konsentrasi dan lama perendaman zat pengatur tumbuh …
TRANSCRIPT
274
OPEN ACCES
Vol. 13 No. 2: 274-284 Oktober 2020
Peer-Reviewed
AGRIKAN
Jurnal AgribisnisPerikanan(E-ISSN 2598-8298/P-ISSN 1979-6072)
URL: https:https://ejournal.stipwunaraha.ac.id/index.php/AGRIKAN/
DOI: 10.29239/j.agrikan.13.2.274-284
Konsentrasi dan Lama Perendaman Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) Organik Untuk Menstimulasi Stek Pucuk Jati Unggul Nusantara (JUN)
(Concentration and Soaking Duration Organic Growth Regulators for
Stimulated Jati Unggul Nusantara (JUN) Shoots Cuttings)
Wilhelmina Seran 1, Astin Elise Mau2 dan Mamie Elsyana Pellondo’u3
1Program Studi Kehutanan, Fakultas Pertanian Universitas Nusa Cendana, Jln. Adisucipto Penfui-Kupang, NTT 85001,
Indonesia, Email : [email protected] 2, 3 Universitas Nusa Cendana, Email, : [email protected]; [email protected]
Info Artikel:
Diterima : 04 Okt. 2020
Disetujui : 31 Okt. 2020
Dipublikasi : 03 Nov. 2020
Research Article
Keyword:
Jati Unggul Nusantara,
Growth Regulator, Soaking
Duration, Shoot cutting
Korespondensi:
Wilhelmina Seran
Universitas Nusa Cendana
Kupang-Indonesia
Email:
.id
Copyright© Oktober 2020
AGRIKAN
Abstrak. Jati Unggul Nusantara (JUN merupakan suatu produk bibit tanaman jati baru hasil seleksi klon-
klon jati unggul dari seluruh indonesia menggunakan seleksi DNA. Upaya perbanyakan JUN secara vegetatif
dapat dilakukan dengan cara stek pucuk. Konsentrasi Zat pengatur tumbuh dan lama perendaman merupakan
aspek penting dalam perbanyakan tanaman. Penelitian ini ditujukan untuk menguji pemberian ZPT organik
terhadap pertumbuhan stek pucuk JUN dan mengetahui efektifitas konsentrasi dan lama perendaman ZPT
organik yang dibuat. Percobaan disusun dalam Rancangan Acak Lengkap (RAL) 2 (dua) faktorial dengan 3
ulangan. Faktor yang diteliti adalah konsentrasi ZPT urine sapi 50% (A1), urine sapi 100% (A2), ekstrak
tauge 50% (A3), ekstrak tauge 100% (A4) Ekstrak bawang merah 50% (A5) dan ekstrak bawang merah 100%
(A6) sedangkan lama perendaman terdiri dari 4 faktor 2 jam (B1), 4 jam (B2), 6 jam (B3) dan 8 jam (B4).
Pengamatan pertumbuhan dilakukan selama 3 bulan dengan parameter persentase hidup stek, jumlah daun,
panjang akar primer, panjang tunas dan periode munculnya tunas. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa
pemberian konsentrasi ZPT organik berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan stek pucuk JUN. Perlakuan
Ektrak bawang merah 50% (A5) yang berpengaruh terhadap parameter persentase hidup, periode muncul
tunas, jumlah daun dan panjang tunas. Perlakuan ekstrak bawang merah 100% (A6) berpengaruh terhadap
parameter pengamatan panjang akar dan jumlah akar. Interaksi kombinasi perlakuan antara ZPT organik
ektrak bawang merah 100% dan lama perendaman 4 jam berpengaruh nyata pada jumlah akar.
Abstract. Jati Unggul Nusantara (JUN) is a new teak seedling product that is a teak variety obtained from
the selection of superior teak clones from all over Indonesia using DNA selection. Vegetative effort propagation
performed of JUN with shoot cuttings. Concentration and soaking duration growth regulators are important
aspects in vegetative plant propagation especially by shoot cutting. The research was conducted at Maulafa –
Kota Kupang from Mei to August 2020, The experiment was arranged in Complete Randomize Design 2
factorial applications with 3 replication. Factors studied are growth regulator concentration of cow urine 50%
(A1), cow urine 100% (A2), green bean extract 50% (A3), green bean extract 100% (A4), shallot extract 50%
(A5) and shallot extract 100% (A6) while soaking duration consists of 4 factors, 2 hours (B1), 4 hours (B2), 6
hours (B3) and 8 hours (B4). The measured observation parameters are the percentage of life, the period of
appearance of shoots, the number of leaves, shoot lenght,, shoot roots and the number of roots. The experiment
result showed that variation of concentration organic growth regulator significant effect of JUN shoot
cuttings. The treatment of Shallot extract 50% (A5) which affects the percentage of life parameters, the period
of appearance of shoots, the number of leaves and shoot lenght. The treatment of shallot extract 100% (A6)
which affects the observation parameters of root length and the number of roots. Interaction among the
treatment combination of organic growth regulators A6B2 (ZPT 100%) shallot extract and 4 hours soaking
duration significant effect on the number of roots.
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Jati (Tectonagrandis Linn.f.) merupakan
salah satu jenis tanaman yang sudah banyak
dikenal dan dikembangkan oleh masyarakat luas
dalam bentuk hutan tanaman maupun hutan
rakyat. Hal ini dikarenakan hingga saat ini Jati
merupakan komoditas kayu mewah, berkualitas
tinggi, harga jualnya mahal, dan bernilai
ekonomis tinggi. Kayu Jati dapat digunakan
sebagai bahan dasar pembangunan rumah,
konstruksi jembatan, kayu lapis, rangka kusen,
pintu, jendela, kerajinan pahat yang bernilai seni
tinggi juga untuk furniture.
Pertumbuhan jati yang cenderung lama
sehingga baru dapat dipanen setelah 60 tahun,
membuat pasokan kayu jati Indonesia semakin
menurun seiring dengan permintaan yang terus
Jurnal Ilmiah Agribisnis dan Perikanan (Agrikan UMMU-Ternate) Volume 13 Nomor 2 (Oktober 2020)
275
melonjak. Seiring permintaan konsumen yang
tinggi terhadap kayu jati, maka perlu
dilakukannya rekayasa teknologi dalam
pemuliaan jati sehingga pohon jati dapat dipanen
dalam waktu yang singkat. Salah satu hasil dari
program pemuliaan jati adalah Jati Plus Perhutani
(JPP) (Perhutani 2011). Perbanyakan vegetatif dari
sejumlah klon JPP kini yang disebut dengan Jati
Unggul Nusantara (JUN).
