konsep kebahagiaan ki ageng suryomentaram dan...
TRANSCRIPT
KONSEP KEBAHAGIAAN KI AGENG SURYOMENTARAM DANRELEVANSINYA DENGAN KEHIDUPAN MODERN
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta
Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar
Sarjana Filsafat Islam (S.Fil.I)
Oleh:
MUHAMMAD NUR KHOSIM
NIM. 10510058
PROGRAM STUDI FILSAFAT AGAMA
FAKULTAS USHULUDDIN DAN PEMIKIRAN ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2016
v
MOTTO
“Saat kau dilahirkan engkau menangis tapi orang lain tertawa,tetapiBerjuanglah sampai di saat engkau mati ,orang lain menangisi pemergianmu
tetapi engkau tertawa dalam senyum”
- Hamka-
PERSEMBAHAN
Atas Nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, dan segala nikmat yang
Kau curahkan dengan Cinta-Mu, karya ini kupersembahkan teruntuk kepada:
Ayah dan Ibuku yang senantiasa memberikan dukungan moril dan materi. Perjuangan
dan perngorbanan yang mereka berikan sangat berarti. Atas doa yang terselip dalam
sujud, doa yang terlintas dalam pikiran, doa yang menemani saat keringat bercucuran
dan doa yang hadir dalam air mata menjadikan semangat dalam menyelesaikan tugas
akhir (skripsi) ini. Kebahagiaanmu adalah kebahagiaan Allah, dan sedihmu adalah
kesedihan Allah. Semoga Allah memberikan kebahagiaan dunia, akhirat, umur
panjang dan rezeki yang lancar.
Kakak dan Adikku yang memberikan dukungan rahasia, dengannya terkadang
rasa semangat muncul tanpa disadari.
Keluarga besar yang tanpamu aku tidak mengenal semangat perjuangan.
Para guru yang formal atau non-formal sedari aku kecil, atas bimbinganmu, ilmumu,
didikanmu, spiritmu yang dengannya tumbuh dalam diri sebagai ilmu, yang tidak
kusadari untuk memahami makna yang tersembunyi dari kehidupan ini, semoga
menjadi amal jariah yang tidak akan terputus.
Dan almamaterku UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
vii
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur bagi Allah SWT yang telah memberikan nikmat
sehat dan nikmat taufik. Tuhan semesta raya yang memberikan sentuhan tangan-
Nya dalam setiap kegiatan makhluk-Nya. Seluruh kosmos bertasbih kepada-Nya
dan tidak satupun yang luput dari pandangan dan kuasa-Nya. Atas kehendak dan
kuasa-Nyalah tugas akhir ini dapat terselesaikan. Shalawat atas nabi Muhammad
SAW semoga senantiasa tercurahkan kepadanya, kepada keluarganya, kepada
kurabatnya dan kepada sahabat-sahabatnya. Atasnya pahala kebaikan dan syafaat
selalu menyertai kita semua.
Penyelesaian skripsi ini tidaklah sebagaimana tukang sulap yang
memainkan perannya, perjalanan panjang yang disentuh oleh berbagai pihak.
Sentuhan moril, sentuhan doa, sentuhan semangat dan harapan yang tak ternilai
harganya. Maka dari itu penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. Alim Ruswantoro,S.Ag,M.Ag selaku Dekan Fakultas
Ushuluddin dan Pemikiran Islam,yang telah mengajar filsafat pada
semester awal sehingga menjadi bekal dalam pembuatan skiripsi ini .
2. Bapak Drs Abdul Basir Solisa, M.Ag., selaku pembimbing akademik
sekaligus pembimbing tugas akhir. Terima kasih atas dukungan,
kemudahan dan keikhlasan bapak dalam membimbing penulis selama
waktu berjalanannya perkualiahan.
viii
3. Bapak Dr. Robby H.Abror, S.Ag., M.Hum selaku Ketua Prodi Filsafat
Agama dan Bapak Muh.Fathan, S.Ag., M.Hum selaku Sekertaris Prodi
Filsafat Agama. Terima kasih atas ilmu yang bapak berikan serta
tuntunan akademik yang bapak berikan kepada penulis.
4. Bapak dan Ibu dosen, karyawan dan karywati dan seluruh civit
akademika di lingkungan Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam.
5. Orang tua yang selalu melimpahkan kasih sayang kepada penulis.
Ayah dan Ibu yang selalu mendoakan penulis agar diberikan
kemudahan dalam segala urusan. Terima kasih ayah, terima kasih ibu,
akhirnya anakmu dapat menyelesaikan tugas akhir ini. Semua ini aku
persembahkan untukmu ayah dan untukmu ibu.
6. Adikku Dini Palupi ’ yang memberikan suntikan moril yang sangat
berarti untuk kakakmu, semangat menuntut ilmu adalah untuk
memberikan contoh kebaikan untukmu. Kepatuhanmu kepada orang
tua adalah kebanggaan sekaligus pukulan, sehingga itu sebagai
penambah semangat yang tiada terkira.
7. Teman-teman kelasku “For Mak-siat” 2010 (Forum Malaikat Filsafat)
yang tidak dapat penulis menyebutnya satu persatu, kalian adalah
bagian dari keluarga penulis disini, kebersamaan dan kenangan yang
telah kita goreskan menjadi bumbu penyemangat tersendiri yang akan
menjadi kenangan.
8. Sahabat-sahabatku Imam, Fauzan,Bagas, Hemam, Badar, Imam, Izzat
yang memberikan dukungan tidak terduga disaat yang tepat, dan begitu
ix
juga dengan teman-teman lainnya. Ayi’ yang memberikan kesan
bodoh, padahal sangat cerdas. Dhuha yang super rahasia, namun tetap
memberikan senyuman. Sahabatku KKN yang memberikan sikap
santai tapi usai. Dan juga kepada sahabat-sahabat dan teman-teman
semua. Seseorang disana yang telah melimpahkan doa rahasia dibalik
sujudnya, terima kasih yang tiada tara untuk kalian semua, kalian
memang super.
9. Terima kasih yang tak terbingkai kepada semua pihak yang telah dan
turut membantu atas terselesaikannya skripsi ini.
Akhirnya, hanya kepada Allahlah penulis berharap, segala amal
kebaikan semoga mendapatkan balasan yang berlipat-lipat ganda.
Karya yang sangat sederhana ini semoga menjadi sumbangsih
keilmuan bagi siapapun yang membacanya, dan menjadi amal jariah
penulis. Amien.
Yogyakarta, 21 Juni 2016
Penulis
Muhammad Nur Khosim
ABSTRAK
Hidup dan kehidupan manusia diisi dengan segala aktifitas. Segalaaktifitas yang dilakukan oleh manusia terdapat suatu tellos (tujuan). Bagisiapapun, dimanapun dan kapanpun, kebahagian akan selalu menjadi tujuan yangpaling fundamental. Bahkan semua agama samawi memerintahkan manusiadengan tegas untuk mendapatkan kebahagiaan di kehidupan maupun di duniasetelah mati melalui perbuatan baik, ibadah dan segala bentuk ajaran. Begituberharganya “kebahagiaan”, sehingga manusia pada zaman modern ini berusahamati-matian untuk mendapatkannya tanpa memperhatikan kode etik hidup sepertihubungan (sosial), bertingkah laku dan semua bentuk kode etik lainnya. Sehinggadi dalam kehidupan modern, dominasi “finalistic” dan “egoistic” menjadi sebuahkeniscayaan.
