kkl fao

18
Pinus titik 1 Persyaratan Penggunaan Karakteristik Lahan Nilai Kelas Kesesuai an Lahan Aktual Usaha Perbaika n Kelas Kesesuaian Lahan Potensial Temperatur (tc) S2tc S2tc Temperatur rerata (° C) 26,9 S2 S2 Ketersediaan Air (wa) Nwa Nwa Curah Hujan (mm) 1950 N N Ketersediaan Oksigen (oa) S3oa S2oa Drainase Agak lambat S3 + S2 Media Perakaran (rc) S1 S1 Tekstur Lempung berliat S1 S1 Kedalaman tanah (cm) 50 S1 S1 Retensi Hara (nr) S1 S1 pH 6 S1 S1 Bahaya Erosi (eh) S3eh S2eh Lereng (%) 16,50 S3 + S2 Bahaya Erosi Ringan S3 + S2 Bahaya Banjir (fh) S1 S1 Genangan tanpa S1 S1 KKL Nwa Nwa Kesesuaian lahan aktual Pada titik ke-1 hasil identifikasi kesesuaian lahan menunjukkan bahwa lahan tersebut memiliki kelas kesesuaian lahan dalam kategori kelas N dengan faktor pembatas ketersediaan air. Menurut Hardjowigeno dan Widiatmaka (2007) lahan yang sesuai untuk ditanami pinus (Pinus merkusii) adalah dengan curah hujan sebesar 2.500-3.000 mm namun jika dilihat berdasarkan data curah hujan didaerah tersebut lahan tersebut tidak sesuai dengan karakteristik lahan yang dibutuhkan pinus.

Upload: gerald-siahaan

Post on 10-Dec-2015

222 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

kkl fao

TRANSCRIPT

Page 1: KKL FAO

Pinus titik 1

Persyaratan Penggunaan Karakteristik Lahan

Nilai

Kelas Kesesuaian

Lahan Aktual

Usaha Perbaikan

Kelas Kesesuaian

Lahan Potensial

Temperatur (tc) S2tc S2tcTemperatur rerata (° C) 26,9 S2 S2Ketersediaan Air (wa) Nwa NwaCurah Hujan (mm) 1950 N NKetersediaan Oksigen (oa) S3oa S2oaDrainase Agak lambat S3 + S2Media Perakaran (rc) S1 S1Tekstur Lempung berliat S1 S1Kedalaman tanah (cm) 50 S1 S1Retensi Hara (nr) S1 S1 pH 6 S1 S1Bahaya Erosi (eh) S3eh S2ehLereng (%) 16,50 S3 + S2Bahaya Erosi Ringan S3 + S2Bahaya Banjir (fh) S1 S1Genangan tanpa S1 S1KKL Nwa Nwa

Kesesuaian lahan aktual

Pada titik ke-1 hasil identifikasi kesesuaian lahan menunjukkan bahwa lahan tersebut memiliki kelas kesesuaian lahan dalam kategori kelas N dengan faktor pembatas ketersediaan air. Menurut Hardjowigeno dan Widiatmaka (2007) lahan yang sesuai untuk ditanami pinus (Pinus merkusii) adalah dengan curah hujan sebesar 2.500-3.000 mm namun jika dilihat berdasarkan data curah hujan didaerah tersebut lahan tersebut tidak sesuai dengan karakteristik lahan yang dibutuhkan pinus. Faktor pembatas inilah yang akan mengurangi produksi dan keuntungan atau lebih meningkatkan masukan yang diperlukan.

Kesesuaian lahan potensial

Kelas kesesuaian lahan potensial pada pinus tidak berbeda terhadap kelas kemampuan lahan aktual yaitu kelas N dengan faktor pembatas curah hujan. Faktor pembatas curah hujan bersifat permanen, karena apabila kita melakukan perbaikan dengan melakukan hujan buatan, biaya yang dibutuhkan sangatlah besar. Sehingga pada kesesuaian lahan potensial pinus ini masih tidak bisa diterapkan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Wood dan Dent (1983) yang menyatakan bahwa produksi pada lahan yang memiliki kelas N hanya berkisar < 40%. Sehingga dengan diterapkannya perbaikan apapun itu bentuknya, produksi pinus pada lahan ini tidak akan meningkat.

