konfigurasi dan transformasi keberagamaan...
TRANSCRIPT
KONFIGURASI DAN TRANSFORMASI KEBERAGAMAAN MANTAN ANGGOTA
HIZBUT TAHRIR INDONESIA PASCA DISAHKANNYA UNDANG-UNDANG
ORGANISASI MASYARAKAT (UU ORMAS)
Oleh:
Mahillah
Fakultas Ushuluddin Adab dan Humaniora IAIN Jember
PENDAHULUAN
Tepatpadatanggal 22 Nopember 2017 Presiden RI Ir.H. Joko Widodo secara resmi
mengesahkan Undang-undangOrganisasi Masyarakat (UU Ormas). Setelah resmi disahkan
menjadi UU maka secara otomatis menjadi konsekuensi logis akan batasan-batasan yang harus
dipatuhi oleh Ormas-ormas di Indonesia. Diantaranya yaitu larangan bagi Ormas yang
bertentangan dengan Pancasila dan UUD ’45 serta menyebarkan ajaran yang bertentangan
dengan Pancasila dan bisa mengancam kedaulatan NKRI.Disahkannya UU Ormas ini merupakan
tindak lanjut dari Perrpu Ormas yang diterbitkan pada tanggal 16 Juli 2017.
Sementara itu juru bicara HTI Ismail Yusanto mengatakan pasca dibubarkan, HTI tidak
bisa mengadakan kegiatan-kegiatan yang bersifat terbuka.Akan tetapi untuk dakwah Islam, eks
anggota HTI masih dilakukan hanya formasinya saja yang berbeda yaitu sebelum disahkannya
UU Ormas dan sesudah disahkannya UU Ormas.Karena sebagaimana yang dijelaskan oleh John
B. Thompson, yang mengatakan bahwa studi ideologi mensyaratkan kita untuk menginvestigasi
cara-cara bagaimana makna dikonstruk dan disampaikan melalui bentuk-bentuk simbol dalam
jenisnya yang bervariasi.1
Arti penting eks HTI sebagai topik penelitian ilmiah tidak terletak pada organisasinya,
karena secara hukum organisasi ini sudah tidak ada. Meskipun faktanya secara simbol atau
pemikiran keagamaan aktivitas HTI tidaklah bubar.. Keberadaan Gerakan Mahasiswa
Pembebasan (Gema Pembebasan) yang masih eksis sampai saat ini menunjukkan bahwa Hizbut
Tahrir di Indonesia masih ada, karena antara HT dan Gema Pembebasan berideologi sama.
1 John B. Thompson, Kritik Ideologi Global . ter. Haqqul Yaqin (Yogyakarta: Ircisod, 2006) 19
Sebenarnya, dibubarkannya HTI di Indonesia bukanlah sesuatu yang aneh.Karena HT
banyak dilarang di berbagai Negara seperti Mesir, Arab Saudi, Pakistan, Bangladesh, dan juga
Turki.Alasan kenapa partai ini dilarang adalah terletak pada perjuangan khilafahnya. Ideologi
khilafah adalah sebuah sistem pemerintah politik yang mesti berpihak pada hukum Islam akan
tetapi ia melampaui batas-batas bisa menggerus legitimasi pemerintahan.
HTI di Indonesia dengan mudah dibubarkan oleh pemerintah dan nyaris tidak ada gejolak
pengerahan massa yang berarti. Resiko dari bubarnya HTI di Indonesia sangat kecil, karena
ormas ini tidak memiliki kekuatan politik di parlemen.Selama HTI berada di Indonesia gerakan
ini lebih mengedepankan pemikiran dan tidak pernah melakukan kekerasan.
Kekuatan HTI lebih tampak pada pengaruh propaganda-propagandanya yang berwatak
sektarian, yang diterima di segmen masyarakat tertentu, sehingga dianggap sebagai pintu masuk
radikalisme.Didukung anggota dan simpatisan yang agresif dalam dakwahnya. Karena memang
karakteristik paling spektakuler dari gerakan fundamentalis adalah keberhasilannya dalam
memobilisasi massa, bukan dari segi jumlah tapi juga militansi.2
Tepat pada saat reformasi digulirkan tahun 1998, kelompok Islam radikal (HTI) inilah
yang secara langsung turut pula mengambil hikmahnya. Betapa mereka secara leluasa bisa
berkampanye menyuarakan keinginannya untuk menegakkan syariat Islam, membentuk Negara
Islam, menolak dalil demokrasi tanpa ada rasa takut sekalipun akan dituduh subversib dan
dipenjara.3
Krisis multidimensi yang terjadi di Indonesia menjadi lahan subur bagi tumbuhnya
gerakan radikalisme Islam.Karena radikalisme Islam banyak dilahirkan dari gerakan
kemerdekaan dan penjajahan, seperti Sudan dan Libya.Situasi politik yang masih carut-marut di
Indonesia juga melahirkan beragam model solusi yang ditawarkan oleh pergerakan-pergerakan
pemikir Muslim di Indonesia.