Suatu zaman akan mengalami kemajuan dalam segi produksi entah secarakualitatif maupun kuantitaf, apabila finalistic dan egoistic menjadi dasar utukmembangun “world view”. Tetapi di sisi lain, kemajuan dalam segi produksidengan menggunakan dasar finalistic dan egoistic tersebut membawa dampaknegatif, yaitu kerusakan dalam segi “hubungan”. Kerusakan tersebut terjadi padasemua bentuk hubungan, entah hubungan antara manusia dengan sesama,lingkungan maupun sang pencipta. Jika kerusakan yang dialami pada segi“hubungan” tersebut berlarut-larut dibiarkan, maka akan menimbulkan bencanauntuk manusia itu sendiri. Begitu peliknya permasalahan di dalam hingar bingar(kemewahan) yang dijanjikan oleh modernitas melalui kemajuan ilmupengetahuan dan teknologi. Oleh karena itu, peneliti mengangkat wejangan pokokilmu bahagia Ki Ageng Suryomentaram, dengan harapan dapat memperbaiki apayang rusak di dalam kehidupan modern tersebut.
Wejangan pokok ilmu bahagia Ki Ageng Suryomentaram, dirasa dapatmengembalikan hakikat kebahagian seperti semula yang didasari dengansosialistik bukan egoistic. Dari hukum Mulur-Mungkret yang berada di bagian I,Rasa Sama yang berada di bagaian II dan Rasa Abadi yang berada di bagian III,dapat menetralisir rasa negatif seperi Iri-Sombong dan Sesal-Kawatir. Dengantereliminirnya rasa negatif tersebut, maka masuk dalam surga Ketentraman danKetabahan menjadi sebuah keniscayaa. Setelah dapat masuk dalam surgaketentraman dan ketabahan, maka manusia dapat menerima wejangan pokok ilmubahagia Ki Ageng Suryomentaram bagian IV, yaitu kebahagiaan yang hakiki.Dengan begitu di dalam modernitas, kebahagiaan tidak lagi dimonopoli oleh kaumberkekuatan, bermateri dan bentuk keunggulan lainnya.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL………………………………………………..... i
SURAT PERNYATAAN…………………………………………….. ii
NOTA DINAS………………………………………………………… iii
HALAMAN PENGESAHAN………………………………………… iv
HALAMAN MOTO………………………………………………….. v
KATA PENGANTAR………………………………………………. vi
ABSTRAK…………………………………………...……………… vii
DAFTAR ISI………………………………………………………….. viii
BAB I. PENDAHULUAN……………………………………………. 1
A. Latar Belakang Masalah………………………………………. 1
B. Rumusan Masalah…………………………………………….. 8
C. Tujuan Dan Kegunaan Penelitian…………………………….. 9
D. Tinjauan Pustaka……………………………………………… 10
E. Metode Penelitian……………………………………………... 13
F. Sistematika Pembahasan……………………………………… 16
BAB II. SKETSA BIOGRAFI KI AGENG SURYOMENTARAM… 18
A. Mengenal Sosok Ki Ageng Suryomentaram Melalui Latar
Belakang Keluarga dan Tindak-Tanduknya………………… 16
B. Mengenal Sosok Ki Ageng Suryomentaram Melalui Latar
Belakang Pendidikan………………………………………… 33
C. Mengenal Sosok Ki Ageng Suryomentaram Melalui
Ajaran-Ajarannya…………………………………………… 38
BAB III. SKETSA UMUM SEPUTAR MODERN DAN KONSEP
KEBAHAGIAAN ……………………………………………………. 39
A. Mengidentifikasi Modern …………….…….……………... 39
1. Perkembangan Iptek, Moralitas Dan Ancaman……… 57
2. Problematiaka………………………………………… 63
B. Difinisi Kebahagiaan………………………………...……….. 70
C. Konsep Kebahagiaan yang Lahir dari Rahim Etika ................. 72
1. Hedonisme…………………..………………………... 74
2. Utilitarianisme…………...……………………………. 77
D. Konsep Kebahagiaan yang Lahir dari Rahim Tasawuf……… 80
1. Konsep Kebahagiaan Perspektif Hamka…………….. 83
2. Konsep Kebahagiaan Perspektif Al-Ghozali………… 88
BAB IV. TELAAH METODOLOGI KONSEP KEBAHAGIAAN KI AGENG
SURYOMENTARAM…………………………………………..….. 94
A. Epistemologi Ki Ageng Suryomentram…..…………………. 94
B. Memahami Konsep Kebahagiaan Ki Ageng Suryomentaram
Melalui Wejangan Pokok ………………………..…………. 97
1. Senang-Susah Yang Bersifat Mulur-Mungkret
(Fluktuasi)………………….………………………. 97
2. Metamorfosis Rasa Ke-1 (Rasa Sama, Iri-Sombong
Hilang dan Tentram)..……………………………… 102
3. Metamorfosis Rasa Ke-2 (Rasa Abadi,
Sesal-Kawatir Hilang dan Tabah)………………….. 106
4. Struktur Rasa Bahagia(Mengawasi Keinginan,
Benih Pengetahuan dan Bahagia)………………….. 111
C. Implikasi Konsep Kebahagiaan Ki Ageng Suryomentaram
Di Dalam Kehidupan Modern ……………….……………. 114
BAB V. PENUTUP…………………………………………………… 119
A. Kesimpulan…………………………………………………... 119
B. Saran-Saran…………………………………………………... 120
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………… 122
LAMPIRAN…………………………………………………………... 130
CURICULUM VITAE………………………………………………... 131
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Masalah kebahagiaan menjadi pembicaraan yang tak ada habis-habisnya,
karena kebahagian diletakkan pada posisi fundamental dalam tujuan kehidupan
manusia. Di dalam segala aktivitas manusia yang bersifat relijius maupun hedonis,
kebahagiaan menjadi titik final. Pada hakikatnya kebahagian itu sama bagi
siapapun, kapanpun dan dimanapun, tetapi dalam perwujudannya kebahagian itu
berbeda-beda.1 Karena setiap orang memiliki pola pikir yang berbeda-beda, jadi
ada kausalitas antara kebahagian dan pola pikir.
Kehidupan manusia terus berkembang hingga ditemukan temuan-temuan
baru, kemajuan-kemajuan ini kemudian diikuti gaya hidup praktis dan prakmatis.
Gaya tersebut yang melahirkan sikap permisif, dan perkembangan yang lebih
parah lagi, ketika manusia mengabaikan aspek sosial dan lebih mementingkan
kepentingan pribadi dalam rangka untuk mendapatkan kebahagian. Hal inilah
yang menjadi lubang dan rongga sehingga unsur kejahatan dan kekejaman bisa
menerobos masuk dan membelenggu pemikiran manusia. Sehingga hukum
rimbalah yang bekerja “yang kuat yang berhak bahagia” al-hasil potret
ketidakadilan pada manusia yang lemah secara fisik maupun ekonomi menjadi
1 Suparlan Suhartono, Sejarah Pemikiran Filsafata Modern, (Yogyakarta: Ar-Ruzz, 2005),hlm. 63.
2
tontononan sehari-hari bagi manusia. Bahkan Negara selaku pelindung rakyat,
malah memainkan peran penting atas kualitas kesengsaraan rakyat.
Lebih dari itu, kaum lemah tidak dapat menikmati tetapi hanya di berikan
efek dan dampak dari pembangunan-pembangunan yang berkembang di dunia,
terutama di Indonesia. Kebahagiaan yang katanya salah satunya didapat melalui
kemajuan-kemajuan SDM, tapi justru kemajuan itu sendiri yang merusak norma-
norma yang ada dalam masyarakat.2 Kondisi seperti inilah yang berlangsung dan
bergulir tanpa disadari telah menjauhkan kehidupan manusia dari pusat eksistensi
mereka.
Kebahagiaan sudah dimonopoli oleh kaum atas dengan cara
mempertontonkan kemewahan dihadapan kesengsaraan yang diperoleh kaum
bawah. Barang-barang beralih fungsi, bukan lagi berfungsi sepagaimana mestinya,
tetapi menjadi ukuran kerhormatan dan derajat. Kebahagian yang teletak pada
kepuasaan hidup alamipun hilang. Oleh karena itu, kebahagian yang berdasarkan
pada egoism lebih dominan ketimbang kebahagian berdasarkan sosialitas.