Page 2: KKL FAO

Pinus titik 2

Persyaratan Penggunaan Karakteristik Lahan

Nilai

Kelas Kesesuaian

Lahan Aktual

Usaha Perbaikan

Kelas Kesesuaian

Lahan Potensial

Temperatur (tc) S2tc S2tcTemperatur rerata (° C) 26,9 S2 S2Ketersediaan Air (wa) Nwa NwaCurah Hujan (mm) 1950 N NKetersediaan Oksigen (oa) S3oa S2oaDrainase Agak lambat S3 + S2Media Perakaran (rc) S2rc S2rcTekstur Pasir berlempung S2 S2Kedalaman tanah (cm) 50 S1 S1Retensi Hara (nr) S1 S1 pH 6 S1 S1Bahaya Erosi (eh) Neh NehLereng (%) 31,50 N NBahaya Erosi Tidak S1 S1Bahaya Banjir (fh) S1 S1Genangan Tanpa S1 S1KKL Nwa,eh Nwa,eh

Kesesuaian lahan aktual

Pada titik ke-2 hasil identifikasi kesesuaian lahan menunjukkan bahwa lahan tersebut memiliki kelas kesesuaian lahan dalam kategori kelas N dengan faktor pembatas ketersediaan air dalam kaitannya curah hujan dan bahaya erosi dalam kaitannya lereng. Hal ini sesuai dengan pendapat Hardjowigeno dan Widiatmaka (2007) yang menyatakan bahwa dengan lereng sebesar data yang kami peroleh tersebut lahan tidak sesuai dengan karakteristik lahan yang dibutuhkan pinus. Selain itu faktor pembatas curah hujan ditempat survei tidak sesuai dengan karakteristik yang dibutuhkan pinus, karena curah hujan didaerah tersebut lebih sedikit dari curah hujan yang dibutuhkan oleh pinus. Sehingga dengan kelas kesesuaian lahan N yang bersifat permanen ini tidak bisa dilakukan perbaikan.

Kesesuaian lahan Potensial

Kelas kesesuaian lahan potensial pada pinus ini sama halnya dengan kelas kesesuaian lahan aktual yaitu termasuk dalam kelas N dengan faktor pembatas curah hujan dan lereng. Faktor pembatas curah hujan merupakan faktor pembatas permanen yang sangat sulit untuk diperbaiki. Walaupun dalam hal ini terdapat beberapa teknologi canggih yang mampu membuat hujan buatan, namun hal tersebut tidak dapat diterapkan. Karena dengan cara seperti itu dibutuhkan biaya yang sangat mahal. Sehingga sangat merugikan produksi pinus itu sendiri. Selain curah hujan, terdapat faktor pembatas lainnya yaitu lereng. Pada dasarnya faktor pembatas lereng dapat diperbaiki yaitu dengan dilakukan pembuatan teras (Sukartaatmadja, 2004)

Page 3: KKL FAO

Kopi titik 3

Persyaratan Penggunaan Karakteristik Lahan

Nilai

Kelas Kesesuaian

Lahan Aktual

Usaha Perbaikan

Kelas Kesesuaian

Lahan Potensial

Temperatur (tc) Ntc NtcTemperatur rerata (° C) 26,9 N NKetersediaan Air (wa) S2wa S2waCurah Hujan (mm) 1950 S2 S2Ketersediaan Oksigen (oa) S3oa S2oaDrainase Lambat S3 + S2Media Perakaran (rc) S1 S1Tekstur Lempung berliat S1 S1Kedalaman tanah (cm) 50 S1 S1Retensi Hara (nr) S1 S1 pH 6 S1 S1Bahaya Erosi (eh) Neh NehLereng (%) 51,60 N NBahaya Erosi Ringan S2 + S1Bahaya Banjir (fh) S1 S1Genangan Tanpa S1 S1KKL Ntc, eh Ntc, eh

Kesesuaian Lahan Aktual

Pada titik ke-3 hasil identifikasi kelas kesesuaian lahan yang diperoleh yaitu menunjukkan kelas N dengan faktor pembatas temperatur dan bahaya erosi kaitannya dengan lereng pada tanaman kopi. Faktor pembatas tersebut sangat serius karena menurut BBSDLP besar kelerengan agar lahan tersebut sesuai ditanami kopi, lereng harus sebesar sekitar < 8 %, namun data yang diperoleh yaitu sebesar 51,6%. Sehingga dalam hal ini kelas kesesuaian lahan pada lahan yang ditanami kopi tidak sesuai. Sebagaimana dijelaskan oleh Rayes (2007) bahwa faktor pembatas akan mengurangi produksi dan keuntungan atau lebih meningkatkan masukan yang diperlukan.

