kkk_naker

43
36 OPTIMALISASI PENYERAPAN TENAGA KERJA PEREMPUAN UNTUK MENGURANGI PENGANGGURAN DI KABUPATEN SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH KERTAS KERJA KELOMPOK OBSERVASI LAPANGAN (KKK - OL) DISUSUN OLEH : KELOMPOK III PEMERINTAH DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN DIKLATPIM TINGKAT IV ANGKATAN I YOGYAKARTA 2013

Upload: wayangunawan

Post on 23-Nov-2015

20 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

KKP Proyek Perubahan

TRANSCRIPT

  • 36

    OPTIMALISASI PENYERAPAN TENAGA KERJA PEREMPUAN UNTUK MENGURANGI

    PENGANGGURAN DI KABUPATEN SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH

    KERTAS KERJA KELOMPOK OBSERVASI LAPANGAN (KKK - OL)

    DISUSUN OLEH :

    KELOMPOK III

    PEMERINTAH DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

    BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN

    DIKLATPIM TINGKAT IV ANGKATAN I

    YOGYAKARTA 2013

  • 37

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Undang-Undang Dasar 1945 pasal 27 ayat 2 menyatakan bahwa tiap-tiap

    warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi

    kemanusiaan. Untuk itu masalah ketenagakerjaan merupakan masalah yang

    penting dan mendasar dalam kehidupan Bangsa Indonesia. Segala upaya

    pembangunan harus diarahkan pada penciptaan lapangan kerja sehingga setiap

    warga negara dapat memperoleh pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi

    kemanusiaan.

    Sedangkan dalam Undang undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun

    2003 tentang Ketenagakerjaan mengamanatkan bahwa perluasan kesempatan

    kerja baik di dalam maupun di luar hubungan kerja merupakan tanggung jawab

    pemerintah. Salah satu tujuan pembangunan ketenagakerjaan adalah pemerataan

    kesempatan kerja dan penyediaan tenaga kerja yang sesuai dengan pembangunan

    nasional dan daerah. Peluang tenaga kerja untuk memperoleh pekerjaan terkait

    dengan aktivitas dan kualitas perekonomian Indonesia khususnya dalam

    penciptaan kesempatan kerja yang produktif.

    Ketenagakerjaan merupakan aspek yang mendasar karena mencakup

    dimensi ekonomi dan sosial. Dimensi ekonomi berkaitan dengan kebutuhan

    manusia akan pekerjaan dalam rangka memperoleh pendapatan, yang secara

    langsung berhubungan dengan daya beli untuk dapat hidup layak. Sedangkan

  • 38

    dimensi sosial berkaitan dengan pengakuan masyarakat terhadap kemampuan

    individu untuk melakukan pekerjaan. Tenaga kerja merupakan sumber daya

    manusia yang sangat dibutuhkan dalam setiap pelaksanaan kegiatan

    pembangunan. Tenaga kerja dituntut memiliki kualitas tertentu untuk menjamin

    pekerja mendapatkan perlindungan dan penghasilan yang memadai untuk dapat

    hidup layak.

    Permasalahan yang berkaitan dengan ketenagakerjaan adalah masalah

    pengangguran yang jumlahnya cenderung semakin meningkat. Indikator

    pengangguran yang dapat digunakan diantaranya tingkat pengangguran terbuka

    (TPT), yaitu perbandingan antara banyaknya pencari kerja dengan angkatan kerja.

    Tingginya angka pengangguran disebabkan antara lain oleh adanya

    ketidakseimbangan antara pertambahan jumlah angkatan kerja dengan pergerakan

    kesempatan kerja, kualitas pengangguran yang tidak dapat memenuhi persyaratan

    kesempatan kerja yang tersedia, krisis ekonomi global yang menyebabkan dunia

    usaha semakin tidak kondusif dan minimnya informasi pasar kerja baik dalam

    maupun luar negeri.

    Tingginya angka pengangguran terbuka merupakan masalah nasional

    yang serius dan harus segera dipecahkan bersama baik antara pihak pemerintah

    dan swasta maupun antar instansi pemerintah. Dalam hal ini pemerintah

    mempunyai peranan yang sangat penting. Disamping sebagai penggerak,

    pemerintah juga ikut serta menciptakan perluasan kesempatan kerja dan

    pengurangan pengangguran.

  • 39

    Sebagai tindak lanjut pengarusutamaan gender di berbagai sektor

    termasuk sektor tenaga kerja, berbagai usaha dan reformasi telah dilakukan oleh

    Pemerintah untuk meningkatkan penyerapan tenaga kerja perempuan.

    Permasalahan yang muncul sampai saat ini, adalah masih tingginya angka

    pengangguran pada umumnya dan pengangguran perempuan pada khususnya,

    yang disebabkan beberapa faktor yaitu :

    Permasalahan pertama adalah kesempatan kerja yang terbatas bagi

    tenaga kerja akibat tingkat pertumbuhan ekonomi belum dapat menyerap

    angkatan kerja khususnya tenaga kerja perempuan yang masuk ke dalam pasar

    kerja dan jumlah pengangguran yang telah ada.

    Permasalahan kedua adalah rendahnya kualitas angkatan kerja

    perempuan, hal ini berdampak kepada kompetisi dalam memperoleh kesempatan

    kerja baik di dalam maupun di luar negeri yang semakin tinggi karena terbukanya

    persaingan.

    Permasalahan ketiga adalah keterbatasan informasi sehingga pengguna

    dan pencari kerja tidak dapat bertemu. Banyaknya pencari kerja yang tidak dapat

    menemukan sendiri lowongan pekerjaan yang sesuai dengan kemauan, potensi

    dan kemampuan, sebaliknya banyak pemberi kerja (pengguna tenaga kerja) tidak

    dapat menemukan sendiri tenaga kerja yang memenuhi persyaratan dan

    memenuhi kriteria untuk kelangsungan dan perkembangan usahanya.

    Dengan mengacu pada tema Diklat Kepemimpinan Tingkat IV Angkatan

    I Badan Diklat Pemerintah Daerah DIY Tahun 2013 yaitu Peningkatan

  • 40

    Kemutahiran Data dan Informasi, Keunggulan Layanan Aparatur dan Kompetensi

    Kinerja Lembaga Untuk Terwujudnya Motivasi Masyarakat Berwirausaha, maka

    Kelompok III tertarik untuk mengambil judul Kertas Kerja Kelompok yaitu

    OPTIMALISASI PENYERAPAN TENAGA KERJA PEREMPUAN UNTUK

    MENGURANGI PENGANGGURAN DI KABUPATEN SEMARANG

    PROVINSI JAWA TENGAH.

    B. Masalah Pokok

    Diantara faktor yang berpengaruh pada upaya optimalisasi penyerapan

    tenaga kerja perempuan untuk mengurangi pengangguran di daerah, disamping

    menciptakan lapangan kerja, juga bagaimana pengembangan potensi tenaga kerja

    yang ada, khususnya tenaga kerja perempuan sehingga upaya optimalisai

    penyerapan tenaga kerja perempuan dapat tercapai. Peningkatan kualitas tenaga

    kerja perempuan sangat diperlukan dalam rangka peningkatan daya saing tenaga

    kerja perempuan dalam memperoleh peluang kerja. Dengan semakin tingginya

    kesempatan kerja untuk tenaga kerja perempuan diharapkan dapat mengurangi

    tingginya angka pengangguran.

    Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka yang menjadi masalah pokok

    dalam penulisan Kertas Kerja Kelompok ini adalah : Bagaimana upaya

    Pemerintah Kabupaten Semarang untuk meningkatkan penyerapan tenaga kerja

    perempuan di wilayahnya dalam rangka mengurangi angka pengangguran ?

  • 41

    C. Maksud dan Tujuan

    Pembuatan Kertas Kerja Kelompok dimaksudkan untuk mengetahui dari

    dekat sejauh mana pengaruh fungsi manajemen yang berupa fungsi perencanaan,

    pelaksanaan dan pengawasan terhadap upaya optimalisasi penyerapan tenaga

    kerja perempuan dalam rangka mengurangi angka pengangguran di Kabupaten

    Semarang yang dituangkan dalam Kertas Kerja Kelompok Observasi Lapangan.

