konsep ibadah abdul qadir al -jailani...

80
KONSEP IBADAH ABDUL QADIR AL-JAILANI DALAM KITAB SIR AL- ASRAR DITINJAU DARI MAQASHID SYARIAH AL-SYATIBI SKRIPSI Diajukan untuk Memnuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Syariah (S.Sy) Oleh : IRMANSYAH NIM. 107043102190 KONSENTRASI PERBANDINGAN MAZHAB FIQH PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MAZHAB HUKUM FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1435 H/2014 M

Upload: hangoc

Post on 21-Nov-2018

269 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: KONSEP IBADAH ABDUL QADIR AL -JAILANI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29193/...i KONSEP IBADAH ABDUL QADIR AL -JAILANI DALAM KITAB SIRR AL -ASRAR DITINJAU DARI

KONSEP IBADAH ABDUL QADIR AL-JAILANI DALAM KITAB SIR AL-

ASRAR DITINJAU DARI MAQASHID SYARIAH AL-SYATIBI

SKRIPSI

Diajukan untuk Memnuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Syariah (S.Sy)

Oleh :

IRMANSYAH

NIM. 107043102190

KONSENTRASI PERBANDINGAN MAZHAB FIQH

PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MAZHAB HUKUM

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1435 H/2014 M

Page 2: KONSEP IBADAH ABDUL QADIR AL -JAILANI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29193/...i KONSEP IBADAH ABDUL QADIR AL -JAILANI DALAM KITAB SIRR AL -ASRAR DITINJAU DARI

i

KONSEP IBADAH ABDUL QADIR AL-JAILANI DALAM KITAB

SIRR AL-ASRAR DITINJAU DARI MAQASHID SYARIAH AL-SYATIBI

SKRIPSI

Diajukan untuk Memnuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Syariah (S.Sy)

Disusun oleh :

IRMANSYAH

NIM. 107043102190

Dibawah bimbingan

Dr. H. Muhammad Taufiki, M.Ag

NIP.196511191998031002

KONSENTRASI PERBANDINGAN MAZHAB FIQH

PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MAZHAB HUKUM

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1435/2014

Page 3: KONSEP IBADAH ABDUL QADIR AL -JAILANI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29193/...i KONSEP IBADAH ABDUL QADIR AL -JAILANI DALAM KITAB SIRR AL -ASRAR DITINJAU DARI

ii

Page 4: KONSEP IBADAH ABDUL QADIR AL -JAILANI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29193/...i KONSEP IBADAH ABDUL QADIR AL -JAILANI DALAM KITAB SIRR AL -ASRAR DITINJAU DARI

iii

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu

persyaratan memperoleh gelar Strata 1 (satu) di Fakultas Syariah dan Hukum Universitas

Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai

dengan ketentuan yang berlaku di Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri

(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau

merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang

berlaku di Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 2014-06-26

Irmansyah

Page 5: KONSEP IBADAH ABDUL QADIR AL -JAILANI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29193/...i KONSEP IBADAH ABDUL QADIR AL -JAILANI DALAM KITAB SIRR AL -ASRAR DITINJAU DARI

iv

ABSTRAK

IRMANSYAH, NIM 107043102190. Konsep Ibadah Abdul Qadir Al-Jailani Dalam Tinjauan

Maqashid Syari’ah Al-Syatibi. Program Studi Perbandingan Madzhab dan Hukum (PMH),

Konsentrasi Perbandingan Madzhab Fiqh, Fakultas Syari’ah dan Hukum, Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 1435 / 2014 M. Dibimbing oleh Bapak Dr. H. Muhammad

Taufiki, M.Ag (196511191998031002).

Isi vii + 68 halaman + 41 literatur.

Abdul Qadir al-Jailani adalah seorang faqih sekaligus sufi, dalam buku sirr al-asrar beliau

bercerita tentang konsep ibadah yang mempunyai yang mempunyai dimensi syariat, tarekat dan

hakikat. Bagaimana kerangka teori maqashid syari’ah al-Syatibi meninjau konsep ibadah Abdul

Qadir al-Jailani.

Penelitian ini untuk menganalisis bagaimana konsep ibadah Abdul Qadir al-Jailani di

kitab Sirr – Al-Asrar dengan kerangka teori pemikiran al-Syatibi tentang maqashid -syari’ah dan

adakah kesesuaian praktik ibadah Abdul Qadir al-Jailani dengan maqashid syar’iah al-Syatibi.

Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif dengan melakukan pendekatan

normatif filosofis. Adapun sumber data yang didapat melalui data primer dan data sekunder

dengan pengumpulan data melalui studi pustaka (Librari Reasearch), Data yang diperoleh

tersebut disusun secara teratur dan sistematis, kemudian dianalisis secara deskriptif normatif

filosofis.

Hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa konsep ibadah Abdul Qadir al-Jailani yang

ditijau dari maqashid syari’ah al-syatibi mempunyai keseuaian dan mewujudkan maqashid

syari’ah.

Kata Kunci : Ibadah Abdul Qadir al-Jailani, maqashid syari’ah, al-Syatibi.

Pembimbing : Dr. H. Muhammad Taufiki, M.Ag

Daftar Pustaka : Tahun 1976 s.d Tahun 2014.

Page 6: KONSEP IBADAH ABDUL QADIR AL -JAILANI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29193/...i KONSEP IBADAH ABDUL QADIR AL -JAILANI DALAM KITAB SIRR AL -ASRAR DITINJAU DARI

v

KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat ilahi Rabbi, yang telah menurunkan cahaya ilmu-Nya, shalawat dan

salam semoga selalu tercurah ke hadirat Rasul pembawa cahaya Muhammad SAW. Di balik

terselesaikannya skripsi dengan judul “konsep ibadah Abdul Qadir al-Jailani ditinjau dari

maqashid syariah al-syatibi”, maka penulis ingin mengucapkan terima kasih terutama kepada :

1. Bapak H. JM. Muslimin, MA, Ph.D, Dekan Fakultas Syari’ah dan Hukum Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak Dr. H. Muhammad Taufiki, M.Ag, sebagai Ketua Program Studi Perbandingan

Mazhab Hukum dan Bapak Fahmi Muhammad Ahmadi, S.Ag, M.Si, sebagai Sekretaris

Program Studi Perbandingan Mazhab Hukum Fakultas Syari’ah dan Hukum Universitas

Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Bapak Dr. H. Muhammad Taufiki, M.Ag, selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan

waktunya selama penulis menyelesaikan skripsi. Terima kasih atas bimbingan, kesabaran,

keramahan hati, dan nasehat-nasehat yang berharga yang telah bapak berikan.

Page 7: KONSEP IBADAH ABDUL QADIR AL -JAILANI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29193/...i KONSEP IBADAH ABDUL QADIR AL -JAILANI DALAM KITAB SIRR AL -ASRAR DITINJAU DARI

vi

4. Segenap dosen Fakultas Syari’ah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta atas ilmu yang telah diberikan kepada penulis, semoga ilmu ini memberikan

keberkahan bagi kita semua dan dimanfaatkan sebaik-baiknya.

5. Segenap pimpinan dan staf perpustakaa utama dan perpustakaan Fakultas Syari’ah Dan

Hukum yang telah memberikan fasilitasnya.

6. Kepada kedua orang tua yang penulis hormati dan cintai, penulis persembahkan skripsi ini

kepada ayahanda H.Zulkifli (alm) dan Ibunda Hj. Nurhasanah, yang telah membimbing dan

mendidik. Atas dukungan moril, materil, kesabaran, perhatian, cinta, keikhlasan serta kasih

sayang yang tiada habisnya, semoga Allah membalas dengan seluruh kebaikan, ananda sadar

bahwa semua yang kalian berikan tak akan mungkin tergantikan oleh apapun.

7. Untuk guru-guruku Ust. Cipta Bakti Gama, Lc, KH.Muhyidin, Ust.Syarif, Lc, Ust.

Muzammil al-hafidz, Ust.Zaenal muhtadi, al-hafidz, Ust. Ruslan, al-hafidz, Muhammad

Noer, Om Bagus, Ibu Ida farida, Ibu Sumarni, dan yang tak tersebutkan tanpa bimbingan

dan ilmu dari kalian, muridmu bukanlah apa-apa. Semoga Allah membalas dengan pahala

yang selalu mengalir.

8. Untuk teman-teman yang pernah hadir dalam hidupku fajar anugrah ramadhan, mahatir, cb

gama, ahmad jaelani, adnan syafi’i, akmal, andiyanto,iyus, syahiru, ujang, agus, syahirul,

irfan, maulana, irawan,khoirudin,septianto, prakoso bayu,gustar,adnan hanafi, wahyu ischan,

mulyani azam,rio sulaeman, zaenal ali muslim hidayat, subhan, arman, bimma, elvin

gunawan, aris, vera, maria, siti khoiriyah, ani rohimah,latifah nuzuli, nurhayati, jumiatun

diniah, betie febriana, teh dini retno utami, fikriyah, dan semua yang pernah kenal baik

semoga Allah melimpahkan keberkahan kepada kehidupan kalian semua (Aamiin).

Page 8: KONSEP IBADAH ABDUL QADIR AL -JAILANI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29193/...i KONSEP IBADAH ABDUL QADIR AL -JAILANI DALAM KITAB SIRR AL -ASRAR DITINJAU DARI

vii

9. Teman-teman seperjuangan jurusan PMF (Perbandingan Mazhab Fiqh) angkatan 2007 kelas

B, Kahfi Ust angkatan 10, forum diskusi LSIK gang solo ciputat, mahasantri nurul hikmah

angkatan 2010, multidimensi institute ciputat, LSIA bogor angkatan 2010, dan teman-teman

KKN 77 ceria cibitung kulon pamijahan.

10. Untuk istri tercinta yanah abdul hamid yang selalu memotivasi untuk menyelesaikan tugas

akhir ini, putriku tersayang naila khairina yang selalu membuat hatiku damai dengan melihat

senyum dan tawanya, semoga Allah selalu satukan kita sampai surga.

Demikian ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada semua pihak-pihak yang telah

membantu baik secara langsung maupun tidak langsung, sehingga selesainya skripsi ini,

semoga segala bantuan tersebut diterima sebagai amal baik dan memperoleh balasan pahala

yang berlimpah ganda dari Allah Swt, (Aamiin) maka akhirnya penulis berharap semoga

skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umunya.

Bogor, 5 Ramadhan 1435 H

2 juli 2014 M

Page 9: KONSEP IBADAH ABDUL QADIR AL -JAILANI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29193/...i KONSEP IBADAH ABDUL QADIR AL -JAILANI DALAM KITAB SIRR AL -ASRAR DITINJAU DARI

viii

IRMANSYAH

Page 10: KONSEP IBADAH ABDUL QADIR AL -JAILANI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29193/...i KONSEP IBADAH ABDUL QADIR AL -JAILANI DALAM KITAB SIRR AL -ASRAR DITINJAU DARI

ix

DAFTAR ISI

Halaman

SURAT PERSETUJUAN PEMBIMBING ..................................................... i

LEMBAR PERNYATAAN ............................................................................. ii

ABSTRAK ...................................................................................................... iii

DAFTAR ISI .................................................................................................. . v

KATA PENGANTAR .................................................................................... iv

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1

A. Latar Belakang masalah ............................................................ 1

B. Rumusan Permasalahan ............................................................ 7

C. Tujuan ........................................................................................ 7

1. Tujuan Penelitian .............................................................. 7

2. Manfaat Penelitian ............................................................. 7

D. Kajian Pustaka Terdahulu ......................................................... 8

E. Metode Penelitian…………………………………………….. 10

F. Sistematika Penulisan…………………………………………. 10

BAB II AL-SYATIBI DAN TEORINYA TENTANG MAQASHID

SYARI’AH……………………… .................................................................. 12

A. Biografi al-Syatibi ................................................................... 12

1 kehidupan dan pendidikan al-Syatibi .................................... 10

2 Karya-karya .................................................................... 15

B. Maqashid Syari’ah menurut al-Syatibi..................................... 16

1. Pengertian Maqashid Syariah .............................................. 16

2. Dasar Maqashid Syariah ..................................................... 18

3. Pembagian Maqashid Syari’ah ............................................ 17

4. Syarat Memahami Maqashid Syari’ah ................................ 27

C. Maslahah adalah Maqashid Syari’ah ....................................... 28

Page 11: KONSEP IBADAH ABDUL QADIR AL -JAILANI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29193/...i KONSEP IBADAH ABDUL QADIR AL -JAILANI DALAM KITAB SIRR AL -ASRAR DITINJAU DARI

x

BAB III ABDUL QADIR AL-JAILANI DAN KONSEP IBADAH DALAM

SIRR AL-ASRAR ... ...................................................................................... 30

A. Biografi Abdul Qadir al-Jailani ................................................ 30

1. Kehidupan Dan Pendidikan .............................................. 30

2. Karya-karya ....................................................................... 33

B. Pandangan Abdul Qadir al-Jailani Terhadap Realitas ............. 34

C. Konsep Ibadah Abdul Qadir al-Jailani Dalam Sirr Al-Asrar .. 36

1. Thaharah ............................................................................ 36

2. Shalat ................................................................................. 39

BAB IV ANALISA KONSEP IBADAH ABDUL QADIR AL-JAILANI

DALAM KITAB SIRR AL-ASRAR DITINJAU DARI MAQASHID

SYARIAH AL-SYATIBI……. ..................................................................... 44

A. Konsep Ibadah Abdul Qadir al-Jailani ditinjau dari teori maqashid

syariah al-syatibi. .................................................................... 44

1. Thaharah ...................................................................... 47

2. Shalat ....................................................................... 54

B. Kesesuaian Praktik Ibadah Abdul Qadir al-Jailani Dengan

Maqashid Syariah Al-Syatibi… ............................................... 58

1. Analisa Umum .................................................................... .. 59

Bab V PENUTUP………………… ............................................................ 65

5.1 Kesimpulan……. ..................................................................... 65

5.2 Saran ........................................................................ 66

DAFTAR PUSTAKA ………………………. ................................... 67

LAMPIRAN

Page 12: KONSEP IBADAH ABDUL QADIR AL -JAILANI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29193/...i KONSEP IBADAH ABDUL QADIR AL -JAILANI DALAM KITAB SIRR AL -ASRAR DITINJAU DARI

1

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Islam sebagai agama yang menekankan ketundukan secara total

pada Tuhan baik lahir maupun batin. Formalisasi sistem ketundukan

total ini kemudian dikemas dengan seperangkat panduan praktek

lahiriah yaitu syari’ah.1

Syari’ah adalah cara formal untuk melaksanakan peribadatan

kepada Allah,2 yang dirujuk oleh al-Qur’an sebagai tujuan utama

penciptaan manusia sebagaimana tertuang dalam al-Qur’an surah az-

zariyat ayat 56.

Syari’ah adalah dimensi perundang-undangan dalam islam.

Ia adalh ketentuan yang ditetapkan oleh Syari’(Allah), melalui Rasul-

Nya Muhammad SAW. Baik yang berupa perintah atau larangan3

Dengan demikian tujuan Allah menciptakan jin dan manusia

adalah untuk beribadah kepada-Nya. Ibadah ini harus dilakukan

dengan penuh ketaatan dan ketundukan kepada Allah swt. Sehingga

apapun yang dilakukan manusia harus diniatkan untuk beribadah

kepada Allah swt semata.

1 M. Sa'i & Shohimun Faisol, Kontribusi Tarekat Qadiriyah Wa Naqsabandiyah

dalam Dakwah Islamiyah di Lombok, Jurnal Penelitian Keislaman, vol. 1 No.2, juni

2005, h. 4. 2 Mulyadhi Kartanegara, Menyelami Lubuk Tasawuf, (Jakarta, Erlangga, 2006),

Cet.I, h.27 3 Kharisudin Aqid, Al-Hikmah Memahami Teosofi Tarekat Qadiriyah Wa

Naqsyabandiyah, (Surabaya, Dunia Ilmu, 1998), Cet I, h. 61

Page 13: KONSEP IBADAH ABDUL QADIR AL -JAILANI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29193/...i KONSEP IBADAH ABDUL QADIR AL -JAILANI DALAM KITAB SIRR AL -ASRAR DITINJAU DARI

2

2

Di sisi lain, dipahami bahwa ibadah adalah perbuatan manusia

yang menunjukan ketaatan kepada aturan atau perintah dan pengakuan

kerendahan dirinya di hadapan yang memberi perintah. Adapun yang

memberi perintah untuk beribadah, adalah tiada lain kecuali Allah

swt. sendiri, sebagaimana dijelaskan dalam Al-Qur’an Surat al-

Baqarah (2) : 21.

Dari ayat di atas, dapat dipahami bahwa sasaran ibadah

hanyalah kepada Allah swt. Dengan kata lain, bahwa manusia

beribadah adalah untuk mengabdikan dirinya keada Allah sebagai

Tuhan yang telah menciptakan mereka.4

Ibadah yang diklasifikasikan kepada wadah syariah

mempunyai tujuan – tujuan yang dikenal dengan istilah maqashid

syariah. Maqashid al-Syari’ah terdiri dari dua kata

yaitu maqashid dan asy-syari’ah. Sebelum menjelaskan pengertian

maqashid asy-syari’ah secara istilah terlebih dahulu dijelaskan

pengertiannya secara bahasa (lughawi).

