konsep kekuasaandf1lam tradisi budaya jaj!a ,oleh …

14
Cakrawala Pendldlkan Namar 1. Tahun XI, Februari 1992 81 KONSEP KEKUASAANDf1LAM TRADISI BUDAYA JAJ!A ,Oleh Sardiman AM Abstrak Konsep. kt;:kuasaan menurut tradisi budaya Jawaitu tampak kontroversial. Satu sisi setara teoretik memiliki yang bersifat sistema tis dan logis. Akan tetapi, di lain pihak mem'angberbeda perspektif iImu politik modern di dunia ini. Akan -te.tapi, secara empirik teJah rnelakukan.kekuasaan yang kuat;;', . . 'c' . Tulisan ini ingin mengetahui dan rUtan.' desk'ripsi .tentang konsep kekuasaan' menurut tradisi Jawa; bagaimana proses lahirnya' kekuasaan dan oagaimana penguasa' itu harus menjalankan kekuas'aannya: Dalam _puJu[lg ,menjadi ·-unsur penting dalam. kekuasaan Jawa. ; ,mell9apatkan pulung legalisasi kekuasaannya, raja harus bet budi. bawa Jeksana',ambeg,adiJ para marta , pencet;rrlinan c:iari"seorang yang' IIkedunungan' pulung". " Dari kajian ini "'dapat dhuribil pelajaran bawah hal-hal yang bersifat adikodrati" hal..;hal yang 'bersifat spiritual begitu ", d9Jl}inan J'!1ertandai -interaksi antara__ penguasa ,--(r-aja) dengan bawahan, qan rakyatr:tya. Kekuasaan bersifat 'tampak begitu kuat metnpraktikkan sistem pemerintahan' yang patr-imonial.? Rakyat begitiJ.' hormat dan setia pada' pemimpiil- •. ppla .. tampak memiliki-gaung yang cukup kuat di Indon.esia. Akan dalam kaitannya dengap pen'gembangan demokrasi, tentu pola-pola kekuasaan dim" .kepe"mimpinan semacam itu perlu adanya , rbodifikasi: .' . Mengkaji konsep.. kekuasaan :dalam ,budaya Jaw'a menjadi sangat menarik. Konsep kekuasaan itu begitu_. men<;l.rik sebab di sam ping- teoretik kekuasaan- ,: " Jawa juga memiliki teori yang dapat memberikan penjelasan ,secarC!- sistematis dan logis tentang perilaku praktik seperti halnya- teori-teori rnodet:'n 'te.tapi .secarasubstansial. Berbicara tentang -konsepsikekuasaan dalam kebudaya- -- a!' Jawamel'upakan',kajian yang menarik dan unik. Sebab, seca:ra, 'lteol'et.ik-'.,kons.epsi.,,,k",kuasa:an' '-eli Ja wa- -_jUga memItiRi teori-yang dapat'-'membel'ikan penjelasan secara sistematIs

Upload: others

Post on 02-Oct-2021

15 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: KONSEP KEKUASAANDf1LAM TRADISI BUDAYA JAJ!A ,Oleh …

Cakrawala Pendldlkan Namar 1. Tahun XI, Februari 1992 81

KONSEP KEKUASAANDf1LAM TRADISI BUDAYA JAJ!A

,Oleh

Sardiman AM

Abstrak

Konsep. kt;:kuasaan menurut tradisi budaya Jawaitutampak kontroversial. Satu sisi setara teoretik memiliki t~ori

yang bersifat sistematis dan logis. Akan tetapi, di lain pihakmem'angberbeda perspektif iImu politik modern di dunia ini.Akan -te.tapi, secara empirik teJah rnelakukan.kekuasaan yang.b~gi.tu kuat;;', .

. 'c' . Tulisan ini d~mak5udkan. ingin mengetahui dan ,m~mbe­

rUtan.' desk'ripsi .tentang konsep kekuasaan' menurut tradisiJawa; bagaimana proses lahirnya' kekuasaan dan oagaimanapenguasa' -(~aja) itu harus menjalankan kekuas'aannya: Dalamun..~lur_puJu[lg ,menjadi ·-unsur penting dalam. kekuasaan Jawa.

; Se~:e.Jah~' ,mell9apatkan pulung legalisasi kekuasaannya, rajaharus b~r.sikap bet budi. bawa Jeksana',ambeg,adiJ para marta

, seb~ga( pencet;rrlinan c:iari"seorang yang' IIkedunungan' pulung"." Dari kajian ini "'dapat dhuribil pelajaran bawah hal-hal

yang bersifat adikodrati" hal..;hal yang 'bersifat spiritual begitu", d9Jl}inan J'!1ertandai -interaksi antara__penguasa ,--(r-aja) dengan

bawahan, qan rakyatr:tya. Kekuasaan bersifat sentralist~s d~n'tampak begitu kuat metnpraktikkan sistem pemerintahan' yangpatr-imonial.? Rakyat begitiJ.' hormat dan setia pada' pemimpiil­ny~•. ppla .. s~m'aGam ~tnr" tampak memiliki-gaung yang cukupkuat da~am I,<:,ep~fl?irnpinan di Indon.esia. Akan tet~pi, dalamkaitannya dengap pen'gembangan demokrasi, tentu pola-polakekuasaan dim" .kepe"mimpinan semacam itu perlu adanya

, rbodifikasi: .' .Mengkaji konsep.. kekuasaan :dalam t~adisi ,budaya Jaw'a

menjadi sangat menarik. Konsep kekuasaan itu begitu_.men<;l.rik sebab di samping- s~cara" teoretik :k(m~~'p kekuasaan- ,: "Jawa juga memiliki teori yang dapat memberikan penjelasan

,secarC!- sistematis dan logis tentang perilaku praktik sepertihalnya- teori-teori rnodet:'n 'te.tapi .secarasubstansial.

