kkk_naker
DESCRIPTION
KKP Proyek PerubahanTRANSCRIPT
-
36
OPTIMALISASI PENYERAPAN TENAGA KERJA PEREMPUAN UNTUK MENGURANGI
PENGANGGURAN DI KABUPATEN SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH
KERTAS KERJA KELOMPOK OBSERVASI LAPANGAN (KKK - OL)
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK III
PEMERINTAH DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
DIKLATPIM TINGKAT IV ANGKATAN I
YOGYAKARTA 2013
-
37
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Undang-Undang Dasar 1945 pasal 27 ayat 2 menyatakan bahwa tiap-tiap
warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi
kemanusiaan. Untuk itu masalah ketenagakerjaan merupakan masalah yang
penting dan mendasar dalam kehidupan Bangsa Indonesia. Segala upaya
pembangunan harus diarahkan pada penciptaan lapangan kerja sehingga setiap
warga negara dapat memperoleh pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi
kemanusiaan.
Sedangkan dalam Undang undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun
2003 tentang Ketenagakerjaan mengamanatkan bahwa perluasan kesempatan
kerja baik di dalam maupun di luar hubungan kerja merupakan tanggung jawab
pemerintah. Salah satu tujuan pembangunan ketenagakerjaan adalah pemerataan
kesempatan kerja dan penyediaan tenaga kerja yang sesuai dengan pembangunan
nasional dan daerah. Peluang tenaga kerja untuk memperoleh pekerjaan terkait
dengan aktivitas dan kualitas perekonomian Indonesia khususnya dalam
penciptaan kesempatan kerja yang produktif.
Ketenagakerjaan merupakan aspek yang mendasar karena mencakup
dimensi ekonomi dan sosial. Dimensi ekonomi berkaitan dengan kebutuhan
manusia akan pekerjaan dalam rangka memperoleh pendapatan, yang secara
langsung berhubungan dengan daya beli untuk dapat hidup layak. Sedangkan
-
38
dimensi sosial berkaitan dengan pengakuan masyarakat terhadap kemampuan
individu untuk melakukan pekerjaan. Tenaga kerja merupakan sumber daya
manusia yang sangat dibutuhkan dalam setiap pelaksanaan kegiatan
pembangunan. Tenaga kerja dituntut memiliki kualitas tertentu untuk menjamin
pekerja mendapatkan perlindungan dan penghasilan yang memadai untuk dapat
hidup layak.
Permasalahan yang berkaitan dengan ketenagakerjaan adalah masalah
pengangguran yang jumlahnya cenderung semakin meningkat. Indikator
pengangguran yang dapat digunakan diantaranya tingkat pengangguran terbuka
(TPT), yaitu perbandingan antara banyaknya pencari kerja dengan angkatan kerja.
Tingginya angka pengangguran disebabkan antara lain oleh adanya
ketidakseimbangan antara pertambahan jumlah angkatan kerja dengan pergerakan
kesempatan kerja, kualitas pengangguran yang tidak dapat memenuhi persyaratan
kesempatan kerja yang tersedia, krisis ekonomi global yang menyebabkan dunia
usaha semakin tidak kondusif dan minimnya informasi pasar kerja baik dalam
maupun luar negeri.
Tingginya angka pengangguran terbuka merupakan masalah nasional
yang serius dan harus segera dipecahkan bersama baik antara pihak pemerintah
dan swasta maupun antar instansi pemerintah. Dalam hal ini pemerintah
mempunyai peranan yang sangat penting. Disamping sebagai penggerak,
pemerintah juga ikut serta menciptakan perluasan kesempatan kerja dan
pengurangan pengangguran.
-
39
Sebagai tindak lanjut pengarusutamaan gender di berbagai sektor
termasuk sektor tenaga kerja, berbagai usaha dan reformasi telah dilakukan oleh
Pemerintah untuk meningkatkan penyerapan tenaga kerja perempuan.
Permasalahan yang muncul sampai saat ini, adalah masih tingginya angka
pengangguran pada umumnya dan pengangguran perempuan pada khususnya,
yang disebabkan beberapa faktor yaitu :
Permasalahan pertama adalah kesempatan kerja yang terbatas bagi
tenaga kerja akibat tingkat pertumbuhan ekonomi belum dapat menyerap
angkatan kerja khususnya tenaga kerja perempuan yang masuk ke dalam pasar
kerja dan jumlah pengangguran yang telah ada.
Permasalahan kedua adalah rendahnya kualitas angkatan kerja
perempuan, hal ini berdampak kepada kompetisi dalam memperoleh kesempatan
kerja baik di dalam maupun di luar negeri yang semakin tinggi karena terbukanya
persaingan.
Permasalahan ketiga adalah keterbatasan informasi sehingga pengguna
dan pencari kerja tidak dapat bertemu. Banyaknya pencari kerja yang tidak dapat
menemukan sendiri lowongan pekerjaan yang sesuai dengan kemauan, potensi
dan kemampuan, sebaliknya banyak pemberi kerja (pengguna tenaga kerja) tidak
dapat menemukan sendiri tenaga kerja yang memenuhi persyaratan dan
memenuhi kriteria untuk kelangsungan dan perkembangan usahanya.
Dengan mengacu pada tema Diklat Kepemimpinan Tingkat IV Angkatan
I Badan Diklat Pemerintah Daerah DIY Tahun 2013 yaitu Peningkatan
-
40
Kemutahiran Data dan Informasi, Keunggulan Layanan Aparatur dan Kompetensi
Kinerja Lembaga Untuk Terwujudnya Motivasi Masyarakat Berwirausaha, maka
Kelompok III tertarik untuk mengambil judul Kertas Kerja Kelompok yaitu
OPTIMALISASI PENYERAPAN TENAGA KERJA PEREMPUAN UNTUK
MENGURANGI PENGANGGURAN DI KABUPATEN SEMARANG
PROVINSI JAWA TENGAH.
B. Masalah Pokok
Diantara faktor yang berpengaruh pada upaya optimalisasi penyerapan
tenaga kerja perempuan untuk mengurangi pengangguran di daerah, disamping
menciptakan lapangan kerja, juga bagaimana pengembangan potensi tenaga kerja
yang ada, khususnya tenaga kerja perempuan sehingga upaya optimalisai
penyerapan tenaga kerja perempuan dapat tercapai. Peningkatan kualitas tenaga
kerja perempuan sangat diperlukan dalam rangka peningkatan daya saing tenaga
kerja perempuan dalam memperoleh peluang kerja. Dengan semakin tingginya
kesempatan kerja untuk tenaga kerja perempuan diharapkan dapat mengurangi
tingginya angka pengangguran.
Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka yang menjadi masalah pokok
dalam penulisan Kertas Kerja Kelompok ini adalah : Bagaimana upaya
Pemerintah Kabupaten Semarang untuk meningkatkan penyerapan tenaga kerja
perempuan di wilayahnya dalam rangka mengurangi angka pengangguran ?
-
41
C. Maksud dan Tujuan
Pembuatan Kertas Kerja Kelompok dimaksudkan untuk mengetahui dari
dekat sejauh mana pengaruh fungsi manajemen yang berupa fungsi perencanaan,
pelaksanaan dan pengawasan terhadap upaya optimalisasi penyerapan tenaga
kerja perempuan dalam rangka mengurangi angka pengangguran di Kabupaten
Semarang yang dituangkan dalam Kertas Kerja Kelompok Observasi Lapangan.
Sedangkan tujuan dari dilaksanakannya observasi lapangan ini adalah untuk :
1. Mengetahui bagaimana kebijakan yang dikembangkan oleh Pemerintah
Kabupaten Semarang dalam meningkatkan penyerapan tenaga kerja
perempuan guna mengurangi angka pengangguran.
2. Memberikan masukan/saran kepada Pemerintah Kabupaten Semarang dalam
rangka peningkatan penyerapan tenaga kerja perempuan.