Secara bahasa, maqashid merupakan jama’ dari

kata maqshid yang berarti kesulitan dari apa yang ditujukan atau

dimaksud. Secara akar bahasa, maqashid berasal dari kata qashada,

yaqshidu, qashdan, qashidun, yang berarti keinginan yang kuat,

4 Suaidah, Idah, “Ibadah Dalam Al-Qur’an, Vol 1. No. 1(Oktober 2012): h. 169-170.

Page 14: KONSEP IBADAH ABDUL QADIR AL -JAILANI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29193/...i KONSEP IBADAH ABDUL QADIR AL -JAILANI DALAM KITAB SIRR AL -ASRAR DITINJAU DARI

3

3

berpegang teguh, dan sengaja. Namun, dapat juga diartikan dengan

menyengaja atau bermaksud kepada (qashada ilaihi).

Sedangkan kata asy-syari’ah berasal dari kata syara’a as-

syai yang berarti menjelaskan sesuatu, atau diambil dari asy-

syar’ah dan asy-syari’ah dengan arti tempat sumber air yang tidak

pernah terputus dan orang datang ke sana tidak memerlukan

alat. Terkadang bisa juga diartikan sumber air, di mana orang ramai

mengambil air. Selain itu asy-syari’ah berasal dari akar kata syara’a,

yasri’u, syar’an yang berarti memulai pelaksanaan suatu

pekerjaan, dengan demikian asy-syari’ah mempunyai pengertian

pekerjaan yang baru mulai dilaksanakan. Syara’a juga berarti

menjelaskan, menerangkan dan menunjukkan jalan. Syar’a lahum

syar’an berarti mereka telah menunjukkan jalan kepada meraka atau

bermakna sanna yang berarti menunjukkan jalan atau peraturan.

Jadi, secara bahasa syari’ah menunjukkan kepada tiga pengertian,

yaitu sumber tempat air minum, jalan yang lurus dan terang dan juga

awal dari pada pelaksanaan suatu pekerjaan.5

Jika Syari’ah adalah jalan maka pasti ada tujuan mengapa harus

melalui jalan ini dan maqashid syari’ah adalah tujuan hukum islam

yang harus dicapai. Tujuan tersebut dapat ditelusuri dalam ayat-ayat

5 Ahmad Warson Munawwir, al-Munawwir Kamus Arab-Indonesia, Surabaya:

Penerbit Pustaka Progressif, 1997., cet. 14, hal. 712.

Page 15: KONSEP IBADAH ABDUL QADIR AL -JAILANI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29193/...i KONSEP IBADAH ABDUL QADIR AL -JAILANI DALAM KITAB SIRR AL -ASRAR DITINJAU DARI

4

4

al-Qur’an dan hadits – hadist Nabi sebagai sumber hukum utama

sehingga dapat dirumuskan hukum – hukum fiqh yang berorientasi

pada kemaslahatan.6

Syari’ah adalah hukum yang ditetapkan oleh Allah bagi hamba-

Nya tentang urusan agama, atau hukum yang ditetapkan dan

diperintahkan oleh Allah baik berupa ibadah (shaum, shalat, haji,

zakat, dan seluruh amal kebaikan) atau muamalah yang menggerakkan

kehidupan manusia (jual, beli, nikah, dan lain-lain). Sebagaimana

firman Allah SWT (QS. al- Jatsiyah :18).

Dengan mengetahui pengertian maqashid dan asy-syari’ah secara

bahasa, maka dapat membantu kita menjelaskan pengertian yang

terkandung dalam istilah, yaitu tujuan-tujuan dan rahasia-rahasia yang

diletakkan Allah dan terkandung dalam setiap hukum untuk keperluan

pemenuhan manfaat umat. Atau tujuan dari Allah menurunkan

syari’at, dimana menurut al-Syatibi tujuan dari pada maqashid

syari’ah adalah untuk mewujudkan kemashlahatan manusia di dunia

dan akhirat.7

Teori maqashid syari’ah sering diatribusikan kepada Umar Bin

Khattab. Al-Ghazali, melalui bimbingan al-Juwaini, mengembangkan

teori ini. Ditangan al-Syatibi, teori ini menjadi terkenal di seluruh

6 Ramin Abd. Wahid, Maqashid al-Syari'ah dan Penerapan Hak Asasi Manusia

dalam Masyarakat Islam, Volume 15 Nomor 1, Juni 2012, h.126 7 Rahmat Sadchalis, Maqashid asy-Syari’ah,

http://sadchalis15.wordpress.com/2013/09/09/maqashid-asy-syariah/, (diakses

15/02/2014)

Page 16: KONSEP IBADAH ABDUL QADIR AL -JAILANI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29193/...i KONSEP IBADAH ABDUL QADIR AL -JAILANI DALAM KITAB SIRR AL -ASRAR DITINJAU DARI

5

5

dunia islam. Di zaman modern, Muhammad Abduh dan Rasyid Rida

di Mesir, juga al-Maududi di India (kemudian Pakistan), mendorong

mengulas konsep maqashid secara agak mendalam.8

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa yang dimaksud dengan

maqashid al Syari’ah adalah tujuan Allah sebagai Syari’ (Pembuat

Hukum) dalam menetapkan hukum terhadap hambaNya. Adapun inti

dari maqashid al Syari’ah adalah untuk mewujudkan kebaikan

sekaligus menghindarkan keburukan, atau menarik manfaat dan

menolak mudharat, atau dengan kata lain adalah untuk mencapai

kemaslahatan, karena tujuan penetapan hukum dalam Islam adalah

untuk menciptakan kemaslahatan dalam rangka memelihara tujuan-

tujuan syara’9.

Terkait ibadah, Abdul Qadir Al-Jailani yang juga di juluki

“Sulthanul-Auliya” ini mengupas tentang aspek lahir dan batin dari

ibadah seperti shalat, puasa, ibadah haji, zakat dan lain sebagainya.

Syekh Abdul Qadir Al-Jailani telah menggambarkan secara lengkap

tentang tasawuf yang memadukan antara ilmu Syari’ah yang

didasarkan pada Al-Qur’an dan Sunnah melalui penerapan praktis

8 Yudian Wahyudi, Maqashid Syari’ah dalam Pergumulan Politik,

(yogyakarta,nawesea,2007), cet. II, h.28 9 Doni Darmawan, Pendekatan Maqashid al-Syari’ah Dalam Memeriksa dan

Memutuskan Perkara, http://www.pa-sijunjung.go.id/-index/index-artikel/395-

pendekatan-maqashid-al-syariah-dalam-memeriksa-dan-memutuskan-perkara-oleh-

doni-dermawan-sag-mhi--1312.html. (diakses 15/02/2014)

Page 17: KONSEP IBADAH ABDUL QADIR AL -JAILANI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29193/...i KONSEP IBADAH ABDUL QADIR AL -JAILANI DALAM KITAB SIRR AL -ASRAR DITINJAU DARI

6

6

dengan keharusan untuk menghayati hakikat serta tujuan dari

diterapkannya syariat.10

Mengingat ketertarikan penulis mengenai uraian di atas, dan

melihat belum adanya yang membahas tetang konsep ibadah Abdul

Qadir Al-Jailani dalam tinjauan Maqashid Syari’ah maka penulis

mencoba untuk mengangkat sebuah judul skripsi tentang “ KONSEP

IBADAH ABDUL QADIR AL-JAILANI DALAM TINJAUAN

MAQASHID SYARIAH AL-SYATIBI ”.

B. Perumusan dan Pembatasan Masalah

1. Perumusan Masalah

Perumusan masalah adalah salah satu upaya untuk mempermudah

pembatasan dalam penelitian. Berdasarkan latar belakang masalah

tersebut di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai

berikut:

a) Bagaimana konsep ibadah Abdul Qadir al-Jailani ditinjau

dari teori maqahid syari’ah al-Syatibi.?

b) Adakah kesesuain praktik ibadah Abdul Qadir al-Jailani

dengan maqashid syar’iah al-Syatibi.?

2. Pembatasan Masalah

10

Abdul Qadir al-Jailani, Sirrul – Asrar, (Ciputat, Salima, 2013), cet. II, h.xxiii

Page 18: KONSEP IBADAH ABDUL QADIR AL -JAILANI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29193/...i KONSEP IBADAH ABDUL QADIR AL -JAILANI DALAM KITAB SIRR AL -ASRAR DITINJAU DARI

7

7

Sehubungan dengan banyaknya permasalahan yang timbul dalam

penelitian ini, maka penulis perlu membatasi masalahnya. Hal ini

dimaksudkan agar pembahasannya mengenai sasaran dan tidak

mengambang. Dalam penelitian ini penulis membatasi masalah

bersuci dan shalat pada buku Sirrul-Asrar karya Abdul Qadir al-Jailani

dalam Bab Ibadah.

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Untuk mengetahui kerangka teori al-Syatibi tentang

maqashid syari’ah dalam konsep ibadah Abdul Qadir al-Jailani di

kitab Sirr – Al-Asrar.

2. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk :

a. Memperluas dan memperdalam wawasan ilmu pengetahuan

khususnya dibidang Syari’ah.

b. Memberikan kontribusi positif dengan tersedianya data

tentang pandangan Al-Syatibi tentang maqashid al-syari’ah dalam

konsep ibadah Abdul Qadir Al-Jailani di kitab Sirr – Al-Asrar.

c. Sebagai sumbangan pemikiran dan bahan rujukan bagi

pengembangan khazanah keilmuan ke depan.

D. Kajian Pustaka Terdahulu

Page 19: KONSEP IBADAH ABDUL QADIR AL -JAILANI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29193/...i KONSEP IBADAH ABDUL QADIR AL -JAILANI DALAM KITAB SIRR AL -ASRAR DITINJAU DARI

8

8

untuk menghindari penelitian dengan objek yang sama maka

diperlukan tinjauan kajian pustaka terdahulu. Berdasarkan

pengamatan dan pengkajian yang telah dilakukan terhadap beberapa

sumber kepustakaan terkait dengan permasalahan yang di bahas dalam

penulisan skripsi ini, Penelitian seputar kitab sirr al-asrar abdul qadir

al-jailani bukanlah yang pertama dan sering ditemukan, hingga

penelitian ini disusun penulis menemukan skripsi yang terkait dengan

kitab sirr al-asrar yaitu :

pada tahun 2009, ditulis skripsi atas nama mukhamad ma’ruf

(04511779) konsentrasi aqidah dan filsafat UIN sunan kali jaga

yogyakarta dengan judul “Konsep Zikir Syekh Abdul Qadir Al-Jailani

(Telaah Kitab Sirr Al-Asrar)” yang membahas tentang zikir menurut

abdul qadir al-jailani dan pengaruhnya terhadap kehidupan manusia.

Pada skripsi di atas membahas tentang zikir dan dalam skripsi

diatas tidak menerangkan tentang konsep shalat ataupun bersuci

menurut abdul qadir al-jailani, sedangkan skripsi ini membahas

bersuci dan shalat menurut abdul qadir al-jailani.

Sedangkan penelitian mengenai konsep maqashid syariah al-

syatibi sudah sangat banyak dan sering ditemukan, penulis juga

menemukan skripsi tentang maqashid syariah yatiu :

Pada tahun 2009, ditulis skripsi atas nama asnawi (04350018)

konsentrasi ahwal syakhsiyah UIN sunan kali jaga yogyakarta dengan

judul “Tinjauan Maqashid Syariah Terhadap Perkawinan Beda

Page 20: KONSEP IBADAH ABDUL QADIR AL -JAILANI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29193/...i KONSEP IBADAH ABDUL QADIR AL -JAILANI DALAM KITAB SIRR AL -ASRAR DITINJAU DARI

9

9

Agama” yang membahas kasus perkawinan beda agama dan

bagaimana tinjauan maqashid syariah.

Pada skripsi diatas objek bahasannya adalah nikah beda agama,

sedangkan skripsi ini membahas konsep bersuci dan shalat menurut

abdul qadir al-jailani, jadi disnilah letak perbedaan dengan skripsi

sebelumnya.

E. Metode Penelitian

Pembahasan skripsi ini dilakukan dengan cara deskriptif dengan

melakukan pendekatan deskriptif normatif filosofis. Penulis

menggunakan dokumentasi naskah dengan menelusuri buku-buku,

artikel, dan karya ilmiah lainnya yang berkenaan dengan tema bahasan

ini.

Data yang diperoleh tersebut disusun secara teratur dan

sistematis, kemudian dianalisis secara deskriptif normatif filosofis,

dengan demikian penelitian dalam karya ilmiah ini adalah penelitian

deskriptif normatif filosofis. Adapun teknik penulisan, penulis

menggunakan buku “Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan

Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta”.

F. Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan penulisan skripsi ini dan untuk

mempermudah dalam memahami penulisan ini, penulis menyusun

sistematika penulisan sebagai berikut:

Page 21: KONSEP IBADAH ABDUL QADIR AL -JAILANI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29193/...i KONSEP IBADAH ABDUL QADIR AL -JAILANI DALAM KITAB SIRR AL -ASRAR DITINJAU DARI

10

10

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini merupakan Bab pembukaan skripsi yang meliputi latar

belakang masalah, perumusan dan pembatasan masalah, tujuan dan

manfaat penelitian, kajian pustaka, metode penelitian dan sistematika

penulisan.

BAB II : AL-SYATIBI DAN TEORINYA

TENTANG MAQASHID SYARI’AH

Bab ini menguraikan sosok Al-Syatibi meliputi biografi

intelektual serta karya-karyanya dan Maqashid Syari’ah menurut Al-

Syatibi.

BAB III : ABDUL QADIR AL-JAILANI DAN

KONSEP IBADAH DALAM SIRR AL-ASRAR

Bab ini membahas tentang sosok Abdul Qadir Al-Jailani yang

meliputi meliputi biografi intelektual serta karya-karyanya dan konsep

ibadah Abdul Qadir Al-Jailani dalam kitab Sirr Al-Asrar.

BAB IV : ANALISIS TERHADAP KONSEP

IBADAH ABDUL QADIR AL-JAILANI DALAM KITAB SIRR

AL-ASRAR DITINJAU DARI MAQASHID SYARIAH AL-

SYATIBI

Bab ini membahas analisa prinsip umum syariat-tarekat-hakikat

ibadah dilihat dari pandangan maqashid syariah al-syatibi dan analisa

aplikasi prinsip umum ibadah (bersuci, shalat, zakat, puasa, dan haji)

dalam sirr al-asrar.

Page 22: KONSEP IBADAH ABDUL QADIR AL -JAILANI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29193/...i KONSEP IBADAH ABDUL QADIR AL -JAILANI DALAM KITAB SIRR AL -ASRAR DITINJAU DARI

11

11

BAB V : PENUTUP

Bab ini berisi kesimpulan dari hasil penelitian dan saran-saran.

Page 23: KONSEP IBADAH ABDUL QADIR AL -JAILANI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29193/...i KONSEP IBADAH ABDUL QADIR AL -JAILANI DALAM KITAB SIRR AL -ASRAR DITINJAU DARI

12

12

BAB II

AL-SYATIBI DAN TEORINYA TENTANG MAQASHID

SYARI’AH

A. Biografi al-Syatibi

1. Kehidupan dan Pendidikan al-Syatibi

Beliau adalah Ibrahim bin Musa, bin Muhammad al-Lakhmi al

Ghamathi Abu Ishak, yang lebih dikenal dengan sebutan al-Syathibi,

yang dijuluki dengan al Imam al Allaamah (yang sangat dalam ilmu

pengetahuannya), al Muhaqqiq (yang memiliki kemampuan untuk

meneliti sesuatu guna menemukan kesalahan dan kemudian memberi

solusi), al Qudwah (yang pantas diikuti), al Hafizh (yang telah

menghafal dan menjaga ribuan hadits), dan Mujtahid (yang mampu

mendayagunakan kemampuan untuk menghasilkan hukum).1

al-Syatibi oleh banyak penulis sejarah diduga berada di Granada

pada masa pemerintahan Ismail ibn Farraj yang berkuasa tahun 713

H, Muhammad ibn Ismail yang berkuasa tahun 725 H, Abu Hajjaj

ibn Yusuf ibn Ismail berkuasa pada tahun 734 H dan Muhammad al-

Ghani bi Allah ibn Abi Hujjaj Yusuf tahun 755 H.2

1 Imam Asy-Syathibi, Al-I’tisham (buku induk pembahasan bid’ah dan sunnah),

(Jakarta, Pustaka Azzam, 2006), Cet. I, h. 15 2 Asafri Jaya Bakri, Konsep Maqashid Syari’ah menurut al-Syatibi, (jakarta,

RajaGrafindo, 1996), Cet.I, h. 17

Page 24: KONSEP IBADAH ABDUL QADIR AL -JAILANI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29193/...i KONSEP IBADAH ABDUL QADIR AL -JAILANI DALAM KITAB SIRR AL -ASRAR DITINJAU DARI

13

13

Di masa al-Syatibi, Granada menjadi pusat kegiatan ilmiah

dengan berdirinya Universitas Granada, sehingga Granada pada

masa itu hampir dapat disamakan dengan Cordova di masa filosof

dan faqih ternama Ibn Rusyd (w.594 H/1198 M). Istana Hamra

yang didirikan oleh Muhammad ibn Ahmar sebagai bukti

kesamaannya dengan Cordova yang merupakan puncak kemegahan

arsitektur Islam di Spanyol.3

al-Syatibi Beliau menimba ilmu pengetahuan Arab dan

sebagainya dari beberapa Imam besar, diantaranya:

a. Ibnu al Fakhar al Albiri. al Imam yang sudah terkenal

mendapat kelapangan dari Allah dalam keilmuannya. Kalau

pun tidak mengambil guru lain yang memiliki spesialisasi lain,

niscaya ia telah cukup.

b. Abu al Qasim as-Sabthi. al Imam yang mulia, bapak ilmu lisan

(bahasa), yang juga menjadi pensyarah kitab Makshurah

Hazim.

c. asy-Syarif Abu Abdullah at Talmasani. al Imam al Muhaqqiq

yang terpandai pada masanya.

d. Abu Abdullah al Muqri. al Imam yang memiliki keluasan ilmu

pada masanya (menurut kesepakatan umum).