Berbicara ~ tentang -konsepsikekuasaan dalam kebudaya- -­a!' Jawamel'upakan',kajian yang menarik dan unik. Sebab,seca:ra, 'lteol'et.ik-'.,kons.epsi.,,,k",kuasa:an' '-eli Jawa- -_jUga memItiRiteori-yang dapat'-'membel'ikan penjelasan secara sistematIs

Page 2: KONSEP KEKUASAANDf1LAM TRADISI BUDAYA JAJ!A ,Oleh …

82 Cakrawala'PendldikanNomor 1, Tahun Xl, Februar; 1992

dan logis, tenta1'1g perilak\!; pplitik lSeperti halnya teori-teoripolitik modern, tetapi secara substantial teori itu berbedadan juga tidak tergantung dengan perspektif ilmu politikmodern yang ada di dunia ini; Bahkan dalam banyak hal bolehdikatakan ada saling kontroversial.

Kekuasaan menurut teori ilmu politik modern sepertidikemukakan oleh Ossep K.Flechheim, adalah keseluruhankemampuan, hubungan-hubungan dan proses-proses yangmenghasilkan ketaatan dari pihak lain guna mencapai tujuanyangtelah ditetapkan oleh pemegang kekuasaan. Jadi, dalamkekuasaan diperlukan adanya'kemampuan si penguasa untukmempengaruhi pihak lain agar setia guna mencapai tujuanyang telah ditetapki'n oleh pihak penguasa. Dan secara pro­sesual kekuasaan .itu merupakan kristalisasi hasil dari adanyaproses interaksi' sosialyang bersifat profan; kemampuan yangdibutuhkan oleh si peng\lasi" 'juga. bersifatl?rofan. Hal iniberbeda deng;m kc:>nsepsi kekuasaan dalam tradisi Jawa yangtidak menekankan kebutuhan kemampuan bagi si penguasauntuk mempengaruhi pihak lain agar patuh kepada perintah sipenguasa, tetapi kesetia!,-n piha;klairi' (rakyat) itu akan adadengan sukarela karena penga.ruh .dari nilai sbsio-kulturalJawa. yang bersifat adikodrati; Begitu juga kriteria kemampu­an seorang pemimpin akan dHihat'dari hal-hal' yang bersifatspiritual, 'Faktor~faktor itulah ya,n'g, wernbuat konsepsi kekua­Saan menurut"b\lq~y,a. Jawa menjadi, ,semakin spesifik.

Sehubungan·, dengan hal tersebut ..maka menarik sekaliuntuk dihahas' tentang kbnsepsi k"kuasaan dalam tradisibudaya Jawa. Setelah pendahuluan ini, berturut-turut akandijelaskan mengenai hakikat kekuasaan,' konsepsi kekuasaandalam tradlsi Jawa dan' terakhirpenutup.

Halcikat Kelcuasaan

Kekuasaanadalah suat\! dimensi yang sangat pentingdalam pemikiran sosial. Men\!rut teori Hmu sosial secaraum\!m, kemunc\!lan aspek kekuasaan it\! berangkat dariadanya strukturisasi dalam masyarakat yang melahirkan keti­daksamaan antarkelas sosial.· Dalam ' hal ini Andre Beteillew."negaska,n bahwa adanya. gejala ketidaksamaan, (inequality)d,,!-lam, kehidlJpanrrtasyarakat " itu', bersumber pada dua hal,yakni: pertama, status, (ada 'yang tinggi, ad~ yang rendah) dan

,

.~.

Page 3: KONSEP KEKUASAANDf1LAM TRADISI BUDAYA JAJ!A ,Oleh …

Konsep Kekuasaan daJam Tradisi Budaya Jawa 83

kedua, organisasi (adanya pembagian tugas dan, wewenangdalam struktur organisasi).

Dengan adanya struktudsasi dalam kehidupan masyara­kat yang disebabkan adanya perbedaan status dan pembagiantugas dalam organisasi, telah melahirkan pihak yang memilikiotoritas lebih besar dibandingkan yang lain. Dalam konstalasiyang demikian itu muncullah fenomena sosial yang berupakekuasaan.

