".15
Berbicara tentaJllg tujuaJll penelidikan, akan tergantung kepaela kemauan
penelieliknya. Mau kemana anak itu dibentuk elan kepribaelian yang bagaimana
yang akan e1iarahkan. Kalau oraJllg tUaJllya muslim, maka suelah bm'ang tentu aJIlak-
anaknya e1ididik secara Islami supaya berkepribadiaJll yang Islami. Sebaliknya bila
orang tUaJllya non Islami l11aka mlak-aJIlaknya akan e1iarahkan sesuai e1engan
14 Dcparlcmcn Agama RI, Op Cit., 11.268
15 Ibid.. 11.647
16
falsafah atau kepercayaannya.
Dengan demikian dalam pembentukan kepribadian anak orang tua ikut
andil dan ikut menentukan. Untuk itu bila harapan orang tua supaya anaknya
berkepribadian muslim, maka sebagai syarat awal dan mutlale orang tua
(keluarganya) haws pula berkepribadian muslim. [(arena orang tua merupakan
orang yang pertama leali dikenal oleh anak dan sebagai sentral percontohan.
Pendidikan agama tidaklah bertujuan mengejar dan mencari materi,
pangkat dan kelllewahan. Tetapi dengan pendidikan agallla, mengarahkan supaya
peserta didik tUlllbuh clan selalu llleningkat keilllanannya kepada Allah SWT. Hal
ini sebagaimana dikemukalean oleh al-Ghazali, "Tujuan pendidilean adalah
menclekatkan diri kepada Allah, bukan pangk8t clan berlllegahan dengan
law8n".16 Lebih lengkap dan lebih jelas, Prof Dr. M. Atbiyab AI-Abrasyi
mengemukakan bahwa :
Tujuan utama dari pendiclikan Islam ialah pembentukan akhlak dan budipekerti yang sanggup 1l1enghasilkan orang-orang yang bennoral, lald-lakimaupun perempuan, jiwa yang bersib, ke1l1auan keras, eita-Gita yang besar danakhlak yang tinggi, tahu arti kewajiban dan pelaksanaannya. menghormati bakbak manusia, tabu me1l1bedakan buruk dengan baik, me1l1ilih lmatu fadilah karenacinta faclilah, menghindari suatu perbuatan yang tereela, dan mengingat Tuhanc1alam setiap pekeljaan yang mereka lakukan. 17
Dari gambaran dan penjelasan seperti tersebut di atas" dapatlah dipahami
bahwa tujuan pendidikan agama Islam adaIab untuk 1l1embentuk kepribadian
16 Athiyah AI-Abrasyi. Dasar-dasar Pokok Pendidikan Islam, (Jakarta Bulan BinttU1g.1984), eet. ke-S, h.2
17 Ibid, h.103
17
muslim berupa penyerahan diri sepenuhnya kepada Allah dengan mengeljakan
segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Dengan kata lain
membentuk warga masyarakat yang mengabdi sepenuhnya kepada Allah SWT,
berbudi luhur dan berakhlak mulia berdasarkan ajaran Islam. Hal ini sesuai
dengan perintah Allah yang termaktub dalam AI-Qur'an :
Artinya : "Dan AIm tidak menciptakan jin danmanusia melainkan supaya merekamenyembah-Ku".18
B. Akhlak dan Aspek-aspeknya
I. Hakikat Akhlak
Menurut etimologi, kata akhlak berasal dari bahasa Arab yang merupakan
bentuk jamak dad kata khuluk yang berarti budi pekerti.]O Purwadarminta daIam
Kamus Bahasa Indonesia, menyatakan bahwa akhlak adalah budi pekerti, watak,
labiaL"" Sedangkan dalam Ensiklopedi lslam, akhlak berarti tabiat, perangai, adat
kebiasaan. 2]
Adapun pengertian akhIak menurut istiIah teIah banyak dikemukakan oIeh
para ahli ilmu, diantaranya sebagai berikut :
Tbnu Miskawaih mendefinisikan akhIak :
IS Departcmen Agml1a RI, Op. Cit., h.862
19 H. Rahmat Jatnika. S'islem btika islami, (Jakarta; Pllslaka Islam, 1987), h.25
20 W. J. S. Purwadarminta, Op. Cit., h.25
21 Departemcn Agmna RI, Akhiok. Ensiklopedi Islam, (Jakarta: CV Anda Ulama, 1993),Edisi I, h. I04
18
"Akhiak adalah keadaan jiwa yang mendorong terhadap perbuatan-perbuatannyatanpa pemikiran dan pertimbangan".22
Menurut Prof Dr. Ahmad Amin, dalam bukunya "E:tika (Hmu Akhlak)",
mengemukakan bahwa akhiak adalah kebiasaan kehendak (adat al-iradah).
Akhlak juga berarti berkuasanya suatu kecenderungan manusia atas
kecenderungan-kecenderungan lain di dalam dirinya dan berlangsung secara terus
menerus. MaIm seseorang yang cendenmg melakukan sua tu perbuatan seCat'a
berulang-ulang dan terus menerus, itulah akhiak. 23
Muhyi aI-Din ibn aI-Arabi, sebagaimana dikutip oleh Manshur Ali Rajab,
mendeJinisikan akhlak sebagai keadaan jiwa yang dengannya manusia
melakukan perbuatan-perbuatannya tanpa dipikir dan dipilih. 24
Sejalan dengan pengertian-pengenian tersebut eli atas, al-Ghazali
mengemukakan bahwa akhlak adalah ungkapan tentang suatu keadaan yang tetap
di dalam jiwa, yang darinya muncul perbuatan-perbuatan dengan mudah, tanpa
membutuhkan pemikiran dan penelitian. Apabila dari keadaan ini muncul
perbuatan-perbuatan baik dan terpuji menurut akal dan syariat, maka keadaan ini
22 AI-Gllil7l11i. Ihya UlWIl ai-Dill, (Beirut: Dar ai-Fib', t. t.), .lUI Ill, IJ.52
2,_ Ahmad Amin, Elika (llmu Akhlak), TCljcmahan PruJ: K. H. Farid Ma'I'll!; (Jakarta: BulanBintang, 1981l), h.62
24 Mnnshw' Ali Rajab, Ta'all/mulaal Falsq(al al-Ikhlash, (Mesi!' : Mmtabat aI-Anjllu, 1961),h.91l
I<J
dinamakan akhlak yang baik, dan apabila yang muneul perbuatan-perbuatan
buruk, maka keadaan itu dinamakan akhlak yang buruk.25
Dari beberapa de11nisi di atas, dapat dikatakan ballWa hakikat akhlak
adalah tingkah laku yang muneul dad hasil perpaduan antara hati nurani, pikiran,
perasaan, bawaan, dan kebiasaan yang menyatu membentuk suatu kesatuan
tindak akhlak yang dihayati dalam kenyataan hidup sehari-hari. Dari tingkah laku
itu lahirlab perasaan moral yang terdapat di dalam diri manusia sebagai 11trah,
sehingga ia mampu membedakan antara yang baik dengan yang buruk.