3 Sidik Tono, “Pemikiran dan Kajian Teori Hukum Islam Menurut al-Syatibi”.

Al-Mawarid Edisi XIII. (t.p 2005): h. 104.

Page 25: KONSEP IBADAH ABDUL QADIR AL -JAILANI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29193/...i KONSEP IBADAH ABDUL QADIR AL -JAILANI DALAM KITAB SIRR AL -ASRAR DITINJAU DARI

14

14

e. Quthb Ad-Dairah —Syaikh al Jalah—. Seorang pemimpin

yang dikenal dengan sebutan Abu Said bin Lub. Imam yang

mulia, penjelajah ilmu, dan mahir dalam berdiploma.

f. Ibnu Marzuq Al Jad. Ulama besar, AIMuhaqqiq, dan guru ilmu

ushul.

g. Abu Abdullah al Balansi. Ulama besar, ahli tafsir, dan

pengarang.

h. Abu Ja'far Asy-Syaquri al Haj yang memiliki keluasan ilmu,

penjelajah ilmu, mahir dalam berdiploma, dan orang-orang

yang selalu bersamanya dapat mengambil banyak manfaat

darinya.

i. Abu al Abbas al Qabab. Penghafal hadits dan ahli dalam ilmu

fikih.

j. Abu Abdullah al Hafar. Seorang mufti dan seorang ahli hadits.

Untuk ilmu yang akan ditimba, beliau selalu menyertai

gurunya hingga hari wafatnya.4

Disamping itu, al-Syatibi mendalami pula ilmu falak, mantiq,

debat dan sastra. Pengetahuan sastra ia terima dari Abu Bakar al-

Qarsyi al-Hasymi, salah seorang sastrawan Spanyol. Sebagai

seorang ulama, al-Syatibi telah menjadi rujukan masyarakat dan

pemerintah pada waktu itu dalam memecahkan permasalahan-

permasalahan keagamaan atau permasalahan kenegaraan yang

4 Imam Asy-Syathibi, Al-I’tisham (buku induk pembahasan bid’ah dan sunnah),

h. XViii

Page 26: KONSEP IBADAH ABDUL QADIR AL -JAILANI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29193/...i KONSEP IBADAH ABDUL QADIR AL -JAILANI DALAM KITAB SIRR AL -ASRAR DITINJAU DARI

15

15

memerlukan tilikan keagamaan, ketokohan al-Syatibi sebagai

ilmuwan, disamping terlihat dari kegiatan belajar mengajar yang

diemban dan keterlibatannya dalam memberi respon terhadap

permasalahan keagamaan yang muncul sesuai dengan disiplin

keilmuan yang didalaminya, juga terlihat dari warisan karya-karya

ilmiah yg ditinggalkannya. al-Syatibi meninggal pada tahun 790 H.5

2. Karya-Karya

al-Syatibi banyak membuat karya-karya berharga diantaranya:

1. Syarah terhadap kitab Al-Khulashah fi An-Nahwi,

2. Kitab Al Muwafaqat yang hanya membahas tentang ilmu

ushul fikih, yang beliau beri nama Unwan At-Ta'rif bi Ushul

At-Taklif. Kitab berharga yang belum ada tandingannya, yang

sekaligus menunjukkan dan memantapkan posisinya sebagai

seorang imam.

3. Kitab Al-Ifadat wa Al-Irsyadat dicetak dalam dua buku.

4. Kitab Unwan Al It-Tifaq fi Ilmi AI Isytiqaq.

5. Kitab dasar mengenai ilmu nahwu. Hal ini telah beliau

sebutkan secara bersamaan dalam kitab Syarh Alffyah.6

5 Asafri Jaya Bakri, Konsep Maqashid Syari’ah menurut al-Syatibi, h. 23-25.

6 Imam Asy-Syathibi, Al-I’tisham (buku induk pembahasan bid’ah dan sunnah),

h. XX.

Page 27: KONSEP IBADAH ABDUL QADIR AL -JAILANI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29193/...i KONSEP IBADAH ABDUL QADIR AL -JAILANI DALAM KITAB SIRR AL -ASRAR DITINJAU DARI

16

16

Beberapa pandangan yang dikemukakan oleh ulama semasa al-

Syatibi, para pemikir-pemikir pembaharuan dalam Islam dan

cendikiawan-cendikiawan muslim akhir-akhir ini memberikan

gambaran awal bahwa al-Syatibi merupakan salah seorang ulama

yang telah meletakan dasar pengembangan pemikiran hukum Islam,

Ushul fiqh.7

B. Maqashid Syari’ah menurut al-Syatibi

1. Pengertian Maqashid Syari’ah

Maqashid al-Syari’ah secara lughawi (bahasa), terdiri dari dua

kata yakni maqashid dan syari’ah. Maqashid merupakan bentuk

jama’ dari kata maqshid yang berarti tujuan.8 Secara akar

bahasa, maqashid berasal dari kata ( َقَصَد ) qashada,( َيْقِصُد )

yaqshidu,( َقْصًدا ) qashdan, yang berarti Tujuan, Maksud, dan

Sengaja.9

Sedangkan syari’ah adalah peraturan-peraturan yang di ciptakan

Allah atau diciptakan pokok-pokoknya, agar manusia berpegang

7 Asafri Jaya Bakri, Konsep Maqashid Syari’ah menurut al-Syatibi, h. 31.

8 Lihat Hans Wehr, a dictionary of modern written arabic,J. Milton Cowan (ed)

(new york, spoken english service, 1976), h. 767 9 Ahmad Warson Munawwir, al-Munawwir Kamus Arab-Indonesia, (Surabaya:

Penerbit Pustaka Progressif, 1997), cet. 14, h. 1123.

Page 28: KONSEP IBADAH ABDUL QADIR AL -JAILANI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29193/...i KONSEP IBADAH ABDUL QADIR AL -JAILANI DALAM KITAB SIRR AL -ASRAR DITINJAU DARI

17

17

padanya dalam melakukan hubungan dengan Tuhan, saudara sesama

muslim, saudara sesama manusia, alam semesta dan kehidupan.10

Pada mulanya, istilah syariat mempunyai arti yang luas, tidak

hanya berarti fikih dan hukum, tetapi mencakup pula akidah dan

segala yang diperintahkan Allah, menaati-Nya, beriman kepada

rasul-rasul-Nya, kitab-kitab-Nya, hari pembalasan dan segala sesuatu

yang membuat seseorang menjadi muslim sejati.11

Maqashid Syari’ah secara istilah adalah tujuan-tujuan syariat

Islam yang terkandung dalam setiap aturannya. Imam al-Syatibi

mengungkapkan tentang syari’ah dan fungsinya bagi manusia seperti

ungkapannya dalam kitab al-Muwafaqat :

الشزيعة .... وضعت لتحقيق مقاصد الشارع في قيام مصالحهم في الدين هذه

والدنيا معا

“Sesungguhnya syariat itu ditetapkan bertujuan untuk tegaknya

(mewujudkan) kemashlahatan manusia di dunia dan Akhirat”.12

Menurut al-Syatibi, Allah menurunkan Syariat (aturan hukum)

untuk mengambil kemaslahatan dan menghindari kemadharatan

(jalbul mashalih wa dar’u al-mafasid). Dengan bahasa lebih mudah,

10

Mahmud Syaltut, Islam Akidah dan Syariah, (jakarta, pustaka amani, 1966),

Cet.III, h. 5. 11

Hamka haq, Al-Syatibi Aspek Teologis Konsep Maslahah dalam Kitab al-

Muawafaqat, (t.t, Erlangga, 2007), Cet.I, h.14. 12

Al-Syatibi, Al-Muwafaqat fi Ushul al-Ahkam,(Beirut, Ibrahim ibn Musa al-

Maliki, t.t) Jilid I, h. 3.

Page 29: KONSEP IBADAH ABDUL QADIR AL -JAILANI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29193/...i KONSEP IBADAH ABDUL QADIR AL -JAILANI DALAM KITAB SIRR AL -ASRAR DITINJAU DARI

18

18

aturan-aturan hukum yang Allah tentukan hanya untuk kemaslahatan

manusia itu sendiri.13

al-Syatibi membagi maslahat ini pada tiga bagian penting yaitu

dharuriyyat (primer), hajiyyat (sekunder) dan tahsiniyyat

(pelengkap).14

Pertama daruriyyat yaitu sesuatu yang harus ada demi

kelangsungan hidup manusia, jika tidak ada makakehidupan manusia

akan hancur. kedua hajiyyat sesuatu yang dibutuhkan untuk

kelangsungan hidup manusia jika tidak ada manusia tak akan hancur

tapi mengalami kesulitan, ketiga tahsiniat sesuatu yang

memperindah atau melngkapi.15

Penulis melihat maqashid syari’ah dimaknai tujuan Allah dan

Rasul-Nya dalam membuat hukum Islam. Tujuan ini bisa diketahui

dalam Al-Qur’an dan Sunnah sebagai alasan kuat bagi rumusan satu

hukum yang mempunyai visi pada kemaslahatan manusia.

2. Dasar Maqashid Syari’ah

Penekanan maqashid syari’ah yang dilakukan oleh al-Syatibi

secara umum bertitik tolak dari kandungan ayat-ayat al-Qur’an yang

13

Asmuni Mth, Studi Pemikiran Al-Maqashid, Al-Mawarid Edisi XIV thn

2005.h. 167. 14

Al-Syatibi, Al-Muwafaqat fi Ushul al-Ahkam,(Darul ibn Affan, Abu Ubaidah

Mashur ibn Hasan Al-Salamah, t.t) Jilid I, h. 18.

15

Yudian Wahyudi, Maqashid Syari’ah dalam Pergumula Politik, (yogya,

nawesea, 2007) Cet.II, h.27-28.

Page 30: KONSEP IBADAH ABDUL QADIR AL -JAILANI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29193/...i KONSEP IBADAH ABDUL QADIR AL -JAILANI DALAM KITAB SIRR AL -ASRAR DITINJAU DARI

19

19

menunjukkan bahwa hukum-hukum Allah SWT mengandung

kemaslahatan.16

Ayat-ayat itu antara lain adalah berkaitan dengan pengutusan

Rasul dalam al-Qur’an surah an-Nisa’ ayat 165 Allah SWT

berfirman:

(Mereka kami utus) selaku rasul-rasul pembawa berita gembira dan

pemberi peringatan agar supaya tidak ada alasan bagi manusia

membantah Allah sesudah diutusnya rasul-rasul itu. dan adalah

Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.

Ayat ini megisyaratakan bahwa Rasul-rasul yang diutus Allah

bukan hanya sekedar membawa peringatan tapi menyampaikan

maksud-maksud Tuhan.

Dalam surah al-Anbiya ayat 107 Allah SWT menegaskan:

Dan tiadalah kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi)

rahmat bagi semesta alam.

16

Al-Syatibi, Al-Muwafaqat fi Ushul al-Ahkam,( Darul ibn Affan, Abu Ubaidah

Mashur ibn Hasan Al-Salamah, t.t) Jilid I, hlm. 12.

Page 31: KONSEP IBADAH ABDUL QADIR AL -JAILANI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29193/...i KONSEP IBADAH ABDUL QADIR AL -JAILANI DALAM KITAB SIRR AL -ASRAR DITINJAU DARI

20

20

Dalam ayat ini jelas sekali Tuhan mengutus Nabi Muhammad

Saw untuk memberi kemaslahatan bagi manusia dan seluruh alam.

Berkaitan dengan asal penciptaan, Allah SWT berfirman dalam

surah Hud ayat 7

Dan Dia-lah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa,

dan adalah singgasana-Nya (sebelum itu) di atas air, agar dia

menguji siapakah di antara kamu yang lebih baik amalnya.17

Ketiga ayat diatas menunjukan pada kita bahwa semua yang

Tuhan ciptakan dan Tuhan turunkan berupa syariat adalah rahmat

sekaligus maslahat bagi manusia dan alam.

3. Pembagian Maqashid Syari’ah

Allah SWT mensyari’atkan hukum bertujuan memelihara

kemaslahatan manusia, sekaligus untuk menghindari mafsadat, baik

di dunia maupun di akhirat. Tujuan tersebut hendak dicapai melalui

taklif, yang pelaksanaannya tergantung pada pemahaman sumber

hukum yang utama, Al-Qur’an dan Hadist. Dalam rangka

mewujudkan kemaslahatan di dunia dan akhirat, berdasarkan

17

Al-Syatibi, Al-Muwafaqat fi Ushul al-Ahkam,( Darul ibn Affan, Abu Ubaidah

Mashur ibn Hasan Al-Salamah, t.t) Jilid I, h. 12.

Page 32: KONSEP IBADAH ABDUL QADIR AL -JAILANI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29193/...i KONSEP IBADAH ABDUL QADIR AL -JAILANI DALAM KITAB SIRR AL -ASRAR DITINJAU DARI

21

21

penelitian para ahli ushul fiqih, ada lima unsur yang harus dipelihara

dan diwujudkan.18

Kelima pokok tersebut adalah agama, jiwa, akal, keturunan,

dan harta. Seorang mukallaf akan memperoleh kemaslahatan,

manakala ia dapat memelihara kelima unsur dengan baik.19

Dalam usaha memperoleh gambaran utuh tentang teori

maqashid syari’ah, berikut ini akan dijelaskan kelima pokok

kemaslahatan dengan peringkatnya masing-masing yaitu20

:

1) Hifdz ad-Din (memelihara agama)

Memelihara agama, berdasarkan kepentingannya, dapat

dibedakan menjadi tiga peringkat:

a. Memelihara agama peringkat daruriyyat, yaitu memelihara

dan melaksanakan kewajiban keagamaan yang masuk

peringkat primer, seperti melaksanakan shalat lima waktu.

Kalau shalat ini diabaikan, maka akan terancamlah

eksistensi agama.

b. Memelihara agama peringkat hajiyyat, yaitu melaksanakan

ketentuan agama, bermaksud menghindari kesulitan, seperti

shalat jamak dan shalat qashar bagi orang yang sedang

bepergian. jika tidak dilaksanakan maka tidak mengancam

18

Fathurrahman Djamil, Filsafat Hukum Islam, (Jakarta, Logos Wacana Ilmu,

1997), Cet. 1, h.125. 19

Al-Syatibi, Al-Muwafaqat fi Ushul al-Ahkam,( Darul ibn Affan, Abu Ubaidah

Mashur ibn Hasan Al-Salamah, t.t) Jilid I, hlm. 12.

20

Fathurrahman Djamil, Filsafat Hukum Islam, (Jakarta, Logos Wacana Ilmu,

1997), Cet. 1, h.128-130

Page 33: KONSEP IBADAH ABDUL QADIR AL -JAILANI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29193/...i KONSEP IBADAH ABDUL QADIR AL -JAILANI DALAM KITAB SIRR AL -ASRAR DITINJAU DARI

22

22

eksistensi agama, melainkan hanya akan mempersulit bagi

orang yang melakukannya.

c. Memelihara agama peringkat tahsiniyyat, yaitu mengikuti

petunjuk agama guna menjunjung tinggi martabat manusia,

sekaligus melengkapi pelaksanaan kewajiban terhadap

Tuhan, misalnya menutup aurat, baik di dalam maupun di

luar shalat, membersihkan badan, pakaian, dan tempat.21

2) Hifdz an-Nafs (memelihara jiwa)

Hak pertama dan utama yang diperhatikan islam adalah hak

hidup, maka tidak diherankan bila jiwa manusia dalam syariat

Allah sangat dimuliakan, harus dipelihara, dijaga,

dipertahankan.22

berdasarkan tingkat kepentingannya, dapat

dibedakan menjadi tiga peringkat:

a. Memelihara jiwa dalam peringkat daruriyyat, seperti

memenuhi kebutuhan pokok berupa makanan untuk

mempertahankan hidup. Kalau kebutuhan pokok ini

diabaikan, maka akan berakibat terancamnya eksistensi jiwa

manusia.

b. Memelihara jiwa dalam peringkat hajiyyat, seperti

diperbolehkan berburu binatang untuk menikmati makanan

yang lezat dan halal. Kalau kegiatan ini diabaikan, maka

21

Mahfuk Muis, “Maqashid Al-Syari’ah Peran dan Relevansinya Dalam

Pengembangan Hukum Islam Kontemporer” Ahkam XI, No.2 (juli 2011): h.171. 22

Ahmad Husain Jauhar, Maqashid Syariah, (Jakarta, Amzah, 2009), Cet.II, h.

23.