Kesesuaian Lahan Potensial

Kelas kesesuaian lahan potensial pada komoditas kopi tidak berbeda pada kelas kesesuaian aktualnya, yaitu tergolong dalam kelas N dengan faktor pembatas temperatur dan lereng. Faktor pembatas temperatur bersifat permanen sehingga tidak dapat dilakukan perbaikan. Lereng pada lahan yang ditanami kopi ini yaitu sebesar 51,6%. Menurut pendapat Martono (2004) yang menyatakan bahwa lereng yang semakin curam dan semakin panjang akan meningkatkan besarnya erosi, jika lereng semakin curam maka kecepatan aliran permukaan meningkat sehingga daya angkutnya juga meningkat. Untuk itu, upaya dalam mengurangi besarnya erosi dilakukan dengan pembuatan teras.

Page 4: KKL FAO

Rekomendasi

Menurut Balittanah (2010), teras yang cocok untuk tanah dengan lereng 15 - 60% atau lebih curam adalah dengan menggunakan teras individu. Teras individu merupakan teras yang dibuat secara terpisah-pisah; satu teras untuk satu pohon (tanaman tahunan). Teras ini berfungsi untuk mengurangi erosi dan meningkatkan ketersediaan air tanah bagi tanaman tahunan (pohon-pohonan).

(Priyono et al, 2002)

Talas titik 4

Persyaratan Penggunaan Karakteristik Lahan

Nilai

Kelas Kesesuaian

Lahan Aktual

Usaha Perbaikan

Kelas Kesesuaian

Lahan Potensial

Temperatur (tc) S1 S1Temperatur rerata (° C) 26,9 S1 S1Ketersediaan Air (wa) S1 S1Curah Hujan (mm) 1950 S1 S1Ketersediaan Oksigen (oa) S1 S1Drainase baik S1 S1Media Perakaran (rc) S2rc S2rcTekstur berdebu S2 S2Kedalaman tanah (cm) 50 S1 S1Retensi Hara (nr) pH 6 S1 S1Bahaya Erosi (eh) S2eh S1Lereng (%) 6,80 S2 + S1Bahaya Erosi Sangat rendah S1 S1Bahaya Banjir (fh) S1 S1Genangan F0 S1 S1KKL S2rc,eh

Page 5: KKL FAO

Tomat titik 5

Persyaratan Penggunaan Karakteristik Lahan

Nilai

Kelas Kesesuaian

Lahan Aktual

Usaha Perbaikan

Kelas Kesesuaian

Lahan Potensial

Temperatur (tc) S2tc S2tcTemperatur rerata (° C) 26,9 S2 S2Ketersediaan Air (wa) S3wa S3waCurah Hujan (mm) 1950 S3 S3Ketersediaan Oksigen (oa) S2oh S1Drainase sedang S2 + S1Media Perakaran (rc) S3rc S3rcTekstur Liat berpasir S3 S3Kedalaman tanah (cm) dalam S1 S1Retensi Hara (nr) S1 S1 pH 6 S1Bahaya Erosi (eh) S2eh S1Lereng (%) 16,00 S2 + S1Bahaya Erosi Sedang S2 S1Bahaya Banjir (fh)Genangan F0 S1 S1KKL S3wa,rc S3wa,rc

Page 6: KKL FAO

Ubi Kayu titik 6

Persyaratan Penggunaan Karakteristik Lahan

Nilai

Kelas Kesesuaian

Lahan Aktual

Usaha Perbaikan

Kelas Kesesuaian

Lahan Potensial

Temperatur (tc) S1 S1Temperatur rerata (° C) 26,9 S1 S1Ketersediaan Air (wa) S1 S1Curah Hujan (mm) 1950 S1 S1Ketersediaan Oksigen (oa) S1 S1Drainase Agak

terhambatS1 S1

Media Perakaran (rc) S2rc S2rcTekstur Pasir

berlempungS2 S2

Kedalaman tanah (cm) 50 S1 S1Retensi Hara (nr) S1 S1 pH 6 S1 S1Bahaya Erosi (eh) Neh NehLereng (%) 44,70 N NBahaya Erosi sedang S2 + S1Bahaya Banjir (fh)Genangan F0 S1 S1KKL Neh NehInterpretasi