.., Sumber Akhlak
Yang dimaksud dengan sumber akhlak adalah yang menjadi ukuran baik
dan buwk awu mulia dan tereela. Sebagaimana keseluruhan ajaran Islam, sumber
akhlak adalah AI-Qur'an dan sunnah, bukan akal pikiran atau pandangan
masyarakat sebagaimana pada konsep etika dan moral. Dan bukan pula karena
baik atau buwk dengan sendirinya sebagaimalla pandangan Mu'tazilah. 26
Dalam konsep akhlak, segala sesuatu itu dinilai baik atau buwk, terpuji
atau tereela, semata-mata karena syara' (AI-Qur'all dan sUl111ah) menilainya
demikian. Kenapa sifat sabar, syukur, pemaaf, pemurah, dan jujur misalnya
dinilai baik ? Tidak lain karena syara' menilai semua sifat itu baik. Begitu juga
sebaliknya, kenapa pemarah, tidak bersyukur, dendam, kikir, dan dusta dinilai
buruk ? Tidak lain karena syara' menilainya demikian.
25 al-Ghazali, Lac. Cit
26 Ahmad Amin, Dhuha ai-Islam, (Kairo : Maklabah al-Nahdhah. 197':), jilid III, h.47
21
kepada penilaian syara'. Semua keputusan syara' tidak akan bertentangan dengan
hati nurani manusia, bU'ena keduanya berasal dari sumber yang sama yaitu Allah.
Demikian juga halnya dengan akal pikiran, ia hanyalah salah satu
kekuatan yang dimiliki manusia untuk mencari kebaikan a.tau keburukan. Dan
keputusannya bermula dari pengalaman empiris kemudian diolah menurut
kemampuan pengetahuannya. Oleh karena itu, keputusan yang diberikan akal
hanya bersifat spekulatif dan subyektif:29
3. Aspek-aspek Akhlak
Yang dimaksud dengan aspek-aspek akhlak adalah hal-hal yang termasuk
ke dalam (inclusive) akhlak, dapat juga disebut isi alau pokok-pokok yang
menjadikan akhlak.
Adapun yang termasuk aspek-aspek akhlak ada ernpat, yaitu kearifan
(hikmah), keberanian, penahanan nafsu (iffah), dan keaclilan atau keseimbangan
(dalam ketiga pokok lersebut).'"
Yang dimaksucl dengan hikmah adalah keadaan jiwa seseorang yang
c1engannya ia dapal membeclakan antara yang ben'll' dan yang salah c1alam seliap
perbuatan.
Adapun yang c1imaksud dengan keadilan atau keseimbangan adalah
keadaan jiwa seseorang yang mampu membalasi gerak kedua kekuatan, yaitu
29 H. Ytmahnr lIyas, Le., MA., Kuliah Akhlak, (Yogyakarta: LPPI, 2002), eet. kc-5, h.35
30 AI-Gl1azati, AIengobati Penyaldt !Jati Membentuk Akhlak Mulia, Tcrjcmah Muhammad alBaglr, (B,mdwlg: Knrisma. 2001), ect. kc-9, 11.35
Berbuat adil mempakan hakekat ajaran Islam itu sendiri, karena Islam
berisikan ajaran yang menegakkan keadilan. Setiap ajaran [slam, misalnya, hal
ibadah, pergaulan bennasyarakat, dan tata tertib kehidupan keluarga, umat,
maupun negara, selalu didasarkan pada prinsip keadilan. Seorang pedagang hams
adil dalam beljual bell. Seorang gum hams adil dalam mengajar dan mendidik
muridnya. Orang tua hams adil kepada anak-anaknya.
Jujur
Seseorang dikatakan jujur kalau apa yang diucapkan dan dilakukannya
sesuai clengan pernyataan yang sebenarnya. Kejujuran akan membuahkan
tinclakan yang berfaedah bagi diri yang bersangkutan dan orang lain. Orang jujur
hatinya selalu terbuka untuk berbuat baik, sehingga dia akan memperoleh hasil
clan kcuntungan yang baik di dunia maupun di akhirat:'3
3. Sabar
Sabar mempunyai dua macam pengertian yang berbeda. Pertama, sabar
yang berarti lapang dada dan tabah menghadapi segala kasus, problematika,
musibah dan ujian yang menimpa diri sendiri. Kedua, mushabarah yang berarti
tabah dan teguh menghadapi persaingan daIam memperjuangkan suatu cita_cita. 34
4. Pemaaf
Pemaaf maksudnya ialah bahwa seseorang itu semestinya mempunyai hak
33 Ibid., h. t34
341bid,h.129
24
untuk mel11balas, l11engkishas, l11enuntut atau menagih dari seseorang yang
tertentu, tetapi hak yang dimiliki itu dilenyapkan sendiri dan dibuburkan
sekalipun sebenarnya ia kuasa untuk l11emperoleh haknya. Perbuatan ini
dilakukan bukan dengan sebab adanya paksaan dari orang lain, atau adanya
pertimbangan keuntungan atau tujuan lain yang tidak berd.asarkan keikhlasan,
akan tetapi semua yang dilakukannya ialah semata-mata mengharapkan keridhaan
Allah SWT, karena keikhlasan hatinya. 35
5. Dermawan
Kedermawanan adalah salah satu jalan bagi seseorang untuk dapat
mencapai kesejahteraan hidup dan peltlllnbuhannya lebih lanjut. Orang yang
menjadikan tangannya sebagai jalan pemberian Allah akan selah! mengulurkan
tangannya memberi pertolongan dari sebagian nikmat yang diterimanya kepada
orang lain yang sangat membutuhkannya.36
6. Amanah
Amanah adalah kepercayaan, orang haws menjaga dan berusaha sekuat-
kuatnya agar ia dapat l11elaksanakan tugas dan kewajiban yang dibebankan
kepadanya dengan sempurna dan baik Ia haws mencurahkan segenap tenaga dan
kemampuannya untuk memenuhi tugas sebaik-baiknya. 37
35 lmmn al-Ghazali, Ihya Ulum aI-Din, teljcmahan Moo. Abdai Rathomy, (Dandlmg : CVDiponegoro, 1983), jilid n, h. 628
36 Muhammad al-Ghazllli, Akhiak Seorang Muslim, teljemahan Abu Laila dml Muhammad'I1lOhir, (Dandung: PT AI-Ma'm'il; 1995), cet kc-1, h.233
}7 Ibid.. h.87
25
b. AI-Akhlak AI-Mazmumah
I. Berdusta
Kebohongan (dusta) adalah berita tentang sesuatu yang tidak sesuai
I 38dengan <enyataannya.