Page 34: KONSEP IBADAH ABDUL QADIR AL -JAILANI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29193/...i KONSEP IBADAH ABDUL QADIR AL -JAILANI DALAM KITAB SIRR AL -ASRAR DITINJAU DARI

23

23

tidak akan mengancam eksistensi manusia, melainkan hanya

mempersulit hidupnya.

c. Memelihara jiwa dalam peringkat tahsiniyyat, seperti

ditetapkannya tata cara makan dan minum. Kegiatan ini

hanya berhubungan dengan kesopanan dan etika, sama

sekali tidak akan mengancam eksistensi jiwa manusia, atau

pun mempersulit kehidupan seseorang.23

3) Hifdz al-Aql (memelihara akal)

Akal mendapat penghargaan tinggi karena berkemampuan

untuk mengetahui maslahah sebagai tujuan syariat, Allah

menciptakan menciptakan manusia dalam keadaan tidak tahu

apa-apa. Kemudian Allah memberinya ilmu dan petunjuk untuk

kemaslahatannya di dunia dan akhirat.24

Memelihara akal, dilihat dari segi kepentingannya, dapat

dibedakan menjadi tiga peringkat:

a. Memelihara akal dalam peringkat daruriyyat, seperti

diharamkan meminum minuman keras. Jika ketentuan ini

tidak diindahkan, maka akan berakibat terancamnya

eksistensi akal.

b. Memelihara akal dalam peringkat hajiyyat, seperti

dianjurkannya menuntut ilmu pengetahuan. Sekiranya hal itu

dilakukan, maka tidak akan merusak akal,tetapi akan

23

Mahfuk Muis, “Maqashid Al-Syari’ah..” Ahkam XI, h.172 24

Hamka Haq, Al-Syathibi : Aspek Teologis Konsep Maslahah Dalam Kitab Al-

Muwafaqat,(t.t Erlangga, 2007) Cet.I, h. 109.

Page 35: KONSEP IBADAH ABDUL QADIR AL -JAILANI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29193/...i KONSEP IBADAH ABDUL QADIR AL -JAILANI DALAM KITAB SIRR AL -ASRAR DITINJAU DARI

24

24

mempersulit diri seseorang, dalam kaitannya dengan

pengembangan ilmu pengetahuan.

c. Memelihara akal dalam peringkat tahsiniyyat, seperti

menghindarkan diri dari mengkhayal mendengarkan sesuatu

yang tidak berfaedah. Hal ini erat kaitannya dengan etiket,

tidak akan mengancam eksistensi akal secara langsung.25

4) Hifdz an-Nasl / an-Nasb (memelihara keturunan)

Pernikahan dalam islam merupakan hal yang sangat penting

karena sangat erat kaitannya dengan keberlangsungan kehidupan

manusia di atas bumi, sehingga Allah SWT dan Rasul-Nya Saw,

menetapkannya dalam Al-Qur’an dan Sunnah, berkaitan

pernikahan. 26

Islam ingin menjaga eksistensi keturunan atau kehormatan

dengan melarang zina, memerintahkan nikah dan melarang

menuduh zina tanpa bukti.

Islam juga mengharuskan orang tua memenuhi hak-hak

anak, misalnya hak mendapat perawatan yang layak dan pilihan

untuk menentukan fasilitas perawatan diserahkan kepada rasa

estetika dan kemampuan lokal.27

25

Mahfuk Muis, “Maqashid Al-Syari’ah..” Ahkam XI, h.172. 26

Anita Masduki, “Pemikiran beda agama menurut persfektif femiis liberal”

Islamia III, No.5 (2010): h.99.

27

Yudian Wahyudi, Ushul Fiqh Vs hermeneutika : membaca islam dari kanada

dan amerika, (yogyakarta, nawesea, 2007) Cet.IV, h.51.

Page 36: KONSEP IBADAH ABDUL QADIR AL -JAILANI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29193/...i KONSEP IBADAH ABDUL QADIR AL -JAILANI DALAM KITAB SIRR AL -ASRAR DITINJAU DARI

25

25

Memelihara keturunan, ditinjau dari segi tingkat

kebutuhannya, dapat dibedakan menjadi tiga peringkat:

a. Memelihara keturunan dalam peringkat daruriyyat, sepert

disyariatkan nikah dan dilarang berzina. Kalau kegiatan ini

diabaikan, maka eksistensi keturunan akan terancam.

b. Memelihara keturunan dalam peringkat hajiyyat, seperti

ditetapkannya ketentuan menyebutkan mahar bagi suami

pada waktu akad nikah dan diberikan hak talaq padanya.

c. Memelihara keturunan dalam peringkat tahsiniyyat, seperti

disyari’atkan khitbah dan walimah dalam perkawinan.28

5) Hifdz al-Mal (memelihara harta benda)

Harta merupakan salah satu kebutuhan inti dalam

kehidupan dimana manusia tidak akan bisa terlepas darinya,

manusia termotivasi mencari harta untuk menjaga eksistensinya,

namun semua motivasi dibatasi tiga syarat, yaitu harta di cari

dengan halal, digunakan untuk hal-hal yang halal, dan harta

harus dikeluarkan hak Allah dan masyarakat tempat dia hidup. 29

Dilihat dari segi kepentingannya, memelihara harta dapat

dibedakan menjadi tiga peringkat:

a. Memelihara harta dalam peringkat daruriyyat, seperti

syari’at tentang tata cara kepemilikan harta dan larangan

28

Mahfuk Muis, “Maqashid Al-Syari’ah..” Ahkam XI, h.172. 29

Ahmad Husain Jauhar, Maqashid Syariah), Cet.II, h. 167.

Page 37: KONSEP IBADAH ABDUL QADIR AL -JAILANI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29193/...i KONSEP IBADAH ABDUL QADIR AL -JAILANI DALAM KITAB SIRR AL -ASRAR DITINJAU DARI

26

26

mengambil harta orang lain dengan cara yang tidak sah.

Apabila aturan itu dilanggar, maka berakibat terancamnya

aksistensi harta.

b. Memelihara harta dalam peringkat hajiyyat, sepert syari’at

tentang jual beli dengan cara salam. Apabila cara ini tidak

dipakai, maka tidak akan mengancam eksistensi harta,

melainkan akan mempersulit orang yang memerlukan

modal.

c. Memelihara harta dalam peringkat tahsiniyyat, seperti

ketentuan tentang menghindarkan diri dari tindak

penipuan dan pengecohan.30

maqashid al-daruriyat dimaksudkan untuk memelihara lima

unsur pokok dalam kehidupan manusia diatas. maqashid al-

hajiyyat dimaksudkan untuk menghilangkan kesulitan atau

menjadikan pemeliharaan terhadap lima unsur pokok menjadi lebih

baik lagi, Sedangkan maqashid al-tahsiniyat dimaksudkan untuk

penyempurnaan lima unsur pokok.31

Pembagian-pembagian

tersebut di atas, sebagaimana yang telah dijelaskan secara rinci,

menjadi titik tolak dalam memahami hukum-hukum yang

disyari’atkan oleh Allah SWT.

30

Mahfuk Muis, “Maqashid Al-Syari’ah..” Ahkam XI, h.172. 31

Asafri Jaya Bakri, Konsep Maqashid Syari’ah menurut al-Syatibi, h. 72.

Page 38: KONSEP IBADAH ABDUL QADIR AL -JAILANI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29193/...i KONSEP IBADAH ABDUL QADIR AL -JAILANI DALAM KITAB SIRR AL -ASRAR DITINJAU DARI

27

27

mas lah ah bersifat universal, berlaku umum dan abadi bagi

seluruh manusia dan dalam segala keadaan. Mas lah ah yang

diwujudkan manusia adalah untuk kebaikan manusia sendiri, bukan

untuk kepentingan Allah. Namun demikian, manusia tidak boleh

menurutkan nafsunya, tetapi harus berdasarkan syariat Allah.32

4. Syarat-syarat dalam memahami Maqashid Syari’ah Bagi al-

Syatibi

Sumber utama ajaran Islam adalah al-Qur’an. maqashid

syari’ah terkandung dalam ayat-ayat al-Qur’an. Oleh karena itu,

pemahaman dan penggaliannya memerlukan beberapa syarat.

Menurut al-Syatibi sekurang-kurangnya ada tiga syarat yang

dibutuhkan dalam rangka memahami maqashid syari’ah diantaranya

yaitu:

a. Memiliki pengetahuan bahasa arab

b. Memiliki pengetahuan tentang sunnah

c. Mengetahui sebab-sebab turunnya ayat33

Ketiga hal diatas harus dimiliki sebagai alat membedah

maqashid jika tidak tentu akan kesulitan untuk memahami maksud

dan tujuan Tuhan dalam al-Qur’an.

32 Hamka Haq, Al-Syathibi : Aspek Teologis Konsep Maslahah Dalam Kitab Al-

Muwafaqat, Cet.I, h. 109. 33

Asafri Jaya Bakri, Konsep Maqashid Syari’ah menurut al-Syatibi, h. 74.

Page 39: KONSEP IBADAH ABDUL QADIR AL -JAILANI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29193/...i KONSEP IBADAH ABDUL QADIR AL -JAILANI DALAM KITAB SIRR AL -ASRAR DITINJAU DARI

28

28

C. Maslahah adalah Maqashid Syari’ah

mas lah ah secara bahasa atau etimologi (bahasa arab) adalah

berarti kemanfaatan, kebaikan, kepentingan. Dalam bahasa Indonesia

sering ditulis dan disebut dengan kata maslahat (lawan kata dari

mafsadat) yang berarti sesuatu yang mendatangkan kebaikan

(keselamatan), faedah, guna. Sedangakan kemaslahatan berarti

kegunaan, kebaikan, manfaat, kepentingan.34

Syari’ah Islam itu adalah syari’ah mashlahah. Norma hukum

yang dikandung teks-teks syari’ah pasti dapat mewujudkan

mas lah ah, sehingga tidak ada maslahah diluar petunjuk teks

syari’ah dan karena itu tidak ada pertentangan antara mashlahah dan

teks syari’ah.35

Adapun pengertian mas lah ah secara terminologi adalah

memelihara dan mewujudkan tujuan syara’ yaitu meliputi pemeliharaan

agama, jiwa, akal, keturunan, dan harta kekayaan. Setiap sesuatu yang

dapat menjamin dan melindungi eksistensi kelima hal tersebut

dikualifikasi sebagai mas lah ah.36

Sementara itu pembagian mas lah ah pada umumnya ulama

lebih dulu meninjaunya dari segi ada atau tidaknya kesaksian syara’

terhadapnya.

34

Dahlan Tamrin, Filsafat Hukum Islam, (Malang, UIN malang Press, 2007) Cet.

1, h.113. 35

Asmawi, “Maslahah, Hukum Islam, dan Hukum Negara” Ahkam XI, No.2 (juli

2011): h.142. 36

Ibid.

Page 40: KONSEP IBADAH ABDUL QADIR AL -JAILANI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29193/...i KONSEP IBADAH ABDUL QADIR AL -JAILANI DALAM KITAB SIRR AL -ASRAR DITINJAU DARI

29

29

Berdasarkan segi ada tidaknyan ketegasan justifikasi syara’

maslahah dibagi tiga yaitu :

1) al- mas lah ah al-mu’tabarah atau mu’atsirah yaitu mas lah ah

yang mendapat ketegasan justifikasi syara’ terhadap penerimaannya

atau mas lah ah yang secara khusus diakui oleh syara’.37

2) al- mas lah ah al-mursalah yaitu mas lah ah yang tidak

terdapat dalil syara’ yang secara khusus mengakui ataupun

menolaknya.

3) al- mas lah ah al-mulgha adalah mas lah ah yang terdapat

kesaksian syara’ yang membatalkannya (menolaknya),

mas lah ah mulgha ini batil artinya tidak dapat dijadikan hujjah

atau sumber hukum karena ia bertentangan dengan nash. 38

Sesungguhnya penilaian sesuatu itu mas lah ah atau tidak

adalah murni akal tetapi ulama membuat tiga katagori ini agar jelas

mana maslahat yang bisa di ambil dan yang tidak. Sehingga jelas

konsep mas lah ah ini tidak menabrak koridor-koridor yang

disepakati.

37

Asmawi, “Maslahah, Hukum Islam, dan Hukum Negara” Ahkam XI, No.2 (juli

2011): h.143. 38

Dahlan Tamrin, Filsafat Hukum Islam, Cet. 1, h. 129

Page 41: KONSEP IBADAH ABDUL QADIR AL -JAILANI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29193/...i KONSEP IBADAH ABDUL QADIR AL -JAILANI DALAM KITAB SIRR AL -ASRAR DITINJAU DARI

30

30

BAB III

ABDUL QADIR AL-JAILANI DAN KONSEP IBADAH DALAM

SIRR AL-ASRAR

A. Biografi Abdul Qadir Al-Jailani

1. Kehidupan dan Pendidikan Abdul Qadir al-Jailani

Abdul Qadir al-Jailani lahir pada tanggal 1 Ramadhan tahun

470 Hijriah atau 1077 Masehi di Jailan, Persia. Ibunya seorang yang

saleh bernama Fatimah binti Abdullah al-Shama‟i al-Husayni ketika

melahirkan Syaikh Abdul Qadir al-Jailani ibunya berusia 60 tahun,

suatu kelahiran yang tidak lazim terjadi bagi wanita seumurnya.1

Nama ayah Abdul Qadir al-Jailani adalah Abu Shaleh Musa

bin Abdullah bin Musa al-jun bin Abdullah al-Mahdh bin Abu

Muhammad Hasan al-Mutsanna bin Hasan bin Ali bin Abu Thalib

(suami dari Sayyidah Fathimah, putri Rasulullah saw).2

Ayahnya Abu Shaleh Musa adalah seorang yang sangat zuhud

dan rajin beribadah hingga beliau mendapat gelar dalam bahasa

persia dengan sebutan Jangki Dausat atau muhibb al-jadid yakni

orang yang mencintai jihad melawan hawa nafsu.3

1 Sri Mulyati, Mengenal & Memahami Tarekat-Tarekat Muktabarah di

Indonesia,( Jakarta, Prenada Media, 2005), Cet.2, h. 26 . 2 Syukron Maksum, Wirid-Wirid Syekh Abdul Qadir Al-Jailani, (yogyakarta,

mutiara media, 2014), Cet. I, H. 201. 3 Abdul Qadir al-Jailani, Sirrul – Asrar ...Rasaning Rasa, (Ciputat, Salima,

2013), cet. II, h.xxv

Page 42: KONSEP IBADAH ABDUL QADIR AL -JAILANI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29193/...i KONSEP IBADAH ABDUL QADIR AL -JAILANI DALAM KITAB SIRR AL -ASRAR DITINJAU DARI

31

31

Abdul Qadir al-Jailani tiba di Baghdad pada tahun 488 H, pada

saat beliau berusia 18 tahun. Tahun itu juga betepatan dengan

keputusan Imam Abu Hamid al-Ghazali untuk meninggalkan

tugasnya mengajar di Universitas Nizhamiah, Baghdad. Sang imam

ternyata lebih memilih melakukan uzlah.4

Beliau (Abdul Qadir al-Jailani) kemudian sibuk dalam

mempelajari Al-Qur‟an sampai menguasainya. Lalu belajar fikih

serta memantapkan keilmuan beliau dalam bidang ushul fikih,

furu‟ul-fikh, dan ilmu khilaf.5

Beliau juga mempelajari hadist dan sibuk dengan mau‟idhah

sampai beliau mahir memberikan mau‟idhah. Beliau belajar ilmu

dari para ulama yang tersohor pada masanya. Di antara guru-guru

beliau adalah sebagai berikut.6

Ali bin Aqil Abul Wafa‟ bin Aqil (w. 513 H), Mahfudz bin

Ahmad bin Hasan Abul Khattab al-Kalwadzaniy (w. 510 H), Yahya

bin Ali bin Muhammad Abu Zakariya At-Tibriziy (w.502 H),

Muhammad bin Muhammad bin Husain Abul-Husain bin Abu ya‟la

al-Farra‟ (w.526 H), Habitullah bin Mubarak bin Musa Abul-Barakat

As-Saqhathy (w 509. H), Hammad bin Muslim Abu Abdillah Ad-

Dabbas Ar-Rahbiy (w.525 H), dan guru-gurnya yang lain.7

4 Shaih Ahmad al-Syami, terjemah Mawaa‟izh al-Syekh „Abd al-Qadir al-

Jaylani, (Jakarta, Zaman, 2012), Cet. IV, h. 16. 5 Abdul Qadir Al-Jailani, Kitab Para Pencari Tuhan, (Yogyakarta, Citra Media

Pustaka, 2013), Cet. I, h. XV 6 Ibid., h.XV

7 Ibid, h.XVi

Page 43: KONSEP IBADAH ABDUL QADIR AL -JAILANI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29193/...i KONSEP IBADAH ABDUL QADIR AL -JAILANI DALAM KITAB SIRR AL -ASRAR DITINJAU DARI

32

32

Selain itu pada umur 18 tahun beliau belajar di madrasah

Abu Said al-Makhzumi setelah 33 tahun belajar gurunya Abu Said

al-Makhzumi wafat dan menyerahkan madrasahnya kepada Abdul

Qadir al-Jailani, mulai saat itu, beliau memberikan kuliah di

madrasahnya. Beliau memberikan materi 3 kali dalam seminggu.

Beliau menguasai berbagai cabang ilmu dalam islam, mulai dari

ilmu Tafsir, Hadis, Fikih, Bahasa, Qira‟at, dan lain sebagainya.

Dalam hal fikih, beliau memberi fatwa menurut mazhab imam Asy-

Syafii dan Imam Ahmad ibn Hanbal.8

Ada dua jenis materi pembelajaran yang di sajikan Abdul Qadir

al-Jailani. Pertama materi pembelajaran tersetuktur yang mencakup

banyak ilmu pengetahuanb yang berhubungan dengan pendidikan

rohani dan ini sudah ada sejak sekolah didirikan, kedua materi

pembelajaran terkait tausiah dan dakwah umat yang rutin diadakan

dalm 3 sesi, (1). Jumat pagi (2) selasa sore (3) ahad pagi. Pada jumat

dan selasa di sekolah sedang ahad dilakukan di asrama.9

Murid – murid Abdul Qadir al-Jailani tak terhitung banyaknya

tapi ada beberapa muridnya yang menjadi bintang-bintang di dunia

keilmuan dan menjadi pelita ditengah-tengah umat. Diantarnya Al-

8 Abdul Qadir al-Jailani, Sirrul – Asrar, h. xxvi

9 Shaih Ahmad al-Syami, terjemah Mawaa‟izh al-Syekh „Abd al-Qadir al-

Jaylani, h. 76.