Kekuasaan, oleh Laswell dan Kaplan (1950: 74) diarti­kan sebagai kemampuan dari pihak si pelaku (penguasa) untukmempengaruhi tingkah laku pelaku lain. (yang dikuasai) men­jadi sesuai dengan kemauan dad pihak yang menjadi pengua­sa. Atau dengan kata lain, kekuasaan dapat diartikan sebagaikemampuan dad seseorang atau pihak tertentu untuk melan­carkan pengaruh kepada pihak lain yang menerima pengahih.Jika kekuasaan itu dimanifestasikan pada did' seseorarig,maka orang itu biasa disebut pemimpin dan untuk yang me­nerima pengaruh disebut pengikut.Hanya dalam proses mene­rima pengaruh itu ada yang dengan sukarela, tetapi ada jugayang d_ngan terpaksa. Oleh karena itu, Carter (1985: 40-46)mengemukakan bahwa kekuasaan itu mempunyai' dua ciri:pertama, munculnya kepatuhan yang sukarela, dan kedua,munculnya kepatuhan karena terpaksa. '

Akan tetapi, perlu diingat bahwa hakikat kekuasa.anseperti yang dijelaskan di atas adalah kekuasaan menui"utteod ilmu politik modern. Hal itu berbeda dengan hakikatkekuasaan menurut, tradisi Jawa. Dalam kebudayaan Jawa,kekuasaan bukan diartikan sebagai suatu kemampuan sese­orang atau pihak tertentu untuk' mempengaruhi pihak iainagar patuh 'pada penguasa, tetapi merupakan hasil kemampu­an bagi seseorang (pemimpin/raja) untuk memuasatk,ulkekuatan kosmis dalam dirinya sendid. Dalam hal ini rakyatsetia dan patuh kepada pemimpin atau rajanya dengan ikhlasdan sepenuh hati sebagai konsekuensi dari nilai-nilai sosio­kultural yang lebih transendental. Kekuasaan menurut tradisiJawa. lebih bersifat matemptris, kekuasaan dalam hal' inibukan didasarkan atas kekayaan, pengaruh, relasi atau ke­turunan semata, tetapi kekuasaan merupakan maiidat dadYang Kuasa kepada seseorang yang memang dipilih.

Oleh .karena itu, kekuasaan tidak dapat diperoleh mela~

lui langkah-langkah Secara empiris, namun dengan cara-cara

Page 4: KONSEP KEKUASAANDf1LAM TRADISI BUDAYA JAJ!A ,Oleh …

84 Cakrawala Pendidlkan Nomor 1, Tahun XI, Februari 1992

yang bersifat spiritual, yang tidak jarang dikaitkan denganpersoalan-persoalan teologis. Oleh karena itu, Franz MagnisSuseno (1985: 99) menegaskan bp.hwa kekuasaan itu merupa­kan ungkapan energi lllahi yang tanpa "bentuk", yang selalu

. kreatif meresapi seluruh kosmos. Dengan demikian, kekuasaanitu tidak semata-mata gejala khas sosial, tetapi jugabergayut dengan aspek-aspek kultural spiritual yang begitubesar artinya bagi kehidupan masyarakat.

Konsep Kekuasaan dalam Tradisi Jawa

Upaya Mencaci Kekuasaan

Di atas sudah disitir bahwa untuk mendapatkan kekua­saan menurut pandangan tradisi Jawa tidak dapat dilakukandengan langkah-langkah yang empiris, tetapi banyak dilakukanmelalui cara-cara spiritual, cara-cara yang nonempiris. Untukmendapatkan kekuasaan harus diusahakan dengan pemusatantenaga kosmis. Namun, tenaga kosmis itu tidak akan diper­oleh begitu saja, melainkan memang diberi atau diturunkandari sesuatu kekuatan supranatural, dari yang kuasa. Menurutpandangan tradisi Jawa hal itu· sering terjadi melaluisemacam pengalaman panggilan. Orang yang dipanggil ataudiberi mandat oleh Yang Kuasa itu biasanya sudah berhasilmelakukan langkah-Iangkah spiritual tertentu. Dalam kaitanini Anderson menjelaskan bahwa untuk mendapatkan kekuasa­an itu harus melalui langkah atau praktik-praktik yoga danbertapa yang sangat keras atau melakukan lelana brata ditempat-tempat yang jauh dari keramaian. Orang yang sedangmelakukan tata brata . itu misalnya dengan berpuasa, tidaktidur, melakukan samadi, tidak melakukan hubungan seksual,mempersembahkan berbagai sesaji, dan sebagainya.

Bertapa, secara lahiriah kelihatan sebagai suatu pe­nyiksaan diri. Akan tetapi, secara kejiwaan menurut pandang­an Jawa, bertapCl memiliki maknCl yang sangat khusus.Bertapa bukarilah suatu penyiksaan diri dengan tujuan etis,melainkan .semata-mata ..untuk memperoleh suatu kekuasaan(agar mendapat panggilan atau diberi mandat dari YangKuasa untuk berkuasa). Secara ortodoks, bertapa adalahmengikuti hukum kompensasi yang fundamental dan menurutalam pikiran Jawa sebClgai. suatu upaya mencapai keseimbang-

Page 5: KONSEP KEKUASAANDf1LAM TRADISI BUDAYA JAJ!A ,Oleh …

Konsep Kekuasaan daJam Tradi5J Budaya Jawa 85

an kosmos.. Dalam hal in! berlaku prinsip keseimbangan, ber­k~rang.di liatu pihak untuk menambah di. pi!lak, lain,sehinggabertapa itu pada' hakikatnya mengurangi did .untuk memper­besar diri. Atau dengan penjelasan lain,. kekuatan jasmani di­kurangi (dip.erlemah), tetapi untuk memp,~rkuat rohani danmempertebaf flikap mental. Ini semua dalam rangka pemusat­an kekuatan diri untuk mendapatkan kasekten atau kesaktian.Bertap~ yangkemuclian melahirkim kesaktian itu dapat dika­takan s,ebagai syarat untuk memperoleh kekuasaan.