2. Pemarah
Pemarah adalah bentuk dari keinginan menyakiti harga diri orang lain
karena orang itu dianggap menyerang kehormatan clirinya atau merugikan
I . cl' . 19cepentmgan lrmya.·
3. Penclenclam
Makna clari clenclam aclalah bahwa hati itu merasa berat melaksanakannya
serta benei menghaclapinya. Denclam merupakan buah clari kemarahan:o
4. Kikir
Kikir yaitu enggan menclermakan atau membelanjakan harta sepatutnya.
Yang climaksucl clengan sepatutnya yaitu memenuhi kebutuhan pokok sehari-
hari."l
5. Khianat
Khianat aclalah berbuat melanggar jallji atau melallggar kesetiaall
kepacla seseorang. Khiallat juga clapat clikatakan berbuat bertentangan clengan
38 Imam al-Mawardi, Adab al-Dunya Wa ai-Din, (Beirut: Dar al-Fih, 1. 1.), h.253
38 M. '111alib, 50 Pedoman Mendidik Anak ]Vlenjadi Sholeh, Op. Cit.. h.205
40 Imam al-Ghanili. Op, Cit" h.l77
41 M. Tlllllib, Op. Cit" h.l77
26
I .. ·10(c.llI.llIran. ~
5. Fungsi Akhlak Mulia
Al-Qur'an dan al-Hadis banyak sekali membcri informasi tentang fungsi
atau manfaat dari akhlak yang mulia. Allah SWT bertlrman :
Artinya : "Barangsiapa yang mengeljakan amal saleh, baik laki-Iaki maupunperempuan dalam keadaan bedman, maIm sesungguhnya akan Kami bedkankepadanya kehidupan yang baik, dan sesungguhnya akan Kami bed balasankepada mereka dengan pahala yang lebih balk dari apa yang telah merekakeljakan".43
Ayat tersebut di atas jelas menggambarkan fungsi atau manfaat dari
akhlak yang mulia, dalam hal ini bedman dan beramal saleh. Mereka itll akan
memperoleh kehidupan yang baik, mendapatkan rezeki yang berlimpah ruah,
menclapatkan pahala yang berlipat ganda di akhirat dengan rnasllknya ke dalam
surga. Hal ini menggambarkan babwa fungsi dad akblak mulia itu adalah
keberuntungan hidup di dunia dan akhirat. 44
42 Ibid. h.192
43 Departemen Agmna RI, Op. Cil., h. 417
+, H Abuddin Nata. MA., AkhIak Tasawu!, (.Jakarta: PI' Raja Grajjndo Persada, 1997), eel.
ke·2, h. 171
BABm
KRONOLOGI KEHIDUPAN AL-MAWARDI
A. Riwayat Hidup AI-Mawardi
Nama lengkap al-Mawardi adalah Abu aI-Hasan Ali bin Muhammad bin
Habib al-Bashri al-Bagheladi al-Mawardi. Beliau dilahirkan pada tahun 364 H I
974 M, eli Bashrah. 1
Bashrah, tempat kelahirannya, merupakan salah satu pusat studi dan
pendidikan elunia Islam. Oi kota inilah ia pertama kali mendapat pendidikan dengan
mempelajari al-Qur'an elan hadis, dan khusus bidang haclis, dipelajarinya dar!
beberapa orang gurunya yang terkenal, seperti Hasan bin Ali Muhammad al-Jilli,
Muhammael bin al-Mu 'alia al-Azdi. Oalam bielang flqh dipeIajarinya dar! ulama
seperti Abi al-Asim al-Shaimiri dan kemudian melanjutkan studinya di Baghdad elan
bergul'U pada Abu Hamiel aI-lsflrayani. 2 OaIam kitab-kitab yang menceritakan
biograli al-Mawardi tidak elisebutkan seIain al-Qur'an, I-lacEs dan Fiqh yang
dipelajarinya. Sebab, memang tiga ilmu inilah yang menjadi dasar bagi seseorang
elalam memasuki ilmu lainnya pada masa ini. Setelah menyelesaikan penelielikannya
di Bashrah dan Baghdad dia menjadi seorang guru. J Lama kelamaan diapun terkenal
di Baghdad dan juga dikenal oleh penguasa Bani Abbas ketika !tu elan menjaeli salah
seorang pejabat kekhalifahan Bani Abbasyiah.
1 C.E. Bosworth, et. AI., lXncyclopedla Oj1s101ll, (Leidcn: E. J. Brill, 1991), voLV1, h.267
2 H. Khan Serwani, Studies in AIus'!im Political 'l7umghl in /[dminislratioll. (Lahore: Sh.Muhammad Ashraf; 1945), h.l 07
) C.E. Bosworth, et. AI., Loc, Cit
29
jabatan khalililh dapat diisi oleh orang yang bukan dari Arab dan tidak dari suku
Quraisy. Tuntutan itu di tolak oleh golongan lain, khususnya orang-orang Arab yang
masih mempertahankan kursi khalifah hams dipegang oleh suku Quraisy dan jabatan
wazir Tafwidh hams berkebangsaan Arab dan beragama Islam. AI-Mawardi
merupakan pendukung kelompok ini. 5
Berdasarkan inlormasi tersebut terlihat bahwa aI- Mawardi hidup pada masa
kejayaan Islam, yaitu pada masa di mana illllU pengetahuan yang dikembangkan
umat Islam lllengalami puncak kejayaannya. Dari keadaan demikian tidaklah
mengherankan jika al-Mawardi tumbuh sebagai pelllikir Islam yang ahli dalam
bidang fiqh dan sastrawan disamping sebagai politikus yang handa!. (,
AI-Mawardi wafat di Baghdad pada hari selasa akhir bulan Rabi'ul Awwal
tahun 450 If I 1058 M, dikuburkan di pemakaman Bab Harb pada usia delapan puluh
enam tahun. Jenazahnya di shalatkan oleh Khathib ai-Baghdadi pada lllasanya. 7
B. Karya-karya Al-Mawardi
AI-Mawardi telah meninggalkan beberapa buku yang ia karang, buku-buku
biografi lelah menyebutkan bahwa ia telah mengarang dua belas buku karangannya,
dan bisa jadi lebih dari itu. Sebagian besar buku-buku itu telah dicetak, sementara
sebagian lain masih berbentuk tulisan tangan, dan sebagian lagi telah hilang.