3. Menjadi salah satu syarat untuk menyelesaikan Diklat PIM Tingkat IV.
D. Batasan dan Pengertian
Sesuai dengan judul Kertas Kerja Kelompok yaitu Optimalisasi
Penyerapan Tenaga Kerja Perempuan Untuk Mengurangi Pengangguran di
Kabupaten Semarang Provinsi Jawa Tengah, maka di bawah ini dijelaskan
beberapa batasan pengertian agar diperoleh persepsi yang sama dalam memahami
kertas kerja kelompok sebagai berikut :
1. Optimalisasi adalah proses, cara atau perbuatan menaikkan derajat atau taraf
kegiatan (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2008)
-
42
2. Tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna
menghasilkan barang dan/atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri
maupun untuk masyarakat (UU No. 13 Th. 2003).
3. Tenaga Kerja Perempuan adalah tenaga kerja berjenis kelamin perempuan.
4. Pengangguran adalah orang yang tidak bekerja sama sekali, sedang mencari
kerja, bekerja kurang dari dua hari selama seminggu, atau seseorang yang
sedang berusaha mendapatkan pekerjaan (BPS, 2009).
Agar pembahasan lebih terfokus maka topik yang diangkat dalam Kertas
Kerja Kelompok ini dibatasi pada upaya penyerapan tenaga kerja perempuan
guna mengurangi angka pengangguran yang disusun secara sistematis dengan
memperhatikan sumber daya yang ada khususnya pada Dinas Sosial, Tenaga
Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Semarang sebagai instansi andalan dalam
penyusunan Kertas Kerja Kelompok ini.
E. Lingkup Bahasan
Dalam penyusunan Kertas Kerja Kelompok ini, Kelompok III sebagai
peserta Diklatpim IV Angkatan I Badan Diklat Pemerintah Daerah Daerah
Istimewa Yogyakarta tahun 2013 memberikan lingkup pembahasan sebagai
berikut :
1. Memaparkan gambaran organisasi Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan
Transmigrasi Kabupaten Semarang secara umum dalam upayanya
meningkatkan penyerapan tenaga kerja perempuan guna mengurangi angka
-
43
pengangguran di Kabupaten Semarang Provinsi Jawa Tengah menggunakan
analisis SWOT.
2. Memberikan gambaran tentang kegiatan-kegiatan yang perlu dikembangkan
oleh Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Semarang
untuk mengoptimalkan penyerapan tenaga kerja perempuan guna mengurangi
angka pengangguran di Kabupaten Semarang.
F. Metode Pengumpulan Data
Dalam penyusunan Kertas Kerja Kelompok ini pengumpulan data
dilakukan melalui dua cara yaitu:
1. Data Primer, diperoleh melalui:
a. Kuesioner, yaitu data dikumpulkan dengan metode penyebaran daftar
pertanyaan kepada responden untuk memperoleh jawaban.
b. Wawancara langsung, yaitu melakukan wawancara langsung dengan
responden tentang topik yang akan dibahas.
c. Observasi langsung di lapangan, baik untuk data yang terdokumentasi
maupun informasi melalui penjelasan dari responden. Untuk
memperoleh informasi data juga dilakukan melalui diskusi mendalam
dengan responden.
Adapun instansi yang menjadi responden adalah sebagai berikut :
1) Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Semarang
sebagai instansi andalan.
-
44
2) Badan Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan
(BKBPP) Kabupaten Semarang sebagai instansi pendamping.
3) Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten
Semarang sebagai instansi pendamping.
2. Data Sekunder, didapat dari dokumen yang ada dan laporan-laporan rutin
berupa LAKIP, Renstra, Profil Kabupaten Semarang, dan website
http://semarangkab.go.id
Data yang telah terkumpul kemudian diklasifikasikan dan dianalisis
dengan menggunakan metode SWOT sehingga dapat teridentifikasi
permasalahan yang dihadapi dalam pelaksanaan penyerapan tenaga kerja
perempuan guna mengurangi angka pengangguran di Kabupaten Semarang
sehingga dapat menjadi umpan balik bagi lokus. Analisis SWOT yang digunakan
dalam penulisan Kertas Kerja Kelompok meliputi:
1. Identifikasi kekuatan, kelemahan, hambatan dan peluang.
2. Pemetaan interaksi faktor
3. Pemetaan sasaran strategis prioritas
4. Membuat rencana kegiatan
G. Gambaran Umum Organisasi
1. Tugas Pokok dan Fungsi
Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Dinas Sosnakertrans)
Kabupaten Semarang dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten
-
45
Semarang Nomor 13 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas
Daerah Kabupaten Semarang. Dinas Sosnakertrans dipimpin oleh seorang
Kepala Dinas yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Bupati
melalui Sekretaris Daerah.
Dinas Sosnakertrans Kabupaten Semarang mempunyai tugas pokok
melaksanakan urusan pemerintahan daerah di bidang sosial, tenaga kerja, dan
transmigrasi berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan. Untuk
menjalankan tugas pokok tersebut, Dinas Sosnakertrans Kabupaten Semarang
mempunyai fungsi sebagai berikut :
a. pelaksanaan pembinaan umum dan perumusan kebijakan teknis di bidang
sosial, tenaga kerja dan transmigrasi;
b. pelaksanaan fasilitasi pengelolaan usaha dan pengembangan usaha
kesejahteraan sosial;
c. pelaksanaan fasilitasi bantuan sosial akibat bencana;
d. pelaksanaan koordinasi dengan instansi terkait dan swasta untuk
pelaksanaan kegiatan ketenagakerjaan dan transmigrasi;
e. pelaksanaan pembinaan, pelatihan dan produktivitas tenaga kerja, dan
pelayanan bagi pencari kerja dan hubungan kerja;
f. pelaksanaan pendidikan dan pelatihan calon tenaga kerja dan transmigrasi,
dan pelaksanaan kerja sama pelatihan dengan pihak ketiga di bidang
industri, pertanian, kerajinan dan jasa;
-
46
g. pelaksanaan pengawasan penempatan pekerja sosial non fungsional dan
fungsional dan pembinaan panti sosial swasta;
h. pelaksanaan urusan umum, kepegawaian, ketatausahaan dan rumah
tangga; dan
i. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Bupati sesuai dengan tugas dan
fungsinya.
2. Struktur Organisasi
Struktur organisasi Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi
Kabupaten Semarang adalah sebagai berikut :
a. Kepala Badan;
b. Sekretariat, terdiri dari :
1). Subbagian Perencanaan;
2). Subbagian Keuangan;
3). Subbagian Umum dan Kepegawaian;
c. Bidang Sosial, terdiri dari :
1). Seksi Bantuan Sosial;
2). Seksi Pemberdayaan Sosial;
3). Seksi Rehabilitasi dan Pelayanan Sosial
d. Bidang Hubungan Industrial dan Pengawasan Ketenagakerjaan, terdiri
dari :
1). Seksi Hubungan Industrial dan Syarat Kerja;
2). Seksi Pengawasan Ketenagakerjaan.
-
47
e. Bidang Pelatihan dan Produktivitas Tenaga Kerja, terdiri dari :
1). Seksi Pelatihan Tenaga Kerja;
2). Seksi Produktivitas Tenaga Kerja, Standarisasi, Sertifikasi dan
Kompetensi.
f. Bidang Penempatan Tenaga Kerja dan Transmigrasi, terdiri dari :
1). Seksi Penempatan Tenaga Kerja Dalam Negeri;
2). Seksi Penempatan Tenaga Kerja Luar Negeri;
3). Seksi Transmigrasi.
g. Unit Pelaksana Teknis Dinas;
h. Kelompok Jabatan Fungsional :
1). Instruktur Latihan Kerja ( ILK );
2). Pengantar Kerja;
3). Pengawas Ketenagakerjaan.