Jati Unggul Nusantara (JUN) merupakan
suatu produk bibit tanaman jati baru, yang
diproduksi oleh PT Setyamitra melalui induksi
akar asal Jati Plus Perhutani (JPP). JUN merupakan
varietas jati yang diperoleh dari seleksi klon-klon
jati unggul dari seluruh indonesia menggunakan
seleksi DNA. Bioteknologi JUN dilakukan dengan
sistem perakaran sehingga menghasilkan akar
tunjang majemuk. Keunggulan JUN dibandingkan
jati yang lain yaitu varietas jun cepat tumbuh,
kokoh dan dapat di panen mulai umur 5 tahun.
Menurut Seran (2014), JUN telah dikembangkan di
NTT menggunakan sistem agroforestry pada lahan
kering di Kupang.
Teknik perbanyakan JUN dapat dilakukan
menggunakan metode perbanyakan secara
vegetatif yaitu menggunakan stek pucuk. Stek
pucuk merupakan cara perbanyakan tanaman yang
relatif mudah dilakukan. Teknik stek pucuk
merupakan pengembangan dari stek batang yang
memanfaatkan potongan bagian pucuk juvenil
dengan menyertakan bagian daunnya (Subiakto,
2007). Pembiakan tanaman yang dihasilkan
dengan cara stek pucuk mempunyai sifat yang
sama dengan induknya dan tahan terhadap
penyakit.
Beberapa faktor yang diketahui
mempengaruhi keberhasilan perbanyakan
tanaman melalui stek pucuk yaitu zat pengatur
tumbuh. Zat pengatur tumbuh adalah salah satu
faktor yang dapat menentukan kemampuan stek
untuk berakar. Penggunaan zat pengatur tumbuh
untuk stek dikenal dua cara yaitu dengan
membiarkan stek dalam larutan dengan cara
mencelupkan atau merendamnya (cara basah) dan
dengan mengolesi bagian dasar stek dengan ZPT
(cara kering). Perlakuan basah memudahkan stek
menyerap zat dalam ZPT perangsang tersebut dari
pada perlakuan dengan cara kering.
Tinggi rendahnya hasil dari penggunaan
ZPT tergantung pada beberapa faktor, diantaranya
adalah lamanya stek direndam dalam satu larutan.
Semakin lama stek direndam dalam larutan
semakin meningkat larutan dalam stek
(Dwijoseputro, 2001). Lama perendaman harus
disesuaikan dengan konsentrasi larutan yang
diberikan. Lama perendaman pada stek bertujuan
agar penyerapan ZPT berlangsung dengan baik.
Perbanyakan JUN di NTT masih sangat
jarang dilakukan. Oleh karena itu akan dilakukan
penelitian tentang Konsentrasi dan Lama
Perendaman Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) organik
untuk menstimulasi stek pucuk Jati Unggul
Nusantara (JUN).
1.2. Tujuan dan Manfaat
1. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
Untuk menguji pemberian ZPT organik
terhadap pertumbuhan stek pucuk jati
2. Mengetahui efektifitas konsentrasi dan lama
perendaman ZPT organik yang dibuat.
II. METODE PENELITIAN
2.1. Waktu dan Tempat
Penelitian ini akan dilakukan di Maulafa –
Kota Kupang yang berlangsung selama 5 (lima)
bulan.
2.2. Alat Dan Bahan
Alat yang digunakan dalam penelitiaan ini
adalah ember, sekop, parang, gunting, plastik
sungkup, paranet, polibag, kertas label, penggaris,
alat tulis menulis, blender, sprayer, dan kamera,
Sedangkan bahan-bahan yang digunakan antara
lain Pucuk Jati Unggul Nusantara (JUN), zat
pengatur tumbuh berupaair kelapa, bawang merah
dan urin sapi dan media tanam berupa tanah,
sekam padi, pasir (1:2:3).
2.3. Metode Pengambilan Data
1. Rancangan penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan rancangan faktorial 2 (dua)
faktor yang disusun secara Rancangan Acak
Lengkap (RAL). Faktor pertama adalah
Konsentrasi Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) alami
yang terdiri dari 6 taraf yaitu :
A1 : urin sapi 50 %
A2 : Urin sapi 100%
A3 : kecambah kacang hijau 50 %
A4 : kecambah kacang hijau 100 %
A5 : ekstrak bawang merah 50 %
A6 : ekstrak bawang merah 100 %
Faktor kedua adalah adalah lama
perendaman yang terdiri dari 4 taraf yaitu :
B1 : Lama Perendaman 2 Jam
B2 : Lama Perendaman 4 Jam
Jurnal Ilmiah Agribisnis dan Perikanan (Agrikan UMMU-Ternate) Volume 13 Nomor 2 (Oktober 2020)
276
B3 : Lama Perendaman 6 Jam
B4 : Lama Perendaman 8 jam
Kombinasi perlakuan diperoleh adalah
sebagai berikut:
A1B1 : urin sapi 50 % + lama perendaman 2
jam
A1 B2 : urin sapi 50 % + lama perendaman 4
jam
A1B3 : urin sapi 50 % + lama perendaman 6
jam
A1B4 : urin sapi 50 % + lama perendaman 8
jam
A2B1 : Urin sapi 100% + lama perendaman 2
jam
A2 B2 : Urin sapi 100% + lama perendaman 4
jam
A2B3 : Urin sapi 100% + lama perendaman 6
jam
A2B4 : Urin sapi 100% + lama perendaman 8
jam
A3B1 : kecambah kacang hijau 50 % + lama
perendaman 2 jam
A3B2 : kecambah kacang hijau 50 % + lama
perendaman 4 jam
A3B3 : kecambah kacang hijau 50 % + lama
perendaman 6 jam
A3B4 : kecambah kacang hijau 50 % + lama
perendaman 8 jam
A4B1 : kecambah kacang hijau 100 % + lama
perendaman 2 jam
A4 B2 : kecambah kacang hijau 100 % + lama
perendaman 4 jam
A4B3 : kecambah kacang hijau 100 % + lama
perendaman 6 jam
A4B4 : kecambah kacang hijau 100 % + lama
perendaman 8 jam
A5B1 : ekstrak bawang merah 50 % + lama
perendaman 2 jam
A5 B2 : ekstrak bawang merah 50 % + lama
perendaman 4 jam
A5B3 : ekstrak bawang merah 50 % + lama
perendaman 6 jam
A5B4 : ekstrak bawang merah 50 % + lama
perendaman 8 jam
A6B1 : ekstrak bawang merah 100 % + lama
perendaman 2 jam
A6 B2 : ekstrak bawang merah 100 % + lama
perendaman 4 jam
A6B3 : ekstrak bawang merah 100 % + lama
perendaman 6 jam
A6B4 : ekstrak bawang merah 100 % + lama
perendaman 8 jam
Setiap perlakuan diulang sebanyak 3
(tiga) kali sehingga diperoleh 72 unit
percobaan.