    Sedangkan tujuan dari dilaksanakannya observasi lapangan ini adalah untuk :

    1. Mengetahui bagaimana kebijakan yang dikembangkan oleh Pemerintah

    Kabupaten Semarang dalam meningkatkan penyerapan tenaga kerja

    perempuan guna mengurangi angka pengangguran.

    2. Memberikan masukan/saran kepada Pemerintah Kabupaten Semarang dalam

    rangka peningkatan penyerapan tenaga kerja perempuan.

    3. Menjadi salah satu syarat untuk menyelesaikan Diklat PIM Tingkat IV.

    D. Batasan dan Pengertian

    Sesuai dengan judul Kertas Kerja Kelompok yaitu Optimalisasi

    Penyerapan Tenaga Kerja Perempuan Untuk Mengurangi Pengangguran di

    Kabupaten Semarang Provinsi Jawa Tengah, maka di bawah ini dijelaskan

    beberapa batasan pengertian agar diperoleh persepsi yang sama dalam memahami

    kertas kerja kelompok sebagai berikut :

    1. Optimalisasi adalah proses, cara atau perbuatan menaikkan derajat atau taraf

    kegiatan (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2008)

  • 42

    2. Tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna

    menghasilkan barang dan/atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri

    maupun untuk masyarakat (UU No. 13 Th. 2003).

    3. Tenaga Kerja Perempuan adalah tenaga kerja berjenis kelamin perempuan.

    4. Pengangguran adalah orang yang tidak bekerja sama sekali, sedang mencari

    kerja, bekerja kurang dari dua hari selama seminggu, atau seseorang yang

    sedang berusaha mendapatkan pekerjaan (BPS, 2009).

    Agar pembahasan lebih terfokus maka topik yang diangkat dalam Kertas

    Kerja Kelompok ini dibatasi pada upaya penyerapan tenaga kerja perempuan

    guna mengurangi angka pengangguran yang disusun secara sistematis dengan

    memperhatikan sumber daya yang ada khususnya pada Dinas Sosial, Tenaga

    Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Semarang sebagai instansi andalan dalam

    penyusunan Kertas Kerja Kelompok ini.

    E. Lingkup Bahasan

    Dalam penyusunan Kertas Kerja Kelompok ini, Kelompok III sebagai

    peserta Diklatpim IV Angkatan I Badan Diklat Pemerintah Daerah Daerah

    Istimewa Yogyakarta tahun 2013 memberikan lingkup pembahasan sebagai

    berikut :

    1. Memaparkan gambaran organisasi Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan

    Transmigrasi Kabupaten Semarang secara umum dalam upayanya

    meningkatkan penyerapan tenaga kerja perempuan guna mengurangi angka

  • 43

    pengangguran di Kabupaten Semarang Provinsi Jawa Tengah menggunakan

    analisis SWOT.

    2. Memberikan gambaran tentang kegiatan-kegiatan yang perlu dikembangkan

    oleh Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Semarang

    untuk mengoptimalkan penyerapan tenaga kerja perempuan guna mengurangi

    angka pengangguran di Kabupaten Semarang.

    F. Metode Pengumpulan Data

    Dalam penyusunan Kertas Kerja Kelompok ini pengumpulan data

    dilakukan melalui dua cara yaitu:

    1. Data Primer, diperoleh melalui:

    a. Kuesioner, yaitu data dikumpulkan dengan metode penyebaran daftar

    pertanyaan kepada responden untuk memperoleh jawaban.

    b. Wawancara langsung, yaitu melakukan wawancara langsung dengan

    responden tentang topik yang akan dibahas.

    c. Observasi langsung di lapangan, baik untuk data yang terdokumentasi

    maupun informasi melalui penjelasan dari responden. Untuk

    memperoleh informasi data juga dilakukan melalui diskusi mendalam

    dengan responden.

    Adapun instansi yang menjadi responden adalah sebagai berikut :

    1) Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Semarang

    sebagai instansi andalan.

  • 44

    2) Badan Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan

    (BKBPP) Kabupaten Semarang sebagai instansi pendamping.

    3) Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten

    Semarang sebagai instansi pendamping.

    2. Data Sekunder, didapat dari dokumen yang ada dan laporan-laporan rutin

    berupa LAKIP, Renstra, Profil Kabupaten Semarang, dan website

    http://semarangkab.go.id

    Data yang telah terkumpul kemudian diklasifikasikan dan dianalisis

    dengan menggunakan metode SWOT sehingga dapat teridentifikasi

    permasalahan yang dihadapi dalam pelaksanaan penyerapan tenaga kerja

    perempuan guna mengurangi angka pengangguran di Kabupaten Semarang

    sehingga dapat menjadi umpan balik bagi lokus. Analisis SWOT yang digunakan

    dalam penulisan Kertas Kerja Kelompok meliputi:

    1. Identifikasi kekuatan, kelemahan, hambatan dan peluang.

    2. Pemetaan interaksi faktor

    3. Pemetaan sasaran strategis prioritas

    4. Membuat rencana kegiatan

    G. Gambaran Umum Organisasi

    1. Tugas Pokok dan Fungsi

    Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Dinas Sosnakertrans)

    Kabupaten Semarang dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten

  • 45

    Semarang Nomor 13 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas

    Daerah Kabupaten Semarang. Dinas Sosnakertrans dipimpin oleh seorang

    Kepala Dinas yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Bupati

    melalui Sekretaris Daerah.

    Dinas Sosnakertrans Kabupaten Semarang mempunyai tugas pokok

    melaksanakan urusan pemerintahan daerah di bidang sosial, tenaga kerja, dan

    transmigrasi berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan. Untuk

    menjalankan tugas pokok tersebut, Dinas Sosnakertrans Kabupaten Semarang

    mempunyai fungsi sebagai berikut :

    a. pelaksanaan pembinaan umum dan perumusan kebijakan teknis di bidang

    sosial, tenaga kerja dan transmigrasi;

    b. pelaksanaan fasilitasi pengelolaan usaha dan pengembangan usaha

    kesejahteraan sosial;

    c. pelaksanaan fasilitasi bantuan sosial akibat bencana;

    d. pelaksanaan koordinasi dengan instansi terkait dan swasta untuk

    pelaksanaan kegiatan ketenagakerjaan dan transmigrasi;

    e. pelaksanaan pembinaan, pelatihan dan produktivitas tenaga kerja, dan

    pelayanan bagi pencari kerja dan hubungan kerja;

    f. pelaksanaan pendidikan dan pelatihan calon tenaga kerja dan transmigrasi,

    dan pelaksanaan kerja sama pelatihan dengan pihak ketiga di bidang

    industri, pertanian, kerajinan dan jasa;

  • 46

    g. pelaksanaan pengawasan penempatan pekerja sosial non fungsional dan

    fungsional dan pembinaan panti sosial swasta;

    h. pelaksanaan urusan umum, kepegawaian, ketatausahaan dan rumah

    tangga; dan

    i. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Bupati sesuai dengan tugas dan

    fungsinya.

    2. Struktur Organisasi

    Struktur organisasi Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi

    Kabupaten Semarang adalah sebagai berikut :

    a. Kepala Badan;

    b. Sekretariat, terdiri dari :

    1). Subbagian Perencanaan;

    2). Subbagian Keuangan;

    3). Subbagian Umum dan Kepegawaian;

    c. Bidang Sosial, terdiri dari :

    1). Seksi Bantuan Sosial;

    2). Seksi Pemberdayaan Sosial;

    3). Seksi Rehabilitasi dan Pelayanan Sosial

    d. Bidang Hubungan Industrial dan Pengawasan Ketenagakerjaan, terdiri

    dari :

    1). Seksi Hubungan Industrial dan Syarat Kerja;

    2). Seksi Pengawasan Ketenagakerjaan.

  • 47

    e. Bidang Pelatihan dan Produktivitas Tenaga Kerja, terdiri dari :

    1). Seksi Pelatihan Tenaga Kerja;

    2). Seksi Produktivitas Tenaga Kerja, Standarisasi, Sertifikasi dan

    Kompetensi.

    f. Bidang Penempatan Tenaga Kerja dan Transmigrasi, terdiri dari :

    1). Seksi Penempatan Tenaga Kerja Dalam Negeri;

    2). Seksi Penempatan Tenaga Kerja Luar Negeri;

    3). Seksi Transmigrasi.

    g. Unit Pelaksana Teknis Dinas;

    h. Kelompok Jabatan Fungsional :

    1). Instruktur Latihan Kerja ( ILK );

    2). Pengantar Kerja;

    3). Pengawas Ketenagakerjaan.