H. Sistematika Penulisan
Untuk memberikan gambaran yang menyeluruh dan sistematis maka Kertas
Kerja Kelompok (KKK) ini disusun dengan sistematika sebagai berikut :
BAB I : Pendahuluan, berisi tentang latar belakang, masalah pokok,
maksud dan tujuan, batasan dan pengertian, lingkup bahasan,
metode pengumpulan data, gambaran umum organisasi, dan
sistematika penulisan.
-
48
BAB II : Gambaran Umum, dalam bab ini dirumuskan visi dan misi Dinas
Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi serta keadaan sekarang dan
keadaan yang diinginkan di masa mendatang.
BAB III : Analisis Strategis, dalam bab ini diidentifikasikan permasalaham
dengan melalui analisis SWOT, interaksi antar faktor-faktor dan
penentuan sasaran strategis.
BAB IV : Penyusunan Rencana Tindakan, dalam bab ini dirumuskan strategi
pelayanan prima, langkah-langkah yang ditempuh, jadwal
pelaksanaan, dan mekanisme monitoring.
BAB V : Penutup, dalam bab ini berisi kesimpulan dari pembahasan-
pembahasan sebelumnya dan rekomendasi yang merupakan saran
yang berguna untuk melaksanakan langkah-langkah
penyempurnaan selanjutnya.
-
49
BAB II
GAMBARAN KEADAAN
A. Visi dan Misi Organisasi
1. Visi
I. Pengertian visi menurut Lembaga Administrasi Negara
adalah suatu gambaran yang menantang tentang keadaan masa depan
berisikan cita-cita yang ingin diwujudkan oleh Institusi Pemerintah.
Sedangkan dalam Inpres Nomor 7 tahun 1999 tentang Akuntabilitas
Kinerja Instansi Pemerintah disebutkan bahwa visi adalah cara pandang
jauh ke depan atau cita-cita yang hendak diwujudkan kemana instansi
pemerintah harus dibawa agar tetap eksis, antisipasif dan inovatif.
Dalam perencanaan pembangunan Pemerintah Kabupaten Semarang yang tertuang
dalam RPJMD Kabupaten Semarang Tahun 2010-2015, telah ditetapkan visi dan misi
Pemerintah Kabupaten Semarang oleh Bupati dan Wakil Bupati terpilih yaitu Terwujudnya
Kabupaten Semarang MANDIRI, TERTIB, SEJAHTERA (MATRA).
Sejalan dengan visi Pemerintah Kabupaten Semarang tersebut di atas maka Dinas
Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Semarang telah menetapkan visi organisasi
yaitu : Terwujudnya kesejehteraan sosial oleh dan untuk Masyarakat serta
mewujudkan manusia karya yang produktif, kompetitif dan sejahtera.
2. Misi
Misi menurut Lembaga Administrasi Negara (LAN) merupakan pernyataan yang
menetapkan tujuan instansi pemerintah dan sasaran yang ingin dicapai dalam kurun waktu
tertentu melalui penerapan strategis yang telah dipilih. Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan
-
50
Transmigrasi Kabupaten Semarang telah menetapkan misi organisasi dalam rangka
pencapaian visi yang telah ditetapkan yaitu sebagai berikut :
a. Menumbuhkan, mengembangkan, prakarsa dan peran aktif masyarakat dan pembangunan
kesejahteraan sosial;
b. Mencegah, mengendalikan dan mengatasi 26 penyandang masalah kesejahteraan sosial
(PMKS);
c. Mendorong perluasan kesempatan kerja, dan meningkatkan penempatan tenaga kerja dan
transmigrasi serta meningkatkan kualitas dan produktifitas tenaga kerja;
d. Mendorong terciptanya hubungan kerja yang harmonis antara pekerja dan pengusaha
melalui pemberdayaan serikat pekerja/serikat buruh, pencegahan perselisihan hubungan
industrial, pengembangan lembaga dan sarana hubungan industrial penegakan hukum
pengawasan norma kerja dan norma K3, Jamsostek, serta pengupahan;
e. Meningkatkan kualitas pembinaan manajemen dan dukungan administrasi dinas.
B. Keadaan Sekarang
1. Gambaran Ketenagakerjaan Kabupaten Semarang
Batasan umur untuk penduduk usia kerja berbeda-beda, ada yang menggunakan 10
tahun ke atas, 15 tahun ke atas, dan 15 64 tahun. Dalam penulisan ini digunakan batasan 10
tahun ke atas. Pemilihan ini didasarkan pada pendekatan empiris, artinya bahwa kenyataan di
lapangan masih dijumpai penduduk usia 10 14 tahun atau penduduk usia 65 tahun ke atas
yang melakukan aktivitas ekonomi sehingga memungkinkan memproduksi barang dan jasa.
Ukuran umum yang digunakan untuk melihat keterlibatan penduduk dalam
kegiatan ekonomi produktif adalah tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK ) yaitu proporsi
penduduk yang masuk dalam angkatan kerja terhadap penduduk usia kerja. Angkatan kerja
adalah penduduk usia kerja yang terlibat atau berusaha terlibat dalam kegiatan produktif,
-
51
karena itu angkatan kerja terdiri dari mereka yang bekerja, sementara tidak bekerja dan yang
mencari pekerjaan.
Gambaran kondisi ketenagakerjaan di Kabupaten Semarang secara umum dapat
dijelaskan melalui jumlah para pencari kerja dan ketersediaan lowongan kerja sebagaimana
ditampilkan dalam tabel-tabel berikut (tabel 1, tabel 2, dan tabel 3) :
Tabel 1 Pencari Kerja Berdasarkan Pendidikan Tahun 2012
No Tingkat Pendidikan Pencaker 2012
Laki-Laki Perempuan
1 Tidak Tamat SD 2 106
2 SD 31 266
3 SLTP 1442 3298
4 SLTA Umum 233 253
5 SLTA Kejuruan 1362 638
6 D1, D2, D3 86 150
7 S1, S2, S3 227 290
JUMLAH 3383 5001
Tabel 2 Jumlah Lowongan Kerja Yang Terdaftar Tahun 2012
No Tingkat Pendidikan Pencaker 2012
Laki-Laki Perempuan
1 Tidak Tamat SD 0 10
2 SD 2 31
3 SLTP 795 1515
4 SLTA Umum 906 1593
5 SLTA Kejuruan 892 1640
-
52
6 D1, D2, D3 149 298
7 S1, S2, S3 43 43
JUMLAH 2787 5130
Dari kedua tabel tersebut terlihat bahwa jumlah pencari kerja laki-laki lebih besar
dibandingkan jumlah lowongan kerja yang tersedia. Namun untuk tenaga kerja perempuan,
jumlah pencari kerja justru lebih sedikit dari lowongan kerja yang tersedia. Dari jumlah
tersebut, tenaga kerja yang berhasil ditempatkan adalah sebagai berikut :
Tabel 3. Jumlah Penempatan Tenaga Kerja Yang Terdaftar Tahun 2012
No Tingkat Pendidikan Pencaker 2012
Laki-Laki Perempuan
1 Tidak Tamat SD 0 6
2 SD 0 184
3 SLTP 469 2669
4 SLTA Umum 437 996
5 SLTA Kejuruan 517 1364
6 D1, D2, D3 66 152
7 S1, S2, S3 72 89
JUMLAH 1561 5460
2. Strategi dan Kebijakan
Strategi dan kebijakan merupakan arah yang hendak dicapai untuk mewujudkan visi
dan misi Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Semarang terkait dengan
upaya peningkatan penyerapan tenaga kerja perempuan tahun 2013 yaitu :
a. Perluasan dan pengembangan kesempatan kerja.
b. Peningkatan kualitas SDM melalui perbaikan pelayanan pendidikan, pelatihan serta
memperbaiki pelayanan kesehatan.
-
53
c. Perbaikan kebijakan yang mendorong terbentuknya informasi pasar kerja serta
membentuk bursa kerja.