Page 44: KONSEP IBADAH ABDUL QADIR AL -JAILANI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29193/...i KONSEP IBADAH ABDUL QADIR AL -JAILANI DALAM KITAB SIRR AL -ASRAR DITINJAU DARI

33

33

Qadhi Abu Mahasin Umar bin Ali Hadhar Al-Qurasyi, Taqiyudin

Abu Muhammad Abdul Ghani bin Abdul Wahid bin Ali bin Surur

Al-Maqdisi, dan Muwaffiquddin Abu Muhammad Abdullah bin

Ahmad bin Muhammad bin Qadamah Al-Maqdusi.10

Di antara perkataan beliau yang masyhur adalah, “Aku telah

meneliti semua amal shaleh, dan tidak ada yang melebihi keutamaan

amal memberi makan.” Dan dikalangan kaum Sufi Abdul Qadir al-

Jailani diakui sosok yang menempati hierarki mistik yang tertinggi

(al-Ghawts al-A‟zham).11

Selain itu juga beliau dijuluki sebagai

Sulthan al-Auliya (pemimpin para wali) karena klaim beliau dan

pengakuan ulama-ulama sufi yang sezaman dengan beliau.

Abdul Qadir al-Jailani meninggal pada malam sabtu tanggal

delapan Rabi‟ul Akhir tahun 561 H setelah magrib jenazahnya

dikubur di sekolahannya setelah disaksikan oleh manusia yang tidak

terhitung jumlahnya. 12

Diceritakan dalam pengantar tafsir al-jailani bahwa Pada saat

itu, semua tanah lapang, jalan, pasar, penuh oleh lautan manusia,

sehingga tak mungkin pemakaman Syekh dapat dilakukan disiang

hari.

Kemudian ibnu an-Najjar berkata, “Syekh Abdul Qadir al-

Jailani wafat pada masa pemerintahan Al-Mustanjid Billah Abul

10

Said bin Musfir Al-Qathani, Buku Putih Syaikh Abdul Qadir Al-Jailani,

(Jakarta, Darul Falah, 2003), Cet. I, h. 16 11

Abdul Qadir al-Jailani, Sirrul – Asrar, h. xxv 12

Said bin Musfir Al-Qathani, Buku Putih Syaikh Abdul Qadir Al-Jailani, h. 16.

Page 45: KONSEP IBADAH ABDUL QADIR AL -JAILANI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29193/...i KONSEP IBADAH ABDUL QADIR AL -JAILANI DALAM KITAB SIRR AL -ASRAR DITINJAU DARI

34

34

Muzhaffar Yusuf bin Al-Muqtafa li-Amrillah bin Al-Mustazhhar

Billah al-Abbasi rahimahumullah.13

2. Karya – karya

1) Karya-Umum

Berikut adalah beberapa karya Abdul Qadir al-Jailani14

:

a. Al-Ghunyah li Thalibi Thariqil Haq,

b. Futuhul Ghaib,

c. Al-Fath ar-Rabbani,

d. Jalâ‟ Al-Khâthir,

e. Sirr Al- Asrâr,

f. Ar-Rasâil,

g. Mukhtasar „Ulûm Ad-dîn,

h. Ushûl Ad-dîn

i. Ushûl-As-Saba‟

j. Ash-Shalawât wa al-Aurâd

k. Al-Amr al-Muh kam

l. Tafsîr Al-Jailâni.

m. Asrâr-Al-Asrâr

n. Yawâqît al-H ikam dan masih banyak karya yang lainya.15

13

Abdul Qadir al-Jailani, Tafsir Al-Jailani, (pentahkik Dr. Muhammad Fadhil

Jailani Al-Hasani), (Ciputat, Salima Publika, 2013), Cet I, h. X.

15 Ibid, h. ix

Page 46: KONSEP IBADAH ABDUL QADIR AL -JAILANI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29193/...i KONSEP IBADAH ABDUL QADIR AL -JAILANI DALAM KITAB SIRR AL -ASRAR DITINJAU DARI

35

35

Dalam disertasi Said al-Qathani yang berjudul buku putih

Abdul Qadir al-Jailani dinyatakan bahwa Abdul Qadir al-Jailani

tidak mempunyai karya berupa buku karena beliau terlalu sibuk

mengajar dan memberi nasehat.

al-Qathani hanya menerima tiga buku yang ditulis oleh

murid-murid Abdul Qadir al-Jailani yaitu Al-Ghunyah li Thalibi

Thariqil Haq, Futuhul Ghaib, dan Al-Fath ar-Rabbani.16

Dan

tidak menerima isi dalam ketiga kitab diatas jika berkaitan

dengan masalah aqidah dan suluk (tasawuf).

Sebenarnya buku-buku yang dinisbatkan Abdul Qadir al-

Jailani banyak ditulis oleh murid-murid beliau dan memang

banyak yang isinya adalah ceramah saat mengajar, tapi buku-

buku ini banyak diwariskan kepada generasi selanjutnya.

pada saat ini telah berdiri markaz al-Jailani yang

mengumpulkan manuskrip dari seluruh dunia serta melakukan

riset terhadap buku-buku Abdul Qadir al-Jailani dan empat belas

buku yang disebutkan diatas diakui oleh pimpinan markaz al-

jailnai yaitu Dr. Muhammad Fadhil jailani al-Hasani yang

dijadikan pengantar di buku Tafsir al-Jailani, yang berhasil

beliau tahkik.17

2) Kitab Sirr Al- Asrâr

16

Said bin Musfir Al-Qathani, Buku Putih Syaikh Abdul Qadir Al-Jailani, h.30-35. 17

Abdul Qadir al-Jailani, Tafsir al-Jailani, h. ix-xxvi.

Page 47: KONSEP IBADAH ABDUL QADIR AL -JAILANI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29193/...i KONSEP IBADAH ABDUL QADIR AL -JAILANI DALAM KITAB SIRR AL -ASRAR DITINJAU DARI

36

36

Dalam membaca buku ini secara singkat dapat dikatakan bahwa

buku ini menjelaskan hal-hal mendasar dari ajaran islam, seperti

shalat, puasa, zakat, dan haji berdasarkan sudut pandang sufistik

(tasawuf).

Kitab yang ditulis Abdul Qadir al-Jailani di anggap sebagai

jembatan yang mengantarkan pada tiga karyanya yang terkenal yaitu

Al-Ghunyah li Thalibi Thariq Al-Haqq, Al-Fath Ar-Rabbani wa Al-

Faydh Ar-Rahmani dan Futuh Al-Ghaib.18

Adapun metode pengajaran dan penyampaian yang

digunakan dalam kitab sirrul asrar adalah metode bayani

(penjelasan), yakni dengan kata-kata yang tepat, ungkapan yang

mudah, seimbang dan jauh dari keruwetan. Sesuai dengan namanya

yaitu Sirrul Asrar, setidaknya 24 macam rahasia yang diungkapkan

Abdul Qadir al-Jailani dalam kitab ini.19

B. Pandangan Abdul Qadir al-Jailani Terhadap Realitas

Penulis melihat Abdul Qadir al-Jailani mempunyai cakrawala

berfikir yang unik dalam menjelaskan ajaran islam. Abdul Qadir al-

Jailani memandang realitas dunia ini tidak hanya secara fisik yang bisa

terindera saja tapi juga ada tingkatan alam-alam.

Dalam kitab Sirr Al- Asrâr dijelaskan manusia yang terdiri dari

jasad serta ruh dan sesungguhnya ruh-ruh itu berasal dari Nur

18

Abdul Qadir al-Jailani, Sirrul – Asrar, h. xxi 19

ibid

Page 48: KONSEP IBADAH ABDUL QADIR AL -JAILANI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29193/...i KONSEP IBADAH ABDUL QADIR AL -JAILANI DALAM KITAB SIRR AL -ASRAR DITINJAU DARI

37

37

Muhammad di alam lahut selanjutnya ruh-ruh diturunkan ke alam

terendah ke dalam jasad-jasad manusia.20

Proses turunnya ruh setelah diciptakan di alam lahut, kemudian

diturunkan ke alam jabarut. Lalu disana ia dibalut dengan cahaya

jabarut sebagai pakaian antara dua haram (dua tempat antara dimensi

ketuhanan dan dimensi makhluk, di alam kabir). Ruh dilapisan kedua

ini disebut Ruh Sulthani. Lalu diturunkan lagi ke alam Malakut dan

dibalut cahaya Malakut kemudian disebut Ruh Ruwani. Kemudian

diturunkan ke alam Mulki dan dibalut cahaya Mulki. Ruh dilapisan

keempat inilah yang disebut Ruh Jismani. Selanjutnya Allah

menciptakan jasad-jasad sebagaimana firman Allah (QS. Thâha [20] :

55), setelah tercipta jasad-jasad Allah SWT memerintahkan Ruh (di

alam Mulki tadi) agar masuk ke dalam jasad-jasad itu dan Ruh pun

masuk kedalamnya.21

Abdul Qadir al-Jailani melihat bahwa kehidupan ini sesungguhnya

ada hirarki transendental dari alam Mulki, alam Malakut, alam Jabarut,

dan alam Lahut (negeri asal), dan sesungguhnya cakrawala pengetahuan

tentang hirarki ini bisa di capai dengan menjalankan syariat, tariqat dan

hakikat.

C. Konsep Ibadah Abdul Qadir al-Jailani dalam Kitab Sirr Al-Asrar

20

Abdul Qadir al-Jailani, Sirrul – Asrar, h. 10

21 Ibid, h. 13-14.

Page 49: KONSEP IBADAH ABDUL QADIR AL -JAILANI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29193/...i KONSEP IBADAH ABDUL QADIR AL -JAILANI DALAM KITAB SIRR AL -ASRAR DITINJAU DARI

38

38

Dalam penelitian ini penulis mencoba menelaah kitab sirrul asrar

khususnya pada bab tentang ibadah yaitu konsep thaharah dan shalat.

Pada kitab Sirr Al-Asrar Abdul Qadir al-Jailani menjelaskan tentang

thaharah (bersuci) dan shalat menurut syari‟at dan tarekat.

1. Thaharah

Bersuci ada dua macam yakni bersuci secara lahir; dan bersuci

secara batin. Bersuci secara lahir dilakukan dengan menggunakan

air. Adapun bersuci secara batin dilakukan dengan tobat, talqin,

membersihkan kalbu dan menjalankan tarekat. Bila wudhu syari‟at

batal karena keluarnya najis, maka seseorang wajib memperbaharui

wudhunya.22

Setiap memperbaharui whudu akan menghapuskan dosa-

dosanya, Sebagaimana sabda Rasulullah SAW,

Artnya : “Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu, bahwa Rasulullah

SAW bersabda: “Apabila seorang hamba muslim atau mukmin

berwudhu, lalu membasuh wajahnya maka keluarlah dari wajahnya

segala dosa-dosa karena penglihatan matanya bersama dengan air

atau bersama tetes air yang terakhir. Apabila membasuh kedua

tangannya maka keluarlah dari kedua tangannya segala dosa-dosa

karena perbuatan kedua tangannya bersama dengan air atau

bersama tetes air yang terakhir. Apabila membasuh kedua kakinya

maka keluarlah dari kedua kakinya segala dosa-dosa yang ditempuh

oleh kedua kakinya bersama dengan air atau bersama tetes air yang

22

Abdul Qadir al-Jailani, Sirrul – Asrar, h.169.

Page 50: KONSEP IBADAH ABDUL QADIR AL -JAILANI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29193/...i KONSEP IBADAH ABDUL QADIR AL -JAILANI DALAM KITAB SIRR AL -ASRAR DITINJAU DARI

39

39

terakhir sehingga ia keluar dalam keadaan bersih dari dosa-dosa”

(HR.Muslim)23

Bila wudhu batin batal karena melakukan amalan yang tercela

dan akhlak yang hina, seperti (dosa kalbu yakni) sombong, „ujub

(berbangga diri), hasad (dengki), hiqd (dendam), mengumpat,

mengadu-adu, dan bohong atau dosa badan, seperti dosa mata,

telinga, tangan, dan kaki. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW,

Artinya : “Kedua mata dapat berzina, kedua tangan dapat berzina,

& kemaluan membenarkannya atau menolaknya.”(HR.Ahmad).24

Maka cara memperbarui wudhunya adalah dengan tobat yang

ikhlas dari semua dosa kalbu dan badan di atas dan dengan

memperbarui inabah (kembali kepada Allah) yakni dengan

menyesali semua dosa-dosa dan memohon ampunan serta

menghancurkan dosa-dosa tersebut langsung dari batinnya.

Bagi Abdul Qadir al-Jailani Seorang ahli makrifat harus selalu

menjaga tobatnya dari dosa-dosa yang merusak tadi, agar shalatnya

menjadi sempurna. Sebagaimana firman Allah SWT ,

23

Abū al-Ḥusayn Muslim ibn al-Ḥajjāj ibn Muslim al-Qushayrī an-Naysābūrī,

Shahih Muslim, (Beirut, Darul al-afak al-jadidah, t.t), juz I, hlm.148. 24

Ahmad ibn Hambal, Musnad Imam Ahmad Ibn Hambal, (Kairo, Yayasan

Cordova, t.t), juz II, hlm. 344.

Page 51: KONSEP IBADAH ABDUL QADIR AL -JAILANI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29193/...i KONSEP IBADAH ABDUL QADIR AL -JAILANI DALAM KITAB SIRR AL -ASRAR DITINJAU DARI

40

40

Artinya :“Inilah yang dijanjikan kepadamu, yaitu kepada setiap

hamba yang selalu kembali kepada Allah dengan bertobat dan

memelihara semua peraturan-peraturannya. ” (QS. Qaf (50): 32).

Jika wudhu lahir dan shalat lahir mempunyai waktu tertentu

setiap satu hari satu malam, maka wudhu batin dan shalat batin

waktunya seumur hidup, dari hari ke hari tanpa putus.25

Penulis melihat dari hasil perpaduan wudhu lahir dan batin

akan meghasilkan buah yaitu akhlak seperti lebih rendah hati, lebih

beradab, sehingga ada peningkatan dari hari ke hari. Itulah buahnya

sehingga kita bisa lebih dekat kepada Allah. Sebab, justru di

hadapan Allah kita semakin menundukan kepala, karena semua ini

adalah pemberian-Nya, kalau bukan karena pemberian-Nya

bagaimana bisa mengerti segala yang kita miliki ini.

2. Shalat

Shalat menurut Syariat adalah ibadah yang sudah sangat

dikenal yaitu ucapan dan perbuatan yang diawali dengan ucapan

takbir dan diakhiri dengan ucapan salam.26

Shalat memeiliki beberapa persyaratan yang harus dilakukan

sebelumnya, yaitu: bersuci dengan air yang suci, dengan pakaian

25

Abdul Qadir al-Jailani, Sirrul – Asrar, h.169. 26

Ahmad Saiful Islam Hasan Al-Banna, Tafsir Hasan Al-Banna, (Jakarta, Suara

Agung, 2010), cet. 1, h. 134

Page 52: KONSEP IBADAH ABDUL QADIR AL -JAILANI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29193/...i KONSEP IBADAH ABDUL QADIR AL -JAILANI DALAM KITAB SIRR AL -ASRAR DITINJAU DARI

41

41

yang suci, bertempat di tempat yang suci, menghadap kiblat, niat, dan

telah masuk pada waktunya.27

Maksud shalat syari‟at, yang disebutkan dalam Al-Qur‟an ini,

“Hendaklah kamu menjaga shalat-shalatmu dan shalat wustha

(yang di tengah).” (QS. Al-Baqarah (2): 238)

Ialah shalat yang rukun-rukunnya berkaitan dengan gerakan

anggota badan yang lahir, seperti berdiri, membaca ayat atau surah,

rukuk, sujud, dan mengeluarkan suara dan bacaan-bacaan. Makanya

Allah SWT menggabungkan dengan lafadz jamak “shalawat”

(beberapa shalat) sebagai isyarat akan shalat syari‟at yang lima

waktu.

Adapun shalat tarekat adalah shalatnya kalbu dan itu dilakukan

tanpa batas waktu atau selama-lamanya. Sebagaimana diisyaratkan

pada ayat di atas dalam kalimat, “Shalat Wustha.” Maksud dari

shalat al-wustha yaitu shalat kalbu karena hati berada di tengah (al-

wasth) badan; antara kanan dan kiri; antara atas dan bawah; juga

yang menjelaskan rasa antara bahagia dan menderita.

Sebagaimana ditegaskan dalam sabda Rasulullah SAW,

27

Abdul Qadir Al-Jailani, Rahasia Muslim Sejati : menyelami jalan tasawuf

(suluk) menjadi kekasih Allah, (jogjakarta, Bening, 2010), Cet.I, h.13

Page 53: KONSEP IBADAH ABDUL QADIR AL -JAILANI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29193/...i KONSEP IBADAH ABDUL QADIR AL -JAILANI DALAM KITAB SIRR AL -ASRAR DITINJAU DARI

42

42

Artinya :“Sesungguhnya kalbu manusia ada di antara dua jari-jari

Allah, Allah membolak-baliknya sesuai dengan kehendak-Nya.”

