kk 5a persiapan pre operasi

10
2.6 Persiapan Pre Operasi a. Persiapan Fisik Berbagai persiapan fisik yang harus dilakukan terhadap pasien sebelum operasi antara lain : 1) Status kesehatan fisik secara umum Pemeriksaan status kesehatan secara umum meliputi identitas klien, riwayat penyakit, riwayat kesehatan keluarga, pemeriksaan fisik lengkap; antara lain status hemodinamika, status kardiovaskuler, status pernafasan, fungsi ginjal dan hepatik, fungsi endokrin dan fungsi imunologi. Selain itu pasien harus istirahat yang cukup karena pasien tidak akan mengalami stres fisik dan tubuh lebih rileks sehingga bagi pasien yang memiliki riwayat hipertensi, tekanan darah pasien dapat stabil serta bagi pasien wanita tidak akan memicu terjadinya haid lebih awal. 2) Status Nutrisi Kebutuhan nutrisi ditentukan dengan mengukur tinggi badan dan berat badan, lipat kulit trisep, lingkar lengan atas, kadar protein darah (albumin dan globulin) dan keseimbangan nitrogen. Segala bentuk defisiensi nutrisi harus dikoreksi sebelum pembedahan untuk memberikan protein yang cukup bagi perbaikan jaringan. Segala bentuk defisiensi nutrisi harus dikoreks sebelum pembedahan untuk memberikan protein yang cukup untuk perbaikan. Protein sangat penting untuk mengganti massa otot tubuh selama fase katabolik setelah pembedahan, memulihkan volume darah dan protein plasma yang hilang,

Upload: aulia-bella-marinda

Post on 10-Dec-2015

15 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

pre operasi

TRANSCRIPT

Page 1: KK 5A Persiapan Pre Operasi

2.6 Persiapan Pre Operasi

a. Persiapan Fisik

Berbagai persiapan fisik yang harus dilakukan terhadap pasien sebelum operasi antara

lain :

1) Status kesehatan fisik secara umum

Pemeriksaan status kesehatan secara umum meliputi identitas klien, riwayat

penyakit, riwayat kesehatan keluarga, pemeriksaan fisik lengkap; antara lain status

hemodinamika, status kardiovaskuler, status pernafasan, fungsi ginjal dan hepatik,

fungsi endokrin dan fungsi imunologi. Selain itu pasien harus istirahat yang cukup

karena pasien tidak akan mengalami stres fisik dan tubuh lebih rileks sehingga

bagi pasien yang memiliki riwayat hipertensi, tekanan darah pasien dapat stabil

serta bagi pasien wanita tidak akan memicu terjadinya haid lebih awal.

2) Status Nutrisi

Kebutuhan nutrisi ditentukan dengan mengukur tinggi badan dan berat badan,

lipat kulit trisep, lingkar lengan atas, kadar protein darah (albumin dan globulin)

dan keseimbangan nitrogen. Segala bentuk defisiensi nutrisi harus dikoreksi

sebelum pembedahan untuk memberikan protein yang cukup bagi perbaikan

jaringan. Segala bentuk defisiensi nutrisi harus dikoreks sebelum pembedahan

untuk memberikan protein yang cukup untuk perbaikan. Protein sangat penting

untuk mengganti massa otot tubuh selama fase katabolik setelah pembedahan,

memulihkan volume darah dan protein plasma yang hilang, dan untuk memenuhi

kebutuhan yang meningkat untuk perbaikan jaringan dan daya tahan terhadao

infeksi. Kondisi gizi buruk dapat mengakibatkan pasien mengalami berbagai

komplikasi pasca operasi dan mengakibatkan pasien menjadi lebih lama dirawat di

rumah sakit. Komplikasi yang paling sering terjadi adalah infeksi pasca operasi,

dehisiensi (terlepasnya jahitan sehingga luka tidak bisa menyatu), demam dan

penyembuhan luka yang lama. Pada kondisi yang serius pasien dapat mengalami

sepsis yang bisa mengakibatkan kematian.