Keadaan aktual

Talas

Dari data yang didapatkan pada titik 4, lahan tersebut jika ditanami komoditas talas memiliki kelas kesesuaian S2rc,rh. Menurut BBSDLP. Untuk suhu sendiri sudah sesuai pada keadaannya. Menurut Danty.(2011) untuk membudidayakan talas, suhu yang sesuai yaitu berkisar 24,9oC-25,8oC. Untuk tekstur tidak dapat dilakukan perbaikan karena sifatnya yang lebih cenderung permanen. Terdapat pembatas pada lereng. Kelerengan pada lahan tersebut tidak sesuai untuk komoditas talas yang menurut BBSDLP bentuk kelerengan yang sesuai untuk lahan tersebut adalah < 3% yaitu landai hingga datar.

Tomat

Dari data yang didapatkan pada titik 5, dapat disimpulkan bahwa kesesuaian lahan aktual tanaman tomat masuk ke kelas S3 dimana yang menjadi faktor pembatas uatama adalah tekstur tanah dan ketersediaan air. Untuk tekstur tanah pada lokasi tersebut memiliki tekstur agak kasar hingga halus, kondisi menurut BBSDLP adalah halus hingga sedang. Selain itu terdapat permasalahn terhadap curah hujan yang kaitannya dengan ketersediaan air. Curah hujan yang terlalu tinggi menyebabkan ketidak sesuaian terhadap komoditas tomat sehingga menurunkan kualitas produksi tomat.

Page 7: KKL FAO

Singkong

Dari data yang didapatkan, dapat disimpulkan bahwa kesesuaian lahan aktual tanaman singkong pada lahan tersebut termaksud dalam kelas N. Hal ini karena kondisi lereng pada lahan tersebut yang ditanami singkong memiliki kemiringan 44%

Keadaan potensial

Talas

Untuk keadaan potensial lahan yang ditanami talas dapat dilakukan perbaikan dengan menggunakan terasering kredit. Menurut (Sukaartmadja.2004), teras kredit merupakan teras yang digunakan pada kemiringan 3%-10%. Dengan pembuatan teras kredit, diharapkan dapat menambah tingkat level produksi dari talas. Untuk tekstur tanah tidak dapat dilakukan perbaikan karena sifat tekstur yang cenderung lebih permanen.

Tomat

Faktor penghambat dalam lahan tersebut jika ditanami komoditas tomat adalah tekstur. Dan curah hujan. Untuk tekstur sendiri, tidak dapat dilakukan perubahan, hal tersebut karena sifat tekstur yang cenderung permanen. Selain itu, untuk masalah curah hujan yang terlalu tinggi, dengan pembuatan saluran-saluran dengan fungsi seperti sumur untuk menghindari genangan air di sekitar tanaman tomat pada saat terjadi hujan dengan intensitas tinggi

Singkong

Pada tanaman singkong menurut Atmosuseno.(1999) pada karakteristik kelerengan sebagai penhambat budidaya tanaman singkong adalah pembuatan terasering. Dengan pembuatan terasering Pembuatan terasering ini juga bertujuan untuk mencegah terjadinya erosi. Selain itu Tujuan pembuatan teras adalah untuk mengurangi kecepatan aliran permukaan (run off) dan memperbesar peresapan air, sehingga kehilangan tanah berkurang (Sukartaatmadja 2004)

Rekomendasi

Talas

Untuk talas dapat direkomendasi pembuatan teras kredit. Teras kredit merupakan bangunan konservasi tanah berupa guludan tanah atau batu sejajar kontur, bidang olah tidak diubah dari kelerengan tanah asli. Teras kredit merupakan gabungan antara saluran dan guludan menjadi satu (Priyono, et al., 2002). Persyaratan untuk pembuatan teras seperti kemiringan 3%-10%, kedalaman tanah >30cm, penggunaan lahan semusim, dan daya infiltrasi dan daya permeabilitas tinggi.