Sebagian buku-buku karangannya membahas seputar masalah sosial dan politik
:; Ibid
(, Khairuddin al-Z.ekery, AI-A 'lam, (Beirut: Dar al-Ilm Li Malayin, L L), jilicllV, h.327
7 AI-Mawardi, AI-Ahkam al-S1ndlhaniyyah, TerjemalJan Faclhli l3alJri, Le., (Jakarta: Dm'ulFalah, 2(00), ccLke-l, h.xxxii
30
selain buku tal'sirnya. x
Menurut catatan sejarah, bahwa al-Mawardi memiliki karya ilmiah tidak
kurang dari 12 judul yang secara keseluruhan dapat dibagi ke dalam tiga kelompok
pengetahuan.9
Perlama, kelompok pengetahuan agama. Yang termasuk ke dalam kelompok
pengetahuan agama ini antara lain kitab' tal'sir berjudnl An-Nlikal Wa al-UYlln. Buku
ini menmut catatan sejarah belum pernah diterbitkan. Naskah buku ini masih
tersimpan pada perpustakaan College 'Ali di Konstantiniyah dan perpustakaan
Kubaryali dan Rampur di India. Selanjutnya buku beljudul AI-Hawy ai-Kahil', yaitu
buku fiqh dalam mazhab Syafi'i yang memuat 4000 halaman dan disusun dalam 20
bagian. Menurut inl'ormasi, buku ini sedang dikumpulkan naskahnya yang tersebar di
berbagai negara Arab untuk dipublikasikan. Masih dalam bidang pengetahuan
agama, tercatat kitab al-Iqra' yang berisi ringkasan dari kitab al-Hawy dan ditulis
dalam 40 halaman. Kemudian kitab Adab al-Qadhi yang n;lskahnya berada di
perpustakaan Sulaimaniyah di Konstantiniyah, dan kitab A 'lam al-NlIbllwwah yang
naskahnya masih tersimpan di Dar al-Kutab al-Misriyah.
Kedua, kelompok pengetahuan tentang politik dan ketatanegaraan. Buku
yang termasuk ke dalam kelompok pengetahuan tentang politik dan ketatanegaraan
ini adalah AI-Ahkam al-Sulthaniyah, Nasihat al-Muluk, Tashil ai-Nazar wa Ta'iil al-
------------, AI-Mawardi, Adab al-D/lnya Wa ai-Din, (Beirut: Dar al-Fikr, Lt.), h.l
9 II Abuddin Nata, MA, Pemikiran Para Tokoh Pendidikan 1I-Ial11 (Se!'i Kajian FilsafatPendidikan Islam), (Jakarta: JYr Raja Grafiudo Pcrsada, 2000), eet. Ke-I, h.47-49
31
Zalar, dan Quwanin al-Wizarah wa al-Siasat ai-Malik. Kitab AI-Ahkam al
Sulthaniyah termasuk karya al-Mawardi yang populer di kalangan dunia Islam. Buku
ini berisi tentang pokok-pokok pil(h'an mengenai ketatanegaraan seperti tentang
jabatan khalifah dan syarat-syarat bagi mereka yang bisa diangkat sebagai khalifah
dan para pembantunya baik pemerintahan pusat maupun daerah selia perangkat
perangkat ketatanegaraan lainnya. Buku ini telah diterbitkan di beberapa negara dan
di alih bahasakan. Sementara itu kitab Nasihat al-Muluk berisi nasehat-nasehat bagi
seorang pemimpin. Naskahnya masih tersimpan di Paris dan belum di terbitkan.
Sedangkan Tashil ai-Nazar wa Ta)il al-Zq/ar adalah sebuah buku yang bedsi
masalah politik dan ragam pemerintahan. Naskahnya masih tersimpan di Gutah
Oima. Selanjutnya kitab Qawanin al-Wizarah wa Siasat ai-Malik bedsi uraian
mengenai ketentuan kementrian dan politik raja. Naskah buku ini telah diterbitkan di
Mesir oleh penerbit Dar al-'Usur pada tahun 1929 dan telah diterjemahkan ke dalam
bahasa Jerman, Perancis dan Latin.
Kctiga, kelompok pengetahuan bidang akhlak. Yang rermasuk kelompok
bidang ini adalah kitab AI-Nahwu, AI-Awsat wa al-Hikam dan AI-Bughyah al-Ulyafi
Adah al-Dunya wa ai-Din. Buku al-Nahwu berisi uraian mengenai tata bahasa dan
sastra yang telah diteliti oleh Yaqut al-Hamamy. Sedangkan kitab al-Ausat wa al
Hikam berisikan 300 buah hadis, 300 hikmah, dan 300 Syair. Naskahnya masih
tersimpan di Leiden, Belanda. Sementara itu kitab al-Bughyah al-Ufya fi Adah al
Dllllya wa ai-Din merupakan kitab yang amat populer hingga sekarang dan dikenal
sebagai kitab Adab al-Dunya wa ai-Din.
32
Kitab Adab al-Dunya wa aI-Dill elinilai sebagai bukll yang amat bermanJnat.
Buku ini pernah elitetapkan oleh Kementrian Penelielikan eli Mesh, sebagai buku
pegangan eli sekolah Tsanawiyah selama lebih elari 30 lahun. Selain eli Mesir, buku
ini eliterbitkan pula beberapa kali eli Eropa. Sementara itu, seorang ulama Turki
bernamu Hawais Wafa ibn Muhammad ibn I-lammad ibn Khalil ibn Dawllel al
Arzanjany pernah mensyarahkan bukll ini diterbitkan pada tahun 1328 M.
BABIV
KONSEP PENDlDlKAN AKHLAK AL-MAWARm DALAM
KITABNYAADABAL-DUNYA WAAL-DilN
A. Sistematilm Kitab Adab al-Dunya Wa ai-Din
Bab pertama, tentang keutal11aan aka1. Bab ini tidak terlepas dad teori-teori
filsafat hmo, yang l11enerangkan tentang pentingnya peranan akal dalam kehidupan
l11anusia. Akal l11ernpakan tanda adanya keutal11aan-keutal11aan pada did manusia,
hal ini bisa teljadi karena satu di antara dua kemungkinan, yaitu karena tabi' at
(alami) ataupun karena diperoleh dengan suatu usaha. Kemudian dalam bab ini ia
mel11bandingkan antara akal dengan hawa nafsu, serta antara hawa nafsu dengan
syahwat.