Sehingga tidak lagi ada hubungan antara aku dan engkau yang merupakan inti dari
kemanusiaan serta kebahagiaanku adalah kebahagiaanmu dalam artian milik
bersama menjadi tereliminir.3
2 T. Jacob, Manusia, Ilmu Dan Teknologi, (Yogyakarta: Tiara Wacana, 1988), hlm. 13.
3 Suparlan Suhartono, Sejarah Pemikiran Filsafata Modern, (Yogyakarta: Ar-Ruzz, 2005),hlm. 62.
3
hal ini terkait dengan perkembangan iptek serta interaksi manusia yang
terus menerus mengalami perkembangan dan perubahan seiring dengan
perkembangan zaman, sehingga tiap-tiap periode zaman memiliki keunikannya
masing-masing tak bisa disamakan dengan periode zaman sekarang. kenyataan
tersebut mau tidak mau akan membawa kepada cara pandang (world view), dalam
menilai lingkungan kita, begitu juga dengan persoalan kebahagian.4 Menyikapi
keadaan tersebut, banyak pemikir dengan background yang berbeda-beda
memberikan perhatian besar terhadap perkembangan masalah ini melalui bentuk
aksi maupun karya-karyanya. Tidak kentinggalan pula dengan Ki Ageng
Suryomentaram sebagai salah satu intelektual muslim yang ahli kebatinan selaku
anak pasangan Sri Sultan Hamengku Buwono VII dan Bendoro Raden Ayu
Retnomandojo, putri Patih Danurejo VI, Ki Ageng berusaha menyikapi zamannya
dengan cara menuangkan pemikiran yang dibuktikan dengan bebagai tulisan dan
ceramahnya yang telah dibukuakan.
Ide-ide Ki Ageng Suryomentaram seputar ilmu kebahagian dituangkan di
dalam tulisan dan ceramahnya yang banyak menyuguhkan gagasan baru, yang
dimana karya-karyanya banyak dipelajari oleh kalangan akademisi Yogyakarta.
Dari ilmu kebahagianan yang diajarkan oleh Ki Ageng Suryometaram inilah,
banyak kalangan akademisi Yogyakarta mengambil kesimpulan bahwa ilmu
kebahagian Ki Ageng Suryomentaram menjadi cikal bakal lahirnya teori psikologi
4 T. Jacob, Manusia, Ilmu Dan Teknologi, (Yogyakarta: Tiara Wacana, 1988), hlm. 15.
4
lokal.5 Ia menjadi guru aliran kebatinan yang bernama Kawruh Bedja atau Ilmu
Begja (ilmu bahagia). Salah satu ajaran moral Ilmu Begja yang sangat populer
adalah Aja Dumeh yang berarti jangan sok, jangan menyombongkan diri, dan
jangan membusungkan dada, Jangan mengecilkan orang lain hanya karena merasa
diri sendiri lebih berpangkat tinggi, berkuasa, atau kaya raya, sebab manusia itu
pada hakikatnya adalah sama.6
Pemahaman Ki Ageng tentang manusia seluruhnya bertitik tolak dari
pengamatannya terhadap dirinya sendiri. Ia menggunakan metode empiris, yang
didasarkan pada percobaan-percobaan yang dilakukannya pada dirinya sendiri.7
Dengan cara merasakan, menggagas, dan menginginkan sesuatu, ia menandai
adanya gerak kehidupan di dalam batin manusia. Ki Ageng mencoba membuka
rahasia kejiwaan manusia, yang dilihatnya sebagai sumber penentu perilaku
manusia dalam hidupnya. Ki Ageng juga menunjukkan dasar bagi perilaku
manusia dalam dunianya, sehingga antara diri dengan dunia yang melingkupinya
bisa tercipta keselarasan.8
Pengambilan tema kebahagian menrut Ki Ageng Suryomentaram di sini
dilakukan mengingat adanya anggapan bahwa bahagia itu jika modern, sedangkan
5 Ratih Sarwiyono, Ki Ageng Suryomentaram Sang Plato Dari Jawa, (Yogyakarta:Cemerlang Publishing, 2007), hlm. 5.
6 Adimasana, Ki Ageng Suryomentaram Tentang Citra Manusia (Yogyakarta: Kanisius,1986), hlm. 23.
7 Marcel Bonneff, Ki Ageng Suryomentaram Pangeran Dan Filosof Jawa (1892-1962),Terj. Moentoro Atmosentono, (Madiun: Panitia Kawruh Jiwa Jl. Sulawesi 4, 1983), hlm. 9.
8 Grangsang Suryomentaram, Ki Oto Suastika, Ajaran-Ajaran Ki Ageng SuryomentaramIII, (Jakarta: Pt Inti Idayu Press, 1986), hlm. 188.
5
modern yang dimaksud masih modern yang membuat seseorang menjadi “korban
perspektif”. Masih banyak orang yang menganggap modern adalah orang yang
sudah tidak membakar kemenyan, orang yang bergaya hidup seperti orang
amerika dll. Apabila kreteria modern seperti itu, maka modern bisa dibilang suatu
hal baru, lain dengan biasanya, bahkan bertentangan dengan adat istiadat. Pendek
kata kemapanan-kemapanan sosial yang muncul di masyarakat. Jadi, ada gerakan
atau dinamika yang cenderung mennggalkan hal-hal yang telah terjadi menuju
hal-hal yang belum terjadi. Apabila anggapan modern seperti itu, maka ada pihak
yang mengatakan bahwa modern adalah sesuatu yang tidak baik, karena dianggap
betentangan dengan moral kemapan, yang dimana meninggalkan kemapanan
sosial yang telah terbukti nilai baiknya, digantikan dengan kemapanan sosial yang
belum diketahuai nilai-nilai konsekuensinya.9 Tetapi disisi lain kemapanan sosial
yang sudah atau sedang terjadi jika tidak ditinggalkan, pada suatu saat nanti pasti
tidak akan mampu menjamin perkebangan dan tuntutan hidup dan kehidupan
manusia.
Sedangkan modern yang menekankan segi waktu seperti “contemporary”
atau “up to date” hanya merupakan bentuk baru dari sesuatu.10 Contoh: “ini meja
modern”. Yang di maksud modern mungkin modelnya, bentuknya, tetapi meja
tetaplah meja, kapanpun, dimanapun fungsinya tetap sama. Kalau dilakukan
penilaian lebih mendalam, maka akan ditemukan unsur baru seperti, meja ini
9 Suparlan Suhartono, Sejarah Pemikiran Filsafata Modern, (Yogyakarta:Ar-Ruzz, 2005),hlm. 25.
10 Lorens Bagus, Kamus Filsafat, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2000), hlm.225.
6
membuat setiap orang bisa bekerja dengan enak sehingga merasa senang”. Dari
situ dapat disimpulkan adanya unsur “kecocokan” antara model meja dengan sifat
orang yang memakai. Dari analisis itu, ada petunjuk bahwa “modern” berarti
adanya unsur kecocokan antara suatu model dengan sifat khas orang atau subyek
tertentu. Maksudnya, pola pikir pedoman hidup, sikap hidup, gaya hidup atau cara
hidup seseorang itu sesuai dengan “eksistensinya” sendiri.11 Jadi asli bukan tiru-
tiruan. Sedangakan Eksistensi itu ada di dalam diri sendiri dan ada di dalam
keterkaitan dengan yang lain.
Keterkaiatan inilah yang menjadi peran penting, karena sifat-sifat dan
keadaan- keadaan alam sekitar biasanya menjadi faktor menentukan bagi
pekerkembangan budaya berfikir, sedangkan kebahagian ada kasualitas dengan
pola pikir.12 Jadi daerah yang beriklim dingin atau panas, daerah berpegunungan
atau pantai, perbedaan paham keagamaan bagi smayarakat yang berbeda, dan lain
sebagainya, merupakan faktor-faktor yang bisa mempengarui budaya berfikir,
sedangkan pola berfikir menentukan ukuran kebahagian. Akan tetapi, sekarang
masih banyak orang di Indonesia yang masih menjadi “korban perspektif”, yang
ikut-ikutan atau sama dengan oang lain yang berbeda jenis, kultur, dan perbedaan
lainya untuk dianggap modern.