:Di samping pandangan ortodoks, kekuasaan itu dapatmUI)c;:ul melalui jalan tradisi lain yang,dis,ebut hetero.doks.D~la;;' tradisi' Tantrisme, yakni dehgan meialui mabuk-mabuk­ah(ingat kisah raja Singasari, Kertanegpra5.' Menurut pan­danganheterodoks . ini, bahwa dengan mengikuti' hawa nafsu~ecar~ sistematUi: dalam bentuk yang paling ekstrim,'dianggapciap.rt rrj'eng~abiskan nafsu itu sendiri, sehiiiiga me~uIlgkinkanmencapai k6nsentrasi tanpa ada harnbatan lagi. Jadi, maksud­ny~ it1gaurituk p",musatan kekuatan ~liri.

'. :E'Eli'lu ditega~kan .kembali bahwa b",rtapa adalah pros,esme'ndekatkandiridengan kekuatan Yang Kuasa sehinggate,fC;~p.?i 'suatu 'k:ebersatuan dengan'\'Iam Il!<i!li. Kesadaran dirimenjpdi luluh atau menjadi sangat khusuk berada antara kon­disillaci# dan tidak sadar,layap Jiyeplng ngaluyup. Seseorangyang sedahg bertapa dan m~ncapai kondisi layap Iiyeping nga­lu'riJp jtu di sarnpil)g ml"ndapatkan kel3aktian, dia juga akaninenerima pulung dad' "Yang Kuasa" yang seringqalam1:>erit.uk' cahaya' biru berbentuk bundar yangmelayang di langitd~ri"ttfrun ke arab orang yang terpanggil. Cahaya biru yangdemikian itu terkenal dengan sebutan ndaru atau pulung. Halsej,,'nisinidi kalangan masyarakat Jawa juga dikenal denganse1:>utan wangsit, atau semacarn pulung ,yang tidak terlihatoleh manusia (Sartono Kartodiidjo, 1984: 222). Seseorangyang tidak terpanggil atau yang tidak· menerima pulUng,ke;l<~tasa?-n itu. tidak mungkin didap'\'tnya. :E'ulung inilah yangber:kait,an d~I1gan . kharisma dari seseorang pemimpin (SartpnoKartodirdjo, 1974: .. 9). MeJaJuil?erjuapgall yat;lg berat <;Iangen,ul'i'; Jijk ll, !<es~ktian dapat dipero!<ih, pulvng" ciapat dii:eri~aa~ri'seKaligus kllai'isma pun bei-semayam :padadiri sese~rang

.pen:limpin. itu. Aspek-aspek itu semua merupakan perangkatuntuk, mell,'perhlk,oh keabsahan bagiseorang p'~mimpin dalammengendahkan ,kekuaspan,Jadi, kehlasa,'\'I1. sese<;>rang ,yang

-, ,\. .!"" - . ' '.. "

Page 6: KONSEP KEKUASAANDf1LAM TRADISI BUDAYA JAJ!A ,Oleh …

86 CakrawaJa Pendidikan No"mor 1, Tahun Xl, Februari 1992

berdasarkan pulung itu sulit untuk diganggu gugat olehrakyatnya. Kekuasaanitu sudah sah. Berkaitan dengan inimaka Frans Magnis Suseno' mengatakan bahwa legitimasikekuasaan seorang raja bersifat religius. Oleh karena itu,,kikuasaan bagi" se6rarig pemimpin di Jawa menjadi kmitposisinya.Untuk 'melestarikan konstalasi keadaan semaeamini dan sekaligus untuk memperkbkoh legitimasi dan kharismaseorang perriimpin atau raja biasanya disusunlah Babad olehpujangga kraton. Babad itu' pada umumnya meneeritakanriwayat dan perjuangan raja dengan berbagai ilustrasi yangdikaitkan dengan' 'hal"hal yang bersifat teologis dan aspek~

aspek adikodrati' yang lain. Semua itu untuk memperkuatkedudukan dan kebesaran seorang raja.

Unsur ndaru!pulung dalam kaitannya dengan kekuasaanitu da1<im' eskalasin'ya'tlel'nyata begitu mendarah daging 'elilingkungan masyarakat Jawa, Dan pada zaman modern seka­rang inr masih banyakorang yimg pereaya adanya pulung ataundaru itu. Tidak hanya raja saja yang dipereayai mendapatpulung, tetapi' rakyat yilIlg terpilih pun bisa mendapatkanpulung atau ndaru, sesuai" di:mgiin tingkatannya. Hal, ini ter~

bukti' (terutama'" Cif 'da.el"ah" pedesaan) kalau ada pemilihanlurah (Kepala' Desa), 'masih, banyak di antara mereka kalaumalam melihat' ke angkasa l1ritukmenyaksikan bila s\lq",hsampai waktunya, ke arah mana ndaru atau ada yang menye­but teluh braia 'itu tot-un. ~umah yang menjadi sasaran turun­nya'ndaru itulah yang salah seorang penghuninya akan terpilihmerijaeli lurah. 0leh karena itu, seseorang yang menealonkaridiri sebagailurah,' bfasanya menjalankan laku prihatin,berpuasa, atau tirakat, agarmampu menarik (mendapatkan)ndaru yarig dimaksud di atas.lni laku untuk meneari kekuasa­an sebagai aspek kulturaT yan!f sudah ada sejak jaman dulu.