Bab kedua, tentang etika ilmu. Bab ini menjelaskan temang kemuliaan ilmn
dan keutamaannya. Lalu ia menjelaskan dncian tentang sesuatu yang dapat
mendukung seseorang dalam l11emahami dan l11empelajari ilmu, diawali dengan
l11enyebutkan scbab-sebab rendahnya kemauan dalam menuntut ilmu, yang akan
melahirkan sebab-sebab barn yang menghambat manusia dalam l11emahami ill11u
yang hendak diketahui, kemudian bab ini diakhiri dengan merinci tentang etika
seseorang yang sedang menuntut ilmu dan tentang moral para ulal11a.
Bab ketiga, tentang etuca dalam beragama. Oalam bab ini al-Mawardi
berbicara tentang hikmah dad adanya tugas yang dibebankan oleh agal11a pada
manusia serta landasan dalam melaksanakan tugas itu, juga ia berbicara tentang
ijtihacl serta pokok-pokok agama, kemudian tentang hikmah yang terdapat dalam
34
shalat, puasa, zakat clan haji, juga berbieara tentang manusia dalam melaksanakan
ketaatan dan menjauhi maksiat, serta keaclaan manusia clalam melaksanakan tugas
yang clibebankan kepaclanya, kemuclian clitutup clengan mengajak untuk mengambil
pelajaran clari mereka yang telah tertipu oleh kehiclupan cluniawi, bahwa kehiclupan
dunia akan cepat binasa, Untuk itu manusia harus melatih clirinya dalam
meninggalkan kenikmatan duniawL
Bab keempat, tentang etika dalam kehidupan dunia, Bab ini diawali dengan
pernyataan bahwa manusia tidak akan terlepas clari pengaruh kehidupan diseldtarnya,
berdasarkan pacla lingkungan sekitarnyalah ia mendapatkan bagian dari dunia in]'
Ada beberapa kaedah umum yang dengan semua kaedah itu akan memberi dampak
baik pacla keaclaan kehiclupan dunia berupa agama, pemerintahan, keadilan,
keamanan, kesuburan dan harapan, Juga terdapat kaedah-kaeclah umum yang
dengannya akan memberi dampak baik pada kehidupan manusia meliputi jiwa yang
rapuh, kasih sayang yang universal serta materi yang cukup, Dalam bab ini juga di
bahas tentang persauclaraan dan kasih sayang, perbuatan baik serta macam
macamnya, dan pasal inilah yang paling menarik, karena pada pasal ini al-Mawardi
memotivasi manusia untuk bekelja, ia membagi kelja itu menjadi empat bagian,
yaitu pertanian, pengkaryaan, perniagaan, clan kepemimpinan. Pengkaryaan itu acla
tiga macam, yaitu karya dan pikiran, karya dan tenaga (beke~ia), dan karya yang
memadukan antara tenaga dan pikiran.
Bab kelima, tentang etika pribadi. Bab ini membahas tentang pendidikan
agama Islam berdasarkan pacla al-Qur'an clan hadis. Etil,a adalah sesuatu yang
35
penting dan suatu keharusan bagi manusia, etika ini terdiri dari dua bagian, bagian
pertama terdiri dari enam pasaI, yaitu pertama tentang menjauhlmn diri dari sombong
dan takabur, kedua tentang akhlak yang baik, ketiga tentang malu, keempat tentang
sikap sopan santun dan marah, kelima tentang kejnjuran dan dusta, keenam tentang
deugki dan berlomba.
Pada bagian kedua terdiri dari delapan pasaI, yaitu pertama tentang berbicara
dan diam, kedua tentang bersabar dan sedih, ketiga tentang bermusyawarah, keempat
tentang ll1enyimpan rahasia, kelill1a tentang bergurau dan tertawa, keenall1 tentang
bertenung (sihir), ketujuh tentang kemanusiaan, dan kedelapan tentang etika-etika
umum dalal11 hal makan, l11inum, berpakaian, introspeksi diri, dan sebagainya. Bab
ini merupakan gambaran tentang kemurnian Islam yang sangat tinggi.
B. Gamhanm lJmum Kitah Adah al-Dunya Wa ai-Din
I. Keistil11ewaan Akal
Pembahasan ini diawali dengan pandangan tentang keistimewaan akal
yang ll1erupakan dasar bagi semua kebaikan sekaligus arus utama kewajiban
agall1a (taklif). Untuk menggambarkan pentingnya akaI, ia ll1embagi kewajiban
ke dalam : (a) apa yang diperintahkan akal sebagai suatu keharusan dan
dikonfirl11asikan oleh wahyu (al-Syari), dan (b) apa yang dipandang akal sebagai
hal yang l11urni diperbolehkan (jaiz), namun wahyu memerintahkannya sebagai
suatu kehamsan. Dinyatakan pula bahwa dasar kewajiban agama baginya hams
ditetapkan dengan memperhatikan kesesuaiannya dengan akal dalam berbagai hal
yang tidak bertentangan dengan wahyu, dan kesesuaian dengan wahyu di mana
37
benar. Akal perolehan tak dapat dilukiskan karena ia turnbuh dengan segala
manfaatnya, sejauh akal ini tidak dihambat oleh nafsu dan keinginan.
Demikianlah mengapa usia dan pengalaman dipuji-puji dalam literatur tenllasuk
puisi karena keduanya dapat mempertajam pengetabuan teoritis sekaligus
memperbalusnya...
