konsep ansietas

17
KONSEP DAN ASUHAN KEPERAWATAN ANSIETAS A. DEFINISI Ansietas adalah kekhawatiran atau keadaan emosional yang tidak jelas dan menyebar, yang berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya, tidak memiliki objek yang spesifik, dialami secara subjektif serta dikomunikasikan secara intrapersonal (Stuart, 2006). Ansietas adalah suatu kekhawatiran yang berlebihan dan dihayati disertai berbagai gejala sumatif, yang menyebabkan gangguan bermakna dalam fungsi sosial atau pekerjaan atau penderitaan yang jelas bagi pasien (Mansjoer, 1999). Ansietas adalah perasaan takut yang tidak jelas dan tidak didukung oleh situasi (Videbeck, 2008). Ansietas atau kecemasan adalah respons emosi tanpa objek yang spesifik yang secara subjektif dialami dan dikomunikasikan secara interpersonal (Suliswati, 2005). Berdasarkan uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa ansietas adalah respons emosi tanpa objek, berupa perasaan kekhawatiran yang tidak jelas dan berlebihan dan disertai berbagai gejala sumatif yang menyebabkan gangguan bermakna dalam fungsi sosial atau penderitaan yang jelas bagi pasien. B. PENYEBAB Meski penyebab ansietas belum sepenuhnya diketahui, namun gangguan keseimbangan neurotransmitter dalam otak dapat menimbulkan ansietas pada diri seseorang. Faktor genetik juga merupakan faktor yang dapat menimbulkan gangguan ini. Ansietas terjadi ketika seseorang mengalami

Upload: egie-nugraha-fitriyan-apriyadi

Post on 26-Dec-2015

100 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: konsep ansietas

KONSEP DAN ASUHAN KEPERAWATAN ANSIETAS

A. DEFINISI

Ansietas adalah kekhawatiran atau keadaan emosional yang tidak jelas dan

menyebar, yang berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya, tidak memiliki

objek yang spesifik, dialami secara subjektif serta dikomunikasikan secara intrapersonal

(Stuart, 2006).

Ansietas adalah suatu kekhawatiran yang berlebihan dan dihayati disertai berbagai

gejala sumatif, yang menyebabkan gangguan bermakna dalam fungsi sosial atau

pekerjaan atau penderitaan yang jelas bagi pasien (Mansjoer, 1999).

Ansietas adalah perasaan takut yang tidak jelas dan tidak didukung oleh situasi

(Videbeck, 2008).

Ansietas atau kecemasan adalah respons emosi tanpa objek yang spesifik yang

secara subjektif dialami dan dikomunikasikan secara interpersonal (Suliswati, 2005).

Berdasarkan uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa ansietas adalah respons

emosi tanpa objek, berupa perasaan kekhawatiran yang tidak jelas dan berlebihan dan

disertai berbagai gejala sumatif yang menyebabkan gangguan bermakna dalam fungsi

sosial atau penderitaan yang jelas bagi pasien.

B. PENYEBAB

Meski penyebab ansietas belum sepenuhnya diketahui, namun gangguan

keseimbangan neurotransmitter dalam otak dapat menimbulkan ansietas pada diri

seseorang. Faktor genetik juga merupakan faktor yang dapat menimbulkan gangguan ini.

Ansietas terjadi ketika seseorang mengalami kesulitan menghadapi situasi, masalah

dantujuan hidup (Videbecek, 2001). Setiap individu menghadapi stres dengan cara

yang berbeda-beda, seseorang dapat tumbuh dalam suatu situasi yang dapat menimbulkan

stres berat pada orang lain.