Konsep Dasac,tentang, Kekuasaan

'pada Ul"afan di at~s's~dah disinggung antara lain b'ahwasee;,rang pemimpiri atau raja diJawa ftu memiliki legitirilasikekuasaan yang sangat kuat:" Hal ini sebenarnya juga, 'cli­pengaruhi bleh kon!iep- daSar'atau pan.dangan masyarakat Ja:.va:tentang konsep kekuasaan itl1 sendiri. Berkaitan dengah inidi dalal11 kebudayaan' Jawa dikenal adanya konsep kosmopo­litail atau m€;nurut B"rg (1974: 13) dikenal dengan istilahCosmischgem'eens'chiJilsqevoei' (rasa' 'persekutuan alam se2

Page 7: KONSEP KEKUASAANDf1LAM TRADISI BUDAYA JAJ!A ,Oleh …

Konsep Kekuasaan da/am Tradlsi Budaya Jawa 87

mestal. Dalam hal ini alam semesta dengan suatu sistemakan merupakan keseluruhan organik yang menyatukan unsuryang ada dengan unsur yang ada yang lain. Konsep yang ber­sifat makrokosmos'itu secara empiris dapat diterapkan padakonsep kekuasaan raja yang merupakan mikrokosmos. 'Jelas­nya, un,sur yang ada di seluruh',wilayah kerajaan itu akanterpusat pada raja. Ini memberikan petunjuk bahwa berdasar­kan konsep kosmonolitan, kekuasaan itu lebih bersifat sentra­listis. Kekuasaan berada pada satu tangan raja yang kuatsebagai konsekuensi dari kharisma dan legitimasinya yangbersifat adikodrati. Raja dalam hal ini dapat dipahamisebagai seorang yang memusatkan pada suatu takaran kekuat­an kosmis yang begitu besar dalam dirinya sendiri dan seba­gai oraRg, yang sakti. la adalah penyangga, dari mekanismekekuasaan yang dikendalikannya. Raja ibaratnya pinttl airyang menampung seluruh air sungai dan bagi tanah yang lebih,rendah merupakan satu-satunya sumber air' dan kesuburan.Ilustrasi ini sebagai suatu indikator bahwa raja yang merupa~

kan penguasa tunggal itu memiliki kekuasaan yang begitubesar tetapi juga menuntut tanggung jawab yang begituberat. Oleh, karena itu, raja sebagai pusat mikro kosmosharus seorang yang kuat. Dengan begitu, perangkat kerajaandan rakyat akan patuh secara sukarela, bahkan secara ikhlashidupnya akan diabdikan semata-mata demi raja dankerajaan. Sikap semacam ini juga diperkuat oleh pandarigandan keyakinan masyarakat Jawa, bahwa rajaitu adalah KaJi­patullah atau Wali Tuhan di dunia ini. Sehingga, kepatuhanrakyat terhadap raja. itu bukan karena terpaksa, melainkanbenar-benar merupakan kesetiaan yang tulus ikhlas dan mera­sa itu merupakan kewajiban luhur yang bernilai adikodrati.

Konsep dasar kosffionolitan yang telah 'menempatkanraja sebagai pusat segalanya dan melahirkan kepatuhanrakyat secara sukarela itu reIevan dengan konsep lain, yaknikonsep Kawulo-Gusti. Konsep Kawulo-Gusti menurut tradisiJawa adalah bentuk hubungan, yang akrab tampak ikatanpribadi yang tercermin p<lda sikap hormatdan .tanggungjawab. Yang lebih menarik lagi kalau konsep itu ditinjau lebihmendasar, ternyata memiliki makna mistik, sehingga konsep,ini rnenjadi semakin merasuk di kalangan masyarakat. Rakyatsebagai kawulo akan menghormati .tuann..}'algus.ti)_.dengan-,se-.,pe,!uh hati, ,ikhlas dan, tanpa paksaan. Hal ini' diperkuat

Page 8: KONSEP KEKUASAANDf1LAM TRADISI BUDAYA JAJ!A ,Oleh …

88 CakrawaJa Pendidikan Nomor 1, Tahun Xl, Februari 1992

dengan suatu keyakina,n tentang nasib atau sesuatu yang sudahditakdirkan, sudah pinesti (bukan dalam etos kerja). Masyara­kat seperti sudahditakdirkan ada wong cilik (orang biasa) danpenggede (golongan penguasa), yang masing-masing pihakmenerimanya.dengan penuh kesadaran. Sebagai kawulo,rakyat akan menghormati dan patuh terhadap penguasa(gusti). DiJawa juga dikenal adanya konsepsi kekuasaan yangdikaitkan dengan konsep Keagungbinataraan (G. Mudjanto,1986: 3). Menurut konsep ini jelas bahwa raja memiliki sega­lanya, baik yang berupa harta maupun manusia pada umum­nya. Oleh karena itu, di kalangan rakyat berlaku prinsip ting­gal nderek karsa dalem (terserah kehendak sang raja). Namun,hal ini tidak berarti raja penguasa tunggal itu. akan berbuat.sewenang-wenang terhadap rakyatnya. Sebab, dalam konsepkeag'mgbinataraan itu juga dirangkai dengan sikap ber budibawa leksana, ambeg adil para marta (budi luhur dan muliayang begitu' luas/meluap serta sHat adil terhadap semua yanghidup atau adil dan penuh kasih sayang). lni menunjukkanadanya keseimbangan antara kewenangan yang luar biasadengan kewajiban. dan tanggung jawab yang luhur, yaknimengasihi,. melindungi, dan menyejahterakan rakyatnya.

