konsep dasar keselamatan dan keamanan
TRANSCRIPT
KONSEP DASAR KESELAMATAN DAN KEAMANAN (INFEKSI)KONSEP DASAR INFEKSI
A. Definisi
Infeksi adalah suatu kondisi penyakit akibat masuknya kuman patogen atau
mikroorganisme lain ke dalam tubuh sehingga menimbulkan gejala tertentu (Mubarak,
2007).
Apabila pada suatu jaringan terdapat jejas akibat trauma, bakteri, panas, ataupun
bahan kimia, pada jaringan tersebut akan terjadi perubahan sekunder yang disebut
peradangan. Kondisi ini ditandai dengan vasodilatasi pembuluh darah lokal, peningkatan
permeabilitas kapiler, pembekuan cairan dalam ruang interstisial, migrasi sejumlah besar
granulosit dan monosit kedalam jaringan, dan pembengkakan sel (Guyton, 1993).
Menurut Utama 2006, Infeksi adalah adanya suatu organisme pada jaringan atau
cairan tubuh yang disertai suatu gejala klinis baik lokal maupun sistemik. Infeksi yang
muncul selama seseorang tersebut dirawat di rumah sakit dan mulai menunjukkan suatu
gejala selama seseorang itu dirawat atau setelah selesai dirawat disebut infeksi nosokomial.
Secara umum, pasien yang masuk rumah sakit dan menunjukkan tanda infeksi yang kurang
dari 72 jam menunjukkan bahwa masa inkubasi penyakit telah terjadi sebelum pasien masuk
rumah sakit, dan infeksi yang baru menunjukkan gejala setelah 72 jam pasien berada
dirumah sakit baru disebut infeksi nosokomial.
Infeksi nosokomial ini dapat berasal dari dalam tubuh penderita maupun luar tubuh.
Infeksi endogen disebabkan oleh mikroorganisme yang semula memang sudah ada didalam
tubuh dan berpindah ke tempat baru yang kita sebut dengan self infection atau auto infection,
sementara infeksi eksogen (cross infection) disebabkan oleh mikroorganisme yang berasal
dari rumah sakit dan dari satu pasien ke pasien lainnya.
B. Tanda-Tanda Infeksi
Tanda-tanda infeksi secara klinis dapat dilihat pada respon klien, baik lokal maupun
sistemik. Tanda infeksi sitemik dapat berupa demam, kelemahan, mual, muntah, sakit kepala
dan diare sedangkan anda infeksi lokal dapat berupa (Price Wilson, 1994):
1. Kemerahan (rubor), vasodilatasi pembuluh darah akibat peningkatan volume darah pada
area infeksi
2. Panas (kalor), peningkatan volume darah menyebabkan peningkatan metabolisme
terhadap mikroorrganisme patogen melalui fagositosis, sehingga menghasilkan panas.
3. Rasa sakit/nyeri (dolor), perubahan konsentrasi ion-ion tertentu dalam tubuh yang dapat
merangsang saraf
4. Bengkak (tumor), perpindahan cairan dari intravaskuler ke intrasel akibat peningkatan
permeabilitas pembuluh darah
5. Perubahan fungsi (fungsio laesa)
C. Rantai Infeksi
Menurut Perry Potter, 2005 proses terjadinya infeksi seperti rantai yang saling terkait
antar berbagai faktor yang mempengaruhi, yaitu reservoir, jalan masuk, inang (host), jalan
keluar dan jalur penyebaran.
1. Reservoir
Merupakan habitat pertumbuhan dan perkembangan mikroorganisme, dapat berupa
manusia, binatang, tumbuhan maupun tanah.
2. Jalan masuk
Merupakanjalan masuknya mikroorganisme ketempat penampungan dai berbagai kuman,
seperti saluran pernafasan, pencernaan, kulit, dan lain-lain
3. Inang (host)
Merupakan tempat berkembangnya mikroorganisme yang dapat didukung oleh daya
tahan tubuh.
4. Jalan keluar
Merupakan tempat kleuar mikroorganisme darireservoir seperti sistem pernafasan,
sistem pencernaan, alat kelmain dan lain-lain
5. Jalan penyebaran
Merupakan jalur yang dapat menyebarkan berbagai kuman mikroorganisme ke berbagai
tempat seperti air, makanan, udara dan lain-lain
D. Cara Penularan
Proses penyebaran mikroorganisme ke dalam tubuh, baik pada manusia maupun hewan
dapat melalui beberapa cara:
1. Kontak tubuh
Kuman masuk kedalamtubuh melalui proses penyebaran secara langsung maupun tidak
langsung. Penyebaran secara langsung melalui sentuhan dnegan kulit, sedangkan secara
tidak langsung melalui benda yang terkontaminasi kuman
2. Makanan dan minuman
Terjadinya penyebaran dapat melalui makanan dan minuman yang telah terkontaminasi,
seperti pada penyakit thypusabdominalis, penyakit infeksi cacing dan lain-lain
3. Serangga
Contoh proses penyebaran kuman melalui serangga adalah penyebaran penyakit malaria
oleh plasmadium pada nyamuk aede dan beberapa penyakit saluran pencernaan yang
dapat ditularkan melalui lalat
4. Udara
Proses penyebaran kuman melalui udara dapat dijumpai pada penyebaran penyakit
sistem pernafasan (penyebaran kuman tuberkulosis) atau sejenisnya
E. Faktor yang Mempengaruhi Infeksi
1. Usia ( bayi: immature system immune pada usia 2-3 bulan IgG, lansia: terjadi kelemahan
system immune).
2. Heriditas (kelainan bawaan berupa rendahnya serum immunoglobulin).
3. Status imunisasi (status imun lengkap atau tidak ini berhubungan dengan infeksi yang
timbul)
4. Terapi yang sedang dijalani (radiasi atau chemotherapy menyebabkan penekanan
pembentukan sel-sel darah)
5. Status nutrisi (kondisi status yang kurang baik memudahkan tubuh daya tahan rendah,
Berkaitan dengan tidak seimbang proses metabolism dalam tubuh sehingga akan
mempengaruhi sintesa protein
6. Kelelahan (Kelelahan dapat mempermudah timbulnya infeksi akibat tubuh mudah
rentan terhadap penyakit)
7. Stres (mengakibatkan peningkatan cortisone, selanjutnya berakibat pada penurunan anti
inflamasi)
F. Tahap Proses Infeksi
1. Periode inkubasi
Periode sejak masuknya kuman kedalam tubuh sampai dengan munculnya gejala.
Lamanya waktu yang dibutuhkan sampai gejala muncul bervariasi, bergantung pada
penyakitnya (Bustan, 1997)
2. Periode prodromal
Periode sejak munculnya gejala umum sampai munculnya gejala spesifik. Pada masa ini,
individu sangat infeksius, yaitu sangat mudah menularkan atau menyebarkan kuman
kepada orang lain.
3. Periode sakit
Pada periode ini, gejala spesifik terus berkembang dan menimbulkan manifestasi pada
organ yang terinfeksi dan seluruh tubuh. Lamanya waktu yang dibutuhkan sesuai dengan
kondisiindividu dan patogenitas kuman.
4. Periode konvalensi
Periode ini berlangsung sejak menurunnya gejala sampai individu kembali sehat.
Lamanya waktu yang dibutuhkan bergantung pada jenis penyakit dan kondisi individu.
Infeksi Nosokomial
Infeksi nosokomial adalah infeksi yang terjadi di rumah sakit atau dalam sistem
pelayanan kesehatan yang berasal dari proses penyebaran disumber pelayanan kesehatan, baik
melalui pasien, petugas kesehatan, penunjang maupun sumber lainya.
A. Sumber infeksi nosokomial
1. Pasien
Pasien merupakan unsur pertama yang dapat menyebarkan infeksi kepada pasien lainya,
petugas kesehatan, pengunjung kesehatan atau benda dan alat kesehatan lainya.
2. Petugas kesehatan
Petugas kesehatan dapat menyebarkan infeksi melalui kontak langsung, yang dapat
menularkan berbagai kuman ke tempat lainya
3. Pengunjung
Pengunjung dapat menyebarkan infeksi yang didapat dari luar ke dalam lingkungan
eumah sakit, atau sebaliknya, yang didapat dari dalam rumah sakit keluar rumah sakit
4. Sumber lain
Sumber lain yang dimaksud adalah lingkungan rumah sakit yang meliputi lingkungan
umum atau kondisi kebersihan rumah sakit atau alat yang ada di rumah sakit yang
dibawa oleh pengunjung atau petugas kesehatan kepada pasien dan sebaliknya.
B. Sterilisasi
Sterilisasi adalah proses (kimia atau fisik) yang dapat membunuh semua jenis
mikroorganisme. Sterilisasi dilakukan dalam 4 tahap :
Pembersihan sebelum sterilisasi
Pembungkusan
Proses sterilisasi
Penyimpanan yang aseptik.
Jenis-Jenis Sterilisasi :
Sterilisasi Panas/Fisik
Sterilisasi Filtrasi
Sterilisasi Radiasi
Sterilisasi Kimia
Sterilisasi dengan cara Panas
Panas Kering
Pembakaran (inceneration)
C. Desinfeksi
Desinfeksi adalah membunuh mikroorganisme penyebab penyakit dengan bahan kimia
atau secara fisik, hal ini dapat mengurangi kemungkinan terjadi infeksi dengan jalam
membunuh mikroorganisme patogen. Disinfektan yang tidak berbahaya bagi permukaan
tubuh dapat digunakan dan bahan ini dinamakan antiseptik. Antiseptik adalah zat yang dapat
menghambat atau menghancurkan mikroorganisme pada jaringan hidup, sedang desinfeksi
digunakan pada benda mati. Desinfektan dapat pula digunakan sebagai antiseptik atau
sebaliknya tergantung dari toksisitasnya.
Desinfektan akan membantu mencegah infeksi terhadap pasien yang berasal dari
peralatan maupun dari staf medis yang ada di RS dan juga membantu mencegah tertularnya
tenaga medis oleh penyakit pasien. Disinfektan dapat membunuh mikroorganisme patogen
pada benda mati.
Kriteria desinfeksi yang ideal:
Bekerja dengan cepat untuk menginaktivasi mikroorganisme pada suhu kamar
Aktivitasnya tidak dipengaruhi oleh bahan organik, pH, temperatur dan kelembaban
Tidak toksik pada hewan dan manusia
Tidak bersifat korosif
Tidak berwarna dan meninggalkan noda
Tidak berbau/ baunya disenangi
Bersifat biodegradable/ mudah diurai
Larutan stabil
Mudah digunakan dan ekonomis
Aktivitas berspektrum luas
Tujuan dari sterilisasi dan desinfeksi adalah:
Mencegah terjadinya infeksi
Mencegah makanan menjadi rusak
Mencegah kontaminasi mikroorganisme dalam industri
Mencegah kontaminasi terhadap bahan- bahan yg dipakai dalam melakukan biakan
murni.
D. Pencegahan Infeksi
Beberapa tindakan untuk pencegahan infeksi adalah:
1. Aseptik
Merupakan tindakan yang yang dilakukan oleh pelayanan kesehatan. Merupakan usaha
untuk mencegah mikroorganisme masuk kedalam tubuh. Tujuan akhirnya adalah
menguraingi atau menghilangkan jumlah mikrorganisme, baik pada permukaan benda
hidup maupun benda mati, agar alat-alat kesehatan dapat dengan aman digunakan.