C. FAKTOR PREDISPOSISI

Teori yang dikembangkan untuk menjelaskan penyebab ansietas adalah (Stuart &

Sudeen, 1998):

a. Teori Psikoanalitik

Menurut Sigmund Freud struktur kepribadian terdiri dari tiga elemen, yaitu id, ego,

dan superego. Id melambangkan dorongan insting dan implus primitif. Superego

Page 2: konsep ansietas

mencerminkan hati nurani seseorang dan dikendalikan oleh norma – norma budaya

seseorang, sedangkan ego atau aku digambarkan sebagai mediator antara tuntutan

dari id dan superego. Menurut teori psikoanalitik, ansietas merupakan konflik

emosional yang terjadi antar id dan superogo, yang berfungsi memperingatkan ego

tentang sesuatu bahaya yang perlu diatasi. Dalam pandangan psikoanalisis, ansietas

adalah konflik emosional yang terjadi antara dua elemen kepribadian, id dan

superego. Id mewakili dorongan insting dan impuls primitif, sedangkan superego

mencerminkan hati nurani dan dikendalikan oleh norma budaya.

b. Teori Interpersonal

Ansietas timbul dari perasaan takut terhadap ketidaksetujuan dan penolakan

interpersonal. Hal ini juga dihubungkan dengan trauma masa pertumbuhan seperti

kehilangan, perpisahan yang menyebabkan seseorang menjadi tidak berdaya.

Individu yang mempunyai harga diri rendah biasanya sangat mudah untuk

mengalami ansietas berat.

c. Teori Perilaku

Ansietas merupakan hasil frustasi dari segala sesuatu yang mengganggu

kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Para ahli perilaku

menganggap ansietas merupakan sesuatu dorongan yang dipelajari berdasarkan

keinginan untuk menghindarkan rasa sakit. Teori ini meyakini bahwa individu yang

pada awal kehidupannya dihadapkan pada rasa takut yang berlebihan akan

mewujutkan kemungkinan ansietas berat pada kehidupan masa dewasanya.

d. Kajian Keluarga

Kajian keluarga menunjukan bahwa gangguan ansietas merupakan hal yang biasa

ditemui dalam suatu keluarga. Gangguan ansietas juga tumpang tindih dengan

depresi.

e. Kajian Biologis

Kajian biologis menunjukkan bahwa otak mengandung reseptor khusus untuk

benzodiasepin, obat-obatan yang meningkatkan neuroregulator inhibisi asam-asam

gama-aminobutirat (GABA), yang berperan penting dalam mekanisme biologis

yang berhubungan dengan ansietas. Selain itu kesehatan umum seseorang dan

riwayat ansietas pada keluarga mempunyai predisposisi terhadap ansietas. Ansietas

mungkin disertai dengan gangguan fisik dan selanjutnya menurunkan kapasitas

seseorang untuk mengatasi stressor.

.

Page 3: konsep ansietas

D. FAKTOR PRESIPITASI

Stresor presipitasi adalah semua ketegangan dalam kehidupan yang dapat

mencetuskan timbulnya kecemasan (Suliswati, 2005). Stresor presipitasi kecemasan

dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu :

a. Ancaman terhadap integritas fisik. Ketegangan yang mengancam integritas fisik

yang meliputi :

• Sumber internal, meliputi kegagalan mekanisme fisiologis sistem imun,

regulasi suhu tubuh, perubahan biologis normal (misalnya: hamil).

• Sumber eksternal, meliputi paparan terhadap infeksi virus dan bakteri, polutan

lingkungan, kecelakaan, kekurangan nutrisi, tidak adekuatnya tempat tinggal.

b. Ancaman terhadap harga diri meliputi sumber internal dan eksternal.

• Sumber internal : kesulitan dalam berhubungan interpersonal dirumah dan

tempat kerja, penyesuaian terhadap peran baru. Berbagai ancaman terhadap

integritas fisik juga dapat mengancam harga diri.

• Sumber eksternal : kehilangan orang yang dicintai, perceraian, perubahan

status pekerjaan, tekanan kelompok, sosial budaya.