    H. Sistematika Penulisan

    Untuk memberikan gambaran yang menyeluruh dan sistematis maka Kertas

    Kerja Kelompok (KKK) ini disusun dengan sistematika sebagai berikut :

    BAB I : Pendahuluan, berisi tentang latar belakang, masalah pokok,

    maksud dan tujuan, batasan dan pengertian, lingkup bahasan,

    metode pengumpulan data, gambaran umum organisasi, dan

    sistematika penulisan.

  • 48

    BAB II : Gambaran Umum, dalam bab ini dirumuskan visi dan misi Dinas

    Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi serta keadaan sekarang dan

    keadaan yang diinginkan di masa mendatang.

    BAB III : Analisis Strategis, dalam bab ini diidentifikasikan permasalaham

    dengan melalui analisis SWOT, interaksi antar faktor-faktor dan

    penentuan sasaran strategis.

    BAB IV : Penyusunan Rencana Tindakan, dalam bab ini dirumuskan strategi

    pelayanan prima, langkah-langkah yang ditempuh, jadwal

    pelaksanaan, dan mekanisme monitoring.

    BAB V : Penutup, dalam bab ini berisi kesimpulan dari pembahasan-

    pembahasan sebelumnya dan rekomendasi yang merupakan saran

    yang berguna untuk melaksanakan langkah-langkah

    penyempurnaan selanjutnya.

  • 49

    BAB II

    GAMBARAN KEADAAN

    A. Visi dan Misi Organisasi

    1. Visi

    I. Pengertian visi menurut Lembaga Administrasi Negara

    adalah suatu gambaran yang menantang tentang keadaan masa depan

    berisikan cita-cita yang ingin diwujudkan oleh Institusi Pemerintah.

    Sedangkan dalam Inpres Nomor 7 tahun 1999 tentang Akuntabilitas

    Kinerja Instansi Pemerintah disebutkan bahwa visi adalah cara pandang

    jauh ke depan atau cita-cita yang hendak diwujudkan kemana instansi

    pemerintah harus dibawa agar tetap eksis, antisipasif dan inovatif.

    Dalam perencanaan pembangunan Pemerintah Kabupaten Semarang yang tertuang

    dalam RPJMD Kabupaten Semarang Tahun 2010-2015, telah ditetapkan visi dan misi

    Pemerintah Kabupaten Semarang oleh Bupati dan Wakil Bupati terpilih yaitu Terwujudnya

    Kabupaten Semarang MANDIRI, TERTIB, SEJAHTERA (MATRA).

    Sejalan dengan visi Pemerintah Kabupaten Semarang tersebut di atas maka Dinas

    Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Semarang telah menetapkan visi organisasi

    yaitu : Terwujudnya kesejehteraan sosial oleh dan untuk Masyarakat serta

    mewujudkan manusia karya yang produktif, kompetitif dan sejahtera.

    2. Misi

    Misi menurut Lembaga Administrasi Negara (LAN) merupakan pernyataan yang

    menetapkan tujuan instansi pemerintah dan sasaran yang ingin dicapai dalam kurun waktu

    tertentu melalui penerapan strategis yang telah dipilih. Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan

  • 50

    Transmigrasi Kabupaten Semarang telah menetapkan misi organisasi dalam rangka

    pencapaian visi yang telah ditetapkan yaitu sebagai berikut :

    a. Menumbuhkan, mengembangkan, prakarsa dan peran aktif masyarakat dan pembangunan

    kesejahteraan sosial;

    b. Mencegah, mengendalikan dan mengatasi 26 penyandang masalah kesejahteraan sosial

    (PMKS);

    c. Mendorong perluasan kesempatan kerja, dan meningkatkan penempatan tenaga kerja dan

    transmigrasi serta meningkatkan kualitas dan produktifitas tenaga kerja;

    d. Mendorong terciptanya hubungan kerja yang harmonis antara pekerja dan pengusaha

    melalui pemberdayaan serikat pekerja/serikat buruh, pencegahan perselisihan hubungan

    industrial, pengembangan lembaga dan sarana hubungan industrial penegakan hukum

    pengawasan norma kerja dan norma K3, Jamsostek, serta pengupahan;

    e. Meningkatkan kualitas pembinaan manajemen dan dukungan administrasi dinas.

    B. Keadaan Sekarang

    1. Gambaran Ketenagakerjaan Kabupaten Semarang

    Batasan umur untuk penduduk usia kerja berbeda-beda, ada yang menggunakan 10

    tahun ke atas, 15 tahun ke atas, dan 15 64 tahun. Dalam penulisan ini digunakan batasan 10

    tahun ke atas. Pemilihan ini didasarkan pada pendekatan empiris, artinya bahwa kenyataan di

    lapangan masih dijumpai penduduk usia 10 14 tahun atau penduduk usia 65 tahun ke atas

    yang melakukan aktivitas ekonomi sehingga memungkinkan memproduksi barang dan jasa.

    Ukuran umum yang digunakan untuk melihat keterlibatan penduduk dalam

    kegiatan ekonomi produktif adalah tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK ) yaitu proporsi

    penduduk yang masuk dalam angkatan kerja terhadap penduduk usia kerja. Angkatan kerja

    adalah penduduk usia kerja yang terlibat atau berusaha terlibat dalam kegiatan produktif,

  • 51

    karena itu angkatan kerja terdiri dari mereka yang bekerja, sementara tidak bekerja dan yang

    mencari pekerjaan.

    Gambaran kondisi ketenagakerjaan di Kabupaten Semarang secara umum dapat

    dijelaskan melalui jumlah para pencari kerja dan ketersediaan lowongan kerja sebagaimana

    ditampilkan dalam tabel-tabel berikut (tabel 1, tabel 2, dan tabel 3) :

    Tabel 1 Pencari Kerja Berdasarkan Pendidikan Tahun 2012

    No Tingkat Pendidikan Pencaker 2012

    Laki-Laki Perempuan

    1 Tidak Tamat SD 2 106

    2 SD 31 266

    3 SLTP 1442 3298

    4 SLTA Umum 233 253

    5 SLTA Kejuruan 1362 638

    6 D1, D2, D3 86 150

    7 S1, S2, S3 227 290

    JUMLAH 3383 5001

    Tabel 2 Jumlah Lowongan Kerja Yang Terdaftar Tahun 2012

    No Tingkat Pendidikan Pencaker 2012

    Laki-Laki Perempuan

    1 Tidak Tamat SD 0 10

    2 SD 2 31

    3 SLTP 795 1515

    4 SLTA Umum 906 1593

    5 SLTA Kejuruan 892 1640

  • 52

    6 D1, D2, D3 149 298

    7 S1, S2, S3 43 43

    JUMLAH 2787 5130

    Dari kedua tabel tersebut terlihat bahwa jumlah pencari kerja laki-laki lebih besar

    dibandingkan jumlah lowongan kerja yang tersedia. Namun untuk tenaga kerja perempuan,

    jumlah pencari kerja justru lebih sedikit dari lowongan kerja yang tersedia. Dari jumlah

    tersebut, tenaga kerja yang berhasil ditempatkan adalah sebagai berikut :

    Tabel 3. Jumlah Penempatan Tenaga Kerja Yang Terdaftar Tahun 2012

    No Tingkat Pendidikan Pencaker 2012

    Laki-Laki Perempuan

    1 Tidak Tamat SD 0 6

    2 SD 0 184

    3 SLTP 469 2669

    4 SLTA Umum 437 996

    5 SLTA Kejuruan 517 1364

    6 D1, D2, D3 66 152

    7 S1, S2, S3 72 89

    JUMLAH 1561 5460

    2. Strategi dan Kebijakan

    Strategi dan kebijakan merupakan arah yang hendak dicapai untuk mewujudkan visi

    dan misi Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Semarang terkait dengan

    upaya peningkatan penyerapan tenaga kerja perempuan tahun 2013 yaitu :

    a. Perluasan dan pengembangan kesempatan kerja.

    b. Peningkatan kualitas SDM melalui perbaikan pelayanan pendidikan, pelatihan serta

    memperbaiki pelayanan kesehatan.