Sedangkan arah kebijakan Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten
Semarang di bidang ketenagakerjaaan yaitu:
a. Mengembangkan model-model penciptaan kesempatan kerja yang produktif berbasis
masyarakat di berbagai sektor formal dan non formal.
b. Mengurangi jumlah pengangguran terbuka melalui fasilitasi penempatan tenaga kerja di
dalam dan luar negeri dengan mekanisme AKL, AKAD, dan AKAN.
c. Meningkatkan kualifikasi ketrampilan yang dimiliki tenaga kerja dengan
mengembangkan sistem pelatihan kerja yang mampu mengacu kebutuhan dunia kerja
(competency based training / CBT)
d. Memberdayakan lembaga pelatihan kerja dan produktivitas tenaga kerja.
e. Mengembangkan pendidikan non formal dalam upaya mengatasi anak putus sekolah dan
penyediaan tenaga kerja terampil berupa pelatihan keterampilan, magang dan
pendampingan dengan melibatkan instansi terkait.
3. Sumber Daya Manusia
Keberadaan sumber daya manusia sangat penting untuk menunjang kinerja
organisasi. Jumlah pegawai di Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten
Semarang per Januari 2013 sebanyak 89 orang dengan rincian sebagai berikut :
a. Berdasarkan pangkat / golongan
1) Golongan IV : 9 orang
2) Golongan III : 69 orang
3) Golongan II : 10 orang
4) Golongan I : 3 orang
b. Berdasarkan pendidikan
1) S2 : 4 orang
-
54
2) S1 : 38 orang
3) D3 : 9 orang
4) SLTA : 31 orang
5) SLTP : 7 orang
6) SD : - orang
C. Keadaan Yang Diinginkan
Berdasarkan data-data yang ada dan kecenderungannya di masa depan maka dapat
diproyeksikan kondisi kinerja Dinas Sosnakertrans Kabupaten Semarang yang ingin diwujudkan.
Secara umum, diinginkan kondisi kinerja yang lebih baik lagi, dan minimal dapat
mempertahankan prestasi / kinerja yang ada. Sedangkan terkait dengan upaya peningkatan
penyerapan tenaga kerja perempuan untuk mengurangi angka pengangguran di Kabupaten
Semarang dengan melihat kinerja yang sekarang, maka telah dilakukan upaya-upaya untuk
mengoptimalkan penyerapan tenaga kerja perempuan guna mengurangi angka pengangguran
tersebut di masa mendatang.
Untuk itu keadaan yang diinginkan pada masa mendatang terkait dengan upaya
peningkatan penyerapan tenaga kerja perempuan untuk mengurangi angka pengangguran di
Kabupaten Semarang yaitu :
1. Menurunnya tingkat pengangguran khususnya tenaga kerja perempuan di Kabupaten
Semarang.
2. Dalam perencanaan anggaran setiap SKPD harus meresponsif gender.
3. Meningkatnya kepercayaan penyedia tenaga kerja terhadap tenaga kerja perempuan.
4. Meningkatnya koordinasi dan konsolidasi dengan Dinas Pendidikan untuk lebih
mengembangkan tenaga kerja terampil melalui Sekolah Menengah Kejuruan sehingga
angkatan kerja khususnya perempuan dapat meningkat.
5. Meningkatnya koordinasi dengan institusi terkait untuk memberikan pembinaan dan
bimbingan wirausaha mandiri kepada masyarakat khususnya untuk ibu rumah tangga.
-
55
6. Memperbanyak peserta latihan kerja di Balai Latihan Kerja dengan berbagai jenis pekerjaan
yang mendukung khususnya ketrampilan angkatan kerja perempuan.
7. Meningkatnya pelayanan berupa informasi bursa tenaga kerja baik di dalam maupun di luar
negeri dengan transparan dan baik di media massa, media elektronik maupun melalui website
Pemerintah Daerah.
-
56
BAB III
ANALISIS STRATEGIS
A. Identifikasi Masalah
Telah diuraikan di bagian sebelumnya bahwa pembangunan sektor ketenagakerjaan di
Kabupaten Semarang memegang peranan penting diantaranya karena masalah ketenagakerjaan
perempuan juga merupakan aspek yang mendasar karena mencakup dimensi ekonomi dan sosial.
Pentingnya peran sektor ketenagakerjaan telah ditunjukkan oleh Pemerintah Kabupaten
Semarang dengan meningkatkan kapasitas kelembagaan yang menangani ketenagakerjaan pada
Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi. Dalam mewujudkan pembagunan sektor
ketenagakerjaan yang kuat kiranya perlu didukung tidak saja oleh penyediaan aparatur yang
berkemampuan, akan tetapi juga oleh sarana/prasarana dan alokasi anggaran yang memadai.
Dari hasil pengumpulan data melalui jawaban kuesioner dan wawancara langsung, baik
yang dilakukan di Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Semarang sebagai
instansi andalan maupun instansi pendamping lainnya maka dapat diidentifikasikan masalah-
masalah yang ada dalam upaya optimalisasi penyerapan tenaga kerja perempuan guna
mengurangi angka pengangguran di Kabupaten Semarang sebagai berikut :
1. Koordinasi antar instansi belum optimal sehingga tidak sinergi dan terpadu.
2. Belum optimalnya regulasi daerah tentang tenaga kerja perempuan.
3. Kemampuan atau kesiapan BLK (Balai Latihan Kerja) yang terbatas dalam SDM, peralatan
dan kurikulum.
4. Tingkat keahlian pencari kerja perempuan masih rendah.
5. Penguasaan teknologi pelatihan tenaga kerja perempuan belum memadai.
6. Kesempatan kerja yang tersedia sangat terbatas.
-
57
7. Masih belum mantapnya pembinaan, pelatihan dan produktivitas tenaga kerja, dan pelayanan
bagi pencari kerja dan hubungan kerja.
8. Terbatasnya jumlah dan kemampuan aparatur, termasuk terbatasnya sarana/prasarana dan
anggaran.
Memperhatikan hal-hal tersebut di atas serta mengingat begitu kompleks dan
multidimensinya masalah ketenagakerjaan sebagai sebuah sistem, maka untuk mengantisipasinya
selain tetap berpegangan pada dokumen perencanaan yang telah ditetapkan, perlu dikembangkan
dari sistem berpikir parsial kepada berpikir serba sistem/transformasi dari seluruh kepemimpinan
aparatur dengan dukungan sarana/prasarana dan anggaran yang memadai, sehingga pembangunan
ketenagakerjaan didorong menuju upaya ke arah yang lebih baik.
B. Analisis Masalah (SWOT)
Analisis masalah dengan menggunakan SWOT dilakukan dengan mengidentifikasi
faktor-faktor internal dan eksternal organisasi untuk menentukan kekuatan (S) dan kelemahan
(W) serta peluang (O) dan ancaman (T) yang ada dalam upaya optimalisasi penyerapan tenaga
kerja perempuan guna mengurangi angka pengangguran di Kabupaten Semarang. Hasil
identifikasi tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Identifikasi faktor-faktor internal
a. Kekuatan ( Strengths )
1). Kemampuan menangani pengangguran tenaga kerja perempuan yang didukung oleh
kelembagaan Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Sosial Kabupaten Semarang
dengan tugas pokok, fungsi dan kewenangan yang jelas.
2). Adanya upaya penempatan tenaga kerja perempuan sesuai dengan keahliannya
melalui pelaksanaan program / kegiatan penempatan tenaga kerja.
3). Adanya fasilitasi kepada pencari tenaga kerja perempuan dalam mencari lowongan
kerja melalui bursa kerja dan penyediaan informasi lowongan pekerjaan.
-
58
4). Adanya sumber daya aparatur ketenagakerjaan yang memadai yang didukung oleh 89
orang pegawai.