E. TINGKAT ANSIETAS

1. Ansietas Ringan

Ansietas ringan adalah perasaan bahwa ada sesuatu yang berbeda dan membutuhkan

perhatian khusus. Stimulasi sensori meningkat dan membantu individu memfokuskan

perhatian untuk belajar, menyelesaikan masalah, berpikir, bertindak, merasakan, dan

melindungi diri sendiri.

Menurut Videbeck (2008), respons dari ansietas ringan adalah sebagai berikut :

Respon Fisik Respon Kognitif Respons Emosional

Ketegangan otot ringan

Sadar akan lingkungan Rileks atau sedikit

gelisah Penuh perhatian Rajin

Lapang persepsi luas Terlihat tenang, percaya

diri Perasaan gagal sedikit Waspada dan

memperhatikan banyak hal

Mempertimbangkan informasi

Tingkat pembelajaran optimal

Perilaku otomatis Sedikit tidak sadar Aktivitas menyendiri Terstimulasi Tenang

Page 4: konsep ansietas

2. Ansietas Sedang

Ansietas sedang merupakan perasaan yang menggangu bahwa ada sesuatu yang

benar-benar berbeda; individu menjadi gugup atau agitasi.

Menurut Videbeck (2008), respons dari ansietas sedang adalah sebagai berikut :

Respon Fisik Respon Kognitif Respons Emosional

Ketegangan otot sedang

Tanda-tanda vital meningkat

Pupil dilatasi, mulai berkeringat

Sering mondar-mandir, memukul tangan

Suara berubah : bergetar, nada suara tinggi

Kewaspadaan dan ketegangan menigkat

Sering berkemih, sakit kepala, pola tidur berubah, nyeri punggung

Lapang persepsi menurun

Tidak perhatian secara selektif

Fokus terhadap stimulus meningkat

Rentang perhatian menurun

Penyelesaian masalah menurun

Pembelajaran terjadi dengan memfokuskan

Tidak nyaman Mudah tersinggung Kepercayaan diri

goyah Tidak sabar Gembira

3. Ansietas Berat

Ansietas berat, yakni ada sesuatu yang berbeda dan ada ancaman, memperlihatkan

respons takut dan distress.

Menurut Videbeck (2008), respons dari ansietas berat adalah sebagai berikut :

Respon Fisik Respon Kognitif Respons Emosional

Ketegangan otot berat Hiperventilasi Kontak mata buruk Pengeluaran keringat

meningkat Bicara cepat, nada

suara tinggi Tindakan tanpa

tujuan dan serampangan

Rahang menegang, mengertakan gigi

Mondar-mandir, berteriak

Meremas tangan,

Lapang persepsi terbatas

Proses berpikir terpecah-pecah

Sulit berpikir Penyelesaian masalah

buruk Tidak mampu

mempertimbangkan informasi

Hanya memerhatikan ancaman

Preokupasi dengan pikiran sendiri

Egosentris

Sangat cemas Agitasi Takut Bingung Merasa tidak adekuat Menarik diri Penyangkalan Ingin bebas

Page 5: konsep ansietas

gemetar

4. Tingkat Panik dari Ansietas

Panik, individu kehilangan kendali dan detail perhatian hilang, karena hilangnya

kontrol, maka tidak mampu melakukan apapun meskipun dengan perintah.

Menurut Videbeck (2008), respons dari panik adalah sebagai berikut :

Respon Fisik Respon Kognitif Respons Emosional

Flight, fight, atau freeze

Ketegangan otot sangat berat

Agitasi motorik kasar Pupil dilatasi Tanda-tanda vital

meningkat kemudian menurun

Tidak dapat tidur Hormon stress dan

neurotransmiter berkurang

Wajah menyeringai, mulut ternganga

Persepsi sangat sempit Pikiran tidak logis,

terganggu Kepribadian kacau Tidak dapat

menyelesaikan masalah Fokus pada pikiran

sendiri Tidak rasional Sulit memahami

stimulus eksternal Halusinasi, waham, ilusi

mungkin terjadi

Merasa terbebani Merasa tidak mampu,

tidak berdaya Lepas kendali Mengamuk, putus asa Marah, sangat takut Mengharapkan hasil