11 Suparlan Suhartono, Sejarah Pemikiran Filsafata Modern, (Yogyakarta:Ar-Ruzz, 2005),hlm. 24.
12 Suparlan Suhartono, Sejarah Pemikiran Filsafata Modern, (Yogyakarta:Ar-Ruzz, 2005),hlm. 75.
7
Untuk itu, teori kebahagian Ki Ageng Suryomentaram diangkat, dengan
harapan dapat mengembalikan kebahagian yang alami dan bersifat sosial serta
bersih dari unsur kepentingan-kepentian apapun yang akan membuat kebahagian
itu bersifat egois.13 Selain itu, dengan teorinya juga diharapkan akan dapat
mengubah setikma modern yang melahirkan “manusia korban perspektif”.
Sehingga modern bukan lagi sama dengan orang lain atau tiru-tiruan, melainkan
lebih bersifat kontekstual, yang bergantung pada sifat dan kebutuhan dasar setiap
orang sesuai dengan corak alam dan lingkungannya masing-masing. Hal ini bukan
berarti ada “ketergantungan”(dependence) total kepada alam lingkungan baik
alam maupun manusia lain.
Untuk dapat menyesuaikan dengan alam sekitar, perlu konsep,
pertimbangan, dan penentuan untuk kemudian bersikap dan bertingkah laku.
Semua hal ini hanya dapat dikembalikan kepada kepribadian seseorang (subtansi
seseorang). Pendek kata, seorang menyusun konsep untuk dapat dijadikan dasar
pertimbangan dan penentuan sikap serta tingkah laku dalam rangka mencapai
tujuan yang ditetapkan menurut kultur alam maupun sosial kemasyarakatan. Jadi,
untuk mendapatkan kebahagian bukan bergaya hidup dan bertingkah laku ikut-
ikutan, melainkan selaras antara diri pribadinya dengan lingkungannya. Di sini,
jelas ada suatu “pendirian” bukan “ketergantungan”, sedangakan pendirian ini ada
karena ada pengetahuan dan pemikiran (konsep,pertimbangan dan penentuan)
13 Ratih Sarwiyono, Ki Ageng Suryomentaram Sang Plato Dari Jawa, (Yogyakarta:Cemerlang Publishing, 2007), hlm. 5.
8
yang selalu terdorong bergerak dari dalam untuk mengatasi persoalan-persoalan
hidup.14
Jadi teori kebahagiaan yang ditawarkan oleh Ki Ageng Suryomentaram
visible untuk modernitas, karena “korban perspektif” dapat dihilangkan, eksitensi
manusia dapat dicapai dan kebahagian berdasarkan sosialitas dapat diraih. Hal ini
terkait dengan dasar kebahagian adalah pengalaman, dan dasar kesusilaan sebagai
alat untuk mencapai kebahagiaan juga pengalaman. Dari pengalaman, kita tahu
bahwa usaha mencari kebahagiaan itu harus mengindahkan kebahagian orang
lain.15 Guna menjaga arah dan tercapainya tujuan penelitian, pembahasan
selanjutnya akan difokuskan sebagaimana dalam rumusan masalah berikutnya.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka terdapat dua persoalan
menjadi focus penelitian ini:
1. Bagaimana konsep kebahagiaan Ki Ageng Suryomentaram?
2. Bagaimana implikasi konsep kebahagiaan Ki Ageng
Suryomentaram terhadap kehidupan modern ?
14 Suparlan Suhartono, Sejarah Pemikiran Filsafata Modern, (Yogyakarta:Ar-Ruzz, 2005),hlm. 28.
15 Ratih Sarwiyono, Ki Ageng Suryomentaram Sang Plato Dari Jawa, (Yogyakarta:Cemerlang Publishing, 2007), hlm. 35.
9
C. Manfaat dan Tujuan Penelitian
1. Manfaat Penelitian
a) Bagi ilmu pengetahuan, penelitian ini akan memberikan sumbangan
pemikiran yang bisa digunakan sebagai landasan dan informasi dalam
melanjutkan penelitian tentang konsep kebahagiaan.
b) Bagi filsafat, penelitian ini adalah sebuah sumbangan akademis yang
memeperkaya pengetahuan tentang konsep kebahagiaan yang
berkembang di barat dan konsep kebahagiaan yang tumbuh dalam
masyarakat islam sebagai bagian dari kajian ilmu-ilmu filsafat.
2. Tujuan Penelitian
a) Merumuskan konsep kebahagian yang berdasarkan sosialitas bukan
egois dan menetralisir korban perspektif atau sederhananya palsu,
tiru-tiruan dan tidak sesuai dengan eksistensinya.
b) Menemukan nilai-nilai konsep kebahagian yang terkandung di
dalam ajaran Ki Ageng Suryomentaram yang telah
termanifestasikan dalam bentuk ceramah, tulisan-tulisan beliau dan
buku-buku yang membahas beliau khususnya pada konsep
kebahagiaan.
10
D. Tinjauan Pustaka16
Tinjauan pustaka di dalam skripsi ini mencantumkan penelitian yang lain,
yang membahas tentang ki ageng suryomentaram dan karya-karya yang berkaitan
dengan pembahasaan di dalam skripsi ini. Ada beberapa karya dari para peneliti
yang membahas tentang pemikiran ki ageng suryomentaram yang sempat dibaca:
Pertama, skripsi dari Franciscus Soegijono yang diterbitkan oleh
Perpustakaan Sarjana Filsafat UGM pada tahun 1983, dengan judul Ajaran Ki
Ageng Suryomentaram Ditinjau Secara Filsafat Ilmu Pengetahuan. Di dalam
skripsi ini dijelaskan bahwa ajaran-ajaran dia menyangkut hal-hal yang bersifat
kejiwaan dan dalam batas-batas tertentu dapat dikatagorikan “bersifat ilmiah”,
tetapi lebih ditekankan pada tujuan dari ilmu pengetahuan. Tujuan yang ingin
dicapai dari ajran Ki Ageng adalah untuk membahagiakan umat manusia, apabila
manusia itu memahami ajaran beliau secara mendalam maka manusia akan
mengalami kebahagian hidup. Kemudian beliau juga ingin menunjukan bahwa
ajaran dia dalam batas-batas tertentu merupakan pengetahuan ilmiah untuk
mencapai yang bersifat intersubyektivistik, karena menyangkut penghayatan si
subyek dan obyek pengetahuannya bersumbur pada jiwa manusia. selain itu,
skripsi ini juga dibahas tentang apa sumbangan ajaran-ajaran ki ageng untuk
16 Pada pokoknya kegiatan penelitian merupakan upaya untuk meneruskan permasalahan,mengajukan pertanyaan dan mencoba untuk menjawabnya, dengan menemukan fakta-fakta yangmemberikan penafsiran yang benar. Selain itu juga, mempunyai tujuan dan fungsi inisiatif, yaituterus menerus memperbarui lagi kesimpulan dan teori yang telah diterima berdasarkan fakta-faktadan kesimpulan yang telah ditemukan. Anton Bakker dan Achmad Charis Zubair, MetodologiPenelitian Filsafat, (Yogyakarta:Kanisius, 1994), hlm.11.
11
pembangunan nasional yang berkaitan dengan mental kerohanian.17 Jadi yang
membedakan sekripsi ini dengan sekripsi tersebut terletak pada obyek material,
jika skripsi ini obyek materialnya lebih spesifik yaitu konsep kebahagiaan Ki
Ageng. Sedangkan skripsi tersebut obyek materialnya lebih umum, yaitu semua
ajaran-ajaran yang ada di dalam Ki Ageng.