2. Parameter Pengamatan
Parameter yang diamati dalam penelitian
ini yaitu
a. Persentase Hidup (%)
Hasil pengamatan diketahui dengan
menggunakan rumus:
b. Jumlah Daun
Menghitung dan mencatat jumlah
daun yang ada pada setiap stek. Daun yang
telah gugur tidak dihitung dan dicatat.
Pengamatan jumlah daun dilakukan pada
akhir penelitian.
c. Panjang Akar Primer
Dihitung dari stek yang berakar
dengan menggunakan penggaris dari
pangkal akar sampai ujung terpanjang akar
primer.
d. Panjang Tunas
Panjang tunas diukur dari stek yang
bertunas dengan menggunakan penggaris
dari pangkal tunas sampai ujung
terpanjang tunas.
e. Periode Munculnya Tunas
Periode munculnya tunas dilihat
dari kecepatan munculnya tunas pada stek.
2.4. Prosedur Kerja
1. Persiapan ZPT Alami
a. Ekstrak bawang merah
Umbi bawang merah sebanyak 1 kg
dikupas kulitnya dan dibersihkan,
kemudian dihaluskan menggunakan
blender sampai berbentuk bubur. Bubur
kemudian disaring sehingga diperoleh 250
ml ekstrak bawang merah.
b. Urin sapi
Sebelum urin sapi digunakan terlebih
dahulu diendapkan selama kurang lebih 6-7
hari untuk menurunkan kadar amoniak
dalan urin tersebut.
c. Kecambah kacang hijau
Pembuatan ekstrak kecambah kacang
hijau (tauge) dengan cara
direndammenggunakan air kemudian
dipisahkan antara kacang hijau yang
tenggelamdan terapung. Kacang hijau yang
Jurnal Ilmiah Agribisnis dan Perikanan (Agrikan UMMU-Ternate) Volume 13 Nomor 2 (Oktober 2020)
277
tenggelam kemudian direndam selama
24jam, setalah itu kecambah kacang hijau
diblender dan dicampurkan airsebanyak 1
liter sesuai dengan bobotnya dan ekstrak
siap diaplikasikan.
2. Pembuatan Sungkup
Sungkup terbuat dari bambu kemudian
ditutup menggunakan plastik dengan panjang
3 m dan ketebalan plastik 0,5 mm. Sungkup
yang dibuat harus tertutup rapat agar tidak ada
udara yang masuk dan keluar.
3. Pengambilan Bahan Stek
Pengambilan bahan stek dilakukan
dengan cara memotong pucuk menggunakan
pisau dilakukan pada bagian bawah ruas kedua
dari pucuk. Pucuk yang diambil adalah pucuk
muda, berbulu dan memiliki tekstur batang
yang lunak.
4. Pembuatan dan Penanaman Stek
Bahan Stek dari lapangan segera ditanam
di persemaian, karena semakin lama di
perjalanan kemampuan tumbuh akan semakin
berkurang. Adapun pembuatan stek dilakukan
dengan cara sebagai berikut :
a) Menyiapkan media stek, Media Stek berupa
tanah, sekam padi dan pasir (1:2:3)
dimasukkan dalam polibag berukuran 10 x
15 cm kemudian disusun dalam bedeng
persemaian. Media yang digunakan terlebih
dahulu di ayak dan disterilkan dengan
menggunakan fungisida.
b) Stek yang telah diambil di potong dalam 2
ruas. Tiap helai daun dipotong dan
disisakan 1/3 bagian untuk mengurangi
penguapan. Pangkal stek dipotong miring
menggunakan gunting pemotong. Pangkal
stek kemudian direndam dalam larutan ZPT
organiksesuai perlakuan.
c) Penanaman stek dilakukan dengan posisi
tegak lurus pada media yang telah
disiapkan. Penanaman dilakukan secara
hati-hati dengan terlebih dahulu membuat
lubang tanam sedalam ± 5cm. Setelah
ditanam segera disiram dan bedengan
tersebut ditutup plastik sungkup dengan
tujuan untuk memelihara tingkat
kelembaban udara. Selain itu persemaian
perlu diberi naungan (shading) dari paranet
intensitas untuk mengurangi intensitas sinar
matahari.
d) Tanaman di sungkup selama 1-2 bulan.
5. Pemeliharaan
Setelah stek ditanam, maka dilakukan
pemeliharaan secara rutin. Pemeliharaan yang
dilakukan adalah penyiraman, penyiangan dan
penyemprotan.
a. Penyiraman dengan menggunakan sprayer
sebaiknya dilakukan 2 kali sehari, yaitu
pagi dan sore atau disesuaikan dengan
kondisi kelembaban media.
b. Penyiangan dilakukan secara manual
apabila ada gulma yang tumbuh disekitar
areal penanaman.
c. Penyemprotan pada umumnya dilakukan
untuk menanggulangi serangan jamur.
2.5.Teknik Pengumpulan Data
Pengamatan dilakukan setiap hari,
sedangkan pengukuran dilakukan seminggu
sekali untuk parameter jumlah daun dan panjang
pucuk, sedangkan untuk parameter panjang akar
dan presentase tumbuh , akar dan tunas dilakukan
pada akhir penelitian.