3) Keseimbangan cairan dan elektrolit

Keseimbangan cairan dan elektrolit perlu diperhatikan dalam kaitannya dengan

input dan output cairan. Demikian juga kadar elektrolit serum harus berada dalam

rentang normal. Kadar elektrolit yang biasanya diperiksa adalah kadar natrium

serum (normal : 135 – 145 mmol/l), kadar kalium serum (normal : 3,5 – 5 mmol/l)

dan kadar kreatinin serum (0,70 – 1,50 mg/dl). Keseimbangan cairan dan elektrolit

Page 2: KK 5A Persiapan Pre Operasi

berkaitan erat dengan fungsi ginjal. Ginjal berfungsi mengatur mekanisme asam

basa dan ekskresi metabolit obat-obatan anastesi. Jika fungsi ginjal baik maka

operasi dapat dilakukan dengan baik. Namun jika ginjal mengalami gangguan

seperti oliguri atau anuria, insufisiensi renal akut, nefritis akut maka operasi harus

ditunda menunggu perbaikan fungsi ginjal, kecuali pada kasus-kasus yang

mengancam jiwa.

4) Kebersihan lambung dan kolon

Lambung dan kolon harus dibersihkan terlebih dahulu. Intervensi keperawatan

yang bisa diberikan diantaranya adalah pasien dipuasakan dan dilakukan tindakan

pengosongan lambung dan kolon dengan tindakan enema atau lavement. Lamanya

puasa berkisar antara 7 – 8 jam. Tujuan pengosongan lambung dan kolon adalah

untuk menghindari aspirasi (masuknya cairan lambung ke paru-paru) dan

menghindari kontaminasi feses ke area pembedahan sehingga menghindarkan

terjadi infeksi pasca pembedahan. Khusus pada pasien yang menbutuhkan operasi

CITO (segera) seperti pada pasien kecelakaan lalu lintas, pengosongan lambung

dapat dilakukan dengan cara pemasangan NGT (naso gastric tube).

5) Kebersihan diri (Personal Hygine)

Kebersihan tubuh pasien sangat penting untuk persiapan operasi karena tubuh

yang kotor dapat menjadi sumber kuman dan mengakibatkan infeksi pada daerah

yang dioperasi. Pada pasien yang kondisi fisiknya kuat diajurkan untuk mandi

sendiri dan membersihkan daerah operasi dengan lebih seksama. Sebaliknya, jika

pasien tidak mampu memenuhi kebutuhan personal hygiene secara mandiri maka

perawat akan memberikan bantuan pemenuhan kebutuhan personal hygiene.

6) Pengosongan kandung kemih

Pengosongan kandung kemih dilakukan dengan melakukan pemasangan kateter.

Selain untuk pengosongan isi bladder tindakan kateterisasi juga diperlukan untuk

mengobservasi keseimbangan cairan.

7) Latihan Fisik

Berbagai latihan sangat diperlukan pada pasien sebelum operasi, hal ini sangat

penting sebagai persiapan pasien dalam menghadapi kondisi pascaoperasi, seperti

nyeri daerah operasi, batuk dan banyak lendir pada tenggorokan. Latihan yang

diberikan pada pasien sebelum operasi antara lain latihan nafas dalam, latihan

batuk efektif dan latihan gerak sendi.

Page 3: KK 5A Persiapan Pre Operasi

8) Perubahan posisi dan gerakan tubuh aktif

Tujuannya adalah untuk memperbaiki sirkulasi, mencegah statis vena, dan

menunjang fungsi pernafasan yang optimal. Pasien ditunjukkan bagaimana cara

untuk berbalik dari satu sisi ke sisi lainnya dan cara untuk mengambil posisi

lateral. Latihan ekstremitas meliputi ekstensi dan fleksi lutut dan sendi panggul,

telapak kaki diputar seperti membuat lingkaran sebesar mungkin menggunakan

ibu jari kaki. Siku dan bahu dilatih untuk ROM. Adapun cara dari latihan

perubaha posisi dan gerakan tubuh aktif, yaitu :

a) Latihan tungkai

1. Berbaring dalam posisi semi-fowler dan melakukan latihan untuk

memperbaiki sirkulasi.

2. Bengkokkan lutut dan naikkan kaki lalu tahan selama beberapa detik,

kemudian luruskan tungkai dan turunkan ke tempat tidur.

3. Lakukan secara berulang untuk satu tungkai, lalu ulang pada tungkai

lainnya.