  • 53

    c. Perbaikan kebijakan yang mendorong terbentuknya informasi pasar kerja serta

    membentuk bursa kerja.

    Sedangkan arah kebijakan Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten

    Semarang di bidang ketenagakerjaaan yaitu:

    a. Mengembangkan model-model penciptaan kesempatan kerja yang produktif berbasis

    masyarakat di berbagai sektor formal dan non formal.

    b. Mengurangi jumlah pengangguran terbuka melalui fasilitasi penempatan tenaga kerja di

    dalam dan luar negeri dengan mekanisme AKL, AKAD, dan AKAN.

    c. Meningkatkan kualifikasi ketrampilan yang dimiliki tenaga kerja dengan

    mengembangkan sistem pelatihan kerja yang mampu mengacu kebutuhan dunia kerja

    (competency based training / CBT)

    d. Memberdayakan lembaga pelatihan kerja dan produktivitas tenaga kerja.

    e. Mengembangkan pendidikan non formal dalam upaya mengatasi anak putus sekolah dan

    penyediaan tenaga kerja terampil berupa pelatihan keterampilan, magang dan

    pendampingan dengan melibatkan instansi terkait.

    3. Sumber Daya Manusia

    Keberadaan sumber daya manusia sangat penting untuk menunjang kinerja

    organisasi. Jumlah pegawai di Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten

    Semarang per Januari 2013 sebanyak 89 orang dengan rincian sebagai berikut :

    a. Berdasarkan pangkat / golongan

    1) Golongan IV : 9 orang

    2) Golongan III : 69 orang

    3) Golongan II : 10 orang

    4) Golongan I : 3 orang

    b. Berdasarkan pendidikan

    1) S2 : 4 orang

  • 54

    2) S1 : 38 orang

    3) D3 : 9 orang

    4) SLTA : 31 orang

    5) SLTP : 7 orang

    6) SD : - orang

    C. Keadaan Yang Diinginkan

    Berdasarkan data-data yang ada dan kecenderungannya di masa depan maka dapat

    diproyeksikan kondisi kinerja Dinas Sosnakertrans Kabupaten Semarang yang ingin diwujudkan.

    Secara umum, diinginkan kondisi kinerja yang lebih baik lagi, dan minimal dapat

    mempertahankan prestasi / kinerja yang ada. Sedangkan terkait dengan upaya peningkatan

    penyerapan tenaga kerja perempuan untuk mengurangi angka pengangguran di Kabupaten

    Semarang dengan melihat kinerja yang sekarang, maka telah dilakukan upaya-upaya untuk

    mengoptimalkan penyerapan tenaga kerja perempuan guna mengurangi angka pengangguran

    tersebut di masa mendatang.

    Untuk itu keadaan yang diinginkan pada masa mendatang terkait dengan upaya

    peningkatan penyerapan tenaga kerja perempuan untuk mengurangi angka pengangguran di

    Kabupaten Semarang yaitu :

    1. Menurunnya tingkat pengangguran khususnya tenaga kerja perempuan di Kabupaten

    Semarang.

    2. Dalam perencanaan anggaran setiap SKPD harus meresponsif gender.

    3. Meningkatnya kepercayaan penyedia tenaga kerja terhadap tenaga kerja perempuan.

    4. Meningkatnya koordinasi dan konsolidasi dengan Dinas Pendidikan untuk lebih

    mengembangkan tenaga kerja terampil melalui Sekolah Menengah Kejuruan sehingga

    angkatan kerja khususnya perempuan dapat meningkat.

    5. Meningkatnya koordinasi dengan institusi terkait untuk memberikan pembinaan dan

    bimbingan wirausaha mandiri kepada masyarakat khususnya untuk ibu rumah tangga.

  • 55

    6. Memperbanyak peserta latihan kerja di Balai Latihan Kerja dengan berbagai jenis pekerjaan

    yang mendukung khususnya ketrampilan angkatan kerja perempuan.

    7. Meningkatnya pelayanan berupa informasi bursa tenaga kerja baik di dalam maupun di luar

    negeri dengan transparan dan baik di media massa, media elektronik maupun melalui website

    Pemerintah Daerah.

  • 56

    BAB III

    ANALISIS STRATEGIS

    A. Identifikasi Masalah

    Telah diuraikan di bagian sebelumnya bahwa pembangunan sektor ketenagakerjaan di

    Kabupaten Semarang memegang peranan penting diantaranya karena masalah ketenagakerjaan

    perempuan juga merupakan aspek yang mendasar karena mencakup dimensi ekonomi dan sosial.

    Pentingnya peran sektor ketenagakerjaan telah ditunjukkan oleh Pemerintah Kabupaten

    Semarang dengan meningkatkan kapasitas kelembagaan yang menangani ketenagakerjaan pada

    Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi. Dalam mewujudkan pembagunan sektor

    ketenagakerjaan yang kuat kiranya perlu didukung tidak saja oleh penyediaan aparatur yang

    berkemampuan, akan tetapi juga oleh sarana/prasarana dan alokasi anggaran yang memadai.

    Dari hasil pengumpulan data melalui jawaban kuesioner dan wawancara langsung, baik

    yang dilakukan di Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Semarang sebagai

    instansi andalan maupun instansi pendamping lainnya maka dapat diidentifikasikan masalah-

    masalah yang ada dalam upaya optimalisasi penyerapan tenaga kerja perempuan guna

    mengurangi angka pengangguran di Kabupaten Semarang sebagai berikut :

    1. Koordinasi antar instansi belum optimal sehingga tidak sinergi dan terpadu.

    2. Belum optimalnya regulasi daerah tentang tenaga kerja perempuan.

    3. Kemampuan atau kesiapan BLK (Balai Latihan Kerja) yang terbatas dalam SDM, peralatan

    dan kurikulum.

    4. Tingkat keahlian pencari kerja perempuan masih rendah.

    5. Penguasaan teknologi pelatihan tenaga kerja perempuan belum memadai.

    6. Kesempatan kerja yang tersedia sangat terbatas.

  • 57

    7. Masih belum mantapnya pembinaan, pelatihan dan produktivitas tenaga kerja, dan pelayanan

    bagi pencari kerja dan hubungan kerja.

    8. Terbatasnya jumlah dan kemampuan aparatur, termasuk terbatasnya sarana/prasarana dan

    anggaran.

    Memperhatikan hal-hal tersebut di atas serta mengingat begitu kompleks dan

    multidimensinya masalah ketenagakerjaan sebagai sebuah sistem, maka untuk mengantisipasinya

    selain tetap berpegangan pada dokumen perencanaan yang telah ditetapkan, perlu dikembangkan

    dari sistem berpikir parsial kepada berpikir serba sistem/transformasi dari seluruh kepemimpinan

    aparatur dengan dukungan sarana/prasarana dan anggaran yang memadai, sehingga pembangunan

    ketenagakerjaan didorong menuju upaya ke arah yang lebih baik.

    B. Analisis Masalah (SWOT)

    Analisis masalah dengan menggunakan SWOT dilakukan dengan mengidentifikasi

    faktor-faktor internal dan eksternal organisasi untuk menentukan kekuatan (S) dan kelemahan

    (W) serta peluang (O) dan ancaman (T) yang ada dalam upaya optimalisasi penyerapan tenaga

    kerja perempuan guna mengurangi angka pengangguran di Kabupaten Semarang. Hasil

    identifikasi tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :

    1. Identifikasi faktor-faktor internal

    a. Kekuatan ( Strengths )

    1). Kemampuan menangani pengangguran tenaga kerja perempuan yang didukung oleh

    kelembagaan Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Sosial Kabupaten Semarang

    dengan tugas pokok, fungsi dan kewenangan yang jelas.

    2). Adanya upaya penempatan tenaga kerja perempuan sesuai dengan keahliannya

    melalui pelaksanaan program / kegiatan penempatan tenaga kerja.

    3). Adanya fasilitasi kepada pencari tenaga kerja perempuan dalam mencari lowongan

    kerja melalui bursa kerja dan penyediaan informasi lowongan pekerjaan.