Generasi akan mencerminkan suatu tipologi kehidupan masyarakat, pola kepemimpinan,
titik perhatian dan ide-ide yang mendasari, sehingga suatu paradigma yang menyatukan dan
menggerakkan sekelompok masyarakat. Regenerasi, selanjutnya akan merupakan produk
pergulatan di dalam suatu situasi sejarah tertentu. Suatu situasi sejarah melahirkan generasi
2 M. Imdadun Rahmat, Arus Baru Islam Radikal:Transmisi Revivalisme Islam Timur Tengah ke Indonesia(Jakarta:
Erlangga, 2005) 8-9 3 Zuly Qodir,Sejarah Demokratik : Pemberlakuan Syariah Islam di Indonesia (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004) 79-
80
dengan misi, pola kehidupan, ide perjuangan, dan tipologi kepemimpinan yang berbeda antara
satu dengan generasi yang lainnya.4Pola hubungan mata-rantai yang membingkai sejarah itu
sebagian bersifat linier bagaikan jalan tol yang lurus dengan jembatan yang kokoh-kuat.
Sebagian berpola bagaikan garis patah-patah bagaikan jurang dan ngarai yang menghubungkan
bukit dengan bukit yang lain. Sebagian lainnya berpola spiral bagaikan bukit dengan lembah
yang landau atau sebaliknya. Secara niscaya, sejarah akan terus-menerus berubah dan
berkembang. Sebagian berlangsung secara evolutifbagaikan langkah perjalanan penuh kepastian
dan lainnya melalui proses revolusi yang penuh kekerasan.5
Bertolak dari sinilah kami berusaha menemukan varian-varian baru atau konfigurasi
keberagamaan dari mantan anggota HTI setelah organisasi ini dilarang oleh pemerintah. Untuk
pola gerakan atau metode dakwah mantan anggota HTI tentu mengalami transformasi, sisi ini
juga akan kami teliti.
KAJIAN IDEOLOGI GERAKAN ISLAM FUNDAMENTALIS
Pengertian dan karakteristik fundamentalisme
Dilihat dari akar munculnya istilah fundamentalisme, al-Asymawi dalam buku al-Islam
al-Siyasi,6 mengatakan bahwa istilah fundamentalisme awalnya berarti umat Kristen yang
berusaha kembali ke asas ajaran Kristen yang pertama. Term ini kemudian berkembang, lalu
disebarkan pada setiap aliran yang keras dan rigid dalam menganut dan menjalankan ajaran
formal agama, serta ekstrem dan radikal dalam berfikir dan bertindak.
Fenomena fundamentalisme agama menjadi ancaman sangat serius bagi masyarakat
modern.Dan fundamentalisme agama muncul dengan corak yang diperkuat melalui simbol-
simbol agama yang bagi kalangan fundamentalis, tidak hanya menjadi identitas, tetapi lebih dari
itu, simbol resistensi dan perlawanan.7
Istilah fundamentalisme digunakan untuk mengeneralisir varian gerakan Islam yang
mengenalkan jargon “kembali kepada Islam” / “kebangkitan Islam”.Islam di Indonesia pun tidak
luput dari fenomena munculnya berbagai bentuk pengamalan ajaran agama Islam secara totalitas,
atau yang biasa disebut Islam Kaffah. Salah satu watak dari beragama kaum fundamentalis,
4 Abdul Munir Mulkhan, Ideologisasi Gerakan Dakwah (Yogyakarta: Sipress,1996) 38
5 Ibid
6 M. Said al-Asymawi, Al-Islam al-Siyasi (Kairo: Sina li Nasyr,1987) 119
7 Ibid., 129
sebagaimana yang dikutip oleh Azyumardi Azra, adalah cara beragama yang memegang teguuh
ajaran agama dalam bentuknya yang kaku (rigid) dan cara penafsirkan ajaran agama secara
harfiah (tekstual).8
Sebenarnya, watak Islam fundamentalis telah ada sejak pra-modern, dimana kelompok
Khawarij yang merupakan cikal-bakal dari munculnya kelompok Islam fundamentalis, dan
senantiasa akan menjadi blue print bagi gerakan Islam fundamentalis sepanjang sejarah. Prinsip
beragama “la hukma illa Allah” (tidak ada hukum kecuali hukum Allah) yang menjadi slogan
kaum Khawarij tidak pernah luntur dan diwarisi oleh generasi Muslim fundamentalis saat ini.
Gerakan Wahhabi, yang dinahkodai oleh Muhammad bin Abdul Wahab (1703-1792 M)
menjadi penyebab munculnya gerakan fundamentalisme Islam periode modern. Gerakan ini
melakukan pemurnian ajaran agama (purifikasi) Islam.Purifikasi yang dilakukan oleh gerakan ini
disebabkan karena banyaknya praktik-praktik bid’ah, khurafat, takhayul dan yang lainnya.
Ajaran Wahhabi juga yang menjadi spirit Gerakan Paderi di Minangkabau.