(HR. Muslim)28

Maksud dari dua jari Allah SWT ialah dua sifat Allah, yaitu

sifat Maha Memaksa (Al-Qahhar) dan sifat Maha Lembut (Al-

Lathif). Dari ayat dan hadits di atas diketahui bahwa shalat yang

pokok adalah shalat kalbu. Bila shalat kalbu dilupakan, maka

rusaklah shalat kalbu dan shalat jawarih-nya. 29

Hal itu karena, orang yang shalat sedang bermunajat

(berdialog) dengan Tuhannya. Sedangkan, alat untuk munajat adalah

kalbu. Bila kalbu lupa maka “batallah” shalat kalbu sekaligus shalat

badannya karena kalbu merupakan inti, dan anggota badan yang lain

mengikutinya. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW,

Artinya :“Sesungguhnya di dalam jasad manusia ada segumpal

daging. Bila ia baik, kekujur badan akan ikut baik dan bila ia buruk,

sekujur badan pun menjadi buruk. Itulah hati. ” (HR.Al-Bukhari)30

Shalat syari‟at sebagaimana diketahui secara fiqh mempunyai

waktu tertentu, dalam satu hari satu malam wajib dikerjakan lima

kali. Dan, shalat syari‟at ini sunahnya dilakukan di masjid secara

28

Abū al-Ḥusayn Muslim ibn al-Ḥajjāj ibn Muslim al-Qushayrī an-Naysābūrī,

Shahih Muslim, (Beirut, Darul al-afak al-jadidah, t.t), juz 8, hlm.51. 29

Abdul Qadir al-Jailani, Sirrul – Asrar, h.174. 30

Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin al-Mughirah bin Bardizbah al-Ju'fi al-

Bukhari , al-Jami‟ al-Shahih (Kairo, Darul Aswab, 1987), juz 1, h. 20.

Page 54: KONSEP IBADAH ABDUL QADIR AL -JAILANI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29193/...i KONSEP IBADAH ABDUL QADIR AL -JAILANI DALAM KITAB SIRR AL -ASRAR DITINJAU DARI

43

43

berjamaah, menghadap ka‟bah dan mengikuti gerakan imam, tanpa

riya‟ dan sum‟ah.

Sedangkan shalat tarekat dilakukan seumur hidup tanpa batas

waktu. Masjidnya adalah kalbu. Cara berjamaahnya ialah dengan

memadu kesucian batin untuk menyibukkan diri dengan asma-asma

tauhid melalui lisan batin. Imamnya adalah rasa rindu di dalam kalbu

untuk sampai kepada Allah SWT. Kiblatnya ialah Al-Hadhrah Al-

Ahadiyah (fase tertinggi dari maqam ruh) yakni hadirat Allah yang

Maha Tunggal dan Keindahan Allah SWT. Itulah kiblat yang hakiki.

Selamanya, kalbu dan ruh tidak boleh lepas dari shalat ini.31

Dalam menjalankan shalat tarekat ini, kalbu tidak boleh tidur

dan tidak boleh mati. Ia selalu punya kegiatan, saat tidur maupun

terjaga. Shalat tarekat dilakukan dengan hidupnya kalbu tanpa suara,

tanpa berdiri dan tanpa duduk. Orang yang menjalankan shalat

tarekat, akan selalu berhadapan dengan Allah SWT dan senantiasa

siaga dengan ucapan, “Kepada-Mu kami beribadah dan kepada-Mu

kami memohon pertolongan,” dan mengikuti Nabi Muhammad

SAW karena begitulah keadaan Nabi.32

Al-Qadhi di dalam menafsirkan ayat di atas berkata, “Ayat ini

merupakan isyarat tentang kalbu seorang ahli makrifat kepada Allah,

yang telah berpindah dari keadaan gaib kepada Al-Hadrah Ahadiyah

31

Abdul Qadir al-Jailani, Sirrul – Asrar, h.175. 32

Ibid

Page 55: KONSEP IBADAH ABDUL QADIR AL -JAILANI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29193/...i KONSEP IBADAH ABDUL QADIR AL -JAILANI DALAM KITAB SIRR AL -ASRAR DITINJAU DARI

44

44

(fase tertinggi dari maqam ruh). Ini, sesuai dengan sabda Rasulullah

SAW,”

Artinya : “Para Nabi dan para wali selalu shalat di alam kuburnya,

seperti halnya mereka shalat di rumahnya.” (HR. Al-Bazzar)33

Abdul Qadir al-Jailani mengartikan, mereka selalu sibuk

bermunajat pada Allah SWT karena hatinya yang hidup.

Bagi Abdul Qadir al-Jailani Bila dua shalat syari‟at dan shalat

tarekat ini telah berpadu secara lahir dan batin, maka sempurnalah

shalat itu dan pahalanya pun sangat besar. Pahalanya berupa Al-

Qurbah (dekat dengan Allah) yang diraih oleh shalat ruhaniahnya

dan pahala derajat (surga) yang diraih oleh shalat badannya. Maka

orang yang melakukan shalat seperti ini berarti ia lahiriahnya ahli

ibadah, dan batinnya „arif billah (makrifat kepada Allah). Dan, bila

shalat tarekatnya tak mampu menghidupkan kalbu, maka nilainya

berkurang dan pahalanya pun hanya derajat (surga), tidak mendapat

pahala Al-Qurbah.34

33

al-Imam al-Hafidz al-Kabir Abu Bakrin Ahmad ibn Abdi al-Kholiqi al-Basharyi

Al-Bazzar, Musnad al-Bazzar, (Madinah, Maktabah Ulum wal Hikmah, 2009), juz

13, h.62. 34

Abdul Qadir al-Jailani, Sirrul – Asrar, h.169.

Page 56: KONSEP IBADAH ABDUL QADIR AL -JAILANI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29193/...i KONSEP IBADAH ABDUL QADIR AL -JAILANI DALAM KITAB SIRR AL -ASRAR DITINJAU DARI

45

45

BAB IV

ANALISIS TERHADAP KONSEP IBADAH ABDUL

QADIR AL-JAILANI DALAM KITAB SIRR AL-ASRAR

DITINJAU DARI MAQASHID SYARIAH AL-SYATIBI

A. Konsep Ibadah Abdul Qadir al-Jailani Ditinjau Dari Teori

Maqashid Syari’ah Al-Syatibi

Penulis berpendapat bahwa pandangan Abdul Qadir al-Jailani tentang

hakikat ibadah adalah untuk menuju realitas tertinggi, bukan hanya

sekedar melaksanakan saja sebagaimana tata cara yang diperintahkan dan

menjauhi yang dilarang, sebagai balasannya nanti mendapat kenikmatan-

kenikmatan ragawi di akhirat.

Bagi Abdul Qadir al-Jailani ibadah itu bukan hanya melaksanakan

sesuai dengan Nabi Muhammad Saw laksanakan, tetapi ada aspek batin

yang dengan itu kita dapat meraih realitas tertinggi. Dan ini bisa di capai

dengan melatih diri meninggalkan hawa nafsu serta melakukan kegiatan

ruhaniyah dengan tujuan ridha Allah tanpa riya (ingin dipuji orang) dan

sum‟ah (mencari kemasyhuran).1

Cakrawala berpikir Abdul Qadir al-Jailani yang memandang bahwa

aspek syariat, tarekat, dan hakikat sebagai jalan menuju realitas

1 Abdul Qadir al-Jailani, Sirrul – Asrar ...Rasaning Rasa, (Ciputat, Salima, 2013), cet. II,

h.23.

Page 57: KONSEP IBADAH ABDUL QADIR AL -JAILANI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29193/...i KONSEP IBADAH ABDUL QADIR AL -JAILANI DALAM KITAB SIRR AL -ASRAR DITINJAU DARI

46

46

tertinggilah yang menjadikannya mempunyai cara pandangan yang mampu

menemukan rahasia dari sebuah ibadah yang diperintahkan Allah Swt.

Konsep Abdul Qadir al-Jailani tentang hakikat ibadah sesungguhnya

merealisasikan semua mas lah ah yang dijelaskan oleh al-Syatibi dan

membaginya ke dalam tingkatan – tingkatan. Sebagaimana kita ketahui

konsep mas lah ah di bagi tiga dari segi ketegasan justifikasi syara‟; bagian

pertama mas lah ah mu‟tabarah (yang diterima syara‟), kedua mas lah ah

mulgah (yang ditolak syara‟), ketiga mas lah ah mursalah (tidak tegas

diterima atau ditolak syara‟).2

Kemudian secara tingkatan di bagi tiga bagian; yang pertama

daruriyyah (primer/wajib ada), yang kedua hajiyyah (sekunder/kebutuhan

untuk menghindarkan kesulitan), yang ketiga tahsiniyyah

(tertier/keindahan). Jika dirinci kepada kasus hukum yang detail (fiqh)

akan terlihat klasifikasi maslahah seperti daruriyyah mu‟tabarah,

daruriyyah mulghah, hajiyyah mu‟tabarah dan lain sebagainya.

Sebagai contoh daruriyyah mu‟tabarah adalah kebolehan memakan

bangkai jika tidak ada makanan lain atau dalam kondis yang darurat, jika

tidak makan bangkai akan mati. Hal ini merealisasikan penjagaan terhadap

jiwa atau hidz an-nafs.

2 Asmawi, “Maslahah, Hukum Islam, dan Hukum Negara” Ahkam XI, No.2 (juli 2011):

h.143.

Page 58: KONSEP IBADAH ABDUL QADIR AL -JAILANI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29193/...i KONSEP IBADAH ABDUL QADIR AL -JAILANI DALAM KITAB SIRR AL -ASRAR DITINJAU DARI

47

47

Dalam kasus daruriyyah mulgha bisa di ambil contoh riba, mengapa

ada larangan mengambil riba pada al-qur’an seperti pada surat al-Baqarah

ayat 275-281, jika dilihat maqashid larangan mengambil riba jelas hifdz

al-mal tapi sekarang riba adalah salah satu bentuk sistem perbankan,

sehingga bunga bank dianggap sebagai mas lah ah juga dengan alasan hifdz

al-mal. Meskipun ini daruriyyah tetapi termasuk mulgha karena larangan

di ayat diatas dan juga fatwa MUI no.1 tahun 2004 tentang keharaman

bunga bank.

Contoh kasus daruriyyah mursala adalah lampu lalulintas di jalan raya

yang berfungsi sebagai pengatur lalulintas kendaraan sehingga tidak

terjadi kecelakaan dan terwujudnya tertib lalulintas. Disisi lain lampu

lalulintas ini mewujudkan maqashid syari‟ah yaitu hifdz nafs yaitu

menghindarkan kecelakaan maut bagi pengguna jalan, selain itu

sebenarnya aspek hajiyyah dan tahsiniyyah juga terwujud. Seperti dari sisi

hajiyyah mempermudah transfortasi dan tahsiniyyah memperindah tata

kota.

Kasus hajiyah mu‟tabarah adalah diperbolehkannya tidak berpuasa di

bulan ramadhan bagi musafir, ini adalah bentuk kemudahan untuk

menghilangkan kesulitan. Selain itu juga ada contoh hajiyyah yang lain

seperti diperbolehkannya penggunaan hand phone pada saat ini adalah

bentuk menghilangkan kesulitan dan mendatangkan kemudahan.

Page 59: KONSEP IBADAH ABDUL QADIR AL -JAILANI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29193/...i KONSEP IBADAH ABDUL QADIR AL -JAILANI DALAM KITAB SIRR AL -ASRAR DITINJAU DARI

48

48

Contoh kasus tahsiniyyah mu‟tabarah adalah anjuran memperbanyak

amalan sunnah, selain berfungsi melengkapi amalan wajib. Amalan

sunnah juga menjadi penghias untuk memperindah amalan wajib. Selain

itu juga tahsiniyyah ini memperindah sekaligus sebagai adab seperti shalat

memakai pakaian yang bersih dan wangi, walaupun sebenarnya sah – sah

saja memakai pakaian bau dan kucel ketika shalat tapi tentu kurang indah

dan kurang beradab.

Berikut ini uraian konsep thaharah dan shalat menurut Abdul Qadir al-

Jailani ditinjau dari teori maqashid syari‟ah al-Syatibi.

1. Thaharah

a. Berdasarkan kategori daruriyyah

Islam mensyari’atkan thaharah (bersuci), di sana dianjurkan

beberapa hal yang dapat menyempurnakannya3. Berdasarkan aspek

daruriyyat, bagi al-Syatibi kemaslahatannya adalah memelihara dan

melaksanakan kewajiban keagamaan. Kalau tidak melaksanakan

thaharah maka shalat menjadi tidak sah. Karena thaharah merupakan

syarat sahnya shalat.

Dalam kitab sirrul asrar Abdul Qadir al-Jailani membagi

thaharah (bersuci) menjadi dua macam yakni bersuci secara lahir; dan

bersuci secara batin. Bersuci secara lahir dilakukan dengan

menggunakan air. Adapun bersuci secara batin dilakukan dengan tobat,

3 Abdul Wahab Khalaf, Ulum Ushul Fiqh, (Kairo, Maktabah Ad-da’wah,t.t), juz I, h.

205.

Page 60: KONSEP IBADAH ABDUL QADIR AL -JAILANI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29193/...i KONSEP IBADAH ABDUL QADIR AL -JAILANI DALAM KITAB SIRR AL -ASRAR DITINJAU DARI

49

49

talqin, membersihkan kalbu dan menjalankan tarekat. Bila wudhu

syari‟ah batal karena keluarnya najis, maka seseorang wajib

memperbaharui wudhunya.

Pandangan Abdul Qadir al-Jailani mengenai thaharah secara

batin ini bisa mewujudkan maqashid syari‟ah yang lain. Sebagai

contoh hifdz aql, kita bisa melihat orang-orang sufilah yang pada

kenyataannya bisa mengapresiasi rasionalitas, orang-orang yang terlalu

tekstual mereka akan melihat agama ini bertentangan dengan

rasionalitas dan agama sering mengekang eksplorasi rasionalitas

karena dianggap sudah selesai pada masa lalu.

Dalam hal thaharah atau bersuci kita bisa lihat manusia yang

mensucikan batinnya dan mencapai drajat kesempurnaan dirinya

(hakikat) dia tidak akan mungkin melakukan dosa. Seperti membunuh

orang lain dan ini secara tidak langsung mewujudkan maqashid

syari‟ah yang dharuriyyah yaitu hifdz ad-din. Apalagi wudhu batin ini

waktunya seumur hidup, dari hari ke hari tanpa putus.4

Pada saat kita bisa melihat kenapa orang – orang banyak yang

menjalankan syari‟ah tapi orang-orang itu masih korupsi. Secara fiqh

orang-orang tadi melanggar hukum amanah tentang menunaikan hak

orang lain sehingga dia korupsi. Tapi secara batin mereka melakukan

aktivitas seperti itu karena mereka belum mencapai drajat

melaksanakan ibadah itu secara hakikat tapi ibadahnya orang-orang

4 Abdul Qadir al-Jailani, Sirrul – Asrar, (Ciputat, Salima, 2013), cet. II, h.170

Page 61: KONSEP IBADAH ABDUL QADIR AL -JAILANI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29193/...i KONSEP IBADAH ABDUL QADIR AL -JAILANI DALAM KITAB SIRR AL -ASRAR DITINJAU DARI

50

50

awam atau ibadahnya para pebisnis yang hanya menginginkan uang di

akhirat, perempuan dan kenikamatan ragawi lainnya di akhirat. Bukan

ibadah yang ingin mencapai realitas yang lebih tinggi dari drajat

mereka yang sekarang.

Dalam kitab sirr al-asrar dikatakan bila wudhu batin batal

karena melakukan amalan yang tercela dan akhlak yang hina, seperti

(dosa kalbu yakni) sombong, „ujub (berbangga diri), hasad (dengki),

hiqd (dendam), mengumpat, mengadu-adu, dan bohong atau dosa

badan, seperti dosa mata, telinga, tangan, dan kaki.5

Maka cara memperbarui wudhunya adalah dengan tobat yang

ikhlas dari semua dosa kalbu dan badan di atas dan dengan

memperbarui inabah (kembali kepada Allah) yakni dengan menyesali

semua dosa-dosa dan memohon ampunan serta menghancurkan dosa-

dosa tersebut langsung dari batinnya.6

Dilihat dari kerangka pemikiran al-Syatibi, konsep thaharah

Abdul Qadir al-Jailani dalam tarekat dan hakekat tidak bertentangan

dan malah merealisasikan aspek maqashid syari‟ah yang lain. Jika

dilihat secara daruriyyah konsep Abdul Qadir al-Jailani tidak

menjadikan wudhunya batal secara syariat. Selain itu dalam

hubungannya dengan syari’ah terdapat cukup banyak ayat.