Akal memang memiliki kedudukan yang sangat muIia, sekalipun
demikian bagi al-Mawardi akal adalah alat untuk memperoleh pengetahuan
praktis dan pengetahuan agama, tidak seperti Neo-Platonis IvlusIim, al-Farabi dan
Ibn Sina misalnya, bagi mereka akal melUpakan entitas ediduniawi "yang
berbubungan" dengan tujuan moral dan usaha intelektual manusia yang agung.s
Jadi banyaJe eabang ilmu yang diterangkan al-Qm'an, hadis dan para filsafat,
namlln yang tenmdia bagi al-Mawarcli adalah ilnlll-ilmu agarna. 6
Kemudian al-Mawardi menjelaskan, banyak orang yang aeuh terhadap
pengetahuan agama dan eenderung kepada "llmu-iImu rasional" dan mereka
memandangnya lebih superior daripada pengetahuan agama, baik berdasarkan
pandsngan bahwa karakter kewajiban-kewajiban agama lebih berat atau merasa
jijik pacla perilaku-perilaku dan ritual keagamaan. Akal sendiri membuktikan
bahwa agama tergantung pada keteratW'an hubungan manusia dan seringkali
agama mengekang pertumbuhan alami manusia karena permusuhan clan
4 Ali Ibn Muhammad al-Mawardi, Op. CiI., 11.8
5 Majid Fakhry, Op. CiI., 11.80
(, Ali Ihn IYfllhammad al-Mawardi, Op. Cit"j;>,;?J~
38
perselisihan yang ditimbulkannya, sehingga tampaknya tak dipertanyakan lagi
bahwa akaI adalah fondasi bagi agama. 7
Kebaikan utama yang dilahirkan oleh pengelahuan sejatj, l1lcnurut al
l'v1awardi adalah kemampuan untuk dapat menjaga diri sendiri dan menimbuIkan
kualitas pertahanan aka!. 8 LagipuIa orang yang berilmu akan menumbuhkan
kercndahan hati dan membuang kesombongan yang acapkali melahirkan
kecongkakan yang tidak berkesudahan. Ia tidak malu untuk mengakui
kebodohannya atau selalu mencari tambahan pengetahuan. Karena seperti yang
dikatakan orang-orang bijak (al-Mawardi merujuk kepada Socrates), "Saya tidak
l1lemiliki kebaikan apapun dalam hal pengetahuan kecuaii pengetahuan yang
tidak saya kelahui".9
Lebih jauh manusia yang memiliki pengetahuan sejati akan
l1lengkol1lbinasikan teori dengan praktek dan menahan diri menyiarkan apa yang
tidak ia lakukan. la tidak akan l1lenolak manfaat dari pengetahuan yang
dipelajarinya dan pengetahuan tersebut akan membimbing dirinya sendiri. Untuk
l1lemperoleh kemajuan yang besar tidak hanya diperIukan pemberian
pengetahuan kepada orang yang l1lempelajarinya, namun juga perlu menambah
dan memperdalam pengetahuan itu dari gurunya. 1O
"; Ibid. h.29
, Ibid, h.30
9 Ibid, h.67
10 Ibid, h.n
rnenjacli clua, merasa kecukupan clalarn berbagai hal clan berkehenclak baik serta
memberikan pertolongan terhaclap mereka yang membutuhkan bantuan. 13
4. Atllran-aturan Perilaku Incliviclu (Aclab al-Nafs)
Bagian ketiga clari karya al-Mawarcli Aclab al-Dunya Wa ai-Din
berhubungan clengan perilaku clan clapat clikatakan bahwa al-Mawarcli sangat
berminat clengan analisis mengenai kebaikan-kebaikan manusia, seperti
kerenclahan hati, sikap yang baik, keseclerhanaan, kontrol cliri, amanat, clan
terbebas clari iri hati, serta kebaikan-kebaikan sosial, seperti ucapan yang baik
clan menjaga rahasi<t, sabar clan tabah, memberi nasihat baik, clan menjaga
kepercayaan. Konsep kunci moral bagi al-Mawarcli adalah kemuliaan akhlak
yang merupakan konsep clasar clalam moralitas Arab yang muncu] sebelul11
periocle Islam. 14 Kemuliaan akhlak cliclefinisikan al..Mawarcii sebagai pemahaman
terhaclap suasana (perbuatan) sehingga jiwa berada clalam konclisi terbaik yang
memllngkinkan untuk ticlak memanifestasikan ras,l clenclam secara sengaja clan
tidak pula menjacli objek yang pantas cli hina. 15 Kebaikan-kebaikan yang berasal
clari kemuIiaan akhlak ini dibagi clalam dua kategori ; (a) yang berhubungan
clengan diri sendiri, clan (b) yang berkaitan dengan pihak lain. AI-Mawarcli
memberikan contoh kebaikan pertama adalah seperti kesederhanaan, menahan
naIsu, membimbing cliri sencliri. Seclangkan kebaikan keclua seperti penolongan
I) lbirl., 11.184
J'I ibid, 11.290
15 Ibid
44
tertutupi, mengingat nafsu selalu mcndorong kepada keinginan mendapatkan
kelezatan dan menyingkirkan setiap petunjuk. 19 Sebagaimana Allah SWT berfirman :
Artinya: "Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena sesungguhnyanafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat olehTuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengasih lagi Maha Penyayang".20
Senada dengan konsep pendidikan al-Mawardi, Prof Dr. H. Mahmud Yunus
dalam bukunya Sejarah Pendidikan Islam, menyatakan bahwa pendidikan akhlak
dapat dilakukan dengan dua jalan, yaitu :
1. Jalan pendorong dan motivasi, yaitu :
a. Contoh teladan dan ikutan yang baik bagi anak.
b. Lingkungan dan pergaulan anak-anak.
c. Memberi penghargaan kepada anak-anak yang berakhlak baik.
d. Memberi nasehat dengan lemah lembut.
e. Menarik hati anak-anak untuk berbuat bai1c
2. Jalan mencegah, meliputi :
a. Mengambil pelajaran dari orang lain yang tersebut dalam sejarah, cerita, atau
dalam kejadian sehari-hari.
b. Bermacam-macam hukuman, bila terpaksa oleh lceadaan, serta berhati-hati
19 AJ-Mawardi, Gp. Cit., 11.229
20 Departcmen Agama Pl, Gp. Cit., 11.35
46
dalam pribadl yang tldak dapat diplsahkan lagi.
D. Upaya-upaya Pembentulmn AldIlak Mulia
Akhlak adalah suatu sikap yang melekat pacla jlwa seseorang yang
melahirkan perbuatan-perbuatan yang berdasarkan keirnanan clan pilihannya baik dan
bumk, terpuji clan tercela.
Dengan demlklan akhlak te1'masuk suatu bidang lkhtlar manusla yang dapat
cllubah dari jahat menjacli balk clan clari balk menjacll jahal. Sebagaimana cliterangkan
dalam sabda Rasulullah :)J'-:;;" /'./ C....-J VJ ./
( V0 0:' "y\ 0 \.?)) '~' ("'., '\\: \,....:v..~v ,f:' . . ft).Jt·~..,/-
Artinya : "Perbaikilah akhlakmu". ( Riwayat Abu Bakar Ibn La'al).23
Perhatlan Islam yang clemikian terhadap pembentukan akhlak inl clapat pula
dari perhatlan Islam te1'hadap pembinaan jiwa yang harus cllutamakan daripacla
pemblnaan fislk, karena dari jiwa yang balk lnllah akan lahir perbuatan-perbuatan
balk yang pada tahap selanjutnya akan mempermudah menghasilkan kebaikan dan
kebahagiaan pacla seluruh kehidupan manusla. lahl1' dan batin. 24
Adapun upaya-upaya yang dapat dllakukan untuk membentuk akhlak al-
karimah pada cllri seseorang menuntt kesimpulan penulis berclasarkan anallsa
terhadap kitab Adab al-Dunya Wa ai-Din, yaitu :
I. Pengajaran (lnstmksional)
23 M;llUi Fathi Sa'id, Amal yang j)ibenci dan Dicinrai .dffal!, (Jakarta Gema lnsaniPress.199X), eel. ke-I, 11.518
~4 Muhammad al-GhazalL AkhIok ,)'eonmg Ailislim, te~iem(lh(lll [\/fuh. Rilh'i, (Semarang :\VicaksillH1.1993), eel. kc-4. 11.13
Dllnia pendidikan sangat besar sekali pengaruhnya terhadap perubahan
perilaku atau akhlak seseorang, sehingga sangat strategis jika dunia pendidikan
dijadikan pusat perubahan perilaku seseorang dari yang kurang baik diarahkan
menuju pada perilaku yang baik.