Dalam perkembangan berikutnya, gerakan Islam fundamentalis menemukan
momentumnya ketika Hasan al-Banna mendirikan Ikhwanul Muslimin (IM) tahun 1982 di
Mesir.IM bahkan menjadi representasi gerakan Islam fundamentalis di banyak Negara
Islam.Ideology IM dirumuskan oleh Hasan al-Banna menjadi ideologi yang mampu menjadikan
Islam sebagai ideologi yang sempurna dalam kehidupan politik dan kemasyarakatan.Maka dari
itu, IM menjelma menjadi organisasi politik Islam yang yang patut diperhitungkan di Mesir, dan
tersebar di berbagai Negara.
Diantara pengikut IM, adalah Taqiyuddin an-Nabhani9 yang merintis gerakan IM di
Syam.An-Nabhani sendiri adalah pendiri sekaligus pemimpin pertama Hizbut Tahrir
(HT).Melalui HT inilah an-Nabhani menuangkan pemikiran politiknya.
Tren gerakan fundamentalisme Islam saat ini lebih berpatokan pada pencarian legalitas
syari’ah, dari pada analisis realitas.Dalam melihat permasalahan lebih mengutamakan metode
deduktif, yaitu mendasarkan pada penafsiran teks-teks agama, bukan metode induktif yang
8 Azyumardi Azra, Pergolakan Politik Islam: dari Fundamentalisme, Modernisme Hingga Post-Modernisme
(Jakarta:Paramadina, 1996) 107-108 9Keanggotaan an-Nabhani di IM ditolak oleh Abdul Aziz al-Khayat salah seorang anggota terkemuka IM.
membutuhkan pengumpulan dan pengklasifikasian data riil.10
HTI terbukti memenuhi kriteria
sebagai gerakan Islam fundamentalis.
Hizbut Tahrir: manifestasi gerakan Islam fundamentalis
HTI dengan konsep khilafahnya adalah salah satu bentuk pemahaman keagamaan yang
bersifat “legalisme-formalisme”.Istilah “legalisme-formalisme” secara etimologis berarti paham
yang menganut adanya kesesuaian dengan peraturan, undang-undang atau hukum
(syari’at).Paham ini lebih mementingkan bentuk daripada isi; mengharuskan konsep tentang
Negara dengan simbolisme keagamaan.Dalam konteks politik, pengikut HTI menginginkan
untuk menerapkan syari’ah secara langsung sebagai konstitusi Negara.Sebagian besar dari
mereka, sangat idealis dan sangat ingin mengabdi kepada agama dan masyarakat. Mereka adalah
orang-orang yang sadar akan kemiskinan dan korupsi, ketidakadilan dan maksiat di masyarakat
sekitarnya.
Ideologi khilafah bagi pengikut Hizbut Tahrir diyakini sangat relevan sebagai solusi
masalah-masalah sosial saat ini. Mereka tahu, seperti sering diulang-ulang tokoh-tokoh Islam,
bahwa Islam tidak membenarkan sekularisme; bahwa masalah agama dan politik tidak bisa
dipisahkan.Tetapi mereka kecewa melihat bahwa kebanyakan tokoh-tokoh tadi senantiasa siap
berkompromi dalam menghadapi masalah politik dan social11
.Para ulama tidak memberi
penjelasan yang memuaskan tentang sebab-sebab yang semua penyakit sosial tadi, apalagi
memberikan jalan keluar yang kongkrit dan jelas.Hal-hal yang diceramahkan dan dikhotbahkan
oleh kebanyakan ulama terlalu jauh dari realitas yang dihadapi generasi muda (aktivis HT adalah
kebanyakan kaum muda).
Umumnya para aktivis HT menganggap bahwa seharusnya Islam mempunyai jawaban
yang sederhana, jelas, dan kongkret atas semua permasalahan (inilah intens khas gerakan radikal
Islam). Orang yang mengatakan bahwa permasalahannya tidak sesederhana itu, bahwa dalam
sikap Islam juga ada segala macam pertimbangan dan bahwa jawaban yang keras dan tegas
belum tentu yang paling benar, dianggap tidak konsisten atau malah pengkhianat terhadap agama
10
Zuly Qodir, Syari’ah Demokratik : Pemberlakuan Syari’ah Islam di Indonesia (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004) 43 11
Syamsul Arifin, Ideologi dan Praksis Gerakan Sosial Kaum Fundamentalis (Malang: UMM Press, 2010) 247
yang murni. Tidak mengherankankalau kritik dan serangan dari gerakan radikal terhadap ulama
“ortodoks” kadang-kadang lebih keras dari pada terhadap para koruptor dan penindas.