Page 8: KKL FAO

Gambar: teras kredit (priyono,et al.,2002)

Singkong

Pada singkong upaya yang dapat dilakukan adalah menggunakan terrasering. Terasering yang dapat digunakan adalah terasering bambu. Hal tersebut karena kemiringan pada lahan tersebut yaitu 40%. Menurut litelatur, kemiringang berkisar 10%-50% dapat digunakan terasering bangku. Teras bangku adalah bangunan teras yang dibuat sedemikian rupa sehingga bidang olah miring ke belakang (reverse back slope) dan dilengkapi dengan bangunan pelengkap lainnya untuk menampung dan mengalirkan air permukaan secara aman dan terkendali. (Sukartaatmadja, 2004).

Page 9: KKL FAO

Kubis titik 7

Tanaman : Kubis (Titik 7)SatuanPeta

Jenis Tanah : TypicDystrudept

Persyaratan Penggunaan Karakteristik Lahan

Nilai

Kelas Kesesuaian

Lahan Aktual

Usaha Perbaikan

Kelas Kesesuaian

Lahan Potensial

Temperatur (tc) S2tc S2tcTemperatur rerata (° C) 27 S2 S2Ketersediaan Air (wa) S3wa S3waCurah Hujan (mm) 1950 S3 S3Ketersediaan Oksigen (oa) S2oa S1Drainase Sedang S2 ++ S1Media Perakaran (rc) S1 S1Tekstur LempungLiatB

erdebuS1 S1

Kedalaman tanah (cm) >60cm S1 S1Retensi Hara (nr) S1 S1 pH 6 S1 S1Bahaya Erosi (eh) S2eh S1Lereng (%) 29,80% S1 S1Bahaya Erosi Ringan S2 + S1Bahaya Banjir (fh) S2fh S1Genangan Kadang-

kadangS2 S1

KKL S3wa S3wa

Page 10: KKL FAO

Cabai titik 8

Tanaman : Cabai (Titik 8)SatuanPeta :

Jenis Tanah : TypicHumudepts

Persyaratan Penggunaan Karakteristik Lahan

Nilai

Kelas Kesesuaian

Lahan Aktual

Usaha Perbaikan

Kelas Kesesuaian

Lahan Potensial

Temperatur (tc) S1 S1Temperatur rerata (° C) 26,9 S1 S1Ketersediaan Air (wa) S3wa S3waCurah Hujan (mm) 1950 S3 ++ S3Ketersediaan Oksigen (oa) Noa NoaDrainase Cepat N NMedia Perakaran (rc) S1 S1Tekstur Debu S1 S1Kedalaman tanah (cm) >75 S1 S1Retensi Hara (nr) S1 S1 pH 6 S1 S1Bahaya Erosi (eh) Neh NehLereng (%) 67% N NBahaya Erosi Hebat S3 ++ S2Bahaya Banjir (fh) S1 S1Genangan Tanpa S1 S1

Noa,eh Noa,eh

KKL AKTUAL

Kubis titik 7

Pada titik 7, hasil identifikasi kesesuaian lahan menunjukkan bahwa lahan tersebut menempati kelas kesesuaian lahanS2oa,eh,fhuntuk tanaman Kubis (Brassica oleracea). Lahan tersebut mempunyai pembatas-pembatas yang agak serius pada ketersediaan oksigen yaitu pada drainasenya yang terbilang sedang jika dilihat pada tabel kesesuaian lahan dari BBSDLP termasuk S2dan masalah lain berupa bahaya erosi yang agak tinggi sehingga memerlukan pengelolaan yang harus diterapkan. Faktor pembatas akan mengurangi produksi dan keuntungan atau lebih meningkatkan masukan yang diperlukan.

Cabai titik 8

Pada titik 8, hasil identifikasi kesesuaian lahan menunjukkan bahwa lahan tersebut menempati kelas kesesuaian lahan Noa,eh untuk tanaman Cabai (Capsicum annum). Lahan mempunyai pembatas-pembatas yang serius pada ketersediaan oksigen dengan drainasenya yang cepat, masalah lain terdapat pada kelerengan yaitu 67,00% sehingga bahaya erosi yang ada cukup besar. Oleh karena itu memerlukan pengelolaan yang harus diterapkan. Faktor

Page 11: KKL FAO

pembatas akan mengurangi produksi dan keuntungan atau lebih meningkatkan masukan yang diperlukan.