yang buruk Kaget, takut Lelah

Rentang Respon Ansietas

F. PENATALAKSANAAN

Page 6: konsep ansietas

Menurut Hawari (2008) penatalaksanaan ansietas pada tahap pencegahaan dan

terapi memerlukan suatu metode pendekatan yang bersifat holistik, yaitu mencangkup

fisik (somatik), psikologik atau psikiatrik, psikososial dan psikoreligius. Selengkpanya

seperti pada uraian berikut :

a. Upaya meningkatkan kekebalan terhadap stress, dengan cara :

• Makan makan yang bergizi dan seimbang.

• Tidur yang cukup.

• Cukup olahraga.

• Tidak merokok.

• Tidak meminum minuman keras.

b. Terapi psikofarmaka. 

Terapi psikofarmaka merupakan pengobatan untuk cemas dengan memakai obat-

obatan yang berkhasiat memulihkan fungsi gangguan neuro-transmitter (sinyal

penghantar saraf) di susunan saraf pusat otak (limbic system). Terapi psikofarmaka

yang sering dipakai adalah obat anti cemas (anxiolytic), yaitu seperti diazepam,

clobazam, bromazepam, lorazepam, buspirone HCl, meprobamate dan alprazolam.

c. Terapi somatik

Gejala atau keluhan fisik (somatik) sering dijumpai sebagai gejala ikutan atau akibat

dari kecemasan yang bekerpanjangan. Untuk menghilangkan keluhan-keluhan

somatik (fisik) itu dapat diberikan obat-obatan yang ditujukan pada organ tubuh yang

bersangkutan.

d. Psikoterapi

Psikoterapi diberikan tergantung dari kebutuhan individu, antara lain :

• Psikoterapi suportif, untuk memberikan motivasi, semangat dan dorongan agar pasien

yang bersangkutan tidak merasa putus asa dan diberi keyakinan serta percaya diri.

• Psikoterapi re-edukatif, memberikan pendidikan ulang dan koreksi bila dinilai bahwa

ketidakmampuan mengatsi kecemasan.

• Psikoterapi re-konstruktif, untuk dimaksudkan memperbaiki kembali (rekonstruksi)

kepribadian yang telah mengalami goncangan akibat stressor.

• Psikoterapi kognitif, untuk memulihkan fungsi kognitif pasien, yaitu kemampuan

untuk berpikir secara rasional, konsentrasi dan daya ingat.

• Psikoterapi psiko-dinamik, untuk menganalisa dan menguraikan proses dinamika

kejiwaan yang dapat menjelaskan mengapa seseorang tidak mampu menghadapi stressor

psikososial sehingga mengalami kecemasan.

Page 7: konsep ansietas

• Psikoterapi keluarga, untuk memperbaiki hubungan kekeluargaan, agar faktor

keluarga tidak lagi menjadi faktor penyebab dan faktor keluarga dapat dijadikan sebagai

faktor pendukung.

e. Terapi psikoreligius

Untuk meningkatkan keimanan seseorang yang erat hubungannya dengan kekebalan

dan daya tahan dalam menghadapi berbagai problem kehidupan yang merupakan

stressor psikososial.

G. Mekanisme Koping

Kemampuan individu menanggulangi kecemasan secara konstruksi merupakan

faktor utama yang membuat klien berperilaku patologis atau tidak. Bila individu sedang

mengalami kecemasan ia mencoba menetralisasi, mengingkari atau meniadakan

kecemasan dengan mengembangkan pola koping. Pada kecemasan ringan, mekanisme

koping yang biasanya digunakan adalah menangis, tidur, makan, tertawa, berkhayal,

memaki, merokok, olahraga, mengurangi kontak mata dengan orang lain, membatasi diri

pada orang lain (Suliswati, 2005). Mekanisme koping untuk mengatasi kecemasan

sedang, berat dan panik membutuhkan banyak energi.