Sebagaimana yang dikatakan oleh Muhammad Abid al-Jabiri, menurutnya musuh
bebuyutan Islam radikal/ ekstrem adalah kelompok yang paling dekat dengannya, yakni Islam
moderat.Al-jabiri menunjukkan juga menunjukkan perbedaan antara gerakan Islam ekstrem
dimasa kontemperer ini dengan yang ada dimasa lalu.Jika gerakan-gerakan ekstremis masa lalu
mempraktikkan ekstremisme pada tatanan aqidah, maka gerakan-gerakan ekstremis masa
kontemporer menjalankannya pada tataran syari’ah dengan melawan mazhab-mazhab
moderat.12
Muhammad Sa’id al-Asymawy juga menggunakan istilah ekstremisme untuk
menggambarkan gerakan suatu kelompok untuk merebut kekuasaan dengan menunggangi isu-isu
agama.Disebutkan oleh Al-Asymawi, bahwa faktor yang paling menonjol dari kemunculan
ekstremisme Islam adalah krisis kepercayaan kepada lembaga-lembaga Negara, lembaga agama
dan juga lembaga politik.Wacana ekstremisme Islam memudahkan mereka untuk menyusupkan
isu-isunya sebagai alat untuk merebut kekuasaan dan membangkan pada hukum.Sebenarnya
faktor utama dalam gerakan ini adalah kekuasaan.13
Fokus perjuangan HTadalah membebaskan kaum muslimin dari keterbelakangan,
penindasan dan ketidakadilan.HT adalah partai politik yang konsisten memperjuangkan syariat
Islam di bawah naungan Khilafah Islamiyah.Dalam pengamatan an-Nabhani, gerakan
kebangkitan Islam yang ada sebelumnya belum bisa membebaskan kaum muslimin dari
kemunduran maupun penderitaan14
.
Setidaknya ada tiga penyebab kemunduran kaum muslimin, pertama, umat Islam dalam
mempelajari Islam menggunakan metode yang bertentangan dengan metode yang digariskan
Islam.Kedua, Barat sudah menguasai kaum muslimin di tiap lini hidupnya.Ketiga, runtuhnya
daulah Islamiyah, berakhirnya kekhalifahan Turki Utsmani sehingga berakhir pula sistem politik
Islam15
. Ketiga persolan ini akan terjawab jika kehidupan islami dilanjutkan kembali. Maka
didirikanlah HT, suatu partai politik yang berideologi Islam.
Adapun Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) adalah secara resmi merupakan cabang dari
Hizbut Tahrir cabang internasional yang berpusat di Yordania. HT masuk ke Indonesia tidak lain
12
Ekstremisme Islam pada periode awal sejarah Islam terdapat pada sekte Khawarij. Lihat Muhammad Abid Al-jabiri, Agama, Negara, dan Penerapan Syari’ah (Yogyakarta: Pustaka, 2001) 139-149 13
Muhammad Sa’id Al-Asymawi, Nalar Kritis Syari’ah (Yogyakarta:Elkis,2004) 14
Ainur Rofiq Al-Amin, Khilafah HTI dalam Timbangan (Jakarta: Pustaka Harakatuna, 2017) 46 15
Taqiyuddin an-Nabhani,al-Takattul al-Hizbi, (tt, Hizbut Tahrir, 2001) 6
ditransmisikan oleh aktivis Hizbut Tahrir Libanon, Abdurrahman al-Baghdadi dan Muhammad
Musthofa, seorang alumnus perguruan tinggi di Yordania16
. Merekalah yang memperkenalkan
pemikiran Hizbut Tahrir dan ikut serta menyebarkan di kalangan dakwah kampus.Dari sini, para
mahasiswa yang aktif di kajian Hizbut Tahrir mendirikan Gerakan Mahasiswa Pembebasan
(GEMA Pembebasan).
Mayoritas aktivis HTI banyak didominasi oleh “santri baru” yaitu kalangan yang baru
mempelajari Islam lewat halaqah-halaqah.Jarang ditemui aktivis HTI yang berasal dari kalangan
pesantren. Kalangan santri sudah dibudayakan dalam tradisi sunni yang akomodatif. Sedangkan
“santri baru” ini sering cenderung mencari ajaran yang “murni”, sederhana dan tegas, tanpa
memperhatikan situasi dan kondisi.
Perkembangan HT di Indonesia cukup pesat, terutama di kampus-kampus umum.Gerakan
ini menemukan momentum perkembangannya ketika rezim Orde Baru tumbang, karena ide
khilafah disampaikan secara agresif dan terang-terangan, tidak seperti sewaktu zaman Orba.Para
anggota ataupun simpatisan HTI dikenal sangat militan dalam penerapkan ajaran Islam. Para
muslimah HTI mudah dikenali dari model busana muslim yang dikenakan, maka amat mudah
memperkirakan jumlah mereka di suatu kampus. Para aktivis HTI sangat agresif dalam dakwah
mereka dalam mengajak “berjuang” menegakkan Khilafah Islamiyah.HT juga terbukti cukup
mudah memobolisasi anggotanya, sehingga dalam setiap kegiatan tidak pernah sepi.Mereka rajin
mengadakan diskusi maupun seminar tentang khilafah. Bulletin Al-islam secara rutin disebar
setiap pecan. Tabloid Media Ummat dan majalah al-Wa’ie menjadi sarana dakwah HTI.Dalam
setiap tulisan maupun caramahnya, aktivis HTI selalu “memprovokasi” masyarakat untuk ikut
berjuang menerapkan syari’at Islam dalam naungan Khilafah Islamiyah.