2.6. Analisis Data
Data hasil penelitian dianalisis dengan
menggunakan sidik ragam berdasarkan model
linear sebagai berikut:
Keterangan:
Yijk : Data hasil pengamatan pada blok ke-i
dengan perlakuan konsentrasi
larutan pada taraf ke- j dan lama
perendaman pada taraf ke-k
μ : Nilai tengah
ρi : Pengaruh blok ke-i
αj : Pengaruh konsentrasi larutan pada taraf
ke- j
βk : Pengaruh lama perendaman pada taraf
ke-k
(αβ)jk : Pengaruh interaksi konsentrasi larutan
pada taraf ke- j dan lama
perendaman pada taraf ke-k
εijk : Pengaruh galat pada blok ke-i yang
mendapat perlakuan konsentrasi
larutan pada taraf ke- j dan lama
perendaman pada taraf ke-k.
Jika analisis sidik ragam menunjukan
pengaruh yang nyata akan dilanjutkan dengan uji
BNJ 5%.
Jurnal Ilmiah Agribisnis dan Perikanan (Agrikan UMMU-Ternate) Volume 13 Nomor 2 (Oktober 2020)
278
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1. Persentase Hidup Stek Pucuk JUN
Tabel 1. Pemberian ZPT dan Lama Perendaman
terhadap Persentasi hidup
ZPT Lama Perendaman
Rerata B1 B2 B3 B4
A1 0 0 0 0 0 a
A2 0 0 0 0 0 a
A3 0 0 0 33,333 8,333 a
A4 33,333 0 0 0 8,333 a
A5 33,333 100 33,333 33,333 50 b
A6 33,333 66,666 0 0 25 ab
Rerata 16,666 a 27,777 a 5,555 a 11,111 a
Keterangan: Angka pertambahan yang diikuti oleh
huruf yang sama dalam satu kolom berarti
berpengaruh tidak nyata berdasarkan Uji
BNJ 5%.
Salah satu faktor yang menunjukan
keberhasilan stek pucuk adalah dengan melihat
persentase hidup stek. Stek pucuk JUN hidup
memiliki batang dan daun yang hijau dan terlihat
segar sampai akhir pengamatan. Hal ini sejalan
dengan penelitian Budiman (2000) stek hidup
dicirikan dengan stek yang masih segar dan stek
yang mati dicirikan dengan warna batang hitam,
busuk, bakal tunas dan daun yang layu.
Pertumbuhan stek dipengaruhi oleh faktor genetik
dan lingkungan. Pengembilan stek dengan
varietas, umur dan waktu pengambilan yang
seragam dan stek ditanam pada lingkungan yang
sama yang sama akan mempengaruhi tingkat
persentase hidup dari stek. Faktor lingkungan
yang mempengaruhi persentase stek hidup ialah
pemberian ZPT dan lama perendaman terhadap
stek.
Gambar 1. Persentase Hidup
Hasil analisis sidik ragam memperlihatkan
bahwa pemberian ZPT berpengaruh nyata
persentase hidup stek pucuk JUN. Perlakuan A5(
Ektrak bawang merah 50%) memberikan pengaruh
yang paling tinggi pada rerata penggunaan ZPT.
Perlakuan A5 memiliki pengaruh yang berbeda
tidak nyata terhadap perlakuan A6 dan berbeda
nyata terhadap perlakuan A1, A2, A3 dan A4.
Faktor lama perendaman tidak menunjukan
interaksi yang nyata terhadap penggunaan
beberapa konsentrasi ZPT.
Aplikasi zat pengatur tumbuh memberikan
pengaruh yang nyata terhadap persentase hidup
stek pucuk JUN terutama pada penggunaan ektrak
Bawang merah dan kecambah sedangkan
penggunaan ZPT urin sapi menunjukan pengaruh
paling rendah dimana tidak ditemukanya stek
yang masih hidup. Hal ini diduga hormon tumbuh
pada Ektrak Bawang merah dan kecambah mampu
merangsang pertumbuhan stek pucuk JUN.
Menurut Mauguru dkk (2019) mengindikasikan
bahwa konsentrasi ekstrak bawang merah 100%
merupakan perlakuan terbaik dalam peningkatan
persentase hidup stek pucuk jati. Penyerapan
hormon tumbuh dari stek JUN lebih tinggi
dibandingkan stek pucuk jati biasa sehingga pada
konsentrasi 50% stek pucuk JUN memiliki
persentase hidup yang sama dengan stek pucuk
jati biasa dengan pemberian konsetrasi ekstrak
bawang merah 100%. Penggunaan ekstrak bawang
merah 50% mampu meningkatkan persentase
hidup stek JUN. Inisiasi dan pertumbuhan akar
adalah hal utama yang menentukan keberhasilan
stek, sehingga pertumbuhan akar akan
menentukan jumlah setek hidup yang dihasilkan.
Bawang merah diketahui juga mengandung
hormon auksin. Selain itu, pada bawang merah
yang telah dihancurkan akan terbentuk senyawa
allithiamin yang berperan memperlancar
metabolisme pada jaringan tumbuhan dan dapat
bersifat fungisida dan bakterisida (Wibowo, 1988
dalam Sofwan dkk, 2018).Pemberian ZPT Urin
sapi diduga terlalu tinggi sehingga menyebabkan
kematian pada stek pucuk jati. Jika lama
perendaman konsentrasi urin sapi terlalu tinggi
akan menyebabkan kematian pada JUN karena
dapat bersifat toksik. Sejalan dengan penelitian
Muhammad (2002) dalam Karmila dan Suharsi
(2017) menyatakan bahwa urin sapi mengandung
amonia (NH3) 2.49 mg L-1, Nitrat (NO3) 12.97 mg
L-1 dan Nitrit (NO2) 0.78 mg L-1 yang tergolong
tinggi. Tingginya konsentrasi urin sapi
menyebabkan kematian stek yaitu tanaman
berubah warna menjadi kecokelatan selanjutnya
menjadi hitam dan mati.