Untuk itu dibutuhkan unsur yang menllnjang usaha tersebut diantaranya
ada1ah:
Pel'lama, tenaga pendidik. Tenaga pendidik yang disiapkan hendaknya yang
mel11iliki kemampuan profesional dalam bidangnya, dan harus memberi wawasan
materi, l11engarahkan, membimbing anak didiknya kepada hal-hal yang baik. Dengan
penuh perhatian, u1et, tekun dan berusaha secara terus menerus, yang dilakukan
dengan pendekatan secara psikologis.
Akan tetapi yang terpenting da1am pemberian pendidikan akhlak ada1ah
pendidiknya harus terlebih dahulu menguasai dan melaksanakan apa-apa yang akan
dan te1ah disampaikan kepada orang lain. Pendidik harus terle bih dahu1u memiliki
akhlak al-karil11ah, karena bagaimanapun ia adalah penllntun dan contoh bagi anak
didiknya.
Kedua, materi pengajaran. Materi pengajaran yang disampaikan hendaknya
memberi motivasi kepada anak didik untuk bersikap dan bertindak yang baik dan
benar sesuai dengan akhlak Islam.
Kefiga, metodologi pengajaran. Hendaknya metodologi pengajaran yang
dipakai disesuaikan dengan kondisi anak didik, sehingga l11udah ditangkap dan
dipahami oleh mereka.
48
2. Pembiasaan
Kebiasaan adalah perbuatan yang diulang-ulang terns menems sehingga
mlldah dikeljakan oleh seseorang, seperti kebiasaan berjalan, berpakaian, berbicara,
berpidato, dan sebagainya. 25
Berkenaan dengan ini Imam al-Ghazali menyatakan bahwa kepribadian
manusia itu pada dasarnya dapat menerima segala usaba pembentukan melalui
pembiasaan. Jika manusia membiasakan berbllat jabat, maka ia akan menjadi orang
jahaL Jika seseorang menghendaki agar ia menjadi pemllrah, maka ia hams
membiasakan dirinya melakukan pekeljaan yang bersifat pemurah, sebingga murah
bati itu menjadi tabi' atnya yang mendarah daging?6
3. Pergallian
Pembentukan akhlak al-karimah juga dapat dilakukan dengan cara bergaul
dengan orang-orang yang berbudi luhur, karena pergalllan itu besar sekali
pengamhnya bagi perkembangan pemikiran. Hal ini disebabkan karena manusia
memiliki sifat ingin meniru dan mencoba apa saja yang telah dilakukan orang lain.
Sebagaimana Rasulullab bersabda :
~..~~~~.._------
25 Mustalll, Akhlak TasOlFlt[, (Bandung : CY Puslaka Selia, 1997), eet. ke-l, 11.96
1(> Imam al-GhazalL Kilab al-Arbainf; TIs/ntl aI-Din, (Kairo: Mahlabah ai-Hindi, 1. L), h.190-I~I
49
Artinya : "Perumpamaan teman yang shaleh dengan leman yang buruk bagaikanpe111bawa l11inyak kesturi dengan peniup api. Pe111bawa l11inyak kesturi, baik dial11emberi111u, atau engkau membeli darinya, ataukah engkau mendapat bau yangharum baunya, sedangkan peniup api, baik ia akan membakar pakaianmu ataukahengkau akanmendapat bau yang busuk darinya". (Riwayat Bukhari dan Muslim).27
?7 Abdullah Nashih Ulwdn, Pedoll1an Pendidikan Amk J)alalll f5!all1, (Semarang : CY AsySyila,), jiM I, h.120
BABV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan yang telah dipaparkan dalam tulisan ini dapat dikemukakan
beberapa kesimpulan penting sebagai jawaban atas beberapa pertanyaan inti dan
mendasar yang telah dilontarkan pada bab pertama dari tulisan ini. Beberapa
kesimpulan yang dimaksud adalah sebagai berikut :
I. Yang termasuk ke dalam aspek-aspek akhlak ada empat, yailu :
a. Kearifan (hikmah), yailu keadaan jiwa seseorang yang dengannya ia dapat
membedakan antara yang benar dan yang salah dalam setiap perbuatan.
b. Keberanian (syaja'ah), yaitu dipatuhinya akal oleh kekuatan emosi, baik
dalam tindakannya ataupun keengganannya untuk bertindak.
c. Penahanan nafsu (iffah), yaitu terdidiknya kekuatan ambisi (syahwat, hasrat),
oleh didikan akal dan syariat.
d. Keadilan atau keseimbangan, yaitu keadaan jiwa seseorang yang mampu
membatasi gerak kedua kekuatan, yaitu emosi dan ambisi, serta
mengendalikannya dalam keaktifan dan ketidakaktifan, agar sejalan dengan
nilai-nilai hikmah.
2. Konsep pendidikan akhlak aI-MawaI'di dibagi dua bagian, yaitu :
a. Pendidikan akhlak melalui proses peniruan dan pembiasaan, yaitu pendidikan
akhlak yang diambil melalui proses percontohan atau peniruan yang telah
51
clitetapkan metoclenya o!eh para ahli etika (akhlak) clan cliclasarkan kepada
pendapat para ilmuwan.
b. Pencliclikan akhlak melalui proses pelatihan dan penyadaran, yaitu sesuatu
yang diciptakan clibentuk oleh suatu keaclaan yang ticlak bisa dibantah oleh
aka! dan para ahli tidak bisa memperdebatkan baik buruknya aturan tersebut,
karena alasannya yang logis dan jelas kebenarannya karena didukung oleh
dalil.