Diantaranya dapat dihubungkan dengan masalah wudhu. Sebagaimana

firman Allah dalam surah al-maidah ayat 6 yaitu:

5 Abdul Qadir al-Jailani, Sirrul – Asrar, h.169-170

6 Ibid.h.169

Page 62: KONSEP IBADAH ABDUL QADIR AL -JAILANI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29193/...i KONSEP IBADAH ABDUL QADIR AL -JAILANI DALAM KITAB SIRR AL -ASRAR DITINJAU DARI

51

51

Artinya : Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak

mengerjakan shalat, Maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai

dengan siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu sampai

dengan kedua mata kaki, dan jika kamu junub Maka mandilah, dan

jika kamu sakit atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat

buang air (kakus) atau menyentuh perempuan, lalu kamu tidak

memperoleh air, Maka bertayammumlah dengan tanah yang baik

(bersih); sapulah mukamu dan tanganmu dengan tanah itu. Allah

tidak hendak menyulitkan kamu, tetapi dia hendak membersihkan

kamu dan menyempurnakan nikmat-Nya bagimu, supaya kamu

bersyukur.(QS : Al-maidah : 6).

b. Berdasarkan kategori hajiyyat

Abdul Qadir al-Jailani berpendapat bahwa bersuci ada dua

macam yakni bersuci secara lahir dan bersuci secara batin. Bersuci

secara lahir mengunakan air dan bersuci secara batin dengan tobat.7

Dalam menjalankan thaharah dibutuhkan alat. Diantaranya

yaitu air mutlak, yaitu air yang suci dan mensucikan , seperti mata

air, air hujan, air sungai, air zamzam, dan air laut8, berdasarkan

dalil-dalil berikut.

7 Ibid. h.169.

8 Sayid Sabiq, fiqh as-sunnah,(Beirut, Darul Kutub, t.t)juz 1, h.18.

Page 63: KONSEP IBADAH ABDUL QADIR AL -JAILANI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29193/...i KONSEP IBADAH ABDUL QADIR AL -JAILANI DALAM KITAB SIRR AL -ASRAR DITINJAU DARI

52

52

Artinya : “Dan Kami turunkan dari langit air yang amat suci.”

(Al-Furqan: 48). Dan Rasulullah saw. Bersabda :

Artinya : ”Sesungguhnya air itu suci tidak dinajiskan oleh

sesuatu” (HR Abu Daud).9

Dalam kategori hajiyyah ini yaitu melaksanakan ketentuan

agama, dengan maksud menghindari kesulitan. Maka apabila tidak

ditemukannya air boleh menggunakan tanah yang suci, atau pasir,

atau batu, atau tanah berair.

Rasulullah saw. bersabda,

“Dijadikan bumi itu sabagai masjid dan suci bagiku.” (HR

Bukhori)10

.

Tanah dijadikan sebagai alat thaharah jika tidak ada air, atau

tidak bisa menggunakan air karena sakit, dan karena sebab lain.

Allah berfirman,

9 Abu Dawud Sulayman ibn al-Ashʿath al-Azdi al-Sijistani, Sunan Abu Daud,

(Beirut, Darul Kutub, t.t), juz I, h. 25 10

Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin al-Mughirah bin Bardizbah al-Ju'fi al-

Bukhari , Al-Jami‟ As-Shahih, (Kairo, Darul Aswab, 1987), juz I, h.119.

Page 64: KONSEP IBADAH ABDUL QADIR AL -JAILANI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29193/...i KONSEP IBADAH ABDUL QADIR AL -JAILANI DALAM KITAB SIRR AL -ASRAR DITINJAU DARI

53

53

Artinya : “…kemudian kalian tidak mendapatkan air, maka

bertayammumlah kalian dengan tanah yang suci.” (An-Nisa: 43).

Di sisi ini krangka teori al-Syatibi melihat Abdul Qadir al-

Jailani sejalan dengannya, karena konsep Abdul Qadir al-Jailani

secara tidak langsung mewujudkan maqashid syari‟ah yang

lainnya.

Dalam kitab sirr-al-asrar dijelaskan bahwa bersuci atau wudhu

secara batin adalah dengan bertobat dan wudhu ini batal jika

melakukan amalan-amalan tercela.11

Secara tidak langsung konsep

bersuci Abdul Qadir al-Jailani mewujudkan maqashid syari‟ah,

kita lihat orang yang selalu mensucikan hatinya dari dendam,

dengki dan sifat buruk lainnya tentu orang seperti itu tidak akan

melakukan pembunuhan sehingga terwujudlah hifdz nafs.

Orang yang selalu mensucikan hatinya ketika dia diberi amanah

jabatan dia tak akan mungkin berbohong atau korupsi maka dengan

begitu akan terwujudlah hifdz mal.

Dalam realitas keseharian sering kali orang yang menghadapi

persoalan dalam hidupnya merasa itu sulit padahal sesungguhnya

apapun yang terjadi dalam hidup ini bisa dilihat sulit ataupun bisa

dilihat mudah, sedangkan dia melihatnya sebagai kesulitan karena

ada permasalahan dalam hatinya. Dengan mewujudkan aspek batin

dari ibadah-ibadah itu, orang bisa menghilangkan berbagai

11

Abdul Qadir al-Jailani, Sirrul – Asrar, h.169.

Page 65: KONSEP IBADAH ABDUL QADIR AL -JAILANI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29193/...i KONSEP IBADAH ABDUL QADIR AL -JAILANI DALAM KITAB SIRR AL -ASRAR DITINJAU DARI

54

54

penyakit hatinya seperti galau, sedih dan pikiran-pikiran yang tidak

riil yang ada dalam benaknya yang memperbesar atau

mendramatisir suatu persoalan yang sebenarnya sederhana.

Dengan terwujudnya aspek tarekat dan hakikat dalam ibadah

maka rasa sedih, galau, berlebih-lebihan dalam merespon persoalan

(lebay) itu tidak akan terjadi Seseorang yang selalu mensucikan

hatinya dengan wudhu lahir dan batin maka dia akan

menghilangkan kesulitan-kesulitan dalam hidupnya karena semua

kesulitan itu akan selalu di lihat dengan sederhana dan ini

mewujudkan maqashid syari‟ah kategori hajiyyah.

c. Berdasarkan kategori tahsiniyyah

Dalam kitab sirr al-asrar dijelaskan cara memperbaharui

bersuci atau wudhu batin adalah dengan tobat yang ikhlas dari

semua dosa kalbu dan badan, dengan memperbaharui inâbah

(kembali kepada Allah) dengan menyesali semua dosa dan

memohon ampunan.12

Dari sini kita bisa melihat bahwa tobat tadi

secara tidak langsung melengkapi atau meperindah akhlak

seseorang yang menjalankan bersuci secara lahir batin tadi, maka

ini sejalan dengan maqashid syari‟ah kategori tahsiniyyah.

Kategori tahsiniyyah adalah kemaslahatan yang bersifat

perbaikan, kelengkapan atau keindahan, kemaslahatan ini

dibutuhkan untuk menambah nilai moral dan etika. Jika

12

Ibid, h.169-170.

Page 66: KONSEP IBADAH ABDUL QADIR AL -JAILANI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29193/...i KONSEP IBADAH ABDUL QADIR AL -JAILANI DALAM KITAB SIRR AL -ASRAR DITINJAU DARI

55

55

dilaksanakan akan menyampaikan manusia kepada muru‟ah dan

berjalan diatas jalan yang lebih baik.13

Dalam upaya mengikuti petunjuk agama guna menjunjung

tinggi martabat manusia, kehormatan, sekaligus melengkapi

pelaksanaan kewajiban kepada Allah SWT. Misalnya berhias atau

memakai sabun ketika bersuci. Hal ini apabila tidak dilakukan

tidak akan merusak kategori daruriyyah dan hajiyyah, karena

fungsinya hanya pelengkap.

Salah satu bentuk terwujudnya maqashid syari‟ah tahsiniyyah

ini adalah terjaganya kehormatan seseorang, Jika seseorang selalu

mensucikan batinnya dengan wudhu secara lahir dan batin dia tidak

akan gila hormat tapi akan bersikap rendah hati karena bagi dia

dirinya bukanlah apa-apa hanya manusia yang kadang tergoda

untuk melakukan dosa dan maksiat sehingga dia selalu ingin

membersihkan hati dan raganya, orang lain juga akan lebih

menghormati orang yang rendah hati ketimbang orang yang gila

hormat.

2. Shalat

a. Berdasarkan kategori daruriyyah

Shalat adalah salah satu ibadah yang di wajibkan Allah Swt

yang mana jika shalat ini tidak ditegakkan akan mengancam

13

Ahmad Husain Jauhar, Maqashid Syari’ah, (Jakarta, Amzah, 2010)Cet. II, h.xvi.

Page 67: KONSEP IBADAH ABDUL QADIR AL -JAILANI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29193/...i KONSEP IBADAH ABDUL QADIR AL -JAILANI DALAM KITAB SIRR AL -ASRAR DITINJAU DARI

56

56

eksistensi agama atau menghancurkan agama, maka dari itu shalat

adalah tiangnya agama sebagaimana hadis nabi ;

Artinya : Pokok masalah adalah Islam, tiangnya adalah

shalat, dan puncaknya adalah jihad.(HR.Tirmidzi)14

Menurut Abdul Qadir al-Jailani jika seseorang sudah bisa

memadukan antara shalat syariat dan shalat tarekat secara lahir dan

batin maka dia akan mampu mencapai kesempurnaan.15

Sesungguhnya dengan pencapaian drajat kesempurnaan diri

atau hakikat secara tidak langsung akan meciptakan atau

mewujudkan maqashid syari‟ah yang lain. Sebagai contoh hifdz

aql kita bisa melihat orang-orang sufilah yang pada kenyataannya

bisa mengapresiasi rasionalitas, orang-orang yang terlalu tekstual

mereka akan melihat agama ini bertentangan dengan rasionalitas

dan agama sering mengekang eksplorasi rasionalitas karena

dianggap sudah selesai pada masa lalu.

Sedangkan dengan pemahaman Abdul Qadir al-jailani dan

sufi lainya justru mereka faham dimana posisi suatu teks itu.

Bahwa teks itu ada lahir dan batinnya, bahwa penafsiran terhadap

teks itu sebetulnya berhubungan dengan cakrawala seseorang yang

menafsirkan. Orang yang punya pengalaman hakikat dia bisa

14

Muhammad bin 'Isa bin Saurah bin Musa bin ad-Dahhak at-Tirmizi,, Sunan

at-Tirmidzi (t.p, t.t),juz 10, h. 101. 15

Abdul Qadir al-Jailani, Sirrul – Asrar, h.177.

Page 68: KONSEP IBADAH ABDUL QADIR AL -JAILANI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29193/...i KONSEP IBADAH ABDUL QADIR AL -JAILANI DALAM KITAB SIRR AL -ASRAR DITINJAU DARI

57

57

mengetahui aspek-aspek batin, tentang hakikat dari suatu teks.

Dengan seperti ini para sufi terbukti bisa mengapresiasi filsafat dan

sains. Sehingga dengan seperti itu hifdz aql juga terwujud.

Hadis diatas menegaskan bahwa shalat itu adalah tiang

agama jadi runtuhnya shalat runtuhlah agama, ini bukan sekedar

retorika untuk mengatakan shalat itu penting. tapi dalam

pandangan hakikat memang shalat itu jika bisa direalisasikan aspek

batinnya akan mengantarkan orang kepada hakikat.

Ada sebuah ungkapan bahwa shalat itu mi‟rajnya orang

beriman.16

bahwa shalat itu bisa mengantarkan kita pada realitas

yang sebenarnya. dengan terealisasinya aspek hakikat dari ibadah

makna hadis nabi shalat adalah tiang agama menjadi lebih bisa di

fahami, karena orang-orang yang sampai pada hakikatlah yang bisa

menjadi tonggak-tonggak agama. Dan agama bisa lebih dimengerti

tujuannya.

Berdasarkan analisa, penulis menilai kerangka teori al-

Syatibi dalam memandang konsep shalat Abdul Qadir al-Jailani

secara tidak langsung mewujudkan maqashid syari‟ah. Dalam

kerangka teori al-Syatibi shalat itu memelihara agama. Hal ini

masuk dalam peringkat daruriyyah, yaitu memelihara dan

melaksanakan kewajiban keagamaan yang masuk peringkat primer

atau kepentingan pokok seperti melaksanakan shalat lima waktu.

16

Beberapa sumber mengatakan as-shalatu mi’rajul muslim adalah hadis tapi penulis belum menemukan matan hadis tersebut.

Page 69: KONSEP IBADAH ABDUL QADIR AL -JAILANI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29193/...i KONSEP IBADAH ABDUL QADIR AL -JAILANI DALAM KITAB SIRR AL -ASRAR DITINJAU DARI

58

58

Kalau shalat ini diabaikan, maka akan terancamlah eksistensi

agama.

b. Berdasarkan kategori hajiyyah

Kebutuhan hajiyyah ialah kebutuhan-kebutuhan sekunder,

dimana jika tidak terwujudkan tidak sampai mengancam

keselamatannya, namun akan mengalami kesulitan. Syariat Islam

menghilangkan segala kesulitan itu. Adanya

hukum rukhshah (keringanan) seperti dijelaskan Abdul al-Wahhab

Khallaf, adalah sebagai contoh dari kepedulian Syariat Islam

terhadap kebutuhan ini.17

Dalam lapangan ibadah, Islam mensyari’atkan beberapa

hukum rukhshah (keringanan) bilamana kenyataannya mendapat

kesulitan dalam menjalankan perintah-perintah taklif. Kebolehan

menjamak dan meng-qasar shalat bagi orang yang bepergian

adalah dalam rangka memenuhi kebutuhan hajiyyah ini.

Kalau ketentuan ini tidak dilaksanakan maka tidak akan

mengancam eksistensi agama, melainkan hanya akan mempersulit

bagi orang yang melakukannya.

Dalam kitab sirr al-asrar Abdul Qadir al-Jailani

menuturkan bahwa shalat tarekat yang dilakukan dengan hidupnya

kalbu dan orang yang menjalankannya akan selalu berhadapan

17

Abdul Wahab Khalaf, Ulum Ushul Fiqh, (Kairo, Maktabah Ad-da’wah,t.t), juz I, h. 206.

Page 70: KONSEP IBADAH ABDUL QADIR AL -JAILANI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29193/...i KONSEP IBADAH ABDUL QADIR AL -JAILANI DALAM KITAB SIRR AL -ASRAR DITINJAU DARI

59

59

dengan Allah Swt dan senantiasa berucap “kepada-Mu kami

beribadah dan kepada –Mu kami meminta pertolongan”.18

Kita lihat orang yang bisa melaksanakan shalat tarekat ini

akan menjadikan hatinya tenang dan selalu ingat kepada Allah Swt

sehingga tidak menghalangi dia untuk beribadah kepada Allah dan

mempermudah dia berbuat baik kepada manusia dan alam, karena

hanya orang yang mempunyai hati yang baiklah yang bisa

melakukannya.

c. Berdasarkan kategori tahsiniyyat

Memelihara agama dalam peringkat tahsiniyyat, yaitu

mengikuti petunjuk agama guna menjunjung tinggi martabat

manusia, sekaligus melengkapi pelaksanaan kewajiban terhadap

Tuhan, misalnya menutup aurat, baik di dalam maupun di luar

shalat, membersihkan badan,memakai wewangian, pakaian, dan

tempat.

Dalam kitab sirr al-asrar dijelaskan bahwa orang yang

melakukan shalat tarekat mereka akan selalu sibuk bermunajat

kepada Allah Swt karena hatinya hidup. Pada kehidupan sehari-

hari orang-orang seperti inilah yang bisa dengan mudah

mewujudkan keindahan akhlak, dia akan mudah untuk memaafkan,

memberikan senyum, bahkan jika dia di hina dia taka akan

membalas karena hatinya lebih sibuk bermunjat kepada Allah Swt

18

Abdul Qadir al-Jailani, Sirrul – Asrar, h.176.

Page 71: KONSEP IBADAH ABDUL QADIR AL -JAILANI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29193/...i KONSEP IBADAH ABDUL QADIR AL -JAILANI DALAM KITAB SIRR AL -ASRAR DITINJAU DARI

60

60

dari pada membalas sesuatu yang hanya akan memalingkan hatinya

dari Allah Swt dan ini mewujudkan maqashid syari‟ah kategori

tahsiniyyah.

B. Kesesuaian Praktik Ibadah Abdul Qadir Al-Jailani dengan

Maqashid Syari’ah

1. Analisa Umum

Penulis memandang bahwa praktik ibadah Abdul Qadir al-

Jailani itu sesuai dengan maqashid syari‟ah karena tidak

bertentangan dengan konsep maqashid syari’ah al-Syatibi bahkan

secara tidak lagsung merealisasikan maqashid syari‟ah.

Jika dilihat dari kerangka teori al-Syatibi bahwa di balik

ajaran agama itu ada tujuan-tujuan sebagaimana akar kata syari‟ah

itu sendiri yang berarti jalan untuk mengantarkan kita pada tujuan.

al-Syatibi dan Abdul Qadir al-Jailani keduanya sama-sama

mencari tujuan itu.

al-Syatibi membatasi penelitiannya pada aspek fiqh dan

ushul fiqh sedangakan Abdul Qadir al-Jailani sebagai faqih yang

sufi dia mencoba menambahkan pengalaman sufistik itu untuk

melengkapi analisa-analisa fiqh tanpa mengabaikannya dan setelah

di elaborasi lebih jauh konsep ibadah Abdul Qadir al-Jailani secara

tidak langsung mewujudkan maqashid syari‟ah.

Page 72: KONSEP IBADAH ABDUL QADIR AL -JAILANI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29193/...i KONSEP IBADAH ABDUL QADIR AL -JAILANI DALAM KITAB SIRR AL -ASRAR DITINJAU DARI

61

61

Jika kita lihat kasus thaharah di atas dimana kita bisa

melihat thaharah secara batin itu berkesesuaian dengan maqashid

syari‟ah dimana orang yang suci secara lahir dan batin dia tidak

mungkin hati terbersit untuk melakukan dosa karena hatinya

terjaga. Dan ini merealisasikan hifdz ad-din.