Jurnal Ilmiah Agribisnis dan Perikanan (Agrikan UMMU-Ternate) Volume 13 Nomor 2 (Oktober 2020)
279
3.2. Periode Munculnya Tunas
Pembentukan tunas sangatlah penting dan
merupakan tahap awal pembentukan primordia
daun dimana daun merupakan organ tanaman
yang mempunyai jumlah klorofil terbesar
sehingga berfungsi sebagai tempat terjadinya
proses fotosintesis untuk menghasilkan
karbohidrat sebagai sumber makanan. Hasil
analisis sidik ragam menunjukan pemberian ZPT
berpengaruh nyata terhadap periode muncul tunas
stek pucuk jati, sedangkan lama perendaman dan
interaksi antara keduanya berpengaruh tidak
nyata. Hasil uji Lanjut BNJ 5% faktor pemberian
ZPT menunjukan periode muncul tunas paling
lama di tunjukan oleh perlakuan A5(Ekstrak
Bawang Merah 50%) 16,5 hari dan tidak berbeda
nyata terhadap perlakuan A6, serta berbedanya
nyata terhadap perlakuan A1, A2, A3 dan A4.
Tabel 2. Pemberian ZPT dan Lama Perendaman
terhadap Periode Munculnya Tunas
ZPT Lama Perendaman
Rerata B1 B2 B3 B4
A1 0 0 0 0 0 a
A2 0 0 0 0 0 a
A3 0 0 0 12 3 a
A4 10 0 0 0 2,5 a
A5 10 32 12 12 16,5 b
A6 10 20 0 0 7,5 ab
Rerata 5 a 8,66667 a 2 a 4 a
Keterangan: Angka pertambahan yang diikuti oleh
huruf yang sama dalam satu kolom berarti
berpengaruh tidak nyata berdasarkan Uji
BNJ 5%.
Pada tanaman stek pucuk JUN pertumbuhan
tunas sangat dipengaruhi oleh hormon sitokinin.
Hormon sitokinin terdapat pada bawang merah.
Sitokinin adalah suatu zat pengatur tumbuh yang
terdapat dalam tubuh suatu tanaman, hormon
sitokinin pada suatu tanaman berfungsi untuk
proses pertumbuhan tunas, yang kemudian
merangsang pertumbuhan daun. Salah satu peran
utama auksin yaitu sebagai suatu sistem yang
dinamakan dominansi apikal. Menurut
Pamungkas dan Puspitasari (2018), dominansi
apikal adalah hambatan pertumbuhan sebagian
atau keseluruhan tunas lateral karena adanya
tunas apikal. Pemberian ZPT Ektrak bawang
merah konsentrasi 50% memberikan pengaruh
kemunculan tunas terlama namun manunjukan
adanya kemunculan tunas pada setiap faktor lama
perendaman. Hal ini diduga kandungan hormon
tumbuh pada ektrak bawang merah telah
merangang pecahnya tunas dan terbentuknya
daun. Hal ini sejalan dengan penelitian Syofia
dkk. (2017) yang menunjukan pengaruh nyata dari
penggunaan ektrak bawang merah terhadap umur
muncul tunas pada stek jeruk asam pada hari ke
46. Pada perlakuan ZPT kecambah kemunculan
tunas hanya ditemukan pada beberapa perlakuan
perendaman ZPT dan ZPT urin sapi tidak
ditemukan adanya kemunculan tunas yang
disebabkan karena stek pucuk JUN mati dan
membusuk. Pengaruh lama perendaman stek serta
interaksi kedua faktor menunjukan pengaruh
yang tidak nyata. Hal ini diduga faktor pemberian
ZPT memberikan pengaruh yang mendomisasi
faktor lainnya.
3.3. Jumlah Daun
Tabel 3. Pemberian ZPT dan Lama Perendaman
terhadap Jumlah Daun
ZPT Lama Perendaman
Rerata B1 B2 B3 B4
A1 0 0 0 0 0 a
A2 0 0 0 0 0 a
A3 0 0 0 0,667 0,166 a
A4 0,667 0 0 0 0,166 a
A5 1 3 1,333 1,333 1,666 b
A6 1 2,333 0 0 0,833 ab
Rerata 0,44 a 0,888 a 0,222 a 0,33 a
Keterangan: Angka pertambahan yang diikuti oleh
huruf yang sama dalam satu kolom berarti
berpengaruh tidak nyata berdasarkan Uji
BNJ 5%.
Pertumbuhan dan perkembangan sel
dipengaruhi oleh suplai unsur hara yang diberikan
akar untuk metabolisme dan sintesis protein
adalah jumlah daun. Penelitian Sitompul dan
Guritno (1995),menyatakan bahwa variabel
pengamatan jumlah daun diperlukan sebagai
indikator pertumbuhan dan penunjang dalam
menjelaskan proses pertumbuhan yang terjadi
seperti pembentukan biomassa tanaman.Data
pengamatan pada Tabel 3 parameter jumlah daun
pada tabel diatas menunjukkan bahwapemberian
ZPT berpengaruh nyata terhadap pertambahan
jumlah daun stek pucuk JUN. Perlakuan A5
(Ekstrak bawang merah 50%) memberikan
pengaruh yang paling tinggi pada rerata
penggunaan ZPT. Faktor lama perendaman tidak
menunjukan interaksi yang nyata terhadap
penggunaan ZPT. Hasil ini mengindikasikan
bahwa konsentrasi ekstrak bawang merah 50 %
Jurnal Ilmiah Agribisnis dan Perikanan (Agrikan UMMU-Ternate) Volume 13 Nomor 2 (Oktober 2020)
280
merupakan perlakuan paling baik dan optimal
dalam peningkatan jumlah daun stek pucuk JUN.
Suhu tinggi dan angin yang kencang dapat
mengurangi kelembapan yang menyebabkan stek
kekurangan air, cepat mengering, dan
menggugurkan daunnya. Kebutuhan air yang
tidak tercukupi akan menurunkan aktivitas
fotosintesis.
Gambar 2. Jumlah Daun
Penggunaan ZPT ekstrak bawang merah
memberikan pengaruh yang nyata terhadap
pertambahan jumlah daun. Pemberian konsentrasi
ZPT yang tepat sangat berpengaruh terhadap
jumlah daun stek pucuk JUN. Hal ini diduga
karena ekstrak bawang merah yang mengandung
auksin dengan konsentrasi yang tepat mampu
menstimulasi pertumbuhan stek dalam
penambahan jumlah daun. Menurut
Halimursyadah et al. (2014), pemberian auksin
pada tanaman memberikan hasil yang berbeda
dari yang lainnya disebabkan setiap jenis bagian
tanaman memiliki respon yang berbeda yang
dapat mempengaruhi pertumbuhannya. Faktor
lingkungan mempengaruhi aktifitas auksin.