3. Upaya-upaya yang clapat dilakukanuntuk membentuk akhlak al-Karimah aclalah :
a. Melalui proses pengajaran (instruksional).
b. Melalui proses pembiasaan.
c. Pergaulan dengan orang-orang yang berbudi pekerti luhur (berakhlak mulia)
yang berada di lingkungan sekitar tempat tinggal kita.
B. Saran
Sebagai tollow up clari penulisan skripsi ini, penulis ingin menyampaikan
beberapa saran sebagai berikut :
1. Kepada orang tua dan tenaga pendidik henclaknya menanal11kan sifat-sifat terpuji
pada diri anak dan menjauhkan anak dari sifat-sifat yangtercela.
2. Kepada segenap orang tua hendaknya pendidikan akhlak itu dilakukan sejak dini
yaitu sejak anak l11asih kecil dengan memberikan contoh yang konkrit berupa
teladan dengan melakukan hal-hal yang baik dan l11eninggalkan hal-hal yang
buruk.
52
3. Kepada seluruh anggota masyarakat hendaknya mcnjaga lingkungan pergaulan
agar anak tidak terjerumus untuk melakukan hal-hal yang tidak balk.
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, [-l.M., M.Ed., HlIbllngan lImbal Balik Pendidikan Agama di LingkllnganSekolah dan Keillarga, Jakarta: Bulan Bintang, 1978, cet.ke-4
Abrasyi, aI, M. Athiyah, Dasar-dasar Pokok Pendidikan Islam, Terjemahan BustamiA. Ghani dan Djohar Bahry, Jakarta: Bulan Bintang, 1993, cet.ke-3
Ahmad, All1in, Prof. Dr., Duha ai-Islam, Kairo : Maktabah al-Nahdhah, 1973, Jilid!II
--------, Etika (Ilmu Akhlak), Terjemahan Prof. Dr. K. H. Farid Ma'ruf, JakartaBulan Bintang, 1980
AdDn, H.M., M.Ed., Hubungan Timbal Balik. Pendidikan Agama di LingkunganSekolah dan Keluarga; Jakarta: Bulan Bintang, 1978, cet.ke-4 ..
Asmaran As., Pengantar Studi Akhlak, Jakarta: Rajawali Press, 1992
Bostworth, C.E., et.al., Encyclopedia OIlslam, Leiden: EJ. Brill, 1991, Vol.VI
Daradjat, Zakiyah, Prof. Dr., Ilmu Jiwa Agama, Jakarta: Bulan Bintang, 1976,cet.ke-7
Departell1en Agall1a RI, Akhlak Ensiklopedi Islam, Jakarta: CV Anda Utall1a, 1993,. -
edisi I
-------, AI-Qur'an dan Terjemahnya, Bandung: Gell1a Risalah Press, 1992
Fakhry, Majid, Etika dalam Islam, Terjemahan Zakiyuddin Baldhawy, Yogyakarta :Pustaka Pelajar, 1996, cet.ke-I
Fatah, Rahardi Abdul, dan Sudarsono, Ilmu dan Teknologi Dalam Islam, Jakarta :Rinelca Cipta, 1990, cet.ke-l
Ghazali, aI, Imam, Ihya Ulum ai-Din, Beirut: Da, al-Fikr, tt., Juz I1I
-------, Kitab al-Arbainfi Ushul ai-Din, Kairo : Maktabah ai-Hindi., 1.1.
-------, Mengobati Penyakit Hati Membentuk Akhlak Mulia, Teljemahan Muhammadal-Baqir, Bandung: Karisll1a, 2001, cet.ke-9
54-
Ghazali, ai, Muhammad, Akhlak Seorang Muslim, Teljemahan Muh. Rita'i,Semarang : Wicaksana, 1993, eet.ke-4
Hijazy, ai, Hasan bin Ali, Manhaj Tarbiyah IImu (Jayyim, Jakarta Pustaka alKautsar, 200 I, eet.ke-I
Idris, Zahara, Dasar-dasar Kepribadian, Bandung : Angkara, 1982
llyas, H. Yunahar, Drs. Le., MA., Kuliah Akhlak, Yogyakarta : LPPI, 2002, eet.ke-5
Jatnika, H. Rahmat, Sistem Etika Islam, Jakarta: Pustaka Islam, 1987
Langgulung, Hasan, Prof Dr., Beberapa Pemikiran Tentang Pendidikan Islam,Bandung : AI-Ma'arif, 1980, cet.ke-I
Marimba, Ahmad D., Drs., Pengantar Filsajat Pendidikan Islam, Bandung : PT AIMa'arif, 1974, cet.ke-2
Mawardi, ai, Imam, Adab al-Dunya wa ai-Din, Beirut: Dar ai-Filer., t.t.
----------, Al-Ahkam al-Shulthaniyyah, Teljemahan Fadhli Bahri. Le., (Jakarta: DarulFalah, 2000), cet.ke-I
Mustafa, Akhlak TasawuJ, Bandung : CV Pustaka Setia, 1997, eet.ke-I
Nata, H. Abuddin, Dr., MA., Akhlak Tasawll(, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,1997, cet.ke-2
-------, Pemikiran Para Tokoh Pendidikan Islam Seri Kajian Pilsafat Pendidikanl~lam, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2000, cet.ke- J
Purwasarminta, W.J.S., Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta Martabat alAnjilu, 1961
Rajab, Manshur Ali, Ta 'ammulaat Falsa/at al-Ikhlash, Mesir : Martabat al-Anjilu,1961
Said, Majdi Fathi, Amal Yang Dibenci dan Dicintai Allah, Jakarta: Gema InsaniPress, J998, cet.ke-I
Serwani, H. Khan, Studies In Muslim Political Through In Administration, Lahore:Sh. Muhammad Aslu'af, 1945
Sjadzali, H. Munawir, MA., Z,lam dan Tala Negara (A/arG/?, Sejarah, danPemikiran), Jakarta: UI Press, ]990, cet.ke-l
'fhalib, M., Drs., 50 Pedoman Mendidik Anak Menjadi Sha/ih, Handling IrsyadHaitus Salam, ]997, cet.ke-3
Ulwan, Abdullah Nashih, Dr., Pedoman Pendidikan Anak Dalam Islam, Semarang :CV Asy-Syifa, Jilid I
Yunus, [-I. Mahmud, Prof. Dr., Sejarah Pendidikan T.,lam, Jakarta: PT HidakaryaAgung, 1974, cet.ke-3
Zekeri, aI, Khairuddin, AI-A 'lam, Beirut: Dar al-Ilm Li Malayin, U., Jilid IV
ZUhaerini, el.al., A1elodik Khusus Pendidikan Agama, Surabaya : Usaha Nasional,1981, cet.ke-8