Jika kita melihat orang yang tetap berbohong, menipu,

korupsi dan melakukan dosa yang lain, padahal setiap hari dia

bersuci atau berwudhu, mungkin hatinya tidak di ikutsertakan

bersuci ketika dia berwudhu. Dalam bersuci, wudhu itu simbol

membersihkan semua kegiatan kita yang diungkapkan dalam

mulut, tangan, wajah, kepala dan kaki. kemudian jika mata melihat

aurat tentu akan berdosa tapi apakah wudhunya batal. secara syariat

jelas tidak batal tapi secara tarekat dan hakekat batal sehingga

harus bersuci kembali dalam bentuk tobat.

Rasulullah Saw bersabda :

Artinya : dari abu hurairah Rasulullah Saw bersabda

“Maukah kalian aku tunjukkan sesuatu yang menyebabkan Allah

menghapuskan dosa-dosa dan meninggikan derajat

seseorang,mereka berkata : mau wahai Rasulullah, beliau bersabda

: yaitu : Sempurnakanlah wudhu pada saat-saat enggan,

memperbanyak langkah ke masjid, menunggu waktu shalat setelah

shalat. Itulah ikatan yang kokoh”. (HR. Muslim).19

19

Abū al-Ḥusayn Muslim ibn al-Ḥajjāj ibn Muslim al-Qushayrī an-Naysābūrī,

Shahih Muslim, (Beirut, Darul al-afak al-jadidah, t.t), juz I, hlm.151.

Page 73: KONSEP IBADAH ABDUL QADIR AL -JAILANI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29193/...i KONSEP IBADAH ABDUL QADIR AL -JAILANI DALAM KITAB SIRR AL -ASRAR DITINJAU DARI

62

62

Coba kita renungkan kenapa kita dianjurkan untuk selalu

suci (menjaga wudhu), bukan hanya karena kita siap selalu

beribadah tapi juga agar menjadikan hati kita suci setiap saat. Dan

islam mengajarkan sehari minimal lima kali kita bersuci sebelum

menghadap Allah. Ini bisa ditangkap kesan bahwa sesungguhnya

Allah menginginkan kita beribadah dengan raga dan hati yang suci

agar bisa dekat dengan-Nya dan selalu terjaga dari maksiat.

Karena sudah sangat jelas kebersihan diri sebagian dari

iman Sebagaimana Rasulullah Saw bersabda :

Artinya : Abu Malik al-Asy’ari, Rasulullah bersabda:

“Kebersihan itu sebagian dari iman. Membaca al-hamdulillah

(pahalanya) memenuhi mizan(timbangan). Membaca subhanallah

walhamdulillah (pahalanya) memenuhi antara langit dan bumi.

Shalat itu adalah nur (sinar), sedekah itu adalah burhan (bukti),

sabar itu adalah dhiya’ (cahaya), al-Qur’an adalah hujjah (dalil)

untukmu dan untuk membelamu. Setiap pagi akan ada orang yang

menjual dirinya (mencari hidup bermanfaat) dan ada pula yang

membinasakannya (tidak mau mencari hidup bermanfaat/

menjatuhkan diri kepada dosa)”. (H.R Muslim)20

Tobat yang dilakukan untuk mensucikan kembali kalbu

yang ternoda oleh dosa kalbu dan dosa badan, menjadi pelengkap

yang memperindah akhlak seseorang sehingga dia akan selalu

teringat pada Allah Swt dan berhati-hati terhadap dosa.

20

Abū al-Ḥusayn Muslim ibn al-Ḥajjāj ibn Muslim al-Qushayrī an-Naysābūrī,

Shahih Muslim, (Beirut, Darul al-afak al-jadidah, t.t), juz I, hlm.140.

Page 74: KONSEP IBADAH ABDUL QADIR AL -JAILANI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29193/...i KONSEP IBADAH ABDUL QADIR AL -JAILANI DALAM KITAB SIRR AL -ASRAR DITINJAU DARI

63

63

Dalam kasus shalat diatas kita bisa melihat kesesuaian

konsep shalat syariat dan shalat tarekat Abdul Qadir al-Jailani

dengan maqashid syari‟ah al-Syatibi. Orang yang shalat syariat dan

shalat tarekat telah berpadu secara lahir dan batin maka dia akan

mencapai hakikat realitas tertinggi dan mengenal Allah Swt.

Disitulah kalbunya akan hidup sehingga hikmah dari shalat yang

salah satunya mencegah kemungkaran bisa terwujud. Ini pula yang

mewujudkan maqashid syari’ah hifdz ad-din dimana shalat itu

adalah tiang agama akan terwujud oleh orang-orang yang sampai

pada drajat ini.

Dalam konsep shalat syariat mempunyai waktu tertentu,

dalam satu hari satu malam wajib dikerjkan lima kali. Dan, shalat

syariat ini sunahnya dilakukan di mesjid secara berjamaah,

menghadap ka’bah dan mengikuti gerakan imam, tanpa riya’dan

sum’ah. Sedangkan shalat tarekat dilakukan seumur hidup tanpa

batas waktu. Mesjidnya adalah kalbu. Cara berjamaahnya ialah

dengan memadu kesucian batin untuk meyibukkan diri dengan

asma – asma tauhid melalui lisan batin. Imamnya adalah rasa rindu

di dalam kalbu untuk sampai kepada Allah SWT.21

Orang yang mampu mencapai drajat hakikat dan

merealisasikan aspek hakikat dari ibadah, maka makna hadis shalat

tiang agama menjadi lebih bisa di fahami, karena orang-orang yang

21

Abdul Qadir al-Jailani, Sirrul – Asrar, h.175.

Page 75: KONSEP IBADAH ABDUL QADIR AL -JAILANI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29193/...i KONSEP IBADAH ABDUL QADIR AL -JAILANI DALAM KITAB SIRR AL -ASRAR DITINJAU DARI

64

64

sampai pada hakikatlah yang bisa menjadi tonggak-tonggak agama.

Dan agama bisa lebih dimengerti tujuannya, bukan hanya sekedar

dogma.

Ibadah yang tidak difahami aspek hakikatnya, tampak

seperti dogma dari hegemoni orang-orang tertentu yang memaksa

orang lain untuk menyetujui pernyataan-pernyataan saja bukan

realitas.

Agama yang seperti ini banyak sudah dicampakkan oleh

masyarakat modern yang sudah mulai mengerti adanya kebejatan

dari orang-orang yang menghegemoni itu, namun masyarakat

modern mencoba mencari alternatif tapi tidak menemukannya,

padahal tafsiran para sufilah yang mampu menjadi alternatif bagi

masyarakat modern saat ini sekaligus merealisasikan maqashid

syari‟ah.

.

Page 76: KONSEP IBADAH ABDUL QADIR AL -JAILANI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29193/...i KONSEP IBADAH ABDUL QADIR AL -JAILANI DALAM KITAB SIRR AL -ASRAR DITINJAU DARI

65

65

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari pemaparan di atas penulis menarik kesimpulan bahwa :

1. Pertama Abdul Qadir al-Jailani sebagai seorang yang faqih dan juga

memiliki pengalaman sufistik dia mempunyai cakrawala berfikir

bahwa tujuan ibadah atau hakikat ibadah adalah menuju realitas

tertinggi bukan hanya sekedar melaksanakan atau memenuhi

kewajiban saja. Abdul Qadir al-Jailani mengklaim bahwa agama

mempunyai aspek lahir dan batin. Aspek lahir adalah syariat,

sedangkan aspek batin adalah tarekat dan hakekat. Semua aturan

ibadah mempunyai aspek syariat, tarekat dan hakekat. Dilihat dari

kerangka teori al-Syatibi Konsep ibadah Abdul Qadir al-Jailani

tentang hakikat ibadah sesungguhnya merealisasikan maqashid

syari’ah.

2. praktik ibadah Abdul Qadir al-Jailani itu sesuai dengan maqashid

syari’ah karena tidak bertentangan dengan konsep maqashid syari’ah

al-Syatibi bahkan secara tidak lagsung merealisasikan maqashid

syari’ah. Jika dilihat dari kerangka teori al-Syatibi bahwa di balik

ajaran agama itu ada tujuan-tujuan sebagaimana akar kata syari’ah itu

Page 77: KONSEP IBADAH ABDUL QADIR AL -JAILANI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29193/...i KONSEP IBADAH ABDUL QADIR AL -JAILANI DALAM KITAB SIRR AL -ASRAR DITINJAU DARI

66

66

sendiri yang berarti jalan untuk mengantarkan kita pada tujuan. al-

Syatibi dan Abdul Qadir al-Jailani keduanya sama-sama mencari

tujuan itu. al-Syatibi membatasi penelitiannya pada aspek fiqh dan

ushul fiqh sedangakan Abdul Qadir al-Jailani sebagai faqih yang sufi

dia mencoba menambahkan pengalaman sufistik itu untuk melengkapi

analisa-analisa fiqh tanpa mengabaikannya dan setelah di elaborasi

lebih jauh konsep ibadah Abdul Qadir al-Jailani secara tidak langsung

mewujudkan maqashid syari’ah.

.

B. Saran

Penulis menyarankan bahwa untuk mengetahui lebih lengkap

seperti apa tentang konsep ibadah Abdul Qadir al-Jailani dalam kitab

Sirrul Asrar diperlukan kajian lebih dalam dan langsung mengkaji

kitab tersebut. Penulis hanya menganalisis konsep Ibadah Abdul Qadir

al-Jailani dalam tinjauan maqashid syari’ah al-Syatibi tentang

thaharah dan shalat, sehingga selanjutnya diperlukan juga penelitian

tentang konsep ibadah yang lainnya seperti zakat, puasa dan haji.

Page 78: KONSEP IBADAH ABDUL QADIR AL -JAILANI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29193/...i KONSEP IBADAH ABDUL QADIR AL -JAILANI DALAM KITAB SIRR AL -ASRAR DITINJAU DARI

67

67

DAFTAR PUSTAKA

Al-Banna , Ahmad Saiful Islam Hasan, Tafsir Hasan Al-Banna, cet. 1, Jakarta, Suara

Agung, 2010.

Al-Bazzar al-Imam al-Hafidz al-Kabir Abu Bakrin Ahmad ibn Abdi al-Kholiqi al-

Basharyi, Musnad al-Bazzar, Madinah, Maktabah Ulum wal Hikmah, 2009, juz

13.

Al-Syatibi, Al-Muwafaqat fi Ushul al-Ahkam, Jilid I, Beirut, Ibrahim ibn Musa al-

Maliki, t.t.

Asy-Syathibi, Imam, Al-I’tisham (buku induk pembahasan bid’ah dan sunnah), Cet. I,

Jakarta, Pustaka Azzam, 2006.

Al-Syatibi, Al-Muwafaqat fi Ushul al-Ahkam Jilid I, Darul ibn Affan, Abu Ubaidah

Mashur ibn Hasan Al-Salamah, t.t.

At-Tirmizi, Muhammad bin 'Isa bin Saurah bin Musa bin ad-Dahhak, Sunan at-Tirmidzi

(t.p, t.t),juz 10,.

Al-Qathani , Said bin Musfir, Buku Putih Syaikh Abdul Qadir Al-Jailani, Cet. I, Jakarta,

Darul Falah, 2003.

al-munawwir , Ahmad warson, al-munawwir kamus arab-indonesia, cet 14 Surabaya,

pustaka progressif, 1997.

Abu Dawud Sulayman ibn al-Ashʿ ath al-Azdi al-Sijistani, Sunan Abu Daud, (Beirut,

Darul Kutub, t.t), juz I,.

Ahmad al-Syami ,Shaih, terjemah Mawaa’izh al-Syekh ‘Abd al-Qadir al-Jaylani, Cet.

IV, Jakarta, Zaman, 2012.

Ahmad ibn Hambal, Musnad Imam Ahmad Ibn Hambal, Kairo, Yayasan Cordova, t.t,

juz II.

Asmawi, “Maslahah, Hukum Islam, dan Hukum Negara” Ahkam XI, No.2 juli 2011.

Aqid, Kharisudin, Al-Hikmah; Memahami Teosofi Tarekat Qadiriyah Wa

Naqshabandiyah, , cet 1, Surabaya, dunia ilmu,1998.

Page 79: KONSEP IBADAH ABDUL QADIR AL -JAILANI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29193/...i KONSEP IBADAH ABDUL QADIR AL -JAILANI DALAM KITAB SIRR AL -ASRAR DITINJAU DARI

68

68

al-Bukhari, Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin al-Mughirah bin Bardizbah al-Ju'fi,

Al-Jami’ As-Shahih, Kairo, Darul Aswab, 1987, juz I.

Darmawan, Doni, “Pendekatan Maqashid al-Syari’ah Dalam Memeriksa dan

Memutuskan Perkara”,artikel diakses 15 februari 2014 dari http://www.pa-

sijunjung.go.id/-index/index-artikel/395-pendekatan-maqashid-al-syariah-dalam-

memeriksa-dan-memutuskan-perkara-oleh-doni-dermawan-sag-mhi--1312.html.

Djamil, Fathurrahman, Filsafat Hukum Islam, Cet. 1, Jakarta, Logos Wacana Ilmu,

1997.

Haq, Hamka, Al-Syatibi Aspek Teologis Konsep Maslahah dalam Kitab al-Muawafaqat,

Cet.I, t.t, Erlangga, 2007.

Idah, Suaidh, Ibadah Dalam Al-Qur’an, vol.1, no 1 oktober 2012.

Jaya Bakri, Asafri, Konsep Maqashid Syari’ah menurut al-Syatibi, Cet.I , jakarta,

RajaGrafindo, 1996.

Jauhar, Ahmad Husain, Maqashid Syariah, Jakarta, Amzah, 2009, Cet.II, h. 23.

Kartanegara, Mulyadhi, Menyelami Lubuk Taswuf, Cet 1,Jakarta, Erlangga, 2006.

Khalaf, Abdul Wahab, Ulum Ushul Fiqh, Kairo, Maktabah Ad-da’wah,t.t, juz I.

Muslim, Abū al-Ḥusayn ibn al-Ḥajjāj ibn Muslim al-Qushayrī an-Naysābūrī, Shahih

Muslim, Beirut, Darul al-afak al-jadidah, t.t, juz I

Masduki, Anita “Pemikiran beda agama menurut persfektif femiis liberal” Islamia III,

No.5 2010.

Mth, Asmuni, Studi Pemikiran Al-Maqashid, Al-Mawarid Edisi XIV thn 2005.

Muis, Mahfuk , Maqashid Al-Syari’ah Peran dan Relevansinya Dalam Pengembangan

Hukum Islam Kontemporer, Ahkam XI, No.2 juli 2011.

Mulyati, Sri, Mengenal & Memahami Tarekat-Tarekat Muktabarah di Indonesia,

Cet.2, Jakarta, Prenada Media, 2005.

Maksum, Syukron, Wirid-Wirid Syekh Abdul Qadir Al-Jailani, Cet. I, yogyakarta,

mutiara media, 2014.

Qadir Al-Jailani, Abdul, Kitab Para Pencari Tuhan, Cet. I, Yogyakarta, Citra Media

Pustaka, 2013.

Page 80: KONSEP IBADAH ABDUL QADIR AL -JAILANI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29193/...i KONSEP IBADAH ABDUL QADIR AL -JAILANI DALAM KITAB SIRR AL -ASRAR DITINJAU DARI

69

69

Qadir al-Jailani , Abdul, Tafsir Al-Jailani, (pentahkik Dr. Muhammad Fadhil Jailani Al-

Hasani), Cet I, Ciputat, Salima Publika, 2013.

Qadir Al-Jailani, Abdul, Rahasia Muslim Sejati : menyelami jalan tasawuf (suluk)

menjadi kekasih Allah, CET.1, jogjakarta, Bening, 2010.

Qadir al-Jailani, Abdul, Sirrul – Asrar, Ciputat, Salima, cet. II, 2013.

Sayid Sabiq, fiqh as-sunnah, Beirut, Darul Kutub, t.t, juz 1,.

Syaltut, Mahmud, Islam Akidah dan Syariah, Cet.III, jakarta, pustaka amani, 1966.

Shohimun Faisol dan Muhammad Sa’I, Kontribusi Tarekat Qadiriyah Dan

Naqshabandiyah Dalam Dakwah Islam Di Lombok, jurnal penelitian keislaman,

Vol. 1 No. 02 juni 2005.

Sadchalis, Rahmat, Maqashid asy-Syari’ah, artikel diakses 15 februari 2014 dari

http://sadchalis15.wordpress.com/2013/09/09/maqashid-asy-syariah/.

Tamrin, Dahlan, Filsafat Hukum Islam, Cet. 1, Malang, UIN malang Press, 2007.

Tono, Sidik, Pemikiran dan Kajian Teori Hukum Islam Menurut al-Syatibi. Al-Mawarid

Edisi XIII. 2005

Wahid, Ramin Abd, Maqashid Al-Syari’ah Dan Penerapan Hak Asasi Manusia Dalam

Masyarakat Islam, vol 15 no 1 2012.

Wahyudi,Yudian, Maqashid Syari’ah dalam Pergumulan Politik, cet. II yogyakarta,

nawesea, 2007.

Wehr, Hans, a dictionary of modern written arabic,J. Milton Cowan (ed), new york,

spoken english service, 1976.

Wahyudi, Yudian, Ushul Fiqh Vs hermeneutika : membaca islam dari kanada dan

amerika, Cet.IV, yogyakarta, nawesea, 2007.