5). Adanya komitmen pimpinan dan staf untuk meningkatkan kemampuan SDM di
bidang ketenagakerjaan melalui pelatihan, bimbingan teknis dan kegiatan lainnya.
b. Kelemahan ( Weakness )
1). Koordinasi antar instansi belum optimal sehingga tidak sinergi dan terpadu dalam
pembinaan tenaga kerja perempuan.
2). Belum optimalnya regulasi daerah tentang tenaga kerja perempuan
3). Kemampuan atau kesiapan BLK (Balai Latihan Kerja) yang terbatas dalam SDM,
peralatan dan kurikulum
4). Terbatasnya sarana dan prasarana Dinas Sosnakertrans untuk melakukan
pembinaan dan bimbingan tenaga kerja perempuan, misalnya sarana mobilitas
yang jumlahnya masih kurang.
5). Belum optimalnya layanan bursa kerja melalui bursa kerja on line (BKOL).
Dengan menggunakan professional judgement yang dimiliki oleh anggota-anggota
Kelompok III yaitu berdasarkan pengetahuan dan pengalaman serta penilaian maka
selanjutnya dipilih faktor-faktor internal yang ada di Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan
Transmigrasi Kabupaten Semarang masing-masing sebanyak 3 (tiga) faktor sebagaimana
tertuang dalam tabel berikut (tabel 4) :
Tabel 4. Faktor-Faktor Internal
Dinas Sosnakertrans Kabupaten Semarang Tahun 2013
Kekuatan (S) Kelemahan (W)
1. Kemampuan menangani pengangguran tenaga kerja perempuan;
2. Adanya upaya penempatan tenaga kerja perempuan sesuai dengan keahliannya;
1. Koordinasi antar instansi belum optimal sehingga tidak sinergi dan terpadu.
2. Belum optimalnya regulasi daerah tentang tenaga kerja perempuan
3. Kemampuan atau kesiapan BLK (Balai Latihan Kerja) yang terbatas dalam SDM, peralatan dan kurikulum.
-
59
3. Adanya fasilitasi kepada pencari tenaga kerja perempuan
2. Identifikasi faktor faktor Eksternal
a. Peluang ( Opportunities )
1). Adanya kerja sama dengan Pemerintah Provinsi / Pusat dalam
peningkatan kompentensi SDM Dinsosnakertrans melalui
penawaran diklat, pelatihan dan seminar.
2). Hubungan yang sinergis antara LPK (Lembaga Pelatihan
Ketrampilan) dengan Dinsosnakertrans dalam memberikan pelatihan
kepada tenaga kerja perempuan.
3). Adanya jaringan kerja sama dalam menyalurkan tenaga kerja
perempuan dengan pihak swasta dan perusahaan.
4). Masih besarnya potensi pasar tenaga kerja di Kabupaten Semarang
yang didukung dengan ketersediaan berbagai perusahaan / industri
padat karya.
5). Masih terbukanya peluang pasar tenaga kerja di luar Kabupaten
Semarang.
b. Ancaman ( Threats )
1). Tuntutan pasar tenaga kerja perempuan dengan pendidikan tinggi sehingga
menyulitkan bagi tenaga kerja perempuan yang berpendidikan rendah untuk
memperoleh kesempatan kerja.
2). Tingkat keahlian pencari kerja perempuan masih rendah, sebagian besar
kompetensinya tidak sesuai dengan persyaratan permintaan tenaga kerja sehingga
menyulitkan dalam mencari kerja.
-
60
3). Penguasaan teknologi pelatihan tenaga kerja perempuan belum memadai.
4). Masih adanya pemberian gaji / upah tenaga kerja yang belum sesuai dengan UMK
yang berlaku.
5). Terbatasnya lowongan kerja yang terdaftar dari perusahaan pengguna tenaga kerja.
Dengan menggunakan professional judgement, maka selanjutnya dipilih faktor-
faktor eksternal Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Semarang masing-
masing sebanyak 3 faktor sebagaimana tertuang dalam tabel berikut (tabel 5) :
Tabel 5. Faktor-Faktor Eksternal
Dinas Sosnakertrans Kabupaten Semarang Tahun 2013
Peluang (O) Ancaman (T)
1. Adanya kerja sama dengan Pemerintah Provinsi/Pusat dalam peningkatan kompentensi SDM Dinsosnakertrans.
2. Hubungan yang sinergis antara LPK dengan Dinsosnakertrans dalam memberikan pelatihan kepada tenaga kerja perempuan.
3. Adanya jaringan kerja sama dalam menyalurkan tenaga kerja perempuan.
1. Tuntutan pasar tenaga kerja perempuan dengan pendidikan tinggi.
2. Tingkat keahlian pencari kerja perempuan masih rendah.
3. Penguasaan teknologi pelatihan tenaga kerja perempuan belum memadai.
3. Penilaian Faktor Internal dan Eksternal
Penilaian faktor internal dan eksternal dilakukan untuk menentukan faktor-faktor
yang paling dominan dari masing-masing S, W, O dan T dengan menggunakan analisis USG
(Urgency, Seriousness, Growth) dengan menggunakan skala nilai 1 (satu) sampai dengan 5
(lima) sebagai berikut :
a. Angka 5 memiliki USG yang relatif sangat tinggi
-
61
b. Angka 4 memiliki USG yang relatif tinggi
c. Angka 3 memiliki USG yang relatif cukup tinggi
d. Angka 2 memiliki USG yang relatif rendah
e. Angka 1 memiliki USG yang relatif sangat rendah
Hasil analisis USG selanjutnya dapat disajikan dalam tabel sebagai berikut (tabel 6) :
Tabel 6.
Analisis USG Faktor Internal dan Eksternal
Dinas Sosnakertrans Kabupaten Semarang Tahun 2013
Identifikasi Faktor Internal
No Faktor Kekuatan (S) U S G Total 1 Kemampuan menangani pengangguran tenaga kerja perempuan 5 5 3 13 2 Adanya upaya penempatan tenaga kerja perempuan sesuai
dengan keahliannya 5 3 3 11
3 Adanya fasilitasi kepada pencari tenaga kerja perempuan 5 2 3 10 Faktor Kelemahan (W) 1 Koordinasi antar instansi belum optimal sehingga tidak sinergi
dan terpadu. 4 4 4 12
2 Belum optimalnya regulasi daerah tentang tenaga kerja perempuan 5 5 5 15
3 Kemampuan atau kesiapan BLK yang terbatas dalam SDM, peralatan dan kurikulum. 5 4 4 13
Identifikasi Faktor Eksternal
No Faktor Peluang (O) U S G Total 1 Adanya kerja sama dengan Pemerintah Provinsi/Pusat dalam
peningkatan kompentensi SDM Dinsosnakertrans. 5 5 3 13
2 Hubungan yang sinergis antara LPK dengan Dinsosnakertrans dalam memberikan pelatihan kepada tenaga kerja perempuan. 5 5 4 14
3 Adanya jaringan kerja sama dalam menyalurkan tenaga kerja perempuan. 5 3 3 11
Faktor Ancaman (T) 1 Tuntutan pasar tenaga kerja perempuan dengan pendidikan
tinggi. 4 3 4 11
2 Tingkat keahlian pencari kerja perempuan masih rendah. 4 5 4 13 3 Penguasaan teknologi pelatihan tenaga kerja perempuan belum
memadai. 3 3 4 10
-
62
C. Penentuan Sasaran Strategis Prioritas
1. Faktor Kunci Strategis
Faktor kunci strategis adalah faktor yang memiliki total nilai bobot USG yang
terbesar diantara faktor-faktor yang berpengaruh terhadap sasaran yang akan dicapai. Untuk
masing-masing analisis lingkungan baik kekuatan (S) kelemahan (W), peluang (O) dan
ancaman (T), diambil total nilai bobot terbesar dan ini merupakan faktor kunci strategis. Dari
hasil analisis USG di atas dapat diketahui faktor-faktor kunci strategis sebagai berikut:
Tabel 7. Faktor-Faktor Kunci Strategis
Dinas Sosnakertrans Kabupaten Semarang Tahun 2013
SWOT Faktor Kekuatan Kunci Strategis USG Total S 1) Kemampuan menangani pengangguran tenaga kerja
perempuan
2) Adanya upaya penempatan tenaga kerja perempuan sesuai dengan keahliannya
13
11 24
W 1) Belum optimalnya regulasi daerah tentang tenaga kerja perempuan
2) Kemampuan atau kesiapan BLK yang terbatas dalam SDM, peralatan dan kurikulum
15
13 28
O 1) Adanya kerja sama dengan Pemerintah Provinsi/Pusat dalam peningkatan kompentensi SDM Dinsosnakertrans
2) Hubungan yang sinergis antara LPK dengan
Dinsosnakertrans dalam memberikan pelatihan kepada tenaga kerja perempuan
13
14
27
T 1) Tingkat keahlian pencari kerja perempuan masih rendah
2) Tuntutan pasar tenaga kerja perempuan dengan pendidikan tinggi
13
11 24
2. Posisi Kekuatan Organisasi
-
63
Berdasarkan faktor-faktor kunci strategis tersebut, selanjutnya diinteraksikan dalam
kuadran kekuatan (S), kelemahan (W), peluang (O) dan ancaman (T) sebagai berikut (Gambar
1) :
S
24
20
T
10
O 24 20 10
4
10
3 10 20 27
20
W
Rasionalisasi, investasi
-
64
28
Gambar 1 Grafik Posisi Kekuatan Organisasi
Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Semarang
Penentuan sumbu vertikal dan horizontal di atas menggunakan perhitungan sebagai
berikut : Total nilai bobot USG faktor kekuatan dikurangi total nilai bobot USG kelemahan
untuk mendapatkan titik ordinal (sumbu vertikal), sedangkan total nilai bobot USG peluang
dikurangi total nilai bobot USG tantangan untuk mendapatkan titik absis (sumbu
mendatar/horizontal).