KKL POTENSIAL

Kubis titik 7

Pada titik 7 memiliki kelas kesesuaian lahan potensial dengan tutupan lahan berupa tanaman Kubis (Brassica oleracea) adalah S1 dengan pertimbangan pengelolaan yang lebih intensif guna meminimalisir hambatan pada drainase dan bahaya erosi yang ada. Dengan peningkatan kelas kesesuaian lahan menjadi S1 diharapkan produktivitas dapat menjadi 80-100%.

Cabai titik 8

Kelas kesesuaian lahan potensial titik 8 dengan komoditas Cabai (Capsicum annum) adalah Noa,eh karena dengan pertimbangan menghindari pengelolaan yang lebih intensif guna meminimalisir kerusakan pada lingkungan jika hal tersebut dipaksakan tidak saja merugi secara ekonomi tapi juga merugikan pada aspek lingkungan. Pada beberapa hal seperti ketersediaan air dan bahaya erosi dapat dapat ditingkatkan ke kelas S2.

REKOMENDASI

Kubis titik 7

Pada kelas kesesuaian lahan actual titik 7 drainase, bahaya erosi dan bahaya banjir termasuk dalam S2 dan pada kelas kesesuaian lahan potensial dengan pertimbangan pengolahan diharapkan menjadi S1. Faktor penghambat berupa drainase dapat diperbaiki dengan memperbaiki pengolahan tanah serta pemberian tanaman penutup tanah. Sumarni dan Hidayat (2005) Pada lahan kering tanah dapat dibajak/dicangkul kemudian dibuat bedengan-bedengan sehingga drainase dan aerasi dapat diperbaiki. Sedangkan untuk memperbaiki bahaya erosi dapat dilakukan dengan penanaman tanaman penutup tanah. Menurut Arsyad (2000) usaha utama dalam mengatasi erosi adalah menghambat aliran permukaan sehingga air meresap kedalam tanah dengan memperbaiki sifat tanah serta melindunginya dari pukulan hujan.

Cabai titik 8

Rekomendasi untuk titik 8 yang memiliki factor penghambat pada ketersediaan air dan bahaya erosi ialah dengan pembuatan saluran irigasi untuk meningkatkan ketersediaan air serta dilakukan penanaman tanaman penutup tanah guna meminimalisir bahaya erosi.Adanyatanamanpenutuptanahdanmulsaorganikdapatmenahanpercikan air hujan dan aliran air di permukaan tanah sehingga pengikisan lapisan atas tanah dapat ditekan (Nelson et al. 1991,

Page 12: KKL FAO

Sumber:

Atmosuseno, B.S. 1999. Budidaya, Kegunaan dan Prospek Pinus. Penebar Swadaya. Jakarta.

Balittanah. 2010. Teknologi Konservasi Tanah Secara Mekanik. Bogor: Kelompok Peneliti Fisika dan Konservasi Tanah.Danty.2011.Kelayakan budidaya talasdengan sistem monokultur dan tumpangsari. Fakultas pertanian universitas Siliwang. Pariangan

Departemen Pertanian. 2013. (online) http://bbsdlp.litbang.deptan.go.id/kriteria/jeruk.php diakses tanggal 12 Mei 2015

Hardjowigeno, S. dan Widiatmaka. 2007. Evaluasi Kesesuaian Lahan dan Perencanaan Tataguna Lahan. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Martono. 2004. Pengaruh Intensitas Hujan dan Kemiringan Lereng Terhadap Laju Kehilangan Tanah Pada Tanah Regosol Kelabu. Tesis. Universitas Diponegoro, Semarang.

Priyono, N.S. dan Siswamartana S. 2002. Hutan Pinus dan Hasil Air. Pusat Pengembangan Sumber Daya Hutan Perhutani, Cepu.

Rayes, L. 2007. Metode Infentarisasi Sumber Daya Lahan. ANDI.Yogyakarta.

Sukartmadja.2004.Pembuatan Teras Bangku sebagai Usaha Konservasi Tanah pada Lahan Potensial di daerah Pegunungan (online) http://iputuyuliawan0731.blogspot.com/2013/01/pembuatan-teras-bangku-sebagai-usaha_19.html . Diakses tanggal 12 Mei 2015

Wood, S.R. and F.J. Dent. 1983. Land Evaluation Computerized System (LECs). User Manual and Metodology Manual. The Agency for AgricultureResearch Bogor Indonesia, p 1-71.