4. Kemudian buat lingkaran dengan kaki dengan membengkokkan ke bawah,

ke dalam mendekat satu sama lain, ka atas dan kemudian keluar.

b) Posisi miring

1. Miring ke salah satu sisi dengan bagian paling atas tungkai fleksi dan di

sangga di atas bantal.

2. Raih pagar tempat tidur sebagai alat bantu untuk maneuver ke samping.

3. Lakukan pernafasan diafragmatik dan batuk ketika tubuh miring.

c) Turun dari tempat tidur

1. Miring ke salah satu sisi.

2. Dorong tubuh ke atas dengan satu tangan ketika mengayunkan tungkai

turun dari tempat tidur.

9) Kontrol dan medikasi nyeri

Medikasi praanestesi akan diberikan untuk meningkatkan relaksasi. Pada

pascaoperatif, medikasi akan diberikan untuk mengurangi nyeri dan

mempertahankan rasa nyaman.

10) Latihan nafas dalam dan batuk

Salah satu tujuan dari asuhan keperawatan praoperatif adalah untuk mengajarkan

pada pasien mengenai cara untuk meningkatkan ventilasi paru dan oksigenasi

darah setelah anastesi umum.

Page 4: KK 5A Persiapan Pre Operasi

a) Pernafasan Diafragmatik

Pernafasan diafragmatik mengacu pada pendataran diafragma selama inspirasi

dengan mengakibatkan pembesaran abdomen bagian atas sejalan dengan

desakan udara masuk. selam ekspirasi otot abdomen berkontraksi.

1. Lakukan dalam posisi di atas tempat tidur dengan punggung dan bahu

tesangga oleh bantal.

2. Dengan tangan dalam posisi genggaman kendur, biarkan tangan berada di

atas iga paling bawah dengan jari-jari tangan menghadap dada bagian

bawah.

3. Keluarkan nafas dengan perlahan dan penuh bersamaan dengan gerakan

iga menurun.

4. Ambil nafas dalam melalui hidung dan mulut, biarkan abdomen

mengembang bersamaan dengan paru-paru terisi oleh udara.

5. Tarik nafas dalam hitungan kelima.

6. Hembuskan dan keluarkan semua udara melalui hidung dan mulut.

b) Batuk

1. Condong sedikit ke depan dari posisi duduk di tempat tidur, jalinkan jari-

jari tangan dan letakkan tangan melintang letak insisi untuk bertindak

sebagai bebat ketika batuk.

2. Nafas dengan diafragma.

3. Dengan mulut agak terbuka, hirup udara.

4. “Hak”kan keluar dengan keras dengan tiga kali nafas pendek.

5. Dengan mulut tetap terbuka, lakukan nafas dalam dengan cepat dan

dengan cepat batuk dengan kuat satu atau dua kali. Hal ini membantu

membersihkan sekresi dari dada.

11) Kontrol kognitif

Bermanfaat untuk menghilangkan ketegangan dan ansietas yang berlebihan.

Kontrol kognitif tersebut seperti : imajinasi dan distraksi. Pada kontrol kognitif

imajinasi, pasien dianjurkan untuk berkonsentrasi pada pengalaman yang

menyenangkan. Sedangkan kontrol kognitif distraksi, pasien dianjurkan untuk

memikirkan cerita yang dapat dinikmati.

Page 5: KK 5A Persiapan Pre Operasi

b. Persiapan Penunjang

Persiapan penunjang merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari tindakan

pembedahan. Tanpa adanya hasil pemeriksaan penunjang, maka dokter bedah tidak

mungkin bisa menentukan tindakan operasi yang harus dilakukan pada pasien.

Pemeriksaan penunjang yang dimaksud adalah berbagai pemeriksaan radiologi,

laboratorium maupun pemeriksaan lain seperti ECG. Sebelum dokter mengambil

keputusan untuk melakukan operasi pada pasien, dokter melakukan berbagai

pemeriksaan terkait dengan keluhan penyakit pasien sehingga dokter bisa

menyimpulkan penyakit yang diderita pasien.