Leovici (2014), menyatakan bahwa penggunaan
ZPT yang berlebihan akan menghambat
pertumbuhan tanaman dan bersifat racun yang
dapat menyebabkan keracunan pada seluruh
bagian tanaman yang mengakibatkan stek gagal
tumbuh. Apabila pemberian hormon dengan
konsentrasi yang tepat dapat meningkatkan
pertambahan jumlah daun, tetapi apabila
konsentrasinya semakin tinggi atau terlalu rendah
akan menghambat pertambahan jumlah daun.
3.4. Panjang Tunas
Pertumbuhan dapat dilihat dari adanya
penambahan ukuran dan berat kering yang tidak
dapat balik akibat bertambahnya protoplasma,
ukuran sel maupun jumlahnya (Wilkins,1983).
Sumiati (1999) menyatakan bahwa peningkatan
jumlah sel dan ukuran sel terjadi pada jaringan
meristem ujung, interkalar, dan lateral.
Pertumbuhan pada meristem ujung dapat
menghasilkan sel-sel yang baru di ujung yang
dapat mengakibatkan bertambah tinggi atau
bertambah panjang tanaman.
Tabel 4. Pemberian ZPT dan Lama Perendaman
terhadap Panjang Tunas
ZPT Lama Perendaman
Rerata B1 B2 B3 B4
A1 0 0 0 0 0 a
A2 0 0 0 0 0 a
A3 0 0 0 0,333 0,083 a
A4 1,666 0 0 0 0,416 a
A5 0,5 2,9 1 0,333 1,183 b
A6 1,666 2,433 0 0 1,025 ab
Rerata 0,64 a 0,89 a 0,166 a 0,11 a
Keterangan: Angka pertambahan yang diikuti oleh
huruf yang sama dalam satu kolom berarti
berpengaruh tidak nyata berdasarkan Uji
BNJ 5%.
Data pengamatan parameter panjang tunas
pada Tabel 4 menunjukkan bahwa pemberian ZPT
berpengaruh nyata terhadap panjang tunas stek
pucuk JUN. Perlakuan A5 (Ekstrak bawang merah
50%) memberikan pengaruh yang paling tinggi
pada rerata penggunaan ZPT. Faktor lama
perendaman tidak menunjukan interaksi yang
nyata terhadap penggunaan ZPT.
Penggunaan ZPT ekstrak bawang merah
memberikan pengaruh yang nyata terhadap
pertambahan panjang tunas stek JUN. Ekstrak
bawang merah dengan konsentrasi 50% diduga
merupakan konsentrasi dengan jumlah auksin
yang baik pada pertumbuhan stek pucuk JUN.
Sumisari dan Priadi (2003), menyatakan bahwa
tanaman memerlukan konsentrasi auksin yang
sesuai untuk pertumbuhannya. Menurut Rifai
(2020) konsentrasi ekstrak bawang merah 50%
memberikan hasil terbaik pada pertambahan
panjang tunas stump tanjung.Auksin bertindak
sebagai pendorong awal proses terbentuknya akar
dan pucuk pada stek (Kusumo 1990).
3.5. Panjang Akar
Hasil analisis sidik ragam terhadap
panjang akar stek pucuk jati memperlihatkan
bahwa pemberian ZPT berpengaruh nyata
terhadap panjang akar stek pucuk jati. Panjang
akar stek pucuk JUN umur 3 bulan setelah
dilakukan analisis sidik ragam dan uji lanjut BNJ
5% dapat dilihat di Tabel 5.
Jurnal Ilmiah Agribisnis dan Perikanan (Agrikan UMMU-Ternate) Volume 13 Nomor 2 (Oktober 2020)
281
Tabel 5. ZPT dan Lama Perendaman terhadap Stek
Pucuk Jati (cm)
ZPT Lama Perendaman
Rerata B1 B2 B3 B4
A1 0 0 0 0 0 a
A2 0 0 0 0 0 a
A3 0 0 0 0 0 a
A4 0 0 0 0 0 a
A5 0 0 0 0,333 0,083 a
A6 1,667 1,167 0 0 0,708 a
Rerata 0,665 a 0,194 a 0 a 0,056 a Keterangan: Angka pertambahan yang diikuti oleh
huruf yang sama dalam satu kolom berarti
berpengaruh tidak nyata berdasarkan Uji
BNJ 5%.
Perlakuan pemberian ZPT tidak
menunjukan adanya perbedaan yang nyata atau
relatif sama. Rerata panjang akar tertinggi pada
perlakuan pemberian ZPT terdapat pada
perlakuan A6 (BM 100%) yaitu sebesar 0,708 cm
dan terendah terdapat pada perlakuan A1 (US
50%), A2 (US 100%), A3 (K 50%), A4 (100%).
Kandungan hormon tumbuh yang diberikan pada
stek pucuk jati memberikan pengaruh terhadap
pertumbuhan akar. Hormon yang paling banyak
berperan dalam proses pemanjangan sel adalah
auksin. Menurut Purwanti (2018) hormon auksin
berperan dalam pemanjangan sel yang terdapat
dalam titik tumbuh pertumbuhan yakni di akar
dan pucuk tanaman. Penambahan ZPT organik
diharapkan menambah pertambahan jumlah akar
dari stek pucuk jati. ZPT ekstrak bawang merah
mengandung zat pengatur tumbuh yang
mempunyai fungsi mirip Asam Indol Asetat (IAA).
Asam Indol Asetat (IAA) adalah auksin yang
paling aktif dalam berbagai tanaman dan berperan
penting dalam meningkatkan pertumbuhan yang
optimal (Husein dan Saraswati, 2010). Hal ini
diduga karena ekstrak bawang merah 100%
mengandung auksin paling aktif yang berguna
sebagai plastisitas dinding sel dan mendorong
pemanjangan dinding sel.