Model dakwah serta materi dakwah aktivis HTI pada umumnya mempunyai pandangan
yang keras mengenai Khilafah Islamiyah.Aktivitas dakwah inilah yang bagi sebagian besar kaum
muslimin di Indonesia dianggap menggelisahkan.Pernyataan-pernyataan HT tentang persoalan-
persoalan keagamaan biasanya searah dan kaku. Akibatnya, keberadaan HTI di Indonesia tidak
terlalu relevan dengan kaum muslimin di Indonesia, bahkan dianggap “musuh”, karena
menggangu kedaulatan Negara. Kalimat terakhir inilah yang menjadi sebab lahirnya UU Ormas
16
M. Imdadun Rahmat, Arus Baru Islam Radikal:Transmisi Revivalisme Islam Timur Tengah ke Indonesia (Jakarta: Erlangga, 2005) 72
yang menjadi dasar hukum dibubarkannya HTI, meskipun tidak semua fraksi di DPR RI
menyetujuinya.
Dibubarkannya HTI sebenarnya sudah diprediksi, sebagaimana yang pernah ditulis oleh
Azra, menurutnya gerakan Islam fundamentalis dan ekstremis tidak cocok hidup dan
berkembang di Indonesia17
.Setidaknya ada empat alasan kenapa HTI tidak bisa diterima
mayoritas masyarakat Indonesia.Pertama, sejak awal masuk dan berkembangnya Islam di
Indonesia tidak pernah mengalami ekstremisme sebagaimana yang sering terjadi di Timur
Tengah.Kedua, kaum muslimin di Indonesia terkenal sangat akomodatif terhadap budaya bangsa
Indonesia. Maka furifikasi ataupun islam politik tidak laku di Indonesia. Ketiga, pancasila masih
relevan sebagai dasar Negara dan ideologi bangsa.Keempat, pemerintah Indonesia sangat toleran
dan tidak represif terhadap kelompok keagamaan radikal.
Dilihat dari isi UU Ormas tersebut maka bisa dipastikan Hizbut Tahrir Indonesia (HTI)
menjadi target pemerintah Indonesia untuk dibubarkan. Sebagaimana sudah kita ketahui bersama
bahwa HTI dikenal sebagai Ormas Islam yang getol mendakwahkan ideologi
Khilafah.Sedangankan bagi mayoritas bangsa Indonesia, Pancasila dan NKRI adalah harga
mati.Keberadaan HTI membuat kegentingan yang memaksa sehingga pemerintah perlu
melakukan tindakan. Dalil inilah yang yang membuat Presiden RI menandatangani Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-undang (Perppu Ormas) no. 2 tahun 2017 pada tanggal 10 Juli
2017. Perppu tersebut pengganti UU nomor 17 tahun 2013 tentang organisasi kemasyarakatan
(Ormas).
HTI menjadi bidikan perdana Perppu yang dibacakan oleh Menteri Koordinator Politik
dan Hukum dan Keamanan Wiranto pada tanggal 12 Juli 2017.Ormas yang merupakan cabang
HT Internasional itu langsung mendapat “kartu merah” setelah Kemenkumham secara resmi
mencabut status badan hukumnya seminggu kemudian.Pembubaran HTI oleh
Kemenkumhamdikarenakan kementerian ini mempunyai info valid serta dokumentasi yang
menunjukkan HTI merupakan organisasi anti Pancasila dan anti-demokrasi.18
Organisasi yang menggusung ideologi Khilafah itu dibubarkan karena dianggap
menghambat proses pembangunan nasional. HTI juga terindikasi kuat bertentangan dengan
tujuan, asas, dan ciri-ciri yang berdasarkan Pancasila dan UUD ’45 sebagaimana diatur dalam
17
Azyumardi Azra, Konteks Berteologi di Indonesia: Pengalaman Islam (Jakarta: Paramadina, 1999) 95-96 18
Sebagaimana yang ditulis Detik pada Rabu 26 Juli 2017
UU Nomor 17 tahun 2013 tentang Ormas. Aktivitas yang dilakukan HTI dinilai telah
menimbulkan benturan di masyarakat yang dapat mengancam keamanan dan ketertiban
masyarakat serta membahayakan keutuhan NKRI.Rangkaian peristiwa yang terjadi di Jawa
Timur dimana bentrok terjadi saat ada acara HTI juga persekusi terhadap pendakwah ustadz
Felix Siauw (aktivis HTI) mengindikasikan bahwa gerakan HTI dianggap membahayakan karena
bisa memicu konflik horizontal dengan Ormas lain yang pro Pancasila.Menyusul kemudian
Kemenkumham secara resmi mencabut status badan hukum HTI pada Rabu 19 Juli 2017.19
Bukan hanya dibubarkan secara administrasi, situs resmi HTI pun diblokir oleh
Kementerian Komunikasi dan Informatika. Begitu juga buletin Al-Islam yang secara rutin
beredar sepekan sekali sudah tidak bisa kita temui lagi, menyusul kemudian majalah al-Wa’ie
serta tabloid Media Umat juga distop penerbitannya. Bahkan Asman Abnur (Menteri PAN-RB)
sedang mencari dasar hukum untuk memberi sanksi kepada PNS yang menjadi anggota HTI.