Setelah dokter bedah memutuskan untuk dilakukan operasi maka dokter anastesi

berperan menentukan apakah kondisi pasien layak menjalani operasi. Untuk itu dokter

anastesi juga memerlukan berbagai macam pemeriksaan laboratorium terutama

pemeriksaan masa perdarahan (bledding time) dan masa pembekuan (clotting time)

darah pasien, elektrolit serum, hemoglobin, protein darah, dan hasil pemeriksaan

radiologi berupa foto thoraks dan ECG. Pemeriksaan penunjang antara lain :

1) Pemeriksaan Radiologi dan diagnostik, seperti : Foto thoraks, abdomen, foto

tulang (daerah fraktur), USG (Ultra Sono Grafi), CT scan (Computerized

Tomography Scan), MRI (Magnrtic Resonance Imagine), BNO-IVP, Renogram,

Cystoscopy, Mammografi, CIL (Colon in Loop), ECG (Electro Cardio Graphy),

ECHO, EEG (Electro Enchephalo Graphy), dll.

2) Pemeriksaan Laboratorium berupa pemeriksan darah : hemoglobin, angka

leukosit, limfosit, LED (laju endap darah), jumlah trombosit, protein total

(albumin dan globulin), elektrolit (kalium, natrium, dan chlorida), CT BT, ureum

kretinin, BUN, dll. Bisa juga dilakukan pemeriksaan pada sumsun tulang jika

penyakit terkait dengan kelainan darah.

3) Biopsi, yaitu tindakan sebelum operasi berupa pengambilan bahan jaringan tubuh

untuk memastikan penyakit pasien sebelum operasi. Biopsi biasanya dilakukan

untuk memastikan apakah ada tumor ganas/jinak atau hanya berupa infeksi kronis

saja.

4) Pemeriksaan Kadar Gula Darah (KGD), untuk mengetahui apakah kadar gula

darah pasien dalan rentang normal atau tidak. Uji KGD biasanya dilakukan

dengan puasa 10 jam (puasa jam 10 malam dan diambil darah jam 8 pagi) dan

juga dilakukan pemeriksaan KGD 2 jam PP (ppst prandial).

Page 6: KK 5A Persiapan Pre Operasi

c. Persiapan Psikis (Mental)

Persiapan mental merupakan hal yang tidak kalah pentingnya dalam proses persiapan

operasi karena mental pasien yang tidak siap atau labil dapat berpengaruh terhadap

kondisi fisiknya. Tindakan pembedahan merupakan ancaman potensial maupun aktual

pada integritas seseorang yang dapat membangkitkan reaksi stres fisiologis maupun

psikologis. Contoh perubahan fisiologis yang muncul akibat kecemasan/ketakutan

antara lain, pasien dengan riwayat hipertensi jika mengalami kecemasan sebelum

operasi dapat mengakibatkan pasien sulit tidur dan tekanan darahnya akan meningkat

sehingga operasi bisa dibatalkan. Setiap orang mempunyai pandangan yang berbeda

dalam menghadapi pengalaman operasi sehingga akan memberikan respon yang

berbeda pula. Akan tetapi, sesungguhnya perasaan takut dan cemas selalu dialami

setiap orang dalam menghadapi pembedahan. Berbagai alasan yang dapat

menyebabkan ketakutan/kecemasan pasien dalam menghadapi pembedahan antara

lain :

1) Takut nyeri setelah pembedahan

2) Takut terjadi perubahan fisik, menjadi buruk rupa dan tidak berfungsi normal

(body image)

3) Takut keganasan (bila diagnosa yang ditegakkan belum pasti)

4) Takut/cemas mengalami kondisi yang dama dengan orang lan yang mempunyai

penyakit yang sama.

5) Takut/ngeri menghadapi ruang operasi, peralatan pembedahan dan petugas.

6) Takut mati saat dibius/tidak sadar lagi.

7) Takut operasi gagal.

Persiapan mental yang kurang memadai dapat mempengaruhi pengambilan keputusan

pasien dan keluarga, sehingga tidak jarang pasien menolak operasi yang sebelumnya

telah disetujui dan biasanya pasien pulang tanpa operasi dan beberapa hari kemudian

datang lagi ke rumah sakit setalah merasa sudah siap. Hal ini berarti telah menunda

operasi yang mestinya sudah dilakukan beberapa hari/minggu yang lalu. Kehadiran

dan keterlibatan keluarga sangat mendukung persiapan mental pasien. Keluarga

hanya perlu mendampingi pasien sebelum operasi, memberikan doa dan dukungan

pasien dengan kata-kata yang menenangkan hati pasien dan meneguhkan keputusan

pasien untuk menjalani operasi.