  • 58

    4). Adanya sumber daya aparatur ketenagakerjaan yang memadai yang didukung oleh 89

    orang pegawai.

    5). Adanya komitmen pimpinan dan staf untuk meningkatkan kemampuan SDM di

    bidang ketenagakerjaan melalui pelatihan, bimbingan teknis dan kegiatan lainnya.

    b. Kelemahan ( Weakness )

    1). Koordinasi antar instansi belum optimal sehingga tidak sinergi dan terpadu dalam

    pembinaan tenaga kerja perempuan.

    2). Belum optimalnya regulasi daerah tentang tenaga kerja perempuan

    3). Kemampuan atau kesiapan BLK (Balai Latihan Kerja) yang terbatas dalam SDM,

    peralatan dan kurikulum

    4). Terbatasnya sarana dan prasarana Dinas Sosnakertrans untuk melakukan

    pembinaan dan bimbingan tenaga kerja perempuan, misalnya sarana mobilitas

    yang jumlahnya masih kurang.

    5). Belum optimalnya layanan bursa kerja melalui bursa kerja on line (BKOL).

    Dengan menggunakan professional judgement yang dimiliki oleh anggota-anggota

    Kelompok III yaitu berdasarkan pengetahuan dan pengalaman serta penilaian maka

    selanjutnya dipilih faktor-faktor internal yang ada di Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan

    Transmigrasi Kabupaten Semarang masing-masing sebanyak 3 (tiga) faktor sebagaimana

    tertuang dalam tabel berikut (tabel 4) :

    Tabel 4. Faktor-Faktor Internal

    Dinas Sosnakertrans Kabupaten Semarang Tahun 2013

    Kekuatan (S) Kelemahan (W)

    1. Kemampuan menangani pengangguran tenaga kerja perempuan;

    2. Adanya upaya penempatan tenaga kerja perempuan sesuai dengan keahliannya;

    1. Koordinasi antar instansi belum optimal sehingga tidak sinergi dan terpadu.

    2. Belum optimalnya regulasi daerah tentang tenaga kerja perempuan

    3. Kemampuan atau kesiapan BLK (Balai Latihan Kerja) yang terbatas dalam SDM, peralatan dan kurikulum.

  • 59

    3. Adanya fasilitasi kepada pencari tenaga kerja perempuan

    2. Identifikasi faktor faktor Eksternal

    a. Peluang ( Opportunities )

    1). Adanya kerja sama dengan Pemerintah Provinsi / Pusat dalam

    peningkatan kompentensi SDM Dinsosnakertrans melalui

    penawaran diklat, pelatihan dan seminar.

    2). Hubungan yang sinergis antara LPK (Lembaga Pelatihan

    Ketrampilan) dengan Dinsosnakertrans dalam memberikan pelatihan

    kepada tenaga kerja perempuan.

    3). Adanya jaringan kerja sama dalam menyalurkan tenaga kerja

    perempuan dengan pihak swasta dan perusahaan.

    4). Masih besarnya potensi pasar tenaga kerja di Kabupaten Semarang

    yang didukung dengan ketersediaan berbagai perusahaan / industri

    padat karya.

    5). Masih terbukanya peluang pasar tenaga kerja di luar Kabupaten

    Semarang.

    b. Ancaman ( Threats )

    1). Tuntutan pasar tenaga kerja perempuan dengan pendidikan tinggi sehingga

    menyulitkan bagi tenaga kerja perempuan yang berpendidikan rendah untuk

    memperoleh kesempatan kerja.

    2). Tingkat keahlian pencari kerja perempuan masih rendah, sebagian besar

    kompetensinya tidak sesuai dengan persyaratan permintaan tenaga kerja sehingga

    menyulitkan dalam mencari kerja.

  • 60

    3). Penguasaan teknologi pelatihan tenaga kerja perempuan belum memadai.

    4). Masih adanya pemberian gaji / upah tenaga kerja yang belum sesuai dengan UMK

    yang berlaku.

    5). Terbatasnya lowongan kerja yang terdaftar dari perusahaan pengguna tenaga kerja.

    Dengan menggunakan professional judgement, maka selanjutnya dipilih faktor-

    faktor eksternal Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Semarang masing-

    masing sebanyak 3 faktor sebagaimana tertuang dalam tabel berikut (tabel 5) :

    Tabel 5. Faktor-Faktor Eksternal

    Dinas Sosnakertrans Kabupaten Semarang Tahun 2013

    Peluang (O) Ancaman (T)

    1. Adanya kerja sama dengan Pemerintah Provinsi/Pusat dalam peningkatan kompentensi SDM Dinsosnakertrans.

    2. Hubungan yang sinergis antara LPK dengan Dinsosnakertrans dalam memberikan pelatihan kepada tenaga kerja perempuan.

    3. Adanya jaringan kerja sama dalam menyalurkan tenaga kerja perempuan.

    1. Tuntutan pasar tenaga kerja perempuan dengan pendidikan tinggi.

    2. Tingkat keahlian pencari kerja perempuan masih rendah.

    3. Penguasaan teknologi pelatihan tenaga kerja perempuan belum memadai.

    3. Penilaian Faktor Internal dan Eksternal

    Penilaian faktor internal dan eksternal dilakukan untuk menentukan faktor-faktor

    yang paling dominan dari masing-masing S, W, O dan T dengan menggunakan analisis USG

    (Urgency, Seriousness, Growth) dengan menggunakan skala nilai 1 (satu) sampai dengan 5

    (lima) sebagai berikut :

    a. Angka 5 memiliki USG yang relatif sangat tinggi

  • 61

    b. Angka 4 memiliki USG yang relatif tinggi

    c. Angka 3 memiliki USG yang relatif cukup tinggi

    d. Angka 2 memiliki USG yang relatif rendah

    e. Angka 1 memiliki USG yang relatif sangat rendah

    Hasil analisis USG selanjutnya dapat disajikan dalam tabel sebagai berikut (tabel 6) :

    Tabel 6.

    Analisis USG Faktor Internal dan Eksternal

    Dinas Sosnakertrans Kabupaten Semarang Tahun 2013

    Identifikasi Faktor Internal

    No Faktor Kekuatan (S) U S G Total 1 Kemampuan menangani pengangguran tenaga kerja perempuan 5 5 3 13 2 Adanya upaya penempatan tenaga kerja perempuan sesuai

    dengan keahliannya 5 3 3 11

    3 Adanya fasilitasi kepada pencari tenaga kerja perempuan 5 2 3 10 Faktor Kelemahan (W) 1 Koordinasi antar instansi belum optimal sehingga tidak sinergi

    dan terpadu. 4 4 4 12

    2 Belum optimalnya regulasi daerah tentang tenaga kerja perempuan 5 5 5 15

    3 Kemampuan atau kesiapan BLK yang terbatas dalam SDM, peralatan dan kurikulum. 5 4 4 13

    Identifikasi Faktor Eksternal

    No Faktor Peluang (O) U S G Total 1 Adanya kerja sama dengan Pemerintah Provinsi/Pusat dalam

    peningkatan kompentensi SDM Dinsosnakertrans. 5 5 3 13

    2 Hubungan yang sinergis antara LPK dengan Dinsosnakertrans dalam memberikan pelatihan kepada tenaga kerja perempuan. 5 5 4 14

    3 Adanya jaringan kerja sama dalam menyalurkan tenaga kerja perempuan. 5 3 3 11

    Faktor Ancaman (T) 1 Tuntutan pasar tenaga kerja perempuan dengan pendidikan

    tinggi. 4 3 4 11

    2 Tingkat keahlian pencari kerja perempuan masih rendah. 4 5 4 13 3 Penguasaan teknologi pelatihan tenaga kerja perempuan belum

    memadai. 3 3 4 10

  • 62

    C. Penentuan Sasaran Strategis Prioritas

    1. Faktor Kunci Strategis

    Faktor kunci strategis adalah faktor yang memiliki total nilai bobot USG yang

    terbesar diantara faktor-faktor yang berpengaruh terhadap sasaran yang akan dicapai. Untuk

    masing-masing analisis lingkungan baik kekuatan (S) kelemahan (W), peluang (O) dan

    ancaman (T), diambil total nilai bobot terbesar dan ini merupakan faktor kunci strategis. Dari

    hasil analisis USG di atas dapat diketahui faktor-faktor kunci strategis sebagai berikut:

    Tabel 7. Faktor-Faktor Kunci Strategis

    Dinas Sosnakertrans Kabupaten Semarang Tahun 2013

    SWOT Faktor Kekuatan Kunci Strategis USG Total S 1) Kemampuan menangani pengangguran tenaga kerja

    perempuan

    2) Adanya upaya penempatan tenaga kerja perempuan sesuai dengan keahliannya

    13

    11 24

    W 1) Belum optimalnya regulasi daerah tentang tenaga kerja perempuan

    2) Kemampuan atau kesiapan BLK yang terbatas dalam SDM, peralatan dan kurikulum

    15

    13 28

    O 1) Adanya kerja sama dengan Pemerintah Provinsi/Pusat dalam peningkatan kompentensi SDM Dinsosnakertrans

    2) Hubungan yang sinergis antara LPK dengan

    Dinsosnakertrans dalam memberikan pelatihan kepada tenaga kerja perempuan

    13

    14

    27

    T 1) Tingkat keahlian pencari kerja perempuan masih rendah

    2) Tuntutan pasar tenaga kerja perempuan dengan pendidikan tinggi

    13

    11 24

    2. Posisi Kekuatan Organisasi

  • 63

    Berdasarkan faktor-faktor kunci strategis tersebut, selanjutnya diinteraksikan dalam

    kuadran kekuatan (S), kelemahan (W), peluang (O) dan ancaman (T) sebagai berikut (Gambar

    1) :

    S

    24

    20

    T

    10

    O 24 20 10

    4

    10

    3 10 20 27

    20

    W

    Rasionalisasi, investasi

  • 64

    28

    Gambar 1 Grafik Posisi Kekuatan Organisasi

    Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Semarang

    Penentuan sumbu vertikal dan horizontal di atas menggunakan perhitungan sebagai

    berikut : Total nilai bobot USG faktor kekuatan dikurangi total nilai bobot USG kelemahan

    untuk mendapatkan titik ordinal (sumbu vertikal), sedangkan total nilai bobot USG peluang

    dikurangi total nilai bobot USG tantangan untuk mendapatkan titik absis (sumbu

    mendatar/horizontal).

    Dari grafik di atas dapat dilihat bahwa kekuatan yang memiliki daerah terluas

    (dominan) atau faktor terbesar adalah kuadran I yaitu interaksi S O. Hasil interaksi antara S

    dan O inilah yang merupakan faktor paling strategis yang dikembangkan lebih lanjut dalam

    program-program dan kegiatan-kegiatan organisasi.

    3. Pemetaan Interaksi Faktor

    Penentuan sasaran strategis merupakan langkah pemetaan yang menggambarkan

    interaksi antara faktor-faktor internal (kekuatan dan kelemahan) dengan faktor-faktor

    eksternal (peluang dan ancaman) untuk menghasilkan sasaran strategis yang perlu dicapai

    oleh Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Semarang.

    Interaksi antar faktor-faktor tersebut secara lengkap tersaji sebagai berikut (Tabel 8) :

  • 65

    Tabel 8. Pemetaan Interaksi Faktor Internal dan Eksternal

    Faktor Kunci

    Keberhasilan Internal Faktor Kunci Kerberhasilan Eksternal

    STRENGTHS ( Kekuatan )

    1. Kemampuan menangani

    pengangguran tenaga kerja perempuan

    2. Adanya upaya penempatan tenaga kerja perempuan sesuai dengan keahliannya

    WEAKNESSES ( Kelemahan )

    1. Kemampuan atau kesiapan

    BLK yang terbatas dalam SDM, peralatan dan kurikulum.

    2. Belum optimalnya regulasi daerah tentang tenaga kerja perempuan

    OPPORTUNITIES (Peluang) 1. Adanya kerja sama dengan

    Pemerintah Provinsi/Pusat dalam peningkatan kompentensi SDM Dinsosnakertrans

    2. Hubungan yang sinergis antara

    LPK dengan Dinsosnakertrans dalam memberikan pelatihan kepada tenaga kerja perempuan

    SO (upaya kooperatif)

    a. Tingkatkan kompetensi SDM Dinsosnakertrans untuk menangani pengangguran tenaga kerja perempuan

    b. Tingkatkan pelatihan kepada

    tenaga kerja perempuan untuk bekerja sesuai dengan keahliannya

    WO (rasionalisasi, investasi)

    a. Tingkatkan kemampuan BLK (SDM, sarana dan kurikulum) dalam menyalurkan tenaga kerja perempuan

    b. Optimalkan regulasi daerah

    tentang ketenagakerjaan untuk mensinergikan antara Dinsosnakertrans dengan LPK dalam memberikan pelatihan kepada tenaga kerja perempuan

    THREATS (Ancaman)

    1. Tuntutan pasar tenaga kerja perempuan dengan pendidikan tinggi

    2. Tingkat keahlian pencari kerja perempuan masih rendah

    ST (keuntungan mobilitas)

    a. Optimalkan peluang pasar untuk menampung tenaga kerja perempuan yang sesuai dengan pendidikan

    b. Tingkatkan keahlian tenaga kerja perempuan untuk memudahkan dalam penempatan.

    WT (status quo)

    a. Tingkatkan kemampuan BLK dalam memberikan pelatihan tenaga kerja perempuan

    b. Optimalkan regulasi daerah untuk mendukung peningkatan keahlian tenaga kerja perempuan

    D. Penentuan Satu Sasaran Strategis Prioritas

    Strategi yang telah disusun tersebut masih bersifat tindakan umum dan belum

    merupakan kegiatan operasional. Strategi tersebut dapat dikategorikan sebagai program utama

    yang akan dilakukan secara terpadu, yang kemudian dipilih salah satu untuk dijadikan sebagai

  • 66

    sasaran prioritas yaitu sasaran yang hendak dicapai oleh Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan

    Transmigrasi Kabupaten Semarang yang dijabarkan menjadi rencana kegiatan (action plan).

    Penentuan sasaran proritas dilakukan dengan mengaplikasikan beberapa kriteria yaitu

    Urgensi, Kemudahan, Efisiensi Biaya, Landasan Legalitas, dan Dampak bagi peningkatan kinerja

    secara keseluruhan, dengan memberikan bobot nilai 1-5 sebagai berikut :

    - Nilai 5 menyatakan sangat tinggi

    - Nilai 4 menyatakan tinggi

    - Nilai 3 menyatakan sedang

    - Nilai 2 menyatakan rendah

    - Nilai 1 menyatakan sangat rendah

    Adapun penentuan sasaran proritas dengan pembobotan nilai dapat dilihat pada tabel 9

    :

    Tabel 9. Penentuan Sasaran Strategis Prioritas

    Kabupaten Semarang Tahun 2013

    INDIKATOR PENILAIAN No Alternatif Tingkat Kemu- Efisiensi Landasan Dampak Jumlah Urgensi dahan Biaya Legalitas A Strategi S-O (upaya kooperatif) 1. Tingkatkan kompetensi SDM

    Dinsosnakertrans untuk menangani pengangguran tenaga kerja perempuan 4 4 3 5 4 20

    2. Tingkatkan pelatihan kepada tenaga kerja perempuan untuk bekerja sesuai dengan keahliannya 4 3 4 4 3 18

    B Strategi W-O (rasionalisasi, investasi) 1. Tingkatkan kemampuan BLK (SDM, sarana

    dan kurikulum) dalam menyalurkan tenaga kerja perempuan 5 3 3 4 4 19

  • 67

    2. Optimalkan regulasi daerah tentang ketenagakerjaan untuk mensinergikan antara Dinsosnakertrans dengan LPK dalam memberikan pelatihan kepada tenaga kerja perempuan 5 3 4 5 5 22

    C Strategi S-T (keuntungan mobilitas) 1. Optimalkan peluang pasar untuk

    menampung tenaga kerja perempuan yang sesuai dengan pendidikan 4 2 3 3 4 16

    2. Tingkatkan keahlian tenaga kerja perempuan untuk memudahkan dalam penempatan 5 4 4 3 5 21

    D Strategi W-T (status quo) 1. Tingkatkan kemampuan BLK dalam

    memberikan pelatihan tenaga kerja perempuan 4 3 3 2 4 16

    2. Optimalkan regulasi daerah untuk mendukung peningkatan keahlian tenaga kerja perempuan 5 3 3 4 4 19

    Dari perhitungan penetapan strategi prioritas di atas dapat ditentukan sebagai prioritas

    tindakan yang perlu segera dilaksanakan adalah strategi W-O nomor 2 dengan rangking tertinggi

    (22) yaitu Optimalkan regulasi daerah tentang ketenagakerjaan untuk mensinergikan antara

    Dinsosnakertrans dengan LPK dalam memberikan pelatihan kepada tenaga kerja perempuan.