Kedua, skripsi dari Muchlis yang di terbitkan oleh Perpustakaan Sarjana
Filsafat UGM pada tahun 1986, dengan judul kosep kawruh bedjo Ki Ageng
Suryomentaram dalam mencapai kebahagian hidup. Di dalam skripsi ini
menjelaskan bahwa konsep kawruh bedjo, manusia dalam kehidupannya dapat
mencapai kebahagian hidup secara total sehingga sampai pada tataran “manusia
sempurna”. Kebahagian manusia itu apabila dihubungkan dengan masyarakat dan
lingkunga sekitarnya maka kebahagian manusia bersifat individual maupun
bersifat kehidupan sosial. Konsep kawruh bedjo apabila dipahami dengan benar
akan memberikan bimbingan kearah bentuk masyarakat yang didasarkan pada
rasa makna yang seimbang dan harmonis. Dari konsep tersebutlah tercipta
ketenangan, ketentraman, kenyamanan dan kebahagian hidup serta memunculkan
dasar etika hidup manusia bermasyarakat, yaitu: a) Asas Solidaritas, bahwa setiap
manusia atau kelompok manusia harus dapat melibatkan diri dalam perkembangan
sosial sebagai persatuan dan kesatuan. b) Asas Subsidiaritas, asas ini memberikan
petunjuk umum tentang soal bagaimana tata tertib sosial itu dibentuk. c) Asas
Toleransi Dan Asas Dialog, asas toleransi adalah suatu sikap yang hendak
17 Franciscus Soegijono, Ajaran Ki Ageng Suryomentaram Ditinjau Secara Filsafat IlmuPengetahuan, (Yogyakarta: Perpustakaan Sarjana Filsafat UGM, 1983), hlm.15.
12
mengikuti sertakan orang lain di dalam kesatuan sosial dengan memberikan
kebebasan untuk melaksanakan kebenaran dan keyakinan yang menjiwai
kesadaran sikap sosial dalam hidup bersama. Sedangakan asas dialog merupakan
seni bertanya jawab. Manusia akan merasa sama dan saling memiliki setelah
ketiga asas tersebut diimpementasikan.18 Sehingga, ada sedikit kesamaan antara
skripsi ini dengan skripsi Muchlis, terletak pada obyek material yaitu konsep
kebahagiaan. Sedangkan, yang membedakan antara skripsi ini dan skripsi tersebut
terletak pada arah dimana kedua skripsi tersebut dituju. Jika skripsi Muchlis hanya
dijadikan petunjuk untuk menemukan kebahagiaan hidup. Sedangkan skripsi ini
diharapkan dapat memperbaiki apa yang rusak dan tidak layak di dalam
kehidupan moderen.
Ketiga, skripsi dari Mohamad Nur Hadiudin yang diterbitkan oleh fakultas
Adab Dan Ilmu Budaya UIN Sunan Kalijaga pada tahun 2010, dengan judul
biografi dan pemikiran Ki Ageng Suryomentaram (1892-1962). Skripsi ini lebih
menekankan biografi belia dari mulai lahir, pendidikan, karya, dominasi sosial
politik yang dihadapi dan pemikiran Ki Ageng Suryometaram secara umum.
Skripsi ini mengulas pemikiran Ki Ageng Suryomentaram masih secara umum,
inilah yang membedakan dengan penelitian saya yang lebih menspesifikasikan
pada konsep kebahagiaan saja.19
18 Muchlis, Konsep Kawruh Bedjo Ki Ageng Suryomentaram Dalam Mencapai KebahagianHidup, (Yogyakarta:Perpustakaan Sarjana Filsafat UGM, 1995), hlm. 12.
19 Mohamad Nur Hadiudin, Biografi dan Pemikiran Ki Ageng Suryomentaram (1892-1962), (Yogyakarta: Fakultas Adab Dan Ilmu Budaya UIN Sunan Kalijaga, 2010), hlm.7.
13
Keempat, skripsi dari Ucik Isdiyanto yang diterbitkan oleh Fakultas
Usuluddin Dan Pemikiran Islam UIN Sunan Kalijaga pada tahun 2003, dengan
judul Ilmu Dalam Kejawen (Studi Terhadap Ajaran Ki Ageng Suryomentaram).
Skripsi ini menjelaskan tentang konsep ilmu menurut Ki Ageng Suryomentaram
yang melingkupi sumber ilmu, epistemology, kualitas, klasifikasi, hakekat dan
tujuan. Selain itu, skripsi ini juga berusaha memperlihatkan indikasi bahwa Ki
Ageng Suryomentaram masuk dalam katagori filosof.20 Dilihat dari judulnya saja
dapat disimpulkan, bahwa perbedaan antara skripsi ini dengan skripsi Ucik
terletak pada obyek material. Jika skripsi ini obyek materialnya adalah konsep
kebahagiaan Ki Ageng, sedangkan obyek material skripsi Ucik adalah ilmu dalam
kejawen dan ajaran dan teori Ki Ageng dijadikan obyek formalnya.
Kelima, karya yang berupa buku yang di tulis oleh Marcel Bennoff yang di
Terbitkan Madiun: Panitia Kawruh Jiwa Madiun, 1983 dengan judul Ki Ageng
Suryomentaram Pangeran Dan Filosof Jawa (1892-1962). Buku ini sebenarnya
meupakan karya terjemahan dari bahasa Prancis, dengan judul asli “Ki Ageng
Suryomentaram, Prince Et Philosophe Javanais (1892-1962)”. Sedangakan yang
menerjemahkan kedalam bahasa Indonesia buku ini adalah Moentoro
Atmosentono. Buku ini menjelaskan seputar biografi Ki Ageng sebagai anak dari
raja mataram serta segala aktivitas semasa hidupnya. Selain itu, buku ini berusaha
20 Ucik Isdiy, Ilmu Dalam Kejawen (Studi Terhadap Ajaran Ki Ageng Suryomentaram),(Yogyakarta:Fakultas Usuluddin Dan Pemikiran Islam UIN Sunan Kalijaga, 2003), hlm. 3.
14
mengambil sebuah silogisme yang didapat dari segala aktivitas dan kehidupan
beliau sebagai premisnya.21
E. Metodologi Penelitian
Setiap kegiatan ilmiah untuk lebih terarah dan rasional diperlukan suatu
metode yang sesuai dengan obyek kajian, karena metode berfungsi sebagai cara
mengerjakan sesuatu untuk mendapatkan yang memuaskan. Di samping itu
metode merupakan cara bertindak supaya peneliti berjalan terarah dan mencapai
hasil maksimal.22 Oleh karena itu, dalam penelitian metode ditempatkan pada
posisi yang fundamental.
Penelitian ini merupakan penelitian Historis-Filosofis, yaitu
mengkomplementasikan antara pendekatan historis dan filosofi sehingga saling
mengisi dan memperkuat satu sama lain, tetapi tetap menjaga eksistensinya
masih-masing. Pada tahap historis, yakni berupaya mereidentifikasi semua yang
menjadi “The Real Discourse” di dalam konsep kebahagiaan Ki Ageng
Suryomentaram, entah dari segi pemikiran maupun segala aktifitasnya. Sedangkan
pada tahap filosofis, yakni melakukan aktifitas eksploratif terhadap “the real
discourse” yang telah didapat pada tahap historis, lalu mencari visibelitas konsep
kebahagiaan di dalam kehidupan moderen.
21 Marcel Bennoff, Ki Ageng Suryomentaram Pangeran Dan Filosof Jawa (1892-1962).Terj, Moentoro Atmosentono, (Madiun:Panitia Kawruh Jiwa Madiun, 1983), hlm 25.