Menurut Suliswati (2005) dan Stuart (2007), mekanisme koping yang dapat

dilakukan ada dua jenis, yaitu :

1. Task oriented reaction atau reaksi yang berorientasi pada tugas.

Tujuan yang ingin dicapai dengan melakukan koping ini adalah individu mencoba

menghadapi kenyataan tuntutan stress dengan menilai secara objektif ditujukan

untuk mengatasi masalah, memulihkan konflik dan memenuhi kebutuhan.

• Perilaku menyerang digunakan untuk mengubah atau mengatasi hambatan pemenuhan

kebutuhan.

• Perilaku menarik diri digunakan baik secara fisik maupun psikologik untuk

memindahkan seseorang dari sumber stress.

• Perilaku kompromi digunakan untuk mengubah cara seseorang

mengoperasikan, mengganti tujuan, atau mengorbankan aspek kebutuhan

personal seseorang.

2. Ego oriented reaction atau reaksi berorientasi pada ego.

Koping ini tidak selalu sukses dalam mengatasi masalah. Mekanisme ini seringkali

digunakan untuk melindungi diri, sehingga disebut mekanisme pertahanan ego diri

Page 8: konsep ansietas

biasanya mekanisme ini tidak membantu untuk mengatasi masalah secara realita.

Untuk menilai penggunaan makanisme pertahanan individu apakah adaptif atau

tidak adaptif, perlu di evaluasi hal-hal berikut :

• Perawat dapat mengenali secara akurat penggunaan mekanisme pertahanan klien.

• Tingkat penggunaan mekanisme pertahanan diri terebut apa pengaruhnya terhadap

disorganisasi kepribadian.

• Pengaruh penggunaan mekanisme pertahanan terhadap kemajuan kesehatan klien.

• Alasan klien menggunakan mekanisme pertahanan.

H. POHON MASALAH

I. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Perumusan diagnosa keperawatan mengharuskan perawat untuk menentukan

kualitas (kesesuaian) respon pasien, kuantitas (tingkat) ansietas pasien, dan sifat adaptif

atau maladaptif mekanisme koping yang digunakan (Stuart, 2007).

Diagnosa Keperawaatan NANDA yang Berhubungan dengan Respon Ansietas

Page 9: konsep ansietas

Penyesuaian , Gangguan

Ansietas*

Pola Pernapasan, Ketidakefektifan

Komunikasi, Hambatan Verbal

Konfusi, Akut

Koping, Ketidakefektifan *

Diare

Ketakutan*

Pemeliharaan Kesehatan, Ketidakefektifan

Cedera, Risiko

Memori, Kerusakan

Nutrisi, Ketidakseimbangan

Sindrom Pasca Trauma

Ketidakberdayaan

Ketidakberdayaan, Risiko

Sindrom Stress akibat perpindahan, Risiko

Harga Diri, Risiko Rendah situasional

Harga Diri, Rendah Situasional

Persepsi Sensori, Gangguan

Pola tidur, Gangguan

Interaksi Sosial, Hambatan

Proses Pikir, Gangguan

Eliminasi Urin, Gangguan

J. INTERVENSI GENERALIS PADA PASIENa. Tujuan:

1) Pasien mampu mengenal ansietas2) Pasien mampu mengatasi ansietas melalui tehnik relaksasi

Page 10: konsep ansietas

3) Pasien mampu memperagakan dan menggunakan tehnik relaksasi untuk mengatasi ansietas

b. Tindakan keperawatan:1) Mendiskusikan ansietas: penyebab, proses terjadi, tanda dan gejala, akibat2) Melatih teknik relaksasi fisik, pengendalian pikiran & emosi

SP1 Pasien: Asesmen ansietas dan latihan relaksasi:1) Bina hubungan saling percaya

a) Mengucapkan salam terapeutik, memperkenalkan diri, panggil pasien sesuai nama panggilan yang disukai

b) Menjelaskan tujuan interaksi: melatih pengendalian ansietas agar proses penyembuhan lebih cepat