2. Antiseptik
Upaya pencegahan infeksi dengan membunuh atau menghambat pertumbuhan
mikroorganisme pada kulit danjaringan tubuh lainnya
3. Dekontaminasi
Tindakan yang dilakukan agar benda mati dapat ditangani oleh petugas kesehatan secara
aman terutama petugas pembersihan medis sebelum pencucian dilakukan. Contohnya
meja periksa, sarung tangan, dll
4. Pencucian
Tindakan menghilangkan smeua darah, cairan tubuh, atau setiap benda asing seperti debu
dan kotoran
5. Sterilisasi
Tindakan menghilangkan semua mikroorganisme (bakteri, jamur,parasit dan virus)
termasuk yang berasal dari benda mati (endospora)
6. Desinfeksi
Tindakan menghilangkan sebagian besar (tidak semua) mikroorganisme penyebab
penyakit dari benda mati. Desinfeksi tingkat tinggi dilakukan dengan merebus
menggunakan larutan kimia. Tindakan ini dapat menghilangkan mikroorganisme kecuali
bakteri endospora
Pedoman pencegahan infeksi
Cara efektif mencegah penyebaran dari oragng ke orang atau dari peralatan ke orang
dapat dilakukan dengan cara meletakkan penghalang di antara mikroorganisme dan
individu (pasien atau petugas kesehatan), penghalang dapat berupa fisik, mekanik
ataupun kimia, meliputi:
1. Pencucian tangan
2. Menggunakan sarung tangan (saat melakukan tindakan atau memegang benda yang
terkontaminasi)
3. Penggunaan cairan antiseptik untuk membersihkan lukan pada kulit
4. Pemrosesan alat habis pakai (dekontaminasi, cuci dan bilas, desinfeksi tingkat tinggi
atau sterilisasi)
5. Pembuangan sampah
PEMERIKSAAN TANDA-TANDA VITALA. Pemeriksaan Nadi
Denyut nadi merupakan denyutan atau dorongan yang dirasakan dari proses pemompaan jantung. Pemeriksaan nadi seharusnya dilakukan dalam keadaan tidur atau istirahat. Kondisi hipertermia dapat meningkatkan denyut nadi sebanyak 15 – 20 kali per menit setiap peningkatan suhu 1 derajat celcius.
Penilaian denyut nadi yang lain adalah takikardia sinus yang ditandai dengan variasi 10 – 15 denyutan dari menit ke menit dan takikardia supraventrikuler paroksimal ditandai dengan nadi sulit dihitung karena terlalu cepat (lebih dari 200 kali per menit). Bradikardia merupakan frekuensi denyut jantung lebih lambat dari normal. Pemeriksaaan nadi yang lain adalah iramanya, normal atau tidak. Disritmia (aritmia) sinus adalah ketidakteraturan nadi, denyut nadi lebih cepat saat inspirasi dan lambat saat ekspirasi.
Nilai denyut nadi merupakan indikator untuk menilai sistem kardiovaskuler. Denyut nadi dapat diperiksa dengan mudah menggunakan jari tangan (palpasi) atau dapat juga dilakukan dengan alat elektronik yang sederhana maupun canggih.
Pemeriksaan denyut nadi dapat dilakukan pada daerah arteri radialis pada pergelangan tangan, arteria brakhialis pada siku bagian dalam, arteri karotis pada leher, arteri temporalis pada samping muka bagian atas didepan-atas telinga, arteri femoralis, arteri dorsalis pedis, dan pada arteri frontalis pada bayi.
B. Pemeriksaan Tekanan DarahPemeriksaan tekanan darah indikator penting dalam menilai fungsi kardiovaskuler. Dalam prosesnya perubahan tekanan darah dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain ;1. Tolakan Perifer. Merupakan sistem peredaran darah yang memiliki sistem tekanan
tertinggi (arteria) dan sistem tekanan terendah (pembuluh kapiler dan vena), diantara keduanya terdapat arteriola dan pembuluh otot yang sangat halus.
2. Gerakan memompa oleh jantung. Semakin banyak darah yang dipompa ke dalam arteria menyebabkan arteria akan lebih menggelembung dan mengakibatkan bertambahnya tekanan darah. Begutu juga sebaliknya.
3. Volume darah. Bertambahnya darah menyebabkan besarnya tekanan pada arteria.4. Kekentalan darah. Kekentalan darah ini tergantung dari perbandingan sel darah dengan
plasma.