Ketiga konsep dasat, Kosmopolitan, Kawulo Gusti, danKeagungbinataraan itu telah melahirkan interaksi antarapenguasa dengan pengikutnya atau raja dengan rakyatnya(antara kawulo dengan Gustinya) secara "harmonis". Raja da­lam hal ini, telah mEmempatkan dirinya sebagai kiblat danpanutan bagi rakyatnya•

. Perwujudan dari konsep-konsep tersebut tercermin padaterciptanya kekuasaan' y'ang kuat dan dalam suasana yangtenang;' Kemudi<in diharapkan tercipta kehidupan yang sejah~

tera, adil' dan makmur, amim dan tenteram, serasi dan sela­ras tanpa garigguan dan semua itu berlangsung, tanpa adapaksaan. Semuanya seolah-olah berjalan secara alami. Rakyattenang dan puas serta ikhlas untuk melaksanakan pekerjaansehari-hari. . Suasana tenteram dan tenang inilah sebagaiperwujudan dari kekuasaan yang sebenarnya.

Kekuasaan yang kuat juga tercermin lewat suasanaalam yang subur,' tidak ada bencana alamo Jadi, kebesaraJ;ldan keberhasilan kekuasaan'raja secara empiris dapat dilihatdari kehidupan sosial dan geografis yang serba serasi dan,mantap.. Kalau dalam kerajaan timbul berbagai kegoncarigan

Page 9: KONSEP KEKUASAANDf1LAM TRADISI BUDAYA JAJ!A ,Oleh …

Konsep Kekuasaan daJam Tradisi Budaya ·Jawa. 8.9

.atau bencana,adalah tanda-tanda bahwa kekuasaan seot:angraja itu perlu dipertanyakan.

Tugas raja sebagai penguasa tunggal mernang berat. Disamping secara pribadi raja adalah panutan .seluruh rakyat,juga sebagai pejabat atau' penguasa harus mampu "mamayuhayuning bawono". Untuk mamayu, hayuning 'bawono ini banyakusaha yang dapat dikerjakan oleh raja, seperti di atas sudahdikemukakan, misalnya menciptakan suasana aman dan ten­teram, mewujudkan kesejahteraan, keadilan dan kemakrnuranbagi rakyatnya. sehingga kerajaan menjadi tata tentrem kertaraharja. .

Sehubungandengan itu, maka untuk menciptakan danmenjaga kekuasaan 'yang tenang dan stabil.kerajaan yangtata tentrem kerta raharja. diperlukan seorarig raja yangbesar, yang memiliki keunggulan luar biasa. Seperti, jugaditegaskan oleh Soemarsaid Moertono (1985: 47) untukmempertahankan ket.ertiban di dunia ini, maka raja haruslahluar· biasa keunggulan dan' kecakapannya. Atau dengan katalain, raja harus memiliki kewicaksanan (dan ·tentunya juga di­sertai kawaskithan). Kewicaksanan: wicaksana . berarti lebih.unggul, . bijaksana, berpengalaman, berpandangan luasdanjernih, serta berpengetahuan. Kawaskithan: waskita berartimampu melihat hal-hal yang rahasiai seperti pikiran dan niatorang lain, kejadian yang mungkin akan terjadi dan sebagai­.nya.. Aspek ini sangat penting sebabmerupakan kemampuanyang langka dan dihargai sangattinggi, tidak hanya' memberi­kan pemiliknya pengetahuan ,yang luas dan·sebanyak mungkin,tetapi juga kesadaran terdalam mengenai kenyataan dankeadilan. Kawicaksanan juga dapat diartikan sebagai kete­rampilan ,tertinggi tidak hanya dalam menimbang 'denganseksama keinungkinan untung rugi dari keputusan' seseorang,'tetapi. juga kemampuan untuk membuat. penilaian yang kritisdalam' menanggulangi keadaan.

Dengan demikian, kawicaksanCin merupakan unsur·yang.penting ,bagi raja sebagai pengendali keku.asaan•. Bahk'i-nq!"!igan ka",icaksanan.ini .akan semakin. memperkuat hubunganbathl antara raja dengan rakyat. Sebab, bagi rakyat raja yangwicaksana adalah .raja yang berpandangan luas sehingga kalaumena.ngani sesuatu persoalan, akan !Ilemperhatil<;an.kepenting­