Dari grafik di atas dapat dilihat bahwa kekuatan yang memiliki daerah terluas
(dominan) atau faktor terbesar adalah kuadran I yaitu interaksi S O. Hasil interaksi antara S
dan O inilah yang merupakan faktor paling strategis yang dikembangkan lebih lanjut dalam
program-program dan kegiatan-kegiatan organisasi.
3. Pemetaan Interaksi Faktor
Penentuan sasaran strategis merupakan langkah pemetaan yang menggambarkan
interaksi antara faktor-faktor internal (kekuatan dan kelemahan) dengan faktor-faktor
eksternal (peluang dan ancaman) untuk menghasilkan sasaran strategis yang perlu dicapai
oleh Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Semarang.
Interaksi antar faktor-faktor tersebut secara lengkap tersaji sebagai berikut (Tabel 8) :
-
65
Tabel 8. Pemetaan Interaksi Faktor Internal dan Eksternal
Faktor Kunci
Keberhasilan Internal Faktor Kunci Kerberhasilan Eksternal
STRENGTHS ( Kekuatan )
1. Kemampuan menangani
pengangguran tenaga kerja perempuan
2. Adanya upaya penempatan tenaga kerja perempuan sesuai dengan keahliannya
WEAKNESSES ( Kelemahan )
1. Kemampuan atau kesiapan
BLK yang terbatas dalam SDM, peralatan dan kurikulum.
2. Belum optimalnya regulasi daerah tentang tenaga kerja perempuan
OPPORTUNITIES (Peluang) 1. Adanya kerja sama dengan
Pemerintah Provinsi/Pusat dalam peningkatan kompentensi SDM Dinsosnakertrans
2. Hubungan yang sinergis antara
LPK dengan Dinsosnakertrans dalam memberikan pelatihan kepada tenaga kerja perempuan
SO (upaya kooperatif)
a. Tingkatkan kompetensi SDM Dinsosnakertrans untuk menangani pengangguran tenaga kerja perempuan
b. Tingkatkan pelatihan kepada
tenaga kerja perempuan untuk bekerja sesuai dengan keahliannya
WO (rasionalisasi, investasi)
a. Tingkatkan kemampuan BLK (SDM, sarana dan kurikulum) dalam menyalurkan tenaga kerja perempuan
b. Optimalkan regulasi daerah
tentang ketenagakerjaan untuk mensinergikan antara Dinsosnakertrans dengan LPK dalam memberikan pelatihan kepada tenaga kerja perempuan
THREATS (Ancaman)
1. Tuntutan pasar tenaga kerja perempuan dengan pendidikan tinggi
2. Tingkat keahlian pencari kerja perempuan masih rendah
ST (keuntungan mobilitas)
a. Optimalkan peluang pasar untuk menampung tenaga kerja perempuan yang sesuai dengan pendidikan
b. Tingkatkan keahlian tenaga kerja perempuan untuk memudahkan dalam penempatan.
WT (status quo)
a. Tingkatkan kemampuan BLK dalam memberikan pelatihan tenaga kerja perempuan
b. Optimalkan regulasi daerah untuk mendukung peningkatan keahlian tenaga kerja perempuan
D. Penentuan Satu Sasaran Strategis Prioritas
Strategi yang telah disusun tersebut masih bersifat tindakan umum dan belum
merupakan kegiatan operasional. Strategi tersebut dapat dikategorikan sebagai program utama
yang akan dilakukan secara terpadu, yang kemudian dipilih salah satu untuk dijadikan sebagai
-
66
sasaran prioritas yaitu sasaran yang hendak dicapai oleh Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan
Transmigrasi Kabupaten Semarang yang dijabarkan menjadi rencana kegiatan (action plan).
Penentuan sasaran proritas dilakukan dengan mengaplikasikan beberapa kriteria yaitu
Urgensi, Kemudahan, Efisiensi Biaya, Landasan Legalitas, dan Dampak bagi peningkatan kinerja
secara keseluruhan, dengan memberikan bobot nilai 1-5 sebagai berikut :
- Nilai 5 menyatakan sangat tinggi
- Nilai 4 menyatakan tinggi
- Nilai 3 menyatakan sedang
- Nilai 2 menyatakan rendah
- Nilai 1 menyatakan sangat rendah
Adapun penentuan sasaran proritas dengan pembobotan nilai dapat dilihat pada tabel 9
:
Tabel 9. Penentuan Sasaran Strategis Prioritas
Kabupaten Semarang Tahun 2013
INDIKATOR PENILAIAN No Alternatif Tingkat Kemu- Efisiensi Landasan Dampak Jumlah Urgensi dahan Biaya Legalitas A Strategi S-O (upaya kooperatif) 1. Tingkatkan kompetensi SDM
Dinsosnakertrans untuk menangani pengangguran tenaga kerja perempuan 4 4 3 5 4 20
2. Tingkatkan pelatihan kepada tenaga kerja perempuan untuk bekerja sesuai dengan keahliannya 4 3 4 4 3 18
B Strategi W-O (rasionalisasi, investasi) 1. Tingkatkan kemampuan BLK (SDM, sarana
dan kurikulum) dalam menyalurkan tenaga kerja perempuan 5 3 3 4 4 19
-
67
2. Optimalkan regulasi daerah tentang ketenagakerjaan untuk mensinergikan antara Dinsosnakertrans dengan LPK dalam memberikan pelatihan kepada tenaga kerja perempuan 5 3 4 5 5 22
C Strategi S-T (keuntungan mobilitas) 1. Optimalkan peluang pasar untuk
menampung tenaga kerja perempuan yang sesuai dengan pendidikan 4 2 3 3 4 16
2. Tingkatkan keahlian tenaga kerja perempuan untuk memudahkan dalam penempatan 5 4 4 3 5 21
D Strategi W-T (status quo) 1. Tingkatkan kemampuan BLK dalam
memberikan pelatihan tenaga kerja perempuan 4 3 3 2 4 16
2. Optimalkan regulasi daerah untuk mendukung peningkatan keahlian tenaga kerja perempuan 5 3 3 4 4 19
Dari perhitungan penetapan strategi prioritas di atas dapat ditentukan sebagai prioritas
tindakan yang perlu segera dilaksanakan adalah strategi W-O nomor 2 dengan rangking tertinggi
(22) yaitu Optimalkan regulasi daerah tentang ketenagakerjaan untuk mensinergikan antara
Dinsosnakertrans dengan LPK dalam memberikan pelatihan kepada tenaga kerja perempuan.