Nilai tekanan darah merupakan indikator untuk menilai sistem kardiovaskuler bersamaan dengan pemeriksaan nadi. Pemeriksaan tekanan darah dapat diukur dengan metode yaitu:
Metode Langsung: Metode yang menggunakan kanula atau jarum yang dimasukkan kedalam pembuluh darah yang dihubungkan dengan manometer. Metode ini merupakan cara yang paling tepat untuk menentukan tekanan darah, tetapi memerlukan persyaratan dan keahlian khusus
Metode Tak Langsung: Metode yang menggunakan sfigmomanometer. Pengukuran tak langsung ini menggunakan 2 cara yaitu o Palpasi yang mengukur tekanan sistolik tanpa menggunakan stetoskop dan o Auskultasi yang dapat mengukur tekanan sistolik dan diastolik dan cara ini
memerlukan stetoskop
C. Pemeriksaan PernapasanMerupakan pemeriksaan yang dilakukan untuk menilai proses pengambilan oksigen dan pengeluaran karbondioksida. Menilai frekuensi, irama, kedalaman dan tipe atau pola pernapasan
Nilai pemeriksaan pernafasan merupakan salah satu indikator untuk mengetahui fungsi sistem pernafasan yang terdiri dari mempertahankan pertukaran oksigen dan karbon dioksida dalam paru dan pengaturan keseimbangan asam-basa.
No UMUR RENTANG (kali/menit)NILAI RATA-RATA WAKTU
TIDUR (kali/menit)
1 Neonatus 30 – 60 35
2 1 bulan – 1 tahun 30 – 60 30
3 1 tahun – 2 tahun 25 – 50 25
4 3 tahun – 4 tahun 20 – 30 22
5 5 tahun – 10 tahun 15 – 30 18
6 10 tahun lebih 15 – 30 15
D. Pemeriksaan suhuPemeriksaan suhu digunakan untuk menilai kondisi metabolisme di dalam tubuh, dimana tubuh menghasilkan panas secara kimiawi melalui metabolisme darah. Keseimbangan suhu harus diatur dalam pembuangan dan penyimpanannya di dalam tubuh yang diatur oleh hipotalamus. Pembuangan atau pengeluaran panas dapat terjadi melalui berbagai proses, diantaranya ;1. Radiasi, yaitu proses penyebaran panas melalui gelombang elektromagnet.2. Konveksi, yaitu proses penyebaran panas karena pergeseran antara daerah yang
kepadatannya tidak sama seperti dari tubuh pada udara dingin yang bergerak atau pada air kolam renang.
3. Evaporasi, yaitu proses perubahan cairan menjadi uap.4. Konduksi, yaitu proses pemindahan panas pada objek lain dengan kontak langsung tanpa
gerakan yang jelas, seperti bersentuhan dengan permukaan yang dingin dan lain – lain.
Nilai hasil pemeriksaan suhu merupakan indikator untuk menilai keseimbangan antara pembentukan dan pengeluaran panas. Nilai ini akan menunjukkan peningkatan bila pengeluaran panas meningkat.
Kondisi demikian dapat juga disebabkan oleh vasodilatasi, berkeringat, hiperventilasi dan lain-lain. Demikian sebaliknya, bila pembentukan panas meningkat maka nilai suhu tubuh akan menurun.
Kondisi ini dapat dilihat pada peningkatan metabolisme dan kontraksi otot. Pengukuran
suhu tubuh dapat dilakukan secara oral, rektal dan aksila.
PEMERIKSAAN TANDA-TANDA VITALPengertian : Melakukan pemeriksaan terhadap tanda-tanda vital yang meliputi pengukuran tekanan darah, suhu tubuh, frekuensi nadi dan pernapasan
Tujuan :- Mengetahui nilai tekanan darah klien- Mengetahui suhu tubuh klien- Mengetahui denyut nadi klien (irama, frekuensi, dan kekuatan)- Menilai kemampuan fungsi kardiovaskuler- Mengetahui frekuensi, irama dan kedalaman pernafasan - Menilai kemampuan fungsi pernafasan.