.IIP !Ili'sy~taI<;at banyak. Begitu sebalikpya, 'kalau /(awicaJrsanan

.,ti~ak~~a pada diri se.orang raja apalagi disertai. dellgan p~m-

Page 10: KONSEP KEKUASAANDf1LAM TRADISI BUDAYA JAJ!A ,Oleh …

90 Cakrawala PendJdikan Nomar 1, Tahufl Xl; Februari 1992

dh, rnenurutihawa nafsuuntuk kepentingan pribadi, makakerajaan itu akan menjadi kacau, tidak normal dan kekuasaanpun menjadi ·lemah. Bahkan sampai persoalan fisik seperti.bencana .·alam,. misalnya banjir, gunung meletus, kemaraupanjang, terjangkitnya wabah penyakit, juga yang menyang­kut"perilaku sosial seperti.pencudan, keserakahan, pembunuh­an, . bagi'pandangan orang Jawa semua itu sebagai pertandakesalahan .dan ketidakwicaksanaan raja. Raja sudah kehilang­an·kharisma dan legitimasi sehingga kekuasaan itu sebenarnyasudah memudar. Menurut keyakinan orang Jawa, raja yangdemikian itu adalah raja yang sudah kehilangan pulung.

Perlu . ditambahkan bahwa konsep dasar kekuasaanmenurut budaya. Jawa tersebut juga dapat membed· warnaterhadap' p"la' ·kepemimpinan di lingkungan masyarakat lndo­n~sia,yakni sistem kepemimpinan yang patrimonial. Sri Sultan

.Hamengku .Buwono X pada saat jumenengannya pernah· mene­:gaskan. bahwa. ·sistem pemerintahan da1;l kepemimpinan' yangpatrimonial yang bersumber pada budaya kraton masih·relevan dengan· perkembangan sekarang. Sistem pemerintahanpatrimonial adalah sistem pemedntahan yang sentralis' denganpuncak 'pimpinannya seorang raja (Sultan), Sultan adalahpenguasa tunggal di. kerajaannya, sekalipun dalam menjalan­

..kan n>c;!a, pemerintahan dibantu oleh pejabat~pejabat yangada, ..Karena .sebagai .penguasa tunggal, maka Sultan adalahseorang"yang a!1ungbinathara, berbudi bawa leksana, waskithadan wic.aksana. Sultan adalah seorang yang memiliki kekuasa-'an besar, berkelakuan baik, berwibawa, pandai dan arif bijak­sana. Dengan ini maka Sultan (raja) sangat disuyuti, dihormatidengan. sangat berlebihan sebagai manifestasi dad rasa patlihda,n pengabdian rakyat terhadap rajanya. Raja benar-benarrpenjadi .kiblat dan panutan bagi kawula'/rakyatnya. Jugadqlam.sistem pemerintahan yang. patdmonial itu, hal-hal yangbersifat seremonial begitu dominan (Edc R.Wolf, 1966:.52).Dengan. 'dernikian;" kalau ditransfer ke konsep kepemimpinannl<ika kepemimpinan yang patdmonial akan memiliki ciri-ciri:

.pemimpindengan segala' kelebihannya harus menjadi panutan,rasa patuh danhormat dad' rakyat terhadap pemimpinnyabegitu berlebilian dan hal-hal yang seremoni'al menjadi sangatpenting;'Pola kepemiinpinan semacam ini tampakbanyakdijalaiIkan ·dl lihgkungan lemba'ga-Iembaga pemerintah' maupunswasta. ,iHanyakareha 'sifatnya yang· sentralis, maka kalau

Page 11: KONSEP KEKUASAANDf1LAM TRADISI BUDAYA JAJ!A ,Oleh …

Konsep Kekudsaan daJam Tradlsi BUd~ya Jawa 91

pemimpin tidak hati"hati justru menimbulkan situasi yangtidak demokratis. Karena, pemimpin sebagai penguasa'tunggal, bawahan akan bersikap patuh dan hOl'mat secara

,berlebihan (bahkan mungkin tidak dengan kesadaran, tetapikarena rasa takut) terhadap peinimpin, ~ehingga tidak menu-tup kemungkinan pemimpin bersikap otoi'iter. ' ,

Sistem patrimonial memang masih reIevan, tetapi perluadanya penyesuaian. Dalam kaitan ini ada suat'u hal ,yang'cukup menarik dari apa yang pernah dilakukan oleh Sri SultanHamengku Buwono IX. '

Dalam rangka menciptakan kerajaan' dan kehidupanrakyat yang lebih demokratis, kalau sebelumnya berlakuprinsip; praja: praja dalem; kawula: kawula dalem (dapatdiartikan kerajaan adalah kerajaanku (raja);' rakyatadalahrakyatku (raja) dan' begitu seterusnyasemua adalah milikraja), diubah oleh Sri Sultan Hamengku Buwono IX menjadi:sentana dalem 'dan abdi, dalem semua adalah ab~i kerajaqI1(Soedarisman Poerwokoesoemo;'1985: 12), yang secara makrosetelah zaman RI istilah itu menjadi abdi negilra. a~gitu juga,soal upacara-upacara mulai dlsederhanakan. Sultan HamengkuBuwono IX juga tidak sekedar penguasa tUhggal yang menjadisimbol dengan kekuasaan yang :memang besar, tetapi' mula;"turun ke bawah untuk ikut mengatur ,ke~idupan: pemerintahanserta menyelami dan memperhatikan' keadaan rakyatnya. Sri,Sultan Hamengku Buwono IX yang lahlr"dan di~esal"kan dilingkungan budaya feodal dan kolonial,' telah menjadifigurseorang pemimpin yang demokratis. tentunya ini dapatmenjadi cermin bagi para pemimpin.