    BAB IV

  • 68

    PENYUSUNAN RENCANA KEGIATAN

    A. Strategi Pelaksanaan

    Keberadaan Lembaga Pelatihan Kerja (LPK) mutlak diperlukan dalam rangka

    peningkatan kualitas SDM pencari kerja khususnya tenaga kerja perempuan. Permasalahan

    tentang kualitas SDM pencari kerja mutlak perlu ditingkatkan di tengah persaingan pasar tenaga

    kerja yang menghendaki pendidikan serta ketrampilan yang memadai untuk bisa terserap pasar.

    Kebutuhan pasar tenaga kerja yang sedemikian besar di Kabupaten Semarang sendiri

    menghendaki adanya keahlian khusus yang harus dimiliki oleh pencari kerja, disamping

    kebutuhan akan pasar tenaga kerja dari luar Kabupaten Semarang yang terus menghendaki

    adanya kualitas yang tinggi khususnya tenaga kerja perempuan.

    Pelaksananaan latihan tenaga kerja yang ada selama ini belum mampu menampung

    kebutuhan pencari kerja disamping karena sarana-prasarana yang kurang memadai termasuk juga

    keterbatasan anggaran yang ada, termasuk diantaranya pelaksanaan pelatihan yang hanya diampu

    oleh salah satu bidang pada Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Semarang

    disamping adanya ketugasan rutin atau tugas-tugas lain di luar kegiatan pelatihan akan lebih

    memicu kurang maksimalnya pelaksanaan pelatihan.

    Keterbatasan lowongan pencari kerja yang ada, maka diupayakan tenaga kerja

    diarahkan untuk menjadi tenaga kerja mandiri sehingga dibutuhkan kemampuan, pengetahuan

    dan ketrampilan wirausaha untuk menjadi tenaga kerja mandiri. Untuk itu perlu adanya

    koordinasi dan kerjasama yang sinergis antara Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi

    Kabupaten Semarang dengan Lembaga Pelatihan Kerja (LPK). Setelah mendapatkan pelatihan

    diharapkan adanya kerjasama dengan Institusi yang dapat mendampingi para tenaga kerja

    perempuan untuk melakukan wirausaha sendiri dan memberikan bantuan permodalan dan lain-

    lain.

  • 69

    B. Langkah-Langkah Yang Ditempuh

    Berdasarkan hasil analisis SWOT pada bab terdahulu dalam rangka optimalisasi

    penyerapan tenaga kerja perempuan guna mengurangi angka pengangguran yang dilaksanakan

    oleh Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Semarang, maka strategi yang akan

    ditempuh adalah Optimalkan regulasi daerah tentang ketenagakerjaan untuk mensinergikan

    antara Dinsosnakertrans dengan LPK dalam memberikan pelatihan kepada tenaga kerja

    perempuan.

    Dari strategi tersebut selanjutnya disusun rencana tindakan dan aktivitas yang akan

    dilaksanakan dalam rangka mencapai sasaran yang telah ditetapkan. Adapun tindakan dan

    aktivitas yang akan dilaksanakan dalam upaya optimalisasi penyerapan tenaga kerja perempuan

    guna mengurangi angka pengangguran di Kabupaten Semarang adalah :

    Tabel 10. Langkah-Langkah Kegiatan dan Aktivitas

    Dinas Sosnakertrans Kabupaten Semarang Tahun 2014

    No. Langkah Utama Aktivitas Kegiatan

    I. Orientasi 1. Mempelajari dasar hukum 2. Menganalisis sasaran dan manfaat 3. Menganalisis jenis pelatihan yang dibutuhkan

    II. Persiapan 1. Menyusun jadwal dan anggaran 2. Menyusun rencana kerja 3. Menyusun daftar peserta pelatihan usaha produktif (PUP) 4. Melakukan koordinasi internal dan eksternal

    III. Pelaksanaan 1. Membuat MoU kerjasama pelatihan PUP bagi tenaga kerja perempuan dengan LPK

    2. Melaksanakan pelatihan usaha produktif (PUP) bagi pencaker perempuan

    IV. Pengendalian 1. Memonitor kegiatan 2. Mengevaluasi 3. Menyusun laporan kegiatan

    Agar rencana tindakan dapat terlaksana dengan efektif maka setiap aktivitas harus

    memiliki penanggungjawab yang terbagi ke dalam penanggungjawab utama dan

  • 70

    penanggungjawab pendukung dengan mengalokasikan personil yang terdapat dalam tim kerja

    sebagaimana tampak pada tabel 11 berikut :

    Tabel 11. Penanggung Jawab Kegiatan

    Dinas Sosnakertrans Kabupaten Semarang Tahun 2014

    No Langkah Kegiatan Penanggung Jawab Utama Pendukung 1. Mempelajari dasar hukum Kabid Pelatihan dan

    Produktivitas Tenaga Kerja

    Ka. Seksi Pelatihan Tenaga

    Kerja 2. Menganalisis sasaran dan manfaat Kabid Pelatihan dan

    Produktivitas Tenaga Kerja

    Ka. Seksi Pelatihan Tenaga

    Kerja 3. Menganalisis jenis pelatihan yang dibutuhkan Kabid Pelatihan dan

    Produktivitas Tenaga Kerja

    Ka. Seksi Pelatihan Tenaga

    Kerja 4. Menyusun jadwal dan anggaran Kabid Pelatihan dan

    Produktivitas Tenaga Kerja

    Kasubag Perencanaan

    5. Menyusun rencana kerja Kabid Pelatihan dan Produktivitas Tenaga

    Kerja

    Kasubag Perencanaan

    6. Menyusun daftar peserta pelatihan usaha produktif (PUP)

    Ka. Seksi Pelatihan Tenaga Kerja

    Staf

    7. Melakukan koordinasi internal dan eksternal Kepala Dinas Sekretaris Dinas 8. Membuat MoU kerjasama pelatihan PUP bagi

    tenaga kerja perempuan dengan LPK Kepala Dinas Direktur LPK

    9. Melaksanakan pelatihan usaha produktif (PUP) bagi pencaker perempuan

    Kabid Pelatihan dan Produktivitas Tenaga

    Kerja

    Ka. Seksi Pelatihan Tenaga

    Kerja 10. Memonitor kegiatan Kabid Pelatihan dan

    Produktivitas Tenaga Kerja

    Ka. Seksi Pelatihan Tenaga

    Kerja 11. Mengevaluasi Kabid Pelatihan dan

    Produktivitas Tenaga Kerja

    Ka. Seksi Pelatihan Tenaga

    Kerja 12. Menyusun laporan kegiatan Kabid Pelatihan dan

    Produktivitas Tenaga Kerja

    Ka. Seksi Pelatihan Tenaga

    Kerja

  • 71

    Dalam setiap pelaksanaan suatu aktivitas, tentu dibutuhkan sumber daya baik sumber

    daya manusia, biaya maupun peralatan dan lain-lain. Untuk itu dalam rencana tindakan dan

    aktivitas harus tertuang secara jelas sumber daya yang dibutuhkan seperti tampak dalam tabel

    12 berikut ini :

    Tabel 12. Sumber Daya Yang Dibutuhkan Dalam Pelaksanaan Kegiatan

    Dinas Sosnakertrans Kabupaten Semarang Tahun 2014

    No Aktivitas Sumber Daya

    Uang (Rp.)