Alat - Arloji (jam) atau stop-watch - Buku catatan - Pena- Sfigmomanometer (Tensimeter) yang terdiri dari:
Manometer air raksa + klep penutup dan pembuka Manset udara Slang karet Pompa udara dari karet + sekrup pembuka dan penutup
- Stetoskop - Termometer digital- Termometer air raksa- 3 buah botol:
o Botol 1 berisi larutan sabun o Botol 2 berisi larutan desinfektan o Botol 3 berisi air bersih
- Bengkok - Kertas / tissue - Vaselin - Sarung tangan
FORMAT PENILAIAN PROSEDUR
PENGUKURAN TEKANAN DARAH
No. Prosedur TindakanNilai
1 2 3 41.* Mengecek program terapi medik2.* Mengucapkan salam3.* Cek kebutuhan pasien4. Melakukan kontrak waktu (waktu, tempat dan topik)5.* Mencuci tangan dan mempersiapkan alat (cek keadaan tensimeter)6. Jaga privacy pasien dengan menutup sampiran7. Atur posisi klien sesuai dengan kebutuhan, dekatkan dengan perawat.8.* Gunakan sarung tangan sesuai kebutuhan9. Lengan baju klien digulung atau dibuka
10. Cara palpasi :a. Tentukan denyut nadi arteri radialis (nadi pada siku bagian
dalam) dekstra/sinistra dengan jari tangan kita b. Pompa balon udara manset samapi denyut nadi arteri radialis
tidak teraba c. Pompa terus sampai manometer setinggi 20 mmHg lebih tinggi
dari titik radialis tidak teraba d. Kempeskan balon udara manset secara perlahan dan
berkesinambungan dengan memutar sekrup pada pompa udara berlawanan arah jarum jam.
e. Catat mmHg manometer saat pertama kali denyut nadi teraba. Nilai ini menunjukkan tekanan sistolik secara palpasi dan tak mungkin dengan cara ini menemukan tekanan diastolik
Cara auskultasi :a. Pasang manometer pada lengan kanan/kiri atas, sekitar 3 cm
diatas fossa cubiti (Siku lengan bagian dalam). Jangan terlalu ketat atau terlalu longgar
b. Tentukan denyut nadi arteri radialis (nadi pada siku bagian dalam) dekstra/sinistra dengan jari tangan kita
c. Pompa balon udara manset samapi denyut nadi arteri radialis tidak teraba
d. Pompa terus sampai manometer setinggi 20 mmHg lebih tinggi dari titik radialis tidak teraba
e. Letakkan diafragma stetoskop diatas arteri brakhialis dan dengarkan
f. Kempeskan balon udara manset secara perlahan dan berkesinambungan dengan memutar sekrup pada pompa udara berlawanan arah jarum jam.
g. Catat mmHg manometer saat pertama kali denyut nadi terdengar nilai ini menunjukkan tekanan sistolik dan catat mmHg
denyut nadi yang terakhir terdengar, niali ini menunjukkan tekanan dastolik. o Suara Korotkoff I : Menunjukkan besarnya tekanan
sistolik secara auskultasi o Suara Korotkoff IV/V: Menunjukkan besarnya tekanan
diastolik secara auskultasi 11. Rapihkan alat-alat yang digunakan12. Kembalikan posisi klien seperti semula13. Evaluasi respon klien terhadap tindakan14. Cuci tangan15.* Dokumentasikan hasil tindakan
Tanda * : merupakan tindakan yang harus dilakukan
Ket. : Nilai 1 : kurang : D
Nilai 2 : cukup : C
Nilai 3 : baik : B
Nilai 4 : baik sekali : A
Nilai : Jumlah yang didapat : .......
15
Tangerang, ................................