Penutup

Bagi masyarakat Jawa, ,kekuasaan ada.lah salah satu'diniensi kehidupan yang committed dengan nilai-nilai sosio­kultural yang bersifat" adikodrati.Kekuasaan, ,itu sifatnyasosio-empiris sebab legitimasinya berdasarkilIjl ,pu!ullg. ,Hal initernyata telah mampu menciptakan kesetiaan rakyat terhadapraja sebagai pengendali kekuasaan, dengan ,tulus haH tanpaada paksaan. Keadaan semacam inimemang, didul<Ullg" oleh:pandangan masyarakat Jawa' y~rig :ber13U~Per daJ::~ konsep­konsep yang bergayut dengan' 'aspek' kekuasaan, seperti konsepkosmopolitan yang telah menempatkan raja sebagai pusat

Page 12: KONSEP KEKUASAANDf1LAM TRADISI BUDAYA JAJ!A ,Oleh …

92 Cakrawala Pendldlkan Namar 1, rahun XI, Februarl 1992

segalanya, konsep Kawula Gusti yang telah menciptakankepatuhan rakyat kepada raja dengan ikhlas dan sep~nuh hati,dikarenakan dipandang bahwa raja adalah waH Tuhan. Dengandemikian, unsur kesetiaan itu ada kaitannya dengan hal-haldan fenom'eria yang bersifat adikodrati teologis'. KonsepKeagungbinatharaan telah mengajarkan bahwa raja itusebagai 'penguasa tunggal yang memiliki kekuasaan sangatbesar dan sekaligus sebagai pemilik segala sesuatu. Akant~tapi; raja dalam konsep yang sesungguhnya adalah tidaksewenang-wenang, malahan ia memiliki kewajiban dantanggung jawab moral yang besar, yakni untuk menciptakarikekuasaan yang tata tentrem kerta raharja ,dan gemah ripahJoh jinawi, dalam suatu suasana keteraturan dan kese,tiaan.

Untuk mengusahakan keadaan kerajaan dt Jawa sepertiyang dirnaksud di atas, diperlukan seorang raja yang kuat dan'memiliki kawicaksanan dan kawaskithan. Tanpa itu kemungkin­an besar kerajaan akan" kacau. Kekacauan kerajaan adalahpertanda' lemahnya kekuasaan seorang raja. Atau dengan katalain';' ('legitirnasi otoritas seorang raja sudah memudar, yangmenurut 'pandangan budaya Jawa, pulungnya sudah ditarik

,ke'rnbali oleh Tuhan Yang Maha Kuasa.Konsep kekuasaan sebagai bagian dari warisan budaya

Jawa t!,rsebut' tampaknya masih berpengaruh terhadap kehi- ,dupan sekarang. Sebagai bukti masih adanya qiri-ciri .kepe~

mimpirian yang patrimonial di lingkungan lembaga pemerintahmaupun swasta. Akan tetapi, dalam rangka menghidupkan'aspek derriokrasi, sistem patrimonial perlu ada modifikasi.Suasaria' demokratis dan keteladanan serta sikap "kebapakan"dari seorang pemimpin tampaknya masih diperlukan diIndonesia.

Daftar Pustaka

Anderson, Benedict R.O.G. 1986. "Gagasan tentangKekuasa­an dalam Kebudayaan Jawa", ,dikutip dalam MeriamBudihardjo (ed.). Amika Pemikiran tentang Kuasa danWibawa.' Jakarta: Sinar Harapan.

Berg,C.C. 197~. Penulisan Sejarah Jawa. Jakarta: Bhatara.

Carey,April. 1985. Otoritas dan Demokrasi. alih bahasa"SahatSirnarribra. ' Jakarta: Rajawali.

Page 13: KONSEP KEKUASAANDf1LAM TRADISI BUDAYA JAJ!A ,Oleh …

Konsep Kekuasaan daJam Tradisi. Budaya Jawa 93

Jong,S.de. 1985. Salah Satu Sikap Hidup Orang Jawa.Yogyakarta: Xanisius.

Laswel,Harold D & Abraham Kaplan. 1950. Power and SocietyNew Haven: Yale University Press.

Mangkunegara IV,KGPAA. 1959. Wedatama Gantjaran. Solo:. Keluarga Soebarno.

Miriam Budihardjo. 198.6. Dasar-dasar llmu Po1itik. Jakarta:Gramedia.

Mudjanto,G. 1986. The Concept of Power in Javanese Culture.Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Pudjiwati Sajogyo. 1985. Sosio10gi Pembangunan. Jakarta:FPS IKIP Jakarta dan BKKBN.

Sartono Kartodirdjo.· 1974. Kepemimpinan da1am Sejarah Indo~

nesia. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.

. 1984. Modern Indonesia Tradition & Transformation.---=Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Soedarisman Poerwokoesoemo. 1985. Kasultanan Yogyakarta.Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Soemarsid Martono. 1985. Negara dan Usaha Bina Negara diJawa Masa Lampau. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Suseno, Franz Magnis. 1985. Etika Jawa. Jakarta: Gramedia.

Wolf,Eric R. 1966. Peasants. New Yersey: Prentice Hall Inc.

.~ ,

Page 14: KONSEP KEKUASAANDf1LAM TRADISI BUDAYA JAJ!A ,Oleh …