22 Anton Bakker, Metode Filsafat, (Jakarta:Ghalia Indonesia, 1986), Hlm. 10.
15
1. Pengumpulan Data23
Sesuai jenis sumber datanya penelitian ini berupa penelitian
kepustakaan (Library Research). Untuk itu diawali dengan pengumpulan
data kepustakaan semua yang berkaitan dengan Ki Ageng
Suryomentaram. Setelah semua data terkumpul, lalu dilakukan
katagorisasi, yakni data primer dan data skunder.
a) Sumber Primer
Tolok ukur keprimeran sebuah data disini terletak pada level
relevansi konsep kebahagiaan Ki Ageng Suryomentaram yang
menjadi obyek kajian. Maka data primer lasung diambil dari karya
Ki Ageng Suryomentaram yang berupa tulisan-tulisan dan
ceramah-ceramah beliau yang telah dibukukan antara lain, ajaran-
ajaran Ki Ageng Suryomentaram jilid I sampai jilid III. Falsafah
Hidup Bahagia ( Jalan Menuju Aktualisasi Diri) jilid I dan II.
b) Data Skunder
Yang disebut dengan data skunder apabila relevansinya tidak
terlalu kuat kepada obyek kajian. Meskipun demikian, dalam
penelitan nanti data tersebut tidak dipandang sebelah mata, karena
data skunder tersebut berpeluang untuk mengeliminir terjadinya
idol (berhala) dalam istilah Bacon serta berkemungkinan
23 Anton Bakker, Metode Filsafat, (Jakarta:Ghalia Indonesia, 1986), Hlm. 65.
16
melahirkan perspektif baru terhadap subyek kajian. Adapun untuk
pembantu (skunder) peneliti terbuka terhadap berbagai macam
literature, seperti buku-buku, majalah, koran, bulletin, jurnal
maupun juga situs-situs di internet yang tentu menyangkut
mengenai pemikiran Ki Ageng Suryomentaram dan terutama
konsep bahagia. Beberapa diantaranya buku sekunder yang
penulis pakai adalah, Wejangan Pokok Ilmu Bahagia, Ki Oto
Suastika. Ilmu Bebas Kramadangsa, Ki Oto Suastika. Rasa Takut,
Ilmu Jiwa Dan Pembangunan Jiwa Warga Negara Seri XIV,
Atmosentono, Ki Moentono, Suryomentaram Dan Grangsang
2. Metode Pengolahan Data
Dengan ini penulis mencoba untuk mengolah data-data yang telah penulis
dapatkan agar nantinya dapat dipahami dengan jelas. Adapun teknik
dalam menganalisis data ini yang dipakai penulis adalah:
a. Diskriptif
Dengan metode ini peneliti akan mencoba menyajikan pemikiran
Ki Ageng Suryomentaram secara komprehensif, dengan cara
menggali unsur-unsur yang mempengaruhi pemikirannya, baik
lingkungan, sosial, budaya dan politik.
b. Holistika
Di dalam metode ini, peneliti harus memahami konsep-konsep dan
konsepsi-konsepsi kebahagiaan yang bersifat filosofis dari
17
pernyataan Ki Ageng Suryomentaram yang terdapat di dalam data
primer maupun skunder dengan betul-betul, yang dilihat dalam
rangka keseluruhan visinya mengenai manusia, dunia dan Tuhan.24
Serta makna apa yang terkandung di dalamnya25 atau memisahkan,
membedakan dan melihat nuansa, untuk selanjutnya melihat
adanya keteraturan. 26
c. Interpretasi
Memahami kandungan kosep ilmu bahagia ki ageng
suryomentaram membutuhkan penafsiran tertentu. Metode ini
digunakan guna mendapatkan pemahaman lebih mendalam. Sebab,
ada beberapa kata kunci yang dipertahankan disini untuk tidak
menghilangkan subtansi pemikiran ki ageng. Penulisan selalu
berusaha memahami dan menafsirkan seperlunya bila itu
diperlukan.
d. Analisis
Dari analisis ini mencoba menarik kesimpulan dari premis-premis
yang saling mendukung, yang ada didalam karya Ki Ageng
Suryomentaram. setelah itu kesimpulan itu diuji dengn terus-
menurus mempertanyakan, sampai pertanyaan itu semakin kuat.
24 Anton Baker dan Ahmad Charis Zubair, Metodologi Penelitian Filsafat, (Yogyakarta:Kanisius, 2010), hlm. 64.
25 Louis O. Kattsoff, Pengantar Filsafat. Terj, Soejono Soemargono, (Yogyakarta:TiaraWacana, 1986), hlm.18.
26 C.A. Van Peursen, Orientasi di Alam Filsafat, Terj, Dick Hartono, (Jakarta:GramediaPustaka Utama, 1986), hlm.38.
18
Karena dalam filsafat, jawaban dari pertanyaan itu adalah
pertanyaan selanjutnya.
Kajian penelitian ini menggunakan pendekatan filosofis, dengan mengacu
pada karakter dan realitas hidup yang dihadapi oleh Ki Ageng Suryomentaram.
Selain itu, beberapa poin pemikirannya dapat dilihat sebagai respon atau
tanggapan terhadap zamannya yang ia hidup di dalamnya.
F. Sistematika Pembahasan
Sistematika pembahasan dalam sekripsi ini dapat disistematikan
penyajiannya sebagai berikut:
Bab pertama, merupakan pendahuluan yang terdiri dari latar belakang
masalah, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, tinjauan pustaka,
metode penelitian dan sistematika pembahasan. Bab ini merupakan pandangan
umum secara garis besar dari yang akan dijabarkan dalam bab-bab berikutnya
yang merupakan keseluruhan dari penulisan kekripsi ini. Oleh karena itu, bab ini
penting untuk melihat secara singkat konstruksi bahasan pada bab-bab
selanjutnya.
Bab kedua, biografi Ki Ageng Suryomentaram yang berisi tentang latar
belakang keluarga, aktifitas semasa hidup, pendidikan, dan politik. Hal-hal berikut
yang akan mengantarkan peneliti pada corak atau genre pemikiran tokoh yang
hendak ditelit (membentuk). Terkait dengan hal itu, situasi dan kondisi sosial
kultur dan pemikaran yang sudah mengkristal pada masanya, itu yang berperan
penting dalam pembentukan budaya berfikir seseorang.
19
Bab ketiga, akan dijelaskan secara singkat mengenai konsep kebahagiaan
secara umum, mulai dari difinisinya hingga konsep kebahagian yang ada di dalam
aliran-aliran yang berkembang. Bab ini penting karena bab ini menjadi bingkai
dalam membaca gagasan konsep kebahagiaan Ki Ageng Suryomentaram.
Bab keempat, merupakan titik fokus kajian ini, akan dijelaskan secara
detail tentang konsep kebahagiaan Ki Ageng Suryomentaram yang didalamnya
berisi komponen-komponen teori, epistemology, dan metodologinya. Dari
komponen-komponen tersebut akan dicoba untuk membrikan ruang untuk sub bab
yang berisi tentang implikasi terhadap modernitas.
Pada bab kelima menjadi penutup dari penelitian ini dan sekaligus menjadi
jawaban dari rumusan masalah serta kesimpulan dari bab-bab sebelumnya. Bab ini
juga berisi saran yang sekiranya bermanfaat untuk penelitian untuk kajian
selanjutnya.
122
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari proses identifikasi dan reidentifikasi terhadap wejangan pokok ilmu
bahagia Ki Ageng Suryomentaram yang telah dilakukan, kita dapat mengambil
premis-premis yang ada di dalam wacana tersebut. Selanjutnya, dari premis-
premis tersebut, peneliti dapat menyimpulkan :
Pertama, kalau dilihat dari komponen-komponen yang ada di dalam
wejangan pokok ilmu bahagia Ki Ageng Suryomentaram, bahagia itu saat
manusia memiliki rasa tentram dan tabah. Sedangkan untuk mendapatkan rasa
tentram dan tabah tersebut, harus melalui beberapa step. Jadi dalam rangka
mendapatkan kebahagiaan, mengutamakan tahapan-tahapan. Selanjutnya, tahap
yang terdahulu haruslah dapat dikerjakan oleh tahapan berikutnya (workable),
begitu dan seterusnya, sehingga pada akhirnya terbukti menghasilkan apa yang
diinginkan, yaitu tercapainya kebahagiaan.