    Waktu Lain-Lain

    1. Mempelajari dasar hukum 100.000 Januari 5 orang

    2. Menganalisis sasaran dan manfaat 100.000 Januari 5 orang

    3. Menganalisis jenis pelatihan yang dibutuhkan 100.000 Januari 10 orang

    4. Menyusun jadwal dan anggaran 250.000 Februari 3 orang

    5. Menyusun rencana kerja 200.000 Februari 3 orang

    6. Menyusun daftar peserta pelatihan usaha produktif (PUP)

    500.000 Februari 8 orang

    7. Melakukan koordinasi internal dan eksternal 3.500.000 Maret 4 orang

    8. Membuat MoU kerjasama pelatihan PUP bagi tenaga kerja perempuan dengan LPK

    500.000 Maret 6 orang

    9. Melaksanakan pelatihan usaha produktif (PUP) bagi pencaker perempuan

    50.000.000 April, mei 80 orang

    10. Memonitor kegiatan 850.000 Jan Mei 5 orang 11. Mengevaluasi 250.000 Setiap

    triwulan 5 orang

    12. Menyusun laporan kegiatan 250.000 Juni 5 orang

    Jumlah 56.600.000

    C. Jadwal Pelaksanaan

    Dalam pelaksanaan suatu rencana tindakan dan aktivitas diperlukan adanya jadwal

    pelaksanaan kegiatan yang dimaksudkan untuk menjamin efektifitas pelaksanaan kegiatan. Jadwal

    ini disusun untuk satu tahun anggaran seperti tampak dalam tabel 13 berikut :

    Tabel 13.

  • 72

    Jadwal Pelaksanaan Kegiatan Dinas Sosnakertrans Kabupaten Semarang Tahun 2014

    No Program Kegiatan Tahun 2014 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1. Mempelajari dasar hukum

    2. Menganalisis sasaran dan manfaat

    3. Menganalisis jenis pelatihan yang dibutuhkan

    4. Menyusun jadwal dan anggaran

    5. Menyusun rencana kerja

    6. Menyusun daftar peserta pelatihan usaha produktif (PUP)

    7. Melakukan koordinasi internal dan eksternal

    8. Membuat MoU kerjasama pelatihan PUP bagi tenaga kerja perempuan dengan LPK

    9. Melaksanakan pelatihan usaha produktif (PUP) bagi pencaker perempuan

    10. Memonitor kegiatan

    11. Mengevaluasi

    12. Menyusun laporan kegiatan

  • 73

    D. Mekanisme Monitoring

    Dalam rangka upaya mengetahui apakah suatu aktivitas telah berjalan dengan baik atau

    tidak dan apakah target suatu aktivitas sudah tercapai atau belum, perlu direncanakan suatu

    mekanisme monitoring dan evaluasi yang befungsi sebagai alat kontrol dalam pelaksanaan suatu

    aktivitas. Instrumen monitoring dan evaluasi tertuang pada tabel 14 berikut ini :

    Tabel 14. Monitoring dan Evaluasi Kegiatan

    Dinas Sosnakertrans Kabupaten Semarang Tahun 2014

    No. Kegiatan Alat Kontrol

    1. Mempelajari dasar hukum Check list 2. Menganalisis sasaran dan manfaat Daftar sasaran dan manfaat 3. Menganalisis jenis pelatihan yang dibutuhkan Jenis Pelatihan 4. Menyusun jadwal dan anggaran Jadwal 5. Menyusun rencana kerja Rencana kerja 6. Menyusun daftar peserta pelatihan usaha produktif

    (PUP) Daftar peserta

    7. Melakukan koordinasi internal dan eksternal Daftar hadir rapat 8. Membuat MoU kerjasama pelatihan PUP bagi tenaga

    kerja perempuan dengan LPK MoU kerjasama

    9. Melaksanakan pelatihan usaha produktif (PUP) bagi pencaker perempuan

    Daftar hadi peserta

    10. Memonitor kegiatan Check list 11. Mengevaluasi Check list 12. Menyusun laporan kegiatan Buku laporan

  • 74

    J. BAB V PENUTUP

    A. Kesimpulan

    Berdasarkan pembahasan maupun uraian dari Bab I sampai dengan Bab

    IV, maka dalam upaya optimalisasi penyerapan tenaga kerja perempuan guna

    mengurangi angka pengangguran di Kabupaten Semarang Provinsi Jawa Tengah

    dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

    1. Jumlah pencari kerja perempuan di Kabupaten Semarang pada tahun 2012

    lebih tinggi daripada jumlah pencari kerja laki-laki yaitu 5001 orang

    berbanding 3383 orang, hal ini menunjukkan bahwa potensi tenaga kerja

    perempuan di Kabupaten Semarang cukup besar.

    2. Kendala yang dihadapi dalam upaya optimalisasi penyerapan tenaga kerja

    perempuan guna mengurangi angka pengangguran di Kabupaten Semarang

    antara lain :

    a. Belum optimalnya regulasi daerah tentang tenaga kerja perempuan

    b. Kemampuan atau kesiapan BLK yang terbatas dalam SDM, peralatan dan

    kurikulum

    c. Tingkat keahlian pencari kerja perempuan masih rendah

    d. Tuntutan pasar tenaga kerja perempuan dengan pendidikan tinggi

    3. Strategi yang dihasilkan dari hasil analisis SWOT yaitu strategi W-O yaitu

    Optimalkan Regulasi Daerah Tentang Ketenagakerjaan Untuk

  • 75

    Mensinergikan Antara Dinsosnakertrans Dengan LPK Dalam Memberikan

    Pelatihan Kepada Tenaga Kerja Perempuan.

    B. Rekomendasi

    Dari rumusan kesimpulan di atas, perlu adanya saran bagi penentu

    kebijakan dan pelaksana program di Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi

    Kabupaten Semarang dalam upaya optimalisasi penyerapan tenaga kerja

    perempuan guna mengurangi angka pengangguran sebagai berikut :

    1. Meningkatkan kualitas keahlian / keterampilan tenaga kerja perempuan

    melalui program pelatihan dengan melibatkan Lembaga Pelatihan Kerja

    (LPK).

    2. Meningkatkan jenis pelatihan yang menjurus pada ketrampilan yang

    mengarah pembentukan tenaga kerja mandiri untuk mengurangi angka

    pengangguran tenaga kerja perempuan.

    3. Meningkatkan keterlibatan instansi/lembaga lain yang terkait serta peran serta

    masyarakat dalam memberikan bantuan pendampingan bagi tenaga kerja

    mandiri yang melaksanakan wirausaha mandiri.

    Demikian Kertas Kerja Kelompok yang disusun oleh Kelompok III ini

    dapat diselesaikan. Kiranya dapat bermanfaat bagi semua pihak, khususnya bagi

    Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Semarang.

    DAFTAR PUSTAKA

  • 76

    Buku / Literatur :

    Departemen Tenaga Kerja RI, 1985, Sistem Antar Kerja.

    Departemen Tenaga Kerja RI, 1995, Pedoman Penempatan Tenaga Kerja Muda.

    Departemen Tenaga Kerja RI, 2002, Bursa Kerja dan Pengenalan Bursa Kerja

    Online.

    Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Semarang, 2013,

    Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Dinas Sosial, Tenaga

    Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Semarang Tahun 2012, Semarang.

    Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Semarang, 2010,

    Rencana Strategis Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi

    Kabupaten Semarang 2010 2015, Semarang.

    Lembaga Administrasi Negara, 2008, Kebijakan dan Program Pembangunan

    Nasional, Republik Indonesia, Jakarta.

    Lembaga Administrasi Negara, 2008, Operasionalisasi Pelayanan Prima, Republik Indonesia, Jakarta.

    Lembaga Administrasi Negara, 2008, Pemecahan Masalah dan Pengambilan

    Keputusan (PMPK), Bahan Ajar Diklatpim IV LAN-RI.

    ----------------, 2011, Situs internet Pemerintah Kabupaten Semarang

    http://semarangkab.go.id

    Peraturan Perundang-Undangan :

    Pemerintah RI, 1945, Undang-Undang Dasar 1945

  • 77

    Pemerintah RI, 2003 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan

    Pemerintah RI, 2004, Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem

    Perencanaan Pembangunan Nasional. Pemerintah RI, 1999, Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 tentang

    Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. Pemerintah Daerah Kabupaten Semarang, 2008, Peraturan Daerah Kabupaten

    Semarang Nomor 13 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Kabupaten Semarang.

  • 78

    lampiran