Tentu tidaklah berlebihan jika HTI dibubarkan, sebab perjuangan menegakkah khilafah,
dimana khilafah ini adalah sebuah system pemerintahan politik yang mesti berpihak pada hukum
Islam, tetapi ia juga melampaui batas-batas Negara, bangsa, dan bahasa. Alasan inilah yang
dianggap bisa menggerus legitimasi pemerintahan. Saat badan hukum dicabut secara resmi oleh
pemerintahan, ternyata HTI sama sekali tidak melakukan perlawanan dengan kekerasan. Karena
memang pembubaran HTI resikonya kecil, hal ini disebabkan karena HTI tidak memiliki
kekuatan politik di parlemen, gerakan lebih pada pemikiran, serta tidak pernah menggunakan
kekerasan.
Konfigurasi keberagamaan eks anggota HTI
Konfigurasi adalah bentuk, wujud (untuk menggambarkan orang atau
benda.Konfigurasi keberagamaan adalah munculnya karakteristik tertentu dalam ideologi serta
ajaran, yaitu ideologi khilafah dan turunannya.Disahkannya UU Ormas di Indonesia menjadi
salah satu faktor yang yang bisa merubah tatanan keberagamaan dan sosial masyarakat,
khususnya anggota HTI.Aktivis HTI yang sebelumnya dikenal agresif dalam mengkampanyekan
ideologi Islam (khilafah) dengan sangat terpaksa harus menanggalkan segala atribut keanggotaan
HTI dan tidak melakukan aktivitas out door yang berkaitan dengan ideologi khilafah.UU Ormas
19
Setidaknya ada dua alasan kenapa HTI dibubarkan secara tiba-tiba (sebagaimana diungkap oleh staf Kemenkumham) tanpa melalui proses hukum atau peringatan. pertama, pemerintah merasa telah cukup bukti bahwa HTI menyebarkan ideologi anti Pancasila. Kedua, ada celah hukum dalam UU nomor 17 tahun 2013 tentang Ormas lantaran peringatan diberikan tidak dihitung secara komulatif, yang dianggap bisa disalahgunakan oleh HTI.
telah membelenggu kebebasan dakwah mereka.Namun kami yakin ideologi khilafah yang sudah
terdoktrin dalam keberagamaan mantan anggota HTI tidak mudah dilunturkan begitu saja.
Bisa dinyatakan bahwa ada yang substansial tidak berubah dari mantan anggota HTI dan
ada yang secara material harus dirubah. Dengan demikian dapat diambil kesimpulan bahwa
penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan konfigurasi (bentuk) pemahaman keagamaan dan
transformasi (perubahan) aktivitas keberagamaan mantan anggota HTI setelah disahkannya UU
Ormas.
“Walaupun HTI sudah dibubarkan oleh pemerintah, akan tetapi gagasan khilafah yang
diusung HT akan terus tersebar”, begitulah kira-kira yang ada di benak para eks HTI.20
Status
badan hukum HTI yang sudah dicabut oleh pemerintah, tidak akan merubah apalagi
menghentikan gagasan dan dakwah HTI. Hal senada juga disampaikan oleh mantan juru bicara
(jubir) HTI Ismail Yusanto21
dan juga mantan aktivis senior HTI Rakhmat S. Labib diberbagai
ceramah mereka di Youtube.
Dibubarkannya HTI, tentu saja berimbas pada organisasi sayap HTI, yaitu Gema
Pembebasan. Gerakan kelompok mahasiswa ini mempunyai garis perjuangan yang sama dengan
HTI.22
Sebagaimana mantan aktivis HTI, ketua Gema Pembebasan Jawa Barat Indra Lesmana,
juga menyatakan bahwa seandainya Gema Pembebasan dibubarkan juga, apa yang diyakini oleh
Gema Pembebasan akan senantiasa diperjuangkan. Bagi dia, perjuangan menegakkan khilafah
itu tidak harus terkotak-kotakkan pada sebuah nama.
Sejatinya antara HTI dengan Gema Pembebasan adalah satu komando. Hal ini bisa kita
lacak dari statemen-statemen yang dikeluarkan oleh kedua organisasi ini sama. Gema
Pembebasan sendiri keberadaannya merata di seluruh kampus negeri, dan beberapa kampus
swasta terkenal23
.Saat ini kader Gema Pembebasan mencapai 60 ribu, yang tersebar di seluruh
kampus di Indonesia. Pembubaran HTI, dinilai oleh ketua umum Gema Pembebasan, Ricky
Fatammazaman sebagai bentuk kediktatoran pemerintah Joko Widodo. Menurutnya HTI
dibubarkan pemerintah disaat organisasi ini lagi berkembang cukup pesat.Lebih lanjut dia
mengatakan pemerintah Indonesia dinilai paranoid akibat gempuran dari dakwah HTI tentang
20
Sebagaimana pernyataan Muhammad Kholil Ridwan, dosen Teknik Fisika UGM kepada BBC News Indonesia pada tanggal 21 Juli 2017 21
Dikalangan eks HTI, Ismail Yusanto tetap dianggap sebagai jubir HTI.Wawancara dengan mantan aktivis HTI. 22
Awalnya para aktivis HTI menolak jika Gema Pembebasan dikaitkan dengan HTI.Penulis melakukan wawancara dengan aktivis HTI dan juga Gema Pembebasan di Surabaya pada tahun 2007. 23
Sebagaimana yang disampaikan oleh Ricky Fatammazaman kepada CNN Indonesia.com pada 17 Agustus 2017
khilafah yang terus meluas.24
Bagaimanapun pemerintah tidak bisa menghakimi pemikiran HTI.
Jika pemerintah melakukan sweeping terhadap literatur yang berkaitan dengan HT, itu sama
artinya pemerintah menvonis orang yang berfikir dan mengkaji ajaran khilafah sebagai perilaku
kriminal.
Buku-buku tentang HT masih beredar di pasaran, juga tersedia buku dalam bentuk digital
yang bisa diakses oleh siapapun25
.Hal ini tentu saja memberikan peluang bagi munculnya
permasalahan, yaitu menculnya generasi baru para pejuang khilafah. Jika ideologi HT dipelajari,
secara otomatis akan dihadapkan dengan ideologi Pancasila. Karena salah satu watak dari cara
berfikir fundamentalis adalah mereka lebih berpatokan pada pencarian legalitas syari’ah,
daripada analisis realitas. Selain itu, mereka kerap protes dan memisahkan dari mayoritas.
Sikapnya eksklusif, berpendirian tegas tetapi juga kaku, klaim akan monopali kebenaran, dan
fanatisme.
Jawaban-jawaban yang diberikan mantan aktivis HTI sangat diplomatis jika berkaitan
dengan ide perjuangan khilafah setelah ormas mereka dibubarkan.Jawaban mereka selalu
berputar pada masalah, dakwah amar ma’ruf nahi munkar, hidup sesuai tuntunan syari’at Islam,
menuju Islam kaffah dan sebagainya.Secara keseluruhan jawaban-jawaban tersebut semua
bermuara pada satu tujuan, yaitu tegaknya khilafah Islamiyah.
Dari uraian di atas dapat dianalisis bahwa, ide perjuangan mereka tetap sama, tegaknya
khilafah Islamiyah. UU Ormas sama sekali tidak merubah pemahaman keberagamaan mereka.
Apa yang dilakukan pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla, sama seperti yang pernah
dilakukan oleh rezim ORBA dalam mengatur dan mengatasi konflik ideologi kebangsaan dan
kenegaraan. Caranya yaitu, sama-sama menempatkan kehidupan politik dalam kerangka
pembangunan (Emmerson, dalam Jackson dan Lucian W. Pye, 1978).
Pemerintah telah melakukan deideologisasi, yaitu sebuah system pengendalian konflik
yang disebabkan oleh pertentangan atau perlawanan ideologis. Selanjutnya setiap potensi konflik
yang bersumber pada sentimen ideologis akan diredam dengan berbagai upaya, sehingga ada
satu sistem ideology kebangsaan, artinya pancasila sebagai asas tunggal26
.
24
Ibid., 25
Wawancara dengan Owwin, mantan aktivis HTI Jakarta pada tanggal 17 Februari 2018 26
Abdul Munir Mulkhan, Ideologisasi Gerakan Dakwah (Yogyakarta: Sipress, 1996) 39
Transformasi keberagamaan eks anggota HTI
Ketika HT mulai masuk ke Indonesia, situasi Negara sama dengan kondisi saat ini.
Rezim Orba yang sangat represif dengan segala aktivitas gerakan yang sifatnya melawan
ideology pancasila akan dibabat habis. Tahun 1982 HTI sebenarnya sudah ada, tentu saja pola
gerakan mereka sangat rahasia.Bisa jadi, model dakwah yang mereka pakai saat ini meniru pola-
pola yang dipakai ketika zaman Orba.
Saat ini, perwakilan HTI di seluruh wilayah di Indonesia sudah tidak ada, begitu yang
disampaikan Owwin, mantan aktivis HTI Jakarta.Meskipun dia, masih menyebut Ismail Yusanto
sebagai jubir eks HTI.Dan memang setiap ada permasalahan yang menyangkut HTI dia yang
memberi penjelasan atau klarifikasi.Misalnya saja saat terjadi pembakaran bendera tauhid oleh
oknum Banser.
Metode dakwah eks HTI mengalami perubahan antara sebelum dan sesudah terbitnya UU
Ormas. Pola penyampaian dakwah yang agresif dan cenderung “menteror” pemahaman
keagamaan kelompok di luar kelompoknya sekarang sudah tidak tampak lagi. Ide-ide khilafah
hanya disampaikan di acara in door dan peserta hanya terbatas.Gaya dakwah disampaikan
dengan rahasia. HTI namanya memang sudah dihapus dari daftar nama-nama ormas di
Indonesia, akan tetapi ide khilafah tak pernah padam dari hati para eks HTI. Dalam setiap
kesempatan, eks HTI tidak pernah lagi menyebut kata-kata khilafah atau khilafah
islamiyah.Karena untuk saat ini kata-kata tersebut dianggap momok bagi sebagian orang karena
dianggap bisa menganggu keutuhan bangsa.
Bulletin Al-Islam yang sudah tidak terbit lagi kini hadir dengan nama yang baru. Bulletin
Kaffah, secara substansi sama dengan bulletin Al-Islam, hanya beda penampilan juga nama.
Kiranya perlu kita sadari, bahwa sebenarnya setiap proses sejarah sering terjadi
penyimpangan terhadap arus perjalanan sejarah. Lahirnya HTI di awal Reformasi yang bersifat
eksklusif dan juga kritis terhadap pemerintahan tampaknya juga menjadi hukum sejarah. Dan
juga menjadi tanda bahwa akan terus muncul ketegangan baru antara pemerintah dan komunitas
Muslim “sektarian” mungkin dengan nama yang berbeda tapi tetap dengan isu yang sama.
Ketika terjadi kasus pembakaran “bendera tauhid”, seolah eks HTI mendapatkan
“berkah” dari peristiwa tersebut.Ismail Yusanto dalam berbagai kesempatan berujar, bahwa
inilah saatnya mengenalkan bendera tauhid kepada masyarakat awam.Karena bendera tauhid
adalah lambang persatuan umat Islam di bawah satu panji Rasulullah, dan dia menegaskan
bahwa itu bukan bendera HTI, HTI tidak punya bendera.Peristiwa ini menyebabkan gelombang
demonstrasi besar-besaran.
Di Indonesia ada kecenderungan untuk melihat gerakan sempalan (Islam fundamentalis)
sebagai ancaman terhadap stabilitas dan keamanan, dan berusaha dihabisi keberadaannya, maka
akhirnya sulit untuk membedakan antara gerakan sempalan dan gerakan terlarang atau oposisi
politik.27
Perbedaan sikap pemerintah dengan eks HTI seolah tidak bisa bertemu.Perlu dirumuskan
formula yang tepat agar ada titik temu antara penggusung ide khilafah dengan pemerintah
Republik Indonesia.Hal ini dimaksudkan agar tidak ada lagi ketegangan antara ide perjuangan
Islam dan sistem politik nasional. Perjuangan menegakkah khilafah yang dianggap mulia oleh
HT secara diametral ditolak oleh bangsa Indonesia dan dianggap sebagai penghambat proses
integrasi nasional.
PENUTUP
Secara kuantitatif, keberadaan Islam di Indonesia sering menjadi kekuatan menentukan
terhadap kelompok lainnya. Hal ini setidaknya terlihat dari distribusi kekuatan Islam, baik
secara kultural maupun structural di berbagai lini kehidupan bangsa Indonesia. Dengan kata lain,
kekuatan kuantitatif ini pada gilirannya memberikan banyak wajah Islam di Indonesia. Wajah
Islam tampil dengan berbagai coraknya seperti bersifat humanis, literal, liberal, dan juga
fundamentalis. Kekuatan-kekuatan Islam tersebut harusnya dipahami sebagai gejala
keberagamaan umat Islam yang merupakan khazanah yang harus dipertahankan, sejauh tidak
membuat situasi chaos.
Perlu disadari bahwa dalam setiap proses sejarah sering terjadi penyimpangan terhadap
arus utama perjalanan historis. Ini adalah hukum sejarah, sehingga sejarah merupakan kisah
dinamis yang terus menerus berusaha menemukan jati dirinya. Setiap rezim pasti akan
menemukan ketegangan, antara kepemimpinan populis dan elitis.
27
Asep Gunawan (ed), Artikulasi Islam Kultural: Dari Tahapan Moral ke Periode Sejarah (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004)
DAFTAR PUSTAKA
Thompson, John B.Kritik Ideologi Global .ter. Haqqul Yaqin. Yogyakarta: Ircisod, 2006.
Rahmad,M. Imdadun, Arus Baru Islam Radikal:Transmisi Revivalisme Islam Timur Tengah ke
Indonesia, Jakarta: Erlangga, 2005.
Qodir, Zuly,SyariahDemokratik : Pemberlakuan Syariah Islam di IndonesiaYogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2004.
Mulkhan, Abdul Munir, Ideologisasi Gerakan Dakwah, Yogyakarta: Sipress,1996
Al-Asymawi, M. Said.Al-Islam al-Siyasi, Kairo: Sina li Nasyr,1987.
Azra, Azyumardi, Pergolakan Politik Islam: dari Fundamentalisme, Modernisme Hingga Post-
Modernisme, Jakarta:Paramadina, 1996.
Al-Jabiri, Muhammad Abid.Agama, Negara, dan Penerapan Syari’ahYogyakarta: Pustaka,
2001.
Al-Asymawi, Muhammad Sa’id.Nalar Kritis Syari’ah, Yogyakarta: Elkis,2004.
An-Nabhani,Taqiyuddin al-Takattul al-Hizbi, tt, Hizbut Tahrir, 2001.
Azra, Azyumardi.Konteks Berteologi di Indonesia: Pengalaman Islam, Jakarta: Paramadina,
1999.
Gunawan, Asep,Artikulasi Islam Kultural: Dari Tahapan Moral ke Periode Sejarah, Jakarta:
Raja Grafindo Persada, 2004.
Arifin, Syamsul.Ideologi dan Praksis Gerakan Sosial Kaum Fundamentalis Malang: UMM
Press, 2010.
Al-Amin,AinurRofiq.Khilafah HTI dalam Timbangan.Jakarta: Pustaka Harakatuna, 2017.