Di dalam konsep kebahagiaan beliau hakekatnya adalah gerak, sebagai
sesuatu yang plural, tidak tetap dan serba “MENJADI” (to become). Untuk
menggambarkan gerak tersebut Ki Ageng Suryomentaram menggunakan istilah
hukum “mulur-mungkret”, kalau dalam filsafat menggunakan istilah hukum
Pantarei. Jadi rasa senang itu tidak bersifat tetap, begitu juga dengan rasa susah
dalam artian “mulur-mungkret”. Senang akan mulur sampai akhirnya
mendapatkan kesusahan, sebaliknya susah akan mungkret sampai akhirnya
mendapatkan kesenangan. Hal tersebut menjadi dasar untuk mendapatkan
123
ketentraman dan ketabahan. Setelah dua hal tersebut didapatkannya, maka orang
akan memiliki kemampuan untuk “mengawasi keinginan”, pada akhirnya rasa aku
itu bahagia dan abadi.
Kedua, dilihat dari tataran epistemology dan metodologi konsep
kebahagiaan beliau, maka dapat disimpulkan, bahwa unsur finalistic dan egoistic
yang mendominasi di dalam modernitas akan tereliminir, setelah mengakomodir
wejangan pokok ilmu bahagia Ki Ageng Suryomentaram. Dengan terelimirnya
unsur finalistic dan egoistic, akan berimplikasi pada perubahan kearah yang lebih
baik dari berbagai sektor yang ada di dalam modernitas. Salah satunya dari sektor
“hubungan”, entah hubungan antara manusia dengan sesame, alam dan sang
pencipta. Jalinan hubungan yang senelumnya rusak karena dibangun dengan atas
dasar hedonism, berubah menjadi hubungan yang harmonis dan sehat.
B. Saran-saran
Pemahaman adalah sesuatu yang tidak mengenal kata final, melainkan
sesuatu yang on going process, oleh karena itu makna yang menjadi hasil
pemikiran adalah ketidaksempurnaan. Dengan ketidaksempurnaan itu, maka
pemahaman dituntut untuk terus bergerak dalam rangka memperbaiki agar dapat
diaktualisasikan di dalam dinamaika sosisal. Oleh karena itu, penelitian
selanjutnya diperlukan sebagai wujud dari hasil usaha pemahaman manusia
terhadap hal di luar dirinya, sehingga dapat memenuhi keberadaan dirinya atau
memahami dirinyasendiri.
124
Dengan begitu, penelitian seputar konsep kebahagian Ki Ageng
Suryomentaram, entah itu sekripsi ini ataupun penelitian sebelumnya maupun
konsep kebahagiaan Ki Ageng Suryomentaram itu sendiri, tidak harus diterima
sebagai sesuatu yang kaku, baku, absolut dan tidak menerima adanya pemahaman
baru, melainkan terus dikaji lagi dan lagi. Karena itu semua merupakan hasil dari
pemikiran manusia.
Konsep yang dimiliki oleh Ki Ageng Suryomentaram tersebut, difokuskan
untuk diaktualisasikan di dalam kehidupan manusia atau realitas. Untuk penelitian
selanjutnya, jangan sampai takut apabila menemukan hasil yang berbeda dengan
peneliti sebelumnya. Saran yang pertama tersebut yang melahirkan saran yang
kedua, yaitu menghindari absolutism karena hakekat dari semuanya itu adalah
plural, sehingga kita harus bersifat terbuka. Ini hanya bagian kecil dari ilmu yang
dikembangkan oleh tokoh tersebut, oleh karena itu saya harap, ini bukan akhir
dari penelusuran mengenai obyek tersebut. Dengan begitu, kebenaran dapat
didialokan dan diaktualisasikan didalam dinamika social.
125
DAFTAR PUSTAKA
Abdussomad, Muhammad. Penuntun Qalbu: Kiat Meraih Kecerdasan Spiritual.
Surabay: Khalista, 2005.
Adimasana. Ki Ageng Suryomentaram Tentang Citra Manusia. Yogyakarta:
Kanisius, 1986.
Adisusilo, Sutarjo. Sejarah Pemikiran Barat: Dari Yang Klasik Sampai Yang
Modern. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma, 2005.
AGM, Melsen Van. Ilmu Pengetahuan Dan Tanggung Jawab Kita. Jakarta:
Gramedia, 1985.
Ahmad, Mudlor. Etika Dalam Islam. Surabaya: Al-Ikhlas, 1993.
Al-Ghanimi, Abu Al-Wafa. Sufi Dari Zaman Ke Zaman Terj. Ahmad Rofi’
Usman. Bandung: Pustaka, 1985.
Al-Ghazali, Imam. Ibadah Perspektif Sufistik. Surabaya: Risalah Gusti, 1999.
Al-Ghazali, Kimia Kebahagiaan Terj. Fathurrahman. Yogyakarta: Mitra Pustaka,
2004.
Amin, Ahmad. Etika: Ilmu Akhlak Terj. Farid Ma’ruf. Jakarta: Bulan Bintang,
1991.
As, Asmaran. Pengantar Studi Tasawuf. Jakarta: Rajawali Pers, 1996.
126
Astrid, Phil dan Sunto. Pengantar Sosiologi Dan Perubahan Sosiologi. Jakarta:
PT.Binacipta, 1983.
Badudu, S. dan Sutan Mohammad Zain. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta:
Pustaka Sinar Harapan, 1994.
Bagus, Lorens. Kamus Filsafat. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2000.
Bahtiar, Purnama. The Power of Religion. Jogjakarta: Pondok Edukasi, 2005.
Baker, Anton Dan Ahmad Charis Zubair. Metodologi Penelitian Filsafat.
Yogyakarta: Kanisius, 2010.
Bakri, Hasbullah. Sistematika Filsafat. Jakarta: Widjaya, 1992.
Bennoff, Marcel. Ki Ageng Suryomentaram Pangeran Dan Filosof Jawa (1892-
1962). Terj, Moentoro Atmosentono. Madiun:Panitia Kawruh Jiwa
Madiun, 1983.
Bertens, K. Etika. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2004.
Bertens, K. Panorama Filsafat Modern. Jakarta:PT. Mizan Publika, 2005.
Bertens, K. Ringkasan Sejarah Filsafat. Yogyakarta: Kanisius, 1976.
Bertens, K. Sejarah Filsafat Yunani. Yogyakarta: Kanisius, 1992.
Breazeale, Daniel. Fichte, Johann Gottlieb In The Cambridge Dictionary of
Philosophy. London: Cambridge University Press, 1999.
127
Bustanudin, Agus. Agama Dalam Kehidupan Manusia. Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2006.
Chattopadhyaya, D. Indian Philosophy: A Popularintroduction. New Delhi:
People’s Publishing House, 1986.
Echols, John M. dan Hassan Shadily. Kamus Indonesia-Inggris, Ter. Tim
Gramedia Pustaka Utama. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2002.
El-Ashiy, Abdurrahman. Makrifat Jawa Untuk Semua. Jakarta: PT Serambi Ilmu
Semesta, 2011.
Fichte, Johann Gottlieb. The Science of Rights. Philadelphia: J.B. Lippincott &
Company, 1869.
Freud, Sigmund. Psikopatologi Dalam Kehidupan Sehari Hari, terj. Pasuruan:
Pedati, 2005.
Hadi, Sutrisno. Metodologi Research I. Yogyakarta: Yayasan Fakultas Psikologi
UGM, 1984.
Hadiudin, Mohamad Nur. Biografi dan Pemikiran Ki Ageng Suryomentaram
(1892-1962). Yogyakarta: Fakultas Adab Dan Ilmu Budaya UIN Sunan
Kalijaga, 2010.
Hajjaj, Muhammad Faiuqi. Tasawuf Islam Dan Akhlak. Jakarta: Amzah, 2011.
Hamka. Tasawuf Modern. Jakarta: Pustaka Panjimas, 1990.
128
Hardjana, A. Mangun. Isme-Isme Dalam Etika: Dari A Sampai Z. Yogyakarta:
Kanisius, 2003.