BAB IV
-
68
PENYUSUNAN RENCANA KEGIATAN
A. Strategi Pelaksanaan
Keberadaan Lembaga Pelatihan Kerja (LPK) mutlak diperlukan dalam rangka
peningkatan kualitas SDM pencari kerja khususnya tenaga kerja perempuan. Permasalahan
tentang kualitas SDM pencari kerja mutlak perlu ditingkatkan di tengah persaingan pasar tenaga
kerja yang menghendaki pendidikan serta ketrampilan yang memadai untuk bisa terserap pasar.
Kebutuhan pasar tenaga kerja yang sedemikian besar di Kabupaten Semarang sendiri
menghendaki adanya keahlian khusus yang harus dimiliki oleh pencari kerja, disamping
kebutuhan akan pasar tenaga kerja dari luar Kabupaten Semarang yang terus menghendaki
adanya kualitas yang tinggi khususnya tenaga kerja perempuan.
Pelaksananaan latihan tenaga kerja yang ada selama ini belum mampu menampung
kebutuhan pencari kerja disamping karena sarana-prasarana yang kurang memadai termasuk juga
keterbatasan anggaran yang ada, termasuk diantaranya pelaksanaan pelatihan yang hanya diampu
oleh salah satu bidang pada Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Semarang
disamping adanya ketugasan rutin atau tugas-tugas lain di luar kegiatan pelatihan akan lebih
memicu kurang maksimalnya pelaksanaan pelatihan.
Keterbatasan lowongan pencari kerja yang ada, maka diupayakan tenaga kerja
diarahkan untuk menjadi tenaga kerja mandiri sehingga dibutuhkan kemampuan, pengetahuan
dan ketrampilan wirausaha untuk menjadi tenaga kerja mandiri. Untuk itu perlu adanya
koordinasi dan kerjasama yang sinergis antara Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi
Kabupaten Semarang dengan Lembaga Pelatihan Kerja (LPK). Setelah mendapatkan pelatihan
diharapkan adanya kerjasama dengan Institusi yang dapat mendampingi para tenaga kerja
perempuan untuk melakukan wirausaha sendiri dan memberikan bantuan permodalan dan lain-
lain.
-
69
B. Langkah-Langkah Yang Ditempuh
Berdasarkan hasil analisis SWOT pada bab terdahulu dalam rangka optimalisasi
penyerapan tenaga kerja perempuan guna mengurangi angka pengangguran yang dilaksanakan
oleh Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Semarang, maka strategi yang akan
ditempuh adalah Optimalkan regulasi daerah tentang ketenagakerjaan untuk mensinergikan
antara Dinsosnakertrans dengan LPK dalam memberikan pelatihan kepada tenaga kerja
perempuan.
Dari strategi tersebut selanjutnya disusun rencana tindakan dan aktivitas yang akan
dilaksanakan dalam rangka mencapai sasaran yang telah ditetapkan. Adapun tindakan dan
aktivitas yang akan dilaksanakan dalam upaya optimalisasi penyerapan tenaga kerja perempuan
guna mengurangi angka pengangguran di Kabupaten Semarang adalah :
Tabel 10. Langkah-Langkah Kegiatan dan Aktivitas
Dinas Sosnakertrans Kabupaten Semarang Tahun 2014
No. Langkah Utama Aktivitas Kegiatan
I. Orientasi 1. Mempelajari dasar hukum 2. Menganalisis sasaran dan manfaat 3. Menganalisis jenis pelatihan yang dibutuhkan
II. Persiapan 1. Menyusun jadwal dan anggaran 2. Menyusun rencana kerja 3. Menyusun daftar peserta pelatihan usaha produktif (PUP) 4. Melakukan koordinasi internal dan eksternal
III. Pelaksanaan 1. Membuat MoU kerjasama pelatihan PUP bagi tenaga kerja perempuan dengan LPK
2. Melaksanakan pelatihan usaha produktif (PUP) bagi pencaker perempuan
IV. Pengendalian 1. Memonitor kegiatan 2. Mengevaluasi 3. Menyusun laporan kegiatan
Agar rencana tindakan dapat terlaksana dengan efektif maka setiap aktivitas harus
memiliki penanggungjawab yang terbagi ke dalam penanggungjawab utama dan
-
70
penanggungjawab pendukung dengan mengalokasikan personil yang terdapat dalam tim kerja
sebagaimana tampak pada tabel 11 berikut :
Tabel 11. Penanggung Jawab Kegiatan
Dinas Sosnakertrans Kabupaten Semarang Tahun 2014
No Langkah Kegiatan Penanggung Jawab Utama Pendukung 1. Mempelajari dasar hukum Kabid Pelatihan dan
Produktivitas Tenaga Kerja
Ka. Seksi Pelatihan Tenaga
Kerja 2. Menganalisis sasaran dan manfaat Kabid Pelatihan dan
Produktivitas Tenaga Kerja
Ka. Seksi Pelatihan Tenaga
Kerja 3. Menganalisis jenis pelatihan yang dibutuhkan Kabid Pelatihan dan
Produktivitas Tenaga Kerja
Ka. Seksi Pelatihan Tenaga
Kerja 4. Menyusun jadwal dan anggaran Kabid Pelatihan dan
Produktivitas Tenaga Kerja
Kasubag Perencanaan
5. Menyusun rencana kerja Kabid Pelatihan dan Produktivitas Tenaga
Kerja
Kasubag Perencanaan
6. Menyusun daftar peserta pelatihan usaha produktif (PUP)
Ka. Seksi Pelatihan Tenaga Kerja
Staf
7. Melakukan koordinasi internal dan eksternal Kepala Dinas Sekretaris Dinas 8. Membuat MoU kerjasama pelatihan PUP bagi
tenaga kerja perempuan dengan LPK Kepala Dinas Direktur LPK
9. Melaksanakan pelatihan usaha produktif (PUP) bagi pencaker perempuan
Kabid Pelatihan dan Produktivitas Tenaga
Kerja
Ka. Seksi Pelatihan Tenaga
Kerja 10. Memonitor kegiatan Kabid Pelatihan dan
Produktivitas Tenaga Kerja
Ka. Seksi Pelatihan Tenaga
Kerja 11. Mengevaluasi Kabid Pelatihan dan
Produktivitas Tenaga Kerja
Ka. Seksi Pelatihan Tenaga
Kerja 12. Menyusun laporan kegiatan Kabid Pelatihan dan
Produktivitas Tenaga Kerja
Ka. Seksi Pelatihan Tenaga
Kerja
-
71
Dalam setiap pelaksanaan suatu aktivitas, tentu dibutuhkan sumber daya baik sumber
daya manusia, biaya maupun peralatan dan lain-lain. Untuk itu dalam rencana tindakan dan
aktivitas harus tertuang secara jelas sumber daya yang dibutuhkan seperti tampak dalam tabel
12 berikut ini :
Tabel 12. Sumber Daya Yang Dibutuhkan Dalam Pelaksanaan Kegiatan
Dinas Sosnakertrans Kabupaten Semarang Tahun 2014
No Aktivitas Sumber Daya
Uang (Rp.)