Penguji
FORMAT PENILAIAN PROSEDUR
PENGUKURAN SUHU TUBUH
No. Prosedur TindakanNilai
1 2 3 41.* Mengecek program terapi medik2.* Mengucapkan salam3.* Cek kebutuhan pasien4. Melakukan kontrak waktu (waktu, tempat dan topik)5.* Mencuci tangan dan mempersiapkan alat6. Jaga privacy pasien dengan menutup sampiran7. Atur posisi klien sesuai dengan kebutuhan, dekatkan dengan perawat.8.* Gunakan sarung tangan sesuai kebutuhan9. PEMERIKSAAN SUHU ORAL
a. Tentukan letak bawah lidah b. Turunkan suhu termometer dibawah anatara 340C – 350C. c. Letakkan termometer dibawah lidah sejajar dengan gusi d. Anjurkan mulut dikatupkan selama 3 – 5 menit
PEMERIKSAAN SUHU AKSILAa. Tentukan letak aksila (Ketiak) dan bersihkan daerah aksila
dengan menggunakan tissue b. Turunkan suhu termometer dibawah anatara 340C – 350C. c. Letakkan termometer pada daerah aksila dan lengan pasien
fleksi diatas dada (mendekap dada)
PEMERIKSAAN SUHU REKTALa. Atur posisi pasien dengan posisi miring b. Pakaian diturunkan sampai dibawah glutea (dibawah pantat) c. Tentukan letak rektal, lalu oleskan vaseline d. Turunkan suhu termometer dibawah anatara 340C – 350C. e. Letakkan telapak tangan pada sisi glutea pasien, masukkan
termometer kedalam rektal dengan perlahan-lahan, jangan sampi berubah posisi dan ukur suhu
10. Setelah 3 – 5 menit, angkat termometer dan baca hasilnya11. Cuci termometer dengan air sabun, desinfektan, bilas dengan air bersih
dan keringkan dengan kertas tisu12. Rapihkan alat-alat yang digunakan13. Kembalikan posisi klien seperti semula14. Evaluasi respon klien terhadap tindakan15. Cuci tangan16.* Dokumentasikan hasil tindakan
Tanda * : merupakan tindakan yang harus dilakukan
Ket. : Nilai 1 : kurang : D
Nilai 2 : cukup : C
Nilai 3 : baik : B
Nilai 4 : baik sekali : A
Nilai : Jumlah yang didapat : .......
16
Tangerang, .................................
Penguji
FORMAT PENILAIAN PROSEDUR
PENGUKURAN FREKUENSI NADI
No. Prosedur TindakanNilai
1 2 3 41.* Mengecek program terapi medik2.* Mengucapkan salam3.* Cek kebutuhan pasien4. Melakukan kontrak waktu (waktu, tempat dan topik)5.* Mencuci tangan dan mempersiapkan alat6. Jaga privacy pasien dengan menutup sampiran7. Atur posisi klien sesuai dengan kebutuhan, dekatkan dengan perawat.8.* Gunakan sarung tangan sesuai kebutuhan9. Menghitung denyut nadi dilakukan bersamaan dengan pengukuran
suhu tubuh. Letakkan kedua lengan pasien terlentang disisi tubuh, entukan letak arteri (denyut nadi yang akan dihitung)
10. Periksa denyut nadi (arteri) dengan menggunakan ujung jari telunjuk, jari tengah dan jari manis (lihat gambar). Tentukan frekuensi per-menit dan keteraturan irama serta kekuatan denyutan
11. Rapihkan alat-alat yang digunakan12. Kembalikan posisi klien seperti semula13. Evaluasi respon klien terhadap tindakan14. Cuci tangan15.* Dokumentasikan hasil tindakan
Tanda * : merupakan tindakan yang harus dilakukan
Ket. : Nilai 1 : kurang : D
Nilai 2 : cukup : C
Nilai 3 : baik : B
Nilai 4 : baik sekali : A
Nilai : Jumlah yang didapat : .......
15
Tangerang, .................................
Penguji
FORMAT PENILAIAN PROSEDUR
PENGUKURAN FREKUENSI PERNAPASAN
No. Prosedur TindakanNilai
1 2 3 41.* Mengecek program terapi medik2.* Mengucapkan salam3.* Cek kebutuhan pasien4. Melakukan kontrak waktu (waktu, tempat dan topik)5.* Mencuci tangan dan mempersiapkan alat6. Jaga privacy pasien dengan menutup sampiran7. Atur posisi klien sesuai dengan kebutuhan, dekatkan dengan perawat.8.* Gunakan sarung tangan sesuai kebutuhan9. Jangan beritahu klien jika frekuensi pernafasannya dihitung, hitung
frekuensi dan irama pernafasan selama 1 menit10. Rapihkan alat-alat yang digunakan11. Kembalikan posisi klien seperti semula12. Evaluasi respon klien terhadap tindakan13. Cuci tangan14.* Dokumentasikan hasil tindakan
Tanda * : merupakan tindakan yang harus dilakukan
Ket. : Nilai 1 : kurang : D
Nilai 2 : cukup : C
Nilai 3 : baik : B
Nilai 4 : baik sekali : A
Nilai : Jumlah yang didapat : .......
14
Tangerang, .................................
Penguji