Gambar 3. Panjang Akar
Rerata panjang akar tertinggi pada
perlakuan lama perendaman terdapat pada
perlakuan B1 (2 Jam) sebesar 0,665 dan terendah
terdapat pada perlakuan B3 (6 Jam). Lama
perendaman ZPT berpengaruh tidak nyata
terhadap pertumbuan stek. Interaksi antar kedua
faktor juga menjukan pengaruh yang tidak nyata
terhadap panjang akar stek pucuk jati.
3.6. Jumlah Akar
Hasil analisis sidik ragam terhadap jumlah
akarstek pucuk jati memperlihatkan bahwa
pemberian ZPT, lama perendaman dan interaksi
keduanya berpengaruh nyata terhadap panjang
akar stek pucuk JUN. Jumlah akar stek pucuk JUN
umur 3 bulan setelah dilakukan analisis sidik
ragam dan uji lanjut BNJ 5% dapat dilihat di Tabel
6.
Tabel 6. ZPT dan Lama Perendaman terhadap Stek
Pucuk Jati
ZPT Lama Perendaman
Rerata B1 B2 B3 B4
A1 0 a 0 a 0 a 0 a 0 a
A2 0 a 0 a 0 a 0 a 0 a
A3 0 a 0 a 0 a 0 a 0 a
A4 0 a 0 a 0 a 0 a 0 a
A5 0 a 0 a 0 a 1 a 0,25 a
A6 0 a 17,3333 b 0 a 0 a 4,333 b
Rerata 0 a 2,888 b 0 a 0,166 a
Keterangan: Angka pertambahan yang diikuti oleh
huruf yang sama dalam satu kolom berarti
berpengaruh tidak nyata berdasarkan Uji
BNJ 5%.
Perlakuan pemberian ZPT menunjukan
adanya perbedaan yang nyata pada pertambahan
jumlah akar stek pucuk jati. Rerata jumlah akar
tertinggi terdapat pada perlakuan pemberian ZPT
Jurnal Ilmiah Agribisnis dan Perikanan (Agrikan UMMU-Ternate) Volume 13 Nomor 2 (Oktober 2020)
282
yakni pada perlakuan A6 (BM 100%) yaitu sebesar
4,333 dan terendah terdapat pada perlakuan A1
(US 50%), A2 (US 100%), A3 (K 50%), A4 (100%).
Perlakuan A6 (BM 100%) memberikan nilai
tertinggi dibandingkan perlakuan lainnya hal ini
diduga karena ekstrak bawang merah
mengandung hormon yang menunjang
pertumbuhan akar stek pucuk jati. Menurut
penelitian Husein dan Saraswati (2010) ekstrak
bawang merah menganding ZPT Asam Indol
Asetat (IAA) dimana IAA merupakan auksin
paling aktif yang berperan dalam pemacuan
pembelahan sel sehingga pertumbhan optimal.
Hormon auksin yang terkandung dalam bawang
merah berguna pada stek tanaman yang memacu
pertumbuhan akarnya. Senyawa yang dikandung
oleh ekstrak bawang merah diduga dapat
memperbanyak jumlah akar dari stek pucuk jati.
Perlakuan lama perendaman menunjukan
adanya perbedaan yang nyata pada pertambahan
jumlah akar stek pucuk JUN. Rerata jumlah akar
tertinggi terdapat pada lama perendaman (B2)
selama 4 jam dan yang terrendah terdapat pada
perlakuan B1 (2 jam) dan B3 (6 jam). Perlakuan
lama perendaman berpengaruh pada proses
penyerapan ZPT yang diberikan ke stek pucuk
JUN. Hal ini diduga karena pada perlakuan B2 (4
jam) merupakan batas optimum tanaman dalam
menyerap ZPT yang berguna dalam pertumbuhan
akar.. Menurut Ratnasari (2010) lama perendaman
berpengaruh pada imbibisi air yang diikuti
dengan kenaikan aktivitas enzim dan respirasi.
Pembentukan akar pada stek sangat diperlukan/
Hal ini disebabkan karena akar berfungsi dalam
menyerap air dan unsur hara untuk mendukung
pertumbuhan tanaman. Pembentukan akar yang
lambat akan berpengaruh pada pertumbuhan
hidup tanaman. Menurut Manurung (1987) dalam
Saidi (2017) menyatakan pembentukan akar pada
stek tanaman dibutuhkan bagi kelangsungan
hidup dan pertumbuhan stek, karena pengambilan
auksin oleh tanaman dari media kedalam jaringan
berlangsung secara baik dimana konsentrasi ZPT
dan lama perendaman sesuai dengan proses
penyerapan yang berlangsung pada stek pucuk
JUN.
Interaksi pemberian ZPT dan lama
perendaman menunjukan adanya perbedaan yang
nyata. Perlakuan yang menunjukan nilai tertinggi
ditunjukan oleh A6B2 (BM 100% dan 4 jam)
dengan rerata jumlah akar 17,333. Hal ini diduga
pemberian ZPT ektsrak bawang merah dengan
konsentrasi 100% dan lama perendaman 4 jam
memberikan hasil maksimal dibandingkan
perlakuan lainnya. Macam-macam ZPT organik
dengan konsentrasi yang berbeda dan waktu
perendaman yang berbeda berpengaruh dalam
meyerap senyawa auksin oleh stek. ZPT dan lama
perendalam yang sesuai akan meningkatkan
pertumbuhan tanaman yang optimal. Hal ini
sesuai dengan penelitian Abidin (2003) yang
menyatakan bahwa pengambilan senyawa akusin
oleh tanaman dari dalam larutan kedalam jaringan
tanaman dipengaruhi oleh konsentrasi ZPT yang
diberikan dan lamanya proses penyerapan
berlangsung. Lama perendaman ZPT yang baik
untuk tanaman semangka selama 4 jam (Admar,
2017).
IV. PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat
disimpulkan sebagai berikut :
1. Pemberian ZPT organik berpengaruh nyata
terhadap pertumbuhan stek pucuk JUN pada
parameter persentasi hidup stek, periode
munculnya tunas, jumlah daun, panjang tunas,
panjang akar, jumlah akar stek pucuk JUN.
Perlakuan pemberian Ektrak bawang merah
50% memberikan hasil tertinggi pada tiap
parameter dibandingkan dengan ZPT
kecambah dan urin sapi.
2. Interaksi kombinasi perlakuan ZPT organik
ekstrak bawang merah 100% dan lama
perendaman 4 jam (A6B2) memberikan
pengaruh nyata parameter jumlah akar.