Waktu Lain-Lain
1. Mempelajari dasar hukum 100.000 Januari 5 orang
2. Menganalisis sasaran dan manfaat 100.000 Januari 5 orang
3. Menganalisis jenis pelatihan yang dibutuhkan 100.000 Januari 10 orang
4. Menyusun jadwal dan anggaran 250.000 Februari 3 orang
5. Menyusun rencana kerja 200.000 Februari 3 orang
6. Menyusun daftar peserta pelatihan usaha produktif (PUP)
500.000 Februari 8 orang
7. Melakukan koordinasi internal dan eksternal 3.500.000 Maret 4 orang
8. Membuat MoU kerjasama pelatihan PUP bagi tenaga kerja perempuan dengan LPK
500.000 Maret 6 orang
9. Melaksanakan pelatihan usaha produktif (PUP) bagi pencaker perempuan
50.000.000 April, mei 80 orang
10. Memonitor kegiatan 850.000 Jan Mei 5 orang 11. Mengevaluasi 250.000 Setiap
triwulan 5 orang
12. Menyusun laporan kegiatan 250.000 Juni 5 orang
Jumlah 56.600.000
C. Jadwal Pelaksanaan
Dalam pelaksanaan suatu rencana tindakan dan aktivitas diperlukan adanya jadwal
pelaksanaan kegiatan yang dimaksudkan untuk menjamin efektifitas pelaksanaan kegiatan. Jadwal
ini disusun untuk satu tahun anggaran seperti tampak dalam tabel 13 berikut :
Tabel 13.
-
72
Jadwal Pelaksanaan Kegiatan Dinas Sosnakertrans Kabupaten Semarang Tahun 2014
No Program Kegiatan Tahun 2014 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1. Mempelajari dasar hukum
2. Menganalisis sasaran dan manfaat
3. Menganalisis jenis pelatihan yang dibutuhkan
4. Menyusun jadwal dan anggaran
5. Menyusun rencana kerja
6. Menyusun daftar peserta pelatihan usaha produktif (PUP)
7. Melakukan koordinasi internal dan eksternal
8. Membuat MoU kerjasama pelatihan PUP bagi tenaga kerja perempuan dengan LPK
9. Melaksanakan pelatihan usaha produktif (PUP) bagi pencaker perempuan
10. Memonitor kegiatan
11. Mengevaluasi
12. Menyusun laporan kegiatan
-
73
D. Mekanisme Monitoring
Dalam rangka upaya mengetahui apakah suatu aktivitas telah berjalan dengan baik atau
tidak dan apakah target suatu aktivitas sudah tercapai atau belum, perlu direncanakan suatu
mekanisme monitoring dan evaluasi yang befungsi sebagai alat kontrol dalam pelaksanaan suatu
aktivitas. Instrumen monitoring dan evaluasi tertuang pada tabel 14 berikut ini :
Tabel 14. Monitoring dan Evaluasi Kegiatan
Dinas Sosnakertrans Kabupaten Semarang Tahun 2014
No. Kegiatan Alat Kontrol
1. Mempelajari dasar hukum Check list 2. Menganalisis sasaran dan manfaat Daftar sasaran dan manfaat 3. Menganalisis jenis pelatihan yang dibutuhkan Jenis Pelatihan 4. Menyusun jadwal dan anggaran Jadwal 5. Menyusun rencana kerja Rencana kerja 6. Menyusun daftar peserta pelatihan usaha produktif
(PUP) Daftar peserta
7. Melakukan koordinasi internal dan eksternal Daftar hadir rapat 8. Membuat MoU kerjasama pelatihan PUP bagi tenaga
kerja perempuan dengan LPK MoU kerjasama
9. Melaksanakan pelatihan usaha produktif (PUP) bagi pencaker perempuan
Daftar hadi peserta
10. Memonitor kegiatan Check list 11. Mengevaluasi Check list 12. Menyusun laporan kegiatan Buku laporan
-
74
J. BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan maupun uraian dari Bab I sampai dengan Bab
IV, maka dalam upaya optimalisasi penyerapan tenaga kerja perempuan guna
mengurangi angka pengangguran di Kabupaten Semarang Provinsi Jawa Tengah
dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Jumlah pencari kerja perempuan di Kabupaten Semarang pada tahun 2012
lebih tinggi daripada jumlah pencari kerja laki-laki yaitu 5001 orang
berbanding 3383 orang, hal ini menunjukkan bahwa potensi tenaga kerja
perempuan di Kabupaten Semarang cukup besar.
2. Kendala yang dihadapi dalam upaya optimalisasi penyerapan tenaga kerja
perempuan guna mengurangi angka pengangguran di Kabupaten Semarang
antara lain :
a. Belum optimalnya regulasi daerah tentang tenaga kerja perempuan
b. Kemampuan atau kesiapan BLK yang terbatas dalam SDM, peralatan dan
kurikulum
c. Tingkat keahlian pencari kerja perempuan masih rendah
d. Tuntutan pasar tenaga kerja perempuan dengan pendidikan tinggi
3. Strategi yang dihasilkan dari hasil analisis SWOT yaitu strategi W-O yaitu
Optimalkan Regulasi Daerah Tentang Ketenagakerjaan Untuk
-
75
Mensinergikan Antara Dinsosnakertrans Dengan LPK Dalam Memberikan
Pelatihan Kepada Tenaga Kerja Perempuan.
B. Rekomendasi
Dari rumusan kesimpulan di atas, perlu adanya saran bagi penentu
kebijakan dan pelaksana program di Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi
Kabupaten Semarang dalam upaya optimalisasi penyerapan tenaga kerja
perempuan guna mengurangi angka pengangguran sebagai berikut :
1. Meningkatkan kualitas keahlian / keterampilan tenaga kerja perempuan
melalui program pelatihan dengan melibatkan Lembaga Pelatihan Kerja
(LPK).
2. Meningkatkan jenis pelatihan yang menjurus pada ketrampilan yang
mengarah pembentukan tenaga kerja mandiri untuk mengurangi angka
pengangguran tenaga kerja perempuan.
3. Meningkatkan keterlibatan instansi/lembaga lain yang terkait serta peran serta
masyarakat dalam memberikan bantuan pendampingan bagi tenaga kerja
mandiri yang melaksanakan wirausaha mandiri.
Demikian Kertas Kerja Kelompok yang disusun oleh Kelompok III ini
dapat diselesaikan. Kiranya dapat bermanfaat bagi semua pihak, khususnya bagi
Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Semarang.
DAFTAR PUSTAKA
-
76
Buku / Literatur :
Departemen Tenaga Kerja RI, 1985, Sistem Antar Kerja.
Departemen Tenaga Kerja RI, 1995, Pedoman Penempatan Tenaga Kerja Muda.
Departemen Tenaga Kerja RI, 2002, Bursa Kerja dan Pengenalan Bursa Kerja
Online.
Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Semarang, 2013,
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Dinas Sosial, Tenaga
Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Semarang Tahun 2012, Semarang.
Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Semarang, 2010,
Rencana Strategis Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi
Kabupaten Semarang 2010 2015, Semarang.
Lembaga Administrasi Negara, 2008, Kebijakan dan Program Pembangunan
Nasional, Republik Indonesia, Jakarta.
Lembaga Administrasi Negara, 2008, Operasionalisasi Pelayanan Prima, Republik Indonesia, Jakarta.
Lembaga Administrasi Negara, 2008, Pemecahan Masalah dan Pengambilan
Keputusan (PMPK), Bahan Ajar Diklatpim IV LAN-RI.
----------------, 2011, Situs internet Pemerintah Kabupaten Semarang
http://semarangkab.go.id
Peraturan Perundang-Undangan :
Pemerintah RI, 1945, Undang-Undang Dasar 1945
-
77
Pemerintah RI, 2003 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
Pemerintah RI, 2004, Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional. Pemerintah RI, 1999, Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 tentang
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. Pemerintah Daerah Kabupaten Semarang, 2008, Peraturan Daerah Kabupaten
Semarang Nomor 13 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Kabupaten Semarang.
-
78
lampiran