2) Membuat kontrak (inform consent) dua kali pertemuan latihan pengendalian ansietas

3) Bantu pasien mengenal ansietas:a) Bantu pasien untuk mengidentifikasi dan menguraikan perasaannya.b) Bantu pasien mengenal penyebab ansietasc) Bantu klien menyadari perilaku akibat ansietas

4) Latih teknik relaksasi:a) Tarik napas dalamb) Distraksi

SP2 Pasien: Evaluasi ansietas, manfaat teknik relaksasi dan latihan hipnotis diri sendiri (latihan 5 jari) dan kegiatan spiritual

1) Pertahankan rasa percaya pasiena) Mengucapkan salam dan memberi motivasib) Asesmen ulang ansietas dan kemampuan melakukan teknik relaksasi

2) Membuat kontrak ulang: latihan pengendalian ansietas3) Latihan hipnotis diri sendiri (lima jari) dan kegiatan spiritual

K. INTERVENSI GENERALIS PADA KELUARGAa. Tujuan:

1) Keluarga mampu mengenal masalah ansietas pada anggota keluarganya2) Keluarga mampu merawat anggota keluarga yang mengalami ansietas 3) Keluarga mampu memfollow up anggota keluarga yang mengalami ansietas.

b. Tindakan keperawatan pada keluarga1) Mendiskusikan kondisi pasien: ansietas, penyebab, proses terjadi, tanda dan gejala, akibat2) Melatih keluarga merawat ansietas pasien 3) Melatih keluarga melakukan follow up

SP1 Keluarga: Penjelasan kondisi pasien dan cara merawat:1) Bina hubungan saling percaya

a) Mengucapkan salam terapeutik, memperkenalkan diri

Page 11: konsep ansietas

b) Menjelaskan tujuan interaksi: menjelaskan ansietas pasien dan cara merawat agar proses penyembuhan lebih cepat

2) Membuat kontrak (inform consent) dua kali pertemuan latihan cara merawat ansietas pasien

3) Bantu keluarga mengenal ansietas:a) Menjelaskan ansietas, penyebab, proses terjadi, tanda dan gejala, serta akibatnya b) Menjelaskan cara merawat ansietas pasien: tidak menambah masalah (stres)

dengan sikap positif, memotivasi cara relaksasi yg telah dilatih perawat pada pasien

c) Sertakan keluarga saat melatih teknik relaksasi pada pasien dan minta untuk memotivasi pasien melakukannya

SP 2 keluarga: Evaluasi peran keluarga merawat pasien, cara merawat dan follow up1) Pertahankan rasa percaya keluarga dengan mengucapkan salam, menanyakan peran

keluarga merawat pasien & kondisi pasien2) Membuat kontrak ulang: latihan lanjutan cara merawat dan follow up3) Menyertakan keluarga saat melatih pasien hipnotis diri sendiri (lima jari) dan

kegiatan spiritual4) Diskusikan dengan keluarga cara perawatan di rumah, follow up dan kondisi pasien

yang perlu dirujuk (lapang persepsi menyempit, tidak mampu menerima informasi, gelisah, tidak dapat tidur) dan cara merujuk pasien

Daftar Pustaka

• Stuart and Sudeen. 1998. Keperawatan Jiwa. Jakarta:EGC

Page 12: konsep ansietas

• Stuart, G. W. 2006. Buku Saku Keperawatan Jiwa (5th ed). Jakarta : EGC

• Tomb, D. A. 2001. Buku Saku Psikiatri (5th ed).Jakarta : EGC

• Townsend, M.C. 1998. Buku Saku Diagnosa Keperawatan pada Keperawatan

Psikiatrik: Pedoman untuk Pembuatan Rencana Perawatan (3rd ed). Jakarta :EGC

• Videbeck, S. L. (2008). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC