klasifikasi tanah (ayu)
DESCRIPTION
tambangTRANSCRIPT
KLASIFIKASI TANAH
Klasifikasi tanah adalah ilmu yang mempelajari cara-cara membedakan sifat-sifat
tanah satu sama lain, dan mengelompokkan tanah ke dalam kelas-kelas tertentu
berdasarkan atas kesamaan sifat yang dimiliki. Dalam mengelompokkan tanah
diperlukan sifat dan ciri tanah yang dapat diamati di lapangan dan di laboratorium.
Sumberdaya lahan mencakup dua pengertian yaitu: Sumberdaya dapat diartikan sesuatu
benda/bahan yang dapat dieksploitasi dan dimanfaatkan oleh manusia untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya. Sumberdaya dapat berkonotasi waktu, tempat dan ekonomi.
Sedangkan lahan (dari bahasa Sunda) = land, adalah bagian bentang alam (landscape)
yang mencakup pengertian tanah, lingkungan fisik termasuk iklim, topografi/relief,
hidrologi dan vegetasi yang menutupinya, yang semuanya secara potensial akan
berpengaruh terhadap penggunaan lahan.
Degradasi lahan dapat diartikan sebagai kemerosotan/penurunan kualitas lahan
dan produktivitas potensial/daya dukung dari sebidang lahan yang bersangkutan baik
secara alami maupun akibat campur tangan manusia sehingga tidak dapat berdayaguna
secara maksimal dan lestari. Terjadinya degradasi lahan secara ekstrim akan dapat
menyebabkan lahan tidak dapat berproduksi sama sekali baik secara alami maupun
dengan pengelolaan. Besarnya variasi faktor-faktor penyebab terjadinya degradasi lahan
menyebabkan degradasi lahan mengalami perkembangan fase-fase yang menunjukkan
tingkat keparahannya sebelum mencapai suatu keadaan yang ekstrim (lahan kritis).
Tingkat kerusakan akibat degradasi lahan dapat digolongkan rendah, sedang dan tinggi.
Semakin tinggi tingkat kerusakan, maka produktivitas/daya dukungnya akan semakin
rendah, dan akan mengurangi intensitas penggunaannya serta hilangnya produksi jangka
panjang. Apabila intensitas kerusakannnya sangat tinggi (ekstrim) maka lahan tersebut
akan dapat berubah menjadi lahan kritis.
Degradasi tanah/lahan dapat dikelompokkan ke dalam dua macam yaitu degradasi
alami dan degradasi dipercepat. Degradasi secara alami memang terus terjadi dari masa
lampau hingga saat ini. Degradasi alami terjadi akibat adanya proses denudasi yang
biasanya meninggalkan sisa dalam bentuk permukaan sisa erosi atau dataran aluvial
yang luas dalam bentuk landform dataran banjir, adanya bukit-bikit sisa dan
sebagainya. Degradasi dipercepat adalah degradasi yang proses berlangsungnya cepat,
yang umumnya disebabkan oleh adanya campur tangan manusia yang dalam
pengelolaannya tidak mentaati kaidah konservasi. Dengan melihat kenyataan yang telah
diuraikan di atas, maka degradasi lahan di Indonesia tergolong permasalahan yang
cukup serius dan perlu ditanggulangi sedini mungkin. Ada sebuah pemeo mengatakan
bahwa tanah/lahan yang kita tempati/kelola saat ini adalah bukan milik kita, tapi
warisan untuk anak cucu kita, sehingga bagaimana kita harus merawatnya dengan baik
untuk anak cucu kita.
Sifat dan ciri tanah yang dapat dipelajari dan diamati di lapangan dinamakan
Morfologi Tanah. Pengamatan Morfologi Tanah dilakukan pada profil tanah. Beberapa
sifat morfologi antara lain : warna, struktur, tekstur, tebal horison, batas horison, pH
tanah, konsistensi dan lain-lain.
Hasil klasifikasi tanah berupa jenis-jenis tanah atau klas-klas tanah yang
mencantumkan nama-nama tanah pada berbagai kategori. Selanjutnya hasil tersebut
dipetakan agar diketahui penyebaran dari masing-masing jenis tanah tersebut, sehingga
diperlukan teknik survei tanah yang menghasilkan peta tanah yang baik.
Tanah yang Diklasifikasikan
Tanah yang diklasifikasikan menurut Soil Survey Staff (1990) didefinisikan
sebagai kumpulan benda-benda alam yang terdapat di permukaan bumi, setempat-
setempat dimodifikasi atau bahkan dibuat oleh manusia dari bahan-bahan yang
berasal dari tanah, mengandung jasad hidup dan mendukung atau mampu
mendukung tanaman atau tumbuh- tumbuhan yang hidup di alam terbuka.
Definisi tanah di atas menunjukkan bahwa tanah tersebut tidak saja tanah yang
terbentuk secara alami, tetapi juga tanah-tanah yang terbentuk karena modifikasi
manusia. Biasanya tanah tersebut mengandung horison-horison (lapisan-lapisan).
Batas atas tanah adalah udara atau air dangkal. Pada bagian-bagian pinggir,
tanah secara berangsur-angsur beralih ke air yang dalam atau ke area tandus batuan
atau hamparan es. Sedangkan batas bawahnya sampai kebahan bukan-tanah yang
barang kali paling sulit didefinisikan. Tanah mencakup horison-horison dekat
permukaan tanah yang berbeda dari batuan di bawahnya, sebagai hasil interaksi
iklim, jasad hidup, bahan induk, dan relief atau topografi, melalui waktu
pembentukannya.
Sumber:
http://id.wikipedia.org/wiki/Pedologi
19.31
Klasifikasi Tanah Alami : Didasarkan atas sifat tanah yang dimiliki tanpa
menghubungkan dengan tujuan penggunaan tanah tersebut.
Klasifikasi Tanah Teknis : Didasarkan pada sifat-sifat tanah yang mempengaruhi
kemampuan tanah untuk penggunaan-penggunaan tertentu.
Sistem Klasifikasi Tanah yang ideal mampu mengelompokkan tanah dalam satu kelas
yaitu :
1.Isogenus : Tanah yang mempunyai genesis sama
2.Isomorf : Tanah yang mempunyai kenampakan yg sama
3. Isofungsi: Tanah yang mempunyai fungsi sama dlm lingk.
4.Isotropik : Tanah yang mempunyai lokasi yg sama
Pada awalnya jenis tanah dikalsifikasikan berdasarkan prinsip zonalitas, yaitu :
Tanah zonal, yakni tanah dengan faktor pembentuk tanah berupa iklim dan vegetasi,
Tanah intrazonal, yakni tanah dengan faktor pmbentuk tanah berupa faktor lokal
terutama bahan induk dan relief,
Tanah azonal, yakni tanah yang belum mennjukkan perkembangan profil dan
dianggap sebagai awal proses pembentukan tanah.
Macam – macam “Sistem Klasifikasi Tanah”
USDA = Soil Taxonomy (USDA, 1975; Soil Survey Satff, 1999; 2003)
Salah satu sistem klasifikasi tanah yang masih dipakai saat ini adalah sistem USDA
(United States Department of Agriculture) tahun 1975 atau miliknya negara
Amerika. USDA mengklasifikasikan tanah berdasarkan sifat utama dari tanah
tersebut. Ciri khas dari penamaan jenis tanahnya adalah semua berakhiran "sol".
Terdapat 10 jenis tanah menurut USDA yaitu:
1. Entisol
Yaitu tanah yang baru terbentuk dan dicirikan dengan perkembangan tanah yang
belum terlihat jelas. Tanah Entisol umumnya terdapat pada sedimen yang belum
terkonsolidasi seperti pasir dan beberapa lapisan memperlihatkan horison diatas
lapisan batuan dasar (bedrock).
2. Vertisol
Yaitu tanah yang memiliki kandungan liat yang sangat tinggi, mudah
mengembang ketika basah dan mudah mengkerut ketika kering. Tanah jenis ini
seringkali menghasilkan rekahan tanah yang cukup dalam sehingga lapisan yang
ada di permukaan masuk ke dalam rekahan tersebut.
3. Inceptisol
Yaitu tanah yang masih muda, tetapi lebih berkembang dibandingkan entisol.
Tanah ini sudah memperlihatkan adanya perlapisan dan cenderung subur.
4. Aridisol
Yaitu tanah yang terbentuk di daerah kering (arid) seperti gurun. Pembentukkan
tanah aridosol sangat lambat dengan komposisi bahan organik yang sangat
sedikit.
5. Mollisol
Yaitu tanah lunak yang memiliki horison A yang sangat tebal dan berwarna
hitam. Dalam kondisi kering tanah ini tidak keras.
6. Spodosol
Yaitu tanah yang terbentuk dari proses podsolisasi (daerah pegunungan).
Merupakan tanah yang berasal dari hutan pinus (conifer) dan deciduous yang
terdapat pada daerah beriklim sejuk/dingin.
7. Alfisol
Yaitu tanah yang mengandung alumunium dan besi yang berasal dari akumulasi
lempung dan terbentuk ketika kelembabannya cukup hangat.
8. Ultisol
Yaitu tanah yang mengalami pencucian hebat dan bersifat asam.
9. Oxisol
Yaitu tanah yang sudah tua dan memiliki kandungan oksida sangat tinggi.Tanah
ini menunjukkan batas horison yang sudah tidak jelas.
10. Histosol
Yaitu tanah yang berasal dari pelapukan tumbuhan diatasnya. Tanah ini
memiliki kandungan organik yang tinggi. Contoh dari tanah ini adalah tanah
gambut.
Klasifikasi Tanah Berdasarkan USDA Sistem ini didasarkan pada ukuran batas
dari butiran tanah seperti yang dapat dilihat pada Gambar 2.1 yaitu :
Pasir : merupakan butiran dengan diameter 2,0 – 0,05 mm
Lanau : merupakan butiran dengan diameter 0,05 – 0,002 mm
Lempung : merupakan butiran dengan diameter lebih kecil dari 0,002 mm
Untuk pemadatan, harus dilakukan dengan sebaiknya karena pemadatan dipengaruhi
oleh : 1. Kadar air tanah 2. Jenis tanah 3. Energi pemadatan.
Sumber:
Djauhari Noor. 2009. Geomorfologi
Hardjowigeno, S. 1992. Ilmu Tanah
AASTHO
Klasifikasi AASHTO yang sekarang digunakan dapat dilihat pada tabel 3.2.
Dalam sistem ini, tanah diklasifikasikan ke dalam 7 (tujuh) kelompok besar, yaitu :
A-1 sampai dengan A-7.
Tanah-tanah yang diklasifikasikan dalam kelompok A-1, A-2 dan A-3
merupakan tanah-tanah berbutir kasar dimana 35 % atau kurang butir-butir tersebut
melalui ayakan No. 200.
Tanah-tanah dimana 35 % atau lebih yang melalui ayakan No. 200
diklasifikasikan dalam kelompok A-4, A-5, A-6 dan A-7. Pada umumnya tanah-
tanah ini adalah lumpur dan lempung.
Klasifikasi sistem ini didasarkan atas kriteria-kriteria sebagai berikut :
a. Ukuran butir.
Kerikil : butiran melalui ayakan dengan lubang 75 mm dan tertinggal di
atas ayakan No. 10 dengan lubang 2 mm.
Pasir : butiran melalui ayakan No. 10 (2 mm) dan tertinggal di atas
ayakan No. 200 dengan lubang 0,074 mm.
Lumpur dan lempung : butiran melalui ayakan No. 200.
b. Plastisitas.
Berlanau, jika butiran tanah mempunyai indeks plastisitas ≤ 10. Berlempung, jika
butiran tanah mempunyai indeks plastisitas ≥ 11.
c. Batuan (bouldrs), yang ukurannya lebih besar dari 75 mm tidak digolongkan
dalam klasifikasi ini.
Apabila sistem klasifikasi AASHTO dipakai untuk mengklasifikasikan tanah,
maka data hasil uji dicocokkan dengan angka-angka yang diberikan dalam tabel 3.2
dari kolom sebelah kiri ke kolom sebelah kanan hingga ditemukan angka-angka yang
sesuai.
Untuk menilai kualitas tanah sebagai bahan subgrade jalan raya dapat ditentukan
dengan angka indeks kelompok (Group Index = GI) yang menentukan kelompok dan
sub kelompok tanah.
Indeks kelompok dapat dihitung dengan persamaan :
GI = (F – 35) [0,2 + 0,005 (LL – 40)] + 0,01 (F – 15) (PI – 10) (2.15)
keterangan :
F = persentase butir yang lolos ayakan No. 200.
LL = batas cair
PI = indeks plastisitas
Bagian pertama Persamaan (2.15) dalam hal ini :
(F – 35) [0,2 + 0,005 (LL – 40)] merupakan bagian indeks kelompok tetap batas cair.
Bagian kedua, dalam hal ini 0,01 (F – 15) (PI – 10) merupakan bagian indeks
kelompok tetap indeks plastisitas.
Berikut ini ketentuan-ketentuan untuk menentukan indeks kelompok :
a. Jika persamaan (3.1) menghasilkan harga GI negatif, maka diambil = 0.
b. Indeks kelompok yang dihitung dari Persamaan (2.15) dibulatkan ke bilangan bulat
yang terdekat, misalnya : GI = 3,40 dibulatkan menjadi = 3 dan GI = 3,50 dibulatkan
menjadi = 4 dan ditempatkan dalam tanda kurung dibelakang kelompok dan sub
kelompok tanah misalnya : A-2-6 (3). Pada umumnya makin besar nilai indeks
kelompoknya, makin kurang baik tanah tersebut untuk dipakai dalam pembangunan
jalan raya, untuk tanah-tanah di dalam sub kelompok tersebut.
c. Dalam hal ini tidak ada batas lebih tinggi untuk indeks kelompok.
d. Indeks kelompok tanah digolongkan ke dalam kelompok-kelompok A-1-a, A-1-b, A-
2-4, A-2-5 dan A-3 akan selalu nol.
e. Jika menghitung indeks kelompok untuk tanah-tanah yang tergolong dalam
kelompok-kelompok A-2-6 dan A-2-7, maka bagian indeks kelompok untuk PI dapat
digunakan persamaan :
GI = 0,01 (F-15) (PI – 10) (2.16)
Pada umumnya, kualitas tanah yang digunakan untuk bahan tanah dasar dapat
dinyatakan sebagai kebalikan dari harga indeks group.
Sumber :
http://www.google.co.id/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=5&cad=rja&ved=0CEYQFjAE&url=http
%3A%2F%2Frahmadsigit.files.wordpress.com%2F2013%2F02%2Fsistem-
klasifikasi-
aashto.doc&ei=E41zUs3NL8mNrQeHqIHQAg&usg=AFQjCNEAhB7otfkWoBM2L
a5Og-Ti2PPF0A&bvm=bv.55819444,d.bmk
19:39
http://repository.binus.ac.id/content/S0034/S003493342.pdfKL
19:41
USCS = Unified Soil Classification System
Sistem klasifikasi berdasarkan hasil-hasil percobaan laboratorium yang paling
banyak dipakai secara meluas adalah sistem klasifikasi kesatuan tanah. Percobaan
laboratorium yang dipakai adalah analisis ukuran butir dan batas-batas Atterberg.
Semua tanah diberi dua huruf penunjuk berdasarkan hasil-hasil percobaan ini. Sistem
ini mengelompokkan tanah ke dalam dua kelompok besar, yaitu :
1. Tanah berbutir kasar (coarse grained soil), yaitu : tanah kerikil dan pasir dimana
kurang dari 50 % berat total contoh tanah lolos ayakan No. 200. Simbol dari
kelompok ini dimulai dengan huruf awal G, adalah untuk kerikil (gravel) atau
tanah berkerikil dan S, adalah untuk pasir (sand) atau tanah berpasir.
2. Tanah berbutir halus (fine grained soil), yaitu : tanah dimana lebih dari 50 % berat
total contoh tanah lolos ayakan No. 200. Simbol dari kelompok ini dimulai
dengan huruf awal M untuk lanau (silt) anorganik, C untuk lempung (clay)
anorganik dan O untuk lanau-organik dan lempung-organik. Simbol PT
digunakan untuk tanah gambut (peat), muck dan tanah-tanah lain dengan kadar
organik yang tinggi.
Simbol-simbol lain yang digunakan untuk klasifikasi USCS, adalah :
W = tanah dengan gradasi baik (well graded)
P = tanah dengan gradasi buruk (poorly graded)
L = tanah dengan plastisitas rendah (low plasticity), LL < 50
H = tanah dengan plastisitas tinggi (high plasticity), LL > 50
Gambar 1.2 Diagram Plastisitas (ASTM ,Casagrande)
Tanah berbutir kasar ditandai dengan simbol kelompok seperti : GW, GP, GM,
GC, SW, SP, SM dan SC. Untuk klasifikasi yang benar, perlu diperhatikan faktor-
faktor berikut ini :
1. persentase butiran yang lolos ayakan No. 200 (ini adalah fraksi halus)
2. persentase fraksi kasar yang lolos ayakan No. 40
3. koefisien keseragaman (Cu) dan koefisien gradasi (Cc) untuk tanah dimana 0 – 12
% lolos ayakan No. 200
4. batas cair (LL) dan indeks plastisitas (IP) bagian tanah yang lolos ayakan No. 40
(untuk tanah dimana 5 % atau lebih lolos ayakan No. 200).
Bilamana persentase butiran yang lolos ayakan No. 200 adalah antara 5 sampai
12 %, symbol ganda seperti : GW-GM, GP-GM, GW-GC, GP-GC, SW-SM, SW-SC,
SP-SM dan SP-SC diperlukan, secara rinci dibarikan dalam Tabel 1.1.
Klasifikasi tanah berbutir halus dengan simbol ML, CL, OL, MH, CH dan OH
didapat dengan cara menggambar batas cair dan indeks plastisitas tanah yang
bersangkutan pada bagan plastisitas (Casagrande, 1948) yang diberikan dalam Tabel
1.1. Garis diagonal pada bagan plastisitas terdapat garis A dan U, ditunjukkan pada
Gambar 1.2 . Garis A dan U tersebut diberikan dalam persamaan :
A PI=0 , 73. ( LL−20 )
U PI =0,9 (LL – 8)
Keterangan :
PI = Plasticity Index(%)
LL = Liquid Limit(%)
Tabel 1.1 Sistem Klasifikasi USCS
Sumber :
http://www.google.co.id/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=10&cad=rja&ved=0CGIQFjAJ&url=http
%3A%2F%2Frahmadsigit.files.wordpress.com%2F2013%2F02%2Fsistem-
uscs.doc&ei=3JtzUsDiJYeCrAeF74DwDQ&usg=AFQjCNH4xRwkTq1ZV6xciMohS_
wUVu95fw
20:24
KLASIFIKASI TANAH
BENNY MAKMUR HALIM
FAKULTAS TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS KUTAI KARTANEGARA
TENGGARONG 2013