Isdiy, Ucik. Ilmu Dalam Kejawen (Studi Terhadap Ajaran Ki Ageng
Suryomentaram). Yogyakarta:Fakultas Usuluddin Dan Pemikiran Islam
UIN Sunan Kalijaga, 2003.
J. Howard, Roy. Hermeneutika,Terj. Kusmana dan MS. Nasrullah. Jakarta:
Nuansa, 2000.
Jacob, T. Manusia, Ilmu Dan Teknologi. Yogyakarta: Tiara Wacana, 1988.
Jung, Freud Erikxon. Teori-Teori Psikodinamik (Klinis), Terj. Dr. A. Spratiknya.
Yogyakarta: Kanisius, 1993.
Kartanegara, Mulyadhi. Menyibak Tirai Kejahilan: Pengantar Epistemology
Islam. Bandung: Mizan,2003.
Kattsoff, Louis O. Pengantar Filsafat. Terj, Soejono Soemargono.
Yogyakarta:Tiara Wacana, 1986.
Kleden, Ignas. Sikap Ilmiah Dan Kritik Kebudayaan. Jakarta: LP3ES, 1988.
Kojeve, Alexandre. Introduction to the Reading of Hegel, terj. James h. Nichols,
JR. New York: Cornell University Press, 1980.
Lawlor, Leonard dan Jacques Derrid, Derrida And Husserl : The Basic Problem
Of Phenomenology. Indiana: Indiana University Press, 2002.
129
Magee,Bryan. The Story Of Philosophy. Terj.Marcus Widodo dan Hardono Hadi.
Yogyakarta: Kanisius ,2008.
Mahmud, Abdul Halim. Akhlak Mulia Ter. Abdul Hayyie Al-Kattani (dkk).
Jakarta: Insani Press, 2004.
Majid, Abdul (dkk). Al-Islam. Malang: Umm Lembaga Studi Islam
Kemuhammadiyahan, 1996.
Maksum, Ali. Tasawuf Sebagai Pembebasan Manusia Modern. Surabaya: Pustaka
Pelajar, 2003.
Manzhur, Ibn. Lisan Al-Arab. Beirut: Dar Sadr, 1994.
Maslow, Abraham. The Third Force, The Psychology Of Abraham Maslow. New
York: Washington Square Press, 1971.
McKirahan, Richard. Presocratic Philosophy: In The Blackwell Guide to Ancient
Philosophy. Malden: Blackwell Publishing, 2003.
Mettrie, Julien Offray de La. Richard A. Watson, Man a Machine and Man a
Plant. Terj. Maya Rybalka. Cambridge: Hackett Publishing Company,
Inc, 1994.
Muchlis. Konsep Kawruh Bedjo Ki Ageng Suryomentaram Dalam Mencapai
Kebahagian Hidup. Yogyakarta:Perpustakaan Sarjana Filsafat UGM,
1995.
Nasir, Sahilun A. Tinjauan Akhlak. Surabya: Al-Ikhlas, 1991.
130
Nasr, Seyyed Hossein dan Oliver Leaman. History Of Islamic Philosophy 2. New
York: Routledge, 1996.
Nasution, Harun. Filsafat Dan Mistisisme Dalam Islam. Jakarta: Bulan Bintang,
1992.
Nur Hadiudin, Muhamad. Biografi Dan Pemikiran Ki Ageng Suryomentaram.
Yogyakarta: Fak. Adab UIN Suka, 2010.
Palmer, R.E. Hermeneutics: Interpretation Theory In Shcleimarcher, Dilthey
Haidegger and gadamenr. Evanstone: Northwesteren University Press,
1969.
Peursen, C.A. Van Orientasi. Di Alam Filsafat, Terj, Dick Hartono,
Jakarta:Gramedia Pustaka Utama, 1986.
Quasem, M. Abdul. Etika Al-Ghazali: Etika Majemuk Dalam Islam. Yogyakarta:
Mitra Pustaka, 2004.
Rakhmat, Jalaludin. Meraih Kebahagiaan. Bandung: Simbiosa Rekatama Media,
2004.
Rusdy, Sri Teddy. Epistemology Ki Ageng Suryomentaram. Jakarta: Yayasan
Kertagama, 2014.
Russell, Betrand. Pergolakan Pemikiran. Jakarta: Gramedia, 1988.
Said, Usman (dkk). Pengantar Tasawuf. IAIN Sumatra Utara: Proyek Pembinaan
Perguruan Tinggi, 1982.
131
Sakandari, Ibn Athaillah Al. Pencerah Kalbu; Wacana Moral dan Spiritual.
Jakarta: Serambi, 2002.
Sarwiyono, Ratih. Ki Ageng Suryomentaram Sang Plato Dari Jawa. Yogyakarta:
Cemerlang Publishing, 2007.
Schelling, Friedrich Wilhelm Joseph Von. Idealism and the Endgame of Theory:
Three Essays by F. W. J. Schelling. New York: State University Of New
York Press, 1994.
Seligman, Martin E. P. Authentic Happiness: Using the New Positive Psychology
to Realize Your Potential for Lasting Fulfillment. New York: Simon And
Schuster Inc, 2002.
Siregar, M. Aziz. Islam Untuk Berbagai Aspek Kehidupan. Yogyakarta: Tiara
Wacana Yogya, 1999.
Soegijono, Franciscus. Ajaran Ki Ageng Suryomentaram Ditinjau Secara Filsafat
Ilmu Pengetahuan. Yogyakarta: Perpustakaan Sarjana Filsafat UGM,
1983.
Solomon, Robert C. Etika:Suatu Pengantar Terj. Andre Karo-Karo. Jakarta:
Erlangga, 1987.
Sudrajat, Ajat. Din Al-Islam. Yogyakarta: Up Puny, 1995.
Suhartono, Suparlan. Sejarah Pemikiran Filsafata Modern. Yogyakarta:Ar-Ruzz,
2005.
132
Suryomentaram, Ki Ageng. Ajaran-Ajaran Ki Ageng Suryomentaram I. Terj,
Grangsang Suryomentaram. Jakarta: PT Inti Idayu Press, 1986.
Suseno, Franz Magnis. Etika Dasar. Yogyakarta: Kanisius, 1993.
Sztompka, Piotr. Sosiologi Perubahan Sosial. Jakarta: Prenada Media Group,
2004.
Vos, H. De. Pengantar Etika Terj. Soejono Soemargono. Yogyakarta: Tiara
Wacana, 1987.
Ward, Barbara dan Rene. Hanya Satu Bumi. Jakarta: Gramedia, 1974.
Welner, Myton. Modernisasi, Dinamika Pertumbuhan. Yogyakarta: Universitas
Gajah Mada, 1981.
Wijono, Hadi. Sari Sejarah Filsafat Barat. Yogyakarta:Kanisius, 1980.
Wollheim, Richard. Sigmund freud. New York: University Of Cambridge, 1990.
Ya’qub, Hamzah. Tingkat Ketenangan Dan Kebahagiaan Mukmin. Jakarta:
Pustaka Atisa, 1992.
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Muhammad Nur KhosimTempat/Tgl Lahir : Sleman, 29 September 1985Alamat Asal : Nangsri Kidul ,Girikerto ,Turi ,SlemanNama Orang Tua : Bapak: Murtidjo
Ibu : SumiyatiPekerjaan : PnsAlamat : Nangsri Kidul ,Girikerto ,Turi ,Sleman
Riwayat Pendidikan :o TK Aba Candi Purwobinangun Pakemo Sd.N Somoitano Smp N 1 Turio Smk Ma’arif Salam ,Magelango Filsafat Agama Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam UIN Sunan
Kalijaga
Pengalaman Organisasi :
Wakil Ketua Pemuda Generasi Muda Nangsri Kidul (Gema Enka) 2011-2013 Ketua Pemuda Generasi Muda Nangsri Kidul (GEma Enka) 2013-2015