REFERENSI
Abidin, Z. 2003. Dasar-dasar Pengetahuan tentang Zat Pengatur Tumbuh. Angkasa. Bandung.
Admar., B. R. Juanda., M. Zaini. 2017. Pengaruh Konsentrasi dan Lama Perendaman dalam ZPT Auksin
terhadap Viabilitas Benih Semangka (Citurullus lumatus). Kadalwarsa. Universitas Samudra.
Agrosamudra, Jurnal Penelitian Vol 4. No. 1.
Jurnal Ilmiah Agribisnis dan Perikanan (Agrikan UMMU-Ternate) Volume 13 Nomor 2 (Oktober 2020)
283
Halimursyadah., Hasanuddin, dan Nurfadillah. 2014. Perbanyakan vegetative tanaman nanas (Ananas
comusus L. Merr) dari sumber stek berbeda dan konsentrasi auksin. J. Ilmiah Agr IBA (2):99-106.
Husein, E., Saraswati, R. 2010, Rhizobakteri pemacu tumbuh tanaman. Pupuk organik dan pupuk hayati,
191-209.
Karmila dan Tatiek K. Suharsi. 2017. Stimulasi Pertumbuhan Stek Pucuk Torbangun (Plectranthus
amboinicus Spreng.). Departemen Agronomi dan Holtikultural, Fakultas Pertanian. IPB. Jurnal
Bul. Agrohorti Vol. 5 No. 2: Hal. 176-186.
Kristianus, N. dan Sutejo. 2014. Pengaruh jenis media tanam terhadap pertumbuhan bibit papaya
(Caricca papaya L.) Fakultas Pertanian. Institus Pertanian Bogor. Bul. Agrohorti Vol. 6 No. 1: Hal.
99-111.
Leovici, 2014. Pengaruh Macam dan Konsentrasi Bahan Organik Sumber Zat Pengatur Tumbuh Alami
Terhadap Pertumbuhan Awal Tebu (Saccharum officinarum L.) Vegetalika 3 (1) : 22-34.
Mangguru, N. S., M. E Pellondou. dan W. Seran. 2019. Respon Stek Pucuk Jati (Tectona grandis L)
terhadap Pemberian Zat Pengatur Tumbuh Berbahan Alami. Fakultas Pertanian Universitas Nusa
Cendana.
Pamungkas,Saktiyono Sigit Tri dan Rani Puspitasari. 2018. Pemanfaatan Bawang Merah (Allium cepa L.)
Sebagai Zat Pengatur Tumbuh Alami terhadap Pertumbuhan Bud Chip Tebu pada Berbagai
Tingkat Waktu Rendaman. Politeknik LPP Yogyakarta. Biofarm. Jurnal Ilmiah Pertanian Vol. 14
No. 2.
Purwanti, G., T.F. Manurung., H. Darwati. Pengaruh Auksin terhadap Pertumbuhan Bibit Alam
Gaharu (Aquilaria malaccensi L.). Universitas Tanjung Pura.
Ratnasari,T. 2010. Kajian Pembelahan Umbi Benih dan Perendaman dalam Giberelin pada Pertumbuhan
dan Hasil Tanaman Kentang (Solanum tuberosum L.). Skripsi. Universitas Sebelas Maret,
Surakarta.
Rifai, M., R. Wulandari. 2020. Pengaruh Ekstrak Bawang Merah terhadap Pertumbuhan Stump Tanjung
(Mimusops elengi. L). Universitas Tadulako. Jurnal Warta Rimba Vo. 8 No.1.
Saidi, A. B. 2017. Pengaruh Konsentrasi dan Lama Perendaman Rootone F terhadap Pertumbuhan Stek
Nilam (Pogostemon cablin B). Universitas Teuku Umar. Jurnal Agrotek Lestaro Vol.4 No. 2.
Sari, M. P. 2009. Pengaruh Lama Perendaman dalam Urine Sapi dan Dosis Pupuk Kandang Sapi
terhadap Pertumbuhan Stek Nilam (Pogostemon cablin, Benth). Universitas Sebelas Maret.
Skripsi.
Seran (2014) Nusantara Superior Teaks (Jati Unggul Nusantara) Growth through Agroforestry system on
the Dry Land in Kupang https://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/67991.
Sofwan N, O Faelasofa, AH Triatmoko dan ST Iftitah. 2018. Optimalisasi ZPT (Zat Pengatur Tumbuh)
Alami Ekstrak Bawang Merah (Allium cepa fa. ascalonicum) Sebagai Pemacu Pertumbuhan Akar
Stek Tanaman Buah Tin (Ficus carica). VIGOR: Jurnal Ilmu Pertanian Tropika dan Subtropika 3
(2): 46-48.
Jurnal Ilmiah Agribisnis dan Perikanan (Agrikan UMMU-Ternate) Volume 13 Nomor 2 (Oktober 2020)
284
Sumiati, 1999. Pengaruh Konsentrasi Pupuk Daun Cair dan Zat Pengatur Tumbuh terhadap
pertumbuhan dan Hasil Tanaman Mentimun Jepang. UNS Press. Surakarta. Hal. 55.
Sumisari, N. dan D. Pribadi, 2003. Pertumbuhan stek cabang sungkai (Peronema canescens Jack) pada
berbagai konsentrasi zat pengatur tumbuh (GA3) dalam media cair. Jurnal Natur
Indonesia. Majalah Ilmiah Lembaga Penelitian Universitas Riau 6(1):1-2.
Syofia,I., R. Zulhida dan Muhammad Irfan. 2017. PENGARUH TINGKAT KOSENTRASI EKSTRAK
BAWANG MERAH (Allium cepaL.) TERHADAP PERTUMBUHAN STEK PUCUK BEBERAPA
JENIS JERUK ASAM (Citrussp. ). Program Studi Agroekoteknologi. Fakultas Pertanian UMSU
Medan. Agrium Vol. 20 No. 3.
Wibowo, S. 1988. Budidaya Bawang: Bawang Putih, bawang Merah, danBawang Bombay. Penebar
Swadaya. Jakarta. 201.
Wilkins, M. B. 1983. Fisiologi Tanaman. Bina Aksara. Jakarta. Hal 456.